bab ii kajian pustaka, kerangka pemikiran …repository.unpas.ac.id/32661/3/bab ii.pdf · istilah...

54
18 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka Pada Bab ini Penulis memaparkan beberapa teori dan konsep dari para ahli dan dari para peneliti sebelumnya tentang teori-teori yang berkaitan dengan variabel-variabel dalam penelitian ini. 2.1.1 Pengertian Pajak Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu “ ajeg” yang berarti pungutan teratur pada waktu tertentu. Kemudian berangsur-angsur mengalami perubahan, maka sebutan yang semula ajeg menjadi sebutan Pa-ajeg. Pa-ajeg memiliki arti sebagai pungutan yang dibebankan kepada rakyat secara teratur, terhadap hasil bumi. Pungutan tersebut sebesar 40% dari yang dihasilkan petani untuk diserahkan kepada raja dan pengurus desa. Penentuan besar kecilnya bagian yang diserahkan tersebut hanyalah berdasarkan adat kebiasaan semata yang berkembang pada saat itu. Disetiap Negara memiliki istilah pajak yang berbeda tetapi dengan pengertian sama. Pajak dalam istilah asing adalah tax (Inggris); import contribution, tax, droit (Perancis); Steuer, Abgabe, Gebuhr (Jerman); Impuesto contribution, tributo, gravamen, tasa (Spanyol); dan belasting (Belanda). Dalam literatur Amerika selain istilah tax dikenal pula istilah tarif.

Upload: hahanh

Post on 13-Sep-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …repository.unpas.ac.id/32661/3/BAB II.pdf · Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ... contribution, tax, droit (Perancis); Steuer,

18

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN

DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

Pada Bab ini Penulis memaparkan beberapa teori dan konsep dari para ahli

dan dari para peneliti sebelumnya tentang teori-teori yang berkaitan dengan

variabel-variabel dalam penelitian ini.

2.1.1 Pengertian Pajak

Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu “ajeg” yang berarti pungutan

teratur pada waktu tertentu. Kemudian berangsur-angsur mengalami perubahan,

maka sebutan yang semula ajeg menjadi sebutan Pa-ajeg. Pa-ajeg memiliki arti

sebagai pungutan yang dibebankan kepada rakyat secara teratur, terhadap hasil

bumi. Pungutan tersebut sebesar 40% dari yang dihasilkan petani untuk

diserahkan kepada raja dan pengurus desa. Penentuan besar kecilnya bagian yang

diserahkan tersebut hanyalah berdasarkan adat kebiasaan semata yang

berkembang pada saat itu.

Disetiap Negara memiliki istilah pajak yang berbeda tetapi dengan

pengertian sama. Pajak dalam istilah asing adalah tax (Inggris); import

contribution, tax, droit (Perancis); Steuer, Abgabe, Gebuhr (Jerman); Impuesto

contribution, tributo, gravamen, tasa (Spanyol); dan belasting (Belanda). Dalam

literatur Amerika selain istilah tax dikenal pula istilah tarif.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …repository.unpas.ac.id/32661/3/BAB II.pdf · Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ... contribution, tax, droit (Perancis); Steuer,

19

Pengertian pajak menurut Erly Suandy (2014:105) adalah sebagai berikut:

“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang,

dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk

keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”

Definisi pajak yang dikemukakan oleh S.I Djajadiningrat dalam Siti Resmi

(2014:1):

“Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke

kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang

memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut

peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak

ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara

kesejahteraan secara umum.”

Definisi pajak yang dikemukakan oleh Dr. P.J.A. Andriani yang dikutip

oleh Siti Kurnia Rahayu (2013:22) yaitu:

“Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang

oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak

mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang

gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum

berhubung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.”

Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki

unsur – unsur sebagai berikut:

a. Pajak dipungut berdasarkan kekuatan undang-undang serta aturan

pelaksanaannya, dan sifatnya dapat dipaksakan.

b. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya imbalan

langsung individual oleh pemerintah

c. Pajak dipungut oleh negara, baik oleh pemerintah pusat maupun

pemerintah daerah.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …repository.unpas.ac.id/32661/3/BAB II.pdf · Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ... contribution, tax, droit (Perancis); Steuer,

20

d. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah (fungsi

budgetair), yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus,

digunakan untuk membiayai investasi publik.

Berdasarkan definisi di atas, pengertian pajak adalah iuran yang dapat

dipaksakan, dimana pemerintah dapat memaksa Wajib Pajak untuk memenuhi

kewajibannya dengan menggunakan surat paksa dan sita. Setiap Wajib Pajak yang

membayar iuran atau pajak kepada negara tidak akan mendapat balas jasa yang

langsung dapat ditunjukkan. Tetapi imbalan yang secara tidak langsung diperoleh

Wajib Pajak berupa pelayanan pemerintah yang ditujukan kepada seluruh

masyarakat melalui penyelenggaraan sarana irigasi, jalan, sekolah, dan

sebagainya.

2.1.1.1 Fungsi Pajak

Pengertian fungsi dalam fungsi pajak adalah pengertian fungsi sebagai

kegunaan suatu hal. Maka fungsi adalah kegunaan pokok, manfaat pokok pajak.

Sebagai alat untuk menentukan politik perekonomian, pajak memiliki kegunaan

dan manfaat pokok dalam meningkatkan kesejahteraan umum. Suatu negara

dipastikan berharap kesejahteraan ekonomi masyarakatnya selalu meningkat.

Dengan pajak sebagai salah satu pos penerimaan negara diharapkan banyak

pembangunan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan negara.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …repository.unpas.ac.id/32661/3/BAB II.pdf · Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ... contribution, tax, droit (Perancis); Steuer,

21

Umumnya dikenal dengan 2 macam fungsi pajak yaitu fungsi budgetair

dan fungsi regularend sebagaimana yang dipaparkan oleh Siti Resmi (2014:3)

sebagai berikut:

1. “Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)

Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk

membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan. Sebagai

sumber keuangan negara, pemerintah berupaya memasukkan uang

sebanyak-banyaknya untuk kas negara.

2. Fungsi Regularend (Pengatur)

Pajak mempunyai fungsi pengatur, artinya pajak sebagai alat untuk

mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang

sosial dan ekonomi serta mencapai tujuan-tujuan di luar bidang

keuangan.”

Berdasarkan fungsi pajak di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa fungsi

budgetair merupakan suatu alat untuk mengisi kas negara atau daerah sebanyak-

banyaknya dalam rangka membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan

pemerintah pusat maupun daerah, sedangkan fungsi regularend yaitu bersifat

mengatur dalam bidang sosial, politik, ekonomi dan budaya.

2.1.1.2 Jenis - Jenis Pajak

Menurut Siti Resmi (2014:7) jenis-jenis pajak dapat dikelompokkan ke

dalam tiga kelompok, adalah sebagai berikut:

1. “Menurut Golongan

a. Pajak langsung adalah pajak yang harus dipikul atau ditanggung

sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau

dibebankan kepada orang lain atau pihak lain, misalnya Pajak

Penghasilan (PPh).

b. Pajak tidak langsung adalah pajak yang pada akhirnya dapat

dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga.

Pajak tidak langsung terjadi jika terdapat suatu kegiatan, peristiwa,

atau perbuatan yang menyebabkan terutangnya pajak, misalnya

terjadi penyerahan barang atau jasa. Contohnya yaitu Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …repository.unpas.ac.id/32661/3/BAB II.pdf · Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ... contribution, tax, droit (Perancis); Steuer,

22

2. Menurut Sifat

a. Pajak subjektif adalah pajak yang pengenaannya memerhatikan

keadaan pribadi Wajib Pajak atau pengenaan pajak yang

memerhatikan keadaan subjeknya. Contohnya yaitu Pajak

Penghasilan (PPh).

b. Pajak objektif adalah pajak yang pengenaannya memerhatikan

objeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan, atau peristiwa

yang mengakibatkan kewajiban membayar pajak, tanpa

memperhatikan keadaan pribadi Subjek Pajak (Wajib Pajak)

maupun tempat tinggal, misalnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN),

Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), serta Pajak Bumi

dan Bangunan (PBB).

3. Menurut Lembaga Pemungut

a. Pajak negara (Pajak pusat) adalah jenis pajak yang dipungut oleh

pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga

negara pada umumnya. Contohnya Pajak Penghasilan (PPh), Pajak

Pertambahan Nilai (PPN), dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah

(PPnBM).

b. Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah

baik daerah tingkat I (pajak provinsi) maupun daerah tingkat II

(pajak kabupaten/kota) dan digunakan untuk membiayai rumah

tangga daerah masing-masing.”

2.1.1.3 Stelsel Pajak

Menurut Siti Resmi (2014:9) Pemungutan pajak dapat dilakukan dengan

tiga stelsel, yaitu:

“a. Stelsel Nyata (Riil). Stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan pajak

didasarkan pada objek yang sesungguhnya terjadi (untuk PPh maka

objeknya adalah penghasilan). Oleh karena itu, pemungutan pajaknya

baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yaitu setelah semua

penghasilan yang sesungguhnya dalam suatu tahun pajak diketahui.

b. Stelsel Anggapan (Fiktif)

Stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan pada suatu

anggapan yang diatur oleh undang-undang. Sebagai contoh,

penghasilan suatu tahun dianggap sama dengan penghasilan tahun

sebelumnya sehingga pajak yang terutang pada suatu tahun juga

dianggap sama dengan pajak tahun sebelumnya. Dengan stelsel ini

berarti besarnya pajak yang terutang pada tahun berjalan sudah dapat

ditetapkan atau diketahui pada awal tahun yang bersangkutan. c. Stelsel Campuran

Stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan pada

kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan. Pada awal tahun,

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …repository.unpas.ac.id/32661/3/BAB II.pdf · Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ... contribution, tax, droit (Perancis); Steuer,

23

besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan, kemudian pada

akhir tahun besarnya pajak dihitung berdasarkan keadaan yang

sesungguhnya. Jika besarnya pajak berdasar keadaan sesungguhnya

lebih besar daripada besarnya pajak menurut anggapan, Wajib Pajak

harus membayar kekurangan tersebut. Sebaliknya, jika besanya pajak

sesungguhnya lebih kecil daripada besarnya pajak menurut anggapan,

kelebihan tersebut dapat diminta kembali (restitusi) ataupun

dikompensasikan pada tahun berikutnya, setelah diperhitungkan

dengan utang pajak yang lain.”

2.1.1.4 Asas Pemungutan Pajak

Untuk mencapai tujuan pemungutan pajak perlu memegang teguh asas-

asas pemungutan dalam memilih alternatif pemungutnya. Sehingga terdapat

keserasian pemungutan pajak dengan tujuan dan asas yang masih diperlukan lagi

yaitu pemahaman atas perlakuan pajak tertentu. Menurut Siti Resmi (2014:10) ada

tiga asas yang digunakan untuk memungut pajak, yaitu sebagai berikut:

“1. Asas Domisili (Asas Tempat Tinggal)

Asas ini menyatakan bahwa Negara berhak menggunakan pajak atas

seluruh penghasilan Wajib Pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya,

baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Setiap

Wajib Pajak yang berdomisili atau bertempat tinggal di wilayah

Indonesia (wajib pajak dalam negeri) dikenakan pajak atas seluruh

penghasilan yang diperolehnya baik dari Indonesia maupun dari luar

Indonesia.

2. Asas Sumber

Asas ini menyatakan bahwa Negara berhak mengenakan pajak atas

penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat

tinggal Wajib Pajak. Setiap orang yang memperoleh penghasilan dari

Indonesia dikenakan pajak atas penghasilan yang diperoleh tadi.

2. Asas Kebangsaan

Asas ini meyatakan bahwa pengenaan pajak dihubungkan dengan

kebangsaan suatu Negara. Misalnya pajak bangsa asing di Indonesia

dikenakan atas setiap orang asing yang bukan berkebangsaan Indonesia

tetapi bertempat tinggal di Indonesia.”

