bab ii isu strategis pembangunan daerah 2010 bab ii.pdf · uud 1945 tentang anggaran pendidikan...

29
PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 II - 1 BAB II ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN DAERAH 2.1. Evaluasi Pencapaian Kinerja Pembangunan Daerah Proses pelaksanaan pembangunan daerah, meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi. Aspek evaluasi pembangunan merupakan aspek dasar perencanaan pembangunan untuk tahun berikutnya, sehingga untuk membuat kebijakan pelaksanaan pembangunan Tahun 2010 perlu dilakukan evaluasi terhadap kinerja pembangunan daerah pada tahun sebelumnya, khususnya evaluasi terhadap indikator makro pembangunan. Indikator makro yang dievaluasi meliputi pembangunan sumber daya manusia, ekonomi, dan kesejahteraan sosial, serta indikator penunjang yang terkait dengan masalah politik, hukum, lingkungan hidup, infrastruktur, pelayanan publik, kelistrikan, persampahan dan sebagainya. Hasil evaluasi dan identifikasi permasalahan serta tantangan yang dihadapi, baik internal maupun eksternal, menjadi dasar dalam menentukan isu-isu yang akan dihadapi pada Tahun 2010 yang selanjutnya dirumuskan menjadi kebijakan prioritas pembangunan. 2.2. Evaluasi Indikator Makro Pembangunan Jawa Barat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Barat diarahkan untuk mencapai kategori maju pada skala yang telah ditetapkan UNDP sebesar 80 pada Tahun 2015. Adapun pencapaian IPM pada Tahun 2008 sebesar 71,16 (angka sangat sementara, hasil perhitungan BPS Provinsi Jawa Barat, Maret 2008), meningkat sebesar 0,45 poin dibandingkan angka Tahun 2007 sebesar 70,71. Bila dibandingkan dengan target IPM Jawa Barat Tahun 2015 yang sebesar 80,00, maka rata-rata capaian setiap tahunnya harus mencapai angka 1,26 poin. Indeks Pendidikan (IP) pada Tahun 2008 meningkat sebesar 1,43 poin dari Tahun 2007, yaitu sebesar 81,64 dari angka 80,81 pada Tahun 2007. Peningkatan tersebut tidak terlepas dari meningkatnya komponen Indeks Pendidikan yaitu Angka Melek Huruf (AMH) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS). Pada Tahun 2008, AMH Jawa Barat sebesar 96,10% meningkat dari 95,32% pada Tahun 2007. Sedangkan RLS menunjukkan peningkatan, dari 7,5 tahun pada Tahun 2007menjadi 7,91 tahun pada Tahun 2008.

Upload: hoanghuong

Post on 21-Jun-2018

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PPEEMMEERRIINNTTAAHH PPRROOVVIINNSSII JJAAWWAA BBAARRAATT

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 II - 1

BBAABB IIII

IISSUU SSTTRRAATTEEGGIISS PPEEMMBBAANNGGUUNNAANN DDAAEERRAAHH

2.1. Evaluasi Pencapaian Kinerja Pembangunan Daerah

Proses pelaksanaan pembangunan daerah, meliputi perencanaan, pelaksanaan,

pengendalian dan evaluasi. Aspek evaluasi pembangunan merupakan aspek dasar

perencanaan pembangunan untuk tahun berikutnya, sehingga untuk membuat kebijakan

pelaksanaan pembangunan Tahun 2010 perlu dilakukan evaluasi terhadap kinerja

pembangunan daerah pada tahun sebelumnya, khususnya evaluasi terhadap indikator makro

pembangunan. Indikator makro yang dievaluasi meliputi pembangunan sumber daya

manusia, ekonomi, dan kesejahteraan sosial, serta indikator penunjang yang terkait dengan

masalah politik, hukum, lingkungan hidup, infrastruktur, pelayanan publik, kelistrikan,

persampahan dan sebagainya.

Hasil evaluasi dan identifikasi permasalahan serta tantangan yang dihadapi, baik

internal maupun eksternal, menjadi dasar dalam menentukan isu-isu yang akan dihadapi

pada Tahun 2010 yang selanjutnya dirumuskan menjadi kebijakan prioritas pembangunan.

2.2. Evaluasi Indikator Makro Pembangunan Jawa Barat

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Barat diarahkan untuk mencapai

kategori maju pada skala yang telah ditetapkan UNDP sebesar 80 pada Tahun 2015. Adapun

pencapaian IPM pada Tahun 2008 sebesar 71,16 (angka sangat sementara, hasil

perhitungan BPS Provinsi Jawa Barat, Maret 2008), meningkat sebesar 0,45 poin

dibandingkan angka Tahun 2007 sebesar 70,71. Bila dibandingkan dengan target IPM Jawa

Barat Tahun 2015 yang sebesar 80,00, maka rata-rata capaian setiap tahunnya harus

mencapai angka 1,26 poin.

Indeks Pendidikan (IP) pada Tahun 2008 meningkat sebesar 1,43 poin dari Tahun

2007, yaitu sebesar 81,64 dari angka 80,81 pada Tahun 2007. Peningkatan tersebut tidak

terlepas dari meningkatnya komponen Indeks Pendidikan yaitu Angka Melek Huruf (AMH)

dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS). Pada Tahun 2008, AMH Jawa Barat sebesar 96,10%

meningkat dari 95,32% pada Tahun 2007. Sedangkan RLS menunjukkan peningkatan, dari

7,5 tahun pada Tahun 2007menjadi 7,91 tahun pada Tahun 2008.

PPEEMMEERRIINNTTAAHH PPRROOVVIINNSSII JJAAWWAA BBAARRAATT

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 II - 2

Peningkatan Indeks Pendidikan tersebut tidak terlepas dari upaya peningkatan Angka

Partisipasi Sekolah melalui tuntasnya Role Sharing Pendanaan Peningkatan Sarana dan

Prasarana Pendidikan Dasar antara Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota, juga dengan adanya

kebijakan anggaran pendidikan pemerintah yang berorientasi pada pemenuhan amanat

UUD 1945 tentang anggaran pendidikan sebesar minimal 20% dari Total APBD.

Indeks Kesehatan (IK) mencerminkan derajat kesehatan masyarakat suatu

wilayah pada periode waktu tertentu yang diukur melalui angka harapan hidup waktu lahir

(AHHe0). Indeks kesehatan Jawa Barat mengalami peningkatan sebesar 0,37 poin pada

kurun waktu Tahun 2007 – 2008, 71,00 pada Tahun 2007 dan 71,37 poin pada Tahun 2008.

Dari sisi Angka Harapan Hidup (AHH), menunjukkan bahwa rata-rata usia penduduk Jawa

Barat adalah 67,58 tahun meningkat dari Tahun 2006 yaitu 67,40 tahun.

Indeks daya beli masyarakat Jawa Barat pada Tahun 2008 adalah sebesar 60,48.

untuk mencapai target sebesar 68 pada Tahun 2015, dalam rangka mencapai IPM 80 pada

Tahun 2015, maka indeks daya beli setiap tahunnya harus meningkat sebesar 1,07 poin,

sementara data yang ada menunjukkan bahwa rata-rata peningkatan setiap tahunnya

sebesar 0,3 poin. Relatif lambatnya peningkatan kemampuan daya beli masyarakat Jawa

Barat, dipengaruhi pula oleh faktor eksternal Jawa Barat, seperti kenaikan BBM dan inflasi

pada kelompok bahan kebutuhan pokok.

Tabel 2.1Gambaran Indikator Makro Pembangunan Jawa Barat Tahun 2006s.d. 2008

NO INDIKATORTAHUN

2006 2007 20081 IPM 70,31 70,71 71,16*)2 Indeks Pendidikan 79,93 80,21 81,64*)

Angka Melek Huruf (%) 94,90 95,32 96,10*)Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 7,50 7,50 7,91*)

3 Indeks Kesehatan 70,13 71,03 71,37*)Angka Harapan Hidup (tahun) 67,40 67,58 67,82*)

4 Indeks Daya Beli 60,34 60,90 60,48*)Purchasing Power Parity (Rp) 621.100,00 623.640,00 621.710,00*)

5 Laju Pertumbuhan Penduduk (%) 1,94 1,83 1,716 Penduduk Miskin (%) 13,39 13,16 13,017 PDRB adh konstan 2000 (Triliun Rp) 257,49 273,99 289,99**)8 Inflasi (%) 6,15 5,10 11,119 Laju Pertumbuhan Ekonomi (%) 6,02 6,41 5,84**)

10 Jumlah Investasi (Trilyun Rp) 75,64 87,13 113,14**)11 Pengangguran***)

(Juta Jiwa) 2,54 2,39 2,26(%) 14,51 13,08 12,08

Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat dan Bapeda Provinsi Jawa Barat, Tahun 2009 (diolah)

Keterangan : *) angka sangat sementara, hasil perhitungan BPS Provinsi Jawa Barat, Maret 2008

**) angka sangat sementara, hasil estimasi triwulanan Tahun 2008

***) hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas 2006-2008)

PPEEMMEERRIINNTTAAHH PPRROOVVIINNSSII JJAAWWAA BBAARRAATT

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 II - 3

Jumlah penduduk pada Tahun 2008 sebesar 42,194 juta jiwa, dengan kepadatan

penduduk 1.999,3 orang per km persegi. Berdasarkan struktur umur, jumlah penduduk

dibawah usia 15 tahun keatas mencapai 29,59 %, penduduk usia produktif 15-64 tahun

sebesar 64,86 %, sementara penduduk usia 64 tahun sebesar 5,55 % .

Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) di Provinsi Jawa Barat dari tahun ke tahun

relatif terus menurun. Pada periode 2007-2008, LPP Provinsi Jawa Barat mencapai 1,71

persen. Kondisi tersebut menunjukkan upaya pengendalian pertumbuhan penduduk di

Provinsi Jawa Barat relatif cukup baik.

Proporsi penduduk miskin di Jawa Barat masih menunjukkan angka yang tinggi.

Menggunakan batasan konsumsi penduduk mencapai 2100 kalori setiap harinya, tercatat

proporsi penduduk yang di bawah batasan tersebut sebesar 13,01% pada Tahun 2008.

Kemiskinan di Jawa Barat ditengarai sebagai akibat dari kepemilikan sumberdaya yang tidak

merata, kemampuan antara penerimaan dan pengeluaran yang tidak seimbang, serta

ketidaksamaan kesempatan berusaha yang dimiliki oleh penduduk Jawa Barat.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Provinsi Jawa Barat memainkan

peran penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Nilai PDRB Jawa Barat atas dasar

harga berlaku pada Tahun 2008 yang merupakan hasil kompilasi triwulanan mencapai

Rp.608,58 Triliun, sedangkan atas dasar harga konstan mencapai Rp. 289,99 Triliun.

Kontribusi terbesar didominasi oleh sektor industri pengolahan sebesar 44,18 %, atau

sebesar Rp. 268,90 Triliun dan perdagangan, hotel dan restoran sebesar 19,66 % atau

sebesar Rp. 119,64 Triliun serta pertanian sebesar 11,77 % Rp. 71,66 Triliun.

