bab ii kajian pustakaeprints.umm.ac.id/38818/3/bab ii.pdf · materi baik berupa buku, modul, dan...
TRANSCRIPT
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Hakikat Bahan Ajar
Bahan ajar ialah komponen utama dalam sebuah pembelajaran. Baik
pengajar menggunakan buku teks, materi yang disediakan oleh instansi atau
lembaga yang bersangkutan, maupun menggunakan materi yang disusun sendiri
oleh pengajar. Daryanto (2014: 171) mengartikan bahan ajar bagian dari
perangkat pembelajaran yang yang disusun dari berbagai materi secara sistematis
dan dan tertulis sehingga memungkinkan peserta didik untuk belajar. Pengertian
ini menjelaskan bahwa materi-materi yang ada dalam bahan ajar harus disusun
secara sistematis dan dapat digunakan oleh peserta didik untuk belajar.
Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2008) bahan ajar merupakan
kumpulan dari materi-materi baik berupa buku, modul, dan LKS yang berfungsi
untuk memudahkan pengajar dalam melaksanakan pembelajaran di kelas dan juga
dapat membangun motivasi peserta didik dalam belajar. Dapat disimpilkan bahwa
bahan ajar merupakan seperangkat materi ajar yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan pembelajaran yang disusun secara sistematis.
Berkaca pada penjelasan di atas dapat diketahui bahwa bahan ajar harus
disusun secara sistematis dan dapat membantu pengajar dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar dikelas yang dapat membangun motivasi peserta didik
dalam belajar. Bahan ajar juga diartikan sebagai bagian dari perangkat
pembelajaran yang terdiri dari materi-materi disusun secara berurutan atau
sistematis dan mendorong peserta didik dapat mempelajarinya secara mandiri
11
serta dirancang sesuai dengan kurikulum yang di pakai atau berlaku di lembaga
pendidikan tersebut. Dengan adanya bahan ajar ini, pengajar lebih tertata dalam
menyampaikan materi kepada peserta didik dan semua kompetensi yang
ditentukan sebelumnya tercapai.
Menurut Daryanto (2014: 171) jenis bahan ajar berdasarkan bentuknya
terditi atas yang pertama, bahan ajar cetak, seperti modul, buku, lembar kerja
siswa, brosur dan lain-lain. Kedua, bahan ajar audio seperti kaset, radio, piringan
hitan, dan lain-lain. Ketiga, bahan ajar multi media interaktif CD (Compact Disk),
multi media pembelajaran, dan bahan ajar berbasis web. Bahan ajar disusun
berdasarkan rancangan isi pembelajaran dan analisis kebutuhan. Rancangan isi
pembelajaran selanjutnya dikembangkan dengan uraian dari berbagai sumber
belajar yang ada. Menurut Mbulu (2004: 88) berikut hal-hal yang harus termuat
dalam bahan ajar: a. teori, istilah, persamaan; b. contoh soal dan praktik; c.
Latihan soal dan pertanyaan; d. Petunjuka tentang bahan yang dianggap diketahui;
e. contoh ujian; f. Sumber pustaka; g. Petunjuk belajar.
2.1.1 Karakteristik Bahan Ajar
Penelitian ini mengembangkan bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik
bahan ajar. Menurut Widodo dan Jasmadi (dalam Lestari, 2013: 1-2) beberapa
karakteristik yang dimiliki bahan ajar, yaitu self instructional, self contained,
stand alone, adaptive, dan user friendly. Berikut adalah penjelasan terkait
karakteristik bahan ajar.
a. Self intructional
Self intructional yaitu bahan ajar yang dapat membuat peseerta didik
mampu belajar secara mandiri dengan bahan ajar yang dikembangkan. Untuk
12
memenuhi karakter self intructional, maka di dalam bahan ajar disajikan materi
pembelajaran yang disusun dalam bab-bab atau kegiatan yang lebih spesifik.
b. Self contained
Self contained adalah semua materi pelajaran yang dipelajari terdapat di
dalam satu bahan ajar secara utuh. Jadi bahan ajar harus memuat materi yang
yang tercantum dalam kurikulum dalam satu buku untuk mempermudah
pembaca mempelajari bahan ajar tersebut.
