bab ii kajian teoritik a. konsep pengembangan modelrepository.unj.ac.id/2726/9/12. bab...
TRANSCRIPT
10
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Konsep Pengembangan Model
Model dapat dikatakan sebagai sesuatu yang menggambarkan adanya
pola berpikir. Sebuah model menggambarkan keseluruhan konsep yang
saling berkaitan. Dengan kata lain model juga dapat dipandang sebagai
upaya dan untuk mengkonkretkan sebuah teori sekaligus juga merupakan
sebuah analogi dan representasi dari variabel-variabel yang terdapat di
dalam teori tersebut.1 Secara umum istilah model diartikan sebagai kerangka
konseptual yang digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam melakukan
kegiatan.
Istilah model digunakan untuk menunjukkan pengertian pertama
sebagai kerangka proses pemikiran. Sedangkan model dasar dipakai untuk
menujukkan model yang generik yang berarti umum dan mendasar yang
dijadikan titik tolak pengembangan model yang lebih lanjut dalam artian lebih
rumit dan dalam artian lebih baru.2 Jadi model pembelajaran dapat diartikan
sebuah cara mengorganisasikan suasana belajar untuk mencapai tujuan,
model inilah yang nantinya akan dirancang dan dirumuskan dalam penelitian
pengembangan menghasilkan sebuah produk berupa model pembelajaran.
1 Benny A. Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran (Jakarta: Dian Rakyat, 2010), h. 86.
2 Harjanto, Perencanaan Pengajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h.51.
11
Penelitian dapat dibagi menjadi beberapa bentuk yaitu penelitian
dasar, terapan, evaluasi, pengembangan dan mendesak. Dalam pembagian
penelitian didasarkan pada fungsi dan penerapannya dalam pendidikan serta
berapa lama hasilnya dapat digunakan yaitu penelitian dan pengembangan.
Penelitian pengembangan (development research) menemukan pola, urutan
pertumbuhan, perubahan dan terutama memiliki maksud untuk
mengembangkan bahan ajar bagi sekolah. Penelitian memiliki tujuan untuk
memecahkan masalah yang terjadi dengan menjawab secara ilmiah,
Setyosari menyebutkan penelitian merupakan suatu cara yang tepat dan
sangat berguna dalam memperoleh informasi yang sahi dan dapat
dipertanggungjawabkan.3
Salah satu metode penelitian yang relevan dan dapat selalu digunakan
yaitu penelitian pengembangan atau Research and Development (R&D).
Dengan demikian penelitian pengembangan dapat disimpulkan sebagai
penelitian yang menghasilkan suatu produk yang telah dianalisis terlebih
dahulu tingkat ke efektifanya dalam pembelajaran ataupun latihan, serta telah
dirancang, dievaluasi dan revisi dengan hasil pengembangan pada model.
Dalam hal ini yang akan dikembangkan adalah model pembelajaran servis
atas bolavoli pada siswa SMP. Berikut beberapa model yang sering
3 Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan (Jakarta: Prenada Media Group, 2015), h. 16.
12
digunakan dalam penelitian dan pengembangkan sebuah model
pembelajaran diantaranya:
1. Model Pengembangan Dick and Carey
Model Pengembangan ini menggunakan model pendekatan sistem
(system approach models) yaitu sebuah sistem prosedural yang bekerja
dengan prinsip, suatu tahapan akan menerima masukan dari tahapan
sebelumnya dan menghasilkan keluaran untuk tahap berikutnya, sehingga
semua komponen tersebut bekerja bersama-sama untuk memenuhi dan
menghasilkan suatu pembelajaran yang efektif. System approach models
merupakan sebuah model yang digunakan untuk mendesain materi
pembelajaran. Model yang dikemukakan memiliki komponen yang tidak
selengkap model-model pengembangan yang lain, tetapi tersusun dari
komponen-komponen utama dalam model-model yang lain. Desain dan
proses dalam model ini mengacu pada Instructional Systems Development
(ISD).
Komponen dalam system approach models (rancangan model
pengembangan) menurut Dick and Carey terdiri dari 10 tahap, yakni:
1) Mengidentifikasikan tujuan umum pembelajaran (identify instructional goals); 2) Melaksanakan analisis pembelajaran (conduct instructional analysis); 3) Mengindentifikasi karakteristik Mahasiswa (analyze learners and contexts); 4) Merumuskan tujuan performansi/ khusus (write performance objectives); 5) Mengembangakn referensi criteria tes (develop assessment instruments); 6) Mengembangkan strategi pembelajaran (develop instructional strategy); 7) Mengembangkan dan memilih materi pembelajaran (develop and select instructional materials); 8) Mendesain dan melaksanakan
13
evaluasi fromatif (design and conduct the formatif evaluation); 9) Merevisi media pembelajaran (revise instruction); 10) Melakukan evaluasi sumatif (design and conduct summative evaluastion).4
Model pengembangan ini ada kemiripan dengan model Kemp, tetapi
ditambah komponen melaksanakan analisis pembelajaran, terdapat tahap
yang akan dilewati pada proses pengembangan dan perencanaan tersebut.
Berikut gambar model pengembangan oleh Dick and Carey.
Gambar 2.1 Instructional Design R & D Sumber: Walter Dick, Lou Carey dan James O. Carey, The Systematic Design of Instruction (New York: Allyn & Bacon. Published by Allyn and
Bacon. Boston, MA, 2009), 2. Model Pengembangan Perangkat Menurut Kemp
Menurut Kemp pengembangan perangkat merupakan suatu lingkaran
yang kontinum.5 Tiap-tiap langkah pengembangan berhubungan langsung
4 Walter Dick, Lou Carey dan James O. Carey, The Systematic Design of Instruction (New
York: Allyn & Bacon. Published by Allyn and Bacon. Boston, MA, 2009), h. xxii-1. 5 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek, (Surabaya: Pustaka Ilmu,
2007), h. 62.
14
dengan aktivitas revisi. Pengembangan perangkat ini dimulai dari titik
manapun sesuai di dalam siklus tersebut.
Pengembangan perangkat model Kemp memberi kesempatan
kepada para pengembang untuk dapat memulai dari komponen manapun,
karena kurikulum yang berlaku secara nasional di Indonesia dan berorientasi
pada tujuan, maka seyogyanya proses pengembangan itu dimulai dari tujuan.
Secara umum model pengembangan model Kemp ditunjukkan pada gambar
2.2 berikut:
Gambar 2.2. Model Kemp Sumber: Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek
(Surabaya: Pustaka Ilmu, 2007), h. 62.
Model pengembangan system pembelajaran ini memuat
pengembangan perangkat pembelajaran. Terdapat sepuluh unsur rencana
perancangan pembelajaran, kesepuluh unsur tersebut adalah:
Kebutuhan
Belajar
Ciri Siswa
Menalai Hasil
Belajar Sasaran
Isi Mata Ajar dan
Analisis Tugas
Sumber
Pembelajaran
Kegiatan
Pelayanan
Uji Awal
Pokok bahasan,
Tugas dan
Evaluasi
Evaluasi
Rev
is
i
Rev
is
i
15
a. Identifikasi masalah pembelajaran, tujuan dari tahapan ini adalah
mengidentifikasi antara tujuan menurut kurikulum yang berlaku dengan
fakta yang terjadi di lapangan baik yang menyangkut model, pendekatan,
metode, teknik maupun strategi yang digunakan guru.
b. Analisis siswa, analisis ini dilakukan untuk mengetahui tingkah laku awal
dan karateristik siswa yang meliputi ciri, kemampuan dan pengalaan baik
individu maupun kelompok.
c. Analisis tugas, analisis ini adalah kumpulan prosedur untuk menentukan isi
suatu pembelajaran, analisis konsep, analisis pemrosesan informasi, dan
analisis prosedural yang digunakan untuk memudahkan pemahaman dan
penguasaan tentang tugas-tugas belajar dan tujuan pembelajaran yang
dituangkan dalam bentuk Rencana Program Pembelajaran (RPP) dan
lembar kegiatan siswa (LKS).
d. Merumuskan indikator, analisis ini berfungsi sebagai (a) alat untuk
mendesain kegiatan pembelajaran, (b) kerangka kerja dalam
merencanakan mengevaluasi hasil belajar siswa, dan (c) panduan siswa
dalam belajar.
e. Penyusunan instrumen evaluasi, bertujuan untuk menilai hasil belajar,
kriteria penilaian yang digunakan adalah penilaian acuan patokan, hal ini
dimaksudkan untuk mengukur ketuntasan pencapaian kompetensi dasar
yang telah dirumuskan.
16
f. Strategi pembelajaran, pada tahap ini pemilihan strategi belajar mengajar
yang sesuai dengan tujuan. Kegiatan ini meliputi: pemilihan model,
pendekatan, metode, pemilihan format, yang dipandang mampu
memberikan pengalaman yang berguna untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
g. Pemilihan media atau sumber belajar, Keberhasilan pembelajaran sangat
tergantung pada penggunaan sumber pembelajaran atau media yang
dipilih, jika sumber-sumber pembelajaran dipilih dan disiapkan dengan
hati-hati, maka dapat memenuhi tujuan pembelajaran.
h. Merinci pelayanan penunjang yang diperlukan untuk mengembangkan dan
melaksanakan dan melaksanakan semua kegiatan dan untuk memperoleh
atau membuat bahan.
i. Menyiapkan evaluasi hasil belajar dan hasil program.
j. Melakukan kegiatan revisi perangkat pembelajaran, setiap langkah
rancangan pembelajaran selalu dihubungkan dengan revisi. Kegiatan ini
dimaksudkan untuk mengevaluasi dan memperbaiki rancangan yang
dibuat.
