bab ii kajian pustaka a. kajian teori 1. pembelajaran...

29
11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Kajian Teori merupakan landasan teori yang digunakan sebagai petunjuk untuk melakukan penelitian dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. 1. Pembelajaran Tematik a. Pengertian Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik menurut Poerwadarminta (dalam Abdul, 2014: 80) adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan. Menurut (Abdul, 2014: 85) : “Pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individu maupun kelompok aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik. Menurut (Abdul, 2014: 85) pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dari dalam intra mata pelajaran (dalam satu mata pelajaran) maupun antar-mata pelajaran (berbagai mata pelajaran). Pembelajaran tematik dimaksudkan untuk menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan bahasa anak didik dan membuat pembelajaran lebih bermakna (Abdul, 2014: 86). Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang difokuskan tidak hanya pada satu konteks pembelajaran saja, melainkan juga dari berbagai konteks

Upload: doanhanh

Post on 23-Jun-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

Kajian Teori merupakan landasan teori yang digunakan sebagai petunjuk untuk

melakukan penelitian dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

1. Pembelajaran Tematik

a. Pengertian Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik menurut Poerwadarminta (dalam Abdul, 2014: 80)

adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa

mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada peserta

didik. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok

pembicaraan. Menurut (Abdul, 2014: 85) :

“Pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu

(integrated instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang

memungkinkan siswa, baik secara individu maupun kelompok aktif menggali dan

menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan

otentik.

Menurut (Abdul, 2014: 85) pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan

dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dari

dalam intra mata pelajaran (dalam satu mata pelajaran) maupun antar-mata

pelajaran (berbagai mata pelajaran). Pembelajaran tematik dimaksudkan untuk

menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya

perbendaharaan bahasa anak didik dan membuat pembelajaran lebih bermakna

(Abdul, 2014: 86). Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat di tarik kesimpulan

bahwa pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang difokuskan tidak hanya

pada satu konteks pembelajaran saja, melainkan juga dari berbagai konteks

12

pembelajaran yang dapat digabungkan menjadi suatu pembelajaran yang terpadu

dan bermakna bagi peserta didik.

b. Metode dan Teknik Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik dilengkapi dengan berbagai metode dan teknik dalam

proses pembelajarannya. Menurut (Abdul, 2014: 151-173) Metode dan teknik

pembelajaran tematik adalah sebagai berikut : metode ceramah, metode

demonstrasi, metode diskusi, metode simulasi, metode tugas dan resitasi, metode

tanya jawab, metode kerja kelompok, metode problem solving, metode latihan,

metode karyawisata, dan inkuiri. adapun pemaparannya sebagai berikut :

1) Metode Ceramah

Metode yang penggunakan cara penuturan (lecturer) dalam penyampaian suatu

pembelajaran. Metode ceramah harus memperhatikan isi sehingga dapat dipahami

oleh pendengar (peserta didik) agat nantinya isi yang disampaikan dapat di ikuti

dan dilakukan oleh pendengar (peserta didik)

2) Metode Demonstrasi

Metode ini membantu peserta didik untuk mencari jawaban dengan usaha

sendiri dan dengan fakta-fakta yang ada di lingkungannya. Metode demonstrasi

merupakan metode yang penyajiannya dengan memperagakan dan

mempertunjukkan pada peserta didik tentang suatu proses atau situasi yang ada di

lingkungan sekitarnya baik dengan kondisi yang sebenarnya maupun dengan tiruan.

3) Metode Diskusi

Metode diskusi merupakan metode yang menghadapkan peserta didik pada

adanya suatu masalah yang harus dipecahkan bersama dan bersifat bertukar

pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu.

13

4) Metode Simulasi

Metode simulasi adalah metode yang difokuskan pada berpura-pura atau

berbuat seakan-akan sesuai dengan situasi tiruan yang dilakukan untuk memahami

konsep, prinsip, atau ketrampilan tertentu.

5) Metode Tugas dan Resitasi

Metode tugas dan resitasi adalah metode yang digunakan untuk merangsang

keaktifan anak dalam belajar secara individu di rumah, di sekolah ataupun di

lingkungan. Metode ini biasanya menggunakan penghafalan, pembacaan,

pengulangan, dan pengujian dalam tugas yang diberikan.

6) Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab berfokus pada adanya komunikasi langsung antara guru

dengan peserta didik. Metode tanya jawab digunakan untuk merangsang pemikiran

peserta didik dan membimbing peserta didik untuk mencapai suatu pengetahuan

baru.

7) Metode Kerja Kelompok

Metode ini berupa pembelajaran secara berkelompok atau bersama-sama untuk

mencapai suatu tujuan pembelajaran tertentu.

8) Metode Problem Solving

Metode yang dalam penerapannya bukan hanya sekedar mengajar melainkan

metode yang diawali dengan mencari data atau fakta dari lingkungan sekitar

kemudian sampai pada penarikan kesimpulan.

9) Metode Latihan

Metode latihan digunakan untuk menambahkan ketangkasan atau ketampilan

dari suatu ilmu atau pengetahuan yang dipelajari.

14

10) Metode Karyawisata

Metode karyawisata digunakan untuk pembelajaran di luar lingkungan sekolah

yang difokuskan untuk menambahkan ilmu peserta didik melalui lingkungan sekitar

secara langsung.

11) Inkuiri

Menekankan pada proses aktivitas mencari dan menemukan karena materi

pelajaran tidak diberikan secara langsung. Metode ini berpusat pada peserta didik

sebagai subjek belajar dan guru sebagai fasilitator dan sebagai pembimbing peserta

didik dalam proses belajar.

