bab ii kajian pustaka 2.1 definisi intellectual capitaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4669/3/bab...

33
12 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Intellectual Capital Intellectual Capital pertama kali dicetuskan oleh Galbaraith pada tahun 1969. Intellectual Capital merupakan istilah lain dari intangible assets. Banyak definisi menganai intellectual capital yang diungkapkan oleh peneliti sebelumnya. Stewart (1997), seperti dikutip oleh Pouraghajan et al (2013), mendefinisikan intellectual capital sebagai “new capital og organization that intellectual resources like knowledge, information and experience are as instrument for creating the capital.” Kemudian , Kamel et al. (2011), seperti dikutip oleh Pouraghajan et al (2013), mendefinisikan intellectual capital sebagai “ net value added to firm assets.” Masoulas (1998), seperti yang dikutip oleh Yu-Shan Chen (2008), mendefinisikan intellectual capital sebagai “ total stocks of all the intangible assets, knowledge, and capabilities of a company that could create values of competitive advantages, so as to achieve its excellent goals.” Selanjutnya, Edvinsson dan Malone (1997), seperti dikutip oleh Kamath (2015), menyatakan Intellectual Capital sebagai “knowledge that can be converted into value.” Selanjutnya , Sveiby (1998), seperti yang dikutip oleh Rachawati (2012), mendefinisikan Intellectual Capital sebagai “the invisible intangible part of the balance sheet can be classified as family of three, individual competence, internal structual, and external structure.”

Upload: others

Post on 20-Jan-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Intellectual Capitaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4669/3/BAB II.pdf · dan Reed (1983, h.91) dalam ulum (2007) yang menyatakan bahwa stakeholder

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Definisi Intellectual Capital

Intellectual Capital pertama kali dicetuskan oleh Galbaraith pada tahun

1969. Intellectual Capital merupakan istilah lain dari intangible assets. Banyak

definisi menganai intellectual capital yang diungkapkan oleh peneliti sebelumnya.

Stewart (1997), seperti dikutip oleh Pouraghajan et al (2013), mendefinisikan

intellectual capital sebagai “new capital og organization that intellectual

resources like knowledge, information and experience are as instrument for

creating the capital.” Kemudian , Kamel et al. (2011), seperti dikutip oleh

Pouraghajan et al (2013), mendefinisikan intellectual capital sebagai “ net value

added to firm assets.”

Masoulas (1998), seperti yang dikutip oleh Yu-Shan Chen (2008),

mendefinisikan intellectual capital sebagai “ total stocks of all the intangible

assets, knowledge, and capabilities of a company that could create values of

competitive advantages, so as to achieve its excellent goals.” Selanjutnya,

Edvinsson dan Malone (1997), seperti dikutip oleh Kamath (2015), menyatakan

Intellectual Capital sebagai “knowledge that can be converted into value.”

Selanjutnya , Sveiby (1998), seperti yang dikutip oleh Rachawati (2012),

mendefinisikan Intellectual Capital sebagai “the invisible intangible part of the

balance sheet can be classified as family of three, individual competence, internal

structual, and external structure.”

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Intellectual Capitaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4669/3/BAB II.pdf · dan Reed (1983, h.91) dalam ulum (2007) yang menyatakan bahwa stakeholder

13

Intellectual capital atau modal intelektual memiliki peran yang sangat

penting dan strategis di perusahaan. Stewart (dalam Hartono, 2001)

mendefinisikan intellectual capital sebagai “intellectual capital as the intellectual

material that has been formalized, capture and leveraged to create wealth by

producing a higher value assets”. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa

intellectual capital merupakan sumber daya berupa pengetahuan yang tersedia

pada perusahaan yang akhirnya mendatangkan future economic benefit pada

perusahaan tersebut. Jadi inti dari keberadaan intellectual capital adalah

pengetahuan yang didukung proses informasi untuk menjalin hubungan dengan

pihak luar.

Berdasarkan definisi-definisi, maka dapat dinyatakan bahwa intellectual

capital merupakan suatu aset yang dimiliki oleh perusahaan berkaitan dengan

pengetahuan dan teknologi informasi yang memberikan competitive advantages

bagi perusahan untuk mencapai tujuan dengan memberikan nilai tambah bagi

stakholders. Secara umum, intellectual capital dapat digolongkan menjadi tiga

komponen, yaitu capital employed, human capital, dan structual capital.

Intellectual capital tidak dapat menciptakan nilai bagi perusahaan tanpa adanya

tangible assets perusahaan (Pulic, 2004). Dalam prosesnya, kedua sumber daya

tersebut menghasilkan nilai bagi perusahan yang dapat digambarkan dengan

kekayaan atau kas. Dalam hal, intangible assets menentukan keefisienan

perusahaan dalam siklus konversi aset menjadi kas (Talukdar, 2008). Kekayaan

atau kas yang diperoleh perusahaan kemudian dapat digunakan kembali antara

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Intellectual Capitaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4669/3/BAB II.pdf · dan Reed (1983, h.91) dalam ulum (2007) yang menyatakan bahwa stakeholder

14

lain untuk pengembangan intellectual capital perusahaan, investasi tangible assets

atau digunakan untuk membayar dividen bagi pemilik modal.

2.2 Landasan Teori

Teori-teori yang dapat menjelaskan pentingnya pengungkapan Intellectual

Capital atau modal intelektual diantaranya adalah:

2.2.1 Stakeholder Theory

Istilah stakeholder dalam definisi klasik adalah definisi Freeman

dan Reed (1983, h.91) dalam ulum (2007) yang menyatakan bahwa

stakeholder adalah :

“any identifiable group or individual who can affect the achievement of an

organisation’s objectives or is affected by the achievement of an

organisation’s objectives”.

Berdasarkan teori stakeholder, manajemen organisasi diharapkan untuk

melakukan aktivitas yang dianggap penting oleh stakeholder mereka dan

melaporkan kembali aktivitas-aktivitas tersebut pada stakeholder.

Sebenarnya, teori stakeholder menjelaskan hubungan antara manajemen

perusahaan dengan para stakeholder nya. Para stakeholder memiliki hak

untuk diperlakukan secara adil oleh organisasi, dan manajemen harus

mengelola organisasi untuk keuntungan seluruh stakeholder (Deegan,

2004, dalam Ulum, 2007).

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Intellectual Capitaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4669/3/BAB II.pdf · dan Reed (1983, h.91) dalam ulum (2007) yang menyatakan bahwa stakeholder

15

Stakeholder, atau lebih dikenal dengan istilah pemangku

kepentingan, adalah setiap kelompok atau individu yang dapat

mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan organisasi

(Freeman & McVea, 2001 dalam Utama & Kurniawati, 2012). Stakeholder

dapat terdiri dari pemegang saham (shareholder), kreditur, pemerintah,

karyawan, pelanggan, pemasok, dan masyarakat. permintaan wajibnya,

untuk memenuhi ekspektasi sesungguhnya atau yang diakui oleh

stakeholder (Ulum, 2007).

