bab ii kajian pustaka a. tinjauan penelitian terdahulueprints.umm.ac.id/46361/3/bab ii.pdfgagah dan...

16
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Secara garis besar penelitian terdahulu yang di jadikan rujukan untuk penelitian kali ini adalah sama yaitu tentang pemberdayaan masayarakat. Berdasarkan hasil kajian, di peroleh data hasil penelitian terdahulu, sebagai berikut: Pertama, berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh Khotibul Umam tahun tentang Pemberdayaan Terhadap Korban Penyalahgunaan Napza Melalui Rehabilitasi Sosial Berbasis Masyarakat “Bariton, Di Desa Argodadi Kecamatan Bantul. dari hasil penelitian ini menujukan bahwa fokus peneliti lebih mengarah kepada Rehabilitasi melalui program, perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, serta tahap pembinaan lanjutan. Dengan tujuan menciptakan lingkungan yang aman, nyaman serta berkurang penyalah gunaan NAPZA yang terlihat di argodadi, meningkat pengathuan tentang NAPZA dan juga bertambahnya penghasilan secara ekonomi. Kedua, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh khamimatuz zulfa dan Eny Purwandari tentang Pola Keluarga Remaja Beresiko Penyalahgunaan NAPZA. Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa penelitian ini bertujuan untuk Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan mendeskripsikan pola keluarga remaja berisiko penyalahgunaan NAPZA. Informan utama dalam penelitian ini adalah remaja dengan rentang usia tahun 15-18 tahun di kota Sragen

Upload: others

Post on 12-Jan-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Secara garis besar penelitian terdahulu yang di jadikan rujukan untuk

penelitian kali ini adalah sama yaitu tentang pemberdayaan masayarakat.

Berdasarkan hasil kajian, di peroleh data hasil penelitian terdahulu,

sebagai berikut:

Pertama, berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh Khotibul Umam

tahun tentang Pemberdayaan Terhadap Korban Penyalahgunaan Napza Melalui

Rehabilitasi Sosial Berbasis Masyarakat “Bariton, Di Desa Argodadi Kecamatan

Bantul. dari hasil penelitian ini menujukan bahwa fokus peneliti lebih mengarah

kepada Rehabilitasi melalui program, perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,

serta tahap pembinaan lanjutan. Dengan tujuan menciptakan lingkungan yang

aman, nyaman serta berkurang penyalah gunaan NAPZA yang terlihat di

argodadi, meningkat pengathuan tentang NAPZA dan juga bertambahnya

penghasilan secara ekonomi.

Kedua, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh khamimatuz zulfa dan

Eny Purwandari tentang Pola Keluarga Remaja Beresiko Penyalahgunaan

NAPZA. Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa penelitian ini bertujuan

untuk Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan mendeskripsikan pola

keluarga remaja berisiko penyalahgunaan NAPZA. Informan utama dalam

penelitian ini adalah remaja dengan rentang usia tahun 15-18 tahun di kota Sragen

10

dan berisiko penyalahgunaan NAPZA. Hasil menunjukkan bahwa secara umum

pola keluarga harmonis memiliki risiko penyalahgunaan NAPZA pada remaja.

Mengenai relasi antar anggota keluarga, kesan terhadap keluarganya adalah

harmonis, anggota keluarga yang paling dekat adalah ibu, dengan alasan ibu

adalah pengertian, baik, penyayang, perhatian. Peran orang tua dalam keluarga

dengan pandangan yang positif, prinsip dan budi pekerti yang diajarkan dalam

keluarga yaitu perilaku positif dan sopan santun, yang berperan mengajarkan

prinsip dan budi pekerti.

