bab ii kajian pustaka · kemampuan berfikir dalam proses penyelesaian masalah sehingga tercipta...

22
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam penelitian ini, peneliti mengambil teori mengenai IPA, pembelajaran IPA, pembelajaran IPA SD, model pembelajaran, model pembelajaran berbasis masalah, karakteristik, langkah, sintak, tujuan, kelebihan, kelemahan model model pembelajaran berbasis masalah, belajar dan hasil belajar. Teori tersebut diambil dari berbagai sumber. 2.1.1 IPA Ilmu Pengetahuan Alam, biasa disingkat IPA adalah sebuah mata pelajaran yang mempelajari Ilmu Alam untuk siswa Sekolah Dasar (SD). Ruang lingkup IPA di Sekolah Dasar menurut Standar Isi untuk satuan Dasar dan Menengah (2006: 168) adalah ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek- aspek berikut. (1) makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan, (2) benda/ materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas, (3) energi dan perubahannya meliputi gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana, (4) bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. Ruang lingkup tersebut berhubungan dengan lingkungan alam atau lingkungan sekitar tempat tinggal kita. Namun sering kali banyak siswa yang mengabaikan pelajaran IPA karena berhubungan dengan alam sekitar dan tanpa dipelajari akan siswa akan mengetahui sendiri. Padahal sebenarnya IPA memerlukan pembelajaran yang dikemas dengan baik sehingga dapat memberikan pembelajaran yang bermakna kepada siswa. Oleh karena itu perlu dilakukan penggunaan metode yang sesuai dengan materi pembelajaran dan usia siswa. Dalam Ilmu Pengetahuan, istilah ilmu pengetahuan alam merujuk kepada pendekatan logis untuk mempelajari alam semesta. Ilmu pengetahuan alam mempelajari alam dengan menggunakan metode-metode sains. Ilmu pengetahuan jenis ini berbeda dengan Ilmu Pengetahuan Sosial yang menggunakan metode sains untuk mempelajari perilaku manusia dan masyarakat; ataupun ilmu

Upload: others

Post on 18-Jan-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA · kemampuan berfikir dalam proses penyelesaian masalah sehingga tercipta ketrampilan dan pengalaman belajar siswa dalam memecahkan masalah. 2.3.1 Karakteristik

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil teori mengenai IPA,

pembelajaran IPA, pembelajaran IPA SD, model pembelajaran, model

pembelajaran berbasis masalah, karakteristik, langkah, sintak, tujuan, kelebihan,

kelemahan model model pembelajaran berbasis masalah, belajar dan hasil belajar.

Teori tersebut diambil dari berbagai sumber.

2.1.1 IPA

Ilmu Pengetahuan Alam, biasa disingkat IPA adalah sebuah mata pelajaran

yang mempelajari Ilmu Alam untuk siswa Sekolah Dasar (SD). Ruang lingkup

IPA di Sekolah Dasar menurut Standar Isi untuk satuan Dasar dan Menengah

(2006: 168) adalah ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-

aspek berikut. (1) makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,

tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan, (2) benda/ materi,

sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas, (3) energi dan

perubahannya meliputi gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat

sederhana, (4) bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan

benda-benda langit lainnya. Ruang lingkup tersebut berhubungan dengan

lingkungan alam atau lingkungan sekitar tempat tinggal kita. Namun sering kali

banyak siswa yang mengabaikan pelajaran IPA karena berhubungan dengan alam

sekitar dan tanpa dipelajari akan siswa akan mengetahui sendiri. Padahal

sebenarnya IPA memerlukan pembelajaran yang dikemas dengan baik sehingga

dapat memberikan pembelajaran yang bermakna kepada siswa. Oleh karena itu

perlu dilakukan penggunaan metode yang sesuai dengan materi pembelajaran dan

usia siswa.

Dalam Ilmu Pengetahuan, istilah ilmu pengetahuan alam merujuk kepada

pendekatan logis untuk mempelajari alam semesta. Ilmu pengetahuan alam

mempelajari alam dengan menggunakan metode-metode sains. Ilmu pengetahuan

jenis ini berbeda dengan Ilmu Pengetahuan Sosial yang menggunakan metode

sains untuk mempelajari perilaku manusia dan masyarakat; ataupun ilmu

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA · kemampuan berfikir dalam proses penyelesaian masalah sehingga tercipta ketrampilan dan pengalaman belajar siswa dalam memecahkan masalah. 2.3.1 Karakteristik

8

pengetahuan formal seperti matematika. Sehingga akan mudah diterima siswa

dalam kehidupan nyata apabila siswa tersebut dapat melihat atau mengalami

sendiri pembelajaran dalam IPA tersebut.

Ilmu Pengetahuan Alam perlu diajarakan di sekolah dasar dengan berbagai

alasan, yaitu a) Bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa. Khususnya bagi generasi

penerus bangsa, IPA sangat diperlukan bagi perkembangan teknologi yang setiap

tahun selalu berkembang. Misalnya teknologi dapat berkembang karena adanya

IPA. b) Bila IPA diajakan dengan cara yang tepat, maka IPA merupakan suatu

mata pelajaran yang memberikan kesempatan berpikir kritis. Dengan adanya

pelajaran IPA, maka siswa akan belajar untuk berpikir kritis melalui kegiatan-

kegiatan yang dilakukan. Kemampuan berpikir kritis tersebut bila dilakukan

secara berkesinambungan akan menciptakan generasi penerus bangsa yang cerdas

dan kritis dalam menyikapi berbagai masalah dan perubahan yang terjadi. c) Bila

IPA diajarkan dengan siswa melakukan percobaan percobaan sendiri, maka IPA

bukan merupakan mata pelajaran hafalan. Pembelajaran yang dilakukan dengan

menghafalkan saja tanpa anak mengalami apa yang akan dipelajari maka

pembelajaran itu tidak akan bermakna. Sebab sesuatu yang hanya dihafalkan tidak

adak tersimpan dalam memori seseorang dalam waktu yang lama. Oleh karena itu,

pembelajaran yang bermakna ialah siswa melakukan sendiri percobaan atau

eksperimen yang membantu mengingat pelajaran yang telah dilakukan. Jadi,

dalam pembelajaran IPA siswa harus dilibatkan dalam kegiatan pembelajaran

yang direncanaka dan dilaksanakan. d) Mata pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai

pendidikan yaitu mempunyai suatu potensi yang dapat membentuk kepribadian

anak secara keseluruhan. Nilai-nilai tersebut sangat diperlukan bagi siswa dalam

proses pertumbuhnnya, sehingga harus diberikan pembelajaran yang tidak keliru

dan sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Supaya anak dapat memaknai

pembelajaran IPA dengan sangat baik. (Usman 2011 : 4). Dari uraian diatas maka

terbukti IPA sangat diperlukan dan penting bagi siswa SD, karena menyangkut

ke-4 hal tersebut.

