bab ii isu strategis pembangunan daerah 2010 bab ii.pdf · uud 1945 tentang anggaran pendidikan...
TRANSCRIPT
PPEEMMEERRIINNTTAAHH PPRROOVVIINNSSII JJAAWWAA BBAARRAATT
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 II - 1
BBAABB IIII
IISSUU SSTTRRAATTEEGGIISS PPEEMMBBAANNGGUUNNAANN DDAAEERRAAHH
2.1. Evaluasi Pencapaian Kinerja Pembangunan Daerah
Proses pelaksanaan pembangunan daerah, meliputi perencanaan, pelaksanaan,
pengendalian dan evaluasi. Aspek evaluasi pembangunan merupakan aspek dasar
perencanaan pembangunan untuk tahun berikutnya, sehingga untuk membuat kebijakan
pelaksanaan pembangunan Tahun 2010 perlu dilakukan evaluasi terhadap kinerja
pembangunan daerah pada tahun sebelumnya, khususnya evaluasi terhadap indikator makro
pembangunan. Indikator makro yang dievaluasi meliputi pembangunan sumber daya
manusia, ekonomi, dan kesejahteraan sosial, serta indikator penunjang yang terkait dengan
masalah politik, hukum, lingkungan hidup, infrastruktur, pelayanan publik, kelistrikan,
persampahan dan sebagainya.
Hasil evaluasi dan identifikasi permasalahan serta tantangan yang dihadapi, baik
internal maupun eksternal, menjadi dasar dalam menentukan isu-isu yang akan dihadapi
pada Tahun 2010 yang selanjutnya dirumuskan menjadi kebijakan prioritas pembangunan.
2.2. Evaluasi Indikator Makro Pembangunan Jawa Barat
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Barat diarahkan untuk mencapai
kategori maju pada skala yang telah ditetapkan UNDP sebesar 80 pada Tahun 2015. Adapun
pencapaian IPM pada Tahun 2008 sebesar 71,16 (angka sangat sementara, hasil
perhitungan BPS Provinsi Jawa Barat, Maret 2008), meningkat sebesar 0,45 poin
dibandingkan angka Tahun 2007 sebesar 70,71. Bila dibandingkan dengan target IPM Jawa
Barat Tahun 2015 yang sebesar 80,00, maka rata-rata capaian setiap tahunnya harus
mencapai angka 1,26 poin.
Indeks Pendidikan (IP) pada Tahun 2008 meningkat sebesar 1,43 poin dari Tahun
2007, yaitu sebesar 81,64 dari angka 80,81 pada Tahun 2007. Peningkatan tersebut tidak
terlepas dari meningkatnya komponen Indeks Pendidikan yaitu Angka Melek Huruf (AMH)
dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS). Pada Tahun 2008, AMH Jawa Barat sebesar 96,10%
meningkat dari 95,32% pada Tahun 2007. Sedangkan RLS menunjukkan peningkatan, dari
7,5 tahun pada Tahun 2007menjadi 7,91 tahun pada Tahun 2008.
PPEEMMEERRIINNTTAAHH PPRROOVVIINNSSII JJAAWWAA BBAARRAATT
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 II - 2
Peningkatan Indeks Pendidikan tersebut tidak terlepas dari upaya peningkatan Angka
Partisipasi Sekolah melalui tuntasnya Role Sharing Pendanaan Peningkatan Sarana dan
Prasarana Pendidikan Dasar antara Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota, juga dengan adanya
kebijakan anggaran pendidikan pemerintah yang berorientasi pada pemenuhan amanat
UUD 1945 tentang anggaran pendidikan sebesar minimal 20% dari Total APBD.
Indeks Kesehatan (IK) mencerminkan derajat kesehatan masyarakat suatu
wilayah pada periode waktu tertentu yang diukur melalui angka harapan hidup waktu lahir
(AHHe0). Indeks kesehatan Jawa Barat mengalami peningkatan sebesar 0,37 poin pada
kurun waktu Tahun 2007 – 2008, 71,00 pada Tahun 2007 dan 71,37 poin pada Tahun 2008.
Dari sisi Angka Harapan Hidup (AHH), menunjukkan bahwa rata-rata usia penduduk Jawa
Barat adalah 67,58 tahun meningkat dari Tahun 2006 yaitu 67,40 tahun.
Indeks daya beli masyarakat Jawa Barat pada Tahun 2008 adalah sebesar 60,48.
untuk mencapai target sebesar 68 pada Tahun 2015, dalam rangka mencapai IPM 80 pada
Tahun 2015, maka indeks daya beli setiap tahunnya harus meningkat sebesar 1,07 poin,
sementara data yang ada menunjukkan bahwa rata-rata peningkatan setiap tahunnya
sebesar 0,3 poin. Relatif lambatnya peningkatan kemampuan daya beli masyarakat Jawa
Barat, dipengaruhi pula oleh faktor eksternal Jawa Barat, seperti kenaikan BBM dan inflasi
pada kelompok bahan kebutuhan pokok.
Tabel 2.1Gambaran Indikator Makro Pembangunan Jawa Barat Tahun 2006s.d. 2008
NO INDIKATORTAHUN
2006 2007 20081 IPM 70,31 70,71 71,16*)2 Indeks Pendidikan 79,93 80,21 81,64*)
Angka Melek Huruf (%) 94,90 95,32 96,10*)Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 7,50 7,50 7,91*)
3 Indeks Kesehatan 70,13 71,03 71,37*)Angka Harapan Hidup (tahun) 67,40 67,58 67,82*)
4 Indeks Daya Beli 60,34 60,90 60,48*)Purchasing Power Parity (Rp) 621.100,00 623.640,00 621.710,00*)
5 Laju Pertumbuhan Penduduk (%) 1,94 1,83 1,716 Penduduk Miskin (%) 13,39 13,16 13,017 PDRB adh konstan 2000 (Triliun Rp) 257,49 273,99 289,99**)8 Inflasi (%) 6,15 5,10 11,119 Laju Pertumbuhan Ekonomi (%) 6,02 6,41 5,84**)
10 Jumlah Investasi (Trilyun Rp) 75,64 87,13 113,14**)11 Pengangguran***)
(Juta Jiwa) 2,54 2,39 2,26(%) 14,51 13,08 12,08
Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat dan Bapeda Provinsi Jawa Barat, Tahun 2009 (diolah)
Keterangan : *) angka sangat sementara, hasil perhitungan BPS Provinsi Jawa Barat, Maret 2008
**) angka sangat sementara, hasil estimasi triwulanan Tahun 2008
***) hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas 2006-2008)
PPEEMMEERRIINNTTAAHH PPRROOVVIINNSSII JJAAWWAA BBAARRAATT
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 II - 3
Jumlah penduduk pada Tahun 2008 sebesar 42,194 juta jiwa, dengan kepadatan
penduduk 1.999,3 orang per km persegi. Berdasarkan struktur umur, jumlah penduduk
dibawah usia 15 tahun keatas mencapai 29,59 %, penduduk usia produktif 15-64 tahun
sebesar 64,86 %, sementara penduduk usia 64 tahun sebesar 5,55 % .
Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) di Provinsi Jawa Barat dari tahun ke tahun
relatif terus menurun. Pada periode 2007-2008, LPP Provinsi Jawa Barat mencapai 1,71
persen. Kondisi tersebut menunjukkan upaya pengendalian pertumbuhan penduduk di
Provinsi Jawa Barat relatif cukup baik.
Proporsi penduduk miskin di Jawa Barat masih menunjukkan angka yang tinggi.
Menggunakan batasan konsumsi penduduk mencapai 2100 kalori setiap harinya, tercatat
proporsi penduduk yang di bawah batasan tersebut sebesar 13,01% pada Tahun 2008.
Kemiskinan di Jawa Barat ditengarai sebagai akibat dari kepemilikan sumberdaya yang tidak
merata, kemampuan antara penerimaan dan pengeluaran yang tidak seimbang, serta
ketidaksamaan kesempatan berusaha yang dimiliki oleh penduduk Jawa Barat.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Provinsi Jawa Barat memainkan
peran penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Nilai PDRB Jawa Barat atas dasar
harga berlaku pada Tahun 2008 yang merupakan hasil kompilasi triwulanan mencapai
Rp.608,58 Triliun, sedangkan atas dasar harga konstan mencapai Rp. 289,99 Triliun.
Kontribusi terbesar didominasi oleh sektor industri pengolahan sebesar 44,18 %, atau
sebesar Rp. 268,90 Triliun dan perdagangan, hotel dan restoran sebesar 19,66 % atau
sebesar Rp. 119,64 Triliun serta pertanian sebesar 11,77 % Rp. 71,66 Triliun.
Tabel 2.2PDRB Provinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga Berlaku
Tiga Sektor Utama
SektorTahun (Rp. Trilyun)
2005 2006* 2007** 2008***Pertanian 46,43 52,59 62,89 71,66Industri Pengolahan 173,08 214,24 236,63 268,90Perdagangan, hotel & restoran 74,28 90,02 100,69 119,64Sumber : BPS*** Angka Sangat Sementara, Hasil Estimasi Triwulanan Tahun 2008** Angka Sementara, Publikasi BPS Jawa Barat Tahun 2008* Angka Perbaikan, Koreksi BPS Jawa Barat Tahun 2008
Laju Pertumbuhan Ekonomi, Provinsi Jawa Barat Tahun 2008 dari besaran PDRB
hasil kompilasi triwulanan tumbuh sebesar 5,84 %, mengalami sedikit penurunan sebesar
0,57 point dibandingkan dengan Tahun 2007 dengan pertumbuhan sebesar 6,41 %, melebihi
PPEEMMEERRIINNTTAAHH PPRROOVVIINNSSII JJAAWWAA BBAARRAATT
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 II - 4
target yang ditetapkan sebesar 5,8% – 6,0 %. Namun demikian laju pertumbuhan ekonomi
Jawa Barat pada Tahun 2008 masih di bawah rata-rata laju pertumbuhan ekonomi nasional
sebesar 6,1%. Penurunan pertumbuhan ekonomi tersebut diakibatkan oleh kurang stabilnya
ekonomi nasional dan dunia (krisis ekonomi di AS). Di sisi permintaan, faktor penurunan
pertumbuhan terutama bersumber dari berkurangnya perdagangan luar negeri, dan kegiatan
konsumsi. Di sisi sektoral, pertumbuhan sedikit terjadi pada seluruh sektor ekonomi di Jawa
Barat. Respon sisi penawaran ini terindikasi dari indikator ekspektasi realisasi kegiatan dunia
usaha, dan ekspektasi situasi bisnis. Penurunan ekonomi tersebut antara lain disebabkan
oleh melambatnya kinerja dari beberapa sektor ekonomi serta sektor keuangan, persewaan
dan jasa perusahaan. Faktor lain pula yang mengakibatkan perlambatan pertumbuhan ini
adalah akibat dari tingkat inflasi yang cukup tinggi.
