bab ii kajian pustaka -...

15
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Hasil belajar mengacu pada segala sesuatu yang menjadi milik peserta didik sebagai akibat dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Oleh karena itu setiap mata pelajaran mempunyai tugas tersendiri dalam membentuk pribadi peserta didik , hasil belajar untuk suatu mata pelajaran berbeda dari tiap pelajaran. (Hermawan, 2008:10.20). Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui suatu kegiatan belajar. Menurut Benjamin S. Bloom ( Abdurrahman, Tri Yulianto, 2011 ) ada tiga ranah ( domain ) hasil belajar, yaitu : kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam kegiatan pembelajaran, hasil belajar ini dinyatakan dalam rumusan tujuan. Oleh karena itu setiap pelajaran menuntut hasil belajar yang berbeda dari mata pelajaran. Gagne menemukan 5 kategori hasil belajar yaitu: 1. Informasi Verbal Informasi Verbal adalah kemampuan yang menuntut peserta didik untuk memberikan tanggapan khusus terhadap stimulus yang relatif khusus (Dick dan Corey, 1990). Dalam kemampuan ini tidak ada tuntutan untuk menggunakan simbol, memecahkan masalah atau menerapkan aturan. Untuk menguasai kemampuan ini peserta didik hanya dituntut untuk menyimpan informasi dalam sistem ingatannya. Kemampuan menyebutkan nama-nama gunung suatu contoh kemampuan yang termasuk dalam kategori informasi verbal. 2. Keterampilan Intelektual Menurut Dick dan Carey (1990) keterampilan intelektual adalah kemampuan yang menuntut peserta didik untuk melakukan kognitif yang unik. Unik disini artinya bahwa peserta didik harus mampu memecahkan suatu permasalahan dengan menerapkan informasi yang belum pernah dipelajari. Seorang peserta didik dianggap telah menguasai kemampuan ini apabila peserta didik tersebut menunjukkan kemampuan dalam membedakan karakteristik fisik yang dimiliki obyek.

Upload: doankhue

Post on 04-May-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7716/2/T1_262011873_BAB II.pdf · Menurut Dick dan Carey (1990) keterampilan intelektual adalah

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1 Hasil Belajar

Hasil belajar mengacu pada segala sesuatu yang menjadi milik peserta didik

sebagai akibat dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Oleh karena itu setiap mata

pelajaran mempunyai tugas tersendiri dalam membentuk pribadi peserta didik , hasil

belajar untuk suatu mata pelajaran berbeda dari tiap pelajaran. (Hermawan,

2008:10.20).

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui suatu

kegiatan belajar. Menurut Benjamin S. Bloom ( Abdurrahman, Tri Yulianto, 2011 ) ada

tiga ranah ( domain ) hasil belajar, yaitu : kognitif, afektif, dan psikomotor.

Dalam kegiatan pembelajaran, hasil belajar ini dinyatakan dalam rumusan

tujuan. Oleh karena itu setiap pelajaran menuntut hasil belajar yang berbeda dari mata

pelajaran. Gagne menemukan 5 kategori hasil belajar yaitu:

1. Informasi Verbal

Informasi Verbal adalah kemampuan yang menuntut peserta didik untuk

memberikan tanggapan khusus terhadap stimulus yang relatif khusus (Dick dan

Corey, 1990). Dalam kemampuan ini tidak ada tuntutan untuk menggunakan simbol,

memecahkan masalah atau menerapkan aturan. Untuk menguasai kemampuan ini

peserta didik hanya dituntut untuk menyimpan informasi dalam sistem ingatannya.

Kemampuan menyebutkan nama-nama gunung suatu contoh kemampuan yang

termasuk dalam kategori informasi verbal.

2. Keterampilan Intelektual

Menurut Dick dan Carey (1990) keterampilan intelektual adalah kemampuan yang

menuntut peserta didik untuk melakukan kognitif yang unik. Unik disini artinya

bahwa peserta didik harus mampu memecahkan suatu permasalahan dengan

menerapkan informasi yang belum pernah dipelajari. Seorang peserta didik

dianggap telah menguasai kemampuan ini apabila peserta didik tersebut

menunjukkan kemampuan dalam membedakan karakteristik fisik yang dimiliki obyek.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7716/2/T1_262011873_BAB II.pdf · Menurut Dick dan Carey (1990) keterampilan intelektual adalah

7

Dengan demikian segala kemampuan yang menuntut peserta didik menggunakan

informasi simbolik merupakan kemampuan intelektual.

