bab ii kajian data dan pustaka ii.1 multimedia...
TRANSCRIPT
4
BAB II
KAJIAN DATA DAN PUSTAKA
II.1 Multimedia Interaktif
Menurut Vaughan (2004), dalam artikelnya bagian pertama menjelaskan
multimedia merupakan kombinasi antara teks, seni, suara, gambar, animasi, dan
video yang disampaikan dengan komputer atau dimanipulasi secara digital dan
dapat disampaikan atau dikontrol secara interaktif. Dalam bukunya Binanto
(2010) menjelaskan ada tiga jenis multimedia, yaitu :
Multimedia Interaktif
Pengguna multimedia interaktif ini dapat mengontrol apa dan kapan sebuah
informasi yang disediakan untuk ditampilkan atau disampaikan ke
penggunanya.
Multimedia Hiperaktif
Multimedia Hiperaktif ini memiliki struktur dari beberapa elemen yang saling
terkait dengan pengguna, sehingga pengguna dapat mengarahkannya.
Multimedia hiperaktif ini mempunyai banyak tautan (link) yang
menghubungkan elemen-elemen multimedia yang ada.
Multimedia Linier
Pada multimedia linier pengguna hanya dapat menonton dan menikmati
produk multimedia tersebut yang disajikan dari awal hingga akhir. Bentuk
interaksi yang digunakan dalam multimedia linier ini bersifat satu arah.
Penggunaan multimedia interaktif saat ini mulai beragam, baik digunakan dalam
berbisnis, lingkungan sekolah, dirumah, dan ditempat umum. Karena fungsi dari
multimedia menurut Jay Sandom, Einstein & Sandom (yang dikutip oleh Tay
Vaughan, 2011) yakni menunjukkan bahwa jika seseorang dirangsang dengan
menggunakan audio atau suara menunjukan tingkat efektifitasnya memiliki
persentase 20 persen dalam kemampuan untuk mengingat informasi yang
disampaikan. Jika pembelajaran menggunakan audio-visual, persentase yang
dicapai hingga 30 persen dalam kemampuan untuk mengingat informasi yang
5
disampaikan, dan jika menggunakan multimedia interaktif, yakni menggunakan
audio, visual, dan melibatkan pengguna dalam pembelajaran, maka tingkat
efektifitasnya hingga 60 persen dalam kemampuan untuk mengingat informasi
yang disampaikan.
Menurut Suyanto (2004), ada dua jenis multimedia non linier atau biasa disebut
dengan multimedia interaktif, yakni multimedia interaktif online dan
offline. Multimedia interaktif online adalah jenis multimedia yang penyajiannnya
menggunakan internet dan Multimedia interaktif offline adalah multimedia
interaktif yang penyajiannya tanpa menggunakan internet contohnya
menggunakan CD interaktif dan lain-lain.
II.2 Perang Badar
Perang adalah pertempuran antara dua pasukan atau lebih untuk mencapai tujuan
yaitu kemenangan. Dalam peperangan, disitulah penentu antara pasukan yang
kalah atau pasukan yang menang. Dalam perang tentu adanya rencana atau
strategi bagaimana untuk mengalahkan musuh. Dengan adanya strategi perang
yang baik maka perang yang dilakukan dapat berjalan dengan efektif dan akan
mendapatkan kemenangan. Jika strategi dalam berperang tidak berjalan dengan
baik maka akan berdampak fatal dalam berperang sehingga mendapatkan
kekalahan.
Gambar II.1 Ilustrasi pasukan Muslim perang Badar Sumber :
http://4.bp.blogspot.com/_yBRBCJRzows/S6OVQyifxsI/AAAAAAAAAEU/9a9N2JZTbRI/s320/t
aliban.jpg (17/5/2015)
6
Pandangan peperangan dalam Islam saat ini menimbulkan banyak pertentangan.
Mulai dari perang sebagai perebutan tanah kekuasaan, perebutan harta, perebutan
tahta, sampai dengan perang sebagai ajang balas dendam. Hakikatnya hal tersebut
tidak dibenarkan dalam Islam, walaupun peperangan sendiri diperbolehkan
dengan tujuan tertentu. Peperangan dapat dilakukan apabila melibatkan agama
untuk mempertahankan kesuciannya. Perang dilakukan untuk menegakan hukum
Allah, yang menjamin kesejahteraan dan pengajaran bagi umat manusia. Dalam
firman Allah SWT menurunkan wahyu yang mengizinkan orang-orang islam
berperang, yang isinya :
“Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena
sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah benar-benar
Maha Kuasa menolong mereka itu.” (Q.S Al-Hajj [22]: 39)
“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu.
Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan
boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah
mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui.” (Q.S Al-Baqarah [02]: 216)
Dalam hal ini walaupun perang telah diizinkan oleh Allah SWT, perang hanya
bertujuan untuk menghilangkan kebatilan dan menegakan ajaran agama Islam.
Perang bukan menjadi solusi dalam menyelesaikan sesuatu. Artinya peperangan
bisa terjadi dengan alasan dan tujuan yang jelas. Saat ini bentuk penyelesaian
masalah tidak dengan berperang, melainkan dengan cara yang lebih baik seperti
diselesaikan dengan cara kekeluargaan atau dengan hukum yang berlaku.
Berpegang teguhlah dalam kebaikan dalam menyelesaikan masalah dan
menghindari perbuatan-perbuatan kemungkaran. Seperti yang tertuang dalam
firman Allah SWT :
”(Yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di bumi,
niscaya mereka mendirikan solat, menunaikan zakat, menyuruh perbuatan yang
ma‟ruf dan mencegah dari perbuatan yang munkar.” (Q.S Al-Hajj [22]: 41)
Pada dasarnya Nabi sangat membenci melakukan peperangan, bahkan terhadap
orang musyrik sekalipun. Peperangan yang terjadi pada zaman Nabi Muhammad
7
SAW bukanlah keinginan Nabi, melainkan Nabi lebih suka berdamai dan menjadi
perjanjian, yang tercantum dalam firman Allah SWT :
“Tetapi jika mereka condong kepada perdamaian, maka terimalah dan
bertaqwallah kepada Allah. Sesungguhnya, Dia Maha Mendengar, Maha
Mengetahui.” (Q.S Al-Anfal [08]: 61)
Dengan firman Allah SWT tersebut mengantarkan pada umatnya bahwa nilai-nilai
perdamaian, kebaikan, dan ketaqwaan yang senantiasa diprioritaskan dalam
menyelesaikan sesuatu. Nabi melakukan peperangan memiliki alasan dan tujuan
yang jelas, ada tiga alasan Nabi berperang menurut Nizar Abazhah dalam
bukunya yang berjudul Perang Muhammad (2011: h.327) sebagai berikut :
“Pertama, melayani serangan musuh, seperti yang terjadi pada Perang Badar,
Uhud, dan Khandaq. Nabi meladeni perang-perang itu untuk mempertahankan
diri. Kedua, memberi pelajaran terhadap musuh yang mencari gara-gara atau
bersengkokol mengganggu kaum muslim meskipun sudah ada nota perjanjian
atau kerjasama. Ketiga, menggagalkan rencana musuh yang mengancam kaum
muslim.”
