bab ii kajian pustaka dan hipotesis penelitian 2.1 ... 2.pdf2.1.1 pembangunan ekonomi pembangunan...

21
1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu negara meningkat secara terus menerus dalam jangka panjang. Sebagian ahli ekonomi mengatakan bahwa pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi yang mengalami perubahan yang diikuti oleh perubahan-perubahan struktur dan corak kegiatan ekonomi. Dengan kata lain, pembangunan ekonomi tidak hanya membahas mengenai perkembangan pendapatan nasional riil, tetapi juga kepada modernisasi kegiatan ekonomi, seperti mulai adanya masalah mengenai pergeseran sektor pertanian menuju kepada sektor industri, masalah percepatan pertumbuhan ekonomi dan masalah pemerataan pendapatan (Musfidar, 2012). Menurut Todaro dalam Arsyad (2010:11) mengatakan bahwa keberhasilan pembangunan ekonomi ditunjukkan oleh 3 nilai pokok yaitu berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya ( basic needs), meningkatnya rasa harga diri (self-esteem) masyarakat sebagai manusia, dan meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memilih ( freedom from servitude) yang merupakan salah satu dari hak asasi manusia. Pembangunan ekonomi dapat juga diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup masyarakatnya.

Upload: vuongkhanh

Post on 05-Aug-2019

212 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan pendapatan

per kapita penduduk suatu negara meningkat secara terus menerus dalam jangka

panjang. Sebagian ahli ekonomi mengatakan bahwa pembangunan ekonomi

adalah pertumbuhan ekonomi yang mengalami perubahan yang diikuti oleh

perubahan-perubahan struktur dan corak kegiatan ekonomi. Dengan kata lain,

pembangunan ekonomi tidak hanya membahas mengenai perkembangan

pendapatan nasional riil, tetapi juga kepada modernisasi kegiatan ekonomi, seperti

mulai adanya masalah mengenai pergeseran sektor pertanian menuju kepada

sektor industri, masalah percepatan pertumbuhan ekonomi dan masalah

pemerataan pendapatan (Musfidar, 2012).

Menurut Todaro dalam Arsyad (2010:11) mengatakan bahwa keberhasilan

pembangunan ekonomi ditunjukkan oleh 3 nilai pokok yaitu berkembangnya

kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya (basic needs),

meningkatnya rasa harga diri (self-esteem) masyarakat sebagai manusia, dan

meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memilih (freedom from servitude)

yang merupakan salah satu dari hak asasi manusia. Pembangunan ekonomi dapat

juga diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk

mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup masyarakatnya.

2

2.1.2 Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Sukirno (2011:9), pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan

kegiatan ekonomi dari waktu ke waktu dan menyebabkan pendapatan nasional riil

berubah. Namun, perkembangan kegiatan ekonomi tidak akan terjadi apabila

suatu negara menutup diri dari perdagangan luar negeri (Tabassum, 2008).

Sementara itu, Boediono (2009) mengatakan pertumbuhan ekonomi adalah

proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Penekanannya pada tiga

aspek yaitu proses, output per kapita, dan jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi

dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi output totalnya (PDB) dan sisi jumlah

penduduknya. Output per kapita adalah output total dibagi jumlah penduduk.

Di tinjau dari sudut ekonomi, perkembangan ekonomi dunia yang berlaku

semenjak lebih dari dua abad yang lalu menimbulkan dua efek penting yang

sangat menggalakkan yaitu kemakmuran atau taraf hidup masyarakat semakin

meningkat dan dapat menciptakan kesempatan kerja yang baru kepada penduduk

yang terus meningkat jumlahnya (Sukirno, 2010:421).

Menurut Sukirno (2010:429) ada beberapa faktor yang menentukan

pertumbuhan ekonomi, yaitu:

1) Tanah dan kekayaan alam lainnya

Kekayaan alam suatu negara meliputi luas dan kesuburan tanah, keadaan

iklim dan cuaca, jumlah dan jenis hasil hutan dan hasil laut yang dapat diperoleh,

serta jumlah dan jenis kekayaan barang tambang yang tersedia. Kekayaan alam

akan dapat mempermudah dalam mengembangkan perekonomian terutama pada

masa permulaan pertumbuhan ekonomi. Pada awal pertumbuhan ekonomi akan

3

terdapat banyak hambatan untuk mengembangkan berbagai kegiatan ekonomi.