Hal di atas merupakan penjelasan jenis metode yang sesuai dengan kurikulum

2013 yang menerapkan pembelajaran berdasarkan tema. Berdasarkan penjelasan di

atas dapat di tarik kesimpulan bahwa dalam proses pembelajaran terdapat metode-

metode yang harus diterapkan sesuai dengan indikator dari suatu pembelajaran.

Termasuk dari beberapa metode juga harus ditunjang dengan adanya media

pembelajaran dan sumber belajar yang jelas agar penyampaian materi pada proses

pembelajaran lebih mudah dan sesuai dengan materi pelajaran. Metode yang sesuai

untuk diterapkan pada pembelajaran tematik adalah inkuiri. Menurut penjelasan

ahli inkuiri dapat membuat peserta didik lebih aktif karena peserta didik sebagai

subjek pebelajar dan guru hanya sebagai fasilitator.

c. Implikasi terhadap Sarana, Prasarana, Sumber Belajar, dan Media

Pembelajaran tematik perlu memanfaatkan berbagai sumber belajar yang

sifatnya di desain secara khusus untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran (by

design), maupun sumber belajar yang tersedia di lingkungan yang dapat

dimanfaatkan (by utilization) (Abdul, 2014: 190). Secara umum menurut (Mulyasa

15

2014: 52) terdapat dua cara memanfaatkan fasilitas dalam menyukseskan

implementasi kurikulum yaitu :

1) Membawa sumber belajar ke dalam kelas. Berbagai sumber belajar yang

beranekaragam dapat digunakan pada saat pembelajaran dalam pembentukan

kompetensi dasar peserta didik.

2) Membawa kelas ke lapangan apabila ada berbagai hal yang tidak

memungkinkan suatu benda dapat dimasukan ke dalam kelas.

Pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan atau penggunaan

media harus disesuaikan dengan apa yang sedang dibutuhkan dan materi

pembelajaran apa yang diajarkan kepada peserta didik.

2. Tema Hidup Rukun

a. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar

Kompetensi Inti Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) merupakan

tingkat kemampuan yang digunakan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan

(SKL) yang harus dimiliki setiap peserta didik SD/MI pada setiap tingkat kelas

(Permendikbud no 57, 2014: 6). Melalui adanya Kompetensi Inti, Kompetensi

Dasar antar mata pelajaran pada kelas dapat di jaga atau sesuai antar mata pelajaran

yang terdapat pada satu proses pembelajaran. Selain itu kesesuaian materi pelajaran

pada intra mata pelajaran juga dapat di jaga walaupun pada kelas yang berbeda.

Berikut adalah rumusan Kompetensi Inti menggunakan notasi menurut

Permendikbud no 57 tahun 2014 :

1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk Kompetensi Inti sikap spiritual;

2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk Kompetensi Inti sikap sosial;

3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk Kompetensi Inti pengetahuan; dan

4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk Kompetensi Inti keterampilan.

16

Kompetensi Inti yang terdapat pada pembelajaran tematik kelas II menurut

(Kemendikbud. 2014; xi) adalah sebagai berikut :

1 Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.

2 Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percayadiri

dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru.

3 Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat,

membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk

ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan

di sekolah.

4 Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam karya

yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan

yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

Berdasarkan hal di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi inti adalah suatu

tingkatan yang dibuat oleh permendikbud untuk mencapai standar kompetensi

lulusan. Kompetensi Inti pada kurikulum pembelajaran tematik diletakkan pada

halaman awal buku guru yang dapat digunakan sebagai pedoman guru untuk

menentukan pembelajaran yang disesuaikan dengan kompetensi dasar.

Kompetensi Dasar dirumuskan untuk mencapai Kompetensi Inti yang ada pada

setiap kelasnya. Rumusan Kompetensi Dasar dikembangkan dengan

memperhatikan karakteristik dan kemampuan peserta didik, dan kekhasan

masingmasing mata pelajaran (Permendikbud no 57, 2014: 12). Jadi dapat

disimpulkan bahwa kompetensi dasar adalah acuan yang digunakan untuk

mencapai kompetensi inti yang akan digunakan sebagai capaian standar kompetensi

lulusan. Adapun pemetaan kompetensi dasar kelas II tema 1 (hidup rukun) subtema

4 (hidup rukun di masyarakat) menurut (Kemendikbud; 2014: 149-150) adalah

sebagai berikut :

17

Gambar 2.1 Pemetaan Kompetensi Dasar Kelas II Tema 1 Subtema 4

TEMA 1

SUBTEMA

4

BAHASA INDONESIA

1.5 Menerima anugerah Tuhan Yang

Maha Esa berupa bahasa Indonesia

yang dikenal sebagai bahasa persatuan dan sarana belajar di tengah

keberagaman bahasa daerah.

2.5 Memiliki perilaku santun dan jujur dalam percakapan tentang hidup

rukun dalam kemajemukan keluarga

melalui pemanfaatan bahasa Indonesia dan/ atau bahasa daerah.

3.5 Mengenal teks permintaan maaf

tentang sikap hidup rukun dalam kemajemukan keluarga dan teman

dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi kosakata bahasa

daerah untuk membantu pemahaman.

4.5 Menggunakan teks permintaan maaf tentang sikap hidup rukun dalam

kemajemukan keluarga dan teman

secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat

diisi kosakata bahasa daerah untuk

membantu penyajian.

PPKn

1.4 Menerima kebersamaan dalam keberagaman sebagai anugerah Tuhan

Yang Maha Esa di lingkungan rumah

dan sekolah. 2.4 Menunjukkan perilaku toleransi, kasih

sayang, jujur, disiplin, tanggung jawab,

santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman,

dan guru sebagai perwujudan moral

Pancasila. 3.4 Memahami arti bersatu dalam

keberagaman di rumah dan sekolah.

4.4 Bermain peran tentang bersatu dalam keberagaman dilingkungan rumah dan

sekolah.

