bab ii kajian pustaka -...

26
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian Model Pembelajaran Agus Suprijono (2009: 46) model pembelajaran merupakan pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan oleh guru di kelas pada kegiatan pembelajaran. Dalam model pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi siswa dengan pendekatan, pembelajaran secara, dan teknik pembelajaran. Strategi pembelajaran Kemp (Rusman, 2010: 132) adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dicapai secara efektif dan efisien. Dick dan Carey (Rusman, 2010: 132) starategi pembelajaran adalah suatu perangkat materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada peserta didik atau siswa. Starategi dapat juga dikatakan rencana pembelajaran yang telah disusun dalam kegiatan pembelajaran agar tujuan pembelajaran yang telah disusun dapat tercapai secara optimal. Pendekatan pembelajaran Roy Kellen (Rusman, 2010: 132) dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Ada dua pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru menurunkan starategi pembelajaran berlangsung. Berpusat pada siswa menurunkan starategi pembelajaran inkuiri dan diskoveri serta pembelajaran induktif. Pendekatan merupakan konsep dasar yang mewadahi, menginsipirasi, menguatkan, dan melatari pembelajaran secara pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Rusman (2010: 132) Model Pembelajaran adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan starategi. Pembelajaran secara pembelajaran adalah prosedur, urutan, langkah-langkah, dan cara yang digunakan guru dalam

Upload: vobao

Post on 06-Feb-2018

222 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/953/3/T1_292008234_BAB II.… · contoh kongkrit berupa gambar-gambar dari suatu materi yang dipelajari

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Pengertian Model Pembelajaran

Agus Suprijono (2009: 46) model pembelajaran merupakan pola yang

digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun

tutorial. Model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar

dari awal sampai akhir yang disajikan oleh guru di kelas pada kegiatan

pembelajaran. Dalam model pembelajaran terdapat strategi pencapaian

kompetensi siswa dengan pendekatan, pembelajaran secara, dan teknik

pembelajaran.

Strategi pembelajaran Kemp (Rusman, 2010: 132) adalah suatu

kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan

pembelajaran dicapai secara efektif dan efisien. Dick dan Carey (Rusman, 2010:

132) starategi pembelajaran adalah suatu perangkat materi dan prosedur

pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil

belajar pada peserta didik atau siswa. Starategi dapat juga dikatakan rencana

pembelajaran yang telah disusun dalam kegiatan pembelajaran agar tujuan

pembelajaran yang telah disusun dapat tercapai secara optimal.

Pendekatan pembelajaran Roy Kellen (Rusman, 2010: 132) dapat

diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran.

Ada dua pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru menurunkan starategi

pembelajaran berlangsung. Berpusat pada siswa menurunkan starategi

pembelajaran inkuiri dan diskoveri serta pembelajaran induktif. Pendekatan

merupakan konsep dasar yang mewadahi, menginsipirasi, menguatkan, dan

melatari pembelajaran secara pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu untuk

mencapai tujuan pembelajaran.

Menurut Rusman (2010: 132) Model Pembelajaran adalah cara yang

dapat digunakan untuk melaksanakan starategi. Pembelajaran secara pembelajaran

adalah prosedur, urutan, langkah-langkah, dan cara yang digunakan guru dalam

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/953/3/T1_292008234_BAB II.… · contoh kongkrit berupa gambar-gambar dari suatu materi yang dipelajari

6

pencapaian tujuan pembelajaran. Dapat dikatakan bahwa pembelajaran secara

pembelajaran merupakan jabaran dari pendekatan. Satu pendekatan dapat

dijabarkan ke dalam berbagai pembelajaran secara pembelajaran. Dapat pula

dikatakan bahwa pembelajaran secara adalah prosedur pembelajaran yang

difokuskan ke pencapaian tujuan. Dari pembelajaran secara, teknik pembelajaran

diturunkan secara aplikatif, nyata, dan praktis di kelas saat pembelajaran

berlangsung.

Teknik merupakan cara kongkret yang dipakai saat proses pembelajaran

berlangsung. Guru dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor

pembelajaran secara yang sama yang digunakan guru dalam proses pembelajaran.

Satu pembelajaran secara dapat diaplikasikan melalui berbagai teknik

pembelajaran dalam menyampaikan materi pembelajaran pada siswa.

Menurut Mills (Agus Suprijono, 2009: 45) model pembelajaran adalah

bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang

atau kelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Model

pembelajaran merupakan landasan praktis pembelajaran hasil penurunan teori

psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis

terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di

kelas. Model pembelajaran dapat diartikan juga sebagai pola yang digunakan

untuk menyusun kurikulum, mangatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru

kelas. Rusman (2010: 132) model-model pembelajaran sendiri biasanya disusun

berdasarkan berbagai prinsip atau teori pengetahuan. Para ahli menyusun model

pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran, teori-teori psikologis,

sosiologis, dan analisis system teori-teori lain yang mendukung Joyce dan Weil

(Rusman, 2010: 133).

Menurut Trianto (2010: 52) model pembelajaran adalah kerangka

konseptual yang menggambarkan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Fungsi model pembelajaran

adalah sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam

melaksanakan pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran sangat dipengaruhi

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/953/3/T1_292008234_BAB II.… · contoh kongkrit berupa gambar-gambar dari suatu materi yang dipelajari

7

oleh sifat dari materi yang akan diajarkan, tujuan yang akan dicapai dalam

pembelajaran tersebut, serta tingkat kemampuan peserta didik.

Dengan demikian, bisa terjadi suatu strategi pembelajaran

menggunakan beberapa pembelajaran secara. Misalnya, untuk melaksanakan

strategi ekspositori bisa digunakan pembelajaran secara ceramah sekaligus

pembelajaran secara tanya jawab atau bahkan diskusi dengan memanfaatkan

sumber daya yang tersedia termaksud menggunakan media pembelajaran. Oleh

sebab itu, strategi berbeda dengan pembelajaran secara, strategi menunjukkan

pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan pembelajaran secara

adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. Dengan kata lain,

strategi adalah a plan of operation achieving something; sedangkan pembelajaran

secara adalah a way in achieving something.

Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi pada tingkat satuan

pendidikan (KTSP) merupakan suatu kegiatan tugas professional pendidikan,

yang bertolak dari perubahan kondisi pembelajaran saat ini dan merekonstruksi

suatu model pembelajaran ke masa yang akan datang. Berkaitan dengan hal itu

perlu dipahami terlebih dahulu apa dan bagaimana model dalam konteks praktik

pembelajaran.

Dengan demikian, suatu model dapat ditinjau dari aspek mana kita

memfokuskan suatu pemecahan permasalahannya. Pengertian model

pembelajaran dalam konteks ini, merupakan landasan praktik pembelajaran hasil

penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar, yang dirancang

berdasarkan proses analisis yang diarahkan pada implementasi KTSP dan

implikasinya pada tingkat operasional dalam pembelajaran.

Berdasarkan pendapat Ahli mengenai model pembelajaran di atas,

peneliti mengambil kesimpulan bahwa model pembelajaran adalah suatu proses

belajar yang tersusun secara sistematis sehingga tercipta perubahan perilaku

individu yang baik dan menciptakan pembelajaran yang aktif di dalam kelas yaitu

antara guru dan siswa terjadi umpan balik seperti penggunaan model

pembelajaran examples non examples siswa di tuntut untuk aktif dan teliti di

dalam menganalisis gambar, sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/953/3/T1_292008234_BAB II.… · contoh kongkrit berupa gambar-gambar dari suatu materi yang dipelajari

8

2.1.2. Pengertian Model Pembelajaran Examples Non Examples

Menurut Afrisanti Lusita (2011: 83) Model Examples Non Examples

adalah model mengajar yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat

dari kasus atau gambar yang relevan. Model Pembelajaran Examples Non

Examples atau juga biasa di sebut example and non-example merupakan model

pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran.

Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat

menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk diskripsi singkat mengenai

apa yang ada didalam gambar. Penggunaan Model Pembelajaran Examples Non

Examples ini lebih menekankan pada konteks analisis siswa. Biasa yang lebih

dominan digunakan di kelas tinggi, namun dapat juga digunakan di kelas rendah

dengan menekankan aspek psikoligis dan tingkat perkembangan siswa kelas

rendah seperti; kemampuan berbahasa tulis dan lisan, kemampuan analisis ringan,

dan kemampuan berinteraksi dengan siswa lainnya.

Model Pembelajaran Examples Non Examples menggunakan gambar

dapat melalui OHP, Proyektor, ataupun yang paling sederhana adalah poster.

Gambar yang kita gunakan haruslah jelas dan kelihatan dari jarak jauh, sehingga

anak yang berada di belakang dapat juga melihat dengan jelas. Konsep pada

umumnya dipelajari melalui dua cara. Paling banyak konsep yang kita pelajari di

luar sekolah melalui pengamatan dan juga dipelajari melalui definisi konsep itu

sendiri. Examples and Non examples adalah taktik yang dapat digunakan untuk

mengajarkan definisi konsep. Taktik ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa

secara cepat dengan menggunakan 2 hal yang terdiri dari examples dan non

examples dari suatu definisi konsep yang ada, dan meminta siswa untuk

mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang ada. Examples

memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang

sedang dibahas, sedangkan non-examples memberikan gambaran akan sesuatu

yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang dibahas.

Examples Non Examples melalui persiapan gambar, diagram, atau tabel

sesuai materi bahan ajar dan kompetensi, sajikan gambar ditempel atau pakai

OHP, dengan petunjuk guru siswa mencermati sajian, diskusi kelompok tentang

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/953/3/T1_292008234_BAB II.… · contoh kongkrit berupa gambar-gambar dari suatu materi yang dipelajari

9

sajian gambar tadi, presentasi hasil kelompok, bimbingan penyimpulan, evaluasi

dan refleksi (Ngalimun, 2012: 146).

Berdasarkan penjelasan mengenai pengertian model pembelajaran

examples non examples, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran examples

non examples adalah model pembelajaran dengan menggunakan media gambar

untuk di analisis oleh siswa dan menghasilkan diskripsi singkat dari suatu materi

pelajaran menekankan kemampuan siswanya untuk menganalisis sebuah konsep

dengan contoh dan non contoh yaitu dari contoh materi yang dibahas dan bukan

contoh dari suatu materi yang dibahas.

Pengertian model pembelajaran examples non examples menurut

peneliti adalah suatu pembelajaran yang dilakukan siswa dengan menghadirkan

contoh kongkrit berupa gambar-gambar dari suatu materi yang dipelajari siswa.

Sehingga siswa dapat belajar suatu materi dengan lebih jelas dan mudah

dipahami dan akan membuat siswa tidak menjadi jenuh atau bosan dalam

mengikuti pelajaran.

2.1.3. Keuntungan Model Pembelajaran Examples Non Examples Menurut

Para Ahli

a. Menurut Buelh (Sofyan Adi Kusuma 2011: 8) keuntungan dari model

pembelajaran Examples Non Examples adalah sebagai berikut:

1. Siswa berangkat dari suatu definisi yang selanjutnya digunakan untuk

memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih

komplek.

2. Siswa terlibat dalam suatu proses discovery (penemuan), yang mendorong

mereka untuk membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari

Examples non Examples.

3. Siswa diberi suatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik dari

suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian non exampels yang

dimungkinkan masih terdapat bagian yang merupakan suatu karakter dari

konsep yang telah dipaparkan pada bagian examples.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/953/3/T1_292008234_BAB II.… · contoh kongkrit berupa gambar-gambar dari suatu materi yang dipelajari

10

b. Menurut Buehl (Depdiknas, 2007: 219) mengemukakan keuntungan model

pembelajaran examples non examples antara lain:

1. Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk

memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih

kompleks.

2. Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang mendorong

mereka untuk membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari

examples dan non examples.

3. Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik dari

suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian non examples yang

dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian yang merupakan suatu karakter

dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian examples.

Berdasarkan penjelasan kedua ahli tentang keuntungan model

pembelajaran examples non exampels, dapat di simpulkan bahwa pada intinya

sama yaitu bermula dari sutu definsi kemudian digunakan untuk memperluas

sebuah konsep dan pemahaman dari suatu materi pembelajaran dengan lebih

mendalam dan lebih kompleks.