17
3. Model Pengembangan ADDIE
ADDIE adalah kepanjangan dari Analysis, Design, Develop,
Implement, and Evaluate.6 ADDIE adalah konsep produk pengembangan.
Model ADDIE dapat digambarkan seperti gambar 2.3.
Co
nc
ep
t
Analyze Design Develop Implement Evaluate
Identify the
probable couses
for a performance
gap
Verify the
desired
performance
and approprite
testing
methods
Generate and
validate the
learning
resaurces
Prepare the
learning
enviroment and
engage the
students
Assess the
quality of the
instructional
product and
procesess both
before and after
implementation
Co
mm
on
t P
roc
ed
ure
s
1. Validate the performance gap
2. Determineinstructional goals
3. Confirm the intended audience
4. Identify required resources
5. Determine potential delivery system (incluiding cost estimase)
6. Compose a project management plan
7. Conduct a task inventory
8. Compose performance objectives
9. Generate testing strategis
10. Calculate return on investment
11. Generate content
12. Select or develop supporting media
13. Developt guidance for the student
14. Developt guidance for the teacher
15. Conduct formative revisons
16. Conduct a pilot test
17. Prepare the teacher
18. Prepare the student
19. Determine evaluation criteria
20. Select evaluation tools
21. Conduct evaluations.
Analysis
Summary Design Brief
Learning
resources
Implementation
Strategy
Evaluation
Plan
Gambar 2.3 Model ADDIE
Sumber: Robert Maribe Branch, Instructional Design: The ADDIE Approach, (New York: Springer, 2009), h. 3.
6 Robert Maribe Branch, Instructional Design: The ADDIE Approach, (New York: Springer,
2009), h. 3.
18
Model ini menggunakan 5 tahap pengembangan yakni:
a. Analysis (analisis), yaitu melakukan needs assessment (analisis
kebutuhan), mengidentifikasi masalah (kebutuhan), dan melakukan
analisis tugas (task analysis).
b. Design (desain/perancangan), yang kita lakukan dalam tahap desain ini,
pertama, merumuskan tujuan latihan yang SMAR (spesifik, measurable,
applicable, danrealistic). Selanjutnya menyusun tes, dimana tes tersebut
harus didasarkan pada tujuan pelatihan yag telah dirumuskan tadi.
c. Development (pengembangan), pengembangan adalah proses
mewujudkan blue-print alias desain tadi menjadi kenyataan. Satu langkah
penting dalam tahap pengembangan adalah uji coba sebelum
diimplementasikan. Tahap uji coba ini memang merupakan bagian dari
salah satu langkah ADDIE, yaitu evaluasi.
d. Implementation (implementasi/eksekusi), implementasi adalah langkah
nyata untuk menerapkan sistem yang sedang kita buat. Artinya, pada
tahap ini semua yang telah dikembangkan diinstal atau diset sedemikian
rupa sesuai dengan peran atau fungsinya agar bisa diimplementasikan.
e. Evaluation (evaluasi/ umpan balik), yaitu proses untuk melihat apakah
model yang sedang dibangun berhasil, sesuai dengan harapan awal atau
tidak. Sebenarnya tahap evaluasi bisa terjadi pada setiap empat tahap di
atas. Evaluasi yang terjadi pada setiap empat tahap di atas itu dinamakan
evaluasi formatif, karena tujuannya untuk kebutuhan revisi.
19
Kelebihan dari model ini adalah, sifatnya yang generic (umum) dan
langkah-langkahnya yang lengkap dan detail, namun kekurangannya belum
melibatkan penilaian ahli, sehingga ada kemungkinan model yang
dilaksanakan dan dihasilkan masih memiliki kekurangan/kesalahan.
4. Model Pengembangan 4-D
Model pengembangan 4-D (Four D) merupakan model pengembangan
perangkat pembelajaran. Model ini dikembangkan oleh Thagarajan, Dorothy
S. Semmel, dan Melvyn I. Semmel. Model pengembangan 4-D terdiri atas 4
tahap utama yaitu: (1) Define (Pembatasan); (2) Design (Perancangan); (3)
Develop (Pengembangan); dan Disseminate (Penyebaran), atau diadaptasi
Model 4-P, yaitu Pendefinisian, Perancangan, Pengembangan, dan
Penyebaran seperti pada bagan berikut.
20
Gambar 2.4. Model Pengembangan Pembelajaran 4-D Thigarajan Sumber: Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek
(Surabaya: Pustaka Ilmu, 2007), h. 66.
Menurut Trianto secara garis besar keempat tahap tersebut sebagai berikut.7
a. Tahap Pendefinisian (Define). Tujuan tahap ini adalah menentapkan dan
mendefinisikan syarat-syarat pembelajaran di awali dengan analisis tujuan
dari batasan materi yang dikembangkan perangkatnya. Tahap ini meliputi
5 langkah pokok, yaitu: (1) Analisis ujung depan, (2) Analisis siswa, (3)
7 Trianto, op. cit., h. 65-68.
21
Analisis tugas. (4) Analisis konsep, dan (5) Perumusan tujuan
pembelajaran.
b. Tahap Perencanaan (Design). Tujuan tahap ini adalah menyiapkan
prototipe perangkat pembelajaran. Tahap ini terdiri dari empat langkah
yaitu, (1) Penyusunan tes acuan patokan, merupakan langkah awal yang
menghubungkan antara tahap define dan tahap design. Tes disusun
berdasarkan hasil perumusan Tujuan Pembelajaran Khusus. Tes ini
merupakan suatu alat mengukur terjadinya perubahan tingkah laku pada
diri siswa setelah kegiatan belajar mengajar, (2) Pemilihan media yang
sesuai tujuan, untuk menyampaikan materi pelajaran, (3) Pemilihan format.
Di dalam pemilihan format ini misalnya dapat dilakukan dengan mengkaji
format-format perangkat yang sudah ada dan yang dikembangkan di
negara-negara yang lebih maju.
c. Tahap Pengembangan (Develop). Tujuan tahap ini adalah untuk
menghasilkan perangkat pembelajaran yang sudah direvisi berdasarkan
masukan dari pakar. Tahap ini meliputi: (1) validasi perangkat oleh para
pakar diikuti dengan revisi, (2) simulasi yaitu kegiatan mengoperasionalkan
rencana pembelajaran, dan (3) uji coba terbatas dengan siswa yang
sesungguhnya. Hasil tahap (4) dan (5) digunakan sebagai dasar revisi.
Langkah berikutnya adalah uji coba lebih lanjut dengan siswa yang sesuai
dengan kelas sesungguhnya.
22
d. Tahap Penyebaran (Disseminate). Pada tahap ini merupakan tahap
penggunaan perangkat yang telah dikembangkan pada skala yang lebih
luas misalnya di kelas lain, di sekolah lain, oleh guru yang lain. Tujuan lain
adalah untuk menguji efektivitas penggunaan perangkat di dalam Kegiatan
Belajar Mengajar (KBM).
Berdasarkan pengertian pengembangan model pembelajaran
setidaknya ada empat karakteristik, yaitu: (1) berorientasi pada tujuan; (2)
kondisi; (3) sistematik; dan (4) evaluasi dan revisi. Setiap model yang
dirancang dan dikembangkan adalah didahului dengan adanya suatu
rumusan tujuan yang jelas. Kemudian setelah itu dapat diidentifikasikan dan
ditentukan langkah-langkah serta strategi untuk mencapai tujuan tersebut
maka baru dapat dipilih model mana (yang telah ada) yang sesuai dengan
keperluannya.
Suatu model pembelajaran yang akan dikembangkan akan tidak
banyak gunanya bila model itu kurang serasi dengan kondisi tempat model
itu akan diterapkan. Model pembelajaran yang tidak mendapat dukungan dari
para pemakai, misalanya, meskipun mempunyai acuan yang jelas, kurang
serasi dengan kondisi sebenarnya. Kondisi ini dapat berupa keterlibatan serta
tingkat kemampuan (pengetahuan, keterampilan dan sebagainya), serta
sikap dari mereka yang berkepentingan.
Efektivitas, efisiensi, dan daya tarik suatu model pembelajaran perlu
dirancang dan dikembangkan secara lebih seksama. Rancangan itu
23
kemudian perlu diterapkan secara cermat. Artinya semua komponen yang
terlibat dalam pencapaian tujuan harus dipadukan sedemikan rupa sesuai
dengan prosedur pencapaian tujuan, yang pada akhirnya memberikan efek
sinergis dalam pencapaian tujuan. Apabila model pembelajaran dalam
penerapannya tidak mencapai hasil maksimal, perlu dilakukan pengkajian
ulang dan penyesuaian atas rancangan dan prosedur, yang pada hakikatnya
adalah upaya evaluasi. Evaluasi ini perlu dilakukan terus menerus, tidak
hanya pada hasil akhir saja (sumatif), melainkan juga dalam setiap langkah
dalam proses kegiatan (formatif). Setiap tahap dalam proses kegiatan perlu
dimonitor dan dinilai agar dapat diperoleh alternatif yang paling baik untuk
melaksanakan kegiatan tersebut termasuk yang perlu dinilai adalah dampak
serta implikasinya dalam sistem yang lebih luas hanya dengan menggunakan
evaluasi sebagai pedoman penyempurnaan, maka kegiatan pengembangan
pembelajaran dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
5. Model Pengembangan Borg and Gall
Model pengembangan Borg and Gall terdiri dari 10 (sepuluh) tahapan,
seperti tercantum pada gambar 2.5 berikut.
