bab ii kajian pustaka a. tinjauan penelitian terdahulueprints.umm.ac.id/72167/1/bab ii.pdf · 2021....

16
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Zulkarnain (2017) meneliti tentang analisis sistem pengendalian internal kas pada Koperasi Di Kecamatan Rambah Hilir, hasil penelitian menunjukkan bahwa masih terdapat kekurangan dalam sistem pengendaliannya yaitu masih banyak terdapat rangkap pekerjaan, terdapatnya penggabungan pencatatan penerimaan dan pengeluaran kas, terdapatnya sebagian transaksi tidak menggunakan kwitansi, terdapatnya kelemahan dalam akses kas dan catatan akuntansi. Tetapi terdapat kelebihan yaitu pada saat pencairan kredit bendahara koperasi sebagai otorisasi transaksi, terlebih dahulu meminta persetujuan pencairan kredit kepada kepala desa setempat, dan untuk pengambilan kas di bank didampingi oleh ketua koperasi dengan demikian dapat mengurangi terjadinya kecurangan dalam koperasi. Pratama (2018), hasil penelitian ini menjelaskan bahwa pengendalian internal penerimaan dan pengeluaran kas pada JPSB Employee Cooperation belum berjalan dengan baik. Beberapa kontrol yang belum berjalan dengan baik diantaranya unsur-unsur struktur organisasi belum merupakan pemisahan tugas antara penerimaan kas sementara dengan bagian rekaman, serta pada unsur praktek sehat tidak adanya pengecekan terhadap laporan keuangan dan tidak adanya organisasi unit yang bertugas memeriksa elemen sistem kontrol. Penelitian yang membahas tentang Evaluasi Sistem Pengendalian Intern atas sistem akuntansi penjualan dan penerimaan kas pada PT. Astra Internasional, Malang menunjukkan bahwa terdapat beberapa kelemahan yaitu tidak adanya bagian piutang pada struktur organisasi perusahaan, tidak adanya pemeriksaan audit mendadak, dan tidak dilakukannya rotasi jabatan secara berkala sehingga pegawai melakukan tugas yang sama dalam jangka waktu yang lama (Triaty, Yaningwati, & Saifi, 2015).

Upload: others

Post on 13-Aug-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/72167/1/BAB II.pdf · 2021. 2. 12. · 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Zulkarnain

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Zulkarnain (2017) meneliti tentang analisis sistem pengendalian internal

kas pada Koperasi Di Kecamatan Rambah Hilir, hasil penelitian menunjukkan

bahwa masih terdapat kekurangan dalam sistem pengendaliannya yaitu masih

banyak terdapat rangkap pekerjaan, terdapatnya penggabungan pencatatan

penerimaan dan pengeluaran kas, terdapatnya sebagian transaksi tidak

menggunakan kwitansi, terdapatnya kelemahan dalam akses kas dan catatan

akuntansi. Tetapi terdapat kelebihan yaitu pada saat pencairan kredit bendahara

koperasi sebagai otorisasi transaksi, terlebih dahulu meminta persetujuan

pencairan kredit kepada kepala desa setempat, dan untuk pengambilan kas di bank

didampingi oleh ketua koperasi dengan demikian dapat mengurangi terjadinya

kecurangan dalam koperasi.

Pratama (2018), hasil penelitian ini menjelaskan bahwa pengendalian

internal penerimaan dan pengeluaran kas pada JPSB Employee Cooperation

belum berjalan dengan baik. Beberapa kontrol yang belum berjalan dengan baik

diantaranya unsur-unsur struktur organisasi belum merupakan pemisahan tugas

antara penerimaan kas sementara dengan bagian rekaman, serta pada unsur

praktek sehat tidak adanya pengecekan terhadap laporan keuangan dan tidak

adanya organisasi unit yang bertugas memeriksa elemen sistem kontrol.

Penelitian yang membahas tentang Evaluasi Sistem Pengendalian Intern

atas sistem akuntansi penjualan dan penerimaan kas pada PT. Astra Internasional,

Malang menunjukkan bahwa terdapat beberapa kelemahan yaitu tidak adanya

bagian piutang pada struktur organisasi perusahaan, tidak adanya pemeriksaan

audit mendadak, dan tidak dilakukannya rotasi jabatan secara berkala sehingga

pegawai melakukan tugas yang sama dalam jangka waktu yang lama (Triaty,

Yaningwati, & Saifi, 2015).

