bab ii kajian pustaka 2.1. kajian teori 2.1.1. hakekat...

13
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat Model Pembelajaran Soekamto (Hamruni, 2012: 5) model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukisikan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Eggen dan Kauchak (Hamruni, 2012: 5) bahwa model pembelajaran memberikan kerangka dan arah bagi guru untuk mengajar. Dalam model pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi siswa dengan metode, dan teknik pembelajaran. Strategi pembelajaran Kemp (Hamruni, 2012:2) adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dicapai secara efektif dan efisien. Dick dan Carey (1990) (Hamruni, 2012:2) menjelaskan bahwa starategi pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi pembelajaran dalam prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang digunakan pembelajar tertentu. Menurut mereka startegi pembelajaran bukan hanya terbatas pada prosedur atau tahapan kegiatan belajar saja, melainkan termasuk juga pengaturan materi atau paket program pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik. Metode Menurut Fathurrahman Pupuh (Hamruni, 2012:6) metode secara harfiah berarti cara. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk tujuan tertentu. Dalam kaitannya dengan pembelajaran, metode didefinisikan sebagai cara-cara menyajikan bahan pembelajaran pada perserta didik untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian, salah satu keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam pembelajaran adalah keterampilan memilih metode. Pemilihan metode terkait langsung dengan usaha-usaha guru dalam menampilkan pengajaran yang

Upload: hoangduong

Post on 21-Jun-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8257/2/T1_292009307_BAB II.pdfpada pengetahuan awal siswa yang terlibat secara langsung

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Hakekat Model Pembelajaran

Soekamto (Hamruni, 2012: 5) model pembelajaran adalah kerangka

konseptual yang melukisikan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai

pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam

merencanakan aktivitas belajar mengajar. Hal ini sejalan dengan apa yang

dikemukakan Eggen dan Kauchak (Hamruni, 2012: 5) bahwa model pembelajaran

memberikan kerangka dan arah bagi guru untuk mengajar. Dalam model

pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi siswa dengan metode, dan

teknik pembelajaran.

Strategi pembelajaran Kemp (Hamruni, 2012:2) adalah suatu kegiatan

pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran

dicapai secara efektif dan efisien. Dick dan Carey (1990) (Hamruni, 2012:2)

menjelaskan bahwa starategi pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi

pembelajaran dalam prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang digunakan

pembelajar tertentu. Menurut mereka startegi pembelajaran bukan hanya terbatas

pada prosedur atau tahapan kegiatan belajar saja, melainkan termasuk juga

pengaturan materi atau paket program pembelajaran yang akan disampaikan

kepada peserta didik.

Metode Menurut Fathurrahman Pupuh (Hamruni, 2012:6) metode secara

harfiah berarti cara. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai

suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk tujuan tertentu. Dalam kaitannya

dengan pembelajaran, metode didefinisikan sebagai cara-cara menyajikan bahan

pembelajaran pada perserta didik untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.

Dengan demikian, salah satu keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang guru

dalam pembelajaran adalah keterampilan memilih metode. Pemilihan metode

terkait langsung dengan usaha-usaha guru dalam menampilkan pengajaran yang

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8257/2/T1_292009307_BAB II.pdfpada pengetahuan awal siswa yang terlibat secara langsung

7

sesuai dengan situasi dan kondisi, sehingga pencapaian tujuan pengajaran

diperoleh secara optimal.

Rusman (2010: 132) model-model pembelajaran sendiri biasanya disusun

berdasarkan berbagai prinsip atau teori pengetahuan. Para ahli menyusun model

pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran, teori-teori psikologis,

sosiologis, dan analisis system teori-teori lain yang mendukung Joyce dan Weil

(Rusman, 2010: 133).