Teori stakeholder secara tidak langsung memaksa manajemen

perusahaan untuk mengelola secara maksimal seluruh potensi sumber daya

yang dimilikinya agar dapat menciptakan value added (nilai tambah)

sekaligus mendorong peningkatan kinerja keuangan yang pada akhirnya

dapat memberikan manfaat bagi seluruh stakeholder.

Menurut Ulum (2007) tujuan utama dari teori stakeholder adalah

untuk membantu manajer korporasi mengerti lingkungan stakeholder

mereka dan melakukan pengelolaan dengan lebih efektif di antara

keberadaan hubungan-hubungan di lingkungan perusahaan mereka.

Namun demikian, tujuan yang lebih luas dari teori stakeholder adalah

untuk menolong manajer korporasi dalam meningkatkan nilai dari dampak

aktifitas-aktifitas mereka, dan meminimalkan kerugian-kerugian bagi

stakeholder. Pada kenyataannya, inti keseluruhan teori stakeholder terletak

pada apa yang terjadi ketika korporasi dan stakeholder menjalankan

hubungan mereka.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Intellectual Capitaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4669/3/BAB II.pdf · dan Reed (1983, h.91) dalam ulum (2007) yang menyatakan bahwa stakeholder

16

Teori stakeholder memberikan ruang bagi para stakeholder untuk

memperoleh informasi yang seluas-luasnya tentang aktivitas yang

dilakukan perusahaan dan pengaruhnya bagi stakeholder, baik itu positif

maupun negatif. Organisasi atau perusahaan akan memilih secara sukarela

mengungkapkan informasi tentang kinerja lingkungan, sosial, dan

intelektual mereka, melebihi dan di atas permintaan wajibnya, untuk

memenuhi ekspektasi sesungguhnya atau yang diakui oleh stakeholder

(Ulum, 2007).

Dalam konteks untuk menjelaskan tentang konsep IC, teori

stakeholder harus dipandang dari kedua bidangnya, baik bidang etika

(moral) maupun bidang manajerial. Bidang etika berargumen bahwa

seluruh stakeholder memiliki hak untuk diperlakukan secara adil oleh

organisasi, dan manajer harus mengelola organisasi untuk keuntungan

seluruh stakeholder (Deegan, 2004 dalam Ulum 2009). Ketika manajer

mampu mengelola organisasi secara maksimal, khususnya dalam upaya

penciptaan nilai bagi perusahaan, maka artinya manajer telah memenuhi

aspek etika dari teori stakeholder. Bidang manajerial dari teori stakeholder

berpendapat bahwa kekuatan stakeholder untuk mempengaruhi

manajemen korporasi harus dipandang sebagai fungsi dari tingkat

pengendalian stakeholder atas sumber daya yang dibutuhkan organisasi

(Watts dan Zimmerman, 1986 dalam Ulum 2009). Ketika para stakeholder

berupaya untuk mengendalikan sumber daya organisasi, maka orientasinya

adalah untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Intellectual Capitaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4669/3/BAB II.pdf · dan Reed (1983, h.91) dalam ulum (2007) yang menyatakan bahwa stakeholder

17

Para stakeholder berkepentingan untuk mempengaruhi manajemen

dalam proses pemanfaatan seluruh potensi yang dimiliki oleh organisasi.

Karena hanya dengan pengelolaan yang baik dan maksimal atas seluruh

potensi inilah organisasi akan dapat menciptakan nilai tambah untuk

kemudian mendorong kinerja keuangan perusahaan yang merupakan

orientasi para stakeholder dalam mengintervensi manajemen.

2.2.2 Knowledge Based Theory

Menurut Sangkala (dalam Ramadhan, 2009) resource-based theory

menjelaskan adanya dua pandangan mengenai perangkat penyusunan

strategi perusahaan. Yang pertama yaitu pandangan yang berorientasi pada

pasar (market-based) dan yang kedua adalah pandangan yang berorientasi

pada sumber daya (resource-based). Pengembangan dari kedua perangkat

tersebut menghasilkan suatu pandangan baru, yaitu pandangan yang

berorientasi pada pengetahuan (knowledge-based).

Knowledge-based theory menganggap pengetahuan sebagai sumber

daya yang sangat penting bagi perusahaan, karena pengetahuan merupakan

aset yang apabila dikelola dengan baik akan meningkatkan kinerja

perusahaan. Apabila kinerja perusahan meningkat otomatis nilai perusahan

akan ikut meningkat (Ramadhan, 2009). Ulum (2008) menjelaskan bahwa

dengan perubahan ekonomi yang berkarakteristik ekonomi berbasis ilmu

pengetahuan dengan penerapan manajemen pengetahuan (knowledge

management) maka kemakmuran suatu perusahaan akan bergantung pada

suatu penciptaan transformasi dan kapitalisasi dari pengetahuan itu sendiri.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Intellectual Capitaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4669/3/BAB II.pdf · dan Reed (1983, h.91) dalam ulum (2007) yang menyatakan bahwa stakeholder

18

Semakin baik perusahaan dapat mengelola dan memanfaatkan intellectual

capital yang dimiliki, diharapkan akan menciptakan kompetensi yang khas

bagi perusahaan yang diharapkan mampu mendukung kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kebutuhan pelanggan.

2.2.3 Knowledge Based View (KBV)

Pandangan berbasis pengetahuan perusahaan/knowledge Based

View (KBV) adalah eksetensi baru dari pandangan berbasis sumber daya

perusahaan resource based view (RBV) dari perusahaan dan memberikan

teoritis yang kuat dalam mendukung modal intelektual. KBV berasal dari

RBV dan menunjukkan bahwa pengetahuan dalam berbagai bentuknya

adalah kepentingan sumber daya (Grant, 1996b; Machlup, 1984 dalam

Wahdikorin 2010). KBV menganggap pengetahuan sebagai sumber daya

yang paling strategis dan signifikan dari perusahaan. Pendukungnya

berpendapat bahwa karena pengetahuan berbasis sumber daya biasanya

sulit untuk ditiru, tingkat sosial yang kompleks, basis pengetahuan yang

heterogen dan kemampuan antara perusahaan adalah penentu utama

berlanjutnya keunggulan kompetitif dan kinerja unggul perusahaan. Teori

berbasis pengetahuan perusahaan menguraikan karakteristik khas sebagai

berikut:

a) Pengetahuan memegang peran yang paling strategis di perusahaan.

b) Kegiatan dan proses produksi di perusahaan melibatkan penerapan

pengetahuan.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Intellectual Capitaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4669/3/BAB II.pdf · dan Reed (1983, h.91) dalam ulum (2007) yang menyatakan bahwa stakeholder

19

c) Individu-individu dalam organisasi tersebut yang bertanggung

jawab untuk membuat, memegang dan berbagi pengetahuan

(www.encyclopedia.com) dalam Wahdikorin (2010).