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/72167/1/BAB II.pdf · 2021. 2. 12. · 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Zulkarnain

6

Arya Pradana, Sulindawati, Julianto (2017), hasil penelitian menunjukkan

bahwa pengendalian internal yang diterapkan sudah berjalan dengan baik karena

sudah sebagian besar sesuai dengan unsur-unsur pengendalian internal namun ada

beberapa unsur yang masih menyimpang diantaranya unsur lingkungan

pengendalian yakni pada faktor kebijakan dan praktik sumber daya manusia yang

belum adanya kompensasi lebih kepada karyawan serta unsur aktivitas

pengendalian tepatnya pada pemisahan tugas yang masih adanya rangkap jabatan,

sistem pengendalian intern penerimaan dan pengeluaran kas pada pada Koperasi

Unit Desa (KUD) Seririt sudah berjalan cukup baik dilihat dari segi bukti tiap

transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dan dari segi monitoring/pemantauan.

Hasil penelitian tentang penerapan sistem pengendalian internal kas pada

Pusat Koperasi Pegawai Republik Indonesia (PKP-RI) Kabupaten Jember ini

menunjukkan bahwa sistem pengendalian internal kas PKP-RI Kabupaten Jember

banyak yang belum sesuai dengan teori Mulyadi yang digunakan oleh peneliti

dalam penelitian ini. Misalnya koperasi ini belum menggunakan bukti transaksi

dengan bernomor urut bercetak, belum menerapkan kas kecil, dan mengecek fisik

uang dan pencatatan sebulan sekali (Cahyanik, 2018).

Dari keseluruhan penelitian (Zulkarnain, 2017), (Triaty, Yaningwati, &

Saifi, 2015), (Pradana, Sulindawati, & Julianto, 2017), (Pratama, 2018), dan

(Cahyanik, 2018) dapat disimpulkan bahwa terdapat kesamaan hasil penelitian

seperti masih terdapat rangkap pekerjaan dan belum ada pemisahan tugas seperti

antara penerimaan kas sementara dengan bagian rekaman, pencatatan penerimaan

dan pengeluaran kas yang dibebankan sekaligus pada kasir dan tanpa pemisahan

jurnal serta tidak adanya pemeriksaan audit oleh perusahaan, karyawan tidak

dirotasi secara berkala, tugas dan tanggung jawab dari setiap bagian atau fungsi

yang kurang efektif. Hal ini terjadi karena sistem pengendalian internal

perusahaan belum diterapkan dengan baik.

B. Tinjauan Pustaka

1. Sistem pengendalian intern

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/72167/1/BAB II.pdf · 2021. 2. 12. · 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Zulkarnain

7

a. Sistem Pengendalian Internal

Sistem pengendalian internal meliputi struktur organisasi, metode dan

ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga aset organisasi, mengecek

ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong

dipatuhinya kebijakan manajemen (Mulyadi, 2016). Sedangkan

menurut AICPA, sistem pengendalian intern adalah suatu proses yang dipengaruhi

oleh dewan komisaris, personil manajemen, dan satuan usaha lainnya yang

dirancang untuk mendapatkan keyakinan yang memadai tentang

pencapaian tujuan yang meliputi efektivitas dan efisiensi operasi, keandalan jenis

jenis laporan keuangan dalam jenis jenis akuntansi, kesesuaian dengan undang-

undang, dan peraturan yang berlaku. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

pengendalian intern adalah sistem teknologi informasi yang dirancang guna

memudahkan perusahaan dalam mencapai tujuannya.

b. Tujuan Sistem Pengendalian Internal

Tujuan pengendalian internal menurut (Mulyadi, 2016) adalah sebagai

berikut:

1) Menjaga kekayaan organisasi

2) Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi

3) Mendorong efisiensi

4) Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.

Terdapat beberapa tujuan dari pengendalian internal pada perusahaan

menurut (Romney & Steinbart, 2017) yaitu :

1) Mengamankan aset, mencegah atau mendeteksi perolehan,

penggunaan, atau penempatan yang tidak sah.

2) Mengelola catatan dengan detail yang baik untuk melaporkan aset

perusahaan secara akurat dan wajar.

3) Memberikan informasi yang akurat dan reliabel.

4) Menyiapkan laporan keuangan yang sesuai dengan kriteria yang

ditetapkan.