3. Strategi Kognitif

Strategi Kognitif ini mengacu pada kemampuan mengontrol proses internal yang

dilakukan oleh individu dalam memilih dan memodifikasi, cara berkonsentrasi,

belajar mengingat dan berpikir (Gagne, Briggs dan Wager; 1992) peserta didik telah

menguasai kemampuan strategi kognitif. Apabila peserta didik tersebut mampu

menerapkan teknik membaca yang memudahkannya untuk mengingat dan

memahami apa yang dibacanya, serta mampu memilih teknik khusus untuk berpikir

cara menganalisa masalah.

4. Sikap

Sikap ini mengacu pada kecenderungan untuk membuat pilihan atau keputusan

untuk bertindak di bawah kondisi tertentu atau dikaitkan dengan hasil belajar sikap

adalah kemampuan peserta didik dalam menentukan pilihan atau bertindak sesuai

dengan sistem nilai yang diyakininya.

5. Ketrampilan Motorik

Ketrampilan Motorik ini mengacu pada kemampuan melakukan gerakan atau

tindakan terorganisasi yang direfleksikan melalui kecepatan, ketepatan, ketakutan,

kehalusan gerakan. (Gagne, Briggs dan Wager; 1992).

Romiszowski (Abdurrahman, Tri Yulianto, 2011 ) hasil belajar merupakan

keluaran ( outputs ) suatu sistem pemrosesan masukan (inputs ). Masukan dari sistem

tersebut berupa bermacam-macam informasi, sedangkan keluarannya adalah

perbuatan / kinerja (performence). Perbuatan merupakan petunjuk bahwa proses belajar

telah terjadi. Hasil belajar dapat dikelompokkan dalam dua macam : pengetahuan dan

keterampilan. Pengetahuan terdiri dari empat kategori, yaitu : (1) pengetahuan tentang

fakta, (2) pengetahuan tentang prosedur, (3) pengetahuan tentang konsep, (4)

pengetahuan prinsip. Keterampilan juga terdiri dari empat kategori, yaitu : (1)

keterampilan untuk berpikir atau keterampilan kognitif, (2) keterampilan untuk bertindak

atau keterampilan motorik, (3) keterampilan bereaksi atau bersikap, (4) keterampilan

berinteraksi.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7716/2/T1_262011873_BAB II.pdf · Menurut Dick dan Carey (1990) keterampilan intelektual adalah

8

John M. Keller ( Abdurrahman, Tri Yulianto, 2011 ) memandang hasil belajar

sebagai keluaran dari suatu sistem pemrosesan berbagai masukan yang berupa

informasi. Masukan dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu masukan yang

berasal dari pribadi ( personal inputs ) dan masukan yang bersal dari lingkungan (

environmental inputs ). Masukan pribadi terdiri dari empat macam, yaitu : (1) motivasi,

(2) harapan untuk berhasil, (3) inteligensi dan penguatan awal, (4) evaluasi kognitif.

Masukan yang berasal dari lingkungan terdiri dari tiga macam, yaitu : (1) rancangan dan

pengelolaan motivasional, (2) rancangan dan pengelolaan kegiatan belajar, (3)

rancangan dan pengelolaan ulangan penguatan. Kualitas masukan yang diperoleh anak

akan mempengaruhi keluaran yang bisa ditunjukkan peserta didik .

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tentang hasil belajar dapat diambil

beberapa kunci, yaitu : keluaran, masukan, pemrosesan, dan ranah. Jadi dapat

disimpulkan bahwa hasil belajar adalah keluaran yang dapat ditunjukkan peserta didik

setelah melakukan kegiatan memproses masukan yang diterima dalam ranah kognitif,

afektif, maupun psikomotor yang bersifat relatif menetap / bertahan dan dapat diamati.

Hasil belajar peserta didik dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu: (1) Motivasi

dan nilai, (2) Harapan untuk hasil, (3) Inteligensi dan penguasaan awal, (4) evaluasi

kognitif, (5) kegiatan pembelajaran yang diikuti, (6) ulangan / penguatan.

2.1.2 Hakikat Ilmu Pengetahuan alam

Mata pelajaran IPA berfungsi untuk memberikan pengetahuan tentang

lingkungan alam, mengembangkan ketrampilan, wawasan dan kesadaran teknologi

dalam kaitan dengan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari. (Hermawan,

207:818). Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di sekolah dasar mulai diajarkan di

kelas I dengan lebih bersifat memberi pengetahuan melalui pengamatan terhadap

berbagai jenis dan perangai lingkungan alam serta lingkungan buatan.

