bab ii kajian pustaka a. tinjauan penelitian terdahulueprints.umm.ac.id/72167/1/bab ii.pdf · 2021....
TRANSCRIPT
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Zulkarnain (2017) meneliti tentang analisis sistem pengendalian internal
kas pada Koperasi Di Kecamatan Rambah Hilir, hasil penelitian menunjukkan
bahwa masih terdapat kekurangan dalam sistem pengendaliannya yaitu masih
banyak terdapat rangkap pekerjaan, terdapatnya penggabungan pencatatan
penerimaan dan pengeluaran kas, terdapatnya sebagian transaksi tidak
menggunakan kwitansi, terdapatnya kelemahan dalam akses kas dan catatan
akuntansi. Tetapi terdapat kelebihan yaitu pada saat pencairan kredit bendahara
koperasi sebagai otorisasi transaksi, terlebih dahulu meminta persetujuan
pencairan kredit kepada kepala desa setempat, dan untuk pengambilan kas di bank
didampingi oleh ketua koperasi dengan demikian dapat mengurangi terjadinya
kecurangan dalam koperasi.
Pratama (2018), hasil penelitian ini menjelaskan bahwa pengendalian
internal penerimaan dan pengeluaran kas pada JPSB Employee Cooperation
belum berjalan dengan baik. Beberapa kontrol yang belum berjalan dengan baik
diantaranya unsur-unsur struktur organisasi belum merupakan pemisahan tugas
antara penerimaan kas sementara dengan bagian rekaman, serta pada unsur
praktek sehat tidak adanya pengecekan terhadap laporan keuangan dan tidak
adanya organisasi unit yang bertugas memeriksa elemen sistem kontrol.
Penelitian yang membahas tentang Evaluasi Sistem Pengendalian Intern
atas sistem akuntansi penjualan dan penerimaan kas pada PT. Astra Internasional,
Malang menunjukkan bahwa terdapat beberapa kelemahan yaitu tidak adanya
bagian piutang pada struktur organisasi perusahaan, tidak adanya pemeriksaan
audit mendadak, dan tidak dilakukannya rotasi jabatan secara berkala sehingga
pegawai melakukan tugas yang sama dalam jangka waktu yang lama (Triaty,
Yaningwati, & Saifi, 2015).
6
Arya Pradana, Sulindawati, Julianto (2017), hasil penelitian menunjukkan
bahwa pengendalian internal yang diterapkan sudah berjalan dengan baik karena
sudah sebagian besar sesuai dengan unsur-unsur pengendalian internal namun ada
beberapa unsur yang masih menyimpang diantaranya unsur lingkungan
pengendalian yakni pada faktor kebijakan dan praktik sumber daya manusia yang
belum adanya kompensasi lebih kepada karyawan serta unsur aktivitas
pengendalian tepatnya pada pemisahan tugas yang masih adanya rangkap jabatan,
sistem pengendalian intern penerimaan dan pengeluaran kas pada pada Koperasi
Unit Desa (KUD) Seririt sudah berjalan cukup baik dilihat dari segi bukti tiap
transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dan dari segi monitoring/pemantauan.
Hasil penelitian tentang penerapan sistem pengendalian internal kas pada
Pusat Koperasi Pegawai Republik Indonesia (PKP-RI) Kabupaten Jember ini
menunjukkan bahwa sistem pengendalian internal kas PKP-RI Kabupaten Jember
banyak yang belum sesuai dengan teori Mulyadi yang digunakan oleh peneliti
dalam penelitian ini. Misalnya koperasi ini belum menggunakan bukti transaksi
dengan bernomor urut bercetak, belum menerapkan kas kecil, dan mengecek fisik
uang dan pencatatan sebulan sekali (Cahyanik, 2018).
