bab ii kajian pustaka dan hipotesiseprints.umm.ac.id/42257/3/bab ii.pdfkalsium, zat besi, dan...

17
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Tumbuhan Kelor (Moringa oleifera Lam.) 2.1.1 Klasifikasi Klasifikasi tumbuhan kelor sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Class : Dicotyledonae Ordo : Brassicales Famili : Moringaceae Genus : Moringa Species : Moringa oleifera Lam (Backer dan van den Brink, 1968) 2.1.2 Morfologi Gambar 2.1 Morfologi pohon, daun, dan polong tumbuhan kelor

Upload: others

Post on 11-Feb-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESISeprints.umm.ac.id/42257/3/BAB II.pdfkalsium, zat besi, dan protein dalam jumlah yang tinggi tapi mudah dicerna oleh tubuh manusia. Daun kelor mengandung

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

2.1 Tumbuhan Kelor (Moringa oleifera Lam.)

2.1.1 Klasifikasi

Klasifikasi tumbuhan kelor sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Class : Dicotyledonae

Ordo : Brassicales

Famili : Moringaceae

Genus : Moringa

Species : Moringa oleifera Lam (Backer dan van den Brink, 1968)

2.1.2 Morfologi

Gambar 2.1 Morfologi pohon, daun, dan polong tumbuhan kelor

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESISeprints.umm.ac.id/42257/3/BAB II.pdfkalsium, zat besi, dan protein dalam jumlah yang tinggi tapi mudah dicerna oleh tubuh manusia. Daun kelor mengandung

9

Kelor (Moringa oleifera Lam) tumbuh dalam bentuk pohon, memiliki

batang berkayu (lignosus), bentuk batang bulat dengan permukaan kasar. Batang

memiliki arah pertumbuhan yang lurus dan memanjang dengan percabangan

simpodial. Akar tunggang berwarna putih, dari dalam berwarna kuning pucat

dengan permukaan agak berserabut, permukaan luar kulit akar agak licin, tidak

keras dan memiliki bau yang tajam (Krisnadi, 2015).

Morfologi daun kelor berupa daun majemuk, memiliki daun yang

berukuran kecil-kecil. Daun menyirip ganda 2-3 dengan posisi tersebar. Daun

kelor mempunyai satu ibu tulang daun yang berjalan dari pangkal hingga ke

ujung, dan merupakan terusan tangkai daun. Bunga yang dimiliki adalah bunga

banci, tersusun pada malai yang terdapat dalam ketiak daun, dasar bunga

mangkuk. Memiliki kelopak bunga terdiri dari lima daun kelopak, mahkota terdiri

atas lima daun mahkota, lima benang sari dan bakal biji yang banyak (Rollof,

2009). Polong kelor berbentuk segi tiga memanjang. Berwarna hijau ketika muda

setelah tua menjadi cokelat. Biji dalam polong berbentuk bulat, berwarna coklat

kehitaman ketika polong matang dan kering. Dalam setiap polong rata-rata berisi

antara 12 dan 35 biji (Krisnadi, 2015).

2.1.3 Syarat Tumbuh

Kelor (Moringa oleifera Lam.) Merupakan tanaman yang tumbuh luas di

India dan menyebar di daerah tropis seperti Asia, Afrika, Amerika bagian selatan

dan bagian tengah (ECHO, 2006). Menurut Krisnadi (2015) tumbuhan kelor dapat

tumbuh subur pada tempat yang mempunyai ketinggian ± 300-500 mdpl.

Tumbuhan ini mudah dibudidayakan, karena dapat tumbuh pada daerah tropis dan

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESISeprints.umm.ac.id/42257/3/BAB II.pdfkalsium, zat besi, dan protein dalam jumlah yang tinggi tapi mudah dicerna oleh tubuh manusia. Daun kelor mengandung

10

subtropis. Tumbuh di daerah tropis pada kisaran suhu 20 - 35 0C yang merupakan

suhu optimal untuk pertumbuhan ideal. Selain itu dapat tumbuh baik pada daerah

dengan curah hujan tahunan berkisar antara 250 sampai 1500. Media tumbuh yang

baik adalah pada jenis tanah lempung atau lempung berpasir, dengan kisaran Ph

tanah 5-9.

