bab ii kajian pustaka a. kajian teori 1. a.eprints.umm.ac.id/59488/3/bab ii.pdf11 (1) banyak...

25
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Tematik a. Pengertian Pembelajaran Tematik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2013: 9) menyatakan bahwa pembelajaran tematik integratif adalah pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari muatan-muatan pelajaran ke dalam berbagai tema. Pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu yaitu suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan otentik (Rusman, 2012: 254). Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggabungkan suatu konsep dalam beberapa bidang studi yang berbeda dengan harapan siswa akan belajar secara holistik, bermakna dan autentik (Majid, 2014 : 87). Sedangkan menurut Webb dkk, 2012: 1) pembelajaran tematik merupakan kesatuan tema-tema yang memuat gagasan pengajaran dan mengintegrasikan beberapa topik. Selain itu, Akbar (2010: 33) pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Menurut Bernadi (2017: 92) pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang mengaitkan beberapa aspek antar matapelajaran. Prastowo (2013:223) pembelajaran tematik merupakan

Upload: others

Post on 04-Feb-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Kajian Teori

    1. Pembelajaran Tematik

    a. Pengertian Pembelajaran Tematik

    Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2013: 9) menyatakan

    bahwa pembelajaran tematik integratif adalah pendekatan pembelajaran

    yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari muatan-muatan

    pelajaran ke dalam berbagai tema. Pembelajaran tematik merupakan

    salah satu model pembelajaran terpadu yaitu suatu sistem pembelajaran

    yang memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok

    aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan

    secara holistik, bermakna dan otentik (Rusman, 2012: 254).

    Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggabungkan

    suatu konsep dalam beberapa bidang studi yang berbeda dengan harapan

    siswa akan belajar secara holistik, bermakna dan autentik (Majid, 2014 :

    87). Sedangkan menurut Webb dkk, 2012: 1) pembelajaran tematik

    merupakan kesatuan tema-tema yang memuat gagasan pengajaran dan

    mengintegrasikan beberapa topik. Selain itu, Akbar (2010: 33)

    pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang dirancang berdasarkan

    tema-tema tertentu. Menurut Bernadi (2017: 92) pembelajaran tematik

    merupakan pembelajaran yang mengaitkan beberapa aspek antar

    matapelajaran. Prastowo (2013:223) pembelajaran tematik merupakan

  • 9

    pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi

    dari berbagai matapelajaran kedalam suatu tema.

    Berdasarkan beberapa pengertian pembelajaran tematik menurut

    para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian dari pembelajaran

    tematik yaitu pengintegrasian suatu materi dari beberapa mata pelajaran

    menjadi suatu tema pembelajaran sehingga siswa akan belajar secara

    holistik, bermakna dan autentik.

    b. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Tematik

    Pembelajaran tematik berfungsi untuk memberikan kemudahan

    bagi siswa dalam memahami dan mendalami konsep materi yang

    tergabung dalam tema serta menambah semangat belajar karena materi

    yang dipelajari merupakan materi yang nyata (kontekstual) dan

    bermakna yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari bagi siswa

    (Kemendikbud, 2014:16). Tujuan pembelajaran tematik adalah:

    (1) Mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu.

    (2) Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai

    kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama.

    (3) Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan

    berkesan.

    (4) Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan

    mengaitkan berbagai pelajaran lain dengan pengalaman pribadi

    siswa.

  • 10

    (5) Lebih bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi dalam

    situasi nayata seerti: bercerita, bertanya, menulis sekaligus

    mempelajari pelajaran yang lain.

    (6) Lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang

    disajikan dalam konteks tema yang jelas.

    (7) Guru dapat menghemat waktu, karena mata pelajaran yang disajikan

    secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2

    atau 3 pertemuan bahkan lebih atau pengayaan.

    (8) Budi pekerti dan moral siswa dapat ditumbuh kembangkan dengan

    mengangkat sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan situasi dan

    kondisi.

    Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pelajaran

    tematik merupakan pembelajaran yang bertujuan untuk memudahkan

    siswa dalam memahami materi pelajaran dan mengembangkan berbagai

    kemampuan siswa dalam tema tertentu.

    c. Manfaat Pembelajaran Tematik

    Pembelajaran tematik telah dirancang sedemikian rupa

    disesuaikan dengan karakteristik pembelajaran di sekolah dasar sehingga

    dapat diterapkan secara efektif dan efisien. Maka dari itu pembelajaran

    tematik memiliki beberapa manfaat melalui penerapannya. Menurut

    Daryanto (2014: 33) Manfaat dari pembelajaran tematik, yaitu:

  • 11

    (1) Banyak materi-materi yang tertuang dari beberapa mata pelajaran

    mempunyai keterkaitan konsep, sehingga pembelajaran menjadi

    lebih bermakna dan utuh.

