bab ii kajian pustaka a. penelitian terdahulueprints.umm.ac.id/68940/3/bab ii.pdf · 2020. 11....

14
10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan program pemberian ketrampilan kerja (pembinaan) yang telah ada dalam lembaga pembinaan khusus anak , sehingga membutuhkan banyak referensi dari penelitian terdahulu sebagai bahan dalam perbandingan untuk menyampaikan yang efektif tanpa mengulangi proses penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, sehingga dapat tercapai hasil penelitian yang signifikan dalam menyelsaikan susunan bagi pengembangan pola pembinaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Blitar. Adapun uraian dibawah ini menjelaskan perbedaan dan garis besar penelitian yang telah dilakukan dalam setting tempat yang sama sebagai acuan dalam pengembangan hasil penelitian sebelumnya, serta menghindari tindak plagias karya ilmiah yang telah dibuat oleh peneliti. Beberapa ulasan berkaitan dengan karya ilmiah yang telah dibuat oleh peneliti terdahulu : Penelitian ini ditulis oleh Pramitasari Anggraini (05810013) 8 sebagai mahasiswi Jurusan Psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang, dengan judul naskah skripsi yaitu tentang “ Kebutuhan, 8 http://eprints.umm.ac.id/31888/ - KEBUTUHAN, TEKANAN DAN KONFLIK PADA NARAPIDANA REMAJA KASUS PEMBUNUHAN(Study di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Anak Blitar) Anggraeni, Pramitasari (2011) KEBUTUHAN, TEKANAN DAN KONFLIK PADA NARAPIDANA REMAJA KASUS PEMBUNUHAN(Study di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Anak Blitar). Other thesis, University of Muhammadiyah Malang. 11-01-2020 di akses pukul 18:05

Upload: others

Post on 17-Mar-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/68940/3/BAB II.pdf · 2020. 11. 5. · penyalahgunaan miras dan narkoba dengan perilaku menyimpang pada anak di LPKA

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan program

pemberian ketrampilan kerja (pembinaan) yang telah ada dalam

lembaga pembinaan khusus anak , sehingga membutuhkan banyak

referensi dari penelitian terdahulu sebagai bahan dalam perbandingan

untuk menyampaikan yang efektif tanpa mengulangi proses penelitian

yang telah dilakukan sebelumnya, sehingga dapat tercapai hasil

penelitian yang signifikan dalam menyelsaikan susunan bagi

pengembangan pola pembinaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak

Klas I Blitar.

Adapun uraian dibawah ini menjelaskan perbedaan dan garis

besar penelitian yang telah dilakukan dalam setting tempat yang sama

sebagai acuan dalam pengembangan hasil penelitian sebelumnya, serta

menghindari tindak plagias karya ilmiah yang telah dibuat oleh

peneliti. Beberapa ulasan berkaitan dengan karya ilmiah yang telah

dibuat oleh peneliti terdahulu :

Penelitian ini ditulis oleh Pramitasari Anggraini (05810013)8

sebagai mahasiswi Jurusan Psikologi di Universitas Muhammadiyah

Malang, dengan judul naskah skripsi yaitu tentang “ Kebutuhan,

8 http://eprints.umm.ac.id/31888/ - KEBUTUHAN, TEKANAN DAN KONFLIK PADA NARAPIDANA

REMAJA KASUS PEMBUNUHAN(Study di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Anak Blitar) Anggraeni,

Pramitasari (2011) KEBUTUHAN, TEKANAN DAN KONFLIK PADA NARAPIDANA REMAJA KASUS

PEMBUNUHAN(Study di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Anak Blitar). Other thesis, University of

Muhammadiyah Malang. 11-01-2020 di akses pukul 18:05

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/68940/3/BAB II.pdf · 2020. 11. 5. · penyalahgunaan miras dan narkoba dengan perilaku menyimpang pada anak di LPKA

11

Tekanan & Konflik pada narapidana Remaja kasus pembunuhan.

(studi di LPKA Klas II A Blitar)”.Penelitian ini menjelaskan bahwa

dalam proses pidana atau menjalani masa hukumannya, tidak jarang

anak merasa bawa kebutuhan afektifnya kurang terpenuhi, sikap

afektifnya yang sejatinya hanya didapatkan dari keluarga berkurang

karena intensitas dalam pertemuan antara anak dan orang tua

menjadi terbatas. Hal ini yang kemudian memunculkan sikap

agresifitas sebagai bentuk ekspresif terhadap kebutuhan afektif yang

tidak terpenuhi.

