bab ii kajian pustaka 2.1 prestasi belajar ii.pdfprestasi belajar sebagai variabel terikat pada...

24
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Prestasi Belajar Sehubungan dengan prestasi belajar, Purwanto (1986:28) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.” Sedangkan menurut Nasution (1996:17) prestasi belajar adalah: “Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.” Winkel (1996:226) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Maka prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Sedangkan menurut Shofiana (2008 : 34) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Selaiin itu, Wiriatmadja (2005:23) mendefinisikan hasil sebagai suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individual maupun kelompok dalam bidang tertentu. Banyak kegiatan yang biasa dijadikan sebagai sarana untuk mendapatkan hasil, semuanya tergantung dari kesenangan setiap individu. Djuwariyah (2008:37) menjelaskan bahwa prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen yang relevan. Jadi prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu. Prestasi 8

Upload: others

Post on 08-Feb-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Prestasi Belajar

    Sehubungan dengan prestasi belajar, Purwanto (1986:28) memberikan

    pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam

    usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.” Sedangkan

    menurut Nasution (1996:17) prestasi belajar adalah: “Kesempurnaan yang

    dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar

    dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan

    psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang

    belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.”

    Winkel (1996:226) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan

    bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Maka prestasi belajar

    merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah

    melaksanakan usaha-usaha belajar. Sedangkan menurut Shofiana (2008 : 34)

    mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai

    oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Selaiin itu,

    Wiriatmadja (2005:23) mendefinisikan hasil sebagai suatu kegiatan yang

    telah dikerjakan, diciptakan baik secara individual maupun kelompok dalam

    bidang tertentu. Banyak kegiatan yang biasa dijadikan sebagai sarana untuk

    mendapatkan hasil, semuanya tergantung dari kesenangan setiap individu.

    Djuwariyah (2008:37) menjelaskan bahwa prestasi belajar di bidang

    pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi

    faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran

    yang diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen yang relevan.

    Jadi prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang

    dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan

    hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu. Prestasi

    8

  • 9

    belajar merupakan hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi

    faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran

    yang diukur dengan menggunakan instrumen tes yang relevan.

    Prestasi belajar adalah pernyataan khusus tentang apa yang akan

    diketahui dan dapat dilakukan oleh siswa, sebagai hasil kegiatan belajar,

    biasanya berupa pengetahuan, keterampilan, atau sikap (knowledge, skill or

    attitude) (Louis dalam Slameto, 2006) atau pencapaian kompetensi siswa

    (Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional

    Pendidikan Bab X pasal 63).

    Selanjutnya, pengertian prestasi belajar dapat dipersempit sebagai

    kualitas dan kuantitas pekerjaan siswa, yang dipakai untuk menghitung rata-

    rata tingkat pencapaian keseluruhan mata pelajaran, dalam satu semester atau

    satu tahun ajaran. Slameto (2006) memberi batasan tentang prestasi belajar

    (achievement) sebagai hasil pengukuran tentang apa yang diketahui atau yang

    dapat dilakukan oleh seseorang, setelah belajar. Pengukuran yang dimaksud

    adalah sebagai alat yang dipakai untuk menyediakan balikan bagi siswa dan

    pihak lainnya, untuk menentukan posisi siswa dalam hubungannya dengan

    tujuan yang telah ditetapkan.

    Prestasi belajar mempunyai dua peranan penting bagi siswa dan guru,

    yaitu sebagai pencerminan keberhasilan mengajar bagi seorang guru dan

    penceminan kemampuan siswa dalam penguasan materi baik pengetahuan,

    sikap, maupun keterampilan. Peran itulah yang mendasari penulis memilih

    prestasi belajar sebagai variabel terikat pada penelitian ini.

    Kajian prestasi belajar yang lain mengadopsi dari Slameto (2002)

    Sukmadinata (2005) dan Benjamin S Bloom (2003) mengklasifikasi prestasi

    belajar menjadi tiga ranah, yaitu: 1) Ranah kognitif yang berkaitan dengan

    hasil belajar intektual, 2) Ranah Afektif yang berkaitan dengan sikap, dan 3)

    Ranah psikomotorik yang berkenaan dengan keterampilan dan kemampuan

    bertindak.

  • 10

    Dengan pemahaman yang demikian maka dapat dirumuskan bahwa

    prestasi belajar siswa adalah performance dan kompetensinya dalam mata

    pelajaran setelah mempelajari materi untuk mencapai tujuan pengajaran dalan

    satu satuan waktu yang biasa berupa semester, atau tahun pelajaran.

    Performance dan kompetensi tersebut meliputi:

    (1) Ranah kognitif seperti informasi atau pengetahuan /knowledge, konsep

    dan prinsip (understanding), pemecahan masalah dan kreativitas,

    (2) Ranah psikomotorik/ skill, dan

    (3) Ranah afektif seperti perasaan, sikap, nilai dan integritas pribadi (Slameto

    2002).

    Pada penelitian ini prestasi belajar yang akan diukur adalah prestasi

    belajar kognitif. Asperk kognitif yang akan diukur adalah: pengetahuan uang

    sebagai alat tukar menukar yang sah. Mata pelajaran yang akan diujikan

    adalah mata pelajaran matematika.

    Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes

    prestasi belajar. Soetjipto (2004: 8) mengemukakan tentang tes prestasi

    belajar bila dilihat dari tujuannya yaitu mengungkap keberhasilan sesorang

    dalam belajar. Testing pada hakikatnya menggali informasi yang dapat

    digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Tes prestasi belajar berupa

    tes yang disusun secara terrencana untuk mengungkap performasi maksimal

    subyek dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan.

    Dalam kegiatan pendidikan formal tes prestasi belajar dapat berbentuk

    ulangan harian, tes formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas dan ujian-ujian

    masuk perguruan tinggi.

    Dalam proses belajar tentu ada yang berhasil, sukses dan tidak

    mengalami kesulitan untuk mencapai tujuan, ada yang gagal dan mengalami

    hambatan untuk mencapai tujuan. Ukuran keberhasilan dalam proses belajar

    diberikan istilah prestasi belajar. Menurut Slameto (2003:52), prestasi belajar

  • 11

    adalah hasil belajar yang dicapai siswa dalam suatu mata pelajaran tertentu

    dengan menggunakan tes standar sebagai alat pengukur keberhasilan murid.

    Sedangkan Tirtaraharja (1981:19) mengemukakan bahwa prestasi belajar

    adalah taraf kemampuan aktual yang bersifat terukur, berupa pengalaman

    ilmu pengetahuan, keterampilan, sikap, interes yang dicapai oleh murid dari

    apa yang dipelajari di sekolah.

    Menurut Suharsimi Arikunto (2002) tes adalah alat atau prosedur yang

    digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan

    cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Agar dapat alat ukur prestasi

    siswa, terdapat 5 syarat atau ciri dalam tes yang baik yaitu: 1)Valid/ tepat, 2)

    Reliabel/ tetap (ajeg), 3) Objektif, 4) Praktis, dan 5) Ekonomis.

    Berdasarkan beberapa pengertian yang diajukan di atas, maka dapat

    dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang

    dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi

    yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang

    sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi

    pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi

    setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dapat

    diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan

    tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.

    Pada dasarnya segala sesuatu yang dilaksanakan berorientasi pada suatu

    hasil. Hasil adalah sesuatu yang dihadapi dari usaha yang dilakukan.

    Demikian pula halnya dengan belajar yang senantiasa mengharapkan suatu

    hasil yang baik. Hasil belajar tersebut dapat diukur dengan menggunakan alat

    tes hasil belajar, baik melalui lisan dan tulisan ataupun dalam bentuk unjuk

    kerja. Evaluasi ini bertujuan untuk mengukur dan mengetahui tingkat

    keberhasilan belajar siswa. Terkait dengan dengan uraian ini, maka Haling

    (2006:107) mengemukakan secara jelas mengenai penilaian atau evaluasi ini

  • 12

    sebagai berikut : Penilaian merupakan suatu usaha yang bertujuan untuk

    mengetahui keberhasilan belajar dalam penguasaan kompetensi, disamping

    itu, penilaian juga berfungsi untuk mengetahui berhasil tidaknya pelaksanaan

    pembelajaran.

    Alat pembelajaran yang biasa digunakan adalah; (a) Tes, yaitu suatu

    cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau

    serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh pebelajar, sehingga

    menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi pebelajar tersebut,

    yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh pebelajar lain atau

    dengan nilai standar yang ditetapkan. (b) Non Tes, yaitu untuk menilai aspek-

    aspek tingkah laku yang meliputi kegiatan observasi, wawancara, studi kasus,

    skala penilaian, check list dan inventori”.

    Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh

    siswa dalam bentuk nilai dalam satu mata pelajaran atau keterampilan

    tertentu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa prestasi merupakan hasil

    usaha yang telah dicapai oleh seseorang sedang prestasi belajar adalah hasil

    yang dapat dicapai oleh seseorang setelah melakukan kegiatan belajar dalam

    kurun waktu tertentu.

    2.2 Mata Pelajaran Matematika

    Kata "matematika" berasal dari Yunani μάθημα (máthēma), yang berarti

    pengkajian, pembelajaran, ilmu, yang ruang lingkupnya menyempit, dan arti

    teknisnya menjadi "pengkajian matematika", bahkan demikian juga pada

    zaman kuno. Kata sifatnya adalah (mathēmatikós), berkaitan dengan

    pengkajian, atau tekun belajar, yang lebih jauhnya berarti matematis. Secara

    khusus, (mathēmatikḗ tékhnē), di dalam bahasa Latin ars mathematica, berarti

    seni matematika.

    Kita sebagai pendidik perlu tahu kebutuhan yang diinginkan siswa.

    Setiap siswa berbeda kebutuhan berprestasinya. Ada siswa yang memiliki

  • 13

    motivasi tinggi, sedang dan ada yang rendah untuk berprestasi. Siswa

    mempunyai motivasi tinggi kalau keinginan untuk sukses benar-benar berasal

    dari dalam diri sendiri. Siswa akan bekerja keras jika minat timbul dalam

    dirinya sendiri. Sedang siswa yang mempunyai motivasi rendah cenderung

    takut gagal dan tidak mau menanggung resiko dalam mencapai prestasi yang

    tinggi.

