bab ii kajian pustaka -...

14
11 Bab II Kajian Pustaka Pengantar Pada bab ini penulis akan mengkaji beberapa teori dari berbagai perspektif para pakar yang berkaitan dengan tesis mengenai Perubahan Basis Ekonomi Masyarakat di Sub Distrik Atauro Timor Leste Dari Tradisional ke Pariwisata. Teori-teori atau konsep yang dipakai dalam tesis ini adalah; konsep Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development), Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan (Sustainable Tourism Development), Kerangka Mata Pencaharian Berkelanjutan (Sustainable Livelihood), Dampak Pariwisata Untuk Ekonomi Masyarakat, dan Agen Perubahan. Konsep Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development) Dalam World Commission on Environment and development (WCAD di Brunlad Report pada tahun 1987), disebutkan bahwa konsep pembangunan berkelanjutan adalah: Sustainable development is development that meets the needs of present without compromissing the ability of future generation to meet their own needsDari pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa sustainable development adalah bagian dari pembangunan berkelanjutan yang mempertimbangkan kebutuhan pada saat ini dengan tidak mengabaikan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya. Demikian juga Word Trade Organisation – WTO (1993), menjelaskan bahwa ada beberapa prinsip-prinsip pembangunan yang mencakup yaitu: pertama, ecological sustainability; kedua, social and cultural sustainability; dan ketiga, economic sustainability, baik

Upload: lephuc

Post on 08-May-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab II Kajian Pustaka - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12739/2/T2_092012008_BAB II... · Contoh yang kita ambil dari hal tersebut misalnya masalah sampah

11

Bab II

Kajian Pustaka

Pengantar Pada bab ini penulis akan mengkaji beberapa teori dari berbagai perspektif para pakar yang berkaitan dengan tesis mengenai Perubahan Basis Ekonomi Masyarakat di Sub Distrik Atauro Timor Leste Dari Tradisional ke Pariwisata. Teori-teori atau konsep yang dipakai dalam tesis ini adalah; konsep Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development), Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan (Sustainable Tourism Development), Kerangka Mata Pencaharian Berkelanjutan (Sustainable Livelihood), Dampak Pariwisata Untuk Ekonomi Masyarakat, dan Agen Perubahan.

Konsep Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development) Dalam World Commission on Environment and development (WCAD di Brunlad Report pada tahun 1987), disebutkan bahwa konsep pembangunan berkelanjutan adalah:

“ Sustainable development is development that meets the needs of present without compromissing the ability of future generation to meet their own needs”

Dari pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa sustainable development adalah bagian dari pembangunan berkelanjutan yang mempertimbangkan kebutuhan pada saat ini dengan tidak mengabaikan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya. Demikian juga Word Trade Organisation – WTO (1993), menjelaskan bahwa ada beberapa prinsip-prinsip pembangunan yang mencakup yaitu: pertama, ecological sustainability; kedua, social and cultural sustainability; dan ketiga, economic sustainability, baik

Page 2: Bab II Kajian Pustaka - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12739/2/T2_092012008_BAB II... · Contoh yang kita ambil dari hal tersebut misalnya masalah sampah

12

untuk generasi yang sekarang maupun generasi yang akan datang (Suwena, 2010).

Hal tersebut merupakan konsep dari keberlanjutan yang menjadi pilar perjalanan pengembangan yang direncanakan (terdapat dua hal yang signifikan yaitu pembangunan untuk ekonomi dan apresiasi terhadap potensi pengorbanan sektor lain. Pembangunan berkelanjutan mencakup tiga aspek, yaitu pembangunan ekonomi, pembangunan sosial, dan perlindungan lingkungan. Ketiga aspek tersebut tidak bisa dipisahkan satu sama lain, karena ketiganya menimbulkan hubungan sebab-akibat. Aspek yang satu akan mengakibatkan aspek yang lainnya terpengaruh.

Hubungan antara ekonomi dan sosial diharapkan dapat menciptakan hubungan yang adil (equitable). Hubungan antara ekonomi dan lingkungan diharapkan dapat terus berjalan (viable). Sedangkan hubungan antara sosial dan lingkungan bertujuan agar dapat terus bertahan (bearable). Ketiga aspek yaitu aspek ekonomi, sosial dan lingkungan akan menciptakan kondisi berkelanjutan (sustainable).

