bab ii kajian pustakaeprints.umm.ac.id/38818/3/bab ii.pdf · materi baik berupa buku, modul, dan...

14
10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Bahan Ajar Bahan ajar ialah komponen utama dalam sebuah pembelajaran. Baik pengajar menggunakan buku teks, materi yang disediakan oleh instansi atau lembaga yang bersangkutan, maupun menggunakan materi yang disusun sendiri oleh pengajar. Daryanto (2014: 171) mengartikan bahan ajar bagian dari perangkat pembelajaran yang yang disusun dari berbagai materi secara sistematis dan dan tertulis sehingga memungkinkan peserta didik untuk belajar. Pengertian ini menjelaskan bahwa materi-materi yang ada dalam bahan ajar harus disusun secara sistematis dan dapat digunakan oleh peserta didik untuk belajar. Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2008) bahan ajar merupakan kumpulan dari materi-materi baik berupa buku, modul, dan LKS yang berfungsi untuk memudahkan pengajar dalam melaksanakan pembelajaran di kelas dan juga dapat membangun motivasi peserta didik dalam belajar. Dapat disimpilkan bahwa bahan ajar merupakan seperangkat materi ajar yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran yang disusun secara sistematis. Berkaca pada penjelasan di atas dapat diketahui bahwa bahan ajar harus disusun secara sistematis dan dapat membantu pengajar dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dikelas yang dapat membangun motivasi peserta didik dalam belajar. Bahan ajar juga diartikan sebagai bagian dari perangkat pembelajaran yang terdiri dari materi-materi disusun secara berurutan atau sistematis dan mendorong peserta didik dapat mempelajarinya secara mandiri

Upload: others

Post on 10-Nov-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/38818/3/BAB II.pdf · materi baik berupa buku, modul, dan LKS yang berfungsi ... spontanitas yang membuat interaksi reguler dengan penutur asli

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Hakikat Bahan Ajar

Bahan ajar ialah komponen utama dalam sebuah pembelajaran. Baik

pengajar menggunakan buku teks, materi yang disediakan oleh instansi atau

lembaga yang bersangkutan, maupun menggunakan materi yang disusun sendiri

oleh pengajar. Daryanto (2014: 171) mengartikan bahan ajar bagian dari

perangkat pembelajaran yang yang disusun dari berbagai materi secara sistematis

dan dan tertulis sehingga memungkinkan peserta didik untuk belajar. Pengertian

ini menjelaskan bahwa materi-materi yang ada dalam bahan ajar harus disusun

secara sistematis dan dapat digunakan oleh peserta didik untuk belajar.

Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2008) bahan ajar merupakan

kumpulan dari materi-materi baik berupa buku, modul, dan LKS yang berfungsi

untuk memudahkan pengajar dalam melaksanakan pembelajaran di kelas dan juga

dapat membangun motivasi peserta didik dalam belajar. Dapat disimpilkan bahwa

bahan ajar merupakan seperangkat materi ajar yang digunakan untuk memenuhi

kebutuhan pembelajaran yang disusun secara sistematis.

Berkaca pada penjelasan di atas dapat diketahui bahwa bahan ajar harus

disusun secara sistematis dan dapat membantu pengajar dalam melaksanakan

kegiatan belajar mengajar dikelas yang dapat membangun motivasi peserta didik

dalam belajar. Bahan ajar juga diartikan sebagai bagian dari perangkat

pembelajaran yang terdiri dari materi-materi disusun secara berurutan atau

sistematis dan mendorong peserta didik dapat mempelajarinya secara mandiri

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/38818/3/BAB II.pdf · materi baik berupa buku, modul, dan LKS yang berfungsi ... spontanitas yang membuat interaksi reguler dengan penutur asli

11

serta dirancang sesuai dengan kurikulum yang di pakai atau berlaku di lembaga

pendidikan tersebut. Dengan adanya bahan ajar ini, pengajar lebih tertata dalam

menyampaikan materi kepada peserta didik dan semua kompetensi yang

ditentukan sebelumnya tercapai.