Setiap model pembelajaran memiliki cara belajar yang berbeda-beda

tergantung guru dalam memgelolaan kelas untuk menciptakan suasana belajar

yang nyaman. Misalnya, model pembelajaran kooperatif tipe student teams-

achievement division (STAD) memerlukan lingkungan belajar yang nyamanuntuk

dikelola seperti tersedia meja dan kursi yang mudah dipindahkan untuk siswa

berkerja kelompok. Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa perlu

berkomunikasi satu sama lain dalam tugas kelompok.

2.1.2. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran Kooperatif (Humruni, 2012: 161) adalah rangkaian

pembelajaran kegiatan belajar dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok

tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

Pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan secara

berkelompok. Menurut Sanjaya (Rusman, 2012: 203) Model pembelajaran adalah

rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalm kelompok-kelompok

tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

Nurulhayati, 2002:25 ( Rusman, 2012:203) Pembelajaran kooperatif

adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam sutu

kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Dalam sistem belajar kooperatif, siswa

belajar berkerja sama dengan anggota lainnya. Dalam model ini siswa memiliki

dua tanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu

sesama anggota kelompok untuk belajar. Siswa belajar bersama dalm sebuah

kelompok kecil dan mereka dapat melakukannya seorang diri.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8257/2/T1_292009307_BAB II.pdfpada pengetahuan awal siswa yang terlibat secara langsung

8

Pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan

dengan cara berkelompok. Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian

belajar kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok tertentu untuk

mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan menurut Sanjaya (Rusman:

203) sedangkan menurut Tom V. Savage mengemukakan bahwa pembelajaran

kooperatif suatu pendekatan yang menekankan kerja sama dalam kelompok.

Beberapa pendapat para ahli tentang pembelajaran kooperatif maka dapat

disimpulkan pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang berkelompok

yang terdiri dari 4-6 orang untuk penguasaan materi pembelajaran setiap siswa

dalam kelompok bertanggung jawab secara bersama dengan cara berdiskusi,

saling bertukar pendapat, pengetahuan dan pengalaman.

Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori

konstruktivisme. Hal ini terlihat pada salah satu teori Vigotsky yaitu penekanan

pada hakekat sosiokultural dari pembelajaran Vigotsky yakni bahwa fase mental

yang lebih tinggi pada umumnya muncul pada percakapan atau kerjasama antar

individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi terserap dalam individu tersebut.

Impikasi dari teori Viotsky dikehendakinya susunan kelompok berbentuk

kooperatif.

Dari pandangan konstruktivisme dan menurut ahli di atas keberhasilan

belajar bukan hanya bergantung lingkungan atau kondisi belajar melainkan juga

pada pengetahuan awal siswa yang terlibat secara langsung dalam proses

pembelajaran. Pengetahuan itu tidak dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran

guru ke siswa, namun secara aktif dibangun oleh siswa sendiri melalui

pengalaman nyata.

2.1.2.1 Prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif

Menurut Riger dan David johnson (Rusman, 2010: 212) ada lima unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif yaitu, sebagai berikut : 1. prinsip ketergantungan positif (positive interdependence), yaitu

dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8257/2/T1_292009307_BAB II.pdfpada pengetahuan awal siswa yang terlibat secara langsung

9

2. Tanggung jawab perseorangan (individual accountability), yaitu keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota kelompoknya.

3. Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction), yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima informasi dari anggota kelompok lain.

4. Partisipasi dan komunikasi (participacion communication), yaitu melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran.

5. Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka, agar selanjutnya bisa bekerjasama dengan lebih efektif.

2.1.2.2 Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional

yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan

pada kegagalan orang lain . sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif

adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau

dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya (Slavin 1994).

Model pembelajaran koopertait dikembangkan untuk mencapai setidak tidaknya tiga tujuan pembelajaran pending yang dirangkum oleh Ibrahim, et al. (2000), yaitu: 1. Hasil Belajar Akademik

Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa dalam memahami konsep konsep yang sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran koperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas tugas akademik.

2. Penerimaan terhadap perbedaan individu Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan

secara luas dari orang orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidak mampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dan saling bergantung pada tugas tugas

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8257/2/T1_292009307_BAB II.pdfpada pengetahuan awal siswa yang terlibat secara langsung

10

akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.

