bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1 pengertian ilmu pengetahuan sosial · 2019. 10....

31
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi (Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi). Pada saat ini peserta didik menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh sebab itu, mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis (Sapriya, 2012:194). Dengan demikian berarti Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan bidang pengetahuan yang digali dari kehidupan praktis sehari-hari karena ilmu sejarah, geografi serta ekonomi adalah hal-hal yang ditemui dalam kehidupan sekitar kita dalam kelangsungan hidup bersama di dalam masyarakat. Masyarakat ialah sumber serta objek kajian materi pendidikan IPS, yaitu berpijak pada kenyataan hidup yang riil (nyata). Ilmu Pengetahuan Sosial adalah salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial (BNSP, 2006:1). Lain halnya dengan apa yang di ungkapkan Kristin, F (2016:76) IPS adalah ilmu yang mempelajari berbagai disiplin ilmu yang terpadu berkaitan dengan manusia dan lingkungannya. Pendapat yang berbeda juga diungkapkan oleh Rahmaningrum, M (2016:914) bahwa keberadaan IPS sebagai mata pelajaran di sekolah sudah tidak terbantahkan kelahirannya karena adanya kebutuhan masyarakat maju yang beradap, adil, makmur, dan sejahtera. Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan salah satu

Upload: others

Post on 07-Feb-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Kajian Teori

    2.1.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

    Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji

    seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu

    sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah,

    sosiologi, dan ekonomi (Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi).

    Pada saat ini peserta didik menghadapi tantangan berat karena kehidupan

    masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh sebab itu, mata

    pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses

    pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di

    masyarakat.

    Mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan,

    pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam

    memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis (Sapriya, 2012:194). Dengan

    demikian berarti Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan bidang pengetahuan yang

    digali dari kehidupan praktis sehari-hari karena ilmu sejarah, geografi serta

    ekonomi adalah hal-hal yang ditemui dalam kehidupan sekitar kita dalam

    kelangsungan hidup bersama di dalam masyarakat. Masyarakat ialah sumber serta

    objek kajian materi pendidikan IPS, yaitu berpijak pada kenyataan hidup yang riil

    (nyata). Ilmu Pengetahuan Sosial adalah salah satu mata pelajaran yang diberikan

    mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB yang mengkaji seperangkat

    peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial (BNSP,

    2006:1). Lain halnya dengan apa yang di ungkapkan Kristin, F (2016:76) IPS

    adalah ilmu yang mempelajari berbagai disiplin ilmu yang terpadu berkaitan

    dengan manusia dan lingkungannya. Pendapat yang berbeda juga diungkapkan

    oleh Rahmaningrum, M (2016:914) bahwa keberadaan IPS sebagai mata pelajaran

    di sekolah sudah tidak terbantahkan kelahirannya karena adanya kebutuhan

    masyarakat maju yang beradap, adil, makmur, dan sejahtera. Berdasarkan

    beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan salah satu

  • 8

    mata pelajaran perpaduan dari mata pelajaran geografi, ekonomi, ilmu

    politik, ilmu hukum, sejarah, antropologi, psikologi, dan generalisasi yang

    mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan

    dengan isu sosial yang terpadu berkaitan dengan manusia dan lingkungannya.

    Pada jenjang sekolah dasar IPS adalah perpaduan mata pelajaran sejarah, geografi,

    dan ekonomi.

    2.1.1.1 Hakikat Pembelajaran IPS

    Hakikat pembelajaran IPS ialah telaah tentang manusia dan dunianya.

    Manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup bersama dengan sesamanya. Dalam

    kehidupannya manusia menghadapi tantangan-tantangan yang berasal dari

    lingkungannya maupun sebagai hidup bersama. IPS memandang manusia dari

    berbagai sudut pandang. IPS melihat bagaimana manusia hidup dengan

    sesamanya, dengan tetangganya dari lingkungan dekat sampai yang jauh.

    Bagaimana keserasian hidup antara lingkungannya baik dengan sesama manusia

    maupun lingkungan alamnya. Bagaimana mereka melakukan aktivitas untuk

    memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan kata lain bahan kajian atau belajar IPS

    adalah manusia dengan lingkungannya (Hidayati, dkk, 2010:8).

    2.1.1.2 Tujuan Pembelajaran IPS

    Pendidikan IPS bertujuan membina anak didik menjadi warga negara yang

    baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian sosial yang

    berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat dan negara. Nursid Sumaatmaja

    (Hidayati, dkk, 2010:1-24).

    Tujuan utama IPS menurut Nursid Sumaatmaja (Trianto, 2007:121) adalah

    untuk mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap lingkungan beserta

    masalah sosial yang terjadi di masyarakat, terampil dalam mengatasi setiap

    masalah yang terjadi didalam kehidupan sehari-hari, baik masalah yang menimpa

    dirinya maupun menimpa orang lain.

  • 9

    Mengenai tujuan mata pelajaran IPS di SD BNSP menyebutkan (2006:159)

    yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan:

    a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat

    dan lingkungannya;

    b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin

    tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan

    sosial;

    c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

    kemanusiaan; dan

    d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama, dan berkompetisi

    dalam masyarakat yang majemuk baik di tingkat lokal, nasional, dan

    global.

    Berdasarkan kedua pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari

    pembelajaran IPS ialah dapat mengembangkan kemampuan dalam lingkungannya

    dan melatih anak didik untuk menempatkan dirinya dalam masyarakat yang

    demokratis, serta menjadikan negaranya sebagai tempat hidup yang lebih baik

    sehingga mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan serta dapat

    memcahkan masalah sosial dengan menemukan solusi hingga dapat

    menyeleseikan masalah pribadi dan masalah sosial dengan baik.

    Tujuan IPS akan tercapai melalui kompetensi peserta didik yang

    ditetapkan pada Standar Kompetensi (SK) dan dirinci ke dalam Kompetensi Dasar

    (KD). Tabel dibawah ini menjelaskan tentang standar isi yang digunakan di

    jenjang pendidikan sekolah dasar pada kelas 5.

  • 10

    Tabel 2.1

    Standar Isi Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

    Standar Isi IPS Kelas 5 Semester II

    Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

    2. Menghargai peranan tokoh

    pejuang dan masyarakat dalam

    mempersiapkan dan

    mempertahankan kemerdekaan

    Indonesia.

    2.1.Mendeskripsikan perjuangan para

    to-Koh pejuang pada pada penjajah

    Belanda dan Jepang.

    2.2.Menghargai jasa dan peranan

    tokoh perjuangan dalam

    mempersiapkan kemerdekaan

    Indonesia.

    2.1.1.3 Ruang Lingkup Pembelajaran IPS

    Pada jenjang pendidikan dasar, ruang lingkup pengajaran IPS dibatasi

    sampai pada jenjang dan masalah sosial yang dapat dijangkau pada geografi dan

    sejarah. Terutama gejala dan masalah sosial kehidupan sehari-hari yang ada di

    lingkungan sekitar peserta didik di SD.

    Ruang lingkup pembelajaran IPS meliputi aspek-aspek (BNSP, 2006:2)

    sebagai berikut:

    a. Manusia, tempat dan lingkungan

    b. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan

    c. Sistem sosial dan budaya

    d. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan

    Ruang lingkup pembelajaran IPS tidak lain adalah kehidupan sosial

    manusia di masyarakat. Aspek kehidupan sosial, ekonomi, budaya, kejiwaan,

    sejarah, geografi, ataukah itu politik, bersumber dari masyarakat.

    2.1.1.4 Pembelajaran IPS di SD

    Berdasarkan tujuan IPS di SD/MI yang telah dijelaskan sebelumnya,

    dibutuhkan suatu pembelajaran yang tepat agar tujuan dapat tercapai. Pelajaran di

    SD harus memperhatikan kebutuhan anak usia SD.

