bab ii kajian pustaka a. konsep dasar regulasi emosi ...repository.umtas.ac.id/148/1/bab ii hanna...

31
14 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Regulasi Emosi 1. Emosi Emosi menurut Goleman (Setyowati, 2005: 71) adalah dorongan untuk bertindak, rencana seketika untuk mengatasi masalah yang telah ditanamkan secara berangsur-angsur oleh evolusi. Kecenderungan untuk bertindak ini dibentuk oleh pengalaman kehidupan serta budaya. Emosi juga berarti seluruh perasaan yang kita alami seperti sedih, gembira, kecewa, semangat, marah, dan cinta. Sebutan yang diberikan kepada perasaan tertentu mempengaruhi bagaimana seseorang berpikir mengenai perasaan itu, dan bagaimana ia bertindak. Menurut Gross (2016: 4) emosi muncul ketika seseorang menghadiri suatu situasi dan melihatnya sebagai suatu yang relevan dengan tujuaannya. Berkaitan dengan masalah emosi, Gohm dan Clore (Sulistyaningsih 2013: 60) membagi emosi dalam dua bagian, yakni: (1) Emosi positif, yaitu merupakan reaksi emosi yang dapat memberi dampak menyenangkan bagi diri kita seperti ketenangan, rileks, gembira, bahagia, dan sebagainya; dan (2) emosi negatif, yakni merupakan reaksi emosi yang dapat memberi dampak tidak menyenangkan bagi diri kita seperti sedih, putus asa, marah, keinginan balas dendam, dan sebagainya. Berkaitan dengan masalah emosi yang negatif, Sulistyaningsih (2013: 61) menyebutkan bahwa banyak anak- anak Aceh yang mengalami masalah emosi yang negatif, tidak sedikit dari anak-anak tersebut yang memendam rasa marah dan keinginan balas dendam kepada orang yang telah membunuh orang yang dicintainya. Pada tingkat antar individu, emosi membantu memberikan informasi kepada orang lain tentang keadaan internal seseorang dan adanya tujuan dari perilaku. Pertukaran informasi tersebut merupakan hal penting untuk menjalin hubungan bagi manusia dan sebagai penentu Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020 - - - - www.lib.umtas.ac.id

Upload: others

Post on 09-Mar-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Regulasi Emosi ...repository.umtas.ac.id/148/1/BAB II HANNA FAUZIYYAH.pdf14 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Regulasi Emosi 1. Emosi Emosi

14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Regulasi Emosi

1. Emosi

Emosi menurut Goleman (Setyowati, 2005: 71) adalah dorongan

untuk bertindak, rencana seketika untuk mengatasi masalah yang telah

ditanamkan secara berangsur-angsur oleh evolusi. Kecenderungan untuk

bertindak ini dibentuk oleh pengalaman kehidupan serta budaya. Emosi

juga berarti seluruh perasaan yang kita alami seperti sedih, gembira,

kecewa, semangat, marah, dan cinta. Sebutan yang diberikan kepada

perasaan tertentu mempengaruhi bagaimana seseorang berpikir

mengenai perasaan itu, dan bagaimana ia bertindak.

Menurut Gross (2016: 4) emosi muncul ketika seseorang

menghadiri suatu situasi dan melihatnya sebagai suatu yang relevan

dengan tujuaannya. Berkaitan dengan masalah emosi, Gohm dan Clore

(Sulistyaningsih 2013: 60) membagi emosi dalam dua bagian, yakni: (1)

Emosi positif, yaitu merupakan reaksi emosi yang dapat memberi

dampak menyenangkan bagi diri kita seperti ketenangan, rileks,

gembira, bahagia, dan sebagainya; dan (2) emosi negatif, yakni

merupakan reaksi emosi yang dapat memberi dampak tidak

menyenangkan bagi diri kita seperti sedih, putus asa, marah, keinginan

balas dendam, dan sebagainya. Berkaitan dengan masalah emosi yang

negatif, Sulistyaningsih (2013: 61) menyebutkan bahwa banyak anak-

anak Aceh yang mengalami masalah emosi yang negatif, tidak sedikit

dari anak-anak tersebut yang memendam rasa marah dan keinginan

balas dendam kepada orang yang telah membunuh orang yang

dicintainya.

Pada tingkat antar individu, emosi membantu memberikan

informasi kepada orang lain tentang keadaan internal seseorang dan

adanya tujuan dari perilaku. Pertukaran informasi tersebut merupakan

hal penting untuk menjalin hubungan bagi manusia dan sebagai penentu

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--

--

www.lib.umtas.ac.id

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Regulasi Emosi ...repository.umtas.ac.id/148/1/BAB II HANNA FAUZIYYAH.pdf14 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Regulasi Emosi 1. Emosi Emosi

15

dalam kesejahteraan sosial dan psikologis. Selain itu juga, fungsi dari

emosi adalah mendapatkan wawasan tentang nilai-nilai pribadi

seseorang yang merupakan faktor motivasi penting dalam pengambilan

keputusan.

Jadi, emosi merupakan reaksi terhadap suatu perkara yang

meliputi perasaan intens dengan ditunjukan kepada seseorang atau

sesuatu. Emosi merupakan faktor psikologis yang dapat mengubah

perilaku. Emosi terbagi menjadi dua bagian yaitu emosi negative dan

emosi positif. Emosi negative merupakan reaksi yang meliputi perasaan

dengan dampak yang tidak baik. Sedangkan emosi positif merupakan

emosi yang memiliki dampak yang baik untuk kehidupan seseorang.

Berkaitan dengan emosi, Coleman dan Hammen (Sobur, 2013:

400) menyebutkan, setidaknya ada empat fungsi emosi. Pertama, emosi

adalah pembangkit energy (energizer). Tanpa emosi, kita tidak sadar

atau mati. Hidup berarti merasai, mengalami, bereaksi dan bertindak.

Emosi membangkitkan dan memobilisasi energy kita. Kedua, emosi

adalah pembawa informasi (messenger). Bagaimana keadaan diri kita

dapat diketahui dari emosi kita. Ketiga, emosi bukan saja pembawa

informasi dalam komunikasi interpersonal. Keempat, emosi juga

merupakan sumber informasi tentang keberhasilan kita.

Santrock (Primana &Christopora, 2017: 193) membagi

perkembangan emosi pada anak ke dalam 3 tahapan:

1. Expressing Emotions dimana pada tahap ini Self-awareness yaitu

perlu berkembang terlebih dahulu sehingga Self-conscious emotion

dapat dialami oleh anak ketika dirinya mampu untuk mengenali

dirinya dan sadar dirinya berbeda dari orang lain. Self awareness

merupakan kondisi dimana bayi menyadari bahwa mereka memiliki

identitas yang dikenali, terpisah dan berbeda dengan yang lainnya

diluar dirinya. Sedangkan Self Conscious emotion ialah kesadaran

diri yang mencakup kesadaran dan rasa “aku”, misalnya rasa malu,

empati dan iri.

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--

--

www.lib.umtas.ac.id

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Regulasi Emosi ...repository.umtas.ac.id/148/1/BAB II HANNA FAUZIYYAH.pdf14 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Regulasi Emosi 1. Emosi Emosi

16

2. Understanding Emotions dimana anak menyadari bahwa situasi

tertentu cenderungmembangkitkan emosi tertentu, ekspresi wajah

mengindikasikan emosi yang spesifik, emosi berpengaruh terhadap

perilaku dan emosi dapat digunakan untuk mempengaruhi emosi

orang lain.

3. Regulating Emotions dimana tahapan ini memegang peranan di

dalam kemampuan anak untuk mengatur tuntutan dan konflikyang

mereka hadapi ketika berinteraksi dengan orang lain. Manusia

memiliki emosi dasar yaitu emosi negatif (termasuk di dalamnya

sedih, takut dan marah) serta emosi positif yaitu senang.

Menurut Salovey (Saptoto, 2010:15) istilah kecerdasan emosi untuk

menggambarkan sejumlah keterampilan yang berhubungan dengan

keakuratan penilaian tentang emosi diri sendiri dan orang lain, serta

kemampuan mengelola perasaan untuk memotivasi, merencanakan dan

meraih tujuan kehidupan.

Gross (2011:2) Perspektif emosi secara luas disepakati bahwa

mengacu pada kumpulan keadaan psikologis yang mencakup pengalaman

subjektif, perilaku ekspresif (misalnya wajah, tubuh, verbal) dan respon

fisiologis perifer (misalnya detak jantung, nafas). Emosi juga merupakan

fitur utama dalam setiap modelpsikologis pikiran manusia. Beberapa ahli

teori melihat emosi sebagai yang ditandai oleh pola unik dan relatif

konsisten dari respon subjektif, ekspresif dan fisiologis.

Model emosi dasar berpendapat bahwa kata emosi seperti marah,

sedih dan takut merupakan nama mekanisme unik yang menyebabkan

keadaan mental unik pula. Dalam pandangan ini, ada sejumlah keadaan

biologis dasar yang unik dalam bentuk, fungsi dan penyebab dari keadaan

lain seperti kognisi dan persepsi. Emosi adalah bangunan dasar pikiran yang

tidak dapat diurai menjadi hal lain. Pada model emosi dasar, setiap emosi

disebabkan oleh mekanisme khusus (program yang dapat mempengaruhi)

yang menghasilkan pengalaman terkoordinasi, respon baru, perilaku

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--

--

www.lib.umtas.ac.id

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Regulasi Emosi ...repository.umtas.ac.id/148/1/BAB II HANNA FAUZIYYAH.pdf14 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Regulasi Emosi 1. Emosi Emosi

17

ekspresif (misalnya raut wajah) dan respon otonom dan neuroendokrin,

Gross (2011:3).

