bab ii kajian pustaka, konsep dan kerangka teori 2.1 ... 2.pdf · menekankan pada kesan positif, 3)...

15
10 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan studi pustaka yang telah dilakukan, ditemukan beberapa penelitian mengenai fukushi yang terkait dengan penelitian ini. Nissa (2013) dalam jurnalnya yang berjudul “ Analisis Fungsi Fukushi Mou dalam Komik Sanchoume no Yuuhi Karya Ryohei Saigan “ menganalisis tentang fukushi mou yang terdapat dalam komik Sanchoume no Yuuhi Karya Ryohei Saigan. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif yang diikuti oleh teknik studi pustaka. Analisis fungsi mou mengacu pada pendapat Hida (1994) dalam bukunya Gendai Fukushouhou Jiten. Berdasarkan hasil penelitian Nissa ditemukan lima fungsi mou dalam komik Sanchoume no Yuuhi Karya Ryohei Saigan sebagai berikut : 1) Mou berfungsi menunjukkan keadaan sedang melampaui batas atau melintasi batas (masih), 2) Mou berfungsi menunjukkan keadaan yang bermaksud untuk mencapai suatu tujuan dan menunjukkan pertimbangan pembicara tentang dekatnya waktu yang akan dicapai yang menekankan pada kesan positif, 3) Mou berfungsi menunjukkan keadaan sedang terjadi dengan menambahkan keterangan, 4) Mou menunjukkan keadaan menyatakan tidak bisa mengatur perasaan yang meluap-luap, dan 5) Mou berfungsi menunjukkan perasaan menegur, mengecam atau mencela dan mengandung unsur negatif. Penelitian Nissa dan penelitian ini sama-sama membahas mengenai fukushi, sedangkan perbedaannya terletak pada sumber data

Upload: others

Post on 03-Aug-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI 2.1 ... 2.pdf · menekankan pada kesan positif, 3) Mou berfungsi menunjukkan keadaan sedang terjadi dengan menambahkan keterangan,

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI

2.1 Kajian Pustaka

Berdasarkan studi pustaka yang telah dilakukan, ditemukan beberapa

penelitian mengenai fukushi yang terkait dengan penelitian ini.

Nissa (2013) dalam jurnalnya yang berjudul “ Analisis Fungsi Fukushi

Mou dalam Komik Sanchoume no Yuuhi Karya Ryohei Saigan “ menganalisis

tentang fukushi mou yang terdapat dalam komik Sanchoume no Yuuhi Karya

Ryohei Saigan. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif yang diikuti

oleh teknik studi pustaka. Analisis fungsi mou mengacu pada pendapat Hida

(1994) dalam bukunya Gendai Fukushouhou Jiten. Berdasarkan hasil penelitian

Nissa ditemukan lima fungsi mou dalam komik Sanchoume no Yuuhi Karya

Ryohei Saigan sebagai berikut : 1) Mou berfungsi menunjukkan keadaan sedang

melampaui batas atau melintasi batas (masih), 2) Mou berfungsi menunjukkan

keadaan yang bermaksud untuk mencapai suatu tujuan dan menunjukkan

pertimbangan pembicara tentang dekatnya waktu yang akan dicapai yang

menekankan pada kesan positif, 3) Mou berfungsi menunjukkan keadaan sedang

terjadi dengan menambahkan keterangan, 4) Mou menunjukkan keadaan

menyatakan tidak bisa mengatur perasaan yang meluap-luap, dan 5) Mou

berfungsi menunjukkan perasaan menegur, mengecam atau mencela dan

mengandung unsur negatif. Penelitian Nissa dan penelitian ini sama-sama

membahas mengenai fukushi, sedangkan perbedaannya terletak pada sumber data

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI 2.1 ... 2.pdf · menekankan pada kesan positif, 3) Mou berfungsi menunjukkan keadaan sedang terjadi dengan menambahkan keterangan,

11

yang digunakan. Nissa menggunakan komik sebagai sumber data, sedangkan

penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai sumber data. Selain itu penelitian

Nissa hanya menganalisis fungsi dari fukushi mou, sedangkan penelitian ini

menganalisis struktur, makna dan substitusi dari fukushi omowazu, tsui dan ukkari.