Apabila suatu negara mempunyai kekayaan alam yang dapat dimanfaatkan dengan

baik maka hambatan pertumbuhan ekonomi akan dapat teratasi dan pertumbuhan

ekonomi akan tumbuh pesat.

2) Jumlah dan mutu dari penduduk dan tenaga kerja

Penduduk yang bertambah dari waktu ke waktu dapat menjadi pendorong

bahkan penghambat suatu pertumbuhan ekonomi. Dorongan yang timbul dari

perkembangan penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi bersumber dari akibat

pertambahan luas pasar. Perkembangan penduduk menyebabkan besarnya luas

pasar dari barang-barang yang dihasilkan perusahaan menjadi besar pula.

Berdasarkan peranan tersebut, maka perkembangan penduduk akan menimbulkan

dorongan kepada pertambahan dalam produksi nasional dan tingkat kegiatan

ekonomi. Akibat buruk dari pesatnya pertambahan penduduk kepada pertumbuhan

ekonomi terutama dihadapi oleh masyarakat yang kemajuan ekonominya belum

tinggi tetapi telah menghadapi masalah kelebihan penduduk. Suatu negara

dipandang menghadapi masalah kelebihan penduduk apabila jumlah penduduk

tidak seimbang dengan faktor-faktor produksi lain yang tersedia.

3) Barang modal dan tingkat teknologi

Barang modal penting artinya dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Barang modal yang bertambah jumlahnya dan teknologi yang telah bertambah

modern memegang peranan penting di dalam mewujudkan kemajuan ekonomi.

Kemajuan teknologi menimbulkan beberapa efek positif dalam pertumbuhan

ekonomi yang menyebabkan pesatnya pertumbuhan ekonomi.

4

4) Sistem sosial dan sikap masyarakat

Sistem sosial dan sikap masyarakat penting peranannya dalam mewujudkan

pertumbuhan ekonomi. Sistem sosial yang dimiliki oleh masyarakat yang dapat

menghambat pertumbuhan ekonomi diantaranya adalah masyarakat masih

menggunakan cara tradisional dalam melakukan proses produksi. Sikap

masyarakat yang dapat memberikan dorongan yang besar terhadap pertumbuhan

ekonomi diantaranya adalah sikap berhemat dan bertujuan untuk investasi.

Ada beberapa alat pengukur dalam pertumbuhan ekonomi, yaitu:

1) Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto apabila ditingkat nasional adalah jumlah barang dan

jasa yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam satu tahun dan dinyatakan

dalam harga pasar. Ketika PDB meningkat maka terjadi pertumbuhan ekonomi.

2) Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita

Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita dapat digunakan sebagai alat

ukur pertumbuhan yang lebih baik dalam mencerminkan kesejahteraan penduduk

dalam skala daerah. Ketika PDRB per kapita meningkat maka akan terjadi

pertumbuhan ekonomi.

2.1.3 Teori-teori Pertumbuhan Ekonomi

1) Adam Smith

Dalam Arsyad (2010:75), Smith menerangkan ada dua aspek utama dalam

pertumbuhan ekonomi, yaitu:

a. Pertumbuhan output total, dan

b. Pertumbuhan penduduk

5

Menurut Smith, sumber daya alam yang telah ada di dunia merupakan suatu

hal yang mendasar dari kegiatan produksi masyarakat. Jumlah sumber daya alam

yang telah tersedia merupakan “batas maksimum” bagi pertumbuhan ekonomi

suatu daerah. Maksudnya, jika sumber daya yang telah tersedia belum mampu

digunakan sepenuhnya maka yang mempunyai peranan untuk memberdayakan

sumber daya tersebut adalah jumlah penduduk dan stok modal yang ada di suatu

daerah. Pertumbuhan output tersebut akan berhenti jika semua sumber daya alam

tersebut telah digunakan sepenuhnya. Sumber daya manusia mempunyai peranan

yang pasif dalam proses pertumbuhan output. Meskipun telah disadari bahwa

pertumbuhan ekonomi bergantung kepada banyak faktor, ahli-ahli ekonomi klasik

lebih mefokuskan perhatiannya kepada pengaruh pertambahan penduduk terhadap

pertumbuhan ekonomi. Menurut pandangan ahli ekonomi klasik, hukum hasil

tambahan yang semakin berkurang akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

Pada mulanya, ketika jumlah penduduk sedikit dan kekayaan alam relatif banyak,

maka tingkat pengembalian modal dari investasi yang dibuat justru akan

meningkat. Ketika pertumbuhan penduduk semakin tinggi, pertambahan tersebut

akan menurunkan tingkat kegiatan ekonomi karena produktifitas setiap penduduk

akan berkurang dan pada saat keadaan tersebut terjadi, maka kemakmuran

masyarakat menurun kembali.

