bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori -...
TRANSCRIPT
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 KAJIAN TEORI
Deskripsi teoretis merupakan kajian teori yang menjadi landasan dalam sebuah
penelitian, hal ini penting sebab setiap penelitian harus ada teori yang menjadi dasar
acuannya. Dari deskripsi teoretis tergambarkan pengertian tiap-tiap variabel yang diteliti,
sehingga tidak menimbulkan salah pengertian atau pengertian ganda.
2.1.1 Metode Pembelajaran
Pada dasarnya guru adalah seorang pendidik. Pendidik adalah orang dewasa dengan
segala kemampuan yang dimilikinya untuk dapat mengubah psikis dan pola pikir anak
didiknya dari tidak tahu menjadi tahu serta mendewasakan anak didiknya. Salah satu hal yang
harus dilakukan oleh guru adalah dengan mengajar di kelas. Salah satu yang paling penting
adalah performance guru di kelas. Bagaimana seorang guru dapat menguasai keadaan kelas
sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan. Dengan demikian guru
harus menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didiknya.
Banyak metode mengajar digunakan oleh para guru dalam proses belajar mengajar.
Semua metode mengajar itu dapat diterapkan. “Metode adalah cara yang teratur dan terpikir
baik-baik untuk mencapai suatu maksud tertentu, cara menyelidiki (mengajar dan
sebagainya)”. (W.J.S Poerwadarminta, 1986:646). Menurut Joni dalam bukunya “Strategi
Belajar Mengajar” adalah sebagai berikut: Metode mengajar adalah cara, yang fungsinya
merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dengan cara-cara yang dilaksanakan untuk mencapai
tujuan pengajaran.
Beberapa macam metode pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam
mendukung keberhasilan pembelajaran antara lain:
a. Metode Ceramah
b. Metode Diskusi
c. Metode Demonstrasi
d. Metode Resitasi
7
e. Metode Eksperimental
f. Metode Study Tour, dll
Metode tersebut digunakan sesuai dengan materi pembelajaran yang akan
disampaikan dan karakteristik siswa yang dihadapi.
2.1.2 Metode Demonstrasi
Demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk
mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta atau data yang benar. Metode
demonstrasi merupakan metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan
mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik
sebenarnya atau hanya sekadar tiruan. Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas
dari penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa
hanya sekadar memerhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran
lebih konkret. Dalam strategi pembelajaran, demonstrasi dapat digunakan untuk mendukung
keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri.
a. Kelebihan dan Kelemahan Metode Demonstrasi
Sebagai suatu metode pembelajaran demonstrasi memiliki beberapa kelebihan, di
antaranya:
1) Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat dihindari, sebab
siswa disuruh langsung memperhatikan bahan pelajaran yang dijelaskan.
2) Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tak hanya mendengar, tetapi
juga melihat peristiwa yang terjadi.
3) Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki kesempatan untuk
membandingkan antara teori dan kenyataan. Dengan demikian siswa akan lebih
meyakini kebenaran materi pembelajaran.
Di samping beberapa kelebihan, metode demonstrasi juga memiliki
beberapa kelemahan, di antarannya:
1) Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang, sebab tanpa
persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal sehingga dapat menyebabkan
metode ini tidak efektif lagi. Bahkan sering terjadi untuk menghasilkan pertunjukan
8
suatu proses tertentu, guru harus beberapa kali mencobanya terlebih dahulu,
sehingga dapat memakan waktu yang banyak.
2) Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang memadai yang
berarti penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan yang lebih mahal
dibandingkan dengan ceramah.
3) Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang khusus,
sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih profesional. Di samping itu demonstrasi
juga memerlukan kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan
proses pembelajaran siswa.
b. Langkah-langkah Menggunakan Metode Demonstrasi
Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan ada beberapa hal yang harus dilakukan:
1) Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah proses demonstrasi
berakhir.
2) Persiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan.
3) Lakukan uji coba demonstrasi.
Tahap Pelaksanaan
1) Langkah pembukaan.
Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, di
antaranya:
a) Aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat memperhatikan
dengan jelas apa yang didemonstrasikan.
b) Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa.
c) Kemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh siswa, misalnya siswa
ditugaskan untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting dari pelaksanaan
demonstrasi.