Ketiga berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan Togiaratua

Nainggolan tentang Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Kecemasan

Sosial Pengguna NAPZA. Tujuan penelitian ini di lakukan untuk menilai

hubungan antara kepercayaan diri dengan kecemasan sosial di antara pengguna

NAPZA.terdaoat dua instrument yang di kembangkan. Satu adalah daftar-daftar

pertanyaan yang menyangkut tentang kecemasan sosial dan yang kedua adalah

skla kepercayaan diri. Hasik penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan dan negatif secara statistik antara kepercayaan diri dan

kecemasan sosial di antara para pecandu NAPZA dari golongan generasi muda

Ke empat berdasarakan hasil penelitian yang di lakukan Etty Padmiati dan

Sri Kuntrari tentang Model Pemberdayaan Masyarakat dalam penyalah Gunaan

NAPZA di Kota Depnasar Provinsi Bali. Peneletian ini berfokus bagaimana

model pemberdayaan masayarakat dalam penanggulangan Rehabilitasi

penyalahgunaan NAPZA memalui pembentukan forum “ Dharma Kerthi Praja

Pascima.

11

Untuk membedakan penelitian penulis dengan penelitian terdahulu adalah

lebih cendurung membahas tentang literasi penanggulangan NAPZA berbasis

Komunitas dalam melakukan meberdayakan pemuda desa kemantren Jabung

Kabupaten Malang dalam mecengah penyalahgunaan NAPZA.

B. Promblem penyalahgunaan Napza Dan Dampaknya.

Salah satu persoalan besar yang tengah di hadapi Bangsa Indonesia adalah

seputar maraknya pengguna NAPZA hampir setiap tahun bahkan hitungan bulan

di pastikan ada salah satu masyarakat yang terlibat dengan NAPZA. Terlebih saat

ini di generasi muda di tengai maraknya jenis NAPZA sintesa kimiawi yang

mempunyai efek rusak yang lebih berbahaya. Saat ini telah terjadi perubahan dari

alami ke sintesa, ini berbahaya harga lebih yang lebih murah dan lebih terjangkau

oleh masyarakat. Maka dari itu Dampak dari penggunaan NAPZA ini sangat besar

di karenakan Penyalahgunaan NAPZA sangat berpengaruh besar dengan kualitas

sumber daya manusia dan masa depan bangsa. (Padmiati, Jurnal Sosio

Konsepsio, Vol,16 no 2/2011. Hal 147)

a. Dampak dari penyalahgunaan NAPZA antara lain :

1. Dampak Terhadap Fisik

penyalahgunaan NAPZA dapat mengalami kerusakan pada organ tubuh

misalnya kerusakan paru-paru, ginjal, otak, bahkan jantung.

Penyalahgunaan NAPZA juga dapat terkena Penyakit infeksi seperti

HIV/AIDS, sifilis dan sebagainya.

12

2. Dampak Terhadap Mental dan Moral

Penyalahgunaan NAPZA lebih sering mendatangkan perubahan sifat,

sikap, dan perilaku. Pengguna NAPZA awalnya merasa bangga, terlihat

gagah dan berani karna ingin di puji oleh orang lain dengan

menggunakan NAPZA, seiring berjalanya waktu memunculkan stigma

negatif oleh liingkungan sekitar yang menyebabkan menimbulkan

perubahan perilaku maupun mental. Misalnya, lebih tertutup dan malu

akan dirinya sendiri, lebih rendah diri, sering merasa sebagai pecundang,

tidak berguna, dan sampah masyarakat.

3. Dampak terhadap Keluarga, Masyarakat dan Bangsa.

Seorang anggota keluarga yang perna menggunakan NAPZA biasanya

akan muncul masalah psikologis, yaitu gangguan keharmonisan dalam

rumah tangga, malu terhadap ayah dan ibu serta kepada tetangga dam

masyarakat. kemudia masalah psikolgis ini akan meningkat ke

permasalahan ekonomi banyak uang yang terbuang hanya untuk berobat

(rehabilitasi) dalam jangka waktu yang lama. Hal ini akan tersus

meningkat dan berkesinambungan yaitu meningkat ke arah kriminalitas,

munculnya kekerasan dalam rumah tangga seperti perkelahian,

penganiayaan, bahkan pembunuhan sesama anggota keluarga.