c. Stand alone
Stand alone adalah bahan ajar yang dikembangkan dapat berdiri sendiri
dan tidak bergantung pada bahan ajar yang lain. artinya bahan ajar yang
dikembangkan dapat digunakan sendiri tanpa ada keterkaitan atau
ketergantungan terhadap bahan ajar yang lain.
d. Adaptive
Adaptive yaitu bahan ajar yang dikembangkan mudah menyesuaikan
dengan keadaan pebelajar atau pembaca terhadap perkembangan ilmu dan
teknologi. Bahan ajar seharusnya memiliki materi-materi yang dapat
menambah pengetahuan pebelajar atau pembaca terkait perkembangan ilmu
dan teknologi.
e. User friendly
User friendly yaitu setiap petunjuk dan informasi dalam bahan ajar yang
dikembangkan harus bersifat membantu pembaca atau pebelajar. Jadi bahan
ajar harus mempermudah pembacanya dalam memperoleh informasi atau
pengetahuan sejelas-jelasnya.
13
Untuk menghasilkan bahan ajar yang yang dapat dikatakan mampu
memenuhi peran dan fungsinya dalam pembelajaran yang efektis, maka bahan ajar
harus dirancang dan dikembangkan dengan mengkuti syarat-syatat yang ada.
Syarat-syarat yang harus terpenuhi dalam penyususnan bahan ajar antara lain
konsistensi, format, organisasi, dan spasi atau halaman yang kosong.
a. Konsistensi
Penyususnan bahan ajar yang dikembangkan harus memerhatikan konsistensi
dalam hal pemakaian font, spasi, tata letak, dan pemakaian warna.
b. Format
Penyajian dalam bahan ajar yang dikembangkan harus memerhatikan format
kolom, format kertas, dan gambar yang mudah ditangkap.
c. Sistematika
Dalam bahan ajar yang dikembangkan materi pembelajaran harus tersusun
dengan baik, dalam artian dalam memilih materi pembelajaran harus tersusun
secara sistematis.
d. Tampilan.
Sampul merupakan daya tarik awal bagi peserta BIPA. Oleh karena itu, bagian
sampul harus menampilkan gambar, perpaduan warna, dan ukuran huruf yang
serasi. Selain itu dalam bahan ajar yang dikembangkan diberikan tugas dan
latihan yang dikemas dengan menarik sehingga pembaca tidak mudah bosan.
2.1.2 Tujuan dan Manfaat Penyusunan Bahan Ajar
Penyusunan bahan ajar tidak terlepas dari tujuan dan manfaat penyusunan
bahan ajar tersebut. Menurut Daryanto (2014: 171) bahan ajar dikembangkan
dengan tujuan, yaitu a. menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan kriteria
14
kurikulum dengan mempertimbangjan kebutuhan peserta BIPA tingkat pemula;
b. membantu peserta BIPA tingkat pemula memperoleh alternatif bahan ajar yang
lain di samping buku teks yang penggunaan bahasa sulit dimengerti oleh peserta
BIPA; c. memudahkan pengajar dalam melaksanakan pembelajaran.
Penelitian ini mengembangkan bahan ajar yang berupa bahan ajar cetak.
Menurut Ballstaedt (dalam Majid, 2011: 175) bahan ajar cetak ini memiliki
beberapa manfaat, yaitu bahan ajar tertulis biasanya menyajikan daftar isi,
sehingga memudahkan pebelajar dalam mencari materi ajar yang dipelajari, biaya
untuk pengadaan bahan ajar cetak relatif sedikit, penggunaan bahan ajar tertulis
relative mudah dan juga mudah untuk dibawa kemana-mana, bahan ajar tertulis
relatif ringan, bahan ajar yang baik dapat mendorong pembaca dalah hal positif
disetiap kegiatan sehari-harinya, bahan ajar cetak dapat dimiliki sebagai dokumen
yang bernilai besar, dan pembaca dapat mengatur waktu belajarnya sendiri.
