bab ii kajian pustaka a. 1. value clarification technique) …repository.ump.ac.id/1226/3/bab...

16
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Model VCT (Value Clarification Technique) Percontohan a. Pengertian model VCT VCT merupakan perkembangan model dari Value Education, untuk mengacu pada VCT maka perlu dipahami pengertian Value Education antara lain menurut Herbert (1988:1-3) sebagai berikut : Values education is the process of helping students to explore existing values through critical examination in order that they might raise or improve the quality of their thinking and feeling”. Herbert menjelaskan bahwa Value Education atau Pendidikan Nilai merupakan proses yang membantu siswa-siswa untuk menggali nilai- nilai yang ada melalui saran kritis dan mereka dapat menaikkan kualitas pemikiran dan perasaan mereka. Sementara itu, Value Education dianggap menjadi komponen yang penting bagi pendidikan di sekolah dasar yang dikemukakan oleh Jarolimek (1981 : 355) : …it can be said that values education must be an essential component of the school program because (1) one’s value orientation is basic to choice making and decision making; (2) harmonious social life requires commitment to a common core set of values shared by individuals in society; and (3) the behavior of individuals is ultimately determined not only by what they know but perhaps more importantly by what they believe.” Jarolimek mengungkapkan bahwa Pendidikan Nilai dianggap penting karena (1) suatu orientasi nilai adalah dasar untuk membuat pilihan dan membuat keputusan, (2) kehidupan sosial yang harmonis memerlukan komitmen untuk sebuah inti pembiasaan dari bagian nilai oleh individu 6 Pengaruh Model Value..., Ayuning Tyas Firstiardi Putri, FKIP UMP, 2014

Upload: tranliem

Post on 07-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1. Value Clarification Technique) …repository.ump.ac.id/1226/3/BAB II_Ayuning Tyas F. P..pdf · 2017-04-03 · menjelaskan bahwa proses belajar dengan mengikut

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Model VCT (Value Clarification Technique) Percontohan

a. Pengertian model VCT

VCT merupakan perkembangan model dari Value Education,

untuk mengacu pada VCT maka perlu dipahami pengertian Value

Education antara lain menurut Herbert (1988:1-3) sebagai berikut :

“Values education is the process of helping students to explore

existing values through critical examination in order that they

might raise or improve the quality of their thinking and feeling”.

Herbert menjelaskan bahwa Value Education atau Pendidikan Nilai

merupakan proses yang membantu siswa-siswa untuk menggali nilai-

nilai yang ada melalui saran kritis dan mereka dapat menaikkan kualitas

pemikiran dan perasaan mereka. Sementara itu, Value Education

dianggap menjadi komponen yang penting bagi pendidikan di sekolah

dasar yang dikemukakan oleh Jarolimek (1981 : 355) :

“…it can be said that values education must be an essential

component of the school program because (1) one’s value

orientation is basic to choice making and decision making; (2)

harmonious social life requires commitment to a common core set

of values shared by individuals in society; and (3) the behavior of

individuals is ultimately determined not only by what they know but

perhaps more importantly by what they believe.”

Jarolimek mengungkapkan bahwa Pendidikan Nilai dianggap penting

karena (1) suatu orientasi nilai adalah dasar untuk membuat pilihan dan

membuat keputusan, (2) kehidupan sosial yang harmonis memerlukan

komitmen untuk sebuah inti pembiasaan dari bagian nilai oleh individu

6

Pengaruh Model Value..., Ayuning Tyas Firstiardi Putri, FKIP UMP, 2014

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1. Value Clarification Technique) …repository.ump.ac.id/1226/3/BAB II_Ayuning Tyas F. P..pdf · 2017-04-03 · menjelaskan bahwa proses belajar dengan mengikut

7

dalam masyarakat dan (3) sikap dari individu adalah sudah tentu yang

paling mewah tidak hanya dari apa yang mereka ketahui tetapi mungkin

lebih penting dari apa yang mereka yakini. Alasan- alasan ini kemudian

dapat menguatkan pentingnya pendidikan nilai itu diterapkan disekolah.