Tidak jarang adanya mahasiswa psikologi dalam proses menjalani

masa hukumannya ,mampu membuat anak merasa lebih diperhatikan

dengan treatment yang diberikam selama masa penelitian,bahkan

tidak jarang hal tersebut membuat anak sering mengakui perasaan

bersalahnya & berdampak dalam meningkatkan keinginannya dalam

melakukan hal baik agar dapat diterima kembali oleh masyarakat.

Naskah penelitian ini ditulis oleh Rosalina Megapuspitasari

(201110420311160)9 mahasiswi Jurusan Keperawatan di Universitas

Muhammadiyah Malang. Judul penelitian ini yaitu Hubungan

penyalahgunaan miras dan narkoba dengan perilaku menyimpang

pada anak di LPKA Klas I Blitar.Hasil penelitiannya mengatakan

bahwa ada hubungan antara penyalahgunaan mengonsumsi minuman

9 http://eprints.umm.ac.id/33211/2/jiptummpp-gdl-rosaliname-44350-2-babi.pdf - Hubungan penyalahgunaan miras dan narkoba dengan perilaku menyimpang pada anak di LPKA Klas I Blitar oleh Rosalina Megapuspitasari 201110420311160 Keperawatan Other thesis, University of Muhammadiyah Malang. 11-01-2020 di akses pukul 18:05

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/68940/3/BAB II.pdf · 2020. 11. 5. · penyalahgunaan miras dan narkoba dengan perilaku menyimpang pada anak di LPKA

12

beralkohol illegal (miras) & narkoba dengan perilaku menyimpang

pada anak di LPKA Klas I Blitar. menggunakan metode Cross

Sectional bersifat Retrospektif

Naskah skripsi yang peneliti gunakan sebagai referensi atas

penelitan terdahulu dari skripsi milik saudari Firotussalamah

(11410070)10 telah menyelsaikan perkuliahan Universitas Islam

Negeri Malang dan mengambil jurusan psikologi. Judul skripsi yang

digunakana peneliti yaitu Hubungan konsep diri dengan kecemasan

narapidana remaja di LPKA Klas I Blitar menjelang bebas.Dalam

naskah skripsi tersebut menjelaskan bahwa pada diri remaja mulai

tumbuh sikap untuk mengelola semua kemampuan yang dimiliki

sebagai bahan dalam mendapatkan aktualisasi dirinya. Pola

perkembangan ini sering dikaitan dengan beberapa faktor yang

mampu mempengaruhi remaja dalam masa penemuan jati diri yang

kemudian memunculkan nilai dan norma baru dalam kehidupannya

sebagai salah satu pembentukan konsep diri. Terlepas dari faktor yang

ada memberikan dampak negative atau positif terhadap perubahan

perilaku remaja tersebut. Hal ini kemudian menciptakan Jati diri

dalam diri anak tersebut, konsep diri yang telah ditemukan kemudian

menjadi capaian atas terbentuknya jati diri yang dialami selama proses

perkembangan dalam masa remajanya. hal ini juga berlaku pada anak

berhadapan dengan hukum dalam Lembaga Pemasyarakatan Anak

10 http://etheses.uin-malang.ac.id/2781/ - Hubungan konsep diri dengan kecemasan narapidana remaja di LPKA kelas I Blitar menjelang bebas Salamah, Fitrotus (2016) Hubungan konsep diri dengan kecemasan narapidana remaja di LPKA kelas I Blitar menjelang bebas. Undergraduate thesis, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/68940/3/BAB II.pdf · 2020. 11. 5. · penyalahgunaan miras dan narkoba dengan perilaku menyimpang pada anak di LPKA

13

Klas I Blitar , menyikapi segala bentuk permasalahan hidup yang

dialami dalam masa remaja mereka membentuk jati diri mereka

dengan berbagai pelajaran hidup hal ini juga berpengaruh terhadap

kesiapan mereka untuk kembali pada masyarakat setelah masa

hukumannya telah selesai dijalaninya. Kurang lebih 25 anak dari 31

subjek penelitian berhasil menghilangkan rasa cemas

tertingginya untuk kembali menyiapkan diri ada di tengah-tengah

masyarakat kembali, hal ini terjadi karena upaya pembinaan dalam

lembaga mampu dilakukan secara maksimal untuk mempersiapkan

mental anak itu sendiri.

B. Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA)

Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) adalah lembaga atau

tempat individu menjalani masa hukuman atas kasus

pidananya.11LPKA memiliki tanggung jawab untuk mewujudkan dan

memberikan kebutuhan atas pendidikan, pelatihan keterampilan ,

pembinaan dan pemenuhan lain dari anak sesuai dengan ketentuan

yang ada dalam undang-undang. Sehubungan dengan pernyataan

diatas , maka ABH berhak memperoleh pembinaan, bimbingan,

controlling / pegawasan , pendampingan , pendidikan dan pelatihan

serta hak lain sesuai dengan isi yang telah tertera dalam peraturan

perundang – undangan.12

Selain itu, LPKA juga memiliki wewenang untuk mentrasfer

kasus dan masa hukuman anak didik yang belum selesai menjalani

11 Undang – undang Republik Indonesia No. 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

Pasal 1 angka 20 12 Ibid Pasal 85 ayat (2)

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/68940/3/BAB II.pdf · 2020. 11. 5. · penyalahgunaan miras dan narkoba dengan perilaku menyimpang pada anak di LPKA

14

pidana di LPKA dan sudah berumur lebih atau tapat diangka 18 tahun

,anak binaan dipindahkan ke lembaga pemasyarakatan pemuda.13

Sementara perlakuan pemindahan bagi anak yang telah berumur 21

tahun, dan masih memiliki tanggungan masa hukuman, maka anak

dipindahkan ke lembaga pemasyarakatan dewasa dengan

memperhatikan kesinambungan pembinaan anak serta pertimbangan

atas kebutuhan yang diperlukan oleh anak binaan.14 Namun jika

terdapat kondisi yang tidak memungkinkan , sekiranya tidak

tersedianya lembaga pemasyarakatan bagi pemuda dalam wilayah

tersebut ,maka Kepala LPKA memiliki wewenang yang dapat

memindahkan anak berusia 18 tahun ke lembaga pemasyarakatan

dewasa berdasarkan rekomendasi dari pembimbing kemasyarakatan

dan keputusan atas peraturan-peraturan yang telah ditetapkan.

C. Pembinaan narapidana

Pembinaan narapidana adalah sebuah metode yang berkaitan antara

satu dengan yang lain.Sebagai metode atau suatu sistem, maka

pembinaan narapidana mempunyai beberapa aspek yang bekerja

saling berkaitan untuk mencapai titik atas kebutuhan anak binaan atau

suatu tujuan atas pembinaan tersebut.Sedikinya ada empat belas

komponen yaitu: falsafah, dasar hukum ,tujuan ,pendekatan sistem,

klasifikasi, pendekatan klasifikasi, perlakuan narapidana, orientasi

13 Ibid Pasal 86 ayat (1) 14 Ibid Pasal 86 ayat (2)

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/68940/3/BAB II.pdf · 2020. 11. 5. · penyalahgunaan miras dan narkoba dengan perilaku menyimpang pada anak di LPKA

15

pembinaan,sifat pembinaan,remisi, bentuk bangunan, narapidana

,keluarga ,pembina/pemerintah.15

Tujuan yang diharapkan atas terwujudnya system pembinaan

tersebut adalah pemasyarakatan. Hal ini sudah diberlakukan

diIndonesia dari tahun 1964 saat Dr. Sahardjo, S.H. mendeklarasikan

pendapatnya dalam acara konferensi kepenjaraan di Kota Bandung16.

Yang mengatakan bahwa mereka yang menjalani masaha hukuman

pidana tidak lagi dibuat jera melainkan dibina untuk kemudian

dimasyarakatkan kembali.

John Howard sebagai bapak pembaharuan kepenjaraan menjadi

pencetus perubahan atas system pemenjaraan menjadi system

pembinaan. Keadaan tersebut membuat banyak ahli hukum yang ikut

serta dalam mengembangkan tujuan pembinaan dan mencetuskan

“STANDART MININUM RULES” oleh The International penal &

Penitentiary Commission (IPPC) 1933, yang kemudian dikaji oleh

The Assembley of the League of nations, setelah melalui berbagai

perbaikan, pada tahun 1957 disetujui oleh kongres PBB menjadi The

Prevention of Crime & The Treatment of Offenders17.