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …repository.unpas.ac.id/32661/3/BAB II.pdf · Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ... contribution, tax, droit (Perancis); Steuer,

24

Di Indonesia, secara tegas dinyatakan dalam Pasal 23 ayat (2) Undang-

Undang Dasar 1945 bahwa segala pajak untuk keuangan negara ditetapkan

berdasarkan undang-undang. Untuk dapat menyusun suatu undang-undang

perpajakan, diperlukan asas-asas atau dasar-dasar yang akan dijadikan landasan

oleh negara. Seperti yang telah di uraikan di atas merupakan asas utama yang

paling sering digunakan oleh negara sebagai asas dalam menentukan

wewenangnya untuk mengenakan pajak.

2.1.1.5 Sistem Pemungutan Pajak

Menurut Siti Resmi (2014:11) sistem pemungutan pajak dibagi menjadi 3

(tiga), yaitu:

“1. Official Assessment System

Sistem pemungutan pajak yang memberi kewewenangan aparatur

perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terhutang

setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan

perpajakan yang berlaku. Dalam sistem ini, inisiatif serta kegiatan

menghitung dan memungut pajak sepenuhnya berada di tangan

aparatur perpajakan. Dengan demikian, berhasil atau tidaknya

pelaksanaan pemungutan pajak bergantung pada aparatur perpajakan

(peranan dominan ada pada aparatur perpajakan).

2. Self Assessment System

Sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang Wajib Pajak

dalam menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya

sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang

berlaku. Dalam sistem ini, inisiatif serta kegiatan menghitung dan

memungut pajak sepenuhnya berada di tangan Wajib Pajak. Wajib

Pajak dianggap mampu menghitung pajak, mampu memahami

undang-undang perpajakan yang sedang berlaku, dan mempunyai

kejujuran yang tinggi, serta menyadari akan arti pentingnya membayar

pajak. Oleh karena itu, Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk:

a) Menghitung sendiri pajak terutang;

b) Memperhitungkan sendiri pajak terutang;

c) Membayar sendiri pajak terutang;

d) Melaporkan sendiri pajak terutang; e) Mempertanggungawabkan pajak yang terutang.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …repository.unpas.ac.id/32661/3/BAB II.pdf · Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ... contribution, tax, droit (Perancis); Steuer,

25

Dengan demikian, berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan

pajak banyak tergantung pada Wajib Pajak sendiri (peranan dominan

ada pada Wajib Pajak).

3. Withholding System

Sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada pihak

ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang terutang

oleh Wajib Pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan

perpajakan yang berlaku. Penunjukkan pihak ketiga ini dilakukan

sesuai peraturan perundang-undangan perpajakan, keputusan presiden,

dan peraturan lainnya untuk memotong serta memungut pajak,

menyetor, dan mempertanggungjawabkan melalui sarana perpajakan

yang tersedia. Berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak

banyak tergantung pada pihak ketiga yang ditunjuk.”

2.1.1.6 Subjek Pajak

Subjek pajak diartikan sebagai orang yang dituju oleh Undang-undang

untuk dikenakan pajak. Pajak penghasilan dikenakan terhadap Subjek Pajak

berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam Tahun

Pajak, yang menjadi Subjek Pajak dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009

tentang Pajak Penghasilan adalah:

1. Orang Pribadi

Orang Pribadi sebagai subjek pajak dapat bertempat tinggal atau

berada di Indonesia maupun di luar Indonesia.

2. Warisan

Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan untuk

menggantikan yang berhak, warisan yang belum terbagi dimaksud

merupakan Subjek Pajak pengganti yang menggantikan mereka yang

berhak, yaitu ahli waris. Masalah penunjukan warisan yang belum

terbagi sebagai subjek pajak pengganti dimaksudkan agar pengenaan

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …repository.unpas.ac.id/32661/3/BAB II.pdf · Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ... contribution, tax, droit (Perancis); Steuer,

26

pajak atas penghasilan yang berasal dari warisan tetap dapat

dilakukan.

3. Badan

Pengertian Badan mengacu pada Undang-undang KUP, bahwa Badan

adalah sekumpulan orang dan/ atau modal yang merupakan kesatuan

baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha

yang meliputi Perseroan Terbatas (PT), Perseroan Komanditer (CV),

perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan

Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk

apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,

perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik,

atau organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk

kontrak investasi kolektif bentuk usaha tetap. Badan Usaha Milik

Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) merupakan

subjek pajak tanpa memperhatikan nama dan bentuknya sehingga

setiap unit tertentu dari badan pemerintah misalnya lembaga, badan,

dan sebagainya yang dimiliki oleh pemerintah pusat dan pemerintah

daerah yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan untuk

memperoleh penghasilan merupakan subjek pajak.

4. Bentuk Usaha Tetap

Bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh

orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi

yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …repository.unpas.ac.id/32661/3/BAB II.pdf · Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ... contribution, tax, droit (Perancis); Steuer,

27

12 bulan dan badan yang tidak didirikan dan tidak berkedudukan di

Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di

Indonesia.

2.1.2 Pengertian Self Assessment System

Self assessment terdiri dari dua kata bahasa Inggris yakni self yang artinya

sendiri, dan to asses yang artinya menilai, menghitung, menaksir. Dengan

demikian maka pengertian self assessment adalah menghitung atau menilai

sendiri. Jadi Wajib Pajak sendirilah yang menghitung dan menilai pemenuhan

kewajiban perpajakannya.

Definisi self assessment system menurut Siti Resmi (2014:11) adalah:

“Self assessment system adalah suatu Sistem pemungutan pajak yang

memberikan wewenang Wajib Pajak dalam menentukan sendiri jumlah

pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-

undangan perpajakan yang berlaku.”

Sedangkan definisi self assessment system menurut Siti Kurnia Rahayu

(2013:101) adalah sebagai berikut:

“Self assessment system adalah suatu sistem perpajakan yang memberi

kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk memenuhi dan melaksanakan

sendiri kewajiban dan hak perpajakannya.”

Seifedine Kadry (2014:573) menyatakan bahwa:

“Although the introduction of Self Assessment System (SAS) is expected to

minimize tax evasion by giving the freedom to taxpayers to handle their

own tax matters, tax audit are still required to ensure a continuous

increase and improvement in tax compliance”

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …repository.unpas.ac.id/32661/3/BAB II.pdf · Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ... contribution, tax, droit (Perancis); Steuer,

28

Berdasarkan definisi di atas self assessment system adalah sistem

pemungutan pajak yang menekankan kepada Wajib Pajak untuk bersikap aktif

dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, karena sistem pemungutan ini

memberi kebebasan kepada Wajib Pajak untuk memenuhi kewajiban

perpajakannya sendiri tanpa adanya campur tangan fiskus atau pemungut pajak.

Tata cara pemungutan pajak dengan menggunakan self assessment system

berhasil dengan baik jika masyarakat mempunyai pengetahuan dan disiplin pajak

yang tinggi, di mana ciri-ciri self assessment system adalah adanya kepastian

hukum, sederhana perhitungannya, mudah pelaksanaannya, lebih adil dan merata,

dan penghitungan pajak dilakukan oleh Wajib Pajak.

Rimsky K. Judisseno mengatakan bahwa self assessment system

diberlakukan untuk memberikan kepercayaan yang sebesar-besarnya bagi

masyarakat guna meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat dalam

menyetorkan pajaknya. Konsekuensinya masyarakat harus benar-benar

mengetahui tata cara perhitungan pajak dan segala sesuatu yang berhubungan

dengan peraturan pemenuhan perpajakan.

Self assessment system menyebabkan Wajib Pajak mendapat beban berat

karena semua aktivitas pemenuhan kewajiban perpajakan dilakukan oleh Wajib

Pajak sendiri.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …repository.unpas.ac.id/32661/3/BAB II.pdf · Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ... contribution, tax, droit (Perancis); Steuer,

29

2.1.2.1 Ciri-Ciri Self Assessment System

Ciri-ciri self assessment system menurut Siti Kurnia Rahayu (2013:102)

adalah:

“1.Wajib Pajak (dapat dibantu oleh Konsultan Pajak) melakukan peran

aktif dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.

2.Wajib Pajak adalah pihak yang bertanggung jawab penuh atas kewajiban

perpajakannya sendiri.

3.Wajib Pajak dalam hal ini Instansi Perpajakan melakukan pembinaan,

penelitian, dan pengawasan terhadap pelaksanaan kewajiban perpajakan

bagi Wajib Pajak, melalui pemeriksaan pajak dan penerapan sanksi

pelanggaran dalam bidang pajak sesuai peraturan yang berlaku.”

Self assessment system mempunyai arti bahwa pemberian kepercayaan

sepenuhnya kepada Wajib Pajak (dapat dibantu konsultan pajak) untuk

menentukan penetapan besarnya pajak yang terutang sendiri, dan kemudian

melaporkan pembayaran pajak dan penghitungan pajak secara teratur jumlah

pajak terutang dan yang telah dibayar sebagaimana ditentukan dalam peraturan

perundang-undangan perpajakan.

2.1.2.2 Syarat Dalam Pelaksanaan Self Assessment System

Dalam rangka melaksanakan self assessment system ini diperlukan

prasyarat yang harus dipenuhi untuk menunjang keberhasilan dari pelaksanaan

sistem pemungutan ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Erly Suandy

(2014:128), yaitu:

“1. Kesadaran Wajib Pajak (Tax Consciousness)

Kesadaran Wajib Pajak artinya Wajib Pajak mau dengan sendirinya

melakukan kewajiban perpajakannya seperti mendaftarkan diri, menghitung, membayar dan melaporkan jumlah pajak terutangnya.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …repository.unpas.ac.id/32661/3/BAB II.pdf · Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ... contribution, tax, droit (Perancis); Steuer,

30

2. Kejujuran Wajib Pajak

Kejujuran Wajib Pajak artinya Wajib Pajak melakukan kewajibannya

dengan sebenar-benarnya tanpa adanya manipulasi, hal ini dibutuhkan

di dalam sistem ini karena fiskus memberi kepercayaan kepada Wajib

Pajak untuk mendaftarkan diri, menghitung, membayar, dan

melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutangnya.

3. Kemauan Membayar Pajak dari Wajib Pajak (Tax Mindedness)

Tax Mindedness artinya Wajib Pajak selain memiliki kesadaran akan

kewajiban perpajakannya, namun juga dalam dirinya memiliki hasrat

dan keinginan yang tinggi dalam membayar pajak terutangnya.

4. Kedisiplinan Wajib Pajak (Tax Dicipline)

Kedisiplinan Wajib Pajak artinya Wajib Pajak dalam melakukan

kewajiban perpajakannya dilakukan dengan tepat waktu sesuai dengan

ketentuan dan peraturan yang berlaku.”

Dalam rangka melaksanakan self assessment system ini diperlukan

prasyarat yang harus dipenuhi untuk menunjang keberhasilan dari pelaksanaan

sistem pemungutan pajak.

2.1.2.3 Dimensi dan Indikator Self Assessment System

Self assessment system menyebabkan Wajib Pajak mendapat beban berat

karena semua aktivitas pemenuhan kewajiban perpajakan dilakukan oleh Wajib

Pajak sendiri. Kewajiban Wajib Pajak dalam self assessment system menurut Siti

Kurnia Rahayu (2013:103) adalah sebagai berikut:

“1. Mendaftarkan Diri ke Kantor Pelayanan Pajak

Wajib Pajak mempunyai kewajiban untuk mendaftarkan diri ke

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor Penyuluhan Potensi

Perpajakan (KP4) yang wilayahnya meliputi tempat tinggal atau

kedudukan Wajib Pajak, dan dapat melalui e-register (media

elektronik on-line) untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak

(NPWP).

2. Menghitung Pajak oleh Wajib Pajak

Menghitung pajak penghasilan adalah menghitung besarnya pajak

terutang yang dilakukan pada setiap akhir tahun pajak, dengan cara mengalikan tarif pajak dengan pengenaan pajaknya. Sedangkan

memperhitungkan adalah mengurangi pajak yang terutang tersebut

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …repository.unpas.ac.id/32661/3/BAB II.pdf · Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ... contribution, tax, droit (Perancis); Steuer,

31

dengan jumlah pajak yang dilunasi dalam tahun berjalan yang dikenal

sebagai kredit pajak (pre-payment).

