bab ii kajian pustaka, kerangka pemikiran dan …repository.unpas.ac.id/14477/4/bab ii.pdf · 2.1.2...

46
13 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Akuntansi Syariah 2.1.1.1 Pengertian Akuntansi Syariah Menurut Sri Nurhayati dan Wasilah (2015:2) sebagai berikut: “Akuntansi Syariah adalah Proses akuntansi atas transaksi-transaksi yang sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.” Menurut Muhammad (2012:11) sebagai berikut: Akuntansi Syariah adalah akuntansi yang mempunyai 3 komponen prinsip yaitu prinsip pertanggungjawaban (accountability), prinsip keadilan dan prinsip kebenaran yang berdasarkan pada hokum syariah dan bersifat universal.” Menurut Sofyan Syafri Harahap (2011:56) sebagai berikut: “Akuntansi Syariah adalah penggunaan akuntansi dalam menjalankan syariah islam (penggunaan sistem nilai islam) yang secara nyata telah diterapkan pada era Nabi Muhammad SAW. Khulaurrasyidiin, dan pemerintahan islam lainnya.”

Upload: lylien

Post on 13-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/14477/4/BAB II.pdf · 2.1.2 PSAK 109 2.1.2.1 Pengertian PSAK Menurut IAI (2009) memberikan definisi untuk Pedoman

13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Akuntansi Syariah

2.1.1.1 Pengertian Akuntansi Syariah

Menurut Sri Nurhayati dan Wasilah (2015:2) sebagai berikut:

“Akuntansi Syariah adalah Proses akuntansi atas transaksi-transaksi yang

sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.”

Menurut Muhammad (2012:11) sebagai berikut:

“Akuntansi Syariah adalah akuntansi yang mempunyai 3 komponen prinsip

yaitu prinsip pertanggungjawaban (accountability), prinsip keadilan dan

prinsip kebenaran yang berdasarkan pada hokum syariah dan bersifat

universal.”

Menurut Sofyan Syafri Harahap (2011:56) sebagai berikut:

“Akuntansi Syariah adalah penggunaan akuntansi dalam menjalankan

syariah islam (penggunaan sistem nilai islam) yang secara nyata telah

diterapkan pada era Nabi Muhammad SAW. Khulaurrasyidiin, dan

pemerintahan islam lainnya.”

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/14477/4/BAB II.pdf · 2.1.2 PSAK 109 2.1.2.1 Pengertian PSAK Menurut IAI (2009) memberikan definisi untuk Pedoman

14

2.1.2 PSAK 109

2.1.2.1 Pengertian PSAK

Menurut IAI (2009) memberikan definisi untuk Pedoman Standar Akuntansi

Keuangan (PSAK), yaitu :

"Standar Keuangan Akuntansi (SAK) adalah pernyataan dan interprestasi

yang disusun oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan

Akuntansi Indonesia, yang terdiri dari: a. Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan (PSAK), b. Interprestasi Standar Akuntansi Keuangan

(ISAK)."

PSAK berisikan standar-standar keuangan yang bisa menjadi acuan

untuk menyajikan laporan keuangan serta semua yang berkaitan dengan

perlakuan akuntansi. PSAK mengacu kepada rule-based dan tidak

menggunakan judgernent seperti halnya standar dalam IFRS.

2.1.2.2 PSAK No.109 tahun 2010

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 109 tentang Akuntansi Zakat

yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) adalah:

“Pedoman yang mengatur tentang pengakuan, pengukuran, dan pelaporan

keuangan.Standar akuntansi zakat mengatur tentang bagaimana suatu

traksaksi diakui atau dicatat, kapan harus diakui, bagaimana mengukurnya,

serta bagaiman mengungkapkannya dalam laporan keuangan.”

Apa saja jenis laporan keuangan yang harus disajikan, apa saja elemen

atau isi laporan keuangan, bagaimana format pelaporannya, dan kebijakan

akuntansi merupakan hal-hal yang diatur dalam standar akuntansi zakat.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/14477/4/BAB II.pdf · 2.1.2 PSAK 109 2.1.2.1 Pengertian PSAK Menurut IAI (2009) memberikan definisi untuk Pedoman

15

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 109 Tentang Standar

Akuntansi Zakat (2010:3) terdiri dari:

1. “Pengakuan Dan Pengukuran

a. Zakat

- Penerimaan Zakat

- Penerimaan zakat diakui pada saat kas atau aset nonkas

diterima.

- Zakat yang diterima dari muzaki diakui sebagai penambah

dana zakat sebesar:

- Jumlah yang diterima, jika dalam bentuk kas

- Nilai wajar, jika dalam bentuk nonkas.

- Penentuan nilai wajar aset nonkas yang diterima menggunakan

harga pasar. Jika harga pasar tidak tersedia, maka dapat

menggunakan metode penentuan nilai wajar lainnya scsuai

dengan SAK yang relevan.

- Jika muzaki menentukan mustahik yang menerima penyaluran

zakat melalui amil, maka tidak ada bagian amil atas zakat yang

diterima. Amil dapat memperoleh ujrah atas kegiatan

penyaluran tersebut. ujrah ini berasal dari muzaki, di luar dana

zakat. Ujrah tersebut diakui sebagai penambah dana amil.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/14477/4/BAB II.pdf · 2.1.2 PSAK 109 2.1.2.1 Pengertian PSAK Menurut IAI (2009) memberikan definisi untuk Pedoman

16

- Jika terjadi penurunan nilai aset zakat nonkas, maka jumlah

kerugian yang ditanggungkan diperlukan sebagai pengurang dana

zakat atau pengurang danna amil bergantung pada penyebab

kerugian tersebut.

- Penurunan nilai aset zakat diakui sebagai:

- Pengurang dana zakat, jika tidak disebabkan oleh kelalaian

amil.

- Kerugian dan pengurangan dana amil, jika disebabkan oleh

kelalaian amil.

- Penyaluran Zakat

- Zakat yang disalurkan kepada mustahik, tennasuk amil, diakui

sebagai pengurang dana zakat sebesar:

- Jumlah yang diserahkan, jika dalam bentuk kas

- Jumlah tercatat, jika dalam bentuk aset nonkas

- Efektivitas dan efisiensi pengelolaan zakat bergantung pada

profesionalisme amil. Dalam konteks ini, amil berhak

mengambil bagian dari zakat untuk menutup biaya operasional

dalam rangka melaksanakan fungsinya sesuai dengan kaidah

atau prinsip syariah dan tata kelola organisasi yang baik.

- Penentuan jumlah atau persentase bagian untuk masing-masing

mustahik ditentukan oleh amil sesuai dengan prinsip syariah,

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/14477/4/BAB II.pdf · 2.1.2 PSAK 109 2.1.2.1 Pengertian PSAK Menurut IAI (2009) memberikan definisi untuk Pedoman

17

kewajaran, etika, dan ketentuan yang berlaku yang

diituangakan dalam bentuk kebij akan amil.

- Beban penghimpunan dan penyaluran zakat harus diambil dari

porsi amil. Amil dimungkinkan untuk meminjam dana zakat

dalam rangka menghimpun zakat. Pinjaman ini sifatnya jangka

pendek dan tidak boleh melebihi satu periode (haul).

- Bagian dana zakat yang disalurkan untuk amil diakui sebagai

penambah dana amil.

- Zakat telah disalurkan kepada mustahik nonamil jika

sudah diterima oleh mustahik nonamil tersebut. Zakat

yang disalurkan melalui amil lain, tetapi belum

diterima oleh mustahik nonamil, belum memenuhi

pengertian zakat telah disalurkan. Amil lain tersebut

tidak berhak mengambil bagian dari dana zakat, namun

dapat memperoleh ujrah dari amil sebelumnya. Dalam

keadaan tersebut, zakat yang disalurkan diakui sebagai

piutang penyaluran, sedangkan bagi amil yang

menerima diakui sebagai liabilitas penyaluran.

Piutang penyaluran dan liabilitas penyaluran tersebut

akan berkurang ketika zakat disalurkan secara langsung

kepada mustahik nonamil.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/14477/4/BAB II.pdf · 2.1.2 PSAK 109 2.1.2.1 Pengertian PSAK Menurut IAI (2009) memberikan definisi untuk Pedoman

18

- Dana zakat yang diserahkan kepada mustahik

nonamil dengan keharusan untuk mengembalikannya

kepada amil, belum diakui sebagai penyaluran zakat.

- Dana zakat yang disalurkan dalam bentuk perolehan aset tetap

(aset kelolaan), misalnya rumah sakit, sekolah, mobil ambulan,

dan fasilitas umum lain, diakui sebagai:

1. Penyaluran zakat seluruhnya jika aset tetap tersebut

diserahkan untuk dikelola kepada pihak lain yang tidak

dikendalikan amil.

2. Penyaluran zakat secara bertahap jika aset tetap tersebut

masih dalam pengendalian amil atau pihak lain yang

dikendaliakn amil. Penyaluran secara bertahap diukur

sebesar penyusutan aset tetap tersebut sesuai dengan pola

pemanfaatannya.

b. Infak/Sedekah

- Penerimaan infak/Sedekah

- Infak/sedekah yang diterima diakui sebagai penambah dana

infak/sedekah terikat atau tidak terikat sesuai dengan tujuan

pemberi infak/sedekah sebesar:

- Jumlah yang diterima, jika dalam bentuk kas

- Nilai wajar, jika dalam bentuk nonkas

- Penentuan nilali wajar aset noonkas yang diterima

menggunakan harga pasar. Jika harga pasar tidak tersedia, maka

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/14477/4/BAB II.pdf · 2.1.2 PSAK 109 2.1.2.1 Pengertian PSAK Menurut IAI (2009) memberikan definisi untuk Pedoman

19

dapat menggunakan metode penentuan nilai wajar lainnya

sesuai dengan SAK yang relevan.

- Infak/sedekah yang diterima dapat berupa kas atau aset nonkas.