PJOK 1.1 Menghargai tubuh dengan seluruh

perangkat gerak dan

kemampuannya sebagai anugerah

Tuhan. 2.2 Bertanggung jawab terhadap

keselamatan diri sendiri, orang

lain, dan lingkungan sekitar, serta dalam penggunaan sarana dan

prasarana pembelajaran.

3.6 Mengetahui konsep penggunaan variasi pola gerak dasar lokomotor

dan non-lokomotor sesuai dengan

irama (ketukan) tanpa/dengan

musik dalam aktivitasgerak ritmik.

4.6 Mengetahui konsep penggunaan

variasi pola gerak dasar lokomotor dan non-lokomotor sesuai dengan

irama (ketukan) tanpa/dengan

musik dalam aktivitas gerak ritmik.

MATEMATIKA

1.1 Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.

2.1 Menunjukkan sikap cermat dan

teliti, jujur, tertib dan mengikuti aturan, peduli, disiplin waktu

serta tidak mudah menyerah

dalam mengerjakan tugas. 3.1 Mengenal bilangan asli sampai

500 dengan menggunakan blok

Dienes (kubus satuan). 4.1 Memprediksi pola-pola bilangan

sederhana menggunakan

bilangan-bilangan yang kurang

dari 100.

SBDP

1.1 Menikmati keindahan alam dan

karya seni sebagai salah satu tanda-

tanda kekuasaan Tuhan.

2.2 Menunjukkan rasa ingin tahu untuk

mengenal alam di lingkungan

sekitar sebagai sumber ide dalam

berkarya seni.

3.1 Mengenal bahan dan alat serta

tekniknya dalam membuat karya

seni rupa.

4.1 Menggambar ekspresi dengan

mengolah garis, warna, bentuk, dan

tekstur berdasarkan hasil

pengamatan di lingkungan sekitar.

18

b. Materi Pelajaran Tema Hidup Rukun

Pada tema hidup rukun subtema hidup rukun di masyarakat menurut

(kemendikbud, 2014: 149-150) terdapat beberapa mata pelajaran yang dikemas

menjadi pembelajaran secara tematik yaitu mata pelajaran Bahasa Indonesia, PPKn,

PJOK, Matematika, dan SBdP. Beberapa mata pelajaran tersebut disatukan menjadi

tema yang sama yaitu dalam tema hidup rukun. Tema hidup rukun ini menurut

(kemendikbud, 2014: 120 – 158) berisi materi tentang teks permintaan maaf, hidup

dalam keragaman di masyarakat, gerak tubuh, mengenal seni rupa, dan bilangan

asli. Berikut penjelasan dari masing-masing materi di atas :

1) Teks Permintaan maaf

Menurut (KKBI, 2008: 1474) teks adalah naskah yg berupa kata-kata asli dari

pengarang yang digunakan sebagai bahan dasar dalam menulis pidato dan lain

sebagainya. Permintaan menurut (KBBI, 2008: 958) adalah suatu harapan supaya

diberi atau mendapat sesuatu dari hal yang diinginkan sedangkan “maaf” menurut

(KBBI, 2008: 890) adalah sebuah pengampunan atau pembebasan dari tuntutan

seperti kesalahan, kekeliruan, dan lain sebagainya. Jadi teks permintaan maaf dapat

diartikan sebagai suatu teks atau naskah yang mengandung harapan atau

pengampunan dari tuntutan atau kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan.

Berguna untuk mengajarkan tentang permintaan maaf kepada peserta didik.

2) Hidup dalam Keragaman di Masyarakat

Hidup menurut (KBBI, 2008: 521) adalah masih terus ada, bergerak, dan

bekerja sebagaimana mestinya sesuai dengan yang dijalani. Keragaman menurut

(KBBI, 2008: 1154) merupakan suatu kerukunan yang tercipta. Masyarakat

menurut (KBBI, 2008: 924) merupakan sekumpulan orang yang hidup bersama

19

pada suatu tempat atau wilayah dengan ikatan aturan tertentu. Jadi materi tentang

hidup dalam keragaman msyarakat adalah materi tentang cara-cara hidup rukun di

masyarakat, menghargai kehidupan di masyarakat, menghormati perbedaan, dan

hidup rukun di dalam suatu lingkungan masyarakat.

3) Gerak Tubuh

Gerak dalam (KBBI, 2008: 468) adalah suatu peralihan tempat atau kedudukan

sedangkan tubuh menurut (KBBI, 2008: 1551) adalah keseluruhan jasad manusia

atau binatang yang kelihatan dari bagian ujung kaki sampai ujung rambut. Jadi

gerak tubuh adalah materi yang mempelajari tentang perpindahan tubuh manusia

dari ujung rambut hingga ujung kaki.

4) Mengenal Seni Rupa

Mengenal pada (KBBI, 2008: 648) dapat diartikan dengan mengetahui hal baru

dari lingkungan sedangkan seni rupa menurut (KBBI, 2008: 1316) adalah suatu

keahlian membuat karya yg bermutu di lihat dr segi kehalusannya, kendahannya,

dan lain sebagainya atau dapat diartikan sebagai karya yang diciptakan dengan

keahlian yang luar biasa berupa pahatan atau lukisan. Pada materi ini lebih

menekankan pada pembelajaran berupa mengenalkan seni rupa melalui hal-hal

yang terdapat dilingkungan sekitar. Mengenal seni rupa dapat diapresiasikan

melalui gambar garis maupun warna yang dihasilkan.