Siswa terlibat langsung dalam suatu discovery untuk menemukan

sesuatu dari examples non exampels siswa dapat membangun suatu konsep secara

progresif dari examples non examples. Siswa dapat mengeksplorasi seluas-luasnya

dari suatu konsep dengan mempertimbangkan dari contoh dan bukan contoh dari

suatu materi yang di jelaskan.

Menurut peneliti keuntungan dari model pemebelajaran examples non

examples adalah:

1. Siswa dapat mamahami materi dengan lebih jelas dengan menampilkan

contoh-contoh yang lebih kongkrit dengan visualisasi gambar.

2. Siswa akan lebih berfikir kritis terhadap suatu pokok permasalahan yang

dihadapi.

3. Siswa terlibat langsung dalam kegiatan untuk menemukan suatu konsep secara

langsung dari hasil analisis siswa.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/953/3/T1_292008234_BAB II.… · contoh kongkrit berupa gambar-gambar dari suatu materi yang dipelajari

11

4. Siswa dapat diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya di depan

kelas.

2.1.4. Langkah-langkah Model Pembelajaran Examples Non Examples

a. Langkah-langkah pembelajaran dalam model pembelajaran examples non

examples Menurut Herdian (2009) adalah sebagai berikut:

1. Persiapkan gambar, diagram, atau tabel sesuai materi bahan ajar dan

kompetensi.

2. Sajikan gambar ditempel atau pakai OHP.

3. Dengan petunjuk guru siswa mencermati sajian.

4. Diskusi kelompok tentang sajian gambar tadi.

5. Presentasi hasil kelompok.

6. Bimbingan penyimpulan.

7. Evaluasi dan,

8. Refleksi.

b. Menurut Joyce dan Weil (1986) menjelaskan bahwa seorang guru dalam

melaksanakan pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran

examples non examples adalah pembelajaran secara belajar yang

menggunakan Contoh-contoh dapat dari kasus/gambar yang relevan dengan

kompetensi dasar sebaiknya memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.

2. Guru menempelkan gambar di papan.

3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk

memperhatikan/menganalisa gambar.

4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar

tersebut dicatat pada kertas.

5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.

6. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai

tujuan yang ingin dicapai.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/953/3/T1_292008234_BAB II.… · contoh kongkrit berupa gambar-gambar dari suatu materi yang dipelajari

12

c. Menurut Agus Suprijono (2009: 125) langkah-langkah model pembelajaran

examples non examples adalah;

1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.

2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP.

3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk

memperhatikan/menganalisis gambar.

4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisis gambar

tersebut dicatat pada kertas.

5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.

6. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai

tujuan yang inggin dicapai.

7. Kesimpulan.

d. Menurut Afrisanti Lusita (2011: 83) model pembelajaran Examples Non

Examples adalah model mengajar yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-

contoh dapat dari kasus atau gambar yang relevan. Langkah-langkah yang

dilakukan adalah;

1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.

2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP.

3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk

memperhatikan dan menganalisis gambar.

4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisis gambar

tersebut dicatat pada kertas.

5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.

6. Mulai dari komentar dan hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi

sesuai tujuan yang inggin dicapai.

7. Kesimpulan.

Kebaikan:

1. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.

2. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.

3. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/953/3/T1_292008234_BAB II.… · contoh kongkrit berupa gambar-gambar dari suatu materi yang dipelajari

13

Kekurangan:

1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.

2. Memakan waktu yang lama.

e. Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

exampels non examples menurut peneliti yaitu sebagai berikut:

Langkah-langkah Pembelajaran

Kegiatan Siswa

Pertama Siswa memperhatikan guru memberikan apersepsi. Kedua Siswa memperhatikan guru menyampaikan materi

pokok tentang materi pokok dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan di capai.

Ketiga Siswa memperhatikan guru menyiapkan gambar-gambar dan menempelkan gambar dipapan tulis.

Keempat Siswa diberi kesempatan oleh guru untuk menganalisis gambar.

Kelima Siswa memperhatikan guru menjelaskan maksud dari gambar yang belum dipahami.

Keenam Siswa memperhatikan guru membagi kelompok menjadi 2-3 siswa dalam satu kelompok untuk mendiskusikan gambar yang sudah dibagikan serta mencatat hasil kerja pada kertas.

Ketujuh Siswa memperhatikan guru menyampaikan cara melakukan diskusi.

Kedelapan Perwakilan kelompok membacakan dan menulis hasil diskusi kelompoknya.

Kesembilan Siswa dan guru membahas hasil diskusi dari masing-masing kelompok.

Kesepuluh Siswa yang aktif diberi motivasi oleh guru agar lebih aktif lagi dalam belajar.

Kesebelas Siswa yang pasif diberi semangat agar berlomba untuk aktif dalam belajar.

Keduabelas Siswa diberikan kesempatan bertanya mengenai materi pelajaran yang belum dipahami.

Ketigabelas Kesimpulan. Keempatbelas Refleksi.

Jadi kesimpulan dari tahap-tahap penggunaan model pembelajaran

examples non examples dalam pembelajaran materi PKn yang di pelajari adalah

melakukan penjelasan materi dari hasil analisis dan diskusi kelompok siswa

terhadap suatu materi dengan menggunakan media gambar dan guru menjelaskan

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/953/3/T1_292008234_BAB II.… · contoh kongkrit berupa gambar-gambar dari suatu materi yang dipelajari

14

materi tersebut dari hasil analisis siswa. Sehingga siswa juga dapat memahami

suatu konsep dalam pembelajaran dengan mudah yaitu menganalisa dengan

menggunakan gambar-gambar yang relevan dari suatu materi yang dipelajarinya.

2.1.5. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan

pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditinjau dari

berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah

laku, keterampilan, kecakapan merupakan aspek-aspek lain yang ada pada

individu yang belajar Sudjana(1989: 5).

Menururt Gagne (Agus Suprijono,2009: 2) mendefinisikan bahwa

belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan melalui aktivitas. Travers

dalam Suprijono (2009: 2) belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian

tingkah laku. Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam

kompetensi, keterampilan, dan sikap belajar. Belajar sejak manusia lahir sampai

akhir hayat Buharuddin (2007: 11).

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto,

2010: 2).