    Siswa yang datang ke sekolah memiliki berbagai pemahaman tentang

    dirinya sendiri secara keseluruhan dan pemahaman tentang kemampuan

    mereka sendiri khususnya. Mereka mempunyai gambaran tertentu tentang

    dirinya sebagai manusia dan tentang kemampuan dalam menghadapi

    lingkungan. Ini merupakan cap atau label yang dimiliki siswa tentang dirinya

    dan kemungkinan tidak dilihat oleh guru namun sangat mempengaruhi

    kegiatan belajar siswa dalam proses belajar mengajar. Gambaran ini mulai

    terbentuk melalui interaksi dengan orang lain, yaitu keluarga dan teman

    sebaya maupun orang dewasa lainnya, dan hal ini mempengaruhi prestasi

    belajarnya di sekolah.

    Jika minat siswa dapat dibangkitkan kemudian seluruh perhatiannya

    dapat dipusatkan kepada pelajaran yang diberikan oleh guru. Ditinjau dari

    sudut fisiologis, perhatian adalah suatu gejala kejiwaan yang erat kaitannya

    dengan dorongan minat atau tingkah laku seseorang.

    Selanjutnya dipandang dari sudut pendidikan, pemusatan perhatian

    sangat penting artinya bagi pembentukan watak anak yang sudah terlatih, dan

    bisa menjadi memusatkan perhatian, tidak semata-mata kepada hal yang

    digemari saja melainkan juga terhadap objek yang tidak menarik

    perhatiannya, memaksa dirinya untuk menggerakkan kemampuannya

    memberikan perhatian yang berarti pula memperluas kemauannya.

  • 14

    Ada beberapa usaha untuk membangkitkan perhatian siswa selama

    proses belajar mengajar adalah sebagai berikut:

    a. Mengajar yang menarik sesuai dengan tingkat perkembangan anak.

    b. Mengadakan selingan dalam mengajar yang sehat.

    c. Menggunakan media yang sesuai dengan bahan ajar atau materi mengajar.

    d. Menjauhkan pengaruh yang mengganggu konsentrasi belajar anak.

    e. Memberikan pengertian manfaat bahan pelajaran yang akan diajarkan

    kepada siswa.

    f. Menghubungkan hal-hal yang sudah diketahui siswa dengan hal-hal yang

    akan diketahui siswa.

    g. Mengadakan kompetisi dalam belajar.

    h. Memberikan hukuman dan pujian tetapi yang bijaksana.

    Selain itu hubungan antara guru dan murid hendaknya tetap terjaga

    dengan baik. Karena hal ini akan mempengaruhi yang sangat besar bagi siswa

    terhadap bahan pelajaran yang diajarkan, terlebih-lebih berguru yang mereka

    sukai.

    Menurut Tenner dan Lindgen (1971) yang mengemukakan tentang

    pengaruh guru terhadap tingkah laku dan aktivitas siswa dalam belajar. Siswa

    secara terus menerus mereaksi terhadap sikap dan nilai yang dianut dan

    kepribadian gurunya. Mereka menjadikan guru sebagai model yang perlu

    dicontoh. Oleh karenanya siswa meniru gurunya apa yang dikerjakan maupun

    apa yang dikatakan.

    Proses belajar mengajar matematika berlangsung dengan lancar bila

    dilaksanakan secara continue. Menurut pendapat Hudoyo (1990:5) belajar

    matematika yang terputus-putus akan mengganggunya terjadinya proses

    belajar. Di dalam proses belajar mengajar matematika terjadi pula proses

    berfikir. Di dalam berfikir orang menyusun hubungan-hubungan antara

    bgaian-bagian informasi yang sudah direkam dalam pikirannya itu sebagai

  • 15

    pengertian. Dari pengertian tersebut terbentuklah suatu kesatuan, akhirnya

    ditarik kesimpulan.

    Dalam proses belajar mengajar yang baik, subyek yang belajar akan

    memahami dan mempelajari materi matematika sebelumnya sebagai syarat

    untuk mempelajari matematika selanjutnya serta dapat melakukan aplikasi ke

    situasi yang baru sehingga dapat menyelesaikan masalah matematika itu

    sendiri maupun dalam ilmu yang lain, itu semua dapat terwujud bila di dalam

    proses belajar mengajar berlangsung seimbang antara peran guru dan siswa

    yang dilengkapi dengan sarana dan lingkungan belajar yang mendukung.

    Pendidikan nasional yang dirumuskan dalam UU No 20 tahun 2003

    tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 3 berfungsi untuk

    mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa

    yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

    untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

    beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

    berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis

    serta bertanggung jawab.

    Upaya untuk mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut,

    dijabarkan ke dalam tujuan institusional. Dalam tujuan itu tercakup proses-

    proses atau program-program yang dipakai untuk mencapai tujuan lembaga

    dan tertuang dalam pembelajaran setiap mata pelajaran seperti mata pelajaran

    Matematika SD bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai

    berikut.

    1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan

    mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan

    tepat, dalam pemecahan masalah

  • 16

    2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

    matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau

    menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika

    3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

    merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan

    solusi yang diperoleh

    4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media

    lain untuk memperjelas keadaan atau masalah

    5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu

    memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari

    matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah

    Dalam tujuan mata pelajaran matematika tersebut, terdapat dua tujuan

    yang terkait dengan proses dan hasil. Untuk mencapai tujuan tersebut

    termanifestasikan dalam perilaku yang akan diukur. Pada Kurikulum Tingkat

    Satuan Pendidikan (KTSP), untuk mencapai tujuan tersebut tergantung pada

    tuntutan kompetensi, baik standar kompetensi maupun kompetensi dasarnya.