Berdasarkan teori pertumbuhan klasik, dikenal suatu teori yang bernama teori

penduduk optimum. Teori tersebut menjelaskan hubungan antara pendapatan

perkapita dan jumlah penduduk. Apabila terdapat kekurangan penduduk, produksi

marjinal akan lebih tinggi dan akan diikuti pula dengan kenaikan pendapatan per

6

kapita. Akan tetapi, apabila penduduk semakin banyak. hukum hasil tambahan

yang semakin berkurang akan mempengaruhi fungsi produksi, yaitu produksi

marjinal akan mulai mengalami penurunan. Oleh karenanya pendapatan nasional

dan pendapatan per kapita menjadi semakin lambat pertumbuhannya. Penduduk

yang terus bertambah akan menyebabkan pada suatu jumlah penduduk yang

tertentu, produksi marjinal telah sama dengan pendapatan per kapita. Pada

keadaan ini pendapatan per kapita mencapai nilai yang maksimum. Jumlah

penduduk pada waktu itu dinamakan penduduk optimum.

Gambar 2.1 Teori Pertumbuhan Klasik : Penduduk Optimum

Sumber : Sukirno, 2010

Secara grafik, teori penduduk optimum dapat ditunjukkan oleh Gambar 2.1.

Kurva 𝑌𝑝𝑘 menunjukkan tingkat pendapatan perkapita pada berbagai jumlah

penduduk dan M adalah puncak kurva tersebut. Maka penduduk optimal adalah

jumlah penduduk sebanyak 𝑁𝑜 , dan pendapatan perkapita yang paling maksimum

adalah 𝑌𝑜 . Efek dari pertumbuhan ekonomi yang disebabkan oleh perkembangan

ekonomi dapat menggeser kurva 𝑌𝑃𝐾 bergerak keatas menjadi 𝑌′𝑃𝐾 . Perubahan

tersebut dapat menyebabkan dua hal yakni: (i) penduduk optimum akan bergeser

7

dari 𝑁0 ke kanan menjadi 𝑁1 dan pada penduduk optimum 𝑁1 pendapatan

perkapita lebih tinggi dari 𝑌𝑜menjadi 𝑌1.

Stok modal menurut Smith memegang peranan paling penting dalam

pembangunan ekonomi. Cepat lambatnya pembangunan ekonomi tergantung pada

ketersediaan stok kapital. Selain itu, unsur produksi yang secara aktif menentukan

tingkat output. Peranan stok modal sangat sentral dalam proses pertumbuhan

output. Jumlah dan tingkat pertumbuhan output tergantung pada laju pertumbuhan

stok modal (sampai batas maksimum dari sumber daya alam).

Smith juga mengemukakan pengaruh stok modal terhadap tingkat output total

bisa secara langsung dan tidak langsung. Pengaruh langsung tersebut maksudnya

adalah karena pertambahan modal (sebagai input) akan langsung meningkatkan

output. Sementara itu, pengaruh tidak langsung adalah peningkatan produktivitas

tenaga kerja yang dimungkinkan karena adanya spesialisasi.

2) Harrod-Domar

Dalam Arsyad (2010:83), teori Harrod-Domar ini menganalisis syarat-syarat

yang diperlukan agar suatu perekonomian dapat tumbuh dan berkembang dalam

jangka panjang. Menurut Harrod-Domar, pembentukan modal merupakan faktor

penting yang menentukan pertumbuhan ekonomi. Pembentukan modal tidak

hanya dipandang sebagai pengeluaran yang akan menambah kemampuan suatu

perekonomian untuk menghasilkan barang dan jasa, tetapi juga akan

meningkatkan permintaan efektif masyarakat.

8

2.1.4 Distribusi Pendapatan

Secara umum menurut Adelman dan Morris (dalam Arsyad 2010:283), ada

delapan penyebab timbulnya ketidakmerataan distribusi pendapatan, yaitu:

1) Pertumbuhan penduduk yang tinggi akan memicu penurunan pendapatan per

kapita.

2) Inflasi dimana pendapatan atas uang bertambah namun tidak diikuti secara

proporsional oleh pertambahan produksi barang-barang.

3) Ketidakmerataan pembangunan antar daerah.