2.2 Bahan Ajar BIPA
Bahan ajar BIPA seharusnya sesuai dengan CEFR (Common Europea
Framework of Reference) yang berfungsi sebagai pedoman pencapaian
pembelajaran bahasa asing di Eropa (Fauziah, 2012). Pada tahun 2001 CEFR
diterapkan di luar negara-negara Eropa. Hal tersebut dikarenakan keunggulan dari
CEFR. Keunggulan yang pertama, CFER digunakan untuk mengukur kemahiran
berbahasa asing. Yang kedua, CEFR digunakan sebagai pedoman pembuatan
sistem pembelajaran bahasa asing dalam tataran internasoinal. Yang ketiga, CEFR
dapat digunakan dalam masyarakat multilingual yang mempelajari bahasa asing
contohnya Indonesia yang memiliki bahasa B1 yaitu bahasa daerah dan bahasa B2
15
bahasa Indonesia. CEFR mengelompokkan pebelajar sesuai dengan tingkatan
kemahiran berbahasa asing peserta.
CEFR membagi tingkatan kemahiran berbahasa asing kedalam 3 tingkatan
besar, yaitu A, B, dan C. Kemudian dari 3 tingkatan besar tersebut masing-masing
dibagi menjadi A1 (pemula), A2 (dasar), B1 (menengah), B2 (menengah atas), C1
(lanjut), dan C2 (mahir). Berikut adalah penjelasan mengenai standar kemahiran
pada setiap tingkat kemahiran berbahasa asing.
Tabel 2.1 Standar Kemahiran CEFR
Tingkatan Nama Tingkatan Deskripsi
A
A1 (Pemula) 1) mampu memahami dan menggunakan frasa
sederhana dalam kegiatan sehari-hari.
2) mampu memperkenalkan diri dan orang lain
dengan kalimat sederhana.
3) mampu bertanya dan menjawab pertanyaan
sederhana tentang informasi pribadi. Misal:
tempat tinggal, keluarga, dll.
4) mampu berinteraksi secara sederhana yang
dicontohkan orang lain, lalu mengulang kata
dengan kebih lambat.
A2 (Dasar) 1) mampu memahami kalimat dan ungkapan
yang sering digunakan. Misal: informasi
pribadi, keluarga, belanja, dan pekerjaan.
2) mampu berkomunikasi secara sederhana dan
rutin yang membutuhkan pertukaran
informasi sederhana mengenai hal-hal yang
terjadi dalam kegiatan sehari-hari.
3) mampu menggambarkan secara sederhana
informasi pribadi dan lingkungan sekitar.
B
B1 (Menengah) 1) mampu memahami ide pokok dalam sebuah
masukan di dalam pekerjaan, sekolah, dan
rumah.
2) mampu menangani keadaan yang mungkin
muncul saat bepergian ke daerah asal bahasa
itu digunakan.
3) mampu menghasilkan teks sederhana dengan
topik kepentingan pribadi.
4) mampu menggambarkan pengalaman atau
kejadian, mimpi, harapan, dan ambisi secara
singkat. Memberikan alasan dan penjelasan
atas pendapat dan rencana
B2 (Menengah atas) 1) mampu memahami gagasan utama pada teks
kompleks dengan topik konkret dan abstrak,
termasuk teknis diskusi.
16
2) mampu berinteraksi dengan lancar dan
spontanitas yang membuat interaksi reguler
dengan penutur asli sangat mungkin tanpa
ketegangan bagi salah satu pihak.
3) mampu menghasilkan teks yang jelas dan
detil pada berbagai topik dan menjelaskan
sudut pandang mengenai isu topikal yang
memberi keuntungan dan kerugian dari
berbagai pilihan.
C
C1 (Lanjut) 1) mampu memahami berbagai macam teks
yang menuntut, teks yang lebih panjang, dan
mengenali makna implisit.
2) mampu mengekspresikan ide-ide dengan
lancar dan spontan tanpa banyak mencari
yang jelas untuk ekspresi.
3) mampu menggunakan bahasa secara
fleksibel dan efektif untuk tujuan sosial,
akademik dan profesional
4) mampu menghasilkan teks rinci yang jelas,
terstruktur dengan baik mengenai subyek
yang kompleks, menunjukkan penggunaan
pola organisasi, konektor dan perangkat
kohesif yang terkontrol.
C2 (Mahir) 1) mampu mengerti dengan mudah hampir
semua yang didengar atau dibaca.
2) mampu merangkum informasi dari berbagai
sumber lisan dan tertulis, merekonstruksi
argumen dan akun dalam presentasi yang
koheren.
3) mampu mengekspresikan dirinya secara
spontan, sangat lancar dan tepat,
membedakan nuansa makna yang lebih baik
bahkan dalam situasi yang paling kompleks
sekalipun.