    (2) Peserta didik mudah memusatkan perhatian karena beberapa mata

    pelajaran dikemas dalam satu tema yang sama.

    (3) Peserta didik dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan

    berbagai kompetensi beberapa matapelajaran dalam tema yang

    sama.

    (4) Pembelajaran tematik melatih peserta didik untuk semakin banyak

    membuat hubungan beberapa mata pelajaran, sehingga mampu

    memproses informasi dengan cara yang sesuai daya pikirannya dan

    kemungkinan berkembangnya jaringan konsep.

    (5) Menghemat waktu karena beberapa mata pelajaran dikemas dalam

    suatu tema dan disajikan secara terpadu dalam lokasi pertemuan-

    pertemuan yang direncanakan. Waktu yang lain dapat digunakan

    untuk pemantapan, pengayaan, pembinaan, keterampilan dan

    remedial.

    Manfaat pembelajaran tematik sudah pasti memiliki dampak

    positif pada objek maupun subjek pembelajaran. Dapat disimpulkan

    bahwa manfaat dari pembelajaran tematik yaitu lebih praktis dalam

    penerapannya, dimana guru menyampaikan materi secara terpadu tidak

    dipisah-pisahkan sehingga lebih menghemat waktu dan mudah

    memusatkan perhatian peserta didik terhadap pelajaran.

  • 12

    d. Karakteristik Pembelajaran Tematik

    Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar,

    pembelajaran tematik memiliki karakteristik (Majid, 2014 :89-90)

    sebagai berikut:

    (1) Berpusat pada siswa.

    (2) Memberikan pengalaman langsung.

    (3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas.

    (4) Menyajikan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

    Karakteristik pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student

    centered) artinya siswa lebih banyak berperan aktif dan menempatkan

    dirinya sebagai objek belajar. Sedangkan guru hanya berperan sebagai

    fasilitator. Yaitu memberi kemudahan kepada siswanya dalam

    melakukan aktivitas belajar.

    Karakteristik pembelajaran tematik yang kedua yaitu memberi

    pengalaman langsung. Artinya dalam pembelajaran tematik siswa

    dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkret) sehingga dapat digunakan

    untuk memahami hal-hal yang bersifat abstrak. Pemisahan mata

    pelajaran tidak begitu jelas, artinya dalam pembelajaran tematik

    menampilkan materi yang dikemas menjadi satu tema atau topik tertentu

    dan berkaitan dengan kehidupan nyata siswa. Menyajikan konsep dari

    berbagai mata pelajaran. Artinya pembelajaran tematik menyajikan

    konsep yang diambil dari berbagai mata pelajaran dengan tujuan siswa

    mampu memahami konep tersebut secara utuh dan membantu siswa

    dalam memecahkan masalah dalam kehidupan yang ada di sekitarnya.

  • 13

    Bersifat fleksibel, artinya pembelajaran tematik bersifat luwes

    dimana guru dapat mengaitkan mata pelajaran dengan mata pelajaran

    lainnya. Bahkan mengaitkan dengan kehidupan nyata siswa.

    Karakteristik pembelajaran tematik yang terakhir yaitu memiliki prinsip

    belajar sambil bermain dan menyenangkan, artinya siswa dalam

    pembelajaran tematik dapat belajar sekaligus bermain dengan cara yang

    menyenangkan.

    Sumber lain yang hampir serupa yaitu pendapat dari Trianto

    (2012: 91) mengatakan bahwa pembelajaran tematik memiliki beberapa

    karakteristik anatara lain: (1) Pengalaman dan kegiatan belajar sangat

    relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah

    dasar. (2) Kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik

    bertolak dari minat dan kebutuhan siswa. (3) Kegiatan belajar lebih

    bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan

    lebih lama. (4) Mengembangkan keterampilan berpikir siswa. (5)

    Menyajikan kegiatan belajar bersifat pragmatis. (6) Mengembangkan

    keterampilan sosial siswa.

    Berdasarkan uraian dari beberapa pendapat diatas, dapat

    disimpulkan bahwa karakteristik pembelajaran tematik yaitu: (1) Kegitan

    pembelajaran tematik sangat relevan dengan kebutuhan siswa.(2)

    Berpusat pada siswa. (3) Pemisahan anatar mata pelajaran tidak begitu

    jelas.(4) Kegiatan pembelajaran lebih bermakna dan berkesan.(5)

    Bersifat pragmatis.(6) Fleksibel. (7) Mengembangkan keterampilan

    sosial siswa.