3. Membayar Pajak Dilakukan Sendiri oleh Wajib Pajak

a. Membayar Pajak

1) Membayar sendiri pajak yang terutang: angsuran PPh pasal 25

tiap bulan, pelunasan PPh pasal 29 pada akhir tahun.

2) Melalui pemotongan dan pemungutan pihak lain (PPh pasal 4

(2),PPh Pasal 15, PPh Pasal 21, 22, 23 dan 26). Pihak lain disini

berupa pemberi penghasilan, pemberi kerja, dan pihak lain yang

ditunjuk atau ditetapkan oleh pemerintah.

3) Pemungutan PPN oleh pihak penjual atau oleh pihak yang

ditunjuk pemerintah.

4) Pembayaran pajak-pajak lainnya; PBB, BPHTB, bea materai.

b. Pelaksanaan Pembayaran Pajak

Pembayaran pajak dapat dilakukan di bank-bank pemerintah

maupun swasta dan kantor pos dengan menggunakan Surat Setoran

Pajak (SSP) yang dapat diambil di KPP atau KP4 terdekat, atau

dengan cara lain melalui pembayaran pajak secara elektronik (e-

payment).

c. Pemotongan dan Pemungutan

Jenis pemotongan/pemungutan adalah PPh Pasal 21, 22, 23, 26,

PPh final pasal 4 (2), PPh Pasal 15, PPN, dan PPnBM. Untuk PPh

dikreditkan pada akhir tahun, sedangkan PPN dikreditkan pada

masa diberlakukannya pemungutan dengan mekanisme pajak

keluar dan pajak masukan.

4. Pelaporan Dilakukan oleh Wajib Pajak

Surat Pemberitahuan (SPT) memiliki fungsi sebagai suatu sarana bagi

Wajib Pajak didalam melaporkan dan mempertanggungjawabkan

penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang. Selain itu, surat

pemberitahuan berfungsi untuk melaporkan pembayaran atau

pelunasan pajak, baik yang dilaksanakan Wajib Pajak sendiri maupun

melalui mekanisme pemotongan dan pemungutan yang dilakukan oleh

pihak ketiga, melaporkan harta dan kewajiban, dan pembayaran dari

pemotongan atau pemungut tentang pemotongan dan pemungutan

pajak yang telah dilakukan.”

Berdasarkan dimensi dan indikator tersebut, self assessment system

menjadi sebuah sistem yang memberi kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk

memenuhi dan melaksanakan sendiri kewajiban dan hak perpajakannya.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …repository.unpas.ac.id/32661/3/BAB II.pdf · Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ... contribution, tax, droit (Perancis); Steuer,

32

2.1.2.4 Prinsip Self Assessment System

Prinsip self assessment system tampak pada Pasal 12 Undang–Undang

Nomor 16 Tahun 2000 yaitu sebagai berikut:

1) “Setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak yang terutang berdasarkan

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dengan tidak

menggantungkan pada adanya surat ketetapan pajak

2) Jumlah pajak yang terutang menurut Surat Pemberitahuan yang

disampaikan oleh Wajib Pajak adalah jumlah pajak yang terutang

menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

3) Apabila Direktur Jenderal Pajak mendapatkan bukti bahwa jumlah

pajak yang terutang menurut Surat Pemberitahuan sebagaimana

dimaksud dalam ayat (2) tidak benar, maka Direktur Jenderal Pajak

menetapkan jumlah pajak terutang yang semestinya.”

Self assessment system memindahkan beban pembuktian kepada fiskus.

Wajib Pajak dianggap benar sampai fiskus dapat membuktikan adanya kesalahan

tersebut.

2.1.3 Pengertian Pemeriksaan Pajak

Dalam pelaksanaan undang-undang perpajakan, fungsi pengawasan

sekaligus pembinaan merupakan konsekuensi dari pemberian kepercayaan kepada

Wajib Pajak. Oleh karena itu selain fungsi pengawasan dan pembinaan yang harus

dijalankan oleh pemerintah perlu juga dibarengi dengan upaya penegakan hukum

(tax enforcement). Diwujudkan dalam pengenaan sanksi, tujuannya untuk

mencapai tingkat keadilan yang diharapkan dalam pemungutan pajak.

Penegakan hukum dalam self assessment system merupakan hal yang

penting. Seperti diketahui bahwa dalam sistem perpajakan ini dipentingkan

adanya voluntary compliance dari Wajib Pajak. Karena tuntutan peran aktif dari

Wajib Pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannnya, maka kepatuhan dari

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …repository.unpas.ac.id/32661/3/BAB II.pdf · Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ... contribution, tax, droit (Perancis); Steuer,

33

Wajib Pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya, maka kepatuhan dari

Wajib Pajak sangatlah penting. Sedangkan kepatuhan Wajib Pajak perlu

ditegakkan salah satu caranya adalah dengan tax enforcement.

Pilar-pilar penegakan hukum pajak (tax enforcement) diantaranya adalah

pemeriksaan pajak (tax audit), penyidikan pajak (tax investigation), dan

penagihan pajak (tax collection).

Pemeriksaan pajak adalah salah satu upaya pencegahan tax evasion.

Pemeriksaan pajak yang dilakukan secara profesional oleh aparat pajak dalam

kerangka self assessment system merupakan bentuk penegakan hukum perpajakan.

Definisi Pemeriksaan Pajak menurut Erly Suandy (2014:203) adalah

sebagai berikut :

“Serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data dan

atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban

perpajakan dan atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan

ketentuntuan peraturan perundang-undangan perpajakan.”

Definisi Pemeriksaan Pajak menurut Agus Sambodo (2014:62) adalah

sebagai berikut :

“Pemeriksaan pajak adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan

mengolah data, keterangan dan/atau bukti yang dilaksanakan secara

objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk

menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk

tujuan lain dalam rangka melaksanakan peraturan perundang-undangan

perpajakan.”

Berdasarkan definisi-definisi di atas maka penulis menyimpulkan bahwa

pemeriksaan pajak adalah serangkaian kegiatan yang merupakan hak kantor pajak

yang dilengkapi dengan tanda pengenal pemeriksa dan surat perintah pemeriksaan

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …repository.unpas.ac.id/32661/3/BAB II.pdf · Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ... contribution, tax, droit (Perancis); Steuer,

34

untuk kegiatan mencari, mengumpulkan dan mengolah data dan atau keterangan

lain yang berasal dari pembukuan wajib pajak maupun dari sumber-sumber

lainnya terkait dengan fokus pemeriksaan.

2.1.3.1 Standar Pemeriksaan Pajak

Adapun standar pemeriksaan dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak

Nomor PER-9/PJ/2010 adalah sebagai berikut:

1. “Standar Umum Pemeriksaan Pajak

Standar umum pemeriksaan adalah standar yang bersifat pribadi yang

berkaitan dengan persyaratan pemeriksaan pajak dan mutu pekerjaan.

Standar umum sebagaimana dimaksud meliputi :

a) Telah mendapat pendidikan dan pelatihan teknis

b) Jujur dan bersih

c) Taat terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan

termasuk taat terhadap batas waktu yang ditentukan.

2. Standar Pelaksanaan Pemeriksaan

Pelaksanaan pemeriksaan harus didahului dengan persiapan yang baik

sesuai dengan tujuan pemeriksaan, dan mendapat pengawasaan yang

seksama. Standar pelaksanaan yang dimaksud meliputi :

a) Mengumpulkan dan mempelajari data Wajib Pajak

Mempelajari profil Wajib Pajak

Menganalisis data keuangan Wajib Pajak

Mempelajari data lain yang relevan b) Menyusun rencana pemeriksaan

Setelah mempelajari data Wajib Pajak, Supervisor harus

menyusun rencana pemeriksaan, rencana pemeriksaan harus

disusun sebelum diterbitkan dan harus disetujui oleh kepala

UP2. Rencana pemeriksaan meliputi:

Penentuan kriteria pemeriksaan

Jenis pemeriksaan

Ruang lingkup pemeriksaan

Identitas masalah

Sarana pendukung

Menentukan pos-pos yang akan diperiksa c) Menyusun program pemeriksaan

Penyusunan program pemeriksaan dilakukan secara mandiri

objektif, profesional serta memperhatikan rencana

pemeriksaan yang telah di telaah.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …repository.unpas.ac.id/32661/3/BAB II.pdf · Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ... contribution, tax, droit (Perancis); Steuer,

35

d) Menyiapkan sarana pemeriksaan

Untuk kelancaraan dan kelengkapan dalam menjalankan

pemeriksaan. Tim pemeriksa harus menyiapkan tanda

pengenal pemeriksa pajak, SP2 dan sarana pemeriksaan

lainnya.

3. Standar Pelaporan Hasil Pemeriksaan

Kegiatan pemeriksaan harus dilaporkan dalam bentuk LHP yang

disusun sesuai standar pelaporan hasil pemeriksaan sehingga LHP

dapat dipahami dengan baik oleh Wajib Pajak.”

2.1.3.2 Tujuan Pemeriksaan Pajak

Tujuan pemeriksaan pajak menurut Erly Suandy (2014:204) adalah

sebagai berikut :

“1. Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam rangka

memberikan kepastian hukum, keadilan dan pembinaan kepada

Wajib Pajak.

2. Tujuan lain dalam rangka melaksankan kententuan peraturan

perundang-undangan perpajakan.”

Menurut Peraturan Menteri Keuangan No.199/PMK 03/2007 Pasal 2,

tujuan pemeriksaan pajak adalah untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban

perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksankan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 199/PMK03/2007

tanggal 28 Desember 2007 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak, menetapkan

bahwa pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan

Wajib Pajak dapat dilakukan dalam hal Wajib Pajak sebagai berikut :

a. SPT lebih bayar termasuk yang telah diberikan pengembalian

pendahuluan pajak;

b. SPT rugi;

c. SPT tidak atau terlambat (melampaui jangka waktu yang ditetapkan

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …repository.unpas.ac.id/32661/3/BAB II.pdf · Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ... contribution, tax, droit (Perancis); Steuer,

36

dalam Surat Teguran) disampaikan;

d. Melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, likuidasi,

pembubaran, atau akan meninggalkan Indonesia untuk selama-

lamanya; atau

e. Menyampaikan SPT yang memenuhi kriteria seleksi berdasarkan hasil

analisis (risk based selection) mengindikasikan adanya kewajiban

perpajakan WP yang tidak dipenuhi sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan.

Tujuan lain dari Pemeriksaan adalah dalam rangka :

a. Pemberian NPWP secara jabatan;

b. Penghapusan NPWP;

c. Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) dan pencabutan PKP

d. Wajib Pajak mengajukan keberatan;

e. Pengumpulan bahan untuk penyusunan Norma Penghitungan

Penghasilan Neto.

f. Pencocokan data dan/atau alat keterangan.

g. Penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil.

h. Penentuan satu atau lebih tempat terutang PPN.

i. Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak;

j. Penentuan saat mulai berproduksi sehubungan dengan fasilitas

perpajakan dan/ atau;

k. Pemenuhan permintaan informasi dari negara mitra Perjanjian

Penghindaran Pajak Bergan.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …repository.unpas.ac.id/32661/3/BAB II.pdf · Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ... contribution, tax, droit (Perancis); Steuer,

37

2.1.3.3 Ruang Lingkup Pemeriksaan Pajak

Menurut Erly Suandy (2014:207) dalam rangka menjalankan pemeriksaan

pajak diperlukan pemahaman mengenai ruang lingkup pemeriksaan yaitu :

“1. Pemeriksaan lengkap

Pemeriksaan lengkap yaitu pemeriksaan yang dilakukan di tempat

Wajib Pajak yang meliputi seluruh jenis pajak atau tujuan lain baik

tahun berjalan maupun tahun-tahun sebelumnya dengan menerapkan

teknik-teknik pemeriksaan yang lazim digunakan dalam pemeriksaan

pada umumya. Unit pelaksana pemeriksaan lengkap adalah Direktorat

Pemeriksaan Pajak dan Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak

2. Pemeriksaan sederhana

Pemeriksaan sederhana yaitu pemeriksaan yang dilakukan untuk

mencari, mengumpulkan dan mengolah data atau kegiatan lainnya

dengan menerapkan teknik-teknik pemeriksaan dengan bobot dan

kedalaman yang sederhana. Pemeriksaan sederhana dilakukan karena

selama ini pemeriksaan yang telah dilakukan banyak memerlukan

waktu, biaya, dan pengorbanan sumber daya lainnya, baik dari

Administrasi Pajak maupun oleh Wajib Pajak itu sendiri. Sehingga

kurang dapat memberikan kepuasan kepada masyarakat Wajib Pajak.”