    Menurut Piaget (Gunawan, 2013:82), perkembangan kemampuan

    intelektual/kognitif anak usia 7-11 tahun (usia SD) berada pada tingkat konkret

  • 11

    operasional. Mereka memandang dunia dalam keseluruhan yang utuh dan

    menganggap tahun yang akan datang sebagai waktu yang masih jauh. Yang

    mereka pedulikan ialah sekarang (konkret) dan bukan masa depan yang belum

    pernah dipahami (abstrak). Padahal, bahan materi IPS penuh dengan konsep-

    konsep yang bersifat abstrak, seperti waktu, perubahan, kesinambungan, arah

    mata angin, lingkungan, ritual, dan nilai yang harus dibelajarkan di SD. Oleh

    karena itu, perlu ada strategi pembelajaran yang sesuai untuk mengkaji konsep-

    konsep abstrak itu agar dipahami oleh anak.

    Sesuai dengan karakteristik anak dan IPS SD, penerapan pembelajaran

    yang aktif, kreatif, dan menyenangkan akan memungkinkan siswa mengerjakan

    kegiatan yang beragam untuk mengembangkan keterampilan, sikap, dan

    pemahaman dengan penekanan belajar sambil bekerja. Sementara itu, guru perlu

    menggunakan berbagai sumber dan media belajar termasuk pemanfaatan

    lingkungan supaya pemebelajaran lebih menarik, menyenangkan, dan efektif, agar

    tujuan dari pelajaran IPS dapat tercapai.

    2.1.2 Model pembelajaran

    Model adalah suatu analog konseptual yang digunakan untuk menyarankan

    bagaimana sebaiknya meneruskan penelitian empiris tentang suatu masalah. Jadi

    model ialah suatu struktur konseptual yang telah berhasil dikembangkan dalam

    suatu bidang, dan sekarang diterapkan, terutama untuk membimbing penelitian

    dan berpikir dalam bidang lain, biasanya dalam bidang yang belum begitu

    berkembang Marx (dalam Ratna 2011:13).

    Albert bandura (dalam Khoe Yao Tung 2015:169) mengemukakan:

    “Learning would be exceedingly laborious, not to mention hazardous, if people

    had tp rely solely on the effects of their own actions to infrom them what to do.

    Fortunately, most human behavior is learned observationally through modeling:

    from observing others one forms an idea of how new behaviors are performed,

    and on later occasions this coded information serves as a guide for action.”

    Mencermati teori Bandura tersebut belajar merupakan pekerjaan melelahkan dan

    juga berbahaya, apabila orang hanya semata-mata mengandalkan efek dari

  • 12

    tindakan mereka sendiri dalam menginformasikan apa yang harus mereka

    lakukan. Beruntungnya, sebagian besar perilaku manusia dapat dipelajari dengan

    observasi melalui pemodelan: dari mengamati orang lain, seseorang mendapatkan

    ide tentang bagaimana perilaku baru dibentuk, dan pada kesempatan kemudian

    informasi berupa kode ini menjadi panduan tindakan.

    Menurut Joyce (Trianto, 2007:49), menyatakan bahwa model

    pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai

    pedoman dalam merencanakan pembelajaran dalam tutorial dan untuk

    menentukan perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film,

    komputer, kurikulum dan lain-lain. Selanjutnya, Joyce menyatakan bahwa setiap

    model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk

    membantu peserta didik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

    2.1.3 Model Pembelajaran Active Learningt

    2.1.3.1 Pengertian Model Pembelajaran Active Learning

    Pemilihan model pembelajaran merupakan salah satu hal penting yang

    harus dipahami oleh setiap guru. Model pembelajaran Active Learning

    (pembelajaran aktif) adalah salah satu pembelajaran yang dapat membuat siswa

    aktif dengan melibatkan siswa dalam belajar yaitu dengan maksud untuk

    mengoptimalkan semua potensi yang dimiliki dan siswa tertuju pada proses

    pembelajaran yang diterapkan. Dalam menciptakan pembelajaran aktif Warsono

    dan Hariyanto (2013:12) menjelaskan bahwa pembelajaran aktif mengkondisikan

    agar siswa selalu melakukan pengalaman belajar yang bermakna dan senantiasa

    berpikir tentang apa yang dilakukannya selama pembelajaran.

    Pembelajaran aktif terjadi jika siswa aktif melakukan kegiatan

    pembelajaran sehingga pengalaman belajar yang siswa lakukan akan selalu

    diingat. Dalam belajar perlu adanya aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar itu

    adalah berbuat (Learning by doing), yang bermakna siswa melakukan kegiatan

    dalam pembelajaran hal ini ditegaskan oleh Sardiman (2012:103). Dapat

    dikatakan pembelajaran yang baik adalah belajar dari pengalaman dengan

    berlandaskan aktivitas. Sama halnya dengan apa yang di kemukakan oleh

  • 13

    Baharun, H (2015:37) bahwa pendekatan Active Learning merupakan strategi

    belajar mengajar yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan untuk

    mencapai keterlibatan siswa agar efektif dan efisien dalam belajar membutuhkan

    berbagai pendukung dalam proses belajar dan dari sarana belajar.

    Beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran aktif

    siswa tidak hanya medengarkan penjelasan guru tetapi siswa melakukan aktivitas

    seperti melihat, mendengarkan, bertanya dengan guru atau teman, melakukan

    kegiatan, dan mengajarkan pada siswa lainnya dengan demikian siswa dapat

    menguasai materi pembelajaran. Pembelajaran aktif ditujukan agar siswa belajar

    secara individu maupun kelompok dalam mempelajari materi dan menyeleseikan

    tugas. Cara terbaik untuk meningkatkan pembelajaran aktif Silberman (2013:124)

    mengungkapkan bahwa dengan cara memberikan tugas kepada siswa untuk

    dikerjakan dalam kelompok kecil sehingga mendapatkan dukungan dari sesama

    siswa, perbedaan sudut pandang, pengetahuan, dan keterampilan menjadikan

    pembelajaran kolaboratif bagian yang berharga dalam suasana pembelajaran di

    kelas.

    2.1.3.2 Karakteristik Model Pembelajaran Active Learning

    Pembelajaran Active Learning (belajar aktif) pada dasarnya berusaha untuk

    memperkuat, memperlancar stimulus dan respons peserta didik, diharapkan proses

    pembelajaran menjadi hal yang mneyenangkan, tidak menjadi hal yang

    membosankan bagi mereka. Pembelajaran aktif dapat membantu ingatan

    (memori) peserta didik, sehingga mereka dapat dihantarkan kepada tujuan

    pembelajaran dengan sukses.

    Menurut Bonwell (Runtut, 2009:156), pembelajaran aktif mempunyai

    karakteristik-karakteristik sebagai berikut:

    a. Penekanan dalam proses pembelajaran sebenarnya bukan pada

    penyampaian informasi yang disampaikan pengajar melainkan pada

    pengembangan ketrampilan pemikiran analitis dan kritis terhadap topik

    atau permasalahan yang dibahas.

  • 14

    b. Peserta didik tidak hanya menjadi pendengar materi pelajaran secara pasif

    tetapi mengerjakan sesuatu yang bersangkutan dengan materi pelajaran,

    c. Penekanan di aplikasikan pada explorasi nilai-nilai dan sikap-sikap

    berkenaan dengan materi pelajaran yang diberikan,

    d. Secara mayoritas peserta didik dituntut untuk berpikir kritis, menganalisa

    dan mengevaluasi,

    e. Umpan-balik yang lebih cepat diharapkan terjadi dalam proses

    pembelajaran.

    2.1.3.3 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Active Learning

    Terdapat beberapa yang manjadi kelebihan dan kelemahan model

    pembelajaran Active Learning sebagai berikut:

    Menurut Silberman (2011:31-34) ada beberapa kekhawatiran dalam

    pembelajaran aktif yang bisa menjadi kendala atau kelemahan dalam

    pembelajaran aktif, yaitu:

    a. Kegiatan pembelajaran aktif dikhawatirkan hanya merupakan kumpulan

    permainan.

    b. Lebih berfokus pada kegiatan sehingga siswa kurang memahami materi

    yang dipelajari.

    c. Menyita banyak waktu.

    d. Ada kemungkinan siswa akan menyampaikan informasi yang salah dalam

    metode belajar aktif berbasis kelompok.

    e. Butuh banyak persiapan dan kreativitas.