  • 14

    e. Tahapan Pembelajaran Tematik

    Pembelajaran tematik memiliki beberapa tahapan menurut

    Kemendikbud (2014 : 17) sebagai berikut: (1) Memilih atau menetapkan

    tema. (2) Melakukan analisis SKL, KI, KD dan membuat indikator. (3)

    Membuat hubungan pemetaan anatara kompetensi dasar dan indikator

    dengan tema. (4) Membuat jaringan kompetensi dasar. (5) Menyusun

    silabus tematik. (6) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

    tematik.

    Dapat disimpulkan bahwa tahapan dalam pembelajaran tematik

    yang harus dilakukan guru mengacu pada, SKL, KI, KD, dan pemetaan

    indicator, menyusun silabus dan membuat rencana pelaksanaan

    pembelajaran.

    f. Langkah Pembelajaran Tematik

    Langkah perencanaan pembelajaran tematik yaitu sebagai berikut

    (Prabowo, 2013: 234):

    a) Menetapkan Mata pelajaran

    Karakteristik mata pelajaran merupakan bagian utama. Pada

    matapelajaran dalam kegiatan awal ini. Secara teknis, langkah ini

    sebaiknya dilakukan setelah membuat peta kompetensi dasar secara

    menyeluruh pada semua mata pelajaran yang diajarkan di sekolah

    dasar, dengan maksud supaya terjadi pemerataan ketematikan. Pada

    saat menetapkan beberapa mata pelajaran yang akan dipadukan,

    sebaiknya sudah disertai alasan atau rasional yang berkaitan dengan

    pencapaian kompetensi dasar oleh siswa dan kebermaknaan belajar.

  • 15

    b) Menetapkan Kompetensi Dasar yang Sama dalam Setiap Mata

    Pelajaran

    Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melakukan

    identifikasi kompetensi dasar pada jenjang kelas dan semester yang

    sama dari setiap mata pelajaran yang memungkinkan untuk diajarkan

    secara tematik, dengan menggunakan sebuah tema pemersatu.

    Namun, sebelumnya harus ditetapkan terlebih dahulu aspek-aspek

    dari setiap mata pelajaran yang dapat dipadukan.

    c) Menetapkan Hasil Belajar dan Indikator pada Setiap Mata Pelajaran

    Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mempelajari

    dan menetapkan hasil belajar dari setiap mata pelajaran, sehingga

    dapat diketahui materi pokok yang bisa dibahas secara tematik.

    d) Menetapkan Tema

    Tahap berikutnya adalah menetapkan tema yang dapat

    mempersatukan kompetensi-kompetensi dasar setiap mata pelajaran

    yang akan dipadukan pada jenjang kelas dan semester yang sama.

    Tema adalah pokok pikiran atau gagasan yang menjadi pokok

    pembicaraan.

    e) Memetakkan Keterhubungan Kompetensi Dasar dengan Tema

    Pemersatu

    Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melakukan

    pemetaan keterhubungan kompetensi dasar masing-masing mata

    pelajaran yang akan diperlukan dengan tema pemersatu. Pemetaan

    tersebut dapat dibuat dalam bentuk bagan atau matriks jaring topik

  • 16

    yang memperhatikan kaitan anatara tema pemersatu dengan

    kompetensi dasar setiap mata pelajaran. Tidak hanya itu, dalam

    pemetaan ini juga akan tampak hubungan tema pemersatu dengan

    hasil belajara yang harus dicapai siswa.

    f) Menyusun Silabus Pembelajaran Tematik

    Hasil seluruh proses yang telah dilakukan pada tahap-tahap

    sebelumnya dijadikan dalam penyusunan silabus pembelajaran

    tematik.

    g) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik

    Pelaksanaan pembelajaran tematik perlu disusun suatu rencana

    pelaksanaan pembelajaran (RPP) tematik. penyusunan RPP

    merupakan realisasi dari pengalaman belajar siswa yag telah

    ditemukan dalam silabus pembelajaran tematik. Penyusunan RPP

    tematik diharapkan dapat tergambar proses penyajian secara utuh

    dengan memuat berbagai konsep mata pelajaran yang disatukan dalam

    tema. Di dalam RPP tematik siswa diajak belajar memahami konsep

    kehidupan secara utuh. penulisan identitas tidak mengemukakan mata

    pelajaran, melainkan langsung ditulis tema apa yang akan

    dibelajarkan (Kemendikbud, 2014:18).

    Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam

    melaksanakan pembelajaran tematik memerlukan langkah-langkah

    pembelajaran sehingga dapat melaksanakan pembelajaran lebih mudah

    dan tersusun sesuai dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

  • 17

    2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

    a. Pengertian RPP

    Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) merupakan kegiatan

    menerjemahkan kurikulum sekolah ke dalam kegiatan pembelajaran di

    dalam kelas dalam melaksanakan tugas mengajar guru (Prastowo, 2015 :

    34). Rencana pelajaran sehari-hari biasanya menguraikan isi yang

    dibutuhkan, langkah-langkah dan kegiatan yang khusus, dan prosedur.