Menurut pandangan B. F. Skinner (Mawardi, 2011: 30) belajar

merupakan suatu proses atau penyesuaian tingkah-laku yang berlangsung secara

progressif. Pengertian belajar ialah suatu perubahan dalam kemungkinan atau

peluang terjadinya respons. Skiner berpendapat bahwa ganjaran merupakan salah

satu unsur yang penting dalam proses belajar, hanya istilahnya perlu diganti

dengan penguatan. Ganjaran adalah sesuatu yang menggembirakan. Sedangkan

penguatan adalah sesuatu yang mengakibatkan meningkatnya suatu respon

tertentu.

Menurut David Ausubel (Mawardi, 2011: 34-35) berpendapat

keberhasilan belajar siswa sangat ditentukan oleh kebermaknaan bahan ajar yang

dipelajari. Ausubel mengidentifikasi empat kemungkinan tipe belajar, yaitu (1)

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/953/3/T1_292008234_BAB II.… · contoh kongkrit berupa gambar-gambar dari suatu materi yang dipelajari

15

belajar dengan penemuan yang bermakna, (2) belajar dengan yang bermakna, (3)

belajar dengan penemuan yang tidak bermakna, (4) belajar dengan ceramah yang

tidak bermakna.

Menurut Mawardi, 2011: 38) belajar merupakan suatu proses aktif baik

fisik maupun mental peserta didik dalam membangun pengetahuan, bukan

sebaliknya sebagai proses pasif mendengarkan ceramah guru/dosen. Hal ini

berarti peserta didik aktif dalam mengemukakan penalaran (alasan), menemukan

kaitan yang satu dengan yang lain, mengkombinasikan ide/gagasan,

mengemukakan bentuk representasi yang tepat, dan mengemukakan semua itu

untuk memecahkan masalah.

Berdasarkan pengertian tentang belajar yang dikemukakan oleh

beberapa ahli pada intinya bahwa belajar merupakan suatu proses yang dilakukan

oleh seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya dan terjadinya

perubahan perilaku yang ditunjukkan dari hasil belajar itu. Tetapi proses, usaha

itu harus dilakukan secara sengaja dan sadar karena terdapat perubahan tingkah-

laku seseorang yang bukan dari hasil peristiwa yang disengaja. Oleh karena itu

tidak setiap perubahan dalam individu merupakan berubahan dalam arti belajar.

Pengertian belajar menurut peneliti adalah segala kegiatan yang

dilakukan seseorang baik secara sengaja atau tidak sengaja yang akan membawa

perubahan pada diri seorang anak baik sesuatu yang baik atau yang jahat, baik

secara akademik maupun non akademik. Tetapi belajar disini lebih pada bidang

akademik siswa dengan ditandai meningkatnya hasil belajar siswa.

2.1.6. Faktor-faktor Yang Menpengaruhi Belajar

Menurut Slameto (2003, 54-70) faktor-faktor yang mempengaruhi

belajar adalah faktor intern dan faktor ekstern.

a. Faktor-faktor Internal terbagi menjadi 3 bagian yaitu:

1. Faktor Jasmaniah

Ada dua faktor yaitu kesehatan dan cacat tubuh. Faktor kesehatan adalah

sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya/bebas

dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat, kesehatan seseorang

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/953/3/T1_292008234_BAB II.… · contoh kongkrit berupa gambar-gambar dari suatu materi yang dipelajari

16

berpengaruh terhadap belajar. Sedangkan cacat tubuh adalah sesuatu yang

menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan. Cacat

tubuh bisa berupa buta, lumpuh dan sebagainya.

2. Faktor psikologis

Faktor psikologis, ada tujuh faktor yang tergolong ke faktor psikologis

yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah intelegensi, perhatian, minat,

bakat, motif, kematangan dan kelelahan. Pertama faktor intelegensi adalah

kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan

menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan berpengaruh,

mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara berpengaruh,

mengetahui relasi dan mempelajari dengan cepat. Kedua faktor perhatian menurut

Gazali (Slameto,2003: 56) adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun

semata-mata tertuju pada suatu objek (benda/hal) atau sekumpulan objek. Ketiga

faktor minat Hilgard (Slameto,2003: 57) rumusan tentang minat adalah “Interest

is persisting tendency to pay attention to and enjoy some activety or content”

minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang

beberapa kegiatan. Keempat faktor bakat Hilgard (Slameto,2003: 57) bakat adalah

“the capacity to learn” bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kelima faktor

motif adalah erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Keenam

faktor kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang,

dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Dan

ketujuh faktor kesiapan menurut Jamies Drever (Slameto,2003: 60) Preparedness

to respond or react. Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respons atau

bereaksi.

3. Faktor kelelahan

Faktor kelelahan dapat dibedakan menjadi dua faktor yaitu faktor jasmani

dan faktor rohani. Faktor kelelahan jasmani adalah terlihat dengan lemah

lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh.

Sedangkan faktor rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan,

sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/953/3/T1_292008234_BAB II.… · contoh kongkrit berupa gambar-gambar dari suatu materi yang dipelajari

17

b. Faktor ekstern yang berasal dari luar diri siswa, yaitu:

1. Faktor keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga: cara orang

tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan

ekonomi keluarga. Pertama cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruh bagi

anaknya hal ini jelas dipertegaskan oleh Sutjipto Wirowidjoj (Slameto, 2003: 61)

bahawa keluarga adalah lembaga pendidik pertama dan utama. Kedua relasi

antaranggota keluarga adalah relasi orang tua dengan anaknya. Ketiga suasana

rumah sebagai situasi atau kejadian-kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga

dimana anak berada dan belajar. Keempat keadaan ekonomi keluarga erat

hubungannya dengan belajar anak. Kelima pengertian orang tua anak belajar perlu

dorongan dan perhatian orang tua. Keenam latar belakang kebudayaan tingkat

pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam

belajar.

2. Faktor sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup pembelajaran

secara pembelajaran, pembelajaran secara pembelajaran adalah suatu cara/jalan

yang harus dilalui dalam mengajar. Kurikulum diartikan sebagai sejumlah

kegiatan yang diberikan kepada siswa. Relasi guru dengan siswa proses belajar

mengajar yang terjadi antara guru dengan siswa mempengaruhi belajar siswa.