Aset nonkas dapat berupa aset lancar atau tidak lancar.

- Aset tidak lancar yang diterima dan diamanahkan untuk

dikelola oleh amil diukur sebesar nilai wajar saat penerimaan

dan diakui sebagai aset tidak lancar infaldsedekah. Penyusutan

dari aset tersebut diperlukan sebagai pengurang dana

infak/sedekah terikat jika penggunaan atau pengelolaan aset

tersebut sudah ditentukan oleh pemberi.

- Penurunan nilai aset infak/sedekah tidak lancar diakui sebagai:

- Pengurang dana infak/sedekah, jika tidak disebabkan oleh

kelalaian amil.

- Kerugian dan penguragan dana amil, jika disebabkan oleh

kelalaian amil.

- Penyaluran Infak/Sedekah

- Penyaluran dana infak/sedekah diakui sebagai pengurang dana

infak/sedekah sebesar:

- Jumlah yang diserahkan, jika dalam bentuk kas

- Nilai tercatat aset yang diserahkan, jika dalam bentuk aset

nonkas

- Bagian dana infak/sedekah yang disalurkan untuk amil diakui

sebagai penambah dana amil

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/14477/4/BAB II.pdf · 2.1.2 PSAK 109 2.1.2.1 Pengertian PSAK Menurut IAI (2009) memberikan definisi untuk Pedoman

20

- Penentuan jumlah atau persentase bagian untuk para penerima

infak/sedekah ditentukan oleh amil sesuai dengan priinsip

syariah, kewajaran, dan etika yang dituangkan dalam bentuk

kebijakan amil.

- Penyaluran infak//sedekah oleh amil kepada amil lain

merupakan penyaluran yang mengurangi dana infak/sedekah

jika amil tidak akan menerima kembali aset infak/sedekah yang

disalurkan tersebut.

- Penyaluran infak/sedekah kepada penerima akhir dalam skema

dana bergulir dicatat sebagai piutang infak/sedekah bergulir dan

tidak mengurangi dana infak/sedekah

2. Penyajian

Amil menyajikan dana zakat, dana infak/sedekah, dan dana amil secara

terpisah dalam laporan posisi keuangan.

3. Pengungkapan

a. Zakat

- Amil mengungkapkan hal-hal berikut terkait dengan transaksi

infak/sedekah, tetapi tidak terbatas pada:

- Kebijakan penyaluran zakat, seperti penentuan skala

prioritas penyaluran zakat dan mustahik nonamil

- Kebijakan penyaluran zakat untuk amil dan mustahik

nonamil, seperti persentase pembagian, alasan, dan

konsistensi kebijakan

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/14477/4/BAB II.pdf · 2.1.2 PSAK 109 2.1.2.1 Pengertian PSAK Menurut IAI (2009) memberikan definisi untuk Pedoman

21

- Metode penentuan nialai wajar yang digunakan

untuk penerimaan zakat berupa aset zakat nonkas

- Rincian jumlah penyaluran dan zakat untuk masing-

masing mustahik

- Penggunaan dana zakat dalam bentuk aset kelolaan yang

masih dikendalikan oleh amil atau pihak lain yang

dikendaliakn amil, jika ada, diungkapkan jumlah dana

persentase terhadap seluruh penyaluran dana zakat serta

alasannya

- Hubungan pihak-pihak berelasi antara amil dan mustahik

yang meliputi:

- Sifat hubungan

- Jumlah dan jenis aset yang disalurkan

- Persentase dari setiap aset yang disalurkan tersebut dari

total penyaluran zakat selama periode.

b. Infak/Sedekah

- Amil mengungkapkan hal-hal berikut terkait dengan

transaksi infak/sedekah, tetapi tidak terbatas pada:

- Kebijakan penyaluran infak/sedekah, seperti penentuan

skala prioritas penyaluran infak/sedekah dan penerima

infak/sedekah

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/14477/4/BAB II.pdf · 2.1.2 PSAK 109 2.1.2.1 Pengertian PSAK Menurut IAI (2009) memberikan definisi untuk Pedoman

22

- Kebijakan penyaluarn infak/sedekah untuk amil dan

nonamil, seperti persentase pembagian, alasan, dan

konsistensi kebijakan

- Metode penentuan nilai wajar yang digunakan untuk

penerimaan infak/sedekah berupa aset nonkas

- Keberadaan dana infak/sedekah yang tidak langsung

disalurkan tetapi dikelola terlebih dahulu, jika ada,

diungkapkan jumlah dan persentase dari seluruh

penerimaan infak/sedekah selama periode pelaporan serta

alasannya

- Penggunaan dana infak/sedekah menjadi aset kelolaan, jika

ada diungkapkan jumlah dan persentase terhadap

seluruh penggunaan dana infak/sedekah serta alasannya

- Rincian dana infak/sedekah berdasarkan peruntukannya,

terikat dan tidak terikat

- Hubungan pihak-pihak berelasi antara amil dan

penerima infak/sedekah yang meliputi

- Sifat hubungan

- Jumlah dan jenis aset yang disalurkan

- Persentase dari setiap aset yang disalurkan tersebut dari

totalpenyaluran zakat selama periode.”

Dalam penelitian ini maka penulis tertarik untuk menggunakan zakat

karena zakat adalah salah satu kewajiban dari orang yang beragama islam

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/14477/4/BAB II.pdf · 2.1.2 PSAK 109 2.1.2.1 Pengertian PSAK Menurut IAI (2009) memberikan definisi untuk Pedoman

23

karena telah jelas terdapat di rukun Islam, oleh karena itu dana zakat harus

dikelola dengan baik dan benar agar sesuai dengan syariat islam yaitu dana

zakat di sini harus diberikan kepada yang berhak menerima zakat.

Mengenai masalah akuntansi zakat, sebenarnya Aturan Akuntansi

untuk Lembaga Pengelola Zakat Indonesia sampai dengan saat ini belum

ada yang secara khusus membuat aturan akuntansi zakat, hal inilah salah

satu penyebab kesulitan dalam melakukan standarisasi pencatatan dan

pelaporan akuntansi zakat seringkali didasarkan kepada metode akuntansi

zakat. Karena hal tersebut, ruang lingkup akuntansi zakat sebenarnya hanya

untuk amil zakat yang menerima dan menyalurkan zakat, atau organisasi

pengelola zakat yang pembentukannya dimaksud untuk mengumpulkan

zakat.

2.1.2.3 Tujuan PSAK No. 109

Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran,

penyajian, dan pengungkapan transaksi zakat dan infak/sedekah.

2.1.2.4 Ruang Lingkup PSAK No.109

1. Pernyataan ini berlaku untuk amil yang menerima dan menyalurkan

zakat dan infak/seekah.

2. Amil yang menerima dan menyalurkan zakat dan infak/sedekah,

yang selanjutnya disebut “amil”, merupakan organisasi pengelola

zakat yang pembentukannya dimaksudkan untuk mengumpulkan dan

menyalurkan zakat dan infak/sedekah.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/14477/4/BAB II.pdf · 2.1.2 PSAK 109 2.1.2.1 Pengertian PSAK Menurut IAI (2009) memberikan definisi untuk Pedoman

24

3. Pernyataan ini tidak berlaku untuk entitas syariah yang menerima

dan menyalurkan zakat dan infak/sedekah, tetapi bukan kegiatan

utamanya. Entitas tersebut mengacu ke PSAK 101: Penyajian

Laporan Keuangan Syariah.

2.1.3. Akuntansi Zakat

Menurut Alnof dalam Faiz (2011), Akuntansi Zakat merupakan satu proses

pengakuan (recognition) kepemilikan dan pengukuran (measurement) nilai suatu

kekayaan yang dimiliki dan dikuasai oleh muzakki untuk tujuan penetapan, apakah

harta tersebut sudah mencapai nishab harta wajib zakat dan memenuhi segala

persyaratan dalam rangka penghitungan nilai zakat.

Dalam penerapannya, akuntansi zakat dana mencakup teknik penghitungan

harta wajib zakat yang meliputi pengumpulan, pengidentifikasian, penghitungan

beban kewajiban yang menjadi tanggungan muzakki dan penetapan nilai harta

wajib zakat serta penyalurannya kepada golongan yang berhak menerima zakat.

Menurut Fajar Laksana (2009) dalam AAS-IFI (Accounting & Auditing

Standard for Islamic Financial Institution) tujuan akuntansi zakat adalah

menyajikan informasi mengenai ketaatan organisasi terhadap ketentuan syariah

Islam, termasuk informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran yang tidak

diperbolehkan oleh syariah, bila terjadi, serta bagaimana penyalurannya.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/14477/4/BAB II.pdf · 2.1.2 PSAK 109 2.1.2.1 Pengertian PSAK Menurut IAI (2009) memberikan definisi untuk Pedoman

25

2.1.4 Pengelolaan Zakat

2.1.4.1 Pengertian Pengelolaan Zakat

Menurut Undang-undang RI No. 23 Tahun 2011 Keputusan Menteri Agama

RI pengertian pengelolaan zakat disebutkan sebagai berikut:

“Pengeloaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan dan pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian

serta pendayagunaan zakat (pasal 1 angka 1 undang-undang).”

Sedangkan pengertian zakat menurut undang-undang diatas sebagai berikut:

“Harta-harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan hukum

yang dimiliki oleh seorang muslim sesuai dengan ketentuan agama

diberikan kepada yang berhak menerimanya.”

Jadi, dalam pengelolaan zakat dapat dipikirkan cara-cara pelaksanaannya

dengan ilmu pengetahuan yang sesuai dengan tujuan zakat ialah meningkatkan taraf

hidup anggota masyarakat yang lemah ekonomi dan mempercepat kemajuan agama

Islam menuju tercapainya masyarakat yang adil, maju dan makmur diridhoi oleh

Allah SWT.

