bab ii kajian pustaka -...

16
11 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Massa Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khlayak. 10 Di dalam masyarakat modern manapun, media memainkan peranan penting untuk perkembangan politik masyarakatnya. Media penyiaran, surat kabar, film, media cetak seperti pamflet dan bentuk komunikasi lain menciptakan kerangka berfikir yang sama bagi semua warga masyarakat. Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampain pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, radio, dan televisi. Sebagai suatu alat untuk menyampaikan informasi, penilaian, atau gambaran umum tentang banyak hal, ia mempunyai untuk berperan sebagai institusi yang dapat berkembang menjadi kelompok penekan atas suatu ide atau gagasan, dan bahkan suatu kepentingan yang lebih empiris. 11 Sesungguhnya, media pada prinsipnya adalah segala sesuatu sabagai saluran bagi seseorang yang menyatakan gagasan, isi jiwa, atau kesadarannya. Media adalah alat untuk mewujudakan gagasan manusia. Dalam hal ini, Arifin (2003: 94), membagi media dalam tiga bentuk: 1. Media menyalurkan ucapan (the spoken words / the audio media): gendang, telepon, radio. 10 Prof. Dr. H. Hafied Cangara, M. Sc. (1998). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT raja Grafindo Persada. Hal 123 11 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika, dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002), 31

Upload: nguyenliem

Post on 09-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10105/3/T1_362010005_BAB II... · 1930 dan 1940. Teori S-R mengajarkan, setiap stimulus akan

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Media Massa

Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk

menyampaikan pesan dari komunikator kepada khlayak.10

Di dalam

masyarakat modern manapun, media memainkan peranan penting

untuk perkembangan politik masyarakatnya. Media penyiaran, surat

kabar, film, media cetak seperti pamflet dan bentuk komunikasi lain

menciptakan kerangka berfikir yang sama bagi semua warga

masyarakat.

Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampain

pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan

alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, radio, dan televisi.

Sebagai suatu alat untuk menyampaikan informasi, penilaian,

atau gambaran umum tentang banyak hal, ia mempunyai untuk berperan

sebagai institusi yang dapat berkembang menjadi kelompok penekan

atas suatu ide atau gagasan, dan bahkan suatu kepentingan yang lebih

empiris.11

Sesungguhnya, media pada prinsipnya adalah segala sesuatu

sabagai saluran bagi seseorang yang menyatakan gagasan, isi jiwa, atau

kesadarannya. Media adalah alat untuk mewujudakan gagasan manusia.

Dalam hal ini, Arifin (2003: 94), membagi media dalam tiga bentuk:

1. Media menyalurkan ucapan (the spoken words / the audio

media): gendang, telepon, radio.

10

Prof. Dr. H. Hafied Cangara, M. Sc. (1998). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT raja Grafindo Persada. Hal 123 11

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis

Semiotika, dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002), 31

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10105/3/T1_362010005_BAB II... · 1930 dan 1940. Teori S-R mengajarkan, setiap stimulus akan

12

2. Media yang menyalurkan tulisan (the printing writing / the

visual media) : poster, spanduk, baliho, surat kabar, dan

brosur.

3. Media yang menyalurkan gambar hidup dan karena dapat

ditangkap oleh mata dan telinga sekaligus (the audio visual) :

televisi

Kehadiran media massa tersebut (televisi, radio, baliho/spanduk,

poster), mendorong retorika, propaganda, agitasi, dan kampanye politik,

berkembang lebih pesat lagi. Penggunaan media massa dalam

komunikasi politik tentu sangat penting karena media massa memiliki

kontribusi yang besar dalam demokrasi. Media massa selalu dipandang

memiliki pengaruh yang kuat dalam terutama dalam membangun

opoinin dan pengetahuan bagi khalayak.12

2.1.1 Media massa Cetak

Media cetak adalah suatu media yang statis dan

mengutamakan peran-peran visual. Media ini terdiri dari

lembaran dengan jumlah kata, gambar, atau foto, dalam tata

warna dan halaman putih. Media cetak adalh suatu dokumen atas

segala hal yang diubah dalam bentuk kata, gambar, foto, dan

sebagainya.13

Media cetak ini dapat dikelompokkan ke dalam beberapa

jenis yakni surat kabar, majalah berita, majalah khusus,

newsletter, dll. Masing-masing jenis itu berbeda satu sama lain

dalam penyajian tulisan dan rubriknya.