Pembangunan berkelanjutan (Emil Salim,1990 dalam Askar Jaya (2004)) bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi manusia. Pembangunan yang berkelanjutan pada hakekatnya ditujukan untuk mencari pemerataan pembangunan antar generasi pada masa kini maupun masa mendatang.

Senada dengan konsep diatas, Sutamihardja dalam Askar Jaya (2004), menyatakan sasaran pembangunan berkelanjutan mencakup pada upaya untuk mewujudkan terjadinya pemerataan manfaat hasil-hasil pembangunan antar generasi (intergenaration equity) yang berarti bahwa pemanfaatan sumber daya alam untuk kepentingan pertumbuhan perlu memperhatikan batas-batas yang wajar dalam kendali ekosistem atau sistem lingkungan serta diarahkan pada sumber daya alam yang replaceable dan menekankan serendah mungkin eksploitasi sumber daya alam yang unreplaceable.

Page 3: Bab II Kajian Pustaka - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12739/2/T2_092012008_BAB II... · Contoh yang kita ambil dari hal tersebut misalnya masalah sampah

13

Safeguarding atau pengamanan terhadap kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup yang ada dan pencegahan terjadi gangguan ekosistem dalam rangka menjamin kualitas kehidupan yang tetap baik bagi generasi yang akan datang. Pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam semata untuk kepentingan mengejar pertumbuhan ekonomi demi kepentingan pemerataan pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan antar generasi. Mempertahankan kesejahteraan rakyat (masyarakat) yang berkelanjutan baik masa kini maupun masa yang mendatang (inter temporal). Mempertahankan manfaat pembangunan ataupun pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan yang mempunyai dampak manfaat jangka panjang ataupun lestari antar generasi. Menjaga mutu ataupun kualitas kehidupan manusia antar generasi sesuai dengan habitatnya.

Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan (Sustainable Tourism Development) Beranjak ke topik ini, pembangunan pariwisata sudah seharusnya menjadi suatu langkah yang sustainable (merujuk ke konsep keberlanjutan seperti pada bahasan sebelumnya). Pembangunan proyek-proyek pariwisata, dalam keadaan yang tidak terencana dengan baik, dapat menjadi penyebab utama gangguan sektor lain atau menjadi penghalang berkembangnya sektor lain. Contoh yang kita ambil dari hal tersebut misalnya masalah sampah dalam pariwisata, pembangunan infrastruktur perhotelan/vila di tempat tertentu yang berlebihan yang menyebabkan ketidak seimbangan alam dan akhirnya menyebabkan banjir.

Diskusi mengenai keberlanjutan itu sendiri merupakan suatu area yang vital bagi pembangunan/pengembangan pariwisata. Hal tersebut merujuk kepada apa yang telah dikatakan dalam Tao & Wall (2009) bahwa:

“ Jika pengembangan pariwisata adalah untuk menjadi kekuatan yang layak dilakukan dalam perekonomian masa

Page 4: Bab II Kajian Pustaka - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12739/2/T2_092012008_BAB II... · Contoh yang kita ambil dari hal tersebut misalnya masalah sampah

14

depan, kita harus menggunakan sumber daya secara bijaksana dan tidak di kembangkan di daerah yang mengorbankan sektor lain”

Hal tersebut berkorelasi erat dengan apa yang telah dikemukakan Butler (1993) dalam petikan berikut ini “Pariwisata yang dikembangkan dan dikelola dalam daerah

(masyarakat, lingkungan) sedemikian rupa dan pada skala sedemikian rupa sehingga tetap layak dalam jangka waktu tak terbatas dan tidak menurunkan atau mengubah lingkungan (manusia dan fisik) dimana ia berada dalam tingkatan tertentu diambang batas yang melarang keberhasilan pembangunan dan kesejahteraan dari aktifitas dan proses lainnya.”

Masalah-masalah/potensi masalah di atas menjadi sesuatu yang signifikan dan membutuhkan diskusi yang selayaknya menemukan pemecahan. Oleh karena itu, apa yang ditulis Tao & Wall (2009); yaitu bahwa pariwisata yang dimaksudkan untuk pondasi perekonomian harus menghormati sektor-sektor lain, adalah sejajar dengan konsep sustainable tourism development itu sendiri – seperti yang digagas Butler (1993). Dapat pula disimpulkan bahwa pembangunan pariwisata untuk perekonomian memungkinkan implikasi pada sektor-sektor lain.