Inflasi, Tahun 2008 adalah sebesar 11,11 %, jauh melampaui inflasi Tahun 2007
yang mencapai 5,1 %. Selama Tahun 2008 inflasi di Jawa Barat cukup mendapat tekanan,
hampir seluruh kelompok pengeluaran bergerak naik. Peningkatan tertinggi terjadi pada
kelompok bahan makanan yang mengalami inflasi sebesar 16,11%, disusul kelompok
transportasi, komunikasi dan jasa keuangan 12,78 %, kelompok makanan jadi, minuman,
rokok & tembakau 12,45 %, kelompok kesehatan 10,52 persen, kelompok pendidikan,
rekreasi & olah raga 8,61 %, kelompok perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar 6,76 %,
serta kelompok sandang 3,69 %. Tekanan inflasi yang begitu kuat hingga mencapai double
digit di Tahun 2008 ini, sebagai dampak dari kebijakan kenaikan harga BBM pada bulan Mei
yang mencapai rata-rata 28,7 %. Respon harga pasar yang begitu signifikan sangat
tergambar dari besaran inflasi yang meningkat drastis hingga lebih dari dua kali lipat dari
tahun sebelumnya. Bila dilihat dari lokasiny, inflasi tertinggi di Jawa Barat terjadi di kota-kota
yaitu Bogor, Cirebon, Tasikmalaya, Depok, Sukabumi, Bandung dan Bekasi.
Bila dilihat dari perbandingan dengan kondisi Tahun 2007, dimana kondisi ekonomi
domestik stabil walapun mendapat tekanan yang sangat berat terutama akibat naiknya
harga BBM internasional, harga-harga cukup stabil yang tergambar dari inflasi sebesar
5,1%. Walaupun demikian, khusus untuk komoditas bahan makanan dan sandang masih
menunjukkan pergerakan inflasi yang signifikan yaitu masing-masing 11,63% dan 8,07%.
Dari angka ini terlihat bahwa pengaruh kebijakan nasional sangat berpengaruh terhadap
pergerakan inflasi, tetapi kebijakan yang menjadi domainnya pemerintah daerah masih
diperlukan untuk menjaga stabilitas harga. Intervensi pemerintah daerah terhadap
terselenggaranya penyediaan kebutuhan pokok serta lancarnya arus distribusi bahan
sandang dan pangan menjadi sangat krusial.
PPEEMMEERRIINNTTAAHH PPRROOVVIINNSSII JJAAWWAA BBAARRAATT
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 II - 5
Jumlah Investasi Jawa Barat berdasarkan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)
selama periode Tahun 2006 – 2008 terus mengalami pertumbuhan. Pada Tahun 2006
mencapai angka Rp 75,64 triliun, sementara pada Tahun 2008 mencapai Rp 113,14 triliun
(angka sangat sementara). Gambaran ini menunjukkan tingkat kepercayaan yang cukup
tinggi dari masyarakat untuk menanamkan modalnya di Jawa Barat, dan memiliki peran yang
cukup besar dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Jumlah pengangguran, pada Tahun 2007 sebanyak 2.386.214 orang (data
sakernas), menurun dibandingkan Tahun 2006 yang sebesar 2.561.525 orang. Presentase
jumlah penganggur terhadap angkatan kerja atau Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
pada Tahun 2007 adalah sebesar 13,08 %, menurun dari Tahun 2006 yang mencapai 13,94
%. Namun masih lebih tinggi dibandingkan dengan Nasional yang sebesar 9,11 %. Pada
Tahun 2008 jumlah pengangguran sebesar 2.262.407 orang menurun sebesar 123.807
orang dibandingkan Tahun 2007, sedangkan presentase jumlah penganggur terhadap
angkatan kerja atau Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah sebesar 12,08 % menurun
dari Tahun 2007.
2.2.1. Evaluasi terhadap kinerja bidang pembangunan 2007-2008
Bidang Sosial Budaya
Pada aspek pendidikan, dari segi angka partisipasi sekolah pendidikan dasar,
Angka Partisipasi Kasar (APK) Tahun 2008 untuk SD/MI adalah 108,22% dan SMP/MTs
sebesar 87,14%. Untuk angka partisipasi murni (APM) tahun 2008, capaian APM SD/MI
95,48% dan SMP/MTs 71,77%. Sedangkan untuk jenjang pendidikan menengah, pada
Tahun 2008 APK dan APM SMA/SMK/MA masing-masing sebesar 47,48% dan 36,18%.
Cukup tingginya APK dan APM pada jenjang pendidikan dasar selaras dengan upaya
penuntasan Wajib Belajar Pendidikan 9 tahun di Jawa Barat. Adapun masih rendahnya angka
partisipasi pada jenjang pendidikan menengah, disebabkan oleh rendahnya kemampuan
daya beli masyarakat, terbatasnya kapasitas daya tamping SMA/SMK/MA, kendala budaya
dan pola fikir masyarakat, serta kendala geografis untuk daerah-daerah terpencil.
Dari sisi alokasi anggaran pendidikan, pada Tahun 2008 telah dialokasikan anggaran
pendidikan sebesar 16,61% dari Total APBD Provinsi Jawa Barat tahun 2008. Salah satu
prioritas pengalokasian anggaran pendidikan Tahun 2008 adalah Penuntasan Realisasi MoU
Role Sharing Pendanaan Peningkatan Sarana dan Prasarana Pendidikan Dasar dari APBD
Provinsi. Sedangkan pada tahun 2009, telah dialokasikan anggaran pendidikan sebesar 20%
PPEEMMEERRIINNTTAAHH PPRROOVVIINNSSII JJAAWWAA BBAARRAATT
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 II - 6
dari volume Belanja Daerah pada APBD Provinsi Tahun 2009. Anggaran tersebut
diprioritaskan untuk ; upaya mewujudkan Jawa Barat bebas biaya pendidikan melalui
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Provinsi untuk satuan Pendidikan dasar dan Menengah,
penyediaan buku teks palajaran yang di-ujian nasional-kan, dan bantuan baju seragam
sekolah bagi siswa yang tidak mampu; upaya Jawa Barat bebas buta aksara melalui kegiatan
keaksaraan fungsional untuk menangani 326.900 orang sasaran buta aksara; dan upaya
Jawa Barat Bebas Putus Jenjang Sekolah melalui kegiatan paket B dan paket C untuk
peningkatan angka RLS.
Aspek kesehatan sampai saat ini terus dilakukan melalui berbagai program dan
kegiatan serta bersumber dana baik APBN, APBD Provinsi, APBD Kabupaten/Kota, BLN/PHLN
maupun dana masyarakat. Namun demikian berdasarkan indikator keberhasilan yang ada,
belum seutuhnya menggambarkan kondisi yang diharapkan. Hal ini ditunjukan oleh
beberapa hal yaitu angka kematian bayi (AKB) di Jawa Barat pada Tahun 2007 masih cukup
tinggi yaitu sebesar 39/1000 kelahiran hidup. Faktor lain yang menggambarkan keberhasilan
ini adalah masih tingginya kasus penderita gizi buruk balita Tahun 2008 sebanyak 33.697
(1,01%) dan gizi kurang sebanyak 33.8429 (9,83%) dari jumlah balita yang ditimbang. Di
samping itu masih adanya kasus penyakit menular, seperti Demam Berdarah Dengue (DBD)
tercatat 23.248 kasus pada tahun 2008, flu burung tercatat 35 kasus dan AIDS tercatat
2.593 kasus serta penderita HIV positif tercatat 1.829 penderita.
Indikator kesehatan lainnya adalah pelayanan kesehatan baik dasar maupun rujukan,
puskesmas pada Tahun 2008 berjumlah 1.008 buah. Pada aspek pelayanan kesehatan
Rujukan di Rumah Sakit Daerah saat ini berjumlah satu tipe A, 17 tipe B, 14 tipe C dan tiga
tipe D. Data tersebut masih menunjukkan kuantitas yang memadai, dilihat dari kualitas
pelayanan, sarana dan prasarana masih perlu ditingkatkan. Pada aspek Pelayanan Obstetri
dan Neonatal Emergency Dasar (PONED) Tahun 2008 tercatat 101 Puskesmas dengan
kualitas yang perlu ditingkatkan. Rumah Sakit yang mampu melaksanakan Pelayanan
Obstetri dan Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) pada Tahun 2008 tercatat 12
Rumah Sakit.
Aspek Jender sampai dengan Tahun 2008 terdapat permasalahan sebagai berikut;
(a) masih lemahnya implementasi kesetaraan jender dalam berbagai aktivitas kehidupan, (b)
masih tingginya kasus-kasus jender, antar lain: Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT),
trafficking, kurangnya kaum pria ikut dalam KB, serta kerawanan sosial lainnya.
PPEEMMEERRIINNTTAAHH PPRROOVVIINNSSII JJAAWWAA BBAARRAATT
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 II - 7
Pada aspek kesejahteraan sosial, jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan
Sosial (PMKS) Tahun 2007 mencapai 3.218.872 PMKS dan pada Tahun 2008 diprediksi akan
meningkat 7,2%. Kondisi ini tidak sejalan dengan Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial
(PSKS) yang cenderung jalan ditempat untuk Tahun 2008 baru tercacat 12.592 PSM, 5.789
Karang Taruna, 1611 lembaga sosial.
Pembangunan kebudayaan pada Tahun 2008 dilaksanakan untuk melestarikan dan
mengembangkan kebudayaan daerah serta mempertahankan jati diri dan nilai-nilai budaya
daerah. Upaya-upaya yang telah dilaksanakan yaitu pengembangan Desa Budaya di
beberapa daerah yang berpotensi untuk dikembangkan, penataan situs dan pemeliharaan
benda cagar budaya. Pada aspek pengembangan seni dan budaya, adanya apresiasi
terhadap nilai budaya dan bahasa daerah Sunda, Cirebon, Dermayu dan Melayu Betawi
sebagai bahasa ibu masyarakat Jawa Barat.
Pada aspek agama, ditunjukkan oleh meningkatnya kualitas kehidupan beragama,
kesadaran masyarakat untuk melaksanakan ajaran agama dalam kehidupan bermasyarakat,
serta kesadaran dan toleransi antar umat beragama. Terciptanya hubungan yang harmonis
dan kondusif baik antara sesama pemeluk agama maupun antar umat beragama.
Bidang Ekonomi
Perkembangan perbankan, sampai dengan Tahun 2008 menunjukkan
perkembangan yang positif. Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar Rp. 105,57 triliun meningkat
sebesar 13% dari Tahun 2007 sebesar RP. 93,76 triliun. Penyaluran kredit pembiayaan
menunjukkan peningkatan sebesar 21% yaitu dari Rp. 57,77 triliun menjadi Rp. 69,74 triliun.