Dari keseluruhan penelitian (Zulkarnain, 2017), (Triaty, Yaningwati, &
Saifi, 2015), (Pradana, Sulindawati, & Julianto, 2017), (Pratama, 2018), dan
(Cahyanik, 2018) dapat disimpulkan bahwa terdapat kesamaan hasil penelitian
seperti masih terdapat rangkap pekerjaan dan belum ada pemisahan tugas seperti
antara penerimaan kas sementara dengan bagian rekaman, pencatatan penerimaan
dan pengeluaran kas yang dibebankan sekaligus pada kasir dan tanpa pemisahan
jurnal serta tidak adanya pemeriksaan audit oleh perusahaan, karyawan tidak
dirotasi secara berkala, tugas dan tanggung jawab dari setiap bagian atau fungsi
yang kurang efektif. Hal ini terjadi karena sistem pengendalian internal
perusahaan belum diterapkan dengan baik.
B. Tinjauan Pustaka
1. Sistem pengendalian intern
7
a. Sistem Pengendalian Internal
Sistem pengendalian internal meliputi struktur organisasi, metode dan
ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga aset organisasi, mengecek
ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong
dipatuhinya kebijakan manajemen (Mulyadi, 2016). Sedangkan
menurut AICPA, sistem pengendalian intern adalah suatu proses yang dipengaruhi
oleh dewan komisaris, personil manajemen, dan satuan usaha lainnya yang
dirancang untuk mendapatkan keyakinan yang memadai tentang
pencapaian tujuan yang meliputi efektivitas dan efisiensi operasi, keandalan jenis
jenis laporan keuangan dalam jenis jenis akuntansi, kesesuaian dengan undang-
undang, dan peraturan yang berlaku. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pengendalian intern adalah sistem teknologi informasi yang dirancang guna
memudahkan perusahaan dalam mencapai tujuannya.
b. Tujuan Sistem Pengendalian Internal
Tujuan pengendalian internal menurut (Mulyadi, 2016) adalah sebagai
berikut:
1) Menjaga kekayaan organisasi
2) Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi
3) Mendorong efisiensi
4) Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
Terdapat beberapa tujuan dari pengendalian internal pada perusahaan
menurut (Romney & Steinbart, 2017) yaitu :
1) Mengamankan aset, mencegah atau mendeteksi perolehan,
penggunaan, atau penempatan yang tidak sah.
2) Mengelola catatan dengan detail yang baik untuk melaporkan aset
perusahaan secara akurat dan wajar.
3) Memberikan informasi yang akurat dan reliabel.
4) Menyiapkan laporan keuangan yang sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan.
5) Mendorong dan memperbaiki efisiensi operasional.
8
6) Mendorong ketaatan terhadap kebijakan manajerial yang telah
ditentukan.
7) Mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa perusahaan menerapkan
sistem pengendalian internal ditujukan untuk menghindari aktivitas yang tidak
diinginkan seperti kecurangan, penyimpangan, dan penyelewengan dalam
perusahaan yang akan merugikan perusahaan tersebut.
c. Fungsi Pengendalian Internal
Pengendalian internal menjalankan tiga fungsi penting (Romney &
Steinbart, 2017) yang meliputi :
1) Fungsi pengendalian preventif, pengendalian ini digunakan untuk
mencegah sebelum masalah timbul.
2) Fungsi pengendalian detektif, pengendalian ini dibuat untuk
menemukan masalah yang tidak terelakkan.
3) Fungsi pengendalian korektif, pengendalian yang mengidentifikasi dan
memperbaiki masalah dan memulihkan dari kesalahan yang dihasilkan.
d. Unsur-unsur Pengendalian Internal
Unsur-unsur pokok pengendalian internal memiliki beberapa unsur
(Mulyadi, 2016) sebagai berikut :
1) Struktur organisasi yang memisahkan tanggungjawab fungsional
secara tegas
Struktur organisasi merupakan susunan pembagian tanggung jawab
menurut fungsi dimana struktur organisasi tersebut diberi tanggung jawab
dan harus memegang prinsip seperti prinsip adanya pemisahan antara
fungsi pencatatan, pelaksanaan, dan penyimpanan atau pengelolaan, suatu
fungsi tidak boleh diberi tanggung jawab penuh untuk melaksanakan
seluruh tahapan transaksi.
