bab ii kajian pustaka a. landasan teori 1. pendidikan ...repository.ump.ac.id/41/3/bab ii...

26
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan Karakter Kerja Keras a. Pengertian Karakter Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), karakter berarti sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Salahudin (2013:42), menyatakan bahwa karakter adalah nilai-nilai yang khas baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpatri dalam diri dan terwujud dalam perilaku. Menurut Samani (2012:43), menjelaskan bahwa karakter dapat dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Karakter dapat terbentuk dengan adanya dorongan pendidikan, sehingga pendidikan karakter sangat penting untuk diterapkan. Yaumi (2014:7), mendefinisikan bahwa karakter merupakan kulminasi dari kebiasaan yang dihasilkan dari pilihan etik, perilaku, dan sikap yang dimiliki individu yang merupakan moral yang prima walalupun ketika tidak seorang pun melihatnya. Karakter mencangkup 6 Peningkatan Kerja Keras..., Nia Cucu Rahma Putri, FKIP UMP, 2015

Upload: hakien

Post on 01-Apr-2018

215 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan ...repository.ump.ac.id/41/3/BAB II Nia.pdf · Pendidikan Karakter Kerja Keras . a. ... Ratna Megawangi (Kesuma, 2012 : 5), menyatakan

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pendidikan Karakter Kerja Keras

a. Pengertian Karakter

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), karakter

berarti sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang

membedakan seseorang dari yang lain. Salahudin (2013:42),

menyatakan bahwa karakter adalah nilai-nilai yang khas baik (tahu

nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan

berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpatri dalam diri dan

terwujud dalam perilaku. Menurut Samani (2012:43), menjelaskan

bahwa karakter dapat dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun

pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun

pengaruh lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain, serta

diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.

Karakter dapat terbentuk dengan adanya dorongan pendidikan,

sehingga pendidikan karakter sangat penting untuk diterapkan.

Yaumi (2014:7), mendefinisikan bahwa karakter merupakan

kulminasi dari kebiasaan yang dihasilkan dari pilihan etik, perilaku,

dan sikap yang dimiliki individu yang merupakan moral yang prima

walalupun ketika tidak seorang pun melihatnya. Karakter mencangkup

6 Peningkatan Kerja Keras..., Nia Cucu Rahma Putri, FKIP UMP, 2015

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan ...repository.ump.ac.id/41/3/BAB II Nia.pdf · Pendidikan Karakter Kerja Keras . a. ... Ratna Megawangi (Kesuma, 2012 : 5), menyatakan

7

keinginan seseorang untuk melakukan yang terbaik, kepedulian

terhadap kesejahteraan orang lain, kognisi dari pemikiran kritis dan

alasan moral, dan pengembangan keterampilan interpersonal dan

emosional yang menyebabkan kemampuan individu untuk bekerja

secara efektif dengan orang lain dalam situasi setiap saat.

Berdasarkan dari pendapat mengenai karakter tesebut dapat

disimpulkan bahwa karakter adalah sikap-sikap dan perilaku

seseorang dalam bertindak mempraktikkan dan mengajarkan nilai-

nilai moral dan pengambilan keputusan yang beradab dalam hubungan

kehidupan dengan sesama manusia menuju proses yang lebih baik

dalam berinteraksi dengan manusia lain.

b. Kerja Keras

Menurut Yaumi (2014:94), mendefinisikan bahwa kerja keras

adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam

mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan

tugas dengan sebaik-baiknya. Menurut Elfindri (2012:102),

mengatakan bahwa kerja keras adalah sifat seorang yang tidak mudah

putus asa yang disertai kemauan keras dalam berusaha dalam

mencapai tujuan dan cita-citanya. Menurut Kesuma (2012:17), kerja

keras adalah suatu istilah yang melingkupi suatu upaya yang terus

dilakukan (tidak pernah menyerah) dalam menyelesaikan

pekerjaan/yang menjadi tugasnya lalu berhenti.

Peningkatan Kerja Keras..., Nia Cucu Rahma Putri, FKIP UMP, 2015

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan ...repository.ump.ac.id/41/3/BAB II Nia.pdf · Pendidikan Karakter Kerja Keras . a. ... Ratna Megawangi (Kesuma, 2012 : 5), menyatakan

8

Pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kerja keras yaitu

usaha sungguh-sungguh yang terus dilakukan dalam penyelesaian

suatu tugas atau pekerjaan, sehingga dapat mengetahui karakteristik

seseorang. Perilaku kerja keras sangat menunjang untuk mencapai

tujuan yang diinginkan.

Karakteristik kerja keras, bisa dikatakan sebagai perilaku

seseorang yang dicirikan oleh beberapa kecenderungan.

Kecenderungan tersebut dicirikan sebagai berikut:

1) Merasa risau jika pekerjaannya belum terselesaikan sampai tuntas.