Belajar IPA bagi peserta didik berarti cara mencari tahu tentang alam secara

sistematis. Belajar IPA akan membuat peserta didik bukan hanya menguasai

pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip. Tetapi juga

proses penemuannya. IPA merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas

tentang fakta serta gejala alam menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7716/2/T1_262011873_BAB II.pdf · Menurut Dick dan Carey (1990) keterampilan intelektual adalah

9

juga faktual. Hakekat IPA sebagai proses diwujudkan dengan melaksanakan

pembelajaran yang melatih ketrampilan proses bagaimana cara produk sains

ditemukan.

Keterampilan proses yang perlu dilatih dalam pembelajaran IPA meliputi

ketrampilan proses dasar, misalnya: mengamati, mengukur, mengklasifikasikan,

mengkomunikasikan, mengenal hubungan ruang dan waktu, serta ketrampilan proses

terintegrasi misalnya merancang dan melakukan eksperiman yang meliputi menyusun

hipotesis, menentukan variabel, menyusun dolifinisi operasional, menafsirkan data,

menganalisa dan mensintesis data.

Hasil belajar IPA dikelompokkan berdasarkan hakekat sains yang meliputi IPA

sebagai produk, proses dan sikap ilmiah. Dalam segi produk, peserta didik diharapkan

dapat memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dalam kehidupan sehari-hari.

Dari segi proses peserta didik diharapkan memiliki kemampuan untuk mengembangkan

pengetahuan, gagasan dan menerapkan konsep yang diperolehnya untuk memecahkan

masalah yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Dari segi ilmiah peserta

didik diharapkan mempunyai minat untuk mempelajari benda-benda di sekitarnya,

bersikap ingin tahu, tekun kritis, mawas diri, bertanggung jawab, dapat bekerja sama

dan mandiri, serta mengenal dan mengembangkan rasa cinta terhadap alam sekitar dan

Tuhan Yang Maha Esa. Dengan demikian hasil yang dikembangkan di SD adalah hasil

belajar yang mencakup penguasaan produk proses, dan sikap ilmiah.

Pembelajaran IPA di SD meniscaya akan terjadi interaksi peserta didik

dengan lingkungan sekitarnya. Sentral pembelajaran ini adalah peserta didik dan guru

sebagai fasilitator. Guru berkewajiban untuk meningkatkan pengalaman belajar peserta

didik untuk mencapai tujuan pembelajaran IPA. Tujuan ini tidak terlepas dari hakikat IPA

sebagai produk, proses dan sikap ilmiah.

Ciri umum dari Ilmu Pengetahuan Alam adalah himpunan fakta serta aturan

yang menyatakan hubungan antara satu dengan yang lainnya. Fakta-fakta tersebut

disusun secara sistematis serta dinyatakan dengan bahasa yang tepat dan pasti

sehingga mudah dicari kembali dan dimengerti untuk komunikasi. Karakteristik mata

pelajaran IPA tercantum antara lain:

1. IPA mempunyai nilai ilmiah

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7716/2/T1_262011873_BAB II.pdf · Menurut Dick dan Carey (1990) keterampilan intelektual adalah

10

IPA mempunyai karakter menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran ilmiah. Setiap teori

dalam ruang lingkup IPA melalui metode dan prosedur yang dapat dibuktikan dan

dipertanggung jawabkan kebenarannya, sehingga kebenaran ilmiah dari sebuah

teori yang diusung dapat dipergunakan kembali bahkan dapat disempurnakan oleh

penemu-penemu berikutnya.

2. IPA tersusun secara sistematis

IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun mulai dari unsur

terdapatnya sebuah masalah, kemudian dilakukan analisis awal serta pengkajian

lebih lanjut untuk mendapatkan kesimpulan akhir yang bermanfaat dalam setiap

aspek kehidupan manusia.

3. IPA merupakan Pengetahuan Analitis Teoritis

Ilmu Pembelajaran IPA merupakan sebuah cara pandang ilmiah terhadap alam yang

tersusun dengan cara berpikir secara kritis dan berkesinambungan (analitis).