5) Mendorong dan memperbaiki efisiensi operasional.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/72167/1/BAB II.pdf · 2021. 2. 12. · 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Zulkarnain

8

6) Mendorong ketaatan terhadap kebijakan manajerial yang telah

ditentukan.

7) Mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa perusahaan menerapkan

sistem pengendalian internal ditujukan untuk menghindari aktivitas yang tidak

diinginkan seperti kecurangan, penyimpangan, dan penyelewengan dalam

perusahaan yang akan merugikan perusahaan tersebut.

c. Fungsi Pengendalian Internal

Pengendalian internal menjalankan tiga fungsi penting (Romney &

Steinbart, 2017) yang meliputi :

1) Fungsi pengendalian preventif, pengendalian ini digunakan untuk

mencegah sebelum masalah timbul.

2) Fungsi pengendalian detektif, pengendalian ini dibuat untuk

menemukan masalah yang tidak terelakkan.

3) Fungsi pengendalian korektif, pengendalian yang mengidentifikasi dan

memperbaiki masalah dan memulihkan dari kesalahan yang dihasilkan.

d. Unsur-unsur Pengendalian Internal

Unsur-unsur pokok pengendalian internal memiliki beberapa unsur

(Mulyadi, 2016) sebagai berikut :

1) Struktur organisasi yang memisahkan tanggungjawab fungsional

secara tegas

Struktur organisasi merupakan susunan pembagian tanggung jawab

menurut fungsi dimana struktur organisasi tersebut diberi tanggung jawab

dan harus memegang prinsip seperti prinsip adanya pemisahan antara

fungsi pencatatan, pelaksanaan, dan penyimpanan atau pengelolaan, suatu

fungsi tidak boleh diberi tanggung jawab penuh untuk melaksanakan

seluruh tahapan transaksi.

2) Sistem wewenang dan prosedur pencatatan

Di dalam organisasi, agar transaksi terjadi harus ada otorisasi dari

pejabat yang memiliki wewenang untuk menyetujui transaksi tersebut.

Maka, dalam sebuah organisasi harus ada sistem yang mengatur

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/72167/1/BAB II.pdf · 2021. 2. 12. · 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Zulkarnain

9

pembagian wewenang untuk otorisasi terjadinya setiap transaksi. Untuk

merekam penggunaan wewenang untuk memberikan otorisasi

terlaksananya transaksi organisasi dapat menggunakan formulir sebagai

medianya. Formulir juga sebagai dasar pencatatan transaksi dalam

formulir dicatat dalam catatan akuntansi dengan ketelitian dan keandalan

tingkat yang tinggi.

3) Pelaksanaan kerja secara sehat

Pelaksanaan kerja yang sehat mendukung jalannya pengendalian

internal perusahaan yang baik. Pelaksanaan kerja yang sehat meliputi :

a) Penggunaan formulir yang bernomor urut cetak sebagai pengawasan

mengingat formulir tersebut merupakan alat otorisasi.

b) Pemeriksaan secara mendadak terhadap objek-objek yang dianggap

penting.

c) Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal sampai akhir oleh

satu orang atau satu unit organisasi. Untuk melaksanakan praktik yang

sehat dalam melaksanakan tugas setiap pelaksanaan harus dilakukan

oleh lebih dari satu pihak.

d) Rotasi jabatan antar pegawai untuk tujuan mencegah dan memutus

hubungan kolusi di dalam perusahaan.

e) Kewajiban untuk cuti karyawan agar dapat digantikan dengan

karyawan lain.

f) Mencocokkan harta fisik perusahaan dengan catatan untuk menjaga

ketelitian dan keandalan data perusahaan.

g) Adanya staf pengawas internal (SPI). Untuk menjaga objektivitas dan

efektivitas pengawasan staf pengawas internal harus mandiri dan tidak

ikut campur dalam kegiatan operasional didalam perusahaan.

4) Karyawan dengan kualitas yang sesuai tanggung jawab

Seleksi penerimaan calon karyawan berdasarkan syarat yang

dituntut oleh pekerjaannya dan melakukan pengembangan pendidikan dan

pelatihan bagi setiap karyawan yang disesuaikan dengan tuntutan

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/72167/1/BAB II.pdf · 2021. 2. 12. · 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Zulkarnain

10

perkembangan pekerjaan merupakan salah satu cara untuk mendapatkan

karyawan yang berkompeten dan dapat dipercaya.