Pengajaran bahasa asing yang merujuk pada CEFR mengguna kompetensi
komunikatif sehingga pembelajaran bahasa dapat terfokus pada aktifitas
komunikatif yang melibatkan konteks dan situasi. Dalam hal ini, petunjuk dalam
bahan ajar menunjukkan peserta dengan aktivitas sehari-harinya yang bersentehan
langsung dengan penutur asli dapat menmpraktekkan kemampuannya dalam
situasi dan konteks tersebut. Dalam penyusunan materi bahan ajar harus
mementingkan sistematika penyususnan bahan ajar.
17
Iskandar dan Dadang (2016: 271) menyatakan bahwa hal yang paling
penting dalam menyusun bahan ajar ialah keruntutan topik dan sistematika tata
bahasa. Hal tersebut sangat diperlukan untuk mempermudah dan mempercepat
penguasaan bahasa Indonesia bagi peserta BIPA. Menyangkut tentang
pembelajaran Bahasa Indonesia, pernyataan yang sering muncul ialah bahasa
Indonesia bagaimana yang harus diajarkan kepada peserta BIPA? Menjawab
pertanyaan tersebut, cara yang dapat ditempuh ialah dengan menyususn bahan ajar
yang didasarkan pada kebutuhan. Kebutuhan tersebut meliputi: analisis kebutuhan
Rencana Pembelajaran (RP) dan analisis sumber belajar yang ada. Setelah
menganalisis kebutuhan tersebut, maka disusunlah materi yang berdasarkan hasil
analisis.
Suyitno (2005: 23-25) menjelaskan bahwa materi pembelajaran
merupakan bahan yang digunakan untuk belajar dan membantu untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Didukung dengan pernyataan Suyitno (2005: 12-13)
mengenai materi pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa asing hendaknya
memperhatikan tiga hal, yaitu: penyajian materi diutamakan pada materi-materi
yang berpotensi untuk dilatihkan dalam kegiatan sehari-hari, pegetahuan yang
adda di dalam bahan ajar benar-benar terpakai dalam komunikasi di masyarakat,
mampu menambah pemahaman terkait bahasa Indonesia melalui bentuk
percakapanatau teks yang situasional-kontekstual; Scope (rentangan) dan penataan
materi harus diperhatikan. Scope materi yang disajikan harus diupayakan pada
materi yang mengacu pada profil kelulusan peserta BIPA tingkar pemula, aspek-
aspeknya yakni: a. kosa kata, b. pola kalimat, c. wacana atau percakapan, d.
18
pelafalan dan intonasi, dan e. pengolahan ide; materi-materi pembelajaran ditata
berdasarkan unit-unit satuan yang komunikatif secara integrated.
2.3 Pendekatan Kontekstual dalam Pengembangan Bahan Ajar
Kontekstual menurut Siregar (2014:5) adalah salah satu pendekatan dalam
sebuah pembelajaran yang menitik beratkan pada peserta didik untuk
menghubungkan pengetahuan yang dimiliki dengan kegiatan sehari-harinya.
Bahan ajar dengan pendekatan kontekstual diharapkan mampu memotivasi dan
menggunakan pengetahuannya untuk mengembangkan pengetahuan bahasa
Indonesia dan dapat menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi di dunia
nyata.
Menurut Sanjaya (2013: 255) Contextual Teacching anda Learning (CTL)
merupakan suatu pendekatan dalam suatu proses pembelajaran yang
menitikberatkan pada proses keterlibatan peserta supaya dapat menentukan
pengetahuan yang dikuasai dan menghubungkannya dengan kegiatan sehari-
harinya sehingga mendorong peserta untuk menerapkannya dalam kehidupan.
Dengan pemahaman ini, hasil belajar lebih bermakna bagi peserta didik
khususnya peserta BIPA. Pengajar dalam hal ini bukan sebagai pentransfer
pengetahuan, melainkan peserta didik dengan pengetahuan yang dimiliki dapat
menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat. Dari kedua penjelasan tersebut
disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual adalah proses belajar yang
mendorong peserta didik untuk menghubungkan pengetahuan yang dimiliki
dengan dituasi yang ada dikehidupan nyata peserta didik. Dalam penyusunan
bahan ajar BIPA dengan pendekatan kontekstual ini tidak lepas dari konsep
pemahaman pendekatan kontekstual.