2) Mengecek atau memeriksa terhadap apa yang harus dilakukan atau

apa yang menjadi tanggungjawabnya dalam suatu jabatan atau

posisi.

3) Mampu mengelola waktu yang dimilikinya.

4) Mampu mengorganisasi sumber daya yang ada untuk

menyelesaikan tugas dan tanggungjawabnya. (Kesuma, 2012:19)

Karakteristik nilai kerja keras dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Selalu mencari jenis pekerjaan yang disenangi, kemudian

melakukannya tanpa disuruh atau dikontrol oleh orang lain.

2) Menghargai hadiah yang diperoleh dari hasil kerja kerasnya.

3) Tidak terlalu berlebihan bekerja, hanya menjadi rutinitas dan

kebiasaan, tetapi menghargai waktu untuk sesuatu yang lain dalam

hidup.

4) Senang bekerja hal-hal yang bermanfaat bagi masyarakat.

Peningkatan Kerja Keras..., Nia Cucu Rahma Putri, FKIP UMP, 2015

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan ...repository.ump.ac.id/41/3/BAB II Nia.pdf · Pendidikan Karakter Kerja Keras . a. ... Ratna Megawangi (Kesuma, 2012 : 5), menyatakan

9

5) Menghindari pekerjaan yang tidak menarik dan tidak bermanfaat

bagi banyak orang. (Yaumi, 2014:95)

c. Pendidikan Karakter

Menurut Saptono (2011:23), menyatakan bahwa pendidikan

karakter adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja untuk

mengembangkan karakter yang baik (good character) berlandaskan

kebijakan-kebijakan ini (core virtues) yang secara objektif baik bagi

individu maupun masyarakat. Menurut Kementerian Pendidikan

Nasional (2011:5) pendidikan karakter disebutkan sebagai pendidikan

nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak

yang bertujuan mengembangkan kemampuan seluruh warga sekolah

untuk memberikan keputusan baik-buruk, keteladanan, memelihara

apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-

hari dengan sepenuh hati.

Ratna Megawangi (Kesuma, 2012 : 5), menyatakan pendidikan

karakter merupakan sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar

dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya

dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan

kontribusi yang positif kepada lingkungannya. Menurut Samani

(2012:43), pendidikan karakter adalah hal positif apa saja yang

dilakukan guru dan berpengaruh kepada karakter siswa yang

diajarkan. Menurut Adisusilo (2014:70), menjelaskan bahwa

pendidikan karakter sering disamakan dengan pendidikan budi pekerti,

Peningkatan Kerja Keras..., Nia Cucu Rahma Putri, FKIP UMP, 2015

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan ...repository.ump.ac.id/41/3/BAB II Nia.pdf · Pendidikan Karakter Kerja Keras . a. ... Ratna Megawangi (Kesuma, 2012 : 5), menyatakan

10

yaitu sebagai proses pembelajaran di sekolah yang bertujuan untuk

mengembangkan watak atau tabiat siswa dengan cara melatih

menghayati nilai-nilai dan keyakinan masyarakat sebagai kekuatan

moral dalam kehidupan siswa.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli tersebut disimpulkan

bahwa pendidikan karakter yaitu upaya yang dilakukan untuk

membentuk watak siswa dan mewujudkan kebaikan dalam kehidupan

sehari-hari dengan sepenuh hati. Pendidikan karakter dapat mendidk

anak-anak menjadi bertanggung jawab secara moral dan warga negara

disiplin.

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pendidikan Karakter

Menurut Zubaedi (2013:177), keberhasilan pendidikan karakter

dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

1) Faktor naluri, yaitu faktor corak dari refleksi sikap, tindakan, dan

perbuatan manusia dimotivasi oleh potensi kehendak yang dimotori

oleh naluri seseorang.

2) Faktor adat/kebiasaan, yaitu setiap tindakan dan perbuatan

seseorang yang dilakukan secara berulang-ulang dalam perbuatan

seseorang yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk

yang sama sehingga menjadi kebiasaan.

3) Faktor keturunan, yaitu sifat yang diturunkan orang tua terhadap

ananknya itu bukan sifat yang tumbuh dengan matang karena

Peningkatan Kerja Keras..., Nia Cucu Rahma Putri, FKIP UMP, 2015

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan ...repository.ump.ac.id/41/3/BAB II Nia.pdf · Pendidikan Karakter Kerja Keras . a. ... Ratna Megawangi (Kesuma, 2012 : 5), menyatakan

11

pengaruh lingkungan, adat dan pendidikan melainkan sifat-sifat

bawaan sejak lahir.

4) Faktor lingkungan, yaitu segala sesuatu yang mengelilingi manusia

yang turut mempengaruhi tingkah laku seseorang berada.

2. Prestasi Belajar

a. Hakikat belajar

1) Pengertian Belajar

Menurut Slameto (2013:2), belajar ialah suatu proses usaha

yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses

perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari

interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya.