Dalam tiga alasan tersebut, membuktikan bahwa perang terjadi bukan keinginan
Nabi dalam berperang, melainkan untuk mempertahankan diri. Kaum Muslim
tidak memicu peperangan, karena sesungguhnya mereka tidak memusuhi
siapapun. Bahkan kaum muslim rela untuk menolong serta membantu, musuh
yang terluka, sakit, dan tertawan. Kaum Muslim hanya ingin mengedepankan
kedamaian. Arti dari Islam sendiri berasal dari kata salam (damai, sejahtera), dan
salam adalah salah satu asma Allah SWT. Islam tidak memperbolehkan perang
kecuali dalam situasi tertentu. Nabi Muhammad SAW tidak pernah memerangi
suatu kaum tanpa menyeru mereka kepada Islam terlebih dahulu. Nabi selalu
berpesan kepada pimpinan, pasukan dan segenap anggotanya agar berprilaku baik,
khususnya untuk bertaqwa kepada Allah SWT (Nizar Abazhah, 2011: h.337).
Pada zaman Nabi Muhammad SAW, telah terjadinya perang yang tidak bisa
dihindarkan. Menjadi salah satu perang pertama dalam Islam dengan motif ingin
mengembalikan kestabilan ekonomi yang buruk saat itu yakni perang Badar.
8
Perang Badar merupakan peperangan yang terjadi antara kaum Muslimin dan
kaum Quraisy. Kaum Quraisy ialah sebagai nama pengganti dengan kaum kafir
Makkah. Dimana kaum tersebut yang terus menerus mengegerkan kaum Muslim
karena ketidaksukaan dan kedengkian terhadap Nabi Muhammad SAW yang
berdakwah untuk penyebaran Islam. Nama Badar adalah mata air yang terkenal
yang berada diantara Makkah dan Madinah. Nama Badar sendiri berasal dari
seseorang yang bernama Badar, maka mata air tersebut dinamakan sama dengan
nama pemiliknya yakni Badar. Badar terkenal karena adanya peperangan yang
terjadi pada 17 Ramadhan 2 Hijriah atau 13 Maret 624 Masehi dengan sebutan
perang Badar. Dimana perang Badar ialah perang pertama antara kaum Muslim
dan kaum Quraisy (Dar Al-Ilm, 2011).
Gambar II.2 Illustrasi perampasan harta kaum Muslimin di Madinah Sumber : http://youtube.com/watch?v=IjvsM89q3mM (14/4/2015)
Perang ini terjadi karena kaum Quraisy mengambil alih secara sepihak harta
benda kaum Muslim, mengusir kaum Muslim, dan kaum Muslim juga
mendapatkan perlawanan dari kaum Quraisy untuk berperang. Dengan harta yang
dijarah oleh kaum Quraisy, hal ini membuat perekonomian kaum Muslimin
menjadi tidak stabil. Maka hal inilah yang membuat perang Badar itu terjadi.
Seperti wahyu yang di turunkan oleh Allah SWT (Nizar Abazhah, 2011: h.43),
yang berisi :
“Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang berperang pada bulan haram.
Katakanlah : “Berperang pada bulan itu adalah (dosa) besar. Tetapi
menghalangi (orang) dari jalan Allah, ingkar kepada-Nya, (menghalangi orang
9
masuk) Masjidil Haram, dan mengusir penduduk dari sekitarnya, lebih besar
(dosanya) dalam pandangan Allah. Sedangkan fitnah lebih kejam dari pada
pembunuhan.” (Q.S Al-Baqarah [02]: 217)
Wahyu tersebut yang menjadikan perang di bulan suci menjadi dihalalkan oleh
Nabi. Walaupun Nabi tetap menyesalinya bahwa memerintahkan pasukannya
untuk berperang di bulan suci Ramadhan. Perang Badar ini berlangsung dengan
sangat sengit, terjadinya petumpah darahan antara kaum Muslim dan kaum
Quraisy. Pada akhirnya perang Badar ini dengan pertolongan Allah SWT dapat di
menangkan oleh kaum Muslimin. Sehingga kaum Muslim mendapatkan jarahan
harta hasil perang yang membuat ekonominya menjadi stabil kembali. Berikut
adalah penjabaran tentang perang Badar mulai dari persiapan hingga berakhirnya
perang Badar :
1. Kekuatan Pasukan Kaum Muslimin Dalam Perang Badar
Kekuatan pasukan perang Badar, Nabi Muhammad SAW berangkat dengan
kekuatan 313 prajurit teridiri dari kaum Muhajirin dan Ansar. Dalam
keterangan lain menurut Syekh Syafiur dalam bukunya yang berjudul Sirah
Muhammad (1993: h.301) menyebutkan “Rasulullah SAW berangkat dengan
313 pasukan terdiri dari 82 dari kaum Muhajirin, 61 dari Aus, dan 170 dari
Khazraj.” Dengan mengiring dan menunggangi tujuh puluh ekor unta, yang
ditunggangi secara bergantian dan dua ekor kuda, sedangkan sisanya berjalan
kaki (Nizar Abazhah, 2011: h.52).