Tabel 2.2PDRB Provinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga Berlaku

Tiga Sektor Utama

SektorTahun (Rp. Trilyun)

2005 2006* 2007** 2008***Pertanian 46,43 52,59 62,89 71,66Industri Pengolahan 173,08 214,24 236,63 268,90Perdagangan, hotel & restoran 74,28 90,02 100,69 119,64Sumber : BPS*** Angka Sangat Sementara, Hasil Estimasi Triwulanan Tahun 2008** Angka Sementara, Publikasi BPS Jawa Barat Tahun 2008* Angka Perbaikan, Koreksi BPS Jawa Barat Tahun 2008

Laju Pertumbuhan Ekonomi, Provinsi Jawa Barat Tahun 2008 dari besaran PDRB

hasil kompilasi triwulanan tumbuh sebesar 5,84 %, mengalami sedikit penurunan sebesar

0,57 point dibandingkan dengan Tahun 2007 dengan pertumbuhan sebesar 6,41 %, melebihi

PPEEMMEERRIINNTTAAHH PPRROOVVIINNSSII JJAAWWAA BBAARRAATT

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 II - 4

target yang ditetapkan sebesar 5,8% – 6,0 %. Namun demikian laju pertumbuhan ekonomi

Jawa Barat pada Tahun 2008 masih di bawah rata-rata laju pertumbuhan ekonomi nasional

sebesar 6,1%. Penurunan pertumbuhan ekonomi tersebut diakibatkan oleh kurang stabilnya

ekonomi nasional dan dunia (krisis ekonomi di AS). Di sisi permintaan, faktor penurunan

pertumbuhan terutama bersumber dari berkurangnya perdagangan luar negeri, dan kegiatan

konsumsi. Di sisi sektoral, pertumbuhan sedikit terjadi pada seluruh sektor ekonomi di Jawa

Barat. Respon sisi penawaran ini terindikasi dari indikator ekspektasi realisasi kegiatan dunia

usaha, dan ekspektasi situasi bisnis. Penurunan ekonomi tersebut antara lain disebabkan

oleh melambatnya kinerja dari beberapa sektor ekonomi serta sektor keuangan, persewaan

dan jasa perusahaan. Faktor lain pula yang mengakibatkan perlambatan pertumbuhan ini

adalah akibat dari tingkat inflasi yang cukup tinggi.

Inflasi, Tahun 2008 adalah sebesar 11,11 %, jauh melampaui inflasi Tahun 2007

yang mencapai 5,1 %. Selama Tahun 2008 inflasi di Jawa Barat cukup mendapat tekanan,

hampir seluruh kelompok pengeluaran bergerak naik. Peningkatan tertinggi terjadi pada

kelompok bahan makanan yang mengalami inflasi sebesar 16,11%, disusul kelompok

transportasi, komunikasi dan jasa keuangan 12,78 %, kelompok makanan jadi, minuman,

rokok & tembakau 12,45 %, kelompok kesehatan 10,52 persen, kelompok pendidikan,

rekreasi & olah raga 8,61 %, kelompok perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar 6,76 %,

serta kelompok sandang 3,69 %. Tekanan inflasi yang begitu kuat hingga mencapai double

digit di Tahun 2008 ini, sebagai dampak dari kebijakan kenaikan harga BBM pada bulan Mei

yang mencapai rata-rata 28,7 %. Respon harga pasar yang begitu signifikan sangat

tergambar dari besaran inflasi yang meningkat drastis hingga lebih dari dua kali lipat dari

tahun sebelumnya. Bila dilihat dari lokasiny, inflasi tertinggi di Jawa Barat terjadi di kota-kota

yaitu Bogor, Cirebon, Tasikmalaya, Depok, Sukabumi, Bandung dan Bekasi.

Bila dilihat dari perbandingan dengan kondisi Tahun 2007, dimana kondisi ekonomi

domestik stabil walapun mendapat tekanan yang sangat berat terutama akibat naiknya

harga BBM internasional, harga-harga cukup stabil yang tergambar dari inflasi sebesar

5,1%. Walaupun demikian, khusus untuk komoditas bahan makanan dan sandang masih

menunjukkan pergerakan inflasi yang signifikan yaitu masing-masing 11,63% dan 8,07%.

Dari angka ini terlihat bahwa pengaruh kebijakan nasional sangat berpengaruh terhadap

pergerakan inflasi, tetapi kebijakan yang menjadi domainnya pemerintah daerah masih

diperlukan untuk menjaga stabilitas harga. Intervensi pemerintah daerah terhadap

terselenggaranya penyediaan kebutuhan pokok serta lancarnya arus distribusi bahan

sandang dan pangan menjadi sangat krusial.

PPEEMMEERRIINNTTAAHH PPRROOVVIINNSSII JJAAWWAA BBAARRAATT

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 II - 5

Jumlah Investasi Jawa Barat berdasarkan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)

selama periode Tahun 2006 – 2008 terus mengalami pertumbuhan. Pada Tahun 2006

mencapai angka Rp 75,64 triliun, sementara pada Tahun 2008 mencapai Rp 113,14 triliun

(angka sangat sementara). Gambaran ini menunjukkan tingkat kepercayaan yang cukup

tinggi dari masyarakat untuk menanamkan modalnya di Jawa Barat, dan memiliki peran yang

cukup besar dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Jumlah pengangguran, pada Tahun 2007 sebanyak 2.386.214 orang (data

sakernas), menurun dibandingkan Tahun 2006 yang sebesar 2.561.525 orang. Presentase

jumlah penganggur terhadap angkatan kerja atau Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

pada Tahun 2007 adalah sebesar 13,08 %, menurun dari Tahun 2006 yang mencapai 13,94

%. Namun masih lebih tinggi dibandingkan dengan Nasional yang sebesar 9,11 %. Pada

Tahun 2008 jumlah pengangguran sebesar 2.262.407 orang menurun sebesar 123.807

orang dibandingkan Tahun 2007, sedangkan presentase jumlah penganggur terhadap

angkatan kerja atau Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah sebesar 12,08 % menurun

dari Tahun 2007.

2.2.1. Evaluasi terhadap kinerja bidang pembangunan 2007-2008

Bidang Sosial Budaya

Pada aspek pendidikan, dari segi angka partisipasi sekolah pendidikan dasar,

Angka Partisipasi Kasar (APK) Tahun 2008 untuk SD/MI adalah 108,22% dan SMP/MTs

sebesar 87,14%. Untuk angka partisipasi murni (APM) tahun 2008, capaian APM SD/MI

95,48% dan SMP/MTs 71,77%. Sedangkan untuk jenjang pendidikan menengah, pada

Tahun 2008 APK dan APM SMA/SMK/MA masing-masing sebesar 47,48% dan 36,18%.

Cukup tingginya APK dan APM pada jenjang pendidikan dasar selaras dengan upaya

penuntasan Wajib Belajar Pendidikan 9 tahun di Jawa Barat. Adapun masih rendahnya angka

partisipasi pada jenjang pendidikan menengah, disebabkan oleh rendahnya kemampuan

daya beli masyarakat, terbatasnya kapasitas daya tamping SMA/SMK/MA, kendala budaya

dan pola fikir masyarakat, serta kendala geografis untuk daerah-daerah terpencil.

Dari sisi alokasi anggaran pendidikan, pada Tahun 2008 telah dialokasikan anggaran

pendidikan sebesar 16,61% dari Total APBD Provinsi Jawa Barat tahun 2008. Salah satu

prioritas pengalokasian anggaran pendidikan Tahun 2008 adalah Penuntasan Realisasi MoU

Role Sharing Pendanaan Peningkatan Sarana dan Prasarana Pendidikan Dasar dari APBD

Provinsi. Sedangkan pada tahun 2009, telah dialokasikan anggaran pendidikan sebesar 20%

PPEEMMEERRIINNTTAAHH PPRROOVVIINNSSII JJAAWWAA BBAARRAATT

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 II - 6

dari volume Belanja Daerah pada APBD Provinsi Tahun 2009. Anggaran tersebut

diprioritaskan untuk ; upaya mewujudkan Jawa Barat bebas biaya pendidikan melalui

Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Provinsi untuk satuan Pendidikan dasar dan Menengah,

penyediaan buku teks palajaran yang di-ujian nasional-kan, dan bantuan baju seragam

sekolah bagi siswa yang tidak mampu; upaya Jawa Barat bebas buta aksara melalui kegiatan

keaksaraan fungsional untuk menangani 326.900 orang sasaran buta aksara; dan upaya

Jawa Barat Bebas Putus Jenjang Sekolah melalui kegiatan paket B dan paket C untuk

peningkatan angka RLS.

Aspek kesehatan sampai saat ini terus dilakukan melalui berbagai program dan

kegiatan serta bersumber dana baik APBN, APBD Provinsi, APBD Kabupaten/Kota, BLN/PHLN

maupun dana masyarakat. Namun demikian berdasarkan indikator keberhasilan yang ada,

belum seutuhnya menggambarkan kondisi yang diharapkan. Hal ini ditunjukan oleh

beberapa hal yaitu angka kematian bayi (AKB) di Jawa Barat pada Tahun 2007 masih cukup

tinggi yaitu sebesar 39/1000 kelahiran hidup. Faktor lain yang menggambarkan keberhasilan

ini adalah masih tingginya kasus penderita gizi buruk balita Tahun 2008 sebanyak 33.697

(1,01%) dan gizi kurang sebanyak 33.8429 (9,83%) dari jumlah balita yang ditimbang. Di

samping itu masih adanya kasus penyakit menular, seperti Demam Berdarah Dengue (DBD)

tercatat 23.248 kasus pada tahun 2008, flu burung tercatat 35 kasus dan AIDS tercatat

2.593 kasus serta penderita HIV positif tercatat 1.829 penderita.

Indikator kesehatan lainnya adalah pelayanan kesehatan baik dasar maupun rujukan,

puskesmas pada Tahun 2008 berjumlah 1.008 buah. Pada aspek pelayanan kesehatan

Rujukan di Rumah Sakit Daerah saat ini berjumlah satu tipe A, 17 tipe B, 14 tipe C dan tiga

tipe D. Data tersebut masih menunjukkan kuantitas yang memadai, dilihat dari kualitas

pelayanan, sarana dan prasarana masih perlu ditingkatkan. Pada aspek Pelayanan Obstetri

dan Neonatal Emergency Dasar (PONED) Tahun 2008 tercatat 101 Puskesmas dengan

kualitas yang perlu ditingkatkan. Rumah Sakit yang mampu melaksanakan Pelayanan

Obstetri dan Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) pada Tahun 2008 tercatat 12

Rumah Sakit.

Aspek Jender sampai dengan Tahun 2008 terdapat permasalahan sebagai berikut;

(a) masih lemahnya implementasi kesetaraan jender dalam berbagai aktivitas kehidupan, (b)

masih tingginya kasus-kasus jender, antar lain: Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT),

trafficking, kurangnya kaum pria ikut dalam KB, serta kerawanan sosial lainnya.