Media cetak memiliki karakteristik, di antaranya media

cetak biasanya lebih bersifat fleksibel, mudah dibawa ke mana-

mana bisa disimpan (dikliping), bisa dibaca kapan saja, tidak

terikat waktu. Dalam hal penyajian iklan, walaupun media cetak

12

Ardial, (1998). Komunikasi Politik. Jakarta: PT Indeks. Hal 162 13

Vivian, John. (2008). Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Kencana. hal 489

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10105/3/T1_362010005_BAB II... · 1930 dan 1940. Teori S-R mengajarkan, setiap stimulus akan

13

dalam banyak hal kalah menarik dan atraktif dibanding media

elektronik namun di segi lain bisa disampaikan secara lebih

informatif, lengkap dan spesifik untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat konsumen. Selain itu dalam hal penyampaian kritik

sosial melalui media cetak akan lebih berbobot atau lebih efektif

karena diulas secara lebih mendalam dan bisa menampung

sebanyak mungkin opini pengamat serta aspirasi masyarakat

pada umumnya.

2.1.2 Media Elektronik

a. Radio

Salah satu kelebihan medium radio dibanding dengan media

lainnya, ialah cepat dan mudah dibawa kemana-mana. Radio

bisa dinikmati sambil melakukan kegiatan lainnya. Selain

itu, radio juga sebagai alat hiburan yang mudah dibawa

kemana-mana seperti kantor, kereta, dan sebagainya.14

b. Televisi

Dewasa ini televisi boleh dikatakan telah mendominasi

hampir semua waktu luang setiap orang. Dari hasil penelitian

yang dilakukan oleh Amerika, ditemukan bahwa 6-7 jam per

minggu menonton TV. Kelebihan yang dimiliki oleh televisi

yaitu menyatukan antarfungsi audio dan visual, serta

kemampuan menambahkan warna. Televisi mampu

mengatasi jarak dan waktu, sehinggu penonton yang tinggal

di daerah terpencil mampu menikmati siaran televisi.15

14

Prof. Dr. H. Hafied Cangara, M. Sc. (1998). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT raja

Grafindo Persada. Hal 139 15 Prof. Dr. H. Hafied Cangara, M. Sc. (1998). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT raja Grafindo

Persada. Hal 142

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10105/3/T1_362010005_BAB II... · 1930 dan 1940. Teori S-R mengajarkan, setiap stimulus akan

14

Secara ringkas berbagi kepustakaan telah meyebutkan bahwa

fungsi media sebenarnya mencakup pemberian informasi, penyusunan

agenda kehidupan khalayak setiap hari, menghubungkan anggotma

masuyarakat yang satu dengan lainnya, mendidik khalayak kearah yang

lebih baik (mungkin pula karena negatif), membujuk khalayak utnuk

melakukan sesuatu, memberikan penghiburan, menerangkan sesuatu

kepada khalayak.

2.2 Hypodermic Needle Theory (Teori Peluru).

Media massa muncul untuk meyakinkan tingkah laku, nilai,

maksud pengirim adalah kepentingan lebih besar dari pada penerima.16

Sampai tahun 1930-an dan 1940-an, umumnya apa yang disajikan

media massa secara langsung atau kuat memberi rangsangan atau

berdampak kuat pada diri audience.

Dalam literature komunikasi massa ini sering disebut dengan

istilah teori jarum hipodermik (hipodermik needle theory) atau teori

peluru. Teori ini lebih didasarkan pada institusi dari pada bukti ilmiah.

