bab ii kajian pustaka -...

18
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam penelitian ini, kajian teori yang akan dikaji antara lain sebagai berikut (Hasil Belajar; Pengertian Hasil Belajar; Pengertian Hasil Belajar IPS; Ilmu Pengetahuan Sosial; Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial; Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial; Materi Ruang Lingkup IPS untuk SD; Penilaian Hasil Belajar IPS; Model Pembelajaran Berbasis Masalah; Pengertian Model Pembelajaran; Model Pembelajaran Berbasis Masalah; Ciri-ciri Khusus Pembelajaran Berbasis Masalah; Manfaat dan Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah; Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah; Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Berbasis Masalah; Kajian yang Relevan; Kerangka Berfikir; dan Hipotesis Penelitian). 2.2 Hasil belajar 2.2.1 Pengertian Belajar Menurut Gagne dalam Agus Suprijono (2011:2), belajar adalah disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktifitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara ilmiah. Harold Spears dalam Agus Suprijono (2011:2), menyatakan bahwa belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar, dan mengikuti arah tertentu. Menurut Hilgard (1984:4), belajar merupakan suatu proses perubahan kegiatan dan reaksi terhadap lingkungan. Sedangkan menurut Winkel (2007:59) menyatakan bahwa belajar adalah suatu aktifitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksiaktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan- pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli penulis menyimpulkan bahwa belajar merupakan perubahan dari tingkah laku seseorang yang diperoleh dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya.

Upload: phungdiep

Post on 26-Apr-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7954/3/T1_292010176_BAB II.pdf5 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori . Dalam penelitian ini,

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

Dalam penelitian ini, kajian teori yang akan dikaji antara lain sebagai

berikut (Hasil Belajar; Pengertian Hasil Belajar; Pengertian Hasil Belajar IPS;

Ilmu Pengetahuan Sosial; Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial; Tujuan Ilmu

Pengetahuan Sosial; Materi Ruang Lingkup IPS untuk SD; Penilaian Hasil Belajar

IPS; Model Pembelajaran Berbasis Masalah; Pengertian Model Pembelajaran;

Model Pembelajaran Berbasis Masalah; Ciri-ciri Khusus Pembelajaran Berbasis

Masalah; Manfaat dan Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah; Langkah-langkah

Pembelajaran Berbasis Masalah; Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran

Berbasis Masalah; Kajian yang Relevan; Kerangka Berfikir; dan Hipotesis

Penelitian).

2.2 Hasil belajar

2.2.1 Pengertian Belajar

Menurut Gagne dalam Agus Suprijono (2011:2), belajar adalah disposisi

atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktifitas. Perubahan disposisi

tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

ilmiah. Harold Spears dalam Agus Suprijono (2011:2), menyatakan bahwa belajar

adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar, dan

mengikuti arah tertentu. Menurut Hilgard (1984:4), belajar merupakan suatu

proses perubahan kegiatan dan reaksi terhadap lingkungan.

Sedangkan menurut Winkel (2007:59) menyatakan bahwa belajar adalah

suatu aktifitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksiaktif dengan

lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-

pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap.

Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli penulis menyimpulkan bahwa

belajar merupakan perubahan dari tingkah laku seseorang yang diperoleh dari

pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7954/3/T1_292010176_BAB II.pdf5 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori . Dalam penelitian ini,

6

2.2.2 Pengertian Hasil Belajar IPS

Hasil belajar menurut Gagne dan Briggs (1979:51) adalah kemampuan-

kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat

diamati melalui penampilan siswa (learning performance). Dalam dunia

pendidikan, terdapat bermacam-macam tipe hasil belajar yang telah dikemukakan

oleh para ahli antara lain Gagne dalam Agus Suprijono (2011:2) mengemukaan 5

tipe hasil belajar berupa:

1) Informasi verbal, yaitu kemampuan mengungkapkan pengetahuan dalam

bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons secara

spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak

memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan

aturan.

2) Keterampilan intelektual, yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan

lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan

mengkategorisasikan, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan

mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual

merupakan aktivitas kognitif bersifat khas.

3) Strategi kognitif, yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktifitas

kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan

kaidah dalam memecahkan masalah.

4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak

jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme

gerak jasmani.

5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan

penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan

menginternalisasikan dan eksternalisasikan nilai-nilai. Sikap merupakan

kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.

Nana Sudjana (2005:3) mengemukakan hasil belajar siswa pada

hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian

yang luas mencangkup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris. Hasil belajar

merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajarnya. Howard Kingsley dalam Nana Sudjana (2005:22)

membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) ketrampilan dan kebiasaan, (b)

pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil

belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum.