3. Pengembangan keterampilan sosial Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah,

mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini anak muda masih kurang dalam ketarampilan sosial.

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-

tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting dimana guru mengajarkan kepada

siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Penerimaan terhadap keragaman

dan pengembangan keterampilan sosial, karena semuanya itu sangat penting

dimiliki oleh siswa, seperti yang kita ketahui masih banyak anak-anak maupun

orang dewasa saat ini masih kurang dalam melaksanakan keterampilan sosial.

2.1.3 Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Menurut Slavin (Rusman, 2011:213) model Student Teams-Achievement

Division (STAD) merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang paling banyak

diteliti. Model Student Teams-Achievement Division (STAD) juga merupakan

salah satu model pembelajaran Kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan

model pembelajaran yang paling baik untuk pemulaan bagi para guru yang baru

menggunakan pendekatan Kooperatif. Di samping itu metode ini juga sangat

mudah diadaptasi dapat digunakan pada mata pelajaran Matematika, Sains, ilmu

pengetahuan sosial, bahasa inggris, teknik, dan banyak subjek lainnya, tingkat

sekolah menengah sampai perguruan tinggi Sharan (Taniredja, Faridli, dkk.

2011:64).

Rusman (2010:213) dalam pembelajaran model Student Teams-

Achievement Division (STAD), siswa dibagi menjadi bebrapa kelompok

beranggotakan 4-6 orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya.

Guru memberikan suatu pelajaran dan siswa-siswa di dalam kelompok

memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pembelajaran

tersebut. Guru memberikan materi pelajaran dan siswa bekerja dalam tim mereka

memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Siswa

mempresentasikan kerja kelompok,. Kemudian, seluruh siswa diberikan tes

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8257/2/T1_292009307_BAB II.pdfpada pengetahuan awal siswa yang terlibat secara langsung

11

tentang materi tersebut, pada saat tes ini mereka tidak diperbolehkan saling

membantu. Dan dari hasil kelompok yang dapat mencapai kriteria tertentu bisa

mendapatkan penghargaan

Pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Division

(STAD) dalam pandangan konstruktivisme. Pembelajaran ini siswa lebih mudah

dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan teman dan

bertukar pendapat. Dalam belajar bersama kelompok-kelompok kemampuan, jenis

kelamin, suku/ ras satu sama lain saling membantu tampa membedakan tujuan

untuk memberi kesepatan kepada siswa untuk berpendapat dan mencapai

ketuntasan dari materi yang disampaikan oleh guru.

Selama kegiatan belajar mengajar model pembelajaran kooperatif tipe

Student Teams Achievement Division (STAD) siswa tetap tinggal dalam

kelompoknya selama kegiatan belajar. Dalam kelompoknya, seperti menjadi

pendengar aktif, memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik,

berdiskusi, dan sebagainya. Agar terlaksana dengan baik, guru memberi materi

yang di ajarkan kepada siswa, lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas

yang diberikan pada siswa. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota

kelompok untuk mencapai ketuntasan materi yang disampaikan oleh guru dan

saling membantu diantara teman-teman sekelompok untuk mencapai ketuntasan.

Pada model pembelajaran cooperative learning tipe STAD, tim yang

terbaik akan mendapatkan sebuah penghargaan. Menurut Nur, 2008, penghargaan

diberikan pada tim dengan kriteria tertentu. Kriteria itu dapat diambil dari skor

tim, kekompakan tim dalam bekerja sama, saling membantu teman satu tim dalam

mempelajari materi, dan saling memberi semangat kepada teman satu tim untuk

melakukan yang terbaik. Nur, 2008 juga menyatakan bahwa “ide utama di balik

STAD adalah untuk memotivasi siswa saling memberi semangat dan membantu

dalam menuntaskan keterampilan-keterampilan yang dipresentasikan guru”.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8257/2/T1_292009307_BAB II.pdfpada pengetahuan awal siswa yang terlibat secara langsung