24
Gambar 2.5 Model Pengembangan Borg dan Gall
Selanjutnya, untuk dapat memahami tiap langkah tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut.
1. Studi Pendahuluan (Research and Information Collecting)
Langkah pertama ini meliputi analisis kebutuhan, studi pustaka,
studi literatur, penelitian skala kecil dan standar laporan yang dibutuhkan.
a) Analisis kebutuhan dan studi pustaka. Untuk melakukan analisis
kebutuhan ada beberapa kriteria, yaitu 1) Apakah produk yang akan
dikembangkan merupakan hal yang penting bagi pendidikan? 2)
Apakah produknya mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan? 3)
Apakah SDM yang memiliki keterampilan, pengetahuan dan
pengalaman yang akan mengembangkan produk tersebut ada? 4)
Apakah waktu untuk mengembangkan produk tersebut cukup?
25
b) Studi literatur: Studi literatur dilakukan untuk pengenalan sementara
terhadap produk yang akan dikembangkan. Studi literatur ini
dikerjakan untuk mengumpulkan temuan riset dan informasi lain yang
bersangkutan dengan pengembangan produk yang direncanakan.
c) Riset skala kecil: Pengembang sering mempunyai pertanyaan yang
tidak bisa dijawab dengan mengacu pada reseach belajar atau teks
professional. Oleh karenanya pengembang perlu melakukan riset
skala kecil untuk mengetahuibeberapa hal tentang produk yang akan
dikembangkan.
2. Merencanakan Penelitian (Planning)
Setelah melakukan studi pendahuluan, pengembang dapat
melanjutkan langkah kedua, yaitu merencanakan penelitian. Perencaaan
penelitian R&D meliputi: a) merumuskan tujuan penelitian; b)
memperkirakan dana, tenaga dan waktu; c) merumuskan kualifikasi
peneliti dan bentuk-bentuk partisipasinya dalam penelitian.
3. Pengembangan Desain (Develop Preliminary of Product)
Langkah ini meliputi: a) Menentukan desain produk yang akan
dikembangkan (desain hipotetik); b) menentukan sarana dan prasarana
penelitian yang dibutuhkan selama proses penelitian dan pengembangan;
c) menentukan tahap-tahap pelaksanaan uji desain di lapangan; d)
menentukan deskripsi tugas pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian.
26
4. Preliminary Field Testing
Langkah ini merupakan uji produk secara terbatas. Langkah ini
meliputi: a) melakukan uji lapangan awal terhadap desain produk; b)
bersifat terbatas, baik substansi desain maupun pihak-pihak yang terlibat;
c) uji lapangan awal dilakukan secara berulang-ulang sehingga diperoleh
desain layak, baik substansi maupun metodologi.
5. Revisi Hasil Uji Lapangan Terbatas (Main Product Revision)
Langkah ini merupakan perbaikan model atau desain berdasarakan
uji lapangan terbatas. Penyempurnaan produk awal akan dilakukan
setelah dilakukan uji coba lapangan secara terbatas. Pada tahap
penyempurnaan produk awal ini, lebih banyak dilakukan dengan
pendekatan kualitatif. Evaluasi yang dilakukan lebih pada evaluasi
terhadap proses, sehingga perbaikan yang dilakukan bersifat perbaikan
internal.
6. Main Field Test
Langkah merupakan uji produk secara lebih luas. Langkah ini
meliputi a) melakukan uji efektivitas desain produk; b) uji efektivitas desain,
pada umumnya, menggunakan teknik eksperimen model penggulangan; c)
Hasil uji lapangan adalah diperoleh desain yang efektif, baik dari sisi
substansi maupun metodologi.
27
7. Revisi Hasi Uji Lapangan Lebih Luas (Operational Product Revision)
Langkah ini merupakan perbaikan kedua setelah dilakukan uji
lapangan yang lebih luas dari uji lapangan yang pertama. Penyempurnaan
produk dari hasil uji lapangan lebih luas ini akan lebih memantapkan
produk yang kita kembangkan, karena pada tahap uji coba lapangan
sebelumnya dilaksanakan dengan adanya kelompok kontrol. Desain yang
digunakan adalah pretest dan posttest. Selain perbaikan yang bersifat
internal. Penyempurnaan produk ini didasarkan pada evaluasi hasil
sehingga pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif.
8. Uji Kelayakan (Operational Field Testing)
Langkah ini meliputi sebaiknya dilakukan dengan skala besar:
a) melakukan uji efektivitas dan adaptabilitas desain produk; b) uji
efektivitas dan adabtabilitas desain melibatkan para calon pemakai produk;
c) hasil uji lapangan adalah diperoleh model desain yang siap diterapkan,
baik dari sisi substansi maupun metodologi.
9. Revisi Final Hasil Uji Kelayakan (Final Product Revision)
Langkah ini akan lebih menyempurnakan produk yang sedang
dikembangkan. Penyempurnaan produk akhir dipandang perlu untuk lebih
akuratnya produk yang dikembangkan. Pada tahap ini sudah didapatkan
suatu produk yang tingkat efektivitasnya dapat dipertanggungjawabkan.
Hasil penyempurnaan produk akhir memiliki nilai “generalisasi” yang dapat
diandalkan.
28
10. Desiminasi dan Implementasi Produk Akhir (Dissemination and
Implementation)
Memberikan/ menyajikan hasil penelitian melalui forum-forum
ilmiah, ataupun melalui media massa. Distribusi produk harus dilakukan
setelah melalui quality control. Teknik analisis data, langkah-langkah
dalam proses penelitian dan pengembangan dikenal dengan istilah
lingkaran research dan development menurut Borg and Gall terdiri atas:
a) meneliti hasil penelitian yang berkaitan dengan produk yang akan
dikembangkan,
b) mengembangkan produk berdasarkan hasil penelitian,
c) uji lapangan
d) mengurangi devisiensi yang ditemukan dalam tahap ujicoba lapangan.
Model-model dalam pengembangannya mempunyai perbedaan dan
persamaan. Secara umum perbedaan model-model tersebut terletak pada,
a) penggunaan istilah dari setiap tahap pada proses pengembangan.
b) Penggunaan expert judment selama proses pengembangan
c) Penggunaan unsur-unsur yang dilibatkan, ada yang sederhana dan ada
yang sangat detail sehingga terlihat kompleks.
Sedangkan persamaannya terletak pada semua kegiatan yang
dihubungkan oleh suatu sistem umpan balik yang terpadu dalam model
bersangkutan sehingga memungkinkan adanya perbaikan-perbaikan sistem
pembelajaran selama dikembangkan.
29
Dari model-model yang telah dideskripsikan di atas, dalam penelitian
ini akan menggunakan model pengembangan Borg dan Gall dimana model
pengembangan ini memandu peneliti tahap demi tahap secara detail, dan
model ini juga memungkinkan kelompok belajar menjadi aktif berinteraksi
karena menetapkan strategi dan tipe pembelajaran yang berbasis
lingkungan. Analisis tugas yang diuraikan dalam model Borg dan Gall
tersusun secara terperinci dan tujuan pembelajaran khusus secara hierarkis
serta uji coba yang dilalui secara berulang-ulang dapat memberikan hasil
sistem yang dapat dihandalkan. Namun, kelemahan model ini adalah uji
coba tidak diuraikan secara jelas kapan harus dilakukan dan kegiatan revisi
baru dilaksanakan setelah diadakan tes formatif.
B. Konsep Model yang Dikembangkan
Proses dari suatu pembelajaran merupakan suatu dasar dari
perubahan sikap ataupun tindakan. Oleh karena itu terlebih dahulu mengerti
dan memahami arti dari belajar dan pembelajaran. Menurut Muhibbin
menyatakan “Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur
yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang
pendidikan”.8 Hal ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan
pendidikan itu sangat bergantung pada proses belajar yang dialami oleh
siswa baik ketika di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya
8 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014), h.87
30
sendiri. Suyono dan Hariyanto menyatakan “belajar adalah akivitas atau
suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan,
memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian.”9 Melalui proses
pengetahuan maka seseorang telah belajar bagaimana menghadapi segala
macam permasalahan ketika pengetahun itu dilalui. Menurut Siregar dan
Nara “belajar merupakan proses yang sangat kompleks yang terjadi pada
semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak lahir hingga liang lahat”.10
Proses ini tentunya berdasarkan perubahan perilaku manusia dimana
perilaku tersebut mengalami perubahan yang semakin membaik.
Proses belajar juga dilakukan secara berkelanjutan untuk mencapai
tujuan belajar itu sendiri. Menurut Dimyati dan Mudjiono “belajar merupakan
kegiatan orang sehari-hari”.11 Dalam hal ini kegiatan belajar merupakan
kegiatan untuk melakukan peningkatan pada diri seseorang yang dilakukan
secara berulang-ulang. Dalam dunia pendidikan belajar merupakan kajian
utama dalam pelaksanaannya sehingga untuk menuju pada belajar yang
efektif tentunya bertujuan untuk membantu siswa untuk meningkatkan
kemampuan yang diharapkan sebelumnya.
