bab ii hipertensi
DESCRIPTION
1TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Definisi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik ge 140 mmHg
dan tekanan darah diastolik ge 90 mmHg atau bila pasien memakai obat
antihipertensi3
22 Pembagian Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yakni
1 Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya
2 Hipertensi sekunder atau hipertensi renal
23 HIPERTENSI ESENSIAL
a Defenisi
Hipertensi esensial didefinisikan sebagai hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya4
Awitan hipertensi esensial biasanya terjadi antara usia 20 dan 50 tahun dan
dapat diklasifikasikan sebagai
1 Hipertensi benigna
Hipertensi esensial yang bersifat progresif lambat
2 Hipertensi maligna
3
Suatu keadaan klinis dalam penyakit hipertensi yang bertambah berat
dengan cepat sehingga dapat menyebabkan kerusakan berat pada berbagai
organ1
Laju perkembangan hipertensi esensial berbeda-beda tetapi biasanya
memiliki perkembangan yang berjalan secara progresif lambat selama 20 sampai 30
tahun Hipertensi yang berlangsung lama dapat mengakibatkan perubahan-perubahan
struktur pada arteriol di seluruh tubuh ditandai dengan fibrosis dan hialinisasi
(sklerosis) dinding pembuluh darah Organ sasaran utama keadaan ini adalah jantung
otak ginjal dan mata1
b Klasifikasi Hipertensi
Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention
Detection Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) klasifikasi
tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal prahipertensi
hipertensi derajat 1 dan derajat 2 (table 1)
Table 1 Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7
Klasifikasi Tekanan Darah TDS (mmHg) TDD (mmHg)
Normal
Prahipertensi
Hipertensi derajat 1
Hipertensi derajat 2
lt 120
120-139
140-159
ge 160
lt 80
80-89
90-99
ge 100
TDS = tekanan darah sistol TDD = tekanan darah diastol2
4
c Faktor Resiko Hipertensi
Faktor resiko yang mendorong timbulnya kenaikan tekanan darah adalah
1 Faktor resiko seperti diet dan asupan garam stress ras obesitas merokok
genetis
2 Sistem saraf simpatis tonus simpatis dan variasi diurnal
3 Keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi
4 Pengaruh sistem otokrin setempat yang berperan pada system rennin
angiotensin dan aldosteron4
d Efek Samping Hipertensi
Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh baik secara langsung
maupun tidak langsung Kerusakan organ-organ target yang umum diketahui pada
pasien hipertensi adalah
1 Jantung
Hipertropi ventrikel kiri
Angina atau infark miokard
Gagal jantung
2 Otak
Stroke atau transient ischemic attack
3 Penyakit ginjal kronik
4 Penyakit arteri perifer
5
5 Retinopati4
Adanya kerusakan organ target terutama pada jantung dan pembuluh darah
akan memperburuk prognosis pasien hipertensi Tingginya morbiditas dan mortalitas
pasien hipertensi terutama disebabkan oleh timbulnya penyakit kardiovaskular4
Faktor resiko penyakit kardiovaskular pada pasien hipertensi antara lain
adalah
Merokok
Obesitas
Kurangnya aktivitas fisik
Dislipidemia
Diabetes mellitus
Mikroalbuminuria atau perhitungan LFG lt 160 mlmenit
Umur (laki-laki gt 55 tahun perempuan lt 65 tahun)
Riwayat keluarga dengan penyakit jantung kardiovaskular prematur
(laki-laki gt 55 tahun perempuan lt 65 tahun)
e Gejala Klinis
Peninggian tekanan darah tidak jarang merupakan satu-satunya tanda pada
hipertensi primer Bergantung pada tingginya tekanan darah gejala yang timbul dapat
berbeda-beda Kadang-kadang hipertensi primer berjalan tanpa gejala dan baru timbul
6
gejala setelah terjadi komplikasi pada organ target seperti pada ginjal mata otak dan
jantung2
Gejala seperti sakit kepala epistaksis pusing dan migren dapat ditemukan
sebagai gejala klinis hipertensi primer meskipun tidak jarang yang tanpa gejala Pada