Bila kerusakan tatanan kehidupan ini meluas ke seluruh kelopompok

Negri ini, pembangunan akan terhambat, kemiskinan meluas, serta kejahatan akan

muncul kemana mana. Dalam hal ini peran masyarakat sangat di butuhkan untuk

melawan NAPZA. Tentu hal itu di jamin dalam Undang-undang No. 35 tahun

13

2009 tentang Narkotika. Bahwa masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-

luasnya dalam berperan upaya membantu pencegahan penyalahgunaan dan

Peredaran NAPZA. (Padmiati, Jurnal Sosio Konsepsio, Vol,16 no 2/2011. Hal

147)

C. Strategi Penanggulangan Penyalahgunaan NAPZA

Ada 5 bentuk Strategi Penanggulangan masalah NAPZA yaitu :

1. Promotif

Program yang mengarah pada pembinaan, program ini lebih di tunjukan

kepada masyarakat yang belum menggunakan NAPZA atau belum

mengenal NAPZA. Prinsipnya adalah dengan meningkatkan peranan atau

kegiatan agar kelompok ini secara nyata lebih sejahtera sehingga tidak

perna memperoleh mendapatkan kebahagian dari NAPZA.

2. Preventif

Program pencegahan, program ini di tunjukan kepada masayarakat yang

belum mengenal NAPZA agar mendapatkan wawasan/pengatahuan

terhadap bahayanya NAPZA sehingga tidak tertarik untuk

menyalahgunakanya. Benatuk kegiatan ini biasanya berupa sosialisai,

kempanye penyalahgunaan NAPZA, dan lain-lain.

3. Kuratif

Program pengobatan. Program ini di tunjukan kepada pengguna NAPZA,

tujuannya adalah mengobati ketergantunggan dan dan menyembuhkan

penyakit sebagai akibat dari Pengunaan NAPZA

14

4. Rehabilitafif

Rehabilitatif adalah upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang di

tunjukan pada pengguna NAPZA yang sudah menjalani program Kuratif.

5. Represif

Program represif adalah prgoram penindakan terhadap Produsen, Bandar,

pengedar, dan pemakai berdasarkan hukum. Program ini merupaka

program yang di jalani ole instansi pemerintahan yang berkewajiban

mengawasi dan mengendalikan produksi maupun distribusi yang

tergolong NAPZA.

D. Konsep Literasi Dalam Penanggulangan NAPZA

1. Konsep Literasi Kesehatan

Konsep mengenai Literasi Kesehatan dalam kaitannya dengan

pendidikan kesehatan di Amerika dan ketertarikan pada topik ini telah

meningkat dengan pesat sejak tahun 1990 Soronsen & Brand, 2013

(https://www.scribd.com/doc/310504891/Literasi-Kesehatan).

Berdasarkan informasi menganai prmosi ksehatan dan

pembangunan , di kemukakan bahwa literasi kesehatan di bangun atas

gagasan bahwa, kesehatan dengan literasi atau keaksaraan merupakan

sumber daya yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari (WHO

dalam Konferensi Global ke-7 20 tahun 2009). Literasi kesehatan tidak

hanya mempengaruhi kemampuan seseorang untuk bertindak berdasarkan

informasi kesehatan tetapi juga seseorang lebih mampu mengontrol

15

kesehatanya sebagai individu, keluarga, dan masyarakat bahwa keaksaraan

merupakan predikator paling kuat dari status kesehatan individu di

bandingkan pendapatan, status pekerjaan, tingkat pendidikan, kelompok

dan ras-ras tertentu Weiss (https://www.scribd.com/doc/310504891/Literasi-

Kesehatan)

