bab ii kajian pustaka - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/44592/3/bab ii.pdf · surabaya belum...
TRANSCRIPT
-
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Review Penelitian Terdahulu
Dasar atau acuan yang berupa teori-teori atau temuan-temuan melalui hasil
berbagai penelitian sebelumnya merupakan hal yang sangat perlu dan dapat
dijadikan sebagai data pendukung. Salah satu data pendukung yang menurut
peneliti perlu dijadikan bagian tersendiri adalah penelitian terdahulu yang relevan
dengan permasalahan yang sedang di bahas dalam penelitian ini. Dalam hal
seperti ini fokus pada penelitian terdahulu yang dijadikan acuan adalah terkait
tentang pengelolaan dana bantuan operasional sekolah, oleh karena itu peneliti
harus melakukan langkah kajian terhadap beberapa hasil penelitian berupa tesis-
tesis dan jurnal yang ada di internet.
Bedasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan untuk memahami
fenomena-fenomena social dari sudut atau perspektif partisipan. Partisipan adalah
orang-orang yang di ajak berwawancara, diobservasi, dan diminta memberikan
data, pendapat, pemikiran dan persepsinya. Penelitian ini dilakukan melalui
penyelidikan dan pengamatan semua objek yang diteliti dengan mengungkapkan
semua fakta yang sudah ada pada saat penelitian berlangsung, mengenai
pengelolaan dana BOS di sekolah menengah pertama.
Erwantosi (2010), Tentang Analisis efektifas akuntabilitas dan transparansi
Bantuan Operasional Sekolah Pada Sekolah Menengah Pertama Di Kota Padang.
Hasil penelitian menunjukkan Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
-
10
pengelolaan BOS belum efektif dalam meningkatkan akses dan mutu pendidikan
pada sekolah menengah pertama. Pemberian prioritas yang memadai kepada siswa
miskin belum tercapai. Penggunaan dana BOS sebagian besar hanya terserap
untuk pembayaran honorarium guru dan pegawai. Akuntabilitas dan transparansi
dalam pengelolaan dana BOS masih sangat lemah dan belum memadai, hal ini
disebabkan dalam penggunaan dana BOS tidak banyak melibatkan guru dan
komite sekolah sebagai alat kontrol dalam perencanaan maupun dalam
penggunaan dana. Mekanisme yang menjamin pengelolaan dilaksanakan secara
transparan belum tersedia secara memadai, sehingga mengurangi tingkat
akuntabilitas pengelolaan program BOS.
Giyanto, (2013) Tentang Akuntabilitas Pengelolaan Dana Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) Di sekolah dasar negeri Belah 1 Kecamatan Donorojo
kabupaten pacitan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa akuntabilitas pengelolaan
dana BOS dari perencanaan, penyusunan anggaran dalam kategori transparan,
pelaksanaan dilakukan secara baik meskipun penyaluran dana masih terdapat
keterlambatan. Penggunaan dana sudah transparan sesuai dengan rencana yang
ditetapkan dalam penyusunan RKAS, pelaporan dilakukan secara baik,
monitoring/ pengawasan oleh pengawas TK dan SD dilakukan satu tahun sekali
sedangkan kepala sekolah setap tiga bulan sekali, menunjukan hasil yang
transparan dan akuntabel. Evaluasi oleh Tim Manajemen BOS kabupaten
dilakukan bersama bimbingan teknis pada akhir tahun, bandahara menguasai
semua pembukuan namun membutuhkan tenaga tata usaha partisipaasi komite
sekolah dan guru terhadap pengelolaan dan BOS menunjukkan hubungan yang
-
11
sangat baik. Sehingga secara umum akuntabilitas pengelolaan dana BOS dan
partisipasi komite sekolah/ masyarakat dan guru di SD Negeri Belah 1
dilaksanakan dan terjalin denagan baik transparan dan akuntabel.