Kondisi tersebut menyebabkan Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan di Jawa Barat
mengalami peningkatan dari 61,6% menjadi 66,7%. Sementara itu, kualitas kredit membaik
yang diindikasikan oleh penurunan ratio gross NPL dari 4,01% menjadi 3,44%.
Kontribusi Koperasi Usaha Kecil Menengah (KUKM) terhadap perekonomian
daerah, pembangunan sektor KUKM pada Tahun 2008 mengalami peningkatan, pada Tahun
2007 kontribusi sektor KUKM terhadap PDRB Jawa Barat mencapai 63,15 %, meningkat
menjadi sebesar 63,80 % pada Tahun 2008. Jumlah KUKM pada Tahun 2008 sebanyak
7.420. 259 unit atau 99,97 % dari jumlah total unit usaha di Jawa Barat dengan rincian
sektor usaha pertanian sebesar 42,79 %, sektor perdagangan hotel dan restoran 34 %,
sektor pengangkutan dan komunikasi 9,78 %, sektor industri pengolahan 6,31 % dan sektor
PPEEMMEERRIINNTTAAHH PPRROOVVIINNSSII JJAAWWAA BBAARRAATT
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 II - 8
jasa-jasa sebesar 4,39 %. Penyerapan tenaga kerja di sektor KUKM sebanyak 13.354.002
orang atau mencapai 88,53 % dari total tenaga kerja di Jawa Barat.
Nilai Tukar Petani (NTP) yang mencerminkan kondisi kualitas dan kesejahteraan
petani dan nelayan, Jawa Barat pada bulan September 2008 untuk masing masing subsektor
tercatat 92,79 untuk sub sektor Padi dan Palawija,97,38 untuk sub sektor hortikultura,
111,64 untuk sub sektor Tanaman Perkebunan Rakyat, 99,04 untuk sub sektor Peternakan
dan 106,19 untuk sub sektor Perikanan. Untuk Nilai Tukar Petani (NTP) Gabungan Provinsi
Jawa Barat bulan September 2008 tercatat 96,85 atau turun 0,11 persen dari NTP bulan
Agustus 2008 yang tercatat 96,95. Hal ini dipengaruhi oleh kenaikan Indeks yang diterima
Petani (IT) lebih rendah daripada Indeks yang dibayar Petani (IB) yaitu masing masing
sebesar 113,76 persen dan 117,47 persen.
Indeks Harga yang dibayar petani (IB), pada bulan September 2008 secara
provinsial Indeks Harga yang dibayar petani naik 1,49 persen dibandingkan Indeks bulan
Agustus 2008 yaitu dari 115,74 menjadi 117,47. Kenaikan IB terjadi pada keseluruhan sub
sektor, yaitu Tanaman Pangan, Hortikultura, Tanaman Perkebunan Rakyat, Peternakan dan
Perikanan, masing masing naik sebesar 1,47 persen, 1,48 persen, 1,48 persen, 1,91 persen
dan 1,33 persen. Bila dibandingkan dengan NTP Jawa Barat Januari 2007, kondisi
kesejahteraan petani di Jawa Barat meningkat dari segi harga, karena harga komoditas hasil
pertanian ini dapat mengimbangi kenaikan harga kebutuhan produksi.
Pelayanan di Bidang Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (KUMKM),
pada Tahun 2007 telah dimulai pembangunan Sentral Bisnis KUKM (Senbik) yang dikelola
oleh Dekopinwil Jawa Barat dan difungsikan sebagai pusat informasi, pemasaran, kerjasama
serta inkubator bisnis. Pada Tahun 2008 pelayanan dalam pemberdayaan pengaktifan
kembali koperasi yang tidak aktif dari jumlah koperasi 22.314 unit, sedangkan yang aktif
sebanyak 14.735 unit.
Bidang IPTEK
Sampai Tahun 2008 pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan
teknologi, publikasi dan kajian ilmiah yang dihasilkan oleh lembaga penelitian baik milik
pemerintah, perguruan tinggi maupun swasta tersebut belum dapat dimanfatkan dengan
maksimal. Hal ini ditandai dengan :
1. Belum terbangun sinergitas pelaksanaan penelitian dan pengembangan (Litbang) antar
lembaga dan daerah secara regional dan nasional;
PPEEMMEERRIINNTTAAHH PPRROOVVIINNSSII JJAAWWAA BBAARRAATT
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 II - 9
2. Belum terinformasikan dan dimanfaatkan secara luas mengenai hasil litbang dan
pengembangan teknologi tepat guna (TTG) kepada seluruh lapisan masyarakat;
3. Masih kurangnya pemahaman terhadap manfaat Sistem Informasi dan Telematika (Sitel)
pada lingkungan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota;
4. Masih belum optimalnya penggunaan sarana Sitel sebagai pendukung komunikasi,
koordinasi dan kolaborasi antar tingkat pemerintahan;
5. Kurang adanya kesamaan persepsi, baik aparatur pemerintah maupun masyarakat
terhadap pentingnya arsip dan perpustakaan sebagai sumber informasi dan bahan bukti
pertanggungjawaban serta fungsi khasanah arsip dan ilmu pengetahuan.
6. Belum optimalnya dukungan pengelolaan arsip dan perpustakaan baik dari aspek SDM,
sarana prasarana serta teknologi;
Bidang Infrastruktur Wilayah
Infrastruktur wilayah terdiri dari beberapa aspek yaitu infrastruktur transportasi,
sumber daya air dan irigasi, listrik dan energi, serta sarana dan prasarana permukiman.
Infrastruktur transportasi terdiri dari jalan dan perhubungan. Salah satu indikator
keberhasilan penanganan infrastruktur jalan adalah tingkat kemantapan jalan khususnya
pada jalan provinsi. Sampai dengan tahun 2008, tingkat kemantapan jalan provinsi
sepanjang 2.199,18 km telah mencapai 80,84% (kondisi baik dan sedang). Dengan tingkat
kemantapan tersebut, 48,82% dari panjang jaringan jalan provinsi masih berada pada
kondisi sedang dan 19,16% berada pada kondisi rusak ringan dan rusak berat, yang
disebabkan antara lain oleh beban lalu lintas yang sering melebihi standar muatan sumbu
terberat (MST), tingginya frekuensi bencana alam, serta belum optimalnya penanganan jalan
provinsi.
Infrastruktur perhubungan terdiri dari perhubungan darat, laut, udara. Pada
infrastruktur perhubungan darat, pelayanan angkutan massal seperti bis dan kereta api
dirasakan belum optimal. Demikian pula halnya dengan ketersediaan perlengkapan jalan dan
fasilitas lalu lintas seperti rambu, marka, pagar pengaman jalan, terminal, dan jembatan
timbang, serta kondisi dan penataan sistem hirarki terminal sebagai tempat pertukaran
moda juga belum optimal, sehingga menyebabkan kurangnya kelancaran, ketertiban,
keamanan serta pengawasan pergerakan lalu lintas.
PPEEMMEERRIINNTTAAHH PPRROOVVIINNSSII JJAAWWAA BBAARRAATT
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 II - 10
Pada infrastruktur perhubungan udara, Bandara Husein Sastranegara dan beberapa
bandara perintis seperti Bandara Cakrabhuwana di Kabupaten Cirebon dan Bandara
Nusawiru di Kabupaten Ciamis belum mampu dimanfaatkan secara maksimal, karena kondisi
sarana dan prasarana tidak memadai untuk menampung kebutuhan penumpang dan kargo
baik domestik maupun internasional.
Pada infrastruktur perhubungan laut, kondisi Pelabuhan Cirebon baru difungsikan
sebagai pelabuhan niaga, akibat dari kondisi fisik pelabuhan dan fasilitas yang kurang
memadai serta adanya keterbatasan pengembangan karena kondisi alam yang tidak
mendukung. Selain itu beberapa pelabuhan laut lain yang ada di Jawa Barat hanya berfungsi
sebagai pelabuhan transit dan pelabuhan ikan saja karena kapasitas pelabuhan yang tidak
memadai.
Pada aspek infrastruktur sumber daya air dan irigasi, sampai dengan tahun 2008
jaringan irigasi dalam kondisi rusak berat dan ringan masih mencapai 58,69% (Tabel 2.4).
Kondisi tersebut menyebabkan intensitas tanam padi pada daerah irigasi yang dikelola
Pemerintah Provinsi Jawa Barat dirasakan masih belum optimal, walaupun dalam kurun
waktu 2007-2008 telah meningkat dari 190% menjadi 192%.
Tabel 2.3.Kinerja Pengelolaan Jaringan Irigasi
Kewenangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat
Uraian Tahun2003 2004 2005 2006 2007 2008
Jumlah daerah irigasi (DI) Prov (buah) 74 74 74 84 84 86
Intensitas tanam (%) 182 184 185 187 190 192
Jaringan irigasi yang rusak (%) 74 65 51 49 46 58,69
Infrastruktur listrik dan energi, sampai tahun 2008, terjadi peningkatan rasio
elektrifikasi rumah tangga sebesar 64% dibandingkan pada Tahun 2007 yang sebesar
60,64%, yang artinya dari 11.011.044 rumah tangga baru sekitar 6.826.847 rumah tangga
yang telah mendapatkan aliran listrik yang bersumber dari PLN dan non PLN. Sedangkan
untuk listrik perdesaan, cakupan desa yang sudah mendapatkan tenaga listrik pada
pertengahan Tahun 2008 hampir mencapai 100%, dimana hanya tinggal 4 desa di
Kabupaten Cianjur dan 4 desa di Kabupaten Garut yang belum memiliki infrastruktur listrik.
Peningkatan rasio elektrifikasi perdesaan masih terus diupayakan untuk mewujudkan Jabar
Caang pada tahun 2010.
PPEEMMEERRIINNTTAAHH PPRROOVVIINNSSII JJAAWWAA BBAARRAATT
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 II - 11
Sarana dan prasarana permukiman, sampai Tahun 2008 cakupan pelayanan air
minum masih rendah yang disebabkan oleh; (a) masih tingginya angka kebocoran air, (b)
terbatasnya sumber air baku di wilayah perkotaan, (c) tarif/retribusi air yang belum
berorientasi pada cost recovery, (d) rendahnya partisipasi masyarakat dan swasta dalam
pembangunan sarana dan prasarana air minum, dan (e) terbatasnya sumber dana yang
dimiliki oleh pemerintah.