Menurut Nuryani (2010) belajar sains adalah memberikan kesempatan dan

bekal untuk memproses sains serta menerapkan dalam kehidupannya sehari-hari

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA · kemampuan berfikir dalam proses penyelesaian masalah sehingga tercipta ketrampilan dan pengalaman belajar siswa dalam memecahkan masalah. 2.3.1 Karakteristik

9

melalui cara-cara yang benar dan mengikuti etika keilmuan dan etika yang berlaku

dalam masyarakat. Hal tersebut terdapat dalam IPA yang dipelajari mulai sejak

tingkat sekolah dasar pada pendidikan formal. Supaya siswa lebih memahami

kehidupan melalui etika keilmuan yang benar dan tidak menyalahgunakan yang

sudah diperolehnya dalam bangku sekolah.

Sains sebagai proses merupakan langkah-langkah yang ditempuh para

ilmuwan untuk melakukan penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan tentang

gejala-gejala alam. Langkah - langkah tersebut adalah merumuskan masalah,

merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, mengumpulkan data,

menganalisis dan akhirnya menyimpulkan. Dari sini tampak bahwa karakteristik

yang mendasar dari Sains ialah kuantifikasi artinya gejala alam dapat berbentuk

kuantitas.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa IPA

merupakan suatu ilmu yang mempelajari mengenai alam yang dapat dilakukan

dengan melakukan mercobaan atau eksperimen agar pembelajaran tersebut dapat

dipahami siswa dengan mudah. Pada penelitian ini, peneliti melakukan penelitian

di kelas 4 SD dengan materi pokok Perubahan Lingkungan. Standar Kompetensi

dan Kompetensi Dasar dari materi tersebut dapat dilihat dibawah ini :

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

10. Memahami perubahan

lingkungan fisik dan

pengaruhnya terhadap daratan.

10.1 Mendeskripsikan berbagai

penyebab perubahan lingkungan fisik

(angin, hujan, cahaya matahari dan

gelombang laut).

10.2 Menjelaskan pengaruh

perubahan lingkungan fisik terhadap

daratan (erosi, abrasi, banjir, longsor).

Sumber. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA · kemampuan berfikir dalam proses penyelesaian masalah sehingga tercipta ketrampilan dan pengalaman belajar siswa dalam memecahkan masalah. 2.3.1 Karakteristik

10

2.1.2 Pembelajaran IPA

Pembelajaran IPA adalah pendekatan yang mencakup kesesuaian antara

situasi dan belajar anak dengan situasi kehidupan nyata di masyarakat (Usman,

2011: 4). Dalam pembelajaran IPA, hendaknya siswa dapat belajar mengalami

sendiri atau biasa disebut dengan belajar melalui pengalaman karena dengan

begitu daya ingat anak akan semakin kuat dan menghemat biaya sebab anak

belajar dari lingkungan sekitar.

Sebagai disiplin ilmu, IPA membuat perannya sangat penting dalam

kehidupan. Yang dapat mempelajari IPA bukan hanya ilmuan saja melainkan

anak anak juga harus mempelajarinya. Pada anak usia SD pembelajaran IPA lebih

diarahkan dan dimodifikasi pada perkembangan kognitif anak. Untuk

mengembangkan ketrampilan kognitif itu dapat dilakukan dengan mengamati,

mencoba memahami apa yang diamati, mempergunakan pengetahuan baru untuk

menafsirkan apa yang terjadi, lalu menguji tafsiran yang sudah didapat (Usman

2011: 5). Guru harus memahami betapa pentingnya peran IPA dalam kehidupan

anak anak, oleh karena itu dalam kurikulum SD IPA dicantumkan sebagai mata

pelajaran yang wajib diikuti dan diterima oleh semua anak. Selain itu pemilihan

metode pembelajaran juga sangat berpengaruh pada pemahaman anak. Anak –

anak yang pada umumnya berusia antara 7 – 12 tahun memerlukan hal-hal yang

nyata dalam proses pembelajaran dan pemahaman. Anak usia SD akan lebih cepat

menerima suatu pelajaran atau pengetahuan baru ketika anak itu melihat,

mendengar dan mengalami sendiri materi atau bahan yang bermanfaat untuk

mengembangkan pengetahuannya. Pembelajaran IPA merupakan salah satu mata

pelajaran yang berhubungan dengan alam sekitar, jadi dengan memodifikasi

materi agar lebih menarik dan melibatkan aktifitas siswa dalam pembelajaran

maka siswa akan dengan mudah memahami pembelajaran. Dan pembelajaran IPA

khususnya di Sekolah Dasar akan dapat dilaksanakan dengan maksimal.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA · kemampuan berfikir dalam proses penyelesaian masalah sehingga tercipta ketrampilan dan pengalaman belajar siswa dalam memecahkan masalah. 2.3.1 Karakteristik

11

2.1.3 Pembelajaran IPA di SD

Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar merupakan hal yang penting dan harus

dikuasai oleh siswa terutama siswa SD. IPA yang hampir keseluruhan materinya

harus dilakukan dengan melakukan percobaan – percobaan seperti yang dilakukan

oleh banyak ilmuwan mendorong pendidik untuk memodifikasi ketrampilan –

ketrampilan proses dalam pembelajaran IPA yang sesuai dengan tahap

perkembangan kognitif anak (Usman : 2007). Proses pembelajaran yang sesuai

dengan perkembangan kognitif anak tentu akan mudah diterima anak apabila

pembelajarannya sesuai.