Apabila tidak mencukupi dana yang dikumpulkan melalui zakat (2,5 kg)

maka Islam memberikan pemungutan tambahan terhadap harta kekayaan

masyarakat. Seperti yang ditegaskan oleh hadits Nabi Muhammad

كاة. إن فى المال حق اسوى الز

Artinya : Sesungguhnya didalam harta kekayaan itu ada selain zakat

Pada intinya Islam membukakan pintu kesejahteraan pemerataan ekonomi

menuju ke masyarakat yang adil dan makmur. Disini selain harta kekayaan

disalurkan untuk zakat, harta itu bisa disalurkan misalnya lewat shadaqah dan infaq.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/14477/4/BAB II.pdf · 2.1.2 PSAK 109 2.1.2.1 Pengertian PSAK Menurut IAI (2009) memberikan definisi untuk Pedoman

26

Menurut Widodo Hertanto (2001:24) sebagai berikut:

“Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan , pelaksanaan

dan pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian serta

pendayagunaan zakat”.

Menurut Ahmad Hasan Ridwan (2010:15) menjelaskan bahwa:

“Pengelolaan Zakat dikelola dengan sistem kerja dan profesional,

sebagaimana pengelolaan dan manajemen perusahaan. Namun,

kaidah atau aturan sesuai dengan hukum syari'ah tidak boleh

ditinggalkan. “

Pada dasamya ada empat bidang yang harus dimiliki oleh lembaga zakat

yaitu standard operating procedure (SOP) yang baku, sebagaimana halnya yang

dilakukan oleh perusahaan (korporat):

a. Manajemen Penghimpun (Fundarising Management)

1. Membuat media sosialisasi dan promosi sendiri yang lebih baik dan

berkualitas.

2. Melakukan sosialisasi dengan bekerja sama dengan media cetak dan

elektronik (Koran, radio, televisi)

3. Mengoptimalkan dan meningkatkan kualitas layanan donatur dengan

berbagai bentuk (silaturahmi, jemput zakat, konsultasi ZISWaf, layanan

ceramah keagamaan, dll)

4. Memanfaatkan teknologi canggih untuk meraih donasi (SMS Infaq,

Infaq via ATM, website, d11)

5. Menambah jumlah kotak infaq.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/14477/4/BAB II.pdf · 2.1.2 PSAK 109 2.1.2.1 Pengertian PSAK Menurut IAI (2009) memberikan definisi untuk Pedoman

27

b. Manajemen Amil (Amil Management)

1. Menyusun sistem manajemen dan SOP yang lengkap dan menjalankannya

secara konsisten

2. Membangun sistem manajemen berbasis kinerja yang mendorong

terhadap peningkatan produktifitas kinerja dan pelayanan keurnatan

3. Meningkatkan performa lembaga dan kinerja amilin sesuai dengan

indikator-indikator profesionalisme

4. Meningkatkan kualitas SDM dengan mengadakan berbagai

pelatihan

5. Menyelenggarakan fit and propper test bagi calon amil yang akan

bekerja

6. Mencari kemungkinan mendapatkan dana khusus di luar jatah

amilin untuk menunjang kesej ahteraan amilin

7. Menyediakan kelengkapan sarana dan prasarana untuk meningkatkan

kualitas program

c. Manajemen Keuangan dan Akuntansi (Finance & Accounting Management)

1. Membuat sistem pengelolaan dan pelaporan keuangan

2. Menerbitkan laporan keuangan dan analisis keuangan secara periodik

dan tepat waktu

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/14477/4/BAB II.pdf · 2.1.2 PSAK 109 2.1.2.1 Pengertian PSAK Menurut IAI (2009) memberikan definisi untuk Pedoman

28

3. Mensosialisasikan laporan keuangan melalui berbagai media yang mudah

diakses publik

4. Melakukan pengarsipan dokumen-dokumen keuangan secara tertib dan

rapi

5. Melakukan upaya-upaya untuk meraih tingkah amanah dan transparan

dalam hal akuntansi, akuntabilitas, dan aksesibilitas pengelolaan dana

d. Manajemen Pendayagunaan (Empowering Management)

1. Menyelenggarakan program layanan mustahiq untuk membantu mereka

yang membutuhkan secara konsumtif (tradisional dan inovatif) dan secara

produktif (tradisional dan inovatif)

2. Menjalin kerjasama dengan lembaga lain untuk membuat program

unggulan di bidang pendidikan dan dakwah

3. Menjalin kerjasama dengan lembaga lain untuk membuat program

unggulan di bidang ekonomi

Menurut Imam Suprayogo dana zakat yang telah terkumpul

didistribusikan dalam empat bentuk, yakni :

Komsumtif Tradisional, yakni zakat yang langsung diberikan secara langsung

kepada mustahiq, seperti beras dan jagung, perbaikan rumah dll.

Konsumtif Kreatif, yakni zakat yang dirupakan dalam bentuk lain, dengan

harapan dapat bermanfaat lebih baik, semisal beasiswa, peralatan sekolah,

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/14477/4/BAB II.pdf · 2.1.2 PSAK 109 2.1.2.1 Pengertian PSAK Menurut IAI (2009) memberikan definisi untuk Pedoman

29

dan pakaian anak-anak yatim. Produktif Tradisional, yaitu zakat yang diberikan

dalam bentuk barang-barang yang bisa berkembangbiak atau alat utama kerja,

seperti kambing, sapi, alat cukur atau mesin jahit.

Produktif Kreatif, yaitu zakat yang diberikan dalam bentuk modal kerja

sehingga penerimanya dapat mengembangkan usahanya setahap lebih maju.

Fungsi Manajemen Zakat, Infaq, dan Shadaqah. Menurut Ismail

Nawawi dalam bukunya yang berjudul "zakat dalam perspektif fiqih, sosial dan

ekonomi" (2010) :

1. Perencanaan zakat,infaq, dan shadaqah (planning)

Proses awal dalam manajemen zakat, infaq, dan shadaqah yaitu perlu

adanya perencanaan. Dalam kata-kata hikmah disebutkan "Alinsanubil-

tafkir wallahu bil-taqdir" (manusia yang memikirkan dan Allah lah yang

menentukan). Secara konseptual perencanaan adalah proses pemikiran

penentuan sasaran dan tujuan yang ingin dicapai, tindakan yang harus

dilaksanakan, organisasi yang dicapai, dan orangorang yang bertanggung

jawab terhadap kegiatan yang hendak dilaksanakan oleh Lembaga/Badan

Amil Zakat. Dengan kata lain perencanaan menyangkut pembuatan

keputusan tentang apa yang hendak dilakukan, bagaimana cara

melakukan, kapan melakukan, dan siapa yang akan melakukan secara

terorganisir.

Ada beberapa jangka waktu dalam perencanaaan. Program perencanaan

yang diproyeksikan untuk dilaksanakan dalam jangka pendek dengan waktu

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/14477/4/BAB II.pdf · 2.1.2 PSAK 109 2.1.2.1 Pengertian PSAK Menurut IAI (2009) memberikan definisi untuk Pedoman

30

yang dialokasikan maksimal 1 tahun, ada perencanaan jangka menengah

dengan alokasi waktu antara 2 sampai 3 tahun, dan perencanaan jangka

panjang dengan alokasi waktu 3 sampai 5 tahun. Namun karena program

yang sudah direncanakan seringkali diharapkan pada berbagai kondisi

yang memungkinkan program tersebut tidak dapat dilaksanakan sesuai

target waktu yang sudah ditentukan, maka diperlukan penerapan

perencanaan yang memperhitungkan aspek kekuatan, kelemahan, peluang dan

ancaman dari pada organisasi tersebut. Terkait dengan perencanaan Zakat

tentunya berkaitan dengan kegiatan dengan proses sebagai berikut :

1. Menetapkan sasaran dan tujuan zakat. Sasaran zakat berkaitan dengan

orang yang berkewajiban zakat (muzakki) dan orang yang berhak

mendapatkan zakat (mustahiq). Sedangkan tujuan adalah menyantuni

orang yang berhak agar terpenuhi kebutuhan dasarnya atau

meringankan beban mereka.

2. Menetapkan bentuk organisasi atau kelembagaan zakat yang sesuai

dengan tingkat kebutuhan yang hendak dicapai dalam pengelolaan

zakat.

3. Menetapkan cara melakukan penggalian sumber dana distribusi zakat.

Dalam hal ini dilakukan identifikasi orang-orang yang berkewajiban

zakat (muzakki) dan orang-orang yang berhak menerima zakat

(inustahiq). Sehingga teridentifikasi secara tertib dan rapi, sebagai

bahan pembuatan program kerja dalam pengelolaan zakat. Penerima

zakat pun diperluas pemahamannya, Selain dari pengertian fakir miskin

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/14477/4/BAB II.pdf · 2.1.2 PSAK 109 2.1.2.1 Pengertian PSAK Menurut IAI (2009) memberikan definisi untuk Pedoman

31

yang telah dirumuskan secara tradisional, dalam pengertian fakir miskin

terdapat pula biaya penyantunan orang-orang miskin di lembaga sosial,

panti asuhan,dan bantuan modal fakir miskin agar mereka dapat

berusaha secara produktif.

4. Menentukan waktu penggalian sumber zakat dan waktu untuk

mendistribusikan zakat.

5. Menetapkan amil atau pengelola zakat dengan menentukan orang

yang mempunyai komitmen, kompetensi, dan profesionalisme untuk

melakukan pengelolaan zakat.

6. Menetapkan sistem pengawasan terhadap pelaksanaan zakat, baik mulai

dari pembuatan perencanaan, pembuatan pelaksanaan, pengenmabngan

secara terus menerus secara berkesinambungan. Berdasarkan

perencanaan tersebut, dibuatkah program kerja yang sesuai dengan

tuntutan dan kebutuhan kelembagaan zakat yang telah ditetapkan.

Dalam perencanaan yang diamksud diatas adalah perumusan dari tujuan,

cara dan langkah-langkah, semua hal tersebut hendaknya ditetapkan

terlebih dahulu.