Pendapat lain mengenai belajar, menurut Gagne (dalam

Sagala, 2011:17), belajar adalah perubahan yang terjadi setelah

belajar secara terus-menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses

pertumbuhan saja. Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus

bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa

sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami

situasi itu ke waktu setelah ia mengalami situasi tadi. Menurut

Sagala (2011:11), belajar merupakan komponen ilmu pendidikan

Peningkatan Kerja Keras..., Nia Cucu Rahma Putri, FKIP UMP, 2015

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan ...repository.ump.ac.id/41/3/BAB II Nia.pdf · Pendidikan Karakter Kerja Keras . a. ... Ratna Megawangi (Kesuma, 2012 : 5), menyatakan

12

yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik

yang bersifat ekplisit maupun implisit (tersembunyi).

Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat

pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah

perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan,

keterampilan, maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek

organisme atau pribadi. (Djamarah, 2010:10)

Dari pendapat di atas disimpulkan belajar adalah perubahan

tingkah laku dalam diri seseorang dengan tujuan berinteraksi

langsung dengan lingkungan yang menyangkut aspek organisme

secara terus menerus sehingga terjadi pengalaman dan ada hasil

yang dapat diperlihatkan.

2) Ciri-ciri Tingkah Laku dalam Belajar

Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam belajar menurut

pendapat Slameto (2013:3), diantaranya:

a) Perubahan terjadi secara sadar. Ini berarti bahwa seseorang

yang belajar akan menyadari perubahan itu atau sekurang-

kurangnya ia merasakan telah terjadi suatu perubahan pada

dirinya.

b) Perubahan dalam belajar bersifat kelanjutan dan fungsional.

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri

seseorang berlangsung secara kesinambungan, tidak statis.

Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan

Peningkatan Kerja Keras..., Nia Cucu Rahma Putri, FKIP UMP, 2015

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan ...repository.ump.ac.id/41/3/BAB II Nia.pdf · Pendidikan Karakter Kerja Keras . a. ... Ratna Megawangi (Kesuma, 2012 : 5), menyatakan

13

berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses

belajar berikutnya.

c) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif. Dalam

perubahan belajar, perubahan-perubahan tersebut senantiasa

bertambah dan bertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih

baik dari sebelumnya. Dengan demikian makin banyak dan

makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang

bersifat aktif artinya perubahan tersebut tidak terjadi dengan

sendirinya melainkan karena usaha individu itu sendiri.

d) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara.

Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap

atau permanen. Ini berarti tingkah laku yang terjadi setelah

belajar akan bersifat menetap.

e) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah. Ini berarti

perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang

akan dicapai. Perubahan belajar terarah kepada perubahan

tingkah laku yang benar-benar disadari.

f) Perubahan mencangkup seluruh aspek tingkah laku.

Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui sebuah

proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku.

Jika seorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan

mengalami perubahan tingkah laku secaya menyeluruh dalam

sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.

Peningkatan Kerja Keras..., Nia Cucu Rahma Putri, FKIP UMP, 2015

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan ...repository.ump.ac.id/41/3/BAB II Nia.pdf · Pendidikan Karakter Kerja Keras . a. ... Ratna Megawangi (Kesuma, 2012 : 5), menyatakan

14

3) Prinsip-prinsip Belajar

Slameto (2013:27) mengemukakan beberapa prinsip-

prinsip belajar, yaitu:

a) Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar

(1) Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi

aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk

mencapai tujuan instruksional.

(2) Belajar harus dapat menimbulkan penguatan dan motivasi

yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan

instruksional.

(3) Belajar perlu lingkungan yang menentang dimana anak

dapat mengembangkan kemampuannya berekplorasi dan

belajar dengan efektif.

(4) Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya.

b) Sesuai hakikat belajar

(1) Belajar itu proses kelanjutan, maka harus tahap demi

tahap menurut perkembangannya.

(2) Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan

discovery.

(3) Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antar

pengertian yang satu dengan pengertian yang lain)

sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan.

Peningkatan Kerja Keras..., Nia Cucu Rahma Putri, FKIP UMP, 2015

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan ...repository.ump.ac.id/41/3/BAB II Nia.pdf · Pendidikan Karakter Kerja Keras . a. ... Ratna Megawangi (Kesuma, 2012 : 5), menyatakan

15

c) Sesuai materi/bahan yang harus dipelajari

(1) Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki

struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa

mudah menangkap pengertiannya.

(2) Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu

sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya.

d) Syarat keberhasilan belajar

(1) Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa

dapat belajar dengan tenang.

(2) Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali

agar pengertian/keterampilan/sikap itu mendalam pada

siswa.

b. Pengertian Prestasi Belajar

1) Pengertian Prestasi

Arifin (2013:12), mengemukakan bahwa kata prestasi

berasal dari bahasa belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam

Bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Istilah

prestasi belajar (achievement) berbeda dengan hasil belajar

(learning outcome).