Kemampuan seseorang dalam memaknai perasaan tindakannya

merupakan wilayah kecerdasan emosional. Salovey dan Mayer (Setyowati,

2005: 71) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai : “himpunan

bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau

perasaan dan emosi, baik pada diri sendiri maupun pada orang lain,

memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk

membimbing pikiran dan tindakan. Kecerdasan emosional ditandai dengan

kualitas-kualitas: 1) empati 2) kemampuan mengungkapkan dan memahami

perasaan 3) kemampuan mengendalikan amarah 4) kemandirian 5)

kemampuan menyesuaikan diri 6) disukai orang lain 7) kemampuan

memecahkan masalah antarpribadi 8) ketekunan 9) kesetiakawanan 10)

keramahan; dan 11) sikap hormat.

Salah satu bagian dari kecerdasan emosi yang dapat dilatih adalah

regulasi emosi, bahwa regulasi emosi adalah usaha untuk mengatur atau

mengelola emosi atau bagaimana seseorang mengalami dan

mengungkapkan emosi yang dapat mempengaruhi perilaku individu untuk

mencapai tujuannya. Regulasi emosi mempunyai tujuan untuk

meminimalkan dampak negatif dari masalah yang dihadapi dengan cara

memonitor dan mengevaluasi pengalaman emosional.

Hurlock (Hidayati dkk, 2017:23) mengemukakan bahwa

pengekspresian emosi sangatlah penting karena persiapan fisik dan mental

untuk berinteraksi akan muncul apabila emosi dapat dilepaskan dengan cara

yang benar. Berbagai cara mengekspresikan emosi secara terkendali itu

tidak ada satupun yang sesuai dan menimbulkan kemarahan, sehingga

peneliti menggunakan teknik sosiodrama agar siswa dapat mengekspresikan

emosinya secara benar.

Jadi dapat disimpulkan bahwa emosi merupakan suatu keadaan yang

kompleks dari organisme karena emosi memiliki pengaruh terhadap fungsi-

fungsi psikis seperti pengamatan, tanggapan dan pemikiran.

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--

--

www.lib.umtas.ac.id

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Regulasi Emosi ...repository.umtas.ac.id/148/1/BAB II HANNA FAUZIYYAH.pdf14 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Regulasi Emosi 1. Emosi Emosi

18

2. Regulasi Emosi

Seseorang tidak hanya memiliki emosi, tetapi juga perlu mengatur

emosi mereka, dalam arti mereka perlu mengambil sikap terhadap emosi

mereka dan menerima konsekuensi dari tindakan emosional mereka.

Regulasi emosi ialah kapasitas untuk mengontrol dan menyesuaikan emosi

yang timbul pada tingkat intensitas yang tepat untuk mencapai suatu tujuan.

Menurut Gross (Habsyi, 2015:13) menyatakan bahwa regulasi emosi ialah

strategi yang dilakukan secara sadar ataupun tidak sadar untuk

mempertahankan,memperkuat atau mengurangi satu atau lebih aspek dari

respon emosi yaitu pengalaman emosi dan perilaku. Seseorang yang

memiliki regulasi emosi dapat mempertahankan atau meningkatkan emosi

yang dirasakannya baik positif maupun negatif. Selain itu, seseorang juga

dapat mengurangi emosinya baik positif maupun negatif.

Gross (Anggraeny, 2014: 60) menyatakan bahwa regulasi emosi

ialah strategi yang dilakukan secara sadar ataupun tidak sadar untuk

mempertahankan, memperkuat atau mengurangi satu atau lebih aspek dari

respon emosi yaitu pengalaman emosi dan perilaku. Seseorang yang

memiliki regulasi emosi dapat mempertahankan atau meningkatkan emosi

yang dirasakannya baik positif maupun negatif. Selain itu, seseorang juga

dapat mengurangi emosinya baik positif maupun negatif.

Menurut Thompson (Syahadat 2013: 24) yang mendefinisikan

regulasi emosi sebagai proses intrinsic dan ekstrinsik melalui pemantauan,

pengevaluasian dan pemodifikasian, reaksi-reaksiemosi sesuai dengan

tujuan dari individu yang bersangkutan.

Regulasi emosi yang dimaksud lebih kepada kemampuan individu

dalam mengatur dan mengekspresikan emosi dan perasaan tersebut dalam

kehidupan seharihari. Regulasi emosi diri ini lebih pada pencapaian

keseimbangan emosional yang dilakukan oleh seseorang baik melalui sikap

dan perilakunya.

Strongman (Alsa, Fitriani 2015:153) mendefinisikan regulasi emosi

sebagai proses individu memengaruhi emosi yang dimilikinya, kapan

mereka memilikinya, mengalaminya, serta mengekspresikan emosinya. Jadi

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--

--

www.lib.umtas.ac.id

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Regulasi Emosi ...repository.umtas.ac.id/148/1/BAB II HANNA FAUZIYYAH.pdf14 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Regulasi Emosi 1. Emosi Emosi

19

regulasi emosi dapat diartikan sebagai pemikiran atau peringatan yang

dipengaruhi oleh emosi individu, bagaimana individu mengalami dan

mengungkapkan emosinya.

Sementara itu, Gross (Imeldia, 2018: 17) mendefinisikan regulasi

emosi sebagai proses yang digunakan untuk mengatur emosi apa yang

dimiliki, kapan digunakan, dan bagaimana mengalami serta

mengekspresikan emosi tersebut. Regulasi emosi mengacu pada serangkaian

proses heterogen di mana emosi diatur. Hal yang sama juga diungkapkan

oleh Goldstein dan Naglieri (Imeldia, 2018: 17) yaitu regulasi emosi

mengacu pada proses di mana individu memantau, mengevaluasi, dan

memodifikasi emosinya dalam rangka mengendalikan emosi yang mereka

miliki, kapan mereka memilikinya, dan bagaimanamereka mengalaminya

dan mengekspresikan emosi tersebut.

Menurut Gross (Kartika, 2004; 263)Regulasi emosi juga

mempengaruhi pembentukan kepribadian dan menjadi sumber penting bagi

perbedaan individu. Misalnya, seseorang tetap tenang walaupun dalam

situasi tertekan, sedangkan individu ainnya siap „meledak‟ seperti gunung

berapi. Gross juga melihat regulasi emosi sebagai penghubung ke

pengertian yang lebih luas dari regulasi afeksi.

Regulasi emosi tidak bisa terlepas dari kehidupan manusia.

Kesadaran atau proses kognitif membantu individu mengatur emosi-emosi

atau perasaan-perasaan, dan menjaga emosi tersebut agar tidak berlebihan.

Regulasi itu sendiri adalah bentuk kontrol yang dilakukan seseorang

terhadap emosi yang dimilikinya. Regulasi dapat mempengaruhi perilaku

dan pengalaman seseorang. Hasil regulasi dapat berupa perilaku yang

ditingkatkan, dikurangi, atau dihambat dalam ekspresinya.

Kemampuan untuk mengatur emosi atau regulasi emosi adalah

dimensi yang sangat penting dari kecerdasan emosi. Anak yang mampu

mengatur emosinya dengan baik maka akan mudah dalam mengontrol

perilakunya dan perkataannya. Menurut Alarcon ( Pratiwi, 2018: 25)

menyebutkan bahwa “Emotion Regulation (ER) has often been defined as

the ability to initiate,maintain, and modulate emotional arousal in order to

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--

--

www.lib.umtas.ac.id

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Regulasi Emosi ...repository.umtas.ac.id/148/1/BAB II HANNA FAUZIYYAH.pdf14 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Regulasi Emosi 1. Emosi Emosi

20

accomplish individual goals and facilitate the adaptation to the social

environment”. Berdasarkan pendapat di atas,regulasi emosi dapat diartikan

sebagai kemampuan untukmengenali, memelihara, dan mengartikan suatu

rangsangan emosional untuk mencapai tujuan individu dan memfasilitasi

proses adaptasinya terhadap suatu lingkungan sosial. Pendapat ini

menguatkan bahwa regulasi emosi sangat pentingperannya dalam kehidupan

bersosialisasi. Kemampuan regulasi dapat mengarah kanseseorang

melakukan adaptasidengan baikdengan orang di sekitarnya.

Secara sosial, emosi diregulasikan dengan cara mencari akses ke

hubungan interpersonal dan sumber dukungan yang bersifat nyata.

Sedangkan secara tingkah laku, emosi diregulasikanmelalui berbagai macam

respon tingkah laku. Berteriak, menjerit, menangis atau menarik diri adalah

contoh dari tingkah laku yang tampak untuk mengatur emosi yang bangkit

sebagai respon terhadap rangsangan yang diberikan (Kartika, 2004: 164).

Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa regulasi emosi adalah

strategi yang digunakan individu dalam mengatur emosinya terkait dengan

cara mereka merasakan, cara berpikir, mengatur perasaan serta kemampuan

merespon emosi (ekspresi wajah, tingkah laku dan nada suara).

3. Faktor yang mempengaruhi Regulasi Emosi

Emosi pada setiap individu dipengaruhi oleh berbagai faktor,

begitupun dengan kemampuan individu untuk meregulasi emosi. Seperti

yang dikemukakan oleh Hendrik (Habsyi, 2015: 17) regulasi emosi dapat

terjadi karena beberapa faktor, yaitu:

a. Faktor lingkungan; lingkungan tempat individu berada termasuk

lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat.