2. Organisasi pengelolaan zakat, infaq, dan shadaqah (Organizing)

Terkait dengan pengorganisasian islam sangat memperhatikan dan

mendorong umatnya untuk melakukan segala sesuatu secara terorganisir

secara baik dan rapi. Sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah surat

Ash-Shaff ayat 4: "Sesungguhnya Allah menyukai yang berperang dijalan-

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/14477/4/BAB II.pdf · 2.1.2 PSAK 109 2.1.2.1 Pengertian PSAK Menurut IAI (2009) memberikan definisi untuk Pedoman

32

Nya dalam barisan yang teratur, seakan-akan mereka seperti suatu bangunan

yang tersusun kokoh. (Ash-Shaff:4)"

Kast dan Jemes E Rosenweig, mengatakan kita membutuhkan suatu

definisi umum dan sebuah model konsepsional mengenai organisasi yang

cocok untuk semua jenis kecil dan besar, informal dan follnal, sederhana dan

komplek, dan organisasi yang melaksanakan berbagai aktivitas dan fungsi.

Organisasi terdiri atas dua bagian yaitu :

1. Organisasi sebagai wadah atau tempat, sub-sistem. Pemahaman ini

bukan seperti rumah, kamar, kantor, dan lain sebagainnya. Kedua,

organisasi sebagai proses yang menggambarkan aktivitas yang akan,

sedang, atau telah dilaksanakan oleh manusia yang bergabung dalam

sebuah organisasi yang bersifat sosial.

2. Organisasi dikatakan berhubungan dengan aspek sosial, karena

memang subyek dan obyeknya adalah manusia yang diikat oleh nilai-nilai

tertentu. Nilai adalah hakikat moralitas kehendak untuk memenuhi

kewajiban manusia, baik dalam organisasi formal maupun organisasi

infonnal. Kast dan James E. Rosenzweig mendefinisikan organisasi

sebagai sekelompok orang yang terikat secara formal dalam hubungan

atasan dan bawahan yang bekerjasama untuk meneapai tujuan bersama

pula. Definisi tersebut memberikan petunjuk bahwa organisasi dapat

disoroti dari dua sudut pandang, yaitu sebagai wadah berbagai kegiatan

dan sebagai proses interaksi antara orang-orang yang terdapat

didalamnya.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/14477/4/BAB II.pdf · 2.1.2 PSAK 109 2.1.2.1 Pengertian PSAK Menurut IAI (2009) memberikan definisi untuk Pedoman

33

3. Pelaksanaan zakat, infaq, dan shadaqah (actuating)

Pemberian pemerintah, komunikasi dan koordinasi dalam proses

pelaksanaan tugas organisasi. Jaringan kerja (networking) dalam

organisasi zakat mesti dipahami dan ditetapkan sehingga sistem

pelayanan terpadu, terarah, dan terintegrasi antar organisasi zakat

menjadi terbuka.Sistem ini juga membantu muzakki dalam mengakses

informasi secara bebas, mengontrol, dan mengikuti perkembangan dana

zakat yang mereka tunaikan. Demikian halnya dengan data base mustahiq

yang telah mendapat santunan dan pembinaan dari suatu LAZ/BAZ akan

dapat diakses dan diketahui oleh organisasi zakat lainnya. Dalam

pengelolaan zakat diperlukan pengelolaan zakat secara profesional,

mempunyai kompetensi dan komitmen sesuai dengan kegiatan yang

dilakukan. Hal ini berkaitan dengan kriteria pelaksanaan zakat dan

kriteria pemimpin badan / lembaga amil zakat.

1. Penentuan kriteria pelaksanaan zakat

Dalam menentukan petugas pelaksana (amil) zakat harus memenuhi

beberapa kriteria atau memiliki beberapa persyaratan sebagai berikut:

a. Beragama islam. Zakat adalah salah satu rukun utama kaum

muslim yang termasuk rukun islam yang ketiga, karena itu sudah

saatnya apabila urusan penting kaum muslimin ini diurus oleh

semua muslim.

b. Mukallaf, yaitu orang dewasa yang sehat akal pikirannya yang siap

menerima tanggungj awab mengurus urusan umat.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/14477/4/BAB II.pdf · 2.1.2 PSAK 109 2.1.2.1 Pengertian PSAK Menurut IAI (2009) memberikan definisi untuk Pedoman

34

c. Memiliki sifat amanah atau jujur. Sifat ini sangat penting karena

berkaitan dengan kepercayaan umat. Artinya para muzakki

akan dengan rela menyerahkan zakatnya melalui lembaga

pengelolaan zakat, jika lembaga ini memang patut dan layak

dipercaya. Sifat amanah dan jujur akan menarik rizki dan

kemudahan, sebaliknya sifat khianat dan tidak dapat dipercaya,

akan menyebabkan kefakiran dan kesulitan. Hal ini sebagaimana

dikemukakan dalam sebuah hadits riwayat Imam Daelani,

Rasulullah saw. Bersabda yang artinya : "Anianah itu akan menarik

rizki, sedangkan khianat akan menarik kekafiran ".

d. Mengerti dan memahami hukum-hukum zakat yang menyebabkan ia

mampu melakukan sosialisasi segala sesuatu yang berkaitan

dengan zakat kepada masyarakat. Pengetahuan yang memadai

tentang zakat ini pun akan mengundang kepercayaan dari

masyarakat.

e. Memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-

baiknya.

f. Syarat yang tidak kalah pentingnya yaitu kesungguhan amil zakat

dalam melaksanakan tugasnya, amil zakat yang baik adalah amil

zakat yang fitll-time dalam melaksanakan tugasnya, tidak asal-

asalan dan tidak pula sambilan. Banyaknya amil zakat yang

sambilan dalam masyarakat kita, menyebabkan amil zakat tersebut

pasif dan hanya menunggu kedatangan muzakki untuk

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/14477/4/BAB II.pdf · 2.1.2 PSAK 109 2.1.2.1 Pengertian PSAK Menurut IAI (2009) memberikan definisi untuk Pedoman

35

membayarkan zakatnya atau infaqnya. Selain petugas pelaksana

(amil) zakat sebagaimana diatas, diperlukan kelompok

pemimpin yang mempunyai beberapa kriteria kemampuan

keterampilan untuk melaksanakan kegiatan organisasi dan mampu

melakukan berbagai pembaharuan.

Sedangakan keahlian seorang pemimpin tim yang berorientasi

pendefinisian menduduki posisi puncak. Penyusunan strategi yang

antisipasif, maka pemimpin harus mempunyai kompetensi sebagai

berikut:

- Menciptakan visi dan misi organisasi.

- Mendefinisikan strategi secara kuantitatif dan kualitatif dengan

berdasarkan pemahaman yang jelas tentang tujuan, kekuatan pasar, dan

sumber daya yang tersedia. Mengerti akan kekuasaan yang menyeluruh,

kelemahan, prestasi kerja saat ini dan prestasi kerja potensial.

- Menetapkan standar profesional prestasi kerja, serta

menginventarisasikan waktu dan usaha untuk berkomunikasi dan

memotivasi orang lain guna membina hubungan yang baik dengan

mereka.

- Mendelegasiakan otoritas, kebebasan dan sumber daya pada

pemimpin di tingkat yang lebih rendah agar dia bertanggung jawab

untuk mengimplementasikan strategi pada sasaran kerja operasional.

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/14477/4/BAB II.pdf · 2.1.2 PSAK 109 2.1.2.1 Pengertian PSAK Menurut IAI (2009) memberikan definisi untuk Pedoman

36

- Memimpin proses manajemen kolektif yang mendukung

kolaborasi, kerja sama, dan konsultasi.

- Menetapkan dan bersandar pada sistem informasi timbal balik yang

sifat amaliyahnya adalah menasehati dan saling berbagi.

- Menciptakan super struktur keberhasilan dengan menetapkan peranan

dan tujuan yang memperhatikan organisasi.

- Merekrut dan melatih orang yang benar, serta menyatukan kekuatan

setiap individu.Dari kriteria-kriteria pelaksana dan pimpinan

badan atau lembaga sebagaimana diuraikan di atas perlu

dipedomani dan dilandasi dengan sifat jujur (sidiiq), Dapat

dipercaya (amanah), komunikatfi (tabligh), dan cerdik

(fathonah), dalam pengelolaan zakat baik dari proses

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan

pengendalian sehingga zakat dapat dilaksanakan dengan

sebaik-baiknya sehingga dapat melakukan pengentasan

kemiskinan dan dapat melakukan pengembangan usaha serta

pembangunan yang dapat memberikan kemajuan umat islam.

2. Strategi pengumpulan, penggalian sumber dan distribusi zakat

Petugas amil zakat dalam penggalian sumber zakat harus

melakukan sosialisasi diberbagai media baik secara langsung dengan

sistem penyuluhan maupun melalui media cetak dan media elektronika

misalnya radio, televisi, dan media lainnya yang berkaitan dengan zakat

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/14477/4/BAB II.pdf · 2.1.2 PSAK 109 2.1.2.1 Pengertian PSAK Menurut IAI (2009) memberikan definisi untuk Pedoman

37

baik yang berkait dengan aspek hukum islam dan berbagai aspek

yang lain untuk menumbuhkembangkan kesadaran bagi para

muzakki. Disamping itu dalam menggali sumber zakat sebagaimana

dikemukakan dalam buku manajemen pengelolaan zakat, yaitu :

1. Pembentukan unit pengumpulan zakat. Hal ini dilakukan untuk

memudahkan bagi pengelola zakat dalam menjangkau para

wajibzakat (muzakki) maupun memudahkan para muzakki untuk

membayar zakatnya, maka setiap Badan Amil Zakat membuka Unit

Pengumpulan Zakat (UPZ) di berbagai tempat sesuai tingkatan,

baik nasional provesi dan lainnya.