2) Sistem wewenang dan prosedur pencatatan
Di dalam organisasi, agar transaksi terjadi harus ada otorisasi dari
pejabat yang memiliki wewenang untuk menyetujui transaksi tersebut.
Maka, dalam sebuah organisasi harus ada sistem yang mengatur
9
pembagian wewenang untuk otorisasi terjadinya setiap transaksi. Untuk
merekam penggunaan wewenang untuk memberikan otorisasi
terlaksananya transaksi organisasi dapat menggunakan formulir sebagai
medianya. Formulir juga sebagai dasar pencatatan transaksi dalam
formulir dicatat dalam catatan akuntansi dengan ketelitian dan keandalan
tingkat yang tinggi.
3) Pelaksanaan kerja secara sehat
Pelaksanaan kerja yang sehat mendukung jalannya pengendalian
internal perusahaan yang baik. Pelaksanaan kerja yang sehat meliputi :
a) Penggunaan formulir yang bernomor urut cetak sebagai pengawasan
mengingat formulir tersebut merupakan alat otorisasi.
b) Pemeriksaan secara mendadak terhadap objek-objek yang dianggap
penting.
c) Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal sampai akhir oleh
satu orang atau satu unit organisasi. Untuk melaksanakan praktik yang
sehat dalam melaksanakan tugas setiap pelaksanaan harus dilakukan
oleh lebih dari satu pihak.
d) Rotasi jabatan antar pegawai untuk tujuan mencegah dan memutus
hubungan kolusi di dalam perusahaan.
e) Kewajiban untuk cuti karyawan agar dapat digantikan dengan
karyawan lain.
f) Mencocokkan harta fisik perusahaan dengan catatan untuk menjaga
ketelitian dan keandalan data perusahaan.
g) Adanya staf pengawas internal (SPI). Untuk menjaga objektivitas dan
efektivitas pengawasan staf pengawas internal harus mandiri dan tidak
ikut campur dalam kegiatan operasional didalam perusahaan.
4) Karyawan dengan kualitas yang sesuai tanggung jawab
Seleksi penerimaan calon karyawan berdasarkan syarat yang
dituntut oleh pekerjaannya dan melakukan pengembangan pendidikan dan
pelatihan bagi setiap karyawan yang disesuaikan dengan tuntutan
10
perkembangan pekerjaan merupakan salah satu cara untuk mendapatkan
karyawan yang berkompeten dan dapat dipercaya.
Unsur-Unsur pengendalian internal menurut COSO 1992 dalam (Romney
& Steinbart, 2017) menyatakan bahwa pengendalian internal memiliki tujuh
unsur, antara lain :
1) Lingkungan internal
Lingkungan internal meliputi budaya perusahaan yang
mempengaruhi cara organisasi untuk menentukan strategi dan tujuan,
membuat struktur aktivitas bisnis, dan mengidentifikasi, menilai, serta
merespon risiko. Lingkungan internal sebagai dasar jika terdapat
kelemahan atau ketidak efisienan yang terjadi dalam lingkungan internal
yang mengakibatkan kerusakan di dalam manajemen. Dalam lingkungan
internal mencakup hal-hal berikut, yaitu :
a) Filosofi manajemen, gaya pengoperasian, dan selera risiko.
Setiap organisasi memiliki filosofi atau kepercayaan dan sikap
yang dianut bersama, tentang risiko yang mempengaruhi kebijakan,
prosedur, komunikasi lisan dan tulisan, serta keputusan. Perusahaan juga
memiliki selera resiko yaitu jumlah risiko yang bersedia diterima oleh
sebuah perusahaan untuk mencapai tujuan dan sasarannya. Untuk
menghindari risiko yang tidak semestinya, selera risiko harus selaras
dengan strategi perusahaan.
b) Komitmen terhadap integritas, nilai etis, dan kompetensi.
