bab ii kajian pustaka dan kerangka pemikiran 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/bab ii.pdf ·...

67
1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka ini akan memaparkan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi, serta mengkaji kembali mengenai teori-teori yang relevan dengan penelitian ini yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli mengenai variabel-variabel yang hendak diteliti, selain itu dalam sub-bab kajian pustaka ini, penulis akan pula memaparkan mengenai kerangka pemikiran dari penelitian ini sehingga dapat menjawab rumusan masalah yang diteliti secara teoritis. 2.1.1 Manajemen Setiap perusahaan maupun organisasi memerlukan ilmu manajemen didalam aktivitas kegiatannya. Istilah manajemen berasal dari Bahasa Inggris yaitu “To Manage” yang berarti memimpin atau mengelola suatu aktivitas sekelompok manusia untuk mencapai sasaran yang sebenarnya sudah ditetapkan secara menyeluruh. Manajemen merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Dapat dilihat dalam suatu organisasi, sukses atau tidaknya suatu tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan pengelolaan manajemen perusahaan tersebut. Manajemen yang baik akan memudahkan pelaksanaan dan pencapaian tujuan yang diinginkan menjadi terwujud. Pengertian manajemen banyak dikemukakan oleh para ahli dengan berbagai definisi dan beragam menekanan yang berbeda. Meskipun demikian

Upload: phamanh

Post on 10-Mar-2019

244 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

1

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Kajian Pustaka

Kajian pustaka ini akan memaparkan mengenai teori-teori yang

berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi, serta mengkaji kembali

mengenai teori-teori yang relevan dengan penelitian ini yang telah dikemukakan

oleh beberapa ahli mengenai variabel-variabel yang hendak diteliti, selain itu

dalam sub-bab kajian pustaka ini, penulis akan pula memaparkan mengenai

kerangka pemikiran dari penelitian ini sehingga dapat menjawab rumusan

masalah yang diteliti secara teoritis.

2.1.1 Manajemen

Setiap perusahaan maupun organisasi memerlukan ilmu manajemen

didalam aktivitas kegiatannya. Istilah manajemen berasal dari Bahasa Inggris

yaitu “To Manage” yang berarti memimpin atau mengelola suatu aktivitas

sekelompok manusia untuk mencapai sasaran yang sebenarnya sudah ditetapkan

secara menyeluruh. Manajemen merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan yang

diinginkan. Dapat dilihat dalam suatu organisasi, sukses atau tidaknya suatu

tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan pengelolaan

manajemen perusahaan tersebut. Manajemen yang baik akan memudahkan

pelaksanaan dan pencapaian tujuan yang diinginkan menjadi terwujud.

Pengertian manajemen banyak dikemukakan oleh para ahli dengan

berbagai definisi dan beragam menekanan yang berbeda. Meskipun demikian

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

2

tetapi pada dasarnya memiliki kesimpulan yang serupa. Menurut George R. Terry

diterjemahkan oleh Malayu Hasibuan (2014:2), menjelaskan pengertian

Manajemen adalah sebagai berikut: “Management is a distinct process consisting

of planning. Organizing, actuating, and controlling performed to determine and

accomplish stated objectives by the use human being and other resources”.

Artinya: Manajemen merupakan suatu proses khas yang terdiri dari tindakan-

tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian yang

dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah

ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya”.

Menurut Thomas S. Bateman and Scott A. Snell diterjemahkan oleh Ratno

Purnomo dan Willy Abdillah (2014:15), menyatakan “Manajemen adalah proses

kerja dengan menggunakan orang dan sumber daya untuk mencapai tujuan.

Manajer yang cakap melakukan hal tersebut dengan efektif dan efisien. Efektif

berarti dapat mencapai tujuan organisasi. Efisien berarti mencapai tujuan

organisasi dengan penggunaan sumber daya yang minimal yaitu menggunakan

kemungkinan waktu, material, uang dan orang.”

Sedangkan, menurut Irham Fahmi (2013:2), “Manajemen adalah suatu

ilmu yang mempelajari secara komprehensip tentang bagaimana mengarahkan dan

mengelola orang-orang dengan berbagai latar belakang yang berbeda-beda dengan

tujuan untuk mencapai tujuan yang diinginkan”.

Berdasarkan pengertian manajemen menurut para ahli, maka dapat

disimpulkan bahwa manajemen merupakan ilmu yang mempelajari dan mengolah

suatu aktifitas dengan sedemikian rupa agar tujuan suatu organisasi atau

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

3

perusahaan dapat tercapai dan berjalan dengan efektif dan efisien dengan

pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lain yang dimilikinya.

2.1.2 Manajemen Operasi

Operasi merupakan salah satu fungsi pokok di dalam bisnis disamping

fungsi pemasaran, keuangan dan personalia. Fungsi ini berkaitan dengan

penggunaan sumber daya organisasi untuk mengubah bahan baku (input) menjadi

barang jadi atau jasa (output). Kegiatan operasi merupakan kegiatan yang

kompleks. Salah satu kegiatan dalam manajemen operasi diantaranya kegiatan

produksi. Didalam melakukan proses produksi dalam suatu perusahaan diperlukan

sekali manajemen yang baik, hal ini bertujuan untuk melakukan pengaturan

ataupun pengawasan proses produksi agar sesuai dengan standar yang telah

dibuat, baik kesesuaian standar proses produksi maupun kesesuaian standar dari

produk yang telah dihasilkan.

Menurut Heizer dan Render (2015:3), manajemen operasi adalah aktivitas

yang berhubungan dengan penciptaan barang dan jasa melalui proses transformasi

dari input (masukan) ke output (hasil).

Menurut William J. Stevenson dan Choung (2015:4), manajemen operasi

merupakan manajemen sistem atau proses yang menciptakan barang dan/atau

menyediakan jasa.

Sedangkan, menurut Budi Harsanto (2013:1), manajemen operasi ialah

proses untuk menghasilkan produk secara efektif dan efisien melalui

pendayagunaan sumber daya yang ada.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

4

Menurut beberapa definisi para ahli diatas peneliti menyimpulkan bahwa,

kegiatan operasi merupakan suatu aktivitas dalam perusahaan yang berkaitan

dengan penciptaan barang, jasa atau kombinasinya melalui proses transformasi

dari segala sumber daya input perusahaan yang diintegrasikan untuk

menghasilkan output yang memiliki nilai tambah. Berikut adalah aliran

transformasi dalam manajemen operasi.

2.1.3 Ruang Lingkup Manajemen Operasi

Manajemen operasi memiliki ruang lingkup yang dapat menjelaskan

bagaimana peran manajemen operasi dalam suatu organisasi baik itu perusahaan

manufaktur maupun jasa. Manajemen operasi merupakan kegiatan yang

mencakup bidang yang cukup luas, dimana manajemen operasi melibatkan

kegiatan dalam mendesain produk dan/ jasa, seleksi proses, seleksi dan

manajemen teknologi, desain sistem kerja, perencanaan lokasi, perencanaan

fasilitas dan perbaikan mutu organisasi produk atau jasa.

Menurut William J. Stevenson (2015:10), sebagian besar aktivitas yang

dilakukan manajemen dan karyawan dapat dikategorikan kedalam bidang

manajemen operasi, diilustrasikan dengan menggunakan perusahaan maskapai

penerbangan dengan sistem operasi organisasi jasa kegiatan tersebut mencakup:

1. Peramalan, seperti kondisi cuaca dan pendaratan, permintaan tempat duduk

untuk penerbangan, serta pertumbuhan perjalanan udara.

2. Perencanaan Kapasitas, harus dimiliki oleh maskapai penerbangan ntuk

memelihara arus kas dan membuat laba yang wajar. (Terlalu sedikit atau

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

5

terlalu banyak pesawat terbang, atau bahkan jumlah pesawat yang tepat tetapi

di tempat yang salah akan menyebabkan kerugian).

3. Penjadwalan, penjadwalan pesawat terbang untuk penerbangan dan

pemeliharaan rutin; penjadwalan penerbang dan pramugari; serta penjadwalan

awak pesawat terbang, petugas konter dan petugas bagasi.

4. Manajemen Persediaan, dari objek-objek seperti makanan dan minuman,

peralatan P3K, majalah dipesawat terbang, bantal dan selimut, serta baju

pelampung.

5. Menjamin Mutu, harus ada dalam operasi penerbangan dan pemeliharaan

yang penekanannya pada keselamatan dan penting untuk menghadapi

pelanggan di konter tiket, pendaftaran tiket, telpon dan reservasi elektronik,

serta layanan pinggir jalan yang penekanannya pada efisiensi dan kesopanan.

6. Memotivasi dan Melatih karyawan, didalam setiap tahapan operasi.

7. Menempatkan Fasilitas, sesuai keputusan manajer untuk menyediakan jasa

dikota mana, dimana harus menempatkan fasilitas pemeliharaan, dimana

untuk menempatkan pusat aktivitas besar dan kecil.

Menurut Sofjan Assauri (2011:28), ruang lingkup manajemen operasi terdiri

dari :

1. Seleksi dan rancangan atau desain hasil produksi (produk)

Setiap kegiatan produksi dan operasi harus dimulai dari penyeleksian dan

perancangan produk yang akan dihasilkan secara efektif dan efisien, serta dengan

mutu atau kualitas yang baik.

2. Seleksi dan perancangan proses peralatan

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

6

Setelah produk di desain, maka kegiatan yang harus dilakukan untuk

merealisasikan usaha untuk menghasilkannya adalah menentukan jenis proses

yang akan dipergunakan serta peralatannya

3. Pemilihan lokasi dan site perusahaan dan unit produksi

Pemilihan lokasi dan site merupakan salah satu faktor penentu kelancaran

produksi dan operasi, sehingga perlu memperhatikan faktor jarak kelancaran

dan biaya pengangkutan dari sumber-sumber bahan dan masukan (input) serta

biaya pengangkutan dari barang jadi ke pasar.

4. Rancangan tata letak (lay-out) dan arus kerja atau proses

Kelancaran dalam proses produksi dan operasi ditentukan pula oleh salah satu

faktor yang terpenting didalam perusahaan atau unit produksi yaitu rancangan

tata-letak (lay-out) dan arus kerja atau proses.

5. Rancangan Tugas Pekerjaan

Dalam penyusunan rancangan tugas pekerjaan harus pula memperhatikan

kelengkapan tugas pekerjaan yang terkait dengan variabel tugas dalam

struktur teknologi dan mutu atau kualitas suasana kerja yang ditentukan oleh

variabel manusianya.

6. Strategi produksi dan operasi serta pemilihan kapasitas

Dalam strategi produksi dan operasi harus terdapat pernyataan tentang

maksud dan tujuan dari produksi dan operasi, maka ditentukanlah pemilihan

kapasitas yang akan dijalankan dalam bidang produksi dan operasi.

Menurut uraian yang telah dijelaskan diatas, meskipun kedua ahli

menjelaskan berbeda antara manajemen operasi jasa dan manajemen operasi

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

7

manufaktur, tetapi pada intinya ruang lingkup manajemen operasi itu sama

dimana terdapat perencanaan kapasitas/produksi, peramalan, penjadwalan,

pengendalian mutu, tata letak pabrik, tata letak fasilitas, desain tugas/jadwal kerja.

2.1.4 Manajemen Persediaan

Manajemen Persediaan merupakan hal mendasar agar dapat

mengunggulkan kompetitif jangka panjang bagi perusahaan. Penerapan

manajemen persediaan mempengaruhi keberlangsungan proses produksi serta

meningkatkan pelayanan terhadap konsumen. Agar persediaan dalam suatu

perusahaan tetap dapat terkendali maka dibutuhkan ilmu yang mengatur dan

mengelola persediaan dengan baik. Menurut Rusdiana (2014:377), mengatakan

bahwa manajemen persediaan adalah sistem manajemen (merancang,

mengeksekusi, dan mengevaluasi) persediaan dengan instrument kebijakan terkait

dengan :

a. Waktu pemesanan kembali harus dilakukan.

b. Jumlah item yang harus dipesan.

c. Rata-rata level persediaan yang harus dijaga.

Tujuan dari manajemen persediaan adalah menyelesaikan sasaran yang

berpotensi untuk memaksimalkan pelayan pada pelanggan, memaksimalkan

efisiensi pembelian pada produksi, meminimalkan investasi stok, memaksimalkan

profit.

2.1.5 Pengertian Persediaan

Persediaan (inventory) dapat memiliki berbagai fungsi penting yang

menambah fleksibilitas dari operasi suatu perusahaan dan dengan adanya

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

8

persediaan dapat mempermudah dan memperlancar jalannya proses produksi.

Tanpa adanya persediaan, para pengusaha akan dihadapkan pada resiko bahwa

perusahaannya pada suatu waktu tidak dapat memenuhi keinginan pelanggan yang

memerlukan atau meminta barang atau jasa yang dihasilkan.

Menurut William J. Stevenson (2015:179), “Persediaan adalah stok atau

simpanan barang-barang.”

Menurut Krajewski, et al (2013:329), “Inventory is a stock of material used

to satisfy customer demand or to support the production of service or goods”.

Artinya: Persediaan adalah sejumlah cadangan bahan yang digunakan sebagai

pemenuhan permintaan pelanggan atau untuk mendukung produksi dalam bentuk

jasa atau barang.

Sedangkan, menurut T. Hani Handoko (2015:333), “Persediaan adalah

segala sesuatu atau sumber daya-sumber daya organisasi yang disimpan dalam

antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan”.

Menurut penjelasan dari beberapa ahli diatas peneliti menyimpulkan bahwa,

persediaan adalah sejumlah barang yang ada dan/atau di simpan digudang, yang

dikeluarkan ketika terjadi kenaikan permintaan atau pada waktu tertentu.