2. Pembukaan konter penerimaan zakat. Selain membuka unit

pengumpulan zakat, diberbagai tempat lembaga pengelola zakat

dapat membuka konter atau loket di tempat lembaga atau kantor

sekretariat Badan Amil Zakat yang bcrsangkutan. Konter atau

loket tersebut, harus dibuat seperti layaknya lembaga keuangan

yang profesional yang dilengkapi dengan ruang tunggu untuk

muzakki yang akan membayarkan zakatnya dan disediakan pula alat

tulis dan alat perhitungan seperlunya, disediakan alat penyimpan uang

atau brangkas sebagai tempat pengaman sebelum disetor ke bank,

ditunggu dan dilayani oleh tenaga penerima zakat yang siap setiap saat

sesuai jam pelayanan yang telah ditentukan.

3. Pembukaan rekening bank. Yang perlu diperhatikan disini adalah bahwa

dalam membuka rekening hendaklah dipisahkan antara masing-

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/14477/4/BAB II.pdf · 2.1.2 PSAK 109 2.1.2.1 Pengertian PSAK Menurut IAI (2009) memberikan definisi untuk Pedoman

38

masing rekening, sehingga dengan demikian akan memudahkan para

muzakki dalam pengiriman zakatnya.

4. Pengawasan Zakat, infaq, dan shadaqah (Controlling)

Pengawasan memiliki peran penting dalam mengelola sebuah organisasi.

Penekanan pada pengawasan dalam sebuah organisasi terletak pada

sisitem operasional, pengawasan standar kerja, target -target, dan

kerangka kerja organisasi. Selain itu aspek pengawasan dalam organisasi

meneakup pengawasan pembukuan, penggunaan sarana, penggunaan

waktu, penggunaan pendekatan, metode dan pendekatan dalam

pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi. Pengawasan juga mencakup

aspek evaluasi kinerja organisasi zakat. Pengawasan memudahkan organisasi

zakat mengidentifikasi berbagai peluang (opportunity), kemudahan dan

tantangan (challenge) yang dianggap sebagai kekuatan pendukung

dan kelemahan yang menghambat peningkatan kinerja dan pencapaian tujuan

organisasi. Secara konseptual dan operasional pengawasan adalah suatu

upaya sistematis, untuk menetapkan kinerja standar pada perencanaan

untuk merancang sistem umpan balik informasi, untuk membandingkan kinerja

aktual dengan standar yang telah ditentukan untuk menetapkan apakah

terjadi suatu penyimpangan dan mengukur signifikasi penyimpangan

tersebut untuk mengambil tindakan perbaikan yang lembaga amil zakat telah

digunakan seefektif dan seefisien mungkin guna mencapai tujuan badan

atau lembaga amil zakat. Pengawasan dapat dilakukan diawal kegiatan

sebagai suatu upaya pencegahan yang dikenal sebagai pengawasan awal,

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/14477/4/BAB II.pdf · 2.1.2 PSAK 109 2.1.2.1 Pengertian PSAK Menurut IAI (2009) memberikan definisi untuk Pedoman

39

ditengah kegiatan atau pada saat kegiatan sedang berjalan sebagai upaya

pelurusan yang dikenal sebagai pengawasan berjalan dan diakhir kegiatan

sebagai upaya perbaikan yang disebut pengawasan akhir. Secara manajerial

pengawasan zakat adalah mengukur dan memperbaiki kinerja amil zakat guna

memastikan bahwa tujuan badan atau lembaga amil zakat disemua tingkat dan

rencana yang telah dirancang untuk mencapainya yang sedang dilaksanakan.

Jadi fungsi tersebut harus dilaksanakan oleh manajer badan atau lembaga amil

zakat, mulai dari pimpinan bawah sampai ke pimpinan atas. Adapun pola

pengawasan yang digunakan adalah sebagaiu berikut :

1. Menetapkan sistem dan standar operasional pengawasan sesuai dengan

tujuan dan sasaran yang telah ditentukan oleh badan atau lembaga amil

zakat.

2. Mengukur kinerja. Pengawas dalam hal ini melakukan pengukuran

atau pengevaluasian kinerja dengan standar yang telah ditentukan

dengan proses yang berkelanjutan.

3. Memperbaiki penyimpangan. Proses pengawasan tidak lengkap, jika tidak

ada tindakan perbaikan terhadap penyimpangan-penyimpangan yang

terjadi. Sedangkan teknik pengawasan yang harus dilakukan untuk badan

atau lembaga amil zakat adalah sebagai berikut :

a. Konsep pengawasan adalah perumusan dalam angka untuk

periode tertentu di masa depan badan atau lembaga.

b. Tujuan penganggaran. Dengan menyatakan perencanaan dalam

angka dan merinci kedalam komponen-komponen yang cocok

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/14477/4/BAB II.pdf · 2.1.2 PSAK 109 2.1.2.1 Pengertian PSAK Menurut IAI (2009) memberikan definisi untuk Pedoman

40

dengan struktur organisasi atau badan/lembaga, anggaran

menghubungkan perencanaan dan mengijinkan pendelegasian

kekuasaan / wewenang tanpa hilangnya pengawasan.

c. Jenis anggaran meliputi:

- Anggaran pendapatan (berkaitan dengan zakat) dan

pengeluaran (berkaitan dengan distribusi zakat).

- Anggaran waktu, ruang, dan bahan baku, dan produksi

layanan terhadap wajib zakat dan pelayanan terhadap

penerima zakat.

- Anggaran pengeluaran modal kerja sama badan atau lembaga

dengan pihak lain.

- Anggaran kas.

- Anggaran neraca badan atau lembaga amil zakat.

d. Teknik operasional pengawasan dengan menggunakan sarana,

yaitu :

- Data statistik atau akuntansi.

- Grafik pulang pokok (break even ).

- Audit operasional.

- Observasi pribadi.

Berkaitan dengan tugas manajer dalam sistem pengawasan, harus selalu

berkaitan dengan sistem informasi, karena is hams merancang sistem

informasi untuk mengetahui bagaimana penyimpangan itu terjadi, dan

bagaimana sistem perbaikan dan penyimpangan tersebut. Dan

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/14477/4/BAB II.pdf · 2.1.2 PSAK 109 2.1.2.1 Pengertian PSAK Menurut IAI (2009) memberikan definisi untuk Pedoman

41

selanjutnya sebagai bahan perencanaan, pembuatan program, dan

merancang bangun sisitem pengawasan.

2.1.4.2 Tujuan Pengelolaan Zakat

Berdasarkan UU No 23 Tahun 2011 Pasal 3, Tujuan pengelolaan

zakat adalah:

1. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan

zakat.

Pengelolaan zakat yang baik akan memudahkan langkah sebuah OPZ

untuk mencapai tujuan ini dari zakat itu sendiri, yaitu Optimalisasi zakat,

dengan bertindak efisien dan efektif, OPZ mampu memanfaatkan dana zakat

yang ada dengan maksimal.

2. Meningkatkan Manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan

masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.

Pengelolaan zakat dimaksudkan agar dana zakat yang disalurkan benar-

benar sampai pada orang yang tepat dan menyalurkan dana zakat tersebut

dalam bentuk yang produktif sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Pemanfaatan zakat untuk hal yang produktif dapat dilakukan

dengan mendirikan Rumah Asuh, melakukan pelatihan home industry,

mendirikan sekolah gratis dan sebagainya.

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/14477/4/BAB II.pdf · 2.1.2 PSAK 109 2.1.2.1 Pengertian PSAK Menurut IAI (2009) memberikan definisi untuk Pedoman

42

2.1.4.3 Asas dan Karakteristik Pengelolaan Zakat

Organisasi pengelola zakat memiliki asas-asas yang menjadi pedoman

kerjanya. Dalam UU No. 23 Tahun 2011, disebutkan bahwa asas-asas Organisasi

Pengelola zakat adalah:

1. Syariat Islam. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Organisasi

Pengelola Zakat haruslah berpedoman sesuai dengan syariat Islam,

mulai dari tata cara perekrutan pegawai hingga tata cara

pendistribusian zakat.

2. Amanah. Organisasi Pengelola Zakat haruslah menjadi organisasi

yang dapat dipercaya.

3. Kemanfaatan. Organisasi Pengelola Zakat harus mampu memberikan

manfaat yang sebesar-besarnya bagi mustahik.

4. Keadilan. Dalam mendistribusikan zakat, Organisasi Pengelola zakat

harus mampu bertindak adil.

5. Kepastian Hukum. Muzakki dan mustahik harus memiliki jaminan dan

kepastian hukum dalam proses pengelolaan zakat.

6. Terintegrasi. Pengelolaan zakat harus dilakukan secara hierarkis

sehingga mampu meningkatkan kinerja pengumpulan, pendistribusian,

dan pendayagunaan zakat.

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/14477/4/BAB II.pdf · 2.1.2 PSAK 109 2.1.2.1 Pengertian PSAK Menurut IAI (2009) memberikan definisi untuk Pedoman

43

7. Akuntabilitas. Pengelolaan zakat harus bisa dipertanggungjawabkan

kepada masyarakat dan mudah diakses oleh masyarakat dan pihak lain

yang berkepentingan.

Menurut Sudewo dalam Mahmudah (2007:58) menyatakan bahwa di

Indonesia terdapat dua lembaga yang bersifat yayasan namun karakteristiknya

herbeda, yaitu lembaga nirlaba dan lembaga not for profit Lembaga nirlaba

didirikan benar-benar bukan untuk mencari laba sedikit pun. Produk lembaga

nirlaba adalah nilai dan moral sedangkan produk perusahaan adalah barang

dan jasa. Sumber dana lembaga nirlaba adalah donasi masyarakat dan

digunakan sepenuhnya untuk kegiatan operasional untuk mencapai visi dan

misi lembaga.