Kerangka Mata Pencaharian Berkelanjutan (Sustainable Livelihood) Ashley (2000) mengemukakan bahwa diversifikasi positif dan negatif dapat dimungkinkan terjadi dari tipe-tipe turisme yang berbeda. Tipe-tipe pariwisata tersebut \berhubungan dengan sumber aset masyarakat, portofolio aktivitas, hasil-hasil spesifik yang pariwisata ingin bentuk, maupun pengaruhnya terhadap organisasi eksternal.

Page 5: Bab II Kajian Pustaka - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12739/2/T2_092012008_BAB II... · Contoh yang kita ambil dari hal tersebut misalnya masalah sampah

15

Pariwisata dapat memberikan keuntungan yang akan memberikan nilai positif bagi kerangka penghidupan berkelanjutan. Namun begitu, kerentanan penduduk lokal akan penghidupan berkelanjutan tetap ada, misalnya dengan adanya kejadian-kejadian yang tidak diharapkan (misalnya bencana alam) ataupun kejadian-kejadian lain yang menjadi mimpi buruk pariwisata (terorisme dll). Untuk itu, struktur dan proses akan membantu mengatasi kompleksitas dan variasi tugas-tugas pariwisata yang akan mendukung terciptanya penghidupan berkelanjutan (Scoones, 1998). Kerangka penghidupan berkelanjutan itu sendiri memberikan penekanan kepada institusi dan organisasi yang akan mengikat sumber-sumber penghidupan menuju ke hasil-hasil yang di inginkan.

Pembangunan pariwisata yang berkelanjutan dapat dikenali melalui prinsip-prinsipnya yang dielaborasi berikut ini. Prinsip-prinsip tersebut antara lain partisipasi, keikut sertaan para pelaku (stakeholder), kepemilikan lokal, penggunaan sumber daya secara berkelanjutan, mewadahi tujuan-tujuan masyarakat, perhatian terhadap daya dukung, monitor dan evaluasi, akuntabilitas, pelatihan serta promosi.

Pariwisata masa kini tidak hanya terkait dalam batas-batas wilayah dalam skala tertentu. Pariwisata pada masa kini menjadi sangat khas karena melibatkan paduan budaya dan bentang alam sehingga melibatkan seluruh pihak untuk terkait didalamnya. Diantaranya ada pemerintah, swasta dan masyarakat lokal. Dalam pelaksanaannya ketiga unsur ini saling melengkapi di mana pemerintah sebagai penyelenggara dan pihak swasta sebagai media perantara untuk menyampaikan produk wisata. Sedangkan masyarakat lokal adalah unsur penting yang terlibat dalam kepemerintahan atau pihak swasta pun tidak dapat berdiri sendiri sehingga dalam penyelenggaraan pariwisata pemerintah dan swasta secara bersama-sama dapat mendayagunakan komunitas dan masyarakat lokal untuk menjadi pelaksana kegiatan pariwisata. Berikut ini gambar mengenai kompleksitas pariwisata dan sistem pariwisata.

Page 6: Bab II Kajian Pustaka - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12739/2/T2_092012008_BAB II... · Contoh yang kita ambil dari hal tersebut misalnya masalah sampah

16

Lima hal yang harus diperhatikan dalam pariwisata berkelanjutan menurut konsep Muller (1997) yaitu:

1. pertumbuhan ekonomi yang sehat, 2. kesejahteraan masyarakat lokal, 3. tidak merubah struktur alam dan melindungi sumber daya alam, 4. kebudayaan masyarakat yang tumbuh secara sehat, 5. memaksimalkan kepuasan wisatawan dengan memberikan

pelayanan yang baik karena wisatawan pada umumnya mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan.

Teori siklus hidup destinasi wisata yang dikemukakan oleh Butler pada tahun 1980 yang dikenal dengan Tourism Area Life Cycle (TALC). Siklus hidup destinasi wisata yang dikemukan oleh Butler (1980) terbagi menjadi tujuh tahap, yaitu:

1. Tahap exploration yang berkaitan dengan discovery yaitu suatu tempat sebagai potensi wisata baru ditemukan baik oleh wisatawan, pelaku pariwisata, maupun pemerintah, biasanya jumlah pengunjung sedikit, wisatawan tertarik pada daerah yang belum tercemar dan sepi, lokasinya sulit dicapai namun diminati oleh sejumlah kecil wisatawan yang justru menjadi minat karena belum ramai dikunjungi.