Sedangkan menurut Benjamin Bloom dalam Nana Sudjana (2009:22-23)

hasil belajar terbagi menjadi tiga ranah yaitu: 1) Ranah Kognitif, yaitu berkenaan

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7954/3/T1_292010176_BAB II.pdf5 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori . Dalam penelitian ini,

7

dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan,

pemahaman, aplikasi, analisis, dan evaluasi; 2) Ranah Afektif, yaitu berkenaan

dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan jawaban atau reaksi,

penelitian, organisasi, dan internalisasi; 3) Ranah Psikomotorik, yaitu berkenaan

dengan denga hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak ada enam

aspek ranah psikomotorik, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar,

kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan

kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretative. Tiga ranah yang dikemukakan

oleh Benyamin Bloom yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik

merupakan ranah yang dapat dilakukan oleh siswa. Ketiga ranah tersebut dapat

diperoleh siswa melalui kegiatan belajar mengajar. Pada penelitian ini yang

diukur adalah ranah kognitif saja karena berkaitan dengan kemampuan siswa

dalam menguasai materi pelajaran khususnya dalam pelajaran IPS.

Dari uraian beberapa ahli tentang hasil belajar, penulis menyimpulkan

hasil belajar siswa yaitu kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui

kegiatan belajar. Sedangkan hasil belajar IPS yaitu kemampuan yang diperoleh

siswa khususnya pada mata pelajaran IPS setalah melalui kegiatan belajar

mengajar di sekolah maupun dirumah.

2.3 Ilmu Pengetahuan Sosial

2.3.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial

Buchari Alma (2003:148) mengemukakan pengertian IPS sebagai suatu

program pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan yang pada pokoknya

mempersoalkan manusia dalam lingkungan alam fisik, maupun dalam lingkungan

sosialnya dan yang bahannya diambil dari berbagai ilmu sosial, seperti: geografi,

sejarah, ekonomi, antropologi, sosiologi, pilitik, dan psikologi. Sedangkan

menurut Nursid Sumaatmajda (1984:10) Ilmu Pengetahuan Sosial diartikan

sebagai “Ilmu yang mempelajari bidang kehidupan manusia di masyarakat,

mempelajari gejala dan masalah sosial yang terjadi di bagian kehidupan tersebut”.

Artinya Ilmu Pengetahuan Sosial diatikan sebagai kajian terpadu dari ilmu-ilmu

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7954/3/T1_292010176_BAB II.pdf5 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori . Dalam penelitian ini,

8

sosial serta untuk mengembangkan potensi kewarganegaraan. Di dalam program

sekolah, Ilmu Pengetahuan Sosial dikoordinasikan sebagai bahasan sistematis

serta berasal dari berbagai dari beberapa disiplin ilmu antara lain: Antropologi,

Arkeologi, Geografi, Ekonomi, Sejarah, Hukum, Filsafat, Ilmu Politik, Psikologi

Agama, Sosiologi, dan juga mencakup materi yang sesuai dari matematika serta

Ilmu Alam.

Dari definisi para ahli tentang IPS, dapat disimpulkan hakikat IPS adalah

perpaduan dari beberapa ilmu sosial dan kehidupan masyarakat yang bertujuan

untuk mrmbantu pengembangan kemampuan dan wawasan siswa yang

menyeluruh (komprehensif) tentang berbagai aspek ilmu-ilmu sosial dan

kemanusiaan (humaniora).

2.3.2 Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial

Tujuan IPS menurut Nur Hadi (1997:13) menyebutkan bahwa ada empat

tujuan IPS, yaitu knowledge, skill, attitude, dan value. Pertama, knowledge,

sebagai tujuan utama dari pendidikan IPS yaitu membantu para siswa untuk

mengenal diri mereka sendiri dan lingkungannya, dan mencakup geografi, sejarah,

poliytik, ekonomi, dan sosiologi psikologi. Kedua, skill, yang mencakup

keterampilan berfikir (thinking skiils). Ketiga, attitudes, yang terdiri atas tingkah

laku berfikir (intellectual behavior). Keempat, value, yaitu nilai yang terkandung

di dalam masyarakat yang diperoleh dari lingkungan masyarakat maupun lembaga

pemerintahan, pergaulan antar bangsa, dan ketaaatan kepada pemerintah dan

hokum.

