bab ii kajian pustaka a. 1. value clarification technique) …repository.ump.ac.id/1226/3/bab...
TRANSCRIPT
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Model VCT (Value Clarification Technique) Percontohan
a. Pengertian model VCT
VCT merupakan perkembangan model dari Value Education,
untuk mengacu pada VCT maka perlu dipahami pengertian Value
Education antara lain menurut Herbert (1988:1-3) sebagai berikut :
“Values education is the process of helping students to explore
existing values through critical examination in order that they
might raise or improve the quality of their thinking and feeling”.
Herbert menjelaskan bahwa Value Education atau Pendidikan Nilai
merupakan proses yang membantu siswa-siswa untuk menggali nilai-
nilai yang ada melalui saran kritis dan mereka dapat menaikkan kualitas
pemikiran dan perasaan mereka. Sementara itu, Value Education
dianggap menjadi komponen yang penting bagi pendidikan di sekolah
dasar yang dikemukakan oleh Jarolimek (1981 : 355) :
“…it can be said that values education must be an essential
component of the school program because (1) one’s value
orientation is basic to choice making and decision making; (2)
harmonious social life requires commitment to a common core set
of values shared by individuals in society; and (3) the behavior of
individuals is ultimately determined not only by what they know but
perhaps more importantly by what they believe.”
Jarolimek mengungkapkan bahwa Pendidikan Nilai dianggap penting
karena (1) suatu orientasi nilai adalah dasar untuk membuat pilihan dan
membuat keputusan, (2) kehidupan sosial yang harmonis memerlukan
komitmen untuk sebuah inti pembiasaan dari bagian nilai oleh individu
6
Pengaruh Model Value..., Ayuning Tyas Firstiardi Putri, FKIP UMP, 2014
7
dalam masyarakat dan (3) sikap dari individu adalah sudah tentu yang
paling mewah tidak hanya dari apa yang mereka ketahui tetapi mungkin
lebih penting dari apa yang mereka yakini. Alasan- alasan ini kemudian
dapat menguatkan pentingnya pendidikan nilai itu diterapkan disekolah.
Dari Value Education kemudian berkembang menjadi model
pembelajaran yaitu Value Clarification Technique. Bern (2004 : 441)
memberikan pengertian tentang Value Clarification Technique yaitu :
“The process of coming to know what is personally worthwhile or
desireable in life at any particular time.”
Hal ini dimaksudkan bahwa VCT merupakan sebuah proses yang datang
untuk mengetahui segala yang bermanfaat atau hasrat yang ada pada
dirinya sendiri di sebagian waktu hidupnya.
Model VCT merupakan pengembangan dari value education yang
menitik beratkan pada penggalian nilai yang ada pada diri siswa dengan
cara melibatkan perasaan sehingga mereka dapat memberikan keputusan
tentang sebuah permasalahan. Jika dipandang dengan teori belajar, VCT
dapat termasuk teori belajar psikologi sosial. Soekamto (1997 : 29)
menjelaskan bahwa proses belajar dengan mengikut sertakan emosi dan
perasaan mahasiswa ternyata akan memberikan hasil yang lebih baik
dibanding dengan memanipulasi stimuli dari luar saja. Hal tersebut juga
diutarakan oleh Sanjaya 2006, (Taniredja dkk ,2011 : 87-88 ), VCT
merupakan teknik pengajaran untuk membantu siswa dalam mencari dan
menentukan suatu nilai yang dianggap baik dalam menghadapi suatu
Pengaruh Model Value..., Ayuning Tyas Firstiardi Putri, FKIP UMP, 2014
8
persoalan melalui proses menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam
dalam diri siswa.
Dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran VCT merupakan pembelajaran yang mencoba mengikut
sertakan perasaan dan emosi siswa sehingga nilai yang ada pada dirinya
dapat terungkap, dari pengungkapkan tersebut dapat diketahui nilai yang
baik dan buruk sehingga dapat dijadikan acuan untuk lebih baik.
b. Model VCT Percontohan
Dari Djahiri (1985 : 61-81) peneliti merangkum model VCT. VCT
mempunyai beberapa model diantaranya :
1) Model VCT metode percontohan,
2) Model VCT analisa nilai
3) Model VCT dengan menggunakan matrik /daftar
4) Model VCT dengan kartu keyakinan
5) Model VCT dengan teknik wawancara
6) Model VCT dengan teknik yurisprudensi
7) Model VCT dengan teknik inkuiri dengan pertanyaan acak.
Peneliti memilih model VCT metode percontohan, dengan
mempertimbangkan materi yang akan diajarkan dianggap sesuai dengan
model ini. Materi pembelajaran yang diteliti dapat memberikan contoh
kepada para siswa. Metode percontohan ini juga dapat melibatkan emosi
siswa dengan baik dengan cara cerita yang didramatisir. Untuk
mengetahui model ini maka perlu diketahui tentang langkah-langkahnya.
Pengaruh Model Value..., Ayuning Tyas Firstiardi Putri, FKIP UMP, 2014
9
c. Langkah Model VCT Percontohan
Langkah-langkahnya sebagai berikut :
1) Cari/ buat stimulus berupa contoh keadaan/ perbuatan yang memuat
nilai-nilai kontras sesuai dengan topik/ tema / target pelajaran.
Rakitlah dalam bentuk cerita yang mampu menyeret perasaan
kejiwaan anak dan menyentuh hati nuraninya.
2) Kegiatan Belajar-Mengajar (KBM):
a) Lontarkan stimulus melalui pembacaan oleh guru / siswa
b) Berikan kesempatan beberapa saat anak berdialog sendiri atau
dengan sesama.
c) Laksanakan dialog terpimpin melalui pertanyaan guru (yang
skenarionya sudah anda siapkan sebelumnya sesuai dengan target-
target kita. Penyimpangan pertanyaan bisa terjadi sebagai
tambahan bila dari jawaban perlu rumusan) :
Secara individual
Kelompok dan terakhir secara klasikal.
(KBM sub c masih mengenai pencarian masalah/ kasus yang
tidak layak sampai dicapai kesepakatan fokus masalah
pembahasan)
d) Fase KBM menentukan argumen dan klarifikasi pendirian (juga
melalui pertanyaan guru dan bersifat individual, kelompok/
klasikal)
e) Fase pembahasan/ pembuktian argumen (di sini sudah mulai
ditanamkan jarum target nilai guru/ pelajaran dan konsep sesuai
materi pelajaran).
f) Fase penyimpulan ( bisa mulai dari kelompok atau langsung
klasikal. Dan pada akhirnya guru memberikan kesimpulan dan
membelokkan tanggapan siswa ke dalam konsep/ materi
pelajaran) dst (Djahiri, 1985 : 61-62).
Langkah-langkah ini dapat disesuaikan dengan kondisi
pembelajaran serta dapat diulang sesuai dengan kebutuhan dalam
pembelajaran. Djahiri hanya memberikan secara garis besar tentang
langkah pembelajaran, maka dalam pelaksanaannya dapat disesuaikan
atau dikembangkan.
Pengaruh Model Value..., Ayuning Tyas Firstiardi Putri, FKIP UMP, 2014
10
2. Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar mempunyai beberapa pengertian antara lain menurut
Slameto (2010 : 2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya. Pengertian belajar dipertegas lagi oleh Gagne
dalam Dahar (2011 : 2) yaitu sebagai suatu proses dimana suatu
organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Baharudin
dan Wahyuni (2010 : 13) menambahkan bahwa belajar adalah sebuah
kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu.