Organisasi membutuhkan sebuah budaya yang menekankan
integritas dan komitmen pada nilai-nilai etis serta kompetensi. Integritas
dimulai dari puncak kepemimpinan dengan para pegawai perusahaan
mengadopsi sikap manajemen puncak risiko dan pengendalian.
c) Pengawasan pengendalian internal oleh dewan direksi
Sarbanes-Oxley Act (SOX) mensyaratkan perusahaan publik untuk
memiliki sebuah komite audit dari dewan luar dan independen. Komite
audit bertanggung jawab atas pelaporan keuangan, kepatuhan terhadap
11
peraturan, pengendalian internal, serta perekrutan dan pengawasan baik
auditor internal maupun eksternal.
d) Struktur organisasi
Terdapat aspek-aspek penting dari struktur organisasi menyertakan
sebagai berikut :
● Sentralisasi atau desentralisasi wewenang.
● Hubungan pengarahan atau matriks pelaporan.
● Organisasi berdasarkan industri, lini produk, lokasi, atau jaringan
pemasaran.
● Bagaimana alokasi tanggung jawab mempengaruhi ketentuan
informasi.
● Organisasi dan garis wewenang untuk akuntansi, pengauditan, dan
fungsi sistem informasi.
● Ukuran dan jenis aktivitas perusahaan.
e) Metode penetapan wewenang dan tanggung jawab
Wewenang dan tanggung jawab ditetapkan dan dikomunikasikan
menggunakan deskripsi pekerjaan formal, pelatihan pegawai, jadwal
pengoperasian, anggaran kode etik, serta kebijakan dan prosedur tertulis.
f) Standar-standar sumber daya manusia yang menarik, mengembangkan,
dan mempertahankan individu yang kompeten
Kebijakan sumber daya manusia dan praktik-praktik yang
mengatur kondisi kerja, insentif pekerjaan, dan kemajuan karier dapat
menjadi kekuatan dalam mendorong kejujuran, efisiensi, dan layanan yang
loyal. Beberapa kebijakan dan prosedur sumber daya manusia yang
penting meliputi perekrutan pegawai atau karyawan berdasarkan latar
belakang pendidikan, pengalaman, pencapaian, kejujuran, integritas dan
persyaratan kerja yang sesuai. Hal penting lainnya meliputi
mengkompensasi, mengevaluasi, promosi yang didasarkan pada kinerja
dan kualitatif, pelatihan, pengelolaan pegawai yang tidak puas,
pemberhentian, liburan dan rotasi tugas, perjanjian kerahasiaan dan
asuransi ikatan kesetiaan, menuntut dan memenjarakan pelaku.
12
g) Pengaruh eksternal
Pengaruh eksternal meliputi persyaratan-persyaratan yang diajukan
oleh bursa efek, Financial Accounting Standards Board (FASB), PCAOB,
dan SEC. Mereka juga menyertakan persyaratan yang dipaksakan oleh
badan-badan regulasi seperti bank, utilitas dan perusahaan asuransi.
2) Penetapan Tujuan
Penetapan tujuan adalah komponen COSO yang kedua. Penetapan
tujuan menentukan hal yang ingin dicapai oleh perusahaan untuk membuat
visi atau misi perusahaan yang menjadi tanggung jawab manajemen.
Terdapat empat tujuan menurut COSO antara lain :
● Tujuan strategis (strategic objective), sasaran tingkat tinggi yang
disejajarkan dengan misi perusahaan, mendukungnya, serta
menciptakan nilai pemegang saham.
● Tujuan operasi (operation objective), tujuan yang berhubungan dengan
efektivitas dan efisiensi operasi perusahaan, menentukan cara
mengalokasikan sumber daya.
● Tujuan pelaporan (reporting objective), membantu memastikan
ketepatan, kelengkapan, dan keterandalan laporan perusahaan,
meningkatkan pembuatan keputusan dan mengawasi aktivitas serta
kinerja perusahaan.