Konsep pembelajaran IPA dapat diterima anak dengan baik apabila anak

melakukan pengalaman yang sesuai dengan materi pembelajaran. Pengalaman

tersebut dapat berasal dari pengalaman pribadinya, mencoba – coba atau trial and

error, dan dengan melakukan praktik pembelajaran sesuai dengan bimbingan

pengajar. Selain itu, pembelajaran IPA di SD juga dapat dilakukan dengan

memodifikasi materi dengan model atau metode yang tentunya membuat siswa

tertarik dan selalu ingin belajar IPA.

2.2 Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan suatu pola yang digunakan oleh guru

dalam suatu pembelajaran sehingga akan mempermudah peserta didik menerima

dan memahami materi pembelajaran yang pada akhirnya tujuan pembelajaran

dapat dikuasai diakhir kegiatan belajar (Hamzah, 2007 : 2). Model pembelajaran

harus disesuaikan dengan materi pembelajaran dan tingkat perkembangan anak.

Model pembelajaran dapat pula disebut sebagai kerangka prosedur yang

sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan

belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran

dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, model merupakan suatu pola

(contoh, acuan, ragam), sedangakan pembelajaran ialah proses, cara, perbuatan

mempelajari. Sehingga model pembelajaran dapat diartikan sebagai serangkaian

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA · kemampuan berfikir dalam proses penyelesaian masalah sehingga tercipta ketrampilan dan pengalaman belajar siswa dalam memecahkan masalah. 2.3.1 Karakteristik

12

pola atau proses untuk mempelajari suatu pembelajaran yang disusun secara

sistematis. Yang tentunya tujuan adanya model pembelajaran itu ialah untuk

mempermudah penyampaian dan penerimaan materi yang akan dipelajari.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

merupakan suatu cara yang digunakan oleh seorang pengajar dalam merencanakan

dan menyampaikan materi pembelajaran guna meningkatkan pemahaman siswa

terhadap materi yang diajarkan sehingga kegiatan pembelajaran terlaksana dengan

tertata dan sistematis.

2.3 Pembelajaran Berbasis Masalah

Belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dengan

respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan (Trianto

2006: 67). Lingkungan memberi stimulus berupa masalah kepada siswa,

sedangkan siswa dengan sistem syaraf otaknya akan menafsirkan masalah agar

dapat diselesaikan, diselidiki, dinilai dan dianalisis oleh siswa dengan baik.

Dengan demikian belajar berdasarkan masalah merupakan proses bagi siswa

untuk menyelesaikan masalah yang ada di masyarakat. Dengan kemampuan

berfikir siswa, maka siswa diharapkan dapat menyelesaikan masalah yang

menjadi problema di lingkungan.

Pengajaran berdasarkan masalah menurut Ratumanan (dalam Trianto

2006: 68), merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berfikir

tingkat tinggi. Pembelajaran ini dapat membantu siswa untuk mengolah apa yang

sudah dipikirkan dan menyusun pengetahuan mereka dengan dunia sosial dan

lingkungan sekitar. Ratumanan juga berpendapat bahwa pembelajaran ini bagus

untuk mengembangkan kemampuan dasar maupun kompleks yang sudah dimiliki

anak. Kemampuan dasar yang sudah dimiliki anak dapat dikembangakan dengan

pengetahuan dari berbagai sumber yang tentunya berkaitan dengan masalah yang

akan diselesaikan siswa. Dengan keaktifan siswa untuk mencari pengetahuan dari

berbagai sumber maka akan menambah pemahaman siswa mengenai penyelesaian

masalah yang memerlukan pemikiran tingkat tinggi.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA · kemampuan berfikir dalam proses penyelesaian masalah sehingga tercipta ketrampilan dan pengalaman belajar siswa dalam memecahkan masalah. 2.3.1 Karakteristik

13

Wina Sanjaya (2010: 214) mengungkapkan bahwa strategi pembelajaran

berbasis masalah merupakan sebagian rangkaian aktivitas pembelajaran yang

menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah.

Proses pembelajaran yang menekankan masalah pada setiap pembelajaran inilah

yang akan membuat siswa mengalami perkembangan tingkat berfikir yang

sistematis dengan dirangkainya aktivitas pembelajaran yang akan dilakukan

siswa. Sedangkan menurut Hmelo-Silver (dalam Paul Eggen 2012: 307)

pembelajaran berbasis masalah ialah seperangkat model mengajar yang

menggunakan masalah sebagai fokus untuk mengembangkan ketrampilan

pemecahan masalah, materi dan pengaturan diri. Menurut Hmelo-Silver, yang

menjadi hal pokok dalam pembelajaran berbasis masalah adalah masalah. Dalam

hal ini masalah merupakan hal yang sangat utama dalam mengembangkan

ketrampilan anak dalam memecahkan suatu masalah. Potensi yang dikembangkan

bukan hanya kemampuan berfikir secara biasa tetapi berfikir secara kritis dalam

menyikapi dan menyelesaikan masalah bahkan juga kreatifitas anak dapat

dikembangkan dalam model pembelajaran berbasis masalah ini.

Merinda Dian Prametasari (2012) mengungkapkan bahwa model

pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai model pembelajaran yang diawali

dengan pemberian masalah kepada siswa di mana masalah tersebut dialami atau

merupakan pengalaman sehari-hari siswa. Selanjutnya siswa menyelesaikan

masalah tersebut untuk menemukan pengetahuan baru. Secara garis besar

pembelajaran berbasis masalah terdiri dari kegiatan menyajikan kepada siswa

suatu situasi masalah yang autentik dan bermakna serta memberikan kemudahan

kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri. Masalah merupakan

hal yang utama dalam penerapan model pembelajaran berbasis masalah, terutama

masalah yang dialami atau merupakan masalah yang dialami di kehidupan sehari-

hari.

Dengan mengacu pada pendapat-pendapat diatas, model pembelajaran

berbasis masalah ialah pembelajaran yang terjadi karena adanya stimulus dan

respon yang berupa pemberian masalah dan mendorong siswa untuk mengolah

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA · kemampuan berfikir dalam proses penyelesaian masalah sehingga tercipta ketrampilan dan pengalaman belajar siswa dalam memecahkan masalah. 2.3.1 Karakteristik

14

kemampuan berfikir dalam proses penyelesaian masalah sehingga tercipta

ketrampilan dan pengalaman belajar siswa dalam memecahkan masalah.