2.1.4 Manfaat

Spesies tumbuhan kelor (Moringa oleifera Lam.) memiliki banyak

manfaat, hampir seluruh bagiannnya dapat dikonsumsi dan dimanfaatkan sebagai

obat-obatan bahkan untuk kecantikan. Daun dibuat sayur atau jus untuk

mengontrol kadar glukosa, dan digunakan untuk mengurangi pembengkakan

kelenjar (Krisnadi, 2015). Seiring perkembangan teknologi yang canggih, daun

kelor dikemas dalam kapsul dan dalam bentuk teh siap seduh.

Berdasarkan hasil penelitian para ahli, kelor diberi nama “Miracle Tree”

atau “Tree of Life” karena memiliki kandungan vitamin A, vitamin C, vitamin B,

kalsium, zat besi, dan protein dalam jumlah yang tinggi tapi mudah dicerna oleh

tubuh manusia. Daun kelor mengandung lebih dari 40 antioksidan dan beragam

mineral penting yang merupakan sumber protein yang dibutuhkan tubuh.

Sebanyak 100 gram daun kelor mengandung nutrisi kalsium yang setara dengan

segelas susu, zat besi setara dengan 200 gram daging sapi segar, protein setara

dengan sebutir telur, vitamin A setara dengan satu buah wortel, dan vitamin C

yang setara dengan jeruk (Sauveur dan Broin 2010).

Biji kelor memiliki kandungan protein yang tinggi. Sehingga serbuk biji

kelor efektif digunakan sebagai koagulan untuk menjernihkan air keruh yang

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESISeprints.umm.ac.id/42257/3/BAB II.pdfkalsium, zat besi, dan protein dalam jumlah yang tinggi tapi mudah dicerna oleh tubuh manusia. Daun kelor mengandung

11

disebabkan oleh berbagai kontaminan tanpa menurunkan Ph air dan tidak bersifat

toksik sehingga air yang dihasilkan aman untuk dikonsumsi manusia (Amagloh

dan Benang 2009).

2.2 Perbanyakan Tumbuhan Kelor Secara Vegetatif

2.2.1 Stek Tumbuhan Kelor

Perbanyakan kelor (Moringa oleifera Lam.) dapat dilakukan secara generatif

dengan menggunakan biji maupun secara vegetatif dengan menggunakan metode

stek batang. Perbanyakan dengan cara stek lebih cepat tumbuh dan menghasilkan

banyak cabang yang rimbun (Krisnadi, 2015). Stek merupakan cara perbanyakan

tanaman secara vegetatif dengan mengggunakan bahan tanam berupa bagian

tanaman tanpa adanya daun (Aziz, 2012). Stek berasal dari batang yang diambil

dari tanaman. Batang dapat berupa batang berkayu keras maupun lunak. Batang

stek yang digunakan dalam keadaan setengah tua, karena kandungan karbohidrat

dan auxin (hormon) pada batang cukup memadai untuk menunjang terjadinya

perakaran setek (Prastowo, 2006).

Gambar 2.2 Bahan Stek Batang Kelor

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESISeprints.umm.ac.id/42257/3/BAB II.pdfkalsium, zat besi, dan protein dalam jumlah yang tinggi tapi mudah dicerna oleh tubuh manusia. Daun kelor mengandung

12

Faktor penting dalam perbanyakan stek pucuk adalah terbentuknya akar,

karena akar berfungsi dalam pengambilan hara dari tanah yang berperan untuk

pertumbuhan stek selanjutnya (Moko, 2004). Selain pertumbuhan akar,

kemunculan tunas merupakan salah satu parameter yang berguna sebagai

parameter keberhasilan perbanyakan tumbuhan. Menurut Kusdianto (2012)

munculnya tunas ditandai dengan pecahnya mata tunas yang menjadi tunas

apabila panjangnya 0,5 cm. Akar dapat tumbuh lebih dahulu kemudian tunas

ataupun sebaliknya. Jika tunas tumbuh lebih dahulu, kondisi ini menggambarkan

bahwa pembentukan akar membutuhkan senyawa tumbuh untuk pembentukan

primordial akar (Hartmann et.al, 2002).

