bab ii tinjauan pustaka 2.1 nyeri - repository.umtas.ac.id

32
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asuhan Keperawatan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Aman Nyaman: Nyeri 2.1.1 Pengkajian Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien menurut Lyer et al (1996, dalam Setiadi, 2012). Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisanya (Manurung, 2011). Menurut Effendy (1995, dalam Dermawan, 2012). Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan. Tipe data menurut Setiadi (2012) adalah sebagai berikut: 1. Data Subjektif Data subjektif adalah deskripsi verbal pasien mengenai masalah kesehatannya. Data subjektif diperoleh dari riwayat keperawatan termasuk persepsi pasien, perasaan dan ide tentang status kesehatannya. Sumber data lain dapat diperoleh dari keluarga, konsultan dan tenaga kesehatan lainnya. - - www.lib.umtas.ac.id Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya - -

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri - repository.umtas.ac.id

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asuhan Keperawatan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Aman Nyaman:

Nyeri

2.1.1 Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan

proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data

untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien menurut

Lyer et al (1996, dalam Setiadi, 2012). Pengkajian adalah pendekatan

sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisanya (Manurung, 2011).

Menurut Effendy (1995, dalam Dermawan, 2012). Pengkajian adalah

pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk

mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat

mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan

keperawatan pasien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan.

Tipe data menurut Setiadi (2012) adalah sebagai berikut:

1. Data Subjektif

Data subjektif adalah deskripsi verbal pasien mengenai masalah

kesehatannya. Data subjektif diperoleh dari riwayat keperawatan termasuk

persepsi pasien, perasaan dan ide tentang status kesehatannya. Sumber data

lain dapat diperoleh dari keluarga, konsultan dan tenaga kesehatan lainnya.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri - repository.umtas.ac.id

9

2. Data Objektif

Data objektif adalah hasil observasi atau pengukuran dari status

kesehatan pasien.Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk

mengumpulkan data dan menganalisa sehingga dapat diketahui kebutuhan

klien serta masalahnya. Didalam pengkajian akan didapatkan keluhan

utama dimana keluhan utama merupakan keluhan yang dirasakan oleh

pasien. Klien dengan post operasi akan muncul keluhan nyeri, pasien dalam

mengutarakan masalah atau keluhan serta lengkap yang terdiri dari:

Pengkajian nyeri terdiri atas dua komponen utama (Wahit &

Chayanti, 2014) yaitu:

a. Riwayat nyeri untuk mendapatkan data dari klien

b. Observasi langsung pada respon perilaku dan fisiologis klien

Dalam mengidentifikasi nyeri perawat harus melakukan pengkajian

PQRST, saat mengkaji riwayat nyeri, perawat sebaiknya memberi klien

kesempatan untuk mengungkapkan cara pandang mereka terhadap nyeri

dan situasi tersebut dengan kata-kata mereka sendiri. Langkah ini akan

membantu perawat memahami makna nyeri bagi klien dan bagaimana ia

berkoping terhadap situasi tersebut. Secara umum, pengkajian nyeri

meliputi beberapa aspek, antara lain:

1) Faktor Pencetus (P: provacative/palliative), yaitu faktor yang

mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri.

2) Kualitas (Q: Quality/Quantity), yaitu nyeri seperti apakah rasa tajam,

tumpul, atau tersayat.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri - repository.umtas.ac.id

10

3) Lokasi (R: Region/Radiation), yaitu perjalanan nyeri

4) Keparahan (S: Scale/Severity), yaitu keparahan atau intensitas nyeri

5) Waktu (T: Timing), yaitu lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri

2.1.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan

respons manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi aktual/

potensial) dari individu atau kelompok tempat perawat secara legal

mengidentifikasi dan perawat dapat memberikan intervensi secara pasti untuk

menjaga status kesehatan atau untuk mengurangi, menyingkirkan, atau

mencegah perubahan. Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien post

operasi meliputi (Nikmatur Rohmah dan Saiful Walid, 2016):

Diagnosa keperawatan yang muncul menurut NANDA 2018, adalah

sebagai berikut:

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis, kimia, fisik atau

psikologis.

Batasan karakteristik nyeri akut menurut NANDA 2018, adalah

sebagai berikut:

a. Perubahan selera makan

b. Perubahan pada parameter fisiologis

c. Diaphoresis

d. Perilaku distraksi

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri - repository.umtas.ac.id

11

e. Bukti nyeri dengan menggunakan standar daftar periksa nyeri untuk pasien

yang tidak dapat mengungkapkannya

f. Perilaku ekspresif

g. Ekspresi wajah

h. Sikap tubuh melingdungi

i. Laporan tentang perilaku nyeri / perubahan aktivitas

j. Keluhan tentang intensitas nyeri

k. Keluhan tentang karaktetistik nyeri dengan menggunakan standar intrumen

nyeri.

2.1.3 Perencanaan

Perencanaan (intervensi) adalah pengembangan strategi desain untuk

mencegah, mengurangi dan mengatasi masalah-masalah yang telah

diidentifikasi dalam diagnosis keperawatan. Desain perencanaan

menggambarkan sejauh mana perawat mampu menetapkan cara

menyelesaikan masalah dengan efektif dan efisien. (Nikmatur Rohmah dan

Saiful Walid, 2016). Tujuan dan perencanaan harus memenuhi ciri-ciri

sebagai berikut:

S :Spesific (berfokus pada pasien, singkat dan jelas)

M :Measurable (harus dapat diukur)

A :Achievable (harus dapat dicapai)

R :Reasonable (ditentukan oleh perawat dan klien)

T :Timing (kontrak waktu) (Rohman, N 2010)

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri - repository.umtas.ac.id

12

Tabel 2.1.3

Perencanaan Nyeri

Diagnosa Keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

Nyeri akut berhubungan

dengan agen injuri (biologi,

kimia, fisik, psikologis),

kerusakan jaingan.