Menurut Daryanto (2014: 171) jenis bahan ajar berdasarkan bentuknya

terditi atas yang pertama, bahan ajar cetak, seperti modul, buku, lembar kerja

siswa, brosur dan lain-lain. Kedua, bahan ajar audio seperti kaset, radio, piringan

hitan, dan lain-lain. Ketiga, bahan ajar multi media interaktif CD (Compact Disk),

multi media pembelajaran, dan bahan ajar berbasis web. Bahan ajar disusun

berdasarkan rancangan isi pembelajaran dan analisis kebutuhan. Rancangan isi

pembelajaran selanjutnya dikembangkan dengan uraian dari berbagai sumber

belajar yang ada. Menurut Mbulu (2004: 88) berikut hal-hal yang harus termuat

dalam bahan ajar: a. teori, istilah, persamaan; b. contoh soal dan praktik; c.

Latihan soal dan pertanyaan; d. Petunjuka tentang bahan yang dianggap diketahui;

e. contoh ujian; f. Sumber pustaka; g. Petunjuk belajar.

2.1.1 Karakteristik Bahan Ajar

Penelitian ini mengembangkan bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik

bahan ajar. Menurut Widodo dan Jasmadi (dalam Lestari, 2013: 1-2) beberapa

karakteristik yang dimiliki bahan ajar, yaitu self instructional, self contained,

stand alone, adaptive, dan user friendly. Berikut adalah penjelasan terkait

karakteristik bahan ajar.

a. Self intructional

Self intructional yaitu bahan ajar yang dapat membuat peseerta didik

mampu belajar secara mandiri dengan bahan ajar yang dikembangkan. Untuk

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/38818/3/BAB II.pdf · materi baik berupa buku, modul, dan LKS yang berfungsi ... spontanitas yang membuat interaksi reguler dengan penutur asli

12

memenuhi karakter self intructional, maka di dalam bahan ajar disajikan materi

pembelajaran yang disusun dalam bab-bab atau kegiatan yang lebih spesifik.

b. Self contained

Self contained adalah semua materi pelajaran yang dipelajari terdapat di

dalam satu bahan ajar secara utuh. Jadi bahan ajar harus memuat materi yang

yang tercantum dalam kurikulum dalam satu buku untuk mempermudah

pembaca mempelajari bahan ajar tersebut.

c. Stand alone

Stand alone adalah bahan ajar yang dikembangkan dapat berdiri sendiri

dan tidak bergantung pada bahan ajar yang lain. artinya bahan ajar yang

dikembangkan dapat digunakan sendiri tanpa ada keterkaitan atau

ketergantungan terhadap bahan ajar yang lain.

d. Adaptive

Adaptive yaitu bahan ajar yang dikembangkan mudah menyesuaikan

dengan keadaan pebelajar atau pembaca terhadap perkembangan ilmu dan

teknologi. Bahan ajar seharusnya memiliki materi-materi yang dapat

menambah pengetahuan pebelajar atau pembaca terkait perkembangan ilmu

dan teknologi.

e. User friendly

User friendly yaitu setiap petunjuk dan informasi dalam bahan ajar yang

dikembangkan harus bersifat membantu pembaca atau pebelajar. Jadi bahan

ajar harus mempermudah pembacanya dalam memperoleh informasi atau

pengetahuan sejelas-jelasnya.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/38818/3/BAB II.pdf · materi baik berupa buku, modul, dan LKS yang berfungsi ... spontanitas yang membuat interaksi reguler dengan penutur asli

13

Untuk menghasilkan bahan ajar yang yang dapat dikatakan mampu

memenuhi peran dan fungsinya dalam pembelajaran yang efektis, maka bahan ajar

harus dirancang dan dikembangkan dengan mengkuti syarat-syatat yang ada.

Syarat-syarat yang harus terpenuhi dalam penyususnan bahan ajar antara lain

konsistensi, format, organisasi, dan spasi atau halaman yang kosong.

a. Konsistensi

Penyususnan bahan ajar yang dikembangkan harus memerhatikan konsistensi

dalam hal pemakaian font, spasi, tata letak, dan pemakaian warna.

b. Format

Penyajian dalam bahan ajar yang dikembangkan harus memerhatikan format

kolom, format kertas, dan gambar yang mudah ditangkap.

c. Sistematika

Dalam bahan ajar yang dikembangkan materi pembelajaran harus tersusun

dengan baik, dalam artian dalam memilih materi pembelajaran harus tersusun

secara sistematis.

d. Tampilan.