2.2.2 Faktor Pendukung Keberhasilan Penyetekan

1) Faktor lingkungan

Faktor lingkungan yang cocok untuk pertumbuhan stek akan

berpengaruh pada regenerasi akar dan pucuk. Lingkungan tumbuh yang kondusif

untuk regenerasi akar yaitu cukup lembab dengan tingkat kemasaman (pH)

berkisar antara 4,5 – 6,5. Evapotranspirasi rendah, suhu tidak terlalu dingin atau

panas, dan bebas dari hama atau penyakit (Santoso, 2017). Media tanam yang baik

untuk pertumbuhan stek adalah tanah yang berdrainase baik. Hal ini untuk

membantu mengevakuasi kelebihan air dari tanah dan memungkinkan pertukaran

bebas antara gas atmosfer dan partikel tanah (Krisnadi, 2015). Tumbuhan kelor

rentan terjadi kerusakan terhadap media tanam yang memiliki kadar air tinggi.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESISeprints.umm.ac.id/42257/3/BAB II.pdfkalsium, zat besi, dan protein dalam jumlah yang tinggi tapi mudah dicerna oleh tubuh manusia. Daun kelor mengandung

13

Suhu udara yang optimum bagi pembentukan akar stek berkisar 20OC -

27OC. Suhu untuk media tanam sebaiknya lebih tinggi karena akan merangsang

terbentuknya akar. Sedangkan suhu media tanam yang lebih rendah akan

merangsang terbentuknya kalus (Santoso, 2017 ).

2) Faktor Tumbuhan

Keberhasilan dalam pertumbuhan setek batang dipengaruhi oleh umur,

jenis tumbuhan, batang yang digunakan dan adanya tunas atau daun pada bahan

setek batang. Batang yang digunakan stek adalah bagian pangkal dari cabang

dengan ukuran diameter batang sekitar 1 cm dengan panjang antara 10-15 cm

(Prastowo, 2006). Tumbuhan yang dapat diambil cabangnya sebagai stek adalah

yang berumur satu tahun, tidak berkayu keras, tidak terlalu muda maupun terlalu

tua. Karena jika bahan stek menggunakan batang yang terlalu tua, akan

menyababkan pertumbuhannya menjadi lama.

Menurut Djamhuri (2011) tunas dan daun pada batang setek berperan

penting pada perakaran dan dapat merangsang pembentukan akar stek. Jika tunas

dihilangkan maka pembentukan akar tidak terjadi karena tunas menghasilkan

suatu zat berupa auksin yang berperan dalam mendorong pembentukan akar yang

dinamakan Rhizokalin. Hasil penelitian Akinyele (2010) pada jenis Buchholzia

coriacea, membuktikan bahwa adanya daun dapat menghasilkan jumlah akar dan

panjang akar terbaik. Hal ini disebabkan karena semakin luas permukaan daun

maka fotosintat yang dihasilkan cenderung semakin banyak.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESISeprints.umm.ac.id/42257/3/BAB II.pdfkalsium, zat besi, dan protein dalam jumlah yang tinggi tapi mudah dicerna oleh tubuh manusia. Daun kelor mengandung

14

3) Faktor Pelaksanaan

Faktor pelaksanaan merupakan hal-hal yang dilakukan dalam

mempersiapkan penyetekan seperti faktor pemotongan stek. Pemotongan bahan

stek secara miring menyebabkan bidang permukaan dan tempat penimbunan

fotosintat lebih luas. Sehingga terbentuknya akar dalam jumlah banyak semakin

besar (Prastowo, 2006). Pemotongan bahan stek harus dengan menggunakan

gergaji atau pisau yang tajam, agar stek yang diperoleh tidak memar atau melukai

mata tunas.

Pemeliharaan yang konsisten dapat menyebabkan pertumbuhan stek

menjadi subur. Fase pembibitan kelor dapat ditempatkan pada daerah yang

terkena sinar matahari yang cukup. Penyiraman dilakukan sekali dalam sehari

karena kelor rentan terhadap genangan dan membutuhkan tanah dengan drainase

yang baik (Ikrarwati, 2016).