2.3.1 Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah

Model pembelajaran berbasis masalah merupakan sebagian rangkaian

kegiatan pembelajaran yang lebih mengarah pada penyelesaian masalah yang

dihadapi secara ilmiah. Menurut Wina Sanjaya (2007), terdapat tiga ciri utama

dari model ini, yaitu

(1) model pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian

aktivitas pembelajaran, artinya dalam pembelajaran ada kegiatan-

kegiatan yang harus dilakukan siswa agar siswa tidak hanya mendengar,

mencatat kemudian menghafal materi. (2) aktivitas pembelajaran

diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Masalah merupakan kunci

utama dalam pembelajaran ini, jadi siswa dalam pembelajaran akan

dihadapkan dengan masalah yang harus mereka selesaikan sehingga

akan mendorong anak untuk belajar secara aktif dalam menyelesaikan

masalah tersebut. (3) pemecahan masalah yang dilakukan dengan

menggunakan pendekatan berfikir ilmiah.

Dalam menyelesaikan masalah hendaknya siswa diarahkan untuk berfikir

secara sistematis (berfikir ilmiah dengan tahapan tertentu) dan empiris

(penyelesaian masalah yang didasarkan pada data dan fakta yang jelas). Dengan

demikian, nyatalah bahwa dalam pembelajaran berbasis masalah lebih

mengutamakan masalah di setiap proses belajar mengajar.

Taufiq Amir (2009: 22) berpendapat, karakteristik yang tercakup dalam

pembelajaran berbasis masalah meliputi:

(1) Masalah digunakan sebagai awal pembelajaran, (2) masalah

yang digunakan berupa masalah dunia nyata yang disajikan secara

mengambang, (3) masalah biasanya menuntut prespektif majemuk,

(4) masalah membuat pembelajar tertantang untuk mendapatkan

pembelajaran yang baru, (5) sangat mengutamakan belajar mandiri,

(6) memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, pencarian,

evaluasi serta penggunaan pengetahuan menjadi kunci penting, (7)

pembelajaranya kolaboratif, komunikatif dan kooperatif. Pembelajar

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA · kemampuan berfikir dalam proses penyelesaian masalah sehingga tercipta ketrampilan dan pengalaman belajar siswa dalam memecahkan masalah. 2.3.1 Karakteristik

15

bekarja dalam kelompok, berinteraksi, saling mengajarkan dan

melakukan presentasi.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran berbasis

masalah itu berbeda dengan model belajar yang lain. Model ini lebih

mengarahkan siswa untuk belajar tidak hanya sekedar mengingat, meniru dan

mencontoh tetapi dapat menyelesaikan masalah. Savin: Badin (dalam Taufiq

Amir: 2009) menyatakan perbedaan model pembelajaran berbasis masalah dengan

metode lain:

Tabel 2.2 Perbedaan PBL dengan Metode lain

Metode Belajar Deskripsi

Ceramah Informasi dipresentasikan oleh pendidik.

Kasus atau studi

kasus

Pembahasan kasus biasanya dilakukan di akhir

pembelajaran disertai dengan pembahasan di kelas

mengenai materi.

Pembelajaran

berbasis

masalah

Informasi tertulis yang berupa masalah diberikan

sebelum kelas dimulai. Fokusnya adalah bagaimana

pembelajaran mengidentifikasikan isu

pembelajaran sendiri untuk memecahkan masalah.

Materi dan konsep yang relevan ditemukan oleh

pembelajar sendiri.

Savin: Badin (dalam Taufiq Amir: 2009)

Beberapa perbedaan tersebut menjelaskan bahwa pengertian masalah

dalam pembelajaran berbasis masalah itu berbeda dengan pertanyaan untuk

diskusi. Dalam diskusi pertanyaan atau masalah diberikan supaya pembelajar

terhubung dengan materi yang diajarkan, namun dalam PBL masalah tersebut

menuntut penjelasan atas sebuah kejadian.

Rusman (2010:232) juga mengatakan bahwa karakteristik pembelajaran

berbasis masalah meliputi:

(1) permasalahan menjadi strating point dalam belajar, (2)

permasalahan yang diangkat ialah permasalahan yang ada di dunia

nyata yang tidak terstruktur, (3) permasalah membutuhkan prespektif

ganda, (4) permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA · kemampuan berfikir dalam proses penyelesaian masalah sehingga tercipta ketrampilan dan pengalaman belajar siswa dalam memecahkan masalah. 2.3.1 Karakteristik

16

siswa, sikap dan kompetensi yang kemudian membutuhkan

identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar, (5)

belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama, (6) pemanfaatan

sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya dan evaluasi

sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBM, (7)

belajar adalah kolaboratif, komunikatif dan kooperatif, (8)

pengembangan ketrampilan inquiry dan pemecahan masalah sama

pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi

dari sebuah permasalahan, (9) keterbukaan dalam proses PBM

meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar dan (10)

PBM melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswadan proses

belajar.

Pendapat yang disampaikan Taufiq dan Rusman mengenai karakteristik

PBM hampir sama, bedanya ialah Rusman menambahkan beberapa hal mengenai

karakteristik PBM. Dengan demikian, karakteristik model pembelajaran berbasis

masalah yang pertama ialah permasalahan digunakan pada awal pembelajaran,

masalah diangkat dari hal yang nyata, permasalah menggunakan prespektif

majemuk, masalah membuat pembelajar tertantang, mengutamakan belajar

mandiri, menggunakan berbagai sumber yang bervariasi, pembelajarannya

kolaboratif, komunikatif dan kooperatif, mengembangkan ketrampilan penemuan

dan pemecahan masalah, PBM yang terbuka, adanya evaluasi dan review dalam

PBM.