2.2.4 Resource Dependence Theory

Pfeffer dan Salancik (1978) dalam Pratiwi (2005) menjelaskan

bahwa Resource dependency theory memfokuskan hubungan simbiotik

perusahaan dengan sumber daya lingkungan. Perusahaan memiliki

ketergantungan dengan perusahaan lain yang memiliki pengendalian

terhadap sumber daya. Perusahaan selalu berinteraksi dengan perusahaan

lain yang mengendalikan sumber daya dalam lingkungannya untuk

memperoleh sumber daya tersebut.

Resource-dependence theory memiliki perspektif mengenai

pekerjaan entrepreneurship, seperti venture capitalist, regulator, dan

konsumen utama yang digambarkan sebagai pembentuk perusahaan dan

outcomes melalui pengendalian dari berbagai sumber daya penting. Teori

ini memandang sumber daya perusahaan sebagai hal yang melekat yang

tidak dapat secara cepat ditambah atau dihilangkan (Grant,1991).

2.3 Komponen Intellectual Capital

Modal skema intelektual menurut (Sveiby, 1997), (Stewart, 1997), dan

(Edvinson dan Sullivan, 1996) menggambarkan tiga elemen yang sama, yaitu

modal intelektual yang melekat pada manusia (human capital), modal intelektual

yang melekat pada organisasi (structural capital), dan modal intelektual yang

melekat pada hubungan dengan pihak eksternal (customer capital).

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Intellectual Capitaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4669/3/BAB II.pdf · dan Reed (1983, h.91) dalam ulum (2007) yang menyatakan bahwa stakeholder

20

Tabel 1

Komponen Intellectual Capital

Elemen /

Author

Modal

Intelektual yang

melekat pada

manusia

Modal

Intelektual yang

melekat pada

organisasi

Modal

Intelektual yang

melekat pada

hubungan

dengan pihak

eksternal

Edvinson Human capital Organizational

capital

Customer capital

Stewart Human capital Structure capital Customer capital

Sveby Employee

competence

Internal stucture External

structure

Sumber :Punomosidhi, 2006

Elemen pertama dalam tabel di atas adalah human capital, yang

merupakan kombinasi dari pengetahuan, keahlian (skill), kemampuan melakukan

inovasi, dan kemampuan menyelesaikan tugas, meliputi nilai perusahaan, kultur

dan filsafatnya (Bontis dalam Hartono, 2001). Elemen kedua merupakan

structural capital yang merupakan sarana dan prasarana yang mendukung

karyawan untuk menciptakan kinerja yang optimum, meliputi struktur organisasi,

patent, dan trade mark (Hartono, 2001). Elemen ketiga adalah customer capital,

mencerminkan hubungan dengan pihak luar dari organisasi, seperti koneksi,

loyalitas pelanggan, dan hubungan yang baik dengan supplier (Petras dalam

Hartono, 2001). Dapat disimpulkan secara umum komponen dalam intelellectual

capital adalah sebagai berikut :

1. Human capital (HC)

Human capital menjadi sangat penting karena merupakan aset

perusahaan dan sumber inovasi serta pembaharuan. Karyawan dengan

human capital yang tinggi akan lebih memungkinkan untuk memberikan

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Intellectual Capitaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4669/3/BAB II.pdf · dan Reed (1983, h.91) dalam ulum (2007) yang menyatakan bahwa stakeholder

21

layanan yang berkualitas sehingga dapat mempertahankan maupun

menarik pelanggan baru. Jika informasi mengenai kualitas layanan suatu

perusahaan tersedia, tingkat pendidikan dan pengalaman dapat bertindak

sebagai indikator kemampuan dan kompetensi perusahaan tersebut,

sehingga diharapkan dalam era berikutnya perusahaan lebih

mempedulikan human capital yang dimiliki (Sugeng, 2000).

Human capital adalah kompetensi, pengetahuan,keterampilan, dan

kepribadian yang dimiliki oleh karyawan untuk melakukan kegiatan yang

bermanfaat sehingga menghasilkan nilai ekonomi bagi perusahaan. Human

capital berasal dari pendidikan dan pengalaman yang dapat menghasilkan

inovasi melalui kreatifitas dan keterampilan yang dimiliki karyawan.

Human capital dapat dikembangkan oleh perusahaan dengan

meningkatkan pengetahuan karyawannya melalui pelatihan-pelatihan atau

beasiswa untuk melanjutkan kuliah ke tingkat yang lebih tinggi.

Human capital menurut Bontis (2002) adalah kemampuan yang

dimiliki oleh sumber daya manusia dalam perusahaan, antara lain berasal

dari pengetahuan, pengalaman, inovasi, dan kapabilitasnya untuk

mentukan solusi terbaik untuk mencapai tujuan perusahaan. Human

capital merupakan komponen utama yang penting karena mempunyai

potensi besar dalam penciptaan nilai bagi perusahaan. Komponen ini

disebut juga sebagai employee-dependent karena akan hilang ketika

karyawan meninggalkan perusahaan. Human capital yang dikelola secara

baik oleh perusahaan dapat meningkatkan produktivitas perusahaan.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Intellectual Capitaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4669/3/BAB II.pdf · dan Reed (1983, h.91) dalam ulum (2007) yang menyatakan bahwa stakeholder

22

Baroroh (2013) menyatakan bahwa human capital merupakan

kombinasi keterampilan , pengetahuan, kemampuan dan inovasi seseorang

dalam menjalankan tugasnya sehingga dapat menciptakan suatu nilai.

Human capital meruapakan sumber kunci inovasi dan pengembangan

competatitive advantages perusahaan. Dengan memiliki sumber daya

manusia yang terampil dan memiliki keahlian, maka kinerja perusahaan

dapat meningkat. Bahkan, perusahaan dapat bertahan dan bersaing dalam

lingkungan bisnis yang dinamis. Kemudian Stewart (1997)

mengungkapkan bahwa human capital dalam perusahaan dapat

berkembang melalui dua cara, yaitu ketika organisasi menggunakan

pengetahuan individu atau ketika individu tersebut bermanfaat bagi

perusahaan karena memiliki pengetahuan diluar kemampuan organisasi

(Iranmahd et al, 2014)

Keberhasilan pengembangan human capital oleh perusahaan akan

menghasilkan keunggulan kompetitif bagi perusahaan. Dengan demikian

maka perusahaan akan dapat bersaing dan menghasilkan keuntungan.