Jadi menurut ketiga ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan proses yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh
pengetahuan, perilaku, dan keterampilan serta adanya perubahan tingkah
laku yang didapat dari hasil belajarnya.
b. Pengertian Hasil Belajar
Setelah memahami pengertian belajar maka aspek yang akan
diteliti adalah hasil belajar. Untuk mengetahui pengertian hasil belajar
maka peneliti mengutip beberapa pengertian menurut para ahli. Hasil
belajar menurut Sudjana (2010 : 22) adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2006 : 3) Hasil belajar
merupakan hasil dari suatu interaksii tindak belajar dan tindak mengajar.
Pengaruh Model Value..., Ayuning Tyas Firstiardi Putri, FKIP UMP, 2014
11
Dari pengertian-pengertian tersebut hasil belajar dapat diasumsikan
sebagai hasil dari proses belajar yang meliputi hasil pengetahuan, hasil
perilaku,dan hasil keterampilan.
Tujuan pendidikan yang ingin dicapai dapat dikategorikan menjadi
tiga bidang kognitif , bidang afektif (berhubungan dengan sikap dan
nilai) serta bidang psikomotor (kemampuan/keterampilan
bertindak/berperilaku menurut Sudjana (2010 : 49). Sudjana
menambahkan pula bahwa ketiga aspek tersebut harus dipandang sebagai
hasil belajar siswa, dari proses pengajaran.
Kemudian Benyamin Blom menguatkan dalam Sudjana (2010 : 22)
hasil belajar dibagi menjadi tiga ranah atau aspek yaitu :
1) Ranah Kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri
dari enam aspek yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman ,
aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
2) Ranah Afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek
yakni, penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan
internalisasi.
3) Ranah Psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris yakni
gerakan reflex, keterampilan gerakan dasar, kemampua perceptual,
keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan
gerakan ekspresif dan interpretatif.
Jadi dapat diartikan bahwa hasil belajar siswa meliputi tiga aspek
yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor namun pada penelitian ini, peneliti
akan meneliti hasil belajar dengan dua aspek saja, yaitu aspek kognitif
dan afektif.
Pengaruh Model Value..., Ayuning Tyas Firstiardi Putri, FKIP UMP, 2014
12
3. Pembelajaran IPS di SD
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial
Sebelum memahami pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial maka
perlu dipahami terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan Ilmu Sosial.
Santrock (2008 : 394) menyebutkan
“In general, the field of social studies, also called social sciences,
seeks to promote civic competence. The goal is to help students
make informed and reasoned decisions for the public good as
citizens of a culturally diverse, democatric society in a
interdependent world.”
Dapat disimpulkan bahwa pelajaran sosial juga disebut ilmu sosial
yaitu bagaimana cara untuk memajukan kemampuan kewarganegaran.
Tujuannya adalah untuk membantu siswa memberikan informasi dan
keputusan yang dapat dijelaskan untuk masyarakat yang baik sebagai
warga negara dari sebuah kebudayaan yang bermacam-macam, sosial
demokrasi di suatu dunia yang saling tergantung.
Jadi Santrock menjelaskan bahwa ilmu sosial merupakan ilmu yang
mempelajari cara siswa mengambil keputusan yang baik untuk menjadi
masyarakat yang baik, dari ilmu sosial ini maka dikembangkan menjadi
Ilmu Pengetahuan Sosial.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mempunyai beberapa pengertian
antara lain menurut Trianto (2010:171) merupakan integrasi dari
berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi,
ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Hal tersebut disimpulkan oleh
Sumaatmadja (1980 :11) yang mengatakan bahwa pengajaran IPS
Pengaruh Model Value..., Ayuning Tyas Firstiardi Putri, FKIP UMP, 2014
13
berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah-
laku dan kebutuhannya.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan
ilmu yang mengajarkan tentang ilmu sosial yang melibatan tingkah laku
dan kebutuhan manusia. Setelah mengetahui pengertian IPS maka
peneliti juga harus mengetahui pengertian dari Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial (PIPS). PIPS adalah penyederhanaan atau adaptasi
dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar
manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan
pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan menurut Somantri (2001)
dalam Sapriya (2009 :11). Jadi dari pengertian tersebut, yang dimaksud
oleh peneliti dalam penelitiannya merupakan IPS yang menjadi mata
pelajaran di Sekolah Dasar.