Oleh karena itu, penelitian Nissa sangat bermanfaat sebagai referensi untuk

menganalisis fungsi dari fukushi omowazu, tsui dan ukkari.

Suriasih ( 2014 ) dalam penelitiannya yang berjudul “Perbandingan fungsi

dan makna fukushi yang berarti „akhirnya‟ dalam Novel Botchan Karya Natsume

Souseki”. Dalam penelitian tersebut membahas mengenai perbandingan fungsi dan

makna fukushi yang berarti „akhirnya‟. Teori yang digunakan dalam penelitian

tersebut adalah teori gramatikal oleh Verhaar (2010:161) dan teori kontekstual

oleh Chaer (1986:62). Dalam penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa

dalam Novel Botchan Karya Natsume Souseki, terdapat lima fukushi yang berarti

„akhirnya‟ yaitu : toutou, yatto, youyaku, tsui ni dan iyo-iyo. Jika dibandingkan,

fukushi-fukushi tersebut memiliki fungsi dan makna yang berbeda tergantung dari

konteks kalimatnya. Dalam novel Botchan, ditemukan masing-masing sebuah

fungsi untuk fukushi toutou, yatto, youyaku, tsui ni dan iyo-iyo. Toutou berfungsi

untuk mengungkapkan suatu situasi yang diharapkan yang akhirnya atau pada

akhirnya dapat tercapai. Youyaku berfungsi untuk menunjukkan penyelesaian

akhir dari sesuatu yang positif. Youyaku lebih digunakan pada situasi formal dan

biasanya digunakan dalam bahsasa tulisan. Tsui ni adalah kata keterangan yang

lain yang digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang diinginkan atau tidak

diinginkan pada akhirnya datang atau akan datang setelah melewati proses yang

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI 2.1 ... 2.pdf · menekankan pada kesan positif, 3) Mou berfungsi menunjukkan keadaan sedang terjadi dengan menambahkan keterangan,

12

panjang. Yatto digunakan untuk menyatakan sesuatu yang diinginkan pada

akhirnya dapat tercapai atau pada akhirnya akan tercapai walaupun cara

pencapaiannya penuh dengan kesulitan. Sedangkan, iyo-iyo adalah kata

keterangan yang digunakan untuk menyatakan adanya penekanan pada proses

berlangsungnya suatu aktivitas baik pada awal maupun pada akhir aktivitas.

Dalam novel Botchan, ditemukan tiga buah makna toutou, dan masing-masing

sebuah makna youyaku, tsui ni, yatto dan iyo-iyo. Toutou mempunyai makna

untuk menyatakan sesuatu yang berimplikasi positif, sesuatu yang berimplikasi

negatif, dan sesuatu yang di luar dugaan. Youyaku mempunyai makna untuk

mengungkapkan suatu proses yang panjang dan lambat akhirnya dapat tercapai.

Tsui ni mempunyai makna untuk menyatakan hasil yang tidak terduga. Fukushi

yatto mempunyai makna untuk menyatakan perasaan yang dikehendaki akhirnya

dapat tercapai walaupun melalui proses yang panjang. Iyo-iyo digunakan untuk

menyatakan suatu proses berlangsungnya suatu aktivitas baik di awal maupun di

akhir aktivitas. Persamaan penelitian Suriasih dengan penelitian ini adalah sama-

sama meneliti mengenai fukushi, sehingga dapat dijadikan acuan dalam penelitian

ini. Perbedaannya terletak pada sumber data yang digunakan. Sumber data yang

digunakan dalam penelitian Suriasih adalah berupa novel, sedangkan dalam

penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai sumber data. Oleh karena itu,

penelitian Suriasih sangat bermanfaat sebagai referensi untuk menganalisis fungsi

dan makna dari fukushi omowazu, tsui dan ukkari.

Sudipa (2015) dalam penelitiannya yang berjudul “Fungsi dan makna

Kanarazu, Kitto dan Zettai dalam Komik Midori no Hibi volume 1-7 karya

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI 2.1 ... 2.pdf · menekankan pada kesan positif, 3) Mou berfungsi menunjukkan keadaan sedang terjadi dengan menambahkan keterangan,

13

Kazuro Inoue”. Dalam penelitian tersebut membahas mengenai fungsi dan makna

kanarazu, kitto dan zettai. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan

teknik ganti. Teori yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah teori sintaksis

oleh Verhaar (2010:11) dan teori makna kontekstual oleh Pateda (2001:97-131).