2. Structural capital (SC)

Bontis et al. (2000) dalam Ulum (2009) menyebutkan bahwa

structural capital meliputi seluruh non-human storehouses of knowledge

dalam organisasi. Termasuk dalam hal yaitu database, organizational

charts, process manuals, strategies, routines dan segala hal yang membuat

nilai perusahaan lebih besar dari pada nilai materialnya. Structural capital

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Intellectual Capitaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4669/3/BAB II.pdf · dan Reed (1983, h.91) dalam ulum (2007) yang menyatakan bahwa stakeholder

23

mendukung human capital untuk menghasilkan kinerja yang optimal

dengan sarana dan prasarana yang diberikan oleh perusahaan.

Structural capital menunjukkan pengetahuan yang akan tetap ada

dalam perusahaan yang bersifat bukan manusia, seperti: rutinitas

perusahaan, prosedur, sistem, budaya, dan database (Salim & Karyawati,

2013). Structural capital timbul dari proses dan nilai organisasi yang

mencerminkan fokus internal dan eksternal perusahaan disertai

pengembangan dan pembaharuan nilai untuk masa depan (Suhendah,

2012).

3. Customer Capital (CC)

Perusahaan tidak dapat berdiri sendiri tanpa dukungan dari pihak di

luar perusahaan seperti pemasok, pelanggan, masyarakat dan pemerintah.

Oleh karena itu perusahaan berusaha menjalin hubungan baik dengan

pelanggan, pemasok dan semua pihak yang mempunyai hubungan dengan

perusahaan. Pihak diluar perusahaan yang berbisnis dengan perusahaan

dan mempunyai hubungan baik dengan perusahaan disebut dengan

customer capital. Customer capital muncul melalui proses mengenal,

belajar, dan percaya. Seiring dengan proses tersebut, maka timbul

hubungan dengan perusahaan. Pada saat seseorang ingin membeli produk

suatu perusahaan, maka keinginan itu didasari oleh kepercayaan, harga dan

spesifikasi produk tersebut. Semakin baik hubungan seseorang dengan

perusahaan, maka semakin besar kemungkinan untuk membeli produk

tersebut.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Intellectual Capitaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4669/3/BAB II.pdf · dan Reed (1983, h.91) dalam ulum (2007) yang menyatakan bahwa stakeholder

24

Komponen-komponen modal intelektual di atas merupakan

indukasi future value dan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

kinerja keuangan. Maka, diperlukan metode pelaporan dan pengelolaan

terhadap dimensi-dimensi intangible yang lebih sistematis (Purnomosidhi,

2006).

Intellectual capital merupakan sumber daya perusahaan yang

memegang peranan penting seperti physical capital dan financial capital.

Untuk itu perusahaan perlu mengembangkan strategi agar sumber daya

yang dimilikinya dapat menciptakan nilai tambah bagi perusahaan.

2.4 Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan merupakan suatu tolak ukur kemampuan perusahaan

dalam mengelola dan mengalokasikan sumber daya yang dimiliki perusahaan.

Dapat diartikan bahwa kinerja merupakan hasil pencapaian yang telah dilakukan

oleh perusahaan dalam periode tertentu. Perusahaan harus terus melakukan

peningkatan terhadap kinerja perusahaan agar tujuan perusahaan tercapai. Kinerja

keuangan yang baik mencerminkan kondisi perusahaan dalam kondisi baik. Hasil

dari kinerja keuangan dapat dijadikan sebagai evaluasi untuk perusahaan di masa

yang akan datang

Pengertian kinerja menurut Simanjuntak ( 2011, hal 1) adalah tingkat

pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu. Kinerja perusahaan adalah

tingkat pencapaian hasil dalam rangka mewujudkan tujuan perusahaan. Kinerja

adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang

dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Intellectual Capitaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4669/3/BAB II.pdf · dan Reed (1983, h.91) dalam ulum (2007) yang menyatakan bahwa stakeholder

25

masing, dalam upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak

melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika (Prawirosentono, 1997

dalam Wahdikorin 2010).

Kinerja keuangan perusahan merupakan penentuan ukuran-ukuran tertentu

yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba.

Menurut (Elanvita, 2008) prestasi perusahaan yang ditunjukkan oleh laporan

keuangannya sebagai suatu tampilan keadaan perusahaan selama periode tertentu

disebut dengan kinerja keuangan perusahaan. Sedangkan Pranata (2007)

menyatakan bahwa kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang

menunjukkan efektifitas dan efisien suatu organisasi dalam rangka mencapai

tujuannya. Tujuan perusahaan akan sulit tercapai bila perusahaan tersebut tidak

bekerja secara efisien, sehingga perusahaan tidak mampu baik langsung maupun

tidak langsung bersaing dengan perusahaan sejenis (Endut Wiyoto dalam

Elanvita, 2008).

Kinerja keuangan dapat diukur dengan elemen keuangan maupun non

keuangan. Jenis-jenis eleme keuangan yaitu:

a. Rasio Likuiditas

Menurut Sartono (2011:114), “Rasio Likuiditas adalah rasio yang

menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial

yang berjangka pendek tepatpada waktunya”.

Rasio likuiditas meliputi :

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Intellectual Capitaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4669/3/BAB II.pdf · dan Reed (1983, h.91) dalam ulum (2007) yang menyatakan bahwa stakeholder

26

1. Current Ratio

Rasio lancar atau current ratio (CR) merupakan rasio untuk mengukur

kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau

utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Rasio

lancar dapat dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan

(margin of safety) suatu perusahaan. Perbandingan antara aktiva lancar

dengan kewajiban jangka pendek (hutang lancar).

Rumus yang digunakan :

Aktiva lancar

Hutang lancar 𝑥 100%

(Sartono (2011:114)

Semakin tinggi current ratio berarti semakin besar kemampuan

perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek. Aktiva

lancar yang dimaksud termasuk kas, surat berharga, piutang, dan

persediaan.

2) Quick Ratio

Perbandingan antara aktiva lancar setelah dikurangi persediaan

dengan hutang lancar.