12

2.1.3.1 Langkah-langkah dalam melaksanakan model pembelajaran STAD

adalah sebagai berikut :

Menurut Slavin (2009) langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari lima langkah, yaitu: penyajian kelas, belajar kelompok, kuis, skor, perkembangan individu dan penghargaan kelompok. Kelima langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD tersebut diuraikan dalam kegiatan pembelajaran sebagai berikut: a. Kegiatan pendahuluan

Pada kegiatan pendahuluan, hal-hal yang perlu dilakukan guru antara lain: 1. Guru memberikan apersepsi dan motivasi tentang materi pelajaran

yang akan diberikan 2. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan diberikan 3. Guru membagi siswa ke dalam kelompok kecil yang heterogen

b. Kegiatan inti Pada kegiatan inti, langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah: 1. Guru memberikan materi pelajaran yang dibahas pada hari itu 2. Guru memberikan tugas untuk dibahas secara berkelompok oleh

masing-masing kelompok 3. Masing-masing kelompok diberikan tugas untuk menemukan

jawaban pada tugas yang diberikan 4. Kelompok mempresentasikan hasil diskusinya 5. Tanggapan dari kelompok lain (tanya jawab)

c. Kegiatan penutup 1. Guru menyimpulkan materi pelajaran yang diberikan 2. Guru memberikan tes yang dikerjakan secara individual. 3. Guru memberikan penghargaan terhadap individu ataupun

kelompok yang aktif di dalam berdiskusi pada tugas yang diberikan

Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa cooperative

learning tipe STAD menempuh 5 langkah pembelajaran yaitu penyajian kelas,

belajar kelompok, kuis, skor, perkembangan individu dan penghargaan kelompok.

2.1.3.2 Penerapan Kooperatif tipe (STAD) terdiri atas 5 komponen utama

yaitu :

1. Presentasi kelas/awal pembelajaran Guru memulai dengan menyampaikan indikator yang harus dicapai hari itu dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan dipelajari. Dilanjutkan dengan memberikan persepsi dengan tujuan mengingatkan siswa terhadap materi prasarat yang telah dipelajari, agar siswa dapat menghubungkan materi yang akan disajikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8257/2/T1_292009307_BAB II.pdfpada pengetahuan awal siswa yang terlibat secara langsung

13

Pada tahap ini perlu ditekankan : a. Mengembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang

akan dipelajari siswa dalam kelompok. b. Menekankan bahwa belajar adalah memahami makna, dan

bukan hafalan. c. Memberi umpan balik sesering mungkin untuk mengontrol

pemahaman siswa. d. Memberi penjelasan mengapa mengapa jawaban itu benar atau

salah.Beralihkepada materi selanjutnya apabila siswa telah memahami permasalahan yang ada.

2. Tim Tim yang terdiri dari empat atau lima siswa mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Pada tahap ini setiap siswa diberi lembar tugas yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok siswa saling berbagi tugas. Guru sebagai fasilitator dan motivator. Hasil kerja kelompok dikumpulkan.

3. Kuis/ Tahap Tas Individu Diadakan pada akhir pertemuan untuk mengetahui yang dipelajari individu, selama mereka bekerja kelompok. Siswa tidak boleh saling membantu dalam mengerjakan kuis.

4. Tahap pemberian penghargaan Tahap pemberian penghargaan.Tim akan mendapatkan penghargaan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila nilai rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu.

2.1.4 Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya menurut

Slameto (2003: 2).

Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada

diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditinjau dari

berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah

laku, keterampilan, kecakapan merupakan aspek-aspek lain yang ada pada

individu yang belajar Sudjana(1989: 5).

Menururt Gagne (Agus Suprijono,2009:2) mendefinisikan bahwa belajar

adalah perubahan disposisi atau kemampuan melalui aktivitas. Travers dalam

Agus Suprijono (2009: 2) belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian

tingkah laku. Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8257/2/T1_292009307_BAB II.pdfpada pengetahuan awal siswa yang terlibat secara langsung

14

kompetensi, keterampilan, dan sikap belajar. Belajar sejak manusia lahir sampai

akhir hayat Buharuddin (2007:11).