Tujuan utama pembelajaran ilmu ini disebutkan oleh Trianto (2010:
176) untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap
masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif
terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil
mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari, hari baik yang menimpa
dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Kemudian dirinci
oleh Awan Mutakin (2006) dalam Trianto (2010 : 176) menjadi :
1) Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau
lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan
kebudayaan masyarakat.
2) Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan
metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat
digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.
Pengaruh Model Value..., Ayuning Tyas Firstiardi Putri, FKIP UMP, 2014
14
3) Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta
membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang
berkembang di masyarakat.
4) Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah- masalah sosial,
serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu
mengambil tindakan yang tepat.
5) Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu
membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung
jawab membangun masyarakat.
6) Memotivasi seseorang untuk bertindak berdasarkan moral.
7) Fasilitator di dalam suatu lingkungan yang terbuka dan tidak bersifat
menghakimi.
8) Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam
kehidupannya “ to prepare students to be well-functioning citizens in
a democratic society” dan mengembangkan kemampuan siswa
menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan pada setiap
persoalan yang dihadapinya.
9) Menekankan perasaan, emosi, dan derajat penerimaan atau
penolakan siswa terhadap materi Pembelajaran IPS yang diberikan.
Dari tujuan yang dirinci tersebut ada salah satu tujuan yang
menekankan perasaan, emosi dan derajat penerimaan atau penolakan
siswa sehingga ini sesuai dengan model pembelajaran yang akan
digunakan. Peneliti mencoba menyesuaikan tujuan tersebut dengan
model pembelajaran yang digunakan untuk melibatkan perasaan dan
emosi siswa dalam pembelajaran. Untuk ruang lingkup pengajaran IPS di
tingkat Sekolah Dasar dibatasi sampai gejala dan masalah sosial yang
dapat dijangkau pada geografi dan sejarah (Sumaatmadja,1980 : 11).
Materi yang digunakan untuk penelitian termasuk dalam sejarah.
Pengaruh Model Value..., Ayuning Tyas Firstiardi Putri, FKIP UMP, 2014
15
b. Materi
Materi yang digunakan oleh peneliti untuk penelitian yaitu
tercantum pada kurikulum KTSP sebagai berikut :
Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas V
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Menghargai peranan tokoh
pejuang dan masyarakat dalam
mempersiapkan dan
mempertahankan kemerdekaan
Indonesia.
2.1. Mendeskripsikan perjuangan
para tokoh pejuang pada masa
penjajahan Belanda dan Jepang.
Panduan KTSP
Dari tabel di atas peneliti menggunakan standar kompetensi 2 dan
kompetensi dasar 2.1.Standar Kompetensi pada butir 2 yaitu menghargai
peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan
mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Kemudian kompetensi dasar
pada butir 2. 1 yaitu mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang
pada masa penjajahan Belanda dan Jepang.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa materi yang
digunakan mencakup perjuangan para tokoh pejuang pada masa
penjajahan Belanda dan Jepang. Sub materi tersebut adalah perjuangan
para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda.
Pengaruh Model Value..., Ayuning Tyas Firstiardi Putri, FKIP UMP, 2014
16
4. Semangat Kebangsaan
a. Pengertian Semangat Kebangsaan
Menurut Daryanto dan Darmiatun (2013 : 71) semangat
kebangsaan adalah cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri
dan kelompoknya.
Dari pengertian tersebut semangat kebangsaan merupakan sikap
cinta terhadap bangsanya dan berusaha sekuat tenaga demi bangsanya.
Sikap ini dilakukan karena perwujudan mencintai bangsanya dan bangga
terhadap bangsanya. Sikap ini diharapkan dapat ditanamkan pada siswa
sejak dini, maka dari itu untuk menanamkannya pada mata pelajaran
disisipkan sikap tersebut.