Dari Value Education kemudian berkembang menjadi model

pembelajaran yaitu Value Clarification Technique. Bern (2004 : 441)

memberikan pengertian tentang Value Clarification Technique yaitu :

“The process of coming to know what is personally worthwhile or

desireable in life at any particular time.”

Hal ini dimaksudkan bahwa VCT merupakan sebuah proses yang datang

untuk mengetahui segala yang bermanfaat atau hasrat yang ada pada

dirinya sendiri di sebagian waktu hidupnya.

Model VCT merupakan pengembangan dari value education yang

menitik beratkan pada penggalian nilai yang ada pada diri siswa dengan

cara melibatkan perasaan sehingga mereka dapat memberikan keputusan

tentang sebuah permasalahan. Jika dipandang dengan teori belajar, VCT

dapat termasuk teori belajar psikologi sosial. Soekamto (1997 : 29)

menjelaskan bahwa proses belajar dengan mengikut sertakan emosi dan

perasaan mahasiswa ternyata akan memberikan hasil yang lebih baik

dibanding dengan memanipulasi stimuli dari luar saja. Hal tersebut juga

diutarakan oleh Sanjaya 2006, (Taniredja dkk ,2011 : 87-88 ), VCT

merupakan teknik pengajaran untuk membantu siswa dalam mencari dan

menentukan suatu nilai yang dianggap baik dalam menghadapi suatu

Pengaruh Model Value..., Ayuning Tyas Firstiardi Putri, FKIP UMP, 2014

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1. Value Clarification Technique) …repository.ump.ac.id/1226/3/BAB II_Ayuning Tyas F. P..pdf · 2017-04-03 · menjelaskan bahwa proses belajar dengan mengikut

8

persoalan melalui proses menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam

dalam diri siswa.

Dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran VCT merupakan pembelajaran yang mencoba mengikut

sertakan perasaan dan emosi siswa sehingga nilai yang ada pada dirinya

dapat terungkap, dari pengungkapkan tersebut dapat diketahui nilai yang

baik dan buruk sehingga dapat dijadikan acuan untuk lebih baik.

b. Model VCT Percontohan

Dari Djahiri (1985 : 61-81) peneliti merangkum model VCT. VCT

mempunyai beberapa model diantaranya :

1) Model VCT metode percontohan,

2) Model VCT analisa nilai

3) Model VCT dengan menggunakan matrik /daftar

4) Model VCT dengan kartu keyakinan

5) Model VCT dengan teknik wawancara

6) Model VCT dengan teknik yurisprudensi

7) Model VCT dengan teknik inkuiri dengan pertanyaan acak.

Peneliti memilih model VCT metode percontohan, dengan

mempertimbangkan materi yang akan diajarkan dianggap sesuai dengan

model ini. Materi pembelajaran yang diteliti dapat memberikan contoh

kepada para siswa. Metode percontohan ini juga dapat melibatkan emosi

siswa dengan baik dengan cara cerita yang didramatisir. Untuk

mengetahui model ini maka perlu diketahui tentang langkah-langkahnya.

Pengaruh Model Value..., Ayuning Tyas Firstiardi Putri, FKIP UMP, 2014

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1. Value Clarification Technique) …repository.ump.ac.id/1226/3/BAB II_Ayuning Tyas F. P..pdf · 2017-04-03 · menjelaskan bahwa proses belajar dengan mengikut

9

c. Langkah Model VCT Percontohan

Langkah-langkahnya sebagai berikut :

1) Cari/ buat stimulus berupa contoh keadaan/ perbuatan yang memuat

nilai-nilai kontras sesuai dengan topik/ tema / target pelajaran.

Rakitlah dalam bentuk cerita yang mampu menyeret perasaan

kejiwaan anak dan menyentuh hati nuraninya.

2) Kegiatan Belajar-Mengajar (KBM):

a) Lontarkan stimulus melalui pembacaan oleh guru / siswa

b) Berikan kesempatan beberapa saat anak berdialog sendiri atau

dengan sesama.

c) Laksanakan dialog terpimpin melalui pertanyaan guru (yang

skenarionya sudah anda siapkan sebelumnya sesuai dengan target-

target kita. Penyimpangan pertanyaan bisa terjadi sebagai

tambahan bila dari jawaban perlu rumusan) :

Secara individual

Kelompok dan terakhir secara klasikal.