2.1.6 Fungsi Persediaan

Persediaan di dalam perusahaan merupakan hal yang sangat penting

khususnya untuk perusahaan manufaktur yang memproduksi suatu barang atau

produk, agar aktivitas produksi perusahaan tetap berjalan lancar tidak tersendat.

Pada prinsipnya persediaan mempermudah atau memperlancar jalannya operasi

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

9

perusahaan/pabrik yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk memproduksi

barang-barang serta menyampaikannya pada para pelanggan atau konsumen.

Menurut T. Hani Handoko (2015:337) adapun fungsi-fungsi persediaan oleh

suatu perusahaan/pabrik adalah sebagai berikut:

1. Fungsi Decoupling.

Persediaan “decouples” ini memungkinkan perusahaan dapat memenuhi

permintaan langganan tanpa tergantung pada supplier. Persediaan barang

dalam proses diadakan agar departemen-departemen dan proses-proses

individual perusahaan terjaga “kebebasannya”. Persediaan barang jadi

diperlukan untuk memenuhi permintaan produk yang tidak pasti dari para

pelanggan. Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan

konsumen yang tidak dapat diperkirakan atau diramalkan disebut fluctuation

stock.

2. Fungsi Economic Lot Sizing.

Melalui penyimpanan persediaan, perusahaan dapat memproduksi dan

membeli sumber daya-sumber daya dalam kuantitas yang dapat mengurangi

biaya-biaya per-unit. Persediaan “lot size” ini perlu mempertimbangkan

“penghematan-penghematan” (potongan pembelian, biaya pengangkutan per

unit lebih murah dan sebagainya) karena perusahaan melakukan pembelian

dalam kuantitas yang lebih besar, dibandingkan dengan biaya-biaya yang

timbul karena besarnya persediaan (biaya sewa gudang, investasi, risiko dan

sebagainya).

3. Fungsi Antisipasi.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

10

Sering perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat

diperkirakan dan diramalkan berdasar pengalaman atau data-data masa lalu,

yaitu permintaan musiman. Dalam hal ini perusahaan dapat mengadakan

persediaan musiman (seasonal inventories). Di samping itu, perusahaan

juga sering menghadapi ketidakpastiaan jangka waktu pengiriman dan

permintaan akan barang-barang selama periode persamaan kembali,

sehingga memerlukan kuantitas persediaan ekstra yang sering disebut

persediaan pengaman (safety inventories).

Maka Fungsi utama dari persediaan adalah mengoptimalkan proses produksi

dan juga biaya yang harus dikeluarkan dalam proses produksi. Apabila

perusahaan telah mampu mengoptimalkan fungsi persediaan tersebut maka proses

produksi yang dilakukan perusahaan tersebut bisa berjalan lancar dan juga dengan

adanya persediaan maka perusahaan bisa meminimasi risiko-risiko yang tentu saja

akan merugikan perusahaan.

2.1.7 Tujuan Persediaan

Perusahaan memiliki persediaan dengan tujuan mengendalikan dan

menemukan solusi yang optimal terhadap seluruh masalah yang terkait dengan

persediaan. Dikaitkan dengan tujuan umum perusahaan, maka ukuran optimalisasi

pengendalian persediaan sering kali diukur dengan keutungan maksimum yang

dicapai. Ada beberapa tujuan penting perusahaan dalam menyimpan persediaan

sebagaimana menurut Manahan P. Tampubolon (2014:86), menerangkan bahwa

tujuan menyimpan persediaan adalah sebagai berikut:

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

11

1. Penyimpanan barang diperlukan agar korporasi dapat memenuhi pesanan

pelanggan secara cepat dan tepat waktu.

2. Untuk berjaga-jaga pada saat barang di pasar sukar diperoleh, pengecualian

pada saat musim panen tiba.

3. Untuk menekan harga pokok per unit barang.

2.1.8 Jenis-Jenis Persediaan

Persediaan memiliki berbagai jenis yang berbeda, maka dari itu persediaan

didalam perusahaan perlu dikelompokan agar persediaan dapat berfungsi dengan

baik. Menurut Heizer dan Render (2015:554) berdasarkan proses produksi,

persediaan terbagi menjadi empat jenis, yaitu:

1. Persediaan bahan mentah (raw material inventory) adalah bahan–bahan

yang telah dibeli tetapi belum diproses. Bahan-bahan dapat diperolah dari

sumber alam atau dibeli dari supplier (penghasil bahan baku).

2. Persediaan barang setengah jadi (work in process) atau barang dalam proses

adalah komponen atau bahan mentah yang telah melewati sebuah proses

produksi/telah melewati beberapa proses perubahan, tetapi belum selesai

atau akan diproseskembali menjadi barang jadi.

3. Persediaan pasokan pemeliharaan/perbaikan/operasi/ MRO (maintenance,

repair, operating) yaitu persediaan–persediaan yang disediakan untuk

pemeliharaan, perbaikan, dan operasional yang dibutuhkan untuk menjaga

agar mesin–mesin dan proses –proses tetap produktif.

4. Persediaan barang jadi (finished good inventory) yaitu produk yang telah

selesai di produksi atau diolah dan siap dijual.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

12

Sedangkan menurut William J. Stevenson dan Choung (2015:181), jenis

jenis persediaan meliputi:

1. Barang mentah dan suku cadang yang dibeli.

2. Barang setengah jadi, disebut barang dalma prosses (BDP)

3. Persediaan barang jadi (perusahaan manufaktur) atau barang dagangan

(toko ritel)

4. Suku cadang pengganti, alat-alat, dan pasokan,

5. Barang dalam transit ke gudang atau pelanggan (persediaan pipa saluran).

Pengelompokan jenis-jenis persediaan diatas sebagaimana yang telah

disebutkan oleh beberapa ahli, memiliki tujuan yang sama bagi perusahaan.

Dimana antara jenis persediaan yang satu dengan yang lain saling berhubungan

dalam menukung kegiatan operasional perusahaan.

2.1.9 Pengendalian Persediaan

Kurangnya pengendalian pada persediaan dapat mengakibatkan terjadinya

kekurangan persediaan (stockout) maupun kelebihan persediaan (over stock)

barang. Kekurangan persediaan dapat mengakibatkan kegagalan pengiriman,

hilangnya penjualan, pelanggan yang tidak puas, dan terhambatnya produksi.

Sedangkan jika terjadi kelebihan persediaan (over stock) maka akan timbuk

resiko-resiko yang dihadapi oleh perusahaan, seperti tingginya biaya

penyimpanan dan investasi yang tertahan, karena semakin besar tingkat

persediaan maka semakin besar pula biaya penyimpanan yang harus dikeluarkan

perusahaan.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

13

Menurut William J. Stevenson dan Choung (2014:183), manajemen

persediaan memiliki dua perhatian utama. Pertama, tingkat pelayanan pelanggan

yaitu untuk memiliki barang yang tepat, dalam kuantitas yang memadai, di tempat

yang tepat, pada waktu yang tepat. Kedua, biaya pemesanan dan biaya

penyimpanan. Sehingga timbul dua keputusan fundamental: waktu dan ukuran

pesanan (yaitu kapan harus memesan dan berapa banyak yang harus dipesan).

Keterangan diatas dapat dikatakan bahwa tujuan dari pengendalian

persediaan adalah untuk memperoleh kualitas dan kuantitas yang tepat dari bahan-

bahan atau barang yang tersedia pada waktu yang dibutuhkan dengan biaya-biaya

yang minimum untuk keuntungan dan kepentingan perusahaan. Dengan kata lain,

pengendalian persediaan untuk menjamin terdapatnya persediaan pada tingkat

yang optimal agar produksi dapat berjalan dengan lancar dan biaya persediaan

yang minimal.

2.1.10 Biaya-Biaya Dalam Persediaan

Perusahaan yang menyediakan persediaan di dalam kegiatan operasionalnya

tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Menurut Mulyadi (2014:8), biaya

dalam arti luas adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan

uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.

Oleh karena itu didalam menetapkan persediaan, suatu perusahaan perlu

memikirkan biaya-biaya yang harus dikeluarkan agar tujuan perusahaan dapat

tercapai. Dari mulai pemesanan barang sampai barang datang dan disimpan,

semua kegiatan itu membutuhkan biaya.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

14

Menurut William J. Stevenson dan Choung (2015:187), terdapat tiga biaya

dasar yang berhubungan dengan persediaan yaitu penyimpanan, transaksi

(pemesanan), dan biaya kekurangan. Adapun penjelasan jenis biaya-biaya tersebut

adalah:

1. Biaya penyimpanan (holding/carrying) berhubungan dengan kepemilikan

barang secara fisik dalam penyimpanan. Biaya ini meliputi bunga, asuransi,

pajak (dibeberapa negara), depresiasi, keusangan, kemunduran, kebusukan,

pencurian, kerusakan, dan biaya pergudangan (suhu, penerangan, sewa,

keamanan).

2. Biaya pemesanan (ordering cost) adalah biaya untuk memesan dan

menerima persediaan. Biaya ini bervariasi dengan penempatan pesanan

aktual. Disamping biaya pengiriman, biaya ini meliputi penyiapan faktur,

biaya pengiriman, inspeksi barang pada saat kedatangan untuk mutu dan

kuantitas, dan pemindahan barang ke penyimpanan sementara.

3. Biaya kekurangan (storage costs) terjadi ketika permintaan melebihi

pasokan persediaan yang ada di tangan. Biaya ini meliputi biaya kesempatan

untuk tidak melakukan penjualan, kehilangan niat baik pelanggan,

pembebanan terlambat, dan biaya-biaya serupa.

Sedangkan menurut Heizer dan Render (2015:559), ada tiga jenis biaya

dalam persediaan, antara lain :

1. Biaya penyimpanan (holding cost) yaitu, biaya yang terkait dengan

menyimpan atau “membawa” persediaan selama waktu tertentu.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

15

2. Biaya pemesanan (ordering cost) mencakup biaya dari persediaan,

formulir, proses pemesanan, pembelian, dukungan administrasi dan

seterusnya. Ketika pemesanan sedang diproduksi, biaya pemesanan juga

ada, tetapi mereka adalah bagian dari biaya penyetelan.

3. Biaya pemasangan (setup cost) adalah biaya untuk mempersiapkan sebuah

mesin atau proses untuk membuat sebuah pemesanan. Ini menyertakan

waktu dan tenaga kerja untuk membersihkan serta mengganti peralatan

atau alat penahan. Manajer operasi dapat menurunkan biaya pemesanan

dengan mengurangi biaya penyetelan serta menggunakan prosedur yang

efisien serta menggunakan prosedur-prosedur yang efisien seperti

pemesanan dan pembayaran elektronik.

Menurut uraian yang telah para ahli jelaskan diatas mengenai jenis-jenis

biaya yang terkait dengan pengelolaan persediaan, antara perusahaan yang satu

dengan yang lain jenis-jenis biaya persediaan yang muncul akan berbeda, sesuai

dengan kondisi dan bidang bisnis yang dijalani masing-masing perusahaan. Oleh

karena itu, dalam penelitian ini bisa jadi tidak ditemukan semua jenis biaya seperti

yang dijelaskan diatas, tetapi hanya sebagian saja yang kemudian akan

dicocokkan relevansinya dengan konsep yang akan diteliti.

2.1.11 Metode Pengendalian Persediaan

Pengendalian persediaan pada perusahaan sangatlah dibutuhkan agar

persediaan yang tersedia tidak terlalu sedikit (stockout) ataupun tidak terlalu

banyak (overstock), selain daripada itu pengendalian persediaan dibutuhkan agar

tidak timbul masalah kedepannya. Setiap keputusan yang diambil tentunya

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

16

mempunyai pengaruh terhadap besarnya biaya persediaan. Menurut Anderson dkk

(dalam buku Nugroho dkk, 2012), “Metode pengendalian persediaan

menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memecahkan dua permasalahan

utama, yaitu (1) berapa unit barang yang harus dipesan pada waktu tertentu; dan

(2) kapan persediaan tersebut harus dipesan.” Untuk memudahkan dalam

pengambilan keputusan, telah dikembangkan beberapa metode pengendalian

persediaan dalam manajemen persediaan.

2.1.11.1 Metode Economic Order Quantity (Economic Order Quantity/EOQ)

Perusahaan berusaha menekan biaya seminimal mungkin agar keuntungan

yang diperoleh menjadi lebih besar, demikian pula dengan manajemen persediaan

selalu mengupayakan agar biaya persediaan menjadi minimal. Economic Order

Quantity (EOQ) adalah salah satu teknik pengendalian persediaan yang paling

sering digunakan.

Menurut Manahan P. Tampubolon (2014:240) mengemukakan “Penentuan

jumlah pemesanan paling ekonomis (EOQ) dilakukan apabila persediaan untuk

bahan baku tergantung dari beberapa pemasok, sehingga perlu dipertimbangkan

jumlah pembelian persediaan bahan sesuai kebutuhan proses konversi”.

Menurut William J. Stevenson dan Shum Chee Choung (2015:190),

Kuantitas Pesanan Ekonomis (EOQ) adalah ukuran pesanan yang meminimalkan

biaya tahunan total. Model dasar EOQ ini melibatkan sejumlah asumsi, yaitu:

1. Hanya satu produk yang terlibat.

2. Kebutuhan tahunan permintaan diketahui.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

17

3. Permintaan tersebar secara merata sepanjang tahun sehingga tingkat

permintaan cukup konstan.

4. Waktu tunggu tidak bervariasi.

5. Setiap pesanan diterima dalam sekali pengiriman tunggal.

6. Tidak terdapat diskon kuantitas.

Sedangkan, menurut Heizer dan Render (2015:561) Economic Order

Quantity (EOQ) adalah salah satu teknik pengendalian persediaan yang paling tua

dan terkenal secara luas, metode pengendalian persediaan ini menjawab 2 (dua)

pertanyaan penting, kapan harus memesan dan berapa banyak harus memesan.