Dalam penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat 10 data

kanarazu, 26 data kitto dan 39 data zettai yang ditemukan dalam komik Midori no

Hibi volume 1-7 karya Kazuro Inoue. Berkaitan dengan fungsi, kanarazu, kitto

dan zettai digolongkan ke dalam kelas kata adverbia (fukushi). Adverbia memiliki

fungsi menerangkan verba, adjektiva dan adverbia. Kanarazu hanya berfungsi

untuk menerangkan verba saja. Kitto memiliki fungsi menerangkan verba,

adjektiva dan adverbia lainnya. Sedangkan Zettai berfungsi menerangkan verba

dan adjektiva-na.

Makna kanarazu, kitto dan zettai dalam penelitian tersebut adalah sebagai

berikut : kanarazu memiliki dua buah makna ketika digunakan dalam kalimat,

yaitu : mengekspresikan keyakinan kuat dalam konteks formal dan

mengekspresikan suatu kejadian yang berulang-ulang. Kitto memiliki makna

mengekspresikan keyakinan berdasarkan pemikiran sendiri saat pembicara

berpikir hal tersebut seratus persen akan terjadi. Kalau digunakan dalam kalimat,

kitto sering diikuti oleh : yo, darou atau kamoshirenai pada akhir kalimat.

Sedangkan zettai memiliki makna keyakinan kuat dengan konteks suasana hati

pembicara dan menegaskan pernyataan dengan konteks suasana hati pembicara.

Konteks suasana hati pembicara mempengaruhi makna dari zettai ketika

digunakan dalam kalimat, seperti kalau pembicara merasa marah, senang, panik

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI 2.1 ... 2.pdf · menekankan pada kesan positif, 3) Mou berfungsi menunjukkan keadaan sedang terjadi dengan menambahkan keterangan,

14

dan sebagainya. Fukushi Kanarazu, kitto dan zettai dapat saling menggantikan

ketika digunakan untuk mengekspresikan keyakinan. Persamaan penelitain Sudipa

dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang fukushi. Sedangkan

perbedaannya terletak pada sumber data yang digunakan. Sudipa menggunakan

komik sebagai sumber data, sedangkan penelitian ini menggunakan kuesioner

sebagai sumber data. Oleh karena itu, penelitian Sudipa sangat bermanfaat sebagai

referensi untuk menganalisis fungsi dan makna dari fukushi omowazu, tsui dan

ukkari.

2.2 Konsep

Berikut ini beberapa konsep yang digunakan berkaitan dengan struktur,

makna dan substitusi fukushi : omowazu, tsui dan ukkari adalah sebagai berikut :

2.2.1 Fukushi

Di dalam bahasa Jepang yang dimaksud dengan fukushi „adverbia‟

menurut (Masuoka dan Takubo, 1989:38) adalah kata yang pada prinsipnya

berfungsi sebagai kata keterangan predikat. Jenis fukushi „adverbia „ yang utama

adalah teido no fukushi, hindo no fukushi, ryou no fukushi, tensu-asupekuto no

fukushi dan joutai no fukushi, sedangkan kata yang berfungsi sebagai kata

keterangan terhadap keseluruhan kalimat disebut bunshuushoku fukushi, yang

dianggap sebagai salah satu jenis adverbia. Yang termasuk pada kelompok jenis

ini adalah chinjutsu no fukushi, hyouka no fukushi dan hatsugen no fukushi.

Berikut ini penjelasan dari jenis jenis fukushi :

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI 2.1 ... 2.pdf · menekankan pada kesan positif, 3) Mou berfungsi menunjukkan keadaan sedang terjadi dengan menambahkan keterangan,

15

1. Teido no fukushi

Pada ungkapan yang menerangkan suatu keadaan, kerap kali tingkatannya

menjadi masalah. Pada umumnya, teido no fukushi ini digunakan pada kalimat

yang predikatnya menerangkan suatu keadaan, tetapi dapat juga digunakan pada

kalimat yang predikatnya menerangkan keadaan suatu aktifitas seperti pada verba

yang menyatakan perasaan seseorang yang disebut kanjou doushi. Selain itu, teido

no fukushi ini dapat pula digunakan untuk menerangkan kata keterangan pada

predikat dan kata keterangan dari nomina. Adverbia yang termasuk pada teido no

fukushi ini antara lain : taihen, totemo, hijou ni, hidoku, daibu, zuibun, amari ni,

kanari, kekkou, naka-naka, sukoshi, chotto, zutto, motto dan lain lain.