Rumus yang digunakan :

Aktiva lancar − Persediaan

Hutang Lancar x 100%

(Sartono (2011:114)

quick ratio yang rendah menunjukkan adanya investasi yang sangat besar

dalam persediaan atau disebabkan perputaran persediaan yang lambat.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Intellectual Capitaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4669/3/BAB II.pdf · dan Reed (1983, h.91) dalam ulum (2007) yang menyatakan bahwa stakeholder

27

3) Cash Ratio

Cash ratio merupakan kemampuan untuk membayar utang yang segera

harus dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan dan efek yang

dapat segera diuangkan yaitu dengan membandingkan antara uang kas yang

ada pada perusahaan dengan utang lancar. Semakin besar ratio ini maka

semakin baik. Pengertian Rasio Kas menurut Munawir (2001:76) “Rasio

Kas merupakan perbandingan antara kas dengan total hutang lancar. Dapat

juga dihitung dengan mengikutsertakan surat-surat berharga (Marketable

Securities).” Kas dan surat berharga merupakan alat likuid yang paling

dipercaya. Rasio kas juga menunjukkan kemampuan perusahaan untuk

membayar utang yang segera harus dipenuhi dengan kas yang tersedia

dalam perusahaan dan surat-surat berharga yang segera dapat diuangkan

Rumus yang digunakan :

Kas + Efek

Hutang Lancar x 100%

(Munawir,2001:76)

Pedoman dalam menganalisis current rasio antara 100% samapi 200%,

diatas 200% berarti banyak aktiva menganggur (Darsono dan Ashari,

2005:52).

b. Rasio Aktivitas

Menurut Sartono (2011:114), “Rasio aktivitas adalah rasio yang

menunjukkan sejauh mana efisiensi perusahaan dalam menggunakan aset untuk

memperoleh penjualan”.Yang termasuk dalam rasio aktivitas adalah :

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Intellectual Capitaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4669/3/BAB II.pdf · dan Reed (1983, h.91) dalam ulum (2007) yang menyatakan bahwa stakeholder

28

1) Inventory Turn Over

Rasio perputaran persediaan mengukur berapa kali persediaan

perusahaan telah dijual selama periode tertentu, misalnya selama tahun

tertentu. Angka mengukur efisiensi pengelolaan persediaan dalam

perusahaan.

Rumus yang digunakan :

Penjualan netto

Persediaan x 1 kali

2) Fixed Asset Turn Over

Merupakan rasio antara penjualan dengan aktiva tetap netto. Rasio

menunjukkan bagaimana perusahaan menggunakan aktiva tetapnya seperti

gedung, kendaraan, mesinmesin, dan perlengkapan kantor.

Rumus yang digunakan :

Penjualan netto

Aktiva tetap bersih x 1 kali

(Sartono,2011:114)

3) Total Asset Turn Over

Perputaran total aktiva menunjukkan bagaimana tingkat efektivitas

perusahaan dalam menggunakan seluruh aktiva untuk menciptakan

penjualan dalam menggunakan seluruh aktiva untuk menciptakan penjualan

dan pendapatan laba. Tingkat perputaran ditentukan oleh perputaran elemen

aktiva sendiri.

Rumus yang digunakan :

Penjualan netto

Total Aktiva x 1 kali

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Intellectual Capitaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4669/3/BAB II.pdf · dan Reed (1983, h.91) dalam ulum (2007) yang menyatakan bahwa stakeholder

29

(Sartono,2011:114)

4) Average Collection Period

Periode pengumpulan piutang yaitu ratarata yang diperlukan untuk

mengubah piutang menjadi kas. Biasanya ditentukan dengan membagi

piutang dengan rata-rata penjualan harian.

Rumus yang digunakan :

Piutang

Penjualan kredit x 360 hari

(Sartono,2011:114)

5) Receivable Turn Over

Perputaran piutang menunjukkan kualitas piutang perusahaan dan

kesuksesan perusahaan dalam mengumpulkan piutang. Semakin cepat

perputaran piutang, maka current ratio dan quik ratio semakin bagus dalam

analisis keuangan.

Rumus yang digunakan :

Penjualan Kredit

Piutang x 1 kali

(Sartono,2011:114)

6) Working Capital Turn Over

Digunakan untuk menghitung berapa kali dana yang tertanam dalam

modal kerja perusahaan dalam satu tahun. Makin cepat perputaran modal

kerja maka current ratio dan quick ratio yang dimiliki akan semakin bagus.

Rumus yang digunakan :

Penjualan Bersih

Aktiva Lancar − Utang lancar x 1 kali

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Intellectual Capitaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4669/3/BAB II.pdf · dan Reed (1983, h.91) dalam ulum (2007) yang menyatakan bahwa stakeholder

30

(Sartono,2011:114)

c. Rasio Solvabilitas

Menurut Sartono (2011:114),” Rasio Solvabilitas adalah rasio yang

menunjukkan kapasitas perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek

maupun jangka panjang."

1) Total Debt to Total Asset

Rasio Total Debt to Total Asset memperlihatkan proporsi antara

kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang dimiliki. Semakin tingi

hasil persentasenya, cenderung semakin besar resiko keuangannya bagi

kreditur maupun pemegang saham. Selain, Merupakan rasio yang

menghitung persentase total dana yang disediakan kreditur.

Rumus yang digunakan :

Total Utang

Total Aktiva x 100 %

(Sawir, 2005:13)

2) Total debt to Equity Ratio

Merupakan rasio perbandingan antara total utang dengan modal

sendiri yang berupa saham dan surat-surat berharga lainnya.

Rumus yang digunakan :

Total Utang

Modal Sendiri x 100 %

(Sawir, 2005:13)

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Intellectual Capitaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4669/3/BAB II.pdf · dan Reed (1983, h.91) dalam ulum (2007) yang menyatakan bahwa stakeholder

31

3) Long Term Debt to Equity Ratio

Digunakan untuk menghitung seberapa besar modal sendiri yang

digunakan untuk menjamin utang jangka panjang.

Rumus yang digunakan :

Utang Jangka Panjang

Model Sendiri x 100 %

(Sawir, 2005:13)

d. Rasio Profitabilitas

Menurut Sartono (2011:114), “Rasio Profitabilitas adalah rasio yang dapat

mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba, baik dalam hubungan

dengan penjualan, asset maupun modal sendiri.”

1) Net Profit Margin

Menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba

pada tingkat penjualan tertentu. Secara umum rasio rendah menunjukkan

ketidakefisienan manajemen.

Rumus yang digunakan :

Laba Setelah Pajak

Penjualan netto x 100%

Sartono (2011:114)

2) Return on Investment

ROI atau tingkat pengembalian atas investasi dan efektivitas dari

keseluruhan operasi perusahaan yaitu mengukur kemampuan perusahaan

dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan

untuk operasi dalam rangka untuk menghasilkan laba.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Intellectual Capitaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4669/3/BAB II.pdf · dan Reed (1983, h.91) dalam ulum (2007) yang menyatakan bahwa stakeholder

32

Rumus yang digunakan :

Laba Setelah Pajak

Total Aktiva x 100 %

(Kuswadi, 2004:190)

3) Return on Equity

Rasio ROE digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan

dalam memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan.