Aspek persampahan, secara umum tingkat pelayanan persampahan di Jawa Barat
masih rendah, cakupan pelayanan persampahan hingga akhir Tahun 2008 sebesar 53% dan
sekitar 90% pengolahan sampah di TPA masih dilakukan secara open dumping, dengan
kondisi sarana angkutan masih belum memadai. TPA Leuwigajah belum dapat berfungsi
karena masih menghadapi permasalahan sosial dan teknis operasional pasca bencana
longsor. TPA Legoknangka pelaksanaannya mencapai tahap kelayakan teknis, lingkungan,
dan sosial. Oleh karena itu, dalam jangka pendek, permasalahan TPA sampah di
Metropolitan Bandung masih mengandalkan Tempat Pengolahan Kompos Sarimukti sampai
dengan tahun 2010. TPA Nambo hingga akhir Tahun 2008 baru terbentuk Unit Pelaksana
Operasional sebagaimana tercantum dalam Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 31 Tahun
2007 tentang Pusat Pengelolaan Persampahan Jawa Barat. Dengan demikian, pengelolaan
sampah di Kabupaten/Kota Bogor-Kota Depok untuk sementara sampai dengan 2010 masih
dilakukan oleh tempat pembuangan akhir di masing-masing kabupaten/kota.
Tingkat pelayanan pengelolaan limbah domestik hingga akhir tahun 2007, sesuai
dengan data Suseda 2007, terdapat 49,01% rumah tangga yang menggunakan tangki/septik
tank sebagai tempat pembuangan tinja dan sisanya menggunakan kolam/sawah/kebun/
sungai/lubang tanah/lainnya. Kondisi prasarana pengelolaan limbah domestik sampai dengan
saat ini menunjukkan bahwa dari 17 unit Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) hanya 11
unit yang beroperasi dengan baik dan baru 4 kabupaten/kota yang memiliki sistem
penyaluran air limbah domestik perkotaan yaitu Kabupaten Bandung, Kota Bandung, Bogor,
dan Cirebon. Pada saat ini sudah disepakati MoU Pengelolaan Sampah oleh Kabupaten/Kota
di wilayah Metropolitan Bandung dan Bodebek.
Untuk aspek perumahan, backlog rumah pada Tahun 2007 sebesar 980.000 unit dan
diperkirakan akan mencapai 1,164 juta unit pada tahun 2013. Selain itu, terdapat pula 1.035
kawasan kumuh dengan luas sekitar 25.875 ha yang umumnya terdapat di wilayah
perkotaan dan permukiman nelayan. Tingginya backlog rumah dan kawasan kumuh di
perkotaan disebabkan oleh terbatasnya sumber pembiayaan yang berpihak pada masyarakat
PPEEMMEERRIINNTTAAHH PPRROOVVIINNSSII JJAAWWAA BBAARRAATT
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 II - 12
berpenghasilan rendah dan belum seimbangnya pembangunan di perkotaan dan perdesaan
sehingga sulit untuk mengendalikan migrasi penduduk khususnya ke kota-kota besar.
Bidang Politik
Tahun 2008 telah dilaksanakan Pemilihan Gubernur 2008 dan Kepala Daerah
Kabupaten dan Kota berlangsung dengan baik, aman dan terkendali. Walaupun pada Pemilu
Gubernur 2008 mengalami penurunan pemilih menjadi 67,31%, dan rata-rata tingkat
partisipasi pada Pemilu Kepala Daerah di Kabupaten dan kota sebanyak 70%, namun roda
pemerintahan daerah selama Tahun 2008 tetap berjalan kondusif.
Capaian kinerja pembangunan Bidang Politik lainnya ditunjukkan melalui peningkatan
penyampaian aspirasi masyarakat terhadap DPRD, yang pada tahun 2007 sebesar 104
aspirasi dan Tahun 2008 sebanyak 130 aspirasi. Adapun jumlah unjuk rasa yang
disampaikan kepada lembaga DPRD rata-rata mencapai 200 kali selama Tahun 2007-2008.
Bidang Hukum
Dalam pembangunan Bidang Hukum pada periode 2007-2008 dititikberatkan pada
pembentukan kelembagaan dalam perlindungan HAM yang implementasinya melalui
pembentukan Panitia Pelaksana RANHAM tingkat Provinsi dan di 26 kabupaten/kota,
peningkatan kesadaran hukum masyarakat dan Hak Azasi Manusia (HAM) terutama dalam
bidang lingkungan hidup dan pencegahan kekerasan dalam rumah tangga, yang
perkembangannya ditunjukkan dengan adanya gerakan penghijauan di kawasan hutan
lindung yang bersifat swadaya serta tingginya laporan berbagai tindak kekerasan yang
terjadi di rumah tangga melalui aparat penegak hukum.
Selanjutnya terkait dengan penyusunan produk hukum daerah, sepanjang tahun
2007-2008 telah diterbitkan 1645 buah produk hukum daerah yang terdiri dari Peraturan
Daerah sebanyak 35 buah, Peraturan Gubernur sebanyak 158 buah, Keputusan Gubernur
sebanyak 1447 buah dan Instruksi Gubernur sebanyak 5 buah. Sedangkan jumlah perda
inisiatif DPRD yang ditetapkan sebanyak 2 buah yaitu Perda Nomor 3 Tahun 2008 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Perdagangan Orang dan Perda Nomor 10 Tahun 2008
tentang Penyelenggaraan Perlindungan Penyandang Cacat dan kesepakatan bersama
Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan 17 instansi lainnya untuk mendukung penyusunan
Rencana Aksi Daerah Pemberantasan Korupsi (RADPK).
PPEEMMEERRIINNTTAAHH PPRROOVVIINNSSII JJAAWWAA BBAARRAATT
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 II - 13
Bidang Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat
Pembangunan Bidang Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat
pengejawantahannya melalui upaya perlindungan masyarakat (linmas) dan penanganan
tindak pidana kriminal. Pada Tahun 2008 telah tersedia anggota perlindungan masyarakat
(Linmas) sebanyak 1.458.352 orang, sedangkan tindak pidana kriminal yang menonjol
pada Tahun 2008 terdiri atas jenis pencurian kendaraan bermotor, pencurian, penipuan,
narkotika, penganiayaan serta pemerasan.
Bidang Aparatur
Pada Tahun 2008 telah terjadi perubahan struktur organisasi Pemerintah Provinsi
Jawa Barat yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah Nomor 20 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD, Peraturan Daerah
Nomor 21 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas daerah, Peraturan Daerah
Nomor 22 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan
Pembangunan daerah, Lembaga Teknis Daerah dan Satuan Polisi Pamong Praja, Peraturan
Daerah Nomor 23 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Daerah
Provinsi Jawa Barat, dan Peraturan Daerah Nomor 24 Tahun 2008 tentang Lembaga Lain
Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan Peraturan Daerah tersebut jumlah Organisasi Perangkat
daerah (OPD) terdiri dari 1 Sekretariat Daerah dengan 12 Biro dan Sekretariat DPRD, 20
Dinas, 14 Badan, 1 Inspektorat, 3 Rumah Sakit, 1 Kantor dan 3 Lembaga lain, serta 102
UPTD/UPPD.
Pada Tahun 2008 jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Pemerintah
Provinsi Jawa Barat mencapai 14.431 orang, dengan kualifikasi kompetensi pada struktur
pendidikan formal di tingkat SLTA ke bawah sebanyak 7.259 orang atau mencapai 50,30%,
pada jenjang D2 dan D3 sebanyak 1.914 orang atau mencapai 13,26%, Strata 1 sebanyak
4.310 orang atau mencapai 29,87%, Strata 2 sebanyak 933 orang atau mencapai 6,47% dan
pada Strata 3 sebanyak 15 orang atau mencapai 0,10%. Sedangkan dari segi kepangkatan
dan golongan, komposisinya meliputi golongan I sebanyak 516 orang atau 3,58%, golongan
II sebanyak 3.868 orang atau 26,80%, golongan III 8.235 orang atau 57,06% dan golongan
IV sebanyak 1.812 orang atau 12,56%.
Peningkatan kapasitas PNS melalui jalur ijin belajar pada Tahun 2008 untuk jenjang
pendidikan S1 sebanyak 550 orang, S2 sebanyak 83 orang dan S3 sebanyak 11 orang,
PPEEMMEERRIINNTTAAHH PPRROOVVIINNSSII JJAAWWAA BBAARRAATT
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 II - 14
sedangkan malalui jalur tugas belajar untuk jenjang pendidikan S1 sebanyak 1 orang, S2
sebanyak 29 orang, dan S3 sebanyak 2 orang.
Perbaikan dalam pola pelayanan publik, dilakukan melalui pembentukan Pusat
Perijinan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PPTSP) yaitu Badan Pelayanan Perijinan Terpadu
Provinsi Jawa Barat. PPTSP di tingkat provinsi ini merupakan yang pertama di Indonesia,
serta pembinaan PPTSP di 16 kabupaten dan kota, yaitu Kabupaten Indramayu, Majalengka,
Kuningan, Cirebon, Sumedang, Kota Banjar, Ciamis, Kota Tasikmalaya, Kota Bandung,
Kabupaten Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Sukabumi, Kota Sukabumi, Kabupaten Bekasi,
Kabupaten Purwakarta, dan Kabupaten Subang.
Pemberdayaan potensi daerah telah dilakukan kerjasama antar daerah sebanyak 43
buah, kerjasama dengan pihak ketiga sebanyak 35 buah dan kerjasama dengan pihak luar
negeri sebanyak 24 buah, yang dilaksanakan untuk mendukung pengembangan 6 (enam)
core bussinesses (bidang pertanian, kelautan, kepariwisataan, manufaktur, infrastruktur dan
pengembangan sumber daya manusia), serta penyeimbangan pembangunan antar kawasan,
antara lain di kawasan utara dan selatan Jawa Barat.
Bidang Pemerintahan dan Pembangunan Desa
Fokus pembangunan bidang pemerintahan dan pembangunan desa adalah
terselenggaranya bantuan yang diarahkan ke desa yang meliputi Bidang Pertanian Tanaman
Pangan, Bidang Perindustrian dan Perdagangan, Bidang Sosial, Bidang Kesehatan, Bidang
Perikanan, dan Bidang Lingkungan Hidup; pemantapan penyelenggaraan Pemerintahan
Desa; dan Pemantapan Program Raksa Desa.
Bidang Penataan Ruang dan Lingkungan Hidup
Kinerja Penataan Ruang sejak ditetapkannya Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2003
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 telah
memperlihatkan hasil yang positif diberbagai segi kehidupan masyarakat. Namun demikian,
kegiatan penataan ruang Jawa Barat tersebut masih dihadapkan pada berbagai
ketidaksesuaian baik dalam aspek struktur maupun pola ruang. Disamping itu, berbagai
perubahan yang berlangsung di tingkat global maupun nasional, sangat mempengaruhi
perjalanan penataan ruang Jawa Barat kedepan, sehingga perlu direspon dalam sebuah
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi yang mampu menjamin keberlangsungan
pelaksanaannya di masa mendatang. Untuk itu pada Tahun 2008 telah disusun RTRW
Provinsi Jawa Barat 2005-2025 sebagai respon terhadap berbagai perubahan yang terjadi.