4) Investasi yang sangat banyak dalam proyek-proyek yang padat modal (capital

intensive).

5) Rendahnya mobilitas sosial.

6) Pelaksanaan kebijakan industri substitusi impor yang mengakibatkan

kenaikan harga-harga barang hasil industri.

7) Memburuknya nilai tukar (term of trade) bagi negara yang masih berkembang

dalam perdagangan dengan negara yang maju.

8) Hancurnya industri-industri kerajinan rakyat seperti pertukangan, industri

rumah tangga dan lain-lain.

Distribusi pendapatan sebagai suatu ukuran dibedakan menjadi dua ukuran

pokok, baik untuk tujuan analisis maupun untuk tujuan kuantitatif yaitu:

1) Distribusi pendapatan ”personal” atau distribusi pendapatan berdasarkan

ukuran atau besarnya pendapatan.

Distribusi pendapatan pribadi atau distribusi pendapatan berdasarkan

besarnya pendapatan paling banyak digunakan ahli ekonomi. Distribusi ini hanya

9

menyangkut orang per orang atau rumah tangga dan total pendapatan yang

diterima, darimana pendapatan yang tersebut diperoleh tidak dipersoalkan.

2) Distribusi pendapatan “fungsional” atau distribusi pendapatan menurut

bagian.

Indikator ini berusaha untuk menjelaskan pangsa pendapatan nasional yang

diterima oleh masing-masing faktor produksi (tanah, modal, tenaga kerja dan

kewirausahaan). Teori distribusi pendapatan fungsional ini pada dasarnya

memfokuskan perhatiannya pada persentase penghasilan tenaga kerja secara

keseluruhan, bukan sebagai unit-unit usaha (faktor produksi) yang terpisah, dan

kemudian membandingkannya dengan persentase pendapatan total yang berwujud

sewa, bunga dan laba (masing-masing merupakan hasil perolehan atas faktor

produksi tanah, modal dan kewirausahaan).

Untuk mengukur suatu ketidakmerataan distribusi pendapatan digunakan

sebuah alat ukur yaitu Koefisien Gini yang diperoleh dengan menghitung luas

daerah antara garis diagonal (ketidakmerataan sempurna) dengan kurva Lorenz

dibandingkan dengan luas total dari separuh bujur sangkar dimana kurva Lorenz

itu berada. Ukuran Gini Ratio sebagai ukuran pemerataan pendapatan mempunyai

selang nilai antara 0 sampai dengan 1. Bila Gini Ratio mendekati nol

menunjukkan adanya ketimpangan yang rendah dan bila Gini Ratio mendekati

satu menunjukkan ketimpangan yang tinggi (Dewangga, 2011). Hal tersebut

ditunjukkan oleh Gambar 2.2.

10

Gambar 2.2 Perkiraan Koefisien Gini

Sumber: www.studyblue.com

Koefisien Gini untuk negara-negara yang derajat ketimpangannya tinggi

berkisar antara 0,50 hingga 0,75, sedangkan untuk negara-negara yang distribusi

pendapatannya relatif merata, angkanya berkisar antara 0,20 hingga 0,35. Semakin

besar nilai koefisien Gini, maka mengindikasikan semakin tidak meratanya

distribusi pendapatan, sebaliknya semakin kecil nilai koefisien Gini,

mengindikasikan semakin meratanya distribusi pendapatan (Haris, 2014).

2.1.5 Ketimpangan Distribusi Pendapatan

Ketimpangan pada kenyataannya tidak dapat dihilangkan dalam

pembangunan suatu daerah. Ketimpangan tersebut terjadi karena sektor-sektor

utama daerah hanya terpusat pada daerah-daerah tertentu saja (Soenandar, 2005).

Fleisher et al. (2007) mengatakan bahwa faktor penentu kesenjangan antar

wilayah meliputi investasi modal fisik, modal manusia, dan modal infrastruktur.

Adanya ketimpangan akan memberikan dorongan kepada daerah yang

terbelakang untuk dapat berusaha meningkatkan kualitas hidupnya agar tidak jauh

tertinggal dengan daerah sekitarnya. Selain itu, daerah-daerah tersebut akan

bersaing guna meningkatkan kualitas hidupnya, sehingga ketimpangan dalam hal

11

ini memberikan dampak positif. Selain memberikan dampak positif, terdapat pula

dampak negatif yang ditimbulkan dengan semakin tingginya ketimpangan antar

wilayah. Dampak negatif tersebut berupa inefisiensi ekonomi, melemahkan

stabilitas sosial dan solidaritas, serta ketimpangan yang tinggi pada umumnya

dipandang tidak adil (Todaro dan Smith, 2004:235). Selain itu, ketimpangan antar

wilayah akan mengakibatkan migrasi penduduk yang bekerja dan berpindahnya

modal dari daerah yang tertinggal menuju daerah yang maju (Cherodian dan

Thirlwall, 2013).