2.3.2 Langkah – Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah

Proses Pembelajaran berbasis Masalah akan dapat dijalankan apabila

pengajar sudah siap dengan semua perangkatnya, terutama ialah permasalahan

yang akan dibahas dalam proses belajar mengajar. Taufiq Amir (2009: 24)

menjelaskan ada 7 langkah dalam pembelajaran berbasis masalah:

(1) Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas,

memastikan setiap anggota kelompok memahami berbagai istilah

dalam masalah. Langkah pertama ini dapat dikatakan tahap yang

membuat setiap peserta berangkat dari cara yang ada dalam masalah.

(2) Merumuskan Masalah, fenomena yang ada dalam masalah

menuntut penjelasan hubungan-hubungan yang terjadi terkadang ada

masalah yang harus diperjelas pemahamannya. (3) Menganalisis

masalah, anggota mengungkapkan gagasan yang dimiliki untuk

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA · kemampuan berfikir dalam proses penyelesaian masalah sehingga tercipta ketrampilan dan pengalaman belajar siswa dalam memecahkan masalah. 2.3.1 Karakteristik

17

menyelesaikan masalah yang terjadi dalam diskusi menganalisis

masalah ini. (4) Menata gagasan dan secara sistematis

menganalisisnya dengan dalam, bagian yang sudah dianalisis

dikelompokkan satu dengan yang lain, dipilih apakan menunjang atau

saling bertentangan dalam penyeesaian masalah. Analisis adalah

upaya memilah-milah sesuatu menjadi bagian-bagian yang

membentuknya. (5) Memformulasikan tujuan pembelajaran,

kelompok dapat merumuskan tujuan pembelajaran karena kelompok

sudah tahu pengetahuan mana yang masih kurang. Tujuan pebelajaran

akan dikaitkan dengan analisis masalah yang dibuat, inilah yang

menjadi dasar gagasan yang akan dibuat laporan. Tujuan

pembelajaran ini juga yang dibuat menjadi dasar penugasan-

penugasan individu disetiap kelompok. (6) Mencari informasi

tambahan dari sumber yang lain (diluar diskusi kelompok), siswa

akan mencari dari sumber lain jika dirasa informasi yang dibutuhkan

masih kurang. (7) Mensintesa (menggabungkan) dan menguji

informasi baru, dan membuat laporan untuk kelas, setiap kelompok

akan menyusun laporan dan dipresentasikan di depan kelas dengan

penggabungkan informasi yang sudah mereka temukan.

Ke tujuh langkah tersebut ada dalam setiap kegiatan pembelajaran berbasis

masalah namun dalam implementasinya tidak harus ke tujuh langkah tersebut

dilakukan dalam satu pertemuan, bisa sampai 3 atau 4 pertemuan.

Banyak ahli yang menjelaskan bentuk penerapan model pembelajaran

berbasis masalah. John Dewey (Wina Sanjaya 2006: 217) menjelaskan 6 langkah

model pembelajaran berbasis masalah yang kemudian dinamakan metode

pemecahan masalah (problem solving) yaitu:

(1) Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan

masalah yang akan dipecahkan. (2) Menganalisis masalah, yaitu

langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut

pandang. (3) Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan

berbagai kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang

dimilikinya. (4) Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari

dan menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan

masalah. (5) Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau

merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan

hipotesis yang diajukan. (6) Merumuskan rekomendasi pemecahan

masalah, yaitu langkah siswa menggambarkan rekomendasi yang

dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan

rumusan kesimpulan.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA · kemampuan berfikir dalam proses penyelesaian masalah sehingga tercipta ketrampilan dan pengalaman belajar siswa dalam memecahkan masalah. 2.3.1 Karakteristik

18

David Johnson (Wina Sanjaya 2006: 217) mengemukakan ada 5 langkah

PBM melalui kegiatan kelompok:

(1) Mendefinisikan masalah, yaitu merumuskan masalah yang

mengandung isu atau konflik untuk dipecahkan. (2) Mendiagnosis

masalah, menentukan sebab-sebab terjadinya masalah serta

menganalisis faktor-faktor yang terlibat dalam masalah. (3)

Merumuskan alternatif model pilihan, yaitu menguji setiap tindakan

yang telah dirumuskan melalui diskusi kelas. (4) Menentukan dan

menerapkan model pilihan, yaitu pengambilan keputusan tentang

model mana yang dapat dilakukan. (4) Melakukan evaluasi, baik

evaluasi proses maupun evaluasi hasil.

Menurut Rusman (2010: 242) langkah-langkah yang harus dilalui siswa

dalam PBL adalah

(1) menemukan masalah, (2) mendefinisikan masalah, (3)

mengumpulkan fakta, (4) pembuatan hipotesis, (5) penelitian, (6)

rephrasing masalah, (7) menyuguhkan alternatif dan (8) mengusulkan

solusi.

Wina Sanjaya (2006) merumuskan langkah-langkah pembelajaran berbasis

masalah sebagai berikut:

(1) Menyadari masalah, guru membimbing siswa unutk

menyadari adanya kesenjangan atau masalah dalam kehidupan sehari-

hari. (2) Merumuskan masalah, kemudian dengan pengetahuan siswa

maka siswa akan merumuskan yang menjadi sebab dari adanya

masalah tersebut. (3) Merumuskan hipotesis, siswa diarahkan untuk

dapat mengetahui sebab akibat dari adanya masalah tersebut. Dengan

diketahuinya sebab akibat dari suatu masalah maka akan dipahami

berbagai kemungkinan yang dapat digunakan untuk menyelesaikan

masalah. (4) Mengumpulkan data, siswa mengumpulkan data sesuai

dengan masalah. Kecakapan dan kemampuan siswa untuk

mengumpulkan dan memilah data kemudian menyajikannya

merupakan hal yang utama dalam tahap ini. (5) Menguji hipotesis,

setelah data terkumpul maka data tersebut diuji apakah hipotesisnya

diterima atau ditolak. Kemampuan siswa dalam mengambil keputusan

dan membuat kesimpulan merupakan hal yang utama dalam tahap ini.

