bab ii kajian pustaka 2.1 landasan teori hakekat...

21
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Hakekat Pembelajaran Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa, Degeng(1997). Carey (1986: 7) menyatakan “Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus / dihasilkan respon terhadap situasi tertentu”. Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal, Gagne dan Briggs (1979: 3). Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik, Kunandar (2007: 265). Pembelajaranadalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar, (UU No. 20/2003, Bab I Pasal Ayat 20). Berdasarkan uraian di atas pembelajaran adalah suatu proses belajar siswa yang terjadi hubungan antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku yang lebih baik yang mempunyai sifat permanen atau relatif lama, dan di dalam proses pembelajaran melibatkan beberapa komponen yaitu antara siswa, guru, tujuan pembelajaran, isi pelajaran, metode pembelajaran, media, dan evaluasi pembelajaran. Dan di dalam pembelajaran hal tersebut saling berkaitan di dalam pembelajaran karena: 1. Siswa: Seorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. 2. Guru: Seseorang yang bertindak sebagai pengelola, katalisator, dan peran lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif.

Upload: ngoquynh

Post on 16-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Hakekat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8385/2/T1_292010604_BAB II.pdf · 3. Tujuan: Pernyataan tentang perubahan ... belajar dapat

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Hakekat Pembelajaran

Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa, Degeng(1997).

Carey (1986: 7) menyatakan “Pembelajaran adalah suatu proses dimana

lingkungan seseorang secara sengaja dikelola memungkinkan ia turut serta dalam

tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus / dihasilkan respon terhadap

situasi tertentu”. Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk

membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang,

disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses

belajar siswa yang bersifat internal, Gagne dan Briggs (1979: 3). Pembelajaran

adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga

terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik, Kunandar (2007: 265).

Pembelajaranadalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber

belajar pada suatu lingkungan belajar, (UU No. 20/2003, Bab I Pasal Ayat 20).

Berdasarkan uraian di atas pembelajaran adalah suatu proses belajar siswa

yang terjadi hubungan antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi

perubahan perilaku yang lebih baik yang mempunyai sifat permanen atau relatif

lama, dan di dalam proses pembelajaran melibatkan beberapa komponen yaitu

antara siswa, guru, tujuan pembelajaran, isi pelajaran, metode pembelajaran,

media, dan evaluasi pembelajaran. Dan di dalam pembelajaran hal tersebut saling

berkaitan di dalam pembelajaran karena:

1. Siswa: Seorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi

pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.

2. Guru: Seseorang yang bertindak sebagai pengelola, katalisator, dan peran

lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang

efektif.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Hakekat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8385/2/T1_292010604_BAB II.pdf · 3. Tujuan: Pernyataan tentang perubahan ... belajar dapat

8

3. Tujuan: Pernyataan tentang perubahan perilaku (kognitif, psikomotorik,

afektif) yang diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti kegiatan

pembelajaran.

4. Isi Pelajaran: Segala informasi berupa fakta, prinsip, dan konsep yang

diperlukan untuk mencapai tujuan.

5. Metode: Cara yang teratur untuk memberikan kesempatan kepada siswa

untuk mendapat informasi yang dibutuhkan mereka untuk mencapai tujuan.

6. Media: Bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan untuk

menyajikan informasi kepada siswa.

7. Evaluasi: Cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses dan

hasilnya.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar dari

guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada

diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan

baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama dan karena adanya usaha.

2.1.2 Outdoor Activities

1. Pengertian Outdoor Activities

Outdoor activities adalah kegiatan di alam bebas atau kegiatan di luar

kelas dan mempunyai sifat menyenangkan, karena kita bisa melihat, menikmati,

mengagumi dan belajar mengenai ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa yang

terbentang di alam, yang dapat disajikan dalam bentuk permainan,

observasi/pengamatan, simulasi, diskusi dan petualangan sebagai media

penyampaian materi, Indramunawar (2009).

Berdasarkan uraian di atas, outdoor activities adalah suatu kegiatan

pembelajaran di luar kelas yang dapat menambah aspek kegembiraan dan

kesenangsan bagi siswa sebagaimana layaknya seorang anak yang sedang bermain

di alam bebas dan outdoor activities juga dapat menumbuhkan rasa cinta akan

lingkungan karena dengan mengamati sendiri siswa akan mengetahui keindahan

alam dan cara untuk menjaga atau melestarikan lingkungan sekaligus dapat

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Hakekat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8385/2/T1_292010604_BAB II.pdf · 3. Tujuan: Pernyataan tentang perubahan ... belajar dapat

9

mewujudkan nilai-nilai spiritual siswa mengenai ciptaan Tuhan Yang Maha

Kuasa.

Dari teori di atas dapat ditarik kesimpulan outdoor activities adalah suatu

kegiatan pembelajaran di luar kelas yang berorientasi pada alam sekitar yang

mempunyai sifat menyenangkan dan dapat mewujudkan nilai spiritual siswa

mengenai keindahan ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa dengan cara mengamati,

menyelidiki, menemukan sendiri segala sesuatu ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa.