PPEEMMEERRIINNTTAAHH PPRROOVVIINNSSII JJAAWWAA BBAARRAATT

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 II - 7

Pada aspek kesejahteraan sosial, jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan

Sosial (PMKS) Tahun 2007 mencapai 3.218.872 PMKS dan pada Tahun 2008 diprediksi akan

meningkat 7,2%. Kondisi ini tidak sejalan dengan Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial

(PSKS) yang cenderung jalan ditempat untuk Tahun 2008 baru tercacat 12.592 PSM, 5.789

Karang Taruna, 1611 lembaga sosial.

Pembangunan kebudayaan pada Tahun 2008 dilaksanakan untuk melestarikan dan

mengembangkan kebudayaan daerah serta mempertahankan jati diri dan nilai-nilai budaya

daerah. Upaya-upaya yang telah dilaksanakan yaitu pengembangan Desa Budaya di

beberapa daerah yang berpotensi untuk dikembangkan, penataan situs dan pemeliharaan

benda cagar budaya. Pada aspek pengembangan seni dan budaya, adanya apresiasi

terhadap nilai budaya dan bahasa daerah Sunda, Cirebon, Dermayu dan Melayu Betawi

sebagai bahasa ibu masyarakat Jawa Barat.

Pada aspek agama, ditunjukkan oleh meningkatnya kualitas kehidupan beragama,

kesadaran masyarakat untuk melaksanakan ajaran agama dalam kehidupan bermasyarakat,

serta kesadaran dan toleransi antar umat beragama. Terciptanya hubungan yang harmonis

dan kondusif baik antara sesama pemeluk agama maupun antar umat beragama.

Bidang Ekonomi

Perkembangan perbankan, sampai dengan Tahun 2008 menunjukkan

perkembangan yang positif. Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar Rp. 105,57 triliun meningkat

sebesar 13% dari Tahun 2007 sebesar RP. 93,76 triliun. Penyaluran kredit pembiayaan

menunjukkan peningkatan sebesar 21% yaitu dari Rp. 57,77 triliun menjadi Rp. 69,74 triliun.

Kondisi tersebut menyebabkan Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan di Jawa Barat

mengalami peningkatan dari 61,6% menjadi 66,7%. Sementara itu, kualitas kredit membaik

yang diindikasikan oleh penurunan ratio gross NPL dari 4,01% menjadi 3,44%.

Kontribusi Koperasi Usaha Kecil Menengah (KUKM) terhadap perekonomian

daerah, pembangunan sektor KUKM pada Tahun 2008 mengalami peningkatan, pada Tahun

2007 kontribusi sektor KUKM terhadap PDRB Jawa Barat mencapai 63,15 %, meningkat

menjadi sebesar 63,80 % pada Tahun 2008. Jumlah KUKM pada Tahun 2008 sebanyak

7.420. 259 unit atau 99,97 % dari jumlah total unit usaha di Jawa Barat dengan rincian

sektor usaha pertanian sebesar 42,79 %, sektor perdagangan hotel dan restoran 34 %,

sektor pengangkutan dan komunikasi 9,78 %, sektor industri pengolahan 6,31 % dan sektor

PPEEMMEERRIINNTTAAHH PPRROOVVIINNSSII JJAAWWAA BBAARRAATT

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 II - 8

jasa-jasa sebesar 4,39 %. Penyerapan tenaga kerja di sektor KUKM sebanyak 13.354.002

orang atau mencapai 88,53 % dari total tenaga kerja di Jawa Barat.

Nilai Tukar Petani (NTP) yang mencerminkan kondisi kualitas dan kesejahteraan

petani dan nelayan, Jawa Barat pada bulan September 2008 untuk masing masing subsektor

tercatat 92,79 untuk sub sektor Padi dan Palawija,97,38 untuk sub sektor hortikultura,

111,64 untuk sub sektor Tanaman Perkebunan Rakyat, 99,04 untuk sub sektor Peternakan

dan 106,19 untuk sub sektor Perikanan. Untuk Nilai Tukar Petani (NTP) Gabungan Provinsi

Jawa Barat bulan September 2008 tercatat 96,85 atau turun 0,11 persen dari NTP bulan

Agustus 2008 yang tercatat 96,95. Hal ini dipengaruhi oleh kenaikan Indeks yang diterima

Petani (IT) lebih rendah daripada Indeks yang dibayar Petani (IB) yaitu masing masing

sebesar 113,76 persen dan 117,47 persen.

Indeks Harga yang dibayar petani (IB), pada bulan September 2008 secara

provinsial Indeks Harga yang dibayar petani naik 1,49 persen dibandingkan Indeks bulan

Agustus 2008 yaitu dari 115,74 menjadi 117,47. Kenaikan IB terjadi pada keseluruhan sub

sektor, yaitu Tanaman Pangan, Hortikultura, Tanaman Perkebunan Rakyat, Peternakan dan

Perikanan, masing masing naik sebesar 1,47 persen, 1,48 persen, 1,48 persen, 1,91 persen

dan 1,33 persen. Bila dibandingkan dengan NTP Jawa Barat Januari 2007, kondisi

kesejahteraan petani di Jawa Barat meningkat dari segi harga, karena harga komoditas hasil

pertanian ini dapat mengimbangi kenaikan harga kebutuhan produksi.

Pelayanan di Bidang Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (KUMKM),

pada Tahun 2007 telah dimulai pembangunan Sentral Bisnis KUKM (Senbik) yang dikelola

oleh Dekopinwil Jawa Barat dan difungsikan sebagai pusat informasi, pemasaran, kerjasama

serta inkubator bisnis. Pada Tahun 2008 pelayanan dalam pemberdayaan pengaktifan

kembali koperasi yang tidak aktif dari jumlah koperasi 22.314 unit, sedangkan yang aktif

sebanyak 14.735 unit.

Bidang IPTEK

Sampai Tahun 2008 pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan

teknologi, publikasi dan kajian ilmiah yang dihasilkan oleh lembaga penelitian baik milik

pemerintah, perguruan tinggi maupun swasta tersebut belum dapat dimanfatkan dengan

maksimal. Hal ini ditandai dengan :

1. Belum terbangun sinergitas pelaksanaan penelitian dan pengembangan (Litbang) antar

lembaga dan daerah secara regional dan nasional;

PPEEMMEERRIINNTTAAHH PPRROOVVIINNSSII JJAAWWAA BBAARRAATT

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 II - 9

2. Belum terinformasikan dan dimanfaatkan secara luas mengenai hasil litbang dan

pengembangan teknologi tepat guna (TTG) kepada seluruh lapisan masyarakat;

3. Masih kurangnya pemahaman terhadap manfaat Sistem Informasi dan Telematika (Sitel)

pada lingkungan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota;

4. Masih belum optimalnya penggunaan sarana Sitel sebagai pendukung komunikasi,

koordinasi dan kolaborasi antar tingkat pemerintahan;

5. Kurang adanya kesamaan persepsi, baik aparatur pemerintah maupun masyarakat

terhadap pentingnya arsip dan perpustakaan sebagai sumber informasi dan bahan bukti

pertanggungjawaban serta fungsi khasanah arsip dan ilmu pengetahuan.

6. Belum optimalnya dukungan pengelolaan arsip dan perpustakaan baik dari aspek SDM,

sarana prasarana serta teknologi;

Bidang Infrastruktur Wilayah

Infrastruktur wilayah terdiri dari beberapa aspek yaitu infrastruktur transportasi,

sumber daya air dan irigasi, listrik dan energi, serta sarana dan prasarana permukiman.

Infrastruktur transportasi terdiri dari jalan dan perhubungan. Salah satu indikator

keberhasilan penanganan infrastruktur jalan adalah tingkat kemantapan jalan khususnya

pada jalan provinsi. Sampai dengan tahun 2008, tingkat kemantapan jalan provinsi

sepanjang 2.199,18 km telah mencapai 80,84% (kondisi baik dan sedang). Dengan tingkat

kemantapan tersebut, 48,82% dari panjang jaringan jalan provinsi masih berada pada

kondisi sedang dan 19,16% berada pada kondisi rusak ringan dan rusak berat, yang

disebabkan antara lain oleh beban lalu lintas yang sering melebihi standar muatan sumbu

terberat (MST), tingginya frekuensi bencana alam, serta belum optimalnya penanganan jalan

provinsi.

Infrastruktur perhubungan terdiri dari perhubungan darat, laut, udara. Pada

infrastruktur perhubungan darat, pelayanan angkutan massal seperti bis dan kereta api

dirasakan belum optimal. Demikian pula halnya dengan ketersediaan perlengkapan jalan dan

fasilitas lalu lintas seperti rambu, marka, pagar pengaman jalan, terminal, dan jembatan

timbang, serta kondisi dan penataan sistem hirarki terminal sebagai tempat pertukaran

moda juga belum optimal, sehingga menyebabkan kurangnya kelancaran, ketertiban,

keamanan serta pengawasan pergerakan lalu lintas.

PPEEMMEERRIINNTTAAHH PPRROOVVIINNSSII JJAAWWAA BBAARRAATT

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 II - 10

Pada infrastruktur perhubungan udara, Bandara Husein Sastranegara dan beberapa

bandara perintis seperti Bandara Cakrabhuwana di Kabupaten Cirebon dan Bandara

Nusawiru di Kabupaten Ciamis belum mampu dimanfaatkan secara maksimal, karena kondisi

sarana dan prasarana tidak memadai untuk menampung kebutuhan penumpang dan kargo

baik domestik maupun internasional.

Pada infrastruktur perhubungan laut, kondisi Pelabuhan Cirebon baru difungsikan

sebagai pelabuhan niaga, akibat dari kondisi fisik pelabuhan dan fasilitas yang kurang

memadai serta adanya keterbatasan pengembangan karena kondisi alam yang tidak

mendukung. Selain itu beberapa pelabuhan laut lain yang ada di Jawa Barat hanya berfungsi

sebagai pelabuhan transit dan pelabuhan ikan saja karena kapasitas pelabuhan yang tidak

memadai.

Pada aspek infrastruktur sumber daya air dan irigasi, sampai dengan tahun 2008

jaringan irigasi dalam kondisi rusak berat dan ringan masih mencapai 58,69% (Tabel 2.4).

Kondisi tersebut menyebabkan intensitas tanam padi pada daerah irigasi yang dikelola

Pemerintah Provinsi Jawa Barat dirasakan masih belum optimal, walaupun dalam kurun

waktu 2007-2008 telah meningkat dari 190% menjadi 192%.

Tabel 2.3.Kinerja Pengelolaan Jaringan Irigasi

Kewenangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat

Uraian Tahun2003 2004 2005 2006 2007 2008

Jumlah daerah irigasi (DI) Prov (buah) 74 74 74 84 84 86

Intensitas tanam (%) 182 184 185 187 190 192

Jaringan irigasi yang rusak (%) 74 65 51 49 46 58,69

Infrastruktur listrik dan energi, sampai tahun 2008, terjadi peningkatan rasio

elektrifikasi rumah tangga sebesar 64% dibandingkan pada Tahun 2007 yang sebesar

60,64%, yang artinya dari 11.011.044 rumah tangga baru sekitar 6.826.847 rumah tangga

yang telah mendapatkan aliran listrik yang bersumber dari PLN dan non PLN. Sedangkan

untuk listrik perdesaan, cakupan desa yang sudah mendapatkan tenaga listrik pada

pertengahan Tahun 2008 hampir mencapai 100%, dimana hanya tinggal 4 desa di

Kabupaten Cianjur dan 4 desa di Kabupaten Garut yang belum memiliki infrastruktur listrik.