2) Langkah pelaksanaan demonstrasi.
a) Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa untuk
berpikir, misalnya melalui pertanyaanpertanyaan yang mengandung teka-teki
sehingga mendorong siswa untuk tertarik memperhatikan demonstrasi.
9
b) Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana yang
menegangkan.
c) Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan
memerhatikan reaksi seluruh siswa.
d) Berikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut
sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi itu.
3) Langkah mengakhiri demonstrasi.
Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu diakhiri
dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan
demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini diperlukan untuk
meyakinkan apakah siswa memahami proses demonstrasi itu atau tidak. Selain
memberikan tugas yang relevan, ada baiknya guru dan siswa melakukan evaluasi
bersama tentang jalannya proses demonstrasi itu untuk perbaikan selanjutnya.
2.1.3 Media Pembelajaran
a. Pengertian media
Menurut poerwadarminta (1988:578) media berasal dari kata medium yang secara
harfiah berarti perantara. Sedangkan pembelajaran menurut TIM MKDK IKIP Semarang
(sekarang UNNES) (1996:10) menyebutkan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar yang
dilakukan guru untuk membantu siswa dalam memahami pelajaran tertentu. Dari pengertian
diatas dapat dikatakan bahwa media pembelajaran adalah alat yang digunakan oleh guru
sebagai perantara untuk membantu siswa dalam materi tertentu.
Dari dua pengertian maka dapat dikatakan bahwa media pembelajaran adalah alat
yang digunakan oleh guru untuk membantu siswa dalam materi pelajaran tertentu.
Memperhatikan pengertian media pembelajaran ini maka secara luas dapat dikatakan bahwa
semua alat atau benda yang digunakan sebagai alat untuk membantu siswa dalam
memahami makna makna pelajaran.Media pembelajaran dibagi menjadi dua kelompok yaitu
media canggih dan media sederhana. Media canggih adalah media yang hanya dapat dibuat
pabrik yang terdiri dari komponen yang rumit dan biasanya memerlukan listrik dalam
penyajiannya, sedangkan media sederhana adalah yang dibuat gurudan dalam
penggunaanya tidak memerlukan listrik, yang terdiri atas gambar diam, analis, display dan
realita.
10
Menurut Deni Setiawan (2006: 2.5) menyebutkan bahwa media chart adalah suatu
media datar yang menggambarkan keadaan tertentu. Sedangkan kartu kalimat merupakan
lembaran kertas yang berisikan kalimat tertentu. Dalam perbaikan pembelajaran media chart
digunakan untuk membantu siswa menentukan letak dari ruang dalam rumah. Sedang kartu
kalimat merupakan sarana untukmemperjelas tempat ruangan dalam rumah.
b. Fungsi Media Pembelajaran
Secara umum manfaat media dalam dalam proses pembelajaran adalah
memperlancar interaksi antara guru dan siswa, sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih
efektif dan efisien. Tetapi secara lebih khusus ada beberapa manfaat media yang lebih rinci.
Beberapa manfaat media dalam pembelajaran yaitu:
1) menyampaikan materi dapat diseragamkan;
2) proses pembelajaran lebih jelas;
3) proses pembelajaran lebih efiktif;efisien dalam waktu dan tenaga;
4) meningkatkan hasil kualitas belajar siswa;
5) media memungkinkan proses belajar mengajar dapat dilakukan dimana saja;
6) media dapat menumbuhkan sikap positif secara terhadap materi dan proses belajar;
7) mengubah peran guru, bukan hanya sebagai sumber ilmu tetapi sebagaifasilitator dan
motifator.
2.1.4 Matematika
a. Pengertian matematika
H. D. Klausterman dalam The Liang Gie (1993:21) Matematika adalah ilmu dalam
hal menghitung dan hal mengukur, yang diambil dalam arti seluas-luasnya dan didalamkan
sampai akibat-akibat yang sejauh-jauhnya. Bertrand Russel dalam hadiwijoyo (1986:4)
Matematika ialah sain yang menarik kesimpulan–kesimpulan yang diperlukan. Matematika
adalah sain yang berhubungan dengan deduksi secara logis akibat–akibat dari pangkal
pendapat umum dari semua penalaran.