2.1.3 Pendekatan SAVI

2.1.3.1 Pengertian Pendekatan SAVI

Pendekatan SAVI itu akronim dari, Somatis, Auditori, Visual, Intelektual.

Maksudnya cara belajar yang mengoptimalkan aspek somatis (gerak), auditori

(pendengaran), visual (penglihatan) dan intelektual (pikiran). Keempat aspek tersebut

digabung, dipadukan dan yang terpenting dioptimalkan ketika seseorang melakukan

proses belajar. Lalu siapa yang mengoptimalkan? Tentu saja si pembelajar sendiri, atau

fasilitator belajar misalnya guru, tutor, instruktur dan yang sejenisnya.

Pendekatan belajar ini didasari oleh fakta bahwa setiap orang memiliki gaya

berfikir dan gaya belajar yang berbeda-beda. Sebagian kita dapat belajar dengan baik

hanya dengan melihat orang lain melakukannya. Biasanya orang-orang seperti ini

menyukai penyajian informasi yang runtut. Mereka lebih suka menuliskan apa yang

dikatakan fasilitator dan tidak terganggu oleh kebisingan. Pola belajar demikian disebut

gaya belajar visual. Disisi lain banyak pula pelajar yang mengandalkan kemampuan

mendengar untuk mengingat dan tidak sedikit peserta didik yang memiliki cara belajar

paling efektif dengan terlibat langsung dengan kegiatan.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7716/2/T1_262011873_BAB II.pdf · Menurut Dick dan Carey (1990) keterampilan intelektual adalah

11

Menurut Silberman (2006:28) hanya sedikit peserta didik yang memiliki satu

jenis cara belajar. Berdasarkan hasil penelitian dari setiap 30 peserta didik 22

diantaranya dapat belajar dengan sangat efektif selama gurunya menghadirkan

kegiatan belajar yang berupa kombinasi antara visual-auditorial-kinestetik. Namun 8

peserta didik lainnya hanya menyukai satu bentuk cara pembelajaran sehingga mereka

kesulitan memahami pelajaran jika metode penyampainnya tidak sesuai dengan gaya

belajar mereka. Guna memenuhi kebutuhan ini pembelajaran harus bersifat

multisensori dan penuh dengan variasi.

Sementara itu John Dewey menegaskan bahwa sekolah harus dijadikan

tempat kerja. Ia menganjurkan metode proyek dan problem solving harus banyak

diterapkan dalam sistem pembelajaran. Ia mempopulerkan istilah Learning By Doing.

Deporter (2005:117) menjelaskan bahwa belajar berdasarkan aktivitas secara umum

jauh lebih efektif daripada didasarkan presentasi, materi dan alat peraga . Alasannya

adalah cara belajar berdasar aktivitas mengajak peserta didik terlibat sepenuhnya.

Telah terbukti di banyak penelitian bahwa orang belajar dengan lebih baik dari berbagai

aktivitas dan pengalaman yang dipilih dengan tepat daripada mereka belajar dengan

duduk didepan penceramah, buku panduan, televisi atau komputer.

Pembelajaran tidak akan meningkat secara otomatis dengan menyuruh

peserta didik berdiri dan bergerak kesana kemari. Pembelajaran yang baik adalah

dengan menggabungkan gerakan fisik, dengan aktivitas berfikir (intelektual) dan

penggunaan semua inder (pendengaran) dan penglihatan (visual). Pendekatan belajar

demikian menurut Meier disebut pendekatan SAVI (Somatik, Auditori, Visual,

Intelektual). Keempat unsur tersebut harus berjalan sinergis, terpadu dan simultan.

Pendekatan SAVI diperkenalkan pertama kali oleh Dave Meler (Sidjobat,

2008) mengemukakan bahwa manusia memiliki empat dimensi yakni tubuh atau

somatic (S), pendengaran atau auditori (A), penglihatan atau visual (V) dan pemikiran

atau intelektual (I). Bertolak dari pandangan ini ia mengajukan pendekatan aktif yang

disingkat SAVI yaitu somatic yang bermakna belajar dengan berbuat; auditori yang

bermakna belajar dengan berbicara dan mendengarkan, visual yang bermakna belajar

dengan mengamati dan menggambarkan serta intelektual yang bermakna belajar

dengan berpikir dan merenung.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7716/2/T1_262011873_BAB II.pdf · Menurut Dick dan Carey (1990) keterampilan intelektual adalah

12

Pendekatan SAVI merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang

menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indera yang dimiliki

peserta didik . (Warta, 2010:40). Dari pengertian ini jelas bahwa pendekatan SAVI

merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menggabungkan gerak fisik dengan

aktivitas intelektual dan penggunaan semua inderanya dalam proses pembelajaran, jadi

belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir (minds-0n), bernalar, menyelidiki,

mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah dan

menerapkan.