Peningkatan rasio elektrifikasi perdesaan masih terus diupayakan untuk mewujudkan Jabar

Caang pada tahun 2010.

PPEEMMEERRIINNTTAAHH PPRROOVVIINNSSII JJAAWWAA BBAARRAATT

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 II - 11

Sarana dan prasarana permukiman, sampai Tahun 2008 cakupan pelayanan air

minum masih rendah yang disebabkan oleh; (a) masih tingginya angka kebocoran air, (b)

terbatasnya sumber air baku di wilayah perkotaan, (c) tarif/retribusi air yang belum

berorientasi pada cost recovery, (d) rendahnya partisipasi masyarakat dan swasta dalam

pembangunan sarana dan prasarana air minum, dan (e) terbatasnya sumber dana yang

dimiliki oleh pemerintah.

Aspek persampahan, secara umum tingkat pelayanan persampahan di Jawa Barat

masih rendah, cakupan pelayanan persampahan hingga akhir Tahun 2008 sebesar 53% dan

sekitar 90% pengolahan sampah di TPA masih dilakukan secara open dumping, dengan

kondisi sarana angkutan masih belum memadai. TPA Leuwigajah belum dapat berfungsi

karena masih menghadapi permasalahan sosial dan teknis operasional pasca bencana

longsor. TPA Legoknangka pelaksanaannya mencapai tahap kelayakan teknis, lingkungan,

dan sosial. Oleh karena itu, dalam jangka pendek, permasalahan TPA sampah di

Metropolitan Bandung masih mengandalkan Tempat Pengolahan Kompos Sarimukti sampai

dengan tahun 2010. TPA Nambo hingga akhir Tahun 2008 baru terbentuk Unit Pelaksana

Operasional sebagaimana tercantum dalam Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 31 Tahun

2007 tentang Pusat Pengelolaan Persampahan Jawa Barat. Dengan demikian, pengelolaan

sampah di Kabupaten/Kota Bogor-Kota Depok untuk sementara sampai dengan 2010 masih

dilakukan oleh tempat pembuangan akhir di masing-masing kabupaten/kota.

Tingkat pelayanan pengelolaan limbah domestik hingga akhir tahun 2007, sesuai

dengan data Suseda 2007, terdapat 49,01% rumah tangga yang menggunakan tangki/septik

tank sebagai tempat pembuangan tinja dan sisanya menggunakan kolam/sawah/kebun/

sungai/lubang tanah/lainnya. Kondisi prasarana pengelolaan limbah domestik sampai dengan

saat ini menunjukkan bahwa dari 17 unit Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) hanya 11

unit yang beroperasi dengan baik dan baru 4 kabupaten/kota yang memiliki sistem

penyaluran air limbah domestik perkotaan yaitu Kabupaten Bandung, Kota Bandung, Bogor,

dan Cirebon. Pada saat ini sudah disepakati MoU Pengelolaan Sampah oleh Kabupaten/Kota

di wilayah Metropolitan Bandung dan Bodebek.

Untuk aspek perumahan, backlog rumah pada Tahun 2007 sebesar 980.000 unit dan

diperkirakan akan mencapai 1,164 juta unit pada tahun 2013. Selain itu, terdapat pula 1.035

kawasan kumuh dengan luas sekitar 25.875 ha yang umumnya terdapat di wilayah

perkotaan dan permukiman nelayan. Tingginya backlog rumah dan kawasan kumuh di

perkotaan disebabkan oleh terbatasnya sumber pembiayaan yang berpihak pada masyarakat

PPEEMMEERRIINNTTAAHH PPRROOVVIINNSSII JJAAWWAA BBAARRAATT

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 II - 12

berpenghasilan rendah dan belum seimbangnya pembangunan di perkotaan dan perdesaan

sehingga sulit untuk mengendalikan migrasi penduduk khususnya ke kota-kota besar.

Bidang Politik

Tahun 2008 telah dilaksanakan Pemilihan Gubernur 2008 dan Kepala Daerah

Kabupaten dan Kota berlangsung dengan baik, aman dan terkendali. Walaupun pada Pemilu

Gubernur 2008 mengalami penurunan pemilih menjadi 67,31%, dan rata-rata tingkat

partisipasi pada Pemilu Kepala Daerah di Kabupaten dan kota sebanyak 70%, namun roda

pemerintahan daerah selama Tahun 2008 tetap berjalan kondusif.

Capaian kinerja pembangunan Bidang Politik lainnya ditunjukkan melalui peningkatan

penyampaian aspirasi masyarakat terhadap DPRD, yang pada tahun 2007 sebesar 104

aspirasi dan Tahun 2008 sebanyak 130 aspirasi. Adapun jumlah unjuk rasa yang

disampaikan kepada lembaga DPRD rata-rata mencapai 200 kali selama Tahun 2007-2008.

Bidang Hukum

Dalam pembangunan Bidang Hukum pada periode 2007-2008 dititikberatkan pada

pembentukan kelembagaan dalam perlindungan HAM yang implementasinya melalui

pembentukan Panitia Pelaksana RANHAM tingkat Provinsi dan di 26 kabupaten/kota,

peningkatan kesadaran hukum masyarakat dan Hak Azasi Manusia (HAM) terutama dalam

bidang lingkungan hidup dan pencegahan kekerasan dalam rumah tangga, yang

perkembangannya ditunjukkan dengan adanya gerakan penghijauan di kawasan hutan

lindung yang bersifat swadaya serta tingginya laporan berbagai tindak kekerasan yang

terjadi di rumah tangga melalui aparat penegak hukum.

Selanjutnya terkait dengan penyusunan produk hukum daerah, sepanjang tahun

2007-2008 telah diterbitkan 1645 buah produk hukum daerah yang terdiri dari Peraturan

Daerah sebanyak 35 buah, Peraturan Gubernur sebanyak 158 buah, Keputusan Gubernur

sebanyak 1447 buah dan Instruksi Gubernur sebanyak 5 buah. Sedangkan jumlah perda

inisiatif DPRD yang ditetapkan sebanyak 2 buah yaitu Perda Nomor 3 Tahun 2008 tentang

Pencegahan dan Pemberantasan Perdagangan Orang dan Perda Nomor 10 Tahun 2008

tentang Penyelenggaraan Perlindungan Penyandang Cacat dan kesepakatan bersama

Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan 17 instansi lainnya untuk mendukung penyusunan

Rencana Aksi Daerah Pemberantasan Korupsi (RADPK).

PPEEMMEERRIINNTTAAHH PPRROOVVIINNSSII JJAAWWAA BBAARRAATT

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 II - 13

Bidang Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat

Pembangunan Bidang Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat

pengejawantahannya melalui upaya perlindungan masyarakat (linmas) dan penanganan

tindak pidana kriminal. Pada Tahun 2008 telah tersedia anggota perlindungan masyarakat

(Linmas) sebanyak 1.458.352 orang, sedangkan tindak pidana kriminal yang menonjol

pada Tahun 2008 terdiri atas jenis pencurian kendaraan bermotor, pencurian, penipuan,

narkotika, penganiayaan serta pemerasan.

Bidang Aparatur

Pada Tahun 2008 telah terjadi perubahan struktur organisasi Pemerintah Provinsi

Jawa Barat yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah Nomor 20 Tahun 2008 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD, Peraturan Daerah

Nomor 21 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas daerah, Peraturan Daerah

Nomor 22 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan

Pembangunan daerah, Lembaga Teknis Daerah dan Satuan Polisi Pamong Praja, Peraturan

Daerah Nomor 23 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Daerah

Provinsi Jawa Barat, dan Peraturan Daerah Nomor 24 Tahun 2008 tentang Lembaga Lain

Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan Peraturan Daerah tersebut jumlah Organisasi Perangkat

daerah (OPD) terdiri dari 1 Sekretariat Daerah dengan 12 Biro dan Sekretariat DPRD, 20

Dinas, 14 Badan, 1 Inspektorat, 3 Rumah Sakit, 1 Kantor dan 3 Lembaga lain, serta 102

UPTD/UPPD.

Pada Tahun 2008 jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Pemerintah

Provinsi Jawa Barat mencapai 14.431 orang, dengan kualifikasi kompetensi pada struktur

pendidikan formal di tingkat SLTA ke bawah sebanyak 7.259 orang atau mencapai 50,30%,

pada jenjang D2 dan D3 sebanyak 1.914 orang atau mencapai 13,26%, Strata 1 sebanyak

4.310 orang atau mencapai 29,87%, Strata 2 sebanyak 933 orang atau mencapai 6,47% dan

pada Strata 3 sebanyak 15 orang atau mencapai 0,10%. Sedangkan dari segi kepangkatan

dan golongan, komposisinya meliputi golongan I sebanyak 516 orang atau 3,58%, golongan

II sebanyak 3.868 orang atau 26,80%, golongan III 8.235 orang atau 57,06% dan golongan

IV sebanyak 1.812 orang atau 12,56%.

Peningkatan kapasitas PNS melalui jalur ijin belajar pada Tahun 2008 untuk jenjang

pendidikan S1 sebanyak 550 orang, S2 sebanyak 83 orang dan S3 sebanyak 11 orang,

PPEEMMEERRIINNTTAAHH PPRROOVVIINNSSII JJAAWWAA BBAARRAATT

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 II - 14

sedangkan malalui jalur tugas belajar untuk jenjang pendidikan S1 sebanyak 1 orang, S2

sebanyak 29 orang, dan S3 sebanyak 2 orang.

Perbaikan dalam pola pelayanan publik, dilakukan melalui pembentukan Pusat

Perijinan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PPTSP) yaitu Badan Pelayanan Perijinan Terpadu

Provinsi Jawa Barat. PPTSP di tingkat provinsi ini merupakan yang pertama di Indonesia,

serta pembinaan PPTSP di 16 kabupaten dan kota, yaitu Kabupaten Indramayu, Majalengka,

Kuningan, Cirebon, Sumedang, Kota Banjar, Ciamis, Kota Tasikmalaya, Kota Bandung,

Kabupaten Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Sukabumi, Kota Sukabumi, Kabupaten Bekasi,

Kabupaten Purwakarta, dan Kabupaten Subang.

Pemberdayaan potensi daerah telah dilakukan kerjasama antar daerah sebanyak 43

buah, kerjasama dengan pihak ketiga sebanyak 35 buah dan kerjasama dengan pihak luar

negeri sebanyak 24 buah, yang dilaksanakan untuk mendukung pengembangan 6 (enam)

core bussinesses (bidang pertanian, kelautan, kepariwisataan, manufaktur, infrastruktur dan

pengembangan sumber daya manusia), serta penyeimbangan pembangunan antar kawasan,

antara lain di kawasan utara dan selatan Jawa Barat.