Relasi siswa dengan siswa guru kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana,

siswa mendapatkan sifat-sifat dan tingkah laku dari teman lain yang kurang

menyenangkan. Disiplin sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam

sekolah dan juga dalam belajar. Alat peraga berhubungan dengan belajar siswa

karena membantu menerima bahan yang diajarkan. Waktu sekolah merupakan

mempengaruhi belajar siswa jika terlalu lama juga bisa menyebabkan anak kurang

berpengaruh menerima pembelajaran. Gedung sekolah, jika gedung yang kurang

memadai bagaimana mungkin mereka bisa belajar dengan baik. Pembelajaran

secara belajar banyak siswa belajar yang salah perlu pembinaan dari guru. Tugas

rumah waktu belajar adalah di sekolah guru jangan terlalu banyak memberi tugas

rumah pada siswa.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/953/3/T1_292008234_BAB II.… · contoh kongkrit berupa gambar-gambar dari suatu materi yang dipelajari

18

3. Faktor masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern juga mempengaruhi terhadap hasil

belajar siswa. Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkat terhadap

perkembangan pribadinya. Tetapi jangan terlalu banyak karena dapat

mempengaruhi belajar siswa. Media sepeti TV dan radio dapat mempengaruhi

belajar anak, orang tua lebih membingan anak untuk belajar. Teman bergaul lebih

cepat masuk dalam jiwa, jika teman bergaul yang baik maka belajar siswa akan

baik, sebaliknya jika teman bergaul yang kurang baik akan mengakibatkan belajar

siswa yang jahat. Kehidupan masyarakat jika dalam masyarakat yang tidak

berpendidikan, pencuri, penjudi dan lain sebagainya dapat berpengaruh jelek pada

anak.

Jadi berdasarkan penjelasan diatas bahwa belajar dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor di antaranya faktor internal dan faktor eksternal dengan adanya

beberapa faktor ini dapat mempengaruhi keadaan belajar siswa yang kurang

berpengaruh yang dapat mengakibatkan hasil belajar siswa menjadi rendah.

2.1.7. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Agus Suprijono (2009: 5) hasil belajar adalah pola-pola

perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan

keterampilan. Menurut Gagne (Agus Suprijono, 2009: 6) hasil belajar berupa:

a. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk

bahasa, baik lisan maupun tulisan.

b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan

lambing. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi

kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-

prinsip keilmuan.

c. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas

kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah

dalam pemecahan masalah.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/953/3/T1_292008234_BAB II.… · contoh kongkrit berupa gambar-gambar dari suatu materi yang dipelajari

19

d. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak

jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujut otomatisme gerak

jasmani.

e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan

penilaian terhadap objek tersebut. Sikap merupakan kemampuan menjadikan

nilai-nilai sebagai standar perilaku.

Menurut Bloom (Agus Suprijono, 2009: 6) hasil belajar adalah

mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sedangkan menurut

Lindgren (Suprijono, 2009: 7) hasil belajar meliputi kecakapan, informasi,

pengertian dan sikap.

Berdasarkan uraian tentang definisi hasil belajar, pada intinya hasil

belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah

mengalami aktivitas belajar. Dapat dikatakan pula bahwa hasil belajar

mencerminkan sejauh mana para siswa telah mencapai tujuan-tujuan

pembelajaran yang menuju kearah positif hal tersebut meliputi aspek-aspek

kognitif, afektif, psikomotor. kemudian diperjelas pada teori Sukmadinata bahwa

perubahan perilaku digolongkan menjadi tiga ranah yang meliputi kognitif, afektif

dan psikomotorik. Oleh karena itu pembelajaran yang baik seharusnya dapat

mencapai tiga ranah tersebut tidak hanya pemahaman saja yang dicapai.

Jadi peneliti menyimpulkan hasil belajar adalah perubahan tingkah laku

yang terjadi pada individu karena melakukan interaksi dengan lingkungan

(belajar) dan perubahan tingkah laku yang dimaksud meliputi tiga ranah yaitu

kognitif, afektif, psikomotorik dan perubahan tersebut merupakan perubahan ke

arah positif dalam penelitian ini perubahan tingkah laku yang dimaksud meliputi

pemahaman konsep terhadap materi PKn, dapat menilai hasil kerja orang lain.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/953/3/T1_292008234_BAB II.… · contoh kongkrit berupa gambar-gambar dari suatu materi yang dipelajari

20

2.1.8. Hakikat PKn, Pengertian PKn, Tujuan PKn, Struktur Keilmuan PKn

dan Teori Yang Mendasari PKn

A. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Secara historis-kurikuler, kemasan kurikuler pendidikan kewargaan

telah mengalami pasang surut. Dalam kurikulum sekolah sudah dikenal, mulai

dari Civics tahun 1962, Pendidikan Kewargaan Negara dan Kewargaan Negara

tahun 1968, Pendidikan Moral Pancasila tahun 1975, Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan tahun 1994 dan Pendidikan Kewarganegaraan tahun 2004.

Sementara itu diperguruan tinggi sudah di kenal Pancasila dan Kewiraan Nasional

tahun 1960-an, Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewiraan tahun 1985 dan

Pendidikan Kewarganegaraan tahun 2003. Di negara lain kemasan kurikuler

seperti itu dikenal sebagai civic education dalam konteks wacana pendidikan

untuk Kewarganegaraan yang demokratis menurut konstitusi negaranya masing-

masing. Sebagaimana berkembang di berbagai belahan dunia, tercatat adanya

berbagai nomenklatuur untuk itu, yakni: “Citizenship education” (Uk), termaksud

di dalamnya “Civic education” (USA) atau disebut juga Pendidikan

Kewarganegaraan (Indonesia), atau “Limatul muwwatanah/at tarbiyatul al

watoniyah (Timur Tengah) atau “education civicas” (Mexico), atau

“Sachunterricht” (Jerman) atau “civics” (Australia) atau “social studies” (New

Zealand) atau “Life Orientation” (Afrika Selatan) atau “people and society”

(Hungary), atau “Civics and moral education” (Singapore) (Kerr: 1999;

Winataputra: 2001). Semua itu merupakan wahana pendidikan karakter (character

education) yang bersifat multidimensional (Cogan and Derricott: 1998) yang

dimiliki oleh kebanyakan negara di dunia.