Duta Aria Yudha, (2013) Tentang Tinjaun Terhadap pengelolaan Dana
Bantuan Operasional Sekolah Studi pada SMP Pawiyatan Surubaya. Hasil
penelitian menujukkan bahwa pengelolaan dana BOS di SMP Pawiyatan
Surabaya belum sepenuhnya efektif karena beberapa faktor yang mengarah pada
tercapainya tujuan pengelolaan dana banyak yang belum tercapai antara lain.
pertama aspek perencanaan, anggaran dana BOS yang diberikan kepada sekolah
dirasa masih terlalu sedikit dibandingkan dengan besaran biaya operasional yang
harus ditanggung oleh sekolah dan masalah pencairan dana yang per triwulan
dirasa terlalu lama sedangkan biaya operasional harus dikeluarkan sekolah tiap
bulan. Kedua aspek pelaksanaan, pada dasarnya seluruh penggunaan anggaran
sudah sesuai dengan juklak/juknis akan tetap minimnya sosialisasi kepada orang
tua menyebabkan banyak pihak yang salah paham masalah dana BOS padahal
sosialisasi adalah tahapan yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan
dan kelancaran pelaksanaan program. Ketiga aspek pertanggungjawaban, tidak
sedikit sekolah yang kesulitan dalam menyusun laporan keuangan karena tidak
semua sekolah memiliki tenaga yang kompeten dibidangnya.
Asnawi Prihatin Aulia, (2013) Tentang Evaluasi Program Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) Dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)
Tahun 2012 (Studi Pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Kabupaten
-
12
Bintan). Hasil Penelitian ini menunjukkan untuk mengevaluasi Program Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) Dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)
Tahun 2012 Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Kabupaten Bintan.
Dalam pembahasan ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Responden
terdiri dari 4 orang pegawaidan 1 orang informan kunci.Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif kualitatif.
Setelah dilakukan penelitian, hasil akhir penelitian dapat dievaluasi bahwa
Kebijakan Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Reguler Tahun 2012
(Studi Pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Kabupaten Bintan)
sudah berjalan baik. Pelaksanaan program tersebut sudah berjalan cukup efektif
karena sudahhamper mencapai hasil yang diharapkan, kemudian dari segi efisiensi
juga sudah baik bahwa sekolah sudah mengupayakan penggunaan dana BOS
dengan sebaik mungkin ini dapat dilihat dari adanya rencana kegiatan anggaran
sekolah yangsudah di rencanakan untuk melaksanakan kegiatan sekolah dengan
menggunakan dana Bantuan Operasional Sekolah.
Wahyuningsih Tika Dwi, (2016) Tentang Pengelolaan Dana Bantuan
Operasional (BOS) Di SMP 2 Gombong kabupaten kebumen tahun ajaran
2015/2016. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa 90% responden (guru 26
orang dan pegawai tata usaha 10 orang) menyatakan prosedur pengelolaan dana
BOS di SMPN 2 Gombong telah sesuai petunjuk teknis BOS tahun 2015 dan
hanya 10% responden (1 orang guru dan 3 orang pegawai tata usaha) menyatakan
tidak sesuai. Terkait penggunaan dana BOS di SMPN 2 Gombong, 90%
responden (guru 25 orang dan pegawai tata usaha 11 orang) menyatakan sudah
-
13
sesuai petunjuk teknis BOS tahun 2015 dan hanya 10% (2 orang guru dan 2 orang
pegawai tata usaha) menyatakan tidak sesuai. Selanjutnya, terkait sasaran dana
BOS di SMPN 2 Gombong, 97,5% responden (guru 26 orang dan pegawai tata
usaha 13 orang) menyatakan sudah tepat dan hanya 2,5% (1 orang guru)
menyatakan tidak tepat sasaran. Jadi, dapat disimpulkan sebagian besar responden
berpendapat bahwa pengelolaan dana BOS di SMPN 2 Gombong tahun ajaran
2015/2016 dari prosedur pengelolaan, penggunaan, dan sasaran dana BOS sudah
sesuai petunjuk teknis penggunaan dana BOS tahun 2015.
Jenis penelitian yang digunakan adalah desain studi kasus yang berupa yang
menelaah sebanyak mungkin data mengenai subjek yang diteliti. Dalam penelitian
ini, peneliti berusaha untuk memahami secara mendalam data yang sudah ada
mengenai pengelolaan dana BOS di sekolah menengah pertama yang dihasilkan
melalui wawancara yang mendalam, pengamatan non partisipan, catatan lapangan,
serta data dokumenter.
Peneliti turun langsung ke lapangan dan berusaha mengumpulkan data secara
lengkap sesuai dengan fokus penelitian yang berhubungan dengan evaluasi
pelaksanaan program BOS tingkat sekolah menengah pertama di kecamatan
kopang kabupaten lombok tengah
Data yang dihimpun sesuai fokus penelitian berupa kata-kata, tindakan,
situasi, dokumen dan peristiwa yang diobservasi. Peneliti sekaligus bertindak
sebagai instrumen penelitian dalam kegiatan pengumpulan data yang dilakukan
-
14
dengan kegiatan mencatat dan mengamati objek-objek yang terkait dengan fokus
penelitian.