Bidang Pemerintahan dan Pembangunan Desa

Fokus pembangunan bidang pemerintahan dan pembangunan desa adalah

terselenggaranya bantuan yang diarahkan ke desa yang meliputi Bidang Pertanian Tanaman

Pangan, Bidang Perindustrian dan Perdagangan, Bidang Sosial, Bidang Kesehatan, Bidang

Perikanan, dan Bidang Lingkungan Hidup; pemantapan penyelenggaraan Pemerintahan

Desa; dan Pemantapan Program Raksa Desa.

Bidang Penataan Ruang dan Lingkungan Hidup

Kinerja Penataan Ruang sejak ditetapkannya Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2003

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 telah

memperlihatkan hasil yang positif diberbagai segi kehidupan masyarakat. Namun demikian,

kegiatan penataan ruang Jawa Barat tersebut masih dihadapkan pada berbagai

ketidaksesuaian baik dalam aspek struktur maupun pola ruang. Disamping itu, berbagai

perubahan yang berlangsung di tingkat global maupun nasional, sangat mempengaruhi

perjalanan penataan ruang Jawa Barat kedepan, sehingga perlu direspon dalam sebuah

Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi yang mampu menjamin keberlangsungan

pelaksanaannya di masa mendatang. Untuk itu pada Tahun 2008 telah disusun RTRW

Provinsi Jawa Barat 2005-2025 sebagai respon terhadap berbagai perubahan yang terjadi.

PPEEMMEERRIINNTTAAHH PPRROOVVIINNSSII JJAAWWAA BBAARRAATT

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 II - 15

Kondisi Lahan Kritis, luas lahan kritis di luar kawasan lindung Tahun 2008 masih

menunjukkan proporsi yang lebih besar dibandingkan dengan luas lahan kritis di dalam

kawasan lindung. Rehabilitasi lahan kritis dilakukan melalui GRLK (gerakan rehabilitasi lahan

kritis) pada Tahun 2007 target penanganan adalah 120.513 ha dan terealisasi sekitar

178.885,55 ha dan Tahun 2008 target penanganan adalah 119.309 ha.

Kondisi Mitigasi Bencana, Berdasarkan data bencana di Provinsi Jawa Barat,

menunjukan bahwa faktor kesiapan masyarakat dan aparat dalam mengantisipasi serta

menanggulangi bencana alam masih sangat kurang, karena 60% kejadian bencana alam

tanah longsor di Indonesia terjadi di Jawa Barat. Dalam kurun waktu Tahun 2007 terindikasi

kejadian tanah longsor 124 kali, banjir 128 kali, yang gempa 10 kali, kebakaran 29 kali,

angin topan 163 kali, yang menimbulkan korban meninggal 48 jiwa. Jawa Barat masih

menempati urutan pertama sebagai provinsi dengan jumlah kejadian dan korban tewas

terbanyak akibat longsor di Indonesia selama tahun 2008. Data Badan Geologi Tahun 2008

di Jawa Barat terjadi 76 kali longsor dengan jumlah korban meninggal dunia 27 orang dan

13 orang luka-luka, rumah rusak 448 unit dan hancur 64 unit.

Kondisi pencemaran dan kerusakan lingkungan, menunjukkan bahwa pencemaran

dan penurunan kualitas lingkungan air yang terjadi di Sungai Citarum, Cisanggarung,

Citanduy, dan beberapa sungai utama lainnya masih belum menunjukan perbaikan hingga

Tahun 2008. Pencemaran udara di perkotaan, seperti di Bandung, Bogor, Bekasi, dan

Cirebon menunjukkan kualitas udara melebihi ambang batas, yang diakibatkan oleh polutan

debu/partikulat dan karbonmonoksida. Pencemaran air sungai khususnya di Kota Bandung

terkontaminasi dengan limbah cair. yang berasal dari industri domestik, sampah,

pembuangan produk sedot tinja.

2.3. Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah

2.3.1. Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah

Sebagai sebuah perekonomian daerah, tantangan dan prospek perekonomian Jawa

Barat tahun 2010 tidak dapat lepas dari kondisi internal dan eksternal baik level nasional

maupun internasional. Dalam konteks sistem perekonomian terbuka dimana Indonesia

termasuk negara yang menganut dan aktif dalam globalisasi, kinerja makroekonomi nasional

dan daerah cukup rentan dengan gejolak eksternal. Namun signifikan tidaknya efek dari

gejolak eksternal tersebut terhadap perekonomian Jawa Barat tergantung pada karakteristik

ekonomi Jawa Barat dan kekuatan internal.

PPEEMMEERRIINNTTAAHH PPRROOVVIINNSSII JJAAWWAA BBAARRAATT

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 II - 16

Tantangan utama perekonomian Jawa Barat pada tahun 2010 secara internal adalah

pencapaian pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, yakni ekonomi tumbuh yang disertai

dengan pemerataan dan penurunan tingkat kemiskinan secara signifikan sehingga

paradoksal pembangunan ekonomi dapat ditekan. Tantangan utama tersebut melahirkan

tantangan turunan yang terkait dengan pencapaian efisiensi dan produktivitas ekonomi

sektoral sesuai kapasitasnya, mendorong pembangunan wilayah perdesaan dan

meningkatkan keterkaitan ekonomi desa-kota, meningkatkan akses pelaku usaha mikro dan

kecil terhadap sumberdaya ekonomi produktif.

Tantangan lain adalah optimalisasi dalam mendayagunakan angkatan kerja lokal

sehingga mampu mengakses peluang kerja yang berkembang, dan menurunkan tingkat

pengangguran. Tantangan berikutnya adalah pertambahan jumlah penduduk dan daya

dukung lingkungan. Kekeringan, banjir, pencemaran air, penggundulan hutan, abrasi pantai,

pencemaran udara, penumpukan sampah merupakan masalah serius yang bisa mengganggu

sustainabilitas perekonomian daerah.

Tantangan secara eksternal di tingkat nasional adalah tuntutan pengelolaan ekonomi

daerah yang tepat dalam kerangka pembangunan nasional, penataan ekonomi yang berdaya

saing dan iklim investasi yang semakin kondusif di daerah-daerah lain. Sedangkan tantangan

secara global terkait dengan standarisasi produk, persaingan produk yang sama dari negara

lain, tuntutan konsumen asing yang semakin tinggi.

Pada saat yang bersamaan, dinamika ekonomi nasional dan global pun menawarkan

prospek yang cukup menjanjikan di tahun 2010. Siklus bisnis negara-negara maju diprediksi

akan mencapai titik terendahnya pada tahun 2009 dan pemulihan makroekonomi dunia akan

berlangsung lebih cepat yakni pada triwulan terakhir tahun 2009 jika upaya stimulus fiskal

dan restrukturisasi perbankan berjalan efektif. Banyak pihak optimis dengan keberhasilan

program stimulus fiskal tersebut sehingga yakin ekonomi dunia akan meningkat lagi pada

awal tahun 2010 dan tumbuh sekalipun belum dalam jalur tren pertumbuhan normal.

Membaiknya ekonomi dunia tentu saja akan memberikan dampak positif bagi

ekonomi nasional dan daerah Jawa Barat. Selain itu keunggulan daerah yang membentuk

kapasitas ekonomi untuk tumbuh cukup positif akan turut memperkuat pencapaian

pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dibandingkan dengan tahun 2009.

Berdasarkan perkiraan IMF dalam World Economic Outlook (WEO) 2009,

pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2010 mencapai 3%, meningkat signifikan dibandingkan

dengan proyeksi untuk tahun 2009 yang hanya mencapai 0.5%. Amerika Serikat (AS) pada

tahun 2010 diperkirakan akan tumbuh sebesar 1,6%, Uni Eropa (UE) 0,2%, dan Jepang

PPEEMMEERRIINNTTAAHH PPRROOVVIINNSSII JJAAWWAA BBAARRAATT

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 II - 17

0,6%. Membaiknya kinerja pertumbuhan ekonomi dunia ini akan mendorong peningkatan

permintaan untuk konsumsi pangan maupun non-pangan sehingga peluang ekspor dari

Indonesia termasuk Jawa Barat akan mulai pulih kembali.

Bank Indonesia dalam buku Outlook Ekonomi Indonesia 2009-2014 memperkirakan

kondisi perekonomian nasional akan membaik pada tahun 2010, berdasarkann asumsi

membaiknya kinerja ekspor, peningkatan konsumsi masyarakat (efek perbaikan kinerja

ekspor dan peningkatan penyerapan tenaga kerja), meningkatnya investasi sebagai akibat

meningkatnya aliran FDI (membaiknya iklim investasi domestik dan global), dukungan

pengeluaran pemerintah, nilai tukar cenderung stabil, tekanan inflasi menurun. Potensi

tekanan inflasi tahun ini diperkirakan akan berkurang sejalan dengan tren penurunan harga

komoditas dunia. Tekanan dari sisi harga minyak diperkirakan akan mulai muncul pada 2010

seiring dengan perkiraan membaiknya perekonomian dunia, sehingga besarnya inflasi pada

tahun 2010 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan tahun 2009.

Dengan demikian, permintaan domestik diperkirakan akan tetap menjadi kekuatan

utama pertumbuhan ekonomi dan kinerja ekspor akan kembali mengalami penguatan sejalan

dengan mulai pulihnya perekonomian global pada tahun 2010. Penguatan sisi permintaan

domestik ini mampu diimbangi dengan meningkatnya daya dukung kapasitas perekonomian,

sehingga mampu menjaga kecukupan di sisi produksi

Kapasitas perekonomian domestik Jawa Barat diperkirakan lebih tinggi dari nasional

karena keunggulan daerah dari dominasi sektor industri pengolahan yang didukung oleh

industri kreatif yang melekat pada pencapaian value added yang lebih tinggi pada sub

sektor, terutama sub sektor tekstil, pakaian dan alas kaki, sub sektor industri makanan, sub

sektor industri pengolahan lainnya yakni kerajinan tangan, dan juga pada produksi jasa

berbasis teknologi informasi dan seni. Program restrukturisasi mesin Tekstil dan Produk

Tekstil (TPT) yang telah berjalan sejak tahun 2007, diharapkan dapat meningkatkan

kemampuan sub sektor ini merespon permintaan ekspor. Selain itu potensi agribisnis

terutama dari sub sektor tanaman pangan dan perikanan yang memasok kebutuhan pasar

ibukota negara, memiliki kapasitas untuk terus ditingkatkan. Pertumbuhan sektor PHR pun

akan memperkuat pencapaian kondisi ekonomi yang lebih baik untuk tahun 2010. Pada

Tahun 2008 Pemerintah Provinsi telah mencanangkan program “ West Java Tourism Board

2008”, sehingga diperkirakan kunjungan wisatawan asing dan domestik akan meningkat.

Keunggulan lain adalah keunggulan lokasi yang menarik sebagai daerah tujuan

investasi. PMA di Jawa Barat berpotensi meningkat sebagai dampak membaiknya PMA global

pada akhir Tahun 2009 yang didorong oleh berakhirnya resesi di semester II-2009, sehingga

PPEEMMEERRIINNTTAAHH PPRROOVVIINNSSII JJAAWWAA BBAARRAATT

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 II - 18

kawasan industri terutama di wilayah Bogor, Bekasi, Karawang, Bandung, Cimahi akan

kembali menerima aliran PMA tersebut. Implementasi program Pelayanan Perijinan Terpadu

Satu Pintu baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota diperkirakan akan semakin

mendukung peningkatan penanaman modal di Jawa Barat.