19
Dari konsep pemahaman pendekatan CTL yang harus dipahami (Sanjaya,
2013: 255). Pertama, CTL menitik beratkan pada proses keterlibatan peserta untuk
menemukan materi, dalam kata lain proses belajar berorientasi pada penglaman
secara langsung. Kedua, CTL mendorong agar peserta dapat menghubungkan
antara pengetahuan yang didapat dengan situasi kehidupan nyata. Dengan kata
lain, peseta dituntut untuk menangkap hubungan belajar dalam proses belajar
mengajar dengan setiap kegiatan yang mereka lalui. Ketiga, CTL mendorong
peserta untuk dapat menerapkan pembelajaran yang diperoleh dalam
kehidupannya. CTL ini tidak hanya menuntut peserta untuk paham materi, tapi
juga aplikasi dalam kehidupan nyata. CTL ini tidak hanya menuntut peserta untuk
paham materi, tapi juga aplikasi dalam kehidupan nyata. Pendapat Sanjaya
tentang konsep pemahaman CTL didukung oleh pernyataan Suyitno (2005: 24)
yang menyatakan bahwa ada enam kriteria materi pembelajaran BIPA salah
satunya yang sangat mendukung yaitu pengambilan materi diangkat dari kegiatan
yang sering dilakukan dan pemakaian bahasa Indonesia secara nyata.
Pada teori di atas dapat disimpulkan bahwa belajar seseorang sangat
dipengaruhi oleh lingkungan sekitar, baik lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat. CTL merupakan sebuah proses pendidilan yang bertujuan untuk
mendorong peserta didik dalam melihat makna dalam materi pembelajaran yang
dipelajari dengan cara mengaitkan pengetahuan akademik dengan konteks
kehidupan keseharian mereka, baik konteks pribadi, sosial, dan budaya mereka.
menurut Johnson (dalam Suprihatiningrum, 2013: 180) untuk memenuhi tujuan
tersebut, CTL memiliki beberapa komponen berikut: membuat hubungan materi
dengan konteks kegiatan yang sering dilakukan, melakukan pekerjaan yang
20
berarti, sirkulasi belajar yang diatur sendiri, mampu melakukan kerja sama,
mampu berpikir kritis dan kreatif, dapat membantu individu untuk berkembang
menggunakan penilaian autentik.
2.4 Pengembangan Bahan Ajar
Pemilihan bahan ajar membaca BIPA tingkat pemula berdasarkan teori
yang dinyatakan oleh Ballstaedt (dalam Majid, 2011: 175) tentang keunggulan
bahan ajar yang salah satunya menjadi fokus peneliti yaitu pembaca dapat
mempraktikkan materi yang telah ada dalam buku teks pada situasi nyata peserta
BIPA tingkat pemula.
Kegiatan pengembangan bahan ajar menurut Mbulu (2004: 5) ialah
menyangkut kegiatan memilikh, memilah, menetapkan, menyusun, menata,
mengevaluasi dan memanfaatkan keterhubungan topik atau pokok bahasan
berdasarkan fakta, prinsip, konsep, dan teori di dalamnya. Menurut Thomlinson
(dalam Ramdhani, 2015: 36) menjelaskan bahwa pengembangan bahan ajar
merupakan hal yang dilakukan oleh penulis, pengajar, ataupun peserta untuk
memberikan sumbermasukan berbagai pengalaman yang dirancang untuk
meningkatkan proses belajar. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan sebagai
perbuatan yang menyediakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada menjadi ada atau
melakukan perbaikan-perbaikan dari sesuatu yang ada menjadi lebih sesuai, lebih
tepat guna dan lebih berdaya guna.