PPEEMMEERRIINNTTAAHH PPRROOVVIINNSSII JJAAWWAA BBAARRAATT
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 II - 15
Kondisi Lahan Kritis, luas lahan kritis di luar kawasan lindung Tahun 2008 masih
menunjukkan proporsi yang lebih besar dibandingkan dengan luas lahan kritis di dalam
kawasan lindung. Rehabilitasi lahan kritis dilakukan melalui GRLK (gerakan rehabilitasi lahan
kritis) pada Tahun 2007 target penanganan adalah 120.513 ha dan terealisasi sekitar
178.885,55 ha dan Tahun 2008 target penanganan adalah 119.309 ha.
Kondisi Mitigasi Bencana, Berdasarkan data bencana di Provinsi Jawa Barat,
menunjukan bahwa faktor kesiapan masyarakat dan aparat dalam mengantisipasi serta
menanggulangi bencana alam masih sangat kurang, karena 60% kejadian bencana alam
tanah longsor di Indonesia terjadi di Jawa Barat. Dalam kurun waktu Tahun 2007 terindikasi
kejadian tanah longsor 124 kali, banjir 128 kali, yang gempa 10 kali, kebakaran 29 kali,
angin topan 163 kali, yang menimbulkan korban meninggal 48 jiwa. Jawa Barat masih
menempati urutan pertama sebagai provinsi dengan jumlah kejadian dan korban tewas
terbanyak akibat longsor di Indonesia selama tahun 2008. Data Badan Geologi Tahun 2008
di Jawa Barat terjadi 76 kali longsor dengan jumlah korban meninggal dunia 27 orang dan
13 orang luka-luka, rumah rusak 448 unit dan hancur 64 unit.
Kondisi pencemaran dan kerusakan lingkungan, menunjukkan bahwa pencemaran
dan penurunan kualitas lingkungan air yang terjadi di Sungai Citarum, Cisanggarung,
Citanduy, dan beberapa sungai utama lainnya masih belum menunjukan perbaikan hingga
Tahun 2008. Pencemaran udara di perkotaan, seperti di Bandung, Bogor, Bekasi, dan
Cirebon menunjukkan kualitas udara melebihi ambang batas, yang diakibatkan oleh polutan
debu/partikulat dan karbonmonoksida. Pencemaran air sungai khususnya di Kota Bandung
terkontaminasi dengan limbah cair. yang berasal dari industri domestik, sampah,
pembuangan produk sedot tinja.
2.3. Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah
2.3.1. Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah
Sebagai sebuah perekonomian daerah, tantangan dan prospek perekonomian Jawa
Barat tahun 2010 tidak dapat lepas dari kondisi internal dan eksternal baik level nasional
maupun internasional. Dalam konteks sistem perekonomian terbuka dimana Indonesia
termasuk negara yang menganut dan aktif dalam globalisasi, kinerja makroekonomi nasional
dan daerah cukup rentan dengan gejolak eksternal. Namun signifikan tidaknya efek dari
gejolak eksternal tersebut terhadap perekonomian Jawa Barat tergantung pada karakteristik
ekonomi Jawa Barat dan kekuatan internal.
PPEEMMEERRIINNTTAAHH PPRROOVVIINNSSII JJAAWWAA BBAARRAATT
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 II - 16
Tantangan utama perekonomian Jawa Barat pada tahun 2010 secara internal adalah
pencapaian pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, yakni ekonomi tumbuh yang disertai
dengan pemerataan dan penurunan tingkat kemiskinan secara signifikan sehingga
paradoksal pembangunan ekonomi dapat ditekan. Tantangan utama tersebut melahirkan
tantangan turunan yang terkait dengan pencapaian efisiensi dan produktivitas ekonomi
sektoral sesuai kapasitasnya, mendorong pembangunan wilayah perdesaan dan
meningkatkan keterkaitan ekonomi desa-kota, meningkatkan akses pelaku usaha mikro dan
kecil terhadap sumberdaya ekonomi produktif.
Tantangan lain adalah optimalisasi dalam mendayagunakan angkatan kerja lokal
sehingga mampu mengakses peluang kerja yang berkembang, dan menurunkan tingkat
pengangguran. Tantangan berikutnya adalah pertambahan jumlah penduduk dan daya
dukung lingkungan. Kekeringan, banjir, pencemaran air, penggundulan hutan, abrasi pantai,
pencemaran udara, penumpukan sampah merupakan masalah serius yang bisa mengganggu
sustainabilitas perekonomian daerah.
Tantangan secara eksternal di tingkat nasional adalah tuntutan pengelolaan ekonomi
daerah yang tepat dalam kerangka pembangunan nasional, penataan ekonomi yang berdaya
saing dan iklim investasi yang semakin kondusif di daerah-daerah lain. Sedangkan tantangan
secara global terkait dengan standarisasi produk, persaingan produk yang sama dari negara
lain, tuntutan konsumen asing yang semakin tinggi.
Pada saat yang bersamaan, dinamika ekonomi nasional dan global pun menawarkan
prospek yang cukup menjanjikan di tahun 2010. Siklus bisnis negara-negara maju diprediksi
akan mencapai titik terendahnya pada tahun 2009 dan pemulihan makroekonomi dunia akan
berlangsung lebih cepat yakni pada triwulan terakhir tahun 2009 jika upaya stimulus fiskal
dan restrukturisasi perbankan berjalan efektif. Banyak pihak optimis dengan keberhasilan
program stimulus fiskal tersebut sehingga yakin ekonomi dunia akan meningkat lagi pada
awal tahun 2010 dan tumbuh sekalipun belum dalam jalur tren pertumbuhan normal.
Membaiknya ekonomi dunia tentu saja akan memberikan dampak positif bagi
ekonomi nasional dan daerah Jawa Barat. Selain itu keunggulan daerah yang membentuk
kapasitas ekonomi untuk tumbuh cukup positif akan turut memperkuat pencapaian
pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dibandingkan dengan tahun 2009.
Berdasarkan perkiraan IMF dalam World Economic Outlook (WEO) 2009,
pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2010 mencapai 3%, meningkat signifikan dibandingkan
dengan proyeksi untuk tahun 2009 yang hanya mencapai 0.5%. Amerika Serikat (AS) pada
tahun 2010 diperkirakan akan tumbuh sebesar 1,6%, Uni Eropa (UE) 0,2%, dan Jepang
PPEEMMEERRIINNTTAAHH PPRROOVVIINNSSII JJAAWWAA BBAARRAATT
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 II - 17
0,6%. Membaiknya kinerja pertumbuhan ekonomi dunia ini akan mendorong peningkatan
permintaan untuk konsumsi pangan maupun non-pangan sehingga peluang ekspor dari
Indonesia termasuk Jawa Barat akan mulai pulih kembali.
Bank Indonesia dalam buku Outlook Ekonomi Indonesia 2009-2014 memperkirakan
kondisi perekonomian nasional akan membaik pada tahun 2010, berdasarkann asumsi
membaiknya kinerja ekspor, peningkatan konsumsi masyarakat (efek perbaikan kinerja
ekspor dan peningkatan penyerapan tenaga kerja), meningkatnya investasi sebagai akibat
meningkatnya aliran FDI (membaiknya iklim investasi domestik dan global), dukungan
pengeluaran pemerintah, nilai tukar cenderung stabil, tekanan inflasi menurun. Potensi
tekanan inflasi tahun ini diperkirakan akan berkurang sejalan dengan tren penurunan harga
komoditas dunia. Tekanan dari sisi harga minyak diperkirakan akan mulai muncul pada 2010
seiring dengan perkiraan membaiknya perekonomian dunia, sehingga besarnya inflasi pada
tahun 2010 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan tahun 2009.
Dengan demikian, permintaan domestik diperkirakan akan tetap menjadi kekuatan
utama pertumbuhan ekonomi dan kinerja ekspor akan kembali mengalami penguatan sejalan
dengan mulai pulihnya perekonomian global pada tahun 2010. Penguatan sisi permintaan
domestik ini mampu diimbangi dengan meningkatnya daya dukung kapasitas perekonomian,
sehingga mampu menjaga kecukupan di sisi produksi
Kapasitas perekonomian domestik Jawa Barat diperkirakan lebih tinggi dari nasional
karena keunggulan daerah dari dominasi sektor industri pengolahan yang didukung oleh
industri kreatif yang melekat pada pencapaian value added yang lebih tinggi pada sub
sektor, terutama sub sektor tekstil, pakaian dan alas kaki, sub sektor industri makanan, sub
sektor industri pengolahan lainnya yakni kerajinan tangan, dan juga pada produksi jasa
berbasis teknologi informasi dan seni. Program restrukturisasi mesin Tekstil dan Produk
Tekstil (TPT) yang telah berjalan sejak tahun 2007, diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan sub sektor ini merespon permintaan ekspor. Selain itu potensi agribisnis
terutama dari sub sektor tanaman pangan dan perikanan yang memasok kebutuhan pasar
ibukota negara, memiliki kapasitas untuk terus ditingkatkan. Pertumbuhan sektor PHR pun
akan memperkuat pencapaian kondisi ekonomi yang lebih baik untuk tahun 2010. Pada
Tahun 2008 Pemerintah Provinsi telah mencanangkan program “ West Java Tourism Board
2008”, sehingga diperkirakan kunjungan wisatawan asing dan domestik akan meningkat.
Keunggulan lain adalah keunggulan lokasi yang menarik sebagai daerah tujuan
investasi. PMA di Jawa Barat berpotensi meningkat sebagai dampak membaiknya PMA global
pada akhir Tahun 2009 yang didorong oleh berakhirnya resesi di semester II-2009, sehingga
PPEEMMEERRIINNTTAAHH PPRROOVVIINNSSII JJAAWWAA BBAARRAATT
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 II - 18
kawasan industri terutama di wilayah Bogor, Bekasi, Karawang, Bandung, Cimahi akan
kembali menerima aliran PMA tersebut. Implementasi program Pelayanan Perijinan Terpadu
Satu Pintu baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota diperkirakan akan semakin
mendukung peningkatan penanaman modal di Jawa Barat.
Prospek di atas diperkuat dengan optimisme munculnya kepemimpinan baru di
tingkat nasional yang lebih visioner yang mampu membentuk persepsi serta ekspektasi pasar
yang positif.
2.3.2. Arah Kebijakan Perekonomian Daerah
Berdasarkan tantangan dan prospek perekonomian daerah, proyeksi makro ekonomi
Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 2.4 di bawah ini.