2.1.3.4 Jenis-Jenis Pemeriksaan Pajak

Jenis-jenis Pemeriksaan pajak menurut Erly Suandy (2014:208) dapat

dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

“1. Pemeriksaan Rutin adalah pemeriksaan yang langsung dilakukan oleh

unit pemeriksaan tanpa harus ada persetujuan terlebih dahulu dari unit

atasan, biasanya harus segera dilakukan terhadap :

a. SPT lebih bayar

b. SPT rugi

c. SPT yang menyalahi norma perhitungan

Batas waktu pemeriksaan rutin lengkap paling lama tiga bulan sejak

pemeriksaan dimulai, sedangkan pemeriksaan lokasi lamanya

maksimal 45 hari sejak Wajib Pajak diperiksa.

2. Pemeriksaan khusus dilakukan setelah ada persetujuan atau instruksi

dari unit atasan (Direktrorat Jenderal Pajak atau Kepala kantor yang

bersangkutan) dalam hal :

a. Terdapat bukti bahwa SPT yang disampaikan tidak benar b. Terdapat indikasi bahwa Wajib Pajak melakukan tindak pidana di

bidang perpajakan.

c. Sebab-sebab lain berdasakan instruksi dari Direktur Jendral Pajak

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …repository.unpas.ac.id/32661/3/BAB II.pdf · Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ... contribution, tax, droit (Perancis); Steuer,

38

atau Kepala Kantor Wilayah.”

2.1.3.5 Prosedur Pelaksanaan Pemeriksan Pajak

Prosedur pelaksanaan pemeriksaan pajak menurut Mardiasmo (2011:54)

adalah sebagai berikut :

“1. Petugas pemeriksaan harus dilengkapi dengan surat perintah

pemeriksaan dan harus memperhatikan kepada Wajib Pajak yang

diperiksa.

2. Wajib Pajak yang diperiksa harus

a) Memperhatikan atau meminjamkan buku atau catatan dokumen

yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan

dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha pekerjaan

bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak.

b) Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat dan ruangan

yang dipandang perlu dan memberikan bantuan guna kelancaran

pemeriksaan.

c) Memberi keterangan yang diperlukan.

3. Apabila dalam mengungkapkan pembukuan, pencatatan atau dokumen

serta keterangan yang diminta, Wajib Pajak terikat oleh suatu

kewajiban untuk merahasiakan, maka kewajiban untuk merahasiakan

itu ditiadakan.

4. Direktur Jendral Pajak berwenang melakukan penyegelan tempat atau

ruangan tertentu bila objek pajak tidak memenuhi kewajiban pada

butir dua diatas.”

2.1.3.6 Metode Pemeriksaan Pajak

Metode pemeriksaan pajak yang sering digunakan menurut Siti Kurnia

Rahayu (2013:306) adalah sebagai berikut:

“1. Metode Langsung

Metode Langsung adalah teknik dan prosedur pemeriksaan dengan

melakukan pengujian atas kebenaran angka-angka dalam SPT yang

dilakukan langsung terhadap laporan keuangan dan buku-buku,

catatan-catatan, serta dokumen–dokumen pendukungnya sesuai

dengan urutan proses pemeriksaan.

Teknik yang digunakan dalam metode pemeriksaan langsung yaitu: a. Mengevaluasi, menilai kebenaran formal dan kelengkapan SPT

serta sistem pengendalian intern.

b. Menganalisis, mengalisis angka-angka meliputi kegiatan

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …repository.unpas.ac.id/32661/3/BAB II.pdf · Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ... contribution, tax, droit (Perancis); Steuer,

39

pengecekan dan penghitungan kembali secara matematis terhadap

angka-angka SPT, Neraca, dan Daftar Rugi Laba.

c. Mentrasis angka dan memeriksa dokumen, dilakukan dengan cara

pengurutan pemeriksaan sesuai dengan jejak bukti pemeriksaan

(audit trail).

d. Menguji keterkaitan, meliputi pengujian kelengkapan dan

keabsahan dokumen dasar yang disebut dengan istilah source

control.

2. Metode tidak langsung

Metode tidak langsung yaitu teknik dan prosedur pemeriksaan pajak

dengan melakukan pengujian atas kebenaran angka-angka dalam SPT.

Pendekatan yang dilakukan untuk metode tidak langsung yaitu dengan

perhitungan tertentu mengenai penghasilan dan biaya yang meliputi :

a. Metode transaksi tunai

b. Metode transaksi bank

c. Metode sumber dan pengadaan dana

d. Metode perbandingan kekayaan bersih

e. Metode perhitungan persentase

f. Metode satuan dan volume

g. Pendekatan produksi

h. Pendekatan laba kotor

i. Pendekatan biaya hidup

3. Metode Pemeriksaan Transaksi Afiliasi

Diperlukan karena transaksi antar perusahaan afiliasi (hubungan

istimewa) memiliki potensi tidak menggunakan harga wajar. Caranya

dengan menguji angka-angka dalam SPT melalui suatu pendekatan

perhitungan tertentu mengenai penghasilan dan biaya. Metode yang

bisa digunakan yaitu:

a. Metode harga pasar sebanding

b. Metode harga jual minus

c. Metode harga pokok plus

d. Metode lainnya yang dapat diterima”

2.1.3.7 Jangka Waktu Pelaksanaan Pemeriksaan

Jangka waktu pelaksanaan pemeriksaan menurut Waluyo (2012:374)

ditetapkan sebagai berikut:

“1. Pemeriksaan kantor dilakukan dalam jangka waktu paling lama enam

bulan yang dihitung sejak tanggal Wajib Pajak datang memenuhi surat

panggilan dalam rangka pemeriksaan kantor sampai dengan tanggal laporan hasil pemeriksaan.

2. Pemeriksaan lapangan dilakukan dalam jangka waktu paling lama

empat bulan dan dapat diperpanjang menjadi paling lama delapan

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …repository.unpas.ac.id/32661/3/BAB II.pdf · Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ... contribution, tax, droit (Perancis); Steuer,

40

bulan yang dihitung sejak tanggal surat pemeriksaan sampai dengan

tanggal hasil laporan pemeriksaan.

3. Apabila dalam pemeriksaan lapangan ditemukan indikasi transaksi

yang terkait dengan transfer pricing dan/atau trasnsaksi khusus yang

berindikasi adanya rekayasa transaksi keuangan yang memerlukan

pengujian yang lebih mendalam serta memerlukan waktu yang lebih

lama, pemeriksaan lapangan dilaksanakan dalam jangka waktu paling

lama dua tahun.

4. Dalam pemeriksaan dilakukan berdasarkan kriteria pemeriksaan pajak

mengenai pengajuan permohonan pengembalian kelebihan

pembayaran pajak oleh Wajib Pajak, jangka waktu pemeriksaan

sebagaimana dimaksud pada butir 1, 2, dan 3 diatas, harus

memperhatikan jangka waktu penyelesaian permohonan pengembalian

kelebihan pembayaran pajak”.

Jangka waktu pemeriksaan menurut Siti Kurnia Rahayu (2013:268) adalah

sebagai berikut:

“Untuk pemeriksaan sederhana lapangan selama 4 bulan, sejak tanggal

disampaikannya Surat Pemberitahuan Pajak kepada WP:

a. Untuk pemeriksaan sederhana lapangan diperpanjang 8 bulan.”

2.1.3.8 Tahap Pemeriksaan Pajak

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2013:286) tahapan pemeriksaan pajak

sebagai berikut :

“ 1. Persiapan Pemeriksa Pajak

Persiapan pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan

oleh pemeriksa sebelum melaksanakan tindakan pemeriksaan dan

meliputi kegiatan sebagai berikut:

a. Mempelajari berkas wajib pajak/ berkas data

b. Menganalisis SPT dan laporan keuangan wajib pajak

c. Mengidentifikasi masalah

d. Melakukan pengenalan lokasi wajib pajak

e. Menentukan ruang lingkup pemeriksa

f. Menyusun program pemeriksaan

g. Menentukan buku-buku dan dokumen yang akan dipinjam

h. Menyediakan sarana pemeriksaan

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …repository.unpas.ac.id/32661/3/BAB II.pdf · Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ... contribution, tax, droit (Perancis); Steuer,

41

2. Pelaksanaan Pemeriksaan

Pelaksanaan Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan

pemeriksa meliputi:

a. Memeriksa di tempat wajib pajak

b. Melakukan penilaian atas sistem pengendalian intern

c. Memutakhirkan ruang lingkup dan program pemeriksaan

d. Melakukan pemeriksaan atas buku-buku, catatan-catatan dan

dokumen-dokumen

e. Melakukan konfirmasi kepada pihak ketiga

f. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada wajib pajak

g. Melakukan sidang penutup (Closing Conference)

3. Teknik dan Metode Pemeriksaan

Program pemeriksaan adalah pernyataan pilihan dan urutan metode,

teknik dan prosedur pemeriksaan yang akan dilaksanakan oleh

pemeriksa dalam melakukan pemeriksaan dengan tujuan tertentu

a. Metode langsung

b. Metode tidak langsung

c. Metode pemeriksaan transaksi afiliasi

4. Penyusunan Kertas Kerja Pemeriksaan dan Laporan Hasil Pemeriksaan

a. Kertas kerja pemeriksaan

b. Laporan hasil pemeriksaan.”

2.1.4 Tax Evasion

Tax Evasion (Penggelapan Pajak) terjadi sebelum Surat Ketetapan Pajak

(SKP) dikeluarkan. Hal ini merupakan pelanggaran terhadap undang-undang

dengan maksud melepaskan diri dari pajak/ mengurangi dasar penetapan pajak

dengan cara menyembunyikan sebagian dari penghasilannya. Wajib Pajak di

setiap negara terdiri dari Wajib Pajak besar (berasal dari multinational

corporation yang terdiri dari perusahaan-perusahaan penting nasional) dan Wajib

Pajak kecil (berasal dari profesional bebas yang terdiri dari dokter yang membuka

praktek sendiri, pengacara yang bekerja sendiri, dll).

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …repository.unpas.ac.id/32661/3/BAB II.pdf · Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ... contribution, tax, droit (Perancis); Steuer,

42

Penyelundupan pajak merupakan perbuatan tercela yang dilakukan oleh

Wajib Pajak atau penasihat ahlinya yang bertujuan dengan sengaja melakukan

pelanggaran terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang

berlaku.

2.1.4.1 Pengertian Tax Evasion

Tax Evasion merupakan tindakan yang ilegal yang memperkecil ataupun

meloloskan diri untuk tidak membayar pajak sesuai dengan besarnya pajak yang

harus dibayarkan.

Tax Evasion menurut Siti Kurnia Rahayu (2013:147), yaitu:

“Penggelapan Pajak (tax evasion) merupakan usaha aktif Wajib Pajak

dalam hal mengurangi, menghapuskan, manipulasi ilegal terhadap utang

pajak atau meloloskan diri untuk tidak membayar pajak sebagaimana yang

telah terutang menurut aturan perundang-undangan.”

Menurut Erly Suandy (2014:21), menjelaskan tax evasion sebagai berikut:

“Penggelapan pajak (tax evasion) adalah merupakan pengurangan pajak

yang dilakukan dengan melanggar peraturan perpajakan seperti memberi

data-data palsu atau menyembunyikan data. Dengan demikian,

penggelapan pajak dapat dikenakan sanksi pidana.”