2.3 Fermentasi

Fermentasi merupakan suatu teknik mengubah substrat menjadi suatu

produk tertentu dengan menggunakan bantuan mikroorganisme. Proses fermentasi

menguraikan senyawa organik menjadi senyawa yang lebih sederhana seperti

gula, gliserol, asam lemak dan asam amino. Proses penguraian senyawa organik

dibutuhkan penambahan starter sebagai mikroorganisme yang akan ditumbuhkan

dalam substrat. Starter merupakan populasi mikroorganisme yang secara

fisiologis siap untuk diinokulasikan pada media fermentasi (Prabowo, 2011). Jenis

starter yang digunakan dalam penelitian ini adalah EM4.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESISeprints.umm.ac.id/42257/3/BAB II.pdfkalsium, zat besi, dan protein dalam jumlah yang tinggi tapi mudah dicerna oleh tubuh manusia. Daun kelor mengandung

15

Effective Microorganism 4 (EM 4) merupakan campuran dari berbagai

mikroorganisme yang menguntungkan. Mikroorganisme yang terkandung berupa

bakteri pengurai yang dapat mempercepat dekomposisi/penguraian bahan organik,

menghilangkan bau, serta dapat meningkatkan kandungan mikroorganisme dalam

tanah. Penggunaan EM4 dapat mempercepat proses fermentasi bahan organik

sehingga unsur hara yang terkandung mudah terserap tanaman (Hadisuwito,

2012). Beberapa faktor utama yang mempengaruhi proses fermentasi menurut

Kinanti (2017) meliputi suhu, oksigen dan substrat.

1) Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan terpenting yang mempengaruhi

mikroorganisme dalam proses fermentasi. Jika suhu terlalu rendah ataupun

tinggi, maka pertumbuhan mikroorganisme akan terhambat dan mati.

2) Oksigen selama proses fermentasi dapat mempengaruhi pertumbuhan dan

populasi mikroorganisme. Setiap mikroorganisme membutuhkan oksigen

yang berbeda jumlahnya untuk pertumbuhan dan fermentasi.

3) Substrat dibutuhkan mikroorganisme sebagai suplai makanan yang menjadi

sumber energi, dan media pertumbuhan. Substrat yang dibutuhkan setiap

mikroorganime berbeda-beda, sesuai dengan komposisi kimianya. Ada yang

membutuhkan substrat lengkap dan ada pula yang tidak.. Larutan fermentasi

yang digunakan dalam penelitian berasal dari 3 macam tumbuhan yaitu,

rebung bambu, bonggol pisang dan umbi bawang merah.

2.3.1 Rebung Bambu Betung (Dendrocalamus asper Back)

Rebung bambu berasal dari batang bawah yang berbentuk lonjong, kokoh,

dan terbungkus dalam kelopak daun yang rapat dan bermiang (duri-duri halus).

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESISeprints.umm.ac.id/42257/3/BAB II.pdfkalsium, zat besi, dan protein dalam jumlah yang tinggi tapi mudah dicerna oleh tubuh manusia. Daun kelor mengandung

16

Pertumbuhan rebung bambu yang paling pesat terjadi pada musim hujan Selama

musim hujan. Musim panen rebung biasanya jatuh sekitar bulan Desember hingga

februari atau maret (Kencana et.al, 2012). Menurut Andoko (2003) rebung bambu

mentah mengandung senyawa air, protein, karbohidrat, lemak, thiamin, riboflavin,

vit A & C, serta mineral lain.

Maspary (2010) menyatakan bahwa rebung bambu hasil fermentasi

mengandung C organik dan giberelin yang tinggi, sehingga hasil fermentasi

rebung bambu dapat digunakan untuk merangsang pertumbuhan dan

meningkatkan produktifitas bibit kelapa sawit pada sub soil ultisol. Kandungan

lainya yaitu Fosfor 59 mg, Kalsium 13 mg, Besi 0,50 mg, Kalium 20,15 mg

(Nugroho,2013). Penelitian Kurniati (2017) membuktikan bahwa rebung bambu

memberikan pengaruh baik terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun pada umur

51 HST, Ini membuktikan bahwa giberelin mempunyai peran dalam per-

kecambahan. Hal serupa ditunjukkan pada penelitian Maretza (2009) menyatakan

bahwa pemberian ekstrak rebung bambu 20 dan 50 ml/bibit berpengaruh pada

pertumbuhan diameter batang dan pertumbuhan tinggi sengon.