2. Tahap involvement disebut dengan tahap keterlibatan. Pada fase ini, peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mengakibatkan sebagian masyarakat lokal mulai menyediakan berbagai fasilitas yang memang khusus diperuntukkan bagi wisatawan. Kontak antara wisatawan dengan masyarakat lokal masih tinggi dan masyarakat mulai mengubah pola-pola sosial yang ada untuk merespon perubahan ekonomi yang terjadi. Disinilah mulai suatu daerah menjadi suatu destinasi wisata yang ditandai oleh mulai adanya promosi.

3. Tahap development disebut dengan tahap pembangunan. Pada fase ini, investasi dari luar mulai masuk serta mulai munculnya pasar wisata secara sistematis. Daerah semakin terbuka secara fisik,

Page 7: Bab II Kajian Pustaka - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12739/2/T2_092012008_BAB II... · Contoh yang kita ambil dari hal tersebut misalnya masalah sampah

17

advertensi (promosi) semakin intensif, fasilitas lokal sudah tersisih atau digantikan oleh fasilitas yang benar-benar touristic dengan standar internasional, dan atraksi buatan sudah mulai dikembangkan untuk menambahkan atraksi yang asli alami. Berbagai barang dan jasa impor menjadi keharusan termasuk tenaga kerja asing untuk mendukung perkembangan pariwisata yang pesat.

4. Tahap consolidation (konsolidasi). Pada fase ini, peristiwa sudah dominan dalam struktur ekonomi daerah dan dominasi ekonomi ini dipegang oleh jaringan internasional atau major chains and franchise. Jumlah kunjungan wisatawan masih naik tetapi pada tingkat yang lebih rendah. Pemasaran semakin gencar dan diperluas untuk mengisi berbagai fasilitas yang sudah dibangun. Fasilitas lama sudah mulai ditinggalkan.

5. Tahap stagnation (stagnasi). Pada fase ini, kapasitas berbagai faktor sudah terlampaui di atas daya dukung sehingga menimbulkan masalah ekonomi, sosial, dan lingkungan. Kalangan industri sudah mulai bekerja berat untuk memenuhi kapasitas dari fasilitas yang dimiliki khususnya dengan mengharapkan repeater guests atau wisata konvensi/bisnis. Selain itu, atraksi buatan sudah mendominasi atraksi asli alami (baik budaya maupun alam), citra awal sudah mulai meluntur, dan destinasi sudah tidak lagi populer.

6. Tahap decline (penurunan). Pada fase ini, wisatawan sudah beralih ke destinasi wisata baru dan yang tinggal hanya ‘sia-sia’, khususnya wisatawan yang hanya berakhir pekan. Banyak fasilitas pariwisata sudah berlatih atau dialihkan fungsinya untuk kegiatan non-pariwisata, sehingga destinasi semakin tidak menarik bagi wisatawan. Partisipasi lokal mungkin meningkat lagi terkait dengan harga yang merosot turun dengan melemahnya pasar. Destinasi dapat berkembang menjadi destinasi kelas rendah (a tourism slum) atau sama sekali secara total kehilangan diri sebagai destinasi wisata.

Page 8: Bab II Kajian Pustaka - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12739/2/T2_092012008_BAB II... · Contoh yang kita ambil dari hal tersebut misalnya masalah sampah

18

7. Tahap rejuvenation (peremajaan). Pada fase ini, perubahan secara dramatis dapat terjadi (sebagai hasil dari berbagai usaha dari berbagai pihak) menuju perbaikan atau peremajaan. Peremajaan ini dapat terjadi karena adanya inovasi dalam pengembangan produk baru dan menggali atau memanfaatkan sumber daya alam dan budaya yang sebelumnya belum dimanfaatkan.

Merangkum diskusi di atas, identifikasi dari semua elemen pendukung pariwisata dalam hubungannya dengan kerangka penghidupan berkelanjutan menjadi elemen yang signifikan. Identifikasi-identifikasi tersebut dapat berupa jaringan-jaringan input, bagaimana pariwisata ini akan dijalankan (melalui institusi atau organisasi yang seperti apa), mengenai sumber-sumber penghidupan yang mendukung keberlanjutan, aktor-aktor dari pariwisata dan semua unsur pendukung lainnya.