survei hipertensi di Indonesia tercatat berbagai keluhan yang dihubungkan dengan
hipertensi yakni kepala pusing telinga berdenging mimisan sukar tidur sesak nafas
rasa berat ditengkuk mudah lelah dan mata berkunang-kunang merupakan gejala
yang sering dijumpai2
Gejala lain yang disebabkan oleh komplikasi hipertensi seperti gangguan
penglihatan gangguan neurologi gagal jantung dan gangguan fungsi ginjal tidak
jarang dijumpai Gagal jantung dan gangguan penglihatan banyak dijumpai pada
hipertensi berat atau hipertensi maligna yang umumnya juga disertai oleh gangguan
fungsi ginjal bahkan sampai gagal ginjal Gangguan serebral yang disebabkan oleh
hipertensi dapat berupa kejang atau gejala akibat perdarahan pembuluh darah otak
yang berupa kelumpuhan gangguan kesadaran bahkan sampai koma Timbulnya
gejala tersebut merupakan tanda bahwa tekanan darah perlu segera diturunkan2
f Diagnosis Hipertensi
Evaluasi pasien hipertensi mempunyai tiga tujuan yaitu (1) menilai pola hidup
dan identifikasi faktor-faktor resiko kardiovaskular lainnya atau menilai adanya
penyakit penyerta yang mempengaruhi prognosis dan menentukan pengobatan (2)
7
mencari penyebab kenaikan tekanan darah (3) menentukan ada tidaknya kerusakan
organ target dan penyakit kardiovaskular4
Evaluasi pasien hipertensi adalah dengan melakukan anamnesis tentang
keluhan pasien riwayat penyakit dahulu dan penyakit keluarga pemeriksaan fisik
serta pemeriksaan penunjang
Anamnesis meliputi
1 Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah
2 Indikasi adanya hipertensi sekunder
a Keluarga dengan riwayat penyakit ginjal (ginjal polikistik)
b Adanya penyakit ginjal infeksi saluran kemih hematuri pemakaian obat-obat
analgesik dan obatbahan lain
c Episode berkeringat sakit kepala kecemasan palpitasi
d Episode lemah otot dan tetani
3 Faktor-faktor resiko
a Riwayat hipertensi atau kardiovaskular pada pasien atau keluarga pasien
b Riwayat hiperlipidemia pada pasien atau keluarganya
c Riwayat diabetes mellitus pada pasien atau keluarganya
d Kebiasaan merokok
e Pola makan sehari-hari
f Kegemukan intensitas olah raga
g Kepribadian
8
4 Gejala kerusakan organ
a Otak dan mata sakit kepala vertigo gangguan penglihatan transient
ischemic attacks defisit sensoris atau motoris
b Jantung palpitasi nyeri dada sesak kaki bengkak
c Ginjal haus poliuria nokturia hematuri
d Arteri perifer ekstremitas dingin klaudikasio intermiten
5 Pengobatan antihipertensi sebelumnya
6 Faktor-faktor pribadi keluarga dan lingkungan4
Pemeriksaan fisik selain memeriksa tekanan darah juga untuk mengevaluasi
adanya penyakit penyerta kerusakan organ target serta kemungkinan adanya
hipertensi sekunder4
Pengukuran tekanan darah
1 Pengukuran rutin di kamar periksa
Pengukuran rutin di kamar periksa dilakukan pada posisi duduk dikursi
setelah pasien istirahat selama 5 menit kaki di lantai dan lengan pada osisi
setinggi jantung Pengukuran dilakukan 2 kali dengan sela antara 1
sampai 5 menit Pengukuran denyut jantung dengan menghitung nadi
dilakukan saat duduk segera sesudah pengukuran tekanan darah Untuk
orang usia lanjut diabetes dan kondisi lain di mana diperkirakan ada
hipotensi ortostatik perlu dilakukan juga pengukuran tekanan ddarah pada
posisi berdiri
9
2 Pengukuran 24 jam ( Ambulatory Blood Preassure Monitoring)
Indikasi penggunaan APBM antara lain
Hipertensi yang bersifat episodik
Hipertensi office atau white coat
Adanya disfungsi saraf otonom
Hipertensi sekunder
Sebagai pedoman dalam pemilihan obat antihipertensi
Tekanan darah yang resisten terhadap pengobabatan anti hipertensi
Gejala hipotensi yang berhubungan dengan pengobatan anti hipertensi4
Pemeriksaan penunjang pasien hipertensi terdiri atas
1 Test darah rutin
2 Glukosa darah
3 Kolesterol total serum
4 Kolesterol LDL dan HDL serum
5 Trigiserida serum
6 Asam urat serum
7 Kreatinin serum
8 Kalium serum