Menurut Kuznets (Arsyad, 2010:293) seorang ekonom Klasik menyatakan

bahwa pertumbuhan ekonomi di negara miskin pada awalnya cenderung

menyebabkan tingginya tingkat kemiskinan dan ketidakmerataan distribusi

pendapatan. Bila negara-negara miskin tersebut sudah semakin maju, maka

persoalan kemiskinan dan ketimpangan distribusi pendapatan akan menurun (an

inverse U shaped patern). Beberapa ekonom pembangunan tetap berpendapat

bahwa tahapan peningkatan dan kemudian penurunan ketimpangan pendapatan

yang dikemukakan Kuznets tidak dapat dihindari.

Kuznets menjelaskan disparitas dalam pembagian pendapatan cenderung

bertambah besar selama tahap-tahap awal pembangunan, baru kemudian selama

tahap-tahap lebih lanjut dari pembangunan berbalik menjadi lebih kecil, atau

dengan kata lain bahwa proses pembangunan ekonomi pada tahap awal

mengalami kemerosotan yang cukup besar dalam pembagian pendapatan, yang

baru berbalik menuju suatu pemerataan yang lebih besar dalam pembagian

pendapatan pada tahap pembangunan lebih lanjut. Kuznets juga mengatakan

12

dalam jangka pendek ada korelasi positif antara pertumbuhan pendapatan

perkapita dengan disparitas pendapatan. Namun dalam jangka panjang hubungan

keduanya menjadi korelasi yang negatif.

2.1.6 Penduduk Yang Bekerja

Menurut Smith (dalam Irawan, 2002:23) pertumbuhan penduduk dinilai

mampu mendorong pertumbuhan ekonomi. Bertambahnya penduduk akan

memperluas pasar dan perluasan pasar akan mempertinggi tingkat spesialisasi

dalam perekonomian. Dalam hal ini teori klasik Adam Smith juga melihat bahwa

alokasi sumber daya manusia yang efektif adalah pemula pertumbuhan ekonomi.

Setelah ekonomi tumbuh, akumulasi modal (fisik) baru mulai dibutuhkan untuk

menjaga agar ekonomi tumbuh. Dengan kata lain, alokasi sumber daya manusia

yang efektif merupakan syarat perlu (necessary condition) bagi pertumbuhan

ekonomi.

Tenaga kerja secara umum adalah penduduk yang siap bekerja. Penduduk

yang bekerja adalah seseorang yang melakukan kegiatan ekonomi dengan maksud

memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, paling

sedikit 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu. Kegiatan tersebut

termasuk pula kegiatan pekerja tidak dibayar yang membantu dalam suatu usaha

atau kegiatan ekonomi.

Undang-undang No. 25 tahun 1997 menyebutkan definisi tenaga kerja yaitu

setiap orang baik laki-laki maupun wanita yang sedang dalam dan atau melakukan

pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan

barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sementara itu, angkatan

13

kerja adalah penduduk usia kerja berumur 15 tahun atau lebih yang selama

seminggu sebelum pencacahan bekerja atau punya pekerjaan yang sementara

tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan (BPS Provinsi Bali, 2014).

Berikutnya, bukan angkatan kerja adalah mereka yang selama seminggu yang

lalu tidak bekerja hanya sekolah, mengurus rumah tangga, dan mereka yang

tidak melakukan kegiatan yang dapat dikategorikan sebagai pekerja, sementara

tidak bekerja atau mencari kerja.

Musfidar (2012) dalam penelitiannya di Provinsi Sulawesi Selatan

mengatakan bahwa jumlah penduduk yang berumur produktif baik yang sudah

bekerja maupun yang belum bekerja, akan meningkatkan angka ketimpangan

distribusi pendapatan. Hal ini dikarenakan proporsi jumlah penduduk yang

bekerja masih belum merata di sejumlah daerah, mereka masih banyak yang

bekerja di pedesaan dibandingkan di perkotaan, sehingga terjadi perbedaan

penghasilan antar mereka yang bekerja di kota dan mereka yang bekerja di desa.