Peranan lingkungan sebagai sumber belajar sering dilupakan, padahal

sumber belajar dapat diperoleh dimana-mana termasuk di lingkungan sekitar anak,

menurut Anggani S (Hari Yuliarto, 2010). Sedangkan Abdurrahman(2007: 100)

mengungkapkan bahwa saat ini pembelajaran yang dilakukan masih belum

bermakna bahwa selama mengikuti pembelajaran di sekolah siswa jarang

bersentuhan dengan pendidikanyang berorientasi pada alam sekitar. Mempelajari

keadaan sebenarnya di luar kelas dengan menghadapkan para siswa kepada

lingkungan yang aktual untuk dipelajari, diamati dalam hubungannya dengan

proses belajar mengajar, cara ini lebih bermakna disebabkan para siswa

dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya secara alami,

sehingga lebih nyata, lebih faktual dan kebenarannya lebih dapat

dipertanggungjawabkan, W. Gulo (2004: 208). Alam sebagai media belajar

merupakan solusi ketika terjadi kejenuhan atas metodologi pendidikan di dalam

kelas. Pendidikan dan latihan di luar kelas dapat memperbaharui metodologi dan

dapat menggantikan proses pendidikan konvensional (kelas/ ruangan) yang selama

ini dilakukan secara masif. Akibatnya model pendidikan tersebut lebih

berorientasi pada nilai-nilai kuantitatif, bukan pada proses pengenalan lebih dalam

pada sumber-sumber pengetahuan, F Herry (Hari Yuliarto, 2010).

Berdasarkan uraian di atas bahwa kegiatan pembelajaran yang berorientasi

pada lingkungan luar kelas dapat digunakan sebagai sumber belajar karena

pembelajaran akan lebih bermakna jika sistem pembelajaran diprioritaskan di

alam sekitar atau sekitar lingkungan anak. Pembelajaran di luar kelas yang

berorientasi pada alam sekitar atau lingkungan, kebenarannya dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan dapat mengubah cara belajar yang

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Hakekat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8385/2/T1_292010604_BAB II.pdf · 3. Tujuan: Pernyataan tentang perubahan ... belajar dapat

10

monoton yang hanya mementingkan nilai kuantitatif saja tanpa mengedepankan

nilai kualitatif atau proses. Dan Outdoor activities dapat digunakan sebagai

pembelajaran yang berorientasi pada lingkungan luar kelas, karena outdoor

activities adalah kegiatan yang berada di alam bebas. Menurut uraian di atas

outdoor activities dapat diprioritaskan atau dapat digunakan di dalam setiap

pembelajaran.

Menurut Abulraihan (Hari Yuliarto, 2010) lingkungan bisa lingkungan

sekolah dan luar sekolah, yang terpenting bahwa aktivitas pembelajaran di luar

kelas yang dilakukan siswa, guru harus pandai-pandai memilih model atau jenis

pembelajaran yang tepat sesuai situasi lingkungan. Belajar tidak mesti di dalam

kelas, belajar dapat juga dilaksanakan di alam bebas, tatkala siswa-siswa sudah

jenuh di dalam kelas, Martinis Yamin (2007: 176).

Berdasarkan uraian di atas lingkungan di alam bebas atau luar kelas tidak

terlalu mendukung, tergantung jenis model pembelajaran sesuai dengan

lingkungan sekolah dan disesuaikan dengan keadaan di dalam diri siswa. Outdoor

activities dapat digunakan sebagai pembelajaran yang berorientasi pada

lingkungan luar kelas, karena outdoor activities adalah kegiatan yang berada di

alam bebas atau luar kelas. Menurut uraian di atas outdoor actvities dapat

digunakan jika sesuai dengan lingkungan sekolah atau keadaan di dalam diri

siswa.

Dari teori-teori di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa outdoor activities

yang berorientasi pada lingkungan luar kelas atau kegiatan pembelajaran luar

kelas dapat digunakan sebagai sumber belajar dan sebagai sumber-sumber

pengetahuan. Outdoor activities dapat digunakan pada setiap pembelajaran karena

pembelajaran outdoor activities kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan

secara ilmiah dan dapat mengubah cara belajar yang monoton yang hanya

mementingkan nilai kuantitatif saja tanpa mengedepankan nilai kualitatif atau

proses, artinya dalam program outdoor activities siswa secara aktif dilibatkan

secara langsung atau siswa dapat mengamati secara langsung sesuatu yang ada di

sekitar mereka. Outdoor activities juga mempunyai keunggulan yaitu kegiatan

pembelajaran ini mempunyai sifat menyenangkan, karena kita bisa melihat,

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Hakekat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8385/2/T1_292010604_BAB II.pdf · 3. Tujuan: Pernyataan tentang perubahan ... belajar dapat

11

menikmati, mengagumi dan belajar mengenai ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa

yang terbentang di alam dan di dalam pembelajaran outdoor activities kita dapat

memasukkan pembelajaran secara spiritual.

2. Manfaat Pembelajaran Outdoor Activities

Dengan outdoor activities, siswa mampu mengaitkan pelajaran dengan

kenyataan, juga dapat mengaitkan hubungan antar pelajaran yang mereka terima.