Berbagai pengertian tentang belajar maka penulis menyimpulkan belajar

merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan

tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya

sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya.

2.1.5 Pengertian Hasil Belajar

Menurut Agus Suprijono (2009: 5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Menurut Gagne (Agus Suprijono, 2009: 6) hasil belajar berupa :

1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan.

2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan.

3. Sterategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam pemecahan masalah.

4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujut otomatisme gerak jasmani.

5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.

Menurut Bloom (Agus Suprijono, 2009: 6) hasil belajar adalah mencakup

kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Menurut Lindgren (Agus

Suprijono, 2009 : 7) hasil belajar meliputi kecakapan, informasi, pengertian dan

sikap.

Dari pendapat para ahli tentang hasil belajar maka dapat disimpulkan

bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya

salah satu aspek potensi kemanusian saja. Melainkan yang telah dicapai sebagai

tanda atau simbol keberhasilan dari usaha belajar (hasil aktivitas belajar) yang

menghasilkan perubahan, pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8257/2/T1_292009307_BAB II.pdfpada pengetahuan awal siswa yang terlibat secara langsung

15

2.1.6 Motivasi Belajar

Motivasi belajar merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri

seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambahkan

keterampilan, pengalaman. Motivasi mendorong dan mengarahkan minat belajar

karna termotivasi mencari prestasi. Siswa akan bersungguh-sungguh belajar

karena termotivasi mencari prestasi, mendapatkan kedudukan dalam jabatan,

menjadi politikus, dan memecahkan masalan menurut Martinis (2007:158).Mc.

Donal ( dalam Martinis Yamin, 2007:157) mendefinisikan motivasi adalah

perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya

perasaan dan reaksi mencapai tujuan.

Beberapa pendapat para ahli tentang motivasi maka dapat disimpulkan

bahwa motivasi yang artinya alasan atau dorongan. Motivasi dalam belajar

mempunyai arti membangkitkan dan memberi arah pada dorongan-dorongan yang

menyebabkan individu melakukan perbuatan perbuatan dalam belajar.

2.1.6.1 Jenis-jenis Motivasi

Jenis motivasi dalam belajar dibedakan dalam dua jenis, masing-masing adalah;

1. Motivasi esktrinsik merupakan kegiatan belajar yang tumbuh dari dorongan

dan kebutuhan seseorang tidak secara mutlak berhubungan dengan kegiatan

belajar sendiri. Motivasi ini bukanlah tumbuh diakibatkan oleh dorongan

seseorang seperti dorongan dari orang lain dan sebagainya.

2. Motivasi instrinsik merupakan kegiatan belajar dimulai dan diteruskan,

berdasarkan penghayatan sesuatu kebutuhan dan dorongan secara mutlak

berkaitan dengan aktivitas belajar.

2.1.7 Prinsip-prinsip Pembelajaran IPA di SD

John S. Richardson (Hendro Darmojo dan Jenny R.E. Kaligis, 991: 12) mengajar dan belajar adalah suatu proses yang tidak dapat dipisahkan. Suatu pengajaran akan berhasil apabila terjadi proses mengajar dan proses belajar yang harmoni ada tujuh prinsip dalam belajar dan mengajar agar suatu pelajaran IPA dapat berhasil.

1. Prinsip keterlibatan siswa secara aktif, merupakan bagian yang esensial dari proses mengajar IPA.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8257/2/T1_292009307_BAB II.pdfpada pengetahuan awal siswa yang terlibat secara langsung

16

2. Prinsip belajar bersinambungan, proses belajar selalu dimulai dari apa-apa yang telah dimiliki siswa.

3. Prinsip motivasi, sebagai suatu dorongan yang menyebabkan seorang mau berbuat sesuatu.

4. Prinsip multi saluran, suatu kenyataan bahwa daya penerimaan masing-masing siswa tidak sama.

5. Prinsip penemuan, bahwa untuk memahami sesuatu konsep atau symbol,-simbol, siswa tidak diberi tahu oleh guru, tetapi guru memberi peluang agar siswa dapat memperoleh sendiri pengetahuan itu melalui pengalamannya.