    Dalam pembelajaran aktif memang ada beberapa kelemahan, namun juga

    memiliki beberapa kelebihan, diantaranya (Hisyam Zaini, 2008: 14-17) :

    a. Mengajak siswa secara aktif terlibat langsung dalam pembelajaran.

    b. Penerapan proses pembelajaran siswa terlibat aktif secara fisik, tidak

    hanya mentalnya.

    c. Suasana lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat maksimal.

    d. Bagi pengajar yang sibuk, pembelajaran aktif sangat membantu dalam

    melaksanakan tugas-tugas keseharian.

  • 15

    2.1.3.4 Macam-macam Metode Pembelajaran Active Learning

    Adapun macam-macam model pembelajaran Active Learning menurut

    Hisyam zaini (2008: 2-50) adalah sebagai berikut:

    a. Critical Incident (Pengalaman Penting)

    Strategi ini sering digunakan untuk memulai kegiatan

    pembelajaran. Tujuannya ialah untuk melibatkan peserta didik sejak awal

    dengan melihat pengelaman mereka.

    Langkah-langkah:

    a) Menyampaikan topik atau materi.

    b) Memberi kesempatan beberapa menit pada peserta didik untuk

    mengingat-ingat pengalaman mereka yang berkaitan dengan topik

    atau materi.

    c) Menanyakan pengalaman yang menurut mereka tidak terlupakan.

    d) Menyampaikan materi dengan mengaitkan pengalaman peserta

    didik dengan materi yang akan disampaikan.

    Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa critical incident

    merupakan salah satu strategi pembelajaran aktif yang tujuannya membuat

    siswa lebih aktif sejak dimulainya proses pembelajaran.

    b. Active Knowladge Sharing (Saling Tukar Pengetahuan)

    Strategi ini dapat digunakan untuk melihat kemampuan peserta

    didik, disamping untuk membentuk kerja sama tim yang baik.

    Langkah-langkah:

    a) Membuat pertanyaan yang berkaitan dengan materi.

    b) Meminta peserta didik untuk menjawab dengan sebaik-baiknya.

    c) Meminta peserta didik untuk berkeliling mencari teman yang dapat

    membantu menjawab pertanyaan yang tidak diketahui dan

    diragukannya.

    d) Meminta peserta didik untuk kembali ke tempat duduk kemudian

    periksa jawaban mereka. Jawablah pertanyaan yang tidak dapat

    dijawab oleh peserta didik.

  • 16

    Jadi dapat disimpulkan bahwa active knowladge sharing ialah

    strategi pembelajaran yang menjadikan siswa aktif mulai dari membuat

    pertanyaan, menjawab serta mencari jawaban yang dianggap benar.

    c. True or False (Benar atau Salah)

    Aktifitas kolaboratif yang dapat mengajak peserta didik aktif dalam

    materi segera. Strategi ini menumbuhkan kerja sama tim, berbagai

    pengetahuan dan belajar secara bertanggung jawab merupakan strategi

    pembelajaran benar atau salah.

    Langkah-langkah:

    a) Membuat daftar pernyataan yang berhubungan dengan materi,

    sebagian benar dan sebagian salah. Memasukkan masing-masing

    pernyataan pada selembar kertas yang berbeda, pastikan

    pernyataan dibuat sejumlah peserta didik yang ada.

    b) Setiap peserta didik mendapatkan satu kertas kemudian diminta

    untuk mengidentifikasi mana yang benar dan mana yang salah.

    c) Memberi masukkan untuk setiap jawaban, sampaikan cara kerja

    peserta didik adalah bekerja sama dalam tugas.

    d) Menekankan bahwa kerja sama yang sportif akan sangat membantu

    kelas karena ini adalah metode belajar aktif.

    Penjelasan yang terdapat di atas dapat disimpulkan bahwa true or

    false merupakan strategi pembelajaran yang menekankan pada kerja sama

    tim antar siswa yang mana dari kerja sama yang baik serta berbagi

    pengetahuan tersebut tercipta suasana belajar yang menyenangkan.

    d. Guided Not taking (Catatan Terbimbing)

    Strategi berikut ini dapat membantu peserta didik membuat

    catatan-catatan ketika guru menyampaikan pelajaran.

    Langkah-langkah:

    a) Memberi peserta didik panduan yang berisi ringkasan poin-poin

    utama dari materi pelajaran yang akan disampaikan dengan metode

    ceramah.

  • 17

    b) Mengosongkan sebagian poin-poin yang penting sehingga akan

    terdapat ruang-ruang kosong dalam catatan tersebut.

    c) Membagikan bahan ajar yang dibuat guru, jelaskan bahwa bacaan

    tersebut sengaja dibuat kosong agar peserta didik dapat

    berkonsentrasi mendengarkan pelajaran yang akan disampaikan.

    d) Setelah selesai menyampaikan materi, mintalah peserta didik

    membacakan catatan-catatannya.

    e) Memberikan klarifikasi.

    Kesimpulan dari penjelasan di atas Guide Not taking salah satu dari

    strategi pembelajaran aktif yang menjadikan peserta didik aktif untuk

    mencatat poin-poin penting dari materi yang telah disampikan oleh guru

    dalam proses pembelajaran.

    e. Card Sort (Sortir Kartu)

    Kegiatan kolaboratif yang bisa dipergunakan untuk mengajarkan

    konsep, karakteristik, klasifikasi, fakta, mengenai obyek atau

    membenarkan informasi adalah pengertian dari strategi ini.

    Langkah-langkah:

    a) Memberi potongan kertas yang berisi informasi tentang materi

    yang mencakup satu atau lebih kategori kepada setiap peserta

    didik.

    b) Meminta peserta didik untuk berkeliling dalam kelas dengan tujuan

    menemukan kategori yang sama.

    c) Meminta Peserta didik dengan kategori yang sama dapat

    memaparkan kategori masing-masing dalam kelas.

    d) Seiring dengan berjalannya pemaparan dari tiap-tiap kategori

    tersebut, berikanlah poin-poin penting terkait mata pelajaran yang

    sedang dipaparkan.

    Kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan tersebut yaitu

    strategi pembelajaran aktif sortir kartu merupakan cara untuk mengajak

    siswa aktif dalam mengikuti proses pembelajaran menggunakan media

  • 18

    potongan-potongan kertas yang sebelumnya telah diisi kategori dari materi

    yang disampaikan oleh guru.

    2.1.3.5 Model Pembelajaran Active Learning tipe Card Sort

    Salah satu metode dalam pembelajaran aktif adalah metode pembelajaran

    card sort (sortir kartu) yang merupakan pembelajaran yang menekankan keaktifan

    siswa dan akhirnya anak akan tergerak kemandiriannya dalam belajar. Silberman

    (2013:171) menjelaskan bahwa card sort (memilah dan memilih kartu) adalah

    kegiatan kolaboratif yang senantiasa dapat dipergunakan untuk memahami

    konsep, penggolongan sifat, fakta mengenai suatu objek atau mengulangi

    informasi. Metode pembelajaran tersebut juga dapat melakukan aktivitas belajar

    secara individu maupun kelompok, seperti yang dijelaskan Warsono dan

    Hariyanto (2013:47) card sort merupakan gabungan antara pembelajaran aktif

    individual dengan pembelajaran kolaboratif atau pembelajaran kooperatif

    bergantung pada keinginan guru. Sejalan dengan pendapat yang telah

    dikemukakan diatas, Rahmaningrum, M (2016:917) menjelaskan salah satu

    pembelajaran aktif yang dapat diterapkan sesuai dengan karakteristil siswa

    sekolah dasar adalah Card Sort. Strategi ini merupakan aktivitas kerjasama yang

    bisa digunkana untuk mengajarkan konsep, karakteristik klasifikasi, fakta tentang

    benda, atau menilai informasi, selain itu gerak fisik yang ada didalamnya dapat

    membantu menggairahkan siswa yang merasa penat dan bosan.