(5) Menentukan pilihan penyelesaian, merupakan tahap akhir yang

mana siswa dapat menentukan penyelesaian dengan tepat dan dapat

memperhitungkan sebab akibat dari penyelesaian tersebut.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA · kemampuan berfikir dalam proses penyelesaian masalah sehingga tercipta ketrampilan dan pengalaman belajar siswa dalam memecahkan masalah. 2.3.1 Karakteristik

19

Sesuai dengan pendapat para ahli, maka secara umum model pembelajaran

berbasis masalah dapat dilakukan dengan langkah-langkah:

1. Mendefinisikan masalah, mengetahui masalah yang akan dipecahkan, masalah

tersebut berhubungan dengan kehidupan.

2. Merumuskan masalah, menentukan masalah yang akan dipecahkan dengan

pengetahuan awal yang dimiliki siswa.

3. Membuat hipotesis, membuat dugaan jawaban dari masing-masing

pengetahuan siswa yang terkait dengan masalah.

4. Mengumpulkan data, perlu ditambahkan dari sumber lain dalam

menyelesaikan masalah yaitu dengan mengumpulkan data yang berkaitan

dengan masalah dikumpulkan untuk dianalisis bersama.

5. Menguji hipotesis, dugaan jawaban dan data yang sudah terkumpul dijadikan

satu, diuji dan dicari yang lebih tepat dengan penyelesaian masalah.

6. Melakukan penyelesaian, setelah semua selesai maka data yang diperoleh

disajikan dalam bentuk laporan yang kemudian dipresentasikan.

2.3.3 Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran berdasarkan masalah terdiri dari 5 langkah utama yang

dimulai guru dengan mengenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan

diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Langkah tersebut

dijelaskan berdasarkan pada tabel 1.2 (Ibrahim dalam Trianto 2007: 71).

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA · kemampuan berfikir dalam proses penyelesaian masalah sehingga tercipta ketrampilan dan pengalaman belajar siswa dalam memecahkan masalah. 2.3.1 Karakteristik

20

Tabel 2.3 Sintak Pembelajaran Berbasis Masalah menurut Ibrahim

Tahap Tingkah Laku Guru

Tahap 1 Orientasi siswa

pada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,

menjelaskan logistik yang dibutuhkan,

mengajukan fenomena atau demonstrasi atau

cerita untuk memunculkan masalah,

memotivasi siswa untuk terlibat dalam

pemecahan masalah yang dipilih.

Tahap 2

Mengorganisasi siswa

untuk belajar

Guru membantu siswa untuk mendefinisikan

dan mengorganisasikan tugas belajar yang

berhubungan dengan masalah tersebut.

Tahap 3 Membimbing

penyelidikan individual

maupun kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan

informasi yang sesuai, melaksanakan

eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan

pemecahan masalah.

Tahap 4

Mengembangkan dan

menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa dalam merencanakan

dan menyiapkan karya yang sesuai. Seperti

laporan, video dan model serta membantu

siswa untuk membagi tugas dengan temannya.

Tahap 5 Menganalisis

dan mengevaluasi

proses pemecahan

masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan

refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan

yang dilakukan dan proses yang digunakan.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA · kemampuan berfikir dalam proses penyelesaian masalah sehingga tercipta ketrampilan dan pengalaman belajar siswa dalam memecahkan masalah. 2.3.1 Karakteristik

21

Dari sintak pembelajaran diatas maka, dalam proses pembelajaran langkah

langkahnya ialah :

Tabel 2.4 Langkah Pembelajaran Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Tahapan Kegiatan Keterangan

Pendahuluan

Menyiapkan alat peraga berupa gambar.

Menyampaikan tujuan pembelajaran.

Kegiatan inti

Eksplorasi Guru menjelaskan materi. Mengajukan

fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk

memunculkan masalah, memotivasi siswa

untuk terlibat dalam pemecahan masalah

yang dipilih.

Elaborasi Guru menjelaskan proses pembelajaran dalam

pemecahan masalah. Siswa dibagi menjadi 8

kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4

anak. Secara berkelompok siswa diberikan

suatu masalah dan siswa mendentifikasi

masalah dalam bentuk lembar kegiatan,

kemudian dengan bimbingan guru siswa

merumuskan masalah, mengumpulkan

informasi yang sesuai, melaksanakan

eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan

dan pemecahan masalah. Guru memotivasi

siswa untuk aktif dalam penyelesaian

masalah.

Siswa mengumpulkan data dari berbagai

sumber dan menguji hipotesis serta

mempresentasikan hasil pekerjaan siswa.

Konfirmasi Guru memeriksa hasil kegiatan siswa secara

kelompok. Memberi penghargaan, memberi

evaluasi secara individu.

Penutup Menutup pembelajaran dengan memberi

motivasi agar siswa harus senantiasa belajar.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA · kemampuan berfikir dalam proses penyelesaian masalah sehingga tercipta ketrampilan dan pengalaman belajar siswa dalam memecahkan masalah. 2.3.1 Karakteristik

22

2.3.4 Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah

Trianto (2007: 70) mengutarakan tujuan pembelajaran berbasis masalah

yaitu untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan

masalah, dan ketrampilan intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui

pelibatan mereka dalam pengalaman nyata. Guru berperan untuk membantu siswa

dalam merumuskan tugas-tugas. berpendapat

Sedangkan Wina Sanjaya (2006: 216) juga berpendapat bahwa tujuan

pembelajaran berbasis masalah yaitu kemampuan berfikir siswa untuk berfikir

kritis, analitis, sistematis dan logis untuk menemukan alternatif pemecahan

masalah melalui eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap

ilmiah. Siswa diarahkan dengan menggunakan masalah yang ada di sekitar

lingkungan tempat tinggalnya atau masalah yang dijumpai dalam kehidupan

sehari-hari.

Hampir sama dengan pendapat Wina Sanjaya, Tan, Ibrahim dan Nur

(dalam Rusman 2010: 242) mengemukakan tujuan pembelajaran berbasis masalah

yaitu

(1) membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir dan

memecahkan masalah, (2) belajar berbagai peran orang dewasa

melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata, (3) menjadi para

siswa yang otonom. PBM mendorong siswa untuk terlibat dalam

setiap kegiatam penyelidikan guna menuntaskan masalah yang

dihadapi.