Unsur-Unsur pengendalian internal menurut COSO 1992 dalam (Romney

& Steinbart, 2017) menyatakan bahwa pengendalian internal memiliki tujuh

unsur, antara lain :

1) Lingkungan internal

Lingkungan internal meliputi budaya perusahaan yang

mempengaruhi cara organisasi untuk menentukan strategi dan tujuan,

membuat struktur aktivitas bisnis, dan mengidentifikasi, menilai, serta

merespon risiko. Lingkungan internal sebagai dasar jika terdapat

kelemahan atau ketidak efisienan yang terjadi dalam lingkungan internal

yang mengakibatkan kerusakan di dalam manajemen. Dalam lingkungan

internal mencakup hal-hal berikut, yaitu :

a) Filosofi manajemen, gaya pengoperasian, dan selera risiko.

Setiap organisasi memiliki filosofi atau kepercayaan dan sikap

yang dianut bersama, tentang risiko yang mempengaruhi kebijakan,

prosedur, komunikasi lisan dan tulisan, serta keputusan. Perusahaan juga

memiliki selera resiko yaitu jumlah risiko yang bersedia diterima oleh

sebuah perusahaan untuk mencapai tujuan dan sasarannya. Untuk

menghindari risiko yang tidak semestinya, selera risiko harus selaras

dengan strategi perusahaan.

b) Komitmen terhadap integritas, nilai etis, dan kompetensi.

Organisasi membutuhkan sebuah budaya yang menekankan

integritas dan komitmen pada nilai-nilai etis serta kompetensi. Integritas

dimulai dari puncak kepemimpinan dengan para pegawai perusahaan

mengadopsi sikap manajemen puncak risiko dan pengendalian.

c) Pengawasan pengendalian internal oleh dewan direksi

Sarbanes-Oxley Act (SOX) mensyaratkan perusahaan publik untuk

memiliki sebuah komite audit dari dewan luar dan independen. Komite

audit bertanggung jawab atas pelaporan keuangan, kepatuhan terhadap

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/72167/1/BAB II.pdf · 2021. 2. 12. · 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Zulkarnain

11

peraturan, pengendalian internal, serta perekrutan dan pengawasan baik

auditor internal maupun eksternal.

d) Struktur organisasi

Terdapat aspek-aspek penting dari struktur organisasi menyertakan

sebagai berikut :

● Sentralisasi atau desentralisasi wewenang.

● Hubungan pengarahan atau matriks pelaporan.

● Organisasi berdasarkan industri, lini produk, lokasi, atau jaringan

pemasaran.

● Bagaimana alokasi tanggung jawab mempengaruhi ketentuan

informasi.

● Organisasi dan garis wewenang untuk akuntansi, pengauditan, dan

fungsi sistem informasi.

● Ukuran dan jenis aktivitas perusahaan.

e) Metode penetapan wewenang dan tanggung jawab

Wewenang dan tanggung jawab ditetapkan dan dikomunikasikan

menggunakan deskripsi pekerjaan formal, pelatihan pegawai, jadwal

pengoperasian, anggaran kode etik, serta kebijakan dan prosedur tertulis.

f) Standar-standar sumber daya manusia yang menarik, mengembangkan,

dan mempertahankan individu yang kompeten

Kebijakan sumber daya manusia dan praktik-praktik yang

mengatur kondisi kerja, insentif pekerjaan, dan kemajuan karier dapat

menjadi kekuatan dalam mendorong kejujuran, efisiensi, dan layanan yang

loyal. Beberapa kebijakan dan prosedur sumber daya manusia yang

penting meliputi perekrutan pegawai atau karyawan berdasarkan latar

belakang pendidikan, pengalaman, pencapaian, kejujuran, integritas dan

persyaratan kerja yang sesuai. Hal penting lainnya meliputi

mengkompensasi, mengevaluasi, promosi yang didasarkan pada kinerja

dan kualitatif, pelatihan, pengelolaan pegawai yang tidak puas,

pemberhentian, liburan dan rotasi tugas, perjanjian kerahasiaan dan

asuransi ikatan kesetiaan, menuntut dan memenjarakan pelaku.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/72167/1/BAB II.pdf · 2021. 2. 12. · 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Zulkarnain

12

g) Pengaruh eksternal

Pengaruh eksternal meliputi persyaratan-persyaratan yang diajukan

oleh bursa efek, Financial Accounting Standards Board (FASB), PCAOB,

dan SEC. Mereka juga menyertakan persyaratan yang dipaksakan oleh

badan-badan regulasi seperti bank, utilitas dan perusahaan asuransi.