Keharmonisan keluarga, kenyamanan di sekolah dan kondisi

masyarakat yang kondusif akan sangat mempengaruhi

perkembangan emosi.

b. Faktor pengalaman; Pengalaman yang diperoleh individu

selamahidupnya

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--

--

www.lib.umtas.ac.id

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Regulasi Emosi ...repository.umtas.ac.id/148/1/BAB II HANNA FAUZIYYAH.pdf14 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Regulasi Emosi 1. Emosi Emosi

21

akanmempengaruhi perkembangan emosinya. Pengalaman selama

hidup dalam berinteraksi denganorang lain dan lingkungan akan

menjadi referensi bagi individu dalam menampilkan emosinya.

c. Pola asuh orang tua; Pola asuh orang tua sangat bervariasi.Ada pola

asuh yang otoriter, memanjakan, acuh tak acuh dan ada juga yang

penuh kasih sayang. Bentuk pola asuh itu akan mempengaruhi pola

emosi yang dikembangkan individu.

d. Pengalaman traumatik; Kejadian masa lalu yang memberikan kesan

traumatis akanmempengaruhiperkembangan emosi seseorang.

Akibatnya rasa takut dan juga sikap terlalu waspada yang berlebihan

akan mempengaruhi kondisi emosionalnya.

e. Jenis kelamin; Keadaan hormonal dan kondisi fisiologis pada laki-

laki dan perempuan menyebabkan perbedaan karakteristik emosi

antara keduanya.Laki-laki lebih tinggi emosinya daripada wanita,

dan wanita ebih bersifat emosionalitas dari pada laki-laki karena

wanita memiliki kondisi emosi didasarkan peran sosial yang

diberikan oleh masyarakat sesuai jenis kelaminnya.Wanita harus

mengontrol perilaku agresif dan asertifnya, tidak seperti peran sosial

laki-laki. Hal ini menyebabkan timbulnya kecemasan-kecemasan

dalam dirinya. Secara otomatis perbedaan emosional anatara pria

dan wanita berbeda. Menurut Benner & Salovey (Habsyi; 2015: 19)

mengatakan bahwa wanita lebih sering berusaha mencari dukungan

sosial untuk menghadapi distress sedangkan pria lebih memilih

melakukan aktifitas fisik untuk mengurangi distress.

f. Usia; Kematangan emosi dipengruhi oleh tingkat pertumbuhan dan

kematangan fisiologis seseorang. Semakin bertambah usia, kadar

hormonal seseorang menurun sehingga mengakibatkan penurunan

pengaruh emosional seseorang.

g. Perubahan jasmani; yaitu perubahan hormon-hormon yang mulai

berfungsi sesuai denganjenis kelaminnya masing-masing. Misalnya,

perubahan kulit wajah yang awalnya bersih menjadi jerawatan.

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--

--

www.lib.umtas.ac.id

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Regulasi Emosi ...repository.umtas.ac.id/148/1/BAB II HANNA FAUZIYYAH.pdf14 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Regulasi Emosi 1. Emosi Emosi

22

h. Perubahan pandangan luar; Perubahan pandangan luar dapat

menimbulkan konflik dalam emosi seseorang. Seperti: tidak

konsistennya sikap dunia luar terhadap pribadi seseorang,

membeda-bedakan wanita dan pria, dunia luar memanfaatkan

kondisi ketidakstabilan seseorang untuk pengaruh yang negatif.

4. Aspek-aspek Regulasi Emosi

Menurut Gross (Primana & Christopora, 2017: ) ada empat aspek

yang digunakan untuk menentukan kemampuan regulasi emosi seseorang

yaitu:

a. Strategies to emotion regulation (strategies) ialah keyakinan

individu untuk dapat mengatasi suatu masalah, memiliki

kemampuan untuk menemukan suatu cara yang dapat

mengurangi emosi negatif dan dapat 15dengan cepat

menenangkan diri kembali setelah merasakan emosi yang

berlebihan.

b. Engaging in goaldirected behavior (goals) ialah kemampuan

individu untuk tidak terpengaruh oleh emosi negatif yang

dirasakannya sehingga dapat tetap berpikir dan melakukan

sesuatu dengan baik.

c. Control emotional responses (impulse) ialah kemampuan

individu untuk dapat mengontrol emosi yang dirasakannya dan

respon emosi yang ditampilkan (respon fisiologis, tingkah laku

dan nada suara), sehingga individu tidak akan merasakan emosi

yang berlebihan dan menunjukkan respon emosi yang tepat.

d. Acceptance of emotional response (acceptance) ialah

kemampuan individu untuk menerima suatu peristiwa yang

menimbulkan emosi negatif dan tidak merasa malu merasakan

emosi tersebut.

Menurut Gross (2002:286) menyebutkan bahwa Emosi muncul

ketika sesuatu terjadi yang penting bagi individu. Terkadang tujuan dapat

menimbulkan emosi bersifat sementara. Di lain waktu, tujuan yang

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--

--

www.lib.umtas.ac.id

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Regulasi Emosi ...repository.umtas.ac.id/148/1/BAB II HANNA FAUZIYYAH.pdf14 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Regulasi Emosi 1. Emosi Emosi

23

menimbulkan emosi berasal dari nilai-nilai yang bertahan lama yang terkait

dengan kesehatan, hubungan dekat, dan proyek-proyek penting yang

berhubungan dengan pekerjaan. Mengingat bahwa emosi sering perlu diatur

dalam keadaan seperti itu, maka penindasan dan penilaian ulang

memengaruhi kemampuan individu untuk berkinerja baik secara kognitif.

Adapun aspek Regulasi Emosi menurut Gross (2002) terdapat 2 yaitu:

a. Cognitive Reappraisal, merupakan bentuk perubahan kognitif yang

melibatkan individu untuk mengubah cara berpikir tentang situasi yang

dapat berpotensi akan memunculkan emosi sehingga mampu mengubah

pengaruh emosionalnya.

Perubahan kognitif merupakan faktor penting yang

mempengaruhi kualitas dan intensitas emosi yang dihasilkan. Mengubah

cara menilai peristiwa yang berpotensi menimbulkan emosi adalah salah

satu contoh penting dari regulasi emosi yang berfokus pada anteseden

yang ditunjukan untuk memodifikasi dampak emosional dari situasi

tertentu.

Gross (2010:385) menjelaskan juga bahwa cognitive reappraisal

adalah strategi regulasi kognitif yang melibatkan penafsiran situasi atau

rangsangan yang memunculkan emosi dan mampu mengubah damapk

emosionalnya. Menurut model regulasi emosi Gross (2010: 385) emosi

dapat diatur pada waktu yang berbeda dalam proses generative emosi.

Reappraisal dapat terjadi pada situasi ketika maknanya terbentuk atau

beberapa saat setelah situasi yang mengancam atau stimulus telah

ditemui untuk pertama kali. Penilaian ulang dianggap sebagai regulasi

emosi yang efektif.

b. Expressive Suppresion, merupakan sebuah bentuk modulasi respon yang

melibatkan individu mengurangi perilaku emosi yang ekspresif ketika

individu sudah dalam keadaan emosional.

Expressive Suppresion juga tidak akan membantu dalam

mengurangi pengalaman emosi negatif, dengan demikian secara tidak

langsung emosi negatif akan terus menumpuk dan tidak terselesaikan.

Anak-anak dapat menggunakan startegi ini dalam meregulasi emosi

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--

--

www.lib.umtas.ac.id

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Regulasi Emosi ...repository.umtas.ac.id/148/1/BAB II HANNA FAUZIYYAH.pdf14 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Regulasi Emosi 1. Emosi Emosi

24

yang negative terhadap hubungan dengan teman sebaya maupun

terhadap penilaian kepada diri sendiri.

5. Karakteristik Regulasi Emosi

Komponen regulasi diri dalam belajar pada pembelajar sendiri

menurut Pintrich (Rachmah Dwi, 215: 60) terdiri dari: (1) Kontrol kognitif

dan regulasi kognitif merupakan aktivitas kognitif dan metakognitif, (2)

Regulasi motivasi mencakup upaya untuk mengatur berbagai keyakinan

motivasi. (3) Regulasi perilaku merupakan aspek regulasi diri yang

melibatkan upaya individu untuk mengontrol perilaku sendiri, dan (4)

Regulasi terhadap konteks merupakan upaya untuk mengontrol konteks

dalam menghadapi pembelajaran di kelas.

Menurut Santrock (Primana & Christopora, 2017: 24) menyebutkan

bahwa membagi perkembangan emosi pada anak ke dalam tiga tahapan.

Tahapan pertama adalah Expressing Emotions, dimana pada tahap ini self-

awareness yaitu perlu berkembang terlebih dahulu sehingga self conscious

emotion dapat dialami oleh anak ketika dirinya mampu untuk mengenali

dirinya dan sadar dirinya berbeda dari orang lain. Self awareness merupakan

kondisi dimana bayi menyadari bahwa mereka memiliki identitas yang

dikenali, terpisah, dan berbeda dengan lainnya di luar dirinya. Sedangkan

Self-conscious emotion ialah kesadaran diri yang mencakup kesadaran dan

rasa akan „aku‟, misalnya rasa malu empati dan rasa iri. Tahap kedua ialah

Understanding Emotions dimana anak menyadari bahwa situasi tertentu

cenderung membangkitkan emosi tertentu, ekspresi wajah mengindikasikan

emosi yang spesifik, emosi berpengaruh terhadap perilaku dan emosi dapat

digunakan untuk mempengaruhi emosi orang lain. Tahap ketiga ialah

Regulating Emotion dimana tahapan ini memegang peranan di dalam

kemampuan anak untuk mengatur tuntutan dan konflik yang mereka hadapi

ketika berinteraksi bersama orang lain. Manusia memiliki emosi dasar, yaitu

emosi negatif (termasuk di dalamnya sedih, takut dan marah) serta emosi

positif, yaitu senang.