Pengaturan pasukan barisan yang direncankan oleh Nabi Muhammad SAW,
yakni Mush’ab bin Umair tampil di depan membawa bendera putih, satu
bendera hitam disebut dengan al-Uqab (si Elang) yang dipegang oleh Ali bin
Abi Thalib pasukan Muslimin dari kalangan Muhajirin, dan satu bendera lagi
dipegang oleh Sa’d bin Mu’adz ialah komandan dari sayap kanan, sayap kiri
dipegang oleh Al-Miqdad bin Amr dengan mengunggang kuda. Karena Sa’d
ibn Mu’adz dan Miqdad bin Amr yang baik dalam menunggang kuda dalam
pasukan tersebut. Pertahanan garis belakang diserahkan kepada Qais bin
Sha’sha’ah. Komando tertinggi tetap dipegang oleh Nabi Muhammad SAW
sendiri (Syekh Syafiur, 1993: h.301-302).
10
Gambar II.3 Illustrasi pasukan penyerang kaum Muslim di perang Badar Sumber : http://forumkomunikasiremajamasjid.files.wordpress.com/2013/12/perang-
badar.jpgFMw/s1600/lokasi+Badar.jpg (16/4/2015)
Kemudian Nabi Muhammad SAW berangkat dari kota Madinah bersama
pasukan ini, berjalan melewati jalur menuju Makkah, melewati mata air
Badar. Selain itu, kekuatan pasukan kaum Quraisy awal mulanya ada 1300
orang. Dengan seratus kuda, enam ratus baju besi, dan unta yang cukup
banyak jumlahnya. Dengan komando tertinggi yang dipegang oleh Abu Jahal
bin Hisyam. (Syekh Syafiur, 1993: h.301-302).
Gambar II.4 Illustrasi Pasukan penyerang Kaum Quraisy di perang Badar Sumber : http://takusahrisau.files.wordpress.com/2012/05/800px-myrbach-
charge_of_the_mamluks.jpg (16/4/2015)
11
Setelah persiapan dianggap matang, kaum Quraisy pun berangkat
meninggakan Makkah. Sikapnya telah digambarkan dalam firman Allah SWT,
yang artinya : “… dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya‟ kepada
manusia, serta menghalangi (orang) dari jalan Allah.” (Al-Anfal [08]: 47).
Mereka datang seperti yang telah di gambarkan oleh Rasulullah SAW,
Dengan membawa kemarahan dan senjata mereka.
Kaum Quraisy adalah musuh Allah dan Rasulnya. Kaum ini pergi dengan
kemurkaan dan kedengkian terhadap rasulullah SAW serta sahabatnya,
disamping untuk menyelamatkan kafilah dagang mereka. Mereka bergerak
lurus ke utara menuju Badar (Syekh Syafiur, 1993: h.303). Dalam perjalanan
dari pasukan Quraisy terjadinya keraguan, yakni dari Al-Akhnas bin Syariq.
Al-Akhnas menyarankan kepada Abu Jahal untuk kembali ke Makkah.
Dengan membawa pasukannya dari pasukan Zuhrah yang jumlahnya 300
orang untuk kembali ke Makkah. Namun, Abu Jahal tidak memaksa pasukan
Zuhrah untuk kembali. Maka, pasukan Quraisy melanjutkan perjalanan
menuju Badar dengan kekuatan 1000 orang.
2. Musyawarah Sebelum Perang Badar
Perang Badar ini menjadi situasi yang sulit bagi Nabi. Nabi tidak ingin perang
Badar ini terjadi. Musuh dengan segala kedengkian dan permusuhan serta
dalam jumlah yang sangat tidak seimbang, yang membuat Nabi bertanya-
tanya apakah pasukannya dapat menghadapi mereka?”. Nabi meminta
pendapat dan pertimbangan kepada sahabat-sahabatnya, Abu Bakar, Umar,
dan Miqdad ibn Amr mendukung dengan perang Badar ini dan lebih baik
maju terus. Seperti perkataan Miqdad ibn Amr yang tercantum dalam buku
Syekh Syafiur dalam bukunya yang berjudul Sirah Muhammad (1993: h.306)
dengan isinya :
“Wahai Rasulullah, majulah terus seperti yang diperlihatkan Allah SWT
kepada engkau. Demi Allah, kami tidak akan berkata kepada engkau
sebagaimana Bani Israil yang berkata kepada musa: „pergi engkau bersama
Rabbmu, lalu berperanglah kalian berdua. Sesungguhnya kami ingin duduk
menanti disini saja‟. Demi yang mengutusmu dengan kebenaran, andai kata
12
engkau membawa kami ke dasar sumur yang gelap, maka kami pun siap
bersama engkau hingga engkau mencapai tempat itu”.
Gambar II.5 Illustrasi musyawarah Nabi sebelum perang Badar Sumber : http://youtube.com/watch?v=IjvsM89q3mM (14/4/2015)
Setelah Miqdad berkata seperti itu, Nabi menjawab “bagus” dan mendoakan
kebaikan bagi Miqdad. Kemudian Nabi meminta pendapat kepada perwakilan
dari kaum Anshar karena kaum Anshar inilah jumlah mayoritas dalam
pasukan. Kemudian Sa’ad ibn Mu’adz berdiri dan berkata yang tercantum
dalam buku Syekh Syafiur dalam bukunya yang berjudul Sirah Muhammad
(1993: h.307) dengan isinya :
“Kami sudah beriman kepada engkau. Kami sudah membenarkan engkau.
Kami telah bersaksi bahwa apa yang telah engkau bawa adalah benar. Kami
sudah memberikan sumpah dan janji kami untuk patuh dan taat. Maka
majulah Rasulullah seperti yang engkau kehendaki. Demi yang telah
mengutus engkau dengan kebenaran. Tak seorangpun diantara kami yang
akan mundur. Sesunguhnya kami dikenal orang-orang sabar dan jujur dalam
pertempuran. Semoga Allah memperlihatkan kepada engkau tentang diri
kami, bawalah kami bersama berkah Allah”.
13
Gambar II.6 Illustrasi kaum Quraisy mengajak duel di perang Badar
Sumber : http://youtube.com/watch?v=IjvsM89q3mM (14/4/2015)
Nabi merasa senang dengan apa yang dikatakan sahabat-sahabatnya yang
membuat semangat yang tinggi. Kemudian Nabi bersabda yang tercantum
dalam buku Syekh Syafiur dalam bukunya yang berjudul Sirah Muhammad
(1993: h.308) dengan isinya :
“Majulah kalian dan terimalah kabar gembira, karena Allah telah
menjanjikan satu dari dua pihak kepadaku. Demi Allah, seakan-akan saat ini
aku bisa melihat tempat kematian mereka.”