D. Program di LPKA klas I Blitar

Jenis program pembinaan dalam Lembaga (LPKA) Klas I

Blitar meliputi berbagai aspek untuk pemenuhan hak – hak anak

dalam lembaga tersebut. Salah satunya yaitu pembinaan berbasis

keagamaan yang sangat konsisten dilakukan di lembaga tersebut guna

15Harsono Hs,C.I.,1995.Sistem Baru Pembinaan Narapidana.Jakarta : Djambatan. hal 5 16 Ibid.hal.47 17 Ibid.hal.46

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/68940/3/BAB II.pdf · 2020. 11. 5. · penyalahgunaan miras dan narkoba dengan perilaku menyimpang pada anak di LPKA

16

menanamkan kembali nilai-nilai dan orientasi kehidupan pada sang

pencipta. Tidak hanya memenuhi hak anak untuk mendapatkan ilmu

agama tetapi juga mengajak anak untuk melatih kemampuan sesuai

dengan keinginan dan kapasitasnya , fasilitas yang disediakan bagi

mereka antara lain seni music yang terdiri dari seni music tradisional /

gamelan & seni musik modern , ada juga keterampilan dalam menjahit

dan membuat keset yang nantinya akan dijual guna mengajarkan anak

didik untuk mendapatkan penghasilan dari kemampuan yang

dimilikinya. Lembaga juga ikut mengupayakan pemenuhan atas

kewajiban anak dalam hal pendidikan formal.Lembaga membantu

anak untuk menyelsaikan kewajibannya sebagai seorang pelajar

dengan mengikuti ujian paket C untuk mendapatkan ijazah yang dapat

digunakan bahkan setelah masa hukumannya telah berakhir.

E. Peran pekerja sosial dalam kasus ABH

Peran pekerja sosial dalam menangani anak dengan kasus hukum

telah diatur dalam UU sistem peradilan pidana anak pasal 68 ayat 1

yang menyatakan tugas dan kewajiban seorang pekerja sosial yang

memiliki kompetensi dalam menjalankan kewajiban dalam pelayanan

dan penangan kasus masalah sosial terhadap anak. Tugas dan

kewajiban pekerja sosial tersebut dijabarkan sebagai berikut :18

a. Membimbing , membantu , melindungi dan mendampingi

18 Djamil,Nasir.M.2013.Anak bukan untuk dihukum.Jakarta :Sinar Grafika Hal.171

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/68940/3/BAB II.pdf · 2020. 11. 5. · penyalahgunaan miras dan narkoba dengan perilaku menyimpang pada anak di LPKA

17

anak dengan melakukan pendampingan sosial dan

memunculkan kembali aktualisasi diri anak, memberikan

pendampingan dan advokasi sosial.

b. Mengakrabkan diri dengan anak seperti menjadi pendengar

yang baik bagi anak , serta memiliki kemampuan untuk

menciptakan suasana yang kondusif.

c. Menjadi bagian dari perkembangan tahapan atas pemulihan

serta perubahan atas kebiasaan atau perilaku anak.

d. Merangkai serta menyampaikan laporan atas kasus anak

kepada pembimbing kemasyarakatan yang menangani

hasil bimbingan , bantuan dan pembinaan terhadap anak

yang berdasarkan putusan pengadilan dijatuhi pidana atau

tindakan.

e. Memberikan pertimbangan atas keputusan perkara kasus

anak kepada aparat penegak hukum untuk penanganan

rehabilitasi sosial kepada anak.

f. Mendampingi penyerahan kasus anak kepada orang tua ,

Lembaga pemerintah atau Lembaga masyarakat.

g. Melakukan pendekatan kepada masyarakat agar bersedia

menerima kembali anak dengan kondisi sesudah atau pasca

menyelsaikan kasus untuk dapat kembali dan hidup

kembali dalam lingkungan sosialnya.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/68940/3/BAB II.pdf · 2020. 11. 5. · penyalahgunaan miras dan narkoba dengan perilaku menyimpang pada anak di LPKA

18

F. Bentuk - bentuk dan tipe Perilaku Menyimpang

Tingkat kenakalan pada anak remaja hingga mengarah pada

tindakan kriminal dapat diklasifikasikan. Tindakan yang dilakukan

tergolong dalam kegiatan yang melanggar nilai dan norma yang

berlaku di masyarakat dan dapat dikelompokkan ke dalam kelompok-

kelompok perilaku menyimpang. Menurut Kartini Kartono dalam

buku Patologi Sosial menjelaskan tentang model atau bentuk pada

kenakalan remaja yang dapat dibagi menjadi 4 (empat), yaitu19:

1. Kenakalan terisolir (Delinkuensi terisolir) perilaku ini

merupakan tindakan yang di lakukandalam kelompok

dengan akumulasi paling besar dari remaja dengan tindakan

yang dianggap nakal. Secara umum mereka tidak menderita

gangguan psikologis atau kesehatan mental.