DS :

Laporan secara verbal

DO :

- Posisi untuk menahan

nyeri

- Tingkah laku berhati-hati

- Gangguan tidur (mata

sayu, tampak capek, suit

atau gerakan kacau

menyeringai)

- Terfokus pada diri sendiri

- Fokus menyempit

(penurunan presepsi waktu,

kerusakan proses berpikir,

penurunan interaksi

dengan orang lain dan

lingkungan)

- Respon autonom

(diaporesis, perubahan

tekanan darah, perubahan

nafas, nadi, dan dilatasi

pupil)

- Tingkah laku ekspresif

(gelisah, merintih,

menangis, waspada,

iritabel, nafas panjang atau

berkeluh kesah)

- Perubahan dalam nafsu

makan

NOC :

1. Pain level

2. Pain control

3. Comfort level

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama ... pasien

tidak mengalami nyeri, dengan

kriteria hasil:

- Mampu mengontrol nyeri

(tahu penyebab nyeri,

mampu menggunakan

tehnik nonfarmakologi

untuk mengurangi nyeri,

mencari bantuan)

- Melaporkan bahwa nyeri

berkurang dengan

menggunakan manajemen

nyeri

- Mampu mengenali skala

nyeri (skala, intensitas,

frekuensi dan tanda nyeri)

- Menyatakan rasa nyaman

setelah nyeri berkurang

- Tanda vital dalam rentang

normal

- Tidak mengalami

gangguan tidur

NIC :

Lakukan teknik non

farmakologis

(pemberian terapi dzikir )

Dengan langkah-langkah

Tahap pra interaksi :

1. Cek catatan

keperawatan medis

pasien

2. Menganalisis kekuatan

dan kelemahan diri

3. Mengumpulkan data

tentang pasien

4. Merencanakan

pertemuan pertama

dengan pasien

5. Mempersiapkan alat

Tahap orientasi :

1. Berikan salam

2. Pastikan identitas klien

3. Jelaskan tujuan dan

lamanya tindakan pada

klien/keluarga

Tahap kerja :

1. Cuci tangan

2. Periksa nadi/cek nadi

3. Pilih kalimat spiritual

yang akan digunakan :

“subhanallah”

Kalimat dzikir

tersebut diucapkan

secara lisan maupun

secara qolbu.

4. Posisikan pasien

senyaman mungkin

5. Tutup mata &

kendurkan otot-otot

6. Bernafaslah secara

alami dan mulai

mengucapkan

“Subhanallah” yang

dibaca secara berulang-

ulang dan lakukan

selama 5-7 menit

7. Bila ada pikiran yang

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri - repository.umtas.ac.id

13

mengganggu,

kembalilah fokuskan

pikiran

8. Jika sudah selesai,

jangan langsung berdiri

duduklah dulu dan

beristirahat, buka

pikiran kembali

Tahap evaluasi :

1. Evaluasi hasil kegiatan

2. Simpulkan hasil

kegiatan

3. Berikan umpan balik

positif

4. Kontrak pertemuan

berikutnya

5. Akhiri kegiatan dengan

salam terapeutik

6. Bereskan alat

7. Cuci tangan

Dokumentasi :

1. Catat kegiatan yang

telah dilakukan dalam

catatan pelaksanaan

2. Catat respon klien

terhadap tindakan yang

telah dilakukan

NANDA, NOC & NIC, 2018: El Rahmayanti (2018; Rostinah dan Era Noviya

(2018)

2.1.4 Implementasi

Pelaksanaan (Implementasi) adalah realisasi rencana tindakan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga

meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama

dan sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru (Nikmatur

Rohmahdan Saiful Walid, 2016). Implementasi keperawatan adalah

serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri - repository.umtas.ac.id

14

dari masalah status kesehatan yang dihadapi status kesehatan yangbaik yang

menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Perry & Potter, 2011).

Tindakan keperawatan dibedakan berdasarkan kewenangan dan

tanggung jawab perawat secara profesional sebagaimana terdapat dalam

standar praktek keperawatan.

1. Independen

Tindakan keperawatan independen adalah suatu kegiatan yang

dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah dari dokter atau

tenaga kesehatan lainnya. Tipe tindakan didefinisikan berdasarkan

diagnosa keperawatan. Tindakan keperawatan merupakan suatu respon

dimana perawat mempunyai kewenangan untuk melakukan tindakan

keperawatan secara pasti berdasarkan pendidikan dan pengalaman.

Lingkup tindakan independen keperawatan adalah :

a. Menjaga akurasi dokumentasi asuhan keperawatan, bersama dengan

hasil monitor, observasi dan evaluasi status kesehatan klien supaya

dokumentasi tetap konsisten dengan program dokter dan asuhan

keperawatan.

b. Mendokumentasikan semua asuhan keperawatan yang dilakukan untuk

mengurangi atau mencegah resiko mempertahankan keselamatan klien.

c. Mendokumentasikan semua asuhan keperawatan klien, perawat

merespon terhadap situasi klinis dan menentukan rencana intervensi

selanjutnya, respon-respon tersebut termasuk penilaian mengenai

pemberian pengobatan, intervensi keperawatan untuk memberikan

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri - repository.umtas.ac.id

15

istirahat yang nyaman, rencana untuk pendidikan klien, penentuan

tingkat perawatan diri, dan penilaian tentang hasil konsultasi dengan tim

kesehatan lainnya.

d. Mendokumentasikan semua komponen proses keperawatan sesuai

dengan waktu implementasinya, rencana intervensi dan modifikasi

kriteria hasil dan catatan pengajaran klien.