2) Penetapan Tujuan

Penetapan tujuan adalah komponen COSO yang kedua. Penetapan

tujuan menentukan hal yang ingin dicapai oleh perusahaan untuk membuat

visi atau misi perusahaan yang menjadi tanggung jawab manajemen.

Terdapat empat tujuan menurut COSO antara lain :

● Tujuan strategis (strategic objective), sasaran tingkat tinggi yang

disejajarkan dengan misi perusahaan, mendukungnya, serta

menciptakan nilai pemegang saham.

● Tujuan operasi (operation objective), tujuan yang berhubungan dengan

efektivitas dan efisiensi operasi perusahaan, menentukan cara

mengalokasikan sumber daya.

● Tujuan pelaporan (reporting objective), membantu memastikan

ketepatan, kelengkapan, dan keterandalan laporan perusahaan,

meningkatkan pembuatan keputusan dan mengawasi aktivitas serta

kinerja perusahaan.

● Tujuan kepatuhan (compliance objective), membantu perusahaan

mematuhi seluruh hukum dan peraturan yang berlaku. Penilaian

terhadap reputasi perusahaan dapat dilihat dari seberapa baik

perusahaan dalam mencapai tujuan kepatuhan dan pelaporan.

3) Identifikasi kejadian

COSO mendefinisikan kejadian (event) sebagai “sebuah insiden

atau peristiwa yang berasal dari sumber-sumber internal atau eksternal

yang mempengaruhi implementasi strategi atau pencapain tujuan.

Kejadian mungkin memiliki dampak positif atau negatif atau keduanya”.

Sebuah kepastian menunjukkan ketidakpastian yang mungkin atau tidak

mungkin terjadi. jika terjadi dapat memicu kejadian yang lain. Untuk itu

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/72167/1/BAB II.pdf · 2021. 2. 12. · 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Zulkarnain

13

perusahaan harus bisa mengantisipasi seluruh kemungkinan kejadian

positif atau negatif dan menentukan mana yang lebih dan mana yang

kurang mungkin untuk terjadi, dan memahami hubungan timbal-balik

kejadian (Romney & Steinbart, 2017).

4) Penilaian dan respon risiko

Menurut (Romney & Steinbart, 2017) Risiko-risiko sebuah

kejadian yang teridentifikasi dinilai dalam beberapa cara yang berbeda:

kemungkinan, dampak positif dan negatif, secara individu dan berdasarkan

kategori, dampak pada unit organisasi yang lain, serta berdasarkan pada

sifat bawaan dan residual. Risiko bawaan adalah kelemahan dari sebuah

penetapan akun atau transaksi pada masalah pengendalian yang signifikan

tanpa adanya pengendalian internal. Risiko residual adalah risiko yang

tersisa setelah manajemen mengimplementasikan pengendalian internal

atau beberapa respons lainnya terhadap risiko. Perusahaan harus menilai

risiko bawaan, mengembangkan respons, dan kemudian menilai risiko

residual.

Untuk menyelaraskan risiko yang diidentifikasikan dengan

toleransi perusahaan terhadap risiko,manajemen harus mengambil

pandangan entitas yang luas pada risiko. Mereka harus menilai

kemungkinan dan dampak risiko, seperti biaya dan manfaat dari respons-

respons alternatif. Manajemen dapat merespons risiko dengan salah satu

dari empat cara berikut:

a) Mengurangi kemungkinan dan dampak risiko dengan

mengimplementasikan sistem pengendalian internal yang efektif.

b) Menerima kemungkinan dan dampak risiko.

c) Membagikan risiko atau mentransfernya kepada orang lain dengan

asuransi pembelian, mengalihdayakan sebuah aktivitas, atau masuk ke

dalam transaksi lindung nilai.

d) Menghindari risiko dengan tidak melakukan aktivitas yang

menciptakan risiko. Untuk menghindari hal ini perusahaan bisa

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/72167/1/BAB II.pdf · 2021. 2. 12. · 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Zulkarnain

14

menjual sebuah divisi, keluar dari lini produk, atau tidak memperluas

perusahaan seperti yang diharapkan.