National Assessment of adults Literacy di Amerika serikat

Mengemukakan bahwa Literasi kesehatan merupakan kemaampuan untuk

menggunakan informasi kesehatan yang tertulis maupun lisan untuk dapat

di gunakan di tengah masyarakat dalam mencapai tujuan serta

mengembangkan pengetahuan dan potensi. Kemampuan ini meliputi

kemampuan membaca label obat, brosur informasi kesehatan. Informed

concent, memahami informasi yang di berikan petugas kesehatan, serta

kemampuan untuk melakukan petunjuk serta prosedur pengobatan Chen

et al., 2011; Dennison et al., 2011; White,2008

(https://www.scribd.com/doc/310504891/Literasi-Kesehatan)

Perbedaan antara Literasi dan Literasi Kesehatan adalah mengacu

pada ketrampilan dasar yang di butuhkan untuk berhasil dalam

masyarakat. sementara literasi kesehatan yang semakin memerlukan

beberapa keterampilan tambahan seperti kemampuan untuk menemukan,

mengevaluasi, dan menggabungkan informasi kesehatan dari berbagai

konteks, serta memerlukan beberapa pengathuan seperti hal yang terkait

dengan kesehatan Rootman (https://www.scribd.com/doc/310504891/Literasi-

Kesehatan).

16

Institude of Medicine mengembangkan kerangka kerja literasi

kesehatan tiga bidang utama yang berpenganruh terhadap literasi

kesehatan dan menjadi titik dalam memberikan intervensi di lihat dari

interaksi individu dengan sistem Pendidikan, Sistem kesehatan, serta

faktor sosial budaya yang di anggpa bahwa 3 bidang utama tersebut pada

akhirnya akan memberikan kontribusi terhadap hasil akhir (outcome) dan

biaya kesehatan (institude of Medicine,2009).

Gambar 2.1 Kerangka literasi keseahatan (Heatl Literacy Framework)

Sumber: Institude of Medicine,2009

(https://www.scribd.com/doc/310504891/Literasi-Kesehatan)

Dilihat dalam rangka di atas di katakan bahwa literasi kesehatan di

dasarkan pada interaksi pada keterampilan individu dengan sistem pelayanan

kesehata, sistem pendidikan dan faktor sosial budaya, ketrampilan tersebut

meliputi kemampuan membaca, menulis, berhitung, bericara, mendengarkan,

Sosial dan

Budaya

Sistem

Pendidikan

Sistem

Ksesehatan

Literasi

Kesehatan 1

3

4

Hasil Akhir

dan Biaya

Kseahatan

17

budaya serta pengetahuan. Faktor sosial budaya termasuk ke dalam titik

intervensi, sebab budaya di dapatkan melalui interkasi antara individu dan media

nyata seperti buku, terlevisi, yang akan berdampak terhadap informasi kesehatan

dan dapat memepengaruhi individu dalam masyarakat mengenai pengatuhan

penyakit, hambatan proses perawatan, serta hambatan bahasa.

E. Konsep Literasi NAPZA

Berbagai soslusi mungkin sudah di cetuskan dalam program Pemerintah

maupun ormas, ataupun beberapa lembaga dan Komunitas lainnya dalam

mencegah penyalahgunanaan Napza dengan berbagai upaya Sosialisasi dengan

banyaka cara. Namun upaya itu juga belum mencapai maksimal. Hukum di

Indonesia jelas mengatur bagi pengerdaran NAPZA lewat Undang-Undang No.35

tahun 2009 dengan pengekan hukum yang cukup tegas.

Saat ini gebrakan baru muncul Literasi mampu bahkan bisa menjadi

sarana pencegahan Penyalahgunaan NAPZA. Membaca, Menulis, dan mengasah

Kreatifitas adalah kegiatan yang positif yang bisa di jadikan Solusi dalam

pencegahan penyalahgunaan NAPZA.