Taufiq Amir (2009: 27) menjelaskan tujuan dari model pembelajaran

berbasis masalah yaitu:

(1) Menjadi lebih ingat dan meningkatkan pemahamannya atas

materi ajar. Pengetahuan yang di dapat dengan lebih dekat pada

praktik maka materi tersebut akan mudah diingat. Apalagi bila siswa

mengalami praktik itu sendiri maka akan lebih mudah mengingat

materi dan akan lebih efektif dari menghafal. (2) Meningkatkan fokus

pada pengetahuan yang relevan. Masalah yang dekat dengan

kehidupan lingkungan sekitar akan membuat lebih dengan dengan

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA · kemampuan berfikir dalam proses penyelesaian masalah sehingga tercipta ketrampilan dan pengalaman belajar siswa dalam memecahkan masalah. 2.3.1 Karakteristik

23

praktik dan langsung dapat merasakan apa yang terjadi, sehingga

pembelajaran akan lebih efektif. (3) Mendorong untuk berfikir. Siswa

dianjurkan untuk tidak terburu-buru dalam menyimpulkan masalah

namun didorong untuk berfikir dan mengutarakan pendapat

berdasarkan landasan dan fakta yang mendukung alasan. (4)

Membangun kerja tim, kepemimpinan dan ketrampilan sosial. PBL

sering dikerjakan dalam kelompok-kelompok kecil sehingga

mendorong kecakapan sosial dan kerja tim. Mendengarkan dan

menerima pendapat dari orang lain merupakan salah satu ketrampilan

yang akan dicapai pada tujuan ini. (5) Membangun kecakapan belajar.

Dengan merumuskan sendiri masalah yang mengambang akan

mengembangan kecakapan siswa dalam memperoleh ilmu dan

pengtahuan karena siswa harus mencari sendiri pengetahuan yang

relevan. (6) Memotivasi belajar. Masalah yang dihadapkan pada siswa

akan membuat siswa tertantang untuk selalu belajar dan memecahkan

masalah, namun tidak semua siswa menyenangi hal ini oleh karena itu

peran pendidik sangat diperlukan dalam memotivasi belajar siswa.

Tujuan dari pembelajaran berbasis masalah ini lebih condong pada

aktivitas dan manfaat yang akan diterima siswa. Berdasarkan tujuan PBL yang

sudah disampaikan oleh para ahli, maka secara umum tujuan PBL ialah

mengambangkan kemampuan berfikir siswa agar dapat berfikir secara kritis,

logis, sistematis dan analitis, meningkatkan ketrampilan intelektual maupun sosial

melalui kelompok kecil, membangun kecakapan dan motivasi belajar karena

mengangkat masalah dari pengalaman atau kehidupan nyata.

2.3.5 Kelebihan Pembelajaran Berbasis Masalah

Sebagai model pembelajaran, tentunya model pembelajaran berbasis

masalah ini juga mempunyai kelebihan. Menurut Wina Sanjaya (2006), kelebihan

dari model ini ialah:

(1) Pemecahan masalah (problem solving) merupakan teknik

yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran. (2)

Pemecahan masalah (problem solving) dapat menantang kemampuan

siswa serta mamberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan

baru bagi siswa. (3) Pemecahan masalah (problem solving) dapat

meningkatkan aktifitas belajar siswa. (4) Pemecahan masalah

(problem solving) dapat membantu siswa bagaimana menstransfer

pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan

nyata. (5) Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA · kemampuan berfikir dalam proses penyelesaian masalah sehingga tercipta ketrampilan dan pengalaman belajar siswa dalam memecahkan masalah. 2.3.1 Karakteristik

24

siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung

jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. (6) Pemecahan

masalah (problem solving) bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa

setiap mata pelajaran (matematika, IPA, sejarah da lain sebagainya)

pada dasarnya merupakan kemampuan cara berfikir dan harus

dimengerti oleh siswa, bukan hanya belajar dari guru atau buku-buku

saja. (7) Pemecahan masalah (problem solving) diangggap lebih

menyenangkan dan disukai siswa. (8) Pemecahan masalah (problem

solving) dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berfikir

kritis dan mengambangkan kemampuan mereka untuk menyeuiakan

dengan pengetahuan baru. (9) Pemecahan masalah (problem solving)

dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan

pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata. (10)Pemecahan

masalah (problem solving) dapat mengembangkan minat siswa untuk

secara terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal

telah berakhir.

2.3.6 Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah

Disamping kelebihan, model pembelajaran berbasis masalah ini juga

memiliki kelemahan, yaitu:

(1) Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai

kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka

mereka akan enggan untuk mencoba. (2) Keberhasilan model

pembelajaran melalui Pemecahan masalah (problem solving)

membutuhkan cukup waktu untuk persiapan. (3) Tanpa pemahaman untuk

memecahkan masalah maka siswa tidak akan memahami materi yang

mereka pelajari.

2.4 Belajar

Gagne (Najib Sulhan, 2006: 5), berpendapat bahwa belajar adalah proses

perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan kecenderungan manusia, seperti

sikap, nilai dan perubahan kemampuannya, yakni peningkatan kemampuan untuk

melakukan berbagai jenis performance (kinerja).

Baharuddin (2007: 11), menyatakan bahwa belajar merupakan proses

manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, ketrampilan dan sikap.

Fudyartanto (Baharuddin, 2007: 13) juga menyatakan belajar adalah sebuah

kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu yang dilakukan dengan usaha

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA · kemampuan berfikir dalam proses penyelesaian masalah sehingga tercipta ketrampilan dan pengalaman belajar siswa dalam memecahkan masalah. 2.3.1 Karakteristik

25

untuk mendapatkan ilmu tersebut sehingga manusia menjadi tahu, memahami,

mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu. Hampir sama

dengan pendapat Dahar dalam Triyanto 2007: 25 yang menyatakan belajar

menurut teori Ausubel adalah belajar bermakna yang merupakan suatu proses

dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat pada

struktur kognitif seseorang.

Menurut Oemar Hamalik (2008: 36), belajar adalah modifikasi atau

memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Hal ini lebih difokuskan pada suatu

proses atau kegiatan bukan pada suatu hasil atau tujuan.

Winkel (Darsono, 2004: 4) menyatakan belajar adalah suatu aktivitas

mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan

yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan

nilai sikap.