Menurut Asmadi (2008) Tipe tindakan independen keperawatan

dikategorikan menjadi 4:

1) Tindakan diagnostik, tindakan inai ditunjukan pada penagkajian dalam

merumuskan suatu diagnosa keperawatan. Tindakan tersebut meliputi:

a) Wawancara dengan klien untuk mendapatkan data subjektif,

keluhan klien, persepsi tentang penyakitnya, dan riwayat penyakit.

Observasi dan pemeriksaan fisik: tindakan untuk mendapatkan data

objektif, meliputi: observasi kesadaran dan tanda-tanda vital (suhu,

nadi, respirasi, suhu).

2) Tindakan terapeutik: tindakan ditunjukan untuk mengurangi, mencegah,

dan mengatasi masalah klien.

3) Tindakan edukatif mengajarkan: tindakan ini ditunjukan untuk merubah

perilaku klien melalui promosi kesehatan dan pendidikan kesehatan

kepada klien.

4) Tindakan merujuk: tindakan ini lebih ditekankan pada kemampuan

perawat dalam mengambil suatu keputusan klinik tentang keadaan klien

dan kemampuan untuk melakukan kerjasama dengan tim kesehatan lain.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri - repository.umtas.ac.id

16

2. Interdependen

Tindakan kepearawaatan interdependen adalah tindakan yang lebih

memerlukan suatu kerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya, misalnya

pada ahli gizi, ahli fisioterapi, tenaga sosial dan dokter.

3. Dependen

Tindakan dependen berhubungan dengan pelaksanaaan rencana

tindakan medis. Tindakan tersebut menandakan suatu cara dimana tindakan

medis dilakukan.

2.1.5 Evaluasi

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan

keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang

dibuat pada tahap perencanaan (Nikmatur Rohmah dan Saiful Walid,2016).

Tujuan evaluasi adalah:

1. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan

2. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan

3. Meneruskan rencana tindakan keperawatan

Ada 2 komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan keperawatan

yaitu:

a. Proses Formatif

Proses formatif berfokus pada aktivitas dari proses keperawatan dan

hasil kualitas pelayanan tindakan keperawatan, evaluasiproses harus

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri - repository.umtas.ac.id

17

dilaksanakan segera setelah perencanaan dilaksanakan dan terus menerus

dilaksanakan sampai tujuan tercapai.

b. Hasil Sumatif

Hasil sumatif berfokus pada perubahan perilaku/status kesehatan

pasien pada akhir tindakan keperawatan pasien tipe ini dilaksanakanpada

akhir tindakan secara paripurna. Disusun menggunkan SOAPIER dimana:

S: Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara objektif oleh

pasien setelah diberikan implementasi keperawatan. Misalnya: nyeri

yang dirasakan berkurang atau tidak, mampu dan memahami

mengikuti instruksi perawat atau tidak.

O: Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan

pengamatan yang objektif. Misalnya: pasien tampak tenang, pasien

tampak gelisah, wajah pasien tampak pucat dan gemetar.

A: Analisis perawat setelah mengetahui respon subjek dan objektif apakah

telah teratasi, teratasi sebagian atau belum teratasi. Misalnya: masalah

nyeri teratasi atau tidak.

P: Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis. Misalnya:

berikan terapi dzikir (subhanallah).

I: Implementasi bagaimana dilakukan. Misalnya: lakukan terapi dzikir

dibaca dan dilakukan secara berulang-ulang selama 5-7 menit

E: Evaluasi respon pasien terhadap tindakan keperawatan. Misalnya: nyeri

berkurang.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri - repository.umtas.ac.id

18

R: Revised Apakah rencana keperawatan akan dirubah. Misalnya: lakukan

terapi dzikir setiap hari.

Ada tiga hasil evaluasi yang terkait dengan keberhasilan tujuan

tindakan yaitu tujuan tercapai apabila pasien menunjukkan perubahan sesuai

kriteria hasil yang telah ditentukan, tujuan tercapai sebagian apabila jika klien

menunjukkan perubahan pada sebagian kriteria hasil yang telah ditetapkan,

tujuan tidak tercapai jika klien menunjukkan sedikit perubahan dan tidak ada

kemajuan sama sekali.(Suprajitno dalam Wardani,2013).

2.2 Gangguan Aman Nyaman : Nyeri Pasien Post Operasi Bedah Mayor

2.2.1. Operasi

1. Definisi

Pembedahan merupakan semua tindakan pengobatan yang

menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh

yang akan dilakukan tindakan pembedahan dengan membuat sayatan (Potter

& Perry, 2010). Pembukaan tubuh ini umumnya dilakukan dengan membuat

sayatan. Setelah bagian yang akan ditangani ditampilkan dilakukan tindakan

perbaikan yang akan diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka

(Syamsuhidajat, 2010).

2. Indikasi

Menurut Tamsuri (2011) jenis pembedahan berdasarkan tujuannya,

pembedahan dibagi menjadi:

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri - repository.umtas.ac.id

19

a. Kuratif adalah pembedahan yang bertujuan untuk menghilangkan jaringan

yang merupakan masalah dari suatu penyakit seperti eksisi tumor,

appendiktomi.

b. Diagnostic adalah tindakan operasi yang bertujuan untuk mengetahui

diagnosa yang sebenarnya dari sebuah penyakit, hal ini dilakukan karena

ketidakjelasan diagnosa maka dari itu harus dilakukan pembuktian dengan

operasi seperti biopsi, laparotomi eksplorasi.

c. Reparative adalah operasi yang dilakukan untuk memperbaiki suatu

keadaan tau luka tertentu seperti luka multipel atau debridemen.

d. Estetika adalah adalah pembedahan yang dilakukan untuk memperindah

bagian tubuh dengan tujuan estetik.

e. Paliatif adalah operasi yang dilakukan untuk menghilangkan nyeri,

memperbaiki masalah (gastronomy dan ketidakmampuan menelan).

f. Transplantasi adalah operasi yang dilakukan dengan tujuan menanam

organ tubuh tertentu untuk menggantikan struktur atau fungsi dari suatu

organ yang mengalami kerusakan (cangkok ginjal, kornea, jantung, dll).