Mereka yang bekerja di perkotaan memiliki tingkat penghasilan yang tinggi jika

dibandingkan dengan mereka yang bekerja di pedesaan.

Todaro (2000:236) mengatakan pengaruh antara ketimpangan distribusi

pendapatan terhadap kemiskinan dipengaruhi oleh adanya peningkatan jumlah

penduduk. Pertambahan penduduk cenderung berdampak negatif terhadap

penduduk miskin, terutama bagi mereka yang sangat miskin. Sebagian besar

keluarga miskin memiliki jumlah anggota keluarga yang banyak sehingga kondisi

perekonomian mereka yang berada di garis kemiskinan semakin memburuk

seiring dengan memburuknya ketimpangan pendapatan atau kesejahteraan.

14

2.1.7 Investasi

Investasi atau penanaman modal merupakan pengeluaran yang bertujuan

untuk menambah modal serta memperoleh keuntungan pada masa yang akan

datang. Investasi yang terkonsentrasi hanya dibeberapa daerah akan menjadi salah

satu faktor penyebab adanya ketimpangan pendapatan. Hal ini dikarenakan, hanya

daerah-daerah yang dinilai mendapatkan keuntungan yang menjanjikan yang akan

dilirik oleh para investor baik investor dalam negeri maupun luar negeri.

Menurut Sukirno (2011:255) investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran

atau pengeluaran penanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang

modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan

memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian.

Dalam praktiknya, usaha untuk mencatat nilai penanaman modal yang dilakukan

dalam suatu tahun tertentu, yang digolongkan sebagai investasi (atau

pembentukan modal atau pananaman modal) meliputi pengeluaran berikut

(Sukirno, 2011:262):

1) Pembelian berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin dan peralatan

produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan.

2) Pengeluaran untuk mendirikan rumah tempat tinggal, bangunan kantor,

bangunan pabrik dan bangunan-bangunan lainnya.

3) Pertambahan nilai stok barang-barang yang belum terjual, barang mentah dan

barang yang masih dalam proses produksi pada akhir tahun perhitungan

pendapatan nasional.

15

Ada dua peran investasi dalam makro ekonomi yakni yang pertama, karena

merupakan komponen pengeluaran yang cukup besar dan tidak mudah habis,

perubahan besar dalam investasi akan sangat mempengaruhi permintaan agregat

dan akhirnya berakibat juga pada output dan kesempatan kerja. Selain itu,

investasi mendorong terjadinya akumulasi modal. Penambahan stok bangunan

gedung dan peralatan penting lainnya akan meningkatkan output potensial suatu

bangsa dan merangsang pertumbuhan ekonomi untuk jangka panjang. Dengan

demikian, investasi memainkan dua peran yakni mempengaruhi output jangka

pendek melalui dampaknya terhadap permintaan agregat dan mempengaruhi laju

pertumbuhan output jangka panjang melalui dampak pembentukan modal

terhadap output potensial dan penawaran agregat. Faktor penentu investasi

menurut Samuelson dan Nordhaus (1990:173) yakni:

1) Hasil penjualan

Suatu kegiatan investasi akan memberikan tambahan hasil penjualan bagi

perusahaan hanya bila investasi ini membuat perusahaan mampu menjual lebih

banyak. Ini berarti faktor penentu yang sangat penting bagi investasi adalah

tingkat output secara keseluruhan. Bila pabrik-pabrik beroperasi dibawah

kapasitas normalnya, perusahaan-perusahaan tidak begitu berkeinginan

membangun pabrik baru, sehingga tingkat investasi akan rendah. Secara umum

investasi akan bergantung pada hasil penjualan yang akan diperoleh dari seluruh

kegiatan ekonomi.

16

2) Biaya/Bunga

Faktor penentu kedua terhadap tingkat investasi adalah biaya investasi.

Karena barang-barang berumur panjang, maka analisa biaya investasi lebih rumit

daripada biaya komuditi lain seperti batubara dan gandum. Bila membeli barang

berumur panjang, kita harus menghitung harga dari modal itu, dalam hal ini

dinyatakan dalam tingkat bunga pinjaman. Investor seringkali menaikkan dana

untuk membeli barang-barang modal dengan melakukan pinjaman.