Prospek di atas diperkuat dengan optimisme munculnya kepemimpinan baru di

tingkat nasional yang lebih visioner yang mampu membentuk persepsi serta ekspektasi pasar

yang positif.

2.3.2. Arah Kebijakan Perekonomian Daerah

Berdasarkan tantangan dan prospek perekonomian daerah, proyeksi makro ekonomi

Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 2.4 di bawah ini.

Tabel 2.4.Proyeksi Kondisi Perekonomian Regional Makro Tahun 2010

No INDIKATOR Rencana Tahun 2009*)

Rencana Tahun 2010**)

1. a. Jumlah Penduduk 43,24 juta jiwa 44,09 juta jiwab. Laju Pertumbuhan Penduduk 1,99% 1,99%

2. Laju Pertumbuhan Ekonomi 5,5% – 6,5% 4,6% - 5,06%3. Inflasi 6,5% - 7,5% 6% - 7%4. PDRB adh Konstan Tahun 2000 Rp. 307,97

TrilyunRp. 314,67 – 316,19

Trilyun5. Jumlah Keluarga Miskin <21,20% (<9 juta) <21,20% (<9 juta)6. Laju Pertumbuhan Investasi >14% 12,43%7. IPM 72,31 73,51

a. Indeks Pendidikan 83,09 83,46b. Indeks Kesehatan 72,44 73,79c. Indeks Daya Beli 61,39 63,28

8. Proporsi Pengangguran <9,8% <9,8%9. Investasi Rp 110,08 Trilyun Rp.116,65 – 122,79 Trilyun10. LP Pertanian 7,61% -8,73% 2,8% - 3,62%11. LP Industri 6,40%- 6,52% 5,3% - 6,34%12. LP Perdagangan 7,36% -7,53% 4,8% - 6,17%Sumber : *) Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 33 Tahun 2008 tentang Rencana Kerja

Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009**) Hasil Analisis BAPPEDA Provinsi Jawa Barat Tahun 2009

Proyeksi Tahun 2010 diperoleh berdasarkan tren sebagai fungsi dari waktu yang juga

mengakomodir fenomena faktual yang terjadi di tingkat nasional dan global. Sesuai data

historis yang menunjukan kapasitas dan karakteristik perekonomian Jawa Barat, ekonomi

Jawa Barat diprediksikan akan tumbuh pada kisaran 4,6% - 5,06 %. Dengan demikian PDRB

Jawa Barat berdasarkan harga koknstan Tahun 2000 pada Tahun 2010 diperkirakan sebesar

Rp. 314,67 triliun - Rp. 316,19 triliun. Laju pertumbuhan investasi diperkirakan sebesar

PPEEMMEERRIINNTTAAHH PPRROOVVIINNSSII JJAAWWAA BBAARRAATT

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 II - 19

12, 43% sehingga investasi (PMTB atas dasar harga berlaku) diproyeksikan pada kisaran

Rp.116, 65 triliun – Rp. 122,79 triliun.

Berdasarkan tantangan dan prospek perekonomian daerah, maka arah kebijakan

perekonomian daerah pada Tahun 2010 dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Orientasi pembangunan sektoral pada peningkatan produktivitas sektor pertanian dan

perluasan produk agroindustri, penguatan kontribusi sektor industri pengolahan

terhadap PDRB, pengembangan ekowisata, agrowisata, wisata budaya, peningkatan

pemanfaatan energi potensial panas bumi dan air. Prasyarat dalam implementasinya

adalah ketersediaan infrastruktur fisik yang memadai, peningkatan pengetahuan dan

skill pelaku ekonomi serta penguatan kelembagaan.

2. Dimensi kewilayahan diarahkan membangun perdesaan dalam rangka meningkatkan

keterkaitan ekonomi desa dengan kota melalui implementasi model-model

pembangunan perdesaan yang relevan dengan karakteristiknya.

3. Mendorong dan memfasilitasi kemitraan antara pengusaha besar-menengah dengan

pelaku usaha mikro dan kecil.

4. Meningkatkan efektivitas Pelayanan Perijinan Terpadu Satu Pintu.

5. Memantapkan infrastruktur wilayah.

6. Memperkuat rantai nilai komoditas unggulan yang berdaya saing tinggi.

2.4. Isu Strategis

Berdasarkan evaluasi kinerja pembangunan daerah yang telah dilakukan dan

identifikasi masalah yang ada, ditetapkan isu-isu strategis pembangunan daerah Tahun 2010

sebagai berikut :

A. Penanggulangan Penduduk Miskin dan Pengangguran

Jumlah Penduduk Jawat Barat pada Tahun 2008 berjumlah 42,194 juta orang, namun

dari sisi kualitas pendidikan yang masih belum baik, akses kepada kesehatan yang masih

kurang, pendapatan yang rendah, kebutuhan kalori belum mencukupi mengakibatkan masih

tingginya angka kemiskinan. Dampak dari kemiskinan tersebut adalah ketidak cukupan

pengeluaran/ belanja, kesehatan yang rendah, pendidikan rendah atau buta huruf, terisolir

secara sosial, rasa tidak aman, kurangnya kebebasan dan beraspirasi, serta

ketidakberdayaan. Penurunan penduduk miskin harus dilakukan secara komprehensif yang

melibatkan berbagai komponen/stakeholder.

PPEEMMEERRIINNTTAAHH PPRROOVVIINNSSII JJAAWWAA BBAARRAATT

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 II - 20

Masalah kemiskinan dan pengangguran masih merupakan persoalan yang belum

terselesaikan dari tahun-tahun sebelumnya, pada Tahun 2008 mencapai 2.262.407 orang.

Munculnya permasalahan baru yang menyebabkan kecenderungan meningkatnya kemiskinan

dan pengangguran yang disebabkan oleh faktor eksternal yaitu krisis ekonomi global yang

menimbulkan pemutusan hubungan kerja, serta masih rendahnya tingkat pendapatan

masyarakat khususnya kalangan petani akibat dari masih rendahnya nilai tukar produk

pertanian dan fluktuasi harga produk pertanian.

B. Kinerja Pemerintah Daerah dan Desa

Pembangunan bidang pemerintahan dari tahun ke tahun terus mengalami kemajuan

dan peningkatan yang ditunjukkan oleh beberapa capaian kinerja pembangunan bidang

aparatur, politik, hukum, serta ketertiban umum dan ketentraman masyarakat. Kinerja

pemerintahan adalah perwujudan good governance dengan ciri transparancy (keterbukaan),

faerness (kewajaran), responsibility (tanggung jawab yang jelas), dan efficiency

(peningkatan efisiensi) di segala bidang. Saat ini upaya perwujudan good governance

dilakukan melalui reformasi birokrasi antara lain dengan penataan organisasi, perbaikan

pelayanan publik, dan perbaikan manajemen sumberdaya manusia aparatur.

Belum optimalnya implementasi Good Governance antara lain; keterbukaan,

kewajaran, tanggungjawab yang jelas, dan efisiensi di segala bidang. Sinergitas

pembangunan antar pemerintah, provinsi dan kab kota, serta desa belum optimal. Dalam

pelaksanaan pembangunan implementasi pendekatan top down dan buttom up dalam

perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, masih belum menunjukkan sinergitas. Pada

aspek kualitas dan kuantitas SDM dan Sarana-prasarana Aparatur masih perlu ditingkatkan.

Masih lemahnya peran desa sebagai subjek pembangunan sampai tahun 2008, peran

desa sebagai subjek pembangunan merupakan komitmen pemerintah Provinsi Jawa Barat

dalam pertumbuhan ekonomi daerah perlu dioptimalkan. Pelu optimalisasi Fokus desa

membangun sebagai subyek pembangunan yaitu terselenggaranya tugas pembantuan dari

Pusat dan Provinsi ke Desa yang operasionalnya untuk penguatan kelembagaan pemerintah

desa dan masyarakat di desa.

C. Ketersediaan dan Kualitas Infrastruktur Wilayah

Kebutuhan infrastruktur wilayah tidak terlepas dari fungsi dan peranannya terhadap

pembangunan wilayah sebagai pengarah pembentukan struktur tata ruang, pemenuhan

PPEEMMEERRIINNTTAAHH PPRROOVVIINNSSII JJAAWWAA BBAARRAATT

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 II - 21

kebutuhan wilayah, pemacu pertumbuhan wilayah serta pengikat wilayah. Rendahnya

pelayanan infrastruktur wilayah baik dari segi ketersediaan dan kualitas masih merupakan

persoalan besar di Jawa Barat yang harus segera diatasi karena dapat menghambat laju

pembangunan daerah.

Berdasarkan hasil evaluasi tahun 2008, maka untuk meningkatkan ketersediaan dan

kualitas infrastruktur wilayah, pada tahun 2010 perlu dioptimalkan beberapa hal sebagai

berikut: (a) pengembangan infrastruktur strategis yang telah direncanakan pada tahap

sebelumnya, seperti bandar udara, pelabuhan laut, jalan tol, jalur kereta api, dan waduk

strategis (b) penuntasan penanganan jalan dan peningkatan status jalan lintas selatan Jawa

Barat menjadi jalan nasional, (c) perintisan pembangunan jalan poros tengah Bandung-

Pangalengan-Rancabuaya, (d) pengembangan sistem transportasi dalam mendukung

aksesibilitas antar wilayah, (e) rehabilitasi daerah irigasi strategis, (f) optimalisasi fungsi situ

dan waduk sebagai infrastruktur penyedia air baku dan pengendali banjir, dan (g) sistem

pengelolaan, kualitas, kuantitas dan kontinuitas ketersediaan air baku untuk menunjang

kegiatan rumah tangga, pertanian dan industri.

D. Intensitas Bencana Alam, Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Kekeringan, banjir, tanah longsor, pencemaran dan kerusakan lingkungan,

merupakan kejadian yang rutin terjadi di Jawa Barat. Sedangkan gempa bumi, letusan

gunung api, dan angin ribut merupakan bencana alam yang dapat terjadi insidentil.

Berdasarkan kondisi tersebut maka pengendalian bencana alam yang bersifat rutin harus

diantisipasi secara sinergis dan tuntas.

Permasalahan dalam penanggulangan bencana alam, pencemaran dan kerusakan

Lingkungan sampai dengan Tahun 2008 adalah;

1. Penanganan bencana alam, pencemaran dan kerusakan lingkungan cenderung

dilakukan secara kuratif.

2. Implementasi rencana tata ruang wilayah belum konsisten

3. Pengawasan, penegakan hukum dalam bidang pencemaran dan kerusakan

lingkungan belum optimal.

4. Belum berkembangnya budaya masyarakat dan pelaku usaha dalam pelestarian

lingkungan.

PPEEMMEERRIINNTTAAHH PPRROOVVIINNSSII JJAAWWAA BBAARRAATT

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 II - 22

5. Belum adanya penanganan bencana alam dan pencemaran secara tuntas dan

komprehensif.