Rasio ROE merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang

pemegang saham.

Rumus yang digunakan :

Laba Setelah Pajak

Modal Sendiri x 100 %

(Kuswadi, 2004:190)

Elemen keuangan yang digunakan dalam penelitian adalah Return on

Assets (ROA). Pengukuran kinerja perusahaan dengan elemen keuangan akan

dijelaskan sebagai berikut:

Return on Assets (ROA)

Return on asset (ROA) merefleksikan keuntungan bisnis dan efisiensi

perusahaan dalam pemanfaatan total aset (Chen et al, 2005). Rasio ini mewakili

rasio profitabilitas, yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

laba dengan menggunakan total aset yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi

nilai ROA, semakin efisien perusahaan dalam menggunakan assetnya, baik aset

fisik maupun aset non-fisik (intellectual capital) akan menghasilkan keuntungan

bagi perusahaan. Ditunjukkan dengan rumus sebagai berikut:

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Intellectual Capitaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4669/3/BAB II.pdf · dan Reed (1983, h.91) dalam ulum (2007) yang menyatakan bahwa stakeholder

33

Laba Bersih

ROA =

Total Aset

2.5 Pengukuran Intellectual Capital

Ada beberapa konsep pengukuran intellectual capital yang dikembangkan

oleh para peneliti. Ditelaah lebih jauh maka metode yang dikembangkan dapat

dikelompokkan kedalam dua kelompok, yaitu: pengukuran non monetary (non

financial) dan pengukuran monetary (financial). Saat ini cukup banyak

perusahaan yang menggunakan ukuran financial dalam menilai kinerja

perusahaan (Knight 1999).

Tan et al., (2007) menjelaskan model yang menggunakan pengukuran non

monetary dan model yang menggunakan pengukuran monetary.

Model yang menggunakan pengukuran non monetary adalah :

1. The Balance Scorecard, dikembangkan oleh Kaplan dan Norton (1992);

2. Brooking’s (1996) Technology Broker method;

3. Skandia IC Report method dikembangkan oleh Edvinssion and Malone (1997);

4. The IC-Index dikembangkan oleh Roos et al., (1997);

5. Intangible Asset Monitor approach dikembangkan oleh Sveiby’s (1997);

6. The Heuristic Frame dikembangkan oleh Joia (2000);

7. Vital Sign Scorecard dikembangkan oleh Vanderkaay’s (2000); dan

8. The Ernst & Young Model dikembangkan oleh Barsky dan Marchant, (2000).

Sedangkan model yang menggunakan pengukuran monetary antara lain:

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Intellectual Capitaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4669/3/BAB II.pdf · dan Reed (1983, h.91) dalam ulum (2007) yang menyatakan bahwa stakeholder

34

1. The EVA and MVA model dikembangkan oleh Bontis et al., (1999)

2. The Market-to-Book Value model dikembangkan oleh berbagai penulis;

3. Tobin’s q method dikembangkan oleh Luthy (1998);

4. Pulic’s VAICTM Model (1998, 2000);

5. Calculated intangible value dikembangkan oleh Dzinkowski (2000); dan

6. The Knowledge Capital Earnings model dikembangkan oleh Lev dan Feng

(2001).

Edvinson dan Malone (dalam Hartono, 2001) mengkonsolidasi

pengukuran intellectual capital menjadi 5 fokus, yaitu:

1. Financial focus, indikator difokuskan pada penghitungan financial ratio dan

tingkat pengembalian dari karyawan dan pelanggan.

2. Customer focus, mengukur penilaian terhadap nilai customer capital.

3. Process focus, mengukur efektifitas teknologi dalam memproses administrasi.

4. Renewal and development focus, mengukur kemampuan dan inovasi

perusahaan.

5. Human focus, mengukur bagaimana human capital melakukan pembaharuan

dan pengembangan sumber daya perusahaan.

2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan dipengaruhi oleh beberapa faktor, Handoko (1995)

menyatakan kinerja keuangan dipengaruhi oleh 6 M (man, money, machine,

market, management, dan method).

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Intellectual Capitaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4669/3/BAB II.pdf · dan Reed (1983, h.91) dalam ulum (2007) yang menyatakan bahwa stakeholder

35

1. Man

Man berarti kinerja perusahaan ditentukan oleh orang-orang yang ada di

dalamnya, tergantung kualitas sumber daya manusia dan Intellectual Capital

(IC) yang dimilikinya. Semakin tinggi IC yang dimiliki perusahaan semakin

baik pula kinerja perusahaan tersebut.

2. Money

Money berarti modal, dalam hal kekuatan uang yang dimiliki oleh perusahaan,

karena modal dibutuhkan untuk mendanai operasional perusahaan. Jika

operasional perusahaan lancar maka kinerja perusahaan bisa dikatakan baik.

3. Machine

Machine berarti perusahaan membutuhkan mesin untuk memperlancar kegiatan

perusahaan untuk mencapai efektifitas dan meningkatkan produktivitas

perusahaan.

4. Market

Market merupakan faktor yang berpengaruh langsung terhadap kinerja

keuangan perusahaan. Perusahaan yang mempunyai pangsa pasar yang

potensial maka perusahaan akan mempunyai kinerja keuangan yang baik

5. Management

Management berarti untuk mendapatkan kinerja yang baik maka diperlukan

manajemen yang baik juga, mulai dari perencanaan, pengorganisasian,

penggerakan, dan pengontrolan.

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Intellectual Capitaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4669/3/BAB II.pdf · dan Reed (1983, h.91) dalam ulum (2007) yang menyatakan bahwa stakeholder

36

6. Method

Method berarti proses yang diterapkan perusahaan dalam menjalankan

operasionalnya, jika metode yang digunakan baik dan bisa dilaksanakan

karyawannya maka kinerja keuangan yang baik akan menjadi milik

perusahaan.