5) Aktivitas pengendalian

Aktivitas pengendalian (control activities) merupakan kebijakan,

prosedur, dan aturan yang memberikan jaminan memadai bahwa tujuan

pengendalian telah dicapai dan respons risiko telah dilakukan. Untuk itu

manajemen harus memastikan hal-hal berikut ini (Romney & Steinbart,

2017) :

a) Pengendalian dipilih dan dikembangkan untuk membantu mengurangi

risiko hingga level yang dapat diterima.

b) Pengendalian umum yang sesuai dipilih dan dikembangkan melalui

teknologi.

c) Aktivitas pengendalian diimplementasikan dan dijalankan sesuai

dengan kebijakan dan prosedur perusahaan yang telah ditentukan.

Adapun kategori-kategori yang harus dilakukan, sebagai berikut:

a. Otorisasi transaksi dan aktivitas yang layak.

Otorisasi merupakan penetapan kebijakan bagi pegawai untuk

diikuti dan kemudian memberdayakan mereka guna mengawasi setiap

aktivitas dan keputusan perusahaan. Otorisasi dapat berupa

penandatanganan, penginialisasian, dan pemasukan kode otorisasi pada

sebuah dokumen atau catatan. Otorisasi dibagi menjadi dua, yaitu

otorisasi khusus dan otorisasi umum. Otorisasi khusus (specific

authorization) dimana manajer memberikan otorisasi secara khusus

agar aktivitas atau transaksi tersebut terjadi. sebaliknya otorisasi umum

(general authorization) manajemen mengotorisasi pegawai untuk

menangani transaksi rutin tanpa adanya persetujuan khusus.

b. Pemisahan tugas

Pengendalian internal yang baik mensyaratkan tidak ada satu

pegawai pun yang diberi terlalu banyak tanggung jawab atas transaksi

atau proses bisnis. Pemisahan tugas harus dibagi menjadi dua sesi

yaitu pemisahan tugas akuntansi dan pemisahan tugas

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/72167/1/BAB II.pdf · 2021. 2. 12. · 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Zulkarnain

15

sistem.Pemisahan tugas akuntansi yang efektif tercapai ketika fungsi

otorisasi, fungsi pencatatan dan fungsi penyimpanan dipisahkan.

Pemisahan tugas sistem bertujuan untuk menghindari atau mencegah

adanya tindakan menyamarkan penipuan oleh orang yang memiliki

akses tidak terbatas ke komputer, program, dan data langsung. Dalam

tujuan pemisahan tugas diatas, maka wewenang dan tanggung jawab

harus dibagi menurut fungsi-fungsi seperti fungsi administrator sistem,

manajemen keamanan, manajemen perubahan, pengguna, analisis

sistem, pemrograman, operasi komputer, perpustakaan sistem

informasi, pengendalian data.

c. Pengembangan proyek dan pengendalian akuisisi

Pengendalian pengembangan sistem yang penting meliputi

sebuah komite pengarah, sebuah rencana induk strategis, sebuah

rencana pengembangan proyek, sebuah jadwal pengolahan data,

pengukuran kinerja sistem, sebuah tinjauan pasca-implementasi.

d. Mengubah pengendalian manajemen.

e. Mendesain dan menggunakan dokumen dan catatan.

f. Pengamanan aset, catatan, dan data.

Untuk mengamankan aset perusahaan perlu melakukan hal

yang penting seperti menciptakan dan menegakkan kebijakan dan

prosedur yang tepat, memelihara catatan akurat dari seluruh aset,

membatasi akses terhadap aset, melindungi catatan dan dokumen.

g. Pengecekan kinerja independen

Pengecekan kinerja membantu memastikan bahwa transaksi

diproses dengan tepat. Pengecekan kinerja ini meliputi tinjauan tingkat

atas, tinjauan analitis, rekonsiliasi catatan-catatan yang dikelola secara

independen, perbandingan terhadap kuantitas aktual dengan jumlah

dicatat, akuntansi double entry, tinjauan independen.

6) Informasi dan Komunikasi

Menurut (Romney & Steinbart, 2017) sistem informasi dan

komunikasi haruslah memperoleh dan mempertukarkan informasi yang

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/72167/1/BAB II.pdf · 2021. 2. 12. · 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Zulkarnain

16

dibutuhkan untuk mengatur, mengelola, dan mengendalikan operasi

perusahaan. Kerangka IC yang diperbarui memerinci bahwa tiga prinsip

berikut berlaku di dalam proses informasi dan komunikasi yaitu:

a) Mendapatkan atau menghasilkan informasi yang relevan dan

berkualitas tinggi untuk mendukung pengendalian internal.

b) Mengkomunikasikan informasi secara internal, termasuk tujua dan

tanggung jawab yang diperlukan untuk mendukung komponen-

komponen lain dari pengendalian internal.

c) Mengkomunikasikan hal-hal pengendalian internal yang relevan

kepada pihak-pihak eksternal.