Menurut Kaushal Kumar Agrawal (2007:6) yaitu:

“Tax evasion is the general terms for efforts by individuals, firms, and

other entities to evade tax by illegal means. Tax evasion usually entails

taxpayer's deliberately misrepresenting or concealing the true state of

their affairs to the tax authorities to reduce their tax liability, and

includes, in particular, dishonest tax reporting (such as declaring less

income, profits or gains that actually earned or overstating deductions.”

Robert W. Mcgee (2012:376) menyatakan bahwa: ...Voluntary taxes and

the self assessment system mechanism opens the door wide for tax

avoidance and sometimes to tax evasion

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …repository.unpas.ac.id/32661/3/BAB II.pdf · Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ... contribution, tax, droit (Perancis); Steuer,

43

Pada umumnya tax avoidance dan tax evasion mempunyai tujuan yang

sama, yaitu mengurangi beban pajak, akan tetapi cara penggelapan pajak dalam

mengurangi beban pajaknya jelas-jelas merupakan perbuatan illegal atau

perbuatan melanggar hukum.

Penyebab Wajib Pajak melakukan tax evasion diantaranya adalah

fitrahnya penghasilan yang diperoleh wajib pajak yang utama ditujukan untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya. Pada saat telah memenuhi ketentuan perpajakan

timbul kewajiban pembayaran pajak kepada negara. Timbul konflik antara

kepentingan diri sendiri dan kepentingan negara. Sebab yang lain adalah wajib

pajak kurang sadar tentang kewajiban bernegara, tidak patuh terhadap peraturan,

kurang menghargai hukum, tingginya tarif pajak dan kondisi lingkungan seperti

kestabilan pemerintah dan penghamburan keuangan negara yang berasal dari

pajak.

Berdasarkan beberapa definisi yang dikemukakan para ahli di atas, maka

dapat disimpulkan bahwa tax evasion merupakan cara illegal (usaha yang tidak

dibenarkan) yang dilakukan oleh wajib pajak untuk lari atau menghindarkan diri

dari pengenaan pajak dengan melakukan tindakan yang menyimpang (irregular

acts), yaitu meminimalkan pembayaran pajak, tidak melaporkan pajak secara utuh

atau memanipulasi jumlah pajak yang terutang serta berbagai bentuk kecurangan

(frauds) lainnya yang dilakukan dengan sengaja dan dalam keadaan sadar. Hal ini

merupakan tindak pidana karena sebagai pelanggaran terhadap undang-undang

perpajakan.

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …repository.unpas.ac.id/32661/3/BAB II.pdf · Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ... contribution, tax, droit (Perancis); Steuer,

44

2.1.4.2 Faktor – Faktor Tax Evasion

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2013:149) terdapat beberapa factor yang

menyebabkan timbulnya tindakan tax evasion:

“Sebab Wajib Pajak melakukan tax evasion adalah Wajib Pajak kurang

sadar tentang kewajiban bernegara, tidak patuh pada peraturan, kurang

menghargai hukum, tingginya tarif pajak, dan kondisi lingkungan seperti

kestabilan pemerintahan, dan penghamburan keuangan negara yang

berasal dari pajak.”

Berikut beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya tindakan tax

evasion:

1. Kondisi lingkungan

Lingkungan sosial masyarakat menjadi hal yang tak terpisahkan dari

manusia sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu saling bergantung satu

sama lain. Hampir tidak ditemukan manusia di dunia ini yang hidupnya hanya

bergantung pada diri sendiri tanpa memperdulikan keberadaan orang lain.

Begitu juga dalam dunia perpajakan, manusia akan melihat lingkungan

sekitar yang seharusnya mematuhi aturan perpajakan. Mereka saling

mengamati terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan. Jika kondisi

lingkungannya baik (taat aturan), masing-masing individu akan termotivasi

untuk mematuhi peraturan perpajakan dengan membayar pajak sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …repository.unpas.ac.id/32661/3/BAB II.pdf · Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ... contribution, tax, droit (Perancis); Steuer,

45

Sebaliknya jika lingkungan sekitar kerap melanggar peraturan,

Masyarakat menjadi saling meniru untuk tidak mematuhi peraturan karena

dengan membayar pajak, mereka merasa rugi telah membayarnya sementara

yang lain tidak.

2. Pelayanan fiskus yang mengecewakan

Pelayanan aparat pemungut pajak terhadap masyarakat cukup

menentukan dalam pengambilan keputusan wajib pajak untuk membayar

pajak. Hal tersebut disebabkan oleh perasaan wajib pajak yang merasa dirinya

telah memberikan kontribusi pada negara dengan membayar pajak.

Jika pelayanan yang diberikan telah memuaskan wajib pajak, mereka

tentunya merasa telah diapresiasi oleh fiskus. Mereka menganggap bahwa

kontribusinya telah dihargai meskipun hanya sekedar dengan pelayanan yang

ramah saja. Tapi jika yang dilakukan tidak menunjukkan penghormatan atas

usaha wajib pajak, masyarakat merasa malas untuk membayar pajak kembali.

3. Tingginya tarif pajak

Pemberlakuan tarif pajak mempengaruhi wajib pajak dalam hal

pembayaran pajak. Pembebanan pajak yang rendah membuat masyarakat tidak

terlalu keberatan untuk memenuhi kewajibannya. Meskipun masih ingin

berkelit dari pajak, mereka tidak akan terlalu membangkang terhadap aturan

perpajakan karena harta yang berkurang hanyalah sebagian kecilnya.

Dengan pembebanan tarif yang tinggi, masyarakat semakin serius

berusaha untuk terlepas dari jeratan pajak yang menghantuinya. Wajib pajak

ingin mengamankan hartanya sebanyak mungkin dengan berbagai cara karena

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …repository.unpas.ac.id/32661/3/BAB II.pdf · Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ... contribution, tax, droit (Perancis); Steuer,

46

mereka tengah berusaha untuk mencukupi berbagai kebutuhan hidupnya.

Masyarakat tidak ingin apa yang telah diperoleh dengan kerja keras harus

hilang begitu saja hanya karena pajak yang tinggi.

4. Sistem administrasi perpajakan yang buruk

Penerapan sistem administrasi pajak mempunyai peranan penting

dalam proses pemungutan pajak suatu negara. Dengan sistem administrasi

yang bagus, pengelolaan perpajakan akan berjalan lancar dan tidak akan

terlalu banyak menemui hambatan yang berarti. Sistem yang baik akan

menciptakan manajemen pajak yang profesional, prosedur berlangsung

sistematis dan tidak semrawut. Ini membuat masyarakat menjadi terbantu

karena pengelolaan pajak yang tidak membingungkan dan transparan.

Seandainya sistem yang diterapkan berjalan jauh dari harapan,

mayarakat menjadi berkeinginan untuk menghindari pajak. Mereka bertanya-

tanya apakah pajak yang telah dibayarnya akan dikelola dengan baik atau

tidak. Setelah timbul pemikiran yang menyangsikan kinerja fiskus seperti itu,

kemungkinan besar banyak wajib pajak yang benar-benar `lari` dari kewajiban

membayar pajak.

Menurut Oliver Oldman dalam Moh. Zain yang dikutip oleh Siti Kurnia

Rahayu (2013:148) tax evasion tidak hanya terbatas pada kecurangan dan

penggelapan dalam segala bentuknya, tetapi juga meliputi kelalaian memenuhi

kewajiban perpajakan yang disebabkan oleh:

“a. Ketidaktahuan (ignorance), yaitu Wajib Pajak tidak sadar atau tidak tahu akan adanya ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan

tersebut.

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …repository.unpas.ac.id/32661/3/BAB II.pdf · Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ... contribution, tax, droit (Perancis); Steuer,

47

a. Kesalahan (error), yaitu Wajib Pajak paham dan mengerti mengenai

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan tetapi salah

hitung datanya.

b. Kesalahpahaman (missunderstanding), yaitu Wajib Pajak salah

menafsirkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

c. Kealpaan (negligence), yaitu Wajib Pajak alpa untuk menyimpan buku

beserta bukti-buktinya secara lengkap.”

2.1.4.3 Bentuk Tindakan Tax Evasion

Tax evasion merupakan suatu perbuatan yang melanggar ketentuan

undang-undang perpajakan. Bentuk pelanggaran tersebut sesuai dengan pasal 38

dan Pasal 39 Undang-undang Nomor 6 tahun 1983. Menurut Moh. Zain

(2008:52), bentuk tindakan tax evasion yaitu sebagai berikut:

“ 1. Tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT).

2. Menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) dengan tidak benar.

3. Tidak mendaftarkan diri atau menyalahgunakan NPWP atau

pengukuhan Pengusahan Kena Pajak (PKP).

4. Tidak menyetorkan pajak yang telah dipungut atau dipotong

5. Berusaha menyuap fiskus.”

2.1.5 Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak

2.1.5.1 Pengertian Wajib Pajak

Pengertian wajib pajak badan menurut Siti Kurnia Rahayu dan Sony

Devano (2010:143) :

“Sekumpulan orang atau badan yang menurut ketentuan undang-undang

perpajakan di tentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan termasuk

pemungutan pajak dan pemotongan pajak tertentu.”

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …repository.unpas.ac.id/32661/3/BAB II.pdf · Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ... contribution, tax, droit (Perancis); Steuer,

48

Menurut Siti Kurnia Rahayu dan Sony Devano (2010:144) Wajib Pajak

dikelompokan menjadi :

“1. Wajib Pajak Orang Pribadi

2. Wajib Pajak Badan

3. Wajib Pajak pemungut/pemotong”

Dalam undang-undang KUP lama, istilah Wajib Pajak didefinisikan

sebagai berikut :

“Orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-

undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan,

termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu.”

Dari definisi ini kita dapat memahami bahwa Wajib Pajak ini terdiri dari

dua jenis yaitu Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan. Namun

demikian, kriteria siapa yang harus menjadi Wajib Pajak ini tidak dijelaskan.

Nampaknya kita harus melihat Undang-undang Pajak Penghasilan untuk

mengetahui siapa itu Wajib Pajak.”

Dalam Undang undang No. 28 Tahun 2007 (UU KUP yang baru), definisi

Wajib Pajak diubah menjadi :

”Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak,

pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan

kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan perpajakan.”

Walaupun redaksinya berubah, namun sebenarnya tak ada perubahan

substansi maknanya. Perubahan yang agak menonjol adalah ditambahkannya

istilah pembayar pajak (tax payer) sebagai bagian Wajib Pajak. Perubahan ini

hanyalah kompromi ketika ada fihak-fihak tertentu yang menginginkan digantinya

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …repository.unpas.ac.id/32661/3/BAB II.pdf · Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ... contribution, tax, droit (Perancis); Steuer,

49

istilah Wajib Pajak menjadi Pembayar Pajak. Perubahan istilah ini nampaknya

memang sulit dilakukan karena istilah pembayar pajak memiliki pengertian yang

lebih sempit dibandingkan istilah Wajib Pajak. Begitu pula istilah Wajib Pajak

sudah melembaga dan digunakan pula di Undang-undang lain.

Kepatuhan wajib pajak adalah faktor penting dalam merealisasikan target

penerimaan pajak. Semakin tinggi kepatuhan wajib pajak, maka penerimaan pajak

akan semakin meningkat, demikian pula sebaliknya. Oleh karenanya

menumbuhkan kepatuhan wajib pajak sudah seharusnya menjadi agenda utama

Direktorat Jenderal Pajak (DJP), selain memacu kinerja pegawai agar memiliki

kemampuan, dedikasi, wawasan, dan tanggung jawab sebagai penyelenggara

Negara di bidang perpajakan

Kewajiban wajib pajak yang utama adalah membayar pajak sendiri dan

memungut atau memotong pajak orang lain dan kemudian menyetorkannya

kepada negara melalui bank atau kantor pos.

Pada Pasal 1 Undang-Undang Pajak Penghasilan, Pajak Penghasilan

adalah :

“Pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang

diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak.”