Teknik ini relative mudah digunakan, tetapi didasarkan pada beberapa asumsi

sebagai beriku:

1. Jumlah permintaan diketahui cukup konstan dan independen.

2. Waktu tunggu, yakni waktu antara pemesanan dan penerimaan pesanan

telah diketahui dan bersifat konstan.

3. Persediaan segera diterima dan selesai seluruhnya. Dengan kata lain,

persediaan yang dipesan tiba dalam satu kelompok pada suatu waktu.

4. Tidak tersedia diskon kuantitas.

5. Biaya variable hanya biaya untuk memasang atau memesan (biaya

pemasangan atau pemesanan) dan biaya untuk menyimpan persediaan

dalam waktu tertentu.

6. Kehabisan persediaan dapat sepenuhnya dihindari jika pemesanan

dilakukan pada waktu yang tepat.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

18

Menurut asumsi-asumsi yang telah diuraikan oleh beberapa ahli di atas,

dapat dilihat dari gambar 2.1 menunjukkan grafik penggunaan persediaan dalam

waktu tertentu memiliki bentuk gigi gergaji, seperti gambar diatas, Q menyatakan

jumlah yang dipesan. Jika jumlah ini adalah 500 baju, sejumlah baju itu tiba pada

suatu waktu (ketika pesanan diterima). Jadi, tingkat persediaan melompat dari 0

ke 500 baju dalam waktu sesaat. Secara umum, tingkat persediaan naik dari 0 ke

Q unit ketika pada suatu pesanan tiba.

Gambar 2.1 Penggunaan Persediaan Dalam Waktu Tertentu

Sumber : Heizer dan Render. Prinsip-prinsip Manajemen Operasi. 2015

Menurut definisi dan asumsi yang telah dijelaskan oleh beberapa ahli diatas,

penulis dapat menyimpulkan bahwa Economic Order Quantity (EOQ) adalah

jumlah pembelian barang atau bahan baku yang ekonomis dengan biaya yang

paling kecil. Penentuan jumlah pesanan yang ekonomis dapat dilakukan dengan

tiga cara menurut Sofjan Assauri (2011:254) yaitu sebagai berikut :

1. Tabular Approach

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

19

Penentuan jumlah pesanan yang ekonomis dilakukan dengan cara menyusun

suatu daftar atau tabel jumlah pesanan atau jumlah biaya per tahun.

2. Graphical Approach

Penentuan jumlah pesanan yang ekonomis dilakukan dengan cara

menggambarkan grafik-grafik carrying cost, ordering cost, dan total cost

dalam satu gambar.

Gambar 2.2

Hubungan Antara Biaya Pesan, Biaya Simpan, Biaya Persediaan Minimal

3. Formula Approach (Dengan Menggunakan Rumus)

Cara penentuan jumlah pesanan yang ekonomis dengan menurunkan ke

dalam rumus-rumus matematika. Dengan menggunakan simbol-simbol.

Adapun di dalam menetapkan metode Economic Order Quantity (EOQ)

dapat dihitung dengan suatu persamaan rumus. Persamaan dalam Model EOQ

dapat dihitung sebagai berikut menurut Heizer & Render (2015):

𝐸𝑂𝑄 = 2𝐷𝑆

𝐻

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

20

Dimana:

EOQ : kuantitas optimal (quantity optimal)

D : permintaan (demand)

S : biaya pemesanan (cost of ordering)

H :biaya penyimpanan (cost of holding)

Economical Order Quantity (EOQ) juga akan menentukan berapa unit

persediaan yang optimal untuk perusahaan, agar perusahaan bisa meminimalisir

biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan persediaan. Dalam menerapkan

Economic Order Quantity (EOQ) ada biaya-biaya yang harus dipertimbangkan

dalam penentuan jumlah pembelian yaitu:

1. Biaya Pemesanan

Biaya pemesanan merupakan biaya-biaya yang akan langsung terkait

dengan kegiatan pemesanan yang dilakukan perusahaan. Biaya pesan tidak

hanya terdiri dari biaya eksplisit, tetapi juga biaya kesempatan (opportunity

cost). Biaya pesan dalam satu periode, merupakan perkalian antara biaya

pesan per pesan yang dinyatakan dengan notasi S dengan frekuensi pesanan

dalam periode dinyatakan dengan maka biaya pemesanan dalam bentuk

rumus sebagai berikut:

Dimana:

Q : Jumlah unit per pesanan

D : Permintaan tahunan dalam unit untuk barang persediaan

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑚𝑒𝑠𝑎𝑛𝑎𝑛 = 𝐷

𝑄𝑆

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

21

S : Biaya pemasangan atau pemesanan untuk setiap pesanan

2. Biaya Penyimpanan

Biaya penyimpanan merupakan biaya yang harus ditanggung oleh

perusahaan sehubungan dengan adanya bahan baku yang disimpan didalam

perusahaan.

Adapun rumus biaya penyimpanan adalah sebagai berikut:

Dimana:

Q : Jumlah unit per pesanan

H : Biaya penyimpanan per unit per tahun

P : Harga pembelian (purchasing cost) persatuan nilai persediaan

i : biaya penyimpanan dari jumlah persediaan dinyatakan dalam persen (%)

3. Total Biaya

Tujuan model EOQ ini adalah untuk menentukan jumlah (Q) setiap kali

pemesanan (EOQ) sehingga meminimalisir biaya total persediaan. Biaya

persediaan yang diberi notasi TC merupakan penjumlahan dari biaya pesan

dan biaya simpan. TC minimum ini, akan tercapai pada saat biaya simpan

sama dengan biaya pesan. Pada saat TC minimum, maka pada jumlah

pesanan tersebut dikatakan jumlah yang paling ekonomis (EOQ). Adapun

formulasi dari total biaya persediaan atau total inventory cost/ total cost

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑦𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑎𝑛 = 𝑄

2𝐻

𝐻 = 𝑃 × 𝑖

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

22

(TIC/TC) adalah sebagai berikut. Menurut (Heizer & Render, 2015) Rumus

dari TIC/TC:

Dimana:

Q : Jumlah unit per pesanan

D : Permintaan tahunan dalam unit untuk barang persediaan

S : Biaya pemasangan atau pemesanan untuk setiap pesanan

H : Biaya penyimpanan per unit per tahun

Sebagai contoh kasus PT. Maju Jaya pada tahun yang akan datang

membutuhkan bahan baku sebanyak 240.000 Unit. Harga bahan baku per unit

Rp2.000,-. Biaya pesan untuk setiap kali melakukan pemesanan sebesar

Rp150.000, sedangkan biaya penyimpanan sebesar 25% dari nilai rata - rata

persediaan. Dengan lead time selama 14 hari, asumsi 1 tahun = 50 minggu.

Diminta :

a. Berapa jumlah pemesanan yang paling ekonomis ( EOQ ) ?

b. Berapa total biaya yang harus perusahaan keluarkan ?

c. Berapa kali pemesanan yang harus dilakukan dalam setahun ?

d. Berapa hari sekali perusahaan melakukan pemesanan ( 1 tahun = 360 hari ) ?

Jawab :

Diketahui :

𝑇𝐼𝐶/𝑇𝐶 = 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑚𝑒𝑠𝑎𝑛𝑎𝑛 + 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑦𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑎𝑛

𝑇𝐼𝐶/𝑇𝐶 = 𝐷

𝑄𝑆 +

𝑄

2𝐻

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

23

D= 240.000 unit

P = Rp. 2.000,-

S = Rp.150.000,-

H = (P × i) = Rp. 2.000,- × 0,25 = Rp. 500,-

Dari rumus :

a. Mengetahui seberapa besar unit yang harus dipesan oleh perusahaan agar biaya

yang dikeluarkan ekonomis, maka dapat diketahui dari perhitungan rumus

EOQ yaitu sebagai berikut:

Dari hasil yang didapat dengan menggunakan rumus EOQ, dihasilkan bahwa

jumlah pesanan yang paling ekonomis untuk PT. Maju Jaya adalah sebesar

12.000 unit untuk satu kali pesan.

Penyelesaian dengan cara tabel:

Tabel 2.1

Contoh Perhitungan EOQ dengan Cara Tabel

Frekuensi

Pemesanan

Jumlah

Pesanan

(unit)

Persediaan

rata-rata

Biaya

Pemesanan

(Rp)

Biaya

Penyimpanan

(Rp)

Biaya Total

(Rp)

1 kali 240.000 120.000 150.000 15.000.000 15.150.000

2 kali 120.000 60.000 300.000 7.500.000 7.800.000

3 kali 80.000 40.000 450.000 5.000.000 5.450.000

4 kali 60.000 30.000 600.000 3.750.000 4.350.000

5 kali 48.000 24.000 750.000 3.000.000 3.750.000

6 kali 40.000 20.000 900.000 2.500.000 3.400.000

7 kali 34.286 17.143 1.050.000 2.143.875 3.193.875

8 kali 30.000 15.000 1.200.000 1.875.000 3.075.000

10 kali 2.400 1.200 1.500.000 1.500.000 3.000.000

𝐸𝑂𝑄 = 2𝐷𝑆

𝐻 𝐸𝑂𝑄 =

2 × 240.000 × 𝑅𝑝. 150.000

𝑅𝑝. 500

𝐸𝑂𝑄 = √144.000.000 𝐸𝑂𝑄 = 12.000 𝑢𝑛𝑖𝑡

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

24

b. Total biaya yang dikeluarkan perusahaan adalah dengan menjumlahkan biaya

pemesanan, biaya penyimpanan dan biaya pembelian, sehingga akan di dapat

berapa total biaya persediaan yang harus dikeluarkan oleh perusahaan

tersebut, maka perhitungannya dapat diketahui sebagai berikut:

𝑇𝐶 = 𝐷

𝑄𝑆 +

𝑄

2𝐻 + 𝑃𝐷

𝑇𝐶 = 240.000 𝑢𝑛𝑖𝑡

12.000 𝑢𝑛𝑖𝑡𝑅𝑝. 150.000 +

12.000 𝑢𝑛𝑖𝑡

2𝑅𝑝. 500 + (𝑅𝑝. 2.000 × 240.000)

𝑇𝐶 = 𝑅𝑝. 3.000.000 + 𝑅𝑝. 3.000.000 + 𝑅𝑝. 480.000.000

𝑇𝐶 = 𝑅𝑝. 486.000.000

Dari hasil yang diperoleh diatas maka perusahaan haruslah mengeluarkan biaya total

persediaan sebesar Rp.486.000.000 per tahun.

7. Pemesanan yang harus dilakukan dalam setahun adalah dengan membagi

antara jumlah kebutuhan yang diketahui dengan jumlah quantitas unit yang

didapat dari perhitungan (EOQ) sebelumnya, maka perhitungannya dapat

diketuhui sebagai berikut:

N= 𝐷

𝑄=

240.000 𝑢𝑛𝑖𝑡

12.000 𝑢𝑛𝑖𝑡= 20 𝑘𝑎𝑙𝑖

Jadi, pemesanan yang dilakukan oleh PT. Maju jaya selama setahun adalah

sebanyak 20 kali pesanan.

8. Jika dalam 1 tahun sebanyak 360 hari maka perusahaan harus melakukan

pemesanan setiap = 360/20 = 18 hari sekali.

Jadi, kesimpulan untuk suatu contoh kasus diatas adalah untuk dapat

memenuhi kebutuhan tahunan sebesar 240.000 unit, maka PT.Maju Jaya harus

melakukan pemesanan persediaan sebanyak 12.000 unit dengan frekuensi

pemesanan sebanyak 20 kali dalam satu tahun atau setiap 18 hari sekali, dengan

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

25

total biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan adalah sebesar Rp.

486.000.000,-.

2.1.11.2 Frekuensi Pemesanan (N) dan Waktu antara Pesanan (T)

Konsep EOQ dikenal memiliki beberapa persamaan diantaranya frekuensi

pemesanan (N) atau jumlah pemesanan yang dilakukan perusahaan dalam suatu

periode (Heizer & Render, 2015). Nilai dari Frekuensi pemesanan (N) dapat

diperoleh dengan persamaan berikut (Heizer & Render, 2015) :

Kemudian persamaaan berikutnya yang dikenal dalam konsep EOQ adalah

waktu antara pesanan (T). Waktu antara pesanan (T) adalah jarak waktu antara

suatu pesanan dengan pesanan berikutnya (Heizer & Render, 2015). Persamaan

dari Waktu antara pesanan (T) adalah sebagai berikut (Heizer & Render, 2015):

2.1.11.3 Metode Safety Stock (Persediaan Pengaman)

Safety Stock merupakan persediaan cadangan pengaman dimana persediaan

ini digunakan apabila terjadi ketidakpastian seperti lead time berubah dan

tingginya permintaan. Dengan menggunakan model EOQ dalam pengendalian

persediaan sebenarnya masih ada kemungkinan terjadinya out of stock atau

kekurangan persediaan dalam produksi. Banyak ketidakpastian yang mungkin

𝑁 = 𝑃𝑒𝑟𝑚𝑖𝑛𝑡𝑎𝑎𝑛 (𝐷)

𝐾𝑢𝑎𝑛𝑡𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑃𝑒𝑠𝑎𝑛𝑎𝑛 (𝑄)

𝑇 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐻𝑎𝑟𝑖 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑃𝑒𝑟 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑚𝑒𝑠𝑎𝑛𝑎𝑛 (𝑁)

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

26

terjadi di dalam praktiknya. Untuk mengantisipasi ketidakpastian tersebut,

khususnya dalam permintaan dan lead time, maka disediakan suatu jumlah

tertentu (safety stock) yang akan mengurangi kehabisan persediaan.

Menurut Sofjan Assauri (2011:186), ”Persediaan pengaman (safety stock)

adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga

kemungkinan terjadi kekurangan bahan (out stock)”.