9 Hemoglobin dan hematokrit
10 Elektrokardiogram4
10
Evaluasi pasien hipertensi juga diperlukan untuk menentukan adanya penyakit
penyerta sistemik yaitu
1 Aterosklerosis (melalui pemeriksaan profil lemak)
2 Diabetes (terutama pemeriksaan gula darah)
3 Fungsi ginjal (dengan pemeriksaan proteinuria kreatinin serum serta
memperkirakan laju filtrasi glomerulus) 4
Pemeriksaan untuk mengevaluasi adanya kerusakan target organ meliputi
1 Jantung
Pemeriksaan fisik
Foto polos dada (untuk melihat pembesaran jantung kondisi arteri
intratoraks dan sirkulasi pulmoner)
Elektrokardiografi (untuk deteksi iskemia gangguan konduksi
aritmia serta hipertrofi ventrikel)
Ekokardiografi
2 Pembuluh darah
Pemeriksaan fisik terutama perhitungan pulse preassure
USG karotis
Fungsi endotel
3 Otak
Pemeriksaan neurologis
Diagnosis stroke ditegakkan dengan menggunakan CT Scan atau MRI
11
4 Mata
Funduskopi
5 Fungsi ginjal
Pemeriksaan fungsi ginjal dan penentuan adanya proteinuria mikro ndash
makroalbuminuria serta ratio albumin kreatinin urin
Perkiraan laju filtrasi glomerulus4
f Pengobatan Pasien Hipertensi
Tujuan pengobatan hipertensi esensial adalah untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas yang disebabkan oleh gangguan dengan menggunakan cara yang paling
nyaman Tujuan utamanya adalah untuk mencapai tekanan darah kurang dari 14990
mmHg dan mengendalikan setiap faktor resiko kardiovaskular melalui perubahan
gaya hidup Apabila perubahan gaya hidup tidak cukup untuk memadai untuk
mendapatkan tekanan darah yang diharapkan maka harus dimulai terapi obat Pada
awalnya sebaiknya diberikan satu jenis obat Obat-obatan antihipertensi antara lain
ACE-Inhibitor captopril
Beta blocker propanolol
Calcium channel blocker amlodipin
Diuretik furosemide spironolacton chlorthiazide
12
KRISIS HIPERTENSI
Krisis Hipertensi adalah kenaikan tekanan darah dengan kenaikan tekanan
diastolik yang bermaknaTidak ada nilai absolut dari hipertensi krisis tetapi tekanan
diastolik antara 120-130 mmHg dapat dipakai sebagai petunjuk
Krisis hipertensi dapat diklasifikasikan berdasarkan perioritas pengobatan sebagai
berikut
1 Hipertensi emergensi (darurat) ditandai dengan TD Diastolik gt 120 mmHg
disertai kerusakan berat dari organ sasaran yag disebabkan oleh satu atau lebih
penyakitkondisi akut (tabel I) Keterlambatan pengobatan akanmenyebebabkan
timbulnya sequele atau kematian TD harus diturunkan sampai batas tertentu dalam
satu sampai beberapa jam Penderita perlu dirawat di ruangan intensive care unit atau
(ICU)
2 Hipertensi urgensi (mendesak) TD diastolik gt 120 mmHg dan dengan tanpa
kerusakankomplikasi minimum dari organ sasaran TD harus diturunkan dalam 24
jam sampai batas yang aman memerlukan terapi parenteral (tabel II)
Dikenal beberapa istilah berkaitan dengan krisis hipertensi antara lain
1 Hipertensi refrakter respons pengobatan tidak memuaskan dan TD gt
200110 mmHg walaupun telah diberikan pengobatan yang efektif (triple drug) pada
penderita dan kepatuhan pasien
13
2 Hipetensi akselerasi TD meningkat (Diastolik) gt 120 mmHg disertai
dengan kelainan funduskopi KW III Bila tidak diobati dapat berlanjut ke fase
maligna
3 Hipertensi maligna penderita hipertensi akselerasi dengan TD Diastolik gt
120 ndash 130 mmHg dan kelainan funduskopi KW IV disertai papiledema peniggian
tekanan intrakranial kerusakan yang cepat dari vaskular gagal ginjal akut ataupun
kematian bila penderita tidak mendapat pengobatan Hipertensi maligna biasanya
pada penderita dengan riwayat hipertensi essensial ataupun sekunder dan jarang
terjadi pada penderita yang sebelumnya mempunyai TD normal
4 Hipertensi ensefalopati kenaikan TD dengan tiba-tiba disertai dengan keluhan
sakit kepala yang sangat perubahan kesadaran dan keadaan ini dapat menjadi reversible
bila TD diturunkan