Prestasi belajar adalah hasil yang dapat dicapai oleh

seseorang setelah melakukan kegiatan belajar dalam kurun waktu

tertentu yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam

pengetahuan, keterampilan, dan nilai sikap. Seorang siswa yang

Peningkatan Kerja Keras..., Nia Cucu Rahma Putri, FKIP UMP, 2015

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan ...repository.ump.ac.id/41/3/BAB II Nia.pdf · Pendidikan Karakter Kerja Keras . a. ... Ratna Megawangi (Kesuma, 2012 : 5), menyatakan

16

telah melakukan kegiatan belajar, dapat diukur prestasinya setelah

melakukan kegiatan belajar tersebut dengan menggunakan suatu

alat evaluasi.

Arifin (2013:12), mengemukakan bahwa prestasi belajar

mempunyai fungsi utama antara lain :

a) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas

pengetahuan yang telah dikuasai siswa.

b) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.

Para ahli psikologi menyebut hal ini sebagai “tendensi

keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum

manusia”.

c) Sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.

Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong

bagi siswa dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan

teknologi, dan berperan sebagai umpan balik dalam

meningkatkan mutu pendidikan.

d) Sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi

pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar

dapat dijadikan indikator tingkat produktifitas suatu institusi

pendidikan. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan

relevan dengan kebutuhan masyarakat dan anak didik.

Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi

belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan siswa di

Peningkatan Kerja Keras..., Nia Cucu Rahma Putri, FKIP UMP, 2015

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan ...repository.ump.ac.id/41/3/BAB II Nia.pdf · Pendidikan Karakter Kerja Keras . a. ... Ratna Megawangi (Kesuma, 2012 : 5), menyatakan

17

masyarakat. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan

relevan pula dengan kebutuhan masyarakat.

e) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap

(kecerdasan) peserta didik. Dalam proses pembelajaran, siswa

menjadi fokus utama yang harus diperhatikan, karena peserta

didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi

pelajaran.

2) Indikator Prestasi Belajar

Menurut Syah (2011:216), mengungkapan prestasi belajar

meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat

pengalaman dan proses belajar siswa. Indikator prestasi belajar

ditunjukkan dalam tabel berikut:

Tabel 2.1

Jenis dan Indikator Prestasi Belajar

Ranah/Jenis Prestasi Indikator Ranah Kognitif: 1. Pengamatan

1. Dapat menunjukkan 2. Dapat membandingkan 3. Dapat menghubungkan

2. Ingatan 1. Dapat menyebutkan 2. Dapat menunjukkan kembali

3. Pemahaman

1. Dapat menjelaskan 2. Dapat mendefinisikan

dengan lisan sendiri

4. Aplikasi/penerapan

1. Dapat menjelaskan 2. Dapat mendefinisikan

dengan lisan sendiri

5. Analisis (Pemeriksaan dan pemilihan secara teliti)

1. Dapat menguraikan 2. Dapat mengklasifikasikan

Peningkatan Kerja Keras..., Nia Cucu Rahma Putri, FKIP UMP, 2015

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan ...repository.ump.ac.id/41/3/BAB II Nia.pdf · Pendidikan Karakter Kerja Keras . a. ... Ratna Megawangi (Kesuma, 2012 : 5), menyatakan

18

6. Sintesis (Membuat panduan baru dan utuh)

1. Dapat menghubungkan materi-materi, sehingga menjadi kesatuan baru

2. Dapat menyimpilkan 3. Dapat menggeneralisasikan

(Syah, 2011:217)

c. Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa

Menurut Slameto (2013:54), faktor-faktor yang mempengaruhi

belajar yaitu:

1) Faktor Internal

(a) Faktor jasmani

Faktor jasmani meliputi faktor kesehatan dan faktor cacat

tubuh. Faktor kesehatan berarti keadaan yang sehat, proses

belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang

terganggu. Faktor cacat tubuh adalah sesuatu yang

menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai

tubuh/badan.

(b) Faktor psikologis

Ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis

yang mempengaruhi belajar antara lain : inteligensi,

perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan, dan kelelahan.

2) Faktor Eksternal

(a) Faktor keluarga

Peningkatan Kerja Keras..., Nia Cucu Rahma Putri, FKIP UMP, 2015

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan ...repository.ump.ac.id/41/3/BAB II Nia.pdf · Pendidikan Karakter Kerja Keras . a. ... Ratna Megawangi (Kesuma, 2012 : 5), menyatakan

19

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga

berupa: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota

keluarga, suasana rumah dan keadaan ekonomi keluarga.

(b) Faktor sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencangkup

metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi

siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu

sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar

dan tugas rumah.