Menurut Heizer dan Render (2015), “Safety stock adalah persediaan

tambahan yang mengizinkan terjadinya ketidaksamaan permintaan; sebuah

penyangga.”

Menurut Stevenson dan Choung (2015:205), “Safety stock adalah persediaan

yang disimpan yang melebihi permintaan yang diperkirakan karena adanya

permintaan dan/atau waktu tunggu yang bersifat variabel.”

Menurut beberapa definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli diatas,

penulis menyimpulkan bahwa persediaan pengaman (Safety stock) adalah

persediaan lebih yang disediakan atau disimpan ketika terjadinya ketidakpastian

seperti permintaan tinggi ataupun keterlambatan datangnya barang.

Ketidakpastian yang terjadi seperti pemesanan suatu barang sampai barang

itu datang, diperlukan jangka waktu yang bervariasi dari beberapa bulan.

Perbedaan waktu antara saat memesan sampai saat barang datang dikenal dengan

istilah waktu tenggang (lead time). Waktu tenggang sangat dipengaruhi oleh

ketersediaan dari barang itu sendiri dan jarak lokasi antara pembeli dan pemasok

berada. Maka dari itu safety stok sangat diperlukan.

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

27

Semakin besar tingkat safety stock-nya maka kemungkinan kehabisan

persediaan semakin kecil, akan tetapi akibatnya adalah biaya simpan semakin

besar karena jumlah total persediaan meningkat. Bila demikian, tujuan

meminimasi total biaya persediaan tidak tercapai karena total biaya dalam model

persediaan didapatkan pada titik keseimbangan antara kelebihan dan kehabisan

persediaan. Tetapi dengan diadakannya safety stock akan mengurangi kegiatan

yang ditimbulkan karena terjadinya stock out, selain itu safety stock juga berperan

untuk menjaga kelangsungan proses produksi dapat berjalan sesuai dengan apa

yang telah direncanakan.

Adapun rumus perhitungan safety stock yaitu:

Karena persediaan pengaman merupakan selisih dari X dan m. Maka:

Dimana:

Z : Safety Stock

X : Tingkat Persediaan

µ : Rata – rata permintaan

σ : Standar deviasi permintaan selama waktu tenggang

SS : Persediaan pengaman

𝑍 =𝑆𝑆

𝜎𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑆𝑆 = 𝑍𝜎

𝑍 =𝑋 − µ

𝜎

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

28

Gambar 2.3

Grafik Model Persediaan Dengan Safety Stock dan Reorder Point (ROP)

Dilihat dari gambar 2.3 yang mengilustrasikan bagaimana persediaan pengaman

(safety stock) dapat mengurangi resiko kehabisan persediaan selama waktu tunggu (lead

time). Perhatikan bahwa perlindungan terhadap kehabisan dibutuhkan hanya selama

waktu tunggu. Jika, terdapat lonjakan secara tiba-tiba pada suatu titik selama siklus

tersebut, hal itu akan memicu pemesanan lain. Setelah pesanan tersebut diterima, bahaya

kehabisan yang mendekat dapat diabaikan.

Tujuan dari safety stock adalah untuk meminimalkan terjadinya stock out dan

mengurangi penambahan biaya penyimpanan dan biaya stock out total, biaya

penyimpanan disini akan bertambah seiring dengan adanya penambahan yang berasal dari

reorder point oleh karena adanya safety stock. Keuntungan adanya safety stock adalah

pada saat jumlah permintaan mengalami lonjakan, maka persediaan pengaman dapat

digunakan untuk menutup permintaan tersebut.

2.1.11.4 Lead Time

Lead time muncul karena setiap pesanan membutuhkan waktu dan tidak semua

pesanan bisa dipenuhi seketika sehingga selalu ada jeda waktu. Untuk menjamin

kelancaran proses produksi perusahaan perlu memperhatikan jangka waktu antara

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

29

saat mengadakan pemesanan dengan saat penerimaan barang-barang yang dipesan

kemudian dimasukkan kedalam gudang. Lead time menurut Heizer & Render

(2015:567) merupakan waktu tunggu atau waktu pengantaran, bisa jadi hanya beberapa

jam atau bulan. Lead time sangat berguna bagi perusahaan yaitu pada saat persediaan

mencapai nol, pesanan akan segera bisa tiba di perusahaan. Dalam EOQ, lead time

diasumsikan konstan artinya dari waktu ke waktu selalu tetap misalnya lead time 7 hari,

maka akan berulang dalam setiap periodenya. Akan tetapi dalam prakteknya lead time

banyak berubah-ubah, untuk mengantisipasinya perusahaan sering menyediakan safety

stock.

2.1.11.5 Metode Titik Ulang Pesanan atau Reorder Point (ROP)

Perusahaan sering mengalami kendala didalam menjalani kegiatan operasinya

diantaranya yaitu persediaan yang kurang memadai yang dilibatkan oleh

keterlambatan pembelian kembali stock persediaan bahan baku, sehingga dapat

memperlambat proses produksi. Menurut Heizer dan Render (2015:567), “Reorder

point (ROP) atau titik pemesanan ulang adalah tingkat atau titik persediaan dimana

tindakan harus diambil untuk mengisi kembali persediaan barang”. Ada beberapa faktor

yang mempengaruhi ROP antara lain:

1. Lead time (waktu tunggu)

2. Tingkat penggunaan rata-rata

3. Safety stock (persediaan pengaman)

Titik pemesanan ulang biasanya ditetapkan dengan cara menambahkan

penggunaan selama waktu tenggang dengan persediaan pengaman atau dalam

bentuk rumus sebagai berikut:

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

30

Adapun Rumus ROP (Heizer & Render, 2015):

Jika perusahaan menggunakan safety stock maka ROP akan menjadi:

Dimana:

ROP : Titik pemesanan ulang

d : jumlah permintaan per hari atau tingkat pemakaian rata-rata

L : lead time atau waktu tunggu, yaitu waktu antara penempatan pesanan dan

menerimanaya.

Reorder point (ROP) menggunakan asumsi bahwa permintaan selama waktu

tunggu dan waktu tunggu itu sendiri adalah konstan. Ketika kasusnya tidak seperti

ini, persediaan tambahan yang sering disebut dengan persediaan pengaman (safety

stock) haruslah ditambahkan. Jika ROP ditetapkan terlalu rendah, persediaan akan

habis sebelum persediaan pengganti diterima sehingga produksi dapat terganggu

atau permintaan pelanggan tidak dapat dipenuhi. Namun, jika titik pemesanan

ulang ditetapkan terlalu tinggi, maka persediaan baru sudah datang sementara

persediaan di gudang masih banyak. Keadaan ini mengakibatkan pemborosan

biaya dan investasi yang berlebihan.

2.1.11.6 Model Persediaan Dengan Pesanan Tertunda

𝑅𝑂𝑃 = 𝑑 × 𝐿

𝑅𝑂𝑃 = (𝑑 × 𝐿) + 𝑆𝑎𝑓𝑒𝑡𝑦 𝑆𝑡𝑜𝑐𝑘

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

31

Salah satu asumsi yang dipakai pada metode persediaan sebelumnya ialah

tidak adanya permintaan yang ditunda pemenuhannya (back order), yang

disebabkan karena tidak tersedianya persediaan (stock-out). Menurut Eddy

Herjanto (2012:250), “Dalam banyak situasi, kekurangan persediaan yang

direncanakan dapat disarankan”. Asumsi dasar yang dipergunakan sama seperti

dalam model EOQ biasa kecuali adanya tambahan asumsi bahwa penjualan tidak

hilang karena stock-out tersebut.

Pada gambar 2.4 grafik persediaan dalam model pesanan tertunda, Q

merupakan jumlah setiap pemesanan, sedangkan (Q-b) merupakan on hand

inventory, yang menujukkan jumlah persediaan pada setiap siklus persediaan yaitu

jumlah persediaan yang tersisa setelah dikurangi back order. B merupakan back

order yaitu jumlah barang yang dipesan oleh pembeli tetapi belum dapat dipenuhi.

Tingkat Persediaan (Unit)

Waktu

Gambar 2.4 Grafik Persediaan dalam Model Pesanan Tertunda

Dalam model ini, komponen biaya total persediaan selain biaya pemesanan

dan biaya penyimpanan juga mencakup biaya yang timbul karena kekurangan

persediaan. Biaya pemesanan sama dengan biaya pemesanan pada model EOQ

dasar, tetapi biaya penyimpanan berbeda karena tidak seluruh barang yang

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

32

dipesan disimpan, yaitu hanya sejumlah persediaan yang tersisa setelah dikurangi

back order.

Contoh kasus:

Suatu agen alat perkakas listrik yang mendapat kiriman barang secara

reguler, dengan total penerimaan sebesar 240 unit/tahun. Biaya pesanan $ 50 dan

biaya penyimpanan $ 10 per unit/tahun. Barang yang diterima terbatas sehingga

perusahaan sering mengalami kehabisan stok. Meskipun demikian, konsumen

bersedia menunggu sampai pengiriman yang berikutnya tiba. Biaya kekurangan

persediaan (stock-out cost) sebesar $ 5 per unit.

Jawaban penyelesaian:

Ukuran pesanan optimal (unit) dapat dihitung sebagai berikut:

Q* = √(2 𝐷 𝑆

𝐻) (

𝐻+𝐵

𝐵) = √(

2 (240)(50)

10) (

10+5

5) = 120.

Jumlah barang yang tersedianya (unit) setelah pesanan tertunda dipenuhi:

Q* ̶ b* = Q* ̶ (𝐻+𝐵

𝐵) = 120 (

10+5

5) = 40 unit.

Ukuran pesanan tertunda optimal :

b* = Q* ̶ (Q* ̶ b*) = 120 ̶ 40 = 80 unit

Jadi, dapat disimpulkan bahwa untuk dapat memenuhi permintaan pesanan

konsumen maka suatu agen alat perkakas listrik harus membeli dengan jumlah

pesanan optimal sebanyak 120 unit, jumlah barang yang tersedianya (unit) setelah

pesanan tertunda telah terpenuhi sebanyak 40 unit. Sehingga untuk ukuran

pesanan tertunda yang optimal masih sebanyak 80 unit.

2.1.11.7 Model Persediaan Dengan Diskon Kuantitas

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

33

Banyak penjualan saat ini melakukan penjualan menggunakan strategi

penjualan dengan diskon kuantitas. Dimana penjual memberikan harga yang

bervariasi sesuai dengan jumlah unit barang yang dibeli. Semakin besar jumlah

barang yang dibeli maka semakin rendah harga barang perunit yang diberikan

oleh penjual. Strategi ini disebut penjualan dengan diskon kuantitas (quantity

discounts). Salah satu metode persediaan dalam menentukan jumlah pesanan yang

optimal dapat digunakan model persediaan dengan diskon kuantitas.

Menurut Eddy Herjanto (2012:252) “Biaya total persediaan dalam model ini

merupakan jumlah dari biaya pemesanan, biaya penyimpanan, dan biaya pembelian

barang”. Hal ini berbeda dengan biaya total persediaan pada model EOQ dasar yang

tidak memperhitungkan biaya pembelian yang nilainya selalu sama. Pada kasus ini,

harga barang bervariasi tergantung dari jumlah setiap pesanan, sehingga biaya

pembelian barangpun bervariasi. Prosedur penyelesaian untuk mencari nilai jumlah

pesanan yang paling ekonomis (EOQ) sebagai berikut:

1. Hitung EOQ pada harga terendah. Jika EOQ fisibel, kuantitas itu merupakan

pesanan yang optimal.

2. Jika EOQ tidak fisibel, hitung biaya total pada kuantitas terendah pada

harga itu.

3. Hitung EOQ pada harga terendah berikutnya. Jika fisibel hitung biaya

totalnya.

4. Jika langkah (3) masih tidak memberikan EOQ yang fisibel, ulangi langkah

(2) dan (3) sampai diperoleh EOQ yang fisibel atau perhitungan tidak dapat

lagi dilanjutkan.

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

34

5. Bandingkan biaya total dari kuantitas pesanan fisible yang telah dihitung.

Kuantitas optimal ialah kuantitas yang mempunyai biaya total terendah.

Contoh kasus:

Toko Kamera Rancakbana mempunyai tingkat penjualan kamera model

EOS sebanyak 6.000 unit per tahun. Untuk setiap pengadaan kamera, took itu

mengeluarkan biaya US$ 300 per pesanan. Biaya penyimpanan kamera per unit

per tahun sebesar 20% dari nilai barang.

Tabel 2.2

Contoh Data Harga Barang Toko Rancakbana

Jumlah pembelian (unit) Harga barang (US$/ unit)

< 300 50

300 – 499 49

500 – 999 48.5

1.000 – 1.999 48

≥ 2.000 47.5

Penyelesaian :

Jumlah pesanan ekonomis dan biaya total dihitung dengan menggunakan rumus

berikut:

1) EOQ pada harga terendah ($ 47.5 per unit) :

EOQ = √(2 (6000)(300)

0,2 (47,5)) = 616

Q* = √(2 𝐷 𝑆

ℎ.𝐶)

TC = 𝐷

𝑄S +

𝑄

2 h.C + DC

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

35

EOQ ini tidak fisible karena harga $ 47.5 hanya berlaku untuk pembelian

sekurang-kurangnya 2000 unit. Kuantitas terendah yang fisible pada harga $

47.5 ialah 2000 unit. Biaya total pada kuantitas terendah tersebut ialah:

TC = (6000/2000)(300) + (2000/2)(0.2)(47.5) + 6000 (47.5) = 295.400

2) EOQ pada harga terendah berikutnya ($ 48 per unit) :

EOQ = √(2 (6000)(300)

0,2 (48)) = 612

EOQ ini juga tidak fisible, karena harga $ 48 berlaku untuk pembelian 1.000

– 1.999 unit. Kuantitas terendah pada harga $ 48 per unit adalah 1000 unit.