3. Klasifikasi operasi

Menurut Brunner & Sudarth (2010), pembedahan dapat

dikelompokkan sebagai berikut:

a. Bedah Mayor

Bedah mayor merupakan pembedahan yang relatif lebih sulit untuk

dilakukan dari pada pembedahan minor, membutuhkan waktu, dan

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri - repository.umtas.ac.id

20

melibatkan resiko terhadap nyawa pasien, dan memerlukan bantuan asisten

seperti contoh bedah sesar, miomektomi, bedah torak, bedah otak.

b. Bedah Minor

Bedah minor merupakan pembedahan yang secara relatif dilakukan

secara simple, tidak memiliki risiko terhadap nyawa pasien dan tidak

memerlukan bantuan asisten untuk melakukannya seperti contoh membuka

abses superficial, pembersihan luka, inokulasi, superfisial neuroktomi dan

tenotomi.

c. Bedah Emergensi

Bedah emergensi merupakan pembedahan yang dilakukan darurat,

tidak boleh ditunda dan membutuhkan perhatian segera (gangguan

mungkin mengancam jiwa) seperti contoh luka bakar sangat luas,

perdarahan hebat.

d. Bedah Elektif

Bedah elektif merupakan pembedahan yang dilakukan ketika

diperlukan dan kalau tidak dilakukan juga tidak terlalu membahayakan

nyawa. Contoh: hernia sederhana, perbaikan vaginal. Tindakan

pembedahan bertujuan untuk mencegah kecacatan dan komplikasi, dimana

tindakan ini menjadi terapi pilihan pada berbagai kondisi yang sulit dan

tidak mungkin disembuhkan melalui obat-obatan sederhana. Operasi

memiliki dampak yaitu mengalami nyeri skala tinggi selama 24 jam

pertama, hal ini terjadi karena tubuh belum dapat menyesuaikan terhadap

respon nyeri (Kuswandari, 2016). Operasi juga menyebabkan keterbatasan

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri - repository.umtas.ac.id

21

gerak tubuh ibu sehingga proses penyembuhan luka akan semakin lama dan

juga menimbulkan nyeri, perdarahan, infeksi dan luka operasi (Fauzi,

2013).

2.2.2 Definisi Nyeri

Nyeri adalah pengalaman sensori nyeri dan emosional yang tidak

menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual dan potensial

yang tidak menyenangkan yang terlokalisasi pada suatu bagian tubuh ataupun

sering disebut dengan istilah distruktif dimana jaringan rasanya seperti

ditusuk-tusuk, panas terbakar, melilit, seperti emosi, perasaan takut dan mual

(Potter, 2012). Nyeri merupakan keyakinan individu dan bagaimana respon

individu tersebut terhadap sakit yang dialaminya (Taylor, 2011). Berdasarkan

pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa nyeri adalah fenomena yang

subjektif dimana respon yang dialami setiap individu akan berbeda untuk

menunjukkan adanya masalah atau perasaan yang tidak nyaman.

Keluhan adanya rasa nyeri atau sakit sering kali merupakan alasan

individu untuk mendapatkan perawatan medis. Nyeri juga berfungsi sebagai

salah satu mekanisme pertahanan tubuh melalui peringatan ke otak mengenai

adanya jaringan yang mungkin sedang dalam keadaan bahaya. Nyeri

sebenarnya merupakan salah satu sinyal bagi individu mengenai adanya

kerusakan dalam tubuh (Hadjam, 2011). Intensitas nyeri seringkali

menunjukkan tingkat kerusakan atau cidera yang dialami individu.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri - repository.umtas.ac.id

22

Selain cedera, nyeri juga dirasakan oleh individu yang melakukan

operasi. Operasi atau pembedahan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

adalah pengobatan penyakit dengan jalan memotong, mengiris atau membuka

bagian tubuh yang sakit. Pasca operasi ada rasa nyeri yang seringkali

ditimbulkan akibat jahitan atau tindakan medis berkaitan dengan

pemulihan/tindakan operasi tersebut. Tindakan medis yang sering

menimbulkan nyeri adalah pembedahan. Nyeri biasanya dirasakan oleh pasien

pasca operasi patah tulang, operasi kanker, operasi tumor, operasi cesar,

operasi usus buntu dan lain sebagainya. Pasien pasca operasi seringkali

dihadapkan pada permasalahan adanya proses peradangan akut dan nyeri yang

mengakibatkan keterbatasan gerak. Akibat dari nyeri pasca operasi pasien

menjadi immobil yang merupakan kontradiksi yang dapat mempengaruhi

kondisi seseorang. Setiap tindakan operasi atau pembedahan pasti akan

menimbulkan rasa nyeri yang berakibat memberikan rasa ketakutan pada

pasien untuk dapat bergerak atau mobilisasi yang dapat menurunkan kualitas

hidup, bahkan nyeri merupakan sumber frustasi (Potter dan Perry, 2006).

2.2.3 Patofisiologi Nyeri

Mekanisme timbulnya nyeri didasari oleh proses multipel yaitu

nosisepsi, sensitisasi perifer, perubahan fenotipe, sensitisasi sentral,

eksitabilitas ektopik, reorganisasi struktural, dan penurunan inhibisi. Antara

stimulus cedera jaringan dan pengalaman subjektif nyeri terdapat empat

proses tersendiri : tranduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri - repository.umtas.ac.id

23

1. Transduksi

Aktivasi dari reseptor nyeri terjadi selama proses transduksi.