Dalam kata pengantar buku “geliat literasi” menulis Untuk menciptakan

kemajuan peradaban suatu daerah salah satunya dengan menumbuh kembangkan

tradisi literasi. Dalam konteks ini generasi muda yang juga generasi pembelajar

seharusnya dapat mengambil peran aktif menjadi motor penggerak untuk

melajunya budaya sadar literasi di lingkungannya masing- masing agar lebih

massif. Tentang literasi, khususnya dapat membuat pikiran seseorang lebih tertata,

18

membuat seseorang bisa merumuskan keadaan diri, mengikat dan mengonstruksi

gagasan, mengefektifkan atau membuat seseorang memiliki sugesti positif,

membuat seseorang semakin pandai memahami sesuatu (menajamkan

pemahaman), meningkatkan daya ingat, lebih mengenali diri sendiri, mengalirkan

diri, membuang kotoran diri, merekam momen mengesankan yang dialami,

meninggalkan jejak pikiran yang sangat jelas, memfasihkan komunikasi,

memperbanyak kosa-kata, membantu bekerjanya imajinasi, dan menyebarkan

pengetahuan.

Gubuk Baca Lentera Negeri ini juga menerapkan konsep literasi guna

melakukan pemberdayaan kepada pemuda-pemuda serta masyarakat di Jabung.

Pengertian dari Literasi sendiri adalah orang yang sedang melakukan

pembelajaran atau orang yang sedang belajar dalam hal ini Gubuk Baca Lentera

Negeri juga melakukan kegiatan pembelajaran tidak hanya belajar membaca atau

menulis akan tetapi juga belajar menjadi pemuda yang baik pemuda yang bisa

menjadi generasi yang baik dan pemuda yang bisa menjadi contoh yang baik bagi

generasi yang nantinya akan datang. Adapun pengertian literasi menurut National

Institut for Literacy, adalah kemampuan seseorang untuk membaca, menulis,

berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang

diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat. Dalam hal ini Gubuk Baca

Lentera Negeri juga menerapkan konsep leterasi seperti ini karena GBLN juga

melatih pemuda-pemuda untuk belajar melakukan pemecahan permasalahan yang

ada dalam masyarakat. Dan selanjutnya pegertian literasi menurut Education

Development Center (EDC) adalah kemampuan individu untuk menggunakan

19

potensi serta skill yang dimilikinya, dan tidak sebatas hanya kemampuan baca

tulis saja, dalam hal ini GBLN juga menggunakan potensi yang dimiliki oleh

pemuda-pemuda yang ada disana misalnya seperti dibeberapa Gubuk yang

dimana di gubuk-gubuk terdapat potensi serta kemampuan yang berbeda-beda dan

potensi yang mereka miliki ini sangat dikembangan oleh pihak GBLN.

Adanya komunitas-komunitas yang bergerak dibidang literasi ini sangat

perlu dan harus didorong untuk membangun taman baca ini dapat mengintervensi

kebijakan pemerintah dan lembaga-lembaga lain agar mengarus utamakan literasi,

mendampingi lembaga-lembaga lain untuk membangun atau mengembangkan

budaya literasi, menampung karya, mendiskusikan gerakan literasi, dan yang lain

sebagainya, dan yang tak kalah dalam membangun jejaring dengan komunitas-

komunitas literasi yang lainnya dan bisa menjadikan gerakan literasi GBLN ini

bisa menjadi komunitas yang bisa dikenal oleh semua orang.

F. Konsep Komunitas

Komunitas adalah kelompok sosial yang berasal dari beberapa organisme

yang saling berinteraksi di dalam daerah tertentu dan saling berbagi lingkungan.