Anak-anak tidak hanya belajar di kelas, tetapi mereka belajar dari mana saja dan

dari siapa saja, Guru Pembimbing SMAN I Salatiga (2009). Selain belajar dari

buku, anak-anak juga belajar dari alam sekelilingnya. Anak-anak bukan belajar

untuk mengejar nilai, tetapi untuk bisa memanfaatkan ilmunya dalam kehidupan

sehari-hari. Dengan demikian pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran

bersifat integratif, komprehensif dan aplikatif sekaligus juga memahami

kemampuan dasar yang ingin ditumbuhkan kepada anak-anak adalah kemampuan

membangun jiwa keingintahuan, melakukan observasi, membuat hipotesa, serta

kemampuan berfikir ilmiah. Dengan outdoor activities mereka belajar tidak hanya

dengan mendengar penjelasan guru, tetapi juga dengan melihat, menyentuh,

merasakan, dan mengikuti keseluruhan proses dari setiap pembelajaran.

Manfaat Pembelajaran dengan outdoor activities menurut W. Gulo ( !990:

208) yaitu:

1. Meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, karena kegiatan belajar lebih

menarik dan tidak membosankan.

2. Siswa dapat memahami dan menghayati aspek-aspek kehidupan yang ada di

lingkungannya, sehingga dapat membentuk pribadi yang tidak asing dengan

kehidupan di sekitarnya, serta dapat memupuk rasa cinta lingkungan.

3. Hakikat belajar akan lebih bermakna sebab siswa dihadapkan dengan situasi

dan keadaan yang sebenarnya atau bersifat alami.

4. Bahan-bahan yang dapat dipelajari lebih kaya serta lebih faktual sehingga

kebenarannya lebih akurat.

5. Kegiatan belajar siswa lebih komprehensif dan lebih aktif sebab dapat

dilakukakan dengan berbagai cara seperti mengamati, bertanya atau

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Hakekat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8385/2/T1_292010604_BAB II.pdf · 3. Tujuan: Pernyataan tentang perubahan ... belajar dapat

12

wawancara, membuktikan atau mendemonstrasikan, menguji fakta, dan lain-

lain.

6. Sumber belajar menjadi lebih kaya sebab lingkungan yang dapat dipelajari

bisa beraneka ragam seperti lingkungan sosial, lingkungan alam dan

lingkungan buatan.

7. Mencegah siswa belajar hanya pada tingkat verbal saja

8. Melatih siswa untuk mengkontruk konsep dari pengalaman-pengalaman yang

menyenangkan.

9. Memberikan informasi teknis, kepada peserta secara langsung

10. Pengajaran dapat lebih merangsang kreativitas anak.

Berdasarkan uraian di atas pembelajaran dengan outdoor activities siswa

dapat membangun pengalamam belajarnya atau pengetahuannya sendiri karena

siswa belajar dengan mencari, menyilidiki, mengamati sehingga siswa dapat

membangun konsepnya sendiri dan siswa juga terlibat langsung dalam kegiatan

pembelajaran (learning by doing) sehingga siswa akan segera mendapat umpan

balik tentang dampak dari kegiatan yang dilakukan. Pembelajaran outdoor

activities kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah atau secara

objektif dan jujur karena outdoor activities dipelajari dengan cara mengamati,

bertanya atau wawancara, membuktikan atau mendemonstrasikan, menguji fakta

dan tidak hanya sebatas pada tingkat verbal atau penjelasan saja. Outdoor

activities juga dapat menumbuhkan rasa cinta akan lingkungan karena dengan

mengamati sendiri siswa akan mengetahui keindahan alam dan cara untuk

menjaga atau melestarikan lingkungan, siswa juga akan lebih termotivasi karena

mereka sendirilah yang mencari atau menyelidiki untuk membangun pengalaman

atau pengetahuannya sendiri, karena hal itulah pembelajaran dengan outdoor

activities lebih menarik.

Dapat disimpulkan kegiatan pembelajaran di luar kelas atau outdoor

activities bahwa penyampaian suatu pesan pendidikan melalui sebuah pengalaman

langsung cepat meresap ke daya tangkap pikiran manusia. Sehingga siswa di

dalam belajar akan lebih memahami materi yang disampaikan oleh guru. Karena

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Hakekat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8385/2/T1_292010604_BAB II.pdf · 3. Tujuan: Pernyataan tentang perubahan ... belajar dapat

13

siswa belajar secara langsung berdasarkan pengalaman yang mereka dapatkan,

dan siswa belajar tidak hanya dengan mendengar penjelasan guru, tetapi dengan

cara mengamati, menyelidiki, mencari, bertanya atau wawancara, membuktikan

atau mendemonstrasikan, menguji fakta sehingga kebenarannya dapat

dipertanggungjawabkan secara jujur dan objektif atau secara ilmiah.

3. Implementasi Pembelajaran dengan Outdoor Activities

Penyampaian suatu pesan pendidikan melalui sebuah pengalaman

langsung cepat meresap kedaya tangkap pikiran manusia. Dan dalam

menggunakan lingkungan sebagai media dan sumber belajar didalam proses

pembelajaran memerlukan persiapan dan perencanaan yang seksama dari guru.

Tanpa perencanaan yang matang kegiatan belajar siswa bisa tidak terkendali,

sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai dan siswa tidak melakukan kegiatan

belajar yang diharapkan.