2. Kenakalan Neurotik (Delinkuensi neurotik). Secara umum,

remaja dengan kenakalan dengan model seperti ini

mengalami gangguan mental (psikologi) yang cukup serius,

salah satunya berupa kecemasan, memiliki perasaan tidak

aman, merasa bersalah dan berdosa dan lain sebagainya.

3. Kenakalan Psikopatik (Delinkuensi psikopatik) Delinkuensi

psikopatik ini sedikit jumlahnya, individu dnegan model

kenalakan seperti mereka adalah sekelompok penyumbang

kasus pidana yang paling ekstrim.

19 Kartono,Kartini.2010.Patologi Sosial 2 : Kenakalan Remaja.PT Raja Grafindo Cetakan Ke-9.Hal. 49

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/68940/3/BAB II.pdf · 2020. 11. 5. · penyalahgunaan miras dan narkoba dengan perilaku menyimpang pada anak di LPKA

19

4. Kenakalan Defek Moral (Delinkuensi defek moral) Defek

(defect, defectus) memiliki arti yaitu rusak, tidak sempurna,

salah, cedera, cacat, kurang. Individu dengan model

kenalakalan seperti ini mudah merasa puas dengan prestasi

yang dimiliki, sisi lain dari model ini memiliki tingkat

agresivitas yang tinggi. Sehingga sikap ambisius yang ada

dalam individu menjadi salah satu munculnya factor

negative dalam terciptanya sikap over control (diluar batas)

normal. Remaja yang defek moralnya biasanya menjadi

penjahat yang sulit untuk berubah mengikui nilai dan

norma yang berlaku dimasyarakat.

Adapun bentuk-bentuk perilaku menyimpang dikalangan remaja

menurut Narwako20 dalam buku Sosiologi mengatakan secara umum

dapat digolongkan antara lain:

1. Tindakan nonconform Perilaku yang tidakmencermina nilai

dan norma social yang berlaku di masyarakat. (Nilai yang

berlaku dimasyarakat yang biasanya sudah mulai

dikenalkan sejak anak di usia dini)

2. Tindakan anti sosial merupakan sikap yang melawan

kebiasaan yang berlaku di dalam masyarakat atau

kepentingan umum. (Mengancam hak & kewajiban orang

lain di sekitarnya)

20 Narwoko, J Dwi.2011.Sosiologi : Teks Pengantar & Terapan.Jakarta : Kencana.Hal 101

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/68940/3/BAB II.pdf · 2020. 11. 5. · penyalahgunaan miras dan narkoba dengan perilaku menyimpang pada anak di LPKA

20

3. Tindakan-tindakan kriminal tindakan yang nyata-nyata telah

melanggar aturan serta nilai dan norma yang berlaku

dimasyarakat.

G. Anak yang berkonflik dengan hukum (ABH)

Istilah ABH atau anak yang berkonflik dengan hukum muncul

setelah diadakannya perundang –undangan mengenai perlindungan

anak yang mengacu pada dikategorikannya anak –anak yang

bermasalah atau kenakalan anak pada UU. No 3 tahun 1997 tentang

pengadilan anak. dan hal ini juga diikuti densgan penggunaan istilah

ABH pada UU. No 11 Tahun 2012 tentang system peradilan anak.

Berdasarkan Pasal 1 Butir 2 UU No. 3 tahun 1997 Tentang

Pengadilan Anak yang dimaksud dengan anak nakal adalah :

a. Anak yang melakukan tidak pidana atau

b. Anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan dilarang

bagi anak,baik menurut perundang –undangan maupun menurut

peraturan hukum lain yang hidup dan berlaku dalam masyarakat yang

bersangkutan.21

H. Rehabilitasi Sosial

Secara etimologi kata rehabilitasi terdiri atas 2 kata “re” dan

“habilitasi” yang mana kedua kata tersebut memiliki makna untuk

melakukan pengembalian kondisi seperti sedia kala atau sebelum

mengalami dampak yang menyebabkan aspek yang dikenakan kata

rehabilitasi tersebut menjadi aspek lain. Konteks secara umum bahwa

21 Ibid .Hal.33

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/68940/3/BAB II.pdf · 2020. 11. 5. · penyalahgunaan miras dan narkoba dengan perilaku menyimpang pada anak di LPKA