Transduksi merupakan proses dari stimulus nyeri yang diubah ke bentuk

yang dapat diakses oleh otak (Taylor, 2011). Selama fase transduksi,

stimulus berbahaya (cedera jari tangan) memicu pelepasan mediator

biokimia (misal: prostaglandin, bradikinin, serotonin, histamin, zat P)

(Kozier, 2010).

a. Bradykinin adalah vasodilator kuat untuk meningkatkan permeabilitas

kapiler dan mengalami konstriksi otot polos, memiliki peran yang

penting dari mediator kimia nyeri pada bagian yang cidera sebelum

nyeri mengirimkan pesan ke otak. Bradikinin juga pemacu

pengeluaran histamin dan kombinasi dengan responinflamasi seperti

adanya kemerahan, pembengkakan, dan nyeri yang merupakan ciri

khas adanya reaksi inflamasi.

b. Prostaglandin adalah hormon seperti substansi tambahan untuk

mengirim stimulus nyeri ke Central Nervous System (CNS).

c. Substansi P/ zat P merupakan reseptor sensitif pada saraf untuk

merasakan nyeri dan meningkatkan tingkat penembakan saraf (Taylor,

2011).

2. Transmisi

Impuls nyeriberjalan dari serabut saraf tepi ke medulla spinalis. Zat

P bertindak sebagai neurotrasmiter, yang meningkatkan pergerakan impuls

menyebrangi setiap sinaps saraf dari neuron aferen primer ke neuron ordo

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri - repository.umtas.ac.id

24

kedua di kornu dorsalis medulla spinalis. Transmisi dari medulla spinalis

dan asendens, melalui traktus spinotalamikus, ke batang otak dan talamus.

Lalu melibatkan transmisi sinyal antara talamus ke korteks sensorik

somatik tempat terjadinya persepsi nyeri (Kozier, 2010).

3. Modulasi

Proses dimana sensasi dari nyeri dihambat atau dimodifikasi disebut

modulasi. Sensasi nyeri diantaranya dapat diatur atau dimodifikasi oleh

substansi yang dinamakan neuromodulator. Neuromodulator merupakan

campuran dari opioid endogen, yang keluar secara alami, seperti morphin

pengatur kimia di ganglia spinal dan otak. Mereka memiliki aktivitas

analgesik dan mengubah persepsi nyeri.

4. Persepsi

Persepsi dari nyeri melibatkan proses sensori bahwa akan datang

persepsi nyeri (Taylor, 2011). Persepsi merupakan titik kesadaran

seseorang terhadap nyeri. Stimulus nyeri ditransmisikan naik ke medulla

spinalis ke talamus dan otak tengah. Dari talamus,

serabutmenstransmisikan pesan nyeri ke berbagai area otak, termasuk

korteks sensori dan korteks asosiasi (dikedua lobus parietalis), lobus

frontalis, dan sistem limbik. Ada sel-sel di dalam limbik yang diyakini

mengontrol emosi, khususnya ansietas (Potter & Perry, 2006). Selanjutnya

diterjemahkan dan ditindak lanjut berupa tanggapan terhadap nyeri

tersebut.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri - repository.umtas.ac.id

25

Endhorpin dan enkephalin merupakan neuromodulator

opioid.Endhorpin diproduksi di sinap neural tepatnya titik sekitar CNS.

Endhorpin ini merupakan penghambat kimia nyeri terkuat yang memiliki

efek analgesik lama dan memproduksi euphoria. Enkephalin yang mana

tersebar luas seluruhnya di otak dan ujung dorsal di ganglia spinal,

dipertimbangkan sedikit potensi dari pada endhorpin.Enkephalin dapat

mengurangi sensasi nyeri oleh penghambat yang dilepaskan dari substansi

P dari neuron afferent terminal (Taylor, 2011).

2.2.4 Klasifikasi Nyeri

1. Berdasarkan Waktu Serangan

Partisipan dari konferensi tersebut mengidentifikasi 3 (tiga) tipe dari

nyeri :

a. Nyeri akut

Timbul akibat dari cedera akut, penyakit atau pembedahan.

b. Nyeri Kronik Nonmalignan

Diasosiasikan dengan cedera jaringan yang tidak progresif atau yang

menyembuh.

c. Nyeri Kronik Malignan

Nyeri yang berhubungan dengan kanker atau penyakit progresif.

2. Berdasarkan Menurut Tempat

a. Periferal Pain

1) Superfisial Pain (Nyeri Permukaan)

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri - repository.umtas.ac.id

26

Nyeri yang disebabkan stimulus kulit. Karakteristik dari nyeri

berlangsung sebentar dan berlokalisasi. nyeri biasanya terasa sebagai

sensasi yang tajam (Potter dan Perry, 2006 dalam Sulistyo, 2013).

Contohnya tertusuk jarum suntik dan luka potong kecil atau laserasi.

2) Deep Pain (Nyeri Dalam)

Nyeri yang terjadi akibat stimulasi organ-organ internal (Potter dan

Perry, 2006 dalam Sulistyo, 2013). Nyeri ini bersifat difusi dan dapat

menyebar kebeberapa arah. Contohnya sensasi pukul (crushing) seperti

angina pectoris dan sensasi terbakar seperti pada ulkus lambung.

3) Reffered Pain (Nyeri Alihan)

Nyeri yang dirasakan pada area yang bukan merupakan sumber

nyerinya.

b. Central Pain

Terjadi karena perangsangan pada susunan saraf pusat, spinal cord, batang

otak, dll.

c. Psychogenic Pain

Nyeri dirasakan tanpa penyebab organik, tetapi akibat dari trauma

psikologis.

d. Phantom Pain

Phantom Pain merupakan perasaan pada bagian tubuh yang sudah tak ada

lagi, contohnya pada amputasi. Phantom pain timbul akibat dari stimulasi

dendrit yang berat dibandingkan dengan stimulasi reseptor biasanya. Oleh

karena itu, orang tersebut akan merasa nyeri pada area yang telah diangkat.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri - repository.umtas.ac.id

27

e. Radiating Pain

Nyeri yang dirasakan pada sumbernya yang meluas ke jaringan sekitar.