B. Konsep Akuntabilitas
Mardiasmo (2009) menjelaskan akuntabilitas publik adalah kewajiban pihak
pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertagungjawaban, menyajikan
peloporan dan mengungkapkan aktivitas atau kegiatan yang menjadi tanggung
jawabnya kepada pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewajiban
untuk meminta pertanggungjawaban tersebut. Akuntabilitas terdiri atas dua
macam yaitu: (1) Akuntabilitas vertikal (vertical accountability), dan (2)
akuntabilitas horisontal (horizontal accountability). Pertanggungjawaban vertikal
(vertical accountability) adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana
kepada otoritas yang lebih tinggi, misalnya pertanggungjawaban unit-unit kerja
(dinas) kepada pemerintahan daerah, pertanggungjawaban pemerintah daerah
kepada pemerintah pusat, dan pemerintah pusat kepada MPR.
Pertanggungjawaban horisontal (horizontal accountability) adalah
pertanggungjawaban kepada masyarakat luas.
Menurut Ulum (2008) akuntabilitas merupakan konsep yang luas yang
mensyaratkan agar pemerintah memberikan laporan mengenai penguasaan atas
dana-dana public dan penggunaannya sesuai peruntukan. Di samping itu
pemerintah juga harus dapat mempertanggungjawabkan kepada rakyat mengenai
penghimpunan sumber-sumber dana public dan tujuan penggunaannya.
Akuntabilitas sektor pemerintahan dapat dilihat dari berbagai sudut pandang
yaitu sudut pandang akuntansi, sudut pandang ungsional dan sudut pandang cirri
-
15
utama akuntabilitas. Dari sudut pandang akuntansi, menurut Committee on
Concepts of Accounting Applicable to the Publik Sector dari American Accounting
Association, untuk memenuhi akuntabilitas harus melaporkan empat hal yaitu :
a. Akuntabilitas untuk sumber-sumber keuangan
b. Akuntabilitas untuk ketaaatan dan kepatuhan kepada persyaratan legal dan
kebijakan administratif
c. Akuntabilitas untuk efisiensi dan kehematan dalam operasi
d. Akuntabilitas untuk hasil program dan efektifitasnya
Dari sudut ciri utama akuntabilitas, maka akuntabilitas tersebut dilihat
sebagai alat untuk manajemen pemerintah yang mempunyai ciri-ciri fokus
utama adlah keluaran (output), menggunakan indikator untuk mengukur kinerja,
memberikan informasi untuk pengambilan keputusan, menghasilkan data yang
konsisten melaporkan hasil (outcomes) secara berkala kepada publik.
Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan akuntabilitas adalah
kewajiban pihak pemegang amanah untuk memberikan pertanggungjawaban atas
segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak
pemberi amanah. Akuntabilitas terdiri dari akuntabilitas vertikal yaitu
pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas lebih tinggi dan
akuntabilitas horisontal yaitu pertanggungjawaban kepada masyarakat.
Akuntabilitas juga mensyaratkan agar pemerintah memberikan laporan
mengenai penguasaan atas dana-dana publik dan penggunaannya sesuai dengan
peruntukannya juga harus dapat mempertanggungjawabkannya kepada
-
16
masyarakat mengenai penghimpunan sumber-sumber dana publik dan tujuan
penggunaannya.
C. Konsep Transparansi
Mardiasmo (2002) Transparasi berarti keterbukaan (oppensess) pemerintah
dalam memberikan informasi yang terkait dengan aktivitas pengelolaan sumber
daya publik kepada pihak-pihak yang membutuhkan informasi. Mardiasmo
(2006), menyebutkan anggaran yang disusun oleh pihak eksekutif dikatakan
transparansi jika memenuhi beberapa kriteria berikut :
a. Terdapat pengumuman kebijakan anggaran
b. Tersedia dokumen anggaran dan mudah diakses
c. Tersedia laporan pertanggungjawaban yang tepat waktu
d. Terakomodasinya suara usulan rakyat
e. Terdapat sistem pemberian informasi kepada public
D. Konsep Akuntabilitas Kinerja
a. Akuntabilitas Internal
Akuntabilitas internal berlaku untuk setiap tingkatan dalam organisasi
internal penyelenggaraan Negara termasuk pemertintah di mana setiap jabatan
atau petugas public baik individu atau kelompok berkewajiban untuk
mempertanggungjawabkan kepada atasannya langsung mengenai perkembangan
kinerja atau hasil pelaksanaan kegiatannya secara periodic atau sewaktu-waktu
bila dipandang perlu.