    Perencanaan yang bagus melibatkan pengalokasian penggunaan waktu.

    Pemilihan isi dan metode pengajaran yang tepat, menciptakan minat

    peserta didik, dan membangun lingkungan pembelajaran yang produktif

    (Prastowo, 2015 : 35).

    Perencanaan adalah suatu cara yang merumuskan untuk membuat

    kegiatan dapat berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai langkah

    guna memperkecil kesenjangan yang terjadi, sehingga kegiatan tersebuat

    mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Uno, 2015 : 35).

    Dari ketiga pengertian para ahli tersebut, dapat disimpulkan

    bahwa Rencana Perencanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang

    dibuat oleh guru sebelum pembelajaran untuk pelaksanaan pembelajaran

    yang akan diajarkan selanjutnya agar kegiatan pembelajaran dapat

    berjalan dengan baik.

  • 18

    b. Prinsip-Prinsip Pengembangan RPP

    Prinsip dalam mengembangkan RPP (Majid, 2014 : 261) sebagai

    berikut:

    (1) Memperhatikan perbedaan individu peserta didik, (2) mendorong

    partisipasi aktif peserta didik, (3) mengembangkan budaya membaca

    dan menulis, (4) memberikan umpan balik dan tindak lanjut RPP

    memuat rancangan progam pemberian umpan balik positif, penguatan,

    pengayaan, dan remidi, (5) keterkaitan dan keterpaduan antara SK,

    KD, materi pembelajaran, kegiatan embelajaran, indikator pencapaian

    kompetensi, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman

    belajar.

    Berdasarkan prinsip pengembangan RPP, dapat disimpulkan

    bahwa dalam pengembangan RPP ada keterkaitan anatar KI, KD,

    materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian

    kompetensi, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman

    belajar untuk membat peserta didik agar lebih aktif.

    c. Komponen dan Langkah-langkah Pengembangan RPP

    Komponen dan langkah-langkah pengembangan RPP (Majid, 2014 :

    262) sebagai berikut:

    (a) Mencatumkan identitas seperti sekolah, kelas, semester, SK,KD,

    indikator, dan alokasi waktu, (b) mencatumkan tujuan pembelajaran

    yang mengandung unsur Audience, Behavior, Condition, and Degree,

    (c) mencatumkan materi pembelajaran, (d) mencatumkan

    model/metode pembelajaran, (e) mencatumkan langkah-langkah

  • 19

    kegiatan pembelajaran, (f) mencatumkan media/alat/bahan/sumber

    belajar

    Dari beberapa komponen pengembangan RPP dapat

    disimpulkan bahwa langkah-langkah dalam pengembangan RPP

    mendukung dan menekankan indikator untuk membuat perencanan

    pelaksanaan pembelajaran yang HOTS.

    3. Higher Order Thinking Skills (HOTS)

    a. Pengertian Higher Order Thinking Skills (HOTS)

    Higher Order Thinking Skills merupakan suatu proses berpikir

    peserta didik dalam level kognitif yang lebih tinggi yang dikembangkan

    dari berbagai konsep dan metode kognitif dan taksonomi pembelajaran

    seperti metode problem solving, taksonomi bloom, dan taksonomi

    pembelajaran, pengajaran, dan penilaian (Saputra, 2016:91). Higher

    order thinking skills ini meliputi di dalamnya kemampuan pemecahan

    masalah, kemampuan berpikir kreatif, berpikir kritis, kemampuan

    berargumen, dan kemampuan mengambil keputusan. Menurut King,

    higher order thinking skills termasuk di dalamnya berpikir kritis, logis,

    reflektif, metakognitif, dan kreatif. Sejalan dengan pengertian tersebut

    Menurut (Widodo, 2013:162) dengan Higher Order Thinking peserta

    didik akan dapat membedakan ide atau gagasan secara jelas, berargumen

    dengan baik, mampu memecahkan masalah, mampu mengkonstruksi

    penjelasan, mampu berhipotesis dan memahami hal-hal kompleks

    menjadi lebih jelas.

  • 20

    Menurut (Kurniati, 2014:62) Higher Order Thinking Skills akan

    terjadi ketika seseorang mengaitkan informasi baru dengan infromasi

    yang sudah tersimpan di dalam ingatannya dan mengaitkannya dan/atau

    menata ulang serta mengembangkan informasi tersebut untuk mencapai

    suatu tujuan atau menemukan suatu penyelesaian dari suatu keadaan

    yang sulit dipecahkan. Tujuan utama dari Higher Order Thinking Skills

    adalah bagaimana meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik pada

    level yang lebih tinggi, terutama yang berkaitan dengan kemampuan

    untuk berpikir secara kritis dalam menerima berbagai jenis informasi,

    berpikir kreatif dalam memecahkan suatu masalah menggunakan

    pengetahuan yang dimiliki serta membuat keputusan dalam situasi-

    situasi yang kompleks (Saputra, 2016:91-92).