6. Strategi Regulasi Emosi

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--

--

www.lib.umtas.ac.id

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Regulasi Emosi ...repository.umtas.ac.id/148/1/BAB II HANNA FAUZIYYAH.pdf14 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Regulasi Emosi 1. Emosi Emosi

25

Menurut Garnefski (Salamah, 2015: 60) mengatakan bahwa terdapat

beberapa macam strategi-strategi untuk meregulasi emosi, yaitu :

a. Self blame disini mengacu kepada pola pikir menyalahkan diri

sendiri. Beberapa penelitian menemukan bahwa self blame

berhubungan dengan depresi dan pengukuran kesehatan lainnya.

b. Blaming others mengacu pada pola pikir menyalahkan orang lain

atas kejadian yang menimpa dirinya.

c. Acceptance adalah mengacu pada pola pikir menerima dan pasrah

atas kejadian yang menimpa dirinya. Acceptance merupakan strategi

coping yang memiliki hubungan yang positif dengan pengukuran

keoptimisan dan self esteem dan memiliki hubungan yang negatif

dengan pengukuran kecemasan.

d. Refocus on planning mengacu pada pemikiran terhadap langkah apa

yang harus diambil dalam menghadapi peristiwa negatif yang

dialami. Perlu diperhatikan kalau dimensi ini hanya pada tahap

kognitif saja, tidak sampai ke pelaksanaan. Refocusing on planning

merupakan strategi coping yang memiliki hubungan yang positif

dengan pengukuran keoptimisan dan self-esteem dan memiliki

hubungan yang negatif dengan pengukuran kecemasan.

Strategi regulasi emosi dapat juga merupakan strategi koping

terhadap stress yang dialami seseorang. Ketika seseorang mengalami stress

maka ia akan mencari sumber permasalahan dari stress tersebut kemudian

mencoba menelaahnya untuk memberikan penilaian ulang yang lebih sesuai

untuk akhirnya memilih strategi emosional yang lebih sesuai. Dengan kata

lain, bahwa regulasi emosi merupakan akhir dari suatu proses koping.

7. Tahapan Regulasi Emosi

Kemampuan Regulasi emosi sudah ada diawal tahap perkembangan

yaitu bayi dan anak-anak. Selama tahap preschool anak-anak

mengembangkan kemampuan dan keahlian yang dapat membuat mereka

mengontrol emosi dan perilaku untuk adaptasi sosial. Perkembangan

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--

--

www.lib.umtas.ac.id

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Regulasi Emosi ...repository.umtas.ac.id/148/1/BAB II HANNA FAUZIYYAH.pdf14 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Regulasi Emosi 1. Emosi Emosi

26

regulasi emosi pada masa anak-anak berkaitan dengan sosialisasi orang tua,

temperamen anak, perkembangan kognitif, dan perkembangan social.

Model proses Regulasi Emosi menurut Gross (2002:282) bahwa

regulasi emosi berfokus pada anteseden (antecedent) dan respon (response).

Strategi yang berfokus pada anteseden merujuk pada hal-hal sebelum respon

emosi diaktifkan sepenuhnya dan telah mengubah perilaku dan respon

fisiologis. Contohnya ketika melihat wawancara kerja sebagai kesempatan

untuk mempelajari lebih lanjut tentang perusahaan bukan sebagai ujian

untuk memperoleh hasil lulus atau gagal. Strategi yang berfokus pada

respon merujuk pada hal-hal yang kita lakukan ketika emosi sudah

berlangsung atau ketika setelah menghasilkan respon dari emosi. Contoh

regulasi yang berfokus pada respon adalah menjaga agar kecemasannya

tidak terlihat ketika meninggalkan anak di sekolah TK untuk pertama

kalnya.

Gambar 2.1

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--

--

www.lib.umtas.ac.id

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Regulasi Emosi ...repository.umtas.ac.id/148/1/BAB II HANNA FAUZIYYAH.pdf14 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Regulasi Emosi 1. Emosi Emosi

27

Gambar diatas merupakan model proses regulasi emosi. Menurut

model ini, emosi dapat diatur pada lima poin dalam proses generative emosi.

(1) Pemilihan situasi (2) modifikasi situasi (3) penyebaran perhatian (4)

perubahan kognitif dan (5) modulasi respon pengalaman, perilaku atau

fisiologis. Empat yang pertama adalah fokus pendahuluan atau anteseden

dan yang ke lima adalah respon yang di fokuskan. Jumlah opsi respon yang

ditunjukkan pada masing-masing dari lima poin ini adalah arbitrer dan garis

yang lebih jelas menunjukan opsi tertentu yang dipilih dalam contoh yang

diberikan dalam teks.

Lima strategi regulasi emosi menurut Gross (2002:282) dapat diihat

dalam bentuk skema di atas. Pertama, dari strategi regulasi ini adalah

pemilihan situasi yang dilambangkan dalam gambar 1 menuju situasi satu

(S1) yang lebih jelas daripada situasi (S2). Pemilihan situasi ini menngacu

pada mendekati atau meghindari orang, tempat atau hal-hal tertentu untuk

mengatur emosi. Misalnya dalam memutuskan untuk makan malam dengan

seorang teman yang selalu membuat tertawa pada malam sebelum ujian (S1)

daripada pergi ke tempat diskusi atau tempat belajar bersama siswa gugup

lainnya (S2).

Seringkali, pemilihan situasi melibatkan kompromi yang rumit

antara manfaat emosional jangka panjang dan jangka pendek. Sebagai

contoh upaya seseorang yang pemalu untuk mengurangi rasa cemasnya

dengan menghindari situasi social karena hal tersebut dapat memberikan

bantuan untuk dirinya dalam jangka pendek dengan akibat isolasi social

jangka panjang. Leary (Gross, 2002:283). Setelah dipilih, situasi dapat

dirancang sedemikian rupa untuk mengubah dampak emosionalnya,

menciptakan S1x, S1y, atau S1z. Hal ini merupakan modifikasi situasi yang

juga telah disebut sebagai masalah yang dapat membedakan seseorang

dalam mengatur kondisi strategi ( coping terfokus) Lazarus & Folkam

(Gross, 2002: 283). Misalnya, melanjutkan dengan kasus ujian, jika

berbicara dengan teman pada malam sebelum ujian kemudian seorang

teman itu bertanya “apakah kamu siap untuk ujian?”. Maka dalam

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--

--

www.lib.umtas.ac.id

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Regulasi Emosi ...repository.umtas.ac.id/148/1/BAB II HANNA FAUZIYYAH.pdf14 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Regulasi Emosi 1. Emosi Emosi

28

menjawbnya dapat diperjelas dengan kalimat bahwa “Saya lebih senang

membicarakan hal lain”.

Menurut Gross (2002: 283) menyebutkan bahwa Penyebaran

perhatian juga mencakup upaya untuk berkonsentrasi secara intens pada

topic atau tugas tertentu . setelah fokus pada pada aspek tertentu dalam

situasi, perubahan kognitif mengacu pada pemilihan yang memiliki banyak

makna. Misalnya, mungkin mengingatkan diri sendiri bahwa itu “hanya

ujian” (m2) daripada melihat ujian sebagai ukuran nilai (m1). Perubahan

kognitif sering digunakan untuk mengurangi respon emosional. Namun,

dapat juga digunakan untuk memperbesar respon emosional dan bahkan

untuk mengubah emosi itu sendiri. Misalnya mengubah kemarahan menjadi

kasihan. Makna yang dutugaskan untuk situasi ini sangat penting karena

sangat mempengaruhi kecenderungan pengalaman, perilaku dan respon

fisiologis yang akan dihasilkan.

Pada akhrinya, modulasi respon merujuk pada upaya untuk

mempengaruhi kecenderungan respon emosi ketika telah muncul. Modulasi

respon diilustrasikan pada gambar 1 dengan mengurangi perilaku ekspresif.

Dalam contoh kasus ujian, respon dapat berupa menyembunyikan rasa malu

setelah gagal dalam ujian. Sasaran lain dari modulasi respon meliputi

komponen emosi yang dipengaruhi pengalaman.