2. Hindo no fukushi

Yang dimaksud dengan hindo no fukushi adalah adverbia yang digunakan

untuk menyatakan adanya suatu kekerapan atau adanya frekuensi suatu aktifitas

atau keadaan yang terjadi dalam suatu jangka waktu. Adverbia yang termasuk

pada kelompok ini di antaranya adalah itsumo, taitei, yoku, shiba-shiba, tabi-tabi,

toki-doki, tama ni dan lain lain.

3. Ryou no fukushi

Yang dimaksud dengan ryou no fukushi adalah adverbia yang digunakan

untuk menerangkan kuantitas manusia atau benda yang berkaitan dengan aktifitas.

Adverbia yang termasuk pada kelompok ini di antaranya adalah takusan, ippai,

tappuri, dossari dan lain lain. Di antara adverbia-adverbia yang termasuk pada

teido no fukushi terdapat pula adverbia yang dapat digunakan sebagai ryou no

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI 2.1 ... 2.pdf · menekankan pada kesan positif, 3) Mou berfungsi menunjukkan keadaan sedang terjadi dengan menambahkan keterangan,

16

fukushi misalnya : daibu, zuibun, kanari, sukoshi, chotto, juubun, yoku dan lain

lain. Hal hal lain yang perlu diperhatikan di dalam ryou no fukushi seperti :

hotondo, oyoso, hobo dan daitai merupakan adverbia yang bermakna untuk

menjelaskan „sebagian besar dari keseluruhan‟.

4. Tensu-asupekuto no fukushi

Adverbia yang digunakan untuk menyatakan waktu terjadinya suatu

kejadian atau peristiwa disebut dengan tensu-asupekuto no fukushi. Di dalam

adverbia jenis ini terdapat tensu no fukushi yang dimaksudkan untuk menerangkan

waktu terjadinya peristiwa tersebut sebagai dasar patokan waktu yang diujarkan.

Adverbia yang termasuk pada kelompok ini antara lain : katsute, izure, mou sugu,

korekara, sakihodo, nochihodo dan lain lain. Jenis adverbia lainnya adalah

asupekuto no fukushi yakni adverbia yang digunakan untuk menyatakan suatu hal

atau perkara yang berhubungan dengan terjadinya serta berkembangnya suatu

peristiwa, seperti tentang urutannya, permulaannya, kelanjutannya serta

berakhirnya suatu peristiwa. Adverbia yang termasuk pada kelompok ini di

antaranya adalah ima nimo, sude ni, mou, choudo, mada, zutto, shidai ni, dan-dan,

masu-masu, yatto, toriaezu, ikinari, futatabi, hajimete, shibaraku dan lain lain.

5. Joutai no fukushi

Yang dimaksud dengan joutai no fukushi adalah adverbia yang digunakan

untuk menerangkan keadaan suatu aktifitas. Adverbia yang termasuk pada

kelompok ini antara lain : iyaiya, kowagowa, gussuri, bonyari, niyaniya,

shikushiku, jitto, sassato, hakkiri to, kippari to, sukusuku to dan lain-lain. Pada

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI 2.1 ... 2.pdf · menekankan pada kesan positif, 3) Mou berfungsi menunjukkan keadaan sedang terjadi dengan menambahkan keterangan,

17

joutai no fukushi ini termasuk pula adverbia yang digunakan untuk menerangkan

ada atau tidak adanya suatu hasrat atau keinginan dari si pelaku aktifitas,

diantaranya adalah wazato, wazawaza, ukkari, omowazu dan lain lain.