    Seperti yang dijelaskan oleh Silberman (2013:172) bahwa pada active

    learning tipe card sort ini guru menggunakan media kartu yang berisi informasi

    atau contoh yang tercakup dalam satu atau lebih kategori. Kartu dibagikan kepada

    siswa yang berupa potongan-potongan kertas, kemudian siswa melakukan usaha

    untuk menemukan kartu berkategori sama. kegiatan tersebut akan menjadikan

    gerakan fisik yang dominan dalam hal ini dapat membantu mendinamiskan kelas

    yang jenuh atau bosan (Hisyam Zaini, dkk. 2008:50).

  • 19

    2.1.3.6 Langkah-langkah Model Pembelajaran Active Learning Tipe Card

    Sort

    Model pembelajaran active learning tipe card sort (sortir kartu)

    mempunyai langkah-langkah untuk melaksanakan tipe ini. Langkah-langkah

    model pembelajaran active learning tipe card sort yang dijelaskan oleh Silberman

    (2013:130-131) adalah sebagai berikut:

    a. Berikan kepada setiap siswa selembar kartu indeks berisi informasi atau

    contoh yang cocok dengan satu atau beberapa kategori.

    b. Para siswa berkeliling di dalam kelas dan mencari kartu lain yang

    berkategori sama.

    c. Siswa yang memiliki kartu yang sama kategorinya, tampil bersama-sama

    di depan kelas.

    d. Ketika setiap kategori ditampilkan, sampaikanlah poin-poin pelajaran yang

    menurut guru penting.

    Adapun penjelasan langkah-langkah dalam penyusunan Model

    pembelajaran active learning tipe card sort oleh Hisyam Zaini, dkk. (2008: 50-51)

    adalah sebagai berikut:

    a. Setiap siswa diberi potongan kertas yang berisikan informasi atau contoh

    yang termasuk dalam satu atau lebih kategori.

    b. Para siswa berkeliling menyortir kategori di dalam kelas untuk

    menemukan kartu dengan berkategori sama.

    c. Siswa berkategori sama diminta memaparkan kategori masing-masing di

    depan kelas.

    d. Seiring berjalannya pemaparan dari tiap-tiap kategori tersebut, guru

    memberi penguatan atau poin-poin penting terkait materi pelajaran.

    Senada dengan langkah pembelajaran aktif tipe Card Sort oleh dua ahli di

    atas, Warsono dan Hariyanto (2013:47-48) menjelaskan contoh penggunaan

    pembelajaran aktif tipe card sort dalam pembelajaran IPS untuk SD sebagai

    berikut:

    a. Bagikan kartu indeks kepada siswa yang meliputi lebih dari satu macam

    kategori terkait mata pelajaran IPS.

  • 20

    b. Setelah mendapat kartu, setiap siswa bergerak keliling kelas dan

    menemukan kartu dengan kategori sama. jika waktunya cukup biarkan

    siswa menemukan kategorinya sendiri, tetapi jika waktunya tidak leluasa

    sebaiknya guru umumkan kepada seluruh kelas kategori apa saja yang

    tersedia.

    c. Siswa yang memiliki kartu indeks dengan kategori yang sama berkumpul.

    d. Para siswa dalam kategori yang sama bermusyawarah untuk menunjukkan

    salah satu orang untuk mewakili kelompok melakukan presentasi di depan

    kelas. Siswa yang lain dalam kelompok lain boleh menanggapi.

    e. Guru melakukan refleksi dengan mengungkap butir-butir penting dari

    setiap kategori bahan ajar.

    Berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran aktif tipe card sort

    yang dikemukakan ahli di atas, maka langkah-langkah yang digunakan dalam

    penelitian adalah:

    a. Membagikan potongan kertas yang berisi informasi kepada masing-masing

    siswa;

    b. Meminta setiap siswa untuk berusaha mencari temannya di ruang kelas

    dan menemukan orang yang memiliki kartu dengan kategori sama;

    c. Apabila waktunya cukup biarkan siswa menemukan kategorinya sendiri,

    tetapi jika waktunya tidak leluasa sebaiknya guru umumkan kepada

    seluruh siswa kategori apa saja yang tersedia;

    d. Para siswa dalam kategori yang sama melakukan musyawarah untuk

    menunjuk salah satu orang mewakili kelompok melakukan presentasi di

    depan kelas;

    e. Siswa dalam kelompok lain boleh menanggapi presentasi yang telah

    disampaikan;

    f. Melakukan refleksi dengan mengungkapkan poin-poin penting dari setiap

    kategori bahan ajar.

  • 21

    2.1.3.7 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Active Learning Tipe

    Card Sort

    Model pembelajaran Active Learning Tipe Card Sort juga mempunyai

    kelebihan dan kekurangan antara lain sebagai berikut:

    a. Kelebihan model pembelajaran Active Learning Tipe Card Sort menurut

    Silberman (2013:130)

    a) Dapat membantu menggairahkan siswa yang merasa jenuh atau

    lelah terhadap pelajaran yang telah diberikan.

    b) Dapat membina siswa untuk bekerjasama.

    c) Mengembangkan sikap saling menghargai pendapat.

    b. Kekurangan model pembelajaran Active Learning Tipe Card Sort menurut

    Hosnan (2014:217)

    a) Membuat siswa kurang aktif dalam berbicara atau menyimpulkan

    pendapat.

    b) Membutuhkan persiapan dan media yang berupa kartu-kartu

    sebelum kegiatan berlangsung.

    c) Apabila guru kurang bisa mengendalikan kelas maka suasana kelas

    akan menjadi gaduh.

    2.1.4 Kemandirian Belajar

    2.1.4.1 Pengertian Kemandirian Belajar

    Kemandirian adalah salah satu aspek penting yang perlu ditingkatkan

    siswa. kata kemandirian, menurut KBBI (1988:555), adalah hal atau keadaan

    dapat berdiri sendiri, tanpa bergantung pada orang lain. Menurut Hamzah B. Uno

    (2008:77), kemandirian adalah kemampuan untuk mengarahkan dan

    mengendalikan diri sendiri dalam berpikir dan bertindak, serta tidak

    merasabergantung pada orang lain secara emosional. Orang yang mandiri

    dianggap mampu bekerja sendiri dan tidak bergantung pada orang lain.

    Kemandirian tidak hanya berlaku bagi anak tetapi juga pada semua usia. Setiap

    manusia perlu mengembangkan kemandirian dan melaksanakan tanggung jawab

  • 22

    sesuai dengan kapasitas dan tahapan perkembangannya. Secara alamiah anak

    mempunyai dorongan untuk mandiri dan bertanggung jawab atas diri sendiri.

    Berdasarkan uraian diatas, tampak bahwa seorang siswa perlu

    mempunyai kemandirian dalam belajar. dengan kemandirian, siswa dapat belajar

    sendiri tanpa tergantung orang lain. Menurut Haris Mudjiman (2007:7), belajar

    mandiri merupakan kegiatan belajar yang didorong oleh motivasi untuk

    menguasai suatu kompetensi untuk mengatasi suatu permasalahan, dan dibangun

    dengan modal yang sudah dimiliki. Seperti yang dikemukakan Santosa, S. K. D. S

    (2013:90) siswa diharapkan mempunyai kemandirian belajar yang ditandai

    dengan usaha untuk menetapkan sendiri tujuan atau sasaran belajar, yang

    mencakup pula usaha memilih sendiri sumber belajar dan menggunakan teknik-

    teknik belajar yang tepat untuk mencapai tujuan belajar. Siswa diharapkan dapat

    belajar untuk menerapkan apa yang telah dipelajari secara mandiri dalam

    kehidupan. Sundayana, R (2016:34) berpendapat mengenai kemandirian belajar

    adalah suatu proses belajar dimana setiap individu dapat mengambil inisiatif,

    dengan atau tanpa bantuan orang lain, dalam hal menentukan kegiatan belajarnya

    seperti merumuskan tujuan belajar, sebagai sumber belajar (baik berupa orang

    ataupun bahan), mendiagnosa kebutuhan belajar dan mengontrol sendiri proses

    pembelajarannya.

    Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa kemandirian

    belajar adalah rasa ketidaktergantungan pada orang lain dan disertai rasa berani

    mengambil keputusan dengan mempertimbangkan konsekuensi yang akan

    diperoleh.

    2.1.4.2 Cara Menumbuhkan Kemandirian Belajar

    Kemandirian dalam belajar dapat bekembang dengan baik apabila

    diberikan kesempatan untuk memilih apa yang akan dipelajarinya namun masih

    sesuai dengan konteks materi yang seharusnya ia belajar. Menurut Desminta

    (2012:190), pendidikan di sekolah perlu melakukan upaya-upaya pengembangan

    kemandirian peserta didik diantaranya adalah 1) Mengembangkan proses belajar

    mengajar yang demokratis, yang memungkinkan anak merasa dihargai; 2)

  • 23

    Mendorong anak untuk berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan dan

    dalam berbagai kegiatan sekolah; 3) Memberi kebebasan kepada anak untuk

    mengeksplorasi lingkungan, mendorong rasa ingin tahuu mereka; 4) Penerimaan

    positif tanpa syarat kelebihan dan kekurangan anak, tidak membeda-bedakan anak

    yang satu dengan yang lain; dan 5) Menjalin hubungan yang harmonis dan akrab

    dengan anak.

    Upaya-upaya tersebut dilakukan oleh guru kepada siswanya dengan

    harapan siswa dapat mempunyai kemandirian belajar dengan baik. Haris

    Mudjiman (2011:169) menyebutkan bahwa tugas guru dalam belajar mandiri yang

    dilakukan oleh siswa yaitu 1) mengajar dengan bahan dan cara yang merangsang

    siswa untuk tertarik memperdalam dan mengembangkannya sendiri;

    2)memberikan bantuan kepada siswa dalam proses pendalaman dan pegembangan

    itu, bila diperlukan. Haris mudjiman (2011:10) menyebutkan ada lima tahap

    penahapan dalam belajar mandiri yaitu 1) Tahap masuknya ransangan yang

    menarik perhatian pembelajar; 2) Tahap tumbuhnya niat untuk merespon

    rangsangan; 3) Tahap pembuatan keputusan atau tahap penumbuhan motivasi; 4)

    tahap pelaksanaan tindakan belajar; dan 5) tahap evaluasi.guru berperan penting

    dalam memfasilitasi siswanya untuk melewati tahapan-tahapan tersebut.

    Rangsangan untuk menumbuhkan kemauan belajar dapat dilakukan dengan

    menciptakan kegiatan belajar aktif yang melibatkan siswa.

    Model pembelajaran juga sangat berperan penuh terhadap berhasilnya

    perkembangan kemandirian belajar siswa. Model pembelajaran aktif misalnya,

    menurut Santosa, S. K. D. S (2013:91) model pembelajaran aktif dapat

    membangkitkan kemandirian siswa, siswa dengan sendirinya secara aktif

    mempergunakan otak baik untuk mencari ide pokok dari materi, memecahkan

    persoalan atau mengaplikasikan apa yang baru saja mereka pelajari ke dalam

    suatu persoalan yang terdapat dalam kehidupan nyata.

    2.1.4.3 Aspek-aspek Kemandirian Belajar

    Berdasarkan teori-teori yang telah di kemukakan sebelumnya kemandirian

    belajar meliputi tidak merasa tergantung pada orang lain, memiliki rasa identitas

  • 24

    yang kuat atau percaya diri, mempunyai motivasi, dan berani menanggung

    konsekuensi atau bertanggung jawab.

    a. Tidak tergantung pada orang lain

    Siswa yang tidak tergantung pada orang lain akan belajar dengan

    caranya sendiri dan menemukan cara penyeleseian soal dengan kreatif.

    b. Percaya diri

    Percaya diri menurut Hamzah B. Uno (2008:86) adalah keyakinan

    tentang harga diri dan kemampuan diri. Orang yang mempunyai

    kepercayaan diri mempunyai ciri-ciri berani tampil dengan keyakinan

    diri, berani menyuarakan pandangannya, dan tegas. Percaya diri dapat

    dilihat dari semangat saat mempresentasikan hasil pekerjaannya,

    kemantapan saat bertanya maupun menjawab, dan percaya pada

    kemampuannya sendiri.

    c. Mengkontrol diri

    Siswa yang mempunyai kemandirian belajar pasti dapat

    mengontrol atau mengendalikan diri. Hamzah B. Uno (2008:86)

    menyatakan bahwa mengontrol diri atau mengendalikan diri diartikan

    sebagai mengelola emosi dan keinginan negatif.

    Golman (Hamzah B. Uno, 2008:89) menyatakan orang yang dapat

    mengontrol atau mengendalikan diri adalah orang yang dapat:

    a) mengelola dengan baik perasaan dan emosi,

    b) tetap teguh dan tidak goyah walaupun dalam situasi yang berat,

    dan

    c) berpikir dengan jernih dan tetap fokus.

    Dengan demikian, siswa yang dapat mengontrol diri harus dapat

    mengontrol waktu belajarnya, memperhatikan perkembangan prestasi

    belajarnya, serta berusaha meningkatkan hasil belajarnya.

    d. Motivasi

    Menurut Sardiman (2011:73), motif adalah daya atau upaya yang

    mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Setelah mendefinisikan

  • 25

    kata motif, Sardiman (2011:73) menyimpulkan bahwa motivasi adalah

    daya penggerak yang telah menjadi aktif. Berdasarkan KBBI (1988:593),

    motivasi diartikan sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang,

    baik secara sadar maupun tidak sadar untuk melakukan sesuatu tindakan

    dengan tujuan tertentu.

    Dalam Sardiman (2011:83) dijelaskan ciri-ciri motivasi, antara

    lain:

    a) tekun menghadapi tugas,

    b) ulet menghadapi kesulitan,

    c) menunjukkan minat,

    d) lebih senang bekerja mandiri,

    e) cepat bosan dengan tugas-tugas rutin,

    f) dapat mempertahankan pendapatnya,

    g) tidak mudah melepas hal yang diyakini, dan

    h) senang memecahkan masalah.

    Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa motivasi

    adalah dorongan untuk melakukan sesuatu. Siswa yang mempunyai

    motivasi akan berusaha menyeleseikan pekerjaannya, semangat dalam

    belajar, dan mempunyai antusiasme terhadap pembelajaran.

    e. Tanggung Jawab

    Tanggung jawab dalam KBBI (1988:899) diartikan sebagai

    keadaan dimana wajib menanggung segala sesuatu yang dimiliki siswa

    dapat diketahui dengan sikap siswa saat menerima saran dan kritik

    terhadap pekerjaannya, siswa mengumpulkan tugas tepat waktu, tidak

    menyontek saat ujian, dan memperhatikan pelajaran dengan sungguh-

    sungguh. Bertanggung jawab adalah suatu bentuk sikap dan aspek

    perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya baik

    terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan alam, lingkungan sosial

    budaya, negara dan tuhan. (Mustari, 2011:21).Sedangkan menurut

    Abdullah (2010:90) tanggung jawab adalah kemampuan seseorang untuk

  • 26

    menjalankan kewajiban karena dorongan didalam dirinya atau biasa

    disebut dengan panggilan jiwa.

    Menurut beberapa pendapat diatas bahwa tanggung jawab adalah

    orang yang melaksanakan segala sesuatu atau pekerjaan dengan sungguh-

    sungguh, sukarela, berani menanggung segala resiko dan segala

    sesuatunya baik dari perkataan, perbuatan, dan sikap.