    Kesimpulan dari beberapa pendapat di atas bahwa Higher Order

    Thinking Skills (HOTS) dalam pembelajaran menuntut kemampuan

    berpikir peserta didik mencakup menganalisis, mengevaluasi, dan

    mencipta. Peserta didik dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-

    hari sehingga mampu menyelesaikan suatu masalah apabila peserta didik

    tersebut mampu menelaah suatu permasalahan dan mampu

    menggunakan pengetahuannya ke dalam situasi baru peserta didik.

  • 21

    Tabel 2.1 Kata Kerja Operasional C1-C6 Kurikulum 2013 Revisi 2017

    Sumber: Anderson. 2017. Kata kerja operasional C1-C6 kurikulum 2013 Revisi 2017

    B. Ranah kognitif HOTS (High Order Thinking Skills)

    Tingkatan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS)

    menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta (Mulyasa, 2016 : 218) sebagai

    berikut:

    a. C4. Analyze (Menganalisis)

    Menganalisis merupakan memecahkan suatu permasalahan

    dengan memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari

    keterkaitan dari tiap-tiap bagian tersebut dan mencari tahu bagaimana

    keterkaitan tersebut dapat menimbulkan masalah.

    b. C5. Evaluate (Mengevaluasi)

    Mengevaluasi meliputi mengecek dan mengkritisi. Mengecek

    mengarah pada kegiatan pengujian hal-hal yang tidak konsisten atau

    kegagalan suatu produk. Mengkritisi mengarah pada penilaian suatu

    Lower Order Thinking Skills Higher Order Thinking Skills

    Mengingat

    (C1)

    Memahami

    (C2)

    Menerapkan

    (C3)

    Menganalisis

    (C4)

    Mengevaluasi

    (C5)

    Menciptakan

    (C6)

    Menemukenali

    Mengingat

    kembali

    Menyebutkan

    Melafalkan

    Menuliskan

    Menyusun

    daftar

    Menggaris

    bawahi

    Menjodohkan

    Memilih

    Memberi

    definisi

    Menyatakan

    Menjelaskan

    Mengartikan

    Menceritakan

    Menampilkan

    Memberi contoh

    Merangkum

    Menyimpulkan

    Membandingkan

    Mengklasifikasikan

    Menunjukkan

    Menguraikan

    Membedakan

    Memperkirakan

    Meringkas

    Membuktikan

    Melaksanakan

    Menggunakan

    Mengonsepkan

    Menentukan

    Memproseskan

    Mendemostrasikan

    Menghitung

    Menghubungkan

    Melakukan

    Membuktikan

    Menghasilkan

    Memperagakan

    Melengkapi

    Menyesuaikan

    Menemukan

    Mengorganisasikan

    Mendiagnosis

    Merinci

    Menelaah

    Mendeteksi

    Mengaitkan

    Memecahkan

    Menguraikan

    Memisahkan

    Menyeleksi

    Memilih

    Membandingkan

    Menguraikan

    Membagi

    Menganalisis

    Memilah-milah

    Mengecek

    Mengkritik

    Membuktikan

    Mempertahankan

    Memvalidasi

    Mendukung

    Memproyeksikan

    Memperbandingkan

    Menyimpulkan

    Mengkritik

    Menilai

    Mengevaluasi

    Menafsirkan

    Memutuskan

    Memberi saran

    Merekomendasi

    Membangun

    Merencanakan

    Memproduksi

    Mengkombinasikan

    Merancang

    Merekonstruksi

    Membuat

    Menciptakan

    Mengabstraksi

    Mengkategorikan

    Mengkobinasikan

    Mengarang

    Merancang

    Menciptakan

    Mendesain

    Menyusun kal

    Kembali

    Merangkaikan

    Menyimpulkan

  • 22

    produk berdasarkan pada kriteria. Mengkritisi berkaitan erat dengan

    berpikir kritis.

    c. C6. Create (Mencipta)

    Menciptakan mengarah pada proses kognitif meletakkan unsur-

    unsur secara bersama-sama untuk membentuk satu kesatuan yang

    mengarahkan peserta didik untuk menghasilkan suatu produk baru

    dengan mengorganisasikan beberapa unsur menjadi bentuk atau pola

    yang berbeda.