3) Ekspektasi

Unsur ketiga yang ikut mempengaruhi investasi adalah kadar ekspektasi dan

kepercayaan dunia usaha. Pada hakikatnya investasi boleh dikatakan sebagai

perjudian mengenai masa depan, dengan taruhan bahwa hasil investasi akan lebih

besar daripada biayanya. Jadi keputusan investasi tergantung juga pada ekspektasi

akan situasi masa depan namun seperti banyak dikatakan orang masa depan sangat

sulit untuk diramalkan.

2.1.8 Hubungan Jumlah Penduduk Yang Bekerja Terhadap Pertumbuhan

Ekonomi

Adanya pengaruh positif pertumbuhan penduduk terhadap pertumbuhan

ekonomi di mana kondisi dan kemajuan penduduk sangat erat terkait dengan

tumbuh dan berkembangnya usaha ekonomi. Penduduk disatu pihak dapat

menjadi pelaku atau sumber daya bagi faktor produksi, pada sisi lain dapat

menjadi sasaran atau konsumen bagi produk yang dihasilkan (Musfidar, 2012).

Hal yang serupa dikatakan pula oleh Kiguru dkk (2013) pada penelitiannya yang

dilakukan di Kenya bahwa pertumbuhan penduduk baik yang bekerja atau tidak

17

berkorelasi positif dengan pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pertumbuhan

populasi akan berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

Di pihak lain pengetahuan tentang struktur penduduk dan kondisi sosial

ekonomi pada wilayah tertentu akan sangat bermanfaat dalam memperhitungkan

berapa banyak penduduk yang dapat memanfaatkan peluang dan hasil

pembangunan atau seberapa luas pangsa pasar bagi suatu produk usaha tertentu

(Todaro, 2000:204).

2.1.9 Hubungan Investasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Kunle et al. (2014), pertumbuhan ekonomi secara langsung

berkaitan dengan arus masuk investasi asing. Pertumbuhan ekonomi yang baik

akan memberikan sinyal positif bagi arus masuk investasi. Ini berarti bahwa

investasi swasta merupakan mesin dari pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu isu paling kontroversial dari

sejarah ekonomi dunia. Sebuah jalur pembangunan yang ramah lingkungan yang

dimulai dengan pertanian diganti revolusi industri. Selama revolusi industri, tak

ada habisnya produksi dan proses inovasi dirangsang, sehingga eksploitasi sumber

daya alam terus meningkat. Investasi modal tetap mengacu pada pembelian

barang modal oleh pemerintah dan swasta termasuk konstruksi perumahan,

konstruksi non-perumahan, mesin dan peralatan. Investasi dapat dijadikan sebagai

sumber teknologi dan pengetahuan yang berharga untuk meningkatkan

pertumbuhan ekonomi (Alfaro, 2003). Hal tersebut didukung pula oleh pendapat

dari Borensztein et al. (1997) bahwa investasi akan secara langsung berkontribusi

18

terhadap pertumbuhan ekonomi apabila teknologi yang canggih harus mampu di

serap dengan baik oleh penggunanya.

Menurut Sukirno (2011:271) kegiatan investasi memungkinkan suatu

masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja,

meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf kemakmuran

masyarakat. Peranan ini bersumber dari tiga fungsi penting dari kegiatan investasi,

yakni: (1) investasi merupakan salah satu komponen dari pengeluaran agregat,

sehingga kenaikan investasi akan meningkatkan permintaan agregat, pendapatan

nasional serta kesempatan kerja; (2) pertambahan barang modal sebagai akibat

investasi akan menambah kapasitas produksi; (3) investasi selalu diikuti oleh

perkembangan teknologi. Investasi sebagai salah satu faktor produksi merupakan

faktor yang sangat penting dalam peningkatan PDRB. Penurunan investasi akan

menyebabkan tingkat pendapatan nasional menurun di bawah kapasitas

pendapatan nasional. Peningkatan investasi masuk ke dalam suatu daerah akan

mengakibatkan terjadinya pertumbuhan ekonomi.

2.1.10 Hubungan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Ketimpangan Distribusi

Pendapatan

Pertumbuhan ekonomi baik secara langsung maupun tidak langsung akan

berpengaruh terhadap masalah ketimpangan regional. Ketimpangan dalam

pembagian pendapatan adalah ketimpangan dalam perkembangan ekonomi antara

berbagai daerah pada suatu wilayah yang akan menyebabkan pula ketimpangan

tingkat pendapatan perkapita antar daerah (Kuncoro dalam Hidayat, 2014).