(c) Faktor masyarakat

Faktor masyarakat yang mempengaruhi belajar mencangkup

kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman

bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat. (Slameto,

2013:60)

3. Pembelajaran IPA SD Berdasarkan KTSP

a. Pengertian IPA

Menurut H.W Fowler (dalam Trianto, 2010:136), IPA adalah

pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan

dengan gelaja-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas

pengamatan dan deduksi. Pendapat tersebut dikuatkan lagi oleh

Trianto (2010:136), menjelaskan IPA adalah suatu kumpulan yang

sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala

alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi

Peningkatan Kerja Keras..., Nia Cucu Rahma Putri, FKIP UMP, 2015

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan ...repository.ump.ac.id/41/3/BAB II Nia.pdf · Pendidikan Karakter Kerja Keras . a. ... Ratna Megawangi (Kesuma, 2012 : 5), menyatakan

20

dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu,

terbuka, jujur, dan sebagainya.

Mulyasa (2009:111), pembelajaran IPA sebaiknya

dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan

berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya

sebagia aspek penting kecakapan hidup. Pembelajaran IPA di SD/MI

menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung

melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan

sikap ilmiah.

Beberapa pendapat di atas mengenai IPA disimpulkan IPA

merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang berkaitan dengan

alam yang dapat diketahui melalui metode ilmiah dan sikap ilmiah

secara sistematik.

b. Hakikat IPA

Menurut Trianto (2010:137) selaras dengan pendapat Laksmi

Prihantoro mengatakan bahwa IPA hakikatnya merupakan suatu

produk, proses, dan aplikasi. Sebagai produk, IPA merupakan

sekumpulan pengetahuan dan sekumpulan konsep dan bagan konsep.

Sebagai suatu proses, IPA merupakan proses yang dipergunakan

untuk mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan

produk-produk sains, dan sebagai aplikasi, teori-teori IPA akan

melahirkan teknologi yang dapat memberi kemudahan bagi

kehidupan.

Peningkatan Kerja Keras..., Nia Cucu Rahma Putri, FKIP UMP, 2015

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan ...repository.ump.ac.id/41/3/BAB II Nia.pdf · Pendidikan Karakter Kerja Keras . a. ... Ratna Megawangi (Kesuma, 2012 : 5), menyatakan

21

Secara umum IPA dipahami sebagai ilmu yang lahir dan

berkembang lewat langkah-langkah observasi, perumusan masalah,

penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui ekperimen,

penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep. Menurut

Trianto (2010:141), hakikat IPA adalah ilmu yang mempelajari

gejala-gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses

ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud

sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting

berupa konsep, prinsip, dan teori yang berlaku secara universal.

b. Nilai-nilai IPA

Nilai-nilai yang terkandung dalam IPA menurut Trianto

(2010:138) antara lain sebagai berikut:

1) Nilai Praktis

Nilai praktis yaitu sesuatu yang bermanfaat dan berharga

dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan dari penemuan-

penemuan IPA telah melahirkan teknologi yang secara langsung

dapat dimanfaatkan masyarakat.

2) Nilai Intelektual

Metode ilmiah telah melatih keterampilan, ketekunan, dan

melatih mengambil keputusan dengan pertimbangan yang

rasional dan menuntut sikap-sikap ilmiah bagi penggunaannya,

inilah yang dimaksud dengan nilai intelekrual.

Peningkatan Kerja Keras..., Nia Cucu Rahma Putri, FKIP UMP, 2015

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan ...repository.ump.ac.id/41/3/BAB II Nia.pdf · Pendidikan Karakter Kerja Keras . a. ... Ratna Megawangi (Kesuma, 2012 : 5), menyatakan

22

3) Nilai Sosial Budaya Ekonomi Politik

IPA mempunyai nilai-nilai sosial budaya ekonomi politik

berarti kemajuan IPA dan teknologi suatu bangsa, menyebabkan

bangsa tersebut memperoleh kedudukan yang kuat dalam

percaturan sosial ekonomi politik internasional.

4) Nilai Kependidikan

Pelajaran IPA memiliki nilai-nilai kependidikan antara

lain sebagai berikut:

a) Kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan

sistematis menurut metode ilmiah.

b) Keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan

pengamatan, dan mempergunakan peralatan untuk

memecahkan masalah.

c) Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan

masalah.

5) Nilai keagamaan

Secara empiris orang yang mendalami mempelajari IPA,

makin sadarlah dirinya akan adanya kebenaran hukum-hukum

alam, sadar akan adanya keterkaitan di dalam alam dengan

Maha Pengaturnya.

c. Tujuan mata pelajaran IPA

Menurut Trianto (2010:143) hakikat dan tujuan pembelajaran

IPA diharapkan dapat dapat memberikan antara lain sebagai berikut:

Peningkatan Kerja Keras..., Nia Cucu Rahma Putri, FKIP UMP, 2015

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan ...repository.ump.ac.id/41/3/BAB II Nia.pdf · Pendidikan Karakter Kerja Keras . a. ... Ratna Megawangi (Kesuma, 2012 : 5), menyatakan

23

1) Kesadaran akan keindahan dan keteraturan alam untuk

meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

2) Pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang dasar dari prinsip dan

konsep, fakta yang ada di alam, hubungan saling

ketergantungan, dan hubungan antara sains dan teknologi.