5) Bilangan Asli

Bilangan menurut (KBBI, 2008: 201) dapat diartikan sebagai golongan atau

banyak benda atau satuan jumlah sedangkan asli menurut (KBBI, 2008: 98) dapat

diartikan murni. Jadi bilangan asli dapat diartikan sebagai bilangan yang murni dan

belum tersentuh dengan operasi bilangan apapun. Pada materi ini peserta didik

20

mempelajari bilangan asli melalui mengenal bilangan asli 500 dan juga peserta

didik mempelajari pola-pola bilangan kurang dari 100. Mata pelajaran di atas di

kemas sesuai dengan kehidupan sehari-hari yang ada dilingkungan sekitar peserta

didik. Di bawah ini adalah contoh mengenal bilangan asli sampai 500 menggunakan

garis/ kotak dan juga mengenal pola-pola bilangan menurut (Kemendikbud, 2014:

123)

103 112 107

103 107 112

Gambar 2.2 Mengurutkan Bilangan Asli

101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112

+1 +1 +1 +1 +1 +1 +1 +1 +1 +1 +1

+5

+10

+11

Gambar 2.3 Memprediksi Pola Bilangan

Jadi materi pelajaran yang terdapat pada tema hidup rukun adalah materi

pelajaran yang digabungkan menjadi satu tema dalam tema hidup rukun dan

disesuaikan dengan kompetensi dasar yang di capai. Pada tema hidup rukun ini

pembelajarannya disesuaikan juga dengan nilai karakter yang di capai pada

Kompetensi Inti kedua.

21

3. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Media Pembelajaran dalam proses pembelajaran merupakan suatu komponen

penying yang dapat menunjang proses pembelajaran, berikut adalah pemaparan

para ahli mengenai media pembelajaran.

Media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari kata

“medium”. Secara harfiah, artinya adalah “perantara” atau “pengantar”. Oleh

karenanya, media dipahami sebagai perantara atau pengantar sumber pesan dengan

penerima pesan. Media pembelajaran bisa dikatakan sebagai alat yang bisa

merangsang peserta didik sehingga terjadi proses belajar (Ari, 2014: 47).

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyalurkan pesan (bahan pembelajaran) sehingga dapat merangsang perhatian,

minat, pikiran, dan perasaan peserta didik dalam kegiatan belajar untuk mencapai

tujuan pembelajaran tertentu (Sumanto dalam Ari, 2014: 137).

Asosiasi Pendidikan Nasional memiliki pengertian yang berbeda. Media

adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta

peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar, dan

dibaca. Apapun batasan yang diberikan, ada persamaan diantara batasan tersebut

yaitu bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk m

enyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang

pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian peserta didik sedemikian

rupa sehingga proses belajar terjadi (Sadiman, 2010: 7).

Menurut (Syaiful dan Aswan, 2010: 120) dalam proses belajar mengajar

kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting, karena dalam kegiatan

tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan

menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang disampaikan

kepada anak didik dapat disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat

22

mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat

tertentu. Bahkan keabstrakan bahan dapat dikonkretkan dengan kehadiran media,

dengan demikian, anak didik lebih mudah mencerna bahan daripada tanpa bantuan

media

Berdasarkan deskripsi dari beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

media pembelajaran adalah suatu bahan yang dapat dimanfaatkan sebagai perantara

pembelajaran yang nantinya dapat memudahkan guru dalam penyampaian materi

dan dapat mempermudah peserta didik dalam memahami materi pelajaran yang

diberikan, serta dapat mencapai keberhasilan dalam belajar, dan di dalam media

pembelajaran juga terdapat jenis-jenis media pembelajaran yang dapat

dikembangkan dalam proses belajar mengajar.

b. Manfaat dan Fungsi Media Pembelajaran

Unsur yang penting dalam proses belajar mengajar adalah metode mengajar

dan media pembelajaran. Kedua aspek tersebut saling berkaitan. Pemilihan salah

satu metode mengajar tentu mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai,

meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih

media, antara lain tujuan pembelajaran, jenis tugas, dan respon yang diharapkan

peserta didik menguasai setelah pembelajaran berlangsung, dan konteks

pembelajaran termasuk karakteristik peserta didik. Meskipun demikian, dapat

dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat

bantu mengajar yang ditata dan diciptakan oleh guru (Arsyad, 2007 : 15).

Sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar, media mempunyai beberapa

fungsi. Menurut Nana (dalam Syaiful dan Aswan, 2010: 134) fungsi media

pengajaran dibagi menjadi enam kategori, sebagai berikut :

23

1) Penggunaan media dalam proses belajar mengajar mempunyai fungsi sendiri

sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.

2) Penggunaan media pengajaran merupakan bagian yang integral dari

keseluruhan situasi mengajar. Media pengajaran merupakan salah satu unsur

yang harus dikembangkan oleh guru.

3) Penggunaan media pengajaran harus integral dengan tujuan dari isi pelajaran

(pemanfaatan media harus melihat kepada tujuan dan bahan pelajaran).

4) Penggunaan media dalam pengajaran bukan hanya sekedar untuk melengkapi

proses belajar supaya lebih menarik perhatian peserta didik.

5) Penggunaan media lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar

mengajar dan membantu peserta didik dalam menangkap pengertian yang

diberikan guru.

6) Penggunaan media diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar,

dengan kata lain, hasil belajar yang dicapai peserta didik menggunakan media

akan lebih diingat dan tahan lama..

Menurut (Ari, 2014: 49-50) media berperan penting dalam suatu kegiatan

pembelajaran. Melalui media, materi yang bersifat abstrak bisa menjadi lebih

konkret. Secara umum, media memiliki beberapa fungsi diantaranya sebagai

berikut :

“Mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik, memperoleh

gambaran jelas tentang benda yang sulit diamati secara langsung, memungkinkan adanya

interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya, menghasilkan keseragaman

pengamatan, menanamkan konsep dasar yang benar, konkret, dan realistis, membangkitkan

keinginan dan minat baru, membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar,

memberikan pengalaman yang menyeluruh dari yang konkret sampai dengan abstrak,

memudahkan untuk membandingkan, mengamati, mendeskripsikan, suatu benda”.