● Tujuan kepatuhan (compliance objective), membantu perusahaan
mematuhi seluruh hukum dan peraturan yang berlaku. Penilaian
terhadap reputasi perusahaan dapat dilihat dari seberapa baik
perusahaan dalam mencapai tujuan kepatuhan dan pelaporan.
3) Identifikasi kejadian
COSO mendefinisikan kejadian (event) sebagai “sebuah insiden
atau peristiwa yang berasal dari sumber-sumber internal atau eksternal
yang mempengaruhi implementasi strategi atau pencapain tujuan.
Kejadian mungkin memiliki dampak positif atau negatif atau keduanya”.
Sebuah kepastian menunjukkan ketidakpastian yang mungkin atau tidak
mungkin terjadi. jika terjadi dapat memicu kejadian yang lain. Untuk itu
13
perusahaan harus bisa mengantisipasi seluruh kemungkinan kejadian
positif atau negatif dan menentukan mana yang lebih dan mana yang
kurang mungkin untuk terjadi, dan memahami hubungan timbal-balik
kejadian (Romney & Steinbart, 2017).
4) Penilaian dan respon risiko
Menurut (Romney & Steinbart, 2017) Risiko-risiko sebuah
kejadian yang teridentifikasi dinilai dalam beberapa cara yang berbeda:
kemungkinan, dampak positif dan negatif, secara individu dan berdasarkan
kategori, dampak pada unit organisasi yang lain, serta berdasarkan pada
sifat bawaan dan residual. Risiko bawaan adalah kelemahan dari sebuah
penetapan akun atau transaksi pada masalah pengendalian yang signifikan
tanpa adanya pengendalian internal. Risiko residual adalah risiko yang
tersisa setelah manajemen mengimplementasikan pengendalian internal
atau beberapa respons lainnya terhadap risiko. Perusahaan harus menilai
risiko bawaan, mengembangkan respons, dan kemudian menilai risiko
residual.
Untuk menyelaraskan risiko yang diidentifikasikan dengan
toleransi perusahaan terhadap risiko,manajemen harus mengambil
pandangan entitas yang luas pada risiko. Mereka harus menilai
kemungkinan dan dampak risiko, seperti biaya dan manfaat dari respons-
respons alternatif. Manajemen dapat merespons risiko dengan salah satu
dari empat cara berikut:
a) Mengurangi kemungkinan dan dampak risiko dengan
mengimplementasikan sistem pengendalian internal yang efektif.
b) Menerima kemungkinan dan dampak risiko.
c) Membagikan risiko atau mentransfernya kepada orang lain dengan
asuransi pembelian, mengalihdayakan sebuah aktivitas, atau masuk ke
dalam transaksi lindung nilai.
d) Menghindari risiko dengan tidak melakukan aktivitas yang
menciptakan risiko. Untuk menghindari hal ini perusahaan bisa
14
menjual sebuah divisi, keluar dari lini produk, atau tidak memperluas
perusahaan seperti yang diharapkan.
5) Aktivitas pengendalian
Aktivitas pengendalian (control activities) merupakan kebijakan,
prosedur, dan aturan yang memberikan jaminan memadai bahwa tujuan
pengendalian telah dicapai dan respons risiko telah dilakukan. Untuk itu
manajemen harus memastikan hal-hal berikut ini (Romney & Steinbart,
2017) :
a) Pengendalian dipilih dan dikembangkan untuk membantu mengurangi
risiko hingga level yang dapat diterima.
b) Pengendalian umum yang sesuai dipilih dan dikembangkan melalui
teknologi.
c) Aktivitas pengendalian diimplementasikan dan dijalankan sesuai
dengan kebijakan dan prosedur perusahaan yang telah ditentukan.
Adapun kategori-kategori yang harus dilakukan, sebagai berikut:
a. Otorisasi transaksi dan aktivitas yang layak.