Sampul merupakan daya tarik awal bagi peserta BIPA. Oleh karena itu, bagian

sampul harus menampilkan gambar, perpaduan warna, dan ukuran huruf yang

serasi. Selain itu dalam bahan ajar yang dikembangkan diberikan tugas dan

latihan yang dikemas dengan menarik sehingga pembaca tidak mudah bosan.

2.1.2 Tujuan dan Manfaat Penyusunan Bahan Ajar

Penyusunan bahan ajar tidak terlepas dari tujuan dan manfaat penyusunan

bahan ajar tersebut. Menurut Daryanto (2014: 171) bahan ajar dikembangkan

dengan tujuan, yaitu a. menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan kriteria

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/38818/3/BAB II.pdf · materi baik berupa buku, modul, dan LKS yang berfungsi ... spontanitas yang membuat interaksi reguler dengan penutur asli

14

kurikulum dengan mempertimbangjan kebutuhan peserta BIPA tingkat pemula;

b. membantu peserta BIPA tingkat pemula memperoleh alternatif bahan ajar yang

lain di samping buku teks yang penggunaan bahasa sulit dimengerti oleh peserta

BIPA; c. memudahkan pengajar dalam melaksanakan pembelajaran.

Penelitian ini mengembangkan bahan ajar yang berupa bahan ajar cetak.

Menurut Ballstaedt (dalam Majid, 2011: 175) bahan ajar cetak ini memiliki

beberapa manfaat, yaitu bahan ajar tertulis biasanya menyajikan daftar isi,

sehingga memudahkan pebelajar dalam mencari materi ajar yang dipelajari, biaya

untuk pengadaan bahan ajar cetak relatif sedikit, penggunaan bahan ajar tertulis

relative mudah dan juga mudah untuk dibawa kemana-mana, bahan ajar tertulis

relatif ringan, bahan ajar yang baik dapat mendorong pembaca dalah hal positif

disetiap kegiatan sehari-harinya, bahan ajar cetak dapat dimiliki sebagai dokumen

yang bernilai besar, dan pembaca dapat mengatur waktu belajarnya sendiri.

2.2 Bahan Ajar BIPA

Bahan ajar BIPA seharusnya sesuai dengan CEFR (Common Europea

Framework of Reference) yang berfungsi sebagai pedoman pencapaian

pembelajaran bahasa asing di Eropa (Fauziah, 2012). Pada tahun 2001 CEFR

diterapkan di luar negara-negara Eropa. Hal tersebut dikarenakan keunggulan dari

CEFR. Keunggulan yang pertama, CFER digunakan untuk mengukur kemahiran

berbahasa asing. Yang kedua, CEFR digunakan sebagai pedoman pembuatan

sistem pembelajaran bahasa asing dalam tataran internasoinal. Yang ketiga, CEFR

dapat digunakan dalam masyarakat multilingual yang mempelajari bahasa asing

contohnya Indonesia yang memiliki bahasa B1 yaitu bahasa daerah dan bahasa B2

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/38818/3/BAB II.pdf · materi baik berupa buku, modul, dan LKS yang berfungsi ... spontanitas yang membuat interaksi reguler dengan penutur asli

15

bahasa Indonesia. CEFR mengelompokkan pebelajar sesuai dengan tingkatan

kemahiran berbahasa asing peserta.

CEFR membagi tingkatan kemahiran berbahasa asing kedalam 3 tingkatan

besar, yaitu A, B, dan C. Kemudian dari 3 tingkatan besar tersebut masing-masing

dibagi menjadi A1 (pemula), A2 (dasar), B1 (menengah), B2 (menengah atas), C1

(lanjut), dan C2 (mahir). Berikut adalah penjelasan mengenai standar kemahiran

pada setiap tingkat kemahiran berbahasa asing.

Tabel 2.1 Standar Kemahiran CEFR

Tingkatan Nama Tingkatan Deskripsi

A

A1 (Pemula) 1) mampu memahami dan menggunakan frasa

sederhana dalam kegiatan sehari-hari.

2) mampu memperkenalkan diri dan orang lain

dengan kalimat sederhana.

3) mampu bertanya dan menjawab pertanyaan

sederhana tentang informasi pribadi. Misal:

tempat tinggal, keluarga, dll.

4) mampu berinteraksi secara sederhana yang

dicontohkan orang lain, lalu mengulang kata

dengan kebih lambat.