Sedangakan menurut Triyanto (2010:176), tujuan utama Ilmu

Pengetahuan Sosial adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar

peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental

positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil

mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya

sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai

manakala program-program pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7954/3/T1_292010176_BAB II.pdf5 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori . Dalam penelitian ini,

9

Tujuan pembelajaran IPS di sekolah dasar berdasarkan kurikulum sekolah

dasar 1994, juga berorientasi kepada kepentingan siswa, ilmu, dan sosial

(masyarakat). Tujuan pembelajaran IPS yang tercantum dalam kurikulum, adalah

agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang

berguna bagi dirinya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini berarti, tujuan

pendidikan IPS bukan hanya sekedar membekali siswa dengan berbagai informasi

yang bersifat hafalan (kognitif) saja, akan tetapi pendidikan IPS harus mampu

mengkaji berbagai kenyataan sosial beserta permasalahannya. Tujuan yang harus

dicapai oleh siswa disekolah dasar harus disesuaikan dengan taraf

perkembangangannya, yang dimulai pengenalan dan pemahaman lingkungan

sekitar menuju lingkungan masyarakat yang lebih luas. Dimulai dari lingkungan

terdekat menuju lingkungan yang lebih luas.

Demikian pula dalam kaitannya dengan KTSP, pemerintah telah

memberikan arah yang jelas pada tujuan dan ruang lingkup pembelajaran IPS,

yaitu: 1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat

dan lingkungannya; 2) memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis kritis, rasa

ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dlam kehidupan

sosial; 3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan; 4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan

berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, dtingkat local, nasional, dan

global.

Dari uraian tentang tujuan pendidikan IPS, penulis menyimpulkan bahwa

IPS dapat memberikan wawasan pengetahuan yang luas kepada siswa mengenai

masyarakat lokal maupun global sehingga mampu hidup bersama-sama dalam

masyarakat lainnya.

2.3.3 Materi dan Ruang Lingkup IPS untuk SD

Materi yang disajikan dalam pengajaran IPS (Kurikulum IPS, 2006) untuk

tingkat SD adalah sebagai berikut :

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7954/3/T1_292010176_BAB II.pdf5 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori . Dalam penelitian ini,

10

1) Bahan untuk kelas I ialah tentang kehidupan di rumah dan sekitarnya yang

menyangkut hubungan sosial. Termasuk kekeluargaan, sopan-santun,

kegotongroyongan, tanggungjawab dan tata tertib di jalan, sekolah dan

sekitarnya, hari besar agama, proklamasi, dan lain sebagainya.

2) Di kelas II mengenai kehidupan desa, kota, tertib lalu lintas, arah, waktu

sehari, ceritera rakyat, dan ceritera pahlawan.

3) Di kelas III mempelajari keadaan penjuru angin, kecamatan, petilasan di

tempat, pemerintahan, dan tokoh daerah.

4) Kelas IV sudah mempelajari seluruh tanah air, termasuk propinsi-propinsi.

Tokoh-tokoh proklamasi dan pemerintahan daerah.

5) Kelas V tentang tanah air diteruskan. Negara tetangga sudah dipelajari

secara sistematik. Yang lainnya ialah sejarah Pergerakan Nasional,

proklamasi dan sesudahnya. Masalah sosial dan pancasila dikaji pula.

6) Kelas VI sudah lebih meluas walaupun tanah air tetap dikaji. Pengenalan

negara tetangga diteruskan. Bahan belajar lain ialah migrasi, pembangunan

nasional, asal usul bangsa, perjuangan mempertahankan dan memelihara

tanah air, PBB dan dunia.

Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut.

1) Manusia, Tempat, dan Lingkungan

2) Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan

3) Sistem Sosial dan Budaya

4) Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan

Dalam penelitian ini, yang akan dijadikan bahan penelitian pada kelas V, yaitu

sebagai berikut:

2.1 Tabel SK dan KD Kelas V Semester II Penelitian

Standar Kompetensi

2. Menghargai peranan tokoh perjuangan dari masyarakat dalam mempersiapkan

dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7954/3/T1_292010176_BAB II.pdf5 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori . Dalam penelitian ini,

11

Kompetensi Dasar

2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan

kemerdekaan Indonesia

2.3 2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam memproklamasikan

kemerdekaan Indonesia

2.3.4 Penilaian hasil belajar IPS

Nana Sudjana (2005:2) menjelaskan tentang kegiatan penilaian yakni

suatu tindakan atau kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan-tujuan

instruksional telah dicapai atau dikuasai oleh siswa dalam bentuk hasil

belajar yang diperlihatkan setelah mereka menempuh pengalaman belajarnya

(proses belajar-mengajar).Dengan demikian, kegiatan untuk menilai hasil

belajar sama artinya dengan mengukur hasil belajar siswa yang digunakan

untuk menentukan tercapai tidaknya tujuan dalam suatu proses pembelajaran.