24

Adapun menurut Sutikno (dalam Ari, 2014:50) menyebutkan ada beberapa

fungsi penggunaan media dalam proses pembelajaran, diantaranya adalah sebagai

berikut :

“membantu mempercepat pemahaman dalam proses pembelajaran, memperjelas

penyajian pesan agar tidak bersifat verbalistis, mengatasi keterbatasan ruang, pembelajaran

lebih komunikatif dan produktif, waktu pembelajaran bisa dikondisikan, menghilangkan

kebosanan peserta didik, meningkatkan motivasi peserta didik dalam mempelajari sesuatu,

melayani gaya belajar peserta didik yang beraneka ragam, meningkatkan kadar

keaktifan/keterlibatan”.

Menurut beberapa pendapat ahli mengenai fungsi media yang dipaparkan

dapat disimpulkan bahwa media berfungsi sebagai alat bantu dalam proses

belajar. Media juga berfungsi untuk mempermudah penyampaian suatu materi

pelajaran, dari hal yang abstrak menjadi konkret serta media juga berfungsi untuk

meningkatkan keaktifan peserta didik di dalam kelas.

c. Jenis - Jenis Media

Berdasarkan rancangannya, menurut (Ari, 2014:51) media pembelajaran dapat

dimanfaatkan mulai dari yang sederhana (langsung memanfaatkan yang ada di

lingkungan) sampai dengan yang kompleks atau canggih yang dijelaskan sebagai

berikut :

1) Media yang dirancang (by design), yakni media dan sumber belajar yang

secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai komponen sistem

pembelajaran untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah bersifat formal.

2) Media yang dimanfaatkan (by utilization), yaitu media dan sumber belajar

yang tidak didesain khusus untuk keperluan pembelajaran dan

keberadaanya dapat ditemukan, diterapkan dan dimanfaatkan dengan mudah

untuk keperluan pembelajaran.

25

Sedangkan macam jenis media menurut (Syaiful dan Aswan, 2010: 124-125)

media dilihat dari beberapa sisi yakni : dilihat dari jenisnya, dilihat dari daya

liputnya, dan dilihat dari bahan pembuatannya. Pemaparannya sebagai berikut :

1) Dilihat dari jenisnya, media dibagai ke dalam :

a) Media auditif

Media auditif adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja,

seperti radio, voice recorder dan lain-lain. Media ini tidak cocok untuk orang

tuna rungu atau mempunyai kelainan dalam pendengaran.

b) Media visual

Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan.

Media visual ini berupa tampilan gambar diam seperti film strip (film rangkai),

slides (film bingkai) foto, gambar atau lukisan, dan cetakan. Ada pula media visual

yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu (tanpa

suara), dan film kartun. Jenis media ini biasanya tidak disisipi oleh adanya suara

apapun, hanya terfokus pada visual saja.

c) Media Audiovisual

Media Audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur

gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebik baik, karena meliputi

kedua jenis media yaitu media auditif dan dan media visual. Media ini tentunya

dapat menambahkan pengetahuan melalui indra penglihatan dan pendengaran.

2) Dilihat dari daya liputnya, Media dibagi dalam :

a) Media dengan daya liput luas dan serentak

Penggunaan media ini tidak terbatas oleh tempat dan ruang, serta dapat

menjangkau jumlah anak didik yang banyak dalam waktu yang sama.

26

b) Media dengan daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat.

Media ini dalam penggunaannya membutuhkan ruang dan tempat yang

khusus seperti film, slide, film rangkai, yang harus menggunakan tempat yang

tertutup dan tidak mudah terkena pancaran sinar matahari.

c) Media untuk pengajaran individual

Media ini penggunaannya hanya untuk seorang diri. Hanya berfokus pada

kemampuan indiidual masing-masing peserta didik saja.

3) Dilihat dari bahan pembuatannya, media dibagi dalam :

a) Media sederhana

Media ini bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya murah, cara

pembuatannya mudah, dan penggunaannya tidak sulit.

b) Media kompleks

Media ini adalah media yang bahan dan alat pembuatannya sulit diperoleh serta

mahal harganya, sulit membuatnya , dan penggunaannya memerlukan ketrampilan

yang memadai.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat diambil kesimpulan bahwa media

dapat dibagi dan ditentukan penggunaannya berdasarkan rancangan dan

kegunaannya selain itu dapat dilihat dari keperluan dalam penggunaannya.

d. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran

Pembelajaran disekolah tentunya memerlukan perencanaan yang baik.

Perangkat pembelajaran yang digunakan tentu juga mempengaruhi proses

pembelajaran yang berlangsung. Pemilihan media memerlukan analisis kebutuhan

yang mendalam dan juga memerlukan aspek-aspek yang tepat, agar penggunaan

media bisa sesuai dengan pembelajaran yang dilakukan. Menurut Sutikno (dalam

27

Ari, 2014: 67), suatu media dikatakan berkualitas jika memenuhi beberapa prinsip

yaitu pemilihan media dan subyek yang tepat (valid), penyajian media tepat

(efektif), dan penempatan media yang tepat (praktis). Adapun penjelasannya adalah

sebagai berikut :

1) Valid

Para ahli adalah validator yang berkompeten untuk menilai media pembelajaran dan

memberikan masukan atau saran untuk menyempurnakan pengemabangam media

pembelajaran. Penilaian meliputi 3 aspek yaitu :

a. Aspek format dinilai berdasarkan kejelasan petunjuk penggunaan, kesesuaian

format sebagai media pembelajaran, kesesuaian isi pada media, kesesuaian

definisi yang digunakan, dan kesesuain penggunaan media.

b. Aspek isi dinilai berdasarkan penggunaan judul yang menarik, kesesuaian

dengan KI, dan KD, kesesuaian dengan indikator dan tujuan pembelajaran,

kesesuaian dengan materi yang harus dipelajari oleh peserta didik. Mendorong

peserta didik mendapatkan jawaban yang benar.

c. Aspek bahasa dinilai berdasarkan kemudahan peserta didik memahami bahasa

yang digunakan.