Teori ini disamping mempunyai pengaruh yang kuat juga

mengansumsikan bahwa para pengelola media dianggap sebagai orang

yang lebih pintar dari audience. Akibatnya audience disuntikan kedalam

ketidaksadaaran audience.17

Model jarum suntik pada dasarnya adalah aliran satu tahap (one

step flow), yaitu media massa langsung kepada khalayak sebagai mass

audiance. Model ini mengasumsikan media massa secara langsung,

cepat, dan mempunyai efek yang amat kuat atas mass audiance. Media

massa ini sepadan dengan teori Stimulus-Response (S-R) yang

mekanistis dan sering digunakan pada penelitian psikologi antara tahun

1930 dan 1940. Teori S-R mengajarkan, setiap stimulus akan

menghasilkan respons secara spontan dan otomatis seperti gerak refleks.

16 Nurudin, (2003). Komunikasi Massa. Malang: Pusaka Pelajar Jogja. Hal 155 17 Nurudin, (2003). Komunikasi Massa. Malang: Pusaka Pelajar Jogja. Hal 156

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10105/3/T1_362010005_BAB II... · 1930 dan 1940. Teori S-R mengajarkan, setiap stimulus akan

15

Seperti bila tangan kita terkena percikan api (S) maka secara spontan,

otomatis dan reflektif kita akan menyentakkan tangan kita (R) sebagai

tanggapan yang berupa gerakkan menghindar. Tanggapan di dalam

contoh tersebut sangat mekanistis dan otomatis, tanpa menunggu

perintah dari otak.

Teori peluru atau jarum hipodermik mengansumsikan bahwa

media memiliki kekuatan yang sangat perkasa dan komunikan dianggap

pasif atau tidak tahu apa-apa. Teori ini mengansumsikan bahwa seorang

komunikator dapat menembakkan peluru komunikasi yang begitu ajaib

kepada khalayak yang tidak berdaya (pasif).

Elihu Katz dalam bukunya “The Diffusion of new ideas and

practices” menunjukan aspek-aspek yang menarik dari model

hipodermik ini :

a. Media massa memiliki kekuatan yang luar biasa, sanggup

menginjeksikan secara mendalam ide-ide kedalam benak

orang yang tidak berdaya ( the all powerfull media are able

to impres ideas on defenseless minds).

b. Mass audience dianggap seperti atom-atom yang terpisah

atau sam lain, tidak saling berhubungan dan hanya

berhubngan dengan media massa . kalau individu- individu

dalam mass audience mempunyai pendapat yang sama dalam

suatu persoalan, hal ini buka karena mereka berhubungan

atau berkomunnikasi satu dengan yang yang lain, meliankan

karena mereka memperoleh pesan- pesan yang sama dari

suatu media. (Schramm, 1963).

Kehadiran media massa telah mendatangkan perubahan–

perubahan bagi masyarakat yang terjangkau oleh kekuatan media massa.

Terpaan media massa tampak di dalam kehidupan sehari hari seperti

nilai – nilai yang timbul sebagai akibat keterpaan media massa tadi,

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10105/3/T1_362010005_BAB II... · 1930 dan 1940. Teori S-R mengajarkan, setiap stimulus akan

16

serta timbulnya produksi massa yang cenderung menunjukan suatu

kebudayaan massa.

Di Indonesia, pemilihan umum 2014 merupakan ajang yang

penting karena menentukan pemerintahan pada periode 2014-2019.

Mulai dari Komisi Pemilihan Umum hingga calon legislative beramai –

ramai mengiklankan maupun mensosialisasikan Pemilu 2014 untuk

menarik perhatian masyarakat Indonesia untuk memberikan suara. Oleh

karena itu, sosialisasi dalam wujud iklan di media massa meluncurkan

peluru berupa pesan keunggulan (pentingnya memberikan suara di

Pemilu 2014) dan diterima masyarakat yang mungkin sebagaian dari

mereka terkena pengaruh dengan cara memberikan hak suara mereka

bagi partai maupun calon pilihannya.

2.3 Teori Media Exposure

Terpaan media diartikan sebagai suatu kondisi dimana orang

diterpa oleh isi media atau bagaimana isi media menerpa audiens.

Terpaan media adalah perilaku seseorang atau audiens dalam

menggunakan media massa. Perilaku ini menurut Blumler dalam

Littlejohn (Rahayu, 2009: 28) dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti:

1. Surveillance, yaitu kebutuhan individu untuk mengetahui

lingkungannya.