Gross (Imaldia, 2018: 18) mengemukakan bahwa lima tahapan

regulasi emsoi pada individu diantaranya:

a. Situation selection, meliputi complex trade off antara manfaat emosional

jangka pendek dan jangka panjang. Pemilihan situasi ini memengaruhi

kehidupan emosional bayi dan anak kecil dengan kuat karena mereka

kurang mampu memilih situasi untuk diri mereka sendiri. Pihak yang

menggunakan strategi ini harus dapat memperkirakan

kapasitaspengaturan diri penerima. Contohnya seorang yang pemalu

akan memilih menjauhi situasi sosial.

b. Situation modification, direferensikan juga sebagai problem focused

coping. adalah cara individu mengatur perhatiannya dalam suatu situasi

untuk memengaruhi emosinya. Strategi ini memiliki dua bentuk utama,

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--

--

www.lib.umtas.ac.id

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Regulasi Emosi ...repository.umtas.ac.id/148/1/BAB II HANNA FAUZIYYAH.pdf14 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Regulasi Emosi 1. Emosi Emosi

29

yaitu distraksi dan konsentrasi. Distraksi adalah cara untuk meregulasi

emosi dengan memfokuskan perhatian pada aspek lain dari suatu situasi

atau mengalihkan perhatian dari situasi yang dialami. Konsentrasi

adalah cara meregulasi emosi dengan memfokuskan perhatian pada fitur

emosional suatu situasi. Contohnya satu hari sebelum ujian seorang

teman bertanya apakah sudah siap untuk ujian, lalu individu menyatakan

lebih memilih topik obrolan lain.

c. attentional deployment, digunakan untuk memilih aspek mana dalam

situasi yang akan di fokuskan. Strategi perubahan kognitif adalah cara

seseorang untuk merubah penilaiannya terhadap suatu situasi untuk

mengubah makna emosionalnya, baik dengan merubah pemikirannya

mengenai situasi tersebut atau mengenai kemampuan mengatur tuntutan

yang ditimbulkan oleh situasi tersebut. Bentuk strateginya adalah

penilaian kembali, yaitu merubah makna suatu situasi untuk merubah

dampak emosionalnya.

d. Cognitive change, ketika individu memilih pemikiran terhadap sebuah

situasi yang mempunyai beberapa aspek. Contoh ketika mendapatkan

nilai dalam ujian individu dapat berpikir bahwa itu hanya ujian atau

ujian merupakan tolak ukur kepintaran seseorang.

e. Response modulation adalah keadaan dimana individu mempengaruhi

fisiologis, pengalaman, atau respon perilaku yang relatif langsung. Cara

dari modulasi respon adalah dengan mengatur perilaku ekspresi emosi

atau supresi ekspresif. Supresi adalah bentuk modulasi respon dimana

individu menghambat perilaku ekspresi emosi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Regulasi emosi adalah proses dimana

kita mempengaruhi emosi yang kita miliki, ketika kita memiliki emosi, dan

bagaimana kita mengalami dan mengekspresikan emosi terdiri dari upaya

aktif individu untuk mengelola keadaan emosi. Dalam arti luasnya, regulasi

emosi merangkum regulasi semua bagian yang bermuatan emosional,

termasuk suasana hati, stres dan pengaruh positif atau negatif. Regulasi

emosi dapat ditumbuhkan dengan adanya pembelajaran regulasi diri.

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--

--

www.lib.umtas.ac.id

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Regulasi Emosi ...repository.umtas.ac.id/148/1/BAB II HANNA FAUZIYYAH.pdf14 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Regulasi Emosi 1. Emosi Emosi

30

Pembelajaran regulasi diri adalah memunculkan dan memonitor sendiri

pikiran, perasaan, dan prilaku untuk mencapai suatu tujuan.

B. Emosi dan Regulasi Emosi Anak

1. Ciri masa Anak-anak

Pada mulanya orang berpendapat bahwa masa kanak-kanak

merupakan masa terpanjang dalam rentang kehidupan, saat dimana individu

relative tidak berdaya dan tergantung pada orang lain. Menurut Hurlock

(2011: 108) menyebutkan bahwa selama periode yang panjang ini secara

kasar sebelas tahun wanita dan dua belas tahun untuk pria, terjadilah

sejumlah perubahan yang mencolok baik secara fisik maupun psikologis.

Karena tekanan budaya dan harapan untuk menguasai hal-hal tertentu pada

usia tertentu itu berbeda daripada usia yang lain, maka anak pada awal masa

kanak-kanak agak berbeda dengan anak pada akhir periode ini.

Pada tahun-tahun awal anak, kemampuan regulasi emosi sangatlah

sederhana sehingga sebagian besar regulasi emosi bayi dan anak-anak

terjadi melalui orang lain. Regulasi merupakan serangkaian keterampilan

dan kemampuan yang dapat di peroleh sepanjang umur. Persyaratan untuk

memiliki mampu meregulasi emosi sangatlah luas. Regulasi emosi

bermanfaat untuk menghentikan dan mengatur emosi yang muncul baik itu

secara otomatis maupun spontan (tidak sadar) sebelum melakukan aksi

dalam peristiwa tertentu. Regulasi emosi juga untuk mengendalikan emosi,

mengatur penilaian, mengatur dan meredam reaksi fisiologis dengan

melakukan relaksasi atau bernafas panjang. Selain itu, regulasi emosi sangat

penting dalam kehidupan manusia, khususnya untuk mereduksi ketegangan

yang timbul akibat emosi yang memuncak.

Hurlock juga menegaskan bahwa pada saat ini, secara luas diketahui

bahwa masa kanak-kanak harus dibagi menjadi dua periode yang berbeda,

awal dan akhir masa kanak-kanak. Periode awal berlangsung dar umur dua

sampai enam tahun dan periode akhir dari umur enam sampai tiba saatnya

anak matang secara seksual. Dengan demikian awal masa kanak-kanak

dimulai sebagai penutup masa bayi- usia dimana ketergantungan secara

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--

--

www.lib.umtas.ac.id

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Regulasi Emosi ...repository.umtas.ac.id/148/1/BAB II HANNA FAUZIYYAH.pdf14 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Regulasi Emosi 1. Emosi Emosi

31

praktis sudah dilewati, diganti dengan tumbuhnya kemandirian dan berakhir

di sekitar usia masuk sekolah dasar.

2. Tugas Perkembangan Emosi anak

Dalam kehidupan anak ada dua proses yang beroperasi secara

kontinu, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Menurut Kartono (2007:

18) Kedua proses ini berlangsung secara interdependen, saling bergantung

satu sama lainnya. Kedua proses itu tidak bisa dipisahkan dalam bentuk-

bentuk yang murni berdiri sendiri-sendiri, akan tetapi bisa dibedakan untuk

maksud lebih mudah memahaminya.

Kartono (2007: 18) juga menjelaskan perbedaan pertumbuhan dan

perkembangan. Pertumbuhan ialah perubahan secara fisiologis sebagi hasil

dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal

pada anak yang sehat, dalam passage (peredaran waktu) tertentu.

Pertumbuhan dapat diartikan pula sebagai proses transmisi dari konstitusi

fisik (resam tubuh, keadaan jasmaniah) yang harediter/ turun temurun dalam

bentuk proses aktif secara berkesinambungan. Sedangkan perkembangan

menurut Kartono (2007:20) ialah perubahan-perubahan psiko- fisik sebagai

hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi psikis dan fisik pada anak,

ditunjang oleh faktor lingkungan dan proses belajar dalam passage waktu

tertentu.

Seorang anak berkembang, dimana adanya proses menambah

keterampilan yang sudah diperoleh dan keterampilan baru menjadi dasar

untuk mengoptimalkan prestasi dan penguasaan keterampilan. Sebagian

besar anak-anak mengikuti pola yang sama. Juga, salah satu tahap

perkembangan meletakkan dasar untuk tahap perkembangan berikutnya.

Le Doux, (Martini, 2012: 112) emosi adalah perasaan yang secara

fisiologis dan psikologis dimiliki oleh anak dan digunakan untuk merespons

terhadap peristiwa yang terjadi disekitarnya. Anak tidak berkembang secara

otomatis, namun dipengaruhi oleh cara lingkungan memperlakukan mereka.

Ketika anak memasuki lingkungan ”sekolah” non formal seperti taman

kanak-kanak, maka ruang dan kesempatan untuk berinteraksi semakin luas.

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--

--

www.lib.umtas.ac.id

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Regulasi Emosi ...repository.umtas.ac.id/148/1/BAB II HANNA FAUZIYYAH.pdf14 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Regulasi Emosi 1. Emosi Emosi

32

Stimulasi yang diberikan oleh guru termasuk yang berpengaruh. Cara guru

memberikan stimulasi terhadap anak adalah tergantung pada pemahaman

guru terhadap stimulasi dan permahaman terhadap anak.

Menurut Tyson ( Alsa, fitriani: 2015:150) emosi dapat muncul

ketika siswa berada dalam lingkungan akademisi seperti saat ujian,

melakukan tugas yang melebihi batas kemampuan siswa, kegiatan belajar

yang membosankan karena guru kurang memiliki keterampilan dalam

mengajar, mendapat komentar dari guru, atau umpan balik yang membuat

siswa tidak merasa nyaman. Emosi-emosi ini memengaruhi perilaku dan

kemampuan kognitif.

Dalam fase ke empat yaitu ketika usia 9-11 tahun disebut masa

sekolah rendah. Pada periode ini anak mencapai objektivitas tertinggi. Masa

penyelidik, kegiatan mencoba dan bereksperimen yang distimulir oleh

dorongan-dorongan meneliti dan rasa ingin tahu yang besar. Merupakan

masa pemusatan dan penimbunan tenaga untuk berlatih, menjelajah dan

bereksplorasi. Pada akhir fase ini anak mulai menemukan diri sendiri yaitu

secara tidak sadar mulai berpikir tentang diri pribadi. Pada waktu itu anak

sering kali mengasingkan diri.

Masa periode akhir kanak-kanak menurut Charlotte Buhler

(Kartono, 2006: 28) menyebutkan berada di fase ke tiga yaitu usia 5-8 tahun

yang merupaka masa sosialisasi anak. Pada saat ini anak mulai memasuki

masyarakat luas (misalnya taman kanak-kanak, pergaulan dengan kawan-

kawan sepermainan dan sekolah rendah). Anak mulai belajar mengenal

dunia sekitar secara obyektif dan ia mulai belajar mengenal arti prestasi

pekerjaan dan tugas-tugas kewajiban.