3) Keterampilan dan kemampuan untuk menangani peralatan,

memecahkan masalah dan melakukan observasi.

4) Sikap ilmiah, antara lain skeptis, kritis, sensitive, obyektif, jujur

terbuka, benar, dan dapat bekerjasama.

5) Kebiasaan mengembangkan kemampuan berfikir analitis

induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip

sains untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam.

6) Apresiatif terhadap sains dengan menikmati dan menyadari

keindahan keteraturan perilaku alam serta penerapannya dalam

teknologi.

d. Ruang lingkup IPA

Menurut Mulyasa (2009:112), ruang lingkup bahan kajian IPA

untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut:

1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,

tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi cair, padat

dan gas.

Peningkatan Kerja Keras..., Nia Cucu Rahma Putri, FKIP UMP, 2015

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan ...repository.ump.ac.id/41/3/BAB II Nia.pdf · Pendidikan Karakter Kerja Keras . a. ... Ratna Megawangi (Kesuma, 2012 : 5), menyatakan

24

3) Energi dan perubahannya meliputi gaya, bunyi, panas, magnet,

listrik, cahaya dan pesawat sederhana.

4) Bumi dan alam semesta meliputi tanah, bumi, tata surya, dan

benda-benda langit lainnya.

4. Materi Pokok Energi Panas dan Energi Bunyi

a. Standar Kompetensi

Standar kompetensi 8. Memahami berbagai bentuk energi dan cara

penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari.

b. Kompetensi Dasar

Kompetensi dasar 8.1 Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang

terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya.

c. Materi Pembelajaran

1. Energi Panas

Panas merupakan salah satu bentuk energi. Energi yang

dihasilkan oleh panas disebut energi panas.

1) Sumber Enegi Panas

Segala sesuatu yang dapat menghasilkan panas disebut

sumber panas. Energi panas dapat diperoleh dari berbagai

sumber, antara lain:

a) Matahari

Matahari merupakan sumber utama di bumi yang

digunakan oleh makhluk hidup. Energi yang dihasilkan

dapat digunakan untuk alat pemanas yang diletakkan di

Peningkatan Kerja Keras..., Nia Cucu Rahma Putri, FKIP UMP, 2015

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan ...repository.ump.ac.id/41/3/BAB II Nia.pdf · Pendidikan Karakter Kerja Keras . a. ... Ratna Megawangi (Kesuma, 2012 : 5), menyatakan

25

atap rumah, untuk menjemur pakaian yang kita cuci, juga

digunakan oleh petani untuk menjemur hasil panennya.

b) Energi panas yang dihasilkan karena gesekan benda

Selain matahari, energi panas juga dapat dihasilkan

dari gesekan antara dua buah benda. Gesekan tangan dan

gesekan dua batu menimbulkan panas. Gesekan adalah

suatu gerakan, maka perubahan energi gerak merupakan

sumber energi panas.

2. Energi Bunyi

Semua benda yang dapat mengeluarkan bunyi disebut sumber

bunyi.

1) Sumber bunyi yang terdapat di lingkungan kita

Sumber bunyi yang paling mudah adalah alat musik.

Untuk menghasilkan bunyi yang diinginkan masing-masing

alat musik tersebut memiliki cara tersendiri.

2) Bunyi dihasilkan dari benda yang bergetar

Contoh benda yang bergetar menghasilkan bunyi yaitu

angklung, balon yang ada pada kaleng serta pada saat kita

berbicara pita suara yang ada di dalam tenggorokan juga

bergetar.

3) Perambatan bunyi

(a) Bunyi merambat melalui zat padat

(b) Bunyi merambat melalui zat cair

Peningkatan Kerja Keras..., Nia Cucu Rahma Putri, FKIP UMP, 2015

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan ...repository.ump.ac.id/41/3/BAB II Nia.pdf · Pendidikan Karakter Kerja Keras . a. ... Ratna Megawangi (Kesuma, 2012 : 5), menyatakan

26

(c) Bunyi merambat melalui udara.

5. Pembelajaran Kolaboratif

Pembelajaran kolaboratif berarti belajar melalui kerja kelompok

bukan belajar dengan bekerja sendiri. Menurut Barkley, Cross dan Major

(2012:6) pembelajaran kolaboratif adalah perpaduan dua atau lebih

pelajar yang bekerja bersama-sama dan berbagi beban kerja secara setara

sembari, secara berlahan, mewujudkan hasil-hasil pembelajaran yang

diinginkan. Siswa bekerja dalam kelompok sehingga setiap siswa dapat

saling membantu dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Apabila saat

mengerjakan tugas kelompoknya ada satu siswa yang mengerjakannya

maka pembelajaran tersebut tidak bisa dikatakan sebagai pembelajaran

kolaboratif.