Biaya total pada kuantitas pembelian 1000 unit :

TC = (6000/2000)(300) + (1000/2)(0.2)(48) + 6000 (48) = 294.600

3) EOQ pada harga terendah berikutnya ($ 48.5 per unit) :

EOQ = √(2 (6000)(300)

0,2 (48,5)) = 609

EOQ ini fisible, karena harga $ 48.5 per unit berlaku untuk jumlah

pembelian sebanyak 609 unit. Biaya total pada kuantitas pembelian 609

unit:

TC = (6000/609)(300) + (609/2)(0.2)(48.5) + 6000 (48.5) = 296.900

Dengan telah ditemukannya EOQ yang fisible, yaitu pada harga pembelian

$ 48.5 per unit, maka tidak perlu menghitung EOQ pada harga yang lain.

Perhitungan pada harga yang lebih tinggi akan memberikan nilai biaya total yang

lebih tinggi pula. Dari perhitungan diatas, diketahui biaya total terendah sebesar $

294.600. Dengan demikian jumlah pesanan yang paling optimal adalah 1000 unit.

Meskipun dengan rumus EOQ ditemukan kuantitas pesanan fisible sebesar 609

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

36

unit, namun jumlah ini bukan nilai optimal. EOQ yang paling optimal ialah 1000

unit, karena memberikan biaya total terendah. Rangkuman hasil perhitungan di

atas sebagai berikut dapat dilihat pada tabel 2.5 :

Tabel 2.3

Analisis Model Persediaan dengan Diskon Kuantitas

Harga/unit

(US$)

Kuantitas

pembelian

(unit)

EOQ Fisibel atau

Tidak

Q yang Fisibel¹ Biaya total²

(US$)

1 2 3 4 5 6

47,5 ≥ 2000 616 Tidak 2000 295.400

48 1000-1.999 612 Tidak 1000 294.600

48,5 500-999 609 Fisible 609 296.909

Keterangan:

1. Kuantitas terendah yang fisibel pada harga yang bersangkutan (kolom1).

2. Biaya total pada Q yang Fisibel (kolom 5).

2.1.11.9 Metode Persediaan Dengan Penerimaan Bertahap

Metode persediaan yang telah dibahas sebelumnya, diasumsikan bahwa unit

persediaan yang dipesan diterima sekaligus pada suatu waktu tertentu. Menurut

Eddy Herjanto (2012:254) “Persediaan tidak diterima secara seketika tetapi

berangsur-angsur dalam suatu periode (non-instantaneous replenishment)”.

Selama terjadi akumulasi persediaan, unit dalam persediaan juga digunakan untuk

produksi menyebabkan berkurangnya persediaan. Keadaan seperti ini biasanya

terjadi jika perusahaan berfungsi sebagai pemasok dan sekaligus pemakai, yaitu

memproduksi komponen dan menggunakannya dalam memproduksi suatu barang.

Kasus seperti ini menjadi tidak sesuai jika menggunakan model EOQ dasar.

Diperlukan suatu model tersendiri yang disebut sebagai model persediaan dengan

penerimaan bertahap (gradual replacement model). Pada gambar 2.5 seumpama

suatu item persediaan diproduksi dengan kecepatan sebesar p unit per hari,

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

37

sedangkan penggunaan item itu sebesar d unit per hari. Diasumsikan bahwa

kecepatan penerimaan barang melebihi kecepatan pemakaian barang maka

persediaan akan bertambah sampai produksi mencapai Q. Dalam situasi ini,

tingkat persediaan tidak akan setinggi Q seperti dalam model dasar tetapi lebih

rendah, demikian pula, slope dari pertambahan persediaan tidaklah vertikal tetap

miring. Ini karena pesanan tidak diterima semua secara sekaligus melainkan

secara bertahap. Jika produksi dan penggunaan seimbang maka tidak akan ada

persediaan persediaan karena semua output produksi langsung digunakan. Periode

tp dapat disebut sebagai periode dimana terjadi produksi sekaligus penggunaan,

sedangkan td merupakan periode penggunaan saja. Pada saat tp persediaan

terbentuk dengan kecepatan yang tetap sebesar selisih antara produksi dengan

penggunaan. Pada saat produksi terjadi, persediaan akan terus terakumulasi. Pada

saat produksi berakhir, persediaan mulai berkurang. Dengan demikian, tingkat

persediaan maksimum terjadi pada saat berakhirnya produksi. Model itu

digambarkan sebagai berikut :

Tingkat Akumulasi

persediaan Produksi

Q Ukuran Run

Persediaan

Maksimum

Waktu

tp td

Gambar 2.5 Metode Persediaan dengan Penerimaan Bertahap

Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

38

Dalam metode ini digunakan beberapa notasi sebagai berikut:

Q : Jumlah pesanan

H : Biaya penyimpanan per unit per tahun

p : Rata-rata produksi per hari

d : Rata-rata kebutuhan/ penggunaan per hari

t : Lama production run, dalam hari

Biaya Total dapat dihitung sebagai berikut :

Rumus biaya setup sama dengan biaya pemesanan dalam model EOQ dasar yaitu

(D/Q)S.

Contoh kasus:

PT. Bonito merupakan industri sepatu wanita yang sedang berkembang.

Jumlah permintaan sepatu kantor sebesar 10.000 unit per tahun, atau rata-rata 40

unit/ hari. Sol sepatu dibuat sendiri dari kulit dengan kecepatan produksi 60 unit/

hari. Biaya set-up untuk pembuatan sol sepatu sebesar Rp36.000, sedangkan biaya

penyimpanan diperkirakan sebesar Rp6.000 per unit/tahun.

Berdasarkan data di atas dapat diketahui :

D = 10.000 unit/tahun

d = 40 unit/hari

p = 60 unit/hari

S = Rp36.000 per set-up

H = Rp6.000 per unit/tahun

Penyelesaian :

Biaya Total = Biaya setup + Biaya Penyimpanan

Page 39: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

39

Jumlah pesanan optimal:

Q* = √(2 𝐷 𝑆

ℎ (1−𝑑/𝑝)) = √(

2 (10.000)(36.000)

6.000 (1−40/60)) = 600 unit

Persediaan maksimum:

I maks = Q ( 1 ̶ d / p ) = 600 ( 1 ̶ 40/60 ) = 200 unit

Biaya Total pertahun :

TC = 𝐷

𝑄S +

𝑄

2 (1 ̶

𝑑

𝑝 ) H =

1.000

60036.000 +

600

2 (1 ̶

40

60 ) 6.000 = Rp. 1.200.000,-

Waktu siklus = Q/d = 600/40 = 15 hari

Waktu run = Q/p = 600/60 = 10 hari.

Jadi, kesimpulan pada contoh kasus tersebut ialah untuk dapat memenuhi

permointaan konsumen PT. Bonito melakukan jumlah pemesanan optimal

sebanyak 600 unit dimana persediaan maksimum yang dilakukan adalah sebanyak

200 unit dengan total biaya pertahun sebesar Rp. 1.200.000,-. Adapun waktu

siklus selama 15 hari dan waktu run selama 10 hari.

2.1.11.10 Klasifikasi ABC Dalam Persediaan

Pengendalian persediaan dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain

dengan menggunakan analisis nilai persediaan. Dalam analisis ini, persediaan

dibedakan berdasarkan nilai investasi yang terpakai dalam satu periode. Biasanya,

persediaan dibedakan dalam tiga kelas, yaitu A, B, dan C, sehingga analisis ini

dikenal sebagai klasifikasi ABC. Klasifikasi ABC diperkenalkan oleh HF Dickie

pada tahun 1950-an.

Page 40: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

40

Menurut Menurut Eddy Herjanto (2012:239) “Klasifikasi ABC merupakan

aplikasi persediaan yang menggunakan prinsip pareto: the critical few and the

trivial many”. Idenya untuk memfokuskan pengendalian persediaan kepada item

(jenis) persediaan yang bernilai tinggi (critical) daripada yang bernilai rendah

(trivial). Klasifikasi ABC membagi persediaan dalam tiga kelas berdasarkan atas

nilai persediaan. Dengan mengetahui kelas-kelas tersebut, dapat diketahui item

persediaan tertentu yang harus mendapat perhatian lebih intensif/ serius

dibandingkan item yang lain.

Yang dimaksud dengan nilai dalam klasifikasi ABC bukan harga persediaan

per unit, melainkan volume persediaan yang dibutuhkan dalam satu periode

(biasanya satu tahun) dikalikan dengan harga per unit. Jadi, nilai investasi adalah

jumlah nilai seluruh item pada satu periode. Suatu item tertentu dikatakan lebih

penting dari item yang lain, karena item itu memiliki nilai investasi yang lebih

tinggi. Konsekuensinya, item itu mendapat perhatian lebih besar dibandingkan

item lain yang memiliki nilai investasi lebih rendah. Namun, tidak berarti item

yang memiliki nilai investasi rendah tidak perlu diperhatikan, hanya saja

pengendaliannya tidak seketat yang memiliki nilai investasi yang tinggi.

Kriteria masing-masing kelas dalam klasifikasi ABC, sebagai berikut :

1. Kelas A, Persediaan yang memiliki nilai volume tahunan rupiah yang tinggi.

Kelas ini mewakili sekitar 70% dari total nilai persediaan, meskipun

jumlahnya hanya sedikit, bisa hanya 20% dari seluruh item. Persediaan yang

termasuk dalam kelas ini memerlukan perhatian yang tinggi dalam

Page 41: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

41

pengadaannya karena berdampak biaya yang tinggi. Pengawasan harus

dilakukan secara intensif.

2. Kelas B, Persediaan dengan nilai volume tahunan rupiah yang menengah.

Kelompok ini mewakili sekitar 20% dari total nilai persediaan tahunan, dan

sekitar 30% dari jumlah item. Di sini diperlukan teknik pengendalian yang

moderat.

3. Kelas C, Barang yang nilai volume tahunan rupiahnya rendah, yang hanya

mewakili sekitar 10% dari total nilai persediaan, tetapi terdiri dari sekitar

50% dari jumlah item persediaan. Di sini diperlukan teknik pengendalian

yang sederhana, pengendalian hanya dilakukan sesekali saja.

Nilai persentase di atas tidak mutlak, namun tergantung dari kebijakan

perusahaan. Demikian pula jumlah kelas, tidak terbatas pada tiga kelas, tetapi

dapat dilakukan untuk lebih dari tiga kelas atau kurang.

Contoh Kasus:

Suatu perusahaan dalam proses produksinya menggunakan 10 item bahan baku.

Kebutuhan persediaan selama satu tahun dan harga bahan baku per unit seperti

dalam tabel berikut.

Tabel 2.4

Contoh Data Item Persediaan Klasifikasi ABC

Item Kebutuhan (Unit/tahun) Harga (rupiah/unit)

H-101 800 600

H-102 3.000 100

H-103 600 2.200

H-104 800 550

H-105 1.000 1.500

H-106 2.400 250

Page 42: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

42

Item Kebutuhan (Unit/tahun) Harga (rupiah/unit

H-107 1.800 2.500

H-108 780 1.500

H-109 780 12.200

H-1010 1.000 200

Untuk membagi kesepuluh jenis persediaan tersebut dalam tiga kelas A, B, C.

dapat dilakukan sebagai berikut (Tabel 2.5):

Tabel 2.5

Klasifikasi ABC dalam Persediaan

Item Volume

tahunan

(unit)

Harga

per unit

(rupiah)

Volume

tahunan

(ribu Rp)

Nilai

kumulatif

(ribu Rp)

Nilai

kumulatif

(persen)

Kelas

1 2 3 4 5 6 7

H-109 780 12.200 9.516 9.516 47,5 A

H-107 1.800 2.500 4.500 14.016 70,0 A

H-105 1.000 1.500 1.500 15.516 77,5 B

H-103 600 2.200 1.320 16.836 84,1 B

H-108 780 1.500 1.170 18.006 89,9 B

H-106 2.400 250 600 18.606 92,9 C

H-101 800 600 480 19.086 95,3 C

H-104 800 550 440 19.526 97,5 C

H-102 3.000 100 300 19.826 99,0 C

H-110 100 200 200 20.026 10,0 C

1. Hitung Volume tahunan rupiah (kolom 4) dengan cara mengalikan volume

tahunan (kolom 2) dengan harga per unit (kolom 3).

2. Susun urutan item persediaan berdasarkan volume tahunan rupiah dari yang

terbesar nilainya ke yang terkecil.

3. Jumlahkan volume tahunan rupiah secara kumulatip (kolom 5)

4. Hitung nilai persentase kumulatipnya (kolom6).

5. Klasifikasikan ke dalam kelas A, B dan C secara berturut-turut masing-

masing sebesar sekitar 70%, 20%, dan 10% dari atas.

Page 43: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

43

Berdasarkan perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa :

1. Kelas A memiliki nilai volume tahunan rupiah sebesar 70,0% dari total

persediaan, yang terdiri dari 2 item (20%), yaitu item H-109 dan H-107.

2. Kelas B memiliki nilai volume tahunan rupiah sebesar 19,9% dari total

persediaan, yang terdiri dari 3 item (30%) persediaan.

3. Kelas C memiliki nilai volume tahunan rupiah sebesar 10,1% dari total

persediaan, yang terdiri dari 5 item (50%) persediaan.

2.1.11.10 Metode Just In Time

Just in time merupakan perwujudan konsep sederhana dalam

pengeliminasian pemborosan di pabrik, dimana produksi berdasarkan just in time

menggunakan pemanufakturan yang didukung oleh manajemen distributor dan

perbaikan sistem logistik, sehingga dapat meminimumkan antrian dan waktu

dalam proses produksi persediaan. Dengan kata lain dalam just in time, jumlah

persediaan sama dengan jumlah pemakaian. Menurut William J. Stevenson dan

Choung (2014:343) menyatakan bahwa “Just In Time adalah sebuah sistem

pemrosesan yang sangat terkoordinasi dimana barang bergerak melalui sistem,

dan jasa dilakukan, tepat pada saat dibutuhkan”.