2.7 Peneliti Terdahulu

Tabel 2

Peneliti Terdahulu

N0 NAMA JUDUL

PENELITIAN

VARIABEL ALAT

ANALISIS

HASIL

1. Nono

Supriatna,

Arvian

Triantoro

,Rukniati

Rustandi

(2013)

Pengaruh

Intellectual

Capital

Terhadap

Kinerja

Keuangan

Pada

Perusahaan

Retail Yang

Terdapat Di

BEI Pada

Tahun 2009-

2011

Variabel

independen:

VACA

VAHU

STVA

Variabel

dependen:

ROA

ATO

MB

Regresi

linier

berganda

Semakin

tinggi

intellectual

capital,

maka

profitabilitas

perusahaan

akan

semakin

meningkat;

berlaku

sebaliknya

jika

intellectual

capital

rendah ,

maka

profitabilitas

perusahaan

akan

semakin

menuru

2. Denny

Andriana

(2014)

Pengaruh

Intellectual

Capital

Terhadap

Kinerja

Variabel

Independen:

VACA

VAHU

STVA

Regresi

berganda

Intellectual

capital dan

human

capital

berpengaruh

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Intellectual Capitaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4669/3/BAB II.pdf · dan Reed (1983, h.91) dalam ulum (2007) yang menyatakan bahwa stakeholder

37

Keuangan

Perusahaan

(Studi Pada

Perusahaan

Pertambangan

Dan

Manufaktur

Yang Terdaftar

Di Bursa Efek

Indonesia 2010

– 2012)

Variabel

dependen:

ROE

negatif dan

tidak

signifikan

terhadap

kinerja

keuangan

perusahaan

Capital

employed

dan

structural

capital

walaupun

menunjukka

n arah

koefisien

positif

namun tidak

berpengaruh

signifikan

terhadap

kinerja

keuangan

perusahaan.

3. Ulum,

Ihyaul

(2008)

Intellectual

Capital

dan Kinerja

Keuangan

Perusahaan;

Suatu

Anaisis dengan

pendekatan

Partial

Least Square

Variabel

Independen :

VACA

VAHU

STVA

Variabel

dependen :

Kinerja

Perusahaan

Regresi

linier

berganda

Komponen

Intellectual

capital yaitu

Structural

capital dan

customer

capital

berpengaruh

positif

dengan

kinerja

keuangan

perusahaan.

Human

capital

berhubungan

dengan

structural

capital dan

customer

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Intellectual Capitaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4669/3/BAB II.pdf · dan Reed (1983, h.91) dalam ulum (2007) yang menyatakan bahwa stakeholder

38

capital

Customer

capital

berhubungan

dengan

structural

capital.

4. Citra

Puspita

Dewi

(2011)

Pengaruh

Intellectual

Capital

Terhadap

Kinerja

Keuangan

Pada

Perusahaan

Manufaktur

Yang Terdaftar

Di Bei Tahun

2007-2009

Variabel

independen:

VACA

VAHU

STVA

Variabel

dependen:

ROA

ATO

GR

MB

Regresi

linier

sederhana

Intellectual

capital

berpengaruh

positif dan

signifikan

terhadap

profitabilitas

,

produktivitas

,

pertumbuhan

, dan market

valuation

perusahaan

Intellectual

capital

berpengaruh

positif dan

signifikan

terhadap

profitabilitas

,

produktivitas

,

pertumbuhan

, dan market

valuation

perusahaan

5. Subrata,

Imam

(2004)

Pengaruh

Intellectual

Capital

Terhadap

Kinerja

Keuangan

Perusahaan

Manufaktur

Variabel

independen:

VACA

VAHU

STVA

Variabel

Dependen:

Regresi

linier

berganda

Modal

intelektual

(VAIC)

berpengaruh

terhadap

kinerja

keuangan

(ROA)

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Intellectual Capitaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4669/3/BAB II.pdf · dan Reed (1983, h.91) dalam ulum (2007) yang menyatakan bahwa stakeholder

39

Hifh-Ic Dan

Low-IcYang

Terdaftar Di

Bursa Efek

Indonesia

ROA

Tidak

terdapat

perbedaan

nilai

intellectual

capital

antara

perusaahn

High-IC dan

Low-IC

6. Pramelasar

i Yossi

(2010)

Pengaruh

Intellectual

Capital

terhadap Nilai

Pasar dan

Kinerja

Keuangan

Perusahaan

Variabel

Independen:

VACA

VAHU

STVA

R&D

AD

Variabel

dependen:

ROA

ROE

EP

MtBV

Regresi

linier

berganda

IC tidak

berpengaruh

terhadap

MtBV dan

kinerja

keuangan

tidak

terdapat

perbedaan

MtBV antara

perusahaan

High-IC,

dengan

perusahaan

Low-IC

hanya terjadi

perbedaan

pada nilai

ROA dan

ROE antara

perusahaan

High-IC

dengan

perusahaan

Low-IC

2.8 Hubungan Intellectual Capital dengan Return on Asset (ROA)

Pengukuran kinerja perusahaan yang diproksikan dengan Return on asset

(ROA) menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba/

keuntungan dengan menggunakan sumber daya yang dimiliki. Penggunaan

sumber daya perusahaan secara efisien dapat memperkecil biaya sehingga akan

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Intellectual Capitaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4669/3/BAB II.pdf · dan Reed (1983, h.91) dalam ulum (2007) yang menyatakan bahwa stakeholder

40

meningkatkan laba perusahaan. Sesuai dengan pandangan stakeholder theory dan

knowledge-based theory yaitu apabila perusahaan dapat mengembangkan dan

memanfaatkan pengetahuan yang dimiliki sebagai sarana untuk meningkatkan

laba, akan menguntungkan para stakeholder.

Penelitian yang dilakukan oleh Chen et al. (2005), Ulum (2008) Ivan Herdyanto,

Mohamad Nasir (2013) menunjukkan bahwa intellectual capital berpengaruh

positif terhadap profitabilitas perusahaan. Oleh karena itu, apabila perusahaan

dapat mengelola dan mengembangkan intellectual capital yang dimiliki dengan

baik, maka akan terjadi peningkatan terhadap Return on Asset (ROA) yang

mengindikasikan kinerja keuangan yang semakin baik, sehingga menghasilkan

keuntungan kompetitif bagi perusahaan.

2.9 Kerangka Pemikiran

Kinerja keuangan perusahan merupakan penentuan ukuran-ukuran tertentu

yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba.

Menurut (Elanvita dalam Citra Dewi, 2011) prestasi perusahaan yang ditunjukkan

oleh laporan keuangannya sebagai suatu tampilan keadaan perusahaan selama

periode tertentu disebut dengan kinerja keuangan perusahaan. Sedangkan Pranata

(dalam Citra Dewi, 2011) menyatakan bahwa kinerja keuangan merupakan salah

satu faktor yang menunjukkan efektifitas dan efisien suatu organisasi dalam

rangka mencapai tujuannya. Tujuan perusahaan akan sulit tercapai bila

perusahaan tersebut tidak bekerja secara efisien, sehingga perusahaan tidak

mampu baik langsung maupun tidak langsung bersaing dengan perusahaan sejenis

(Elanvita dalam Citra Dewi, 2011).