19

Menurut Haris (2014) ketimpangan pada negara sedang berkembang relatif

lebih tinggi karena pada waktu proses pembangunan baru dimulai, kesempatan

dan peluang pembangunan yang ada umumnya dimanfaatkan oleh daerah-daerah

yang kondisi pembangunannya sudah lebih baik sedangkan daerah yang masih

terbelakang tidak mampu memanfaatkan peluang ini karena keterbatasan

prasarana dansarana serta rendahnya kualitas sumber daya manusia. Oleh sebab

itulah, pertumbuhan ekonomi cenderung lebih cepat di daerah dengan kondisi

yang lebih baik, sedangkan daerah yang terbelakang tidak banyak mengalami

kemajuan.

2.1.11 Hubungan Jumlah Penduduk Yang Bekerja Terhadap Ketimpangan

Distribusi Pendapatan

Menurut Barro (1999) pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor pertanian ke

sektor industri mengakibatkan penduduk mengalami perubahan pendapatan yang

akan meningkatkan pula derajat ketimpangan distribusi pendapatan. Pendapatan

penduduk yang bekerja pada sektor industri akan jauh lebih tinggi daripada

penduduk yang bekerja pada sektor pertanian.

Estudillo (1997) melakukan penelitian distribusi pendapatan di Filipina

menggunakan data tahun 1961-1991 dengan hasil bahwa kenaikan proporsi

populasi penduduk di perkotaan berdampak pada memburuknya distribusi

pendapatan penduduk. Distribusi pendapatan seluruh penduduk merupakan

kombinasi dari distribusi pendapatan penduduk perkotaan dan pedesaan.

Peningkatan jumlah penduduk berusia tua akan megurangi pendapatan rumah

20

tangga, karena pendapatan penduduk berusia tua biasanya lebih rendah

dibandingkan pendapatan penduduk usia produktif.

Pangemanan (2001) dalam studinya menggunakan metode GLS dengan

menggunakan fixed effect, dengan hasil sebagai berikut:

1) Kenaikan penduduk usia 60 tahun ke atas secara signifikan menurunkan

distribusi pendapatan, karena penduduk usia lanjut mayoritas berada pada

kelompok rumah tangga berpenghasilan menengah ke atas.

2) Kenaikan proporsi penduduk yang bekerja dan terdidik akan meningkatkan

distribusi pendapatan rumah tangga, karena ketidakmerataan distribusi

pendidikan.

3) Kenaikan proporsi anggota rumah tangga yang bekerja di sektor industri akan

meningkatkan distribusi pendapatan rumah tangga, karena adanya

kesenjangan tingkat upah yang cukup tinggi antar pekerja yang bekerja di

sektor industri pengolahan, dimana sebagian kecil pekerja bekerja sebagai

manajer, teknisi, dan atau yang memiliki keahlian tinggi.

2.1.12 Hubungan Investasi Terhadap Ketimpangan Distribusi Pendapatan

Kesenjangan pendapatan merupakan ketimpangan relatif pendapatan antar

golongan masyarakat yang diukur dengan Gini Ratio. Dari segi penyebabnya,

Todaro dalam Suyana Utama (2008) mengatakan, kesenjangan distribusi

pendapatan di negara yang sedang berkembang disebabkan oleh a) pertumbuhan

penduduk yang tinggi mengakibatkan menurunnya pendapatan perkapita, b)

ketidakmerataan pembangunan antar daerah, c) inflasi, dimana pendapatan uang

21

bertambah tetapi tidak diikuti secara proporsional dengan pertambahan produksi

barang-barang, d) investasi.

Menurut Wahyuni, dkk (2014), investasi berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kesenjangan pendapatan masyarakat kabupaten/kota di Provinsi Bali

selama 2000-2012 meningkat. Hal ini berarti bahwa semakin besar investasi,

makin besar disparitas atau kesenjangan pendapatan akan semakin timpang.

2.2 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan teori-teori serta hasil penelitian terdahulu

yang telah dikemukakan, selanjutnya diajukan hipotesis sebagai berikut:

1) Jumlah penduduk yang bekerja dan investasi berpengaruh terhadap

pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Bali.

2) Jumlah penduduk yang bekerja, investasi dan pertumbuhan ekonomi

berpengaruh terhadap ketimpangan distribusi pendapatan kabupaten/kota di

Provinsi Bali.

3) Jumlah penduduk yang bekerja dan investasi berpengaruh tidak langsung

terhadap ketimpangan distribusi pendapatan melalui pertumbuhan ekonomi

kabupaten/kota di Provinsi Bali.