Tabel I Hipertensi emergensi ( darurat )
TD Diastolik gt 120 mmHg disertai dengan satu atau lebih kondisi akut
1048729 Pendarahan intra pranial ombotik CVA atau pendarahan subarakhnoid
1048729 Hipertensi ensefalopati
1048729 Aorta diseksi akut
1048729 Oedema paru akut
1048729 Eklampsi
1048729 Feokhromositoma
1048729 Funduskopi KW III atau IV
14
1048729 Insufisiensi ginjal akut
1048729 Infark miokard akut angina unstable
1048729 Sindroma kelebihan Katekholamin yang lain
- Sindrome withdrawal obat anti hipertensi
- Cedera kepala
- Luka bakar
- Interaksi obat
Tabel II Hipertensi urgensi ( mendesak )
Hipertensi berat dengan TD Diastolik gt 120 mmHg tetapi dengan minimal
atau tanpa kerusakan organ sasaran dan tidak dijumpai keadaan pada tabel I
KW I atau II pada funduskopi
Hipertensi post operasi
Hipertensi tak terkontrol tanpa diobati pada perioperatif
Tingginya TD yang dapat menyebabkan kerusakan organ sasaran tidak hanya
dari tingkatan TD aktual tapi juga dari tingginya TD sebelumnya cepatnya kenaikan
TD bangsa seks dan usia penderita Penderita hipertensi kronis dapat mentolelir
kenaikan TD yang lebih tinggi dibanding dengan normotensi sebagai contoh pada
penderita hipertensi kronis jarang terjadi hipertensi ensefalopati gangguan ginjal dan
kardiovaskular dan kejadian ini dijumpai bila TD Diastolik gt 140 mmHg Sebaliknya
pada penderita normotensi ataupun pada penderita hipertensi baru dengan
15
penghentian obat yang tiba-tiba dapat timbul hipertensi ensefalopati demikian juga
pada eklampsi hipertensi ensefalopati dapat timbul walaupun TD 160110 mmHg
Dasar-dasar penanggulangan Krisis Hipertensi
Tekanan darah yang sedemikian tinggi haruslah segera diturunkan karena
penundaan akan memperburuk penyakit yang akan timbul baik cepat maupun lambat
Tetapi penurunan yang terlalu agresif juga dapat menimbulkan berkurangnya perfusi
dan aliran darah ke organ vital terutama otak jantung dan ginjal Untuk menurunkan
TD sampai ke tingkat yang diharapkan perlu diperhaikan berbagai faktor antara lain
keadaan hipertensi sendiri (TD segera diturunkan atau bertahap pengamatan
problema yang menyertai krisis hipertensi perubahan dari aliran darah dan
autoregulasi TD pada organ vital dan pemilihan obat anti hipertensi yang efektif
untuk krisis hipertensi dan monitoring efek samping obat
16
Suatu keadaan klinis dalam penyakit hipertensi yang bertambah berat
dengan cepat sehingga dapat menyebabkan kerusakan berat pada berbagai
organ1
Laju perkembangan hipertensi esensial berbeda-beda tetapi biasanya
memiliki perkembangan yang berjalan secara progresif lambat selama 20 sampai 30
tahun Hipertensi yang berlangsung lama dapat mengakibatkan perubahan-perubahan
struktur pada arteriol di seluruh tubuh ditandai dengan fibrosis dan hialinisasi
(sklerosis) dinding pembuluh darah Organ sasaran utama keadaan ini adalah jantung
otak ginjal dan mata1
b Klasifikasi Hipertensi
Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention
Detection Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) klasifikasi
tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal prahipertensi
hipertensi derajat 1 dan derajat 2 (table 1)
Table 1 Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7
Klasifikasi Tekanan Darah TDS (mmHg) TDD (mmHg)
Normal
Prahipertensi
Hipertensi derajat 1
Hipertensi derajat 2
lt 120
120-139
140-159
ge 160
lt 80
80-89
90-99
ge 100
TDS = tekanan darah sistol TDD = tekanan darah diastol2
4
c Faktor Resiko Hipertensi
Faktor resiko yang mendorong timbulnya kenaikan tekanan darah adalah
1 Faktor resiko seperti diet dan asupan garam stress ras obesitas merokok
genetis
2 Sistem saraf simpatis tonus simpatis dan variasi diurnal
3 Keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi
4 Pengaruh sistem otokrin setempat yang berperan pada system rennin
angiotensin dan aldosteron4