Menurut Hamid ciri belajar yang sangat penting adalah sebagai
berikut:
9 Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2011), h.9. 10
Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h.3.
11 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 17.
31
“(1)Belajar dilakukan dengan sadar dan mempunyai tujuan. Tujuan digunakan sebagai arah kegiatan, sekaaligus tolak ukur keberhasilan belajar; (2) belajar merupakan pengalaman sendiri, tidak dapat diwakilkan kepada orang lain. Jadi belajar bersifat individual; (3) belajar merupakan proses interaksi antara individu dan lingkungan. Hal ini berarti individu harus aktif apabila dihadapkan pada lingkungan tertentu. Keefektifan ini terwujud karena individu memiliki berbagai potensi belajar; (4) belajar mengakibatkan terjadinya perubahan pada diri orang yang belajar. Perubahan itu bersifat integral, artinya perubahan dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang tidak terpisah satu dengan yang lain.”12
Berdasarkan penjelasan berbagai teori tersebut maka belajar
merupakan usaha sadar yang dilakukan manusia untuk mengalami proses
pendewasaan secara menyeluruh yakni afektif, kognitif, dan psikomotor
berdasarkan pengalaman dan kegiatan yang dilakukan secara berulang-
ulang. Maka hasil belajar itu sendiri merupakan perubahan yang terjadi
secara sadar untuk mencapai tujuan belajar yakni memperoleh sesuatu yang
lebih baik dari sebelumnya. Tujuan pendidikan jasmani tentunya harus
mencakup ranah kognitif, afektif, dan prikomotorik yang lebih baik dari
sebelumnya.
Pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang dilakukan melalui
aktivitas fisik sebagai “jembatan” untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai
tujuan tersebut tentunya diperlukan adanya inovasi model pembelajaran.
Pengembangan model pembelajaran merupakan salah satu bentuk dari
penerapan pendekatan sistem dalam kegiatan pembelajaran yang notabene
12
Hamdani Hamid. Pengembangan Sistem Pendidikan di Indonesia (Bandung: Pustaka Setia, 2013), h. 16.
32
telaah suatu proses sistematis yang menghasilkan suatu sistem
pembelajaran yang siap untuk digunakan dengan tepat. Sebelum melakukan
inovasi dalam pendidikan, seorang murid tentunya dibekali dengan modalitas
untuk melakukan proses belajar itu sendiri.
Modal seorang siswa adalah perantara berupa visual, audio, dan
kinestetik. Menyesuaikan dengan modalitas anak untuk belajar maka jenis
media pun dikelompokkan dalam jenis media kinestetik. Musfiqon
menyatakan media kinestetik merupakan media yang penggunaan dan
pemfungsiannya memerlukan sentuhan (touching) antara guru dan siswa.13
Salah satu jenis media kinesetik adalah permainan dan simulasi, media tidak
hanya berupa fisik saja, tetapi lingkungan dan suasana juga bagian dari
media pembelajaran. Kreativitas guru dalam pembelajaran pendidikan
jasmani tentunya diharapkan menghasilkan produk yang dapat digunakan
oleh siswa mencapai tujuan pendidikan itu salah satunya dengan
menggunaan model-model yang berbeda.
Berdasarkan hal tersebut maka model merupakan suatu bentuk tiruan
dari aslinya dengan tujuan memperoleh sesuatu yang ideal dengan
memperhatikan faktor fisiologis, fasilitas, dan lingkungan sosial siswa. Melalui
model-model pembelajaran ini siswa diberikan kebebasan dalam memilih
13
HM Musfiqon. Pengembangan Media dan Sumber Belajar (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2012).,h. 94.
33
model pembelajaran yang dapat membantu dalam kegiatan pembelajaran
servis atas bolavoli.
C. Kerangka Teoritik
1. Pengertian Model
Istilah model dapat diartikan sebagai tampilan grafis, prosedur kerja
yang teratur dan sistematis, serta mengandung pemikiran bersifat uraian atau
penjelasan berikut saran. Uraian atau penjelasan menunjukan bahwa suatu
model desain pembelajaran menyajikan bagaimana suatu pembelajaran
dibangun atas dasar teori-teori seperti belajar, pembelajaran, psikologi,
komunikasi, sistem, dan sebagainya. Tentu saja semua mengacu pada
bagaimana penyelenggaraan proses belajar dengan baik. Sebagai saran,
desain pembelajaran mengandung aspek bagaimana sebaiknya
pembelajaran diselenggarakan atau diciptakan melalui serangkaian prosedur
serta penciptaan lingkungan belajar. Selain itu, desain pembelajaran terdiri
atas kegiatan-kegiatan yang perlu dilaksanakan untuk suatu proses belajar
Model-model membantu untuk mengonsep representasi dari realitas.
Sebuah model adalah representasi sederhana dari bentuk yang kompleks,
proses, dan fungsi fenomena fisik dan ide, menyerdehanakan realitas yang
terlalu kompleks untuk digambarkan. Karena banyak situasi yang unik pada
situasi yang khusus, model membantu mengidentifikasikan apa yang umum
dan berlaku pada beberapa situasi.
34
Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai
pedoman dalam melakukan kegiatan. Model dapat dipahami sebagai: (1)
suatu tipe desain; (2) suatu deskripsi atau analogi yang dipergunakan untuk
membantu proses visualisasi sesuatu yang tidak dapat dengan langsung
diamati; (3) suatu sistem asumsi-asumsi, data-data, dan inferensi-inferensi
yang dipakai untuk menggambarkan secara matematis suatu obyek atau
peristiwa; (4) suatu desain yang disederhanakan dari suatu system kerja,
suatu terjemahan realitas yang disederhanakan; (5) deskripsi suatu sistem
yang mungkin imajiner; dan (6) penyajian data yang diperkecil agar dapat
menjelaskan dan menunjukkan sifat bentuk aslinya.14
Model pengembangan merupakan dasar untuk mengembangkan
produk yang akan dihasilkan. Model pengembangan dapat berupa model
prosedural, konseptual, dan teoritik.Model prosedural adalah model yang
bersifat deskriptif, menunjukan langkah-langkah yang harus diikuti untuk
menghasilkan produk.
Model di artikan sebagai kerangka konseptual yang tidak sambarang
digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam melakukan kegiatan, model
dasar dipakai untuk menunjukkan model yang generik yang berarti umum
dan mendasar yang dijadikan titik tolak pengembangan model yang lebih
14
Komarudin, Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 100.
35
lanjut dalam artian lebih rumit dan dalam artian lebih baru.15 Model
konseptual adalah model yang bersifat analitis, yang menyebutkan
komponen-komponen produk, menganalisis komponen secara rinci dan
menunjukan hubungan antar komponen yang akan dikembangkan. Model
teoritik adalah model yang menggambar kerangka berfikir yang didasarkan
pada teori-teori yang relevan dan didukung oleh data empiris.
Beberapa pendapat tentang model yang telah di jelaskan dapat
diartikan bahwa model adalah suatu gambaran yang bertujuan untuk
memperjelas sesuatu. Model yang dimaksudkan dalam penelitian dan
pengembangan ini adalah gambaran pola yang meliputi analisis,
pengembangan, pembuatan materi, dan evaluasi dalam untuk mencapai
tujuan pembelajaran servis atas pada bolavoli, karena suatu pembelajaran
memerlukan bermacam-macam model pembelajaran yang dapat membantu
proses pencapaian pembelajaran yang maksimal.
2. Deskripsi Bolavoli
Bolavoli merupakan salah satu cabang olahraga yang populer
dikalangan masyarakat Indonesia dari kalangan bawah hingga atas olahraga.
Menurut Ahmadi “bolavoli merupakan suatu permainan yang kompleks yang
tidak mudah dilakukan oleh setiap orang, sebab dalam permainan bolavoli
dibutuhkan koordinasi gerak yang benar-benar bisa diandalkan untuk
15
Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta : Rineka Cipta, 2008), h. 51.
36
melakukan semua gerakan yang ada dalam permainan bolavoli.”16 Meskipun
begitu hal tersebut tidak menghalangi masyarakat untuk mempelajari lebih
mendalam karena ketertarikan yang terjadi di masyarakat tinggi.
Kelebihan lain dari bolavoli diungkapkan juga oleh Papageorgiou yang
menyatakan “Volleyball is a game that is suitable for both sexes and for
players of all ages and abilities and can be adapted to allow players with a
physical or mental disability to play at competitive level”.17 Permainan yang
dapat dimainkan oleh laki-laki maupun perempuan bahkan untuk orang
berkebutuhan khusus tentunya dengan disesuaikan tingkat kesulitannya
dalam berkompetisi. Barbara L Viera dan Bonnie Jill Ferguson menyatakan
kelebihan-kelebihan lain dari permainan bolavoli antara lain:
(1) It is adaptable to various conditions that may present themselves, (2) It can be played with any number on a side from two, which is extremely popular in the beach game, to six. which is the number used for interscholastic, intercollegiate, junior, and club play, (3) It can be played and enjoyed by all ages and ability levels, (4) It can be played on many surfaces-grass, wood, sand, and various artificial surfaces, (5) It is an excellent co-ed activity, (6) It is an exciting spectator sport, (7) It can be played indoors or outdoors, (8) It is an extremely popular recreational activity with numerous leagues in business,community, and school intramural programs, (9)It requires few basic rules and skills, and (10) It has limited equipment needs.”18
Berdasarkan pernyataan tersebut permainan bolavoli memiliki kelebihan
yakni dapat dimainkan dalam berbagai kondisi, permainan ini dapat
16
Nuril Ahmadi. Panduan Olahraga Bolavoli. (Surakarta: Era Pustaka Utama, 2007), h. 20. 17
Athanasious Papageorgiou, Volleyball a Handbook for Choach and Player. (USA: Meyer and Meyer Sport, 2002), h. 11.
18 Barbara L Viera & Bonnie Jill Ferguson., Volleyball Step to Succes Second Edition (Canada:Human Kinetics, 2010), h. 49.
37
dimodifikasi dengan jumlah orang (fleksibel), dapat dimainkan antar sekolah,
kolega, maupun klub-klub bolavoli, selain itu dapat dimainkan oleh segala
usia dan pada tingkatan kemampuan. Permainan ini dapat dilakukan di
segala bentuk area lapangan, berpasir, berumput, bersemen dan
sebagainya. Kelebihan lain permainan ini adalah permainan yang
menakjubkan karena melalui permainan bolavoli ini dapat membangkitkan
ketertarikan penonton setempat, permainan ini dapat dimainkan di luar
maupun di dalam ruangan.
Permainan ini bahkan dijadikan sebagai ladang bisnis oleh sebagian
masyarakat dan digunakan sebagai program intramural sekolah. Dalam
permainan ini membutuhkan beberapa aturan dasar dan keterampilan yang
tidak dibatasi oleh peralatan. Bahkan kita bisa menemui permainan bolavoli
di lakukan antar desa atau yang dikenal dengan gala desa yang membuat
permainan bolavoli begitu populer di kalangan masyarakat. Menurut
Atmasubrata bolavoli adalah “olahraga permainan yang dimainkan oleh dua
grup berlawanan. Masing-masing grup memiliki enam orang pemain dan
terdapat pula variasi permainan bolavoli pantai yang masing-masing grup
hanya memiliki dua orang pemain.”19
Permainan bolavoli yang telah ditetapkan secara jelas mengenai
sarana dan prasarananya masih bisa diubah secara fleksibel dengan melihat
19
Ginanjar Atmasubrata, Serba Tahu Dunia Olahraga. (Surabaya: Dafa Publishing, 2012). h. 50.
38
situasi dan kondisi yang ada di sekitar masyarakat. Maka berdasarkan
penjelasan teori-teori di atas maka bolavoli merupakan permainan beregu
yang dimainkan oleh 6 orang masing-masing regu dengan cara bermain
memasukkan bola ke daerah lawan dengan melewati net sebagai rintangan
dan berusaha untuk memenangkan permainan dengan cara mematikan bola
dengan cara atau teknik tertentu.
3. Servis Bolavoli
Berbagai cabang olahraga memiliki perbedaan-perbedaan yang
terlihat dari karakteristik masing-masing cabang olahraga yang disesuaikan
dengan keterampilan-keterampilan dasar yang dimiliki oleh cabang olahraga-
olahraga tersebut. Teknik-teknik inilah yang digunakan untuk mencapai
prestasi yang maksimal, prestasi yang maksimal tidak akan mungkin tercipta
dengan baik tanpa adanya penguasaan keterampilan-keterampilan teknik
dengan benar. Beutelstahl menjelaskan “teknik merupakan prosedur yang
telah dikembangkan berdasarkan praktik dan bertujuan mencari penyelesaian
suatu problema pergerakan tertentu dengan cara yang paling ekonomis dan
berguna.”20 Teknik dasar yang terdapat dalam permainan bolavoli menurut
Ahmadi menyebutkan bahwa “teknik-teknik dalam permainan bolavoli terdiri
atas servis, passing, block, dan smash.”21 Teknik-teknik dasar yang terdapat
20
Dieter Beutelstahl. Belajar Bermain Bola Volley. (Bandung: Pionir jaya, 2008). h.8. 21
Nuril Ahmadi, loc. cit. h.21.
39
dalam permainan bolavoli sangat mempengaruhi keterampilan seseorang
dalam permainan bolavoli.
Salah satu teknik dasar dalam permainan bolavoli adalah servis, Yusuf
Hidayat, Sindu Cindar Bumi dan Rizal Alamsyah menyatakan bahwa “servis
dalam permainan bolavoli adalah awalan pukulan untuk memasukan bola
kedaerah lawan selain itu servis merupakan pukulan untuk memulai.22
Jenis-jenis servis ada dua yaitu servis atas dan servis bawah. Dalam
servis atas terdapat tahapan-tahapan yang harus diketahui, tahapan tersebut
yakni.
a. Sikap awal
Gambar 2.6. Tahapan Persiapan Servis Atas. Sumber: USA Volleyball Melatih Bolavoli Remaja.
(Amerika: Human Kinetics, 2008). h.93
22
Yusuf Hidayat, Sindu Cindar Bumi dan Rizal Alamsyah. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. (Jakarta: Pusat Perbukuan, Kementrian Pendidikan, 2010), h.2
40
Berdiri melangkah, kedua kaki menghadap sasaran. Letakkan bola
pada tangan yang tidak akan memukul bola. Posisi tangan memegang bola
berada didepan dada.
b. Pelaksanaan servis atas bolavoli
Lambungkan bola keatas sampai ketinggian kira-kira 30 sampai 45 cm
dari tangan yang memegang bola ketika tangan direntangkan secara penuh.
1) Cara melambungkan bola
Gambar 2.7 Tahapan Melambungkan Servis Atas. Sumber: USA Volleyball Melatih Bolavoli Remaja.
(Amerika: Human Kinetics, 2008). h.93
Bola dilambungkan dengan tangan kiri keatas (bagi yang tidak kidal)
setinggi kurang lebih setengah meter diatas kepala. Ketika dilambungkan,
41
gerakan seperti akan mengangkat bola. Siku tangan pemukul ditarik
kebelakang.
2) Sikap saat bola diudara
Gambar 2.8 Tahapan Sikap Saat Bola Diudara, Servis Atas. Sumber: USA Volleyball Melatih Bolavoli Remaja.
(Amerika: Human Kinetics, 2008). h.93
a. Tangan diangkat keatas, siku diangkat dan ditarik kebelakang
pandangan tertuju kearah bola.
b. Menjelang bola turun, togok membusur semaksimal mungkin dan siku
ditarik kebelakang, sampai dibelakang sehingga siap untuk memukul
dengan cepat setelah bola mencapai sejangkauan tangan.
42
3) Sikap saat perkenaan bola
Setelah tangan pemukul berada diatas belakang kepala dan bola
berada sejangkauan tangan, maka bola segera dipukul. Perkenaan bola pada
tumit telapak tangan dibagian tengah bola. Lecutan tangan dan pergelangan
tangan sangat diperlukan, bila perlu dibantu dengan gerakan togok kedepan,
sehingga bola akan memutar lebih banyak. Pada waktu lengan dilecutkan,
siku jangan sampai ikut tertarik kebawah. Pindahkan berat badan kekaki
depan.
4) Gerak lanjutan
Gambar 2.9 Tahapan Akhir, Servis Atas. Sumber: USA Volleyball Melatih Bolavoli Remaja.
(Amerika: Human Kinetics, 2008). h.93
43
Gerakakan siku tangan pemukul kedepan bahu. Biarkan lengan
terayun kedepan sejauh mungkin, lengan cepat diturunkan, selanjutnya
pindahkan berat badan sambil melangkah masuk kedalam lapangan
permainan.
Gambar 2.10: Servis Atas Bolavoli Sumber: Dieter Beutelstahl, 2008: 12
La84 Foundation Volleyball Coaching Manual menyatakan bahwa
Serving is like throwing. A server must use his or her body weight to give
momentum to the ball. The transfer of body weight from one foot to the other
adds power to the serve.23 Servis atas dalam proses pembelajaran dapat
dilakukan dengan membagi-bagi tahap dalam melakukannya, dimulai dengan
gerak perkenalan bola dan dilanjutkan dengan gerakan melempar bola
hingga masuk kedalam gerak servis atas seutuhnya.
23
Volleyball Coaching Manual, (Los Angeles: LA84 Foundation, 2012) h. 105.
44
Mula-mula servis ini hanya dianggap sebagai pukulan permulaan saja,
cara melempar bola untuk memulai permainan. Tetapi servis kemudian
berkembang menjadi suatu senjata yang ampuh untuk mengawali serangan
sehingga menyulitkan lawan untuk menerimanya.
Dengan kemajuan serta perkembangan permainan bolavoli yang
semakin pesat, maka pengertian servis tidak lagi sebagai tanda dimulainya
permainan atau penyajian bola pertama, tetapi hendaknya diartikan sebagai
suatu serangan yang pertama bagi regu yang melakukan servis.
4. Pembelajaran Pendidikan Jasmani
a. Pembelajaran
Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh
pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan
mengokohkan kepribadian.24 Hamdani juga mengungkapkan bahwa belajar
merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian
kegiatan.25 Dengan kata lain tujuan dari aktifitas kegiatan belajar adalah
untuk merubah tingkah laku, baik dari segi pengetahuan, keterampilan
maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi.
Pembelajaran mempunyai tujuan yaitu membantu siswa agar
memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu, tingkah laku
24
Suyono dan Harianto, Belajar dan Pembelajaran (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), h. 9.
25 Hamdani, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 10.
45
siswa bertambah, baik kuantitas maupun kualitasnya.26 Tetapi perubahan
tingkah laku tidak akan terjadi jika tanpa adanya usaha dari orang yang
bersangkutan yang ingin mengembangkan kemampuan dan kreativitas, serta
sikap dan perilakunya sendiri. Berdasarkan teori yang dipaparkan di atas
menjelaskan bahwa seseorang yang telah belajar akan memperoleh
pengetahuan baru dan perubahan perilaku dalam diri mereka dan biasanya
akan bertahan lama. Perubahan perilaku bersifat relatif permanen, yang
berarti bahwa perubahan tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk waktu
tertentu akan tetap atau tidak berubah-ubah. Belajar ditandai dengan adanya
perubahan tingkah laku yang dilakukan secara sadar dimana orang tersebut
menyadari adanya perubahan dalam dirinya. Ini berarti bahwa hasil dari
belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku, yaitu adanya perubahan
tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi terampil.
Tanpa mengamati tingkah laku sebagai hasil belajar, kita tidak akan dapat
mengetahui ada tidaknya hasil belajar. Dimana perubahan tingkah laku
tersebut merupakan hasil dari latihan atau pengalaman.
Perubahan yang terjadi pada diri seseorang tidak semua merupakan
hasil belajar. Perubahan yang disebabkan karena pertumbuhan,
perkembangan dan kematangan bukan merupakan akibat belajar.27 Seperti
pertumbuhan jasmani (tinggi badan) bukan merupakan hasil dari belajar.
26
Ibid., h.47
27 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 6.
46
Pertumbuhan jasmani adalah proses berlangsungnya perubahan jasmani
yang sejalan dengan meningkatnya usia seseorang bukan karena hasil
belajar.
Perubahan yang didapat dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam
berbagai bentuk perubahan, pemahaman, tingkah laku, keterampilan,
kecakapan, kemampuan dan lain-lain yang merupakan aspek yang ada pada
individu itu sendiri. Kemampuan yang diperoleh seseorang setelah
melakukan kegiatan belajar dinamakan hasil belajar. Hal ini sesuai dengan
pendapat Sudjana, bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki seseorang setelah ia menerima pengalaman belajarnya.28 Maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa perubahan tingkah laku siswa merupakan
salah satu hasil dari kegiatan belajar yang meliputi beberapa aspek seperti
aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor. Dan untuk mengetahui
hasil belajar dari siswa tersebut maka guru bisa membuat seperangkat alat
tes untuk mengukur perubahan yang dialami oleh siswa baik secara kognitif,
afektif dan psikomotor.
b. Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang
memanfaatkan aktifitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam
kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan
28
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: Rosdakarya, 2008), h. 22.
47
jasmani menekankan pada aspek pendidikan yang bersifat menyeluruh
(kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berpikir kritis, stabilitas
emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral).
Pendidikan jasamani merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib
diselengarakan disekolah, yaitu sebagai mata pelajaran pokok yang harus
diikuti oleh seluruh siswa. Mata pelajaran ini mempunyai kekhasan
dibandingkan dengan mata pelajaran lainya, yaitu digunakannya atifitas
gerak fisik sebagai sarana/media dalam mendidik siswa. Dominannya
aktifitas gerak fisik jasmani ini bukan semata-mata untuk tujuan jangka
pendek, yaitu untuk mencapai gambaran siswa yang terlatih fisiknya saja,
tetapi lebih dari itu yang utama adalah pembentukan manusia seutuhnya,
yaitu manusia seperti dideskripsikan dalam tujuan pendidikan, sehinga dapat
disimpulkan bahwa mata pelajaran ini merupakan mata pelajaran yang
mengunakan aktifitas fisik sebagai media untuk mencapai tujaun pendidikan.
Aktifitas fisik ini dapat berupa kegiatan permainan yang dapat berbentuk
pertandingan, perlombaan dan pelatihan yang kesemuanya berorientasi
untuk mendidik siswa agar menjadi manusia seutuhnya.
Pendidikan jasmani adalah “pendidikan melalu iaktivitas jasmani”
dengan berpartisipasi dalam aktivitas fisik, siswa dapat menguasai
keterampilan dan pengetahuan, mengembangkan apresiasi astetis,
48
mengembangkan keterampilan generik serta nilai sikap yang positif, dan
memperbaiki kondisi fisik untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani.29
Bila ditinjau dari perdefenisi, pendidikan jasmani diartikan dengan
berbagai ungkapan dan kalimat. Namun esensinya sama yang jika
disimpulkan bermakna jelas, bahwa pendidikan jasmani memanfaatkan
akitifitas fisik untuk mengembangkan aspek intelektual, mental, emosional
dan moral dikembangkan dengan penekanan yang cukup mendalam.
Tujuan pendidikan jasmani pada umumnya untuk membantu siswa
agar tumbuh dan berkembang secara wajar sesuai dengan tujuan pendikan
nasional, yaitu menjadi manusia Indonesia seutuhnya. Pencapaian tujuan
tersebut berpangkal pada rencana pengalaman gerak yang sesuai dengan
karakteristik siswa. Tujuan pendidikan jasmani yang dikemukakan sebagai
berikut, “tujuan pendidikan jasmani, yaitu (a) pembentukan gerak, (b)
pembentukan prestasi, (c) pembentukan sosial dan (d) pertumbuhan.
Menurut Samsudin tujuan pendidikan jasmani : (a) meletakkan
landasan karakter yang kuat melalui internalisasi nilai dalam pendidikan
jasmani, (b) membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai
sikap sosial, dan toleransi dalam konteks kemajemukan budaya, etnis dan
agama, (c) menumbuhkan kemampuan berpikir kritis melalui tugas-tugas
pembelajaran pendidikan jasmani, (d) mengembangkan sikap sportif, jujur,
29
Samsudin, Kurikulum Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Jakarta: PPS UNJ 2011), h. 66.
49
disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri, dan demokratis melalui
aktifitas jasmani, (e) mengembangkan keterampilan gerak dan keterampilan
teknik serta strategi berrbagai permainan dan olahraga, aktivitas
pengembangan, senam, aktifitas ritmik, akuatik (aktifitas air), dan pendidikan
luar kelas (outdoor aducation), (f) mengembangkan keterampilan
pengeloloan diri dalam upaya mengembangkan dan memelihara kebugaran
jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktifitas jasmani, (g)
mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri dan
orang lain, (h) mengetahui dan memahami konsep aktifitas jasmani sebagai
informasi untuk mencapai kesehatan, kebugaran dan pola hidup sehat, (i)
mampu mengisi waktu luang dengan aktifitas jasmani yang bersifat
rekreatif.30 Dimensi dan aspek dan ruang lingkup pendidikan jasmani tidak
terbatas pada unsur jasmani saja, tetapi lebih ditekankan pada pendidikan
secara luas yang meliputi aspek intelektual, social, cultural, emosional dan
estetika.
Tujuan pendidikan jasmani sudah tercakup dari penjelasan di atas,
yaitu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari berbagai
kegiatan yang membina sekaligus mengembangkan potensi siswa, baik
dalam aspek fisik, mental, sosial, emosional dan moral.
30
Samsudin. Loc. cit., h. 59.
50
5. Belajar Gerak
Dalam Proses pembelajaran erat kaitannya dengan belajar gerak.
Belajar gerak (motor learning) adalah merupakan perubahan yang relatif
permanen dalam kinerja atau berhubungan dengan perubahan perilaku gerak
yang dihasilkan berkat latihan atau pengalaman di masa lalu.31 Wuest dan
Bucher menyebutkan bahwa belajar gerak adalah perubahan tingkah laku
seseorang yang berupa penguasaan keterampilan gerak sebagai hasil latihan
dan pengalaman.32
Schmidt memberikan gambaran yang lebih jelas tentang belajar gerak
atau yang biasa disebut motor learning dengan menyatakan pembelajaran
gerak adalah serangkaian proses yang dihubungkan dengan latihan atau
pengalaman yang mengarah pada perubahan perubahan yang relatif
permanen dalam kemampuan seseorang untuk menampilkan gerakan
gerakan yang terampil.33 Berdasarkan pada beberapa pengertian yang telah
dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa belajar keterampilan gerak
dapat dipengaruhi oleh proses pembelajaran dan pengalaman dan
keterampilan gerak merupakan proses latihan yang bertujuan untuk merubah
kemampuan agar dapat melakukan gerakan gerakan yang diinginkan dengan
baik.
31
David L. Gallahue, John C.Ozmun, Understanding Motor Development, (Boston:
MC.Graw-Hill, 2006) h.17 32
Deborah A. Wuest and Charles A. Bucher, Physical Education, Exercise Science, and
Sport. 16th
Edition (New York: McGraw-Hill Co, Inc. 2009) h.187 33
Richard A. Schmidt, Craig A. Wrisberg, Motor Learning and Performance, 2nd
Edition
(United States : Human Kinetics, 2000) h.
51
Dalam pembelajaran gerak disekolah perlu memperhatikan tahapan-
tahapan perubahan motorik siswa. Menurut S. Nasution dalam Sugiyanto
mengungkapkan bahwa belajar adalah perubahan urat-urat, perubahan
pengetahuan, dan perubahan perilaku, yang dihasilkan dari pengalaman dan
latihan.34
Kemampuan motorik merupakan salah satu indikator kebugaran yang
penting pada setiap individu yang erat kaitannya dengan pencapaian kualitas
fisik dan kualitas keterampilan gerak.
Kesimpulan pendapat di atas adalah bahwa belajar gerak adalah
seperangkat proses yang berhubungan dengan latihan dan pengalaman yang
mengantarkan kearah perubahan permanen dalam prilaku terampil. Dalam
proses belajar gerak ada tiga tahapan yang harus dilalui oleh siswa untuk
mencapai tingkat keterampilan yang sempurna (otomatis).
Tiga tahapan belajar gerak ini harus dilakukan secara berurutan,
karena tahap sebelumnya adalah prasyarat untuk tahap berikutnya. Apabila
ketiga tahapan belajar gerak ini tidak dilakukan oleh guru pada saat mengajar
pendidikan jasmani, maka guru tidak boleh mengharap banyak dari apa yang
selama ini mereka lakukan, khususnya untuk mencapai tujuan pendidikan
jasmani yang ideal.
34
S. Nasution dalam Sugiyanto dkk, Modul Perkembangan dan Belajar Motorik (Jakarta: Universitas Terbuka,2006), h. 267.
52
Model Fitt dan Posner dalam Richard A. Magill menerangkan bahwa
tahapan pembelajaran gerak dibagi kedalam tiga tahapan yang berbeda,
yaitu: tahap kognitif, tahap asosiasi, dan tahap otonom, dan tahapan ini
ditentukan oleh kecenderungan perilaku peserta didik yang diperlihatkan di
berbagai titik/poin selama proses pembelajaran.35
a. Tahap Kognitif
Tahap kognitif merupakan awal dari tahapan pembelajaran menurut
model Fitt dan Potsner. Selama tahap ini, peserta didik pertama kali
diperkenalkan pada keterampilan motorik baru dan tugas utamanya adalah
untuk mengembangkan pemahaman tentang persyaratan gerakan.36 Pada
tahap ini proses belajar diawali dengan aktif berpikir tentang gerakan yang
dipelajari. Penampilan motorik selama tahap ini ditandai oleh sejumlah besar
kesalahan, penampilan yang sangat bervariasi yang menunjukkan kurangnya
konsistensi dari suatu percobaan lainnya, dan meskipun siswa mungkin
menyadari bahwa mereka melakukan sesuatu yang salah, mereka umumnya
tidak tahu apa yang harus di lakukan untuk memperbaiki penampilannya
tersebut.37
Tahap ini memiliki ciri siswa menjadi tahu tentang gerakan yang
dipelajari, sedangkan penguasaan gerak masih belum baik karena masih
35
Fitt dan Posner dalam Richard A. Magill, Motor Learning and Control: Concepts and Aplications (New York: McGraw-Hill, 2011), h. 266.
36 ibid., h. 266.
37 Cheryl A. Coker, Motor Learning and Control for Practitioners. (New York: McGraw-Hill),
2004, h. 98.
53
dalam taraf mencoba-coba gerakan. Guru memainkan peran peran penting
dalam tahapan ini, yaitu dalam mendeteksi dan mengoreksi kesalahan
peserta didik sebab walaupun siswa mengetahui kesalahannya tapi dalam
tahap ini mereka belum memiliki kemampuan untuk menentukan penyebab
spesifik dari kesalahan dan tidak mungkin dapat membuat penyesuaian yang
diperlukan.
Pada tahap ini guru setiap akan memulai mengajarkan suatu
keterampilan gerak, pertama kali yang harus dilakukan adalah memberikan
informasi untuk menanamkan konsep-konsep tentang apa yang akan
dipelajari oleh siswa dengan benar dan baik, setelah siswa memperoleh
informasi tentang apa, mengapa, dan bagaimana cara melakukan aktifitas
gerak yang akan dipelajari, diharapkan di dalam benak siswa telah terbentuk
motor-plan, yaitu keterampilan intelektual dalam merencanakan cara
melakukan keterampilan gerak, apabila tahap kognitif ini tidak mendapakan
perhatian oleh guru dalam proses belajar gerak, maka sulit bagi guru
untuk menghasilkan anak yang terampil mempraktikkan aktivitas gerak yang
menjadi prasyarat tahap belajar berikutnya.
Kesimpulan dari berbagai pendapat yang telah dijelaskan bahwa pada
tahap kognitif ini sangat penting dan dibutuhkan perhatian yang lebih agar
anak atau siswa dalam melakukan gerakan selanjutnya yang sudah
kecabangan tidak mengalami kesalahan.
54
b. Tahap Asosiatif
Tahap asosiatif atau tahap menengah yang juga disebut tahap
“penyempurnaan” yaitu siswa fokus pada penampilan keterampilan agar
berhasil dan menjadi lebih konsisten dari percobaan satu ke percobaan yang
selanjutnya, dan selama tahap ini variabilitas penampilan berkurang serta
siswa memiliki kemampuan untuk mendeteksi dan mengidentifikasikan
beberapa kesalahan yang dilakukan.38 Tahap ini ditandai dengan tingkat
penguasaan gerak dimana siswa sudah mampu melakukan gerakan-gerakan
dalam bentuk rangkaian yang tidak tersendat-sendat pelaksanaannya.
Penampilan menjadi lebih konsisten dengan tetap mempraktikkan atau
latihan berulang-ulang maka pelaksanaan gerakan akan menjadi semakin
efektif dan efisien, serta kesalahan gerakan semakin berkurang.
Tahap ini bercirikan siswa menjadi semakin mampu tidak hanya
mendeteksi penyebab kesalahan, tetapi juga untuk mengembangkan strategi
yang tepat untuk menghilangkan kesalahan tersebut. Pemberian informasi
tentang kesalahan tetap penting bagi peningkatan keterampilan dan untuk
pengembangan lebih lanjut dalam mendeteksi dan mengoreksi kesalahan
siswa.39
Pada tahap ini siswa mulai mempraktikkan gerak sesuai dengan
konsep-konsep yang telah mereka ketahui dan pahami sebelumnya.Tahap ini
38
Ibid., h. 267. 39
Cheryl A. Coker, op.cit., h. 99.
55
juga sering disebut sebagai tahap latihan. Pada tahap latihan ini siswa
diharapkan mampu mempraktikkan apa yang hendak dikuasai dengan cara
mengulang-ulang sesuai dengan karakteristik gerak yang dipelajari. Apakah
gerak yang dipelajari itu gerak yang melibatkan otot kasar atau otot halus
atau gerak terbuka atau gerak tertutup, apabila siswa telah melakukan latihan
keterampilan dengan benar dan baik, dan dilakukan secara berulang baik di
sekolah maupun di luar sekolah, maka pada akhir tahap ini siswa diharapkan
telah memiliki keterampilan yang memadai.
Dapat disimpulkan bahwa tahap asosiatif merupakan tahap
penyempurnaan pola gerakan dari tahap kognitif yang ditandai dengan
gerakan yang semakin efektif dan efisien dimana kesalahan gerakan semakin
berkurang.
c. Tahap Otonom
Tahap otomatis adalah tahap akhir dari model tahap gerak. Pada
tahap otonom, penampilan mencapai tingkat tertinggi keahlian dan telah
menjadi otomatis. Tahap ini ditandai dengan penampilan gerak siswa menjadi
konsisten, percaya diri, membuat sedikit kesalahan dan biasanya dapat
mendeteksi dan memperbaiki kesalahan yang terjadi.40 Variabilitas
penampilan selama tahap ini sangat sedikit, keterampilan siswa menjadi lebih
konsisten dari satu percobaan ke percobaan berikutnya dan kualitas
40
Ibid., hh. 99-100.
56
pembelajaran dan latihan serta jumlah latihan adalah faktor penting dalam
menentukan keberhasilan pada tahap ini.
Pada tahap ini, peran guru atau pelatih diperlukan dalam upaya
melayani siswa dalam kapasitas sebagai motivator untuk membantu siswa
mencapai potensi peserta didik.41 Pada tahap ini siswa telah dapat
melakukan aktivitas secara terampil, karena siswa telah memasuki tahap
gerakan otomatis, artinya siswa dapat merespon secara cepat dan tepat
terhadap apa yang ditugaskan oleh guru untuk dilakukan. Tanda-tanda
keterampilan gerak telah memasuki tahapan otomatis adalah bila seorang
siswa dapat mengerjakan tugas gerak tanpa berpikir lagi terhadap apa yang
akan dan sedang dilakukan dengan hasil yang baik dan benar.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa tahap otomatisasi
merupakan tahap akhir pembelajaran gerak yang ditandai dengan tingkat
penguasaan gerakan dimana siswa mampu melakukan gerakan secara
otomatis tanpa terpengaruh, walaupun saat melakukan gerakan siswa
memperhatikan hal-hal lain selain gerakan yang dilakukan.
6. Karakteristik Peserta Didik Usia SMP
Kegiatan belajar mengajar yang terjadi saat ini tentu saja merupakan
satu rangkaian kegiatan yang terjadi oleh interaksi antara guru dan peserta
didik tentunya untuk mencapai tujuan pendidikan. Sebutan “peserta didik” itu
41
Richard A. Magill, op. cit., h. 267.
57
menggantikan sebutan “siswa” atau “murid” atau “pelajar” atau “student”.42
Penyebutan peserta didik tentunya akan memberikan perlakuan secara
menyeluruh dalam proses belajar mengajar dimana ada interaksi antar kedua
pelaku pembelajaran.