6. Prinsip totalitas, bertolak dari suatu paham bahwa bahwa siswa belajar dengan segenap kemampuan yang ia miliki sebagai makhluk hidup, yaitu pancainderanya, perasaan dan pikirannya.

7. Prinsip perbedaan individu, tidak dimaksudkan untuk membeda-bedakan siswa, tetapi bertolak pada suatu kenyataan bahwa setiap siswa perbedaan yang satu terhadap yang lain.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian dengan mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

sebelumnya sudah diteliti oleh beberapa orang. Penelitian yang relevan dilakukan

oleh Selvia Yeni (2012) Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

tipe student teams-achievement division (STAD) Terhadap Hasil Belajar Siswa

Kelas IV Semester II Pada Mata Pelajaran IPA SD Negeri Dukuh 02 Salatiga

Kecamatan Sidomukti Tahun Pelajaran 2011/2012. Penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe student teams-achievement division (STAD) efektif

digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Angga Adi Wicaksono (2012) melakukan penelitian tentang pengaruh

penerapan metode pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams-Achievement

Divison (STAD) terhadap motivasi dan hasil belajar IPS. Dalam penelitian

menyatakan didalam pembelajaran memungkinkan siswa saling berkerjasama,

berinteraksi, serta mempunyai motivasi yang berasal dari stimulus yang diberikan

oleh guru berupa bentuk penghargaan.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8257/2/T1_292009307_BAB II.pdfpada pengetahuan awal siswa yang terlibat secara langsung

17

2.3 Kerangka Berpikir

Upaya yang diperlukan untuk mendorong siswa aktif dalam kegiatan

belajar di kelas selalu bergantung pada guru. Keaktifan siswa belum berkembang

selama proses pembelajaran yang berdampak pada hasil belajar siswa yang masih

rendah. Hal ini yang menjadi indikator perlunya upaya untuk membantu siswa

agar dapat mempelajari materi dengan lebih baik sesuai dengan tujuan

pembelajran.

Penggunan model pembelajaran tipe STAD lebih mendorong kemandirian,

keaktifan dan tanggung jawab dalam diri siswa. Dalam hal ini siswa lebih banyak

berperan selama kegiatan pembelajaran berlansung, melalui penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD ini diharapkan dapat meningkatkan keaktifan

dan hasil belajar siswaKerangka berfikir untuk penelitian ini terdapat dalam

gambar 2.1.

Gambar 2.1 Alur Kerangka Berpikir

Kelas kontrol

Uji T untuk Mengetahui Hasil postest + motivasi

apakah ada pengaruh yang signifikan

dengan penggunaan model

Pembelajaran kooperatif STAD

Hasil pretest tidak boleh ada perbedaan

yang signifikan

Pembelajaran Menggunakan model

pembelajaran kooperatif STAD

Postest Pretest Kelas

Eksperimenn

Pembelajaran Menggunakan metode

konvensional Pretest Postest

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8257/2/T1_292009307_BAB II.pdfpada pengetahuan awal siswa yang terlibat secara langsung

18

2.4 Hipotesis

Apakah ada pengaruh penggunaan pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student

Teams-Achievement Division dalam pembelajaran IPA siswa kelas 5 SD.

Ho: diduga tidak ada pengaruh penggunaan pembelajaran STAD terhadap hasil

belajar dan motivasi IPA kelas 5 SD N Dukuh 03 salatiga kecamatan

sidomukti semester 2 tahun 2012/2013

H1: diduga ada pengaruh penggunaan pembelajaran STAD terhadap hasil belajar

dan motivasi IPA kelas 5 SD NDukuh 03 salatiga kecamatan sidomukti

semester 2 tahun 2012/2013.