-
17
b. Akuntabilitas Eksternal
Terdapat setiap lembaga negara sebagai suatu organisasi untuk
mempertanggungjawabkan semua amanat yang telah diterima dan telah pula
dilaksanakan untuk kemudiam dikomunikasikan kepada pihak eksternal dan
lingkungannya.
Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa akuntabilitas kinerja
adalah perwujudan kewajiban suatu instansi untuk mempertanggungjawabkan
keberhasilan maupun kegagalan pelaksaan misi organisasi dalam mencapai
tujuan,. Terdapat dua tipe akuntabilitas yaitu akuntabilitas internal yaitu
pertanggungjawaban hasil pelaksanaan kegiatan kepada atasannya langsung, dan
akuntabilitas eksternal yaitu pertanggungjawaban semua amanat yang telah
diterima dan dilaksanakan kepada pihak masyarakat.
E. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 80 Tahun 2015 Tentang Teknis Penggunaan Dan
Pertanggungjawaban Keuangan Dana Bantuan Operasional Sekolah
Pasal 6
Prinsip Pengunaan Dana BOS
Prinsip dalam pelaksanaan penggunaan dana BOS meliputi:
1. Efisien, yaitu harus diusahakan dengan menggunakan dana dan daya yang
ada untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam waktu sesingkat-
singkatnya dan dapat dipertanggung jawabkan.
-
18
2. Efektif, yaitu harus sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan dan
dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya sesuai dengan sasaran
yang ditetapkan.
3. Transparan, yaitu menjamin adanya keterbukaan yang memungkinkan
masyarakat dapat mengetahui dan mendapatkan informasi mengenai
pengelolaan dana BOS.
4. Akuntabel, yaitu pelaksanaan kegiatan dapat dipertanggung jawabkan;
5. Kepatutan, yaitu penjabaran program/kegiatan harus dilaksanakan secara
realistis dan proporsional, dan
6. Manfaat, yaitu pelaksanaan program/kegiatan yang sejalan dengan
prioritas nasional yang menjadi urusan daerah dalam kerangka
pelaksanaan desentralisasi dan secara riil dirasakan manfaatnya dan
berdaya guna bagi sekolah.
F. Penggunaan Dana Bos Menurut Permendikbud Nomor 80 Tahun 2015
Komponen Pembiayaan Dana BOS
1. Pengembangan perpustakaan.
2. Kegiatan penerimaan peserta didik baru.
3. Kegiatan pembelajaran dan ekstrakulikuler.
4. Kegiatan ulangan dan ujian.
5. Pembelian bahan habis pakai.
6. Langganan daya dan jasa.
7. Perawatan sekolah/Rehab ringan dan sanitasi sekolah.
-
19
8. Pembayaran honorarium bulanan.
9. Pengembangan Profesi Guru dan Tenaga Kependidikan.
10. Membantu Peserta Didik Miskin.
11. Pembiayaan Pengelolaan Sekolah.
12. Pembelian dan Perawatan Perangkat Komputer.
13. Biaya Lainnya.
G. Prinsip-prinsip Pengelolaan Keuangan Pendidikan
Penggunaan anggaran dan keuangan dari sumber manapun, apakah itu dari
pemerintah ataupun dari masyarakat perlu didasarkan pada prinsip-prinsip umum
pengelolaan keuangan, adapun prinsip-prinsip pengelolaan keuangan pendidikan
menurut Suryana (2008) sebagai berikut :
1. Hemat, tidak mewah, efisien dan sesuai dengan kebutuhan teknis yang
disyaratkan.
2. Terarah dan terkendali sesuai dengan rencana, program/kegiatan.
3. Terbuka dan transparan, dalam pengertian dari dan untuk apa keuangan
lembaga tersebut perlu dicatat dan dipertanggungjawabkan serta disertai
bukti penggunaannya.
4. Sedapat mungkin menggunakan kemampuan/hasil produksi dalam negeri
sejauh hal ini dimungkinkan.
Dengan penjelasan di atas sudah jelas pengelolaan terhadap pendidikan harus
bisa terarah dan terkendali sesuai dengan rencana yang sudah ada dan terbuka/
-
20
transparan, dalam arti dari mana dana tersebut untuk apa keuagan lembaga perlu
dicatat dan dipertanggungjawabkan dan disertai dengan bukti penggunaannya.