Dari beberapa pengertian belajar yang dikemukakan di atas, dapat

disimpulkan bahwa belajar merupakan sebuah proses perubahan tingkah laku dan

pencapaian kompetensi serta kepandaian yang diperoleh melalui pengalaman dan

berinteraksi dengan lingkungan.

2.4.1 Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi hasil belajar dan tindak

mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil

belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan puncak proses belajar yang

merupakan bukti dari usaha yang telah dilakukan. Menurut Hamalik (2002:155)

hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa,

yang dapat diamati dan diukur dalam perubahan pengetahuan, sikap, dan

ketrampilan. Perubahan dapat diartikan terjadinya peningkatan dan

pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari

tidak tahu menjadi tahu, sikap tidak sopan menjadi sopan dan sebagainya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar dapat

digolongkan menjadi empat, yaitu (a) bahan atau materi yang dipelajari; (b)

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA · kemampuan berfikir dalam proses penyelesaian masalah sehingga tercipta ketrampilan dan pengalaman belajar siswa dalam memecahkan masalah. 2.3.1 Karakteristik

26

lingkungan; (c) faktor instrumental; dan (d) kondisi peserta didik. Faktor-faktor

tersebut baik secara terpisah maupun bersama-sama memberikan kontribusi

tertentu terhadap prestasi dan hasil belajar peserta didik. Antara proses dan hasil

dalam pembelajaran merupakan dua hal yang tidak berdiri sendiri, namun saling

terkait. Faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran tersebut antara lain dalah

faktor siswa, guru, model atau metode mengajar, dan sarana atau perangkat

pembelajaran.

Berdasarkan kajian tentang berbagai pendapat diatas maka dapat dikatakan

bahwa perolehan belajar atau hasil belajar merupakan kapasitas terukur dan

perubahan individu yang diinginkan berdasarkan ciri-ciri atau variabel-variabel

bawaannya melalui perlakuan pembelajaran tertentu. Hasil belajar merupakan

hasil kegiatan dari belajar dalam bentuk pengetahuan sebagai akibat dari

pembelajaran yang dilakukan siswa.

2.5 Kajian Penelitian Yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang

dilakukan oleh Heny Zulaikah (2010) yang melakukan penelitian dengan judul

Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui penerapan Model Pembelajaran Berbasis

Masalah pada siswa Kelas IV SDN Slorok Kabupaten Blitar. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa (1) pembelajaran pada pra tindakan masih bersifat

konvensional dimana pembelajaran berpusat pada guru, (2) hasil belajar IPS pada

pra tindakan memperoleh presentase rata rata kelas 59,4 %, (3) penerapan model

pembelajaran IPS sesuai dengan langkah langkah PBM, (4) hasil belajar siswa

pada siklus I memeroleh presentase rata rata kelas 69 % sedang siklus II 82,2 %,

(5) siklus I presentase keberhasilan secara klasikal dari 59,4 % menjadi 69%

dengan peningkatan sebesar 96 %. Sedangakan pada siklus II dari 69 % menjadi

82,3 % dengan peningkatan sebesar 13,2 %.

Berdasarkan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

PBM dapat menigkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN Slorok 01

Kabupaten Blitar. Berdasarkan penelitian ini,disarankan hendaknya guru dapat

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA · kemampuan berfikir dalam proses penyelesaian masalah sehingga tercipta ketrampilan dan pengalaman belajar siswa dalam memecahkan masalah. 2.3.1 Karakteristik

27

memilih dan menggunakan model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan

materi yang diajarkan.

Merinda Dian Pramesti dengan judul penelitian Efektifitas penggunaan

Model Pembelajaran Berbasis Masalah ( Problem Based Learning PBL) Terhadap

Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V di SD Gugus Hasanudin Salatiga Semester II

Tahun Ajaran 2011/2012. Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen,

namun tetap menunjukkan bahwa dengan menngunakan model pembelajaran

berbasis masalah hasil belajar IPA siswa kelas V mengalami kenaikan. Terbukti

dengan hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan rata rata dari hasil belajar

kelas kontrol dan kelas eksperimen dengn perolehan rata - rata nilai tes siswa

keals kontrol lebih rendah daripada rata rata nilai tes kelas eksperimen, yaitu

74,53 < 83,38 dengan perbedaan rata rata (mean different) sebesar 8,851.

Perbedaan taraf signifikansi diperoleh angka 0,002 < 0,05. Hal tersebut berarti

terdapat perbedaan antara rata rata hasil belajar kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA · kemampuan berfikir dalam proses penyelesaian masalah sehingga tercipta ketrampilan dan pengalaman belajar siswa dalam memecahkan masalah. 2.3.1 Karakteristik

28

2.6 Kerangka Pikir

Adapun kerangka pikir dari penelitian ini adalah

Gambar 2.1

Skema Kerangka Pikir Penelitian Tindakan Kelas

2.7. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Melalui

model pembelajaran berbasis masalah, hasil belajar siswa kelas 4 SD Negeri

Kutowinangun 07 Kecamatan Tingkir Kota Salatiga pada mata pelajaran IPA SK

memahami perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan dapat

meningkat”.

Melalui langkah dalam model pembelajaran berbasis masalah yaitu

mendefinisikan masalah, merumuskan masalah, mengumpulkan data, menguji

hipotesis dan melakukan penyelesaian maka siswa lebih memahami materi,

sehingga dengan penerapan langkah tersebut dapat meningkatkan pemahaman

siswa yang berpengaruh pada peningkatan hasil belajar.

Prestasi belajar siswa rendah pada mata

pelajaran IPA karena guru cenderung

menggunakan ceramah

Kondisi awal

Menerapkan model pembelajaran berbasis

masalah pada mata pelajaran IPA SK

memahami perubahan lingkungan fisik dan

pengaruhnya terhadap daratan dengan

bimbingan dari guru.

Tindakan

Melalui model pembelajaran berbasis

masalah hasil belajar siswa pada mata

pelajaran IPA kelas 4 SD Negeri

Kutowinangun 07 Kecamatan Tingkir Kota

Salatiga meningkat.

Kondisi akhir