2. Curiosity, yaitu kebutuhan individu untuk mengetahui peristiwa-

peristiwa menonjol di lingkungannya.

3. Diversion, yaitu kebutuhan individu untuk lari dari perasaan

tertekan, tidak aman, atau untuk melepaskan ketegangan jiwa.

4. Personal identity, yaitu kebutuhan individu untuk mengenal dirinya

dan mengetahui posisi keberadaannya di masyarakat.

Media exposure menurut Jalaluddin Rakhmat (1989) diartikan

sebagai terpaan media, sedangkan Masri Singarimbun (1982)

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10105/3/T1_362010005_BAB II... · 1930 dan 1940. Teori S-R mengajarkan, setiap stimulus akan

17

mengartikannya dengan sentuhan media. Menurut Rakhmat, media

exposure dapat dioperasionalkan sebagai frekuensi individu dalam

menonton televisi, film, membaca majalah atau surat kabar, maupun

mendengarkan radio. Selain itu, media exposure berusaha mencari data

audiens tentang penggunaan media, baik jenis media, frekuensi

penggunaan, maupun durasi penggunaan atau longevity (Ayu, 2007: 9).

Sedangkan menurut Rosengren (1974), penggunaan media

terdiri dari jumlah waktu yang digunakan dalam berbagai media, jenis

isi media yang dikonsumsi, dan berbagai hubungan antara individu

konsumen media dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan media

secara keseluruhan (Rakmat, 2004: 66). Pakar lainnya, Shore (1985)

memberikan definisi sebagai berikut:

“Terpaan media adalah lebih lengkap daripada akses. Terpaan

tidak hanya menyangkut apakah seseorang secara fisik cukup dekat

dengan kehadiran media massa akan tetapi apakah seseorang tersebut

benar-benar terbuka dengan pesan-pesan media tersebut. Terpaan

merupakan kegiatan mendengar, melihat, dan membaca pesan-pesan

media massa ataupun pengalaman dan perhatian terhadap pesan tersebut

yang dapat terjadi pada individu maupun kelompok.”

Menurut Kenneth E. Andersen (1972), perhatian adalah proses

mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam

kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Sifat menonjol yang

menjadi bahan perhatian oleh stimuli, yaitu:

1. Gerakan. Seperti organisme yang lain, manusia secara visual

tertarik pada objek-objek yang bergerak. Kita senang melihat

huruf-huruf dalam display yang bergerak menampilkan nama

barang yang diiklankan.

2. Intensitas stimuli. Kita akan memperhatikan stimuli yang lebih

menonjol dari stimuli yang lain. Warna merah pada latar

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10105/3/T1_362010005_BAB II... · 1930 dan 1940. Teori S-R mengajarkan, setiap stimulus akan

18

belakang putih, tubuh jangkung di tengah-tengah orang pendek,

sukar lolos dari perhatian kita.

3. Kebaruan (novelty). Hal-hal yang baru, yang luar biasa, yang

berbeda, akan menarik perhatian. Beberapa eksperimen juga

membuktikan stimuli yang luar biasa lebih mudah dipelajari atau

diingat.

4. Perulangan. Hal-hal yang disajikan berkali-kali, bila disertai

dengan sedikit variasi, akan menarik perhatian. Disini unsur

familiarity (yang mudah dikenal) berpadu dengan unsur novelty

(yang baru kita kenal. Perulangan juga mengandung unsur

sugesti: mempengaruhi bawah sadar kita (Rakhmat, 2007: 52-

53).

Frank Biocca dalam Littlejohn (Rahayu, 2009: 28) menyatakan

bahwa karakteristik terpaan media dapat diukur melalui dimensi-

dimensi seperti:

1. Selectivity (kemampuan memilih) yaitu kemampuan audiens

dalam menetapkan pilihan terhadap media dan isi yang akan

dieksposnya.

2. Intentionally (kesengajaan) yaitu tingkat kesengajaan audiens

dalam menggunakan media atau kemampuan dalam

mengungkapkan tujuan-tujuan penggunaan media.

