bab ii hubungan lama mens terhadap kadar hemoglobin pada remaja siswi sma

Upload: dewi-andang-prastika

Post on 12-Jul-2015

627 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Menstruasi Menstruasi adalah siklus discharge fisiologik darah dan jaringan mukosa melalui vagina dari uterus yang tidak hamil, dibawah kendali hormonal dan berulang secara normal, biasanya interval sekitar empat minggu tanpa adanya kehamilan (Dorland, 2002). Pada tiap siklus menstruasi dikenal tiga masa utama, ialah sebagai berikut : 1. Masa haid selama dua sampai delapan hari. Pada waktu itu endometrium dilepas, sedangkan pengeluaran hormon-hormon

ovarium paling rendah (minimum). 2. Masa proliferasi sampai hari kedelapan belas. Pada waktu itu endometrium tumbuh kembali, disebut juga endometrium

mengadakan proliferasi. Antara hari kedua belas dan keempat belas dapat terjadi pelepasan ovum dari ovarium yang disebut ovulasi. 3. Sesudahnya disebut masa sekresi. Pada ketika itu korpus rubrum menjadi korpus luteum yang mengeluarkan progesteron. Di bawah pengaruh progesteron ini, kelenjar endometrium yang tumbuh berkeluk-keluk mulai bersekresi dan mengeluarkan getah yang mengandung glikogen dan lemak. Pada akhir masa ini stroma

4

5

endometrium berubah ke arah sel-sel desidua, terutama yang berada di seputar pembuluh-pembuluh arterial. Keadaan ini memudahkan adanya nidasi ( Winjkosastro, 2007). Pembagian siklus menstruasi dapat dilihat lebih jelas pada gambar 1.

Gambar 1. Siklus menstruasi

B. Kadar Hemoglobin Hemoglobin adalah pigmen protein yang mengandung zat besi, terdapat dalam sel darah merah dan berfungsi terutama dalam pengangkutan oksigen dari paru-paru ke semua sel jaringan tubuh (Irianto, 2010).

6

Hemoglobin adalah protein yang kaya zat besi yang memiliki afinitas (daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah merah sehingga oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan (Pearce, 2009). Ada beberapa cara pemeriksaan kadar Hb : a. Cara tallquist : membandingkan warna merah darah dengan menggunakan standart warna dari kertas tallquist. b. Kalorimetris 1) 2) Visual metode sahli (pembentukan hematin asam) Fotoelektris (pembentukan cyanmet oxyhaemoglobin)

c. Berdasarkan berat jenis dengan metode CuSO4.

d. Cara kimia

: menentukan kadar Fe yang diikat sejumlah gas

yang tertentu pula. e. Gasometrik : bahwa pada suhu dan tekanan udara teretentu Hb

dapat mengikat sejumlah gas yang tertentu pula. Prosedur pemeriksaan dengan metode cyanmethemoglobin : Hemoglobin darah diubah menjadi cyanmethemoglobin

(hemoglobinsianida) dalam larutan yang berisi kaliumsianida. Absorbsi larutan diukur pada gelombang 540 nm atau filter hijau. Larutan Drabkin yang dipakai pada cara ini mengubah hemoglobin, oksihemoglobin,

7

methemoglobin dan karboksihemoglobin menjadi cyanmethemoglobin. Sulfhemoglobin tidak berubah dan karena itu tidak ikut diukur

Cara pengukuran : 1. Drabkin.2.

Ke dalam tabung kolorimeter dimasukkan 5,0 ml larutan

Dengan pipet hemoglobin diambil 20 l darah kapiler,

sebelah luar ujung pipet dibersihkan, lalu darah itu dimasukkan ke dalam tabung kolorimeter. 3. kali. 4.5.

Campurlah isi tabung dengan membalikkannya beberapa

Bacalah dalam spektrofotometer pada gelombang 540 nm. Kadar hemoglobin ditentukan dari perbandingan

absorbasinya dengan absorbansi standard sianmethemoglobin atau dibaca dari kurve tera. Cara ini sangat bagus untuk laboratorium rutin dan sangat dianjurkan untuk penerapan kadar hemoglobin dengan teliti karena standard cyanmethemoglobin yang ditanggung kadarnya bersifat stabil dan dapat dibeli. Ketelitian cara ini dapat mencapai 2 %. Larutan Drabkin: natriumbikarbonat 1 g, kaliumsianida 50 mg, kaliumferrisianida 200 mg, aqua dest 1000 ml. Kadang-kadang

8

ditambahkan sedikit detergent kepada larutan Drabkin ini supaya perubahan menjadi sianmethemoglobin berlangsung lebih sempurna dalam waktu singkat. Simpan reagens ini dalam botol coklat dan perbaruilah tiap bulan. Laporan hasil pemeriksaan kadar hemoglobin dengan memakai cara cyanmethemoglobin dan spektrofotometer hanya boleh menyebut satu angka (digit) di belakang tanda desimal; melaporkan dua digit sesudah angka desimal melampaui ketelitian dan ketepatan yang dapat dicapai dengan metode ini (Supariasa, Fajar, Bakri, 2001).

C. Anemia a. Pengertian Anemia adalah penurunan konsentrasi eritrosit atau hemoglobin dalam darah dibawah normal, diukur per mm kubik atau melalui volume sel darah merah (packed red cells) dalam 100 ml darah; terjadi ketika keseimbangan antara kehilangan darah (melalui perdarahan atau perusakan) dan produksi darah terganggu (Dorland, 2002) Anemia gizi merupakan salah satu penyebab masalah gizi di Indonesia. Sebagian besar anemia gizi ini adalah anemia gizi besi. Penyebab anemia gizi besi terutama pada makanan yang dimakan kurang mengandung besi, terutama dalam bentuk besi-hem. Di

9

samping itu pada wanita karena kehilangan darah karena haid dan persalinan ( Almatsier, 2002) b. Tanda-tanda Anemia Tanda-tanda anemia dapat dibedakan menjadi tanda umum dan khusus. Tanda umum meliputi kepucatan membran mukosa yang timbul bila kadar hemoglobin kurang dari 9-10 g/dl. Sebaliknya, warna kulit bukan tanda yang dapat diandalkan. Sirkulasi yang hiperdinamik dapat menunjukkan takikardi, nadi kuat, kardiomegali, dan bising jantung sistolik khususnya pada apeks. Tanda yang spesifik dikaitkan dengan jenis anemia tertentu, misalnya koilonikia dengan defisiensi besi, ikterus dengan anemia hemolitik atau megaloblastik, ulkus tungkai dengan anemia sel sabit dan anemia hemolitik lain, deformitas tulang dengan talasemia mayor dan anemia hemolitik kongenital lain yang berat ( Hoffbrand, 2005). Anemia gizi berat ditandai oleh sel darah merah yang kecil (mikrositosis) dan nilai hemoglobin rendah (hipokromia). Oleh sebab itu anemia gizi dinamakan anemia hipokromik mikrositik.

Kekurangan besi pada umumnya menyebabkan pucat, rasa lemah, letih, pusing, kurang nafsu makan, menurunnya kekebalan tubuh dan gangguan penyembuhan luka. Disamping itu kemampuan mengatur suhu tubuh menurun. Pada anak-anak kekurangan besi menimbulkan

10

apatis,

mudah

tersinggung,

munurunnya

kemampuan

untuk

berkonsentrasi dan belajar (Almatsier, 2002)

D. Remaja Remaja didefinisikan sebagai periode transisi antara masa anakanak ke masa dewasa, atau masa belasan tahun, atau jika seseorang menunjukan tingkah laku tertentu seperti susah diatur, mudah terangsang perasaan dan sebagainya (Sarwono, 2001) Masa remaja (adolescence) merupakan periode transisi

perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosioemosional.

Masa remaja dibagi menjadi dua, yaitu :1. Masa remaja awal (early adolescence), kurang lebih berlangsung

dimasa sekolah menengah pertama ata sekoah menengah akhir dan perubahan pubertas terjadi dimasa ini.2. Masa remaja akhir (late adolescence), kurang lebih terjadi pada

pertengahan dasawarsa yang kedua dari kehidupan. Minat karir,

11

pacaran, dan eksplorasi identitas sering kali lebih menonjol di masa remaja akhir dibanding dimasa remaja awal (Santrock, 2007)

E. Status gizi Status gizi adalan eksperimen dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Penilaian status gizi menurut Supariasa (2002), antara lain : a) 1) Secara langsung Antropometri Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri

berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi.

Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh. 2) Klinis

12

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat dari jaringan epitel (superficial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral, atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat. Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda dan gejala atau riwayat penyakit. 3) Biokimia Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain darah, urine, tinja, juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Metode ini digunakan untuk sesuatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faal dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.

13

4)

Biofisik Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode

penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik, cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.

b) 1)

Secara tidak langsung Survei konsumsi makanan Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga, dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi.

2)

Statistik vital

14

Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisa data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi. Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat. 3) Faktor ekologi

Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan lain-lain. Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi.

F. Hubungan Lama Menstruasi terhadap Kadar Hemoglobin Hasil dari penelitian Arey (1939), yang menganalisis temuan dari 12 studi berbeda yang meneliti sekitar 20.000 catatan kalender dari 1500 wanita, menyimpulkan bahwa tidak terbukti adanya keteraturan siklus menstruasi yang sempurna. Dalam suatu studi terhadap 479 wanita normal Inggris, mendapatkan bahwa perbedaan tipikal antara siklus terpendek dan terpanjang adalah antara 8 atau 9 hari. Pada 30% wanita, perbedaan

15

tersebut dapat mencapai lebih dari 13 hari, tetapi tidak pernah kurang dari 2 hari pada wanita manapun (Cunningham et. al, 2006). Pengeluaran besi dari jaringan melalui kulit, saluran pencernaan, atau urine, berjumlah 1 mg setiap harinya. Sedangkan pengeluaran darah selama menstruasi menunjukkan kehilangan simpanan zar besi secara cepat sesuai dengan banyaknya darah yang keluar. Sedangkan semakin lama wanita mengalami menstruasi maka semakin banyak pula darah yang keluar dan semkain banyak kehilangan timbunan zat besi. Oleh karena itu wanita menstruasi merupakan golongan yang lebih cenderung mengalami defisiensi besi. Wanita yang kehilangan darah sebesar 60 ml atau lebih akan mengalami penurunan dalam hal jumlah simpanan zat besi. Sepuluh dari 137 wanita menderita anemia defisiensi zat besi (kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dl) dan hilangnya darah selama menstruasi rata-rata kelompok wanita anemis ini adalah 58 ml, dimana angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan harga rata-rata dari keseluruhan kelompok (Hughes, 1995).

16

A. Kerangka KonsepLama Menstruasi (hari)

Perdarahan semakin banyak

Eritrosit menurun

Besi (Fe) menurun

Status gizi

Transferin menurun

Kadar Hemoglobin menurun

Gambar 2 Kerangka konsep penelitian

17

Keterangan

: : diteliti : tidak diteliti

B. Hipotesis Makin lama menstruasi makin rendah kadar hemoglobin.