W.W Swayer dalam The Liang Gie (1993:28) matematika adalah dipakai dalam
suatu cara yang tidak setiap orang dapat menyetujuinya. Ini dipahami dalam suatu makna
yang amat luas mencakup hampir setiap macam keteraturan yang dapat dikenali oleh pikiran.
b. Teori Pembelajaran Matematika
1) Teori Ausubel
11
Teori makna (meaning theory) dari Ausubel (Brownell dan Chazal)
mengemukakan pentingnya pembelajaran bermakna dalam mengajar matematika.
Kebermaknaan pembelajaran akan membuat kegiatan belajar lebih menarik, lebih
bermanfaat, dan lebih menantang, sehingga konsep dan prosedur matematika akan
lebih mudah dipahami dan lebih tahan lama diingat oleh peserta didik.
2) Teori Vygotsky
Teori Vigotsky berusaha mengembangkan model konstruktivistik belajar
mandiri dari Piaget menjadi belajar kelompok. Dalam membangun sendiri
pengetahuannya, peserta didik dapat memperoleh pengetahuan melalui kegiatan yang
beraneka ragam dengan guru sebagai fasilitator.
3) Teori Jerome Bruner
Teori Bruner berkaitan dengan perkembangan mental, yaitu kemampuan
mental anak berkembang secara bertahap mulai dari sederhana ke yang rumit, mulai
dari yang mudah ke yang sulit, dan muali dari yang nyata atau konkret ke yang abstrak.
Secara lebih jelas bruner menyebut tiga tindakan dalam mengakomodasikan keadaan
peserta didik, yaitu:
a) tahap enactive (manipulasi objek langsung),
b) tahap iconic (manipulasi objek tidak langsung), dan
c) tahap symbolic (manipulasi symbol).
2.1.5 Belajar
Teori tentang belajar telah di kemukakan oleh banyak ahli di bidang pendidikan.
Diantaranya adalah menyatakan behwa teori belajar mendeskripsikan pembelajaran:
a. Usaha guru menyentuh tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan
agar terjadi hubungan stimulus (lingkungan) dengan tingkah laku si pelajar menurut
aliran behavioristik.
b. Cara guru memberikan kesempatan kepada si pelajar untuk berfikir agar memahami
apa yang dipelajari, menurut aliran kognitif.
c. Memberikan kebebasan kepada si pelajar untuk memilih buku pelajaran dan cara
mempelajari sesuai dengan minat dan kemampuannya, menurut aliran humanistik.
12
Jean Piaget mengemukakan tiga prinsip utama pembelajaran yaitu:
a. Belajar aktif yaitu anak sendiri yang lebih aktif dalam proses belajar mengajar.
b. Belajar lewat interaksi social yaitu anak dapat belajar bersama teman lainnya maupun
orang lain disekitar anak berinteraksi.
c. Belajar lewat pengalaman sendiri, anak langsung praktek dalam proses pembelajaran
agar menimbulkan pengalaman-pengalaman yang bermanfaat.
d. Belajar yang dimaksud adalah perubahan kegiatan karena reaksi terhadap lingkungan
dan bersifat permanen atau tidak bersifat sementara. Sedangkan menurut Sardiman
menyatakan bahwa belajar adalah “berubah” dalam hal ini yang dimaksud belajar
adalah usaha mengubah tingkah laku.
Jadi belajar akan membawa sesuatu perubahan pada individu-individu yang belajar.
Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan perubahan ilmu pengetahuan, tetapi juga
berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian
diri. Jelasnya menyangkut segala aspek organisme dan tingkah laku pribadi seseorang.
Mengajar adalah hak yang harus diraih, dan diberikan siswa, bukan oleh Depatemen
Pendidikan. Belajar dari segala devinisinya adalah kegiatan full-contack. Dengan kata lain
belajar melibatkankan semua aspek kepribadian manusia, pikiran, perasaan, dan bahasa
tubuh, disamping pengetahuan, sikap, dan keyakinan sebelumnya serta persepsi mendatang.