2) Praktis

Media pembelajaran dikatakan praktis jika hasil penelitian menunjukkan

bahwa penggunaan media tersebut memenuhi kebutuhan dan harapan. Untuk

menilai adanya nilai praktis pada media yang diciptakan dilihat dari hasil validasi

para validator yang menyatakan adanya perbaikan atau revisi pada media

pembelajaran.

28

3) Efektif

Media pembelajaran dikatakan efektif apabila media pembelajaran

memberikan dampak positif dan memberikan pemahaman materi kepada peserta

didik. Kriteria ini didapatkan dengan cara uji coba terbatas, memberikan respon

positif pada media yang dikembangkan, dan memberikan evaluasi sesuai dengan

pembelajaran yang menggunakan media tersebut.

Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa pada dasarnya tidak

ada media yang sanbgat bagus dan tidak ada pula media yang jelek atau tidak layak

digunakan. Hal tersebut tentu sesuai dengan kebutuhan materi yang disampaikan.

Media yang bagus adalah media yang mendukung tercapianya tujuan pembelajaran.

Sehingga, kriteria utama dalam pemilihan media adalah menitikberatkan pada

kontribusi keberhasilan pembelajaran.

4. Ensiklopedia Elektronik Dongeng Nusantara sebagai Media

Pembelajaran Tematik

a. Definisi Ensiklopedia Elektronik

Ensiklopedia adalah buku (atau serangkaian buku) yang menghimpun

keterangan atau uraian tentang berbagai hal dalam bidang seni dan ilmu

pengetahuan, yang disusun menurut abjad atau menurut lingkungan ilmu (KBBI,

2008: 394). Menurut (Agus, 2007: 144) ensiklopedia (ejaan tidak

baku: ensiklopedi) adalah sejumlah tulisan yang berisi penjelasan yang menyimpan

informasi secara komprehensif dan cepat dipahami serta dimengerti mengenai

keseluruhan cabang ilmu pengetahuan atau khusus dalam satu cabang ilmu

pengetahuan tertentu yang tersusun dalam bagian artikel-artikel dengan satu topik

bahasan pada tiap-tiap artikel yang disusun berdasarkan abjad, kategori atau volume

29

terbitan dan pada umumnya tercetak dalam bentuk rangkaian buku yang tergantung

pada jumlah bahan yang disertakan.

Berdasarkan pada penjelasan di atas ensiklopedia adalah kumpulan dari suatu

ilmu pengetahuan baru yang sejenis dan nantinya diurutkan penulisannya

berdasarkan abjad. Ensiklopedia berguna untuk menambahkan ilmu pengetahuan

baru bagi peserta didik. Selain itu, ensiklopedia juga dapat digunakan sebagai

sumber belajar bagi peserta didik.

Elektronik adalah alat yang dibuat berdasarkan prinsip elektronika (alat listrik

arus lemah yang dioperasikan dengan cara mengontrol aliran elektron atau partikel

bermuatan listrik) serta hal atau benda yang menggunakan alat tersebut dan antara

lain dapat digunakan pada elektronik konsumen, alat elektronik untuk penggunaan

pribadi dan sehari-hari; dan media elektronik, sarana media massa yang

mempergunakan alat elektronik modern, misal radio, televisi, dan film (Jogja

bangkit, 2009: 11). Jadi ensiklopedia elektronik adalah suatu alat yang berkaitan

dengan media pembelajaran yang memanfaatkan elektronik sebagai perantara

dalam pembuatan ensiklopedia. Media ensiklopedia elektronik merupakan media

yang menggunakan elektronik modern dalam pembuatannya. Sehingga media ini

dapat dijangkau menggunakan PC atau laptop.

b. Definisi Dongeng Nusantara

Genre sastra anak untuk anak sekolah dasar bermacam-macam, menurut (Zulela;

2013: 32) Genre sastra anak tediri dari enam macam yaitu realisme, fiksi fomula, fantasi,

sastra tradisional, puisi, dan nonfiksi. Dongeng adalah cerita yang tidak benar-benar

terjadi (KBBI, 2007: 274). Dongeng merupakan bentuk sastra lama yang bercerita

tentang suatu kejadian yang imajinatif (fiksi) yang dianggap oleh masyarakat suatu

30

hal yang tidak benar-benar terjadi. Dongeng berfungsi untuk menyampaikan ajaran

moral (mendidik), dan juga menghibur (Subagio, 1990: 117).

Adapun jenis-jenis dongeng menurut (Indhoofiyatul, 2015: 103) adalah

sebagai berikut : fabel, mite, legenda, sage, cerita jenaka, cerita pelipur lara dan

cerita perumpamaan. Penjelasan dari masing-masing jenis dongeng adalah sebagai

berikut :

1) Fabel : bercerita tentang hewan-hewan yang bisa berbicara

2) Mite atau mitos : berisi tentang dewa-dewa, atau makhluk halus

3) Legenda : berisi tentang keajaiban alam yang terjadi

4) Sage : cerita yang berisi atau berhubungan dengan sejarah

5) Cerita Jenaka : cerita yang berhubungan dengan adanya komedi

6) Cerita pelipur lara : cerita yang bertujuan untuk menghibur para tamu

7) Cerita perumpamaan (Parabel) : berhubungan dengan penggambaran sikap

moral

Jadi dongeng merupakan cerita fiksi yang dikembangkan dan belum tentu

benar-benar terjadi. Dongeng tentunya berkaitan dengan pembelajaran moral yang

menghibur untuk anak agar penanaman moral selalu dikenang oleh sang anak.