    Adapun Standar kompetensi dan kompetensi dasar Matematika untuk

    siswa Kelas V, Semester 1 adalah sebagai berikut:

  • 17

    Tabel 2.1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika

    Kelas V, Semester 1

    Standar Kompetensi

    Kompetensi Dasar

    Bilangan

    1. Melakukan operasi hitung bilangan

    bulat dalam pemecahan masalah

    1.1 Melakukan operasi hitung bilangan

    bulat termasuk penggunaan sifat-

    sifatnya, pembulatan, dan

    penaksiran

    1.2 Menggunakan faktor prima untuk

    menentukan KPK dan FPB

    1.3 Melakukan operasi hitung

    campuran bilangan bulat

    1.4 Menghitung perpangkatan dan akar

    sederhana

    1.5 Menyelesaikan masalah yang

    berkaitan dengan operasi hitung,

    KPK dan FPB

    Geometri dan Pengukuran

    2. Menggunakan pengukuran waktu,

    sudut, jarak, dan kecepatan dalam

    pemecahan masalah

    2.1 Menuliskan tanda waktu dengan

    menggunakan notasi 24 jam

    2.2 Melakukan operasi hitung satuan

    waktu

    2.3 Melakukan pengukuran sudut

    2.4 Mengenal satuan jarak dan

    kecepatan

    2.5 Menyelesaikan masalah yang

    berkaitan dengan waktu, jarak, dan

    kecepatan

  • 18

    Standar Kompetensi

    Kompetensi Dasar

    3. Menghitung luas bangun datar

    sederhana dan menggunakannya

    dalam pemecahan masalah

    3.1 Menghitung luas trapesium dan

    layanglayang

    3.2 Menyelesaikan masalah yang

    berkaitan dengan luas bangun datar

    4. Menghitung volume kubus dan balok

    dan menggunakannya dalam

    pemecahan masalah

    4.1 Menghitung volume kubus dan

    balok

    4.2 Menyelesaikan masalah yang

    berkaitan dengan volume kubus dan

    balok

    Tabel 2.2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika

    Kelas V, Semester 2

    Standar Kompetensi

    Kompetensi Dasar

    Bilangan

    5. Menggunakan pecahan dalam

    pemecahan masalah

    5.1 Mengubah pecahan ke bentuk persen

    dan desimal serta sebaliknya

    5.2 Menjumlahkan dan mengurangkan

    berbagai bentuk pecahan

    5.3 Mengalikan dan membagi berbagai

    bentuk pecahan

    5.4 Menggunakan pecahan dalam

    masalah perbandingan dan skala

    Geometri dan Pengukuran

    6. Memahami sifat-sifat bangun dan

    hubungan antar bangun

    6.1 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun

    datar

    6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun

    ruang

    6.3 Menentukan jaring-jaring berbagai

    bangun ruang sederhana

    6.4 Menyelidiki sifat-sifat kesebangunan

    dan simetri

    6.5 Menyelesaikan masalah yang

    berkaitan dengan bangun datar dan

    bangun ruang sederhana

  • 19

    Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari

    perkembanganteknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai

    disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang

    teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan

    matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan

    matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan

    diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

    Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta

    didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan

    kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta

    kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik

    dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan

    informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak

    pasti, dan kompetitif.

    Standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika dalam

    dokumen ini disusun sebagai landasan pembelajaran untuk mengembangkan

    kemampuan tersebut di atas. Selain itu dimaksudkan pula untuk

    mengembangkan kemampuan menggunakan matematika dalam pemecahan

    masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan

    simbol, tabel, diagram, dan media lain.

    Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam

    pembelajaran matematika yang mencakup masalah tertutup dengan solusi

    tunggal, masalah terbuka dengan solusi tidak tunggal, dan masalah dengan

    berbagai cara penyelesaian. Untuk meningkatkan kemampuan memecahkan

    masalah perlu dikembangkan keterampilan memahami masalah, membuat

    model matematika, menyelesaikan masalah, dan menafsirkan solusinya.

  • 20

    Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya

    dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual

    problem).

    Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara

    bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Untuk

    meningkatkan keefektifan pembelajaran, sekolah diharapkan menggunakan

    teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer, alat peraga, atau media

    lainnya.

    Ruang Lingkup Mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan

    SD/MI meliputi aspek-aspek bilangan, geometri dan pengukuran dan pengolahan

    data.

    2.3 Metode Kerja Kelompok

    2.3.1 Pengertian Metode Kerja Kelompok

    Metode kerja kelompok dalam pembelajaran menurut Mujiman

    (2006: 84) dapat disamakan dengan penugasan kelompok, karena sama-

    sama mengandung arti belajar kelompok. Pekerjaan kelompok biasanya

    dimulai dengan diskusi kelompok untuk menyatu-persepsikan tentang

    tugas yang harus dikerjakan secara kelompok, dan output yang harus

    dicapai. Dilanjutkan dengan diskusi tentang langkah-langkah untuk

    mencapai output yang disepakati bersama, pembagian tugas,

    pelaksanaan tugas, diskusi-diskusi untuk analisis data dan informasi

    yang terkumpul, penulisan laporan, pendiskusian laporan dan dinalisasi.

    Modjiono (1992: 61) mengemukakan metode kerja kelompok dapat

    diartikan sebagai format belajar-mengajar yang menitikberatkan kepada

    interaksi anggota yang satu dengan anggota yang lain dalam suatu

    kelopk guna menyelesaikan tugas-tugas belajar secara bersama-sama.