Karena dalam kegiatan ini terdapat proses membandingkan antara hasil

belajar dengan kemampuan yang dikuasai siswa untuk mencapai suatu tujuan

dalam proses pembelajaran.

Nana Sudjana (2005:5) mengemukakan satu dari beberapa jenis dan

system penilaian yang bisa digunakan untuk mengukur hasil belajar, yaitu:

penilaian formatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir

program belajar-mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses

belajar-mengajar itu sendiri. Dengan demikian, penilaian formatif

berorientasi kepada proses belajar-mengajar. Dengan penilaian

formatif guru dapat memperbaiki program pengajaran dan strategi

pelaksanaannya.

Keberhasilan dalam sebuah pengajaran tidak hanya dilihat dari segi

hasil belajarnya saja tetapi juga proses kegiatan pembelajaran. Hasil belajar

siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai

hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif,

dan psikomotoris. Oleh sebab itu, dalam penilaian hasil belajar, peranan

tujuan instruksional yang berisi rumusan kemampuan dan tingkah laku yang

diinginkan dikuasai siswa menjadi unsur penting sebagai dasar dan acuan

penilaian. Penilaian proses belajar adalah upaya memberi nilai terhadap

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7954/3/T1_292010176_BAB II.pdf5 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori . Dalam penelitian ini,

12

kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai

tujuan-tujuan pengajaran (Nana Sudjana, 2005: 3).

Dari pendapat beberapa ahli tentang penilaian hasil belajar, peneliti

menyimpulkan penilaian hasil belajar IPS yaitu proses membandingkan

antara hasil belajar dengan kemampuan yang dikuasai siswa untuk mencapai

suatu tujuan dalam proses pembelajaran IPS.

2.4 Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)

2.4.1 Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang

menggambarkan prosedur dalam mengorganisasikan pengalaman pembelajaran

untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran berfungsi sebagai

pedoman bagi guru merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran (Adi

2000:45). Sedangkan menurut Mulyani (2000:70) model pembelajaran yaitu, pola

atau rencana yang dipakai guru dalam mengorganisasikan materi pelajaran,

maupun kegiatan siswa dan dapat dijadikan petunjuk bagaimana guru mengajar di

depan kelas (seperti alur yang diikutinya). Penggunaan model mengajar tertentu

akan menghasilkan pencapaian tujuan-tujuan yang telah diprogramkan maupun

yang semula tidak diprogramkan.

Menurut Arend (1979:72) menyatakan the term teaching model refers to a

particular approach to intruction that includes its goals, syntax, environmen, and

management system.Istilah Model Pengajaran mengarah pada suatu pendekatan

pembelajaran tertentu termasuk tujuan, sintaks, lingkungan, dan sistem

pengelolaannya.

Dari uraian para ahli, penulis mengambil kesimpulan bahwa model

pembelajaran yaitu, sebuah penjelasan dari gaya mengajar dan ditunjukan oleh

pengajar, yang mana menjelaskan bagaimana siswa-siswa tersebut dibelajarkan

demi mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7954/3/T1_292010176_BAB II.pdf5 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori . Dalam penelitian ini,

13

2.4.2 Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Menurut Harsono (2005:37) Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)

adalah suatu model pembelajaran, yang mana siswa sejak awal dihadapkan pada

suatu masalah kemudian diikuti oleh proses pencarian informasi bersifat student

centered. Di dalam PBM, dikenal adanya conceptual fog yang bersifat umum,

mencakup kombinasi antara metode pendidikan dan filosofi kurikulum. Pada

aspek filosofi, PBM dipusatkan pada siswa yang dihadapkan pada suatu masalah.

Sementara pada subject based learning guru menyampaikan pengetahuannya

kepada siswa sebelum menggunakan masalah untuk memberi ilustrasi

pengetahuan tadi, PBM bertujuan agar siswa mampu memperoleh dan membentuk

pengetahuannya secara efisien, konseptual, dan terintegrasi. Model pembelajaran

pokok dalam PBL berupa belajar kelompok kecil, dengan sistem tutorial.

Pembelajaran dengan berbasis Masalah ini sejalan dengan teori belajar

menurut ilmu jiwa Gestalt, bahwa manusia adalah organisme yang aktif berusaha

mencapai tujuan, individu bertindak atas pengaruh di dalam dan di luar individu

(Nasution, 2000:42).

Sedangkan menurut Arends (1997:42) pembelajaran dengan PBM

memberikan kesempatan kepada siswa mempelajari materi akademis dan

keterampilan mengatasi masalah dengan terlibat di berbagai situasi kehidupan

nyata. Ini memberikan makna bahwa sebagian konsep atau generalisasi dapat

diperkenalkan dengan efektif melalui pemberian masalah. Program khusus dalam

pembelajaran seperti itu memiliki karakteristik-karakteristik tertentu yang

membedakannya dengan pendekatan-pendekatan pembelajaran lainnya.

Dapat disimpulkam bahwa PBM merupakan pembelajaran berbasis pada

masalah yang menuntut siswa lebih aktif dalam pembelajaran untuk memecahkan

masalah-masalah yang disajikan oleh guru, dengan demikian siswa dapat

menggali pengetahuan mereka secara mendalam serta membantu siswa guna

memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun

pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7954/3/T1_292010176_BAB II.pdf5 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori . Dalam penelitian ini,

14

2.4.3 Ciri-ciri khusus Pembelajaran Berbasis Masalah

Menurut Arends dalam Jamil (2013:220-221) karakteristik PBM sebagai

berikut:

1) Pengajuan pertanyaan atau masalah

Bukan hanya mengorganisasikan disekitar prinsip-prinsip atau

keterampilan akademik tertentu, pembelajaran berdasarakan masalah yang

keduanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa.

Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata autentik, menghindari

jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai solusi untuk

situasi tersebut.

2) Berfokus pada keterkaitan antardisiplin

Walaupun pembelajaran berdasarkan masalah mungkin berpusat pada

mata pelajaran tertentu (IPA,Matematika,dan Ilmu-ilmu sosial), masalah

yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar pemecahannya,

siswa meninjau masalah dari banyak mata pelajaran.

3) Penyelidikan Autentik

Pembelajaran Berbasis Masalah mengharuskan siswa melakukan

penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah

nyata. Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan masalah,

mengembangkan hipotesis, dan membuat ramalan, mengumpul dan

menganalisis informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan),

membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan. Sudah tentu, metode

penyelidikan yang digunakan, bergantung kepada masalah yang

dipelajari.

4) Menghasilkan Produk dan Memamerkannya

PBM mengharuskan siswa untuk mengasilkan produk nyata dan peragaan

yang menjelaskan bentuk penyelesaian masalah yang mereka pecahkan.

Produk tersebut dapat brupa laporan, model fisik, video, maupun program

computer. Produk ini yang akan dijelaskan kemudian, direncanakan oleh

siswa untuk mendemonstrasikan kepada siswa yang lain tentang apa yang

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7954/3/T1_292010176_BAB II.pdf5 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori . Dalam penelitian ini,

15

mereka pelajari dan menyediakan suatu alternatif segar terhadap laporan

trandisional atau makalah.

5) Kolaborasi

PBM memiiki ciri, siswa yang bekerja sama dengan siswa yang lain, yang

sering ditemukan berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerjasama

memberikan motivasi dan berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas

kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi pengetahuan untuk

mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berfikir.

Menurut Krajcik et al (2003:69) Pembelajaran Berbasis Masalah memiliki

ciri sebagai berikut ini:

1. Pertanyaan atau masalah perangsang

Mengorganisasikan pengajaran diseputar pertanyaan dan masalah yang

penting secara sosial dan bermakna secara personal bagi siswa.

2. Fokus interdisipliner

Meskipun PBM terpusat pada bidang studi tertentu (sains, matematika,

sejarah), tetapi masalah yang diinvestigasi dipilih karena solusinya

menuntut siswa untuk menggali banyak subjek.

3. Investigasi autentik

PBM mengharuskan siswa untuk melakukan investigasi autentik yang

berusaha menemukan solusi riil untuk maslah riil. Mereka harus

menganalisis dan menetapkan masalahnya, mengembangkan hipotesis dan

membuat prediksi, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan

eksperimen (bilamana mungkin), membuat inferensi, dan menarik

kesimpulan.

4. Produksi artefak dan exhibit

PBM menuntut siswa untuk mengontruksikan produk dalam bentuk

artefakdan exhibit yang menjelaskan atau mempresentasikan solusi

mereka.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7954/3/T1_292010176_BAB II.pdf5 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori . Dalam penelitian ini,

16

5. Kolaborasi

Seperti pembelajaran kooperatif ditandai oleh siswa-siswa yang bekerja

bersama siswa-siswa lain, paling sering secara berpasangan atau dalam

bentuk kelompok-kelompok kecil. Bekerja bersama-sama memberikan

motivasi untuk keterlibatan secara berkelanjutan dalam tugas-tugas

komplek dan mengingatkan kesempatan untuk melakukan penyelidikan

dan dialog bersama, dan untuk mengembangkan berbagai ketrampilan

sosial.

Dari pendapat ahli tersebut peneliti menyimpulkan ciri khusus dari

Pembelajaran Berbasis Masalah antara lain: 1) ada masalah yang harus

dipecahkan oleh siswa, 2) siswa dibagi kedalam kelompok-kelompok kecil, 3)

siswa berkelompok berkolaborasi melakukan penyelidikan dan berdiskusi untuk

memecahkan masalah, 4) siswa dituntut untuk lebih aktif untuk menggali

informasi dari berbagai sumber belajar, 5) siswa diminta mempresentasikan hasil

pemecahan masalah.

2.4.4 Manfaat dan Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah

PBM tidak dirancang untuk membantu guru menyampaikan informasi

dengan jumlah besar kepada siswa karena pembelajaran langsung dengan metode

ceramah lebih cocok untuk maksud tersebut. Sementara PBL lebih cenderung

dirancang untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir,

keterampilan menyelesaikan masalah, dan keterampilan intelektualnya, dan

mempelajar peran-peran oaring dewasa dengan mengalaminya melalui berbagai

situasi nyata atau simulasi yang disimulasikan dan menjadi pelajar yang mandiri

dan otonom.

Uden dan Beaumont dalam Jamil (2013:222) menyatakan beberapa

keuntungan yang dapat diamati dari siswa yang belajar dengan menggunakan

model Pembelajaran Berbasis Masalah, yaitu: 1) mampu mengingat dengan lebih

baik informasi pengetahuannya; 2) mengembangkan kemampuan pemecahan

masalah, berpikir kritis, dan keterampilan komunikasi; 3) mengembangkan basis

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7954/3/T1_292010176_BAB II.pdf5 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori . Dalam penelitian ini,

17

pengetahuan secara integrasi; 4) menikamati belajar; 5) meningkatkan motivasi;

6) cocok untuk kerja kelompok; 7) mengembangkan belajar strategi belajar; 8)

meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

Menurut ibrahim (2003:15) pada Pembelajaran Berbasis Masalah, dapat

mengubah guru dari pembelajaran yang kontekstual ke pembelajaraan kooperatif

yang memusatkan pembelajaran pada siswa, di dalam kelas PBM peran guru

didalam kelas juga berbeda dengan pembelajaran biasa. Guru diharapkan dapat

memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif dalam memecahkan

masalah. Sedangkan menurut Harsono (2005: 37) PBM bertujuan agar siswa

mampu memperoleh dan membentuk pengetahuannya secara efisien,

konstekstual, dan terintegrasi. Model pembelajaran pokok dalam PBM berupa

belajar dalam kelompok kecil, dengan sistem tutorial.

Menurut para ahli, peneliti menyimpulkan bahwa tujuan dan manfaat dari

Pembelajaran Berbasis Masalah yaitu agar siswa lebih aktif dalam pembelajaran

dan merubah cara guru dalam mengajar yang dulu pembelajaran berpusat pada

guru, siswa hanya sebagai pendengar saja pada pembelajaran berbasis masalah

siswa dituntut aktif memecahkan masalah. Hal ini memberikan pengalaman

belajar langsung kepada siswa sehingga dapat membentuk pengetahuannya sendiri

melalui aktifitas belajar berkelompok.

2.4.5 Langkah-langkah pembelajaran Berbasis Masalah

Menurut Jamil (2013:222-223) Pembelajaran Berbasis Masalah terdiri dari

lima langkah utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan

suatu simulasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja

siswa. Kelima langkah tersebut dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 2.2. Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah

Tahap Tingkah laku Guru

Tahap 1, Orientasi siswa pada masalah Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,

menjelaskan logistik yang dibutuhkan,

mengajukan fenomena, demonstrasi,

atau cerita untuk memunculkan

masalah, memotivasi siswa untuk

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7954/3/T1_292010176_BAB II.pdf5 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori . Dalam penelitian ini,

18

terlibat dalam pemecahan masalah yang

dipilih.

Tahap 2, Mengorganisasikan siswa

untuk belajar

Guru membantu siswa untuk

mendefinisikan dan mengorganisasikan

tugas belajar yang berhubungan dengan

masalah tersebut.

Tahap 3, Membimbing penyelidikan

individual maupun kelompok

Guru mendorong siswa untuk

mengumpulkan informasi yang sesuai,

melaksanakan penjelasan dan

pemecahan masalah

Tahap 4, Mengembangkan dan

menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa untuk

mengumpulkan informasi yang sesuai,

melaksanakan eksperimen, untuk

mendapatkan penjelasan dan

pemecahan masalah

Tahap 5, Menganalisis dan mengevalusi

proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk

melakukan refleksi atau evaluasi

terhadap penyelidikan mereka dan

proses-proses yang mereka gunakan

(Sumber: Ibrahim, 2003:13)

Menurut Ibrahim (2003:15), di dalam kelas PBL, peran guru berbeda

dengan kelas tradisional. Peran guru didalam kelas PBL antara lain: 1)

Mengajukan maslah atau mengorientasikan siswa kepada masalah autentik, yaitu

maslah kehidupan sehari-hari; 2) Memfasilitasi atau membimbing penyelidikan,

misalnya melakukan pengamatan atau melakukan eksperimen; 3) memfasilitasi

dialog siswa; 4) mendukung belajar siswa.