    Terdapat aspek lain yang mendukung dari teori-teori sebelumnya seperti

    yang dikemukakan oleh Haryati, F (2015:13) tentang kemandirian belajar yaitu

    sebagai berikut:

    a. Inisiatif belajar

    Inisiatif merupakan suatu hal yang harus dimiliki dalam belajar

    karena kalau tidak mempunyai inisiatif dalam belajar akan membuat siswa

    kesulitan untuk berpikir bagaimana mereka dapat memecahkan masalah

    yang dialaminya. Sedangkan inisiatif sendiri menurut Wollfock dalam

    Mardiyanto (2008:23) inisiatif adalah kemampuan individu dalam

    menghasilkan sesuatu yang baru atau asli atau suatu pemecahan masalah.

    b. Mendiagnosa kebutuhan belajar

    Sebelum belajar siswa haruslah tahu apa yang akan dia pelajari,

    Siswa melakukan pemikiran tentang apa saja yang dibutuhkan dalam

    belajar serta menentukan apa yang ingin dicapai dari hasil belajar yang

    dilakukannya tersebut sehingga belajar menjadi terarah dan tidak sia-sia.

    c. Menetapkan tujuan belajar

    Tujuan belajar merupakan cara yang akurat untuk menentukan

    hasil pembelajaran (Oemar Hamalik, 2008:73). Tujuan disini sebagai

    acuan untuk mengukur hasil belajar yang diharapkan, sehingga belajar

    juga mempunyai tujuan yang jelas.

    d. Memonitor, mengatur, dan mengontrol belajar

    Memonitor, mengatur, dan mengontrol belajar sesungguhnya

    adalah satu kesatuan yang tidak bisa terlepaskan. Ketiga hal tersebut saling

    berkaitan demi kepentingan dalam belajar. Monitoring menurut Slameto

    (2015:187) adalah upaya kegiatan mendapatkan informasi tentang

  • 27

    pelaksanaan penerapan kebijakan yang digunakan untuk memberikan

    umpan balik pada pelaksanaan kebijakan atau program. Kegiatan

    pemantauan dalam belajar sangat diperlukan untuk memantau apa saja

    yang dipelajari sehingga tidak melampaui apa yang seharusnya dipelajari.

    e. Memandang kesulitan sebagai tantangan

    Dalam belajar pastilah menemukan kesulitan baik dalam cara

    memcahklan materi persoalan atau memahami materi yang akan dipelajari.

    Kesulitan belajar ini sangatlah umum dipunyai setiap siswa dalam kasus

    belajarnya. Rumini dkk (Irham, 2013:254) mengemukakan bahwa

    kesulitan belajar merupakan kondisi saat siswa mengalami hambatan-

    hambatan tertentu untuk mengikuti proses pembelajaran dan mencapai

    hasil belajar secara optimal. Siswa haruslah berusaha dengan keras untuk

    memecahkan hambatan-hambatan yang dilaluinya dalam belajar agar

    mendapatkan hasil belajar yang optimal.

    f. Memanfaatkan dan mencari sumber yang relevan

    Sumber yang relevan sangtlah membantu dalam belajar karena

    dapat membantu kita untuk mencari informasi-informasi yang akan

    dipelajari. Sumber-sumber yang relevan misalnya buku, jurnal, koran,

    majalah dll.

    g. Memilih dan menerapkan strategi belajar yang tepat

    Strategi menurut Slameto (2015:190) adalah pemikiran secara

    konseptual, realistis, dan komperehensif tentang langkah-langkah yang

    diperlukan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

    Dalam belajar diperlukan langkah-langkah dari mana untuk memulai

    belajar sehingga belajar menjadi terarah dan mencapai tujuan yang telah

    ditetapkan.

    h. Mengevaluasi proses dan hasil belajar;

    Evaluasi menurut Slameto (2015:185) suatu proses mendapatkan

    informasi tentang hasil, yang kemudian dibandingkan dengan sasaran atau

    target yang telah ditetapkan guna mengambil keputusan.

  • 28

    i. Konsep diri

    Konsep diri Sri Agustina (2015:502-503) merupakan keseluruhan

    pandangan tentang bagaimana seorang melihat, menilai, serta menyikapi

    diri. Hal ini diperlukan dalam belajar guna penentu tingkah laku. Bila

    belajar mempunyai konsep diri yang rendah atau negatif, belajar akan

    menjadi kurang percaya diri, mudah putus asa, dan kurang berorientasi

    pada prestasi, sehingga akan mempengaruhi hasil belajar dan prestasi

    belajarnya. Sedangkan belajar yang mempunyai konsep diri yang positif

    diharapkan akan memiliki motivasi yang tinggi untuk mencapai prestasi

    belajar yang lebih baik.

    Dari beberapa aspek yang telah dijelaskan oleh Feri dan Haris Mudjiman

    aspek yang digunakan dalam penelitian ini ada 8 aspek, yaitu tidak tergantung

    oranglain, percaya diri, mengkontrol diri, motivasi, tanggung jawab, inisiatif

    belajar, mencari dan memanfaatkan sumber yang relevan, evaluasi.

    2.1.5 Hasil Belajar

    2.1.5.1 Hakikat Belajar

    Proses belajar secara sederhana adalah dapat diartikan dari yang

    sebelumnya tidak mengerti menjadi mengerti, yang sebelumnya tidak bisa

    menjadi bisa, dari yang belum paham menjadi paham. Bukan hanya pola pikir

    atau pengetahuan saja yang mengalami perubahan, tetapi juga pada tingkah laku,

    sikap, dan konsep yang sebelumnya dimiliki. Setiap individu pasti ingin

    mengembangkan potensi yang individu tersebut miliki. Hal tersebut bertujuan

    untuk kemajuan kehidupan dari sendiri maupun lingkungan sekitarnya. Belajar

    merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam

    pribadi dan perilaku individu. Menurut pandangan Anthony Robbins (Trianto,

    2009:15) “belajar adalah suatu proses aktif dimana siswa membangun

    (mengkonstruk) pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman atau

    pengetahuan baru didasarkan pada pengalaman atau pengetahuan yang sudah

    dimilikinya”. Berdasarkan pandangan diatas, dapat dipahami bahwa ketika dalam

    diri individu terjadi proses belajar sebelumnya individu sudah memiliki

  • 29

    pengetahuan awal atau presepsi mengenai informasi tertentu sebelum mempelajari

    informasi baru.

    Menurut Slameto (2010:2), mendefinisikan belajar sebagai suatu proses

    usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

    yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

    interaksi dengan lingkungannya. Lebih lanjut Slameto mengklasifikasikan ciri-ciri

    perubahan tingkah laku seseorang dalam pengertian belajar meliputi perubahan

    terjadi secara sadar, perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional,

    perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, perubahan dalam belajar bukan

    bersifat sementara, perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, dan perubahan

    mencakup seluruh aspek tingkah laku. Disini belajar dapat diartikan sebagai suatu

    aktivitas mental yang dialami seseorang sehingga terjadi perubahan tingkah laku.

    2.1.5.2 Pengertian Hasil Belajar

    Setelah proses belajar mengajar berlangsung, pasti siswa mendapatkan

    pengetahuan baru yang dimiliki oleh siswa namun daya tangkap yang dimiliki

    oleh masing-masing siswa berbeda. Ada yang memiliki daya tangkap yang baik,

    tetapi juga ada siswa yang memiliki daya tangkap yang biasa saja. Dengan

    mengetahui hasil belajar siswa dan mengetahui apakah tujuan pembelajaran yang

    diharapkan tercapai atau tidak. Untuk melihat hasil belajar bukan hanya melalui

    evaluasi siswa saja tetapi bisa juga melalui aspek afektif dan psikomotor. Menurut

    Agus Suprijono (2010:5), hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,

    pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan-keterampilan.

    Sudjana, (2010:22) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-

    kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hal

    ini sejalan dengan apa yang diungkapkan Ponco (2017:15) hasil belajar adalah

    kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman

    belajarnya.

    Menurut Abdurrahman dalam Jihad dan Haris (2013:14) hasil belajar

    merupakan kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.