(KBM sub c masih mengenai pencarian masalah/ kasus yang

tidak layak sampai dicapai kesepakatan fokus masalah

pembahasan)

d) Fase KBM menentukan argumen dan klarifikasi pendirian (juga

melalui pertanyaan guru dan bersifat individual, kelompok/

klasikal)

e) Fase pembahasan/ pembuktian argumen (di sini sudah mulai

ditanamkan jarum target nilai guru/ pelajaran dan konsep sesuai

materi pelajaran).

f) Fase penyimpulan ( bisa mulai dari kelompok atau langsung

klasikal. Dan pada akhirnya guru memberikan kesimpulan dan

membelokkan tanggapan siswa ke dalam konsep/ materi

pelajaran) dst (Djahiri, 1985 : 61-62).

Langkah-langkah ini dapat disesuaikan dengan kondisi

pembelajaran serta dapat diulang sesuai dengan kebutuhan dalam

pembelajaran. Djahiri hanya memberikan secara garis besar tentang

langkah pembelajaran, maka dalam pelaksanaannya dapat disesuaikan

atau dikembangkan.

Pengaruh Model Value..., Ayuning Tyas Firstiardi Putri, FKIP UMP, 2014

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1. Value Clarification Technique) …repository.ump.ac.id/1226/3/BAB II_Ayuning Tyas F. P..pdf · 2017-04-03 · menjelaskan bahwa proses belajar dengan mengikut

10

2. Hasil Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar mempunyai beberapa pengertian antara lain menurut

Slameto (2010 : 2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya. Pengertian belajar dipertegas lagi oleh Gagne

dalam Dahar (2011 : 2) yaitu sebagai suatu proses dimana suatu

organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Baharudin

dan Wahyuni (2010 : 13) menambahkan bahwa belajar adalah sebuah

kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu.

Jadi menurut ketiga ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar

merupakan proses yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh

pengetahuan, perilaku, dan keterampilan serta adanya perubahan tingkah

laku yang didapat dari hasil belajarnya.

b. Pengertian Hasil Belajar

Setelah memahami pengertian belajar maka aspek yang akan

diteliti adalah hasil belajar. Untuk mengetahui pengertian hasil belajar

maka peneliti mengutip beberapa pengertian menurut para ahli. Hasil

belajar menurut Sudjana (2010 : 22) adalah kemampuan-kemampuan

yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2006 : 3) Hasil belajar

merupakan hasil dari suatu interaksii tindak belajar dan tindak mengajar.

Pengaruh Model Value..., Ayuning Tyas Firstiardi Putri, FKIP UMP, 2014

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1. Value Clarification Technique) …repository.ump.ac.id/1226/3/BAB II_Ayuning Tyas F. P..pdf · 2017-04-03 · menjelaskan bahwa proses belajar dengan mengikut

11

Dari pengertian-pengertian tersebut hasil belajar dapat diasumsikan

sebagai hasil dari proses belajar yang meliputi hasil pengetahuan, hasil

perilaku,dan hasil keterampilan.

Tujuan pendidikan yang ingin dicapai dapat dikategorikan menjadi

tiga bidang kognitif , bidang afektif (berhubungan dengan sikap dan

nilai) serta bidang psikomotor (kemampuan/keterampilan

bertindak/berperilaku menurut Sudjana (2010 : 49). Sudjana

menambahkan pula bahwa ketiga aspek tersebut harus dipandang sebagai

hasil belajar siswa, dari proses pengajaran.

Kemudian Benyamin Blom menguatkan dalam Sudjana (2010 : 22)

hasil belajar dibagi menjadi tiga ranah atau aspek yaitu :

1) Ranah Kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri

dari enam aspek yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman ,

aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

2) Ranah Afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek

yakni, penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan

internalisasi.

3) Ranah Psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan

kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris yakni

gerakan reflex, keterampilan gerakan dasar, kemampua perceptual,

keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan

gerakan ekspresif dan interpretatif.