Pembelajaran kolaboratif memiliki banyak manfaat. Menurut

Warsono (2012:78), para ahli mengungkapkan manfaat yang dapat

dipetik dari implementasi pembelajaran kolaboratif, antaranya:

a. Mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi,

b. Meningkatkan daya ingat siswa,

c. Membangun rasa percaya diri pada siswa,

d. Meningkatkan kepuasan murid karena bertambahnya pengalaman,

e. Mengembangkan kecakapan interaksi sosial,

f. Meningkatkan pemahaman tentang adanya berbagai perbedaan,

g. Pembelajaran kolaboratif membangun lingkungan komunitas yang

baik dari para siswa dalam kelas dan lain-lain.

Peningkatan Kerja Keras..., Nia Cucu Rahma Putri, FKIP UMP, 2015

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan ...repository.ump.ac.id/41/3/BAB II Nia.pdf · Pendidikan Karakter Kerja Keras . a. ... Ratna Megawangi (Kesuma, 2012 : 5), menyatakan

27

Berdasarakan manfaat di atas apabila pembelajaran kolaboratif

dapat dilaksanakan dengan baik maka dapat mengembangkan nilai-nilai

karakter salah satunya yaitu kerja keras. Pembelajaran kolaboratif yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran dimana siswa saling

bekerja sama untuk menyelesaikan suatu permasalahan.

6. Strategi Pembelajaran PDEODE

PDEODE (Predict–discuss–explain–observe–discuss-explain)

adalah strategi pembelajaran yang banyak dikembangkan dalam

pendidikan sains (pada pembelajaran kimia khususnya). Strategi ini

merupakan salah satu implementasi dari pembelajaran kolaboratif dan

merupakan modifikasi dan pengembangan dari strategi POE (Custu

dalam Warsono 2012:95). Strategi POE dilandasi oleh teori pembelajaran

kontruktivisme yang beranggapan bahwa melalui kegiatan melakukan

prediksi, observasi, dan menerangkan sesuatu hasil pengamatan maka

struktur kognitifnya akan terbentuk dengan baik.

Pembelajaran kolaboratif dengan strategi PDEODE meliputi enam

langkah (Warsono, 2012:96):

a. Memprediksikan (predict), yaitu siswa membuat dugaan fenomena yang diamati dari situasi nyata sesuai dengan kemampuan siswa secara individu, misalnya memprediksi apakah suatu logam jika dimasukkan ke dalam air akan berkarat atau tidak.

b. Berdiskusi (disciss), yaitu siswa berdiskusi dalam sejumlah kelompok kolaboratif untuk saling tukar menukar gagasan tentang apa sesungguhnya yang terjadi terkait dengan fenomena alam tersebut.

c. Siswa dalam setiap kelompok diminta untuk memberikan penjelasan (explain) terkait latar belakang atau solusi fenomena tersebut, memaparkannya kepada kelompok lain dalam diskusi kelas. siswa

Peningkatan Kerja Keras..., Nia Cucu Rahma Putri, FKIP UMP, 2015

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan ...repository.ump.ac.id/41/3/BAB II Nia.pdf · Pendidikan Karakter Kerja Keras . a. ... Ratna Megawangi (Kesuma, 2012 : 5), menyatakan

28

bekerja secara kelompok dalam suatu percobaan langsung dan mencatat hasil pengamatannya secara individu.

d. Pengamatan (observe), yaitu siswa mengamati perubahan fenomena, guru bertugas memandu siswa dalam melakukan pengamatan agar pengamatannya valid dan relevan sehingga dapat mencapai sasaran konsep.

e. Siswa berdiskusi kembali (discuss), siswa mempertemukan antara prediksi awal yang dibuatnya dengan hasil pengamatan nyata dari percobaan langsung tersebut. Siswa menganalisis dan saling tukar pendapat dengan para temannya dalam kelompok.

f. Penjelasan baru (explain), yaitu penjelasan dihadapan seluruh kelompok dalam kelas sehingga seluruh siswa dalam kelas dapat memperoleh suatu informasi menyeluruh tentang konsep yang benar.

Strategi PDEODE merupakan modifikasi dan pengembangan dari

strategi POE, sedangkan menurut Warsono (2012:93), manfaat yang

dapat diperoleh dari implementasi strategi POE antara lain:

a. Dapat digunakan untuk mengungkapkan gagasan awal siswa, b. Memberikan informasi kepada guru tentang pemikiran siswa, c. Membangkitkan diskusi, d. Memotivasi siswa agar berkeinginan untuk melakukan ekplorasi

konsep, e. Membangkitkan keinginan untuk menyelidiki.

Kekurangan dari strategi ini yaitu tidak cocok diterapkan untuk

semua pokok bahasan. Pokok bahasan yang tidak bersifat pengalaman

langsung (hand-on) sulit atau tidak dapat menggunakan strategi ini

(Warsono, 2012:95).