3. Berdasarkan Menurut Sifat

a. Insidentil

Timbul sewaktu-waktu dan kemudian menghilang

b. Steady

Nyeri timbul menetap dan dirasakan dalam waktu yang lama

c. Paroxysmal

Nyeri dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali dan biasanya menetap

10 – 15 menit, lalu menghilang dan kemudian timbul kembali.

d. Intractable Pain

Nyeri yang resisten dengan diobati atau dikurangi. Contoh pada arthritis,

pemberian analgetik narkotik merupakan kontraindikasi akibat dari

lamanya penyakit yang dapat mengakibatkan kecanduan.

4. Berdasarkan Menurut Berat Ringannya

a. Nyeri ringan

Nyeri dalam intensitas rendah

b. Nyeri sedang

Nyeri yang menimbulkan suatu reaksi fisiologis dan psikologis

c. Nyeri berat

Nyeri dalam intensitas tinggi

5. Berdasarkan Menurut Sumbernya

a. Nyeri nosiseptif

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri - repository.umtas.ac.id

28

Nyeri yang timbul sebagai akibat peransangan pada nosiseptor (serabut A-δ

dan serabut C) oleh ransangan mekanik, terminal atau termikal.

b. Nyeri somatik

Nyeri yang timbul pada organ non viseral, misal nyeri pasca bedah, nyeri

metatastik, nyeri tulang, dan nyeri artritik.

c. Nyeri viseral

Nyeri berasal dari organ viseral, biasanya akibat distensi organ yang

berongga, misalnya usus, kantung empedu, pankreas jantung. Nyeri juga

sering diikuti referred pain dan sensasi otonom, seperti mual dan muntah.

d. Nyeri neuropatik

Timbul akibat iritasi atau trauma pada saraf. Seringkali persiten, walaupun

penyebabnya sudah tidak ada. Biasanya paien merasakan rasa seperti

terbakar, seperti tersengat listrik atau alodinia dan disestesia.

e. Nyeri psikogenik

Nyeri yang tidak memenuhi kriteria nyeri somatik dan nyeri neuropatik,

dan memenuhi kriteria untuk depresi atau kelainan psikosomatik.

6. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Lokasi

a. Supervicial atau kutaneus

Nyeri supervisial adalah nyeri yang disebabkan stimulus kulit.

Karakteristik dari nyeri berlangsung sebentar dan berlokalisasi. nyeri

biasanya terasa sebagai sensasi yang tajam (Potter dan Perry, 2006 dalam

Sulistyo, 2013). Contohnya tertusuk jarum suntik dan luka potong kecil

atau laserasi.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri - repository.umtas.ac.id

29

b. Viseral dalam

Nyeri viseral adalah nyeri yang terjadi akibat stimulasi organ-organ

internal (Potter dan Perry, 2006 dalam Sulistyo, 2013). Nyeri ini bersifat

difusi dan dapat menyebar kebeberapa arah. Contohnya sensasi pukul

(crushing) seperti angina pectoris dan sensasi terbakar seperti pada ulkus

lambung.

c. Nyeri Alih

Nyeri alih merupakan fenomena umum dalam nyeri viseral karna

banyak organ tidak memiliki reseptor nyeri. Karakteristik nyeri dapat terasa

di bagian tubuh yang terpisah dari sumber nyeri dan dapat terasa dengan

berbagai karakteristik (Potter dan Perry, 2006 dalam Sulistyo, 2013).

Contohnya nyeri yang terjadi pada infark miokard, yang menyebabkan

nyeri alih ke rahang, lengan kiri, batu empedu, yang mengalihkan nyeri ke

selangkangan.

d. Radiasi Nyeri

Radiasi merupakan sensi nyeri yang meluas dari tempat awal cedera

ke bagian tubuh yang lain (Potter dan Perry, 2006 dalam Sulistyo, 2013).

Karakteristik nyeri terasa seakan menyebar ke bagian tubuh bawah atau

sepanjang kebagian tubuh. Contoh nyeri punggung bagian bawah akibat

diskusi intera vertebral yang ruptur disertai nyeri yang meradiasi sepanjang

tungkai dari iritasi saraf skiatik.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri - repository.umtas.ac.id

30

2.2.5 Mengkaji Intensitas Nyeri

Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri

dirasakan oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri bersifat sangat subjektif

dan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan berbeda oleh dua orang yang

berbeda (Andarmoyo, 2013). Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif

yang paling mugkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap

nyeri itu sendiri, namun pengukuran dengan pendekatan objektif juga tidak

dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007

dalam Andarmoyo, 2013).

1. Skala Intensitas Nyeri Deskriftif Sederhana

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tidak Nyeri Nyeri

nyeri sedang sangat

hebat

Gambar 2.1 Skala Intensitas Nyeri Deskriftif Sederhana

Andarmoyo, S. (2013)

Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor scale, VDS) merupakan

alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih objekti. Pendeskripsian

VDS diranking dari ”tidak nyeri” sampai ”nyeri yang tidak tertahankan”

(Andarmoyo,2013). Perawat menunjukkan klien skala tersebut dan meminta

klien untuk memilih intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan. Alat ini

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri - repository.umtas.ac.id

31

memungkinkan klien memilih sebuah ketegori untuk mendeskripsikan nyeri

(Andarmoyo, 2013).

2. Skala Intensitas Nyeri Numerik

Gambar 2.2 Skala Intensitas Nyeri Numerik

Andarmoyo, S. (2013)

Skala penilaian numerik (Numerical rating scale, NRS) lebih

digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsian kata. Dalam hal ini, klien

menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif digunakan

saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi (Andarmoyo,

2013).