Jadi dapat diartikan bahwa hasil belajar siswa meliputi tiga aspek

yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor namun pada penelitian ini, peneliti

akan meneliti hasil belajar dengan dua aspek saja, yaitu aspek kognitif

dan afektif.

Pengaruh Model Value..., Ayuning Tyas Firstiardi Putri, FKIP UMP, 2014

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1. Value Clarification Technique) …repository.ump.ac.id/1226/3/BAB II_Ayuning Tyas F. P..pdf · 2017-04-03 · menjelaskan bahwa proses belajar dengan mengikut

12

3. Pembelajaran IPS di SD

a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

Sebelum memahami pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial maka

perlu dipahami terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan Ilmu Sosial.

Santrock (2008 : 394) menyebutkan

“In general, the field of social studies, also called social sciences,

seeks to promote civic competence. The goal is to help students

make informed and reasoned decisions for the public good as

citizens of a culturally diverse, democatric society in a

interdependent world.”

Dapat disimpulkan bahwa pelajaran sosial juga disebut ilmu sosial

yaitu bagaimana cara untuk memajukan kemampuan kewarganegaran.

Tujuannya adalah untuk membantu siswa memberikan informasi dan

keputusan yang dapat dijelaskan untuk masyarakat yang baik sebagai

warga negara dari sebuah kebudayaan yang bermacam-macam, sosial

demokrasi di suatu dunia yang saling tergantung.

Jadi Santrock menjelaskan bahwa ilmu sosial merupakan ilmu yang

mempelajari cara siswa mengambil keputusan yang baik untuk menjadi

masyarakat yang baik, dari ilmu sosial ini maka dikembangkan menjadi

Ilmu Pengetahuan Sosial.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mempunyai beberapa pengertian

antara lain menurut Trianto (2010:171) merupakan integrasi dari

berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi,

ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Hal tersebut disimpulkan oleh

Sumaatmadja (1980 :11) yang mengatakan bahwa pengajaran IPS

Pengaruh Model Value..., Ayuning Tyas Firstiardi Putri, FKIP UMP, 2014

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1. Value Clarification Technique) …repository.ump.ac.id/1226/3/BAB II_Ayuning Tyas F. P..pdf · 2017-04-03 · menjelaskan bahwa proses belajar dengan mengikut

13

berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah-

laku dan kebutuhannya.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan

ilmu yang mengajarkan tentang ilmu sosial yang melibatan tingkah laku

dan kebutuhan manusia. Setelah mengetahui pengertian IPS maka

peneliti juga harus mengetahui pengertian dari Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial (PIPS). PIPS adalah penyederhanaan atau adaptasi

dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar

manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan

pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan menurut Somantri (2001)

dalam Sapriya (2009 :11). Jadi dari pengertian tersebut, yang dimaksud

oleh peneliti dalam penelitiannya merupakan IPS yang menjadi mata

pelajaran di Sekolah Dasar.

Tujuan utama pembelajaran ilmu ini disebutkan oleh Trianto (2010:

176) untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap

masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif

terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil

mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari, hari baik yang menimpa

dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Kemudian dirinci

oleh Awan Mutakin (2006) dalam Trianto (2010 : 176) menjadi :

1) Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau

lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan

kebudayaan masyarakat.

2) Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan

metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat

digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.

Pengaruh Model Value..., Ayuning Tyas Firstiardi Putri, FKIP UMP, 2014

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1. Value Clarification Technique) …repository.ump.ac.id/1226/3/BAB II_Ayuning Tyas F. P..pdf · 2017-04-03 · menjelaskan bahwa proses belajar dengan mengikut

14

3) Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta

membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang

berkembang di masyarakat.

4) Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah- masalah sosial,

serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu

mengambil tindakan yang tepat.

5) Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu

membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung

jawab membangun masyarakat.

6) Memotivasi seseorang untuk bertindak berdasarkan moral.

7) Fasilitator di dalam suatu lingkungan yang terbuka dan tidak bersifat

menghakimi.

8) Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam

kehidupannya “ to prepare students to be well-functioning citizens in

a democratic society” dan mengembangkan kemampuan siswa

menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan pada setiap

persoalan yang dihadapinya.

9) Menekankan perasaan, emosi, dan derajat penerimaan atau

penolakan siswa terhadap materi Pembelajaran IPS yang diberikan.

Dari tujuan yang dirinci tersebut ada salah satu tujuan yang

menekankan perasaan, emosi dan derajat penerimaan atau penolakan

siswa sehingga ini sesuai dengan model pembelajaran yang akan

digunakan. Peneliti mencoba menyesuaikan tujuan tersebut dengan

model pembelajaran yang digunakan untuk melibatkan perasaan dan

emosi siswa dalam pembelajaran. Untuk ruang lingkup pengajaran IPS di

tingkat Sekolah Dasar dibatasi sampai gejala dan masalah sosial yang

dapat dijangkau pada geografi dan sejarah (Sumaatmadja,1980 : 11).

Materi yang digunakan untuk penelitian termasuk dalam sejarah.

Pengaruh Model Value..., Ayuning Tyas Firstiardi Putri, FKIP UMP, 2014

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1. Value Clarification Technique) …repository.ump.ac.id/1226/3/BAB II_Ayuning Tyas F. P..pdf · 2017-04-03 · menjelaskan bahwa proses belajar dengan mengikut

15

b. Materi

Materi yang digunakan oleh peneliti untuk penelitian yaitu

tercantum pada kurikulum KTSP sebagai berikut :

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas V

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

1. Menghargai peranan tokoh

pejuang dan masyarakat dalam

mempersiapkan dan

mempertahankan kemerdekaan

Indonesia.

2.1. Mendeskripsikan perjuangan

para tokoh pejuang pada masa

penjajahan Belanda dan Jepang.

Panduan KTSP

Dari tabel di atas peneliti menggunakan standar kompetensi 2 dan

kompetensi dasar 2.1.Standar Kompetensi pada butir 2 yaitu menghargai

peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan

mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Kemudian kompetensi dasar

pada butir 2. 1 yaitu mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang

pada masa penjajahan Belanda dan Jepang.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa materi yang

digunakan mencakup perjuangan para tokoh pejuang pada masa

penjajahan Belanda dan Jepang. Sub materi tersebut adalah perjuangan

para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda.

Pengaruh Model Value..., Ayuning Tyas Firstiardi Putri, FKIP UMP, 2014

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1. Value Clarification Technique) …repository.ump.ac.id/1226/3/BAB II_Ayuning Tyas F. P..pdf · 2017-04-03 · menjelaskan bahwa proses belajar dengan mengikut

16

4. Semangat Kebangsaan

a. Pengertian Semangat Kebangsaan

Menurut Daryanto dan Darmiatun (2013 : 71) semangat

kebangsaan adalah cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang

menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri

dan kelompoknya.

Dari pengertian tersebut semangat kebangsaan merupakan sikap

cinta terhadap bangsanya dan berusaha sekuat tenaga demi bangsanya.

Sikap ini dilakukan karena perwujudan mencintai bangsanya dan bangga

terhadap bangsanya. Sikap ini diharapkan dapat ditanamkan pada siswa

sejak dini, maka dari itu untuk menanamkannya pada mata pelajaran

disisipkan sikap tersebut.

Untuk mengetahui keberhasilan penanaman sikap ini maka ada

indikator yang diterapkan. Indikator ada dua jenis antara lain indikator

mata pelajaran yang menggambarkan perilaku afektif seorang peserta

didik berkenaan dengan mata pelajaran tertentu (Daryanto dan

Darmiatun, 2013 : 131).

b. Indikator Semangat Kebangsaan

Indikator ini digunakan untuk mengetahui keberhasilan karakter

yang ditanamkan. Untuk mengetahuinya indikator dirumuskan dalam

bentuk perilaku peserta didik di kelas dan sekolah yang dapat diamati

melalui pengamatan guru ketika seorang peserta didik melakukan suatu

tindakan di sekolah, tanya jawab dengan peserta didik, jawaban yang

Pengaruh Model Value..., Ayuning Tyas Firstiardi Putri, FKIP UMP, 2014

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1. Value Clarification Technique) …repository.ump.ac.id/1226/3/BAB II_Ayuning Tyas F. P..pdf · 2017-04-03 · menjelaskan bahwa proses belajar dengan mengikut