2.1.3.2 Prinsip Dasar dan Karakteristik Pendekatan SAVI

Pendekatan SAVI sejalan dengan gerakan Accelerated Learning (AL), maka

prinsipnya juga sejalan dengan Accelerated Learning yaitu:

1) pembelajaran melibatkan seluruh pikiran dan tubuh

2) pembelajaran berarti berkreasi bukan mengkonsumsi.

3) kerjasama membantu proses pembelajaran

4) pembelajaran berlangsung pada benyak tingkatan secara simultan

5) belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri dengan umpan balik.

6) emosi positif sangat membantu pembelajaran.

7) otak-citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis.

Karakteristik pendekatan SAVI adalah:“Somatic” berasal dari Bahasa Yunani

“soma” yang berarti tubuh. Jadi belajar somatic berarti belajar dengan indera peraba,

kinestetis, praktis melibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakkan tubuh ketika

belajar. Penelitian neurologis telah membongkar keyakinan kebudayaan barat yang

keliru bahwa pikiran dan tubuh adalah entitas yang terpisah. Temuan penelitian

menyimpulkan bahwa pikiran tersebar di seluruh tubuh. Intinya tubuh adalah pikiran

dan pikiran adalah tubuh. Keduanya merupakan sistem kimiawi-biologis yang terpadu.

Jadi dengan menghalangi pembelajar somatic menggunakan tubuh mereka sepenuhnya

dalam belajar maka kita menghalangi fungsi pikiran mereka sepenuhnya. Untuk

merangsang hubungan pikiran-tubuh guru perlu menciptakan suasana belajar yang

dapat membuat orang bangkit dan berdiri dari tempat duduk dan aktif secara fisik dari

waktu ke waktu. Tidak semua pembelajaran memerlukan aktivitas fisik, tetapi dengan

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7716/2/T1_262011873_BAB II.pdf · Menurut Dick dan Carey (1990) keterampilan intelektual adalah

13

berganti-ganti menjalankan aktivitas belajar aktif dan pasif secara fisik kita dapat

membantu pembelajaran peserta didik dengan baik.

Auditori, artinya, pikiran auditori kita lebih kuat daripada yang kita sadari.

Telinga kita menangkap dan menyimpan informasi auditori bahkan tanpa kita sadari.

Dalam merancang pembelajaran yang menarik bagi saluran auditori yang kuat dalam

diri peserta didik carilah cara untuk mengajak mereka membicarakan apa yang sedang

mereka pelajari. Minta mereka menterjemahkan pengalaman mereka dengan suara.

Mintalah mereka membaca keras-keras, ajaklah mereka berbicara saat mereka

memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan informasi, membuat rencana

kerja, menguasai keteramipilan, membuat tinjauan pengalaman belajar atau

memperhatikan penjelasan dari sumber-sumber belajar.

Visual, artinya, belajar dengan mengamati dan menggambarkan. Dalam otak

kita terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua

indera yang lain. Setiap peserta didik yang menggunakan visualnya lebih mudah

belajar jika dapat melihat apa yang sedang dibicarakan seorang penceramah atau

sebuah buku atau program computer. Secara khususnya pembelajar visual yang baik

jika mereka dapat melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon dan

sebagainya ketika belajar.

Intelektual adalah pencipta makna dalam pikiran, sarana yang digunakan

manusia untuk berfikir, menyatukan pengalaman, menciptakan hubungan, makna,

rencana dan nilai-nilai dari hubungan tersebut. Intelektual adalah bagian diri yang

merenung, mencipta, memecahkan masalah dan membangun makna. Intelektual

adalah pencipta makna dalam pikiran, sarana yang digunakan manusia untuk berfikir,

menyatukan pengalaman, menciptakan jaringan syaraf baru dan belajar. Intelektual

menghubungan pengalaman mental, fisik, emosional, dan intuitif tubuh untuk membuat

makna baru bagi dirinya sendiri.