Biasanya mempunyai ketertarikan dan habitat yang sama. Atau definisi

Komunitas yang lainnya adalah sebuah kelompok yang menunjukkan adanya

kesamaan kriteriasosial sebagai ciri khas keanggotaannya, misalnya seperti:

kesamaan profesi, kesamaan tempattinggal, kesamaan kegemaran dan lain

sebagainya. Seperti contohnya: kelompok petani, karyawan pabrik,

kelompokwarga, kelompok supporter sepak bola dan lain sebagainya. Tujuan

20

dibentuknya komunitas yaitu untuk dapat saling membantu satu sama lain dalam

menghasilkan sesuatu, sesuatu tersebut adalah tujuan yang telah di tentukan

sebelumnya. Tujuan yang dimaksud adalah salah satu bentuk dukungan sosial.

Definisi yang rumuskan oleh Smet bahwa dukungan sosial mengacu pada

kesenangan yang di rasakan, penghargaan akan kepedulian atau membantu orang

menerima dari orang-orang kelompok lain. Smet (Rinikso, 2013:93)

Sedangkan definisi dukungan sosial menurut Gottlieb di kemukan bahwa

dukungan sosial terdiri dari informasi verbal dan tau non- verbal bantuan nyata

atau tindakan yang di berikan oleh keakraban sosial atau di dapat karena

kehadiran mereka dan mempunyai manfaat emosional atau efek dan perilaku bagi

pihak penerima. Gottlieb (Rinikso,2013:93)

Ada beberpa jenis dukungan sosial, sebagai mana yang di kemukan oleh Smet

(Rinikso, 2013:93) :

1. Dukungan emosional; mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian

terhadap orang” yang bersangkutan (misalnya: umpan balik, penegasan)

2. Dukungan penghargaan; terjadi lewat ungkapan hormat (penghargaan) positif

untuk orang itu, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau

perasaan individu, an perbandingan positif orang itu dan orang lain.. seperti

misalnya orang yang kurang mampu atau lebih buruk keadaanya ( menambah

penghargaan sendiri)

3. Dukungan insrumental; mencakup bantuan langsung, seperti kalau orang-

orang memberi pinjaman uang kepada orang itu atau menolong dengan

pekerjaan pada waktu mengalami strees

21

4. Dukungan informatif; mencakup memberi nasehat, petunjuk, sasaram-sasaran

atau umpan balik.

Pemeberdayaan masyarakat adalah merupakan strategi untuk mewujudkan

kemampuan dan kemandirian masyarakat dengan kemampuan atau kapasitas

sautu masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya, baiak itu sumber daya

manusia (SDM) atau sumber daya alam (SDA). Pemberdayaan masayarakat

sebagai suatu proses adalah suatu kegiatan yang saling berkesinambungan (on-

going) sepanjang komunitas itu masih ingin melakukan perubahan dan perbaikan,

dan tidak hanya terpaku pada suatu program saja. Baik program yang di lakukan

pemerintah maupun maupun lembaga non pemerintah. Proses pemberdayaan akan

berlangsung selama komunitas itu masih tetap ada dan mau berusaha

memberdayakan diri mereka sendiri. Pemberdayaan adalah suatu Konsep yang

saling berkesenambungan dengan pembangunan sosial. Pembangunan sosial

sebagai suatu proses perubahan sosial yang terencana yang di rancang untuk

meningkatkan taraf hidup masayarakat sebagai suautu keutuhan, dimana

pemabangunan ini dilakukan untuk salng melengkapi dengan dinamika proses

pembangunan itu sendiri.

Dalam kaitanyanya dengan strategi pembangunan sosial yang dapat di

terapkan dalam upaya meningkatkan taraf hidup masyarakat Midgley

(Isbandi,2008:54) mengemukan ada tiga strategi besar yaitu:

1. Pembangunan sosial melalui individu (Social Development by Individuals),

dimana individu-individu secara swadaya membentuk usaha pelayanan

masayarakat guna memerdayakan masayarakat. Pendekatan ini lebih

22

mengarah ke pendekatakan individuals atau perusahaan (individualist or

enterprise approach)

2. Pembangunan sosial melaui komunitas (Social Development by

Communities), dimana kelompok masyarakat secara bersama-sama berupaya

mengemabangkan komunitas lokalnya. Pendekatan ini lebih dikenal dengan

pendekatan komunitarian (communitarian approach)

3. Pembangunan sosial melalui pemerintah (Social Development by

Governments), dimana pembangunan sosial di lakukan oleh lembaga-

lembaga di dalam organisasi pemerintah (govern-ment agencies). Pendekatan

ini lebih di kenal dengan nama pendekatan statis (statis approach).