Berdasarkan uraian diatas, diharapkan strategi ini baik dan cocok

untuk diterapkan pada mata pelajaran IPA khususnya bagi sekolah dasar.

Manfaat dari PDEODE dalam penilitian ini yaitu dijadikan sebagai

strategi dalam melakukan pembelajaran IPA khususnya kelas IV pada

materi energi panas dan bunyi yang terdapat di lingkungan.

Peningkatan Kerja Keras..., Nia Cucu Rahma Putri, FKIP UMP, 2015

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan ...repository.ump.ac.id/41/3/BAB II Nia.pdf · Pendidikan Karakter Kerja Keras . a. ... Ratna Megawangi (Kesuma, 2012 : 5), menyatakan

29

B. Penelitian Yang Relevan

Keberhasilan pembelajaran yang dicapai dengan menggunakan

strategi PDEODE ini telah dibuktikan oleh beberapa peneliti, diantaranya:

1. Penelitian yang dilakukan oleh N. L. Juni Sekartini, Dsk. Putu Permiti

dan I Gd. Margunayasa, 2013, yang berjudul “Pengaruh Model

Pembelajaran Predict–discuss–explain–observe–discuss-explain terhadap

pemahaman Konsep IPA siswa kelas IV SD Gugus XII Kecamatan

Buleleng”. Subjek penelitian kelas IV. Hasil dari penelitian ini

menunjukkan terdapat perbedaan pemahaman konsep IPA yang

signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model

pembelajaran PDEODE dan kelompok yang dibelajarkan dengan

pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD gugus XII

Kecamatan Buleleng tahun pelajaran 2012/2013. Jenis penelitian

menggunakan penelitian eksperimen.

2. Penelitian oleh Nym. Sudarmi, Ni Kt. Suarni dan I Kt. Dibia, 2013, yang

berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran PDEODE terhadap Hasil

Belajar IPA siswa Kelas IV SD di Gugus V Kecamatan Seririt”. Subjek

penelitian siswa kelas IV. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan

menggunakan model pembelajaran PDEODE dan siswa yang

dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran langsung. Jenis

penelitian menggunakan penelitian eksperimen.

Peningkatan Kerja Keras..., Nia Cucu Rahma Putri, FKIP UMP, 2015

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan ...repository.ump.ac.id/41/3/BAB II Nia.pdf · Pendidikan Karakter Kerja Keras . a. ... Ratna Megawangi (Kesuma, 2012 : 5), menyatakan

30

C. Kerangka Pikir

Berdasarkan latar belakang diketahui bahwa kondisi siswa SD Negeri

1 Peguyangan sebelum belajar menggunakan strategi PDEODE prestasi

belajarnya masih rendah.. Sikap kerja keras siswa rendah sehingga prestasi

belajarnya menurun. Mata pelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran

yang dapat mendorong siswa agar selalu mencari berbagai hal yang belum

diketahui. Guru juga harus dapat membuat suasana pembelajaran di kelas

lebih nyaman agar sikap kerja keras siswa meningkat, serta pembelajaran

menggunakan model yang menarik dan efisien. Strategi PDEODE diharapkan

dapat memecahkan masalah dalam proses pembelajaran serta meningkatkan

sikap kerja keras siswa dan prestasi belajar IPA materi energi panas dan

bunyi yang terdapat di lingkungan kelas IV SD Negeri 1 Peguyangan.

Strategi PDEODE yang akan dilaksanakan dalam penelitian rencana

penggunaannya seperti berikut:

Gambar 2.1

Bagan Kerangka Pikir Penelitian

D.

Kondisi awal Belum menggunakan metode pembelajaran

yang bervariatif

Rendahnya prestasi belajar

Melalui strategi PDEODE dapat meningkatkan sikap kerja keras

dan prestasi belajar IPA kelas IV SD Negeri 1 Peguyangan

Siklus II

Tindakan Siklus I Menggunakan

strategi PDEODE Refleksi

Kegiatan akhir

Peningkatan Kerja Keras..., Nia Cucu Rahma Putri, FKIP UMP, 2015

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan ...repository.ump.ac.id/41/3/BAB II Nia.pdf · Pendidikan Karakter Kerja Keras . a. ... Ratna Megawangi (Kesuma, 2012 : 5), menyatakan

31

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir diatas, maka dapat dirumuskan

hipotesis tindakan sebagai berikut:

1. Melalui strategi PDEODE dapat meningkatkan sikap kerja keras siswa

pada mata pelajaran IPA materi energi panas dan bunyi yang terdapat di

lingkungan kelas IV SD Negeri 1 Peguyangan.

2. Melalui strategi PDEODE dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada

mata pelajaran IPA materi energi panas dan bunyi yang terdapat di

lingkungan kelas IV SD Negeri 1 Peguyangan.

Peningkatan Kerja Keras..., Nia Cucu Rahma Putri, FKIP UMP, 2015