2.4.1 Penyusunan Bahan Ajar BIPA
Terdapat beberapa macam penyusunan bahan ajar memiliki beberapa
bentuk yaitu handout, buku, Lembar Kerja Siswa (LKS), modul, brosur, atau
leaflet, Wallchart, foto atau gambar, model atau maket. Dalam menyusun bahan
21
ajar hal yang perlu diperhatikan ialah judul atau materi dalam bahan ajar tersebut
harus menyajikan kompetensi dasar sebagai materi yang menentukan kelulusan
peserta BIPA tingkat pemula. Di samping itu, menurut Akbar (2015: 34) bahan
ajar harus memperlihatkan beberapa hal sebagai berikut.
a. Akurasi
Keakuratan dapat dilihat dari aspek kecermatan penyajian dan mencantumkan
sumber pengetahuan yang diperoleh. Keakuratan teori yang disajikan dalam
bahan ajar dapat dilihat dari teori dan perkembangan terbaru dan teori
pendekatan keilmuan yang bersangkutan.
b. Relevansi
Relevansi yang dimaksud adalah kesesuaian materi, penugasan, contoh,
latihan, dan ilustrasi dengan kompetensi yang harus dikuasai oleh pembaca
sesuai kemampuan pembaca.
c. Komunikatif
Komunikatif menurut Degeng (dalam Akbar, 2015: 35) peneliti harus
menganggapp dirinya sedang mengajar melalui tulisan. Bahasa yang dihunakan
tidak sangat formal, melainkan setengah lisan.
d. Sistematis
Sistematis dimaksudkan pada penyajian materi atau pola pikir dari sederhana
ke kompleks, dari konkret ke abstrak. Sistematis sangat berkaitan erat dengan
prinsip pembelajaran.
22
e. Berorientasi pada student center
Bahan ajar yang dikembangkan dapat mendotong rasa ingin tahu peserta didik,
merangsang peserta didik untuk membangun pengetahuan sendiri, memotivasi
peserta didik untuk mempraktikkan disetiap kegiatan sehari-hari.
f. Keterbacaan
Keterbacaan menyangkut keramahan mata, urutan teks terstruktur, dan mudah
dibaca.
Pengembangan bahan ajar dilakukan dengan menempuh beberapa
langkah sesuai dengan Pedoman Peneyusunan Pengembangan Bahan Ajar
(Depdiknas, 2008) yakni analisis kurikulum, menentukan judul buku, merancang
bahan ajar dengan isi yang lengkap dan mencangkup seluruh aspek yang
dibutuhkan untik mencapai suatu kompetensi, pengumpulan referensi, dalam
menyajikan kalimat harus disesuaikan dengan usia pebelajar dan pengalaman
pebelajar, menilai hasil pengembangan dengan cara menganalisis hasil uji
validasi, serta menggunakan sumber belajar yang dapat memperkaya materi.
2.4.2 Pemilihan Materi
Dalam memilah materi-materi BIPA tingkat pemula tidak lepas dari
prinsip-prinsip pembelajaran. Depdiknas (2008) prinsip pembelajaran sebagai
acuan dalam penyusunan bahan ajar yang harus dipahami, prinsip pembelajaran
tersebut diantaranya, yaitu mulai dari yang mudah ketingkatan pengetahuan yang
sulit dan dari pengetahuan yang konkret kepengetahuan yang abstrak, mengulangi
pengetahuan yang dipahami agar semakin paham, memberikan umpan balik yang
bernilai positif akan agar menguatkan pemahaman peserta didik, dan mampu
23
memotivasi peserta didik dalam belajar, hal ini adalah salah satu penunjang
keberhasilan belajar peserta didik.
Sehubungan dengan kegiatan pengembangan, salah satu kegiatan yang
harus dilakukan dalam pengembangan buku teks adalah memilih materi
pembelajaran. Menurut Suyitno (2005: 24) kriteria pemilihan materi pembelajaran
BIPA, yaitu a) memiliki keterkaitan dengan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai; b) sesuai denga taraf kemampuan pelajar dalam menerima dan
mengolahnya; c) materi pembelajaran BIPA harus membangkitkan motivasi
peserta BIPA, relevan dengan pengalaman dan aktual; d) materi pelajaran
menuntut pelajar secara aktif; e) sesuai dengan prosedur didaktik (metode atau
teknik) yang digunakan; dan f) materi pembelajaran diangkat dari fakta-fakta
kegiatan berbahasa sehari-hari.
Setelah melakukan akumulasi materi pembelajaran BIPA tingkat
pemula terpilih sesuai dengan kriteria di atas, maka langkah selanjutnya adalah
memilah dalam unit-unit satuan yang berdasarkan pada acuan fungsi komunikatif
dan urutan atau gradasi perkembangan proses pembelajaran. Bersamaan dengan
hal tersebut dilakukan juga analisis tingkat kesulitan, tingkat produktivitas, dan
tingkat kompleksitas.