CIVITAS International (2006) merumuskan konsep tersebut secara

lebih luas seperti berikut: “Civic education involves many things: the study of

constitutions; the rule of law and the operations of public institutions; the study of

electoral processes; instruction in the values and attitudes of good citizenship; the

development of the skill of government and politics; issues of human rights and

intergroup relations; and conflict resolution Civic education is pedagogy,

encompassing education and training of both yauths and adults in and outside of

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/953/3/T1_292008234_BAB II.… · contoh kongkrit berupa gambar-gambar dari suatu materi yang dipelajari

21

schools. Civic education can also take place through radio and televition

beoadcasting and other means. Distance learning teachniques are increasingly

important, particularly in the developing world.

Ditinjau dari sudut kebahasaan, ada perbedaan antara PKn (n) dengan

PKN (N). PKN (N) adalah Pendidikan Kewargaan Negara, sedangkan PKn (n)

adalah Pendidikan Kewarganegaraan. Pendidikan Kewargaan Negara adalah

pendidikan yang berkenaan dengan status seseorang sebagai warga negara suatu

negara, sedangkan Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan yang

berkenaan dengan hal-ihwal kewarganegaraan.

Berpijak dari peristilahan tersebut, dalam perkembangannya terdapat

berbagai penafsiran dan ketidak-konsistenan dalam penggunaannya. Menurut

Soemantri (Mawardi, 2011: 3) Pendidikan Kewargaan Negara (PKN) adalah

padanan civic education, yang merupakan mata pelajaran sosial yang bertujuan

untuk membentuk atau membina warga negara yang baik, yaitu warganegara yang

tahu, mau dan mampu berbuat baik. Warga negara yang baik adalah warga negara

yang mengetahui dan menyadari serta melaksanakan hak dan kewajibannya

sebagai warga negara menurut Winataputra (Mawardi, 2011: 4). Sedangkan PKn

(n) adalah Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu pendidikan yang menyangkut

status formal warga negara yang pada awalnya diatur dalam Undang-Undang No.

2 th. 1949. Undang-undang ini berisi tentang diri kewarganegaraan, dan peraturan

tentang naturalisasi atau pemerolehan status sebagai warga negara Indonesia

menurut Winataputra (Mawardi, 2011: 4). Undang-undang ini telah diperbaharui

dalam UU No. 62 th. 1958. Dalam perkembangannya, UU ini dianggap cukup

diskriminatif, sehingga diperbaharui lagi menjadi UU No. 12 th. 2006 tentang

kewarganegaraan, yang telah diberlakukan mulai 1 Agustus 2006. UU ini telah

disahkan oleh DPR dalam sidang paripurna tanggal 11 Juli 2006. Sedangkan R.

Gultom (1992) menggunakan istilah PKn untuk menjelaskan pendidikan yang

bertujuan untuk membina warganegara memahami hak dan kewajibannya.

Sedangkan PKN adalah pendidikan yang berkenaan dengan statusnya sebagai

Warga Negara Indonesia.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/953/3/T1_292008234_BAB II.… · contoh kongkrit berupa gambar-gambar dari suatu materi yang dipelajari

22

Untuk menghindari perbedaan penafsiran, maka dalam buku ini di

gunakan istilah Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sebagai padanan dari civics

education, seturut dengan istilah yang digunakan oleh Undang-Undang Sistem

Pendidikan Nasional (UUSPN) NO. 20 Tahun 2003, Badan Standar Nasional

Pendidikan (BSNP) Tahun 2006 dan Permendiknas No. 22 tahun 2006 Standar Isi

Pendidikan Dasar dan Menengah di Indonesia.

Landasan yuridis operasional eksistensi PKn dapat dicermati dari

ketentuan berikut:

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) NO. 20 Tahun 2003.

Dalam pasal 37 ayat (1) dinyatakan bahwa kurikulum pendidikan dasar

dan menengah wajib memuat:

a. Pendidikan Agama

b. Pendidikan Kewarganegaraan

c. Bahasa

d. Matematika

e. Ilmu Pengetahuan Alam

f. Ilmu Pengetahuan Sosial

g. Seni dan Budaya

h. Pendidikan Jasmani dan Olah Raga

i. Keterampilan/Kejujuran dan

j. Muatan Lokal.

Pasal 37 ayat (1) dinyatakan bahwa “Pendidikan Kewarganegaraan

dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki

rasa kebangsaan dan cinta tanah air”.

1. Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi Pendidikan dasar dan

Menengah Jo PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

(SNP)

Dalam pasal 1 ayat (2) Permendiknas No. 22 tahun 2006 yang merunjuk

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tantang Standar Nasional

Pendidikan Pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa kurikulum untuk jenis

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/953/3/T1_292008234_BAB II.… · contoh kongkrit berupa gambar-gambar dari suatu materi yang dipelajari

23

pendidikan umum, kejujuran, dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan

menengah terdiri atas:

a. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia;

b. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian;

c. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi;

d. Kelompok mata pelajaran estetika;

e. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan.

B. Pengertian PKn

Tentang hakikat PKn, ada berbagai pandangan mengenai apa itu PKn.

Pandangan-pandangan tersebut antara lain adalah:

a. Azyumardi Azar: “Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan yang

mengkaji dan membahas tentang pemerintahan, konstitusi, lembaga-lembaga

demokrasi, rule of law, HAM, hak dan kewajiban warga negara, serta proses

demokrasi”

b. Zamroni: “Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang

bertujuan untuk mempersiapkan masyarakat berfikir kritis dan bertindak

demokratis”

c. Sordijarto: “Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan politik yang

bertujuan untuk membentu peserta didik untuk menjadi warganegara yang

secara politik dewasa dan ikut serta membengun sistem politik yang

demokratis”

d. PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP): mata

pelajaran Kewarganegaraan dimaksudkan untuk peningkatan kesadaran dan

wawasan peserta didik akan status, hak dan kewajibannya dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya

sebagai manusia. Kesadaran dan wawasan termasuk wawasan kebangsaan,

jiwa dan patriotisme bela negara, penghargaan terhadap hak-hak asasi

manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, kesetaraan

gender, demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, ketaatan

membeyar pajak, dan sikap serta perilaku anti korupsi, kolusi dan nepotisme.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/953/3/T1_292008234_BAB II.… · contoh kongkrit berupa gambar-gambar dari suatu materi yang dipelajari

24

Berdasarkan pandangan mengenai hakikat PKn seperti tersebut di atas,

dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa komponen penting dalam PKn, yaitu:

1). PKn merupakan salah satu subsistem pendidikan nasional, 2). Kajian PKn

meliputi Pemerintahan, Konstitusi, lembaga-lembaga demokrasi, rule of law,

HAM, hak dan kewajiban warga negara, 3). PKn merupakan alat pendidikan

demokrasi, dan 4). PKn sebagai wahana pendidikan politik warganegara.