    C. Aktivitas Peserta Didik dalam Pembelajaran HOTS

    Aktivitas peserta didik dalam pembelajaran HOTS (Sani, 2019 : 62)

    sebagai berikut:

    a. Aktif dalam berpikir, pembelajaran berbasis HOTS harus membuat

    semua peserta didik aktif dalam berpikir. Peserta didik diberi

    kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya sehingga

    menguasai keterampilan berpikir tingkat tinggi. Guru tidak terlalu

    banyak menjelaskan, namun lebih banyak memberikan peserta didik

    kesempatan untuk mencari dan menemukan sendiri apa yang

    dipelajarinya.

    b. Memfokuskan masalah, pembelajaan yang membuat peserta didik harus

    memformulasikan masalah merupakan pembelajaran berbasis HOTS.

    Sangat penting bagi peserta didk untuk dapat merumuskan suatu

    permasalahan dari kondisi yang diberikan. Perumusan masalah dapat

    berupa tindakan mengubah sebuah masalah yang diberikan menjadi

  • 23

    masalah yang berbeda penyajiannya. Hal ini sering dilakukan ketika

    berupaya menyelesaikan masalah agar memudahkan peserta didik

    dalam memahami masalah.

    c. Mengkaji permasalahan kompleks, permasalahan yang dikaji dalam

    pembelajaran berbasis HOTS adalah permasalahan yang tidak dapat

    diselesaikan hanya dengan mengingat atau menerapkan strategi yang

    telah umum diketahui. Penyelesaian permasalhan dalam kehidupan

    sehari-hari membutuhkan kreativitas dan kemampuan berpikir kritis.

    d. Berpikir divergen dan mengembangkan ide, pengembangan kreativitas

    sangat membutuhkan kemampuan berpikir divergen. Melatih peserta

    didik untuk berpikir divergen akan mengembangkan kemampuan dalam

    mengajukan beberapa ide yang berbeda. Pengembangan ide-ide kreatif

    sangat terkait dengan kemmapuan berpikir divergen.

    e. Mencari informasi dari berbagai sumber, belajar dengan mencari

    informasi dari berbagai sumber akan mengakomodasi perbedaan

    karakteristik peserta didik dalam gaya belajar, kemampuan belajar,

    kebutuhan, minat, keingintahuan, dan pengetahuan awal masing-masing

    peserta didik. Jika sumber informasi diperoleh dari internet, maka

    peserta didik dapat mengembangkan kemampuan dalam menelusuri

    informasi secara efektif. Peserta didik akan belajar mesintesis dan

    mengevaluasi sinopsis dan menyusunya.

    f. Berpikir kritis dan memecahkan masalah secara kreatif, aktivitas belajar

    dengan melatih peserta didik untuk berpikir kritis akan berguna bagi

    peserta ddik ketika mengevaluasi ide baru, memilih yang terbaik, dan

  • 24

    melakukan modifikasi yang diperlukan. Jika peserta didik mampu

    berpikir secara kritis, maka peserta didik tidak akan mudah dipengaruhi

    oleh berita negative karena dapat mencari kebenaran dan merefleksikan

    nilai, serta membuat keputusan yang tepat.

    g. Berpikir analitik, evaluative, dan membuat keputusan, aktivitas belajar

    membuat keputusan dapat dicirikan ketika peserta didik diminta

    memilih suatu cara diantantara beberapa cara alternative yang terdedia.

    Guru yang melatih peserta didik untuk membuat keputusan secara

    analitik, yakni dengan mempertimbangkan beberapa kelebihan dan

    kelemahan dari masing-masing solui alternative yang akan dipilih.

    4. Pelaksanaan Pembelajaran

    Pelaksanaan penerapan pembelajaran, meliputi kegiatan

    pendahuluan, inti dan penutup (Majid, 2014 : 264) sebagai berikut:

    a. Kegiatan Pendahuluan

    (1) Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti

    proses pembelajaran;

    (2) Memberi motivasi belajar peserta didik secara kontekstual sesuai

    manfaat dan aplikasi materi ajar dalam kehidupan sehari-hari,

    dengan memberikan contoh dan perbandingan lokal, nasional dan

    internasional, serta disesuaikan dengan karakteristik dan jenjang

    peserta didik;

    (3) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan

    sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;

  • 25

    (4) Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan

    dicapai.

    (5) Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan

    sesuai silabus.

    b. Kegiatan Inti

    Kegiatan inti menggunakan model pembelajaran, metode

    pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan

    dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran.

    (1) Menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran, media

    pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan

    karakteristik peserta didik dan mata pelajaran.

    (2) Menggunakan pendekatan saintifik atau pendekatan lain yang

    relevan dengan karakteristik materi dan mata pelajaran.