Perkembangan dapat diartikan sebagai proses transmisi dari

konstitusi psiko-fisik herediter, dirangsang oleh faktor-faktor lingkungan

yang menguntungkan dalam perwujudan proses aktif menjadi secara

kontinu. Kartono kartini menjelaskan bahwa setiap fenomena atau gejala

perkembangan anak merupakan produk dari kerja sama dan pengaruh timbal

balik antara potensi alias hereditas dengan faktor-faktor lingkungan.

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--

--

www.lib.umtas.ac.id

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Regulasi Emosi ...repository.umtas.ac.id/148/1/BAB II HANNA FAUZIYYAH.pdf14 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Regulasi Emosi 1. Emosi Emosi

33

Menurut Gross & Thompson (Syahadat, 2013: 25) anak-anak

mampu mengubah emosi negatifnya jika dilatih untuk melakukan penilaian

emosi. Anak yang mampu menilai emosi yang dirasakan, termasuk

mengetahui penyebabdan akibat yang muncul dari emosi negatif

mempunyai pengaruh yang signifikanterhadap perubahan perilakunya.

Tugas-tugas akhir dari masa kanak-kanak menurut Havighurst

dalam Hurlock ( 2011: 10) diantaranya:

a. Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-

permainan yang umum.

b. Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai makhluk

yang sedang tumbuh.

c. Belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya.

d. Mulai mengembangkan peran social pria atau wanita yang tepat.

e. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca,

menulis dan berhitung.

f. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk

kehidupan sehari-hari.

g. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral dan tata dan

tingkatan nilai.

h. Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok social dan

lembaga-lembaga.

i. Mencapai kebebasan pribadi.

Penguasaan tugas-tugas perkembangan tidak lagi sepenuhnya

menjadi tanggung jawab orang tua seperti pada tahun-tahun prasekolah.

Sekarang penguasaan ini juga menjadi tanggung jawab guru-guru dan

sebagian kecil juga menjadi tanggung jawab kelompok teman-teman.

Misalnya pengembangan pelbagai keterampilan dasar seperti membaca,

menulis, berhitung dan pengembangan sikap-sikap terhadap kelompok

social dan lembaga-lembaga merupakan tanggung jawab guru dan orang tua.

meskipun orang tua dapat membantu meletakkan dasar penyesuaian diri

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--

--

www.lib.umtas.ac.id

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Regulasi Emosi ...repository.umtas.ac.id/148/1/BAB II HANNA FAUZIYYAH.pdf14 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Regulasi Emosi 1. Emosi Emosi

34

anak dengan teman-teman sebaya, tetapi menjadi anggota kelompok

memberi kesempatan yang besar untuk memperoleh pengalaman belajar

dalam hal ini (Hurlock, 2011: 148).

Campos (Nurmalitasari, 2015: 105) mendefinisikan emosi sebagai

perasaan atau afeksi yang timbul ketika seseorang berada dalam suatu

keadaan yang dianggap penting oleh individu tersebut. Emosi diwakilkan

oleh perilaku yang mengekspresikan kenyamanan atau ketidaknyamanan

terhadap keadaan atau interaksi yang sedang dialami. Emosi dapat

berbentuk rasa senang, takut, marah, dan sebagainya.

Pada umumnya anak itu lebih emosional daripada orang dewasa.

Pada usia sekolah dasar anak cepat merasa puas. Menurut Kartono (2007:

139) sifatnya, Optimis dan kurang dirisaukan oleh rasa-rasa penyesalan.

Kepedihan, kesengsaraan dan kegembiraan orang lain kurang difahami/

dihayati oleh anak. Namun kalau ia takut merasakannya, maka perasaan

tersebut tidak ditampakkannya sebab ia merasa segan, takut dan malu

memaparkan perasaannya.

Kartono (2007:140) menjelaskan lebih lanjut bahwa perasaan

intelektual anak pada periode ini sangat besar. Teka-teki silang, soal-soal

matematik dan perhitungan yang pelik-pelik (terutama kalau hasilnya

berupa angka-angka utuh) merupakan daya tarik besar untuk dipecahkan

oleh anak; baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. Sebaliknya,

kehidupan emosionalnya belum begitu berkembang. Kriteria baik dan

buruk, indah dan jelek, susila atau asusila, semua nilai ini dengan serta

merta diperoleh anak dari orang tua dan orang dewasa.

Perkembangan emosi anak dapat dilihat dari perilaku lingkungan

sosialnya, hal tersebut menyebabkan emosi bergitu erat kaitannya dengan

sosial anak. Emosi dan sosial merupakan rangkaian proses pada anak-anak

dalam memperoleh pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk mengenali

dan mengelola emosi mereka, menetapkan dan mencapai tujuan positif,

menunjukkan perhatian dan kepedulian terhadap orang lain, membangun

dan memelihara hubungan yang positif, membuat keputusan, bertanggung

jawab, dan menangani situasi interpersonal efektif (Payton, Weissberg, RP,

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--

--

www.lib.umtas.ac.id

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Regulasi Emosi ...repository.umtas.ac.id/148/1/BAB II HANNA FAUZIYYAH.pdf14 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Regulasi Emosi 1. Emosi Emosi

35

Durlak, Dymnicki, Taylor, Schellinger & Pachan, M., 2008 (dalam Lisa, K.

2015)).

Menurut Jersild (1954) dalam Sobur (2003, 406) menyebutkan

bahwa perkembangan emosi selama masa kanak-kanak terjalin sangat

eratnya dengan aspek-aspek perkembangan yang lain. Setelah alat-alat indra

anak menjadi lebih tajam, kecakapan anak untuk mengenal perbedaan-

perbedaan dan untuk melakukan pengamatan pun menjadi lebih dewasa dan

setelah ia lebih melangkah ke depan dalam segala aspek perkembangannya,

jumlah peristiwa yang bisa membangkitkan emosinya pun kian bertambah

besar.

Kebanyakan anak telah mengalami semacam pertentangan dalam

dirinya, suatu perjuangan yang timbul dari kenyataan bahwa mereka tidak

dapat mengelakkan diri dari perasaan marah, takut dan bahagia.

3. Regulasi Emosi Anak

Regulasi emosi bermanfaat untuk menghentikan dan mengatur emosi

yang muncul baik itu secara otomatis maupun spontan (tidak sadar) sebelum

melakukan aksi dalam peristiwa tertentu. Regulasi emosi juga untuk

mengendalikan emosi, mengatur penilaian, mengatur dan meredam reaksi

fisiologis dengan melakukan relaksasi atau bernafas panjang. Selain itu,

regulasi emosi sangat penting dalam kehidupan manusia, khususnya untuk

mereduksi ketegangan yang timbul akibat emosi yang memuncak.

Anak-anak belum mampu untuk mengontrol emosinya terutama

emosi yang bersifat negatif. Emosi negatif yang dirasakan anak biasanya

diungkapkan dengan cara yang tidak tepat, misalnya dengan melakukan

perilaku agresif. Regulasi emosi adalah salah satu cara yang dapat dilakukan

untuk membantu anak memfasilitasi kebutuhan emosionalnya. Anak-anak

perlu dilatih dan diberikan bekal keterampilan dalam hal meregulasi

emosinya, sehingga anak akan mampu menilai emosi yang dirasakan,

mengatur emosi serta mengungkapkan emosi positif dan negatif secaratepat.

Anak-anak yang mampu melakukan regulasi emosi akan memunculkan

perilakupositif dan tidak akan memunculkan perilaku agresifnya.

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--

--

www.lib.umtas.ac.id

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Regulasi Emosi ...repository.umtas.ac.id/148/1/BAB II HANNA FAUZIYYAH.pdf14 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Regulasi Emosi 1. Emosi Emosi

36

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa regulasi emosi merupakan

suatu pengaturan emosi di dalam diri yang dapat memahami dan memilih

emosi yang dirasakan tanpa perlu menambah atau mengurangi emosi itu

sendiri. Makin matangnya seseorang dia dapat mengatur emosinya dengan

baik.

Sejalan dengan Salovey dan Mayer (Hughes, 2016 :19) menyatakan

bahwa : “They further divided EQ into four emotional intelligence :

perceiving emotions, integrating emotion into thought, understanding

emotions, and managing emotions” kutipan tersebut menjelaskan bahwa

kecerdasan emosi terbagi menjadi empat: memahami emosi, integrasi emosi

ke dalam pikiran, memahami emosi, dan mengelola emosi.

Anak mampu mengekspresikan perasaannya walaupun harus

memerlukan bantuan dan waktu untuk mengidentifikasi emosi anak. Karena

jika kita berbicara mengenai emosi anak adalah sesuatu yang rumit. Hal

tersebut memungkinkan anak tiba-tiba marah meledak ledak ataupun

sebaliknya. (Raising Children Network, 2016). Namun karena hal

tersebutlah, orang dewasa yang berperan sebagai pembimbing untuk

membantu anak menemukan emosi yang sesuai dengan harapan masyarakat

tempat ia melangsungkan kehidupannya.

Menurut Goleman (2001: 60) Emosi bersumber dari kata latin yakni

“movere” artinya “menggerakan atau bergerak”. Pada dasarnya, emosi

berkaitan erat dengan istilah perasaan. Perasaan adalah bagian dari setiap

diri individu. Wujud perasaan yang sesungguhnya tidak dapat dilihat oleh

siapapun meskipun oleh diri individu yang sedang mengalami perasaan itu

sendiri.