    Selanjutnya Nawawi (Susanto, 2013:5) hasil belajar diartikan sebagai

  • 30

    keberhasilan siswa dalam memahami pembelajaran di sekolah yang ditunjukkan

    dengan skor sesuai dengan hasil tes pada mata pelajaran tertentu. Beberapa ahli

    yaitu Krathwohl, Bloom dan Masia (Suprihatiningrum, 2013:38) membedakan

    hasil belajar menjadi tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

    Pertama, aspek kognitif ini berhubungan dengan kemampuan berpikir mengetahui

    dan memecahkan masalah. Kedua, aspek afektif berkaitan dengan kemampuan

    yang berhubungan dengan sikap, nilai, minat dan apresiasi. Ketiga, aspek

    psikomotor mencakup tujuan yang berkaitan dengan ketrampilan yang bersifat

    manual dan motorik. Sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Anugraheni, I

    (2017:249) bahwa penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari

    perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan

    berfikir maupun ketrampilan motorik hal yang demikian merupakan hasil belajar

    yang kegiatan atau perilaku hampir sebagian besar diperlihatkan seseorang.

    Hasil belajar dapat diketahui apabila ada pengukuran, pengukuran menurut

    Arifin Zainal (2012:4) pengukuran adalah suatu proses atau kegiatan untuk

    menentukan kuantitas sesuatu. Kata “sesuatu” bisa berarti peserta didik, guru,

    gedung sekolah, meja belajar, white board, dan sebagainya. Dalam proses

    pengukuran, tentu guru harus menggunakan alat ukur (tes dan non tes).

    Pengukuran menurut Naniek, dkk (2012:47) adalah kegiatan atau upaya yang

    dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa.

    Pengukuran juga dapat diartikan penetapan angka dengan cara yang sistematik

    untuk menyatakan keadaan individu, Alen dan Yen dalam Naniek, dkk (2012:48).

    Penilaian hasil belajar dapat menggunakan teknik tes dan non tes. Teknik

    tes sendiri menurut Arifin Zainal (2012:118) tes merupakan suatu teknik atau cara

    yang digunakan dalam rangka melaksanakan kegiatan pengukuran, yang

    didalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas

    yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik untuk mengukur aspek

    perilaku peserta didik. Menurut Mardapi Djoemari (2012:67) Tes merupakan

    salah satu bentuk instrument yang digunkan untuk melakukan pengukuran. Tes

    terdiri atas sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban benar atau salah, atau

    semua benar atau sebagian benar.

  • 31

    Menurut Arikunto (2008:139) menegaskan bahwa teknik tes adalah

    serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur

    keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh

    individu atau kelompok. Dari uraian diatas tes merupakan suatu teknik atau cara

    dalam rangka melaksanakan pengukuran yang berupa pertanyaan, untuk

    mengetahui pencapaian belajar atau kompetensi yang telah dicapai peserta didik

    untuk bidang tertentu.

    Berdasarkan uraian diatas tentang hasil belajar dapat diartikan bahwa hasil

    belajar adalah pemberian skor terhadap kemampuan siswa yang diperoleh dari

    pengukuran tes maupun non tes yang dijadikan acuan untuk mengetahui kuantitas

    sesuatu apakah siswa sudah mencapai tingkat kelulusan yang ditentukan serta

    besaran skor atau angka yang diperoleh melalui pengukuran baik itu tes dan non

    tes yang dijadikan acuan untuk mengetahui apakah siswa sudah mencapai tingkat

    keberhasilan yang ditentukan atau belum.

    2.1.5.3 Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

    Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar merupakan penghambat

    keberhasilan prestasi siswa. Menurut Slameto (2010:54), faktor-faktor yang

    mempengaruhi hasil belajar siswa digolongkan menjadi 2 yaitu faktor intern dan

    faktor ekstern.

    Faktor intern adalah faktor yang ada di diri individu yang sedang belajar

    dan faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar individu. Dalam faktor intern

    terdapat faktor jasmaniah yang meliputi kesehatan, cacat tubuh, kemudian faktor

    psikologis yang meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan,

    kesiapan dan yang terakhir adalah faktor kelelahan. Sedangkan faktor ekstern

    diantaranya meliputi faktor keluarga meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar

    anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang

    tua, latar belakang kebudayaan.

    Menurut Aunurrahman (2011:177), bahwa masalah-masalah dalam belajar

    baik intern maupun ekstern dapat dikaji dari dimensi guru maupun dimensi siswa.

    lebih lanjut Aunurrahman menyatakan bahwa faktor intern yang mempengaruhi

  • 32

    hasil belajar tersebut meliputi karakteristik /ciri siswa, sikap terhadap belajar,

    motivasi belajar, kosentrasi belajar, mengolah bahan belajar, menggali hasil

    belajar, rasa percaya diri, dan kebiasaan belajar. Sedangkan faktor ekstern

    meliputi faktor guru, lingkungan sosial, kurikulum sekolah, dan sarana dan

    prasarana.

    Berdasarkan apa yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa kedua faktor

    (intern dan ekstern) sangat berpengaruh terhadap proses belajar siswa. salah satu

    masalah yang juga mempunyai pengaruh sangat besar dalam pencapaian suatu

    hasil pembelajaran di SD adalah metode mengajar dimana di dalamnya terdapat

    model pembelajaran. Berdasarkan taksonomi Bloom (Sudjana, 2010:22-23), hasil

    belajar mencakup tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

    Menurut Purwanto (2014:48-53) domain hasil belajar merupakan perubahan

    perilaku kejiwaan dikarenakan proses pendidikan. Perilaku kejiwaan itu dibagi

    dalam tiga domain, yaitu:

    a. Ranah Kognitif

    Hasil belajar kognitif adalah perubahan yang terjadi dalam

    kawasan kognitif yang mencakup enam aspek, yakni hapalan (C1),

    pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintetis (C5), dan

    evaluasi (C6). Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan

    keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.

    b. Ranah Afektif

    Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Ada beberapa

    jenis kategori ranah afektif sebagai hasil belajar. kategorinya dimulai dari

    tingkat yang dasar atau sederhana sampai tingkat yang kompleks. Kategori

    dimulai dari tingkat yang dasar atau sederhana sampai tingkat yang

    kompleks. Kategori tersebut yaitu, reciving/attending (penerimaan),

    responding (jawaban), valuing (penilaian), organisasi, dan karakteristik

    nilai atau internalisasi nilai.

    c. Ranah Psikomotor

    Hasil belajar psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan (skill)

    dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotorik dapat

  • 33

    diklasifikasikan menjadi enam, yaitu persepsi, kesiapan, gerakan

    terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, dan kreativitas.

    Berdasarkan beberapa pengertian tentang hasil belajar tersebut,

    dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang

    diperoleh anak setelah mengalami kegiatan belajar. kemampuan-

    kemampuan yang diperoleh siswa meliputi kemampuan kognitif, afektif

    dan psikomotorik.

    2.2 Penelitian yang Relevan

    a. Penelitian yang dilakukan oleh Fajar Sri Rahayu (2013) yang berjudul

    Pengaruh Pembelajran Aktif Tipe Card Sort Terhadap Hasil Belajar IPS

    bagi Siswa Kelas 5 SD Se-Gugus 2 Kecamatan Pengasih, Kulon Progo.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar IPS yang diperoleh

    siswa pada kelompok yang menerapkan pembelajran aktif tipe card sort

    lebih tinggi daripada hasil belajar IPS siswa pada kelompok yang

    menerapkan pembelajaran yang biasa dilakukan guru bagi siswa kelas 5

    SD Se-Gugus 2 Kecamatan Pengasih. Hal tersebut dibuktikan dari hasil t-

    test dengan taraf signifikan 5% (derajat Kepercayaan 95%) diperoleh t

    hitung (2,997) > t tabel (1,679). Hasil belajar IPS yang diperoleh

    kelompok eksperimen lebih tinggi daripada hasil belajar kelompok

    kontrol, ditunjukkan dari mean hasil belajar yang diperoleh kelompok

    eksperimen yaitu 79,13 dan mean hasil belajar yang diperoleh kelompok

    kontrol yaitu 68,80.

    b. Penelitian yang dilakukan oleh Ulfa (2013) dengan judul “Penerapan

    Strategi Pembelajaran Card Sort untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS

    pada Siswa Kelas 5 SD Negeri Ngasem Colomadu Tahun Ajaran

    2012/2013.” Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi card sort dapat

    meningkatkan hasil belajar khusunya kognitif pada setiap siklus. Pada pra

    siklus 22,22% pada siklus I mengalami peningkatan sebesar 66,7% dan

    pada siklus II menjadi 83,33%.