2.1.4.4 Organisasi Pengelolaan Zakat Sebagai Organisasi Nirlaba

Lembaga Zakat dari sudut pandang akuntansi digolongkan sebagai

organisasi nirlaba (nonprofit organization). Organisasi nirlaba memiliki

karakteristik yang berbeda dengan organisasi komersil pada umumnya. Menurut

PSAK No. 45 perbedaan utama yang mendasar terletak pada cara organisasi

memperoleh sumberdaya yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas

operasinya. Perbedaan ini di jabarkan lebih lanjut dalam PSAK rnenjadi

karakteristik-karakteristik organisasi nirlaba, yaitu:

1. Sumberdaya entitas berasal dari para peyumbang yang tidak

mengharapkan pembayaran kembali atau manfaat ekonomi yang

sebanding dengan jumlah sumber daya yang diberikan.

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/14477/4/BAB II.pdf · 2.1.2 PSAK 109 2.1.2.1 Pengertian PSAK Menurut IAI (2009) memberikan definisi untuk Pedoman

44

2. Menghasilkan barang dan/atau jasa tanpa bertujuan untuk

menumpuk laba, dan kalau suatu entitas menghasilkan laba, maka

jumlahnya tidak pemah dibagikan kepada para pendiri atau pemilik

entitas tersebut.

3. Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi dalam arti

bahwa kepemilikan dalam organisasi nirlaba tidak dapat dijual,

dialihkan, atau ditebus kembali, atau kepemilikan tersebut tidak

mencerminkan proporsi pembagian surnberdaya entitas pada saat

likuidasi atau pembubaran entitas.

Menurut Ahmad Hasan Ridwan (2011:19). Peran Pemerintah

dalam pengelolaan zakat adalah sebagai regulator, motivator, fasilitator dan

koordinator . Pertama, Regulator, pemerintah berkewajiban menyiapkan berbagai

peraturan dan petunjuk pelaksanaan yang mengatur tata cara pengelolaan

zakat sebagai penjabaran dari ketentuan syariah maupun undang-undang.

Kedua, motivator, pemerintah melaksanakan berbagai program sosialisasi dan

orientasi baik secara langsung maupun melalui kerjasama dengan berbagai

pihak terkait. Ketiga, Fasilitator, pemerintah menyiapkan berbagai fasilitas

penunjang operasional pengelolaan zakat baik perangkat lunak maupun

perangkat keras. Keempat, Koordinator, Pemerintah mengkoordinasikan

semua lembaga pengelola zakat disemua tingkatan serta melaksanakan

pemantauan dan pengawasan terhadap lembaga-lembaga tersebut.

BAZ dan LAZ mempunyai tugas pokok mengumpulkan,

mendistribusikan dan mendayagunaan zakat sesuai dengan ketentuan

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/14477/4/BAB II.pdf · 2.1.2 PSAK 109 2.1.2.1 Pengertian PSAK Menurut IAI (2009) memberikan definisi untuk Pedoman

45

agama. Dalam melaksanakan tugasnya LAZ dan BAZ bertanggung jawab

kepada pemerintah.

1. Badan Amil Zakat (BAZ)

BAZ adalah organisasi pengelola zakat yang dibentuk oleh

pemerintah terdiri dari unsur masyarakat dan pemerintah dengan tugas

mengumpulkan, mendistribusikan, mendayagunaan zakat sesuai

dengan ketentuan agama. Badan Amil Zakat meliputi BAZ Nasional,

BAZNAS Provinsi, BAZ Kabupaten/Kota.

Badan Amil Zakat terdiri atas ulama, kaum cendekia, tokoh

masyarakat, tenaga professional dan wakil pemerintah. Mereka harus

memenuhi persyaratan-persyaratan antara lain memiliki sifat

amanah, adil, berdedikasi, professional dan berintergritas tinggi. Masa

tugas pelaksanaannya selama tiga tahun.

2. Lembaga Amil Zakat (LAZ)

Lembaga Amil Zakat adalah intitusi pengelolaan zakat yang

sepenunya dibentuk atas prakarsa masyarakat dan oleh masyarakat yang

bergerak di bidang da'wah, pendidikan, sosial dan kemaslahatan umat

Islam. Lembaga Amil Zakat dikukuhkan, dibina dan dilindung

pemerintah.

Dalam melaksanakan tugasnya LAZ memberikan laporan kepada

pemerintah sesuai dengan tingkatannya (pasal 31 KMA).

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/14477/4/BAB II.pdf · 2.1.2 PSAK 109 2.1.2.1 Pengertian PSAK Menurut IAI (2009) memberikan definisi untuk Pedoman

46

a. Syarat-syarat Lembaga Amil Zakat

Lembaga Amil Zakat yang diusulkan kepada pemerintah untuk

mendapat pengukuhan, harus memenuhi syarat-syarat sebagi

berikut (pasal 22 KMA) :

1 . Berbadan hukum;

2 . Memiliki data muzaki dan mustahik,

3 . Memiliki program kerja;

4 . Memiliki pembukuan;

5 . Melampirkan surat pernyataan bersedia diaudit.

Surat at-Taubah ayat 103 lebih lanjut dapat dijadikan acuan di dalam

membentuk suatu lembaga pengelolaan zakat :

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu

kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah

untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa

bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”

b. Jenis Dana yang dikelola Organisasi Pengelola Zakat:

- Dana Zakat

Dana zakat umum dan dana zakat dikhususkan. Dana zakat

umum diberikan oleh muzakki kepada OPZ tanpa permintaan

tertentu. Dana zakat khusus yaitu dana zakat yang dibeikan oleh

muzakki kepada OPZ dengan permintaan dikhususkan, misalnya

untuk disalurkan kepada anak yatim dan sebagainya.

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/14477/4/BAB II.pdf · 2.1.2 PSAK 109 2.1.2.1 Pengertian PSAK Menurut IAI (2009) memberikan definisi untuk Pedoman

47

- Dana Infaq/Shadaqah

Dana Infaq/Shadaqah umum dan Dana infaq/sedeqah khusus. Dana

infaq/Shadaqah umum yang diberikan para donatur kepada OPZ

tanpa persyaratan tertentu. Dana infaq/Shadaqah khusus yang

diberikan donatur kepada OPZ dengan persyaratan tertentu,

seperti disalurkan kepada wilayah tertentu.

- Dana Waqaf

Dana waqaf adalah menahan diri dari sesuatu terhadap hal yang

manfaatnya diberikan kepada orang tertentu dengan tujuan yang

baik.

- Dana Pengelola

Dana pengelola adalah hak amil yang digunakan untuk

membiayai kegiatan operasional lembaga yang bersumber dari:

1. Hak amil dari dana zakat

2. Bagian tertentu dari dana Infaq/Shadaqah

3. Sumber lain yang tidak bertentangan dengan syariah.

2.1.4.5 Akuntansi Pada Organisasi Pengelola Zakat

Menurut Widodo dan Kustiawan (2001:165) Kebijakan akuntansi

yang secara umum digunakan organisasi pengelola zakat adalah sebagai

berikut:

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/14477/4/BAB II.pdf · 2.1.2 PSAK 109 2.1.2.1 Pengertian PSAK Menurut IAI (2009) memberikan definisi untuk Pedoman

48

a. Dalam penyusunan laporan keuangan, lembaga menggunakan konsep

akuntansi dana (fund accounting)

b. Arus Kas dari aktivitas Operasi dalam Laporan Arus Kas disusun

berdasarkan metode langsung. Laporan Arus kas diklasifikasikan

menurut aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. Selain itu

diungkapkan informasi mengenai aktivitas non kas sebagai data

tambahan

c. Penerimaan donasi dalam bentuk barang dinilai dengan nilai

pasarnya (jika diketahui) atau nilai taksirannya

d. Lembaga dapat mengambil kebijakan untuk menyusutkan aktiva

tetapnya atau tidak. Jika kebijakan yang diambil adalah mennyusutkan

aktiva tetapnya, maka lembaga harus mengungkapkan metode

penyusutan yang digunakan dan masa manfaat ekonomisnya untuk

masing-masing jenis aktiva tetap yang

Jenis akuntansi yang umumnya digunakan oleh organisasi nirlaba termasuk

Lembaga Amil Zakat adalah akuntansi dana. Sebelum dikeluarkannya UU no

23 tahun 2011 dan sebelum dikeluarkannya PSAK no 109 tentang standar

akuntansi zakat (2011), masing-masing Lembaga Amil Zakat memiliki

metode yang berbeda-beda. Sebagian Lembaga Amil Zakat telah menggunakan

akuntansi dana, sebagian hanya menggunakan metode single-entry, sebagian

lagi bahkan tidak memiliki laporan keuangan dalam akuntansi dan tidak

auditable. Penggunaan akuntansi dana di 1embaga-lembaga zakat baru dimulai

sekitar tahun 2001.

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/14477/4/BAB II.pdf · 2.1.2 PSAK 109 2.1.2.1 Pengertian PSAK Menurut IAI (2009) memberikan definisi untuk Pedoman

49

Sebagaimana telah dijelaskan, zakat memiliki sumber-sumber yang

khusus dan menerima yang khusus pula (mustahik). Penggunaan dalam

sumber dan penggunaan dana-dana tersebut menghendaki adanya metode

akuntansi yang mampu mengendalikan dan melaporkan dana-dana tersebut

sesuai dengan ketentuan. Maka menggunakan metode akuntansi dana. Hal ini

sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Teten Kustiawan (2001)

pada sebuah Lembaga Amil Zakat, yayasan Dompet dhuafa Republika, dan

penelitian yang dilakuakn oleh Anies Said Basalamah (1993) pada Bait Al Maal

(OPZ) di empat negara.

"Sebagaimana organisasi nirlaba pada umumnya dalam yayasan ada

pembatasan-pembatasan terhadap penggunaan sumber daya untuk keprluan-

keperluan tertentu. Untuk menjamin pengendalian terhadap pembatasan-

pembatasan sumber daya dan sebagai pertanggungjawaban kepada masing-

masing pihak pemberi batasan, Yayasan menggunakan akuntansi dan dalam

pelaporan keuangannya (Kustiawan, 2001)."