H. Pertanggung Jawaban Keuangan Sekolah
Semua pengeluaran keuangan sekolah dari sumber manapun harus
dipertanggung jawabkan, hal tersebut merupakan bentuk transparansi dalam
pengelolaan keuangan. Namun demikian prinsip transparansi dan kejujuran dalam
pertanggung jawaban tersebut harus tetap dijunjung tinggi. Dalam kaitan dengan
pengelolaan keuangan tersebut, yang perlu diperhatikan oleh bendaharawan
menurut Suryana (2008) adalah:
1. Pada setiap akhir tahun anggaran, bendahara harus membuat laporan
keuangan kepada komite sekolah untuk dicocokkan dengan RAPBS.
2. Laporan keuangan tersebut harus dilampiri bukti-bukti pengeluaran yang
ada.
3. Kwitansi atau bukti pembelian atau bukti penerimaan dan bukti
pengeluaran lain.
4. Neraca keuangan juga harus ditunjukkan untuk diperiksa oleh tim
pertanggungjawaban keuangan dari komite sekolah.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pertanggungjawaban
keuagan sekolah harus sesuai dengan peraturan-peraturan yang telah ditentukan
oleh pemerintah dan bisa di pertanggungjawaban dalam pengelolaan dana BOS.
-
21
I. Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) adalah program pemerintah yang berasal
dari realokasi dana subsidi BBM (PKPS-BBM) di bidang pendidikan. Program ini
bertujuan untuk membebaskan biaya pendidikan bagi siswa yang tidak mampu
dan meringankan bagi siswa lain. Dengan BOS diharapkan siswa dapat
memperoleh layanan pendidikan dasar yang lebih bermutu sampai tamat dalam
rangka penuntasan wajib belajar Sembilan tahun. Sasaran program BOS adalah
semua sekolah setingkat SD dan SMP, baik negeri maupun swasta di seluruh
indonesia. Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang dimaksud dalam PKPS
BBM Bidang Pendidikan ini mencakup komponen untuk biaya operasional non
personil.
J. Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dana BOS
(Anggraini 2001) Akuntabilitas di dalam penelitian ini berarti sebuah
pertanggungjawaban terhadap penggunaan dana BOS yang diperoleh oleh sekolah
sebagai satu-satunya sumber keuangan dalam program (RKAS) sebagai sumber
dana yang digunakan untuk kegiatan yang ada di sekolah dan dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan oleh
peraturan yang sudah berlaku. maka sekolah seharusnya membelanjakan uang
secara bertanggungjawab agar sesuai dengan peraturan yang suda ada .
Hal ini berarti sekolah sebagai instansi pendidikan wajib memberikan
pertanggung jawaban kepada orang tua, masyarakat, dan pemerintah terkait
pengelolaan anggaran dana BOS dalam program RKAS, untuk hal ini sekolah
juga harus bisa memberikan pendidikan yang bemutu terhadap siswa dan
-
22
mendukung siswa yang berprestasi agar siswa termotifasi dalam belajar dan
bersaing.
Setiap sekolah wajib menyusun RKAS sebagaimana diamatkan didalam pasal
53 peraturan pmerintah No. 19 tahun 2005 tentang standar Nasional pendidikan,
Yaitu rencana kerja tahunan hendaknya membuat rancana dan anggaran sekolah
(RKAS) untuk setiap masa kerja tahunan.
Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) merupakan rencana
perolehan pembiayaan pendidikan dari berbagai sumber pendapatan serta susunan
program kerja tahunan yang terdiri dari sejumlah kegiatan rutin serta beberapa
kegiatan lainnya disertai rincian rencana pembiayaannya dalam satu tahun
anggaran.
Setelah dibuat perencanaan program RKAS, sekolah juga melakukan
pertanggung jawaban setiap triwulan dengan mengirimkan formulir BOS-K1,
BOS-K2, BOS-06B, dan BOS-K7 kepada UPTD dan Tim BOS Pusat sebagai
laporan pertanggung jawaban kepada atasan. Serta, menempelkan formulir BOS-
K1 di papan pengumuman sekolah sebagai bentuk keterbukaan dan pertanggung
jawaban kepada masyarakat.Hal ini sesuai dengan pandangan Wardoyo yang
menyatakan bahwa pengelolaan adalah suatu rangkaian kegiatan yang berintikan
perencanaan, pengorganisasian, pergerakan, dan pengawasan dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
K. Transparansi Terhadap Pengelolaan Keuagan Dana BOS
Transparansi merupakan prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi
setiap orang untuk memperolah imformasi tenyang penyelenggaraan
-
23
pemerintahan, yakni imformasi tentang kebijakan proses pembuatan dan
pelaksanaannya, serta hasil-hasil yang di capai. Transparansi, bahwa transparansi
dalam peyelengaraan pelayana publik adalah terbuka, mudah dan dapat diakses
oleh semua pihak yang membutuhkan secara memadai dan mudah dimengerti
(Jamal Ma’mur 2012:228).