2.1.3.4 Langkah-Langkah Pendekatan SAVI.

Pendekatan SAVI dapat direncanakan dalam empat tahap:

1) Tahap persiapan (kegiatan pendahuluan)

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7716/2/T1_262011873_BAB II.pdf · Menurut Dick dan Carey (1990) keterampilan intelektual adalah

14

Pada tahap ini guru membangkitkan minat peserta didik , memberikan perasaan positif

mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan mereka dalam

situasi optimal untuk belajar. Secara spesifik meliputi hal-hal sebagai berikut:

a) memberikan sugesi positif

b) memberikan pernyataan yang memberi manfaat kepada peserta didik

c) memberikan tujuan yang jelas dan bermakna

d) membangkitkan rasa ingin tahu

e) menciptakan lingkungan fisik yang positif.

f) menciptakan lingkungan emosional yang positif

g) menciptakan lingkungan sosial yang positif

h) menenangkan rasa takut

i) menyingkirkan hambatan-hambatan belajar

j) banyak bertanya dan mengemukakan berbagai masalah

k) merangsang rasa ingin tahu peserta didik

l) mengajak pembelajar terlibat penuh sejak awal.

2) Tahap Penyampaian (kegiatan inti)

Pada tahap ini guru hendaknya membantu peserta didik menemukan materi belajar

yang baru dengan cara menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan pancaindera, dan

cocok untuk semua gaya belajar. Hal- hal yang dapat dilakukan guru adalah sebagai

berikut:

a) uji coba kolaboratif dan berbagi pengetahuan

b) pengamatan fenomena dunia nyata

c) pelibatan seluruh otak, seluruh tubuh

d) presentasi interaktif

e) grafik dan sarana yang presentasi brwarna-warni

f) aneka macam cara untuk disesuaikan dengan seluruh gaya belajar

g) proyek belajar berdasar kemitraan dan berdasar tim

h) latihan menemukan (sendiri, berpasangan, berkelompok)

i) pengalaman belajar di dunia nyata yang kontekstual

j) pelatihan memecahkan masalah

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7716/2/T1_262011873_BAB II.pdf · Menurut Dick dan Carey (1990) keterampilan intelektual adalah

15

3) Tahap Pelatihan (kegiatan inti)

Pada tahap ini guru hendaknya membantu peserta didik mengintegrasikan dan

menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara. Secara spesifik,

yang dilakukan guru yaitu:

a) aktivitas pemrosesan peserta didik

b) usaha aktif atau umpan balik atau renungan atau usaha kembali

c) simulasi dunia-nyata

d) permainan dalam belajar

e) pelatihan aksi pembelajaran

f) aktivitas pemecahan masalah

g) refleksi dan artikulasi individu

h) dialog berpasangan atau berkelompok

i) pengajaran dan tinjauan kolaboratif

j) aktivitas praktis membangun keterampilan

k) mengajar balik

4) Tahap penampilan hasil (kegiatan penutup)

Pada tahap ini guru hendaknya membantu peserta didik menerapkan dan memperluas

pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar

akan melekat dan penampilan hasil akan terus meningkat. Hal –hal yang dapat

dilakukan adalah:

a) penerapan dunia nyata dalam waktu yang segera

b) penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi

c) aktivitas penguatan penerapan

d) materi penguatan prsesi

e) pelatihan terus menerus

f) umpan balik dan evaluasi kinerja

g) aktivitas dukungan kawan

h) perubahan organisasi dan lingkungan yang mendukung.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7716/2/T1_262011873_BAB II.pdf · Menurut Dick dan Carey (1990) keterampilan intelektual adalah

16

2.1.4. Penggunaan Alat Peraga Torso

2.1.4.1 Pengertian alat peraga

Alat peraga sangat membantu memudahkan peserta didik menguasai

sejumlah materi pembelajaran maupun untuk mengembangkan kemampuan kognitif,

afektif dan psikomotor. Jika di dalam menyampaikan materi guru tidak menggunakan

alat peraga maka tentu pemahaman peserta didik terhadap materi bersifat verbalistik

dan abstrak. Alat peraga disiapkan atau disediakan guru untuk mempresentasikan

dan atau menjelaskan bahan pelajaran serta digunakan peserta didik untuk dapat

terlibat langsung dengan pembelajaran (Gatot Muhsetyo, 2007: 2.3).

Alat peraga dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu alat peraga sederhana

dan alat peraga tidak sederhana, alat peraga cetak dan alat peraga elektronik.