A2 (Dasar) 1) mampu memahami kalimat dan ungkapan

yang sering digunakan. Misal: informasi

pribadi, keluarga, belanja, dan pekerjaan.

2) mampu berkomunikasi secara sederhana dan

rutin yang membutuhkan pertukaran

informasi sederhana mengenai hal-hal yang

terjadi dalam kegiatan sehari-hari.

3) mampu menggambarkan secara sederhana

informasi pribadi dan lingkungan sekitar.

B

B1 (Menengah) 1) mampu memahami ide pokok dalam sebuah

masukan di dalam pekerjaan, sekolah, dan

rumah.

2) mampu menangani keadaan yang mungkin

muncul saat bepergian ke daerah asal bahasa

itu digunakan.

3) mampu menghasilkan teks sederhana dengan

topik kepentingan pribadi.

4) mampu menggambarkan pengalaman atau

kejadian, mimpi, harapan, dan ambisi secara

singkat. Memberikan alasan dan penjelasan

atas pendapat dan rencana

B2 (Menengah atas) 1) mampu memahami gagasan utama pada teks

kompleks dengan topik konkret dan abstrak,

termasuk teknis diskusi.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/38818/3/BAB II.pdf · materi baik berupa buku, modul, dan LKS yang berfungsi ... spontanitas yang membuat interaksi reguler dengan penutur asli

16

2) mampu berinteraksi dengan lancar dan

spontanitas yang membuat interaksi reguler

dengan penutur asli sangat mungkin tanpa

ketegangan bagi salah satu pihak.

3) mampu menghasilkan teks yang jelas dan

detil pada berbagai topik dan menjelaskan

sudut pandang mengenai isu topikal yang

memberi keuntungan dan kerugian dari

berbagai pilihan.

C

C1 (Lanjut) 1) mampu memahami berbagai macam teks

yang menuntut, teks yang lebih panjang, dan

mengenali makna implisit.

2) mampu mengekspresikan ide-ide dengan

lancar dan spontan tanpa banyak mencari

yang jelas untuk ekspresi.

3) mampu menggunakan bahasa secara

fleksibel dan efektif untuk tujuan sosial,

akademik dan profesional

4) mampu menghasilkan teks rinci yang jelas,

terstruktur dengan baik mengenai subyek

yang kompleks, menunjukkan penggunaan

pola organisasi, konektor dan perangkat

kohesif yang terkontrol.

C2 (Mahir) 1) mampu mengerti dengan mudah hampir

semua yang didengar atau dibaca.

2) mampu merangkum informasi dari berbagai

sumber lisan dan tertulis, merekonstruksi

argumen dan akun dalam presentasi yang

koheren.

3) mampu mengekspresikan dirinya secara

spontan, sangat lancar dan tepat,

membedakan nuansa makna yang lebih baik

bahkan dalam situasi yang paling kompleks

sekalipun.

Pengajaran bahasa asing yang merujuk pada CEFR mengguna kompetensi

komunikatif sehingga pembelajaran bahasa dapat terfokus pada aktifitas

komunikatif yang melibatkan konteks dan situasi. Dalam hal ini, petunjuk dalam

bahan ajar menunjukkan peserta dengan aktivitas sehari-harinya yang bersentehan

langsung dengan penutur asli dapat menmpraktekkan kemampuannya dalam

situasi dan konteks tersebut. Dalam penyusunan materi bahan ajar harus

mementingkan sistematika penyususnan bahan ajar.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/38818/3/BAB II.pdf · materi baik berupa buku, modul, dan LKS yang berfungsi ... spontanitas yang membuat interaksi reguler dengan penutur asli

17

Iskandar dan Dadang (2016: 271) menyatakan bahwa hal yang paling

penting dalam menyusun bahan ajar ialah keruntutan topik dan sistematika tata

bahasa. Hal tersebut sangat diperlukan untuk mempermudah dan mempercepat

penguasaan bahasa Indonesia bagi peserta BIPA. Menyangkut tentang

pembelajaran Bahasa Indonesia, pernyataan yang sering muncul ialah bahasa

Indonesia bagaimana yang harus diajarkan kepada peserta BIPA? Menjawab

pertanyaan tersebut, cara yang dapat ditempuh ialah dengan menyususn bahan ajar

yang didasarkan pada kebutuhan. Kebutuhan tersebut meliputi: analisis kebutuhan

Rencana Pembelajaran (RP) dan analisis sumber belajar yang ada. Setelah

menganalisis kebutuhan tersebut, maka disusunlah materi yang berdasarkan hasil

analisis.