    Robert L. Cilstrap (dalam Roestiyah N.K (1998: 15) menyatakan bahwa

    kerja kelompok merupakan suatu kegiatan kelompok siswa yang

  • 21

    biasanya berjumlah kecil untuk mengerjakan atau menyelesaikan suatu

    tugas

    Sagala (2006) mengatakan bahwa metode kerja kelompok

    adalah cara pembelajaran dimana siswa dalam kelas dibagi dalam

    beberapa kelompok, dimana setiap kelompok dipandang sebagai

    satu kesatuan tersendiri untuk mempelajari materi pelajaran yang

    telah ditetapkan untuk diselesaikan secara bersama-sama.

    Lebih lanjut Mujiman mengemukakan bahwa keuntungan belajar

    kelompok adalah terbangunnya kerjasama tim, dimana siswa dilatih

    untuk membangun kebersamaan tim, pembagian tanggungjawab, dan

    pendidikan etik. Aspek etik memang ada dalam kerja kelompok, karena

    dapat tumbuhnya rasa ewuh pakewuh atau rasa bersalah kalau seorang

    anggota tim tidak ikut bekerja, padahal ia turut menikmati hasil kerja

    kelompok. Maka dari itu, anggota kelompok terdorong untuk aktif

    bekerja sesuai dengan tanggung jawabnya dalam mencapai output.

    Rosdiana (2008:12) mengemukakan empat keuntungan

    pembelajaran kelompok yaitu :

    1. Dapat memberikan kesempatan untuk lebih intensif mengadakan

    penyelidikan mengenai kasus atau masalah.

    2. Dapat memungkinkan guru untuk lebih mempertahankan siswa

    sebagai individu serta kebutuhan belajarnya.

    3. Siswa lebih aktif tergabung dalam pelajaran dan berpartisipasi dalam

    diskusi.

    4. Dapat memberikan kesempatan mengembangkan rasa menghargai

    dan menghormati pribadi temannya, menghargai pendapat orang

    lain, hal mana membantu kelompok mencapai tujuan bersama.

    Di samping keuntungan penggunaan metode kerja kelompok

    dalam satu pembelajaran, metode ini juga memiliki kekurangan antara

    lain :

    1. Kerja kelompok sering kali hanya melibatkan siswa yang mampu

    dan cakap.

  • 22

    2. Kerja kelompok kadang-kadang menuntut pengaturan tempat duduk

    yang berbeda dan gaya mengajar yang berbeda pula.

    3. Keberhasilan kerja kelompok tergantung kemampuan memimpin

    atau bekerja sendiri.

    Direktorat Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan

    Nasional (2008) sebagaimana dikutip dari sumber internet tanggal akses

    8 Agustus 2009 dijelaskan bahwa metode kerja kelompok atau bekerja

    dalam situasi kelompok mengandung pengertian bahwa siswa dalam

    satu kelas dipandang sebagai satu kesatuan (kelompok) tersendiri

    ataupun dibagi atas kelompok-kelompok kecil (sub-sub kelompok).

    Kelompok bisa dibuat berdasarkan :

    1. Perbedaan individual dalam kemampuan belajar, terutama bila kelas

    itu sifatnya heterogin dalam belajar.

    2. Perbedaan minat belajar, dibuat kelompok yang terdiri atas siswa

    yang punya minat yang sama.

    3. Pengelompokan berdasarkan jenis pekerjaan yang akan kita berikan.

    4. Pengelompokan atas dasar wilayah tempat tinggal siswa yang tinggal

    dalam satu wilayah yang dikelompokkan dalam satu kelompokan

    sehingga memudahkan koordinasi kerja.

    5. Pengelompokan secara random atau dilotre, tidak melihat faktor-

    faktor lain.

    6. Pengelompokan atas dasar jenis kelamin, ada kelompok pria dan

    kelompok wanita.

    Sebaiknya kelompok menggambarkan yang heterogen, baik dari

    segi kemapuan belajar maupun jenis kelamin. Hal ini dimaksudkan agar

    kelompok-kelompok tersebut tidak berat sebelah (ada kelompok yang

    baik dan ada kelompok yang kurang baik). Kalau dilihat dari segi

    proses kerjanya maka kerja kelompok ada dua macam, yaitu kelompok

    jangka pendek dan kelompok jangka panjang.

    1. Kelompok jangka pendek, artinya jangka waktu untuk bekerja dalam

    kelompok tersebut hanya pada saat itu saja, jadi sifatnya insidental.

  • 23

    2. Kelompok jangka panjang, artinya proses kerja dalam kelompok itu

    bukan hanya pada saat itu saja, mungkin berlaku untuk satu periode

    tertentu sesuai dengan tugas/masalah yang akan dipecahkan.

    Untuk mencapai hasil yang baik, maka faktor yang harus

    diperhatikan dalam kerja kelompok adalah :

    1. Perlu adanya motif (dorongan) yang kuat untuk bekerja pada setiap

    anggota.

    2. Pemecahan masalah dapat dipandang sebagai satu unit dipecahkan

    bersama, atau masalah dibagi-bagi untuk dikerjakan masing-masing

    secara individual. Hal ini bergantung kepada kompleks tidaknya

    masalah yang akan dipecahkan.