7) Pengawasan

Sistem pengendalian internal yang dipilih atau dikembangkan

harus diawasi secara berkelanjutan, dievaluasi, dan dimodifikasi sesuai

kebutuhan. Metode-metode utama dalam mengawasi kinerja meliputi :

a) Menjalankan evaluasi pengendalian internal.

b) Implementasi pengawasan yang efektif

c) Menggunakan sistem akuntansi pertanggungjawaban

d) Mengawasi aktivitas sistem.

e) Melacak perangkat lunak dan perangkat bergerak yang dibeli.

f) Menjalankan audit berkala.

g) Mempekerjakan petugas keamanan komputer dan chief compliance

officer.

h) Menyewa spesialis forensik.

i) Memasang perangkat lunak deteksi penipuan,

j) Mengimplementasikan hotline penipuan sebagai cara yang efektif

untuk mematuhi hukum dan menyelesaikan konflikwhistle blower

(Romney & Steinbart, 2017)

2. Penerimaan Kas

Pengertian penerimaan kas menurut IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) dalam

PSAP No.3, mengemukakan bahwa Penerimaan kas adalah semua aliran kas yang

masuk ke Bendahara Umum Negara/ Daerah. Jadi semua aliran kas yang masuk

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/72167/1/BAB II.pdf · 2021. 2. 12. · 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Zulkarnain

17

kedalam kas suatu perusahaan, itu yang dinamakan sebagai Penerimaan kas.

Sistem pengendalian yang baik pada sistem penerimaan kas dari penjualan tunai

mengharuskan :

1) Penerimaan kas dalam bentuk tunai harus segera disetor ke bank dalam

jumlah penuh dengan cara melibatkan pihak lain selain kasir untuk

melakukan internal check.

2) Penerimaan kas dari penjualan tunai dilakukan melalui transaksi kartu

kredit, yang melibatkan bank penerbit kartu kredit dalam pencatatan

transaksi penerimaan kas.

3. Pengeluaran Kas

Pengeluaran kas (Cash Payment) adalah transaksi pengeluaran uang secara

tunai yang menyebabkan berkurangnya aset perusahaan berupa kas, bank atau

setara kas lainnya. Transaksi pengeluaran kas meliputi pembayaran utang,

pembelian barang dagangan, pembelian bahan baku, pembelian bahan pembantu,

pembelian perlengkapan kantor, pembentukan dana kas kecil. Adapun fungsi-

fungsi yang terkait dalam sistem akuntansi pengeluaran kas menurut Mulyadi

(2016:429) adalah:

● Fungsi yang memerlukan pengeluaran kas

Jika suatu fungsi memerlukan pengeluaran kas (misalnya untuk pembelian

jasa dan untuk biaya perjalanan dinas), fungsi yang bersangkutan mengajukan

permintaan cek kepada fungsi akuntansi (Bagian Utang). Permintaan cek ini harus

mendapatkan persetujuan dari kepala fungsi yang bersangkutan.

● Fungsi kas

Fungsi ini bertanggungjawab dalam mengisi cek, memintakan otorisasi

atau cek, dan mengirimkan cek kepada kreditur via pos atau membayar langsung

kepada kreditur.

● Fungsi akuntansi

Fungsi akuntansi bertanggung jawab atas: a. Pencatatan pengeluaran kas

yang menyangkut biaya persediaan. b. Pencatatan transaksi pengeluaran kas

dalam jurnal pengeluaran kas atau register cek. c. Pembuatan bukti kas keluar

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/72167/1/BAB II.pdf · 2021. 2. 12. · 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Zulkarnain

18

yang memberikan otorisasi kepada fungsi kas dalam mengeluarkan cek sebesar

yang tercantum dalam dokumen tersebut.