  • 34

    c. Penelitian yang dilakukan oleh Saifullah (2010) dengan judul “Penerapan

    Model Pembelajaran Aktif Tipe Pemilahan Kartu (Card Sort) untuk

    meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPS siswa kelas 5 SDN Pati 03”.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi card sort meningkatkan hasil

    belajar siswa. hal ini dapat dilihat dari hasil keaktifan rata-rata skor yaitu

    pada pra siklus diperoleh sebesar 16,36. Hal ini mulai meningkat pada

    siklus I dengan rata-rata 31,7 kemudian pada siklus II mengalami

    peningkatan kembali yaitu menjadi 32,74.

    d. Penelitian yang dilakukan oleh Atni Widya (2010) dengan judul “Upaya

    Meningkatkan Kemandirian Belajar dan Penguasaan konsep IPS Siswa

    Kelas 5 SD Negeri Cepagan 01 Batang melalui Pembelajaran Aktif”.

    Penelitian ini memberikan hasil bahwa Pembelajaran aktif dapat

    meningkatkan kemandirian dan penguasaan konsep kelas 5. Dari siklus I

    66,97% meningkat pada siklus II menjadi 88,37%. Berdasarkan respon

    siswa terhadap pembelajaran mencapai 91,67% dengan kriteria tertinggi.

    2.3 Kerangka Berpikir

    Kerangka berpikir menurut Sugiono (2010:92) merupakan sintesa tentang

    hubungan antara variabel yang disusun dari berbagai teori yang dideskripsikan.

    Berbagai teori-teori yang telah dideskripsikan tersebut selanjutnya dianalisa

    secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan

    antara variabel yang diteliti. IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang

    diberikan di sekolah dasar. Namun, dalam proses pembelajarannya siswa

    cenderung merasa kurang tertarik mengikutinya. Hal ini disebabkan dalam proses

    pembelajarannya, guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional

    seperti, metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan. Pembelajaran dengan

    model konvensional ini, membuat guru menjadi pusat pembelajaran yang sangat

    mendominasi kelas, sedangkan siswa lebih banyak mendengarkan dan

    memperhatikan penjelasan dari guru, sehingga siswa cenderung bosan saat proses

    pembelajaran. Hal ini menyebabkan hasil belajar IPS menjadi kurang maksimal.

  • 35

    Kemandirian belajar siswa tidak akan terjadi apabila masih terjadi kondisi guru

    menjadi pusat pembelajaran.

    Berdasarkan permasalahan tersebut, menyebabkan kurangnya kemandirian

    belajar siswa dalam pembelajaran sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar

    pada mata pelajaran IPS yang diperoleh oleh siswa, untuk itu peneliti berupaya

    meningkatkan kemandirian belajar dan hasil belajar IPS siswa kelas 5 SDN Lopait

    01. Solusi untuk menyeleseikan permasalahan ini yaitu dengan menggunakan

    model pembelajaran aktif tipe Card Sort. Metode Card Sort, dengan

    menggunakan media kartu dalam praktek pembelajaran dapat mengajak siswa

    untuk menemukan konsep dan fakta melalui media kartu yang berisi informasi

    atau dalam bentuk contoh dengan satu atau lebih kategori. Kemudian siswa

    diminta untuk menemukan kartu berkategori sama yang dimiliki siswa lain atau

    siswa dapat memilah kartu berkategori sama secara berkelompok. Kegiatan

    selanjutnya, siswa yang berkategori sama bermusyawarah untuk menunjuk salah

    satu orang mewakili kelompok melakukan presentasi di depan kelas.

    Kegiatan siswa dalam memilah kartu akan membuat suasana kelas lebih

    menyenangkan dan tidak membosankan serta siswa terlibat secara langsung dalam

    pembelajaran. Gerakan siswa untuk menemukan teman yang memiliki kartu

    dengan kategori yang sama akan membuat siswa tertarik dengan pembelajaran

    IPS, karena pada dasarnya siswa SD memiliki sifat rasa ingin tahu. Oleh karena

    itu, penggunaan model pembelajaran aktif tipe Card Sort akan membantu siswa

    dalam memahami dan menguasai pelajaran serta menumbuhkan kemandirian

    belajar siswa dalam pembelajaran sehingga diharapkan pada akhirnya hasil belajar

    IPS siswa dapat meningkat. Dalam aplikasi pembelajarannya peneliti

    menggunakan model penelitian yang digunakan oleh Kemmis dan McTaggart.

    Model Kemmis dan MCTaggart pada hakikatnya berupa perangkat-

    perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri dari empat

    komponen, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi, yang

    keempatnya merupakan satu siklus (Depdiknas, Tukiran dkk, 2010:24)

    Model Kemmis dan MCTaggart dapat digambarkan sbb:

  • 36

    Gambar 1.1 Proses Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan

    MCTaggart (Wijaya dan Dedi, 2010:21)

    Penjelasan Perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi menurut Susilo

    (2010:20-24) adalah sebagai berikut:

    a. Perencanaan (Planning)

    Kegiatan perencanaan mencakup: (1) identifikasi masalah, (2)

    analisis penyebab masalah, dan (3) pengembangan bentuk tindakan (aksi)

    sebagai pemecahan masalah.

    b. Tindakan (Acting)

    Setelah ditetapkan bentuk tindakan (aksi) yang dipilih sesuai

    dengan rencana pelaksanaan tindakan, maka langkah selanjutnya adalah

    mengimplementasikan tindakan dalam proses pembelajaran sesuai dengan

    skenario pembelajaran yang sudah dibuat oleh guru.

    c. Observasi (Observing)

    Kegiatan observasi atau pengamatan dalam penelitian tindakan

    kelas dilakukan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran lengkap

    secara objektif tentang perkembangan proses pembelajaran, dan pengaruh

    dari tindakan (aksi) yang dipilih terhadap kondisi kelas dalam bentuk data.

    d. Refleksi (Reflecting)

    Refleksi dilakukan untuk mengadakan upaya evaluasi yang

    dilakukan guru dan tim pengamat dalam penelitian tindakan kelas.

  • 37

    2.4 Hipotesis Penelitian

    Menurut Suprapto (2013:56) hipotesis adalah jawaban sementara terhadap

    masalah penelitian yang menyangkut perilaku , gejala, kejadian, kondisi, dan fakta

    sesuatu hal yang terjadi maupun untuk masa yang akan datang. Hipotesis atau

    jawaban sementara ini harus dibuktikan kebenarannya secara empirik melalui

    suatu penelitian. Berdasarkan kajian teori, penelitiaan yang relevan dan kerangka

    berpikir, dapat dirumuskan hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

    a. Kemandirian belajar dan hasil belajar dapat meningkat melalui langkah-

    langkah penerapan model pembelajaran Active Learningtipe Card Sort.

    a) Pemberian motivasi

    b) Pengkondisian kelas dengan menjelaskan kegiatan apa yang akan

    dilakukan

    c) Pembagian tugas kepada setiap siswa

    d) Pengerjaan tugas

    e) Presentasi

    f) Refleksi

    b. Model pembelajaran Active Learning dapat meningkatkan kemandirian

    belajar siswa kelas 5 SDN Lopait 01 semester II tahun pelajaran

    2017/2018.

    c. Model pembelajaran Active Learning dapat meningkatkan hasil belajar IPS

    siswa kelas 5 SDN Lopait 01 semester II tahun pelajaran 2017/2018.