Berangkat dari situlah kaum Muslimin tetap maju dalam peperangan yang
akan terjadi. Dengan pengamatan para sahabat-sahabat Nabi, musuh dari kaum
Quraisy berjumlah antara sembilan ratus hingga seribu pasukan. Akan tetapi
Nabi Muhammad SAW tetap berpegang teguh, optimis dan meyakinkan
kepada para sahabat-sahabatnya dengan sabdanya yang tercantum dalam buku
Nizar Abazhah dalam bukunya yang berjudul Perang Muhammad (2011: h.95)
mengatakan “Makkah mengerahkan seluruh kekuatannya.” Dari situlah
dengan motivasi yang diberikan oleh Nabi, pasukan kaum Muslimin menjadi
optimis walaupun jumlah pasukan yang dimiliki kaum Muslimin tidak
sebanding dengan pasukan kaum Quraisy. Mereka tetap yakin bahwa jika
mereka berjihad kepada Allah SWT, maka Allah SWT pun akan menolong
mereka.
14
3. Penyelidikan Rasulullah Sebelum Perang Badar
Setelah musyawarah Rasulullah SAW melanjutkan perjalanan menuju suatu
tempat yang disebut Ad-Dabbah dan meninggalkan Al-Hannan disebelah
kanannya, yaitu sebuah bukit pasir yang menyerupai gunung yang kokoh,
kemudian tibalah mereka di dekat Badar. Sesampainya di Badar, Nabi
Muhammad SAW melakukan pengintaian untuk mencari informasi tentang
pasukan Quraisy. Saat itu, Nabi berpapasan dengan seorang Arab yang sudah
tua, Nabi langsung bertanya kepada kakek tersebut untuk diminta informasi.
Dengan hasil yang diperoleh Nabi, bahwa pasukan Quraisy sudah sampai di
tempat sekitar Badar. Sore harinya, Nabi mengirim beberapa mata-mata lagi
untuk mengintai dan mencari informasi tentang musuh.
Gambar II.7 Map lokasi Perang Badar Sumber : http://i1256.photobucket.com/albums/ii484/dionysusxxyyzz/BadarKubra.jpg
(15/4/2015)
Nabi memberi tugas kepada Ali bin Abi Thalib, Az-Zubair bin Al-Awwam
dan Sa’ad bin Abi Waqqas, dengan beberapa orang lainnya. Mereka mengintai
di daerah mata air Badar. Setelahnya mereka sampai di Badar, mereka
menemukan dua orang yang diprediksi adalah pesuruh dari kaum Quraisy
yang sedang mengambil air di mata air Badar tersebut. Kemudian dua orang
tersebut langsung di belenggu dan dibawanya kehadapan Rasulullah SAW.
Nabi mencari informasi tentang keberadaan kaum Quraisy dari dua orang
pesuruh kaum Quraisy.
15
Gambar II.8 Illustrasi pengintaian antara kedua kaum di perang Badar Sumber : http://youtube.com/watch?v=IjvsM89q3mM (14/4/2015)
Setelah mendapatkan informasi berupa jumlah pasukan yang jumlahnya
sekitar ratusan hingga ribuan, dan posisi kaum Quraisy yang berada di balik
bukit dari kaum Muslimin berpijak. Nabi Muhammad SAW kemudian
menghadap kearah pasukannya dan mengatakan, “Wahai semua orang, inilah
Makkah yang telah menghantarkan jantung hatinya kepada kalian” (Syekh
Syafiur, 1993: h.310). Pada malam itu Allah menurunkan hujan yang deras,
hingga kaum Quraisy basah kuyup yang menghambat langkah mereka untuk
maju dipeperangan. Tetapi bagi kaum Muslim hujan itu seakan menjadi
simbol keberhasilan mereka dan menghilangkan jiwa-jiwa saitan dalam
dirinya. Kondisi padang pasir yang semakin menjadi kasat mata, pasir menjadi
kuat, tempat mereka menjadi rata dan hatipun menjadi satu untuk berjihad
kepada Allah SWT (Syekh Syafiur, 1993: h.310).
4. Strategi Perang Badar
Rasulullah SAW membawa pasukannya ke mata air Badar agar bisa
mendahului pasukan dari Kaum Quraisy. Sesampainya pasukan kaum Muslim
di Badar ada beberapa strategi perang yang dilakukan oleh Nabi Muhammad
SAW dalam perang Badar, dan strategi perang ini muncul kerena saran dari
sahabat-sahabatnya untuk mengantisipasi terhadap perlawanan musuh dari
kaum Quraisy yang disetujui oleh Nabi diantaranya :
a. Saran dari sahabat Nabi yaitu Hubab ibn al-Mundir yang menyarankan
pasukan harus pindah ke mata air Badar terdekat, dan pasukan untuk
16
menetap disana. Selanjutnya, menimbun sumur-sumur kering dan
membagun kolam diatasnya dengan berisikan air. Tujuannya agar saat
berperang nanti, pasukan kaum Muslimin dapat minum, sedangkan dari
kaum Quraisy tidak.
b. Saran dari sahabat Nabi yaitu Sa’d ibn Mua’adz yang menyarankan untuk
membangun rumah kecil di tengah-tengah kolam sebagai tempat khusus
bagi Nabi untuk memberikan komando dan disiapkan tunggangan.
Tujuannya saat perang nanti, sahabat-sahabat Nabilah yang akan maju
dahulu untuk meladeni musuh, setelah itu Nabi bisa langsung
menunggangi dan menyusul peperangan dari belakang sahabat-
sahabatnya.
c. Saran dari sahabat Nabi yaitu Ashim ibn Tsabit yang menyarankan jika
pasukan kaum Muslimin dikepung oleh musuh, maka lempari mereka
dengan batu. Jangan mengancam mereka dengan pedang kecuali dengan
terpaksa.
Strategi inilah yang dilaksanakan untuk berperang melawan kaum Quraisy.