Otorisasi merupakan penetapan kebijakan bagi pegawai untuk
diikuti dan kemudian memberdayakan mereka guna mengawasi setiap
aktivitas dan keputusan perusahaan. Otorisasi dapat berupa
penandatanganan, penginialisasian, dan pemasukan kode otorisasi pada
sebuah dokumen atau catatan. Otorisasi dibagi menjadi dua, yaitu
otorisasi khusus dan otorisasi umum. Otorisasi khusus (specific
authorization) dimana manajer memberikan otorisasi secara khusus
agar aktivitas atau transaksi tersebut terjadi. sebaliknya otorisasi umum
(general authorization) manajemen mengotorisasi pegawai untuk
menangani transaksi rutin tanpa adanya persetujuan khusus.
b. Pemisahan tugas
Pengendalian internal yang baik mensyaratkan tidak ada satu
pegawai pun yang diberi terlalu banyak tanggung jawab atas transaksi
atau proses bisnis. Pemisahan tugas harus dibagi menjadi dua sesi
yaitu pemisahan tugas akuntansi dan pemisahan tugas
15
sistem.Pemisahan tugas akuntansi yang efektif tercapai ketika fungsi
otorisasi, fungsi pencatatan dan fungsi penyimpanan dipisahkan.
Pemisahan tugas sistem bertujuan untuk menghindari atau mencegah
adanya tindakan menyamarkan penipuan oleh orang yang memiliki
akses tidak terbatas ke komputer, program, dan data langsung. Dalam
tujuan pemisahan tugas diatas, maka wewenang dan tanggung jawab
harus dibagi menurut fungsi-fungsi seperti fungsi administrator sistem,
manajemen keamanan, manajemen perubahan, pengguna, analisis
sistem, pemrograman, operasi komputer, perpustakaan sistem
informasi, pengendalian data.
c. Pengembangan proyek dan pengendalian akuisisi
Pengendalian pengembangan sistem yang penting meliputi
sebuah komite pengarah, sebuah rencana induk strategis, sebuah
rencana pengembangan proyek, sebuah jadwal pengolahan data,
pengukuran kinerja sistem, sebuah tinjauan pasca-implementasi.
d. Mengubah pengendalian manajemen.
e. Mendesain dan menggunakan dokumen dan catatan.
f. Pengamanan aset, catatan, dan data.
Untuk mengamankan aset perusahaan perlu melakukan hal
yang penting seperti menciptakan dan menegakkan kebijakan dan
prosedur yang tepat, memelihara catatan akurat dari seluruh aset,
membatasi akses terhadap aset, melindungi catatan dan dokumen.
g. Pengecekan kinerja independen
Pengecekan kinerja membantu memastikan bahwa transaksi
diproses dengan tepat. Pengecekan kinerja ini meliputi tinjauan tingkat
atas, tinjauan analitis, rekonsiliasi catatan-catatan yang dikelola secara
independen, perbandingan terhadap kuantitas aktual dengan jumlah
dicatat, akuntansi double entry, tinjauan independen.
6) Informasi dan Komunikasi
Menurut (Romney & Steinbart, 2017) sistem informasi dan
komunikasi haruslah memperoleh dan mempertukarkan informasi yang
16
dibutuhkan untuk mengatur, mengelola, dan mengendalikan operasi
perusahaan. Kerangka IC yang diperbarui memerinci bahwa tiga prinsip
berikut berlaku di dalam proses informasi dan komunikasi yaitu:
a) Mendapatkan atau menghasilkan informasi yang relevan dan
berkualitas tinggi untuk mendukung pengendalian internal.
b) Mengkomunikasikan informasi secara internal, termasuk tujua dan
tanggung jawab yang diperlukan untuk mendukung komponen-
komponen lain dari pengendalian internal.
c) Mengkomunikasikan hal-hal pengendalian internal yang relevan
kepada pihak-pihak eksternal.