Cerita fiksi ini juga dapat diambil dari cerita rakyat yang diceritakan turun temurun

dan cerita dapat di ambil dari berbagai daerah yang ada di Nusantara. Nusantara

adalah istilah yang digunakan untuk menggabungkan seluruh kepulauan yang ada

di Indonesia dan istilah yang digunakan untuk memperkuat rasa nasionalisme di

semua rakyat Indonesia (Sumarsono, 2006: 86).

31

Hal di atas dapat disimpulkan bahwa dongeng nusantara adalah sebuah

dongeng yang menggunakan bahasa dari berbagai daerah di Indonesia yang

berguna untuk menambah nilai moral dan nilai nasionalisme seseorang.

c. Media Ensiklopedia Elektronik Dongeng Nusantara

Media Ensiklopedia Elektronik Dongeng Nusantara adalah suatu media yang

dikembangkan pada pembelajaran tematik tema hidup rukun subtema hidup rukun

di masyarakat kelas II Sekolah Dasar. Media ini dikembangkan melalui software

pada komputer yang diharapkan dapat membuat pembelajaran lebih bervariasi.

Media ensiklopedia ini dilengkapi dengan video yang berisi tentang dongeng

pembelajaran yang mencakup kompetensi dasar pada pembelajaran tematik tema

hidup rukun subtema hidup rukun di masyarakat kelas II Sekolah Dasar. Dongeng

pada media ensiklopedia elektronik ini menggunakan bahasa daerah yang mewakili

beberapa daerah di Indonesia. Selain itu juga dilengkapi dengan adanya subtittle

(terjemahan) dan glosarium dari masing-masing bahasa daerah. Adapun komponen

yang terdapat pada media ensiklopedia elektronik adalah sebagai berikut :

1) Isi dari media ini memuat komposisi halaman sebagai berikut :

a) Halaman Menu Utama (berupa peta Indonesia dalam bentuk Animasi)

b) Halaman Video

c) Halaman Glosarium

d) Tombol pengoperasian berwarna putih berbentuk pointer

e) Tombol video player yang digunakan untuk memutar video berupa petunjuk

adanya dongeng pada peta.

32

2) Software media pembelajaran ini akan berjalan dengan baik pemakaiannya bila

didukung dengan adanya sistem operasional yang memiliki spesifikasi

hardware sebagai berikut :

a) Prosessor intel pentium

b) RAM

c) Monitor/ LCD Proyektor

d) Speaker

e) Mouse dan Keyboard

f) Sistem operasional Microsoft Windows XP/ P

d. Desain Produk Media

Produk media yang dihasilkan terdiri dari halam awal, dan halaman menu.

Halaman depan berupa halaman menu utama yang berisi narasi tentang petunjuk

dalam menjalankan media pembelajaran ini. Halaman depan ini di desain

menggunakan Adobe Flash dengan menonjolkan desain animasi berupa karakter

narator yang dinamakan “Rara”. Karakter Rara sebagai narator media yang

membantu peserta didik dalam belajar. Sedangkan halaman menu terdiri dari menu

Apa yang akan kita pelajari, menu peta dongeng, dan menu glosarium. Pada setiap

menu terdiri dari narator (Rara) dan menu yang bisa dipilih di dalamnya

Gambar 2.4 Desain Halaman Depan dan Menu Ensiklopedia Dongeng

Nusantara

33

Menu yang terdapat pada halaman depan ini antara lain :

a) Menu Pilih Dongeng

Halaman ini berisi tentang judul dongeng apa saja yang akan dipelajari,

dongeng yang digunakan pada media ini berupa jenis dongeng perumpamaan

(cerita perumpamaan) dan fabel.

Gambar 2.5 Menu Apa yang kita pelajari

b) Menu Peta Dongeng

Halaman ini berisi tentang dongeng yang digunakan dalam pembelajaran tema

hidup rukun subtema hidup rukun di masyarakat kelas II Sekolah Dasar. Pada

menu peta dongeng ini menggunakan bahasa daerah yang mewakili masing-

masing pulau besar yang ada di Indonesia. Selain itu, dongeng lebih ditekankan

pada dongeng yang berjenis cerita perumpamaan dan fabel.

Gambar 2.6 Menu Peta Dongeng

34

c) Menu Glosarium

Halaman ini berisi tentang ciri khas dari masing-masing daerah yang terdapat

pada peta dongeng.

Gambar 2.7 Menu Glosarium

d) Pengembang

Menu ini berisi tentang identitas pengembang media pembelajaran

Gambar 2.8 Menu Pengembang

35

e) Petunjuk

Menu ini berisi tentang petunjuk penggunaan media pembelajaran

Gambar 2.9 Menu Petunjuk

f) Keluar

Menu ini digunakan untuk mengakhiri penggunaan media pembelajaran

ensiklopedia dongeng nusantara.

e. Cara Menggunakan Media

Media ini digunakan di kelas II Sekolah Dasar pada materi pembelajaran tema

hidup rukun subtema hidup rukun di masyarakat. Cara penggunaan media ini sangat

sederhana sekali. Saat membuka halaman awal terdapat animasi peta Indonesia yang

menunjukkan wilayah Indonesia. Pada masing-masing pulau besar di Indonesia terdapat

petunjuk untuk menuju halaman selanjutnya, halaman selanjutnya berisi satu video

animasi tentang dongeng sederhana berbahasa daerah, peserta didik diminta untuk

menyimak bahasa yang digunakan dan juga membaca terjemahannya dalam bahasa

Indonesia. Jika peserta didik belum paham, peserta didik bisa membuka glosarium dari

masing-masing bahasa daerah yang nantinya dapat membantu peserta didik dalam

menambah kosakata. Selain itu, media ini juga memberikan pesan dibalik dongeng yang

terdapat dalam media ini, pesan sederhana yang diharapkan bisa di ingat oleh peserta

didik.