Kemudian, Rasulullah SAW mempersiapkan pasukannya berkeliling disekitar
arena yang akan menjadi wilayah pertempuran Badar. Sambil menunjukan
jarinya dan bersabda, “Ini tempat kematiannya fulan esok hari InsyaAllah, dan
ini tempat kematian fulan InsyaAllah”. Pada malam itu, Nabi Muhammad
SAW lebih banyak mendirikan shalat di dekat batang sebuah pohon yang
tumbuh di sana. Sedangkan kaum Muslim yang lain istirahat dengan berharap
kabar gembira esok hari dari Allah SWT (Syekh Syafiur, 1993: h.312)
5. Pertempuran Perang Badar
Perang Badar terjadi pada hari Jum’at, 17 Ramadhan 2 H. Pertempuran di
awali dengan duel antara Al-Aswas bin Abdul-Asad, seorang laki-laki yang
kasar dan buruk akhlaqnya. Al-Aswas pun keluar dari pasukan Quraisy
dengan berkata, “Aku bersumpah kepada Allah. Aku benar-benar akan
mengambil air dari kolam kalian, aku akan menghancurkannya, Aku lebih
baik mati karenanya” (Syekh Syafiur, 1993: h.316). Hal ini di sambut oleh
Hamzah bin Abdul-Muthtalib r.a. setelah saling berhadapan, Hamzah
17
langsung menyabet dengan pedang kepada Al-Aswas hingga kakinya putus
dibagian betis dan darahnya keluar hingga mengenai rekan-rekannya. Setelah
itu, munculah penunggang kuda dari kaum Quraisy yang handal, yang berasal
dari satu keluarga yakni, Utbah bin Rabi’ah, Syaibah bin rabi’ah, dan Al-
Wahid bin Utbah. Mereka adalah salah satu pemimpin pasukan dari kaum
Quraisy. Mereka minta untuk adu tanding kemudian disambut oleh tiga utusan
Nabi dari kaum Muslimin yakni, Ubaidah bin Al-Harits, Hamzah, dan Ali.
Gambar II.9 Illustrasi tiga pemimpin pasukan kaum Quraisy di perang Badar Sumber : http://youtube.com/watch?v=IjvsM89q3mM (14/4/2015)
Ubaidah yang paling tua diantara mereka, berhadapan dengan Utbah bin
Rabi’ah, Hamzah berhadapan dengan Syaiban bin rabi’ah, dan Ali berhadapan
dengan Al-Walid. Hamzah dan Ali tidak ada kesulitan untuk melawan
pasukan dari Quraisy masing-masing melancarkan serangannya dua kali
hingga dua kaum Quraisy itu terbunuh. lain halnya dengan Ubaidah yang
sempat tertebas kakinya hingga putus oleh Utbah bin Rabi’ah hingga
tergeletak dan lemas. Hamzah dan Ali langsung menghampiri Utbah dan
membunuhnya, kemudian memapah Ubaidah kebarisan pasukan dan
setelahnya Ubaidah meninggal dunia (Syekh Syafiur, 1993: h.317).
Setelah beradu tanding, ini merupakan awal yang buruk bagi kaum Quraisy,
karena mereka kehilangan tiga orang penunggang kuda yang handal dan
sekaligus komandan pasukan mereka. Kemudian kemarahan mereka
memuncak, kaum Quraisy langsung meyerang kaum Muslimin secara
18
serentak. Untuk meluruskan dan menata barisan, Nabi Muhammad SAW
mengeluarkan perintah supaya pasukannya tidak memulai pertempuran.
Gambar II.10 Illustrasi tiga pemimpin pasukan kaum Muslim di perang Badar Sumber : http://youtube.com/watch?v=IjvsM89q3mM (15/4/2015)
Nabi juga menyampaikan petunjuk tentang peperangan yang tercantum dalam
buku Syekh Syafiur dalam bukunya yang berjudul Sirah Muhammad (1993:
h.316) dengan isi sabdanya :
“Jika kalian merasa jumlah musuh kalian lebih banyak jumlahnya, maka
lepaskanlah anak panah kepada mereka. Dahului mereka dalam melepaskan
anak panah. Kalian tak perlu buru-buru menghunus pedang kecuali setelah
mereka dekat dengan kalian”.
Dengan pertempuran yang berlangsung dengan sengit. Secara bertahap
pertempuran diawali dengan lemparan batu, anak panah, menusuk dengan
tombak, kemudian bertarung dengan pedang. Nabi pun ikut terjun langsung
dan Nabilah yang paling dekat dengan musuh. Tiba-tiba Rasulullah SAW
diserang kantuk hanya dalam sekejap saja, kemudian beliau menegapkan
kepalanya dengan berkata yang tercantum dalam buku Syekh Syafiur dalam
bukunya yang berjudul Sirah Muhammad (1993: h.319) dengan isi
“Bergembiralah wahai Abu Bakar, Inilah jibril yang datang di atas gulungan-
gulungan debu.” Dalam waktu singkat, kaum Quraisy mulai berjatuhan
menghadapi serbuan dari kaum Muslimin. Atas doa dari Nabi Muhammad
SAW yang tercantum dalam buku Syekh Syafiur dalam bukunya yang
berjudul Sirah Muhammad (1993: h.318) dengan isi do’anya :
19
“Ya Allah penuhilah bagiku apa yang Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah,
sungguh aku mengingatkan-Mu akan sumpah dan janji-Mu. Ya Allah, jika
pasukan ini hancur pada hari ini, tentu Engkau tidak akan disembah lagi. Ya
Allah, kecuali Engkau menghendaki untuk tidak disembah untuk selama-
lamanya setelah hari ini.”
Ketia Nabi Muhammad dalam berdoa, tiba-tiba mantelnya terjatuh dari
pundaknya. Abu Bakar sebagai sahabat nabi langsung mengambil mantel yang
jatuh dan mengembalikan ke punda Nabi Muhammad SAW.
Gambar II.11 Illustrasi pasukan panah kaum Muslim di perang Badar Sumber : http://youtube.com/watch?v=IF1tDAp7Zoo (14/4/2015)
Pada akhirnya kaum Muslimin memenangkan peperangan Badar ini, dengan
pertolongan Allah yang menurunkan para malaikat untuk membantu dalam
perang Badar tersebut. Kekalahan yang diterima oleh kaum Quraisy ini
menjadikan luka yang mendalam bagi kaum Quraisy dan kaum Kafir yang ada
di Madinah. Pasukan Muslim yang wafat saat perang Badar terjadi berjumlah
empat belas orang.