Suatu perusahaan mampu bersaing jika operasi perusahaan berjalan secara

efektif dan efisien, sehingga pemborosan sumber daya dapat dihindari. Selama ini

perusahaan menggunakan sistem konvensional untuk mengatur produksinya,

sehingga mengandalkan peramalan masa akan datang dari kebutuhan masa lalu.

Pandangan konvensional selama ini menyatakan bahwa dengan melakukan

pengadaan persediaan digudang maka dapat memecahkan masalah diantaranya

Page 44: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

44

seperti diskon, memenuhi permintaan konsumen, serta mengantisipasi kenaikan

harga. Namun dengan demikian sistem Just In time ini dapat mengatasi masalah

tersebut, yaitu penerapan sistem just in time adalah menurunnya tingkat

persediaan yang tidak diharapkan harus dihilangkan atau ditekankan pada tingkat

seminimum mungkin. Pengurangan tingkat persediaan ini akan membawa dampak

berupa perubahan biaya penyimpanan persediaan.

Untuk mencapai persediaan JIT, manajer harus mengurangi variabilitas

(masalah) yang disebabkan baik oleh aktor internal maupun eksternal. Jika

persediaan timbul karena variabilitas dalam proses, manajer harus mengeliminasi

masalah itu. Jika masalah dapat dikurangi, maka hanya diperlukan sedikit

persediaan hingga perusahaan memperoleh keuntungan dari berkurangnya biaya

penyimpanan. Menurut Eddy Herjanto (2012:261), variabilitas dalam persediaan

dapat terjadi karena faktor-faktor berikut:

a. Kesalahan pemasok dalam mengirim barang, yang dapat beru[a kesalahan

dalam spesifikasi teknis barang yang dikirim atau jumlahnya.

b. Kesalahan operator atau mesin dalam proses pembuatan produk.

c. Kesalahan dalam membuat gambar teknis atau design produk.

d. Kesalahan dalam menginterpretasikan keinginan pelanggan sehingga

menyebabkan produk yang dibuat tidak sesuai dengan keinginan pelanggan.

JIT semula merupakan sistem pengendalian persediaan sehingga JIT juga

diistilahkan sebagai produksi tanpa persediaan (stockless production atau zero

inventory). Dalam perkembangannya, metode JIT tidak saja diterapkan dalam

bidang persediaan, namun juga dapat diterapkan dalam bidang produksi. Metode

Page 45: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

45

JIT banyak digunakan dalam kegiatan produksi, terutama produksi yang

berdasarkan pesanan. Namun, JIT tidak banyak digunakan dalam kegiatan

perdagangan eceran karena permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan

sebelumnya, dan dalam kegiatan produksi yang mempunyai pola musiman seperti

pengalengan buah-buahan. Metode JIT dapat dilaksanakan dengan baik apabila

produk yang dibuat hanya memiliki sedikit variasi/jenis dan lokasi pemasok

secara isik berada tidak jauh dari perusahaan/pelanggan.

Menurut Eddy Herjanto (2012:262), penerapan dari sistem JIT dalam

bidang persediaan akan memberikan manfaat utama sebagai berikut :

1. Berkurangnya tingkat persediaan.

Dengan tingginya biaya penyimpanan, pengurangan tingkat persediaan

dapat menjadi faktor penting dalam program pengurangan biaya.

Pengurangan ini berarti berkurangnya modal yang tertanam dalam

persediaan, kebutuhan tempat penyimpanan, dan kemungkinan kerusakkan

dari barang yang disimpan sebagai persediaan.

2. Meningkatnya pengendalian mutu.

Dengan rendahnya tingkat persediaan, barang yang dipasok harus benar-

benar memenuhi kualitas dan kuantitas sesuai dengan yang dipersyaratkan.

Apabila tidak, akan mengganggu sistem produksi, misalnya efisiensi yang

tidak optimal atau terhentinya proses produksi. JIT mendorong pemasok

untuk lebih memiliki kesadaran terhadap mutu, yang berarti pemasok harus

mengirim barang yang mutunya semakin hari semakin baik dan

melaksanakan pengiriman (delivery) barang secara lebih disiplin.

Page 46: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

46

Dengan demikian, disimpulkan bahwa sistem JIT merupakan sistem

produksi yang komperatif dan suatu pendekatan yang berusaha menghilangkan

semua sumber pemborosan, sesuatu yang tidak menambah nilai di dalam kegiatan

produksi dengan menyuguhkan suku cadang atau bahan baku yang tepat pada

tempat dan waktu yang tepat.

2.1.11.11 Metode Penilaian Persediaan

Penilaian persediaan bertujuan untuk mengetahui nilai persediaan yang

dipakai/ dijual atau persediaan yang tersisa dalam suatu periode. Persediaan

merupakan pos yang sangat berarti dalam aktiva lancar. Hal itu menyebabkan

metode penilaian persediaan merupakan hal yang penting untuk diperhatikan.

Terdapat tiga metode yang digunakan dalam menilai persediaan, yaitu first in first

out (FIFO), last in first out (LIFO), dan rata tertimbang. Menurut Eddy Herjanto

(2010:263) “Metode penilaian persediaan yang digunakan bisa berbeda dengan

metode penempatan persediaan secara fisik”. Misalnya, beras dalam karung pada

pergudangan beras, sistem penyimpanan dan pemakaiannya tentu saja

menggunakan pola LIFO, beras yang terakhir masuk (disimpan paling atas) yang

akan diambil lebih dahulu. Meskipun demikian, penilaian persediaannya tidak

harus menggunakan sistem LIFO, bisa dilakukan dengan sistem FIFO, atau rata-

rata tertimbang.

1. Metode First In First Out (FIFO)

Metode ini didasarkan atas asumsi bahwa harga barang persediaan yang

sudah terjual atau terpakai dinilai menurut harga pembelian barang yang terdahulu

Page 47: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

47

masuk. Dengan demikian, persediaan akhir dinilai menurut harga pembelian

barang yang terakhir masuk.

Contoh Kasus:

Tabel 2.6

Contoh Data Persediaan Bahan Baku Metode Penilaian Persediaan

Tanggal Keterangan Jumlah (unit) Harga Satuan Total

1 Juni Persediaan awal 300 Rp. 1.000,- Rp. 300.000,-

10 Juni Pembelian 400 Rp. 1.100,- Rp. 440.000,-

15 Juni Pembelian 200 Rp. 1.200,- Rp. 240.000,-

25 Juni Pembelian 100 Rp. 1.200,- Rp. 120.000,-

Jumlah 1.000 Rp.1.100.000,-

Misalnya, pada tanggal 30 Juni jumlah persediaan akhir sebanyak 250 unit,

berarti jumlah bahan baku yang dipakai sebesar 1.000 dikurang 250 sama dengan

750 unit.

Harga pokok bahan baku yang terpakai dapat dihitung sebagai berikut :

300 unit @ Rp1.000,- = Rp300.000,-

400 unit @ Rp1.100,- = Rp440.000,-

50 unit @ Rp1.200,- = Rp 60.000,- +

750 unit = Rp800.000,-

Nilai Persediaan akhir :

100 unit @ Rp1.200,- = Rp120.000,-

150 unit @ Rp1.200,- = Rp180.000 ,-

250 unit = Rp300.000,-

2. Metode Last In First Out (LIFO)

Page 48: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

48

Berbeda dengan FIFO, metode ini mengasumsikan bahwa nilai barang yang

terjual/ terpakai dihitung berdasarkan harga pembelian barang yang terakhir

masuk, dan nilai persediaan akhir dihitung berdasarkan harga pembelian yang

terdahulu masuk.

Dengan menggunakan contoh yang sama, harga pokok bahan baku yang dipakai

dapat dihitung sebagai berikut :

100 unit @ Rp1.200,- = Rp120.000 ,-

200 unit @ Rp1.200,- = Rp240.000,-

400 unit @ Rp1.100,- = Rp440.000,-

50 unit @ Rp1.000,- = Rp 50.000 ,-

Dengan demikian, nilai persediaan akhirnya:

Persediaan akhir = nilai total persediaan – nilai persediaan terpakai

= Rp1.100.000,- – Rp850.000,- = Rp250.000,-

3. Metode Rata-rata Tertimbang

Nilai Persediaan pada metode ini didasarkan atas harga rata-rata barang

yang dibeli dalam suatu periode tertentu.

Diperoleh nilai rata-rata persediaan dengan menggunakan data yang sama adalah

sebagai berikut:

Nilai Rata-rata Tertimbang = Rp.1.100.000,−

1000 unit = Rp1.100,- per unit

Nilai persediaan yang terpakai = 750 × Rp1.100,- = Rp825.000,-

Nilai persediaan akhir = 250 × Rp1.100,- = Rp275.000,-

Perbandingan atas hasil penilaian:

Page 49: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

49

Apabila harga barang stabil, ketiga cara itu akan memberikan hasil yang

sama. Namun, jika harga barang berubah-ubah, baik memiliki kecenderungan

meningkat ataupun menurun, nilainya menjadi berbeda. Misalnya, harga jual

barang pada contoh di atas sebesar Rp2.000,- per unit, maka perbandingan dari

ketiga metode itu dapat ditunjukkan pada tabel 2.7.

Table 2.7

Contoh Perbandingan Hasil Penilaian Persediaan

Metode FIFO Metode Rata-rata Metode LIFO

Penjualan Rp. 1.500.000,- Rp. 1.500.000,- Rp. 1.500.000,-

Harga Pokok Rp. 800.000,- Rp. 825.000,- Rp. 850.000,-

Keuntungan Rp. 700.000,- Rp. 675.000,- Rp. 650.000,-

Persediaan Akhir Rp. 300.000,- Rp. 275.000,- Rp. 250.000,-

Dari Tabel 2.7 dapat dilihat bahwa apabila harga pembelian barang

persediaan memiliki kecenderungan meningkat, cara FIFO akan menunjukkan:

1. Nilai barang terpakai yang rendah

2. Keuntungan yang lebih besar

3. Nilai persediaan akhir yang tinggi

Sebaliknya, cara LIFO menunjukkan:

1. Nilai barang terpakai yang tinggi

2. Keuntungan yang rendah

3. Nilai persediaan akhir yang rendah

Cara mana yang dipilih, tidak menjadi persoalan asal digunakan secara

konsisten sepanjang tahun. Penggunaan metode yang berganti-ganti akan

mengakibatkan data persediaan menjadi tidak akurat.

Page 50: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

50

2.1.11.12 Kebijakan Perusahaan Terhadap Pendekatan Stabilitas Persediaan

Setiap perusahaan pasti memiliki kebijakan-kebijakan dalam mengatur

kegiatannya agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Demikian pula didalam

pengendalian persediaan, menurut Gunawan Adisaputro dan Marwan Asri

(2010:182), terdapat kebijakan dalam mengatur persediaan bahan baku dapat

dilakukan dengan tiga mendekatan, yaitu:

1. Stabilitas Tingkat Produksi

Kebijakan yang mengutamakan stabilitas tingkat produksi, dengan tingkat

persediaan dibiarkan mengambang. Dengan pendekatan ini terlebih dahulu

ditentukan jumlah yang dibutuhkan selama 1 (satu) tahun, lalu diperkirakan

pula kebutuhan perbulan, yaitu sama dengan seperdua belas (1/12) dari

kebutuhan pertahun. Akhirnya tingkat persediaan disesuaikan dengan

kebutuhan untuk menjaga agar tingkat produksi tetap stabil. Menurut

Hendra Poerwanto terdapat pertimbangan untuk kebijakan ini adalah :

a. Perusahaan ingin memperoleh biaya produksi yang sama untuk

setiap bulannya.

b. Jumlah pegawai pabrik cenderung tetap setiap bulannya, maka jumlah

produksi tiap bulan yang stabil akan lebih tepat digunakan.

c. Mesin akan berproduksi lebih efisien jika tingkat produksi barang stabil

setiap bulannya.

Disamping pertimbangan diatas, kebijakan ini mempunyai beberapa

keuntungan yaitu :

Page 51: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

51

a. Penggunaan fasilitas pabrik yang lebih baik cenderung mengurangi

kapasitas yang diperlukan untuk musim permintaan pasar meningkat dan

menghindari kapasitas yang menganggur pada saat permintaan menurun.

b. Stabilitas tenaga kerja dapat memperbaiki moral dan meningkatkan

efisiensi tenaga kerja, mengurangi perputaran tenaga kerja, menarik

tenaga kerja yang terampil, dan mengurangi biaya latihan bagi tenaga

kerja yang baru.

c. Pembelian bahan baku yang ekonomis merupakan akibat dari tersedianya

bahan baku, potongan pembelian, masalah penyimpanan yang sederhana,

kebutuhan dana yang lebih kecil, dan mengurangi risiko persediaan

2. Stabilitas Tingkat Persediaan

Kebijakan yang mengutamakan pengendalian tingkat persediaan barang,

dengan tingkat produksi dibiarkan mengambang. Dengan pendekatan ini

terlebih dahulu ditentukan tingkat persediaan awal tahun dan tingkat

persediaan akhir tahun. Bila diantara keduanya tidak sama, tingkat

persediaan bulanan disesuaikan secara bertahap kearah tingkat persediaan

yang diinginkan. Kebijakan stabilisasi tingkat persediaan berbeda dengan

kebijakan stabilisasi produksi. Jika dalam kebijakan stabilisasi produksi

yang diperhitungkan adalah hasil tingkat produksi barang jadi yang sama

tiap periodenya, kebijakan ini lebih cocok diterapkan pada perusahaan yang

tidak menginginkan tingkat persediaan berfluktuasi secara berlebihan setiap

periode yang terdapat dalam anggaran. Tujuan dari kebijakan tingkat

persediaan sendiri yaitu untuk merencanakan tingkat optimal investasi

Page 52: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

52

persediaan dan mempertahankan tingkat optimal tersebut melalui

pengendalian. Tingkat persediaan harus dipertahankan antara dua perbedaan

besar, tingkat yang berlebihan akan menyebabkan biaya penyimpanan,

risiko dan investasi yang berlebihan, dan disisi lain tingkat yang tidak

memadai untuk memenuhi permintaan penjualan dan produksi dengan cepat

(muncul biaya kehabisan persediaan yang tinggi). Di dalam kebijakan

stabilisasi tingkat persediaan, terdapat beberapa faktor-faktor yang

mempengaruhi penentuan besarnya tingkat persediaan barang itu sendiri,

yaitu:

1) Daya tahan produk yang akan disimpan. Untuk produk yang mudah

rusak, tidak tahan untuk disimpan dalam jangka waktu yang lama,

besarnya persediaan harus dipertimbangkan dengan cermat.