Beberapa kriteria dalam memilih alat peraga adalah kecocokan dengan materi

pelajaran, ketersediaan alat dan pendukungnya, kemmapuan finansial untuk

pengadaan dan operasional dan kemampuan/keterampilan menggunakan alat peraga

dengan tepat dan benar.

Menurut Bruner (dalam Udin S Winataputra 2008), tahapan kognitif usia

sekolah dasar secara berurutan adalah tahap enaktiv, ikonik dan simbolik. Oleh

karena itu alat peraga sebaiknya alat peraga konkret, baru semi konkret (misalnya

model atau bahan manipulatif) dan abstrak (misalnya gambar).

2.1.4.2.Alat Peraga Torso

Model Torso adalah alat peraga yang didesain sebagai pengganti tubuh atau

jasad manusia tanpa lengan dan kaki dan lebih menonjolkan penampakkan organ-

organ dalam seperti jandung, paru-paru, hati, lambung, usus halus, usus besar, ginjal

dan penampakan berbagai organel lain yang mendukung gambaran lengkap dari

fungsi dan proses-proses yang terjadi mendukung gambaran lengkap dari segi

pandang Model Torso mempunyai tiga permukaan yaitu panjang, lebar dan tinggi.

Oleh sebab itu Model Torso termasuk kategori alat peraga tiga dimensi. Alat peraga

dengan bentuk tiga dimensi akan banyak mengandung pemahaman dibandingkan

dengan yang lain serta memberi pengalaman yang lengkap dan mendalam (Hamalik,

1994).

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7716/2/T1_262011873_BAB II.pdf · Menurut Dick dan Carey (1990) keterampilan intelektual adalah

17

Jika dikaitkan dengan pengalaman yang diperoleh peserta didik yang belajar

dengan menggunakan alat peraga Model Torso memperoleh pengalaman yang riil.

Proses penerimaan peserta didik terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara

mendalam, sehingga membentuk pengertian yang baik dan sempurna. Belajar dengan

alat peraga tiga dimensi merupakan alat bantu yang efektif dalam mengikutsertakan

berbagai indera dalam belajar mengajar (Nurbatni, 2005).

Kelebihan lain dari Model Torso ialah memberi kesempatan peserta didik

dalam tugas yang nyata memperlihatkan rangsangan yang relevan, memperbesar

motivas dan minat belajar. Namun demikian Hamalik (1994) menyatakan bahwa

sekalipun model sudah bisa dianggap mewakili benda yang asli, namun karena ia

adalah benda tiruan tentu saja memiliki kekurangan dalam aspek-aspek tertentu

disebabkan aspek besarnya benda, perubahan karena pengaruh luar, pada suatu saat

sudah tak canggih (up to date) lagi dan sebagainya.

Menurut Hadziq Sholeh (2008), pelaksanaan pembelajaran dengan

menggunakan alat peraga konkret memiliki manfaat dan nilai praktis sebagai berikut:

1) Memberikan fasilitas pembelajaran peserta didik sehingga dapat merangsan

peserta didik untuk berfikir, mengaktifkan dan memotivasi peserta didik

2) Memberi peluang peserta didik mengembangkan kemampuan mengamati,

menghitung, mengukur, mengklasifikaiskan, meneliti, menafsirkan

mengumpulkan, menerapkan dan mengkomunikasikan kemampuannya.

3) Dapat memberikan pengalaman belajar yang konkret dan langsung, dapat

mengembangkan pola-pola instruksional bagi guru

4) Dapat memberi informasi akurat dan terbaru mengatasi keterbatasan

pengalaman dan kemampuan guru.

Torso merupakan salah satu jenis alat peraga tiga dimensi yang dapat dilihat

dari atas, bawah, dan samping. Torso merupakan model kerangka tubuh manusia

secara lengkap. Melalui alat peraga torso peserta didik dapat mengamati secara

cermat bagian-bagian tubuh manusia, meraba dan menggerakkannya seolah

menggerakkan tubuh sendiri. Setidaknya ada dua aspek keuntungan yang bisa

didapatkan dengan penggunaan alat praktek IPA torso yaitu dari sisi kinerja kualitatif

cukup baik karena menggambarkan suatu bentuk benda menyerupai bentuk aslinya

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7716/2/T1_262011873_BAB II.pdf · Menurut Dick dan Carey (1990) keterampilan intelektual adalah

18

dan di lain sisi sangat efesien, karena hampir setiap di sekolah telah tersedia alat

peraga tersebut.