Untuk mengetahui keberhasilan penanaman sikap ini maka ada
indikator yang diterapkan. Indikator ada dua jenis antara lain indikator
mata pelajaran yang menggambarkan perilaku afektif seorang peserta
didik berkenaan dengan mata pelajaran tertentu (Daryanto dan
Darmiatun, 2013 : 131).
b. Indikator Semangat Kebangsaan
Indikator ini digunakan untuk mengetahui keberhasilan karakter
yang ditanamkan. Untuk mengetahuinya indikator dirumuskan dalam
bentuk perilaku peserta didik di kelas dan sekolah yang dapat diamati
melalui pengamatan guru ketika seorang peserta didik melakukan suatu
tindakan di sekolah, tanya jawab dengan peserta didik, jawaban yang
Pengaruh Model Value..., Ayuning Tyas Firstiardi Putri, FKIP UMP, 2014
17
diberikan peserta didik terhadap tugas dan pertanyaan guru, serta tulisan
peserta didik dalam laporan dan pekerjaan rumah (Daryanto dan
Darmiatun, 2013 : 131). Berikut indikator mata pelajaran pada semangat
kebangsaan di sekolah dasar kelas 4 – 6 :
1) Turut serta dalam panitia peringatan hari pahlawan dan proklamasi
kemerdekaan.
2) Menggunakan bahasa Indonesia ketika berbicara di kelas.
3) Menyanyikan lagu-lagu perjuangan.
4) Menyukai berbagai upacara adat di nusantara.
5) Bekerja sama dengan teman dari suku, etnis, budaya lain berdasarkan
persamaan hak dan kewajiban.
6) Menyadari bahwa setiap perjuangan mempertahankan kemerdekaan
dilakukan bersama oleh berbagai suku, etnis yang ada di Indonesia.
(Daryanto dan Darmiatun, 2013 : 147)
Pada indikator nomor 6, sesuai dengan materi yang akan diajarkan
yaitu mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa
penjajahan Belanda dan Jepang. Siswa diminta menyadari bahwa
perjuangan bangsa Indonesia dilakukan secara bersama dari berbagai
etnis. Untuk mengetahui dan memahaminya maka nilai karakter
semangat kebangsaan ini dapat disisipkan pada materi perjuangan para
tokoh pejuang pada masa Belanda dan Jepang. Sehingga dibutuhkan
pembelajaran yang bermakna sehingga peneliti mencobanya dengan
model VCT tersebut. Indikator ini digunakan untuk penyusunan angket.
Dari 6 indikator, peneliti menggunakan butir 1,2,3,5 dan 6 saja yang
dianggap sesuai dengan materi pembelajaran.
Pengaruh Model Value..., Ayuning Tyas Firstiardi Putri, FKIP UMP, 2014
18
B. Penelitian yang Relevan
Ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan
dilakukan oleh peneliti, dengan kesamaan menggunakan model yang diteliti.
Ini dijadikan pula pertimbangan oleh peneliti dalam melakukan penelitiannya,
berikut penelitian yang dilakukan oleh :
1. Nurtia Lestari PGSD-FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto,
mengenai peningkatan kedisiplinan dan prestasi belajar dengan model VCT
tipe Perisai di SD dengan jenis penelitiannya Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Hasil penelitiannya menyatakan bahwa model VCT tipe Perisai
mampu meningkatkan kedisiplinan dan prestasi belajar siswa. Persamaan
dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu sama- sama
menggunakan model VCT, namun perbedaanya pada tipe modelnya serta
pada variabel yang diteliti yaitu prestasi belajar dan sikap kedisiplinan
sedangkan pada penelitian kali ini yaitu hasil belajar siswa aspek kognitif
dan afektif, kemudian jenis penelitian yang dilakukan berbeda yaitu PTK
sedangkan peneliti menggunakan eksperimen.