Tabel 2.4.Proyeksi Kondisi Perekonomian Regional Makro Tahun 2010
No INDIKATOR Rencana Tahun 2009*)
Rencana Tahun 2010**)
1. a. Jumlah Penduduk 43,24 juta jiwa 44,09 juta jiwab. Laju Pertumbuhan Penduduk 1,99% 1,99%
2. Laju Pertumbuhan Ekonomi 5,5% – 6,5% 4,6% - 5,06%3. Inflasi 6,5% - 7,5% 6% - 7%4. PDRB adh Konstan Tahun 2000 Rp. 307,97
TrilyunRp. 314,67 – 316,19
Trilyun5. Jumlah Keluarga Miskin <21,20% (<9 juta) <21,20% (<9 juta)6. Laju Pertumbuhan Investasi >14% 12,43%7. IPM 72,31 73,51
a. Indeks Pendidikan 83,09 83,46b. Indeks Kesehatan 72,44 73,79c. Indeks Daya Beli 61,39 63,28
8. Proporsi Pengangguran <9,8% <9,8%9. Investasi Rp 110,08 Trilyun Rp.116,65 – 122,79 Trilyun10. LP Pertanian 7,61% -8,73% 2,8% - 3,62%11. LP Industri 6,40%- 6,52% 5,3% - 6,34%12. LP Perdagangan 7,36% -7,53% 4,8% - 6,17%Sumber : *) Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 33 Tahun 2008 tentang Rencana Kerja
Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009**) Hasil Analisis BAPPEDA Provinsi Jawa Barat Tahun 2009
Proyeksi Tahun 2010 diperoleh berdasarkan tren sebagai fungsi dari waktu yang juga
mengakomodir fenomena faktual yang terjadi di tingkat nasional dan global. Sesuai data
historis yang menunjukan kapasitas dan karakteristik perekonomian Jawa Barat, ekonomi
Jawa Barat diprediksikan akan tumbuh pada kisaran 4,6% - 5,06 %. Dengan demikian PDRB
Jawa Barat berdasarkan harga koknstan Tahun 2000 pada Tahun 2010 diperkirakan sebesar
Rp. 314,67 triliun - Rp. 316,19 triliun. Laju pertumbuhan investasi diperkirakan sebesar
PPEEMMEERRIINNTTAAHH PPRROOVVIINNSSII JJAAWWAA BBAARRAATT
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 II - 19
12, 43% sehingga investasi (PMTB atas dasar harga berlaku) diproyeksikan pada kisaran
Rp.116, 65 triliun – Rp. 122,79 triliun.
Berdasarkan tantangan dan prospek perekonomian daerah, maka arah kebijakan
perekonomian daerah pada Tahun 2010 dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Orientasi pembangunan sektoral pada peningkatan produktivitas sektor pertanian dan
perluasan produk agroindustri, penguatan kontribusi sektor industri pengolahan
terhadap PDRB, pengembangan ekowisata, agrowisata, wisata budaya, peningkatan
pemanfaatan energi potensial panas bumi dan air. Prasyarat dalam implementasinya
adalah ketersediaan infrastruktur fisik yang memadai, peningkatan pengetahuan dan
skill pelaku ekonomi serta penguatan kelembagaan.
2. Dimensi kewilayahan diarahkan membangun perdesaan dalam rangka meningkatkan
keterkaitan ekonomi desa dengan kota melalui implementasi model-model
pembangunan perdesaan yang relevan dengan karakteristiknya.
3. Mendorong dan memfasilitasi kemitraan antara pengusaha besar-menengah dengan
pelaku usaha mikro dan kecil.
4. Meningkatkan efektivitas Pelayanan Perijinan Terpadu Satu Pintu.
5. Memantapkan infrastruktur wilayah.
6. Memperkuat rantai nilai komoditas unggulan yang berdaya saing tinggi.
2.4. Isu Strategis
Berdasarkan evaluasi kinerja pembangunan daerah yang telah dilakukan dan
identifikasi masalah yang ada, ditetapkan isu-isu strategis pembangunan daerah Tahun 2010
sebagai berikut :
A. Penanggulangan Penduduk Miskin dan Pengangguran
Jumlah Penduduk Jawat Barat pada Tahun 2008 berjumlah 42,194 juta orang, namun
dari sisi kualitas pendidikan yang masih belum baik, akses kepada kesehatan yang masih
kurang, pendapatan yang rendah, kebutuhan kalori belum mencukupi mengakibatkan masih
tingginya angka kemiskinan. Dampak dari kemiskinan tersebut adalah ketidak cukupan
pengeluaran/ belanja, kesehatan yang rendah, pendidikan rendah atau buta huruf, terisolir
secara sosial, rasa tidak aman, kurangnya kebebasan dan beraspirasi, serta
ketidakberdayaan. Penurunan penduduk miskin harus dilakukan secara komprehensif yang
melibatkan berbagai komponen/stakeholder.
PPEEMMEERRIINNTTAAHH PPRROOVVIINNSSII JJAAWWAA BBAARRAATT
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 II - 20
Masalah kemiskinan dan pengangguran masih merupakan persoalan yang belum
terselesaikan dari tahun-tahun sebelumnya, pada Tahun 2008 mencapai 2.262.407 orang.
Munculnya permasalahan baru yang menyebabkan kecenderungan meningkatnya kemiskinan
dan pengangguran yang disebabkan oleh faktor eksternal yaitu krisis ekonomi global yang
menimbulkan pemutusan hubungan kerja, serta masih rendahnya tingkat pendapatan
masyarakat khususnya kalangan petani akibat dari masih rendahnya nilai tukar produk
pertanian dan fluktuasi harga produk pertanian.
B. Kinerja Pemerintah Daerah dan Desa
Pembangunan bidang pemerintahan dari tahun ke tahun terus mengalami kemajuan
dan peningkatan yang ditunjukkan oleh beberapa capaian kinerja pembangunan bidang
aparatur, politik, hukum, serta ketertiban umum dan ketentraman masyarakat. Kinerja
pemerintahan adalah perwujudan good governance dengan ciri transparancy (keterbukaan),
faerness (kewajaran), responsibility (tanggung jawab yang jelas), dan efficiency
(peningkatan efisiensi) di segala bidang. Saat ini upaya perwujudan good governance
dilakukan melalui reformasi birokrasi antara lain dengan penataan organisasi, perbaikan
pelayanan publik, dan perbaikan manajemen sumberdaya manusia aparatur.
Belum optimalnya implementasi Good Governance antara lain; keterbukaan,
kewajaran, tanggungjawab yang jelas, dan efisiensi di segala bidang. Sinergitas
pembangunan antar pemerintah, provinsi dan kab kota, serta desa belum optimal. Dalam
pelaksanaan pembangunan implementasi pendekatan top down dan buttom up dalam
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, masih belum menunjukkan sinergitas. Pada
aspek kualitas dan kuantitas SDM dan Sarana-prasarana Aparatur masih perlu ditingkatkan.
Masih lemahnya peran desa sebagai subjek pembangunan sampai tahun 2008, peran
desa sebagai subjek pembangunan merupakan komitmen pemerintah Provinsi Jawa Barat
dalam pertumbuhan ekonomi daerah perlu dioptimalkan. Pelu optimalisasi Fokus desa
membangun sebagai subyek pembangunan yaitu terselenggaranya tugas pembantuan dari
Pusat dan Provinsi ke Desa yang operasionalnya untuk penguatan kelembagaan pemerintah
desa dan masyarakat di desa.
C. Ketersediaan dan Kualitas Infrastruktur Wilayah
Kebutuhan infrastruktur wilayah tidak terlepas dari fungsi dan peranannya terhadap
pembangunan wilayah sebagai pengarah pembentukan struktur tata ruang, pemenuhan
PPEEMMEERRIINNTTAAHH PPRROOVVIINNSSII JJAAWWAA BBAARRAATT
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 II - 21
kebutuhan wilayah, pemacu pertumbuhan wilayah serta pengikat wilayah. Rendahnya
pelayanan infrastruktur wilayah baik dari segi ketersediaan dan kualitas masih merupakan
persoalan besar di Jawa Barat yang harus segera diatasi karena dapat menghambat laju
pembangunan daerah.
Berdasarkan hasil evaluasi tahun 2008, maka untuk meningkatkan ketersediaan dan
kualitas infrastruktur wilayah, pada tahun 2010 perlu dioptimalkan beberapa hal sebagai
berikut: (a) pengembangan infrastruktur strategis yang telah direncanakan pada tahap
sebelumnya, seperti bandar udara, pelabuhan laut, jalan tol, jalur kereta api, dan waduk
strategis (b) penuntasan penanganan jalan dan peningkatan status jalan lintas selatan Jawa
Barat menjadi jalan nasional, (c) perintisan pembangunan jalan poros tengah Bandung-
Pangalengan-Rancabuaya, (d) pengembangan sistem transportasi dalam mendukung
aksesibilitas antar wilayah, (e) rehabilitasi daerah irigasi strategis, (f) optimalisasi fungsi situ
dan waduk sebagai infrastruktur penyedia air baku dan pengendali banjir, dan (g) sistem
pengelolaan, kualitas, kuantitas dan kontinuitas ketersediaan air baku untuk menunjang
kegiatan rumah tangga, pertanian dan industri.
D. Intensitas Bencana Alam, Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan
Kekeringan, banjir, tanah longsor, pencemaran dan kerusakan lingkungan,
merupakan kejadian yang rutin terjadi di Jawa Barat. Sedangkan gempa bumi, letusan
gunung api, dan angin ribut merupakan bencana alam yang dapat terjadi insidentil.
Berdasarkan kondisi tersebut maka pengendalian bencana alam yang bersifat rutin harus
diantisipasi secara sinergis dan tuntas.
Permasalahan dalam penanggulangan bencana alam, pencemaran dan kerusakan
Lingkungan sampai dengan Tahun 2008 adalah;
1. Penanganan bencana alam, pencemaran dan kerusakan lingkungan cenderung
dilakukan secara kuratif.
2. Implementasi rencana tata ruang wilayah belum konsisten
3. Pengawasan, penegakan hukum dalam bidang pencemaran dan kerusakan
lingkungan belum optimal.
4. Belum berkembangnya budaya masyarakat dan pelaku usaha dalam pelestarian
lingkungan.
PPEEMMEERRIINNTTAAHH PPRROOVVIINNSSII JJAAWWAA BBAARRAATT
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 II - 22
5. Belum adanya penanganan bencana alam dan pencemaran secara tuntas dan
komprehensif.
E. Aksesibilitas dan Pelayanan Pendidikan
Upaya pembangunan pendidikan di Jawa Barat tidak terlepas dari 3 (tiga) Pilar
pendidikan yang terdiri dari aspek pemerataan dan perluasan aksesibilitas, aspek
peningkatan mutu, relevansi dan daya saing, serta aspek tata kelola, akuntabilitas dan
pencitraan publik.