● Fungsi pemeriksaan intern

Fungsi ini bertanggungjawab dalam melakukan penghitungan kas (cash

count) secara periodik dan mencocokan hasil penghitungan dengan saldo kas

menurut catatan akuntansi ( rekening kas dalam buku besar). Selain itu, fungsi ini

juga bertanggung jawab dalam melakukan pemeriksaan secara mendadak

(surprised audit) terhadap saldo kas yang ada di tangan dan membuat rekonsiliasi

bank secara periodik.

4. Koperasi Simpan Pinjam

Koperasi adalah suatu bentuk peraturan dan tujuan tertentu pula,

perusahaan yang didirikan oleh orang-orang tertentu untuk melakukan kegiatan-

kegiatan tertentu (Moonti, 2016).

Berdasarkan UU RI No.25 Tahun 1992 Pasal 1, menyatakan bahwa

“Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan

hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi

sekaligus sebagai gerakan rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan”.

a. Tujuan Koperasi

Tujuan koperasi sebagaimana dikemukakan dalam Pasal 3 UU No.

25/1992 adalah sebagai berikut:

“Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada

khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membnagun tatanan

perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju,

adil, makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.”

(Moonti, 2016).

b. Fungsi Koperasi

Menurut (Moonti, 2016) pada dasarnya usaha koperasi memiliki

dua fungsi penting yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, yaitu fungsi

bidang ekonomi dan fungsi bidang sosial.

1) Fungsi dalam Bidang Ekonomi.

a. Menumbuhkan motif berusaha yang lebih berperikemanusiaan.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/72167/1/BAB II.pdf · 2021. 2. 12. · 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Zulkarnain

19

b. Mengembangkan metode pembagian sisa hasil usaha yang lebih

adil.

c. Memerangi monopoli dan bentuk-bentuk konsentrasi permodalan

lainnya.

d. Menawarkan barang-barang dan jasa dengan harga yang lebih

murah.

e. Meningkatkan penghasilan anggota.Menyederhanakan dan

mengefisienkan tata niaga.

f. Menumbuhkan sikap jujur dan keterbukaan dalam pengelolaan

perusahaan.

g. Menjaga keseimbangan antara permintaan dan penawaran, antara

kebutuhan dan pemenuhan kebutuhan.

h. Melatih masyarakat untuk menggunakan pendapatnya secara aktif.

2) Fungsi dalam Bidang Sosial

a. Mendidik para anggotanya untuk memiliki semangat bekerja sama,

baik dalam menyelesaikan tugas mereka, dan mampu dalam

membbangun pendapatnya secara aktif.

b. Mendidik para anggotanya untuk memiliki semangat berkorban,

sesuai dengan kemampuannya masing-masing, demi terwujudnya

tatanan sosial dalam rangka mewujudkan tatanan sosial dalam

rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan beradab.

c. Mendorong terwujudnya suatu tatanan sosial yang bersifat

demokratis, menjamin dan melindungi hak dan kewajiban setiap

orang.

d. Mendorong terwujudnya suatu kehidupan masyarakat yang tentram

dan damai.

c. Prinsip Koperasi

Berdasarkan pada Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 koperasi

melaksanakan prinsip-prinsip sebagai berikut (Rohmat, 2015) :

1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka

2. Pengelolaan dilakukan secara demokratis

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/72167/1/BAB II.pdf · 2021. 2. 12. · 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Zulkarnain

20

3. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan

besarnya jasa usaha masing-masing anggota

4. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal

5. Kemandirian

d. Pengelompokan Koperasi

Koperasi dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian Menurut

(Moonti, 2016) yaitu:

1) Koperasi berdasarkan bidang usaha, antara lain :

a) Koperasi konsumsi

b) Koperasi produksi

c) Koperasi pemasaran

d) Koperasi kredit/simpan pinjam

2) Koperasi berdasarkan jenis komoditi, yaitu :

a) Koperasi ekstraktif

b) Koperasi pertanian dan peternakan

c) Koperasi industri dan kerajinan

d) Koperasi jasa-jasa

3) Koperasi berdasarkan profesi anggota, yaitu :

a) Koperasi karyawan

b) Koperasi Pegawai Negeri (KPN)

c) Koperasi angkatan darat, laut, udara, dan Polri

d) Koperasi Unit Desa (KUD)

e) Koperasi mahasiswa

f) Koperasi pedagang pasar

g) Koperasi veteran RI

h) Koperasi nelayan

4) Koperasi berdasarkan daerah kerjanya, antara lain :

a) Koperasi primer

b) Koperasi pusat

c) Koperasi gabungan

d) Koperasi induk