Kesimpulan ini sejalan dengan ketentuan dalam lampiran Permendiknas

No. 22 tahun 2006 yang menetapkan bahwa hakikat PKn adalah merupakan mata

pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami

dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara

Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila

dan UUD 1945.

C. Tujuan PKn

Berdasarkan kepurusan DIRJEN DIKTI No. 43/DIKTI/ Kep 2006,

tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah dirumuskan dalam visi, misi dan

kompetensi sebagai berikut:

Visi Pendidikan Kewarganegaraan adalah merupakan sumber nilai dan

pedoman dalam pengembangan dan penyelengaraan program studi, guna

mengantarkan siswa memantapkan kepribadiannya sebagai manusia seutuhnya.

Misi Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk membantu siswa

memantapkan kepribadiannya, agar secara konsisten mampu mewujudkan nilai-

nilai dasar pancasila, rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam menguasai,

menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dengan

rasa tanggung jawab dan bermoral.

Oleh karena itu kompetensi yang diharapkan siswa adalah untuk

menjadi ilmuwan yang profesional yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah

air, demokratis, berkeadaban. Selain itu kompetensi yang diharapkan agar siswa

memiliki daya saing, berdisiplin, berpartisipasi aktif dalam membangun

kehidupan yang damai berdasarkan sistem nilai pancasila.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/953/3/T1_292008234_BAB II.… · contoh kongkrit berupa gambar-gambar dari suatu materi yang dipelajari

25

D. Struktur Keilmuan PKn

Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan bidang kajian

interdisipliner, artinya materi keilmuan Pendidikan Kewarganegaraan

dikembangkan dari berbagai disiplin ilmu, antara lain ilmu politik, ilmu negara,

ilmu tata negara, hukum, sejarah, moral dan filsafat.

Struktur keilmuannya mencakup tiga dimensi, yaitu: (a) Civics

Knowledge (Pengetahuan Kewarganegaraan), (b) Civics Skill (Keterampilan

Kewarganegaraan), (c) Civics virtues (Kebajikan Kewarganegaraan). Ketiga

dimensi struktur keilmuan PKn tersebut saling terkait satu dengan yang lain.

E. Teori-teori Belajar PKn

Dalam pembahasan ini dibahas dua teori belajar, yaitu teori belajar

yang mendasarkan psikologi stimulus-respon (S-R) dan yang berdasarkan

psikologi kognitif. Menurut aliran psikologi S-R, tingkah laku seseorang

dikendalikan oleh peristiwa yang berupa ganjaran yang datangnya dari luar dan

dinamakan penguatan karena adanya stimulus tersebut (faktor-faktor lingkungan)

muncul respon (tingkah-laku). Stimulus dan respon saling berasosiasi. Menurut

psikologi S-R, belajar merupakan peristiwa adanya hubungan antara peristiwa-

peristiwa (S) yang diransangkan kepada siswa dan mengakibatkan adanya respon

(R) dari siswa tersebut.Tokoh-tokoh yang mengikuti aliran psikologi S-R adalah

Thorndike, Skiner, Bruner dan Gagne.

Para ahli psikologi kognitif berpendapat bahwa pengetahuan merupakan

akibat dari konstruksi kognitif dari suatu kenyataan yang terjadi melalui

serangkaian aktifitas seseorang. Dengan demikian belajar bukan sekedar

melibatkan hubungan antara stimulus dan respon saja, tetapi juga melibatkan

proses berfikir yang sangat kompleks. Menurut teori ini, kemampuan individu

terbangun melalui proses interaksi yang terus menerus dan menyeluruh dengan

lingkungannya. Tokoh pengikut aliran psikologi kognitif antara lain adalah Piaget

dan Ausubel. Apa yang dipikirkan dan yang dipelajari seseorang diawali dari

pengamatan, sedangkan belajar dan berpikir pada dasarnya melakukan perubahan

struktur kognitif.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/953/3/T1_292008234_BAB II.… · contoh kongkrit berupa gambar-gambar dari suatu materi yang dipelajari

26

Secara teoritis kaitan antara model pembelajaran examples non

examples dalam pembelajaran PKn Menurut Kiranawati adalah model

pembelajaran yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat dari

kasus/gambar yang relevan dengan kompetensi dasar. Tujuan model pembelajaran

examples non examples pada pembelajaran PKn yaitu untuk meningkatkan

pemahaman konsep pada mata pelajaran PKn sesuai rencana dan persiapan yang

telah dibuat untuk setiap pembelajaran yang akan dilakukan oleh peneliti.

Pembelajaran Examples Non Examples adalah suatu proses belajar

mengajar di dalam kelas dimana siswa diberikan contoh contoh gambar yang

menarik dan berhubungan dengan materi pembelajaran Kemudian siswa diminta

untuk mendiskusikan secara kelompok, tugas guru adalah merangsang siswa

untuk berfikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru juga

mengarahkan siswa untuk berani menyampaikan pendapat bertanya dan

menjawab serta menyimpulkan permasalah. Sehingga hasil yang diharapkan dapat

memberi sumbangan pemikiran bagi perkembangan dunia pendidikan mengenai

model pembelajaran examples non examples terhadap hasil belajar PKn.