Sedangkan menurut Pannen et al (2001:89) langkah-langkah Pembelajaran

Berbasis Masalah antara lain sebagai berikut: 1) mengidentifikasi masalah, 2)

mengumpulkan data, 3) menganalisis data, 4) memecahkan masalah berdasarkan

data yang ada dan analisisnya, 5) memilih cara untuk memecahkan masalah, 6)

merencanakan penempatan pemecahan masalah, 7) melakukan uji coba terhadap

rencana yang ditetapkan, dan 8) melakukan tindakan untuk memecahkan masalah.

Menurut para ahli tentang langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah

peneliti menyimpulkan langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah sebagai

berikut ini: 1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, 2) siswa dibagi ke

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7954/3/T1_292010176_BAB II.pdf5 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori . Dalam penelitian ini,

19

beberpa kelompok kecil, 3) siswa diberi masalah yang harus dipecahkan per

kelompok, 4) siswa diminta memecahkan masalah tersebut dengan cara diskusi,

berkolaboirasi, saling bertukar pendapat, dan 5) setelah selesai diskusi kelompok,

siswa diminta maju ke depan kelas mempresentasikan hasil pemecahan masalah.

2.4.6 Kelebihan dan kelemahan Pembelajaran Berbasis Masalah

Berdasarakan penjelasan Trianto (2011:96-97) kelebihan dari PBL yakni,

1) realistik dengan kehidupan siswa; 2) konsep sesuai dengan kebutuhan siswa; 3)

memupuk sifat inkuiri siswa; 4) retensi konsep jadi kuat; dan 5) memupuk

kemampuan problem solving. Sedangkan kekurangan dari PBL yaitu, 1) persiapan

pembelajaran (alat,problem,konsep) yang kompleks; 2) sulitnya mencari problem

yang relevan; 3) sering terjadi miss-konsepsi; dan 4) membutuhkan waktu yang

cukup dalam proses penyelidikan.

Menurut Arends (1997:42) PBM memiliki kelebihan yaitu memberikan

kesempatan kepada siswa mempelajari materi akademis dan ketrampilan

mengatasi masalah dengan terlibat di berbagai situasi kehidupan nyata. Ini

memberikan makna bahwa sebagian konsep atau generasisasi dapat diperkenalkan

dengan efektif melalui pemberian masalah, sedangkan kelemahan membutuhkan

waktu yang cukup untuk mengaplikasikan PBM.

Sedangkan menurut Uden dan Beaumont (2006:57) kelebihan PBM yaitu

1) mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah, berpikir

kritis, dan ketrampilan komunikasi, 2) meningkatkan motivasi belajar siswa, 3)

bagus dalam kerja kelompok dan 4) siswa mampu mengingat dengan baik

informasi dan pengetahuannya. Sedangkan kelemahan: 1) kesulitan mencari

problem yang relevan dalam pembelajaran, 2) jika digunakan di kelas kapasitas

besar kurang efektif, 3) membutukan waktu yang cukup lama dalam

mengaplikasikan PBM.

Dari uraian para ahli tentang kelemahan dan kelebihan dari PBM, peneliti

menyimpulkan sebagai berikut: kelebihan PBM yaitu 1) dapat meningkatkan

kemampuan siswa untuk berpikir kritis, ketrampilan berkomunikasi, 2) dapat

memberikan penghalaman belajar bagi siswa, 3) memberikan pengalaman belajar

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7954/3/T1_292010176_BAB II.pdf5 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori . Dalam penelitian ini,

20

langsung bagi siswa, sedangkan kelemahan PBM antara lain: 1) alat peraga yang

kompeks, 2) sering terjadi miss-konsepsi, 3) kesulitan mencari problem yangt

relevan.