E. Aksesibilitas dan Pelayanan Pendidikan

Upaya pembangunan pendidikan di Jawa Barat tidak terlepas dari 3 (tiga) Pilar

pendidikan yang terdiri dari aspek pemerataan dan perluasan aksesibilitas, aspek

peningkatan mutu, relevansi dan daya saing, serta aspek tata kelola, akuntabilitas dan

pencitraan publik.

Pasa aspek pemerataan dan perluasan aksesibilitas, yang menjadi isu utama pada

tahun 2010 adalah penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun dan Rancangan

Wajib Belajar 12 Tahun di kabupaten/kota se-Jawa Barat. Kedua isu tersebut akan

berimplikasi pada tantangan penyediaan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai,

serta pembebasan biaya pendidikan khususnya pendidikan dasar.

Adapun dalam rangka peningkatan mutu, relevansi dan daya saing pendidikan,

strategi pengembangan dan pengelolaan Sekolah Bertaraf International (SBI) serta

peningkatan kualifikasi pendidikan guru menjadi S1 adalah menjadi perhatian utama pada

tahun 2010. Penanganan SBI selaras dengan urusan pemerintahan Provinsi berdasarkan

Peraturan Pemerintah No.38 Tahun 2007. Sedangkan peningkatan kualifikasi guru menjadi

prasyarat bagi proses sertifikasi guru dan peningkatan mutu penyelenggaraan pendidikan.

Untuk aspek tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik, difokuskan pada upaya

implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Pendidikan Berbasis Masyarakat

(PBM),standarisasi pelayanan pendidikan, serta pengelolaan data dan informasi pendidikan.

Penerapan MBS dan PBM merupakan media untuk meningkatkan partisipasi masyarakat

dalam penyelenggaraan dan pengawasan proses pendidikan. Adapun standarisasi pelayanan

pendidikan merupakan syarat bagi terlaksananya peningkatan kualitas layanan pendidikan.

Sedangkan penyediaan data dan informasi pendidikan yang akuntabel dan bersifat kekinian,

menjadi kebutuhan dasar bagi proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan

pendidikan.

F. Ketersediaan dan Diversifikasi Energi

Kebutuhan energi yang meningkat seiring pertumbuhan penduduk tidak diimbangi

dengan peningkatan penyediaan yang pada akhirnya dihadapkan pada masalah kerentanan

energi yang berpotensi terhadap terjadinya krisis energi. Hal ini merupakan ancaman serius

PPEEMMEERRIINNTTAAHH PPRROOVVIINNSSII JJAAWWAA BBAARRAATT

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 II - 23

yang dapat mengganggu proses pembangunan di Jawa Barat. Meningkatnya konsumsi

energi khususnya bahan bakar minyak, kenaikan harga dan kelangkaan BBM secara

langsung memberikan implikasi terhadap pasokan listrik Jawa Barat dan penggunaan energi

secara langsung. Tahun 2010 diperkirakan krisis energi masih menjadi permasalahan utama.

Secara umum kebutuhan energi Indonesia masih sangat tergantung dari energi fuel

terutama BBM, sedangkan persediaan energi fosil sudah semakin berkurang.

Konservasi energi perlu terus dilakukan guna menghemat pemanfaatan energi secara

keseluruhan. Di sisi lain upaya divertifikasi energi perlu terus ditingkatkan melalui

pemanfaatan energi alternatif seperti biomassa untuk kebutuhan rumah tangga masyarakat

perdesaan. Pengembangan energi PLTMH, surya dan angin untuk mendorong kemajuan

masyarakat desa serta mendorong pemanfaatan energi panas bumi untuk kebutuhan listrik

nasional.

Pada Tahun 2008 diidentifikasikan permasalahan-permasalahan umum sehubungan

dengan ketersediaan energi sebagai berikut :

1. Tingginya ketidak-seimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan konsumsi energi

untuk industri dan rumah tangga.

2. Struktur pemanfaatan energi primer masih berbasis kepada energi komersial (migas).

3. Masih terbatasnya akses masyarakat terhadap sumber daya energi migas, non migas

dan listrik.

4. Masih rendahnya rasio eletrifikasi.

5. Rendahnya kemampuan dan akses masyarakat terhadap infrastruktur energi.

G. Ketahanan Pangan

Jumlah penduduk Jawa Barat yang relatif besar dan terus mengalami pertumbuhan

dengan tingkat pertumbuhan yang lebih besar daripada pertumbuhan penduduk merupakan

tantangan yang besar dalam pembangunan ketahanan pangan. Kondisi tersebut

mengimplikasikan adanya tingkat permintaan pangan dan diperlukannya ketertersediaan

pangan yang besar dan harus terus ditingkatkan. Dengan demikian pembangunan ketahanan

pangan pada periode berikut khususnya dari sisi aspek ketersediaan dituntut untuk mampu

meningkatkan kapasitas produksi dari waktu ke waktu, sementara di lain pihak ketersediaan

lahan baik secara kuantitas maupun kualitas semakin terbatas.

Jawa Barat tidak hanya merupakan wilayah provinsi dengan jumlah penduduk

terbesar tetapi juga tingkat pertumbuhan penduduknya lebih besar daripada rata-rata

PPEEMMEERRIINNTTAAHH PPRROOVVIINNSSII JJAAWWAA BBAARRAATT

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 II - 24

tingkat pertumbuhan penduduk nasional yang hanya 1,27 persen per tahun, sedangkan

Jawa Barat dalam lima tahun terakhir ini pertumbuhan penduduknya lebih dari 2 persen per

tahun. Peningkatan permintaan tidak hanya dodorong oleh adanya pertumbuhan penduduk,

tetapi juga peningkatan pendapatan perkapita, serta oleh adanya kesadaran akan kesehatan

serta pergeseran pola makan

Dinamika sosial-budaya, ekonomi dan politik baik yang sifatnya internal maupun

eksternal di tingkat daerah menyebabkan upaya mewujudkan ketahanan pangan dihadapkan

pada berbagai permasalahan dan tantangan, serta adanya perkembangan berbagai potensi

dan peluang yang harus diantisipasi, diatasi dan dimanfaatkan demi terwujudnya ketahanan

pangan pada periode-periode berikutnya. Pencapaian AKG (Angka Kekurangan Gizi) yang

belum terjadi secara merata baik antar golongan masyarakat maupun antar wilayah

pedesaan dan perkotaan. Sistem distribusi pangan yang belum optimal menjadi salah satu

pemicu timbulnya masalah pada subsistem ketersediaan pangan dan konsumsi.

Secara detail, permasalahan strategis yang dihadapi pembangunan ketahanan

pangan dari sisi ketersediaan di Jawa Barat untuk periode 2009-2013 adalah: :

1. Tidak seimbangnya laju peningkatan produksi dan kebutuhan konsumsi, akibat dari

tingginya alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian, tingginya jumlah penduduk, dan

menurunnya daya dukung lingkungan

2. Rendahnya sebagian besar ketersediaan bahan pangan pokok diluar padi

3. Rendahnya daya beli masyarakat terhadap pemenuhan kebutuhan bahan pangan

pokok

4. Masih lemahnya kemandirian produksi bahan pangan

5. Tingginya ketergantungan pangan pokok terhadap beras

6. Tingginya wilayah rawan pangan (25,3% di Jawa Barat)

7. Masih tingginya proporsi kehilangan hasil pada penanganan pascapanen

8. Penganekaragaman/diversifikasi pangan masih rendah, skor PPH belum mencapai

angka ideal

9. Rendahnya pengendalian mutu dan keamanan pangan meningkat.

10. Sistem distribusi pangan yang belum efisien

11. Perkembangan harga yang masih sangat fluktuatif dan cenderung meningkat

12. Masih lemahnya dukungan infrastruktur produksi pangan

13. Masih lemahnya ketersediaan input produksi pertanian

PPEEMMEERRIINNTTAAHH PPRROOVVIINNSSII JJAAWWAA BBAARRAATT

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 II - 25

H. Optimalisasi Pemanfaatan Ruang Untuk Investasi

Sampai dengan saat ini pemanfaatan ruang untuk investasi di Jawa Barat masih

sangat terbatas dilain pihak potensi pengembangan investasi tersebut sangatlah besar,

seperti tingginya aksesibilitas orang, barang dan jasa, kedekatan lokasi dengan ibukota,

sarana dan prasarana pendukung yang cukup memadai (bandara, pelabuhan, angkutan

massal, dsb.), potensi sumber daya alam yang tinggi, serta sumber daya manusia yang

potensial.

Berdasarkan hal diatas, optimalisasi pemanfaatan ruang untuk investasi menjadi isu

strategis di Jawa Barat. Optimalisasi dilakukan dengan mengembangkan Kawasan Andalan,

Koridor, Kawasan Perbatasan antar Propinsi, Kawasan Strategis Provinsi. Kawasan andalan

merupakan kawasan yang sampai saat ini masih belum bisa memberikan kontribusi yang

besar dari sisi ekonomi, demikian halnya dengan Kawasan Koridor seperti Koridor Bandung-

Cirebon dan Bandung-Jakarta. Untuk Kawasan Perbatasan antar provinsi seperti di Jabar-

Jateng kondisi saat ini belum ada kerjasama yang memadai untuk mengembangkan ekonomi

wilayah padahal potensi perekonomian di kawasan tersebut sangatlah memadai seperti

adanya komoditi unggul, sarana dan prasarana pendukung, dsb. Kawasan strategis provinsi

ditetapkan salah satunya oleh alasan ekonomi, seperti Kawasan Ekonomi Khusus Indonesia

di Bekasi-Cikampek.

Pada Tahun 2008 diidentifikasikan permasalahan-permasalahan umum sehubungan

dengan Optimalisasi Pemanfaatan Ruang Untuk Investasi sebagai berikut :

1. Tersedianya potensi objek-objek strategis yang memiliki peluang investasi, seperti:

pembangunan bandara, pelabuhan laut, pengairan, angkutan massal, serta

pengembangan energi panas bumi, pariwisata, agribisnis, bisnis kelautan, dan industri

2. Masih adanya kendala regulasi dan birokratisasi dalam pelayanan proses investasi

I. Intensitas dan Penyebaran Penyakit

Intensitas dan penyebaran penyakit di Jawa Barat, masih merupakan isu srategis

ditandai dengan masih tingginya berbagai kasus penyakit, yang dipengaruhi oleh kondisi

alam yang sulit diprediksi, perilaku masyarakat yang belum menunjukan kesadaran dalam

berperilaku hidup sehat dan bersih. Penyakit seperti penyakit TB paru, penyakit ISPA, HIV /

AIDS dan penyakit menular seksual dan demam berdarah sampai Tahun 2008 masih

menunjukkan intensitas tinggi. Penyebaran penyakit menular sexual terutama HIV-AIDS

merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian serius oleh pelaksana

PPEEMMEERRIINNTTAAHH PPRROOVVIINNSSII JJAAWWAA BBAARRAATT

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 II - 26

pelayanan kesehatan di semua sektor dan level termasuk tingkat kabupaten / kota. Penyakit

Demam Berdarah Dengue (DBD) di masyarakat masih terus terjadi di berbagai wilayah

termasuk di beberapa wilayah Jawa Barat, demikian juga penyakit malaria merupakan

penyakit endemik di beberapa daerah di Jawa Barat.

J. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Perilaku sehat meliputi Rumah tangga sehat, bayi yang mendapat ASI ekklusif, desa

dengan garam yodium baik dan keberadaan posyandu purnama. Sampai Tahun 2008

masalah dalam implementasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah sebagai berikut:

1. Masih rendahnya kesadaran untuk berperilaku hidup sehat dikalangan masyarakat,

seperti: kebiasaan merokok, pola konsumsi makanan yang tidak cukup gizi dan

seimbang, menjaga kebersihan diri, serta kurang berolahraga .

2. Keterbatasan sarana-prasarana penunjang prilaku hidup bersih dan sehat, seperti:

MCK, lapang olah raga, tempat sampah, dan drainage

K. Investasi Daerah dan Pembiayaan KUMKM

Realisasi Investasi PMA dan PMDN pada Tahun 2008 sebesar Rp. 39,667 triyun,

angka ini merupakan pencapaian pertumbuhan terbesar, yaitu sebesar Rp. 18,69 triyun atau

89,08 %, jika dibandingkan dengan Tahun 2007 sebesar Rp. 23,545 triyun. Secara

keseluruhan nilai realisasi investasi PMA dan PMDN mengalami peningkatan dari, 14,15

triyun pada Tahun 2004, menjadi Rp. 18,37 triyun Tahun 2005 , dan Tahun 2006 sebesar

23,73 triyun hingga Tahun 2008 mencapai Rp. 39,667 triyun. Gambaran ini menunjukan

terjadinya kecenderungan peningkatan investasi yang merupakan kontribusi dari investasi

PMA maupun PMDN sebagai dampak membaiknya iklim investasi.

Realisasi investasi PMA di Jawa Barat bila dibandingkan jumlah PMA Nasional

menduduki peringkat ketiga yaitu mencapai sebesar 12,8%, sedangkan untuk realisasi

investasi PMDN, Provinsi Jawa Barat menduduki peringkat pertama mencapai 32,5% dari

jumlah investasi. Sektor Tersier merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar

dalam pencapaian perkembangan investasi di Jawa Barat baik PMA maupun PMDN, yaitu

sektor industri mencapai 19,37% dari realisasi investasi.

Permasalahan yang terkait dengan pengembangan investasi adalah belum efektifnya

regulasi yang berkaitan dengan penanaman modal; belum terwujudnya stabilitas politik,

keamanan, dan penegakkan hukum; belum tersedianya informasi akurat yang dibutuhkan

PPEEMMEERRIINNTTAAHH PPRROOVVIINNSSII JJAAWWAA BBAARRAATT

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 II - 27

calon investor; serta masih terdapatnya kecenderungan ekonomi biaya tinggi dalam

pelaksanaan investasi. Untuk itu upaya yang telah dilakukan adalah melalui kebijakan di

bidang penanaman modal terkait dengan stabilitas politik, keamanan, dan penegakkan

hukum; penyederhanaan pelaksanaan prosedur investasi melalui pembentukan

Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PPTSP); serta peningkatan partisipasi

sektor swasta dalam pemenuhan kebutuhan investasi.

Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (KUMKM) merupakan bagian penting

yang mencerminkan kemajuan kesejahteraan bagi sebagain besar masyarakat. Hal tersebut

ditunjukkan oleh besarnya potensi KUMKM di Jawa Barat yang mencapai 7,3 juta pada

Tahun 2007 dengan kontribusi terhadap pembentukan PDRB sebesar 63,15%. Permasalahan

yang dihadapi dalam pengembangan KUMKM adalah masih rendahnya kualitas sumberdaya

manusia seperti kurang terampilannya SDM dan kurangnya jiwa kewirausahaan, rendahnya

penguasaan teknologi dan manajemen, serta informasi pasar, sehingga berdampak terhadap

rendahnya tingkat produktivitas dan kualitas pengelolaan manajemen. Demikian pula

terbatasnya akses pembiayaan yang masih dihadapi oleh sebagian besar pelaku usaha kecil

dan menengah, terutama terhadap akses kredit investasi; dan kerja sama antara KUKM,

IKM, BUMD, dan pengusaha besar.

L. Pengarusutamaan Gender

Pengarusutamaan gender adalah Sebuah proses yang memasukan analisa gender ke

dalam program-program kerja dan seluruh kegiatan instansi pemerintah dan organisasi

kemasyarakatan lainnya, mulai dari tahap perencanaan program, pelaksanaan program

sampai monitoring dan evaluasi program tersebut. Adapun tujuan pengarusutamaan gender

ini adalah untuk mengidentifikasi apakah laki-laki dan perempuan memperoleh akses,

peluang, kontrol dan manfaat yang sama terhadap sumber daya dan hasil pembangunan.

Pencapaian keadilan dan kesetaraan gender masih ditemukan adanya kesenjangan

antara kebijakan yang berpihak pada keadilan gender pada semua aspek pembangunan,

masih lemahnya implementasi kesetaraan gender dalam berbagai aktivitas kehidupan, masih

tingginya kasus-kasus gender, antar lain KDRT, traficking, kurangnya kaum pria ikut dalam

KB, serta kerawanan sosial lainnya.

PPEEMMEERRIINNTTAAHH PPRROOVVIINNSSII JJAAWWAA BBAARRAATT

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 II - 28

M. Ketersediaan Lapangan Pekerjaan

Realisasi Penyerapan tengaga kerja oleh investasi PMA/PMDN pada Tahun 2008

menunjukan bahwa sektor industri tekstil masih merupakan lapangan usaha yang paling

banyak menyerap tenaga kerja. Dari 110.527 orang tenaga kerja Jawa Barat yang bekerja

30,16 persen bekerja di sektor industri Tekstil, 15,78 % di sektor industri Logam,Mesin dan

elektronik, 10,84 di sektor kendaraan bermotor dan alat transportasi serta sebesar 26,06 %

tersebar di berbagai sektor seperti pertanian, perkebunan dll. Tampak dari sisi penyerapan

tenaga kerja pada sektor sektor yang ada sektor industri tekstil, industri logam paling

banyak dipilih fihak investor.

Nilai investasi yang tertanam pada sektor primer pada Tahun 2008 sebesar

Rp.37,483 Milyar yang terdiri dari investasi pada Tanaman Pangan dan Perkebunan sebesar

Rp.7,305 Milyar dan Peternakan sebesar Rp.30,178 Milyar, sedangkan pada Tahun 2007

sebesar Rp. 89,146 Milyar. Hal ini terjadi penurunan dibandingkan Tahun sebelumnya,

sehingga mengurangi penyerapan tenaga kerja dan jumlah proyek.Sedangkan pada sektor

Sekunder dan tersier terjadi kenaikan Rp. 22.088 Milyar dan Rp. 1.410 Milyar, sehingga

terjadi kenaikan penyerapan kerja.

Menurut Suseda, 2008. Jumlah Penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha di

Jawa Barat sebanyak 18.357.579 orang dengan perincian sebagai berikut : Sektor Pertanian

4.792.098 ; sektor Industri 3.089.183; sektor Perdagangan 4.316.064; sektor Jasa 3.048.950

dan yang lainnya sebanyak 3.111.284 orang.

Dari Jumlah Penduduk Jawa Barat Sebanyak 42.194.869 orang, dengan Jumlah

yang bekerja 18.357.579 orang, dan pengangguran 2.262.407.Melihat data tersebut Jumlah

yang belum bekerja di Jawa Barat tergolong pasih banyak , untuk itu diperlukan adanya

ketersediaan Lapangan pekerjaan terutama di sektor pertanian.

Masalah dalam ketersediaann lapangan kerja adalah sebagai berikut:

1. Masih tingginya ketidakseimbangan antara ketersediaan dengan kebutuhan lapangan

pekerjaan di Jawa Barat

2. Belum meratanya peluang serta rendahnya aksesibilitas kesempatan kerja pada

berbagai sektor unggulan yang sesuai dengan sebagian besar kondisi kompetensi SDM

tenaga kerja Jawa Barat

3. Kurangnya minat investasi terhadap sektor-sektor tertentu, seperti: pertanian dan

industri kecil

PPEEMMEERRIINNTTAAHH PPRROOVVIINNSSII JJAAWWAA BBAARRAATT

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 II - 29

4. Rendahnya kompetensi tenaga kerja yang bersertifikat standar Asean

5. Masih tingginya perkembangan Tenaga Kerja ke luar negeri.

Laju Pertumbuhan Investasi. Laju pertumbuhan investasi yang ditanamkan di

Jawa Barat melalui Penanaman Moda Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri

(PMDN) pada periode tahun 2004-2008 memperlihatkan kecendrungan meningkat. Kondis ini

memberikan sinyalemen bahwa iklim investasi di Jawa Barat cukup memberikan peluang

para investor untuk menanamkan investasinya di Jawa Barat. Pada periode 2004-2008, rata-

rata pertumbuhan investasi PMA dan PMDN adalah di atas 14%, yaitu 18,55% per tahun.

Realisasi investasi PMA dan PMDN pada Tahun 2008 sebesar Rp. 29,60 trilyun dan

angka ini merupakan pencapaian pertumbuhan terbesar, yaitu sbesar 6,05 trilyun atau

meningkat 25,70% jika disbanding dengan Tahun 2007 sebesar Rp. 23,55 trilyun. Secara

keseluruhan nilai realisasi investasi PMA dan PMDN mengalami peningkatan dari Rp. 14,15

trilyun pada Tahun 2004, menjadi Rp. 18,37 trilyun Tahun 2005, pada Tahun 2006 sebesar

Rp. 23,73 trilyun, Tahun 2007 sebesar Rp. 20,85 trilyun, hingga Tahun 2008 mencapai

Rp.29,60 trilyun. Gambaran ini menunjukkan terjadinya kecenderungan peningkatan

investasi yang merupakan kontribusi dari peningkatan investasi PMA maupun PMDN sebagai

dampak membaiknya iklim investasi.

Tabel 2.5Realisasi dan Rencana/Minat Investasi PMA dan PMDN Berdasarkan Jumlah dan

Laju Pertumbuhan Tahun 2004-2008.

UraianTahun

2004 2005 2006 2007 2008*)1.Realisasi:

a. Jumlah (Rp. Trilyun) 14,15 18,37 23,73 23,55 29,60b. Laju Pertumbuhan (%) 8,84 29,82 29,18 -0,76 25,70c. Jumlah Proyek (buah) 221 350 285 325 397d. Jumlah Tenaga Kerja (orang) 58.281 97.382 76.161 72.351 110.430

2.Rencana/Minat Investasia. Jumlah (Rp. Trilyun) 16,28 19,45 27,91 44,33 35,71b. Laju Pertumbuhan (%) 59,92 19,47 43,50 58,83 -19,45

Sumber : BKPPMD Provinsi Jawa Barat, 2004-2009*) data sementara