Pasa aspek pemerataan dan perluasan aksesibilitas, yang menjadi isu utama pada
tahun 2010 adalah penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun dan Rancangan
Wajib Belajar 12 Tahun di kabupaten/kota se-Jawa Barat. Kedua isu tersebut akan
berimplikasi pada tantangan penyediaan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai,
serta pembebasan biaya pendidikan khususnya pendidikan dasar.
Adapun dalam rangka peningkatan mutu, relevansi dan daya saing pendidikan,
strategi pengembangan dan pengelolaan Sekolah Bertaraf International (SBI) serta
peningkatan kualifikasi pendidikan guru menjadi S1 adalah menjadi perhatian utama pada
tahun 2010. Penanganan SBI selaras dengan urusan pemerintahan Provinsi berdasarkan
Peraturan Pemerintah No.38 Tahun 2007. Sedangkan peningkatan kualifikasi guru menjadi
prasyarat bagi proses sertifikasi guru dan peningkatan mutu penyelenggaraan pendidikan.
Untuk aspek tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik, difokuskan pada upaya
implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Pendidikan Berbasis Masyarakat
(PBM),standarisasi pelayanan pendidikan, serta pengelolaan data dan informasi pendidikan.
Penerapan MBS dan PBM merupakan media untuk meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam penyelenggaraan dan pengawasan proses pendidikan. Adapun standarisasi pelayanan
pendidikan merupakan syarat bagi terlaksananya peningkatan kualitas layanan pendidikan.
Sedangkan penyediaan data dan informasi pendidikan yang akuntabel dan bersifat kekinian,
menjadi kebutuhan dasar bagi proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan
pendidikan.
F. Ketersediaan dan Diversifikasi Energi
Kebutuhan energi yang meningkat seiring pertumbuhan penduduk tidak diimbangi
dengan peningkatan penyediaan yang pada akhirnya dihadapkan pada masalah kerentanan
energi yang berpotensi terhadap terjadinya krisis energi. Hal ini merupakan ancaman serius
PPEEMMEERRIINNTTAAHH PPRROOVVIINNSSII JJAAWWAA BBAARRAATT
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 II - 23
yang dapat mengganggu proses pembangunan di Jawa Barat. Meningkatnya konsumsi
energi khususnya bahan bakar minyak, kenaikan harga dan kelangkaan BBM secara
langsung memberikan implikasi terhadap pasokan listrik Jawa Barat dan penggunaan energi
secara langsung. Tahun 2010 diperkirakan krisis energi masih menjadi permasalahan utama.
Secara umum kebutuhan energi Indonesia masih sangat tergantung dari energi fuel
terutama BBM, sedangkan persediaan energi fosil sudah semakin berkurang.
Konservasi energi perlu terus dilakukan guna menghemat pemanfaatan energi secara
keseluruhan. Di sisi lain upaya divertifikasi energi perlu terus ditingkatkan melalui
pemanfaatan energi alternatif seperti biomassa untuk kebutuhan rumah tangga masyarakat
perdesaan. Pengembangan energi PLTMH, surya dan angin untuk mendorong kemajuan
masyarakat desa serta mendorong pemanfaatan energi panas bumi untuk kebutuhan listrik
nasional.
Pada Tahun 2008 diidentifikasikan permasalahan-permasalahan umum sehubungan
dengan ketersediaan energi sebagai berikut :
1. Tingginya ketidak-seimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan konsumsi energi
untuk industri dan rumah tangga.
2. Struktur pemanfaatan energi primer masih berbasis kepada energi komersial (migas).
3. Masih terbatasnya akses masyarakat terhadap sumber daya energi migas, non migas
dan listrik.
4. Masih rendahnya rasio eletrifikasi.
5. Rendahnya kemampuan dan akses masyarakat terhadap infrastruktur energi.
G. Ketahanan Pangan
Jumlah penduduk Jawa Barat yang relatif besar dan terus mengalami pertumbuhan
dengan tingkat pertumbuhan yang lebih besar daripada pertumbuhan penduduk merupakan
tantangan yang besar dalam pembangunan ketahanan pangan. Kondisi tersebut
mengimplikasikan adanya tingkat permintaan pangan dan diperlukannya ketertersediaan
pangan yang besar dan harus terus ditingkatkan. Dengan demikian pembangunan ketahanan
pangan pada periode berikut khususnya dari sisi aspek ketersediaan dituntut untuk mampu
meningkatkan kapasitas produksi dari waktu ke waktu, sementara di lain pihak ketersediaan
lahan baik secara kuantitas maupun kualitas semakin terbatas.
Jawa Barat tidak hanya merupakan wilayah provinsi dengan jumlah penduduk
terbesar tetapi juga tingkat pertumbuhan penduduknya lebih besar daripada rata-rata
PPEEMMEERRIINNTTAAHH PPRROOVVIINNSSII JJAAWWAA BBAARRAATT
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 II - 24
tingkat pertumbuhan penduduk nasional yang hanya 1,27 persen per tahun, sedangkan
Jawa Barat dalam lima tahun terakhir ini pertumbuhan penduduknya lebih dari 2 persen per
tahun. Peningkatan permintaan tidak hanya dodorong oleh adanya pertumbuhan penduduk,
tetapi juga peningkatan pendapatan perkapita, serta oleh adanya kesadaran akan kesehatan
serta pergeseran pola makan
Dinamika sosial-budaya, ekonomi dan politik baik yang sifatnya internal maupun
eksternal di tingkat daerah menyebabkan upaya mewujudkan ketahanan pangan dihadapkan
pada berbagai permasalahan dan tantangan, serta adanya perkembangan berbagai potensi
dan peluang yang harus diantisipasi, diatasi dan dimanfaatkan demi terwujudnya ketahanan
pangan pada periode-periode berikutnya. Pencapaian AKG (Angka Kekurangan Gizi) yang
belum terjadi secara merata baik antar golongan masyarakat maupun antar wilayah
pedesaan dan perkotaan. Sistem distribusi pangan yang belum optimal menjadi salah satu
pemicu timbulnya masalah pada subsistem ketersediaan pangan dan konsumsi.
Secara detail, permasalahan strategis yang dihadapi pembangunan ketahanan
pangan dari sisi ketersediaan di Jawa Barat untuk periode 2009-2013 adalah: :
1. Tidak seimbangnya laju peningkatan produksi dan kebutuhan konsumsi, akibat dari
tingginya alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian, tingginya jumlah penduduk, dan
menurunnya daya dukung lingkungan
2. Rendahnya sebagian besar ketersediaan bahan pangan pokok diluar padi
3. Rendahnya daya beli masyarakat terhadap pemenuhan kebutuhan bahan pangan
pokok
4. Masih lemahnya kemandirian produksi bahan pangan
5. Tingginya ketergantungan pangan pokok terhadap beras
6. Tingginya wilayah rawan pangan (25,3% di Jawa Barat)
7. Masih tingginya proporsi kehilangan hasil pada penanganan pascapanen
8. Penganekaragaman/diversifikasi pangan masih rendah, skor PPH belum mencapai
angka ideal
9. Rendahnya pengendalian mutu dan keamanan pangan meningkat.
10. Sistem distribusi pangan yang belum efisien
11. Perkembangan harga yang masih sangat fluktuatif dan cenderung meningkat
12. Masih lemahnya dukungan infrastruktur produksi pangan
13. Masih lemahnya ketersediaan input produksi pertanian
PPEEMMEERRIINNTTAAHH PPRROOVVIINNSSII JJAAWWAA BBAARRAATT
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 II - 25
H. Optimalisasi Pemanfaatan Ruang Untuk Investasi
Sampai dengan saat ini pemanfaatan ruang untuk investasi di Jawa Barat masih
sangat terbatas dilain pihak potensi pengembangan investasi tersebut sangatlah besar,
seperti tingginya aksesibilitas orang, barang dan jasa, kedekatan lokasi dengan ibukota,
sarana dan prasarana pendukung yang cukup memadai (bandara, pelabuhan, angkutan
massal, dsb.), potensi sumber daya alam yang tinggi, serta sumber daya manusia yang
potensial.
Berdasarkan hal diatas, optimalisasi pemanfaatan ruang untuk investasi menjadi isu
strategis di Jawa Barat. Optimalisasi dilakukan dengan mengembangkan Kawasan Andalan,
Koridor, Kawasan Perbatasan antar Propinsi, Kawasan Strategis Provinsi. Kawasan andalan
merupakan kawasan yang sampai saat ini masih belum bisa memberikan kontribusi yang
besar dari sisi ekonomi, demikian halnya dengan Kawasan Koridor seperti Koridor Bandung-
Cirebon dan Bandung-Jakarta. Untuk Kawasan Perbatasan antar provinsi seperti di Jabar-
Jateng kondisi saat ini belum ada kerjasama yang memadai untuk mengembangkan ekonomi
wilayah padahal potensi perekonomian di kawasan tersebut sangatlah memadai seperti
adanya komoditi unggul, sarana dan prasarana pendukung, dsb. Kawasan strategis provinsi
ditetapkan salah satunya oleh alasan ekonomi, seperti Kawasan Ekonomi Khusus Indonesia
di Bekasi-Cikampek.
Pada Tahun 2008 diidentifikasikan permasalahan-permasalahan umum sehubungan
dengan Optimalisasi Pemanfaatan Ruang Untuk Investasi sebagai berikut :
1. Tersedianya potensi objek-objek strategis yang memiliki peluang investasi, seperti:
pembangunan bandara, pelabuhan laut, pengairan, angkutan massal, serta
pengembangan energi panas bumi, pariwisata, agribisnis, bisnis kelautan, dan industri
2. Masih adanya kendala regulasi dan birokratisasi dalam pelayanan proses investasi
I. Intensitas dan Penyebaran Penyakit
Intensitas dan penyebaran penyakit di Jawa Barat, masih merupakan isu srategis
ditandai dengan masih tingginya berbagai kasus penyakit, yang dipengaruhi oleh kondisi
alam yang sulit diprediksi, perilaku masyarakat yang belum menunjukan kesadaran dalam
berperilaku hidup sehat dan bersih. Penyakit seperti penyakit TB paru, penyakit ISPA, HIV /
AIDS dan penyakit menular seksual dan demam berdarah sampai Tahun 2008 masih
menunjukkan intensitas tinggi. Penyebaran penyakit menular sexual terutama HIV-AIDS
merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian serius oleh pelaksana
PPEEMMEERRIINNTTAAHH PPRROOVVIINNSSII JJAAWWAA BBAARRAATT
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 II - 26
pelayanan kesehatan di semua sektor dan level termasuk tingkat kabupaten / kota. Penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD) di masyarakat masih terus terjadi di berbagai wilayah
termasuk di beberapa wilayah Jawa Barat, demikian juga penyakit malaria merupakan
penyakit endemik di beberapa daerah di Jawa Barat.
J. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Perilaku sehat meliputi Rumah tangga sehat, bayi yang mendapat ASI ekklusif, desa
dengan garam yodium baik dan keberadaan posyandu purnama. Sampai Tahun 2008
masalah dalam implementasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah sebagai berikut:
1. Masih rendahnya kesadaran untuk berperilaku hidup sehat dikalangan masyarakat,
seperti: kebiasaan merokok, pola konsumsi makanan yang tidak cukup gizi dan
seimbang, menjaga kebersihan diri, serta kurang berolahraga .
2. Keterbatasan sarana-prasarana penunjang prilaku hidup bersih dan sehat, seperti:
MCK, lapang olah raga, tempat sampah, dan drainage
K. Investasi Daerah dan Pembiayaan KUMKM
Realisasi Investasi PMA dan PMDN pada Tahun 2008 sebesar Rp. 39,667 triyun,
angka ini merupakan pencapaian pertumbuhan terbesar, yaitu sebesar Rp. 18,69 triyun atau
89,08 %, jika dibandingkan dengan Tahun 2007 sebesar Rp. 23,545 triyun. Secara
keseluruhan nilai realisasi investasi PMA dan PMDN mengalami peningkatan dari, 14,15
triyun pada Tahun 2004, menjadi Rp. 18,37 triyun Tahun 2005 , dan Tahun 2006 sebesar
23,73 triyun hingga Tahun 2008 mencapai Rp. 39,667 triyun. Gambaran ini menunjukan
terjadinya kecenderungan peningkatan investasi yang merupakan kontribusi dari investasi
PMA maupun PMDN sebagai dampak membaiknya iklim investasi.
Realisasi investasi PMA di Jawa Barat bila dibandingkan jumlah PMA Nasional
menduduki peringkat ketiga yaitu mencapai sebesar 12,8%, sedangkan untuk realisasi
investasi PMDN, Provinsi Jawa Barat menduduki peringkat pertama mencapai 32,5% dari
jumlah investasi. Sektor Tersier merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar
dalam pencapaian perkembangan investasi di Jawa Barat baik PMA maupun PMDN, yaitu
sektor industri mencapai 19,37% dari realisasi investasi.
Permasalahan yang terkait dengan pengembangan investasi adalah belum efektifnya
regulasi yang berkaitan dengan penanaman modal; belum terwujudnya stabilitas politik,
keamanan, dan penegakkan hukum; belum tersedianya informasi akurat yang dibutuhkan
PPEEMMEERRIINNTTAAHH PPRROOVVIINNSSII JJAAWWAA BBAARRAATT
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 II - 27
calon investor; serta masih terdapatnya kecenderungan ekonomi biaya tinggi dalam
pelaksanaan investasi. Untuk itu upaya yang telah dilakukan adalah melalui kebijakan di
bidang penanaman modal terkait dengan stabilitas politik, keamanan, dan penegakkan
hukum; penyederhanaan pelaksanaan prosedur investasi melalui pembentukan
Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PPTSP); serta peningkatan partisipasi
sektor swasta dalam pemenuhan kebutuhan investasi.
Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (KUMKM) merupakan bagian penting
yang mencerminkan kemajuan kesejahteraan bagi sebagain besar masyarakat. Hal tersebut
ditunjukkan oleh besarnya potensi KUMKM di Jawa Barat yang mencapai 7,3 juta pada
Tahun 2007 dengan kontribusi terhadap pembentukan PDRB sebesar 63,15%. Permasalahan
yang dihadapi dalam pengembangan KUMKM adalah masih rendahnya kualitas sumberdaya
manusia seperti kurang terampilannya SDM dan kurangnya jiwa kewirausahaan, rendahnya
penguasaan teknologi dan manajemen, serta informasi pasar, sehingga berdampak terhadap
rendahnya tingkat produktivitas dan kualitas pengelolaan manajemen. Demikian pula
terbatasnya akses pembiayaan yang masih dihadapi oleh sebagian besar pelaku usaha kecil
dan menengah, terutama terhadap akses kredit investasi; dan kerja sama antara KUKM,
IKM, BUMD, dan pengusaha besar.
L. Pengarusutamaan Gender
Pengarusutamaan gender adalah Sebuah proses yang memasukan analisa gender ke
dalam program-program kerja dan seluruh kegiatan instansi pemerintah dan organisasi
kemasyarakatan lainnya, mulai dari tahap perencanaan program, pelaksanaan program
sampai monitoring dan evaluasi program tersebut. Adapun tujuan pengarusutamaan gender
ini adalah untuk mengidentifikasi apakah laki-laki dan perempuan memperoleh akses,
peluang, kontrol dan manfaat yang sama terhadap sumber daya dan hasil pembangunan.
Pencapaian keadilan dan kesetaraan gender masih ditemukan adanya kesenjangan
antara kebijakan yang berpihak pada keadilan gender pada semua aspek pembangunan,
masih lemahnya implementasi kesetaraan gender dalam berbagai aktivitas kehidupan, masih
tingginya kasus-kasus gender, antar lain KDRT, traficking, kurangnya kaum pria ikut dalam
KB, serta kerawanan sosial lainnya.
PPEEMMEERRIINNTTAAHH PPRROOVVIINNSSII JJAAWWAA BBAARRAATT
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 II - 28
M. Ketersediaan Lapangan Pekerjaan
Realisasi Penyerapan tengaga kerja oleh investasi PMA/PMDN pada Tahun 2008
menunjukan bahwa sektor industri tekstil masih merupakan lapangan usaha yang paling
banyak menyerap tenaga kerja. Dari 110.527 orang tenaga kerja Jawa Barat yang bekerja
30,16 persen bekerja di sektor industri Tekstil, 15,78 % di sektor industri Logam,Mesin dan
elektronik, 10,84 di sektor kendaraan bermotor dan alat transportasi serta sebesar 26,06 %
tersebar di berbagai sektor seperti pertanian, perkebunan dll. Tampak dari sisi penyerapan
tenaga kerja pada sektor sektor yang ada sektor industri tekstil, industri logam paling
banyak dipilih fihak investor.
Nilai investasi yang tertanam pada sektor primer pada Tahun 2008 sebesar
Rp.37,483 Milyar yang terdiri dari investasi pada Tanaman Pangan dan Perkebunan sebesar
Rp.7,305 Milyar dan Peternakan sebesar Rp.30,178 Milyar, sedangkan pada Tahun 2007
sebesar Rp. 89,146 Milyar. Hal ini terjadi penurunan dibandingkan Tahun sebelumnya,
sehingga mengurangi penyerapan tenaga kerja dan jumlah proyek.Sedangkan pada sektor
Sekunder dan tersier terjadi kenaikan Rp. 22.088 Milyar dan Rp. 1.410 Milyar, sehingga
terjadi kenaikan penyerapan kerja.
Menurut Suseda, 2008. Jumlah Penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha di
Jawa Barat sebanyak 18.357.579 orang dengan perincian sebagai berikut : Sektor Pertanian
4.792.098 ; sektor Industri 3.089.183; sektor Perdagangan 4.316.064; sektor Jasa 3.048.950
dan yang lainnya sebanyak 3.111.284 orang.
Dari Jumlah Penduduk Jawa Barat Sebanyak 42.194.869 orang, dengan Jumlah
yang bekerja 18.357.579 orang, dan pengangguran 2.262.407.Melihat data tersebut Jumlah
yang belum bekerja di Jawa Barat tergolong pasih banyak , untuk itu diperlukan adanya
ketersediaan Lapangan pekerjaan terutama di sektor pertanian.
Masalah dalam ketersediaann lapangan kerja adalah sebagai berikut:
1. Masih tingginya ketidakseimbangan antara ketersediaan dengan kebutuhan lapangan
pekerjaan di Jawa Barat
2. Belum meratanya peluang serta rendahnya aksesibilitas kesempatan kerja pada
berbagai sektor unggulan yang sesuai dengan sebagian besar kondisi kompetensi SDM
tenaga kerja Jawa Barat
3. Kurangnya minat investasi terhadap sektor-sektor tertentu, seperti: pertanian dan
industri kecil
PPEEMMEERRIINNTTAAHH PPRROOVVIINNSSII JJAAWWAA BBAARRAATT
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 II - 29
4. Rendahnya kompetensi tenaga kerja yang bersertifikat standar Asean
5. Masih tingginya perkembangan Tenaga Kerja ke luar negeri.
Laju Pertumbuhan Investasi. Laju pertumbuhan investasi yang ditanamkan di
Jawa Barat melalui Penanaman Moda Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) pada periode tahun 2004-2008 memperlihatkan kecendrungan meningkat. Kondis ini
memberikan sinyalemen bahwa iklim investasi di Jawa Barat cukup memberikan peluang
para investor untuk menanamkan investasinya di Jawa Barat. Pada periode 2004-2008, rata-
rata pertumbuhan investasi PMA dan PMDN adalah di atas 14%, yaitu 18,55% per tahun.
Realisasi investasi PMA dan PMDN pada Tahun 2008 sebesar Rp. 29,60 trilyun dan
angka ini merupakan pencapaian pertumbuhan terbesar, yaitu sbesar 6,05 trilyun atau
meningkat 25,70% jika disbanding dengan Tahun 2007 sebesar Rp. 23,55 trilyun. Secara
keseluruhan nilai realisasi investasi PMA dan PMDN mengalami peningkatan dari Rp. 14,15
trilyun pada Tahun 2004, menjadi Rp. 18,37 trilyun Tahun 2005, pada Tahun 2006 sebesar
Rp. 23,73 trilyun, Tahun 2007 sebesar Rp. 20,85 trilyun, hingga Tahun 2008 mencapai
Rp.29,60 trilyun. Gambaran ini menunjukkan terjadinya kecenderungan peningkatan
investasi yang merupakan kontribusi dari peningkatan investasi PMA maupun PMDN sebagai
dampak membaiknya iklim investasi.
Tabel 2.5Realisasi dan Rencana/Minat Investasi PMA dan PMDN Berdasarkan Jumlah dan
Laju Pertumbuhan Tahun 2004-2008.
UraianTahun
2004 2005 2006 2007 2008*)1.Realisasi:
a. Jumlah (Rp. Trilyun) 14,15 18,37 23,73 23,55 29,60b. Laju Pertumbuhan (%) 8,84 29,82 29,18 -0,76 25,70c. Jumlah Proyek (buah) 221 350 285 325 397d. Jumlah Tenaga Kerja (orang) 58.281 97.382 76.161 72.351 110.430
2.Rencana/Minat Investasia. Jumlah (Rp. Trilyun) 16,28 19,45 27,91 44,33 35,71b. Laju Pertumbuhan (%) 59,92 19,47 43,50 58,83 -19,45
Sumber : BKPPMD Provinsi Jawa Barat, 2004-2009*) data sementara