Prosedur mempersiapkan pembelajaran dengan outdoor activities

(experiental learning) menurut Oemar Hamalik (2003: 47) sebagai berikut:

a. Guru merumuskan dengan teliti pengalaman belajar yang direncanakan untuk

memperoleh hasil yang potensial atau memiliki alternatif hasil.

b. Menentukan bentuk kegiatan yang akan dipakai, kegiatan outdoor activities ini

dapat divariasi sendiri oleh guru. Misalnya: dalam satu materi dapat dilakukan

dengan berbagai bentuk, seperti dalam tema yang lain seperti lingkungan.

c. Guru berusaha menyajikan pengalaman yang bersifat menantang dan

memotivasi.

d. Menentukan waktu pelaksanaan kegiatan. Kegiatan outdoor activities ini dapat

dilaksanakan dalam pembelajaran atau dapat juga dilaksanakan di luar jam

pelajaran.

e. Menentukan rute perjalanan outdoor activities, dapat dilakukan satu kelas

bersama-sama. Outdoor activities dapat menggunakan rute di sekitar sekolahan

atau di lingkungan warga sekitar.

f. Siswa dapat bekerja secara individual dan dapat bekerja dalam kelompok-

kelompok kecil.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Hakekat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8385/2/T1_292010604_BAB II.pdf · 3. Tujuan: Pernyataan tentang perubahan ... belajar dapat

14

g. Para siswa secara aktif berperan serta dalam pembentukan pengalaman.

h. Setelah semua persiapan selesai maka tahap selanjutnya pelaksanaan kegiatan

outdoor activities yaitu guru menjelaskan tentang aturan dalam pembelajaran

dengan outdoor activities.

Pembelajaran berdasarkan pengalaman ini menyediakan suatu alternatif

pengalaman belajar bagi siswa yang lebih luas daripada pendekatan yang

diarahkan oleh guru kelas. Strategi ini menyediakan banyak kesempatan belajar

secara aktif, personalisasi dan kegiatan-kegiatan belajar yang lainnya bagi para

siswa untuk semua tingkat usia. Pembelajaran dengan outdoor activities ini guru

dapat menginternalisasikan dimensi spiritual ke dalam kegiatan belajar siswa, agar

apa yang siswa pelajari dapat mendekatkan siswa kepada Allah SWT (Sang

Pencipta). Dan setelah kegiatan outdoor activities, guru bersama siswa membahas

kembali apa yang telah dilaksanakan. Metode yang digunakan yaitu metode

diskusi, dimana akan diperoleh pendapat yang berbeda dan bervariasi antara siswa

yang satu dengan yang lainnya. Guru bertugas memfasilitasi dalam menyisipkan

makna (misal pesan moral, sikap dan kerjasama).

Menurut teori belajar Rogers (Wiji Suwarno, 2008: 74) penerapan

pembelajaran dengan penggunaan lingkungan, yaitu:

1. Keinginan untuk belajar

Anak diberikan kebebasan untuk memuaskan keingintahuan mereka tanpa

dihalangi oleh ruang kelas, yang dapat “mematikan” daya kreativitas siswa.

2. Belajar secara signifikan

Proses belajar ditujukan bukan untuk mengejar nilai, tapi untuk bisa

memanfaatkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari. Menjadikan anak

memiliki logika berpikir yang baik, sehingga dapat digunakan untuk

menyelesaikan berbagai permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Anak

memperoleh sekaligus pengetahuan beserta penerapannya dalam kehidupan

pribadinya maupun bermasyarakat. Sehingga sumber daya manusia yang

dihasilkan bukanlah orang-orang yang mampu berteori tetapi juga mampu

mengaplikasikannya.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Hakekat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8385/2/T1_292010604_BAB II.pdf · 3. Tujuan: Pernyataan tentang perubahan ... belajar dapat

15

3. Belajar tanpa ancaman

Belajar di alam terbuka, secara naluriah akan menimbulkan suasana fun tanpa

tekanan dan jauh dari kebosanan. Dengan demikian akan tumbuh kesadaran

pada anak-anak bahwa learning is fun, dan sekolah menjadi identik dengan

kegembiraan sehingga inti pokok pembelajaran dapat diserap dengan baik

4. Belajar atas inisiatif sendiri

Anak-anak belajar tidak hanya selama jam belajar sekolah. Mereka dapat

belajar dari apapun dan kapanpun. Dengan sistem belajar yang berorientasi

pada lingkungan yang telah membiasakan mereka untuk belajar secara aktif

dan mandiri, membuat mereka menemukan, memilih, dan mencari tahu sendiri

apa yang ingin diketahuinya.

5. Belajar dan berubah

Sehingga mereka diharapkan akan mampu beradaptasi dengan situasi

lingkungan yang selalu dinamis.

Menurut Guru Pembimbing SMA Negeri I Salatiga (2009), proses

pembelajaran outdoor activities dilaksanakan melalui empat tahapan sebagai

berikut :

1. Adanya suatu aktivitas, para peserta terlibat secara fisik, intelektual, maupun

emosional dalam upaya memperoleh pengetahuan atau keterampilan yang

diperlukan.

2. Adanya proses diskusi, para peserta tidak hanya belajar secara individual, tapi

juga bisa belajar kelompok sehingga akan lebih memperkaya dan menambah

aspek kedalaman pemahaman aspek yang sedang dipelajari.

3. Adanya proses perenungan, secara individual, para peserta didorong untuk

menginternalisasikan konsep, pengetahuan, dan keterampilan yang baru saja

diperoleh dalam kegiatan mereka sehari – hari.