17

diberikan peserta didik terhadap tugas dan pertanyaan guru, serta tulisan

peserta didik dalam laporan dan pekerjaan rumah (Daryanto dan

Darmiatun, 2013 : 131). Berikut indikator mata pelajaran pada semangat

kebangsaan di sekolah dasar kelas 4 – 6 :

1) Turut serta dalam panitia peringatan hari pahlawan dan proklamasi

kemerdekaan.

2) Menggunakan bahasa Indonesia ketika berbicara di kelas.

3) Menyanyikan lagu-lagu perjuangan.

4) Menyukai berbagai upacara adat di nusantara.

5) Bekerja sama dengan teman dari suku, etnis, budaya lain berdasarkan

persamaan hak dan kewajiban.

6) Menyadari bahwa setiap perjuangan mempertahankan kemerdekaan

dilakukan bersama oleh berbagai suku, etnis yang ada di Indonesia.

(Daryanto dan Darmiatun, 2013 : 147)

Pada indikator nomor 6, sesuai dengan materi yang akan diajarkan

yaitu mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa

penjajahan Belanda dan Jepang. Siswa diminta menyadari bahwa

perjuangan bangsa Indonesia dilakukan secara bersama dari berbagai

etnis. Untuk mengetahui dan memahaminya maka nilai karakter

semangat kebangsaan ini dapat disisipkan pada materi perjuangan para

tokoh pejuang pada masa Belanda dan Jepang. Sehingga dibutuhkan

pembelajaran yang bermakna sehingga peneliti mencobanya dengan

model VCT tersebut. Indikator ini digunakan untuk penyusunan angket.

Dari 6 indikator, peneliti menggunakan butir 1,2,3,5 dan 6 saja yang

dianggap sesuai dengan materi pembelajaran.

Pengaruh Model Value..., Ayuning Tyas Firstiardi Putri, FKIP UMP, 2014

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1. Value Clarification Technique) …repository.ump.ac.id/1226/3/BAB II_Ayuning Tyas F. P..pdf · 2017-04-03 · menjelaskan bahwa proses belajar dengan mengikut

18

B. Penelitian yang Relevan

Ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan

dilakukan oleh peneliti, dengan kesamaan menggunakan model yang diteliti.

Ini dijadikan pula pertimbangan oleh peneliti dalam melakukan penelitiannya,

berikut penelitian yang dilakukan oleh :

1. Nurtia Lestari PGSD-FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto,

mengenai peningkatan kedisiplinan dan prestasi belajar dengan model VCT

tipe Perisai di SD dengan jenis penelitiannya Penelitian Tindakan Kelas

(PTK). Hasil penelitiannya menyatakan bahwa model VCT tipe Perisai

mampu meningkatkan kedisiplinan dan prestasi belajar siswa. Persamaan

dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu sama- sama

menggunakan model VCT, namun perbedaanya pada tipe modelnya serta

pada variabel yang diteliti yaitu prestasi belajar dan sikap kedisiplinan

sedangkan pada penelitian kali ini yaitu hasil belajar siswa aspek kognitif

dan afektif, kemudian jenis penelitian yang dilakukan berbeda yaitu PTK

sedangkan peneliti menggunakan eksperimen.

2. Dwi Setiani Universitas Negeri Malang, mengenai penerapan model VCT

terhadap hasil belajar IPS di kelas IV SD dengan jenis penelitian PTK. Hasil

penelitiannya yaitu model VCT ini mampu meningkatkan hasil belajar siswa

pada mata pelajaran IPS. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh

peneliti ini yaitu sama- sama menggunakan model VCT, dan juga

menggunakan mata pelajaran IPS serta variabel yang diteliti yaitu hasil

belajar siswa. Perbedaannya yaitu pada penelitian ini tidak disebutkan

Pengaruh Model Value..., Ayuning Tyas Firstiardi Putri, FKIP UMP, 2014

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1. Value Clarification Technique) …repository.ump.ac.id/1226/3/BAB II_Ayuning Tyas F. P..pdf · 2017-04-03 · menjelaskan bahwa proses belajar dengan mengikut

19

secara jelas hasil belajar siswa apa saja yang diteliti, sedangkan pada

penelitian yang peneliti susun hasil belajar berupa aspek kognitif dan

afektif. Diunduh dari internet tanggal 28 Oktober 2013.