Menurut peneliti penggunaan alat peraga torso dalam pembahasan

kompetensi mendeskripsikan hubungan antara struktur kerangka tubuh manusia dan

fungsinya sangat membantu peserta didik dalam belajar. Alat peraga ini sangat

menarik perhatian peserta didik sehingga minat belajar sangat tinggi. Peserta didik

secara keseluruhan terlibat aktif dalam pebelajaran secara kooperatif bersama teman

dalam kelompok sehingga tercipta Learning community (masyarakat belajar) dalam

kelas. Inilah pembelajaran PAKEM (pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan

menyenangkan).

2.2. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

2.2.1 Penelitian Ketut Ngurah Artawan S.Pd.M.Pd. berjudul “Penerapan Pendekatan Somatis,

Auditori, Visual, dan Intelektual (SAVI) untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Teknologi

Informasi dan Komunikasi Peserta didik Kelas VIIIB SMP Negeri I Sidemen

Karangasem Bali”.. Hasil penelitian tindakan kelas ini menunjukkan bahwa

prestasi belajar peserta didik pada siklus I dengan rata-rata 6,50, standar deviasi 1,7 ,

ketuntasan klasikal 68,4 % dan dalam kategori cukup. Siklus II dengan rata-rata 7,80 ,

standar deviasi 1,43 , ketuntasan klasikal 82,05 % dan dalam kategori baik. Dengan

penerapan SAVI di kelas VIIB dalam pembelajaran TIK dapat meningkatkan aktivitas

peserta didik . Ini menunjukkan bahwa penerapan pendekatan SAVI efektif untuk

menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.

2.2.2. Hasil penelitian dari Siti Aisyah (2004) berjudul “Peningkatan penalaran Matematika

melalui pendekatan SAVI peserta didik Kelas 1 SMPN 2 Surakarta”, menyimpulkan

bahwa ada hubungan yang signifikan antara kemampuan penalaran dan prestasi belajar

matematika. Rata-rata nilai pada kondisi awal 56, pada kondisi akhir siklus II mencapai

87. Aktivitas peserta didik pada kondisi awal hanya 56%, pada kondisi akhir mencapai

86%.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7716/2/T1_262011873_BAB II.pdf · Menurut Dick dan Carey (1990) keterampilan intelektual adalah

19

2.3. Kerangka Pikir

Kerangka pikir peneliti gambarkan dalam diagram 2.1 berikut:

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir

Berdasarkan diagram di atas dapat peneliti jelaskan bahwa pada kondisi awal peneliti

belum menerapkan pendekatan SAVI sehingga hasil belajar peserta didik rendah. Peneliti

melakukan upaya perbaikan siklus I dengan menerapkan pendekatan SAVI dan menggunakan

alat peraga torso serta memberi bimbingan kepada peserta didik secara klasikal. Upaya

perbaikan pada siklus II peneliti melakukan tindakan dengan menerapkan pendekatan SAVI

dan alat peraga torso serta memberikan bimbingan kepada peserta didik dalam kelompok

kecil. Hasil evaluasi menunjukkan peningkatan yang luar biasa. Diduga dengan menerapkan

pendekatan SAVI berbantuan alat peraga torso maka hasil belajar IPA tentang ubungan

struktur kerangka tubuh manusia dan fungsinya dapat ditingkatkan.

Guru/peneliti belum

menerapkan pendekatan SAVI

Guru/peneliti sudah menerapkan

menerapkan pendekatan SAVI dan alat peraga

torso

Diduga melalui penerapan pendekatan SAVI dan alat peraga

torso hasil belajar

meningkat

Siklus I Penerapan

pendekatan SAVI dengan bimbingan

klasikal

Siklus II Penerapan

pendekatan SAVIan alat peraga torso dengan bimbingan

pada kelompok kecil

Hasil Belajar peserta didik

rendah

Kondisi awal

Tindakan

Kondisi akhir

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7716/2/T1_262011873_BAB II.pdf · Menurut Dick dan Carey (1990) keterampilan intelektual adalah

20

2.4. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka teoritik di atas maka hipotesis penelitian adalah

pendekatan SAVI dapat meningkatkan hasil belajar IPA kompetensi dasar

mendeskripsikan hubungan antara struktur kerangka tubuh manusia dengan fungsinya

peserta didik Kelas IV SD Negeri 3 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus

pada semester I tahun pelajaran 2012/2013.”