Transparansi dalam pengelolaan keuangan suatu lembaga pendidikan sangat
diperlukan dalam rangka meningkatan dukungan orang tua, masyarakat, dan
pemerintah dalam penyelenggaraan seluruh program pendidikan di sekolah. Di
samping itu, Transparansi dapat menciptakan timbal balik anatara pemerintah,
Masyarakat, orang tua siswa, dan warga sekolah melalui pnyediaan informasi dan
menjamin kemudahan dalam memperolah informasi yang akurat dan memadai.
Transparansi juga dapat menciptakan kepercayaan timbal balik antara
pemerintah, masyarakat dan warga sekolah melalui penyediaan informasi dan
menjamin kemudahan dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai.
pengelola dana BOS harus mampu mempertanggung jawabkan hasil pengelolaan
anggaran dana BOS tidak hanya kepada pemerintah saja, tetapi juga kepada
masyarakat yang dalam hal ini Komite Sekolah dan Wali Murid. Hal tersebut
sebagai bentuk pertanggung jawaban sekolah terhadap program sekolah yang
dijalankan.
Tidak hanya transparansi, dalam pengelolaan anggaran dana BOS partisipasi
juga mempunyai peran besar dalam mendinamisasi sekolah dari berbagai unsur,
salah satunya adalah masyarakat yang dalam hal ini Komite Sekolah dan Wali
-
24
Murid. Partisipasi menurut (Resbin L. Sihite) adalah bebagai aktivitas yang
dilakukan oleh individu atau kelompok dalam suatu program atau kegiatan
tertentu, sehingga bemakna dalam pencapaian tujuan. Sihite menambahkan, wujud
dari partisipasi yang diberikan dapat berupa pemikiran, tindakan, sumbangan
dana atau barang yang berguna bagi prgram ataupun pencapaian tujuan.
Sehingga, jika dikaitkan dengan penelitian ini partisipasi merupakan
keterlibatan dan peran serta dalam menyampaikan ide gagasan, mengambil,
keputusan, melaksanakan, mengawasi dan mengevaluasi dalam pengelolaan
anggaran dana BOS. Partisipasi dalam anggaran dan BOS dapat dilihat dengan
keterlibatan masyarakat dalam hal komite sekolah dan wali murid yang ikut serta
dalam penyusunan rencana anggaran sekolah dalam program RKAS. Dengan
keterlibatan masyarakat dalam hal ini bisa membantu sekolah dalam hal
memmamfaatkan atau menyampaikan kritikan, masukan, dan lain-lain.
L. Pengelolaan dana BOS
Menurut Harsoyo (2005), pengelolaan adalah suatu istilah yang berasal dari
kata, kelola mengandung arti serangkaian usaha yang bertujuan untuk menggali
dan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki secara efektif dan efisien guna
mencapai tujuan tertentu yang telah ditentukan.
Jamal Ma‟mur Asmani (2012) Berdasarkan definisi pengelolaan oleh para
ahli terdapat perbedaan-perbedaan, hal ini disebabkan karena para ahli meninjau
pengertian dari sudut yang berbeda-beda. Ada yang meninjau dari segi
pengelolaan dari segi fungsi, benda, kelembagaan, dan ada yang meninjau
-
25
pengelolaan sebagai suatu kesatuan. Namun jika dipelajari, pada prinsipnya
definisi-definisi tersebut mengandung pengertian dan tujuan yang sama.
Secara umum, proses pengelolaan anggaran dana Bantuan Operasional
Sekolah (BOS) meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pelaporan, dan
pertanggungjawaban. Pengelolaan merupakan inti dalam pelaksanaan proses
penganggaran dana BOS. Pengelolaan merupakan suatu proses yang rasional dan
sistematis dalam menetapkan anggaran kegiatan yang akan dilaksanakan dalam
kegiatan pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengertian
tersebut mengandung unsur-unsur bahwa di dalam pengelolaan ada proses, ada
kegiatan yang rasional dan sistematis serta adanya tujuan yang akan dicapai.