    3. Persaingan yang sehat antarkelompok biasanya mendoronganak

    untuk belajar.

    4. Situasi yang menyenangkan antar anggota banyak menentukan

    berahsil tidaknya kerja kelompok.

    2.3.2 Tujuan Metode Kerja Kelompok

    Penggunaan kerja kelompok dalam belajar bertujuan agar siswa

    mampu bekerja bersama-sama dengan temannya yang lain dalam

    mencapai tujuan bersama. Untuk mencapai tujuan kelompok tersebut

    harus berlandaskan pada dasar pengelompokkan tersebut di bawah ini

    (Rosdiana, 2008:13) :

    1. Kemampuan belajar siswa

    2. Minat khusus dari siswa

    3. Memperbesar partisipasi siswa

    4. Pemberian tugas atau pekerjaan

    5. Kerjasama efektif

    Tujuan harus jelas bagi setiap siswa agar diperoleh hasil yang

    baik pula. Tiap siswa harus tahu persis apa yang harus dikerjakannya.

    Itulah sebabnya dalam menghadapi setiap pekerjaan perlu adanya

    diskusi untuk menentukan cara mengerjakannya, maka dari sinilah

  • 24

    fungsinya studi kelompok. Dalam rangka pencapaian tujuan kelompok

    harus berlandaskan pada dasar pengelompokkan tersebut di atas dengan

    didasari aspek-aspek seperti :

    1. Tujuan, yang harus jelas bagi setiap siswa agar diperoleh yang baik

    dengan kerja sama yang baik pula, dan harus dibarengi diskusi untuk

    mengetahui cara mengerjakannya.

    2. Interaksi, yang harus disadari atas dasar kerjasama yang merupakan

    salah satu persyaratan bagi terjadinya suatu kerjasama yaitu

    komunikasi yang efektif serta interaksi antar siswa.

    3. Kepemimpinan, tugas yang jelas dan komunikasi yang efektif serta

    kepemimpinan yang baik akan berpangaruh terhadap suasana belajar

    dan pada gilirannya akan mempengaruhi proses belajar, penyelesaian

    tugas dan pemecahan masalah.

    Uraian di atas dapat memudahkan bagi seorang guru untuk

    mencapai tujuan daripada penerapan metode kerja kelompok dan

    memudahkan terjadinya transfer yang positif di dalam proses belajar

    mangajar. Dengan tercapainya tujuan pengajaran yang telah ditetapkan

    oleh gguru sebelum pelaksanaan pembelajaran yang biasa disebut

    interaksi, maka itu berarti pelaksanaan metode kerja kelompok telah

    tercapai.

    2.3.3 Peranan Guru Dalam Kerja Kelompok

    Hasibuan dan Moedjiono (2008:24) dalam kerja kelompok guru

    berperan sebagai berikut :

    1. Manager, membantu para peserta didik mengorganisasikan diri,

    tempat duduk, serta bahan yang diperlukan.

    2. Observer, mengamati dinamika kelompok yang terjadi sehingga ia

    dapat mengarahkan serta membantunya bila perlu. Ia perlu

    memberikan balikan kepada kelompok tentnag kepemimpinan,

    interaksi, tujuan serta perasaan dan norma yang terjadi dalam

    kelompok.

  • 25

    3. Advisor, memberikan saran-saran tentang penyelesaian tugas bila

    diperlukan. Tetapi memberikan saran ini jangan berarti gguru yang

    menyelesaikan tugas buat siswa. Berikan saran ini dengan

    mengajukan pertanyaan-pertanyaan, bukan memberikan informasi

    secara langsung.

    4. Evalator, nilailah proses kerja kelompok yang terjadi bersama-sama

    dengan kelompok. Penilaian ini hendaklah selalu penilaian

    kelompok, bukan penilaian terhadap individu.

    Hasibuan dan Moedjiono (2008:25) menyebutkan rambu-rambu

    yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan kerja kelompok

    sebagai berikut :

    1. Pesan terpenting, format kerja kelompok adalah pemecahan masalah

    atau penunaian tugas melalui proses kerja kelompok. Secara umum

    dapat dikatakan bahwa topik-topik yang cocok ditangani melalui

    kerja kelompok adalah topik-topik yang :

    1) Cukup kompleks isinya dan cukup luas ruang lingkupnya

    sehingga bisa dibagi-bagi yang cukup memadai sebagai tugas-

    tugas kelompok baik secara paralel maupun komplementer.

    2) Membutuhkakn bahan dan informasi dari pelbagai sumber dan

    pemecahannya.

    2. Di dalam pelaksanaannya, kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok

    secara random atau berdasarkan pengaturan tertentu, misalnya

    dengan menyebarkan peserta kelompok yang kurang mampu dan

    yang mampu, cepat membuat ribut atau cepat teralihkan

    perhatiannya dari tugas, dan lain-lain dasar penggolongannya, yang

    penting bahwa penyebaran ini dilakukan untuk sedapat-dapatnya

    menyeragamkan profil kelompok, meskipun tugas-tugasnya dapat

    berbeda (penugasan komplementer). Pengelompokkan yang diatur

    dilakukan bila produktivitas maupun kekohesifan kelompok

    merupakan tujuan penting.