    (3) Mengembangkan sikap melalui proses afeksi mulai dari menerima,

    menjalankan, menghargai, menghayati, hingga mengamalkan

    (seluruh aktivitas pembelajaran berorientasi pada tahapan

    kompetensi yang mendorong peserta didik untuk melakukan

    aktivitas tersebut).

    (4) Mengembangkan pengetahuan melalui aktivitas mengetahui,

    memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, hingga

    mencipta.

    (5) Mengembangkan keterampilan melalui kegiatan mengamati,

    menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta.

  • 26

    (6) Seluruh isi materi mata pelajaran yang diturunkan dari keterampilan

    harus mendorong peserta didik untuk melakukan proses pengamatan

    hingga penciptaan.

    c. Kegiatan Penutup

    Kegiatan penutup, guru bersama peserta didik baik secara

    individual maupun kelompok melakukan refleksi untuk mengevaluasi:

    (1) Seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang

    diperoleh untuk selanjutnya secara bersama menemukan manfaat

    langsung maupun tidak langsung dari hasil pembelajaran yang telah

    berlangsung;

    (2) Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;

    (3) Melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas,

    baik tugas individual maupun kelompok; dan

    (4) Menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan

    berikutnya.

    Higher Order Thingking Skills (Keterampilan Berpikir Tingkat

    Tinggi (HOTS) perlu ditingkatkan oleh guru melalui pendekatan dan

    model yang tepat yang dapat merangsang keterampilan berpikir peserta

    didik dan beberapa model pembelajaran seperti pembelajaran berbasis

    masalah (problem based learning), pembelajaran inkuiri (inquiry based

    learning), pembelajaran berbasis proyek (project based learning), dan

    pembelajaran berbasis penemuan (discovery learning) menjadi peluang

  • 27

    bagi guru untuk menerapkan kegiatan pembelajaran pada level HOTS

    (Higher Order Thingking Skills).

    Model pembelajaran berbasis masalah seperti discovery learning:

    1. Memberi stimulus (simulation): guru memberikan stimulus berupa

    masalah untuk diamati dan disimak peserta didik melalui kegiatan

    2. Membaca, mengamati situasi atau melihat gambar, dan lain-lain.

    3. Mengidentifikasi masalah (Problem Statement): peserta didik

    menemukan permasalahan, mencari informasi terkait permasalahan,

    dan merumuskan masalah.

    4. Mengumpulkan data (data collecting): peserta didik mencari dan

    mengupulkan data informasi yang dapat digunakan untuk

    menemukan solusi pemecahan masalah yang dihadapi (mencari atau

    merumuskan berbagai alternative pemecahan masalah, terutama jika

    satu alternative mengalami kegagalan)

    5. Mengolah data (data processing): peserta didik mencoba dan

    mengeksplorasi kemampuan pengetahuan konseptualnya untuk

    diaplikasikan pada kehidupan nyata (melatih keterampilan berpikir

    logis dan aplikatif)

    6. Memverifikasi (verification): peserta didik mengecek kebenaran

    atau keabsahan hasil pengolahan data melalui berbagai kegiata, atau

    mencari sumber yang relevan baik dari buku atau media, serta

    mengasosiasikannya sehingga menjadi suatu kesimpulan

  • 28

    7. Menyimpulkan (generalization): peserta didik digiring untuk

    menggeneralisasikan hasil brupa kesimpulan pada suatu kejadian

    atau permasalahan yang sedang dikaji.

    5. Materi Pembelajaran

    Materi pembelajaran penelitian ini adalah tema 5 “ Ekosistem “

    subtema 3 “Keseimbangan Ekosistem” pada pembelajaran 1. Materi yang

    terdapat pada tema 5 “Ekosistem“ subtema 3 “Keseimbangan Ekosistem.”

    Ekosistem adalah susunan sistem yang terbentuk karena adanya interaksi

    antara makhluk hidup dengan lingkungannya pada tempat tertentu.

    Makhluk hidup tidak hanya hidup sendiri di bumi ini. Untuk memenuhi

    kebutuhan makhluk hidu, diperlukan interaksi dengan sesame makhluk

    hidup lain dan lingkungan. Dengan demikian tercipta hubungan saling

    timbal balik, baik berupa hubungan salaing menguntungkan atau saling

    merugikan. Semua kondisi dan perilaku tiap-tiap komponen dalam

    ekosistem akan mempengaruhi keseimbangan ekosistem.

    Berdasarkan tema dan subtema yang dijelaskan diatas, berikut

    merupakan capaian kompetensi dasar tema 5 “Ekosistem“ subtema 3

    “Keseimbangan Ekosistem”

    Kompetensi Dasar

    Bahasa Indonesia

    3.7 Menguraikan konsep-konsep yang saling berkaitan pada teks nonfiksi.

    4.7 Menyajikan konsep-konsep yang saling berkaitan pada teks nonfiksi ke

    dalam tulisan dengan bahasa sendiri.