Gambar II.12 Illustrasi pertolongan Allah berupa badai debu di perang Badar Sumber : http://youtube.com/watch?v=IF1tDAp7Zoo (14/4/2015)
20
6. Pasca Perang Badar
Peperangan telah usai dengan kekalahan telak dari pihak kaum Quraisy dan
kemenangan dari kaum Muslimin. Orang-orang kaum Quraisy melarikan diri
dari perang Badar, ada pula yang menjadi tawanan. Kemenangan Badar juga
memperoleh luka yang sangat mendalam bagi sebagian penduduk Madinah
yang belum beriman. Mereka tetap takut kepada kaum Muslimin, yang
menjadikan mereka munafik terhadap Nabi, dengan melakukan permusuhan
secara diam-diam.
Gambar II.13 Monumen nama-nama sahabat yang gugur di perang Badar
Sumber : http://hajiumrahziarah.files.wordpress.com/2010/01/img_1455.jpg
(16/4/2015)
Setelah mendapatkan kemenangan, Nabi dan pasukannya menetap di Badar
selama tiga hari. Setelah itu pasukan Nabi bergerak menuju Madinah, dengan
membawa tawanan dan hasil harta jarahan perang Badar. Saat perjalanan,
Nabi membagikan harta tersebut diantara orang-orang Muslim dengan adil
setelah mengambil seperlimanya. Kemudian Nabi dan pasukannya memasuki
Madinah sebagai pihak yang membawa kemenangan.
Sehari setelah di Madinah, para tawanan dibagikan kepada para sahabat Nabi.
Tawanan inilah tetap diberlakukan dengan baik oleh Rasulullah. Setelah itu,
betapa mengagumkannya shalat Idul fitri, mereka keluar dari rumah dengan
meyerukan takbir, tahmid, dan tauhid. Hati mereka dipenuhi kecintaan kepada
21
Allah yang telah memuliakan umat Muslim dengan nikmat dan
pertolonganNya (Syekh Syafiur, 1993: h.341). Lalu Allah mengingtakan
kepada mereka dengan firmannya :
“Dan ingatlah (hai para muhajirin), ketika kalian masih sedikit tertindas di
bumi (Makkah). Kalian takut orang-orang Makkah akan menculik kalian,
maka Allah memberikan kalian tempat menetap (madinah) dan dijadikannya
kalian kuat dengan pertolongan-Nya kalian rezeki dari yang baik-baik agar
kalian bersyukur”. (Al-Anfal [08]: 26)
II.3 Perang Badar Sebagai Pembelajaran Siswa
Perang Badar sebagai pembelajaran siswa, ini menjadi salah satu materi yang
penting. Karena dalam materi ini menjelaskan tentang sejarah perang pertama
dalam islam yakni perang Badar. Dalam perang Badar ini memiliki hikmah dan
nilai-nilai yang dapat diambil oleh siswa. Salah satunya untuk meneladani sifat
dan sikap Nabinya untuk kehidupan sehari-harinya, di antaranya :
Jiwa Yang Teguh
Keteguhan hati dalam mempertahankan keimanannya kepada Allah SWT
sebagai pondasi yang paling mendasar. Kekuatan inilah yang dapat
menegakan dakwah perjuangan seseorang. Ini dicontohkan dalam perang
Badar yakni ketika Nabi Muhammad SAW bermusyawarah dengan posisi
pasukan harus dipertaruhkan secara mati-matian. Dan sahabat Nabi sama
sekali tidak mengendorkan tekadnya untuk mundur dan terus maju. “Demi
yang telah mengutusmu dengan kebenaran, andai kata engkau membawa kami
ke dasar sumur yang gelap, maka kami pun siap bertempur bersama hingga
engkau bisa mencapai tempat itu.” Inilah salah satu bukti keteguhan dalam
mempertahankan keimanannya kepada Allah SWT.
Sikap Tabah dan Sabar
Dalam setiap perjuangan pasti ada hambatan dan resiko, demikian dengan
perjuangan Nabi, beliau menghadapi tantangan yang luar biasa dari para
penantangnya. Hal demikian dihadapi oleh Nabi dan para sahabatnya dengan
sikap tabah dan sabar. Ini dicontohkan dalam perang Badar yakni kaum
Muslim harus tetap berperang pada bulan suci Ramadhan dan menerima
22
bahwa beberapa sahabat mereka terbunuh saat berperang. Hal ini yang
menjadi nilai perjuangan mereka agar tetap tabah dan sabar dalam
menghadapi sesuatu.
Sikap Bijaksana dan Tegas
Bijaksana dalam mengambil keputusan sebelum melakukan sesuatu. Hal ini
menjadikan setiap umatnya agar berhati-hati dalam bertindak dan
merencanakan sesuatu. Ini dicontohkan dalam perang Badar yakni Nabi
Muhammad SAW melaksanakan musyawarah untuk membentuk strategi
perang. Nabi tidak memutuskan keputusan sendiri bahkan Nabi meminta saran
dari sahabat-sahabatnya untuk kebaikan bersama dalam berperang. Dalam
menghadapi musuh Islam Rasulullah senantiasa bersikap tegas. Untuk
mempertahankan sesuatu yang sudah menjadi hukum Allah. Ini dicontohkan
dalam perang dimana Nabi Muhammad dalam menghadapi musuh dengan
keteguhan hatinya. Melayani serangan musuh untuk mempertahan diri dan
agamanya serta mengagalkan rencana musuh dalam berperang.
Saling Belas Kasihan
Sikap belas kasihan ini dapat dilakukan terhadap sesama hamba Allah,
khususnya uman Muslim. Bentuknya adalah peduli dengan sesama, dalam
penderitaan, kesulitan, bahkan kemenangan. Ini dicontohkan dalam perang
Badar yakni memperlakukan baik para tawanan, dengan tetap mengedepankan
manusiawinya seperti diberikan makanan, pakaian yang layak, dan tempat
tinggal.
Saling Menguatkan dan Menyelamatkan
Sikap ini ialah untuk tidak saling mencari kelemahan dan kesalahan antara
sesama khususnya. Sebaiknya, saling melindungi, saling menguatkan, dan
saling mengamankan dalam bermasyarakat. Ini dicontohkan dalam perang
Badar yakni saling melindungi dan menguatkan antar pasukan. Dengan posisi
yang sudah ditetapkan oleh Nabi.