Dihadapkan pada kasus di pulau Atauro, yang berangkat dari terciptanya pariwisata, keberlanjutan pariwisata, dan penghidupan yang berkelanjutan bagi masyarakat lokal pariwisata, pariwisata menjadi suatu ‘pilar utama’ yang dihadapkan pada masyarakat Atauro (dan sektor-sektor yang ada didalamnya), khususnya pada sektor ekonomi masyarakat lokal. Dengan ini pula, saya ingin menekankan betapa pentingnya keterlibatan masyarakat Atauro (khususnya sektor ekonomi), Timor Leste dalam pembangunan pariwisata di pulau berpenduduk 12.737 jiwa ini.

Dampak Pariwisata Untuk Ekonomi Masyarakat Pariwisata adalah fenomena kemasyarakatan yang menyangkut manusia, masyarakat, kelompok, organisasi, kebudayaan dan sebagainya. Kajian sosial terhadap kepariwisataan belum begitu lama, hal ini disebabkan pada awalnya pariwisata lebih dipandang sebagai kegiatan ekonomi dan tujuan pengembangan kepariwisataan adalah untuk mendapatkan keuntungan ekonomi, baik untuk pemerintah

Page 9: Bab II Kajian Pustaka - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12739/2/T2_092012008_BAB II... · Contoh yang kita ambil dari hal tersebut misalnya masalah sampah

19

maupun masyarakat karena kepariwisataan menyangkut manusia dan masyarakat maka kepariwisataan dalam laju pembangunan tidak dapat dilepaskan dari pengaruh aspek sosial. Karena makin disadari bahwa pembangunan kepariwisataan tanpa memperhatikan pertimbangan aspek sosial yang matang akan membawa malapetaka bagi masyarakat, khususnya di daerah pariwisata.

Pariwisata telah terbukti dapat mendorong pertumbuhan perekonomian melalui peluang investasi, peluang kerja, peluang berusaha dan pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Peluang berusaha bukan hanya dalam bentuk pembangunan sarana dan prasarana pariwisata tetapi juga peluang dalam bidang kerajinan kecil seperti handycrafts.

Namun akhir-akhir ini terjadi paradigma baru dalam bidang kepariwisataan yang kita agung-agungkan karena dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peluang kerja di semua ini ternyata terbukti dapat menyebabkan malapetaka terhadap kehidupan sosial, budaya dan lingkungan. Kesejahteraan yang kita nikmati secara ekonomi ternyata tidak diikuti oleh peningkatan kehidupan sosial, budaya, dan pelestarian lingkungan. Masalah-masalah sosial banyak kita temui di masyarakat setelah kita mengembangkan kepariwisataan. Demikian juga mengenai masalah budaya dan lingkungan. Tragedi budaya dan lingkungan sering kita lihat melalui berita-berita di koran-koran dan televisi lokal. Pembangunan sektor pariwisata diberbagai belahan dunia ini telah berdampak pada berbagai dimensi kehidupan manusia, tidak hanya berdampak pada dimensi sosial ekonomi semata, tetapi juga menyentuh dimensi sosial budaya bahkan lingkungan fisik. Dampak terhadap berbagai dimensi tersebut bukan hanya bersifat positif tetapi juga berdampak negatif.

Perlu juga mendapat perhatian bahwa dalam upaya pengembangan pariwisata di samping dampak positif bagi masyarakat sekitar objek juga menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat sekitar. Sehubungan dengan hal tersebut dalam upaya pengembangan objek wisata perlu diperhitungkan dampak negatif yang ditimbulkan demi kelestarian objek wisata tersebut maupun kelestarian fungsi

Page 10: Bab II Kajian Pustaka - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12739/2/T2_092012008_BAB II... · Contoh yang kita ambil dari hal tersebut misalnya masalah sampah

20

lingkungan sekitar kawasan wisata. Pelaksanaan pembangunan yang berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat ternyata mempunyai dampak terhadap lingkungan sekitar baik langsung maupun tidak langsung, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Hal yang sama juga terjadi dalam pengembangan pariwisata, dimana disamping pengembangan pariwisata itu sendiri menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan sekitar objek wisata, pengelolaan lingkungan dan pengelolaan objek wisata itu sangat mempengaruhi kelestarian fungsi lingkungan dan objek wisata itu sendiri. Sehubungan dengan hal tersebut permasalahan yang utama yang perlu mendapatkan jawaban tuntas adalah bagaimana pengembangan pariwisata dan pelestarian fungsi lingkungan sekitar kawasan wisata ini dapat dilaksanakan dengan baik dalam arti berorientasi pada upaya pelestarian objek wisata dan pelestarian fungsi lingkungan sekitar.