Seorang guru diharapkan menjadi jembatan antara tujuan pendidikan
dengan peserta didik. Dalam penyelenggaraan program pendidikan jasmani
hendaknya mencerminkan karakteristik program pendidikan jasmani itu
sendiri yakni “developmently appropriate practice”.43 Dimana seorang
pendidik memberikan tugas belajar sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan peserta didik, artinya tidak melampaui kemampuan siswa
dalam pembelajaran gerak sehingga tercapailah tujuan pendidikan jasmani.
Untuk mencapai tujuan tersebut tentu saja seorang pendidik harus
menguasai tentang bagaimana pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi
pada perserta didiknya, karena pada rentangan usia tertentu terdapat
karakteristik yang berbeda. Karakteristik peserta didik sekolah menengah
pertama berkisar antara 14-15 tahun. Perkembangan pada masa ini
termasuk dalam masa adolesensi. Sugiyanto et al menyebutkan “Masa
adolesensi merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa
dewasa.”44 Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang sangat pesat meskipun
42
Husdarta dan Nurlan Kusmaedi, Pertumbuhan dan Perkembangan (Olahraga dan Kesehatan), (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 3
43 Samsudin, op.cit., h.58.
44 Sugiyanto et al., Perkembangan dan Belajar Motorik (Jakarta:Mendikbud, 2007), h. 176.
58
pertumbuhan anak laki-laki lebih lambat dibandingkan dengan anak
perempuan. Anak perempuan terjadi pada kisaran usia 8,5 hingga 11,5 tahun
dengan puncak rata-rata pada 12,5 tahun, sedangkan untuk anak laki-laki
terjadi pada usia 10,5 hingga 14,5 dan mencapai puncak rata-rata pada 14,5
hingga 15,5 tahun.
Pada masa ini terdapat perbedaan secara morfologis yakni bertambah
melebarnya bahu dibandingkan pinggulnya untuk anak lelaki sebaliknya pada
anak perempuan terjadi pelebaran bagian pinggul dibandingkan bahu dan
pinggang. Pada masa adolesensi menuju dewasa terdapat pula perbedaan
secara morfologis untuk anak laki-laki terjadi percepatan pertumbuhan pada
tungkai sedangkan perempuan mengalami perlambatan.
Karena perbedaan fisik pada masa remaja ini sangat berdekatan
antara usia SMP dan SMA maka Sumantri dan Syaodih membedakan profil
perkembangan fisik antara siswa SLTP dengan SLTA sebagai berikut:45
Tabel 2.1 Perbedaan Profil Perkembangan Fisik Siswa SLTP dengan SLTA
No Remaja Awal SLTP Remaja Akhir SLTA
1. Laju perkembangan secara umum berlangsung secara pesat
Laju perkembangan secara umum kembali turun, sangat lambat
2. Proporsi ukuran tinggi dan berat badan sering kurang seimbang (termasuk otot dan tulang belakang)
Proporsi ukuran tinggi dan berat badan lebih seimbang mendekati kekuatan tubuh orang dewasa
45
Mulyani Sumantri dan Nana Syaodih, Perkembangan Peserta Didik (Jakarta: Universitas Terbuka Departemen Pendidikan Nasional, 2007)., h. 4.6.
59
3. Munculnya ciri sekunder (tumbuh bulu pada pubic region, otot mengembang pada bagian-bagian tertentu), disertai mulai aktifnya sekresi kelenjar jenis (mentruasi pada wanita dan polusi pada pria pertama kali)
Siap berfungsinya organ-organ reprodukif seperti pada orang-orang dewasa.
4. Gerak-gerik tampak canggung dan kurang terkoordinasikan
Gerak-geriknya mulai mantap
5. Aktif dalam berbagai jenis cabang permainan yang dicobanya
Jenis dan jumlah cabang permainan lebih selektif dan terbatas pada keterampilan yang menunjang pada persiapan kerja
Sumber : Mulyani Sumantri dan Nana Syaodih, Perkembangan Peserta Didik
(Jakarta: Universitas Terbuka Departemen Pendidikan Nasional, 2007).
Berdasarkan penjelasan tersebut maka dalam pengembangan model
yang nantinya akan disampaikan, peneliti akan mempertimbangkan
karakteristik-karekteristik pada siswa sekolah menengah pertama dimana
siswa makin aktif dengan cabang olahraga yang dimainkan, perubahan pada
fisik siswa. Hal ini dilakukan tentunya agar model yang akan disampaikan
tepat guna untuk pembelajaran seusia mereka.
Secara keseluruhan tahapan gerak pada servis bawah tentunya
dilakukan dengan koordinasi yang baik, hal ini sejalan dengan James
Tangkudung yang menyatakan koordinasi merupakan hal yang sangat
penting dikarenakan koordinasi adalah kemampuan untuk melakukan
gerakan dengan berbagai tingkat kesukaran dengan cepat dan efisien dan
60
penuh ketepatan46. Maka kemampuan untuk melaksanakan servis bawah
bolavoli tidak dapat dilakukan tanpa adanya koordinasi yang baik.
D. Rancangan Model
Perancangan produk pengembangan bentuk pembelajaran servis atas
pada bolavoli dikutip dari Borg and Gall memiliki langkah-langkah sebagai
berikut:
Gambar 2.11 Model Pengembangan R & D Sumber: Borg. W. R & Gall, M. D, Educational Research An Introduction
(New York: Longman, 1983), h. 775.
1) Potensi dan Masalah
Pertama kali yang ditentukan adalah sebuah ide-ide yang akan
dikembangkan, R&D dapat berangkat dari potensi dan masalah yang ada di
sekitar. Penentuan potensi masalah dalam model pengembangan model
pembelajaran servis bawah adalah berdasarkan studi pendahuluan yang
46
James Tangkudung, Kepelatihan Olahraga “Pembinaan Prestasi Olahraga” (Jakarta : Cerdas jaya, 2006) h. 68
Research and
information Planning
Develop preminary
form of product
Preminary field
testing
Operatinal field
testing Operational
product revition
Main field testing
Main product
revision
Final product
revision
Dissemination
and
implementation
61
pernah dilakukan oleh peneliti dilapangan dengan melakukan teknik
observasi dan wawancara dengan guru dan siswa maka dapat disimpulkan
pembelajaran servis atas bolavoli yang dilakukan masih masih monoton dan
belum terciptanya suasana pembelajaran yang aman, nyaman dan
menyenangkan pada pembelajaran servis atas bolavoli. Maka pembelajaran
servis atas bolavoli belum memberikan hasil yang memuaskan. Dari
permasalah ini semua, maka dari itu peneliti berinisaitif untuk
mengembangkan model pembelajaran servis atas bolavoli.
2) Pengumpulan Data
Mengumpulkan informasi; setelah potensi dan masalah dapat
ditunjukkan secara faktual, selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai informasi
yang dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan. Pengumpulan
data disini adalah mengkaji berbagai literatur atau kajian pustaka yang
berhubungan tentang konsep-konsep model yang akan dikembangkan sesuai
dengan produk akan dibuat serta mengacu kepada analisis kebutuhan, telaah
pakar dan uji coba lapangan
3) Desain Produk
Desain produk adalah hasil akhir serangkaian penelitian awal, dapat
berupa rancangan kerja baru, atau produk baru. Dalam tahap ini peneliti
membuat produk awal atau rancangan kerja baru berupa rangkaian model-
model pembelajaran servis atas dalam bolavoli. Dalam proses pembuatan
62
model latihan yang dikembangkan, peneliti dapat melakukan konsultasi
dengan para ahli agar dapat menghasilkan produk yang baik dan sempurna.
4) Validasi Desain
Validasi desain adalah proses untuk menilai apakah rancangan kerja
baru atau produk baru secara rasional lebih baik dan efektif dibandingkan
dengan yang lama, dengan cara meminta penilaian dari ahli yang
berpengalaman. Dalam tahap ini peneliti melakukan uji coba model yang
telah dibuat. Pengumpulan hasil data dari uji coba model di lapangan menjadi
pertimbangan bagi peneliti dan para ahli apakah model tersebut dapat
diterima.
5) Revisi Desain
Perbaikan desain produk setelah diketahui kelemahannya. Setelah
peneliti melakukan uji coba model di lapangan dan di dapatkan data dari uji
coba, peneliti melakukan konsultasi kembali kepada para ahli. Proses ini
brerguna untuk melakukan perbaikan.
6) Uji Coba Produk
Pada tahap ini merupakan uji coba utama produk yang telah di
hasilkan dan sudah mendapat revisi dari para ahli. Penilaian tentang hasil
pembelajaran servis atas bolavoli dilakukan sebelum dan sesudah proses
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran servis atas bolavoli
yang telah dikembangkan.
63
7) Revisi Produk
Tahap ini adalah tahap melakukan revisi kembali terhadap produk
yang telah di uji cobakan. Revisi produk dapat berdasarkan pendapat dari
para ahli serta hasil uji lapangan.
8) Uji Coba Pemakaian
Setelah melalui beberapa tahapan, termasuk uji coba dan revisi
produk. Peneliti dapat melakukan uji coba kembali untuk lebih
mempersiapkan produk yang akan dihasilkan untuk produksi masal.
9) Revisi Produk
Peneliti melakukan revisi terhadap produk akhir dari model
pembelajaran servis atas pada bolavoli berdasarkan saran dari para ahli dan
data pada saat uji coba produk
10) Produksi Masal
Peneliti menyebarkan produk yang telah di hasilkan melalui pertemuan
atau jurnal ilmiah. Peneliti dapat juga bekerja sama dengan penerbit untuk
sosialisasi produk.