Menurut Thompson & Goodman (Primana & Christophora,

2017:194) mengatakan bahwa Kemampuan meregulasi emosi meningkat

seiring dengan meningkatnya kemampuan berbicara pada anak dimana

bahasa berperan untuk memfasilitasi kapasitas anak untuk memahami,

mengutarakan, merefleksikan, dan mengatur emosi pada diri anak. Anak

mulai belajar untuk meregulasi diri khususnya untuk mengontrol perilaku

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--

--

www.lib.umtas.ac.id

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Regulasi Emosi ...repository.umtas.ac.id/148/1/BAB II HANNA FAUZIYYAH.pdf14 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Regulasi Emosi 1. Emosi Emosi

37

dan emosi mereka. Hubungan dengan anak lain menjadi hal yang lebih

penting pada perkembangan sosial dan emosi anak pada masa prasekolah.

Regulasi emosi seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal,

sesuai dengan pernyataan menurut Goddman (Pratiwi, 2018: 28) bahwa

“Kemampuan regulasi emosi merupakan kemampuan yang di transmisikan

dari orangtua ke anak-anaknya.Mekanisme transmisi melalui (1) faktor

keturunan (hereditas), (2) keberfungsian sistem syaraf, (3) frekuensi paparan

lingkungan, dan (4) konteks situasi”. Seseorang dengan kemampuan

regulasi emosi yang baik mampumengendalikan dorongan untuk tidak

melakukan perilaku impulsif, sepertimembahayakan diri sendiri maupun

orang lain, perilaku sembrono, saatdirinyamengalami tekanan emosional.

Kemudian menurut Thompson dan Meyer (Pratiwi, 2018: 30)

“Several family factors that play a formative role in children

emotionsocialization, including parental responses to their children’s affect,

thefamily emotional climate and interparental functioning”. Beberapa faktor

keluarga yang berperan penting dalam proses sosialisasi emosi anak yaitu

diantaranya pengaruh respon orangtua terhadap emosi anak, suasana

emosional di dalam keluarga, dan aspek-aspek pengasuhan orangtua.

Berdasarkan uraian pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa

regulasi emosi anak tidak hanya dipengaruhi oleh satu hal tetapi beberapa

hal seperti faktor hereditas, yaitu keturunan yang berasal dari orangtua

kandung dan faktor lingkungan yang meliputi lingkungan keluarga, sekolah

dan masyarakat tempat anak bersosialisasi sehari-hari dengan orang lain

serta situasi yang dihadapi anak pada suatu waktu. Selain itu, faktor

kepribadian anak juga mempengaruhi regulasi emosinya. Anak dengan

kepribadian sensitif dan moody biasanya akan kesulitan mengungkapkan

emosi dengan tepat.

4. Perbedaan Regulasi Emosi Laki-laki dan Perempuan

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--

--

www.lib.umtas.ac.id

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Regulasi Emosi ...repository.umtas.ac.id/148/1/BAB II HANNA FAUZIYYAH.pdf14 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Regulasi Emosi 1. Emosi Emosi

38

Regulasi emosi mencakup upaya untuk menerima emosi,

kemampuan untuk mengendalikan perilaku impulsif dan kemampuan untuk

menggunakan strategi regulasi emosi sesuai situasi secara fleksibel.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Simon&Nath (Hirmaningsih,

2019:90) menyebutkan bahwa laki-laki dan perempuan berbeda dalam

mengekspresikan emosi baik verbal maupun non-verbal sesuai dengan jenis

kelamindalam pengekspresian emosi dihubungkan dengan perbedaan dalam

tujuan laki-laki dan perempuan mengontrol emosinya. Perempuan lebih

mengekspresikan emosi untuk menjaga hubungan interpersonal serta

membuat perempuan tampak lemah dan tidak berdaya. Sedangkan laki-laki

lebih mengekspresikan marah dan bangga untuk mempertahankan dan

menunjukkan dominasi.

Menurut Crawford dkk (Suleeman & Ratnasari, 2017: 37)

menyebutkan bahwa perempuan lebih banyak menampilkan ketakutan dan

kesedihan dibandingkan laki-laki yang lebih banyak menampilkan

kemarahan. Perempuan juga lebih mudah dikenali emosinya dari ekspresi

raut muka dan pengungkapan yang sering terucap. Perempuan

mengharapkan dan menganggap bahwa mereka akan dirawat dan

diperlakukan baik, sebaliknya juga mereka beranggapan bahwa mereka

harus bertanggung jawab terhadap kesejahteraan dan kebahagiaan (well

being) orang lain, sehingga cenderung berekspresi apa adanya ketika berada

dalam emosional yang tidak sesuai harapan dan anggapan mereka.

Ada perbedaan yang besar dalam hal dimana pengalaman emosional

itu muncul Brody&Hall (Suleeman &Ratnasari, 2017:37) menyebutkan

bahwa untuk perempuan, di lingkungan rumah merupakan tempat yang

hangat dan menyenangkan sedangkan di luar rumah lebih dingin dan tidak

bersahabat. Sedangkan untuk laki-laki, situasi diluar rumah lebih menantang

dibandingkan di dalam rumah, sehingga urusan di luar rumah menjadi

tanggung jawab laki-laki. Perbedaan ini dipengaruhi sosialisasi yang

merupakan salah satu faktor yang berperan dalam menghasilkan perbedaan

emosi antara perempuan dan laki-laki.

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--

--

www.lib.umtas.ac.id

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Regulasi Emosi ...repository.umtas.ac.id/148/1/BAB II HANNA FAUZIYYAH.pdf14 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Regulasi Emosi 1. Emosi Emosi

39

Suleeman & Ratnasari (2017: 37) menjelaskan lebih lanjut mengenai

pengaruh sosialisasi, pola asuh dan budaya juga berlaku terhadap perbedaan

regulasi emosi pada perempuan dan laki-laki. Ditemukan bahwa sosialisasi

yang umum dijalani individu untuk berperan sebagai laki-laki atau

perempuan di masyarakatnya menyertakan juga pembiasaan dalam

menampilkan emosi.

Hasil penelitian Suleeman & Ratnasari (2017: 38) terdapat

perbedaan skor regulasi emosi secara umum pada perempuan dan laki-laki.

Variable-variabel dalam penelitian yang dilakukannya adalah regulasi emosi

dan jenis kelamin. Regulasi emosi memiliki dua dimensi, yaitu cognitive

reappraisal dan expressive suppression. Variasi dari regulasi emosi

ditentukan oleh tinggi rendahnya skor yang diperoleh melalui kuesioner

regulasi emosi yang dikonstruksi oleh Gross dan John (2002). Variasi juga

dilihat dari tinggi rendahnya skor pada setiap dimensi. Jenis kelamin

variasinya terdiri dari perempuan dan laki-laki. Variable jenis kelamin selain

merupakan kategori biologis-fisiologis, dianggap juga mewakili peran jenis

kelamin yang dikonstruksi oleh budaya, termasuk pendidikan. Dari hasil t-

test diketahui adanya perbedaan antara regulasi emosi secara keseluruhan

antara perempuan dan laki-laki.

Dari penelitian-penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa

perempuan lebih dapat melakukan regulasi emosi terhadap emosi marah,

penghinaan dan jijik, sedangkan laki-laki pada emosi takut, sedih dan

cemas. Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini memiliki tujuan untuk

mengetahui secara empiris perbedaan regulasi emosi pada laki-laki dan

perempuan . sedangkan hipotesis yang dikemukakan adalah adanya

perbedaan regulasi emosi pada laki-laki dan perempuan.

5. Layanan Bimbingan dan Konseling untuk Mengembangkan

Regulasi Emosi

Prayitno (Utomo, 2018:34) mengatakan bahwa bimbingan dan

konseling merupakan proses bantuan yang diberikan oleh seorang yang ahli

kepada kepada individu agar individu tersebut dapat mengembangkan

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--

--

www.lib.umtas.ac.id

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Regulasi Emosi ...repository.umtas.ac.id/148/1/BAB II HANNA FAUZIYYAH.pdf14 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Regulasi Emosi 1. Emosi Emosi

40

kemampuan dirinya dan mencapai kemandirian yang bermuara pada

teratasinya masalah tersebut. Pengembangan yang mengacu pada perubahan

positif pada diri sendiri individu merupakan tujuan dari semua bimbingan

dan konseling. Masalah-masalah yang dapat diselesaikan dalam bimbingan

dan konseling meliputi empat bidang yaitu, bidang pribadi, social, belajar

dan karir.

Kemampuan regulasi emosi siswa yang rendah merupakan masalah

pribadi yang dialami oleh siswa yang akan berpengaruh pada masalah

social, belajar dan karirnya. Hal ini tampak jelas dengan permasalahan

dalam belajarnya yang juga akan berpengaruh pada karirnya. Untuk itu,

sebagai bagian dari tujuan bimbingan dan konseling yaitu membantu siswa

melakukan perubahan positif dengan cara memaksimalkan potensi yang ada

pada dirinya.

Salah satu bentuk pelatihan yang diberikan kepada siswa untuk

meningkatkan kemampuan mengelola emosi adalah dengan melalui layanan

bimbingan kelompok, yaitu dengan cara memberikan kesempatan kepada

siswa untuk mau bersabar, mengemukakan pendapat, tidak memotong

pembicaraan pada saat yang lain sedang mengemukakan pendapat,

memahami dan belajar untuk berempati pada saat kegiatan bimbingan

kelompok berlangsung.