36

f. Kenggulan dan Kelemahan Produk

Pengembangan media pembelajaran selalu memiliki keunggulan dan kelemahan

dari produk yang dikembangkan. Begitupun dengan media ensiklopedia elektronik yang

dikembangkan, tentu saja juga memiliki keunggulan dan kelemahan. Adapun

keunggulan dan kelemahan dari media ensiklopedia elektroknik dongeng nusantara

adalah sebagai berikut :

1) Keunggulan Media

a) Bersifat elektronik yang dapat digunakan di komputer atau PC

b) Bisa menggunakan LCD Proyektor dalam penggunaannya.

c) Terdiri dari dongeng yang berisi tentang pendidikan karakter

d) Menggunakan bahasa daerah yang mewakili masing-masing pulau besar di

Indonesia yang dapat memberikan pengetahuan tentang bahasa daerah lain yang

ada di Indonesia.

e) Dongeng yang digunakan disesuaikan dengan cerita yang ada di lingkungan,

sehingga dapat menjadi contoh untuk peserta didik hidup rukun di masyarakat.

2) Kelemahan Media

a) Hanya mencakup 5 bahasa daerah yang mewakili beberapa pulau di Indonesia.

b) Penggunaan media hanya bisa digunakan pada komputer atau PC.

c) Tidak bisa mencakup sekolah yang belum dilengkapi adanya komputer atau PC

B. Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian tentang Dongeng yang dimanfaatkan sebagai media

pembelajaran sudah pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Hasil dari penelitian

terdahulu digunakan sebagai referensi bagi peneliti untuk mendukung penelitian yang

dilakukan.

37

Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Sherly Dwi Puspaningtyas

(2007) yang berjudul “Pengembangan Dongeng sebagai Media Pembelajaran

dalam Format Video Compact Disc (VCD) bagi Orangtua dan Anak Usia Dini”

yang membahas tentang Pendidikan luar sekolah yang berfokus pada penyediaan

sumber belajar peserta didik yang menggunakan VCD dalam pengembangan

media dongeng yang dibuat. Hasil penelitian tersebut yaitu sebagai bahan

pembelajaran audio visual bagi orang tua dan anak usia dini.

Adapun perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang

dilakukan ialah sebagai berikut : a) Penelitian dilakukan pada peserta didik kelas

II di SDN Tulusrejo 2, b) penelitian ini difokuskan dalam membahas pembelajaran

tematik tema hidup rukun subtema hidup rukun dilingkungan masyarakat, c)

Penelitian ini membahas kevalidan dan kelayakan dari penggunaan media

pembelajaran. Penelitian ini difokuskan pada peserta didik untuk mampu

mengoperasikan sendiri ensiklopedia elektronik agar dapat memahami

pembelajaran dengan mudah melalui dongeng.

C. Kerangka Berpikir

Pada Hakikatnya setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam

kehidupannya. Pemberian pendidikan tentunya harus diimbangi dengan adanya

fasilitas atau sara dan prasarana yang harus digunakan dan dimanfaatkan untuk

mempermudah proses penyampaian materi dan proses pembelajaran. Dunia

pendidikan dituntut untuk menghadapi arus globalisasi yang semakin kencang

terjadi. Pendidikan dituntut untuk mampu mendorong dan mengupayakan untuk

meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

38

Hasil observasi 19 September 2016 – 15 Oktober 2016 dan 18 November 2016

di Sekolah Dasar diketahui bahwa pada penyampaian materi pembelajaran masih

belum memanfaatkan media-media elektronik dan masih menggunakan gambar-

gambar ataupun media konkrit lainnya. Belum adanya pengembangan untuk media

jenis elektronik. Berdasarkan keterangan di atas maka dalam penyusunan

penelitian ini peneliti mengajukan anggapan dasar atau kerangka berpikir penulis

sebagai berikut :

39

= Tidak diteliti

= Diteliti

Gambar 3.0 Kerangka pikir Pengembangan Media Ensiklopedia Elektronik

Dongeng Nusantara Pada Pembelajaran Tematik Tema Hidup Rukun kelas

II Sekolah Dasar

Pelaksanaan Pembelajaran

merupakan suatu proses belajar

mengajar di sekolah yang

melibatkan adanya fasilitas

pembelajaran

Kurikulum 2013 merupakan

Kurikulum pendidikan yang

sedang dilaksanakan di Indonesia

dan menggunakan pembelajaran

berbasis pada Tema

Guru Sumber

Belajar

Media

Pembelajaran

Penggunaan media pada proses pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013

Pengembangan Media Ensiklopedia Elektronik Dongeng Nusantara pada

Pembelajaran Tematik Tema Hidup Rukun Kelas II Sekolah Dasar

Kevalidan Media Ensiklopedia

Elektronik Dongeng Nusantara

pada Pembelajaran Tematik Tema

Hidup Rukun Kelas II Sekolah

Dasar

Kelayakan Pengembangan Media

Ensiklopedia Elektronik Dongeng

Nusantara pada Pembelajaran

Tematik Tema Hidup Rukun Kelas

II Sekolah Dasar

Hasil Pengembangan Media Ensiklopedia Elektronik Dongeng Nusantara pada

Pembelajaran Tematik Tema Hidup Rukun Kelas II Sekolah Dasar