3. Dinie Prihatini UNRAM, mengenai peningkatan hasil belajar afektif melalui

model VCT tipe percontohan pada mata pelajaran PKn di SMA dengan jenis

penelitiannya PTK. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa model VCT tipe

ini mampu meningkatkan hasil belajar afektif siswa. Persamaan dengan

penelitian ini yaitu sama- sama menggunakan model VCT tipe Percontohan

namun pada variabel yang diteliti sedikit berbeda karena hanya satu aspek

yang diteliti sedangkan pada penelitian yang diteliti oleh peneliti ada dua

aspek, sementara itu untuk jenis penelitian dan mata pelajarannya serta

jenjang sekolahnya pun berbeda. Pada penelitian ini menggunakan jenis

PTK, mata pelajaran PKn serta dilakukan dijenjang SMA. Diunduh dari

internet tanggal 13 Desember 2013.

C. Kerangka Berpikir

Dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti penerapan model VCT

Percontohan terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Model VCT

ini dianggap sesuai untuk pembelajaran yang melibatkan perasaan, emosi dan

nilai yang ada pada siswa untuk ikut serta dalam pembelajaran sehingga, siswa

mampu merasakan dan menilai sesuai dengan hatinya mengenai pembelajaran

tersebut. Dari pembelajaran ini, diharapkan siswa mempunyai kesan tersendiri.

Oleh karena itu, model ini dapat digunakan untuk mata pelajaran IPS dengan

Pengaruh Model Value..., Ayuning Tyas Firstiardi Putri, FKIP UMP, 2014

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1. Value Clarification Technique) …repository.ump.ac.id/1226/3/BAB II_Ayuning Tyas F. P..pdf · 2017-04-03 · menjelaskan bahwa proses belajar dengan mengikut

20

materi mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan

Belanda dan Jepang.

Hasil belajar dapat berupa aspek kognitif, dan afektif. Penilaian aspek

kognitif dapat dilakukan dengan tes tertulis. Kemudian pada aspek afektif

peneliti ingin mengetahui dari sudut pandang salah satu pendidikan karakter

yaitu semangat kebangsaan sesuai dengan materi yang diajarkan. Jika

digambarkan dalam bentuk diagram maka dapat dilihat pada gambar 2.1

sebagai berikut :

Gambar. 2. 1 Kerangka Pemikiran Penelitian

Kondisi Awal

Hasil Belajar IPS rendah

H

Penerapan Model VCT

Hasil Belajar IPS tinggi Kondisi Akhir

Memberikan pengaruh

pada hasil belajar IPS

Pengaruh Model Value..., Ayuning Tyas Firstiardi Putri, FKIP UMP, 2014

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1. Value Clarification Technique) …repository.ump.ac.id/1226/3/BAB II_Ayuning Tyas F. P..pdf · 2017-04-03 · menjelaskan bahwa proses belajar dengan mengikut

21

D. Hipotesis Penelitian

1. Adanya pengaruh model pembelajaran VCT Percontohan terhadap hasil

belajar siswa aspek kognitif pada materi mendeskripsikan perjuangan para

tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang pada mata

pelajaran IPS di kelas V SD Negeri 2 Klapasawit.

Ha : p < α

2. Adanya perubahan sikap sebelum dan sesudah diterapkannya model

pembelajaran VCT Percontohan terhadap hasil belajar siswa pada materi

mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan

Belanda dan Jepang.pada mata pelajaran IPS di kelas V SD Negeri 2

Klapasawit.

Ha : p < α

Pengaruh Model Value..., Ayuning Tyas Firstiardi Putri, FKIP UMP, 2014