4. Adanya proses rancangan tindak lanjut/penerapan, proses ini berguna untuk

melatih dan menyempurnakan proses belajar berbagai keahlian yang baru saja

didapatkan para peserta.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Hakekat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8385/2/T1_292010604_BAB II.pdf · 3. Tujuan: Pernyataan tentang perubahan ... belajar dapat

16

Dari uraian di atas ada terdapat persamaanpendapat antara Oemar

Hamalik dan Guru Pembimbing SMA Negeri I Salatiga, yaitu di dalam kegiatan

pembelajaran siswa aktif di dalam pembentukan pengalaman dan pengetahuan di

dalam pembelajaran dan siswa belajar secara kelompok dengan diskusi, dan

menyisipkan pesan moral mengenai ciptaan Tuhan YME, sikap dan kerjasama

sebagai pemantapan di dalam pembelajaran, serta hasil pembelajaran diharapkan

siswa mampu untuk mengaplikasikannya di dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Oemar Hamalik sebelum melaksanakan pembelajaran outdoor activities

guru harus merumuskan pengalaman belajar yang akan direncanakan, menyajikan/

mengajak siswa dengan pengalaman yang bersifat memotivasi, menentukan

waktu perjalanan, dan rute perjalanan serta menjelaskan aturan kegiatan

pembelajaran luar kelas. Sedangkan menurut Guru Pembimbing SMAN I Salatiga

di dalam kegiatan akhir pembelajaran guru dan siswa menyimpulkan hasil

pembelajaran yang mereka dapatkan, guru memberikan evaluasi kepada siswa

untuk mengetahui seberapa jauh tingkat pemahaman siswa di dalam

pembelajaran. Menurut pendapat Rogers di dalam belajar siswa harus belajar

tanpa tekanan dan di dalam suasana menyenangkan.

Dapat disimpulkan langkah- langkah pembelajaran dalam menggunakan

pembelajaran outdoor activiti

Tabel 2.1

Kesimpulan Langkah-langkah Pembelajaran Outdoor Activities

No. Tahap

pelaksanaan Kegiatan

1. Perencanaan Guru merumuskan dan mengembangkan indikator

yang akan dicapai oleh siswa nanti

Guru menyajikan pengalaman belajar yang

bersifat memotivasi

Guru mempersiapkan perlengkapan belajar yang

diperlukan

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Hakekat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8385/2/T1_292010604_BAB II.pdf · 3. Tujuan: Pernyataan tentang perubahan ... belajar dapat

17

No. Tahap

pelaksanaan Kegiatan

Guru merencanakan membagi kelompok-

kelompok siswa

Guru menetapkan tujuan objek serta lamanya

waktu observasi

2. Pelaksanaan Guru menjelaskan keadaan lokasi objek secara

global

Guru menetapkan teknik mempelajari objek

Guru membahas pembagian kelompok-kelompok

siswa

Guru mengajak siswa menuju lokasi pengamatan

Kerjasama kelompok

Guru dan siswa melakukan tanya jawab

Guru mengajak siswa masuk ke dalam kelas

Siswa mendiskusikan hasil pengamatan di kelas

yang dipandu oleh guru

Guru dan siswa melakukan pembahasan hasil

diskusi dari tiap-tiap kelompok

Guru menciptakan suasana belajar tanpa tekanan

dan suasana menyenangkan.

Pemanfaatan sumber pembelajaran

3. Kegiatan akhir Kesimpulan

Pemantapan dengan cara para siswa didorong

untuk menginternalisasikan konsep, pengetahuan,

dan keterampilan yang baru saja diperoleh dalam

kegiatan mereka sehari – hari.

Tindak lanjut

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Hakekat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8385/2/T1_292010604_BAB II.pdf · 3. Tujuan: Pernyataan tentang perubahan ... belajar dapat

18

2.1.2 Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar

tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Hasil belajar dapat berupa

dampak pengajaran dan dampak pengiring, Kedua dampak tersebut

bermanfaat bagi guru dan siswa.

Winkel (1996 : 162) mengatakan bahwa hasil belajar adalah suatu bukti

keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan

kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. Sedangkan

Nasution, S (1996 : 17) menyatakan bahwa hasil belajar adalah

kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat.

Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yaitu :

Kognitif, Afektif, Psikomotorik.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat dijelaskan bahwa hasil

belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki oleh peserta didik

dalam menerima, menolak, dan menilai informasi – informasi yang

diperoleh dalam proses belajar mengajar. Hasil belajar peserta didik dapat

diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat

memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya hasil belajar peserta didik.

2. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor – Faktor yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik

adalah faktor interen dan faktor eksteren.

a. Faktor Interen

Faktor Interen adalah faktor yang timbul dari dalam individu itu

sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor interen yaitu

kecerdasan / intelegensi, bakat, minat, dan motivasi.

1). Kecerdasan / Intelegensi

Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk

menyesuaikan diri dengan keadaan yang di hadapinya. Menurut kartono

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Hakekat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8385/2/T1_292010604_BAB II.pdf · 3. Tujuan: Pernyataan tentang perubahan ... belajar dapat

19

(1995 : 56) kecerdasan merupakan salah satu aspek yang penting dan

sangat menentukan berhasil tidaknya studi seseorang. Muhibbin (1999 :

56) menyatakan bahwa semakin tinggi kemampuan intelegensi seseorang

maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya,

semakin rendah kemampuan intelegensi seseorang maka semakin kecil

peluangnya untuk meraih sukses.