2) Sifat persaingan yang dihadapi perusahaan. Jika tingkat persaingan

yang dihadapi perusahaan relatif ketat, maka persaingan untuk

memberikan pelayanan untuk memenuhi pesanan menjadi prioritas.

Dengan demikian diperlukan persediaan barang jadi yang relatif besar.

3) Biaya-biaya yang muncul karena kebijakan persediaan seperti :

a. Biaya sewa gedung

b. Biaya pemeliharaan

c. Biaya asuransi

d. Biaya pemesanan mendadak (Extra Carrying Cost)

e. Biaya kehabisan persediaan (Stockout Cost)

4) Besarnya modal kerja yang tersedia.

Page 53: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

53

5) Pola permintaan akan produk permintaan.

6) Resiko-resiko yang dihadapi perusahaan. Adapun resiko tersebut

mencakup:

a. Resiko yang berasal dari manusia yang umumnya timbul karena

kecerobohan manusia, seperti cara pengangkatan, memindahkan,

dan meletakkan barang jadi yang tidak mengikuti prosedur yang

ada.

b. Resiko yang berasal dari alam, terjadi di luar kekuasaan manusia

(bencana alam).

c. Resiko yang disebabkan karena sifat barang yang mudah rusak.

3. Kombinasi antara keduanya (stabilitas tingkat produksi dan stabilitas tingkat

persediaan)

Kebijakan yang merupakan kombinasi dari kedua kebijaksanaan yang

disebut terdahulu, dimana tingkat produksi maupun tingkat persediaan

sama-sama berubah dalam batas-batas tertentu.

2.1.11.13 Hubungan Antara Biaya dan Persediaan Metode Economic Order

Quantity

Dalam persediaan terdapat tujuan umum yang biasa dicapai yaitu

meminimumkan biaya persediaan atau pemesanan bahan baku yang ekonomis.

Setiap perusahaan yang bergerak di bidang industri khususnya manufaktur

garmen menggunakan persediaan dalam proses produksinya baik untuk

perusahaan mass production maupun job order dengan permintaan tambahan

yang tak terduga sehingga bahan baku yang dibutuhkan selalu tercukupi, akan

Page 54: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

54

tetapi banyak perusahaan tidak memiliki gudang yang besar untuk menyimpan

bahan baku, sehingga perusahaan tersebut mengunakan metode pemesanan bahan

baku untuk mencukupi kebutuhan proses produksinya. Dalam mencapai biaya

persediaan yang minimum perusahaan seringkali mendapatkan kesulitan yang

dihadapi, seperti biaya penyimpanan bahan baku yang besar. Persediaan

menggunakan metode economic order quantity adalah model pemecahan

permasalahan yang digunakan oleh setiap perusahaan produksi yang

menginginkan pengoptimalan biaya pemesanan bahan baku, sehingga tujuan

dalam meminimumkan biaya pemesanan dapat tercapai dengan menggunakan

metode economic order quantity (EOQ).

2.1.11.14 Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian terdahulu bertujuan sebagai bahan perbandingan dan

referensi dalam penelitian mengenai Analisis Pengendalian Persediaan Guna

Meminimumkan Biaya Persediaan Bahan Baku Kain Woven Pada PT. Big Golden

Bell Garment Manufacture. Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan

pengkajian terlebih dahulu dari penelitian sebelumnya yang berkaitan pula dengan

variabel dan objek.

Tabel 2.8

Hasil Penelitian Terdahulu Yang Berkaitan Dengan Variabel Dan Objek

N

o

Judul dan Tahun

penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

1 Analisis Metode EOQ

(economic Oeder

Quantity) Sebagai

Dasar Pengendalian

Persediaan Bahan

Baku Pembantu

(Studi pada PG.

Ngadirejo Kediri –

Hasil dari analisis

membuktikan bahwa

perusahaan dengan

menerapkan Metode

EOQ (economic

Order Quantity)

terdapat penghematan

pada biaya

1. Meneliti

Pengendalian

persedian

2. Menggunakan

Metode EOQ

(economic Order

Quantity)

Persediaaan

bahan baku

pembantu

belerang pada

PG. Ngadirejo

Kediri – PT.

Perkebunan

Nusantara X

Page 55: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

55

PT. Perkebunan

Nusantara X)

Azmi Fahma

Amrilah, Zahro ZA,

Maria Goretti Wi

Endang NP

Jurnal Administrasi

Bisnis (JAB) Vol. 33

No 1 April 2016

persediaan.

3. Meminimumkan

biaya persediaan

2 Analisis persediaan

bahan baku tepung

terigu menggunakan

metode EOQ

(Economic Order

Quantity) pada Roti

Puncak Makasar

Olivia Elsa Andira

Jurnal Ekonomi

Bisnis Vol. 21 No 3,

Desember 2016

Penerapan metode

EOQ pada perusahaan

menghasilkan biaya

yang lebih murah jika

dibandingkan dengan

metode yang selama

ini diterapkan oleh

perusahaan.

1. Meneliti

Pengendalian

persedian

2. Menggunakan

Metode EOQ

(economic Order

Quantity)

3. Meminimumkan

biaya persediaan

Persediaan

bahan baku

tepung terigu

pada Roti

Puncak Makasar

3 Penerapan Economic

Order Quantity dalam

pengelolaan

persediaan Bahan

Baku Tepung Pada

Usaha Pia Ariawan

Di Desa Banyuning

Gede Agus

Darmawan, wayan

Cipta, Ni nyoman

Yulianthini

e-Journal Bisma

Universitas

Pendidikan Ganesha

Jurusan Manajemen (

vol. 3 tahun 2015)

Terdapat efisiensi

total biaya persediaan

dengan menggunakan

metode EOQ.

1. Penerapan metode

EOQ ( Economic

Order Quantity)

2. Pengendalian

persediaan bahan

baku

3. Meminimumkan

biaya persediaan

Persediaan

bahan baku

tepung Pada

Usaha Pia

Ariawan Di

Desa Banyuning

4 Analisis Pengendalian

Persediaan Bahan

Baku Midsole pada

Industri Sepatu

Menggunakan

Metode Economic

Order Quantity (studi

kasus pada PT.BO

Kyung)

Shhihah Khoirunnisa,

Menunjukan bahwa

total biaya persediaan

bahan baku yang

harus dikeluarkan

perusahaan lebih

besar, bila

dibandingkan dengan

total biaya persediaan

yang dihitung

menurut metode EOQ

dan terjadi

penghematan pada

1. Pengendalian

persedian bahan

baku

2. Menggunakan

Metode EOQ

(economic Order

Quantity)

3. Meminimumkan

biaya persediaan

Persediaan

bahan baku

midsoe pada

insdustri sepatu

PT.BO Kyung

Page 56: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

56

Nuriyanto

Journal Knowledge

Industrial

Engineering (JKIE)

Vol. 03 No. 03, 2016

biaya yang

dikeluarkan

5 perencanaan dan

pengendalian

persediaan dengan

metode EOQ

PT. Siskem Aneka

Timindo

Parwita Setya

Wardhani

Media Mahardika

Vol. 13 No. 3 Mei

2015

hasil penelitian ini

yaitu bahwa

perencaan dan

pengedalian

persediaan dengan

menggunakan metode

EOQ, merupakan

upaya alternatif

perusuhaan untuk

mengoptimalkan

biaya yang

dikeluarkan sehingga

menghasilkan

keuntungan yang

besar yang dapat

digunakan untuk

meningkatkan

investasi perusahaan

dibidang lain.

1. Pengendalian

persedian bahan

baku

2. Menggunakan

Metode EOQ

(Economic Order

Quantity)

3. Meminimumkan

biaya persediaan

Persediaan

bahan baku

caustic soda

flake pada PT.

Siskem Aneka

Timindo

6 Analisis Pengendalian

Persediaan Bahan

Baku Ikan Pada PT.

Celebes Minapratama

Bitung

David Wijaya, Silvya

mandey, dan Jacky

S.B Sumarauw

Jurnal EMBA Vol. 4

No.2 Juni 2016

Total biaya

persediaan bahan

baku ikan dengan

menggunakan metode

EOQ (Economic

Order Quantity) lebih

kecil dibandingan

dengan metode yang

digunakan oleh PT.

Celebes Minapratama.

1. Pengendalian

persediaan bahan

baku

2. Menggunakan

Metode EOQ

(Economic Order

Quantity)

3. Meminimumkan

biaya persediaan

Persediaan

bahan baku ikan

pada PT.

Celebes

Minapratama

Bitung

7 Penerapan model

EOQ (Economic

Order Quantity)

dalam rangka

meminimumkan

biaya persediaan

bahan baku (studi

pada UD. Sumber

Rejo Kandangan-

Kediri)

Chandra yuliana,

Topo Wijoyono,

Nengah Sudjana

Jurnal Administrasi

Bisnis (JAB), Vol. 36

No.1 (2016)

Hasil perhitungan

EOQ dapat diketahui

bahwa menunjukan

jika perusahaan

menerapkan metode

EOQ, maka dapat

memberikan

penghematan biaya

persediaan bahan

baku pada tahun

2015.

1. Penerapan metode

EOQ (Economic

Order Quantity)

2. Meminimumkan

biaya persediaan

bahan baku

Persediaan

bahan baku

ketela pohon

pada UD.

Sumber Rejo

Kandangan-

Kediri

Page 57: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

57

8 Perencanaan

Pengendalian

Persediaan Bahan

Baku Dengan

Menggunakan Model

Economic Order

Quantity (Studi kasus

: PT.XYZ)

Halasan B Sirait,

Parapat Gultom,

Esther S Nababan

Saintia Matematika

Vol. 1 No 5 2013

Pengendalian

Persediaan bahan

baku dengan

menggunakan metode

EOQ lebih efisien dari

pada metode

pengendalian

persediaan yang

digunakan PT. XYZ

1. Pengendalian

persediaan bahan

baku

2. Menggunakan

Metode EOQ

(economic Order

Quantity)

3. Meminimumkan

biaya persediaan

Persediaan

bahan baku

Formid Acid,

Terpentine, N

H3, Talk

Powder, karet

Mentah PT.

XYZ

9 Analisis Pengendalian

Persediaan Bahan

Baku Ikan Tuna Pada

C.V. Golden.

Michel Chandra

Tuerah

Jurnal EMBA Vol. 2

No. 4 Desember 2014

Penelitian ini

menunjukan

pengendalian dan

pengadaan persediaan

bahan baku ikan tuna

dengan menggunakan

metode EOQ pada

CV. Golden sudah

efektif, karena

perusahaan tidak

mengalami kehabisan

persediaan bahan

baku dan total biaya

persediaan lebih

optimal.

1. Pengendalian

persedian bahan

baku

2. Menggunakan

Metode EOQ

(economic Order

Quantity)

3. Meminimumkan

biaya persediaan

Persediaan

bahan baku ikan

tuna pada C.V.

Golden

10 Analisis Pengendalian

Persediaan Barang

Berdasarkan Metode

EOQ Di Toko Era

Baru Samarinda

Rudy Wahyudi

e-Journal

Administrasi Bisnis,

Vol.2 No.1 2014

Hasil penelitian

menunjukan bahwa

perusahaan dapat

mengendalikan

persediaan barang jika

menggunakan metode

EOQ dimana

perusahaan dapat

mengetahui jumlah

pemesanan yang

optimal.

1. Pengendalian

persedian bahan

baku

2. Menggunakan

Metode EOQ

(economic Order

Quantity)

3. Meminimumkan

biaya persediaan

Persediaan

Barang sandal

Homypad dan

Ando digudang

11 Analyzing Inventory

Material

Management Control

Technique On

Residential

Construction Project

Harsh Soni, Dr.

Jayeshkumar Pitroda,

Prof. J.J.Bhavshar

IJARIIE Vol.2 Issue

.3 2016

That if there in help of

Economic Order

Quantity material can

reduce wastage on

site. Economic Order

Quantity maintains

the sufficient material

safety stock in period

short supply and

reduced material

wastage.

1. Economic Order

Quantity (EOQ)

Model

2. Inventory Material

Management

Control

inventory

control

techniques such

as ABC, SDE

12 Stock Out Analysis:

An Empirical Study

PT.Combiphar’s

inventory system

1. Economic Order

Quantity (EOQ)

An Empirical

Study On

Page 58: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

58

On Forecasting, Re-

Order Point And

Safety Stock Level At

PT. Combiphar, 2016

Christine Mekel

Samuel PD

Anantadjaya

Laura Lahindah

shows that the order

quantity is smaller

than EOQ calculation

i.e.: 30,000 units

(average ordered by

the company per

period) and 65,508

units (based on the

mode l of Economic

Order Quantity).

Thus, it will lead to

stock out case

continuously.