Gambar 2.3. Struktur Kimia Giberelin (Hopkins & Huner, 2009)

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESISeprints.umm.ac.id/42257/3/BAB II.pdfkalsium, zat besi, dan protein dalam jumlah yang tinggi tapi mudah dicerna oleh tubuh manusia. Daun kelor mengandung

17

2.3.2 Bonggol Pisang (Musa paradisiaca L.)

Bonggol pisang mengandung beberapa komposisi yaitu karbohidrat,

protein, fosfor dan kandungan lainnya yang penting dan dibutuhkan oleh manusia.

Larutan bonggol pisang hasil fermentasi mengandung senyawa asam fenolat

tinggi yang mengi-kat ion AL, Ca dan Fe sehingga mampu meningkatkan

ketersediaan P dalam tanah. Unsur tersebut berperan dalam fase pembungaan dan

pembentukan biji Setianingsih (2009). Selain itu, menurut Suhastyo (2011)

menyatakan bahwa larutan hasil fermentasi dari bonggol pisang mengandung

beberapa mikroba pengurai bahan organik, yaitu Bacillus sp., Aspergillus nigger

dan Aeromonas sp.

Larutan hasil fermentasi dari bonggol pisang berperan dalam masa

pertumbuhan vegetatif tanaman, dan menyebabkan tanaman menjadi tahan

terhadap penyakit. Kandungan asam fenolat tinggi dalam larutan fermentasi

berfungsi dalam proses pengikatan ion-ion Al, Fe dan Ca, sehingga membantu

ketersediaan P dalam tanah yang digunakan pada proses pembungaan dan

pembentukan buah (Setianingsih, 2009).

Gambar 2.4 Struktur Kimia Sitokinin

(Sumber: Hopkins & Huner, 2009).

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESISeprints.umm.ac.id/42257/3/BAB II.pdfkalsium, zat besi, dan protein dalam jumlah yang tinggi tapi mudah dicerna oleh tubuh manusia. Daun kelor mengandung

18

Hasil pengujian di Laboratorium Environmental Biotechnology

Laboratory, Indonesian Center for Biodiversity and Biotechnology (ICBB) pada

tahun 2016 menunjukkan bahwa per 100 ml ekstrak bonggol pisang mengandung

sitokinin berupa zeatin 2,411 ppm dan kinetin 3,620 ppm (Suparjo, 2016).

2.3.3 Umbi Bawang Merah (Allium cepa L.)

Bawang merah (Allium cepa L.) hasil fermentasi memiliki kandungan

vitamin B1, Thiamin, riboflavin, asam nikotinat, dan rhizokalin serta mengandung

fitohormon auksin yang berperan dalam merangsang pertumbuhan akar

(Marpaung, 2015). Kandungan vitamin B1 dalam umbi bawang merah berperan

pada pertumbuhan akar dan perkembangan tanaman. Selain itu, menurut Susanti

(2011) bawang merah juga mengandung senyawa allicin yang berfungsi

memperlancar proses metabolisme jaringan tumbuhan.

Gambar 2.5 Struktur Kimia Indole-3-Acetic Acid (IAA)

(Sumber: Dobrev et. al, 2005)

Berdasarkan penelitian Marfiani (2014) menyatakan bahwa bawang

merah mengandung fitohormon yang berupa auksin dan gibberelin, sehingga

dapat memacu pertumbuhan benih. Auksin berfungsi merangsang pemanjangan

sel di dalam tunas-tunas muda. Penelitian Ichsanudin (2014) membuktikan bahwa

konsentrasi ekstrak bawang merah 15 ml memberikan hasil tertinggi pada

pertumbuhan bibit papaya (Carica papaya L). Hal serupa ditunjukkan pada

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESISeprints.umm.ac.id/42257/3/BAB II.pdfkalsium, zat besi, dan protein dalam jumlah yang tinggi tapi mudah dicerna oleh tubuh manusia. Daun kelor mengandung

19

penelitian Siswanto (2004) menyatakan pemberian ekstrak bawang merah mampu

meningkatkan pertumbuhan bibit lada panjang. Proses ini sebagai akibat pengaruh

auksin yang terkandung di dalamnya.