3. Utilitarianism (pemanfaatan) yaitu kemampuan audiens untuk

mendapatkan manfaat dari penggunaan media.

4. Involvement (keterlibatan) yaitu keikutsertaan pikiran dan

perasaan audies dalam menggunakan media dan pesan media

yang diukur melalui frekuensi maupun intensitas.

5. Previous to influence yaitu kemampuan untuk melawan arus

pengaruh media.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10105/3/T1_362010005_BAB II... · 1930 dan 1940. Teori S-R mengajarkan, setiap stimulus akan

19

2.4 Partisipasi Politik

Partisipasi politik adalah kegiatan sukarela dari warga

masyarakat melalui keterlibatan mereka dalam pemilihan penguasa dan

secara langsung maupun tidak mempengaruhi proses pengambilan

kebijakan. (Herbert McClosky, 1972).

Partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok

orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu

dengan jalan memilih pimpinan Negara, dan secara langsung atau tidak

langsung, mempengaruhi kebijakan pemerintah.18

Dengan artian partisipasi politik adalah segala dukungan terhdap

perjalanan politik baik kegiartan yang bersifat secara langsung ataupun

tidak. Memulai dari asumsi tersebut, partisipasi politik dapat dijelaskan

secara umum merupakan akrivitas individu suatu anggota masyarakat

atau sekelompok orang yang berperan serta aktif dalam membangun

komunikasi politik, melalui cara memilih pemimpin Negara dan secara

langsung maupun tidak langsung memengaruhi kebijakan pemimpin

yang telah dipilih.

Definsi umum partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau

kelompok untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu

dengan jalan memilih pimpinan Negara dan secara langsung atau tidak

langsung mempengaruhi kebijakan pemerintahan. Hal ini mencakup

tindakan memberikan suara dalam pemilihan umum, menghadiri rapat,

menjadi anggota suatu partai atau kelompok kepentingan, mengadakan

hubungan dengan pemerintah, dan sebagainya.

Menurut Hebert McClosky dalam internasional encyclopedia of

the social sciences:

“Partisipasi politik adalah kegiatan – kegiatan sukarela warga

masyarakat melalui mana mereka mengambul bagian dalam proses

18

Budhiardjo, Miriam. (1982). Partisipasi dan Partai Politik, Jakarta: Gramedia

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10105/3/T1_362010005_BAB II... · 1930 dan 1940. Teori S-R mengajarkan, setiap stimulus akan

20

pemilihan penguasa dan secara langsung atau tidak langsung, dalam

proses pembentukan kebijakan umum”

Menurut Norman H. Nie dan Sidney Verba dalam handbook od

Political Science:

“Partisipasi politik adalah kegiatan pribadi warga Negara yang

legal yang sedikit banyak langsung bertujuan untuk mempengaruhi

seleksi mempengaruhi seleksi pejabat Negara dan/atau tindakan yang di

ambil oleh mereka”.

Dalam Negara demokrasi pemikiran yang mendasari konsep

partisipasi politik adalah bahwa kedaulatan ada ditangan rakyat, yang

dilaksanakan malalu kegiatan bersama untuk menetapkan tujuan –

tujuan serta masa depan masyarakat itu sendiri dan menentukan orang

yang akan memegang tampuk pemimpin. Jadi partisipsi politik

merupakan pemilihan dari penyelenggaraan kekuasaan politk yang

absah oleh rakyat.19

2.1.1 Bentuk – bentuk Partisipasi Politik

Bentuk partisipasi politik sangat beragam, mulai dari

yang telah dilakukan secara teroganisir (kesadaran membangun

Negara), spontan, individual, kolektif, tersusun rapi, sporadic,

secara damami, menggunakan kekerasan, legal dan tidak legal

hingga partiisipasi yang tidak efektif.20

Kegiatan politik yang tercakup dalam konsep partisipasi

polirik mempunyai bermacam – macam bentuk dan intensitas.

Berikut ini adalah piramida partisipasi politik menurut David F.