Saling Berlomba-lomba Dalam Ketaqwa’an
Berlomba-lombalah dalam berbuat baik untuk menuju sikap taqwa kepada
Allah SWT. Karena dengan ketaqwa’anlah yang dapat menjamin kebahagiaan
bagi setiap Muslim baik di dunia dan di akhirat kelak. Ini dicontohkan dalam
23
perang Badar yakni perang yang terjadi menjadi bentuk perjuangan dalam
membela agama Allah dan berjihad untuk mendapatkan kemenangan dunia
dan akhirat.
Akhlak Yang Mulia
Sikap Nabi dengan kepribadian dan prilaku yang sangat baik. Apapun yang
dihadapi dalam kesehariannya menjadi hal positif berperilaku baik, sopan dan
santun terhadap sesama dan berkepribadian yang mulia. ini dicontohkan dalam
perang Badar yakni mengedepankan musyawarah sebelum berperang,
bersikap tenang dalam melakukan sesuatu, bersikap baik terhadap tawanan,
berlaku adil dalam membagi sesuatu, meminta pertolongan kepada Allah dan
tidak menduakan Allah SWT.
Sifat dan sikap Nabi Muhammad SAW inilah yang perlu di realisasikan dalam
kehidupan bermasyarakat. Selain sikap dan sifat Nabi Muhammad SAW dalam
perang Badar, ada beberapa hikmah yang dapat di ambil oleh siswa setelah
mempelajari materi ini, diantaranya :
Perencanaan yang Matang
Perjuangan yang dilakukan Rasulullah SAW, dalam menghadapi berbagai
rintangan patut di contoh. Nabi tidak pernah pasrah begitu saja. Beliau
membuat perencanaan yang matang dengan bermusyawarah dan selalu
mendengarkan pendapat sahabatnya untuk kebaikan, agar halangan dan
rintangan dapat di atasi. Hal ini tentunya dengan terus berdoa kepada Allah
dan yakin pada pertolongannya Allah SWT.
Kerja Sama yang Baik
Kerja sama yang baik dilakukan oleh sahabat Muhajirin dan Anshar. Dengan
perintah Rasulullah SAW mereka bahu membahu dalam memperjuangan
tegaknya ajaran Allah. Kerja sama ini, menjadi isyarat bahwa perjuangan
menegakan Islam dimuka bumi tidak mungkin dilakukan seorang diri. Kerja
sama yang dianjurkan oleh Nabi adalah bagaikan satu bangunan yang saling
melengkapi. Dengan adanya kerjasama yang baik, tentunya sesuatu yang sulit
akan terasa mudah. Menutupi kekurangan sesama dan terus membantum
bergotong royong dalam mengedepankan kebaikan.
24
Keikhlasan
Keikhlasan sangat diperlukan dalam perjuangan, karena keikhlasan akan
memberikan daya dorong kesungguhan dalam berjuang. Dengan demikian,
segala pujian, musibah, dan kesukaran dalam berjuang dapat dihadapi dengan
sabar dan ikhlas, dan segala nikmat yang di peroleh akan selalu di syukuri.
Pengorbanan yang Besar
Dalam berjuang, Nabi dan para sahabatnya tidak hanya mencurahkan pikiran
dan tenaga, tetapi juga harta yang mereka punya untuk memperjuangankan
agama Allah. Orang-orang yang berkorban penuh dengan keikhlasan dijamin
oleh Allah akan terhindar siksa dan dimasukan dalam surga. Dalam berperang
tentunya tenaga dan pikiran menjadi pengorbanan yang besar. Dengan
pengorbanan yang dikeluarkan dan terus yakin akan pertolongan Allah,
tentunya apapun pengorbanan yang kita keluarkan semuanya akan digantikan
oleh Allah yang lebih baik.
Menjalin Persaudaraan
Menjalin persaudaraan ini untuk saling menopang dan saling bahu membahu
dalam melakukan sesuatu. Tanpa persaudaraan, kaum Muslimin tidak berdaya
dan mudah dipermainkan oleh kaum Quraisy. Dengan persaudaraan semua
berjalin dengan baik.
Kebanggaan sebagai Muslim
Persaudaraan yang sedemikian kuat dan kokoh dan berhasil dilakukan oleh
Rasulullah SAW dan para sahabatnya membuat kaum Muslimin semakin
memiliki kebanggaan sebagai Muslim, hal ini menjadi modal yang sangat kuat
dalam sebuah perjuangan. Setelah perang Badar terjadi, betapa
mengagumkannya shalat Idul fitri, mereka keluar dari rumah dengan
meyerukan takbir, tahmid, dan tauhid. Hati mereka dipenuhi kecintaan kepada
Allah yang telah memuliakan umat Muslim dengan nikmat dan
pertolonganNya (Syekh Syafiur, 1993: h.341). ini yang menjadi sebuah
kebanggan dalam umat Muslim akan kecintaan kepada Allah SWT.
Dalam hal inilah yang menjadikan materi ini penting untuk disampaikan kepada
siswa untuk mencari jati diri dalam proses berkembang dan pertumbuhannya.
Dengan hikmah dan nilai-nilai yang dapat menjadi pedoman siswa dalam
25
menanggapi sesuatu dengan baik, berdambak positif, dan mencerminkan
kepribadian yang baik serta dapat memahami dan meneladani sifat-sifat Nabinya
dalam kehidupan sehari-harinya.
II.4 Opini Masyarakat Tentang Materi Perang Badar
Rasa guru kepada siswanya ingin memberikan yang terbaik, baik itu dalam
didikan pembelajaran dan didikan emosional. Bagaimana guru bisa lebih dekat
kepada siswa, karena tanggung jawab sebagai orang tua di sekolah. Guru
memiliki tanggung jawab untuk menuntun atas keberhasilan siswa kelak dimasa
depan nanti. Dalam hal ini Tuti sebagai guru agama kelas sepuluh SMA Pasundan
2 Bandung, menjelaskan tentang materi perang Badar yang dipelajari oleh siswa
bahwa ini penting untuk disampaikan. Dengan alasan ini adalah salah satu
kurikulum pendidikan yang harus disampaikan kepada siswa. Selain
meningkatkan keimanan, penghayatan, dan pengalaman siswa, hal ini menjadi
salah satu tolak ukur pembelajaran siswa untuk kehidupan bermasyarakatnya
(Tuti, 2015).
Seringkali dengan waktu yang singkat dan fasilitas yang kurang mendukung,
menjadi salah satu faktor keterbatasannya dalam metode belajar yang efektif.