Suyitno (2005: 23-25) menjelaskan bahwa materi pembelajaran

merupakan bahan yang digunakan untuk belajar dan membantu untuk mencapai

tujuan pembelajaran. Didukung dengan pernyataan Suyitno (2005: 12-13)

mengenai materi pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa asing hendaknya

memperhatikan tiga hal, yaitu: penyajian materi diutamakan pada materi-materi

yang berpotensi untuk dilatihkan dalam kegiatan sehari-hari, pegetahuan yang

adda di dalam bahan ajar benar-benar terpakai dalam komunikasi di masyarakat,

mampu menambah pemahaman terkait bahasa Indonesia melalui bentuk

percakapanatau teks yang situasional-kontekstual; Scope (rentangan) dan penataan

materi harus diperhatikan. Scope materi yang disajikan harus diupayakan pada

materi yang mengacu pada profil kelulusan peserta BIPA tingkar pemula, aspek-

aspeknya yakni: a. kosa kata, b. pola kalimat, c. wacana atau percakapan, d.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/38818/3/BAB II.pdf · materi baik berupa buku, modul, dan LKS yang berfungsi ... spontanitas yang membuat interaksi reguler dengan penutur asli

18

pelafalan dan intonasi, dan e. pengolahan ide; materi-materi pembelajaran ditata

berdasarkan unit-unit satuan yang komunikatif secara integrated.

2.3 Pendekatan Kontekstual dalam Pengembangan Bahan Ajar

Kontekstual menurut Siregar (2014:5) adalah salah satu pendekatan dalam

sebuah pembelajaran yang menitik beratkan pada peserta didik untuk

menghubungkan pengetahuan yang dimiliki dengan kegiatan sehari-harinya.

Bahan ajar dengan pendekatan kontekstual diharapkan mampu memotivasi dan

menggunakan pengetahuannya untuk mengembangkan pengetahuan bahasa

Indonesia dan dapat menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi di dunia

nyata.

Menurut Sanjaya (2013: 255) Contextual Teacching anda Learning (CTL)

merupakan suatu pendekatan dalam suatu proses pembelajaran yang

menitikberatkan pada proses keterlibatan peserta supaya dapat menentukan

pengetahuan yang dikuasai dan menghubungkannya dengan kegiatan sehari-

harinya sehingga mendorong peserta untuk menerapkannya dalam kehidupan.

Dengan pemahaman ini, hasil belajar lebih bermakna bagi peserta didik

khususnya peserta BIPA. Pengajar dalam hal ini bukan sebagai pentransfer

pengetahuan, melainkan peserta didik dengan pengetahuan yang dimiliki dapat

menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat. Dari kedua penjelasan tersebut

disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual adalah proses belajar yang

mendorong peserta didik untuk menghubungkan pengetahuan yang dimiliki

dengan dituasi yang ada dikehidupan nyata peserta didik. Dalam penyusunan

bahan ajar BIPA dengan pendekatan kontekstual ini tidak lepas dari konsep

pemahaman pendekatan kontekstual.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/38818/3/BAB II.pdf · materi baik berupa buku, modul, dan LKS yang berfungsi ... spontanitas yang membuat interaksi reguler dengan penutur asli

19

Dari konsep pemahaman pendekatan CTL yang harus dipahami (Sanjaya,

2013: 255). Pertama, CTL menitik beratkan pada proses keterlibatan peserta untuk

menemukan materi, dalam kata lain proses belajar berorientasi pada penglaman

secara langsung. Kedua, CTL mendorong agar peserta dapat menghubungkan

antara pengetahuan yang didapat dengan situasi kehidupan nyata. Dengan kata

lain, peseta dituntut untuk menangkap hubungan belajar dalam proses belajar

mengajar dengan setiap kegiatan yang mereka lalui. Ketiga, CTL mendorong

peserta untuk dapat menerapkan pembelajaran yang diperoleh dalam

kehidupannya. CTL ini tidak hanya menuntut peserta untuk paham materi, tapi

juga aplikasi dalam kehidupan nyata. CTL ini tidak hanya menuntut peserta untuk

paham materi, tapi juga aplikasi dalam kehidupan nyata. Pendapat Sanjaya

tentang konsep pemahaman CTL didukung oleh pernyataan Suyitno (2005: 24)

yang menyatakan bahwa ada enam kriteria materi pembelajaran BIPA salah

satunya yang sangat mendukung yaitu pengambilan materi diangkat dari kegiatan

yang sering dilakukan dan pemakaian bahasa Indonesia secara nyata.