6. Chinjutsu no fukushi

Chinjutsu no fukushi merupakan adverbia yang digunakan secara

berpasangan dengan pernyataan yang terdapat pada ungkapan modalitas di akhir

kalimat. Adverbia yang termasuk pada chinjutsu no fukushi ini adalah sebagai

berikut :

a). Adverbia yang berpasangan dengan ungkapan pertanyaan seperti : ittai dan

hatashite.

b). Adverbia yang berpasangan dengan pernyataan negasi seperti : kesshite,

kanarazushimo dan totemo.

c). Adverbia yang berpasangan dengan ungkapan suatu pernyataan dan kebenaran

seperti : osoraku, tabun, kitto, kanarazu, zettai, tashika, masaka dan lain lain.

d). Adverbia yang berpasangan dengan ungkapan yang menyatakan tentang berita

seperti : nandemo.

e). Adverbia yang berpasangan dengan ungkapan perumpamaan dan perbandingan

seperti : marude, atakamo dan samo.

f). Adverbia yang berpasangan dengan ungkapan yang menyatakan suatu

kompromi atau syarat pada hal yang dikemukakan pada anak kalimat seperti :

moshi, man ichi, tatoe, ikura dan lain lain.

g). Adverbia yang berpasangan dengan ungkapan yang menyatakan suatu

perasaan seperti : nanto dan nante.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI 2.1 ... 2.pdf · menekankan pada kesan positif, 3) Mou berfungsi menunjukkan keadaan sedang terjadi dengan menambahkan keterangan,

18

7. Hyouka no fukushi

Adverbia yang digunakan untuk memberi penilaian terhadap suatu hal atau

perkara disebut hyouka no fukushi. Adverbia yang termasuk pada kelompok ini di

antaranya adalah ainiku, saiwai, touzen, mochiron, tama-tama dan lain lain

8. Hatsugen no fukushi

Yang disebut dengan hatsugen no fukushi adalah adverbia yang digunakan

untuk menyatakan makna „dengan sikap atau perilaku seperti bagaimana sesuatu

hal dikemukakan‟, Adverbia yang termasuk pada kelompok ini di antaranya

adalah jitsu wa, jissai wa, hontou wa, iwaba, tatoeba dan lain lain.

Fukushi yang digunakan dalam penelitian ini termasuk ke dalam joutai no

fukushi, yakni fukushi yang menerangkan ada atau tidak adanya suatu hasrat atau

keinginan dari si pelaku aktifitas.

Berikut penjelasan mengenai fukushi omowazu, tsui dan ukkari

berdasarkan teori yang digunakan untuk menganalis struktur dan makna dalam

penelitian ini.

1. Omowazu

Makino dan Tsutsui (2008:670) menjelaskan mengenai omowazu bahwa :

Omowazu “unintentionally, involuntarily” is synonymous with tsui and

can be used interchangeably in some situation.

„omowazu adalah sesuatu yang dilakukan tanpa disengaja dan di luar

kemauan yang merupakan sinonim dari tsui, serta bisa digunakan untuk

saling menggantikan dalam beberapa situasi”.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI 2.1 ... 2.pdf · menekankan pada kesan positif, 3) Mou berfungsi menunjukkan keadaan sedang terjadi dengan menambahkan keterangan,

19

2. Tsui

An adverb used to describe someone doing something without being able

to control himself/herself or used to indicate the closeness of a time or a

place.

„tsui adalah sebuah kata keterangan yang biasanya digunakan untuk

menggambarkan seseorang yang sedang melakukan sesuatu tanpa bisa

mengontrol dirinya, atau digunakan untuk menyatakan kedekatan dari

waktu atau tempat.

Tsui is used when does something unintentionally. In some situation, it

carries more specific meaning, such as “carelessly” or “involuntarily”.

„tsui digunakan ketika melakukan sesuatu yang dilakukan tanpa disengaja.

Di beberapa situasi, itu memberikan makna yang lebih spesifik, seperti :

sesuatu yang dilakukan secara sembarangan dan sembrono, atau di luar

kemauan pembicara.

3. Ukkari

Ukkari “carelessly” and tsui are used in similar situation. Tsui and ukkari

can be used together.

„Ukkari dan tsui bisa digunakan dalam situasi yang mirip dan bersamaan‟.