Termasuk tidak adanya media pembelajaran tambahan, yang mendukung materi
khususnya tentang perang Badar. Sehingga pencapaian target pembelajaran
tentang perang Badar kurang maksimal (Tuti, 2015).
Pendapat lain yang disampaikan oleh Muslim sebagai guru agama kelas sepuluh
SMK Al-Falah Bandung, menyampaikan bahwa perang Badar ini penting untuk
disampaikan kepada siswa. Karena dalam sejarah perang Badar ini banyak sekali
pesan-pesan yang postif, mulai dari nilai-nilai yang terkandung didalamnya dan
pesan moral lainnya yang dapat siswa lakukan. Hal ini sebagai bentuk penanaman
budi pekerti kepada siswa, agar siswa dapat menjadi pribadi yang berakhlak dan
berkarakter (Muslim, 2015).
Antusias siswa untuk memahami dan mempelajari materi tentang perang Badar
sangat tinggi, hal ini dinilai dari minat siswa yang tinggi untuk mempelajari
materi perang Badar. Selain menambah wawasan tentang dunia Islam, siswa dapat
meneladani sifat dan sikap Nabi Muhammad SAW untuk kehidupan sehari-hari.
26
Dengan metode pembelajaran yang text book yang digunakan dalam pembelajaran
siswa saat ini, berpengaruh terhadap kurangnya daya tarik siswa, untuk
menanggapi materi dan kesulitan untuk memvisualisasikan kejadian tentang
perang Badar.
Dengan metode text book, menjadi salah satu kendala bagi sebagian siswa yang
memiliki kecenderungan tidak suka membaca. Selain itu, mempelajari perang
Badar menjadi hal yang tabu sebagian kecil siswa seperti menganggap
mempelajari materi perang Badar adalah hal yang negatif. Hal ini yang harus
diluruskan dan diberikan arahan mengenai betapa pentingnya untuk mempelajari
materi perang Badar secara mendalam.
II.5 Khalayak Masyarakat Tentang Pembelajaran Perang Badar
Khalayak masyarakat tentang pembelajaran perang Badar, dapat diuraikan sebagai
berikut:
II.5.1 Demografis
Jenis Kelamin : Laki-laki dan perempuan
Usia : 16 – 18 Tahun
Usia 16-18 tahun adalah usia rata-rata anak kelas X
(sepuluh). Dimana materi ini diberikan.
Pendidikan : Sekolah Menengah
Tingkat Menengah ini (SMA/SMA-IT/SMK), dipilih
sebagai target audien karena objek penelitian berkaitan
dengan kurikulum pada pelajaran Pendidikan Agama
Islam (PAI) yang ditempuh oleh siswa pada kelas X
(Sepuluh).
Tingkat Sosial : Menengah dan menengah atas
Menurut data yang dikeluarkan oleh Janoe dalam
persentasinya yang berjudul newlanscape of marketing
communication Tingkat sosial kelas menengah ini tingkat
konsumtifnya lebih tinggi dan tingkat mengakses
pencarian informasi yang berkelanjutan. Untuk menengah
atas, tingkat sosial ini cenderung sudah memiliki media
27
elektronik komunikasi baik laptop, komputer, handphone,
dan lainnya yang sudah menjadi dasar gaya hidupnya.
Agama : Islam
II.5.2 Geografis
Wilayah : Kota
Lokasi Kota : Kota-kota besar di Indonesia
Kawasan : Pendidikan
Pemilihan tempat pendidikan di kawasan kota-kota besar,
karena pemilihan ini dilihat dari tingkat sosial yang
dimiliki target audien.
Studi kasus : SMA Pasundan 2 Bandung, SMA Al-Falah Bandung, dan
SMK Al-Falah Bandung.
II.5.3 Psikografis
Usia 16 – 18 tahun ini adalah usia rata-rata anak sekolah kelas X (sepuluh) tingkat
Sekolah Menengah. Dalam usia ini adalah fase perkembangan remaja madya atau
pertengahan dimana dalam fase ini remaja sudah dapat berhubungan dengan
peristiwa-peristiwa menganalisis dan abstrak. Dalam fase ini juga remaja sudah
dapat berfikir abstrak dan memecahkan masalah (Yusuf, 2014).
Pada masa ini remaja mulai tumbuh dalam dirinya dorongan untuk hidup,
kebutuhan untuk memiliki teman yang dapat memahami dan menolongnya. Pada
masa ini juga remaja sebagai masa mencari sesuatu yang dapat dipandang
bernilai. Pada anak laki-laki sering aktif dalam meniru, sedangkan pada anak
perempuan kebanyakan pasif, mengagumi, dan berimajinasi. Pada keduanya
memiliki rasa keingintahuan pada sesuatu, tetapi tidak mengetahui apa yang
diinginkannya (Yusuf, 2014).
Dalam sikap remaja menurut Pikunas (1967) yang mengungkapkan pendapat
Luella Cole yang dikutip oleh Yusuf dalam bukunya yakni kematangan
emosional, pemantapan minat-minat hetero seksual, kematangan sosial,
kematangan intelektual, identifikasi diri.
28
II.6 Ringkasan dan Solusi
Pembelajaran tentang materi cerita perang Badar merupakan salah satu materi
yang penting untuk dipelajari siswa dalam memahami dan meneladani nilai-nilai
yang terkandung dalam cerita perang Badar. Dengan metode pembelajaran text
book yang digunakan dalam pembelajaran siswa saat ini, yang berpengaruh
terhadap kurangnya daya tarik siswa untuk menanggapi materi dan kesulitan
untuk memvisualisasikan kejadian tentang materi perang Badar. Dengan hal ini
tentu perlu adanya media penunjang pembelajaran bagi siswa untuk memudahkan
siswa dalam mempelajari materi cerita perang Badar.
Dengan demikian, maka solusi untuk menjawab permasalahan ini dengan
membuat media penunjang pembelajaran tentang materi perang Badar yang
memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komputer (TIK) yakni melalui
multimedia interaktif. Tujuannya untuk merangsang dan mempengaruhi daya tarik
siswa dalam belajar untuk memahami, meneladani, dan mempelajarinya secara
efektif, dan materi yang disampaikan dapat diterima dengan mudah tanpa adanya
kesulitan dalam memvisualisasikan kejadian.