Adapun hak dari Wajib Pajak dalam perpajakan, yaitu :

1. “Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pengarahan dari fiskus

2. Hak untuk membetulkan, memperpanjang waktu penyampaian SPT

3. Hak untuk mengajukan keberatan, banding dan gugatan serta

peninjauan kembali ke Mahkamah Agung

4. Hak untuk memperoleh kelebihan pembayaran pajak 5. Hak dalam hal Wajib Pajak dilakukan pemeriksaan

6. Hak untuk medapat fasilitas perpajakan

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …repository.unpas.ac.id/32661/3/BAB II.pdf · Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ... contribution, tax, droit (Perancis); Steuer,

50

7. Hak mengajukan permohonan untuk mengangsur pembayaran pajak,

menunda penagihan pajak, dan memperoleh imbalan bunga dari

keterlambatan pembayaran kelebihan pajak oleh DJP.

8. Hak untuk melakukan pengkreditan pajak masukan terhadap pajak

keluaran

9. Hak mengurangi penghasilan kena pajak dengan biaya yang

dikeluarkan sesuai biaya fiskal.”

Maka dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Wajib Pajak adalah

seperti yang dimaksud pada UU KUP, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak,

dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan atau memiliki

kewajiban subjektif dan kewajiban objektif serta telah mendaftarkan diri untuk

memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

2.1.5.2 Kewajiban Wajib Pajak Apabila Dilakukan Pemeriksaan

Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan

kewajiban perpajakan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan, Wajib Pajak wajib:

1. Memperlihatkan dan atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen

yang menjadi dasarnya pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain

yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan

usaha, pekerjaan bebas WP, atau objek yang terutang pajak;

2. Memberi kesempatan untuk mengakses dan/atau mengunduh data

yang dikelola secara elektronik;

3. Memberi kesempatan untuk memasuki dan memeriksa tempat atau

ruangan, barang bergerak dan/atau tidak bergerak yang diduga atau

patut diduga digunakan untuk menyimpan buku atau catatan,

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …repository.unpas.ac.id/32661/3/BAB II.pdf · Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ... contribution, tax, droit (Perancis); Steuer,

51

dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dokumen

lain, uang, dan/atau barang yang dapat memberi petunjuk tentang

penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas WP, atau

objek yang terutang pajak serta meminjamkannya kepada Pemeriksa

Pajak;

4. Memberi bantuan guna kelancaran Pemeriksaan, antara lain berupa:

a. Menyediakan tenaga dan/atau peralatan atas biaya WP apabila

dalam mengakses data yang dikelola secara elektronik memerlukan

peralatan dan/atau keahlian khusus;

b. Memberikan kesempatan kepada Pemeriksa Pajak untuk membuka

barang bergerak dan/atau tidak bergerak; dan /atau

c. Menyediakan ruangan khusus tempat dilakukannya Pemeriksaan

Lapangan dalam hal jumlah buku, cacatan, dan dokumen sangat

banyak sehingga sulit untuk dibawa ke kantor Direktorat Jenderal

Pajak;

5. Menyampaikan tanggapan secara tertulis atas Surat Pemberitahuan

Hasil Pemeriksaan; dan

6. Memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis yang diperlukan.

Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan

kewajiban perpajakan dengan jenis Pemeriksaan Kantor, Wajib Pajak wajib:

1. Memenuhi panggilan untuk datang menghadiri Pemeriksaan sesuai

dengan waktu yang ditentukan;

2. Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …repository.unpas.ac.id/32661/3/BAB II.pdf · Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ... contribution, tax, droit (Perancis); Steuer,

52

yang menjadi dasarnya pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain

termasuk data yang dikelola secara elektronik, yang berhubungan

dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas

WP, atau objek yang terutang pajak;

3. Memberi bantuan guna kelancaran Pemeriksaan;

4. Menyampaikan tanggapan secara tertulis atas Surat Pemberitahuan

Hasil Pemeriksaan;

5. Meminjamkan kertas kerja pemeriksaan yang dibuat oleh Akuntan

Publik; dan

6. Memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis yang diperlukan.

Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk tujuan lain dengan jenis

Pemeriksaan Lapangan, Wajib Pajak wajib:

1. Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen

yang menjadi dasarnya pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain

yang berhubungan dengan tujuan Pemeriksaan;

2. Memberi kesempatan untuk mengakses dan/atau mengunduh data

yang dikelola secara elektronik;

3. Memberi kesempatan untuk memasuki dan memeriksa tempat atau

ruangan peyimpan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar

pembukuan atau pencatatan, dokumen lain, dan/atau barang yang

berkaitan dengan tujuan Pemeriksaan serta meminjamkannya kepada

Pemeriksa Pajak; dan/atau

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …repository.unpas.ac.id/32661/3/BAB II.pdf · Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ... contribution, tax, droit (Perancis); Steuer,

53

4. Memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis yang diperlukan.

Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk tujuan lain dengan jenis

Pemeriksaan Kantor, Wajib Pajak wajib:

1. Memperlihatkan dan atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen

yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain

yang berhubungan dengan tujuan Pemeriksaan; dan atau

2. Memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis yang diperlukan

2.1.5.3 Hak Wajib Pajak Apabila Dilakukan Pemeriksaan

Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan

kewajiban perpajakan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan, Wajib Pajak berhak:

1. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Tanda

Pengenal Pemeriksa Pajak dan Surat Perintah Pemeriksaan;

2. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan pemberitahuan

secara tertulis sehubungan dengan pelaksanaan Pemeriksaan

Lapangan;

3. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan penjelasan

tentang alasan dan tujuan Pemeriksaan;

4. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Surat Tugas

apabila susunan Tim Pemeriksa Pajak mengalami perubahan;

5. Menerima Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan;

6. Menghadiri Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dalam jangka

waktu yang telah ditentukan;

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …repository.unpas.ac.id/32661/3/BAB II.pdf · Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ... contribution, tax, droit (Perancis); Steuer,

54

7. Mengajukan permohonan untuk dilakukan pembahasan oleh Tim

Pembahas, dalam hal terdapat perbedaan pendapat antara Wajib Pajak

dengan Pemeriksa Pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan;

dan

8. Memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan

oleh Pemeriksa Pajak melalui pengisian formulir Kuesioner

Pemeriksaan;

9. Mengajukan pengaduan apabila kerahasiaan usaha dibocorkan kepada

pihak lain yang tidak berhak.

Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan

kewajiban perpajakan dengan jenis Pemeriksaan Kantor, Wajib Pajak berhak :

1. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Tanda

Pengenal Pemeriksa dan Surat Perintah Pemeriksaan;

2. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan penjelasan

tentang alasan dan tujuan Pemeriksaan;

3. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Surat Tugas

apabila susunan Pemeriksa Pajak mengalami pergantian;

4. Menerima Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan;

5. Menghadiri Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dalam jangka

waktu yang telah ditentukan;

6. Mengajukan permohonan untuk dilakukan pembahasan oleh Tim

Pembahas, dalam hal terdapat perbedaan pendapat antara Wajib Pajak

dengan Pemeriksa Pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan;

Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …repository.unpas.ac.id/32661/3/BAB II.pdf · Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ... contribution, tax, droit (Perancis); Steuer,

55

dan

7. Memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan

oleh Pemeriksa Pajak melalui pengisian formulir Kuesioner

Pemeriksaan.

Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk tujuan lain dengan jenis

Pemeriksaan Lapangan, Wajib Pajak berhak:

1. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Tanda

Pengenal Pemeriksa Pajak dan Surat Perintah Pemeriksaan kepada

WP pada waktu Pemeriksaan;

2. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan pemberitahuan

secara tertulis sehubungan dengan pelaksanaan Pemeriksaan

Lapangan;

3. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan penjelasan

tentang alasan dan tujuan Pemeriksaan;

4. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Surat Tugas

apabila terdapat perubahan susunan Tim Pemeriksa Pajak dan atau;

5. Memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan pemeriksaan

oleh Pemeriksa Pajak melalui pengisian formulir Kuesioner

Pemeriksa.

Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk tujuan lain dengan jenis

Pemeriksaan Kantor, Wajib Pajak berhak:

1. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Tanda

Pengenal Pemeriksa Pajak dan Surat Perintah Pemeriksaan kepada

Page 39: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …repository.unpas.ac.id/32661/3/BAB II.pdf · Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ... contribution, tax, droit (Perancis); Steuer,

56

WP pada waktu Pemeriksaan;

2. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan penjelasan

tentang alasan dan tujuan Pemeriksaan;

3. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Surat Tugas

apabila terdapat perubahan susunan Tim Pemeriksa Pajak dan/ atau;

4. Memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan

oleh Pemeriksa Pajak melalui pengisian formulir Kuesioner Pemeriksa.

2.1.5.4 Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak

Terdapat definisi mengenai Kepatuhan Wajib Pajak menurut Chaizi

Nasucha dalam Siti Kurnia Rahayu (2013:139) mengemukakan bahwa:

“Kepatuhan wajib pajak adalah Kepatuhan WP dalam mendaftarkan

diri, kepatuhan untuk menyetorkan kembali SPT, kepatuhan dalam

perhitungan dan pembayaran pajak terutang, kepatuhan dalam

pembayaran tunggakan”.

Kepatuhan wajib pajak yang dikemukakan oleh Norman D. Nowak

dalam Siti Kurnia Rahayu (2013:138) adalah sebagai berikut:

“Sebagai suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban

perpajakan, tercermin dalam situasi dimana: Wajib Pajak paham atau

berusaha untuk memahami sesuai ketentuan peraturan perundang-

undangan perpajakan, Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas,

Menghitung jumlah pajak terutang dengan benar, Membayar pajak yang

terutang tepat pada waktunya.”

Jadi semakin tinggi tingkat kebenaran menghitung dan memperhitungkan,

ketepatan menyetor, serta mengisi dan memasukkan surat pemberitahuan (SPT)

wajib pajak, maka diharapkan semakin tinggi tingkat kepatuhan wajib pajak

dalam melaksanakan dan memenuhi kewajiban pajaknya.

Page 40: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …repository.unpas.ac.id/32661/3/BAB II.pdf · Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ... contribution, tax, droit (Perancis); Steuer,

57

2.1.5.5 Jenis-Jenis Kepatuhan Wajib Pajak

Macam-macam kepatuhan pajak menurut Siti Kurnia Rahayu

(2013:138), adalah:

“1.Kepatuhan Formal

Kepatuhan Formal adalah suatu keadaan di mana wajib pajak

memenuhi kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dalam

undang-undang perpajakan.

2.Kepatuhan Material.

Kepatuhan Material adalah suatu keadaan wajib pajak memenuhi

substantive atau hakekatnya memenuhi semua ketentuan material

perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa undang-undang perpajakan,

kepatuhan material dapat juga meliputi kepatuhan formal.”

Untuk kepatuhan Wajib Pajak secara formal menurut Undang-Undang

KUP dalam Erly Suandy (2014: 119) adalah sebagai berikut:

“1. Kewajiban untuk mendaftarkan diri

Pasal 2 Undang-undang KUP menegaskan bahwa setiap Wajib Pajak

mendaftarkan diri pada Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah

kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak

dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Khusus

terhadap pengusaha yang dikenakan pajak berdasarkan undang-

undang PPN, wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai

Pengusaha Kena Pajak (PKP).

2. Kewajiban mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan

Pasal 3 ayat (1) Undang-undang KUP menegaskan bahwa setiap

Wajib Pajak wajib mengisi Surat Pembertitahuan (SPT) dalam bahasa

Indonesia serta menyampaikan ke kantor pajak tempat Wajib Pajak

terdaftar.

3. Kewajiban membayar atau menyetor pajak

Kewajiban membayar atau menyetor pajak dilakukan di kas Negara

melalui kantor pos atau bank BUMN/BUMD atau tempat pembayaran

lainnya yang ditetapkan Menteri Keuangan.

4. Kewajiban membuat pembukuan dan atau pencatatan

Bagi wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau

pekerjaan bebas dan Wajib Pajak badan di Indonesia diwajibkan

membuat pembukuan (Pasal 28 ayat (1)). Sedangkan pencatatan

dilakukan oleh Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan

usahanya atau pekerjaan bebas yang diperbolehkan menghitung penghasilan neto dan Wajib Pajak orang pribadi yang tidak melakukan

kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

Page 41: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …repository.unpas.ac.id/32661/3/BAB II.pdf · Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ... contribution, tax, droit (Perancis); Steuer,

58

5. Kewajiban menaati pemeriksaan pajak

Terhadap Wajib Pajak yang diperiksa, harus menaati ketentuan dalam

rangka pemeriksaan pajak, misalnya Wajib Pajak memperlihatkan

dan/ atau meminjamkan buku atau catatan dan dokumen lain yang

berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, memberi

kesempatan untuk memasuki tempat ruangan yang dipandang perlu

dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan, serta

memberikan keterangan yang diperlukan oleh pemeriksa pajak.