Kepariwisataan adalah sesuatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat setempat sehingga membawa berbagai dampak terhadap masyarakat setempat. Dampak pariwisata terhadap masyarakat seringkali dilihat dari hubungan antara masyarakat dengan wisatawan yang menyebabkan terjadinya proses komoditisasi dan komersialisasi dari keramah-tamahan masyarakat lokal (Pitana 2005 : 83).

Dampak pariwisata terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat lokal dapat dikategorikan menjadi delapan kelompok besar (Cohen, 1984), yaitu:

1. Dampak terhadap penerimaan devisa. 2. Dampak terhadap pendapatan masyarakat. 3. Dampak terhadap kesempatan kerja. 4. Dampak terhadap harga-harga. 5. Dampak terhadap distribusi manfaatan atau keuntungan. 6. Dampak terhadap kepemilikan dan control. 7. Dampak terhadap pembangunan pada umumnya. 8. Dampak terhadap pendapatan pemerintah.

Page 11: Bab II Kajian Pustaka - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12739/2/T2_092012008_BAB II... · Contoh yang kita ambil dari hal tersebut misalnya masalah sampah

21

Dalam kasus yang terjadi di pulau Atauro, keberadaan industri wisata yang masuk ke wilayah tersebut telah sedikit banyak membawa pengaruh terhadap kehidupan ekonomi masyarakat. Berbagai infrastruktur mulai dibangun dan hal tersebut membuka peluang bagi masyarakat setempat untuk secara mandiri meraih peluang dari segi ekonomi terhadap iklim pariwisata yang sedang dikembangkan.

Agen Perubahan Agen perubahan secara umum diartikan sebagai pihak-pihak baik individu, kelompok maupun lembaga yang menjadi penggerak dalam suatu perubahan. Dalam pandangan sosiologis, perubahan yang dimaksud adalah perubahan sosial masyarakat di semua lini. Artinya bahwa perubahan dimaknai sebagai sebuah pergeseran pola interaksi dalam kehidupan masyarakat. Menurut Soerjono Soekanto menyatakan, pihak-pihak yang menghendaki perubahan dinamakan agent of change, yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapat kepercayaan sebagai pemimpin satu atau lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan. (Soekanto, 1992:273)

Dari pengertian diatas maka agen perubahan dapat diartikan sebagai pendorong adanya perubahan di dalam masyarakat. Perubahan masyarakat dapat meliputi kehidupan sosial, ekonomi, budaya serta tingkat pendidikan. Perubahan masyarakat digerakkan melalui sistem yang sangat terstruktur serta bersifat masal. Perubahan masyarakat juga terjadi melalui proses yang cukup lama.

Dalam melaksanakan tugasnya agen perubahan mempunyai peran-peran. Ada tujuh peran agen perubahan yang dapat diidentifikasi dalam proses mengenalkan sebuah inovasi kepada suatu sistem masyarakat (Soekanto : 1992), sebagai berikut :

1. Seorang agen perubahan awalnya sering membantu masyarakat menjadi sadar akan kebutuhan untuk merubah sikap/tingkah laku mereka. Dalam tujuan untuk memulai proses perubahan, agen perubahan mengusulkan alternatif baru dari masalah yang terjadi,

Page 12: Bab II Kajian Pustaka - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12739/2/T2_092012008_BAB II... · Contoh yang kita ambil dari hal tersebut misalnya masalah sampah

22

menguraikan dengan baik dan jelas pentingnya masalah tersebut untuk diatasi, dan meyakinkan masyarakat bahwa mereka mampu untuk menghadapi masalah tersebut.

2. Agen perubahan menilai kebutuhan masyarakat sangat penting pada tahap ini dan juga mencoba membantu masyarakat untuk mendapat kebutuhan yang lebih baik.

3. Ketika kebutuhan akan perubahan dibuat/diciptakan, seorang agen perubahan harus mengembangkan hubungan dengan masyarakatnya. Agen perubahan dapat meningkatkan hubungan dengan masyarakat dengan sikap dapat dipercaya (credible), kompeten, dan terpercaya (trustworthy) dan juga empati terhadap kebutuhan dan masalah masyarakat. Masyarakat harus menerima agen perubahan sebelum mereka akan menerima inovasi yang dipromosikannya. Inovasi dinilai pada dasar bagaimana agen perubahan itu dirasakan oleh masyarakat.