Dengan demikian karena belajar berurusan dengan orang secara keseluruhan, hak untuk
memudahkan belajar tersebut harus diberikan oleh Guru dan diraih oleh Siswa.
Mengingat mengajar pada hakikatnya merupakan upaya guru dalam menciptakan
situasi belajar, metode yang digunakan guru diharapkan mampu menumbuhkan berbagai
kegiatan belajar bagi pelajar sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. Dengan perkataan
lain proses belajar mengajar merupakan proses interaksi edukatif antara guru yang
menciptakan suasana belajar dan pelajar yang memberi respon terhadap upaya guru
tersebut. Oleh sebab itu metode mengajar yang baik adalah metode yang dapat
menumbuhkan kegiatan belajar mengajar bagi pelajar dan upaya guru dalam memilih model
pembelajaran yang baik.
Berdasarkan pengertian tersebut di atas maka pada prinsipnya tujuan belajar adalah
sama saja yaitu perubahan tingkah laku menjadi lebih baik. Sedangkan yang membedakan
13
hanyalah cara atau usaha mencapai tujuan belajar tersebut. Beberapa hal yang berkaitan
dengan belajar adalah sebagai berikut:
a. Situasi belajar harus bertujuan.
b. Tujuan belajar timbul dari kehidupan anak itu sendiri.
c. Hasil belajar yang utama ialah pola tingkah laku yang bulat.
d. Proses belajar terutama mengerjakan hal-hal yang sebenarnya, belajar apa yang
diperbuat dan mengerjakan apa yang dipelajari.
e. Kegiatan-kegiatan dan hasil belajar dipersatukan dan dihubungkan dengan tujuan
dalam situasi belajar.
f. Peserta didik memberikan reaksi secara keseluruhan, dari lingkungan yang bermakna
baginya, dan diarahkan serta dibantu oleh orang-orang yang berada dalam lingkungan
itu.
Belajar juga didefinisikan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku sebagai
hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-
perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.
Belajar merupakan perubahan tingkah laku bisa berbentuk kecakapan, kebiasaan,
sikap, pengertian, pengetahuan, atau apresiasi (penerimaan atau penghargaan). Perubahan
tersebut bisa meliputi keadaan dirinya, pengetahuan atau perbuatannya. Orang yang sudah
melakukan perbuatan belajar sudah bisa merasakan lebih baik, bahagia, lebih pandai
menjaga kesehatan, memanfaatkan alam sekitar, meningkatkan pengabdian untuk
kepentingan umum, serta dapat berbicara lebih baik.
2.1.6 Hasil belajar dan penilaian
Kata “hasil” menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya aktivitas atau proses
yang mengakibatkan berubahnya input secara profesional. Sedangkan belajar adalah proses
perubahan tingkah laku individu. Jadi hasil belajar adalah suatu perolehan akibat proses
perubahan tingkah laku individu. Hasil belajar seseorang diharapkan selalu mengalami
peningkatan agar pembelajaran yang di lakukannya menjadi bermakna.
Hasil balajar merupakan hasil kemampuan kecakapan dan keterampilan serta sikap
yang dinilai pada siswa berupa angket-angket dari hasil pengukuran dengan test. Hasil belajar
14
dapat diartikan sebagai tingkat kemampuan aktual yang dapat diukur berupa penguasaan ilmu
pengetahuan, sikap dan keterampilan sehingga hasil dari proses belajar mengajar. Jadi
Hasil belajar diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri seseorang
esudah melakukan kegiatan belajar.
Hasil belajar merupakan kemampuan secara kuwalitatif lebih tinggi bila dibandingkan
dengan kemampuan yang telah dimiliki sebelumya. Hasil belajar tersebut biasanya diukur
melalui ulangan atau test untuk memperolah suatu angka indeks dalam menentukan berhasil
tidaknya siswa dalam belajar.