Dari pendapat di atas jelaslah bahwa intelegensi yang baik

merupakan faktor yang sangat penting bagi seorang anak dalam belajar.

2). Bakat

Bakat adalah kemapuan tertentu yang telah dimiliki seseorang

sebagai kecakapan pembawaan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh

Ngalim Purwanto (1986 : 28) bahwa “bakat dalam hal ini lebih dekat

pengertiannya dengan kata atitude yang berarti kecakapan, yaitu mengenai

kesanggupan-kesanggupan tertentu”. Muhhibin (1996 : 136) mengatakan

bahwa bakat diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan

tugas tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan.

Dari pendapat di atas jelaslah bahwa tumbuhnya keahlian tertentu

pada seseorang sangat ditentukan oleh bakat yang dimilikinya. Dalam

proses belajar terutama belajar keterampilan, bakat memegang peranan

penting dalam mencapai prestasi belajar.

3). Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan

mengenai beberapa kegiatan. Menurut Winkel (1996 : 24) minat adalah

kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada hal

tertentu dan merasa senang berkecimung dalam hal tersebut. Sedangkan

Slameto (1995 57) mengatakan bahwa minat adalah kecenderungan yang

tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan yang

diminati seseorang.

Berdasarkan pendapat diatas, jelaslah bahwa minat mempunyai

peranan yang besar terhadap keberhasilan suatu proses belajar seseorang.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Hakekat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8385/2/T1_292010604_BAB II.pdf · 3. Tujuan: Pernyataan tentang perubahan ... belajar dapat

20

4). Motivasi

Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut

merupakan keadaan yang mendorong siswa untuk melakukan belajar.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Nasution (1995 : 73) bahwa motivasi

adalah segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.

Sedangkan Sardiman (1992 : 77) mengatakan bahwa motivasi

adalah suatu hal yang menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu.

b. Faktor Ekstern

Faktor eksteren adalah faktor – faktor yang dapat mempengaruhi

hasil belajar yang sifatnya di luar diri peserta didik yaitu beberapa

pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan sekitarnya dan sebagainya.

Pengaruh lingkungan ini pada umunya bersifat positif dan tidak

memberikan paksaan kepada individu. Slameto (1995 : 60) menyatakan

bahwa faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah keadaan

keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat.

2.1.4 Ilmu Pengetahuan Alam

1. Pengertian IPA

Hakikat ilmu pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari

tentang fenomena alam dan segala sesuatu yang ada di alam. IPA merupakan

pengetahuan yang ilmiah, yaitu pengetahuan yang diperoleh secara ilmiah. Hal ini

sebagaimana yang dikemukakan oleh Powler (Khalimah, 2010). Proses

pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk

mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara

ilmiah, Usman Samatowa (2006). Pendidikan IPA adalah lebih dari sekedar

kumpulan yang dinamakan fakta. IPA merupakan kumpulan pengetahuan dan

juga proses. Pembelajaran IPA di sekolah di harapkan memberi berbagai

pengalaman pada anak yang mengijinkan mereka melakukan berbagai

penelusuran ilmiah yang relevan, Agus. S. (Khalimah, 2010).

Secara sistematis, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara

mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Hakekat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8385/2/T1_292010604_BAB II.pdf · 3. Tujuan: Pernyataan tentang perubahan ... belajar dapat

21

penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau

prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan

IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri

sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam

menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan IPA dapat

dimasukkan dalam klasifikasi ilmu pendidikan karena dimensi pendidikan IPA

sangat luas dan sekurang-kurangnya meliputi unsur-unsur (nilai-nilai) sosial

budaya, etika, moral dan agama. Oleh sebab itu, belajar IPA bukan hanya sekedar

memahami konsep ilmiah dan aplikasi dalam masyarakat, melainkan juga untuk

mengembangkan berbagai nilai yang terkandung dalam dimensi Pendidikan IPA.

Dan dari penjelasan di atas dapat disimpulkan Pengertian IPA, IPA

merupakan ilmu yang mempelajari tentang segala sesuatu yang terdapat di alam,

baik itu zat yang terkandung atau gejala yang terdapat di alam. IPA merupakan

pengetahuan mempunyai kebenaran melalui metode ilmiah baik secara induktif

ataupun deduktif, dengan ciri: objektif, metodik, sistimatis, universal, dan tentatif.

2. Pembelajaran IPA

Pendidikan IPA adalah IPA lebih dari sekedar kumpulan yang dinamakan

fakta. IPA merupakan kumpulan pengetahuan dan juga proses. Pembelajaran IPA

di sekolah diharapkan memberi berbagai pengalaman pada anak yang mengijinkan

mereka melakukan berbagai penelusuran ilmiah yang relevan, KTSP (2006).

Pandangan konstruktivis dalam pembelajaran mengatakan, bahwa anak-

anak diberi kesempatan agar menggunakan strateginya sendiri dalam belajar

secara sadar, sedangkan guru yang membimbing siswa ke tingkat pengetahuan

yang lebih tinggi, (Abruscato, 1999). Ide pokoknya adalah siswa secara aktif

membangun pengetahuan mereka sendiri, otak siswa sebagai mediator, yaitu

memproses masukan dari dunia luar dan menentukan apa yang mereka pelajari.