7) Pengawasan
Sistem pengendalian internal yang dipilih atau dikembangkan
harus diawasi secara berkelanjutan, dievaluasi, dan dimodifikasi sesuai
kebutuhan. Metode-metode utama dalam mengawasi kinerja meliputi :
a) Menjalankan evaluasi pengendalian internal.
b) Implementasi pengawasan yang efektif
c) Menggunakan sistem akuntansi pertanggungjawaban
d) Mengawasi aktivitas sistem.
e) Melacak perangkat lunak dan perangkat bergerak yang dibeli.
f) Menjalankan audit berkala.
g) Mempekerjakan petugas keamanan komputer dan chief compliance
officer.
h) Menyewa spesialis forensik.
i) Memasang perangkat lunak deteksi penipuan,
j) Mengimplementasikan hotline penipuan sebagai cara yang efektif
untuk mematuhi hukum dan menyelesaikan konflikwhistle blower
(Romney & Steinbart, 2017)
2. Penerimaan Kas
Pengertian penerimaan kas menurut IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) dalam
PSAP No.3, mengemukakan bahwa Penerimaan kas adalah semua aliran kas yang
masuk ke Bendahara Umum Negara/ Daerah. Jadi semua aliran kas yang masuk
17
kedalam kas suatu perusahaan, itu yang dinamakan sebagai Penerimaan kas.
Sistem pengendalian yang baik pada sistem penerimaan kas dari penjualan tunai
mengharuskan :
1) Penerimaan kas dalam bentuk tunai harus segera disetor ke bank dalam
jumlah penuh dengan cara melibatkan pihak lain selain kasir untuk
melakukan internal check.
2) Penerimaan kas dari penjualan tunai dilakukan melalui transaksi kartu
kredit, yang melibatkan bank penerbit kartu kredit dalam pencatatan
transaksi penerimaan kas.
3. Pengeluaran Kas
Pengeluaran kas (Cash Payment) adalah transaksi pengeluaran uang secara
tunai yang menyebabkan berkurangnya aset perusahaan berupa kas, bank atau
setara kas lainnya. Transaksi pengeluaran kas meliputi pembayaran utang,
pembelian barang dagangan, pembelian bahan baku, pembelian bahan pembantu,
pembelian perlengkapan kantor, pembentukan dana kas kecil. Adapun fungsi-
fungsi yang terkait dalam sistem akuntansi pengeluaran kas menurut Mulyadi
(2016:429) adalah:
● Fungsi yang memerlukan pengeluaran kas
Jika suatu fungsi memerlukan pengeluaran kas (misalnya untuk pembelian
jasa dan untuk biaya perjalanan dinas), fungsi yang bersangkutan mengajukan
permintaan cek kepada fungsi akuntansi (Bagian Utang). Permintaan cek ini harus
mendapatkan persetujuan dari kepala fungsi yang bersangkutan.
● Fungsi kas
Fungsi ini bertanggungjawab dalam mengisi cek, memintakan otorisasi
atau cek, dan mengirimkan cek kepada kreditur via pos atau membayar langsung
kepada kreditur.
● Fungsi akuntansi
Fungsi akuntansi bertanggung jawab atas: a. Pencatatan pengeluaran kas
yang menyangkut biaya persediaan. b. Pencatatan transaksi pengeluaran kas
dalam jurnal pengeluaran kas atau register cek. c. Pembuatan bukti kas keluar
18
yang memberikan otorisasi kepada fungsi kas dalam mengeluarkan cek sebesar
yang tercantum dalam dokumen tersebut.
● Fungsi pemeriksaan intern
Fungsi ini bertanggungjawab dalam melakukan penghitungan kas (cash
count) secara periodik dan mencocokan hasil penghitungan dengan saldo kas
menurut catatan akuntansi ( rekening kas dalam buku besar). Selain itu, fungsi ini
juga bertanggung jawab dalam melakukan pemeriksaan secara mendadak
(surprised audit) terhadap saldo kas yang ada di tangan dan membuat rekonsiliasi
bank secara periodik.