2.1.5 Pengertian Zakat

Menurut Bahasa (lughat), zakat berarti: tumbuh, berkembang, kesuburan

atau bertambah (HR.At-Tirmidzi) atau dapat pula berarti membersihkan atau

mensucikan. Menurut Hukum Islam (Istilah syara’), zakat adalah bagi suatu

pengambilan tertentu dari harta tertentu, menurut sifat-sifat yang tertentu dan untuk

diberikan kepada golongan tertentu (Al Mawardi dalam kitab Al Hawiy).

Makna istilah dan bahasa saling berkaitan erat sekali, yaitu jika harta yang

sudah dikeluarkan zakatnya maka akan menjadi suci, bersih, baik, berkah serta

berkembang. Suci disini disifatkan untuk orang yang mengeluarkan zakat, karena

akan menumbuhkan dan melipat gandakan pahalanya.

Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/14477/4/BAB II.pdf · 2.1.2 PSAK 109 2.1.2.1 Pengertian PSAK Menurut IAI (2009) memberikan definisi untuk Pedoman

50

Zakat adalah suatu rukun islam yang diwajibkan bagi setiap umat muslim

yang mampu, kedudukannya sangat penting dalam islam. Bisa dilihat dalam Al-

Qur’an Surat At-Taubah ayat 60 yang artinya:

“Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin,

amil zakat yang dilunakan hatinya (mualaf) untuk (memerdekakan) hamba

sahaya, untuk (membebaskan) orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan

untuk orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah.

Allah maha mengetahui, maha bijaksana.” (QS. At-Taubah: 60)

Pengertian Zakat Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan

(PSAK) 109 (2010:3) adalah:

“Harta yang wajib dikeluarkan oleh muzakki sesuai dengan ketentuan syariah

untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya (mustahik).”

Pengertian Zakat telah ditetapkan dalam surat At-Taubah Ayat 103 sebagai

berikut:

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu

membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.

Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan

Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.

Menurut Sri Nurhayati dan Wasilah (2015:282) sebagai berikut:

“Zakat adalah salah satu rukun islam yang hukumnya wajib bagi setiap

muslim yang merdeka dan memiliki harta kekayaan sampai dengan jumlah

tertentu yang telah mencapai nisab. Sebagaimana dinyatakan secara tegas

dan jelas dalam Al-Qur’an, As Sunah, dan konsesus (ijmak) ulama.

2.1.6 Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulu

Tinjauan penelitian terdahulu yang pernah dilakukan mengenai

keterkaitan Pengaruh Penerapan PSAK No. 109 Tentang Standar Akuntansi

Zakat Terhadap Pengelolaan Zakat, penulis ungkapkan dalam table berikut ini :

Page 39: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/14477/4/BAB II.pdf · 2.1.2 PSAK 109 2.1.2.1 Pengertian PSAK Menurut IAI (2009) memberikan definisi untuk Pedoman

51

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No. Penelitian &

Tahun

Judul

Penelitian

Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian

1. Hilda

Wahyuni

(2010)

Studi

Penerapan

Akuntansi

Zakat (ED

PSAK

109:

Akuntansi

Zakat,

Infaq/Sede

kah) Pada

Lembaga

Amil Zakat

Pos

Keadilan

Peduli

Umat

(PKPU)

Variabel

Terikat :

Lembaga

Amil Zakat

Variabel

Bebas :

Penerapan

Akuntansi

Zakat (ED

PSAK 109:

Akuntansi

Zakat

Variabel

Bebas :

Infaq/Sedek

ah

Sektor

yang

Diteliti :

Lembaga

Amil Zakat

Pos

Keadilan

Peduli Umat

(PKPU)

Dari hasil penelitian

diketahui bahwa akuntansi

pengelolaan zakat di

PKPU mengacu pada PSAK

45: Pelaporan Akuntansi

Organisasi Nirlaba akan

tetapi dengan modifikasi

karena disesuaikan dengan

karakteristik dan operasional

organisasi sebagai lembaga

amil zakat. Sebaiknya ada

PSAK khusus untuk

lembaga pengelola zakat

sebagai

pertanggungiawaban kepada

masyarakat terutama

penyumbang terhadap dana

yang dipercayakan untuk

dikelola, sehingga

akuntabilitas dan

transparansi lebih mudah

dilakukan.

2. Ari Kristin P,

Umi Khoirul

Umah (2011)

Penerapan

Akuntansi

Zakat Pada

Lembaga

Amil Zakat

(Studi

Pada LAZ

DPU DT

Cabang

Semarang)

Variabel

Terikat :

Lembaga

Amil Zakat

Variabel

Bebas :

Penerapan

Akuntansi

Zakat

Sektor

yang

Diteliti :

Studi pada

LAZ DPU

DT Cabang

Semarang

Berdasarkan hasil penelitian

ini, bahwa LAZ DPU DT

Cabang Semarang belum

diaudit oleh akuntan publik

dan belum sesuai dengan

PSAK No. 109.

3. Alfan Muslih

(2012)

Penerapan

Akuntansi

Zakat,

Infaq /

Shadaqah

Berdasarka

Variabel

Terikat :

Lembaga

Amil Zakat

Variabel

Bebas :

Variabel

Bebas :

Infaq/Shada

qah

Berdasarkan hasil penelitian

ini, bahwa pada penerapan

akuntansi zakat,

infaq/shadaqah di LAZ

Rumah Zakat masih tidak

sesuai dengan PSAK

Page 40: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/14477/4/BAB II.pdf · 2.1.2 PSAK 109 2.1.2.1 Pengertian PSAK Menurut IAI (2009) memberikan definisi untuk Pedoman

52

n PSAK

No.109

Pada LAZ

Rumah

Zakat

Malang

(Studi

Kasus

Pada

Lembaga

Amil Zakat

Rumah

Zakat

Malang)

Penerapan

Akuntansi

Zakat

Berdasarkan

PSAK

No.109

Sektor

yang

Diteliti :

Studi Kasus

Pada

Lembaga

Amil Zakat

Malang

No.109, LAZ Rumah Zakat

Malang masih belum

melakukan penurunan nilai

asset nonkas zakat,

infaq/shadaqah serta

penyusutan atas asset tetap,

dan pengungkapan

kebijakan yang diterapkan

seperti presentase bagian

dana untuk amil tidak

dilampirkan.

4. Fathonah

(2013)

Analisis

Penerapan

Akuntansi

Zakat Pada

Organisasi

Pengelola

Zakat

(Studi

Kasus

LAZISMU

Kabupaten

Klaten dan

BAZDA

Kabupaten

Klaten)

Variabel

Terikat :

Organisasi

Pengelola

Zakat

Variabel

Bebas :

Penerapan

Akuntansi

Zakat

Sektor

yang

Diteliti :

Studi Kasus

LAZISMU

Kabupaten

Klaten dan

BAZDA

Kabupaten

Klaten)

Dari hasil penelitian

menunjukkan bahwa

penerapan akuntansi zakat

pada LAZISMU dan

BAZDA Klaten sama-sama

menggunakan metode cash

basic atau basis kas, yaitu

pencatatan dari seluruh

transaksi hanya dilakukan

pada saat mengeluarkan kas

dan menerima kas.

Sedangkan laporan

keuangan yang sebaiknya

diterapkan oleh para

organisasi pengelola zakat

mengacu pada PSAK No

109 tentang AKuntansi

Zakat dan Infak/Sedekah.

Laporan keuangan yang

dibuat oleh keduanya hanya

mencatatkan laporan

penerimaan dana zakat dan

laporan pentasharufan

(penyaluran) zakat.

5. Istutik (2013) Analisis

Implement

asi

Akuntansi

Zakat Dan

Infak/Sede

kah

(PSAK:10

Variabel

Terikat :

Lembaga

Amil Zakat

Variabel

Bebas :

Akuntansi

Zakat

Variabel

Bebas :

Infaq/Sedek

ah

Sektor

yang

Diteliti :

Berdasarkan hasil penelitian

ini, bahwa

Pertanggungjawaban

keuangan atas aktivitas

penerimaan dan penyaluran

dana zakat, infak, dan

sedekah telah dilakukan oleh

lembaga amil di kota

Page 41: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/14477/4/BAB II.pdf · 2.1.2 PSAK 109 2.1.2.1 Pengertian PSAK Menurut IAI (2009) memberikan definisi untuk Pedoman

53

9) Pada

Lembaga

Amil Zakat

Di Kota

Malang

(PSAK:

109)

Lembaga

Amil Zakat

Di Kota

Malang

Malang. Namun lembaga

amil belum menerapkan

standar akuntansi ZIS

(PSAK 109) untuk

penyusunan laporan

keuangannya. Disisi lain

pertanggungjawaban

keuangan yang dimaksud

masih sebatas laporan

penerimaan dan pengeluaran

kas. Pengenalan dan apalagi

pemahaman pengelola

lembaga amil terhadap

PSAK 109 masih sangat

kurang. Perlu keterlibatan

perguruan tinggi, organisasi

profesi, atau BAZNAS

untuk memberikan pelatihan

tentang PSAK 109.

6. Devi

Megawati,

Fenny

Trisnawati

(2014)

Penerapan

PSAK 109

Tentang

Akuntansi

Zakat Dan

Infak/Sede

kah Pada

BAZ Kota

Pekanbaru

Variabel

Terikat :

Badan Amil

Zakat

Variabel

Bebas :

Penerapan

PSAK 109

Tentang

Akuntansi

Zakat

Variabel

Bebas :

Infak/Sedek

ah

Sektor

yang

Diteliti :

BAZ Kota

Pekanbaru

Berdasarkan hasil penelitian

ini, bahwa Penerapan PSAK

109 tentang Akuntansi Zakat

pada BAZNAS Kota

Pekanbaru sebagai bukti

komitmen pengurus dalam

mewujudkan transparansi

dan akuntabilitas

pengelolaan zakat

infak/sedekah. Dengan

terwujudnya transparansi

dan akuntabilitas BAZNAS

Kota Pekanbaru maka

tingkat kepercayaan

masyarakat dan pemerintah

Kota Pekanbaru terus

meningkat. Korelasinya

adalah semakin banyak

jumlah pengumpulan

zakat,infak dan sedekah dari

muzaki.