Pembelajaran merupakan kerja mental aktif, bukan menerima pengajaran dari

guru secara pasif. Dalam kerja mental siswa, guru memegang peranan penting

dengan cara memberikan dukungan, tantangan berfikir, melayani sebagai pelatih

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Hakekat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8385/2/T1_292010604_BAB II.pdf · 3. Tujuan: Pernyataan tentang perubahan ... belajar dapat

22

atau model, namun siswa tetap merupakan kunci pembelajaran Von Glaserfelt

(Paul Suparno, 1997: 67).

Menurut teori perkembangan kognitif Piaget (Wiji Suwarno 2008: 58)

bahwa anak membangun sendiri skemanya serta membangun konsep-konsep

melalui pengalaman- pengalamannya. Piaget membedakan perkembangan

kognitif seorang anak menjadi empat taraf, yaitu 1) taraf sensori motor (0- 2 th),

(2) taraf pra-operasional (2- 7 th), (3) taraf operasional konkrit (7- 11 th), dan (4)

taraf operasional formal (11- 15 th). Walaupun ada perbedaan individual dalam

hal kemajuan perkembangan, tetapi teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh

siswa tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun

pertumbuhan itu berlangsung pada kecepatan yang berbeda. Perkembangan

kognitif sebagian besar bergantung seberapa jauh anak memanipulasi dan aktif

berinteraksi dengan lingkungan. Piaget (dalam Wiji Suwarno, 2008: 58)

menyatakan peran guru sebagai fasilitator, bukan sebagai pemberi informasi.

Guru perlu menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi siswa-siswanya

dan membantu siswa menghubungkan antara apa yang sudah diketahui siswa

dengan apa yang sedang dan akan dipelajari (Abruscato, 1999). Prinsip-prinsip

Piaget dalam pengajaran diterapkan dalam program-program yang menekankan

pembelajaran melalui penemuan dan pengalaman-pengalaman nyata dan

pemanipulasian alat, bahan, atau media belajar yang lain serta peranan guru

sebagai fasilitator yang mempersiapkan lingkungan dan memungkinkan siswa

dapat memperoleh berbagai pengalaman belajar.

Dari uraian di atas, satu prinsip paling penting dalam pendidikan adalah

bahwa guru tidak dapat hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa

agar secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat

memberikan kepada siswa atau peserta didik pemahaman yang lebih tinggi,

dengan catatan siswa sendirilah yang harus membangun pengetahuan mereka

sendiri. Tugas guru bukan lagi sebagai pentransfer pengetahuan dari otaknya

kepada otak siswa. Tugas guru berubah menjadi lebih sebagai fasilitator yang

membantu agar siswa sendiri belajar dan menekuni bahan yaitu dengan

menggunakan ketrampilan proses.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Hakekat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8385/2/T1_292010604_BAB II.pdf · 3. Tujuan: Pernyataan tentang perubahan ... belajar dapat

23

Terdapat Implikasi teori kognitif Piaget pada pendidikan yaitu:

1. Memusatkan perhatian kepada berfikir atau proses mental anak, tidak sekedar

kepada hasilnya. Selain kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami

proses yang digunakan anak sehingga sampai pada jawaban tersebut.

Pengalaman-pengalaman belajar yang sesuai dikembangkan dengan

memperhatikan tahap fungsi kognitif dan hanya jika guru penuh perhatian

terhadap metode yang digunakan siswa untuk sampai pada kesimpulan tertentu,

barulah dapat dikatakan guruberada dalam posisi memberikan pengalaman

yang dimaksud.

2. Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif

dalam kegiatan belajar. Dalam kelas, Piaget menekankan bahwa pengajaran

pengetahuan jadi (ready made knowledge) tidak mendapat tekanan, melainkan

anak didorong menemukan sendiri pengetahuan itu melalui interaksi spontan

dengan lingkungan. Oleh karena itu, selain mengajar mempersiapkan

beranekaragam kegiatan secara langsung dengan dunia fisik.

3. Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan

perkembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh dan

melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu

berlangsung pada kecepatan yang berbeda.

Menurut uraian di atas dapat disimpulkan ketrampilan proses dalam

pembelajaran IPA.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Hakekat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8385/2/T1_292010604_BAB II.pdf · 3. Tujuan: Pernyataan tentang perubahan ... belajar dapat

24

Tabel 2.2

Kesimpulan Ketrampilan Proses Pembelajaran IPA

Ketrampilan

Proses IPA

Definisi

Mengamati Mempergunakan semua indera menyadari adanya objek

atau alat bantu untuk memperluas pengamatan.

Mengklasifikasikan Menyusun atau mendistribusikan objek, kejadian, atau

informasi dalam golongan-golongan menurut satu

sistem.

Membuat model Memperagakan informasi dengan mempergunakan alat

atau ilustrasi grafik atau alat-alat lain.

Merumuskan

hipotesis

Menyusun suatu pernyataan yang bersifat tentatif yang

merupakan jawaban sementara.

Membuat

generalisasi

Menarik kesimpulan dari hal-hal yang khusus.

Membuat inferensi Membuat kesimpulan berdasarkan pengetahuan yang

dimiliki untuk menjelaskan pengetahuan.

Menginterpretasikan

data

Menganalisis data yang didapat dan

mengorganisasikannya dengan cara menentukan pola

yang nyata atau menentukan keterhubungan antara data-

data.