4. Agen perubahan bertanggung jawab untuk menganalisis masalah para masyarakat untuk menentukan mengapa alternatif yang ada tidak cocok dengan kebutuhan mereka. Dalam menuju kesimpulan analisis, agen perubahan harus melihat situasi dengan empatik dari sudut pandang masyarakat. Disini agen perubahan akan mencoba untuk mengetahui masalah apa yang dihadapi masyarakat dan mencoba menemukan inovasi yang paling tepat.

5. Setelah agen perubahan mengeksplorasi/menyelidiki bermacam-macam kesempatan dari tindakan yang dapat mengantarkan masyarakat mencapai tujuan mereka, agen perubahan mencari cara agar mereka tertarik dengan inovasi. Agen perubahan mencoba untuk mempengaruhi sikap masyarakat dalam menyesuaikan saran/rekomendasi berdasarkan kebutuhan para masyarakat. Jaringan interpersonal mempengaruhi dari pengamatan jarak dekat yang paling penting pada tahap persuasi dan keputusan dalam proses pengambilan keputusan inovasi. Change agent dapat secara efektif menstabilkan perilaku baru di

Page 13: Bab II Kajian Pustaka - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12739/2/T2_092012008_BAB II... · Contoh yang kita ambil dari hal tersebut misalnya masalah sampah

23

kalangan sistem masyarakat melalui penguatan pesan kepada masyarakat yang sudah mengadopsi.

6. Agen perubahan mungkin secara efektif menstabilkan tingkah laku baru sampai menguatkan pesan kepada masyarakat yang telah mengadopsi, dengan demikian seperti “membekukan” tingkah laku/sikap baru dari masyarakat. Bantuan ini diberikan ketika seorang masyarakat sedang berada pada tahap implementasi atau konfirmasi dalam proses keputusan inovasi. Tujuan akhir dari agen perubahan adalah untuk mengembangkan sikap memperbaharui diri (self-renewing) dalam bagian dari masyarakat.

7. Ketika perubahan telah terjadi pada masyarakat dan dipandang telah stabil, maka seorang agen perubahan harus dapat menarik dirinya untuk keluar dari urusan dengan mengembangkan kemampuan masyarakat untuk menjadi change agent bagi dirinya sendiri. Dengan kata lain, change agent berusaha untuk merubah sistem masyarakat dari posisi mempercayai change agent menjadi mempercayai dirinya sendiri atau seseorang dari kalangan mereka sendiri.

Kesimpulan Secara keilmuan, membahas perubahan kehidupan masyarakat Atauro tidak bisa dilepaskan dengan kajian-kajian teoritis yang relevan sebagai sarana untuk menggambarkan dan menjelaskan mengenai apa yang terjadi di Atauro. Bab ini menyajikan berbagai teori yang relevan dengan tujuan membantu penulis untuk lebih memahami dan bisa menjelaskan tentang fenomena keberlanjutan kehidupan masyarakat Atauro semenjak munculnya industri pariwisata di pulau tersebut.

Beberapa konsep teori penulis gunakan sebagai sarana untuk membawa fakta-fakta penelitian ke dalam sebuah karya akademis. Hal ini perlu dilakukan agar apa yang dijelaskan pada bab-bab berikutnya dapat dipertanggung jawabkan secara keilmuan dan sekaligus

Page 14: Bab II Kajian Pustaka - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12739/2/T2_092012008_BAB II... · Contoh yang kita ambil dari hal tersebut misalnya masalah sampah

24

digunakan sebagai alat uji teori yang sudah ada apakah sesuai dengan temuan-temuan yang penulis dapatkan selama berada di lapangan.

Munculnya industri pariwisata di Atauro tidak lepas dari peran para agen perubahan mulai dari Non Government Organization (NGO), investor asing maupun lokal hingga lembaga gereja, bersama pemerintah setempat secara perlahan membawa masyarakat Atauro menuju babak baru kehidupan mereka yaitu industri pariwisata. Masalah yang muncul kemudian adalah, masyarakat Atauro tidak begitu saja dapat mengikuti perubahan tersebut. Meskipun sudah mulai terlihat perubahan dari segi ekonomi rumah tangga, namun secara menyeluruh, masyarakat Atauro berada pada situasi di mana mereka, terutama para nelayan dan petani, menganggap pariwisata sebagai sebuah industri satu-satunya yang dapat membawa mereka kepada kehidupan yang lebih baik.