  • 26

    3. Produktivitas dan kekohesifan adalah dua aspek yang harus selalu

    diperhatikan secara seimbang, akan tetapi tugas kelompok terutama

    dilakukan untuk mengembangkan keterampilan bekerja sama dan

    memupuk semangat kebersamaan, sedangkan pada kesempatan lain,

    tugas kelompok diberikan karena ada produk-produk nyata yang

    perlu dicapai seperti pengetahuan yang cukup luas dan pengertian

    yang mendalam tentang suatu fenomena. Akan tetapi secara

    keseluruhan sasaran penilaian adalah terhadap kedua aspek tersebut

    produk kelompok serta peningkatan kemampuan kelompok dan

    semangat kebersamaan di dalam kelompok bekerjasama

    menyelesaikan tugas-tugasnya.

    2.3.4. Langkah-langkah Pembelajaran Menggunakan Metode Kerja

    Kelompok

    Menurut Sagala (2006) langkah-langkah pembelajaran metode kerja

    kelompok sebagai berikut:

    1) Kegiatan Persiapan

    a) Merumuskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai

    b) Menyiapkan materi pembelajaran dan menjabarkan materi pembelajaran

    tersebut ke dalam tugas-tugas kelompok.

    c) Mengidentifikasi sumber-sumber yang akan menjadi sasaran kegiatan

    kerja kelompok.

    d) Menyusun peraturan pembentukan kelompok cara kerja, saat memulai

    dan mengakhiri, dan tata tertib lainnya.

    2) Kegiatan Pelaksanaan

    a) Kegiatan Membuka Pelajaran

    b) Melaksanakan apersepsi, yaitu pertanyaan tentang materi pelajaran

    sebelumnya.

    c) Memotivasi belajar dengan mengemukakan kasus yang ada kaitannya

    dengan materi pelajaran yang akan diajarkan

  • 27

    d) Mengemukakan tujuan pelajaran dan berbagai kegiatan yang akan

    dikerjakan dalam mencapai tujuan pelajaran itu.

    3) Kegiatan Inti Pelajaran

    a) Mengemukakan lingkup materi pelajaran yang akan dipelajari

    b) Membentuk kelompok

    c) Mengemukakan tugas setiap kelompok kepada ketua kelompok atau

    langsung kepada semua siswa

    d) Mengemukakan peraturan dan tata tertib serta saat memulai dan

    mengakhiri kegiatan kerja kelompok.

    e) Mengawasi, memonitor, dan bertindak sebagai fasilitator selama siswa

    melakukan kerja kelompok.

    f) Pertemuan klasikal untuk pelaporan hasil kerja kelompok,

    pemberian balikan dari kelompok lain atau dari guru.

    4) Kegiatan Mengakhiri Pelajaran

    a) Meminta siswa merangkum isi pelajaran yang telah dikaji melalui kerja

    kelompok.

    Melakukan evaluasi hasil dan proses

    b) Melaksanakan tindak lanjut baik berupa mengajari ulang materi

    yang belum dikuasai siswa maupun memberi tugas pengayaan bagi

    siswa yang telah menguasai materi tersebut.

    Menurut Roestiyah N.K (1998: 19 – 20) menyebutkan bahwa ada 6

    langkah agar kerja kelompok dapat berhasil yaitu :

    a) Menjelaskan tugas kepada siswa

    b) Menjelaskan apa tujuan kerja kelompok

    c) Membagi kelas menjadi beberapa kelompok

    d) Setiap kelompok menunjuk seorang pencatat yang akan membuat laporan

    tentang kemajuan dan hasil kerja kelompok tersebut

    e) Guru berkeliling selama kerja kelompok itu berlangsung, bila perlu

    memberi saran/pertanyaan

    f) Guru membantu menyimpulkan kemajuan dan menerima hasil kerja

    kelompok.

  • 28

    Keenam langkah di atas pelu diterapkan oleh peneliti agar siswa dalam

    melakukan kerja kelompok yang dilakukan pada saat penelitian dapat

    menghasilkan tujuan yang diharapkan yaitu siswa dapat memecahkan

    masalah dengan baik.

    Selanjutnya Nana Sudjana (2002 : 83) mengemukakan tentang petunjuk

    pelakanaan bekerja dalam kelompok untuk mencapai hasil yang baik yaitu :

    a) Perlu adanya motif (dorongan) yang kuat untuk bekerja pada setiap

    anggota

    b) Pemecahan masalah dapat dipandang, sebagai satu unit dipecahkan

    bersama-sama atau masalah dibagi-bagi untuk dikerjakan masing-masing

    secara individual, hal ini bergantung kepada kompleks tidaknya masalah

    yang akan dipecahkan.

    c) Persaingan yang sehat antar kelompok bisanya mendorong anak untuk

    belajar

    d) Situasi yang menyenangkan antara anggota banyak menentukan berhasil

    tidaknya kerja kelompok.

    Berdasarkan ahli di atas peneliti dapat menyimpulkan langkah-langkah

    pembelajaran model kerja kelompok adalah melalui tahapan sebagai berikut:

    1) Kegiatan Persiapan

    a) Merumuskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai

    b) Menyiapkan materi pembelajaran dan menjabarkan materi pembelajaran

    tersebut ke dalam tugas-tugas kelompok.

    c) Mengidentifikasi sumber-sumber yang akan menjadisasaran kegiatan

    kerja kelompok.

    d) Menyusun peraturan pembentukan kelompok cara kerja, saat memulai

    dan mengakhiri, dan tata tertib lainnya.