4. Koperasi Simpan Pinjam
Koperasi adalah suatu bentuk peraturan dan tujuan tertentu pula,
perusahaan yang didirikan oleh orang-orang tertentu untuk melakukan kegiatan-
kegiatan tertentu (Moonti, 2016).
Berdasarkan UU RI No.25 Tahun 1992 Pasal 1, menyatakan bahwa
“Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan
hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi
sekaligus sebagai gerakan rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan”.
a. Tujuan Koperasi
Tujuan koperasi sebagaimana dikemukakan dalam Pasal 3 UU No.
25/1992 adalah sebagai berikut:
“Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membnagun tatanan
perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju,
adil, makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.”
(Moonti, 2016).
b. Fungsi Koperasi
Menurut (Moonti, 2016) pada dasarnya usaha koperasi memiliki
dua fungsi penting yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, yaitu fungsi
bidang ekonomi dan fungsi bidang sosial.
1) Fungsi dalam Bidang Ekonomi.
a. Menumbuhkan motif berusaha yang lebih berperikemanusiaan.
19
b. Mengembangkan metode pembagian sisa hasil usaha yang lebih
adil.
c. Memerangi monopoli dan bentuk-bentuk konsentrasi permodalan
lainnya.
d. Menawarkan barang-barang dan jasa dengan harga yang lebih
murah.
e. Meningkatkan penghasilan anggota.Menyederhanakan dan
mengefisienkan tata niaga.
f. Menumbuhkan sikap jujur dan keterbukaan dalam pengelolaan
perusahaan.
g. Menjaga keseimbangan antara permintaan dan penawaran, antara
kebutuhan dan pemenuhan kebutuhan.
h. Melatih masyarakat untuk menggunakan pendapatnya secara aktif.
2) Fungsi dalam Bidang Sosial
a. Mendidik para anggotanya untuk memiliki semangat bekerja sama,
baik dalam menyelesaikan tugas mereka, dan mampu dalam
membbangun pendapatnya secara aktif.
b. Mendidik para anggotanya untuk memiliki semangat berkorban,
sesuai dengan kemampuannya masing-masing, demi terwujudnya
tatanan sosial dalam rangka mewujudkan tatanan sosial dalam
rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan beradab.
c. Mendorong terwujudnya suatu tatanan sosial yang bersifat
demokratis, menjamin dan melindungi hak dan kewajiban setiap
orang.
d. Mendorong terwujudnya suatu kehidupan masyarakat yang tentram
dan damai.
c. Prinsip Koperasi
Berdasarkan pada Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 koperasi
melaksanakan prinsip-prinsip sebagai berikut (Rohmat, 2015) :
1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka
2. Pengelolaan dilakukan secara demokratis
20
3. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan
besarnya jasa usaha masing-masing anggota
4. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal
5. Kemandirian
d. Pengelompokan Koperasi
Koperasi dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian Menurut
(Moonti, 2016) yaitu:
1) Koperasi berdasarkan bidang usaha, antara lain :
a) Koperasi konsumsi
b) Koperasi produksi
c) Koperasi pemasaran
d) Koperasi kredit/simpan pinjam
2) Koperasi berdasarkan jenis komoditi, yaitu :
a) Koperasi ekstraktif
b) Koperasi pertanian dan peternakan
c) Koperasi industri dan kerajinan
d) Koperasi jasa-jasa
3) Koperasi berdasarkan profesi anggota, yaitu :
a) Koperasi karyawan
b) Koperasi Pegawai Negeri (KPN)
c) Koperasi angkatan darat, laut, udara, dan Polri
d) Koperasi Unit Desa (KUD)
e) Koperasi mahasiswa
f) Koperasi pedagang pasar
g) Koperasi veteran RI
h) Koperasi nelayan
4) Koperasi berdasarkan daerah kerjanya, antara lain :
a) Koperasi primer
b) Koperasi pusat
c) Koperasi gabungan
d) Koperasi induk