6. Kewajiban melakukan pemotongan atau pemungutan pajak

Wajib Pajak yang bertindak sebagai pemberi kerja atau penyelenggara

kegiatan wajib memungut pajak atas pembayaran yang dilakukan dan

menyetorkan ke ka negara. Hal ini sesuai dengan prinsip withholding

system”.

Adapun kepatuhan material menurut Undang-undang KUP dalam Erly

Suandy (2014: 120) disebutkan bahwa:

“Setiap Wajib Pajak membayar pajak terutang sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan dengan tidak

menggantungkan pada adanya surat ketetapan pajak dan jumlah pajak

yang terutang menurut Surat Pemberitahuan yang disampaikan oleh

Wajib Pajak adalah jumlah pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan.”

2.1.5.6 Manfaat Kepatuhan Wajib Pajak

Kepatuhan pajak akan menghasilkan banyak keuntunngan, baik bagi fiskus

maupun bagi Wajib Pajak sendiri selaku pemegang peranan penting tersebut. Bagi

fiskus, kepatuhan pajak dapat meringankan tugas aparat pajak, petugas tidak

terlalu banyak melakukan pemeriksaan pajak dan tentunya penerimaan pajak akan

mendapatkan pencapaian optimal. Sedangkan bagi Wajib Pajak, manfaat yang

diperoleh dari kepatuhan pajak seperti yang dikemukakan Siti Kurnia Rahayu

(2013: 143) adalah sebagai berikut:

“1. Pemberian batas waktu penerbitan Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak (SKPPKP) paling lambat tiga bulan

sejak permohonan kelebihan pembayaran pajak yang diajukan Wajib

Page 42: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …repository.unpas.ac.id/32661/3/BAB II.pdf · Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ... contribution, tax, droit (Perancis); Steuer,

59

Pajak diterima untuk PPh dan satu bulan untuk PPN, tanpa melalui

penelitian dan pemeriksaan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP).

2. Adanya kebijakan percepatan penerbitan Surat Keputusan

Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak (SKPPKP) menjadi

paling lambat dua bulan untuk PPh dan tujuh hari untuk PPN.”

2.1.5.7 Karakteristik Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut Chaizi Nasucha dalam Erly Suandy (2014: 97) kepatuhan Wajib

Pajak dapat diidentifikasi dari:

“1. Patuh terhadap kewajiban intern

2. Patuh terhadap kewajiban tahunan

3. Patuh terhadap ketentuan material dan yuridis formal perpajakan”.

Kemudian merujuk kepada kriteria Wajib Pajak patuh menurut Keputusan

Menteri Keuangan No. 544/KMK.04/2000 dalam Siti Kurnia Rahayu (2013: 139)

bahwa kriteria Kepatuhan Wajib Pajak adalah:

“1. Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT),untuk

semua jenis pajak dalam dua tahun terakhir;

2. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali

telah memperoleh izin untuk mengasur atau menunda pembayaran

pajak;

3. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana

dibidang perpajakan dalam waktu 10 tahun terakhir;

4. Dalam dua tahun terakhir menyelenggarakan pembukuan dan dalam

hal terhadap Wajib Pajak pernah dilakukan pemeriksaan, koreksi pada

pemeriksaan yang terakhir untuk masing-masing jenis pajak yang

terutang paling banyak 5 %;

5. Wajib Pajak yang laporan keuangannya untuk dua tahun terakhir di

audit oleh akuntan publik dengan pendapat wajar tanpa pengecualian,

atau pendapat dengan pengecualian sepanjang tidak mempengaruhi

laba rugi fiskal.”

Page 43: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …repository.unpas.ac.id/32661/3/BAB II.pdf · Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ... contribution, tax, droit (Perancis); Steuer,

60

2.2 Penelitian Terdahulu

Adapun beberapa penelitian terdahulu mengenai self assessment system,

pemeriksaan pajak terhadap tindakan tax evasion dan dampaknya pada kepatuhan

wajib pajak dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No. Nama

Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

1. Rezki

Suhairi

Suwandhi

(2010)

Persepsi Wajib Pajak

Orang Pribadi Atas

Pelaksanaan Self

Assessment System Dalam

Keterkaitannya Dengan

Tindakan Tax Evasion

Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa pelaksanaan self assessment

system berkaitan signifikan dengan

tindakan tax evasion.

2. Stephana

Dyah Ayu

(2011)

Persepsi Efektifitas

Pemeriksaan Pajak

Terhadap Kecenderungan

Melakukan Perlawanan

Pajak

Hasil pengujian dengan

menggunakan regresi linear

sederhana menunjukan hasil bahwa

persepsi terhadap kemungkinan

terdeteksinya kecurangan

berpengaruh negatif terhadap tax

evasion. Porsentase kemungkinan

suatu pemeriksaan pajak dilakukan

sesuai dengan aturan perpajakan

dapat mendeteksi kecurangan yang

dilakukan wajib pajak sehingga

berpengaruh pada Tax Evasion.

3. Eriska

Wulandari

(2012)

Pengaruh Pemeriksaan

Pajak Terhadap Tax

Evasion Dan Implikasinya

Terhadap Penerimaan

Pajak

Pemeriksaan Pajak berpengaruh

negatif terhadap tax evasion dan tax

evasion juga berpengaruh negatif

terhadap penerimaan. Fenomena

yang terjadi adalah jumlah serta

kualitas SDM yang selama ini masih

dianggap kurang namun dengan

membaiknya pemeriksaan pajak

pada Kantor Pelayanan Pajak di

Page 44: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …repository.unpas.ac.id/32661/3/BAB II.pdf · Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ... contribution, tax, droit (Perancis); Steuer,

61

Kanwil Jawa Barat I mampu

menurunkan tax evasion sehingga

penerimaan pajak akan meningkat.

Artinya pemeriksaan pajak yang

baik akan menurunkan tax evasion

dan tax evasion yang rendah akan

meningkatkan penerimaan pajak.

4. Dwi

Indryani

Pujianto

(2014)

Persepsi Wajib Pajak

Orang Pribadi Atas

Efektifitas Self Assessment

System dan Sanksi Pajak

Dalam Keterkaitannya

Dengan Tindakan Tax

Evasion Pada Kantor

Pelayanan

Pajak Pratama Palopo

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa pelaksanaan self assessment

system dan sanksi pajak berkaitan

signifikan dengan tindakan tax

evasion pada 60 wajib pajak orang

pribadi Kota Palopo dan terdaftar

pada KPP Pratama Palopo.

5. Alfiati

Ningsih

(2014)

Pengaruh Pelaksanaan Self

Assessment System

Terhadap tindakan Tax

Evasion

(Studi Empiris Wajib Pajak

Orang Pribadi yang

Terdaftar Di KPP Pratama

Jember)

Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa pelaksanaan Self Assessment

System terhadap tindakan Tax

evasion secara parsial mempunyai

pengaruh signifikan terhadap

tindakan Tax Evasion.

6. Emay

Yuniaswati

(2016)

Pengaruh Sanksi Pajak,

Administrasi Pajak Dan

Pemeriksaan Pajak

Terhadap Penggelapan

Pajak (Survey pada KPP

Pratama Kab. Garut,

Tasikmalaya, dan

Sumedang)

Secara simultan, sanksi pajak,

administrasi pajak, dan pemeriksaan

pajak berpengaruh signifikan

terhadap penggelapan pajak pada

KPP Pratama Kab. Garut,

Tasikmalaya, dan Sumedang.

Page 45: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …repository.unpas.ac.id/32661/3/BAB II.pdf · Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ... contribution, tax, droit (Perancis); Steuer,

62

Tabel 2.2

Perbedaan Penelitian

Variabel

Independen

Variabel

Dependen

Tempat

Penelitian

Metode

Penelitian

Alfianti

Ningsih

(2014)

Self

Assessment

System

Tax

Evasion

KPP Pratama

Jember

Kuantitatif:

-Deskriptif

-Verifikatif

Rancangan

Penelitian

Self

Assessment

System dan

Pemeriksaan

Pajak

Tax

Evasion

Dan

dampaknya

pada

tingkat

pelaporan

pajak

KPP Pratama

Bandung Cimahi.

Kuantitatif:

-Deskriptif

-Verifikatif

2.3 Kerangka Pemikiran

2.3.1 Pengaruh Self Assessment System terhadap Tax Evasion

Siti Kurnia Rahayu (2013:102) mengungkapkan bahwa:

“Self assessment system menyebabkan Wajib Pajak mendapat beban

berat karena semua aktifitas pemenuhan kewajiban perpajakan dilakukan

oleh Wajib Pajak sendiri, Wajib Pajak harus melaporkan semua

informasi yang relevan dalam SPT, menghitung dasar pengenaan pajak,

menghitung jumlah pajak terutang, menyetorkan jumlah pajak terutang.

Karena menuntut kepatuhan secara sukarela dari Wajib Pajak maka

sistem ini juga akan menimbulkan peluang besar bagi Wajib Pajak untuk

melakukan tindakan kecurangan, pemanipulasian perhitungan jumlah

pajak, penggelapan pajak (tax evasion).”

Robert W. Mcgee (2012:376) menyatakan bahwa: ...Voluntary taxes and

the self assessment system mechanism opens the door wide for tax

avoidance and sometimes to tax evasion.

Page 46: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …repository.unpas.ac.id/32661/3/BAB II.pdf · Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ... contribution, tax, droit (Perancis); Steuer,

63

Menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rezki Suhairi

Suwandhi (2010) dan Alfiati Ningsih (2014) bahwa Faktor Self Assessment

System memberikan kontribusi yang signifikan terhadap tax evasion. Dan juga

menurut Dwi Indryani Pujianto (2014) bahwa pelaksanaan self assessment system

dan sanksi pajak berkaitan signifikan dengan tindakan tax evasion pada 60 wajib

pajak orang pribadi Kota Palopo yang terdaftar pada KPP Pratama Palopo.

Dari uraian tersebut di atas menjelaskan bahwa keberadaan self

assessment system memungkinkan Wajib Pajak untuk melakukan kecurangan

pajak seperti terjadinya tax evasion yang didasari oleh beberapa alasan seperti

kurangnya sosialisasi pemerintah hingga keengganan Wajib Pajak yang lebih

merasa tidak memperoleh kompensasi apapun dari pemerintah misalnya

pengadaan fasilitas umum.

2.3.2 Pengaruh Pemeriksaan Pajak terhadap Tax Evasion

Untuk menghindari terjadinya tindakan tax evasion, maka Wajib Pajak

harus lebih dikontrol untuk mengukur tingkat kepatuhannya. Siti Kurnia Rahayu

(2013:245) menyatakan bahwa:

“Salah satu upaya pencegahan tax evasion adalah menggunakan

pemeriksaan pajak (tax audit), pemeriksaan mempunyai pengaruh untuk

menghalang-halangi Wajib Pajak untuk melakukan tindakan tax

evasion.”

Phyllis Lai Lan Mo (2003:134) menyatakan bahwa: ...tax audit is

considered one of the most important tools to combat tax evasion.

Page 47: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …repository.unpas.ac.id/32661/3/BAB II.pdf · Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ... contribution, tax, droit (Perancis); Steuer,

64

Penelitian yang dilakukan oleh Eriska Wulandari (2012) bahwa

pemeriksaan pajak berpengaruh negatif terhadap tax evasion dan tax evasion juga

berpengaruh negatif terhadap penerimaan. Juga menurut Stephana Dyah Ayu

(2014) menyatakan bahwa pemeriksaan pajak berpengaruh negatif terhadap tax

evasion. Sedangkan menurut Emay Yuniaswati (2016) secara simultan, sanksi

pajak, administrasi pajak, dan pemeriksaan pajak berpengaruh signifikan terhadap

penggelapan pajak pada KPP Pratama Kab. Garut, Tasikmalaya, dan Sumedang.