    2) Kegiatan Pelaksanaan

    a) Kegiatan Membuka Pelajaran

    b) Melaksanakan apersepsi, yaitu pertanyaan tentang materi pelajaran

    sebelumnya.

  • 29

    c) Memotivasi belajar dengan mengemukakan kasus yang ada kaitannya

    dengan materi pelajaran yang akan diajarkan

    d) Mengemukakan tujuan pelajaran dan berbagai kegiatan yang akan

    dikerjakan dalam mencapai tujuan pelajaran itu.

    3) Kegiatan Inti Pelajaran

    a) Mengemukakan lingkup materi pelajaran yang akan dipelajari

    b) Membentuk kelompok

    c) Mengemukakan tugas setiap kelompok kepada ketua kelompok atau

    langsung kepada semua siswa

    d) Mengemukakan peraturan dan tata tertib serta saat memulai dan

    mengakhiri kegiatan kerja kelompok.

    e) Mengawasi, memonitor, dan bertindak sebagai fasilitator selama siswa

    melakukan kerja kelompok.

    f) Pertemuan klasikal untuk pelaporan hasil kerja kelompok,

    pemberian balikan dari kelompok lain atau dari guru.

    4) Kegiatan Mengakhiri Pelajaran

    a) Meminta siswa merangkum isi pelajaran yang telah dikaji melalui kerja

    kelompok.

    Melakukan evaluasi hasil dan proses

    b) Melaksanakan tindak lanjut baik berupa mengajari ulang materi

    yang belum dikuasai siswa maupun memberi tugas pengayaan bagi

    siswa yang telah menguasai materi tersebut.

    2.4 Kajian Hasil Penelitian

    Penelitian menggunakan model kerja kelompok pernah dilakukan oleh

    Istiarini, Eka (2008) dengan judul skripsi “Upaya Peningkatan Minat Belajar

    Matematika Melalui Pembelajaran Remedial Kerja Kelompok (PTK

    Pembelajaran Matematika Kelas V SD Negeri 1 Bangsalan). Skripsi thesis,

    Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hasil penelitian ini dapat

    disimpulkan; (1) melalui pembelajaran remedial kerja kelompok dapat

    meningkatkan minat siswa dalam belajar matematika yang meliputi (a)

  • 30

    perasaan senang siswa sebanyak 19 siswa (76%), (b) perhatian siswa

    sebanyak 20 siswa (80%), (c) kemauan siswa sebanyak 17 siswa (68%), (d)

    konsentrasi siswa sebanyak 21 siswa (92%), (e) kesadaran siswa sebanyak 23

    siswa (92). (2) Peran aktif siswa dalam proses pembelajaran dapat

    meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditujukan dengan adanya

    peningkatan ketuntasan belajar siswa sebesar 72%.

    2.5 Kerangka Pikir

    Proses belajar mengajar yang terlaksana di dalam kelas pada umumnya

    dapat menimbulkan rasa bosan siswa ketika pembelajaran yang dilaksanakan

    berkesan terlalu prosedural. Artinya, guru melaksanakan pembelajaran secara

    sistematis sementara keadaan seperti ini umumnya tidak diinginkan siswa. Di

    samping itu, perangkat pembelajaran dalam hal ini buku-buku paket yang

    diberikan sebagai materi pembelajaran kepada siswa mengandung materi

    yang terlalu padat dan meluas pula, sehingga dapat menyebabkan

    ketidaktertarikan siswa untuk membaca materi pelajaran, terlebih lagi metode

    pembelajaran yang tidak tepat digunakan dalam proses belajar mengajar.

    Jika kondisi pembelajaran dalam kelas sebagaimana uraian di atas,

    maka guru ada baiknya melakukan upaya untuk mengubah metode

    pembelajaran yang digunakan, karena bukan tidak mungkin keadaan belajar

    siswa sebagaimana uraian di atas salah satunya disebabkan karena metode

    pembelajaran yang tidak sesuai dengan keinginan dan keadaan belajar siswa

    dalam kelas. Salah satu upaya yang dapat ditempuh guru adalah dengan

    menerapkan metode kerja kelompok sehingga aspek afektif dan kognitif

    siswa dapat dibangun secara maksimal. Dengan demikian, penggunaan

    metode pembelajaran kerja kelompok diharapkan dapat menimbulkan

    ketertarikan minat belajar siswa sehingga prestasi belajar siswa meningkat

    pula.

    Untuk memberikan gambaran singkat dan jelas terhadap tindakan yang

    akan dilaksanakan, maka berikut akan disajikan dalam skema kerangka pikir :

  • 31

    Gambar 2.1

    Skema Kerangka Berpikir tentang

    Hubungan Antara Penggunaan Metode Kerja Kelompok dan Prestasi Belajar

    2.6 Hipotesis Penelitian

    Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka rumusan hipotesisnya

    sebagai berikut : Penggunaan metode pembelajaran kerja kelompok pada

    pembelajaran matematika tentang bangun ruang sisi datar, dapat

    meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SDN Sunggingwarno 02 Gabus

    Kabupaten Pati Semester I Tahun 2011/2012.

    Prestasi belajar

    rendah di bawah

    KKM

    Siklus I Prestasi Belajar

    Meningkat

    Siklus II Prestasi

    Belajar meningkat

    lebih meningkat

    PBM

    Guru menggunakan

    metode ceramah

    Pembelajaran dg

    metode Kerja

    kelompok