Agar pengelolaan dana BOS dapat terserap secara efisien dan efektif dalam
pendidikan di sekolah, diperlukan manajemen pengelolaan keuagan yang baik.
Pernama (2005:2) menyatakan, Manajamen keuagan sekolah merupakan proses
perencanaan, penggalian sumber, penyusunan anggaran dan penggunaan serta
pelaporan keuagan di tingkat sekolah/SMP perencanaan juga dapat dikatakan
sebagai fungsi terpenting diantara fungsi-fungsi yang lainnya.
Pelaporan dilaksanakan dalam suatu periode tertentu sesuai dengan peraturan
yang berlaku Isi laporan sesuai dengan isi pertanggungjawaban dengan
menggunakan format-format tertentu. Laporan disampaikan kepada pihak yang
terkait seperti pemerintah, komite, dan orang tua siswa, masyarakat, dan
penyumbang dana. (Depdiknas 2003: 30)
-
26
Perecanaan pada intinya merupakan proses memprsiapakan seragkaian
pengambilan keputusan untuk dilakukan tindakan didalam mencapai tujuan
organsasi. Perencanaan merupakan menetukan apa-apa yang diadakan dan
dikerjakan, Perencanaan adalah proses dasar dari suatu kegiatan penglolaan
sebelum memutuskan untuk melakukan aktivitas, sehimgga perencanaan syarat
mutlakmdalam suatu kegiatan pengelolaan. Seperti yang di kemukakan nanang
fattah (2004: 49) Perencanaan suatu tindakan menetapkan terlebih dahulu apa
yang dikerjakan ,bagaimana mengerjakannya, apa yang harus dikerjakan dan siapa
yang mengerjakannya.
Bagaimana proses perncanaan pendidikan dilakukan langkah-langkah dalam
kegiatan perencanaan dikemukakan oleh M. Ngalim Purwanto (2005 : 15) sebagai
berikut:
1. Menentukan dan merenugkan tujuan yang hendak dicapai.
2. Meneliti masalah-masalah atau pekerjaan yang akan dilaksanakan.
3. Mengumpulkan data dan imformasi-imformasi yang diperlukan.
4. Menentukan tahap-tahap atau rangkaian tindakan.
5. Merumuskan bagaimana masalah-masalah itu akan dipecahkan dan
bagaiamana pekerjaan itu dilaksanakan.
Penganggaran sekolah adalah suatu rencana operasioanal dalam kegiatan
sekolah yang mendukung perincian pendapatan dan pengeluaran biaya dalam
jangka waktu serta tahunan anggaran. Rencana anggaran pendapatan dan belanja
(RAPBS) memuat:
-
27
1. Rencana dan penanggungjawab kegiatan
2. Perincian program
3. Perencian kebutuhan barang dan sarana serta jumlah total anggaran
menyeluruh serta keterkaitannya dengan kegiatan pada periode-periode
tertentu.
4. Sumber dana yang terdiri atas jumlah sumber dana dan perinciannya.
Agar rencana anggaran pendapatan dan belanja sekolah (RAPBS) dapat tepat
sesuai kebutuhan maka dalam penyusunannya perlu keterlibatan semua pihak di
sekolah baik kepala sekolah, guru, karyawan, komite sekolah dan menampung
saran dan usul dari orang tua siswa. Tersedianya data yang memadai juga akan
sangat membantu dalam mewujudkan RAPBS yang efektif dan efisien.
Pemanfaatan yang berupa Dana yang tersedia harus digunakan sesuai dengan
pengalokasian yang tercantum dalam rencana anggaran pendapatan dan belanja
sekolah (RAPBS). Pengeluaran dana disesuaikan dengan keperluan dan harus
bersifat transparan. Untuk mewujudkan transparasi maka ada pemisahan antara
pemegang keuangan dan petugas belanja barang. Pembelanjaan barang dilakukan
oleh tim yang ditunjuk oleh kepala sekolah dan pembayarannya dilakukan oleh
bendahara sekolah. Barang yang sudah dibeli juga perlu dicek dan dicatat oleh
petugas penerima barang, baik barang modal maupun barang habis pakai.
Pengeluaran uang untuk pembiayaan baik gaji, honor, transport, jasa, pembelian
barang dan sebagainya harus dengan bukti kwitansi atau bentuk lain sebagai bukti
tertulis yang harus dilampirkan dalam laporan pertanggungjawaban keuangan.