2.4 Sumber Belajar

Menurut Association for Education and Communication Technology

(AECT) (dalam Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007) sumber

belajar adalah segala sesuatu yang mendukung terjadinya proses belajar,

termasuk sistem pelayanan, bahan pembelajaran, dan lingkungan. Sumber belajar

tidak hanya bahan dan alat, tetapi juga mencakup tenaga, biaya dan fasilitas.

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa sumber belajar

merupakan segala sesuatu yang memberikan manfaat atau kemudahan kepada

pendidik dan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai

tujuan pembelajaran.

2.4.1 Jenis Sumber Belajar

Secara garis besar sumber belajar dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :

sumber belajar yang secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai fasilitas

belajar (learning resources by design) dan sumber belajar yang siap digunakan

dalam proses pembelajaran tanpa ada modifikasi (learning resources by

utilization). Pengelompokkan sumber belajar menurut Majid (2008) yaitu:

a. Manusia, yaitu orang yang dirancang secara khusus menyampaikan pesan

langsung untuk kepentingan belajar, contoh: guru, dan konselor.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESISeprints.umm.ac.id/42257/3/BAB II.pdfkalsium, zat besi, dan protein dalam jumlah yang tinggi tapi mudah dicerna oleh tubuh manusia. Daun kelor mengandung

20

b. Bahan, yaitu sesuatu yang mengandung pesan pembelajaran, baik yang

dirancang maupun tidak, contoh: peta, buku, dan bahan umum yang

digunakan sebagai media pengajaran.

c. Lingkungan, yaitu tempat sumber-sumber belajar yang dapat berinteraksi

dengan para peserta didik, contoh: laboratorium dan perpustakaan

d. Alat dan peralatan, contonya: tape recorder, dan kamera

e. Aktivitas, yaitu sumber belajar yang biasanya merupakan kombinasi antara

teknik dengan sumber lain untuk memudahkan belajar.

Proses dan produk penelitian dapat digunakan atau dimanfaatkan sebagai

sumber belajar. Pemanfaatan sebagai sumber belajar harus memenuhi syarat-

syarat sumber belajar menurut Djohar (Suratsih, 2010) yaitu: kejelasan potensi,

kesesuaian dengan tujuan belajar, kejelasan sasaran, kejelasan informasi yang

dapat diungkap, kejelasan pedoman eksplorasi (cara mempelajari) dan kejelasan

perolehan dari hasil penelitian.

Pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses dan produk penelitian

dapat digunakan sebagai sumber belajar jika hasil penelitian tersebut telah valid

atau dapat dipertanggungjawabkan dan memberikan informasi yang sesuai dengan

materi pokok pembelajaran. Sehingga dapat membantu tercapainya tujuan

pembelajaran.

2.4.2 Fungsi Sumber Belajar

Berdasarkan Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI tahun 2007,

sumber belajar memiliki fungsi sebagai berikut :

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESISeprints.umm.ac.id/42257/3/BAB II.pdfkalsium, zat besi, dan protein dalam jumlah yang tinggi tapi mudah dicerna oleh tubuh manusia. Daun kelor mengandung

21

1. Meningkatkan produktivitas pembelajaran, dengan membantu pendidik dalam

menyajikan informasi sehingga dapat mempercepat pembelajaran

2. Memberikan pembelajaran yang sifatnya individual, sehingga siswa dapat

berkembang sesuai dengan kemampuannya.

3. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran, dengan cara

perancangan program pembelajaran yang lebih sistematis.

4. Meningkatkan keampuan sumber belajar, penyajian informasi dan bahan secara

lebih konkrit.

5. Mengurangi kesenjangan antara pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak

dengan memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung.

6. Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas.

2.4.3 Pengertian Leaflet

Media leaflet merupakan bentuk penyampaikan informasi atau pesan-pesan

melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat dalam bentuk kalimat maupun

gambar atau kombinasi antara gambar dan kalimat singkat (Gani .et.al, 2014).

Ciri-ciri desain leaflet yaitu berupa lembaran yang terdiri dari dua muka

(halaman), yang dirancang sesuai dengan bentuk lipatan kertas; jumlah lipatan

dapat dua, tiga atau empat lipatan; kertas yang digunakan berukuran A4, Folio

atau 20 cm x 30 cm; mengandung informasi secara singkat, padat dan jelas. Isi

lebih mudah dipahami dengan sekali baca. Umumnya berisi tulisan 200 – 400 kata

(Kemdiknas, 2010).