Adapun struktur kalimat yang mengandung omowazu, tsui dan ukkari

menurut Makino dan Tsuitsui (2008:668) adalah sebagai berikut :

a. Penggabungan tsui dengan verba

Tsui + verba bentuk te shimau/shimatta

Contoh :

.楽しかった ので、 つい / 思わず 飲みすぎてしまった。

Tanoshikatta node tsui / omowazu nomisugite shimatta.

Senang-BTK.LAM karena tanpa sengaja terlalu banyak minum-BTK.LAM.SLS

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI 2.1 ... 2.pdf · menekankan pada kesan positif, 3) Mou berfungsi menunjukkan keadaan sedang terjadi dengan menambahkan keterangan,

20

„karena menyenangkan, tanpa sadar saya terlalu banyak minum‟.

b. Penggabungan tsui + kata keterangan waktu

Tsui + kata keterangan waktu

Contoh :

つい、 さっき まで、 山田さん が 来ていたんです。

tsui sakki made yamada san ga kite itan desu

baru saja tadi sampai yamada NOM datang-BTK.SBG.LAM

„baru saja tadi yamada san datang kesini‟

Struktur kalimat yang dibentuk dari fukushi omowazu dan ukkari juga

sama dengan struktur kalimat dari tsui yang digabungkan dengan kata kerja, tetapi

fukushi omowazu dan ukkari tidak bisa menunjukkan keterangan waktu.

c. Penggabungan ukkari dengan verba

Ukkari + verba bentuk te shimau/shimatta

Contoh :

恵美 に つい / うっかり 亜紀 の

Emi ni tsui / ukkari aki no

emi pada tanpa sengaja aki GEN

秘密 を 話してしまった。

himitsu wo hanashite shimatta

rahasia AKU berbicara BTK.LAM.SLS

„‟tanpa sadar, saya membicarakan rahasia milik aki kepada emi‟

d. Penggabungan omowazu dengan verba

Omowazu + verba bentuk te shimau/shimatta

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI 2.1 ... 2.pdf · menekankan pada kesan positif, 3) Mou berfungsi menunjukkan keadaan sedang terjadi dengan menambahkan keterangan,

21

Contoh :

目 の 前 で 子供 が 飛び出した

Me no mae de kodomo ga tobidashita

Mata GEN depan di anak-anak NOM berlari keluar-BTK.LAM

ので、 思わず、 クラクション を 鳴らした。

node omowazu kurakushon wo narashita

karena secara naluri klakson AKU membunyikan-BTK.LAM

„karena melihat anak-anak yang berlarian keluar di depan mata, secara naluri /

alami saya membunyikan klakson‟.

2.2.2 Makna

Makna adalah bagian yang tidak terpisahkan dari semantik dan selalu

melekat dari apa saja yang kita tuturkan. Pengertian dari makna sendiri sangatlah

beragam. Pateda (2001:79) mengemukakan bahwa istilah makna merupakan kata-

kata dan istilah yang membingungkan. Makna tersebut selalu menyatu pada

tuturan kata maupun kalimat. Menurut Ullman (dalam Pateda, 2001:82)

mengemukakan bahwa makna adalah hubungan antara makna dengan pengertian.

Aspek-aspek Makna

Aspek-aspek makna yang ada dalam semantik menurut Pateda (2001:89)

ada empat hal, yaitu :

1. Pengertian (sense)

Pengertian disebut juga dengan tema. Pengertian ini dapat dicapai apabila

pembicara dengan lawan bicaranya atau antara penulis dengan pembaca

mempunyai kesamaan bahasa yang digunakan atau disepakati bersama. Lyons

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI 2.1 ... 2.pdf · menekankan pada kesan positif, 3) Mou berfungsi menunjukkan keadaan sedang terjadi dengan menambahkan keterangan,

22

(dalam Pateda, 2001:92) mengatakan bahwa pengertian adalah sistem hubungan-

hubungan yang berbeda dengan kata lain di dalam kosakata.

2. Nilai rasa (feeling)

Aspek makna yang berhubungan dengan nilai rasa berkaitan dengan sikap

pembicara terhadap hal yang dibicarakan. Dengan kata lain, nilai rasa yang

berkaitan dengan makna adalah kata kata yang berhubungan dengan perasaan,

baik yang berhubungan dengan dorongan maupun penilaian. Jadi, setiap kata

mempunyai makna yang berhubungan dengan nilai rasa dan setiap kata

mempunyai makna yang berhubungan dengan perasaan (Pateda, 2001:93).