2. Dwi Setiani Universitas Negeri Malang, mengenai penerapan model VCT
terhadap hasil belajar IPS di kelas IV SD dengan jenis penelitian PTK. Hasil
penelitiannya yaitu model VCT ini mampu meningkatkan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran IPS. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti ini yaitu sama- sama menggunakan model VCT, dan juga
menggunakan mata pelajaran IPS serta variabel yang diteliti yaitu hasil
belajar siswa. Perbedaannya yaitu pada penelitian ini tidak disebutkan
Pengaruh Model Value..., Ayuning Tyas Firstiardi Putri, FKIP UMP, 2014
19
secara jelas hasil belajar siswa apa saja yang diteliti, sedangkan pada
penelitian yang peneliti susun hasil belajar berupa aspek kognitif dan
afektif. Diunduh dari internet tanggal 28 Oktober 2013.
3. Dinie Prihatini UNRAM, mengenai peningkatan hasil belajar afektif melalui
model VCT tipe percontohan pada mata pelajaran PKn di SMA dengan jenis
penelitiannya PTK. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa model VCT tipe
ini mampu meningkatkan hasil belajar afektif siswa. Persamaan dengan
penelitian ini yaitu sama- sama menggunakan model VCT tipe Percontohan
namun pada variabel yang diteliti sedikit berbeda karena hanya satu aspek
yang diteliti sedangkan pada penelitian yang diteliti oleh peneliti ada dua
aspek, sementara itu untuk jenis penelitian dan mata pelajarannya serta
jenjang sekolahnya pun berbeda. Pada penelitian ini menggunakan jenis
PTK, mata pelajaran PKn serta dilakukan dijenjang SMA. Diunduh dari
internet tanggal 13 Desember 2013.
C. Kerangka Berpikir
Dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti penerapan model VCT
Percontohan terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Model VCT
ini dianggap sesuai untuk pembelajaran yang melibatkan perasaan, emosi dan
nilai yang ada pada siswa untuk ikut serta dalam pembelajaran sehingga, siswa
mampu merasakan dan menilai sesuai dengan hatinya mengenai pembelajaran
tersebut. Dari pembelajaran ini, diharapkan siswa mempunyai kesan tersendiri.
Oleh karena itu, model ini dapat digunakan untuk mata pelajaran IPS dengan
Pengaruh Model Value..., Ayuning Tyas Firstiardi Putri, FKIP UMP, 2014
20
materi mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan
Belanda dan Jepang.
Hasil belajar dapat berupa aspek kognitif, dan afektif. Penilaian aspek
kognitif dapat dilakukan dengan tes tertulis. Kemudian pada aspek afektif
peneliti ingin mengetahui dari sudut pandang salah satu pendidikan karakter
yaitu semangat kebangsaan sesuai dengan materi yang diajarkan. Jika
digambarkan dalam bentuk diagram maka dapat dilihat pada gambar 2.1
sebagai berikut :
Gambar. 2. 1 Kerangka Pemikiran Penelitian
Kondisi Awal
Hasil Belajar IPS rendah
H
Penerapan Model VCT
Hasil Belajar IPS tinggi Kondisi Akhir
Memberikan pengaruh
pada hasil belajar IPS
Pengaruh Model Value..., Ayuning Tyas Firstiardi Putri, FKIP UMP, 2014
21
D. Hipotesis Penelitian
1. Adanya pengaruh model pembelajaran VCT Percontohan terhadap hasil
belajar siswa aspek kognitif pada materi mendeskripsikan perjuangan para
tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang pada mata
pelajaran IPS di kelas V SD Negeri 2 Klapasawit.
Ha : p < α
2. Adanya perubahan sikap sebelum dan sesudah diterapkannya model
pembelajaran VCT Percontohan terhadap hasil belajar siswa pada materi
mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan
Belanda dan Jepang.pada mata pelajaran IPS di kelas V SD Negeri 2
Klapasawit.
Ha : p < α
Pengaruh Model Value..., Ayuning Tyas Firstiardi Putri, FKIP UMP, 2014