Dalam merancang penilaian pembelajaran yang mendidik perlu diperhatikan prinsip-
prinsip penilaian sebagai berikut:
a. Integral dan Komprehensif
Penilaian dilakukan secara utuh dan menyeluruh terhadap semua aspek pembelajaran.
b. Kesinambungan
Penilaian dilakukan secara terencana dan terus menerus dan bertahap untuk
memperoleh gambaran tentang perkembangan tingkahlaku peserta didik sebagai hasil
dari proses belajar.
c. Obyektif
Penilaian dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang handal dann dilaksanakan
secara obyektif.
d. kemampuan membaca, menulis, dan berhitung
e. mengacu pada indikator-indikator dari masing-masing kompetensi dasar dari setiap mata
pelajaran.
f. Penilaian terhadap proses dan hasil belajar peserta didik.
g. Hasil karya atau hasil kerja peserta didik dapat digunakan sebagai bahan masukan guru
dalam mengambil keputusan.
Gagne mengungkapkan ada lima kategori hasil belajar yakni informasi verbal,
kecakapan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan keterampilan. Sementara Bloom
15
mengungkapkan tiga kawasan tujuan pengajaran yang merupakan kemampuan seseorang
yang harus dicapai dan merupakan hasil belajar yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Beberapa fungsi hasil belajar:
a. Hasil belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai
oleh siswa.
b. Hasil belajar sebagai lambang pemuas hasrat ingin tahu.
c. Hasil belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan, asumsinya bahwa hasil
belajar dapat dijadikan pendorong bagi siswa dalam meningkatkan IPTEK serta berperan
sebagai umpan balik dalam meningkatkan mutu pendidikan.
Menurut Nana Sudjana hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses belajar
mengajar yang optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik pada diri
siswa. Siswa tidak mengeluh dengan Hasil yang rendah dan ia akan berjuang lebih keras
untuk memperbaikinya atau setidaknya mempertahankan apa yang telah dicapai.
b. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya dan
percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia
berusaha sebagaimana mestinya.
c. Hasil belajar yang dicapai bermakna dari dirinya, seperti akan tahan lama diingat,
membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dan
kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya.
d. Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni mencakup
ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik,
keterampilan atau perilaku.
e. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri terutama
dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan
usaha belajarnya.
Pembelajaran akan lebih menarik dan berhasil bila dihubungkan dengan
pengalaman, dalam hal ini anak bisa melihat, mencoba, mengecap, berbuat, berfikir dan
sebagainya. Salah satu cara untuk membantu keadaan pembelajaran tersebut diatas yaitu
16
dengan menggunakan media. Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk
jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar pesan dari
pengirim ke penerima pesan.
Waktu dan model pembelajaran sangat penting dalam proses pembelajaran karena
didalam proses pembelajaran itu merupakan proses komunikasi antara guru dan siswa.
Dalam proses komunikasi, guru dapat menyampaikan apa yang dimilikinya kepada siswa
dengan tujuan agar pengetahuan yang dimilikinya dapat pula dimiliki oleh siswanya. Oleh
karena itu setiap guru atau orang yang bertindak sebagai komunikator diharapkan memikirkan
cara-cara komunikasi yang efektif agar pengetahuan, pengalaman, atau gagasan yang
dikomunikasikan dapat ditangkap, dipahami, dan dipelajari oleh orang lain.
Adapun dalam membuat penilaian menggunakan skala penilaian 1-100. Hal ini
memungkinkan melakukan penilaian yang lebih halus karena terdapat 100 bilangan bulat.
Nilai 5,5 dan 6,4 dalam skala 1-10 yang biasanya dibulatkan menjadi 6, dalam skala 1-100 ini
boleh dituliskan dengan 55 dan 64.
Setelah diketahui nilai dengan menggunakan skala 1-100 langkah selanjutnya
adalah membuat penafsiran terhadap angka-angka yang sudah jadi dengan menggunakan:
a. Melihat pada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) apabila nilainya dibawah KKM maka
belum tuntas, dan nilai sama dengan atau lebih dari KKM maka tuntas.
b. Skala huruf dan keterangan interpretasinya. Dalam hal ini memakai pedoman dari
Suharsimi Arikunto dengan membuat tabel penilaian sebagai berikut:
Angka 1-100 Huruf Keterangan
80-100 A Baik Sekali
66-79 B Baik
56-65 C Cukup
40-55 D Kurang
30-39 E Gagal
2.1.7 Bilangan bulat
Menurut (Moeliono, 1998:116) Bilangan bulat merupakan bilangan yang bukan
pecahan. Sedangkan (Jaelani, 2005:27) bilangan bulat adalah bilangan yang terdiri atas
bilangan bulat positif, bilangan nol, dan bilangan bulat negatif.