Kelebihan leaflet menurut Arsyad (2013) kelebihan leaflet adalah

memudahkan siswa belajar dan maju sesuai dengan kecepatan masing-masing.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESISeprints.umm.ac.id/42257/3/BAB II.pdfkalsium, zat besi, dan protein dalam jumlah yang tinggi tapi mudah dicerna oleh tubuh manusia. Daun kelor mengandung

22

Siswa akan mengikuti urutan pikiran secara logis, perpaduan teks dan gambar

yang dikemas dalam leaflet dapat menambah daya tarik, serta memperlancar

pemahaman informasi yang disajikan. Namun dibalik kelebihannya leaflet

mempunyai kelemahan yaitu tidak dapat menampilkan gerak dalam media leaflet,

biaya percetakan mahal apabila ingin menampilkan ilustrasi, gambar, atau foto

yang berwarna dan proses percetakan media sering kali memakan waktu lama

(Khumaidah, 2011).

2.4.4 Kriteria Penyusunan Leaflet

Menurut Setyono (2005) dalam menyusun sebuah leaflet sebagai bahan ajar yang

baik, memiliki kriteria yang memuat antara lain:

a. Judul, diturunkan dari KD sesuai dengan materi.

b. Materi pokok yang akan dicapai, diturunkan dari kurikulum 2013.

c. Informasi yang disajikan jelas, padat, menarik, penyajian kalimat yang

disesuaikan dengan usia dan pengalaman pembacanya.

Syarat pembuatan leaflet menurut Agustiansyah (2009), antara lain

menggunakan bahasan sederhana dan mudah dimengerti oleh pembacanya, judul

yang digunakan harus menarik untuk dibaca, tidak banyak tulisan, sebaiknya

dikombinasikan antara tulisan dan gambar, materi harus sesuai dengan target

sasaran yang dituju.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESISeprints.umm.ac.id/42257/3/BAB II.pdfkalsium, zat besi, dan protein dalam jumlah yang tinggi tapi mudah dicerna oleh tubuh manusia. Daun kelor mengandung

23

2.5 Kerangka Konseptual

Adapun kerangka konseptual dari penelitian ini seperti pada skema dibawah ini

Gambar 2.6. Kerangka Konseptual Penelitian.

Bawang merah

Pemanfaatan hasil penelitian

digunakan sebagai sumber belajar

dalam bentuk leaflet.

Larutan fermentasi tumbuhan

Mengandung Fosfor 59

mg, Kalsium 13 mg,

Besi 0,50 mg, Kalium

20,15 mg dan giberelin

Bonggol pisang Rebung bambu

Mengandung

Karbohidrat, fosfor,

asam fenolat dan

sitokinin berupa zeatin.

Mengandung vitamin B1,

Thiamin, riboflavin, asam

nikotinat, rhizokalin,

senyawa allicin dan auksin

Konsentrasi pemberian sebanyak 30% dan perendaman 24 jam

Meningkatkan pertumbuhan stek batang kelor

Parameter keberhasilan stek batang

Jumlah akar

Panjang akar

Waktu muncul tunas

Jumlah tunas

Tinggi tunas

Jumlah daun

Warna dan

lebar daun

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESISeprints.umm.ac.id/42257/3/BAB II.pdfkalsium, zat besi, dan protein dalam jumlah yang tinggi tapi mudah dicerna oleh tubuh manusia. Daun kelor mengandung

24

2.6 Hipotesis Penelitian

1) Ada perbedaan pemberian larutan fermentasi rebung Dendrocalamus asper

Back. dalam meningkatkan pertumbuhan stek batang kelor (Moringa

oleifera Lam).

2) Ada perbedaan pemberian larutan fermentasi bonggol Musa paradisiaca L.

dalam meningkatkan pertumbuhan stek batang kelor (Moringa oleifera

Lam).

3) Ada perbedaan pemberian larutan fermentasi bawang merah (Allium cepa

L.) dalam meningkatkan pertumbuhan stek batang kelor (Moringa oleifera

Lam).