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Intellectual Capitaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4669/3/BAB II.pdf · dan Reed (1983, h.91) dalam ulum (2007) yang menyatakan bahwa stakeholder

41

Pengukuran kinerja perusahaan sangat diperlukan dalam relasi dengan

kepuasan konsumen proses internal, dan aktivitas yang berhubungan dengan

perbaikan dan inovasi dalam organisasi yang membawa pada future financial

return (Anatan dalam Dewi, 2011). Kinerja perusahaan dapat diukur dengan

elemen keuangan maupun non keuangan, elemen keuangan yang digunakan dalam

penelitian adalah Return on Asset (ROA),

Metode VAIC (Value Added Intellectual Coefficient) dikembangkan oleh

Pulic (1998) didesain untuk menyajikan informasi tentang value creation

efficiency dari aset berwujud (tangible asset) dan aset tidak berwujud (intangible

asset) yang dimiliki perusahaan. Komponen utama dari VAIC dapat dilihat dari

sumber daya perusahaan, yaitu physical capital (VACA – value added capital

employed), human capital (VAHU – value added human capital), dan structural

capital (STVA – structural capital value added), Ullum (dalam Citra Dewi,

2011). Dalam penelitian Intellectual capital sebagai satu kesatuan yang utuh

dimana VAIC merupakan penjumlahan ketiga komponen diatas.

Gambar 1

Kerangka Pemikiran Teoritis

A

H3

H2

Intellectual Capital

VAHU

STVA

VACA Kinerja Keuangan

ROA

H1

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Intellectual Capitaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4669/3/BAB II.pdf · dan Reed (1983, h.91) dalam ulum (2007) yang menyatakan bahwa stakeholder

42

2.10 Pengembangan Hipotesis

Intellectual capital merupakan sumber daya yang terukur untuk

peningkatan competitive advantages, maka intellectual capital akan memberikan

kontribusi terhadap kinerja keuangan perusahaan (Harrison dan Sullivan, Chen at

al, Abdolmohammadi dalam Ulum, 2008). Apabila intellectual capital meningkat,

maka kinerja keuangan akan semakin meningkat, begitu juga sebaliknya.

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian dimana rumusan masalah telah dinyatakan dalam bentuk kalimat

pertanyaan (Sugiyono, 2011:99). Jawaban sementara diartikan bahwa jawaban

yang diberikan masih hanya berdasar atas teori yang relevan dan belum

berdasarkan fakta-fakta empiris dari pengumpulan data. Berdasarkan landasan

konseptual dan landasan teori yang telah diuraikan, maka disusun beberapa

hipotesis penelitian sebagai berikut :

2.10.1 Value Added Capital Employed (VACA) dan ROA

Penelitian Chen et al. (2005), Entika (2012), dan Soedaryono et al.

(2012) telah berhasil membuktikan bahwa VACA berpengaruh terhadap

ROA. VACA merupakan sebuah indikator VA yang diciptakan oleh satu

unit dari efisiensi CE yang perusahaan miliki (Soedaryonoet al., 2012). CE

merupakan penjumlahan dari total ekuitas dan laba bersih perusahaan.

Ketika perusahaan mampu mengelola CE dengan baik, maka perusahaan

tersebut telah mampu menaikkan modal dan laba bersihnya yang

selanjutnya akan berdampak pada kenaikan kinerja keuangan. Ini artinya,

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Intellectual Capitaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4669/3/BAB II.pdf · dan Reed (1983, h.91) dalam ulum (2007) yang menyatakan bahwa stakeholder

43

perusahaan yang memiliki CE yang lebih tinggi, maka ROA akan ikut naik

(Entika, 2012).

Pengukuran Capital employed dengan menggunakan indikator

Value Added Capital Employed (VACA). Capital employed sendiri

dihitung dari total aktiva dikurangi kewajiban lancar yang

mengindikasikan modal yang digunakan oleh perusahaan. Oleh karena itu

apabila modal yang digunakan suatu perusahaan dalam jumlah yang relatif

besar maka akan mengakibatkan total aset perusahaan tersebut juga relatif

besar sehingga pendapatan perusahaan pun juga akan meningkat. Maka

dapat meningkatkan laba atas sejumlah aset yang dimiliki perusahaan yang

diukur dengan Return On Asset (ROA). Maka hipotesisnya yaitu:

H1 : Value Added Capital Employed (VACA) berpengaruh terhadap

Return on Asset (ROA) .

2.10.2 Value Added Human Capital (VAHU) dan ROA

Penelitian Chen et al. (2005) dan Soedaryonoet al. (2012) berhasil

membuktikan bahwa VAHU berpengaruh terhadap ROA. Perusahaan yang

telah menganggarkan beban karyawan yang tinggi akan berharap

mendapatkan VA yang tinggi dari karyawannya, seperti melalui

produktifitas karyawan yang nantinya diyakini dapat meningkatkan ROA.

Human Capital termasuk dalam aktiva tak berwujud yang dimiliki

oleh perusahaan dalam bentuk kemampuan intelektual, kreativitas dan

inovasi-inovasi yang dimiliki karyawannya. Seorang karyawan yang

mampu menggunakan keahliannya tersebut akan memberikan nilai tambah

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Intellectual Capitaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4669/3/BAB II.pdf · dan Reed (1983, h.91) dalam ulum (2007) yang menyatakan bahwa stakeholder

44

(value added) kepada perusahaan dan nilai tambah tersebut diharapkan

berpengaruh positif terhadap meningkatnya pengelolaan aset perusahaan

dan meningkatkan Return on Asset (ROA) perusahaan. Maka hipotesisnya

yaitu:

H2 : Value Added Human Capital (VAHU) berpengaruh terhadap

Asset Return on Asset (ROA).

2.10.3 Structural Capital Value Added (STVA) dan ROA

Penelitian Soedaryono et al. (2012) telah berhasil membuktikan

bahwa STVA berpengaruh terhadap ROA. Ketika perusahaan mampu

memenuhi proses rutinitas dan struktur yang mendukung aktivitas

karyawannya secara efisien, maka diyakini hal tersebut dapat

meningkatkan ROA keuangan perusahaan dengan baik

Structural Capital merupakan sarana-prasarana pendukung kinerja

karyawan. Structural Capital sangat dibutuhkan karena menjadi

penghubung human capital untuk meningkatkan nilai tambah (value

added) perusahaan. Menunjukkan bahwa dengan adanya structural

capital, pengelolaan aset perusahaan semakin baik. Pengelolaan aset yang

baik diharapkan dapat meningkatkan laba atas sejumlah aset yang dimiliki

perusahaan yang diukur dengan Return on Asset (ROA). Maka

hipotesisnya yaitu:

H3 : Structural Capital Value Added (STVA) berpengaruh terhadap

Return on Asset (ROA) .