3. Skala Intensitas Nyeri (Visual Analog Scale)

Tidak Nyeri

nyeri sangat

hebat

Nyeri

berat

tidak

terkontrol

Nyeri

berat

terkontrol

Nyeri

sedang

Nyeri

ringan

Tidak

Nyeri

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri - repository.umtas.ac.id

32

Gambar 2.3 Skala Intensitas Nyeri Visual Analog Scale

Andarmoyo, S. (2013)

Skala analog visual (Visual Analog Scale) merupakan suatu garis lurus,

yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan memiliki alat

pendeskripsian verbal pada setiap ujungnya (Andarmoyo, 2013).

4. Skala Intensitas Nyeri dari FLACC

Kategori Skor

0 1 2

Muka Tidak ada ekspresi atau

senyuman tertentu,

tidak mencari

perhatian.

Wajah cemberut, dahi

mengkerut, menyendiri

Sering dahi tidak

konstan, rahang

menegang, dagu

gemetar

Kaki Tidak ada posisi atau

rileks.

Gelisah, resah dan

menegang

Menendang

Akrivitas Berbaring, posisi

normal, mudah

bergerak.

Menggeliat, menaikkan

punggung dan maju,

menegang.

Menekuk, kaku atau

menghentak

Menangis Tidak menangis Merintih atau merengek,

kadang-kadang

mengeluh.

menangis keras, sedu

sedan, sering mengeluh

Hiburan Rileks. Kadang-kadang hati

tentram dengan sentuhan,

memeluk, berbicara

untuk mengalihkan

perhatian.

Kesulitan untuk

menghibur atau

kenyamanan

Total skor 0-10

Tabel 2.2 Skala Intensitas Nyeri dari FLACC

Andarmoyo, S. (2013)

Skala FLACC merupakan alat pengkajian nyeri yang dapat digunakan

pada pasien yang secra non verbal yang tidak dapat melaporkan nyerinya

(Judha, 2012). Intensitas nyeri dibedakan menjadi lima dengan menggunakan

skala numerik yaitu:

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri - repository.umtas.ac.id

33

a. 0 : Tidak Nyeri

b. 1-2 : Nyeri Ringan

c. 3-5 : Nyeri Sedang

d. 6-7 : Nyeri Berat

e. 8-10 : Nyeri Yang Tidak Tertahankan (Judha, 2012).

2.2.6 Manajemen Nyeri

1. Manajemen Farmakologi

Manajemen nyeri farmakologi merupakan metode yang mengunakan

obat-obatan dalam praktik penanganannya. Cara dan metode ini memerlukan

instruksi dari medis. Ada beberapa strategi menggunakan pendekatan

farmakologis dengan manajemen nyeri persalinan dengan penggunaan

analgesia maupun anastesi (Sulistyo, 2013).

2. Manajemen Non Farmakologi

Manajemen nyeri non farmakologi merupakan tidakan menurunkan

respon nyeri tanpa menggunakan agen farmakolgi. Dalam melakukan

intervensi keperawatan/kebidanan, manajemen non farmakologi merupakan

tindakan dalam mengatasi respon nyeri klien (Sulistyo, 2013). Langkah awal

pengobatan non farmakologis adalah dengan menjalani pola hidup sehat, salah

satunya dengan terapi komplementer yang menggunakan bahan-bahan alami

yang ada meditasi, aromaterapi, terapi herbal, terapi nutrisi dan juga termasuk

terapi dzikir. Terapi relaksasi memberikan individu mengontrol diri ketika

terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri (Susilo & Wulandari, 2011).

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri - repository.umtas.ac.id

34

2.3 Terapi Dzikir

2.3.1 Definisi

Terapi spiritual merupakan terapi dengan pendekatan terhadap

kepercayaan yang di anut oleh klien dengan cara memberikan pencerahan.

Terdapat banyak intervensi non farmakologi yang dapat membantu meredakan

nyeri. Diuraikan sebagai intervensi fisik dan kognitif perilaku, banyak

pendekatan ini merupakan tindakan non-invasif, beresiko rendah, hemat,

mudah dilakukan dan diajarkan, seperti misalnya pijat, kompres panas dingin,

akupuntur, relaksasi nafas dalam, relaksasi progresif dan distraksi atau

mengalihkan perhatian terhadap nyeri. WHO menetapkan unsur spiritual

(agama) sebagai salah satu dari empat unsur kesehatan. Keempat unsur

kesehatan tersebut adalah sehat fisik, sehat psikis, sehat sosial, dan sehat

spiritual. Pendekatan ini diadopsi oleh psikiater Amerika Serikat The

American Psychiatric Association (1992) dalam Setyoadi and Kushariyadi

(2011) yang dikenal dengan pendekatan bio-psikososio-spiritual. Spiritualitas

dalam keperawatan, adalah konsep yang luas meliputi nilai, makna dan tujuan,

menuju inti manusia seperti kejujuran, cinta, peduli, bijaksana, penguasaan

diri dan rasa kasih: sadar akan adanya kualitas otoritas yang lebih tinggi,

membimbing spirit atau transenden yang penuh dengan kebatinan, mengalir

dinamis seimbang dan menimbulkan kesehatan tubuh pikiran-spirit.

Secara fisiologis, terapi spiritual dengan berdzikir atau mengingat

asma Allah akan menyebabkan otak bekerja. Ketika otak mendapat

rangsangan dari luar, maka otak akan memproduksi zat kimia yang akan

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri - repository.umtas.ac.id

35

memberi rasa nyaman yaitu neuropeptida. Setelah otak memproduksi zat

tersebut, maka zat ini akan menyangkut dan diserap didalam tubuh yang

kemudian akan memberi umpan balik berupa kenikmatan atau kenyamanan

(Budiyanto, Ma’rifah, & Susanti, 2015).