-
28
M. Rencana Anggaran Pendapatan Dan Belanja Sekolah (RAPBS)
Menurut Suryana (2008) anggaran adalah rencana yang diformulasikan dalam
bentuk rupiah dalam jangka waktu atau periode tertentu, serta alokasi sumber-
sumber kepada setiap bagian kegiatan. Anggaran memiliki peran penting di dalam
perencanaan, pengendalian dan evaluasi kegiatan yang dilakukan sekolah.
Sekolah bersama komite atau majelis sekolah pada setiap awal tahun anggaran
perlu bersama-sama merumuskan Rencana Anggaran Pendapatan Dan Belanja
Sekolah (RAPBS) sebagai acuan bagi pengelola sekolah dalam melaksanakan
manajemen keuangan sekolah yang baik.
N. Langkah-langkah Penyusunan RAPBS
Menurut Sutedjo (2009) dalam penyusunan RAPBS adalah harus menerapkan
prinsip anggaran berimbang, artinya rencana pendapatan dan pengeluaran harus
berimbang dan diupayakan tidak terjadi anggaran pendapatan minus. Dengan
anggaran berimbang tersebut maka kehidupan sekolah akan menjadi solid dan
benar-benar kokoh dalam hal keuangan, maka sentralisasi pengelolaan keuangan
perlu difokuskan pada bendaharawan sekolah, dalam rangka untuk mempermudah
pertanggungjawaban keuangan. Adapun langkah-langkah penyusunan RAPBS
menurut Suryana (2008) adalah sebagai barikut :
1. Menginventarisasi rencana yang akan dilaksanakan.
2. Menyusun rencana berdasarkan skala prioritas pelaksanaannya.
3. Menentukan program kerja dan rincian program.
4. Menetapkan kebutuhan untuk pelaksanaan rincian program.
-
29
5. Menghitung dana yang dibutuhkan.
6. Menentukan sumber dana untuk membiayai rencana.
O. Alokasi dana dan Anggaran dana BOS
Menurut (Depdiknas, 2009) pengalokasian adalah suatu rencana penetapan
jumlah dan prioritas uang yang akan digunakan dalam pelaksanaan pendidikan di
sekolah. Alokasi keuangan sekolah negeri dan swasta terdiri dari:
1. Alokasi pembangunan fisik dan non fisik.
Alokasi kegiatan rutin, seperti belanja pegawai, kegiatan belajar mengajar,
pembinaan kesiswaan dan kebutuhan yang harus di beli oleh sekolah. Menurut
mahaimin (2010:357) anggaran merupakan rencana yang dalam bentuk rupiah
untuk jangka waktu tertentu sertai alokasi sumber-sumber kepada setiap bagian
aktivitas.
P. Pengelolaan Keuangan dana BOS
Menurut (Depdiknas, 2007:6) setiap kegiatan perlu diatur agar berjalan
dengan tertib, lancar, efektif dan efisien. Keuangan sekolah merupakan bagian
yang sangat penting karena setiap kegiatan sekolah membutuhkan uang. Untuk
itu, kegiatan pengelolaan keuangan sekolah perlu dilakukan dengan baik dan bisa
membantu sekolah dalam melaksankan pengelolaan dan BOS menurut peraturan-
peraturan yang sudah ada.
Menurut Mulyono (2010:147) keberhasilan sekolah dalam melakukan atau
menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas dan juga tidak terlepas dari
-
30
perencanaan anggaran pendidikan yang sudah sesuai standar serta pengalokasian
dana pendidikan yang tepat sasaran dan efektif.
Pembiayaan pendidikan tidak hanya menyangkut analisis sumber-sumber
pendapatan pendidikan aja, Namun lebih kepada penggunaan dana secara efektif
dan efisien. Semakin efisien dana yang digunakan dalam proses pendidikan, maka
berkurang pula dana yang diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuannya. Dengan
pencapaian efisiensi dana pendidikan, maka tercapai pula efektifitas kegiatan
dalam pencapaian tujuan pendidikan. Tugas manajemen keuangan.
Menurut Multono (2010:146) dapat dibagi menjadi tiga fase yaitu:
a) Perencanaan finansial ( budgeting) yaitu kegiatan mengkoordinasikan semua
sumber daya yang tersedia untuk mencapai sasaran yang diinginkan secara
sistematis tanpa menyebabkan efek samping yang merugikan.
b) Pelaksanaan anggaran yaitu kegiatan yang bedasarkan rencana yang telah
dibuat oleh pemerintah dan kemungkinan terjadi penyesuaian jika diperlukan.
c) Evaluasi (evaluation invalues) yaitu merupakan proses evaluasi terhadap
pencapaian sasaran.