21

rehabilitasi sosial dalam hal kemanusiaan memiliki arti untuk

membantu sesamanya yang mengalami disfungsi sosial dengan

berbagi faktor yang menjadi dampak atas terjadinya difungsi sosial

dalam diri individu yang memerlukan bantuan tersebut. Sama seperti

yang dijabarkan dalam Permen Sosial No. 26 tahun 2018 bab IV pasal

16 ayat 1 dan 2 tentang rehabilitasi sosial bagi anak yang berhadapan

dengan hukum yang memiliki tujuan agar anak berhadapan dengan

hukum mampu berfungsi kembali secara social, keberfungsian social

itu meliputi keahlian anak dalam mengimplementasikan peran (tugas

dan kewajibannya), merasakan kebutuhan hak anaknya terpenuhi,

menyelsaikan permasalahan, pengenalan diri (eksploritas), dan

peningkatan kemampuan dan keahlian dalam diri serta menjamin

terciptanya lingkungan sosial yang mendukung capaian atas program

Rehabilitasi Sosial pada ABH. Mengutip buku rehabilitasi sosial, yang

menjelaskan bahwa rehabilitasi pada orang dengan disabilitas

merupakan upaya yang cukup mengeluarkan banyak energi, baik

dalam bidang kesehatan, sosial, kejiwaan, ekososbud maupun bidang

lain yang tersusun secara sistematis menjadi continuous process dan

bertujuan dalam memulihkan tenaga penderita cacat baik jasmani

maupun rohani, agar dapat diterima dalam masyarakat kembali

sebagai individu yang swasembada, produktif dan berguna bagi

masyarakat serta negara.22

22 Widati, Sri. Rehabilitasi Sosial Psikologis, tersedia :

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195310141987032-SRI_WIDATI/MK_REHAB/REHABILITASI_PSIKO_FISIKAL Bandung: PLB FIP IKIP, 5. (16 Januari

2020)

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/68940/3/BAB II.pdf · 2020. 11. 5. · penyalahgunaan miras dan narkoba dengan perilaku menyimpang pada anak di LPKA

22

Tahap rehabilitasi sosial khusus anak berhadapan dengan

hukum juga diatur dalam Permen sosial No.26 tahun 2018 Bab IV

Pasal 18 ayat 1 yang tersusun melalui beberapa tahapan diantara yaitu

pengenalan dengan menggunakan metode khusus sesuai kebutuhan

dari anak, pendalaman dan pemetaan masalah atau asesmen, membuat

tahpan atau alur dalam rencana memecahkan permasalahan, atau

intervensi, menyampaikan kembali bentuk atas target dan capaian,

tindak lanjut (terminasi), dan keberlanjutan bimbingan.

I. Self Consept (konsep – diri)

Konsep diri adalah sebuah ringkasan jati diri yang dimiliki

individu berkaitan dengan dirinya sendiri, yang terbentuk dan tercipta

melalui pengalaman – pengalaman yang didapatkan dari proses dalam

kehidupan (interaksi) dengan lingkungan. Konsep diri bukan

merupakan faktor genetik, melainkan muncul dari pengalaman yang

berkelanjutan dan terdiferensiasi. Dasar dari konsep diri individu

sudah dimiliki sejak usia dini kehidupan anak dan menjadi dasar yang

mempengaruhi tingkah lakunya di kemudian hari.

Fitts dalam buku (Agustiani , 2009 : 138)23 mengatakan bahwa

konsep diri merupakan aspek penting dalam diri seseorang, karena

konsep diri seseorang merupakan kerangka acuan (frame of reference)

dalam berinteraksi dengan lingkungan, beliau menjelaskan konsep diri

secara fenomenologis. Fitts juga mengungkapkan bahwa konsep diri

23 Agustiani , Hendriati.2009. Psikologi Perkembangan “pendekatan ekologi kaitannya dengan

konsep diri dan penyesuaian diri pada remaja”. Bandung : PT Refika Aditama.hal 138

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/68940/3/BAB II.pdf · 2020. 11. 5. · penyalahgunaan miras dan narkoba dengan perilaku menyimpang pada anak di LPKA

23

berpengaruh sangat kuat terhadap tingkah laku seseorang. Dengan

memahami konsep diri seseorang, kita akan lebih mudah memprediksi

dan memahai tingkah laku orang tersebut.