2.5 Kajian Penelitian yang Relevan

Solihin, Bagus I .2011. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah

Terhadap presetasi belajar siswa kelas V SD di Gugus Kartini Kecamatan

Sidorejo Kota Salatiga Semester II Tahun Ajaran 2010/2011. Hasil penelitian

menunjukkan besarnya thitung -0,116 dan ttabel -2,311 maka thitung lebih besar

daripada ttabel dengan taraf signifikan 0,389 sehingga H0 diterima, artinya tidak ada

pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap prestasi belajar matematika

siswa kelas V SD di Gugus Kartini Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Semester II

Tahun Ajaran 2010/2011. Hal ini disebabkan masalah waktu yang dibutuhkan

dalam mengimplementasikan PBL lebih lama daripada pembelajaran konversional

serta masalah perubahan tuntunan siswa dari sistem pembelajaran konversional ke

PBL.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Sukarman (2012) dengan judul

“Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) untuk Meningkatkan

Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas IV SD Negeri Batiombo 02

Kecamatan Bandar Kabupaten Batang Semester 2 Tahun Ajaran 2011/2012.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sukarman menunjukkan hasil belajar siswa

mengalami peningkatkan, sebelum penelitian ketuntasan hanya 42,85% denagn

rata-rata kelas 55 setelah dilakukan tindakan, pada siklus 1 ketuntasan belajar

siswa 71,42% dengan nilai rata-rata 61,45. Pada siklus 2 ketuntasan belajar siswa

85,71% dengan nilai rata-rata kelas 70,47.

Wibowo, Agus, Ismi. 2012. Upaya Meningkatkan Keaktifan dan Hasil

Belajar Melalui Metode Pemecahan Masalah tentang Soal Cerita Pada Pengerjaan

Operasi Hitung Campuran Pada Siswa Kelas III SD Negeri 01 Kapencar

Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo Tahun Ajaran 2011/2012. Berdasarkan

hasil penelitian yang wibowo lakukan pada kelas III dengan jumlah siswa 37,

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7954/3/T1_292010176_BAB II.pdf5 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori . Dalam penelitian ini,

21

rata-rata tes matematika siklus I sebesar 54 dengan ketuntasan belajar 50%.

Sedangkan pada siklus II rata-rata 79 dengan ketuntasan belajar 97% dan

mengalami peningkatan sebesar 18 atau sebesar 47%.

Berdasarkan beberapa hasil penelitian terdahulu, diperoleh hasil bahwa

model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar

siswa. Mengacu pada penelitian terdahulu, maka penulis ingin melakukan

penelitian lagi dengan menggunakan model pembelajaran yang sama. Meskipun

demikian, terdapat perbedaan antara penelitian yang dilakukan kali ini, dengan

penelitian-penelitian terdahulu. Perbedaan tersebut adalah pada penelitian

terdahulu belum membandingkan perlakukan model Pembelajaran Berbasis

Masalah dalam upaya meningkatkan hasil belajar di Sekolah Dasar. Karena itu

penulis ingin mengangkat judul penelitian “Penerapan Model Pembelajaran

Berbasis Masalah (PBL) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS

Siswa Kelas V SD Negeri 01 Ampel Semester II Tahun Ajaran 2013/2014”.

2.6 Kerangka Pikir

Dalam kerangka berfikir dapat dilihat dalam bagan 2.3 berikut ini:

Tindakan:

SIKLUS I dan SIKLUS II

1. Orientasi siswa pada masalah: Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, bercerita

untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan

masalah

2. Menngorganisasi siswa untuk belajar: Guru membantu siswa untuk

mengidentifikasi dan mengorgasisasi tugas berhubungan dengan masalah

Kondisi Awal:

1. Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran di kelas

2. Pembelajaran di kelas masih bersifat konvensional

3. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS yang masih rendah dan belum

memenuhi KKM

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7954/3/T1_292010176_BAB II.pdf5 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori . Dalam penelitian ini,

22

2.7 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir, dapat dirumuskan hipotesis

penelitian sebagai berikut:

Penerapan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM), dapat

meningkatkan hasil belajar IPS siswa Kelas V SD Negeri 01 Ampel Semester II

Tahun Pelajaran 2013/2014.

tersebut

3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok: Guru mendorong

siswa mengumpulkan informasi untuk pemecahan masalah

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya: Guru membantu siswa untuk

menyajikan hasil karya yang akan di presentasikan didepan kelas

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecaham masalah: Guru membantu

siswa melakukan refleksi terhadap penyelidikan siswa dan proses-proses yang

mereka gunakan

1. Siswa menjadi aktif dalam proses pembelajaran di kelas

2. Penerapan model Pembelajaran Berbasis Masalah pada pembelajaran IPS dapat

meningkatkan kualitas pembelajaran dengan indikator: 85% siswa kelas V SD N

01 Ampel Semester II Tahun ajaran 2013/2014 mengalami ketuntasan belajar,

artinya minimal 34 dari 38 siswa yang mencapai KKM ≥70 dalam pembelajaran

IPS