Tiga strategi yang di kemukakan Midgley di atas, sebenarnya juga dapat di

lihat sebagai tiga level intervensi sosial yang dapat di kembangkan oleh pelaku

perubahan. Terkait dengan hal itu maka “pengembangan materi pemabangunan

sosial dalam kurikulum pendidikan Ilmu Kesehjataraan Sosial” menggambarkan

bahwa pembangunan di tingkat makro merupakan pembangunan di level normatif

dimana praktisi Kesehjatraan sosial dalam arti luas terlibat dalam berbagai

pembuatan kebijakan sosial, sedangkan di tingkat mikro bersifat rehabilitatif dan

remedial (penyembuhan). Fungsi ini terutama bagi mereka yang perlu

mendapatkan bantuan dengan segera, misalnya para pengungsi yang segara

membutuhkan pertolongan bantuan pangan, sandang, dan tempat berteduh.

Sedangkan pada tinggkat mezzo, pembangunan di lakukan pada level komunitas,

dimana pelaku perubahan mencoba mengembangkan program yang bersifat

prefentif, proaktif, dan kreatif bersama masayarakat melalui pengembangan

23

masyarakat (community development). Di samping itu di tingkat mezzo ini,

pembangunan di lakukan dengan tingkat organisasional melalui perubahan di

tingkat organisasional. Cox (Isbandi,2008:55)

Menerut Hogam Siklus proses pemberdayaan sendiri terdiri dari lima

tahap. Hogam (Isbandi,2008:55-56) antara lain:

1. Menghadirkan kembali pengalaman yang memberdayakan dan tidak

memberdayakan

2. Mendiskusi alasan mengapa terjadi pemberdayaan dan penidak berdayaan

3. Mengidentifikasikan sautu masalah atau proyek

4. Mengidentifikasi basis daya yang bermakna untuk melakukan perubahan

5. Mengembangkan rencana aksi dan mengimplementasikanya.

Pemberdayaan masyarakat guna meningkatkan kualitas masyarakat serta

mewujudkan kesehjatraan bagi desa juga sudah di atur Dalam Undang-Undang

N0 6 tahun 2014 secara tegas menjelaskan mengenai pemberdayaan masyarakat

sebagai mana tertuang dalam pasal 1 ayat 12. Pasal tersebut berbunyi: “

pemberdyaan masayarakat desa adalah upaya dalam mengembangkan

kemandirian dan kesehjatraan masayarakat dengan meningkatkan pengetahuan,

sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta memanfaatakan

sumber daya memalui penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan

pendampingan yang seusai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan

masyarakat desa”. Lebih lanjut dalam pasal 18 disebutkan “kewenangan desa

meliputi kewenangan di bidang penyelenggaraan pemerintah desa, pelaksanaan

pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa dan pemberdayaan

24

masayarakat desa berdasarkan prakara masayarakat hak asal usul dan adat istiadat

desa”.

Dalam hal tentu pemerintah desa juga telah berusaha melakukan beberapa

cara dengan mendirikan perpusatakaan Desa, namun program ini tidak begitu

berjalan dengan baik. Komuntias Gubuk Baca Lentera Negeri membantu

mewujukan hal-hal yang telah tertera dalam Undang-Undang tersebut, dengan

cara melakukan pemberdayaan, pembelajaran, serta hal yang lain yang lebih

menciptakan sesuatu yang positif dan berguna bagi banyak orang.