2.3.2 Tujuan

1. Menghilangkan kegundahan, kesedihan, depresi, dapat mendatangkan

ketenangan, kebahagiaan, menentramkan jiwa, obat penyakit hati dan

sebagainya

2. Dzikir dapat menghidupkan hati

2.3.3 Manfaat Dzikir

Menurut Anshori dzikir bermanfaat mengontrol perilaku. Pengaruh

yang ditimbulkan secara konstan, akan mampu mengontrol prilaku seseorang

dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang yang melupakan dzikir atau lupa

kepada Tuhan, terkadang tanpa sadar dapat berbuat maksiat, namun mana kala

ingat kepada Tuhan kesadaran akan dirinya sebagai hamba Tuhan akan

muncul kembali.

Dzikir mempunyai manfaat yang besar terutama dalam dunia modern

seperti sekarang, manfaat dzikir dalam kehidupan menurut Syukur (2006)

antara lain :

1. Dzikir memantapkan iman

Jiwa manusia akan terawasi oleh apa dan siapa yang selalu

melihatnya. Ingat kepada Allah berarti lupa kepada yang lain, ingat yang lain

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri - repository.umtas.ac.id

36

berarti lupa kepada-Nya. Melupakan-Nya akan mempunyai dampak yang

luas dalam kehidupan manusia.

2. Dzikir dapat menghindarkan dari bahaya

Dalam kehidupan ini, seseorang tak bisa lepas dari kemungkinan

datangnya bahaya. Hal ini dapat diambil pelajaran dari peristiwa Nabi Yunus

As yang tertelan ikan. Pada saat seperti itu Yunus As berdoa: la ilaha illa

anta subhanaka inni kuntu minadh dhalimin (tiada Tuhan selain engkau,

maha suci engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang

dhalim) (Al-Anbiya’:27). Dengan doa dan dzikir itu Yunus As dapat keluar

dari perut ikan.

3. Dzikir sebagai terapi jiwa

Islam sebagai agama rahmatan lil alamin menawarkan suatu konsep

dikembangkannya nilai-nilai ilahiah dalam batin mengingat seseorang.

Shalat misalnya yang didalamnya terdapat penuh doa dan dzikir, dapat

dipandang sebagai malja’ (tempat berlindung) ditengah badai kehidupan

modern’ disinilah misi Islam untuk menyejukkan hati manusia. Dzikir

fungsional, akan mendatangkan manfaat, antara lain mendatangkan

kebahagiaan, menentramkan jiwa, obat penyakit hati dan sebagainya.

4. Dzikir menumbuhkan energi akhlak

Kehidupan modern yang ditandai juga dengan dekadensi moral,

akibat dari berbagai rangsangan dari luar, khususnya melalui masa media.

Pada saat seperti ini dzikir yang dapat menumbuhkan iman dapat menjadi

sumber akhlak. Dzikir tidak hanya dzikir substansial, namun dzikir

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri - repository.umtas.ac.id

37

fungsional. Dengan demikian, betapa penting mengetahui, mengerti

(ma’rifat) dan mengingat (dzikir) Allah, baik terhadap nama-nama maupun

sifat-sifat-Nya , kemudian maknanya ditumbuhkan dalam diri secara aktif,

karena sesungguhnya iman adalah keyakinan dalam hati, diucapkan dalam

lisan dan direalisasikan dalam amal perbuatan.

2.3.4 Langkah-langkah

Untuk memenuhi kebutuhan spiritual tersebut bisa dilakukan terapi

keperawatan holistik yaitu terapi dzikir. Dzikir merupakan pengembangan

dari respon relaksasi dengan irama yang teratur disertai sikap pasrah kepada

Tuhan. Relaksasi dalam agama Islam itu menggunakan bacaan-bacaan

dzikir (mengingat Allah) dengan mengulangulang bacaan tertentu, kemiripan

antara distraksi dengan dzikir terletak pada upaya pengkonsentrasian pikiran,

upaya melepaskan diri dari segala sesuatu yang mengganggu pikiran (nyeri),

keduanya juga sejalan dalam hal latihan, dan mengulang kata-kata atau

makna meditasi.

Tahap pra interaksi:

1. Cek catatan keperawatan medis pasien

2. Menganalisis kekuatan dan kelemahan diri

3. Mengumpulkan data tentang pasien

4. Merencanakan pertemuan pertama dengan pasien

5. Mempersiapkan alat

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri - repository.umtas.ac.id

38

Tahap orientasi:

1. Berikan salam

2. Pastikan identitas klien

3. Jelaskan tujuan dan lamanya tindakan pada klien/keluarga

Tahap kerja:

1. Cuci tangan

2. Periksa nadi/cek nadi

3. Pilih kalimat spiritual yang akan digunakan:

“subhanallah”

Kalimat dzikir tersebut diucapkan secara lisan maupun secara qolbu.

4. Posisikan pasien senyaman mungkin

5. Tutup mata & kendurkan otot-otot

6. Bernafaslah secara alami dan mulai mengucapkan Subhanallah yang

dibaca dan dilakukan secara berulang-ulang selama 5-7 menit

7. Bila ada pikiran yang mengganggu, kembalilah fokuskan pikiran

8. Jika sudah selesai, jangan langsung berdiri duduklah dulu dan

beristirahat, buka pikiran kembali.

Tahap evaluasi:

1. Evaluasi respon klien

2. Berikan umpan balik positif

3. Kontrak pertemuan berikutnya

4. Bereskan alat

5. Cuci tangan

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri - repository.umtas.ac.id

39

Dokumentasi :

1. Catat kegiatan yang telah dilakukan dalam catatan pelaksanaan

2. Catat respon klien terhadap tindakan yang telah dilakukan

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--