Layanan bimbingan yang dilakukan berfokus pada pribai siswa

dengan memperhatikan keunikan karakteristik pribadi serta ragam

permasalahan yang dialaminya. Penelitian yang dilakukan Triutomo

(2017:21) menegnai layanan bimbingan konseling untuk mengembangkan

regulasi emosi adalah dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok

dengan tenik permainan. Triutomo (2017:37) menjelaskan lebih lanjut

bahwa bermain dapat memberikan kesempatan untuk menyalurkan agresif

secara aman dan dengan demikian dapat mengekspresikan emosinya tanpa

merugikan siapapun. Setelah melakukan penelitian, hasilnya menunjukan

bahwa bimbingan kelompok teknik permainan sangat efektif untuk

meningkatkan pengendalian emosi, mengingat kelbeihan dan kegunaan

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--

--

www.lib.umtas.ac.id

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Regulasi Emosi ...repository.umtas.ac.id/148/1/BAB II HANNA FAUZIYYAH.pdf14 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Regulasi Emosi 1. Emosi Emosi

41

teknik permainan yang sangat menunjang untuk meningkatkan kemampuan

regulasi emosi siswa.

Layanan bimbingan dan konseling pada penelitian yang dilakukan

oleh Irmayanti (2017: 6) menggunakan teknik bermain peran. Hasil

penelitian menyebutkan bahwa teknik bermain peran efektif untuk

meningkatkan regulasi emosi. Keefektifan bermain peran ini terlihat dari

ungkapan siswa yang menyebutnya bahwa kegiatan yang dilakukan

menyenangkan dan mereka dapat pula mengetahui cara yang tepat untuk

mengatasi emosi ketika sedang berada dalam kondisi yang tidak diinginkan.

Selain itu, perubahan perilaku dan respon emosi siswa selama proses

pelaksanaan intervensi juga dapat dijadikan indikator efektifnya teknik

bermain peran untuk meningkatkan regulasi emosi siswa.

Menurut Nurhuda (2017: 359) menyebutkan bahwa penggunaan

metode expressive writing untuk meningkatkan regulasi siswa kelas VII E di

SMP Negeri 2 Yogyakarta diungkapkan bahwa metode tersebut dapat

meningkatkan regulasi emosi siswa pada skor pra tindakan sebesar 69.69

poin atau menjadi 91.60 poin. Hal ini dapat diterima dengan alasan bahwa

selama proses expressive writing berlangsung siswa telah mampu

menunjukan perubahan positif pada regulasi emosinya atau pada setiap

aspek regulasi emosi telah menunjukan peningkatana. Selain itu, siswa

mengalami perasaan yang lebih positif, penurunan perasaa negative serta

ekspresi perilaku negative. Halini karena metode expressive writing adalah

sebuah metode menulis yang melibatkan pikiran dan perasaan yang timbul

daripengalaman hidup traumatik atau stress, teknik ini dapat membantu

beberapa orang mengatasi dampak emosional dari peristiwa tersebut.

Permasalahan regulasi emosi yang terjadi pada siswa diatasi dengan metode

expressive writing karena mengandung proses konstruksi ulang terhadap

masalah yang dialami individu, sehingga individu mampu merasionalkan

masalah yang dihadapi siswa.

Layanan bimbingan konseling untuk mengembangkan regulasi

emosi yang dilakukan oleh Febriyanti (2017:13) yaitu dengan

mengembangkan buku panduan pelatihan. Beradasarkan penilaian dari ahli

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--

--

www.lib.umtas.ac.id

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Regulasi Emosi ...repository.umtas.ac.id/148/1/BAB II HANNA FAUZIYYAH.pdf14 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Regulasi Emosi 1. Emosi Emosi

42

materi dan calon pengguna diperoleh hasil presentase sebesar 96,6% untuk

hasil uji validasi materi, dan presentase sebesar 97,3& untuk calon

pengguna, dari hasil rata-rata aspekk memperoleh nilai sangat baik, artinya

dapat dimanfaatkan dalam membantu siswa meningkatkan kemampuan

regulasi emosi siswa.

Febriyanti (2017:14) menjelaskan lebih lanjut bahwa hasil validasi

ahli media menyebutkan bahwa panduanpelatihan regulasi emosi yang

dikembangkan mampu mengungkapkan dan menyampaikan materi secara

teknis, menyampaikan informasi yang memadai baik dari segi gambar-

gambar yang menarik siswa sehingga bisa menentukan nilai dan

manfaatnya. Sementara itu untuk presentase penilaian yang diperoleh dari

ahli validasi yaitu ahli media sebesar presentasi 87,5% untuk uji penilaian

ahli media bahwa panduan pelatihan regulasi emosi sudah sesuai baik dari

segi desain awal, standar teknis, dan penyajian materi.

Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, maka dapat

disimpulkan bahwa layanan bimbingan dan konseling memeiliki berbagai

metode atau teknik untuk mengembanngkan regulasi emosi. Layanan yang

digunakan untuk mengembangkan regulasi emosi diantaranya melalaui

layanan bimbingan pribadi, bimbingan kelompok dnegan berbagai teknik

atau metode diantaranya penggunaan metode sosiodrama, role playing.

Sedangkan untuk bimbingan pribadi diantaranya menggunakan Expressive

writing. Layanan bimbingan dan konseling dalam mengembangkan regulasi

emosi juga dapat dilakukan dengan pembuatan panduan pelatihan regulasi

emosi. Jadi, untuk melakukan pengembangan dalam regulasi emosi siswa,

dapat dilakukan dengan berbagai teknik atau metode yang sesuai dengan

kebutuhan dan responden dari penelitian.

6. Kajian Penelitian yang Relevan

Penelitian terkait Regulasi Emosi anak telah dilakukan selama

beberapa tahun sebelumnya. Penelitian dilakukan oleh Primana&

Christopora (2017: 192) bahwa sebagian besar anak belum mampu

meregulasi emosinya dengan baik. Terdapat tiga anak yang menunjukkan

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--

--

www.lib.umtas.ac.id

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Regulasi Emosi ...repository.umtas.ac.id/148/1/BAB II HANNA FAUZIYYAH.pdf14 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Regulasi Emosi 1. Emosi Emosi

43

perilaku berbicara menggunakan nada tinggi, berteriak, menarik atau

mendorong saat terlibat konflik dengan teman sebaya. Dua anak

menunjukan perilaku kecenderungan untuk berteriak, melompat-lompat,

melempar benda saat mengalami kesulitan untuk kegiatan menolong diri

sendiri. Serta empat anak lainnya menunjukan perilaku dan respon yang

tepat sesuai dengan situasi. Perilaku menjadi referensi bagi orang tua untuk

mengembangkan kemampuan regulasi emosi yang dapat dilakukan di

rumah.

Primana & Christopora (2017:193) menyebutkan bahwa pelatihan

emosi bertujuan untuk mengembangkan kompetensi emosi yang harus

dimiliki oleh anak secara bertahap yaitu: emotional expressiveness,

emotional knowledge dan emotional regulation. Anak yang mengalami dan

mengekspresikan emosi yang relatif positif dibandingkan emosi negatif

dinilai lebih tinggi oleh guru dalam hal keramahan dan asertif, serta

memiliki nilai yang lebih rendah pada hal agresif dan kesedihan. Anak yang

mampu mengidentifikasi ekspresi emosi dari wajah teman sebaya atau

memahami emosi yang muncul dari situasi sosial yang umum terjadi lebih

cenderung bereaksi secara prososial terhadap emosi yang ditampilkan oleh

teman sebaya mereka.

Analisis yang dilakukan oleh Primana & Christopora (2017:193)

mengungkapkan bahwa pelatihan regulasi emosi terhadap anak

menunjukkan bahwa perilaku regulasi emosi mengalami peningkatan

meskipun program pelatihan sudah tidak dilakukan. Berdasarkan hasil

pengolahan data, program ini efektif untuk meningkatkan regulasi emosi

anak. Keterlibatan guru dan orangtua berperan di dalam keberhasilan dari

program ini mengingat anak masih sangat bergantung dengan lingkungan

sekitarnya yakni keluarga dan sekolah.

Terdapat penelitian lain yang relevan mengenai regulasi emosi

dilakukan oleh Hidayati (2017:225) yaitu hasil penelitian menunjukkan

bahwa terjadi peningkatan regulasi emosi siswa melalui layanan bimbingan

kelompok dengan teknik sosiodrama dari kategori sedang menjadi tinggi

pada indikator mengatur emosi, dari kategroi rendah menjadi sedang pada

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--

--

www.lib.umtas.ac.id

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Regulasi Emosi ...repository.umtas.ac.id/148/1/BAB II HANNA FAUZIYYAH.pdf14 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Regulasi Emosi 1. Emosi Emosi

44

indikator mengontrol emosi, dan coping stres dari sedang tetap sedang. Hal

ini menunjukan adanya keefektifan dalam pemberian layanan bimbingan

kelompok dengan menggunakan sosiodrama terhadap regulasi emosi siswa.

Penelitian lain mengenai pelatihan regulasi emosi telah dilakukan

oleh Kapliani dewi (2015:13) kepada subjek penderita difabel yang bukan

bawaan lahir. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya penurunan stres pada

semua subjek setelah diberikannya pelatihan regulasi emosi. Hal ini

membuktikan bahwa pelatihan regulasi emosi dapat menurunkan stres pada

difabel bukan bawaan. Setelah mengikuti pelatihan regulasi emosi, subjek

mampu mengelola emosi dengan baik dan mengekspresikannya dengan

tepat. Subjek menerima keadaannya dan berpikiran positif sehingga dapat

merasakan kebahagiaan dan terhindar dari stress.

Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Awalya (2017:31)

menunjukan bahwa terjadi peningkatan regulasi emosi siswa melalui

layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama yaitu dari kategori

sedang menjadi tinggi pada indicator mengatur emosi, dari kategori rendah

menjadi sedang pada indikator mengontrol emosi, dan coping stress dari

sedang menjadi sedang.

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--

--

www.lib.umtas.ac.id