Roth dan Frank L. Wilson (1980):

19

Budhiarjo, Miriam. (1982). Partisipasi dan Partai Politik. Jakarta: Gramedia. Hal 3 20

Samuel P. Huntington dan Joan M. Nelson, (1997). No Easy Choice: Political Participation

In developing Countries. Cambridge: Harfard University Press.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10105/3/T1_362010005_BAB II... · 1930 dan 1940. Teori S-R mengajarkan, setiap stimulus akan

21

Gambar 2.1

Piramida Partisipasi Politik

Sumber: Miriam Budiardjo, Partisipasi dan Partai Politik, 1998: 7

Sedangkan Ramlan Surbakti menyatakan bahwa

partisipasi politik warga Negara dibedakan menjadi dua, yaitu

partisipasi aktif dan partisipasi pasif.

a. Partisipasi aktif

Partisipasi aktif yaitu kegiatan warga negara dalam ikut serta

menentukan kebijakan dan pemilihan pejabat pemerintahan

dalam kehidupan berbangsa dan bernegara demi kepentingan

bersama. Bentuk partisipasi aktif antara lain mengajukan

usulan tentang suatu kebijakan, mengajukan saran dan kritik

tentang suatu kebijakan tertentu, dan ikut partai politik.

b. Partisipasi pasif

Partisipasi pasif yaitu kegiatan warga negara yang

mendukung jalannya pemerintahan negara dalam rangka

menciptakan kehidupan negara yang sesuai tujuan. Bentuk

partisipasi pasif antara lain menaati peraturan yang berlaku

dan melaksanakan kebijakan pemerintah.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10105/3/T1_362010005_BAB II... · 1930 dan 1940. Teori S-R mengajarkan, setiap stimulus akan

22

Menurut Huntington dan Nelson, bentuk kegiatan utama

dalam partisipasi politik dibagi menjadi lima bentuk, yaitu:

1. Kegiatan pemilihan,

2. Lobi,

3. Kegiatan organisasi,

4. Mencari koneksi,

5. Tindakan kekerasan.

Disisi lain, partisipasi politik berfungsi sebagai navigator

yang memperkuat sistem politik yang ada. Ranah ini

menjelaskan partisipasi politik digambarkan sebagai bentuk

legistimasi dari sistem politik yang bersangkutan. Atau dengan

kata lain, partisipasi politik sebagai indicator signifikasi atas

dukungan rakyat, baik terhadap pemimpinnya, kebijakan–

kebijakan yang diambil oleh pemimpinnya maupun bagi sistem

politik yang diterapkan.

2.2 Penelitian Sebelumnya

Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan

dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti

yang pernah penulis baca diantaranya :

No Nama

Peneliti

Judul

Penelitian

Tujuan Penelitian Metode

Penelitian

Hasil Penelitian

1. Ali

Mustofa

Peran Media

Massa

sebagai

Sarana Iklan

Politik Parpol

Mendeskripsikan peran media massa sebagai

sarana iklan politik parpol Nasdem terhadap perolehan suara partai pada pemilu.

kualitatif Penggunaan media

menjadi sangat penting

dalam kampanye dan

sosialisasi. Media massa

tidak hanya menjadi

bagian intergral politik,

tetapi ini juga memiliki

sebuah posisi sentral

dalam politik, mampu

mengumpulkan fakta dari

peristiwa yang terjadi

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10105/3/T1_362010005_BAB II... · 1930 dan 1940. Teori S-R mengajarkan, setiap stimulus akan

23

untuk menjadi sebuah

wacana yang memiliki

kekuatan kampanye

politik. Untuk

memenangkan persaingan

di area pemilihan, politik

peserta bersaing dengan

menerapkan bisa

diterapkan strategi

komunikasi politik.

Dalam konteks politik

Pemilu 2014, media

massa masih memiliki

peran penting dalam

sosialisasi dari partai

politik dan pengenalan

program kandidat. Peran

media massa seperti

diakui oleh Nasdem,

Nasdem karena itu tetap

menggunakan media

massa dalam strategi

komunikasi politik partai. 2.

Misliyah

Komunikasi

Politik

Melalui

Media Massa

Pasangan

Mochtar

Muhammad-

Rahmat

Effendi

dalam

pilkada

Walikota

Bekasi

Periode

2008-2013.