Pada teori di atas dapat disimpulkan bahwa belajar seseorang sangat

dipengaruhi oleh lingkungan sekitar, baik lingkungan keluarga, sekolah, dan

masyarakat. CTL merupakan sebuah proses pendidilan yang bertujuan untuk

mendorong peserta didik dalam melihat makna dalam materi pembelajaran yang

dipelajari dengan cara mengaitkan pengetahuan akademik dengan konteks

kehidupan keseharian mereka, baik konteks pribadi, sosial, dan budaya mereka.

menurut Johnson (dalam Suprihatiningrum, 2013: 180) untuk memenuhi tujuan

tersebut, CTL memiliki beberapa komponen berikut: membuat hubungan materi

dengan konteks kegiatan yang sering dilakukan, melakukan pekerjaan yang

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/38818/3/BAB II.pdf · materi baik berupa buku, modul, dan LKS yang berfungsi ... spontanitas yang membuat interaksi reguler dengan penutur asli

20

berarti, sirkulasi belajar yang diatur sendiri, mampu melakukan kerja sama,

mampu berpikir kritis dan kreatif, dapat membantu individu untuk berkembang

menggunakan penilaian autentik.

2.4 Pengembangan Bahan Ajar

Pemilihan bahan ajar membaca BIPA tingkat pemula berdasarkan teori

yang dinyatakan oleh Ballstaedt (dalam Majid, 2011: 175) tentang keunggulan

bahan ajar yang salah satunya menjadi fokus peneliti yaitu pembaca dapat

mempraktikkan materi yang telah ada dalam buku teks pada situasi nyata peserta

BIPA tingkat pemula.

Kegiatan pengembangan bahan ajar menurut Mbulu (2004: 5) ialah

menyangkut kegiatan memilikh, memilah, menetapkan, menyusun, menata,

mengevaluasi dan memanfaatkan keterhubungan topik atau pokok bahasan

berdasarkan fakta, prinsip, konsep, dan teori di dalamnya. Menurut Thomlinson

(dalam Ramdhani, 2015: 36) menjelaskan bahwa pengembangan bahan ajar

merupakan hal yang dilakukan oleh penulis, pengajar, ataupun peserta untuk

memberikan sumbermasukan berbagai pengalaman yang dirancang untuk

meningkatkan proses belajar. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan sebagai

perbuatan yang menyediakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada menjadi ada atau

melakukan perbaikan-perbaikan dari sesuatu yang ada menjadi lebih sesuai, lebih

tepat guna dan lebih berdaya guna.

2.4.1 Penyusunan Bahan Ajar BIPA

Terdapat beberapa macam penyusunan bahan ajar memiliki beberapa

bentuk yaitu handout, buku, Lembar Kerja Siswa (LKS), modul, brosur, atau

leaflet, Wallchart, foto atau gambar, model atau maket. Dalam menyusun bahan

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/38818/3/BAB II.pdf · materi baik berupa buku, modul, dan LKS yang berfungsi ... spontanitas yang membuat interaksi reguler dengan penutur asli

21

ajar hal yang perlu diperhatikan ialah judul atau materi dalam bahan ajar tersebut

harus menyajikan kompetensi dasar sebagai materi yang menentukan kelulusan

peserta BIPA tingkat pemula. Di samping itu, menurut Akbar (2015: 34) bahan

ajar harus memperlihatkan beberapa hal sebagai berikut.

a. Akurasi

Keakuratan dapat dilihat dari aspek kecermatan penyajian dan mencantumkan

sumber pengetahuan yang diperoleh. Keakuratan teori yang disajikan dalam

bahan ajar dapat dilihat dari teori dan perkembangan terbaru dan teori

pendekatan keilmuan yang bersangkutan.