7. Rully Ginanjar

Anggadinata

(2015)

Pengaruh

Penerapan

Akuntansi

Zakat

Terhadap

Akuntabili

Variabel

Terikat :

Akuntabilita

s Publik

Variabel

Terikat :

Akuntabilita

s Publik

Berdasarkan hasil penelitian

ini, metode penelitian

survey, dengan pendekatan

deskriptif kuantitatif.Hasil

perhitungan koefisien

determinasi sebesar 38,1%,

Page 42: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/14477/4/BAB II.pdf · 2.1.2 PSAK 109 2.1.2.1 Pengertian PSAK Menurut IAI (2009) memberikan definisi untuk Pedoman

54

tas Publik

Pada

Lembaga

Amil Zakat

(Studi

Pada Pusat

Zakat

Umat

Persatuan

Islam)

Variabel

Bebas :

Penerapan

Akuntansi

Zakat

Sektor

yang

Diteliti :

Lembaga

Amil Zakat

(Pusat Zakat

Umat

Persatuan

Islam)

yang berarti bahwa

pengaruh penerapan

akuntansi zakat terhadap

akuntabilitas publik yaitu

sebesar 38,1% tetapi ada

faktor lain sebesar 61,9%

yang ikut berpengaruh

terhadap akuntabilitas

publik diantaranya

penerapan akuntabilitas di

instansi pemerintahan

seharusnya didukung

adanya upaya perbaikan

kesejahteraan pegawai,

hilangkan budaya ewuh

pakeuwuh yang berpotensi

kolusi dalam

penyelenggaraan

kepemerintahan atau jajaran

birokrasi dan utamakan asas

pertanggungjawaban dalam

setiap kegiatan.

8. Yodi

Siptiaprawira

(2015)

Pengaruh

Penerapan

PSAK 109

Terhadap

Implement

asi Good

Governanc

e Studi

Kasus

Organisasi

Pengelola

Zakat

Variabel

Terikat :

Implementa

si Good

Governance

Variabel

Bebas :

Penerapan

PSAK 109

Variabel

Terikat :

Implementa

si Good

Governance

Sektor

yang

Diteliti :

Organisasi

Pengelola

Zakat

Berdasarkan hasil penelitian

ini, metode penelitian yang

digunakan adalah metode

survey. Teknik

pengumpulan data yang

digunakan adalah kuesioner,

wawancara dan dokumentasi

yang dibagikan kepada

organisasi pengelola zakat.

Hasil penelitian ini

menunjukan bahwa

pengaruh penerapan PSAK

109 berpengaruh positif dan

signifikan terhadap

Implementasi Good

Governance sebesar 62,1%.

Sedangkan sisanya sebesar

37,9% merupakan pengaruh

faktor lain diluar penerapan

PSAK 109 tentang

Akuntansi Zakat, Infaq dan

Shadaqah.

Page 43: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/14477/4/BAB II.pdf · 2.1.2 PSAK 109 2.1.2.1 Pengertian PSAK Menurut IAI (2009) memberikan definisi untuk Pedoman

55

2.2 Kerangka Pemikiran

2.2.1 Pengaruh PSAK No. 109 tentang Standar Akuntansi Zakat terhadap

Pengelolaan Zakat

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 109 Tentang Standar Keuangan

Zakat dan Infak/Sedekah bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran,

penyajian, dan pengungkapan transaksi zakat dan Infak/Sedekah. Pernyataan ini

berlaku untuk organisasi pengelola zakat yang pembentukannya dimaksudkan

untuk mengumpulkan dan menyalurkan zakat dan Infak/Sedekah. Pernyataan ini

wajib diterapkan oleh pengelola zakat atau amil.

Ahmad Hasan Ridwan (2011:124-126) menjelaskan bahwa pemungutan

dan pembagian dana zakat itu harus benar-benar sampai kepada mustahiq. Maka

dana zakat harus dibayarkan melalui Badan/Lembaga amil untuk dikelola dan tidak

diserahkan langsung dari muzakki kepada mustahiq.

Pengelolaan dana zakat secara professional dibutuhkan suatu badan

khusus yang bertugas sesuai dengan ketentuan syariah mulai dari

perhitungan dan pengumpulan zakat hingga pendistribusiannya. Semua

ketentuan tentang zakat yang diatur dalam syariah Islam, menuntut pengelolaan

zakat harus akuntabel dan transparan sesuai dengan yang ada di PSAK No.109.

Semua pihak dapat mengawasi dan mengkontrol secara langsung.

Ketidakpercayaan pembayar zakat (Muzakki) disebabkan belum transparansinya

laporan penggunaan dana zakat untuk publik. Karena itu aturan pelaporan

penggunaan dana zakat diperlakukan pada semua Amil di Indonesia

(Nikmatuniayah,2010).

Page 44: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/14477/4/BAB II.pdf · 2.1.2 PSAK 109 2.1.2.1 Pengertian PSAK Menurut IAI (2009) memberikan definisi untuk Pedoman

56

Laporan keuangan Badan/Lembaga amil menjadi salah satu media untuk

pertanggungjawaban operasionalnya, yaitu dalam mengumpulkan dan

menyalurkan dana zakat infak dan sedekah (ZIS). Untuk itu agar laporan keuangan

tersebut akuntabel dan transparan maka dibutuhkan standar akuntansi yang

mengaturnya. Bagi institusi yang didirikan khusus hanya untuk mengelola dana ZIS

atau disebut juga sebagai Amil, maka penyusunan laporan keuangannya

menggnakan PSAK 109, standar akuntansi yang mengatur tentang zakat dan

infak/sedekah. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang

menyangkut posisi keuangan, kinerja serta posisi keuangan suatu perusahaan yang

bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan (IAI,

2003). Untuk dapat menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas, organisasi

pengelola zakat disyaratkan memiliki sistem akuntansi yang baik. Sistem akuntansi

adalah serangkaian prosedur dan tahapan-tahapan dalam proses yang harus diikuti

mulai dari pengumpulan dan mencatat data keuangan, kemudian mengelola data

tersebut menjadi laporan keuangan (Fatonah, 2013).

Menurut Mahmudi, (2003:25) Tujuan utama standar akuntansi adalah agar

laporan keuangan bisa lebih mudah dipahami bagi para pengguna laporan, agar

tidak terjadi kesalah pahaman antara pihak penyaji laporan dengan pembaca

laporan, serta agar terdapat konsistensi dalam pelaporan keuanga sehingga

pelaporan keuangan dapat memiliki daya banding (compability). Dengan adanya

standar akuntansi, maka pelaporan keuangan menjadi lehih berkualitas. Selain itu

dapat dilakukan perbandingan kinerja antar kurun waktu dengan organisasi sejenis

lainnya. Standar akuntansi zakat juga menjadi dasar auditor dalam proses audit,

Page 45: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/14477/4/BAB II.pdf · 2.1.2 PSAK 109 2.1.2.1 Pengertian PSAK Menurut IAI (2009) memberikan definisi untuk Pedoman

57

karena pada dasamya audit adalah memeriksa laporan keuangan yang dibuat

manajemen Organisasi Pengeloa Zakat (OPZ) apakah sudah disajikan sesuai

dengan standar akuntansi zakat yang telah ditetapkan.

Landasan Teori

1. Ari Kristin P (2011)

2. Fenny Trisnawati (2014)

3. UU RI No. 23 Tahun 2011

4. Nikmatuniayah (2010)

5. Yodi Siptiaprawira (2015)

6. Fatonah (2013)

7. Sri Nurhayati dan Wasilah (2015)

8. Sofyan Syafri Harahap (2011)

9. PSAK No. 109 (2010)

10. Widodo Hertanto (2001)

11. Ahmad Hasan Ridwan (2011)

12. Mahmudi (2003)

13. Ismail Nawawi (2010)

14. IAI (2009)

Referensi

1. Nikmatuniayah (2010)

2. Ahmad Hasan Ridwan (2011)

3. Mahmudi (2003)

4. IAI (2003)

5. Fatonah (2013)

6. PSAK No. 109 (2010)

7. Ismail Nawawi (2010

Data Penelitian

1. Pengurus/Karyawan yang bekerja pada 4

BAZNAS di Provinsi Jawa Barat

2. Faktor yang mempengaruhi Pengelolaan

Zakat

3. Kuesioner dari 42 responden

Premis

1. PSAK No. 109 (2010)

2. UU RI No. 23 Tahun 2011

3. IAI (2009)

4. Widodo Hertanto (2001)

5. Ahmad Hasan Ridwan (2010)

6. Ismail Nawawi (2010)

PSAK No. 109 Tentang

Standar Akuntansi Zakat Pengelolaan Zakat

Hipotesis 1

Page 46: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/14477/4/BAB II.pdf · 2.1.2 PSAK 109 2.1.2.1 Pengertian PSAK Menurut IAI (2009) memberikan definisi untuk Pedoman

58

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Penelitian Secara Keseluruhan

2.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dijelaskan sebelumnya,

penulis merumuskan hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini, yaitu:

Hipotesis = Terdapat Pengaruh Penerapan PSAK No. 109 Tentang Standar

Akuntansi Zakat Terhadap Pengelolaan Zakat survey pada 4

Badan Amil Zakat Nasional di Provinsi Jawa Barat.

Referensi

1. Sugiyono (2014)

2. IAI (2009)

3. Widodo Hertanto (2001)

4. PSAK No. 109 (2010)

5. Ahmad Hasan Ridwan (2011)

6. Ismail Nawawi (2010)

Analisis Data

1. Regresi Linear Sederhana

2. Uji Korelasi

3. Uji Asumsi Klasik

SPSS

Versi

23