3. Nada (tone)

Aspek makna nada adalah sikap pembicara terhadap kawan bicara Shipley

(dalam Pateda, 2001:94). Aspek nada berhubungan pula dengan aspek makna

yang bernilai rasa. Dengan kata lain, hubungan antara pembicara dengan

pendengar akan menentukan sikap yang tercermin dalam kata-kata yang

digunakan.

4. Maksud (intention)

Aspek maksud merupakan maksud senang atau tidak senang, efek usaha

keras yang dilaksanakan. Maksud yang diinginkan dapat bersifat deklarasi,

imperatif, narasi, pedagogis, persuasi, rekreasi atau politik Shipley (dalam Pateda

2001:95).

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI 2.1 ... 2.pdf · menekankan pada kesan positif, 3) Mou berfungsi menunjukkan keadaan sedang terjadi dengan menambahkan keterangan,

23

2.3 Kerangka Teori

Sebuah penelitian memerlukan suatu acuan atau teori yang digunakan

untuk memecahkan permasalahan. Dalam penelitian yang berjudul : Penggunaan

fukushi omowazu, tsui dan ukkari dalam bahasa Jepang sehari-hari orang Jepang

di Sisi, Pengosekan, Ubud tinjauan sintaksis dan semantik ini, menggunakan dua

teori, yakni : teori sintaksis oleh Verhaar (2010:11) untuk menganalisis struktur

kalimat dan teori makna kontekstual oleh Pateda (2001:116) untuk menganalisis

makna dalam kalimat.

2.3.1 Teori Sintaksis

Verhaar (2010:11) menyatakan bahwa ruang lingkup cabang ilmu sintaksis

adalah hubungan gramatikal antar kata dalam sebuah kalimat. Menganalisis

klausa secara sintaksis yaitu dengan menganalisis fungsi-fungsinya. Fungsi

tersebut adalah subjek, predikat dan objek yang ada dalam sebuah kalimat. Teori

sintaksis yang digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis struktur kalimat

yang mengandung omowazu, tsui dan ukkari yang terdapat dalam kuesioner yang

sudah dibagikan kepada orang-orang Jepang yang mengunjungi Sisi, Pengosekan,

Ubud pada minggu pagi.

2.3.2 Teori Makna Kontekstual

Teori makna kontekstual menurut Pateda (2001:116) menyatakan bahwa,

makna kontekstual (contextual meaning) atau makna situasional (situational

meaning) muncul sebagai akibat hubungan antara ujaran dan konteks. Sudah

diketahui bahwa konteks itu berwujud dalam banyak hal. Konteks yang dimaksud

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI 2.1 ... 2.pdf · menekankan pada kesan positif, 3) Mou berfungsi menunjukkan keadaan sedang terjadi dengan menambahkan keterangan,

24

di sini, yakni : (1) konteks orangan, termasuk di sini hal yang berkaitan dengan

jenis kelamin, kedudukan pembicara, usia pembicara atau pendengar, latar

belakang sosial ekonomi pembicara atau pendengar, (2) konteks situasi, misalnya

situasi aman, situasi rebut, (3) konteks tujuan, misalnya meminta, mengharapkan

sesuatu, (4) konteks formal atau tidaknya pembicaraan, (5) konteks suasana hati

pembicara atau pendengar, misalnya takut, gembira, jengkel, (6) konteks waktu,

misalnya malam, setelah magrib, (7) konteks tempat, apakah tempatnya di sekolah,

di pasar, di depan bioskop, (8) konteks objek, maksudnya apa yang menjadi fokus

pembicaraan, (9) konteks alat kelengkapan bicara atau dengar pada pembicara

atau pendengar, (10) konteks kebahasaan, maksudnya apakah memenuhi kaidah

bahasa yang digunakan oleh kedua belah pihak, dan (11) konteks bahasa, yakni

bahasa yang digunakan.

Dari kesebelas konteks di atas, makna kontekstual yang digunakan dalam

penelitian ini adalah konteks orangan, konteks situasi dan konteks suasana hati.