2.2. Kajian Hasil-hasil Penelitian Yang Relevan

Meirina Dwita Setyowati (2009) Penerapan Pembelajaran Kooperatif

Model Examples Non Examples dalam Numbered Heads Together (NHT) untuk

Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII-B SMP Negeri

2 Sukorejo Pasuruan Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan motivasi

belajar siswa yaitu dengan peningkatan rata-rata persentase motivasi belajar dan

taraf keberhasilan tindakan dari 63,75% (cukup) pada siklus I menjadi 82,15%

(baik) pada siklus II. Hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan persentase

ketuntasan belajar, yaitu: a) post tes I ke post tes II meningkat 2,44 % pada siklus

I dan post tes III ke post tes IV meningkat 4,77 % pada siklus II, dan b) tes akhir

siklus meningkat dari sebelum tindakan yaitu 71,43% menjadi 83,33% pada siklus

I, kemudian meningkat lagi menjadi 92,86% pada siklus II. Berdasarkan hasil

penelitian disimpulkan bahwa model pembelajaran Examples Non Examples

dalam Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan motivasi dan hasil

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/953/3/T1_292008234_BAB II.… · contoh kongkrit berupa gambar-gambar dari suatu materi yang dipelajari

27

belajar biologi siswa kelas VII-B SMP Negeri 2 Sukorejo, oleh karena itu

disarankan untuk menggunakan pembelajaran kooperatif model Examples Non

Examples dalam Numbered Heads Together (NHT) pada pokok bahasan maupun

jenjang pendidikan yang berbeda.

Adi Kusuma, Sofyan, 2011; Pengaruh penggunaan model examples

non examples terhadap hasil belajar IPS siswa kelas III SDN Blotongan 03

kecamatan Sidorejo kota Salatiga semester II tahun pelajaran 2010/2011. Program

Studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Dari hasil penelitian menunjukkan

bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa kelompok eksperimen yaitu 79.75 lebih

tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata hasil belajar siswa kelompok kontrol

yaitu 67.63. Dari hasil uji hipotesis yang dilakukan diperoleh nilai sig. 0,000 maka

H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara hasil belajar IPS siswa kelas III SD Negeri

Blotongan 03 dengan menggunakan model pembelajaran examples non examples

dengan hasil belajar IPS siswa kelas III SD Negeri Blotongan 03 dengan

pembelajaran secara ceramah, maka treatment yang diberikan dapat berpengaruh

signifikan.

Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan di atas, penggunaan Model

Pembelajaran Examples Non Examples pada dasarnya dapat meningkatkan hasil

belajar siswa secara berkala. Hal itu menunjukkan adanya perubahan pada hasil

belajar siswa dan tingkat ketuntasan belajar siswa yang menyajikan materi

pelajaran oleh guru dengan menggunakan Model Pembelajaran examples non

examples. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya muncul suatu

pertanyaan apakah penggunaan alat peraga pada sekali pelajaran itu menunjukkan

perubahan yang signifikan karena yang dilakukan pada penelitian sebelumnya

adalah dilakukannya pembelajaran secara bertahap (bersiklus) sampai benar-benar

meningkat, oleh karena itu peneliti akan melakukan penelitian eksperimen dan

pengujian apakah terdapat pengaruh yang signifikan pada hasil belajar siswa

dengan menggunakan Model Pembelajaran examples non examples dalam

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/953/3/T1_292008234_BAB II.… · contoh kongkrit berupa gambar-gambar dari suatu materi yang dipelajari

28

penelitian eksperimen yang akan di lakukan oleh peneliti tepatnya di SD Kanisius

Cungkup Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga.

2.3. Kerangka Berfikir

Berdasarkan kajian teori dapat disimpulkan bahwa Penggunaan Model

pembelajaran examples non examples pada mata pelajaran PKn di Sekolah Dasar

sangat baik untuk kegiatan pembelajaran sehingga siswa tidak bosan dalam

mengikuti pelajaran dan akan menciptakan pembelajaran yang kondusif. Model

pembelajaran examples non examples adalah salah satu teknik yang dapat

digunakan oleh guru dalam proses mengajar. Model pembelajaran examples non

examples komponen utama adalah digunakan media gambar dalam mendukung

proses pengajaran. Model ini terdiri dari dua komponen yaitu examples non

examples. Examples merupakan contoh yang diberikan oleh guru melalui media

gambar yang harus dipahami oleh peserta didik, sedangkan non examples

merupakan contoh yang tidak terdapat pada gambar. Sehingga peserta didik

dituntut untuk mencari dan mengembangkan bagian yang tidak terdapat pada

gambar (Sudrajat 2008).

Penggunaan model pembelajaran examples non examples dalam proses

belajar, diharapkan dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Dalam

penelitian ini, peneliti akan membandingkan hasil pre-test dan pos-test sebelum

diberi treatment dan sesudah treatment dilakukan. Sebelum menerapkan treatment

peneliti mengajar dengan pembelajaran secara konvensional, barulah pre-test

diberikan pada siswa, langkah selanjutnya peneliti akan menerapkan treatment

yaitu menggunakan model pembelajaran examples non examples. Setelah itu

barulah peneliti melakukan uji beda rata-rata untuk melihat apakah terdapat

pengaruh penggunaan model pembelajaran examples non examples terhadap hasil

belajar siswa pada mata pelajaran PKn siswa kelas V di SD Kanisius Cungup

Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga. Apabila dilihat dalam bagan akan terlihat pada

bagan berikut.

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/953/3/T1_292008234_BAB II.… · contoh kongkrit berupa gambar-gambar dari suatu materi yang dipelajari

29

Gambar 2.1

Bagan. Kerangka Berfikir

2.4. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian pustaka dan karangka berpikir diatas dapat ditarik

hipotesis yang digunakan dalam penelitian adalah terdapat pengaruh positif

penggunaan model pembelajaran examples non examples terhadap hasil belajar

PKn siswa kelas V di SD Kanisius Cungkup Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga.

Terdapat pengaruh positif penggunaan model pembelajaran examples non examples terhadap hasil belajar PKn siswa kelas V di SD Kanisius Cungkup Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga.

Pembelajaran secara

Konvensional

Pretes

Model Pembelajaran

Examples Non Examples Postes

Rata-

rata nilai

Rata-

rata nilai Perbandingan nilai rata-rata

pretest < postest

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/953/3/T1_292008234_BAB II.… · contoh kongkrit berupa gambar-gambar dari suatu materi yang dipelajari

30

H0 : Tidak ada Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Examples Non

Examples Terhadap Hasil Belajar PKn Siswa Kelas V di SD Kanisius

Cungkup Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga.

Ha : Ada Pengaruh Penggunaan model pembelajaran Examples Non Examples

Terhadap Hasil Belajar PKn Siswa Kelas V di SD Kanisius Cungkup

Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga.