bab ii hubungan manusia dan alam a. manusia 1....

27
15 BAB II HUBUNGAN MANUSIA DAN ALAM A. MANUSIA 1. Pengertian Manusia Secara etimologi kata manusia adalah “mens”, yang artinya: “sesuatu yang berfikir”. Dalam bahasa Yunani berarti “antropos” yang pada mulanya mempunyai arti “seseorang yang melihat ke atas”, tapi kemudian berarti wajah seorang manusia. Manusia disebut juga dengan istilah “homo”, dalam bahasa latin sesuatu yang hadir di muka bumi. 1 Arti kata “homo” di sini memberi dua dimensi tentang manusia. Pertama, manusia itu makhluk ciptaan yang berarti sama dengan makhluk ciptaan yang lain. Kedua, manusia lebih utama dari makhluk yang lain, yakni manusia mempunyai tingkat kehidupan yang lebih tinggi, yaitu kehidupan spiritual dan intelektual. Secara terminologi pengertian manusia diberikan oleh Adi Nugroho, sebagaimana yang dikutip Abu Bakar Muhammad yaitu alam kecil, sebagian alam besar yang ada di muka Bumi, sebagian dari makhluk yang bernyawa, sebagian dari bangsa antropomorphen, binatang yang menyusui dan juga makhluk yang mengerti kealamannya, mengetahui dan menguasai kekuatan-kekuatan alam di luar dan di dalam dirinya. 2 Selanjutnya Ahmad Daudy, menjelaskan bahwa manusia itu pada hakekatnya bukanlah jasad lahir yang diciptakan dari unsur-unsur jasad, akan tetapi roh yang ada dalam dirinya dan selalu mempergunakan jasad dalam melaksanakan tugasnya. 3 Kesatuan itu bisa disebut dengan kesatuan ruhani, penyatuan antara jasmani dan ruhani yang dimiliki oleh manusia. 1 Save M. Dugun, Filsafat Eksistensialisme, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), hlm. 7 2 Abu Bakar Muhammad, Membangun Manusia Seutuhnya Menurut Al-Qur’an, (Surabaya: Al Ikhlas, tth), hlm. 21 3 Ahmad Daudy, Allah dan Manusia dalam konsep syekh Nuruddin ar Rariny, (Jakarta: Rajawali Press, 1983), hlm. 120

Upload: lenhu

Post on 03-Feb-2018

260 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II HUBUNGAN MANUSIA DAN ALAM A. MANUSIA 1. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · keindahan alam yang diciptakan Tuhan. Lantaran ia berpikir tentang

15

BAB II

HUBUNGAN MANUSIA DAN ALAM

A. MANUSIA

1. Pengertian Manusia

Secara etimologi kata manusia adalah “mens”, yang artinya:

“sesuatu yang berfikir”. Dalam bahasa Yunani berarti “antropos” yang

pada mulanya mempunyai arti “seseorang yang melihat ke atas”, tapi

kemudian berarti wajah seorang manusia. Manusia disebut juga dengan

istilah “homo”, dalam bahasa latin sesuatu yang hadir di muka bumi.1

Arti kata “homo” di sini memberi dua dimensi tentang manusia.

Pertama, manusia itu makhluk ciptaan yang berarti sama dengan makhluk

ciptaan yang lain. Kedua, manusia lebih utama dari makhluk yang lain,

yakni manusia mempunyai tingkat kehidupan yang lebih tinggi, yaitu

kehidupan spiritual dan intelektual.

Secara terminologi pengertian manusia diberikan oleh Adi

Nugroho, sebagaimana yang dikutip Abu Bakar Muhammad yaitu alam

kecil, sebagian alam besar yang ada di muka Bumi, sebagian dari makhluk

yang bernyawa, sebagian dari bangsa antropomorphen, binatang yang

menyusui dan juga makhluk yang mengerti kealamannya, mengetahui dan

menguasai kekuatan-kekuatan alam di luar dan di dalam dirinya.2

Selanjutnya Ahmad Daudy, menjelaskan bahwa manusia itu pada

hakekatnya bukanlah jasad lahir yang diciptakan dari unsur-unsur jasad,

akan tetapi roh yang ada dalam dirinya dan selalu mempergunakan jasad

dalam melaksanakan tugasnya.3 Kesatuan itu bisa disebut dengan kesatuan

ruhani, penyatuan antara jasmani dan ruhani yang dimiliki oleh manusia.

1 Save M. Dugun, Filsafat Eksistensialisme, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), hlm. 7 2 Abu Bakar Muhammad, Membangun Manusia Seutuhnya Menurut Al-Qur’an,

(Surabaya: Al Ikhlas, tth), hlm. 21 3 Ahmad Daudy, Allah dan Manusia dalam konsep syekh Nuruddin ar Rariny, (Jakarta:

Rajawali Press, 1983), hlm. 120

Page 2: BAB II HUBUNGAN MANUSIA DAN ALAM A. MANUSIA 1. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · keindahan alam yang diciptakan Tuhan. Lantaran ia berpikir tentang

16

Itulah yang membedakan dengan makhluk-makhluk lain. Manusia dapat

berbuat dan atau melakukan sesuatu melalui kedua kekuatan tersebut.

Oleh karena manusia mempunyai kelebihan dari makhluk-makhluk

lain, baik dalam aspek jasmani, lebih-lebih dari aspek ruhaniahnya maka

keberadaan manusia begitu kompleks. Sehingga manusia dianggap sebagai

makhluk “multi dimensi”. Dalam arti manusia adalah: homo sapiens,

homo religious, homo ekonomicus, dan lain sebagainya.4

Allah menciptakan manusia dalam keadaan yang paling sempurna

dibandingkan makhluk lainnya, hanya manusialah yang diberikan

kemampuan untuk mengetahui nama-nama benda, juga diberikan ilmu

pengetahuan yang tidak dimiliki oleh para malaikat. Karena itu Allah

menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi.

Secara filsafat, manusia merupakan bagian integral dari sistem

filsafat, yang secara spesifik menyoroti hakikat atau essensi manusia.

Sebagai bagian dari sistem filsafat, secara metodis manusia mempunyai

kedudukan yang kurang lebih setara dengan cabang-cabang filsafat

lainnya, seperti etika, kosmologi, epistemologi, filsafat sosial, dan estetika.

Tetapi secara ontologi, manusia mempunyai kedudukan yang relatif lebih

penting karena semua cabang filsafat tersebut pada prinsipnya bermuara

pada persoalan asasi mengenai essensi manusia, yang tidak lain

merupakan persoalan yang secara spesifik menjadi objek kajian filsafat

manusia.5

Filsafat, memahami manusia sesuai dengan sudut pandang tertentu.

Sebagai contoh berbagai tesis menyebutkan bahwa manusia adalah homo

mechanicus, homo erectus, homo indens yang menitikberatkan kodrat

kejasmaniahannya. Ada juga tesis yang menitikberatkan kodrat

kejiwaannya, homo sapiens, animal rasional, animal sumbolicum. Ada

juga yang menitikberatkan aspek rasa dan karya-karyanya, yaitu homo

4 Syahmin Zaini, Mengenal Manusia Lewat al Qur’an, (Surabaya: Bina Ilmu, 1977),

hlm. 5 5 Zainal Abidin, Filsafat Manusia: Memahami Manusia Melalui Filsafat, (Bandung: PT

Remaja Rosda Karya, 2000), hlm. 3

Page 3: BAB II HUBUNGAN MANUSIA DAN ALAM A. MANUSIA 1. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · keindahan alam yang diciptakan Tuhan. Lantaran ia berpikir tentang

17

recentis dan homo volens. Tesis-tesis kehewanan ini kemudian menyatu

sebagai homo mensura (makhluk penilai).

Selain kodrat kejasmanian dan kejiwaan, manusia juga merupakan

makhluk sosial, homo economicus dan homo socius. Masih ada beberapa

konsep lainnya yang berhubungan dengan kedudukan manusia sebagai

makhluk Tuhan dan pribadi mandiri, seperti homo viator dan homo

religious, dan semua tesis tersebut menyatu sebagai homo concers, yaitu

makhluk transformatif dan adatif.6

Pandangan yang beragam semacam ini menandakan bahwa

pembicaraan manusia akan terkait dengan kondisi dimana sang pemberi

definisi tersebut hidup. Dan pembicaraan mengenai manusia tersebut akan

terus berjalan dengan evolusi manusia. Hal ini secara tidak langsung juga

mengisyaratkan bahwa mengadakan penelitian tentang filsafat manusia

bukan suatu pekerjaan yang mudah. Kendati demikian tidak menutup

kemungkinan terhadap upaya-upaya yang terus dilakukan mengenai

manusia sebagai makhluk yang memiliki substansi dan karakter tersendiri.

Manusia tetap merupakan makhluk yang misterius yang secepatnya harus

dikenal sebelum mengenal makhluk lainnya. Pengenalan seperti itu pada

dasarnya adalah pengenalan terhadap kehidupan.7

Jelaslah bahwa manusia itu adalah makhluk ciptaan Allah yang

paling sempurna dan istimewa. Memandang manusia hendaknya dari

beberapa segi yaitu jasmani dan rohani, jiwa dan roh, akal dan pikiran,

sejarah Antropologi , dan sosial kemasyarakatan. Sebab manusia sebagai

salah satunya makhluk yang mampu mengantisipasi suatu perkembangan

beberapa kelebihan yang ada pada diri manusia menjadikannya sebagai

makhluk yang sempurna dan serba lengkap dari segala makhluk lainnya.

6 Muhammad Syamsuddin, Manusia dalam Pandangan KH. A. Azhar Basyir, MA,

(Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1997), hlm. 77 7 Ali Syariati, Humanisme Islam dan Madzhab Barat, (Jakarta: Pustaka Hidayah, 1992),

hlm. 38

Page 4: BAB II HUBUNGAN MANUSIA DAN ALAM A. MANUSIA 1. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · keindahan alam yang diciptakan Tuhan. Lantaran ia berpikir tentang

18

Manusia merupakan makhluk yang berakal budi.8 Sedangkan

menurut istilah yang lain, manusia mempunyai beberapa pengertian,

sebagai contoh para tokoh telah memberikan definisi tentang manusia

antara lain:

1. Hegel (1770-1831) M: manusia pada hakikatnya merupakan

penjelmaan roh (idea mutlak). Hidup adalah merupakan sintesis, yaitu

persatuan antara “lahir” dan “mati “, Manusia berawal dari Ide Mutlak

dan akhirnya akan kembali pada Ide Mutlak.9

2. Feurbach (1804-1872) M: manusia pada hakikatnya adalah benda

(materi) belaka. Kata-kata sinis Feurbach: “Der Menscht. ”Was er Ist”

artinya: “manusia pada inti hakikatnya ditentukan oleh maknanya”

(jadi bukan oleh pikirannya). Hidup bertujuan untuk mempertahankan

kehidupan dengan pemenuhan-pemenuhan yang bersifat material.

Manusia berasal dari benda melalui proses kimiawi dan akhirnya juga

akan kembali pada benda yang dikatakan roh (penggerak kehidupan

pada hakikatnya adalah akibat dari proses kimiawi yang terjadi dalam

organ tubuh manusia seperti paru-paru, jantung, darah dan lain-lain.

Masing-masing berfungsi secara normal, maka timbullah gejala

kehidupan).10

3. Plotinus (204-280) M: manusia adalah hasil dari pancaran The One, To

Hen (Yang Esa). Menurut Plotinus tujuan hidup manusia adalah untuk

mencapai persatuan dengan To Hen. Manusia berasal dari To Hen dan

akhirnya juga akan kembali pada To Hen.11

8 W.J.S. Poerdarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976),

hlm. 632 9 Franz Dahler, Yulius Chandra, Asal dan Tujuan Manusia, (Yogyakarta: Kanisius,

1976), hlm. 31 10 Ibid, hlm. 32 11 Mayer, Frederick, A History of Ancient at Medieval Philosophy, (New York: American

Book Company, 1950), hlm. 332.

Page 5: BAB II HUBUNGAN MANUSIA DAN ALAM A. MANUSIA 1. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · keindahan alam yang diciptakan Tuhan. Lantaran ia berpikir tentang

19

4. Ernst Cassirer (1874-1945): manusia dimaklumi sebagai makhluk yang

terus-menerus mencari dirinya, makhluk yang setiap saat harus

menguji dan mengkaji secara cermat kondisi-kondisi eksistensinya.12

5. Dilihat dari segi manusia materialis, menurut Whitehead, manusia

dalam arti tertentu merupakan bagian alam, unsur-unsur alami terdapat

dalam diri manusia. Hukum alam dalam arti tertentu juga berlaku

untuk manusia.13

Dalam abad-abad pertama sejarah filsafat nampak adanya

perbedaan faham teori yang paling memotong dalam masalah tersebut,

namun setidak-tidaknya terdapat suatu orientasi yang mampu

mengkaitkan setiap faham itu. Seperti kita ketahui bagi Plato misalnya,

manusia adalah suatu makhluk Ilahi. Plato menganggap manusia hidup

dalam suatu dunia yang abadi, di “awang-awang”, sebelum jatuh ke dalam

suatu badan yang mati. Akan tetapi bagi Epicurus dan Lukritius

sebaliknya. Mereka berpendapat bahwa manusia adalah makhluk hidup

yang berumur pendek, lahir karena kebetulan dan tidak berisi apa-apa.

Lain halnya Descartes, ia menggambarkan manusia terbentuk dari

bahan yang terpisah, yaitu jiwa dan badan. Descartes juga berfikir bahwa

kebebasan manusia dalam beberapa segi sama dengan kebebasan Tuhan.

Spinoza beranggapan lain bahwa manusia hanyalah suatu cara atau

bayangan saja, tanpa konsistensi pribadi dari substansi Ilahi.

Menurut Voltaire manusia pada hakikatnya tidak berbeda dengan

binatang-binatang yang berkembang dalam disiplin ilmu hayat. Berbeda

dengan Hobes yang hidup dalam pergolakan zaman, ia berpendapat,

dilihat dsari gerak-geriknya manusia itu bersifat agresif dan jahat. Sedang

Rousseau menganggap manusia adalah makhluk yang baik menurut

kodratnya.14

12 Ernst Cassirer, Manusia dan Kebudayaan: Sebuah Esai tentang Manusia,

diterjemahkan oleh Aloes A. Nugroho, (Jakarta: Gramedia, 1987), hlm. 10 13J. Sudasrminta, Filsafat Proses A.N. Whitehead, (Yogyakarta: Kanisius, 1986), hlm. 60 14 Louis Leahy, op. cit., hlm. 3

Page 6: BAB II HUBUNGAN MANUSIA DAN ALAM A. MANUSIA 1. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · keindahan alam yang diciptakan Tuhan. Lantaran ia berpikir tentang

20

Begitu juga pendapat yang dikemukakan Darwin dalam bukunya

“The Descent of Man” (asal-usul manusia), ia menerapkan teorinya dalam

perkembangan binatang-binatang menuju manusia. Binatang-binatang

yang paling maju, yaitu kera, dengan mengalami proses Struggle of Life,

sedikit demi sedikit berubah, dan dalam yang paling sempurna mengarah

menuju wujud kemanusiaan.15

Dalam hal ini ilmu Mantiq menyimpulkan: manusia adalah hewan

yang berpikir. Seperti apa yang disimpulkan oleh Darling bahwa manusia

adalah hewan tukang bertanya.16 Dengan demikian hubungan antara tanya

dan fikir itu sangat erat sekali sebagaimana orang yang sedang menikmati

keindahan alam yang diciptakan Tuhan. Lantaran ia berpikir tentang

manusia dan pada hakikatnya dia sedang bertanya sesuatu, hanya saja

yang bertanya dan yang ditanya adalah satu yaitu dirinya sendiri

2. Proses Penciptaan Manusia

Dalam kitabnya al-Madhnûn al-Shaghîr dan Mi’râjus Sâlikhîn

yang dikutip oleh Abidin Ibn Rusn, al-Ghazali menjelaskan pertemuan

antara dua unsur pembentuk manusia-sebagai proses kejadiannya- yaitu

nafs dan nuthfah (sel benih). Menurutnya, nafs atau jiwa diciptakan

ketika sel benih (nuthfah) telah memenuhi persyaratan untuk

menerimanya. Kata nuthfah disini bukanlah sel benih pada sperma laki-

laki saja, melainkan sel benih yang telah menyatu dengan sel telur wanita

pada rahimnya. Pada saat tertentu, nuthfah mempunyai kesiapan untuk

menerima jiwa, dan kondisi memenuhi syarat untuk menerima jiwa ini

disebutnya al istiwa’. Proses ini sesuai dengan firman Allah sebagai

berikut:

15 Franz Dahler, Yulia Chandra, op. cit., hlm 23 16 H. Endang Saifuddin Anshori, Ilmu Filsafat dan Agama, (Surabaya: Bina Ilmu, 1979),

hlm. 15

Page 7: BAB II HUBUNGAN MANUSIA DAN ALAM A. MANUSIA 1. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · keindahan alam yang diciptakan Tuhan. Lantaran ia berpikir tentang

21

ن وونسإ ممح ال منلصص ا منرشب القى خلائكة إنللم كبإذقال ر) 29(له ساجدين فإذاسويته ونفخت من روحي فقعوا) 28( )29- 28:أحلجر(

“Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepaada paara malaikat, sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya ddan telah meniupkan ke dalamnya ruh-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud” (QS. Al Hijr: 28-29).17

Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa pandangan al Ghazali

mengenai terciptanya manusia, ia terbentuk dari dua unsur yang sifatnya

berbeda yakni: bentuk luar yang disebut jasad dan wujud dalam yang

disebut hati atau ruh.

Akan tetapi, walaupun kedua unsur tersebut mempunyai sifat yang

berbeda, dalam membentuk makhluk sempurna, manusia, keduanya

berhubungan erat, antara yang satu dengan yang lain tidak dapat

dipisahkan, dan hubungan itu bersifat khusûsi. Artinya, satu unsur tidak

berada di jasad juga tidak diluarnya, tidak terpisah dan juga tidak

menyatu, tetapi keduanya saling membutuhkan. Hal ini dijelaskan al

Ghazali sebagaimana yang telah dikutip oleh Abadin Ibn Rusn adalah

sebagai berikut:

“Maka hatilah yang mengetahui Allah. Dialah yang mendekati Allah. Dialah yang bekerja karena Allah. Dialah yang berjalan karena Allah. Dan dialah yaang membuka apa yang disisi Allah dan yang ada padaNya. Dan sesungguhnya anggota badan itu adalah pengikut, pelayan dan alat yang dipergunakan oleh hati dan yang dipakainya. Laksana pemilik memakai budaknya, pemimpin menerima layanan rakyatnya dan pekerja bagi perkakasnya.”18

Mengenai hubungan antara kedua unsur manusia itu akan menjadi

lebih jelas lagi kalau kita membaca uraian al Ghazali tentang Junûdul

17 Soenarjo, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: Toha Putra, 1976), hlm. 393 18 Abidin Ibn Rusn, Pemikiran al Ghazali tentang Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 1998), hlm. 34.

Page 8: BAB II HUBUNGAN MANUSIA DAN ALAM A. MANUSIA 1. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · keindahan alam yang diciptakan Tuhan. Lantaran ia berpikir tentang

22

Qalbi (pasukan hati). Menurutnya, bahwa hati mempunyai dua macam

pasukan. Pertama, pasukan yang tampak, yang meliputi: tangan, kaki,

mata, dan seluruh organ tubuh. Semuanya itu mengabdi dan tunduk

kepada perintah hati. Inilah yang disebut sebagai pengetahuan. Kedua,

pasukan yang ada kaitannya dengan yang dapat menentukan perbedaan

antara manusia dan binatang, karena mempunyai dasar yang lebih halus,

terutama beberapa bagian dari pasukannya seperti syaraf dan otak. Inilah

yang disebut kemauan. Kedua pasukan hati yakni (pengetahuan dan

kemauan) inilah yang tidak hanya membedakan manusia dari binatang

tetapi juga membedakan antara orang dewasa dan anak-anak.19

Selain itu, fenomena penciptaan itu terjadi sesuai dengan uraian

yang ada dalam al Qur’an dan akan membawa arti sangat penting bagi

orang-orang yang berakal.20

Menurut Harun Yahya dalam penciptaan manusia terkandung

berbagai informasi bagi mereka yang ‘arif dan berakal sehat, yang

menunjukkan kepada mereka bagaimana “mereka diciptakan” dan

keajaiban penciptaan ini.

Kisah penciptaan manusia berawal di dua tempat yang saling

berjauhan. Manusia menapaki kehidupan melalui pertemuan dua zat

terpisah di dalam tubuh lelaki dan perempuan, yang diciptakan saling

terpisah namun sangat selaras. Jelas, sperma di dalam tubuh lelaki tidak

dihasilkan atas kehendak dan kendali lelaki tersebut, sebagaimana sel telur

di dalam tubuh perempuan tidak terbentuk atas kehendak dan kendali

perempuan tersebut. Sesungguhnya, mereka bahkan tidak menyadari

pembentukan sel-sel ini.

ءأنتم )58(أفرءيتم ما تمنون ) 57(نحن خلقنا كم فلولاتصدقون ) 59- 57: ألواقعة) (59(تخلقونه أم نحن الخالقون

19 Ibid. 20 Harun Yahya, Menyingkap Rahasia Alam Semesta, (Bandung: Dzikra, 2004), hlm. 46

Page 9: BAB II HUBUNGAN MANUSIA DAN ALAM A. MANUSIA 1. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · keindahan alam yang diciptakan Tuhan. Lantaran ia berpikir tentang

23

“Kami telah ciptakan kamu, maka mengapa kamu tidak membenarkan (hari berbangkit) maka terangkanlah kapadaku tentang nuthfah yang kamu pancarkan. Kamukah yang menciptakannya, atau Kamikah yang menciptakannya. (QS, Al Waqi’ah, 56: 57-59).21

Jelaslah bahwa kedua zat tersebut, yang berasal dari lelaki dan

perempuan, diciptakan sangat bersesuaian. Penciptaan kedua zat ini,

pertemuan antara keduanya, dan perubahannya menjadi manusia

sungguhlah suatu keajaiban besar.22

Seluruh kosmos sering kali dilukiskan sebagai lingkaran yang

terdiri atau dua busur (qaws), Busur Turun dan Busur Naik. Puncak

lingkaran itu sama dengan akal pertama, sementara dasarnya sesuai

dengan tubuh lahiriah manusia. Manusia sebagai manusia mulai naik dari

titik dasar lingkaran jika mereka sampai pada akhir perjalanan mereka,

mereka bergabung dengan Akal Aktif, yang identik dengan akal

pertama.23

Ada dua perbedaan mendasar antara manusia dengan semua

makhluk lainnya. Yang pertama adalah bahwa manusia merupakan

totalitas, sementara makhluk-makhluk lainnya adalah bagian dari totalitas.

Manusia memanifestasikan seluruh sifat makrokosmos, sementara

makhluk-makhluk lainnya memanifestasikan sebagian sifat dengan

mengesampingkan yang lainnya. Manusia diciptakan dalam citra Allah,

sementara makhluk-makhluk lainnya hanyalah sebagian bentuk dan

konfigurasi kualitas-kualitas Allah.24

Hakikat utama manusia tidak diketahui. Mereka harus mengalami

proses yang bisa membantu mereka menjadi apa yang seharusnya. Pada

mulanya, semua manusia memiliki potensialitas tak terbatas yang sama

karena mereka adalah bentuk bentuk Ilahi. Nasib utama dari setiap

21Soenarjo dkk, op. cit., hlm. 895 22 Ibid. 23 Sachiko Murata, The Tao of Islam: Kitab Rujukan Tentang Relasi Gender dalam

Kosmologi dan Teologi Islam, diterjemahkan oleh Rahmani Astuti, (Bandung: Mizan, 1996), hlm. 66

24 Ibid. hlm. 71

Page 10: BAB II HUBUNGAN MANUSIA DAN ALAM A. MANUSIA 1. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · keindahan alam yang diciptakan Tuhan. Lantaran ia berpikir tentang

24

manusia “dibatasi“ hanya oleh sumber bentuk Ilahi, yakni bahwa manusia

didefinisikan oleh fakta bahwa mereka terbuka lebar-lebar menuju Zat

Maha Tak Terbatas.25

Kemudian Allah mulai menciptakan seorang khalifah atau wakil

bagi diriNya dari tanah liat kering. Dan kemudian ia tiupkan sebagian dari

ruh-Nya sendiri pada acuan tanah liat itu dan kemudian lahirlah manusia.

Manusia tersebut lahir dari dua hakikat yang berbeda; tanah bumi dan ruh

suci dalam bahasa manusia, simbol kerendahan dan kenistaan dan

kekotoran adalah lumpur. Dan tidak ada suatu apapun di dalam alam yang

lebih rendah dan hina dari pada lumpur, dari mana manusia telah

diciptakan.26

Evolusi manusia memang berbeda daripada evolusi hewan atau

organisme-organisme lain yang lebih rendah. Kalau sebelum manusia

evolusi itu bersifat biologis atau genetis, maka dalam perkembangan

manusia medan evolusi yang utama adalah mental dan sosial, atau kulturil.

Sejak munculnya manusia-manusia Cro Magnon, kira-kira 30.000 tahun

yang lalu, dapatlah dikatakan bahwa bentuk dasar tubuh manusia tidak

banyak mengalami perubahan lagi. Misalnya dalam hal isi otak, volume

sekitar 1500 cm³ kurang lebih tetap dipertahankan hingga sekarang.27

Demikianlah, yang menjadikan manusia makhluk dominan di bumi

ini bukanlah sifat-sifat jasmaninya, melainkan penemuannya dan

penggarapannyia terhadap suatu evolusi yag lain dari yang ditempuh

hewan. Manusia mampu menyesuaikan lingkungannya, yaitu alam, demi

mendukung hidupnya.28

Begitulah Adam beserta anak cucunya yang dilebihkan oleh Allah

dari kebanyakan makhluk-makhluk cipataan-Nya, akan tetapi

keberadaannya di dunia penuh rintangan dan ujian dalam menghadapi

25 ibid. 26Ali Syariati, Tugas Cendikiawan Muslim, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1994),

hlm. 7 27 Franz Dahler, Julius Chandra, op. cit. hlm. 87 28 Ibid.

Page 11: BAB II HUBUNGAN MANUSIA DAN ALAM A. MANUSIA 1. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · keindahan alam yang diciptakan Tuhan. Lantaran ia berpikir tentang

25

kemelut perkembangan duniawi yang semakin menggelitik nafsu dan hati,

disebarluaskan oleh Syaithân di setiap pelosok penjuru dunia.29

Penciptaan langsung dari tidak ada tidak akan menimbulkan akibat

perubahan pada dzat Allah karena irâdah Allah yang kadim memang

menghendaki adanya penciptaan yang seperti itu. Dengan irâdah yang

qadîm itu, demikian pernyataan Imam al Ghazali, Allah dapat menentukan

waktu dimana Allah akan menjadikan atau tidak menjadikan alam ini, dan

sesuai dengan ketentuan itu, alam ini ada atau tidak ada.30

3. Unsur-unsur Pengetahuan Manusia

Di dalam filsafat, pembahasan tentang pengetahuan manusia tidak

kurang pentingnya dari pada pembahasan tentang perbuatan manusia.

Pembahasan demikian disebut epistemologi. Membahas pengetahuan

menjadi penting karena, pengetahuan adalah hasil aktivitas substansi

esensial manusia. Pengetahuan juga penting karena, ia merupakan

keharusan yang mengawali perbuatan. Perbuatan tidak dapat dibayangkan

terwujud tanpa didahului oleh pengetahuan, baik pengetahuan dipandang

sebagai sebab maupun sebagai kondisi.31

Kalau menurut al Ghazali di dalam Ma’ârij al Quds menjelaskan

arti mengetahui (al Idrâk) sebagai menangkap contoh (misal) realitas

objektif. Bukan realitas objektifnya yang ditangkap, karena realitas

objektif tidak mungkin berpindah ke dalam daya tangkap manusia.

Kalaupun dikatakan yang ditangkap itu realitas, ia harus dibedakan dari

realitas objektif; ia adalah subjektif. Karena itu, yang dinamakan al

mahsûs (hasil tangkapan indera manusia) bukanlah objek yang ada di luar

manusia, melainkan gambar objek itu. Demikian juga yang di sebut al

ma’qûl (hasil tangkapan akal) bukan objek di luar akal, melainkan hakikat

29 Abdul Fatah, Kehidupan Manusia di Tengah-tengah Alam Materi, (Jakarta: Rineka

Cipta, 1995), hlm. 7 30 Ahmad Daudy, Allah dan Manusia dalam Konsep Syekh Nuruddin ar Rariny, (Jakarta:

Rajawali Press, 1983), hlm. 120 31 Muhammad Yasir Nasution, Manusia Menurut al Ghazali, (Jakarta: RajaGrafindo

Persada, 1999), hlm. 135

Page 12: BAB II HUBUNGAN MANUSIA DAN ALAM A. MANUSIA 1. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · keindahan alam yang diciptakan Tuhan. Lantaran ia berpikir tentang

26

objek itu setelah diabstraksi dari segala aksidens dan atribut-atribut

tambahan lainnya. Hasil tangkapan indera lebih sederhana dari pada hasil

tangkapan akal. Ini berarti bahwa pengetahuan tentang sesuatu bukanlah

sesuatu yang diketahui itu. Kegiatan mengetahui melibatkan tiga hal,

yaitu: subjek yang mengetahui, objek yang diketahui, dan pengetahuan

(realitas subjektif).

Kegiatan mengetahui adalah proses abstraksi. Suatu objek dalam

wujudnya tidak terlepas dari aksidens-aksidens dan atribut-atribut

tambahan yang menyelubungi hakikatnya. Ketika subjek berhubungan

dengan objek yang ingin diketahui, hubungan itu melibatkan ukuran

(qadar), cara ( kayf), tempat dan situasi.32

Dengan adanya al-dzauq, akal tidaklah hilang dari sarana

pengetahuan. Kedudukan akal dibatasi pada kegiatan menangkap

pengetahuan dengan jalan berpikir dan kelihatannya, objeknya dibatasi

pada pengetahuan yang berkaitan dengan fenomena.33

Menurut Ibn Sina (w. 1037), sebagaimana dikutip oleh Mehdi

Ha’iri Yazdi, bahwa dalam analisisnya yang terkenal mengenai “emanasi”

(Qâ’idah al –Wâhid), adalah sementara Akal Aktif tetap berada dalam

tatanan wujud yaag terpisah-transenden, tak berubah, dan mutlak tak

terusakkan- ia memunculkan dalam pikiran manusia semua bentuk

pengetahuan dari potensialitas total menjadi aktualitas gradual. Dalam

komentarnya mengenai Surat an-Nur dalam al Qur’an, dan analisisnya

mengenai simbolisme ayat ini, Ibnu Sina menyatakan sebagaimana yang

telah dikutip oleh Mehdi Ha’iri Yazdi:

“Diantara kemampuan-kemampuan (intelektual) jiwa menyangkut kebutuhan(nya) untuk mentransendensi substansinya (dari akal potensial) ke akal aktual adalah (sebagai berikut): pertama, kemampuan reseptivitas (Quwwat al isti’dâdiyyah) ke arah hal-hal bisa terpahami yang disebut oleh sebagian filosof sebagai akal ketika wujud-wujud terpahami yang disebut oleh sebagian filosof sebagai akal material. Ini adalah ceruk (misykât) (cahaya-cahaya).

32 Ibid, hlm. 136 , Dan untuk lebih jelasnya bisa dilihat dalam kitab Ma’âriju al Quds fi

Madâriji al Ma’rifat al Nafs karya al Ghazali, (Kairo: Maktabat al Jundi, 1968) 33 Ibid hlm. 160

Page 13: BAB II HUBUNGAN MANUSIA DAN ALAM A. MANUSIA 1. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · keindahan alam yang diciptakan Tuhan. Lantaran ia berpikir tentang

27

Selanjutnya adalah kemampuan lain yang diperoleh oleh akal ketika wujud-wujud terpahami primer muncul di dalamnya. Munculnya wujud-wujud primer ini merupakan landasan yang di atasnya wujud-wujud sekunder bisa didapatkan (proses pemerolehan ini) dimunculkan entah melalui kontemplasi, yang disebut pohon zaitun, jika pikiran tidak cukup tajam, atau dengan dugaan yang disebut bahan bakar (minyak dari pohon zaitun), jika pikiran benar-benar cerdik (dalam hal yang manapun) kemampuan yang disebut akal habitual ini sama transparannya dengan kaca. Kemuliaan tertinggi dari kemampuan ini adalah kemampuan Ilahi yang minyaknya seolah-olah menyala sendiri tanpa disentuh api. Kemudian, datanglah kepada akal itu suatu kekuatan dan kesempurna: kesempurnaan ini sangat penting bagi kemampuan untuk mencerap hal-hal yang terpahami dalam suatu aksi yang sedemikian rupa sehingga pikiran bisa mencerap mereka selagi tergambar dalam pikiran. Ini adalah cahaya diatas cahaya.

Dalam analisis ini, sebagaimana yang dinyatakan dengan jelas,

fokus penafsirannya adalah membebaskan pikiran manusia sepenuhnya

dari pemilikan aktivitas inisial jenis apa pun dengan menisbatkan semua

operasi intelektual kepada Akal Aktif yang terpisah itu. Ibnu Sina, dalam

mengutip ungkapan Al-Quran menyebut akal yang terpisah ini sebagai

“api” (nar).34

Menurut Fritjof Capra, dalam paradigma lama deskripsi-deskripsi

ilmiah mengenai epistemologi atau sumber ilmu pengetahuan dipercayai

bersifat objektif, yakni bebas dari pengamatnya dan dari proses

mengetahui. Dalam paradigma baru dipercayai bahwa epistemologi,

pemahaman atas proses pengetahuan, harus tercakup secara eksplisit

dalam pemaparan fenomena alamiah.35

Sedangkan fenomelogi merupakan tuntutan terhadap pengetahuan

subjektif untuk menetapkan kondisi dan posisi pengetahuan manusia ke

arah pengetahuan yang objektif.36 Salah satu tokoh filsafat Jerman,

34 Mehdi Ha’iri Yazdi, Ilmu Hudhuri: Prinsip-prinsip Epistemologi dalam Filsafat Islam,

(Bandung: Mizan, tth), hlm. 35-36 35Frithjof Capra, Menyatu dengan Semesta; Menyingkap Batas antara Sains dan

Spriualitas, (Yogyakarta: Fajar Pustaka, 1999) 36 Elan Priatna, Emansipasi Intelektual menurut Jurgen Habermas, (Bandung: Katarsis,

2003), hlm. 50

Page 14: BAB II HUBUNGAN MANUSIA DAN ALAM A. MANUSIA 1. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · keindahan alam yang diciptakan Tuhan. Lantaran ia berpikir tentang

28

Habermas, menilai bahwa fenomenologi lebih mengukuhkan dasar yang

kuat bagi terciptanya emansipasi intelektual manusia. Karena

fenemenologi lebih memandang dunia (labenswelt) sebagai objek yag

harus dipahami dan harus terlibat menjadi stimulus yang mempengaruhi

setiap keputusan manusia. Artinya, secara mendasar suatu kemampuan

‘mengetahui’ yang dilakukan manusia (capable before trusting), pastilah

diperoleh melalui kesadaran akan keterlibatan dunianya. Dia menegaskan,

“hanya menurut dasar kriteria yang dapat dipercaya, kesahihan keputusan

kita dapat ditentukan; apakah kita yakin dengan pengetahuan kita? jika

‘kritik tersebut dengan sendirinya harus mengklaim diri menjadi sebuah

pengetahuan-yang semata-mata- transenden, sejauh manakah kemampuan

kognitif itu dapat dikatakan kritis?”

Pernyataan tersebut menyiratkan bahwa tidak mungkin

pengetahuan manusia diperoleh hanya melalui berbagai pengetahuan

pikiran. Lebih dari itu, pengalaman pengetahuan manusia juga diperoleh

melalui penilaian terhadap dunia dan lingkungan sosialnya. Pada posisi

ini, Habermas mengkritik keterbatasan epistemologi Kant.37

Secara umum, pengetahuan manusia, menurut Bouyer, bermula

dari suatu kebangkitan kognisi yang diterima secara luas dan umum, yang

dapat disebut sebagai “pengetahuan awal mengenai realitas kosmis” (the

initial knowledge of cosmic reality). Pengetahuan ini mengalami

perkembangan dalam beberapa tahap. Tahap pertama pengetahuan ini

adalah pengetahuan mitis yang berkembang dari akar pengalaman

individual dan dan kolektif akan dunia (atau lebih tepatnya, dari

pengalaman individual dalam komunitas manusia). Pengetahuan mitis ini

kemudian disaring oleh logos lewat penalaran diskursif. Selanjutnya lewat

pergeseran misterius yang mencakup baik mitos maupun logos, muncul

pengetahuan atas dasar pewahyuan.38

37 Ibid hlm. 52 38Thomas Hidya Tjaya, Kosmos: Tanda Keagungan Allah, (Yogyakarta: Kanisius, 2002),

hlm. 29

Page 15: BAB II HUBUNGAN MANUSIA DAN ALAM A. MANUSIA 1. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · keindahan alam yang diciptakan Tuhan. Lantaran ia berpikir tentang

29

Menurut Bouyer, meskipun pengetahuan wahyu dan sains

berkembang secara terpisah dari penngetahuan mitis, keduanya selalu

melekat pada yang terakhir ini. Atas dasar mitoslah pengetahuan sains dan

wahyu membuka diri, masing-masing melalui akal budi kritis dan inspirasi

misterius. Keduanya mengubah kesadaran kita akan dunia dan sekaligus

kesadaran kita sebagai pengada-pengada di dunia. Akan tetapi, tidak

satupun dari keduanya yang dapat secara total mengabaikan kesadaran

mitis tanpa mengalami perpecahan (disintegrasi).39

Semua pengetahuan manusia mengenai realitas, baik yang berupa

mitos, sains, maupun wahyu, menurut Bouyer, memiliki beberapa sifat.

Pertama, pengetahuan manusia, selain bersifat individual, juga bersifat

sosial yang dinyatakan dalam bentuk tradisi. Kedua, pengetahuan di

peroleh manusia lewat kerja sinergis indra-indra dan akal budinya. Ketiga,

pengetahuan manusia mengalami proses sintetis terus-menerus sehingga

manusia semakin memahami dunia sebagai satu kesatuan yang utuh.

Keempat, pengetahuan manusia pada dasarnya bersifat simbolis, dalam

arti bahwa pengetahuan itu memusatkan diri pada salah satu aspek dari

realitas yang menarik perhatian manusia.40

B. ALAM

1. Pengertian Alam

Kosmos dalam bahasa Yunani adalah mengungkapkan gagasan

tentang keteraturan harmoni dan keadilan sebagai lawan chaos.

Pengkajian kosmos adalah tentang keteraturan dan keselerasan alam

semesta dengan segala isinya termasuk tata surya galaksi antara satu dan

lainnya. Kosmos kemudian menjadi cabang ilmu bernama kosmologi yang

memandang alam semesta sebagai keseluruhan yang integral. Ilmu ini

berupaya membuat hipotesis mengenai asal, ciri khas dan perkembangan

alam secara fisik berdasarkan pengamatan dan metode ilmiah. Secara

39 Ibid. 40 Ibid.

Page 16: BAB II HUBUNGAN MANUSIA DAN ALAM A. MANUSIA 1. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · keindahan alam yang diciptakan Tuhan. Lantaran ia berpikir tentang

30

umum pembicaraan yang dikembangkan dalam kosmologi adalah

mempelajari sifat, asal muasal dan evolusi alam semesta. Menurut

Poedjawijatna, kosmologi juga termasuk bagian filsafat alam yang di

dalamnya membicarakan inti alam, isi alam, hubungan satu-sama lain dan

keberadaannya dengan yang “ada Mutlak”.

Sebelum nama ‘kosmologi’ muncul, Aristoteles (384-322)

menyebutnya dengan “fisika”. Filsafat skolastik memakainya dengan

nama ‘filsafat alam’ (philosophia naturalis). Untuk pertama kalinya

‘kosmologi’ digunakan oleh Christian Wolff (1679-1754) pada tahun

1731. Ia mendefinisikan ‘kosmologi’ sebagai ilmu tentang dunia atau alam

semesta pada umumnya yang berbeda dan ontologi, teologi atau psikologi.

Akhir-akhir ini nama kosmologi dipergunakan dalam rangka ilmu-ilmu

empiris, untuk menunjukkan ilmu mengenai evolusi kosmis.

Dalam bahasa Indonesia istilah alam merupakan unsur serapan

dari bahasa Arab, ‘âlam. Kata alam dalam al Qur’an hanya datang dalam

bentuk jamak ‘âlamin, yang disebut sebanyak 26 kali dalam 17 surat. Kata

‘âlamin dari makhluk Tuhan yang berakal atau yang memiliki sifat-sifat

makhluk yang berada. Karena itu dikenal alam malaikat, alam manusia,

alam jin, alam tumbuhan dan sebagainya. Sebaliknya tidak dikenal istilah

alam batu dan alam tanah, karena tidak memenuhi kriteria tersebut.

Sementara kata ‘âlam dalam arti dunia atau kosmos didefinisikan sebagai

“segala sesuatu selain Allah”.

Istilah alam semesta sendiri direkam dalam al Qur’an dengan

sebutan al Samâwât wa al Ardl wa mâ bainahumâ (langit dan bumi dan

segala isinya). Istilah ini ditemukan dalam al Qur’an sebanyak 18 kali

yang tergelar dalam 15 surat.

Seperti dinyatakan dalam al Qur’an bahwa Allah sebagai pencipta

segala sesuatu sedang bagaimana dia menciptakan tidak banyak

diterangkan kecuali pokoknya saja. Bagaimana Allah menciptakan adalah

tugas manusia untuk meneliti dengan akalnya. Manusia dengan segenap

kemampuan diberi kebebasan melakukan penyelidikan dengan panca

Page 17: BAB II HUBUNGAN MANUSIA DAN ALAM A. MANUSIA 1. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · keindahan alam yang diciptakan Tuhan. Lantaran ia berpikir tentang

31

indera dan kecerdikan akalnya. Sehubungan dengan keharusan manusia

mengenal alam dengan baik, maka Allah SWT memerintahkan dalam ayat

101 Surat Yunus:

قل انظرواماذافي السموات والأرض وماتغني األيت والنذرعن قوم )101:يونس(لايؤ منون

Artinya: “Katakanlah: "Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfa'at tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman".41

Ilmu tentang alam adalah ilmu kuantitatif, seperti halnya sains

pada umumnya. Seluruh kenyataan diterangkan secara materialistik.

Selain observasi dan pengamatan unsur penting dalam fisika adalah

analisis dari berbagai pengukuran besaran fisis yang dilakukan dengan

proses pemikiran kritis untuk mencapai hasil rasional.

Dengan mengasumsikan bahwa asal-mula alam fisik adalah sebuah

“ledakan” kosmologis, berarti tidak ada kesulitan juga untuk

mengasumsikan bahwa tempat supernatural ledakan tersebut tetap menjadi

pusat ruang. Selanjutnya alam raya akan memiliki bentuk tempurung

spiral yaang terletak diantara dua kekosongan, yang satu “interior” dan

yang “eksterior”.

“Momen” ilahi terjadi seperti kristalisasi langsung larutan kimia

super jenuh, mengikuti kecenderungan wujud untuk mengada dengan

“meluber”. Dan hanya setelah perintah penciptaan “jadilah” (kun: dalam

bahasa al Qur’an) muncul penciptaan secara “inkarnasi”, dalam

gelombang yang susul-menyusul, sekaligus melalui “emanasi” dan

penciptaan ex nihilo, bukan dari substansi yang sudah ada sebelumnya.42

Para ahli astronomi menggunakan istilah alam semesta dalam

pengertian tentang ruang angkasa dan benda benda langit yag ada di

41 Soenarjo dkk, op. cit. hlm. 322 42 Frithjof Schuon, “Roots of The Human Condition”, (Terj.) Ahmad Norma Permata,

Hakikat Manusia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997), hlm. 35

Page 18: BAB II HUBUNGAN MANUSIA DAN ALAM A. MANUSIA 1. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · keindahan alam yang diciptakan Tuhan. Lantaran ia berpikir tentang

32

dalamnya. Manusia sebagai makhluk Tuhan yang berakal budi dan

sebagai penghuni alam semesta selalu tergoda oleh rasa ingin tahunya

untuk mencari penjelasan tentang makna dari hal hal yang diamati.43

2. Proses Penciptaan Alam

Pandangan tentang proses jagad raya adalah menjadi topik sentral

yang dikemukakan oleh para kosmolog sejak masa klasik hingga modern.

Berbagai pendapat tersebut hingga kini terbagi menjadi beberapa poros

berbeda. Pertama, dari kaum Stoa yang menyatakan bahwa di dalam

wujud ini yang ada hanyalah materi. Tiap-tiap wujud tersusun dari dua

unsur, pasif dan aktif. Unsur aktif adalah kekuatan yang memberi gerak

dan semua bentuk pada materi. Kekuatan tersebut adalah api, lalu api

bergerak dan sebagian berubah jadi udara, sebagian berubah jadi air dan

sebagian lagi berubah jadi debu. Segala sesuatu akan kembali menjadi api

dan kembali lagi seperti semula. Tuhan adalah alam itu sendiri dan alam

ini adalah jasad Tuhan.44

Kedua, para ahli kosmos kuno menganggap bahwa alam bagaikan

bulatan (bola) raksasa. Berpusat di bumi dan sekitarnya hingga ke orbit

bulan sebagai batas alam bumi. Sedang apa yang berada di atas bulan

sampai kebulatan langit. Pertama adalah alam langit. Pandangan ini

dikemukakan aoleh Aristoteles (384-322 SM)45. Bola raksasa sebagai

tempat menempelnya bintang-bintang disebut langit dengan putarannya

selama 24 jam.46

Pendapat lain(ketiga) bahwa alam ini diciptakan Tuhan baru

muncul pada aliran Neo-Platonisme yang menggambarkan alam sebagai

limpahan Dzat-Nya. yang pertama keluar ialah akal yag menarik dua

fungsi yakni memikirkan Tuhan dan dirinya. Dari akal tersebut keluarlah

jiwa alam dan memunculkan jiwa-jiwa manusia dan tabiat. Jiwa alam ini

43 Heri Purnama, Ilmu Alamiah Dasar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hlm 129 44 Syekh Nadim, Para Pencari Tuhan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), hlm. 49 45 Achmad Fuad al Ahwani, Filsafat Islam, (terj.), (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995), hlm.

146 46 Ahmad Baiquni, Al Quran dan Ilmu pengetahuan Kealaman, (Yogyakarta: Dana

Bhakti Prima Yasa, 1996), hlm. 79

Page 19: BAB II HUBUNGAN MANUSIA DAN ALAM A. MANUSIA 1. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · keindahan alam yang diciptakan Tuhan. Lantaran ia berpikir tentang

33

termasuk dalam alam ruhani dan dekat dengan alam inderawi. Ia mejadi

perantara antara alam inderawi dan akal.47

Keempat, pandangan yang menyatakan bahwa alam semesta

dimanapun dan bagaimanapun selalu sama. Berdasarkan prinsip tersebut,

alam semesta terjadi pada suatu saat tertentu yang telah lalu dan segala

sesuatu selalu tetap sama, walaupun galaksi saling bergerak menjauhi satu

sama lain. Teori ini ditunjang oleh kenyataan bahwa galaksi baru

mempunyai jumlah yang sebanding dengan galaksi lama. Dengan

demikian teori ini secara ringkas menyatakan bahwa tiap-tiap galaksi lahir,

tumbuh, menjadi tua dan akhirnya mati.48

Kelima, pada abad 17, Isaac Newton (1642-1727) berpendirian

bahwa keadaan alam semesta tak terhingga besarnya dan tak terhingga

tuanya (tanpa awal dan tanpa akhir). Disebut tidak terbatas dan besarnya

tak terhingga, sebab kalau ia terbatas, bintang dan galaksi yang ada di tepi

akan merasakan gaya tarik grafitasi dari satu sisi saja, yaitu ke arah pusat

alam semesta, sehingga lama kelamaan benda-benda langit tersebut akan

mengumpul pada satu titik. Namun kecenderungan semacam itu tidak

pernah nampak pada pengamatan.49

Pendapat terakhir (keenam) muncul kemudian pada tahun 1927,

George Lemaitre (1894-1966) untuk pertama kalinya merumuskan teori

“big bang” (BB) yang kemudian didukung George Gamao (1904-1968)

dengan dasar pembuktian nyata pada tahun 1948.50 teori ini menjadi

pegangan penting menjelaskan asal usul universum. Bahwa unversum lahir

dari suatu ledakan dahsyat 150 milyar tahun lalu yang berasal dari materi

dalam keadaan superkerapatan dan superpanas.

Sampai sekarang dalam menjelaskan kejadian alam semesta, para

kosmolog masih berpegangan pada teori “BB”. Pecahan inilah yang akan

47 Syekh Nadim, op cit, hlm. 52 48 Heri Purnama, op cit, hlm. 130 49 Ahmad Baiquni, op cit, hlm. 207 50 Sirajuddin Zar, Konsep Penciptaan Alam dalam Pemikiran Islam, Sains dan al Qur’an,

(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), hlm. 145

Page 20: BAB II HUBUNGAN MANUSIA DAN ALAM A. MANUSIA 1. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · keindahan alam yang diciptakan Tuhan. Lantaran ia berpikir tentang

34

menjadi bintang-bintang dan galaksi. Karena pemuaian alam, galaksi

bergerrak saling menjauhi dan akan terus bergerak. Pandngan ini diperkuat

oleh observasi radio-astronomi Arno Penzias (L. 1933) pemenang nobel

1978 dan Robert Wilson (L 1936) pada tahun 1964 mengungkapakan

adanya gelombang mikro yang meluncur ke bumi dari segala penjuru alam

yang tersisa dari peristiwa “BB” pada saat yang sama Bob Dicke (L 1916)

menemukan gelombang radiasi serupa kilatan peninggalan era “BB” yang

terdeteksi melalui radiasi gelombang mikro bersuhu -2700 C yang sampai

saat ini membanjiri kosmos.51

Sedangkan dalam al Qur’an, berkenaan dengan sains sekarang ini,

yang mana telah dikaji oleh para ilmuan, mereka telah dapat

mengidentifikasi enam tahap proses alam semeta sebagaimana

diillustrasikan oleh al Qur’an sendiri, yaitu:

Tahap pertama, sejak penciptaan sampai suhu kosmos menjadi

seratus juta-juta-juta-juta-juta derajat. Dalam tahap ini seluruh kosmos

yang terdiri dari ruang, materi, dan radiasi telah ditentukan interaksinya,

sifat serta kelakuannya.

Tahap kedua, sejak berakhirnya tahap pertama sampai suhu

kosmos turun hingga mencapai seratus ribu juta derajat. Kerapatan materi

dalam alam semesta adalah empat juga ton tiap liter. Dalam tahap ini

bahan penyusun nuklir yaitu penyusun inti-inti atom telah tertentu

jumlahnya.

Tahap ketiga, sejak berakhirnya tahap kedua sampai suhu kosmos

tinggal seribu juta derajat dan kerapatan materinya tinggal dua puluh kilo

gram tiiap liter. Dalam tahap ini muatan kelissstrikan di alam semesta

telah diitetapkan.

Tahap keempat, sejak berakhirnya tahap ketiga sampai suhu

kosmos beradda dibawah seeratus juta deerajat. Kerapatan materinya

tinggal sepersepuluh kilo gram tiiap liiiter. Dalam tahap ini telah dimuali

penyusunan inti-inti atom, kecuali itu, pada waktu itu kemungkinan

51 Sirajuddin Zar, Menafsirkan Kembali Kosmologi al Qur’an, op. cit. hlm. 54

Page 21: BAB II HUBUNGAN MANUSIA DAN ALAM A. MANUSIA 1. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · keindahan alam yang diciptakan Tuhan. Lantaran ia berpikir tentang

35

terjadinya pengelomkpokan –pengelompokan materi, ssebagai akibat dari

adanay ketidak seragaman lokal, yag nantinya akan berevolusi menjadi

galaksi-galasksi.

Tahap kelima, sejak berakhirnya tahap keempat smapai mulainya

terbentuk atom-atom, sehingga elektron bebas dalam kosmos menjadi

sangat berkurang jumlahnya. Dalam tahap ini cahaya mengisi seluruh

ruang kosmos.

Tahap keenam, ketika kabut materi yang terdiri dari atom atom

mulai mengumpul dan membentuk bintang-bintang dan galaksi. Diantara

bintagn-bintang ini terdapat matahari yang diputari oleh bumi dan planet-

planet.52

3. Unsur-unsur dan Hukum Alam

Ide tentang atom sebagai struktur yang rijid (kaku), memenuhi

ruang, seperti yang telah kita lihat, menghadapi kesulitan segera sesudah

usaha dilakukan untuk menggambarkan proses pertubrukan, selaras

dengan hipotesis fundamental dan hukum mekanis. Daya yang diperlukan

untuk mendorong atom-atom terpisah setelah bertubrukan, tidak dapat

dideduksikan dari konsep Substansi sebagai sesuatu yang menempati

ruuang, atau dari sifatnya yang tidak tertembus.53

Segala bentuk yang tidak berubah, yang dianggap sebagai dasar

semua perubahan dalam alam-wahana yang identik dengan dirinya sendiri

dengan ciri khas yang dapat berubah dari semua badan yang dapat dicapai

oleh persepsi indera, dikenal sebagai Substansi. Kini, entitas apa yang

identik dengan dirinya sendiri, dan konsep apa yang diperlukan untuk

membentuknya? Setiap penunjukkan yang lebih dekat lagi-lagi hanyalah

pernyataan tentang atribut. Oleh karena itu, jika dikehendaki bahwa

substansi itu seharusnya bukan merupakan sesuatu yag merupakan

ketidakmampuan tampil intuitif dan yang tidak dapat dispesifikasikan

lebih jauh dan yang seharusnya tetap tidak hanya sebagai postulat, titik

52 Muh. Nur Ichwan, Tafsir ‘Ilmi: Memahami al Qur’an Melalui Pendekatan Sains Modern, (Yogyakarta: Menara Kudus, 2004), hlm. 200-201

53 Ibid, hlm. 129

Page 22: BAB II HUBUNGAN MANUSIA DAN ALAM A. MANUSIA 1. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · keindahan alam yang diciptakan Tuhan. Lantaran ia berpikir tentang

36

perhentian akhir pengetahuan, namun seharusnya merupakan sarana riil

untuk menjelaskan sesuatu, maka esensial untuk menspesifikasikan unsur

fundamentalnya. Karena secara jelas, sesuatu yang unsurnya tidak

diketahui tidak dapat digunakan untuk penjelasan. Selain itu, unsur atau

atribut ini harus bersifat tidak berubah, konstan, dan identik dengan

dirinya sendiri, karena fungsinya adalah untuk mengungkapkan hakikat

Substansi.54

Kemudian apa yang tetap tidak berubah? Para filsuf Yunani,

Leucippus dan Democritus, setelah terpaksa melepaskan semua kualitas

inderawi “subjektif” seperti merah, panas, manis, dan sebagainya wajib

untuk memandang “memenuhi atau menempati ruang” sebagai satu-

satunya kualitas yang tersisa pada materi.55

Dalam kaitannya dengan alam semesta, Ward (2002) menyatakan

bahwa semesta secara keseluruhan mungkin saja terkait dengan proses

entropi, yang bergerak menuju kekacauan akhir. Apabila semesta

memiliki tujuan, maka tujuan itu tidak terletak pada titik akhir fisiknya,

melainkan pada penciptaan dan kontemplasi tahap-tahap yang berharga

dalam proses keberadaannya. Jika tahap-tahap itu ada maka sekalipun

akan melenyapkan dan hilang, dan memang akan begitu, tujuan semesta

tetap akan tercapai.

Keseimbangan dan kekuatan yang sangat persis dari gaya-gaya

gravitasi, elektromagnet, dan gaya nuklir dasar harus sedemikian

persisnya, apabila kehidupan yang sadar mau mewujud.56

Konstanta-konstanta dasar alam harus sedemikian tepatnya untuk

dapat menghasilkan kehidupan. Hal ini, menurut Atkins, “terasa seperti

mukjizat saja laiknya”. Perkataan seperti itu hanya tepat apabila Tuhan

Yang Maha Bijak memang ingin menciptakan semesta yang dapat

melahirkan kehidupan, jika segalanya memang mempunyai tujuan.

Namun hal itu tidak tepat jika segalanya sekedar kebetulan. Proses

54 Moritz Schlick, Filsafat Alam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 122 55 Ibid, hlm. 123 56 Yusman Wiyatmo, op.cit hlm. 132-133

Page 23: BAB II HUBUNGAN MANUSIA DAN ALAM A. MANUSIA 1. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · keindahan alam yang diciptakan Tuhan. Lantaran ia berpikir tentang

37

entropi, bagaimanapun juga, adalah apa yang memberi arah temporal pada

semesta, dan memebedakan masa lampau dan masa depan. Dengan

demikian, proses itu juga memiliki tujuan yang jelas.57

Berdasarkan uraian di atas, Ward telah menolak hipotesis bahwa

semesta berasal dari kebetulan dan hipotesis bahwa semesta terbentuk

secara niscaya. Hipotesis yang terakhir adalah bahwa semesta diciptakan

melalui pilihan bebas dan cerdas. Berdasarkan hipotesis ini ada hal ketiga

yang menghubungkan antara yang abadi dan temporal, antara yang

konseptual dan yang fisik, antara yang niscaya dan yang kontingen.58

Menurut Ward, fakta bahwa unsur-unsur materi semesta tunduk

pada hukum-hukum yang umum masih merupakan misteri. Apabila

segalanya memang berlangsung acak, sekedar kebetulan murni, dapat

diperkirakan bahwa keajegan yang diperlihatkan oleh hukum-hukum

fisika suatu waktu akan berubah dan lenyap. Dalam semesta segala

sesuatu dapat terjadi, hukum-hukum dasar fisika pada suaatu waktu dapat

saja tidak berlaku lagi. Lalu, mengapa zarah-zarah materi tetap tunduk dan

patuh pada hukum akar kuadrat dari gravitasi, atau mengapa interaksi

antara zarah-zarah nuklir sepenuhnya berjalan sesuai dengan batas-batas

yang ditetapkan oleh persamaan Schrodinger? Menurut Newton, alam

bertindak sesuai dengan hukum-hukum impersonal yang dapat

diekspresikan secara matematis dan secara operasional menentukan

segalanya.59

Tampaklah bahwa alam semesta menyebabkan sesuatu dibangun

secara bertahap atau berevolusi sesuai dengan hukum-hukum yang

terdefinisikan secara baik. Hukum-hukum ini mungkin atau mungkin

tidak ditasbihkan oleh Tuhan, namun tampaknya bahwa kita akan dapat

menemukan dan memahami hukum-hukum itu. Dengan kenyataan

tersebut, apakah tidak masuk akal untuk mengharapkan bahwa hukum

yang sama atau serupa yang diyakini berlaku pada permulaan alam

57 Ibid. 58 Ibid.. 59 Ibid hlm. 135

Page 24: BAB II HUBUNGAN MANUSIA DAN ALAM A. MANUSIA 1. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · keindahan alam yang diciptakan Tuhan. Lantaran ia berpikir tentang

38

semesta? Dalam teori relativitas umum klasik, permulaan alam semesta

harus berupa sebuah singularitas dari kerapatan yang tidak terhingga

dalam kelukan ruang waktu. Dalam kondisi tersebut, seluruh hukum fisika

yang kita ketahui akan hancur dan runtuh.60

Alam semesta dari keadaan yang rata dan teratur. Ini akan

mengantar kita pada penunjuk arah waktu Thermodinamika dan penunjuk

arah kosmik yang terdefinisikan dengan baik, sebagaimana kita amati.61

Atom yang semula diduga tak dapat dibagi-bagi lagi itu ternyata

masih bisa dibagi menjadi dua, yakni proton dan elektron. Seperti bumi

dan matahari; seperti satu tata surya lainnya; seperti satu universe dengan

universe yang lain di alam raya ini diikat oleh kodrat Tolak dan Tarik

(repultion dan atraction), yang boleh dikatakan masih termasuk jenisnya

kodrat tesis dan anti tesis dalam dialektika, maka demikian juga dua dunia

terkecil taadi, yaitu proton dan elektron tadi, diikat oleh kodrat Tolak dan

Tarik menjadi satu atom atau sintesis atom. Ringkasnya sintesis dari

proton dan elektron adalah atom; sintesis atom dan atom ialah molekul;

sintesis molekul dan molekul yakni badan; sintesis dari bumi dan matahari

adalah tata surya, sintesis dari satu tata surya dengan tata surya lainnya

serta akhirnya satu ‘universe’ dengan ‘universe’ lainnya, ialah alam raya

kita.62

C. HUBUNGAN MANUSIA DAN ALAM DALAM ISLAM

Islam sebagai agama wahyu merupakan kerangka acuan paripurna

untuk seluruh aspek kehidupan bagi setiap muslim. Pada dasarnya setiap

muslim yang memahami al Qur’an dan Sunnah dengan tetap dan benar,

meyakini bahwa kedua sumber tersebut memberikan skema kehidupan yang

sangat jelas, maka masyarakat yang harus dibangun oleh setiap muslim adalah

masyarakat yang tunduk pada kehendak Ilahi, sehingga dapat diklasifiksikan

60 Stephen W. Hawking, op. cit, hlm. 115-116 61 Ibid. hlm. 116 62 Tan Malaka, Pandangan Hidup, (Yogyakarta: Lumpen, 2000), hlm. 39

Page 25: BAB II HUBUNGAN MANUSIA DAN ALAM A. MANUSIA 1. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · keindahan alam yang diciptakan Tuhan. Lantaran ia berpikir tentang

39

tentang yang baik dan yang buruk juga tentang yang benar dan yang salah,

yang boleh dan yang terlarang.63

Pada hakikatnya syari’at Islam bertujuan untuk membangun kehidupan

manusia berdasarkan nilai-nilai kebajikan (ma’rufat), dan membersihkannya

dari berbagai kejahatan (munkarât). Dalam hal ini, ma’rufat mencakup segala

kebajikan dan seluruh kebaikan yang diterima oleh nurani manusia sepanjang

masa, sedang munkarât menunjuk pada setiap kejahatan dan keburukan yang

selalu bertentangan dengan nurani manusia. Syari’at Islam bukan hanya

menunjukkan apa yang termasuk dalam ma’rufat dan apa yag tergolong

munkarat, melainkan juga menentukan skema kehidupan untuk menumbuhkan

ma’rufat dan apa yang tergolong munkarât tidak merancukan kehidupan

manusia.64

Oleh karena itu, menurut Islam, manusia merupakan makhluk sosial

dan politik, kesejahteraannya dalam segala hal terpaut dengan kesejahteraan

masyarakat. Organisasi individu yang tertinggi adalah masyarakat. Islam

mewajibkan untuk membentuk masyarakat dan mengusulkan kepada dunia

gagasan kemasyarakatan yang praktis. Dari pada itu manusia harus mengerti

tentang lingkungan sekitar dan memanfaatkan sesuai jalan syari’at yang telah

ditentukan.

Al Qur’an dan as Sunnah selalu meminta agar manusia mengisi

hidupnya dengan bekerja untuk mempetahankan kehidupannya, yaitu dengan

memanfaatkan apa yang telah Allah ciptakan baginya di muka bumi ini. Dari

pandangan Islam, hanya pekerjaan baik dan amal shaleh yang akan

mendapatkan pahala.65

Disamping itu manusia sebagai makhluk yang cerdas akan mampu

melaksanaan kegiatan sehari-harinya. Tetapi kadangkala ia juga memerlukan

bantuan orang lain. Sebenarnya alam tercipta untuk dimanfaatkan oleh

63 Adnan, Islam Sosialis; Pemikrian Sistem Ekonomi Sosialis Religius Sjafruddin Prawira

negara, (Yogyakarta: Menara Kudus, 2003), hlm. 34 64 Ibid, hlm 35 65 Muhammad al Buraey, Islam: Landasan Alternatif Administrasi Pembangunan, terj.

Ach. Nashir Budiman, (Jakarta: CV Rajawali, 1986), hlm. 106

Page 26: BAB II HUBUNGAN MANUSIA DAN ALAM A. MANUSIA 1. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · keindahan alam yang diciptakan Tuhan. Lantaran ia berpikir tentang

40

manusia. Karena manusia adalah makhluk termulia di bumi ini, maka segala

sesuatu memang disediakan untuknya. Diantara tugas manusia, yaitu

memanfaatkan alam dan tenaga yang dikandungnya guna memenuhi

keperluan dan kebutuhannya dan juga teman-temannya.

Hubungan manusia terhadap alam adalah sebagai pemanfaat, dan

bukan sebagai saingan. Tidak seharusnya manusia mengeksploitasi alam. Al

Quran (2: 29) mengatakan “Ia yang menciptakan bagimu apa yang ada di

bumi semuanya”

Hubungan keduanya menurut ajaran al Qur’an maupun as Sunnah

merupakan hubungan yang dibingkai dengan aqidah, yakni konsep

kemakhlukan yang sama sama tunduk dan patuh kepada al Khâliq, yang diatur

dan akhirnya semua kembali kepadaNya. Dalam konsep kemakhlukan ini

manusia memperoleh konsesi dari Yang Maha Penciptanya untuk

memperlakukan alam sekitarnya dengan dua macam tujuan:

1. al Intifâ’ (pendayagunaan), baik dalam arti mengkonsumsi langsung

maupun dalam arti memproduksi.

2. al I’tibâr (mengambil pelajaran) tehadap fenomena yang terjadi dari

hubungan antara manusia dengan alam sekitarnya, maupun hubungan

antara alam itu sendiri (ekosistem), baik yang berakibat konstruktif

(ishlâh) maupun yan berakibat destruktif (ifsâd).

Dalam sejarah Islam, pada waktu terjadi pembebasan kota Makkah

(Fathu Makkah), kekhawatiran akan terjadinya tindakan-tindakan yang

merusak lingkungan alam di tanah haram itu dengan cepat diantisipasi oleh

Nabi SAW. Beliau melarang perburuan binatang dan mencabuti rerumputan di

tanah haram. Kebijakan ini sangat relevan dengan kondisi alam di tanah

haram yang miskin lingkungan nabati dan hewani. Bahkan sampai

sekarangpun perlindugan flora dan fauna disana masih terus berlaku, dan

dikaitkan dengan prinsip ibadah haji atau umrah. Dapat dibayangkan

seandainya tidak ada perlindungan terhadap kehidupan flora dan fauna di

tanah haram yang menjadi pusat kegiatan haji itu, kemudian setiap orang

Page 27: BAB II HUBUNGAN MANUSIA DAN ALAM A. MANUSIA 1. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · keindahan alam yang diciptakan Tuhan. Lantaran ia berpikir tentang

41

jama’ah haji yang jumlahnya jutaan orang mengambil atau memotong

tanaman yang ada disana masing-masing satu potong saja dengan dalih untuk

souvenir atau obat, kemungkinan dalam satu musim haji saja sudah cukup

untuk merusak lingkungan alam, khususnya lingkungan hidup flora dan fauna

juga manusia disana. Dan hal yang demikian tidak dikehendaki oleh Islam.66

66 Afif Najih Anis, (Ed.), Islam dalam Perspektif Sosio Kultural, (Jakarta: Lantabora

Press, 2005), hlm. 323-324