Mengambil

keputusan

Mengidentifikasi alternatif-alternatif dan memilih

tindakan-tindakan alternatif setelah mendasarkan

penentuan pada alasan yang tepat.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan atau yang hampir sama dengan penelitian ini

adalah “ Pembelajaran Inovatif Pemanfaatan Outbond Sains Sebagai Sarana

dalam Mewujudkan Meaningfull Learning” oleh Agus Rosmanto, tahun 2009.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Hakekat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8385/2/T1_292010604_BAB II.pdf · 3. Tujuan: Pernyataan tentang perubahan ... belajar dapat

25

Dalam penelitian “ Pembelajaran Inovatif Pemanfaatan Outbond Sains Sebagai

Sarana dalam Mewujudkan Meaningfull Learning” ini penulis menggunakan

pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) yang berorientasi pada

pendidikan luar ruang (outbound education), yang sarat dengan permainan yang

menantang, mengandung nilai-nilai pendidikan, dan mendekatkan siswa dengan

alam dalam mata pelajaran Sains/ IPA, dengan tujuan untuk mengembangkan

kemampuan spiritual siswa. Dan di dalam penelitian ini peneliti mengharapkan

pembelajaran dengan pemanfaataan Outbond Sains dapat mewujudkan

Meaningfull Learning atau mewujudkan nilai-nilai spiritual siswa karena

pembelajaran di luar ruang dengan alam sebagai orientasi atau sebagai tempat

belajar, siswa diharapkan mampu menghargai dan memelihara segala sesuatu

ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, karena di jaman sekarang orang-orang yang

peduli dengan alam sudah jarang ditemukan. Pembelajaran yang berorientasi pada

alam untuk meningkatkan kepedulian kita terhadap segala ciptaan Tuhan Yang

Maha Esa harus sering dan tetap terus kita terapkan.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Agus Rosmanto (2009)

didapatkan bahwa berdasarkan Kurikulum Sains SD, Sains merupakan cara

mencari tahu tentang alam sekitar secara sistematis untuk mengusai pengetahuan,

fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap

ilmiah. Pendidikan Sains bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri

dan alam sekitar. Pendidikan Sains menekankan pada pemberian pengalaman

langsung dan kegiatan praktis untuk mengembangkan kompetensi agar siswa

memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan Sains diarahkan untuk mencari

tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman

yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Idealnya, pembelajaran Sains

digunakan sebagai wahana bagi siswa untuk menjadi ilmuwan, terutama siswa

SD. Melalui pembelajaran Sains di sekolah siswa dilatih berpikir, membuat

konsep ataupun dalil melalui pengamatan, dan percobaan. Namun hal tersebut

berbeda dengan realita di lapangan masih terkendala untuk mewujudkan idealita

tersebut. Kajian ini bertujuan menggali bagaimana lingkungan pembelajaran lebih

menarik dengan memunculkan penggunaan pembelajaran inovatif melalui

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Hakekat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8385/2/T1_292010604_BAB II.pdf · 3. Tujuan: Pernyataan tentang perubahan ... belajar dapat

26

Outbond Sains sebagai sarana mewujudkan meaningful learning. Pada dasarnya,

diskusi ini difokuskan pada kemanfaatan outbond dalam membelajarkan siswa

menjadi manusia seutuhnya, yang dapat menginternalisasikan dimensi spiritual ke

dalam kegiatan belajar siswa.

2.3 Kerangka Berpikir

Adapun alur kerangka pemikiran yang ditujukan untuk mengarahkan

jalannya penelitian agar tidak menyimpang dari pokok-pokok permasalahan,

maka kerangka pemikiran dilukiskan dalam sebuah gambar skema agar penelitian

mempunyai gambaran yang jelas dalam melakukan penelitian. Adapun skema itu

adalah sebagai berikut:

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Hakekat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8385/2/T1_292010604_BAB II.pdf · 3. Tujuan: Pernyataan tentang perubahan ... belajar dapat

27

Mulanya tingkat pemahaman siswa masih rendah dalam pelajaran IPA

khususnya tentang“Memahami hubungan antara sumber daya alam dengan

lingkungan, teknologi dan masyarakat”, kemudian diadakan tindakan yaitu

penggunaan outdoor activities dengan pengamatan di alam terbuka pada mata

pelajaran IPA dalam memahami hubungan antara sumber daya alam dengan

lingkungan, teknologi dan masyarakat.Siswa mengalami peningkatan pemahaman

dan prestasi belajar dalam memahami hubungan antara sumber daya alam dengan

lingkungan, teknologi dan masyarakat.

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran, maka dapat

dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut: “Jika dalam

proses belajar mengajar guru menggunakan pembelajaran Outdoor activities dapat

meningkatkan hasil belajar IPA kelas IV SDN 02 Kalimanggis Kecamatan

Kaloran, Kabupaten Temanggung”.

Kondisi Awal

Tingkat pemahaman siswa masih rendah dalam

pelajaran IPA khususnya tentang memahami

hubungan antara sumber daya alam dengan

lingkungan, teknologi dan masyarakat.

Diadakan

tindakan

Penggunaan outdoor activities yaitu dengan

pengamatan di alam terbuka pada mata pelajaran IPA

dalammemahami hubungan antara sumber daya alam

dengan lingkungan, teknologi dan masyarakat.

Kondisi Akhir

Pemahaman siswa meningkat dalam memahami

hubungan antara sumber daya alam dengan

lingkungan, teknologi dan masyarakat.