1.Bertujuan untuk

menjelaskan

dan

menampilkan

hal-hal yang

terkait dengan

sosialisasi

politik pasangan

MuRah melalui

media massa.

2.Mengetahui

factor

pendukung dan

penghambat apa

saja yang dapat

dilakukan oleh

pasangan

MuRah dalam

Pilkada di

Bekasi.

Kualitatif

1.Kegiatan sosialisasi

politik pasangan

MuRah banyak

menggunakan media

massa sangat efektif.

2.Factor pendukung

dalam keberhasilannya

yaitu publisitas melalui

media massa,

dukungan sejumlah

partai besar.

Sedangkan factor

penghambat adalah

black campaign,

munculnya sejumlah

masalah dan berbagai

kecuranagan

dilapangan, dan golput

yang masih tinggi.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10105/3/T1_362010005_BAB II... · 1930 dan 1940. Teori S-R mengajarkan, setiap stimulus akan

24

3. Aziz

Jamaludin

Peranan KPU

dalam

mengatasi

angka golput

serta

meningkatka

n partisipasi

politik

masyarakat.

1.Mengetahui

upaya yang

dilakukan KPU

dalam

meminimalisir

tingkat golput.

2.Mengetahui

upaya yang

dilakukan KPU

dalam

meningkatkan

partisipasi

politik

masyarakat.

Kualitatif 1. Selama ini banyak

yang

mempertanyakan

kompetensi dan

indepensi anggota

KPU dalam

melaksanakan Pemilu.

2. Kurang maksimalnya

upaya yang dilakukan

KPU untuk mengatasi

tingkat golput.

3. KPU harus

memaksimalkan

sosialisasi pada

masyarakat terutama

dengan menggunakan

media massa.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10105/3/T1_362010005_BAB II... · 1930 dan 1940. Teori S-R mengajarkan, setiap stimulus akan

25

2.3 Kerangka Pikir

Bagan I

Kerangka Pikir Peneliti

Pada Pemilu Legislatif 2014, tim (Sumber) yang terdiri dari

Komisi Pemilihan Umum menyampaikan informasi kepada masyarakat

tentang Pemilu 9 April 2014. Informasi (Message) yang disampaikan

yaitu Pemilu tanggal 9 April 2014, masyarakat wajib menggunakan hak

suara untuk memilih partai atau calon legislatif, dan memperkenalkan

Pengaruh Terpaan Media Massa terhadap partisipasi politik masyarakat

di Salatiga

(Studi Pengaruh Media Massa yang Digunakan KPU Salatiga Sebagai Media

Sosialisasi Dalam Pileg 2014)

Partisipasi Politik:

Ikut dalam berkampanye partai politik

Menggunakan hak pilih

Pembangkang politik, demonstrasi, kekerasan

politik.

Memberikan kritik/saran

Mengawasi/mengikuti perkembangan politik

melalui media

Terpaan Media Massa yang digunakan KPU

Jenis Media

Frekuensi

Durasi

Atensi

Pemahaman

Perolehan informasi

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10105/3/T1_362010005_BAB II... · 1930 dan 1940. Teori S-R mengajarkan, setiap stimulus akan

26

partai-partai dan calon legislative yang akan mengikuti pemilu 2014.

Dalam menyampaikan informasi-informasi tersebut, Komisi Pemilihan

Umum (KPU) menggunakan media massa (Channel) yaitu televise,

radio, koran, spanduk/baliho, serat media massa lainnya agar informasi

yang disampaikan ditangkap oleh masyarakat (recerved). Dengan hasil

Pemilu 2014 tanggal 9 April 2014 yang telah di dapat, maka peneliti

ingin meneliti tentang seberapa besar pengaruh terpaan media massa

terhadap partisipasi politik di Salatiga.

2.4 Hipotesis

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis pada penelitian

ini yaitu:

H0 = Tidak ada pengaruh terpaan media massa yang digunakan KPU

Salatiga terhadap partisipasi politik.

H1 = Ada pengaruh terpaan media massa yang digunakan KPU Salatiga

terhadap partisipasi politik.