Model

2. Inventory Material

Management

Control

Forecasting,

13 An Economic Order

Quantity Model for

Defective Items

under Permissible

Delay in Payments

and Shortage

Harun Sulak

Abdullah Eroglu

Mustafa Bayhan

International Journal

of Academic

Research in Business

and Social Sciences

January 2015, Vol. 5,

No. 1

Finally, numerical

examples were given

for two case of the

developed model and

the effects of

variations of

permissible delay and

defective rates on

optimal values were

examined with

sensitivity analysis.

The analysis showed

that, with increasing

of permissible delay

in payment, total

profit increases while

order size decreases;

but if defective rate

increases, total profit

decreases while order

size increases.

Economic Order

Quantity (EOQ) Model

for Defective

Items under

Permissible

Delay in

Payments and

Shortage

14 Analysis of Inventory

Control Techniques,

A Comparative Study

,2013.

Tom Jose V

Akhilesh Jayakumar,

Sijo M T

It is found that, there

is a variation in the

EOQ & no. of unit

purchased. It is

understood that the

company is not

following EOQ for

purchasing the

materials. So, the

inventory

management is not

satisfactory. From

calculation of safety

stock, we can able to

determine how much

the company can hold

the inventory in

reserve stock per

annum.

1. Economic Order

Quantity (EOQ)

Model

2. Inventory Material

Management

Control

From

calculation of

safety stock, we

can able to

determine how

much the

company can

hold the

inventory in

reserve stock

per annum.

Page 59: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

59

15

.

Decision tree

analysis will

determine the best

alternative

whether forecasting

and EOQ are

necessary to be used

and it will minimize

the cost of raw

materials inventory,

2012

Ali at al

The results of the

analysis are inventory

management of iron,

cement, sand and split

inventory should use

Forecasting method

and EOQ (Economic

Order Quantity)

model. So, companies

can manage their

inventory

management

efficiently and

effectively

1. Economic Order

Quantity (EOQ)

Model

2. Inventory Material

Management

Control

1. Forecasting

method.

16

.

Efficiency Of Raw

Material Inventories

In Improving Supply

Chain Performance

Of Cv. Fiva Food

Artadi Nugraha,

Sukardi, and Amzul

Rifin

Indonesian Journal of

Business and

Entrepreneurship,

Vol. 1 No.1, January

2016

In the process of

procurement of raw

materials, the

company needs to

conduct ABC analysis

in advance to

determine which raw

materials are

prioritized in

controlling supplies.

There are several

methods that can be

used by the company

as an alternative to

control raw materials

including EOQ and

POQ methods. Both

methods can be

considered to be an

alternative method in

the control of raw

materials, for those

have been proven to

deliver cost-savings

for supplies.

1. Economic Order

Quantity (EOQ)

Model

1. Model POQ

(Period Order

Quantity) Raw

Material

Inventories In

Improving

Supply Chain

Performance Of

Cv. Fiva Food

17

.

Analysis Variable The

Reduction In Space

Requirements Caused

By JIT Or EOQ, 2001

Schneiderjans and

Cao

They conclude that a

JIT method is almost

alway.s preferable to

an EOQ-based

method, whether the

demand is high or

low. because JIT

always requires less

warehouse space than

the EOQ method.

Economic Order

Quantity (EOQ) Model

that a JIT

method is

almost alway.s

preferable to an

EOQ-based

method,

18

.

Analysis an inventory

model for calculating

the optimal order

quantity that used the

Economic Order

In the results of this

study it is said that

inventory control

using EOD metode

more minimize the

Economic Order

Quantity (EOQ) Model

inventory

control

techniques such

as JIT,

Page 60: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

60

Quantity method,

2001

Dave Piasecki

cost than using JIT.

19

.

Inventory

Management Through

Eoq ModelA Case

Study Of Shpresa Ltd,

Albania

Eduina Guga

Orjola Musa

International Journal

Of Economics,

Commerce and

management

Orjola Musa Orjola

MusaVol. 3 Issue 12,

Desember 2015

The use of the EOQ

model in inventory

management for

"Shpresa Ltd" will

result in reduction of

the cost of ordering

and inventory holding

costs, and as a result,

the reduction of the

total cost.

Economic Order

Quantity (EOQ) Model

Inventory

product Vase

flower

20

.

An EOQ Model for

Perishable Items with

Freshness-dependent

Demand and Partial

Backlogging

Xiaoming Yan

International Journal

of Control and

Automation

Vol. 5, No. 4,

December, 2012

Control of raw

material inventory

using EOQ method is

more efficient

Economic Order

Quantity (EOQ) Model

For Perishable

Items with

Freshness-

dependent

Demand and

Partial

Backlogging

2.2 Kerangka Pemikiran

Anggaran pembelian bahan baku merupakan alat manajemen dalam

mengendalikan persediaan bahan baku. Bahan baku yang tersedia tidak boleh

terlalu besar maupun terlalu kecil jumlahnya. Bahan baku yang terlalu banyak

disediakan digudang akan menimbulkan biaya-biaya penyimpanan dan resiko-

resiko yang dihadapi, seperti menumpuknya bahan baku di gudang yang mungkin

mengakibatkan penurunan kualitas, terlalu lamanya bahan baku menunggu untuk

Page 61: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

61

diproses, sehingga biaya penyimpanan yang menjadi lebih besar. Sedangkan

apabila jumlah bahan baku yang dibeli terlalu sedikit atau kecil jumlahnya maka

akan menimbulkan gangguan terhadap kontinuitas proses produksi, juga akan

mendatangkan resiko berupa terhambatnya kelancaran proses produksi akibat

kehabisan bahan baku, serta timbulnya biaya tambahan untuk mencari bahan

mentah pengganti secepatnya. (Gunawan Adisaputro & Marwan Asri, 2010)

Keberadaan persediaan dalam suatu sistem mempunyai suatu tujuan

tertentu. Alasan utamanya adalah karena sumber daya tertentu tidak bisa

didatangkan ketika sumber daya tersebut dibutuhkan. Sehingga, untuk menjamin

tersedianya sumber daya tersebut perlu adanya persediaan yang siap digunakan

ketika dibutuhkan. Menurut Willian J. Stevenson & Choung (2015:181),

persediaan dapat berupa bahan mentah, bahan pembantu, barang dalam proses,

barang jadi ataupun suku cadang (komponen). Dapat dikatakan tidak ada

perusahaan yang beroperasi tanpa persediaan, meskipun sebenarnya persediaan

hanyalah suatu sumber dana yang menganggur, karena sebelum persediaan

digunakan berarti dana yang terikat di dalamnya tidak dapat digunakan untuk

keperluan yang lain. Maka dari itu, perusahaan harus melakukan pengawasan

persediaan dan mengatur persediaan agar dapat menjamin kelancaran proses

produksi secara efektif dan efisien. Dalam rangka pengaturan ini, perlu ditetapkan

kebijakan-kebijakan yang berkenaan dengan persediaan, baik mengenai

pemesanannya maupun mengenai tingkat persediaan yang optimal. Dalam

menentukan kebijakan persediaan yang perlu diperhatikan adalah bagaimana

perusahaan dapat meminimalkan biaya-biaya. Biaya-biaya persediaan yang

Page 62: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

62

dipertimbangkan adalah biaya pemesanan (ordering cost) dan biaya penyimpanan

(holding cost). Seperti dalam penelitian yang dilakukan oleh Parwita Setya

Wardhani (2015), dalam penelitiannya yang berjudul perencanaan dan

pengendalian persediaan dengan metode EOQ, hasill penelitian ini yaitu bahwa

perencaan dan pengedalian persediaan dengan menggunakan metode EOQ,

merupakan upaya alternatif perusuhaan untuk mengoptimalkan biaya yang

dikeluarkan sehingga menghasilkan keuntungan yang besar yang dapat digunakan

untuk meningkatkan investasi perusahaan dibidang lain.

Penelitian yang ke dua oleh Chandra yuliana, Topo Wijoyono, Nengah

Sudjana, Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), Vol. 36 No.1 (2016) dalam

penelitiaanya yang berjudul Penerapan model EOQ (Economic Order Quantity)

dalam rangka meminimumkan biaya persediaan bahan baku (studi pada UD.

Sumber Rejo Kandangan-Kediri). Hasil penelitian ini adalah Hasil perhitungan

EOQ dapat diketahui bahwa menunjukan jika perusahaan menerapkan metode

EOQ, maka dapat memberikan penghematan biaya persediaan bahan baku pada

tahun 2015.

Penelitian yang ke tiga oleh Gede Agus Darmawan, wayan Cipta, Ni

nyoman Yulianthini, e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan

Manajemen ( vol. 3 tahun 2015) dalam penelitiannya yang berjudul Penerapan

Economic Order Quantity dalam pengelolaan persediaan Bahan Baku Tepung

Pada Usaha Pia Ariawan Di Desa Banyuning. Hasil penelitian ini adalah Terdapat

efisiensi total biaya persediaan dengan menggunakan metode EOQ.

Page 63: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

63

Pengendalian persediaan perlu diperhatikan karena berkaitan langsung

dengan biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan sebagai akibat adanya

persediaan. Mengenai pemesanan bahan-bahan perlu ditentukan berapa jumlah

yang dipesan agar pemesanan tersebut ekonomis, sedangkan mengenai persediaan

perlu ditentukan berapa besarnya persediaan pengaman dan kapan pemesanan itu

kembali dilakukan. Menentukan kebijakan perlu diadakan pengaturan persediaan

melalui suatu rencana pemesanan berdasarkan permintaan konsumen dan data

penjualan yang dimiliki perusahaan, dimana salah satu alat yang dapat digunakan

adalah metode Economic Order Quantity (EOQ). Menurut Heizer dan Render

(2015:561), Economic Order Quantity (EOQ) adalah salah satu teknik

pengendalian persediaan yang paling tua dan terkenal secara luas, metode

pengendalian persediaan ini menjawab 2 (dua) pertanyaan penting, kapan harus

memesan dan berapa banyak harus memesan. Meskipun teknik ini merupakan

teknik yang mudah untuk dilakukan, tetapi tetap harus menyesuaikan dengan

asumsi-asumsi.

Beberapa permasalahan yang ditemukan di PT. Big Golden Bell adalah

belum adanya suatu metode yang digunakan khusus untuk mengendalikan biaya

yang keluar akibat persediaan bahan baku, meskipun permintaan tahunannya

diketahui namun seringkali terjadi menambahan permintaan produk yang tidak

menentu baik jumlah maupun waktu pemesanannya, sedangkan produk harus siap

dikirim pada waktu yang telah disepakati setiap 3 (tiga) bulan sekali, dan

perusahaan melakukan pembeliaan bahan baku setiap 3 (tiga) bulan mengikuti

subkontrak dengan konsumen dengan jumlah pembelian yang tetap namun hal

Page 64: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

64

tersebut mengakibatkan biaya persediaan tidak efisien karena meskipun

permintaan tambahan dari konsumen sudah diestimasikan berapa persentase nya

namun pada saat terjadi waktu permintaan tambahan seringkali jumlah yang sudah

diestimasikan kurang dari perkiraan estimasi, sehingga seringkali pada akhir tahun

terjadi sisa persediaan bahan baku yang mengakibatkan bahan baku yang bersisa

tersebut menjadi persediaan berlebih yang menumpuk.

Langkah awal penelitian ini adalah mengidentifikasi pengendalian

persediaan bahan baku kain woven yang diterapkan di PT. Big Golden Bell.

Identifikasi yang dilakukan meliputi hal-hal yang terkait dengan penyimpanan

bahan baku dan pengadaanya diantaranya pembelian bahan baku, biaya

persediaan dan waktu tunggu pemesanan. Selanjutnya dilakukan analisis

persediaan bahan baku untuk mengetahui berapa banyak jumah pemakaian, biaya

persediaan dan waktu tunggu pemesanan yang dilakukan PT. Big Golden Bell.

Metode penentuan persediaan yang efisien yaitu dilakukan dengan

membandingkan antara hasil perhitungan persediaan kebijakan PT. Big Golden

Bell dengan metode Economic Order Quantity (EOQ). Melalui kedua metode

tersebut akan dihasilkan analisa, jika hasil perhitungan persediaan bahan baku

yang dilakukan oleh persediaan PT. Big Golden Bell lebih kecil dari hasil

perhitungan dengan menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ),

maka pengendalian persediaan bahan baku kain woven di PT. Big Golden Bell

sudah efisien. Namun, jika hasil perhitungan persediaan bahan baku yang

dilakukan oleh persediaan PT. Big Golden Bell lebih besar dari hasil perhitungan

dengan menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ), maka

Page 65: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

65

pengendalian persediaan bahan baku kain woven di PT. Big Golden Bell belum

efisien dan perlu dilakukan analisis masalah. Hasil analisis bisa direkomendasikan

metode yang efisien untuk diterapkan di PT. Big Golden Bell. Secara sistematis

kerangka berpikir pendekatan masalah yang dilakukan dalam penelitian ini

digambarkan secara singkat pada gambar 2.6.

Page 66: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

66

2.2.1 Flow Chart Kerangka Pemikiran

Sumber: Peneliti

Gambar 2.6

Sumber : Hasil Penelitian

Masalah PT. Big Golden Bell :

Pengelolaan persediaan belum

optimal

Identifikasi Manajemen

Persediaan

Permintaan

Bahan Baku

Frekuensi

Pembelian

Bahan baku

Waktu

Antar Pesanan

Reorder

Point

(ROP)

Waktu

Tunggu (Lead

Time)

Biaya

yang

terklait

dengan

persediaan

Stok

Pengaman

Metode Pengendalian

Persediaan yang

Diterapkan Perusahaan

Pengendalian Persediaan

dengan Metode

Economic Order

Quantity (EOQ)

Perbandingan kedua metode

untuk mendapatkan Total

Biaya Persediaan yang paling

minimum.

Page 67: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …repository.unpas.ac.id/32829/3/BAB II.pdf · tujuan organisasi tergantung kepada bagaimana pelaksanaan dan ... Operasi merupakan

67