  • 29

    Ipa

    3.5 Menganalisis hubungan atau komponen ekosistem dan jaring-jaring

    makanan di lingkungan sekitarku.

    4.5 Membuat karya tentang konsep jaring-jaring makanan dalam suatu

    ekosistem.

  • 30

    C. Kajian Penelitian yang Relevan

    Kajian penelitian yang releven berdasarkan penelusuran hasil penelitian

    yang ada ditemukan beberapa skripsi yang releven dengan penelitian ini, Berikut

    hasil penelitian-penelitian terdahulu.

    1. Penelitian yang dilakukan oleh Maharani Yuniar (2015) dengan judul “Analisis

    HOTS (Higher Order Thinking Skills) pada soal objektif tes dalam mata

    pelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS) KELAS V SD Negeri 7 Ciamis”.

    Metode penelitian yang dilakukan yaitu deskriptif dengan pendekatan

    kualitatif. Peneliti berusaha mendeskripsikan pengembangan HOTS pada

    objektif tes dalam mata pelajaran ips kelas V di SD Negeri 7 Ciamis. Hasil

    penelitian yang sudah dilakukan yaitu dari 20 butir soal ditemukan 14 butir soal

    memenuhi kriteria HOTS dan 6 butir soal tidak memenuhi kriteria HOTS.

    2. Ahmad Awaluddin Noer (2019) dengan judul “Implementasi Pembelajaran

    Matematika berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS) di Madrasah

    Ibtidaiyah Muslimat Nu Pucang Sidoarjo” yang bertujuan untuk memperoleh

    data secara terperinci tentang bagaimana kemampuan siswa dalam menerapkan

    keterampilan berpikir tingkat tinggi pada pembelajaran matematika sesuai

    dengan kompetensi. Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif bahwa

    keterampilan berpikir tingkat tinggi sangat menumbuhkan semangat dan

    antusias siswa dalam belajar. Ini dapat dilihat dari hasil siswa mengerjakan 15

    soal yang diberikan nilai siswa semua diatas 75.

    3. Maria Agustina (2016) dengan judul "Analisis soal Tes Hasil Belajar High

    Order Thinking Skills (HOTS) Matematika materi pecahan kelas 5 SD Metode

    penelitian yang digunakan yaitu survei dengan Teknik pengumpulan data

  • 31

    berupa Teknik random sampling dengan mengumpulkan data mengenai

    kemampuan berpikir kritis materi pecahan menggunakan tes pilihan ganda

    dengan 4 pilihan jawaban.

    Berdasarkan tiga penelitian yang relevan, peneliti ini memiliki beberapa

    kekhasan antara lain penelitian dilakukan pada pembelajaran tematik kelas 5

    meliputi perencanaan, dan pelaksanaan penerapan pembelajaran HOTS. Penelitian

    ini menggunkan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif dimana

    data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka.

  • 32

    D. Kerangka Pikir

    GgG

    Gambar 2.1 Kerangka pikir

    Kondisi Ideal

    1. Kurikulum 2013 sebagai

    pelaksanaaan HOTS dalam

    pembelajaran

    2. Peserta didik dapat berpikir

    tingkat tinggi dengan ranah

    kognitif C4,C5,C6

    3. Peserta didik dapat mandiri

    dan guru sebagai fasilitator

    Kondisi Lapangan

    1. SDN Tunjungsekar 3

    malang sudah

    menerapkan HOTS 1

    tahun lebih

    2. Pelaksanaan penerapan

    HOTS lebih menekankan

    pada kelas V

    Penerapan HOTS pada

    Pembelajaran Tematik

    Fokus Masalah:

    1. Perencanaan Penerapan Higher Order Thinking Skills (HOTS) pada

    Pembelajaran Tematik Tema 5 (ekosistem) Kelas V SDN

    Tunjungsekar 03 Malang

    2. Perencanaan Penerapan Higher Order Thinking Skills (HOTS) pada

    Pembelajaran Tematik Tema 5 (ekosistem) Kelas V SDN

    Tunjungsekar 03 Malang

    Hasil penerapan Higher Order Thinking Skills (HOTS) pada

    pembelajaran Tematik tema 5 (Ekosistem) kelas V SDN Tunjungsekar

    03 Malang

    Metode Penelitian

    1. Jenis Penelitian : Deskriptif Kualitatif

    2. Lokasi Penelitian : SDN Tunjungsekar 03 Malang

    3. Subjek Penelitian : Kepala Sekolah dan Guru Kelas V

    4. Instrumen Penelitian : Pedoaman Observasi, Pedoman

    Wawancara, dan Dokumentasi