Berdasarkan uraian tersebut, untuk melakukan pencegahan atau

meminimalisir tindakan tax evasion yaitu dengan menggunakan pemeriksaan

pajak. Fiskus diberi kewenangan untuk melakukan pemeriksaan pajak. Maka

mutlak diperlukan tenaga pemeriksa pajak dalam kualitas dan kuantitas yang

memadai. Dengan adanya pemeriksa pajak yang berkualitas diharapkan tujuan

dari pelaksanaan pemeriksaan dapat tercapai, yaitu mencegah adanya kecurangan

yang dilakukan oleh Wajib Pajak.

2.3.3 Pengaruh Self Assessment System dan Pemeriksaan Pajak Terhadap

Tax Evasion

Teori yang menghubungkan antara self assessment system dan

pemeriksaan pajak terhadap tax evasion menurut Siti Kurnia Rahayu (2013:245)

adalah sebagai berikut:

“Salah satu upaya pencegahan tax evasion adalah dengan menggunakan

cara pemeriksaan pajak (tax audit), tax audit yang dilakukan merupakan

bentuk penegakan hukum perpajakan. Pemeriksaan pajak merupakan hal pengawasan pelaksanaan self assessment system yang dilakukan oleh

Wajib Pajak, harus berpegang teguh pada undang-undang perpajakan.”

Page 48: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …repository.unpas.ac.id/32661/3/BAB II.pdf · Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ... contribution, tax, droit (Perancis); Steuer,

65

Seifedine Kadry (2014:573) menyatakan bahwa:

“Although the introduction of Self Assessment System (SAS) is expected

to minimize tax evasion by giving the freedom to taxpayers to handle

their own tax matters, tax audit are still required to ensure a continuous

increase and improvement in tax compliance”.

Dalam self assessment system Wajib Pajak diberi kepercayaan penuh

untuk menghitung, memperhitungkan, membayar/menyetor dan melaporkan

besarnya pajak yang terhutang sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan

dalam peraturan perundang-undangan perpajakan seperti yang tertuang dalam

Surat Pemberitahuan (SPT), kemudian menyetor kewajiban perpajakannya.

Untuk mewujudkan self assessment system dituntut kepatuhan Wajib

Pajak itu sendiri dan yang terpenting adalah pemahaman dari Undang-undang

tersebut. Namun, dalam kenyataannya belum semua potensi pajak yang ada dapat

digali. Sebab masih banyak Wajib Pajak yang belum memiliki kesadaran akan

betapa pentingnya pemenuhan kewajiban perpajakan baik bagi negara maupun

bagi mereka sendiri sebagai warga Negara yang baik.

Dalam kondisi tersebut keberadaan self assessment system

memungkinkan Wajib Pajak untuk melakukan kecurangan pajak seperti terjadinya

tax evasion yang didasari oleh beberapa alasan seperti kurangnya sosialisasi

pemerintah hingga keengganan Wajib Pajak yang lebih merasa tidak memperoleh

kompensasi apapun dari pemerintah. Pemberian kepercayaan yang besar kepada

Wajib Pajak sudah sewajarnya diimbangi dengan instrumen pengawasan, untuk

keperluan itu fiskus diberi kewenangan untuk melakukan pemeriksaan pajak.

Maka mutlak diperlukan tenaga pemeriksa pajak dalam kualitas dan kuantitas.

Dengan adanya pemeriksa pajak yang berkualitas diharapkan tujuan dari

Page 49: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …repository.unpas.ac.id/32661/3/BAB II.pdf · Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ... contribution, tax, droit (Perancis); Steuer,

66

pelaksanaan pemeriksaan dapat tercapai, yaitu mencegah adanya kecurangan yang

dilakukan oleh Wajib Pajak.

2.3.4 Pengaruh Self Assessment System Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Teori yang menghubungkan antara Self assessment system dengan

kepatuhan Wajib Pajak Menurut Siti Kurnia Rahayu (2013:102) adalah sebagai

berikut:

“Self assessment system menyebabkan Wajib Pajak mendapat beban berat

karena semua aktifitas pemenuhan kewajiban perpajakan dilakukan oleh

Wajib Pajak sendiri, Wajib Pajak harus melaporkan semua informasi yang

relevan dalam SPT, menghitung dasar pengenaan pajak, menghitung

jumlah pajak terutang, menyetorkan jumlah pajak terutang. Karena

menuntut kepatuhan secara sukarela dari Wajib Pajak”

Seifedine Kadry (2014:573) menyatakan bahwa:

“Although the introduction of Self Assessment System (SAS) is expected to

minimize tax evasion by giving the freedom to taxpayers to handle their

own tax matters, tax audit are still required to ensure a continuous

increase and improvement in tax compliance”.

Teori ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sri Rosa Dewi

(2012). Dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa Pelaksanaan Sistem Self

Assessment berpengaruh terhadap Kepuasan dan Kepatuha pengaruh tersebut

adalah sebesar 52,6%.

Berdasarkan uraian teori tersebut, dapat diambil kesimpulan sementara

bahwa Self assessment system berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak,

artinya ketika Self assessment system telah berjalan dengan baik maka akan

meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak

Page 50: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …repository.unpas.ac.id/32661/3/BAB II.pdf · Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ... contribution, tax, droit (Perancis); Steuer,

67

2.3.5 Pengaruh Pemeriksaan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Teori yang menghubungkan antara pengaruh pemeriksaan pajak terhadap

kepatuhan wajib pajak adalah sebagai berikut:

Menurut Erly Suandy (2014:204) menyatakan bahwa:

“Tujuan pemeriksaan pajak adalah menguji kepatuhan pemenuhan

kewajiban perpajakan Wajib Pajak dan untuk tujuan lain dalam rangka

melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan”

Menurut Agus Sambodo (2014:62) pemeriksaan pajak adalah:

“Serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data keterangan,

dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objectif dan professional

berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan

pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka

melaksanakan ketentuan perundang-undangan perpajakan.”

Teori ini diperkuat dengan penelitian terdahu yang dilakukan oleh Hafsyah

Nur Hidayah Harahap (2013) bahwa koefisien determinasi menunjukkan bahwa

tingkat kepatuhan wajib Pajak badan dipengaruhi pelaksanaan pemeriksaan pajak

sebesar 69,1%.

Dari uraian tersebut di atas menjelaskan bahwa Pemeriksaan Pajak

memiliki pengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Artinya bawa semakin baik

Pemeriksaan Pajak yang dilakukan dapat meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak.

Page 51: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …repository.unpas.ac.id/32661/3/BAB II.pdf · Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ... contribution, tax, droit (Perancis); Steuer,

68

2.3.6 Pengaruh Tax Evasion Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Teori yang menghubungkan antara pengaruh tax evasion terhadap

kepatuhan wajib pajak adalah sebagai berikut:

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2014:204) menyatakan bahwa:

“Kecenderungan melakukan kecurangan oleh wajib pajak dalam

pemenuhan kewajiban perpajakannya dengan melakukan penggelapan

pajak akan mendorong ketidak patuhan wajib pajak.”

Teori ini diperkuat dengan penelitian terdahu yang dilakukan oleh Hafsyah

Trias Maya Sari bahwa koefisien determinasi menunjukkan bahwa tingkat tingkat

pelaporan wajib pajak badan dipengaruhi tax evasion.

Dari uraian tersebut di atas menjelaskan bahwa Pemeriksaan Pajak

memiliki pengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Artinya bawa semakin baik

Pemeriksaan Pajak yang dilakukan dapat meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak.

Berdasarkan uraian kerangka pemikiran dan keterkaitan antara variabel

Self Assesssment system dan pemeriksaan pajak dengan Tax evasion serta

Kepatuhan wajib pajak maka dapat dirumuskan paradigma mengenai pengaruh

Self Assesssment system dan pemeriksaan pajak terhadap Tax evasion dan

dampaknya pada Kepatuhan wajib pajak dalam bagan kerangka pemikiran,

sebagai berikut:

Page 52: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …repository.unpas.ac.id/32661/3/BAB II.pdf · Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ... contribution, tax, droit (Perancis); Steuer,

69

Landasan Teori

Self Assessment System

Pemeriksaan Pajak Tax Evasion Kepatuhan Wajib Pajak

1. Siti Kurnia Rahayu

(2013)

1. Mardiasmo (2011) 1. Kaushal Kumar Agrawal

(2007)

1. Siti Kurnia Rahayu (2013)

2. Siti Resmi (2014) 2. Waluyo (2012) 2. Moh. Zain (2008)

3. Erly Suandy (2014) 3. Siti Kurnia Rahayu (2013) 3. Siti Kurnia Rahayu

(2013)

2. Erly Suandy (2014)

4. Agus Sambodo (2014) 4. Erly Suandy (2014) 5. Erly Suandy (2014)

4. Oliver Camp (2015)

Pemeriksaan Pajak

Premis

1.Siti Kurnia Rahayu (2013)

2.Phyllis Lai Lan Mo (2003)

Premis 1. Robert W. Mcgee (2012)

2. Siti Kurnia Rahayu (2013)

Self Assessment System

Hipotesis 2

Tax Evasion

Hipotesis 1

Tax Evasion

Referensi

1. Rezki Suhairi Suwandhi (2010) 2. Eriska Wulandari (2012)

3. Dwi Indryani Pujianto (2014)

4. Stephana Dyah Ayu (2014)

5. Alfiati Ningsih (2014) 6. Emay Yuniaswati (2016)

7.

Data Penelitian 1. Account Representative di KPP Madya Bandung, KPP Pratama Bandung

Cibeunying, KPP Pratama Bandung Cicadas, KPP Pratama Bandung

Tegallega, dan KPP Pratama Bandung Bojonagara

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Tax Evasion

3. Kuesioner dari 57 responden

Premis

1.Siti Kurnia Rahayu (2013)

2.Seifidine Kadry (2014)

- Self Assessment System

- Pemeriksaan Pajak

Hipotesis 3

Tax Evasion

Premis 1. Siti Kurnia Rahayu (2013)

2. Seifidine Kadry (2014)

Self Assessment System Kepatuhan Wajib

Pajak

Hipotesis 4

Page 53: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …repository.unpas.ac.id/32661/3/BAB II.pdf · Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ... contribution, tax, droit (Perancis); Steuer,

70

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Referensi

1. Moh. Nazir (2011) 2. Imam Ghozali (2011)

3. Sugiyono (2017)

- Deskriptif - Verifikatif

- Uji Validitas dan

Reliabilitas - MSI

- Analisis Jalur

- Uji Normalitas

- Uji Linieritas - Diagram Jalur

- Koefisien Korelasi

- Koefisien Determinasi

- Uji Hipotesis Parsial - Uji Hipotesis Simultan

Analisis Data

Premis 1. Erly Suandy (2014)

2. Agus Sambodo (2014)

Pemeriksaan Pajak Kepatuhan Wajib

Pajak

Hipotesis 5

Premis 1. Siti Kurnia Rahayu (2013)

2.Seifidine Kadry (2014)

Tax Evasion Kepatuhan Wajib

Pajak

Hipotesis 6

Page 54: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …repository.unpas.ac.id/32661/3/BAB II.pdf · Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ... contribution, tax, droit (Perancis); Steuer,

71

2.4 Hipotesis Penelitian

Menurut Sugiyono (2015:93) Hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian

biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan.

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka perlu dilakukannya

pengujian hipotesis untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara variabel

independent terhadap variabel dependent. Penulis mengasumsikan jawaban

sementara (hipotesis) dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1 = Tedapat Pengaruh Self Assessment System terhadap Tax Evasion

H2 = Terdapat Pengaruh Pemeriksaan Pajak terhadap Tax Evasion

H3 = Terdapat Pengaruh Self Assessment System dan Pemeriksaan Pajak terhadap

Tax Evasion

H4 = Tedapat Pengaruh Self Assessment System terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

H5 = Terdapat Pengaruh Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

H6 = Terdapat Pengaruh Tax Evasion terhadap Kepatuhan Wajib Pajak