b. Relevansi

Relevansi yang dimaksud adalah kesesuaian materi, penugasan, contoh,

latihan, dan ilustrasi dengan kompetensi yang harus dikuasai oleh pembaca

sesuai kemampuan pembaca.

c. Komunikatif

Komunikatif menurut Degeng (dalam Akbar, 2015: 35) peneliti harus

menganggapp dirinya sedang mengajar melalui tulisan. Bahasa yang dihunakan

tidak sangat formal, melainkan setengah lisan.

d. Sistematis

Sistematis dimaksudkan pada penyajian materi atau pola pikir dari sederhana

ke kompleks, dari konkret ke abstrak. Sistematis sangat berkaitan erat dengan

prinsip pembelajaran.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/38818/3/BAB II.pdf · materi baik berupa buku, modul, dan LKS yang berfungsi ... spontanitas yang membuat interaksi reguler dengan penutur asli

22

e. Berorientasi pada student center

Bahan ajar yang dikembangkan dapat mendotong rasa ingin tahu peserta didik,

merangsang peserta didik untuk membangun pengetahuan sendiri, memotivasi

peserta didik untuk mempraktikkan disetiap kegiatan sehari-hari.

f. Keterbacaan

Keterbacaan menyangkut keramahan mata, urutan teks terstruktur, dan mudah

dibaca.

Pengembangan bahan ajar dilakukan dengan menempuh beberapa

langkah sesuai dengan Pedoman Peneyusunan Pengembangan Bahan Ajar

(Depdiknas, 2008) yakni analisis kurikulum, menentukan judul buku, merancang

bahan ajar dengan isi yang lengkap dan mencangkup seluruh aspek yang

dibutuhkan untik mencapai suatu kompetensi, pengumpulan referensi, dalam

menyajikan kalimat harus disesuaikan dengan usia pebelajar dan pengalaman

pebelajar, menilai hasil pengembangan dengan cara menganalisis hasil uji

validasi, serta menggunakan sumber belajar yang dapat memperkaya materi.

2.4.2 Pemilihan Materi

Dalam memilah materi-materi BIPA tingkat pemula tidak lepas dari

prinsip-prinsip pembelajaran. Depdiknas (2008) prinsip pembelajaran sebagai

acuan dalam penyusunan bahan ajar yang harus dipahami, prinsip pembelajaran

tersebut diantaranya, yaitu mulai dari yang mudah ketingkatan pengetahuan yang

sulit dan dari pengetahuan yang konkret kepengetahuan yang abstrak, mengulangi

pengetahuan yang dipahami agar semakin paham, memberikan umpan balik yang

bernilai positif akan agar menguatkan pemahaman peserta didik, dan mampu

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/38818/3/BAB II.pdf · materi baik berupa buku, modul, dan LKS yang berfungsi ... spontanitas yang membuat interaksi reguler dengan penutur asli

23

memotivasi peserta didik dalam belajar, hal ini adalah salah satu penunjang

keberhasilan belajar peserta didik.

Sehubungan dengan kegiatan pengembangan, salah satu kegiatan yang

harus dilakukan dalam pengembangan buku teks adalah memilih materi

pembelajaran. Menurut Suyitno (2005: 24) kriteria pemilihan materi pembelajaran

BIPA, yaitu a) memiliki keterkaitan dengan tujuan pembelajaran yang ingin

dicapai; b) sesuai denga taraf kemampuan pelajar dalam menerima dan

mengolahnya; c) materi pembelajaran BIPA harus membangkitkan motivasi

peserta BIPA, relevan dengan pengalaman dan aktual; d) materi pelajaran

menuntut pelajar secara aktif; e) sesuai dengan prosedur didaktik (metode atau

teknik) yang digunakan; dan f) materi pembelajaran diangkat dari fakta-fakta

kegiatan berbahasa sehari-hari.

Setelah melakukan akumulasi materi pembelajaran BIPA tingkat

pemula terpilih sesuai dengan kriteria di atas, maka langkah selanjutnya adalah

memilah dalam unit-unit satuan yang berdasarkan pada acuan fungsi komunikatif

dan urutan atau gradasi perkembangan proses pembelajaran. Bersamaan dengan

hal tersebut dilakukan juga analisis tingkat kesulitan, tingkat produktivitas, dan

tingkat kompleksitas.