. . . . . . . . . . . . . . . .
-8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8
bilangan bulat negatif nol bilangan bulat positif
17
Selain media mistar hitung, penggunaan manik positi negatif sangat membantu
dalam pemahaman konsep operasi hitung bilangan bulat untuk siswa kelas IV.
adalah manik postif
adalah manik negatif
Dalam penggunaannya harus memahami konsep pengurangan (diambil),
penjumlahan (ditambah) sehingga tanda positif dan negatif tidak salah dalam operasi
hitung bilangan bulat. Apabila terdapat pasangan manik positif dan negatif maka
nilainya nol (0).
Seperti contoh berikut ini:
4 + (-2) = ... (artinya, empat manik positif ditambah dua manik negatif)
4 manik – manik positif =
2 manik – manik negatif =
hasilnya = 0 + 0 + 2 manik positif
2.1.8 Penggunaan Manik-manik melalui metode demonstrasi
Dalam penggunaannya, dapat melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1. Guru menjelaskan cara penggunaan manik-manik.
2. Siswa dibagikan manik-manik secara berkelmpok maupun individu.
3. Siswa bersama guru mendemonstrasikan manik-manik tersebut pada pengerjaan latihan
yang sudah disediakan oleh guru.
4. Siswa mendemonstrasikan sendiri cara menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat
dengan menggunakan manik-manik.
2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Peningkatan hasil belajar matematikadengan menerapkan model STAD. Dengan media
manik-manik pada siswa kelas 2 SD Sumur 03 May Syaroh Lies Wurtanti mahasiswa
IKSW 2011. Inggit Megasari juga pernan meniliti dengan judul “Meningkatkan Hasil
18
Belajar Matematika dengan Metode Demonstrasi”, kerja kelompok dengan mediamanik-
manik pada siswa kelas 4 SD Surjo 03 Kecamatan Bawang Kabupaten Batang. Di dalam
peneliian tersebut juga terbukti hasil belajar siswa meningkat.
2.3 KERANGKA BERPIKIR
Siswa kelas IV SD Negeri Surjo 02 Kecamatan Bawang pada mata pelajaran
Matematika secara umum mempunyai hasil belajar yang baik. Rata-rata nilai sudah diatas
Kriteri Ketuntasan Minimal yaitu diatas 65. Namun apabila memasuki materi bilangan
bulat akan menemui banyak permasalahan yang menimbulkan banyak peserta didik yang
memperoleh nilai di bawah KKM. Dapat ditarik kesimpulan meskipun secara umum mata
pelajaran matematika sudah baik, namun khusus pada materi bilangan bulat masih
rendah.
Kemampuan siswa pada materi bilangan bulat harus ditingkatkan. Jadi, muncullah
masalah mendesak yang harus segera dipecahkan, yaitu ”Bagaimana cara meningkatkan
kemampuan matematika pada materi bilangan bulat bagi siswa Kelas IV SD Negeri Surjo
02?
Untuk mengatasi masalah tersebut, maka Guru Kelas IV SD Negeri Surjo 02
Kecamatan Bawang berkolaborasi dengan dosen pembimbing dan Kepala Sekolah
bermaksud untuk menerapkan metode demonstrasi, dengan tujuan meningkatkan hasil
belajar siswa. Hal ini dapat dilihat pada diagram berikut:
Diagram
Alur Pemikiran Peningkatan Hasil Belajar Matematika Pada Materi Bilangan Bulat Melalui Metode Demonstrasi dan Media manik-manik
Hasil belajar matematika rendah
Hasil belajar matematika meningkat
Pembelajaran matemtika abstrak “menggunakan media manik-manik”
Pembelajaran matemtika konfensinal “menggunakanmetode demonstrasi”
19
2.4 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah:
“Dengan menggunakan metode demonstrasidan media manik dalam pembelajaran
matematika pada bilangan bulat, maka hasil belajar matematika pada siswa kelas IV
SDN Surjo 02 Kabupaten Batang akan meningkat”