d Efek Samping Hipertensi
Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh baik secara langsung
maupun tidak langsung Kerusakan organ-organ target yang umum diketahui pada
pasien hipertensi adalah
1 Jantung
Hipertropi ventrikel kiri
Angina atau infark miokard
Gagal jantung
2 Otak
Stroke atau transient ischemic attack
3 Penyakit ginjal kronik
4 Penyakit arteri perifer
5
5 Retinopati4
Adanya kerusakan organ target terutama pada jantung dan pembuluh darah
akan memperburuk prognosis pasien hipertensi Tingginya morbiditas dan mortalitas
pasien hipertensi terutama disebabkan oleh timbulnya penyakit kardiovaskular4
Faktor resiko penyakit kardiovaskular pada pasien hipertensi antara lain
adalah
Merokok
Obesitas
Kurangnya aktivitas fisik
Dislipidemia
Diabetes mellitus
Mikroalbuminuria atau perhitungan LFG lt 160 mlmenit
Umur (laki-laki gt 55 tahun perempuan lt 65 tahun)
Riwayat keluarga dengan penyakit jantung kardiovaskular prematur
(laki-laki gt 55 tahun perempuan lt 65 tahun)
e Gejala Klinis
Peninggian tekanan darah tidak jarang merupakan satu-satunya tanda pada
hipertensi primer Bergantung pada tingginya tekanan darah gejala yang timbul dapat
berbeda-beda Kadang-kadang hipertensi primer berjalan tanpa gejala dan baru timbul
6
gejala setelah terjadi komplikasi pada organ target seperti pada ginjal mata otak dan
jantung2
Gejala seperti sakit kepala epistaksis pusing dan migren dapat ditemukan
sebagai gejala klinis hipertensi primer meskipun tidak jarang yang tanpa gejala Pada
survei hipertensi di Indonesia tercatat berbagai keluhan yang dihubungkan dengan
hipertensi yakni kepala pusing telinga berdenging mimisan sukar tidur sesak nafas
rasa berat ditengkuk mudah lelah dan mata berkunang-kunang merupakan gejala
yang sering dijumpai2
Gejala lain yang disebabkan oleh komplikasi hipertensi seperti gangguan
penglihatan gangguan neurologi gagal jantung dan gangguan fungsi ginjal tidak
jarang dijumpai Gagal jantung dan gangguan penglihatan banyak dijumpai pada
hipertensi berat atau hipertensi maligna yang umumnya juga disertai oleh gangguan
fungsi ginjal bahkan sampai gagal ginjal Gangguan serebral yang disebabkan oleh
hipertensi dapat berupa kejang atau gejala akibat perdarahan pembuluh darah otak
yang berupa kelumpuhan gangguan kesadaran bahkan sampai koma Timbulnya
gejala tersebut merupakan tanda bahwa tekanan darah perlu segera diturunkan2
f Diagnosis Hipertensi
Evaluasi pasien hipertensi mempunyai tiga tujuan yaitu (1) menilai pola hidup
dan identifikasi faktor-faktor resiko kardiovaskular lainnya atau menilai adanya
penyakit penyerta yang mempengaruhi prognosis dan menentukan pengobatan (2)
7
mencari penyebab kenaikan tekanan darah (3) menentukan ada tidaknya kerusakan
organ target dan penyakit kardiovaskular4
Evaluasi pasien hipertensi adalah dengan melakukan anamnesis tentang
keluhan pasien riwayat penyakit dahulu dan penyakit keluarga pemeriksaan fisik
serta pemeriksaan penunjang
Anamnesis meliputi
1 Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah
2 Indikasi adanya hipertensi sekunder
a Keluarga dengan riwayat penyakit ginjal (ginjal polikistik)
b Adanya penyakit ginjal infeksi saluran kemih hematuri pemakaian obat-obat
analgesik dan obatbahan lain
c Episode berkeringat sakit kepala kecemasan palpitasi
d Episode lemah otot dan tetani
3 Faktor-faktor resiko
a Riwayat hipertensi atau kardiovaskular pada pasien atau keluarga pasien
b Riwayat hiperlipidemia pada pasien atau keluarganya
c Riwayat diabetes mellitus pada pasien atau keluarganya
d Kebiasaan merokok
e Pola makan sehari-hari
f Kegemukan intensitas olah raga
g Kepribadian
8
4 Gejala kerusakan organ
a Otak dan mata sakit kepala vertigo gangguan penglihatan transient
ischemic attacks defisit sensoris atau motoris
b Jantung palpitasi nyeri dada sesak kaki bengkak
c Ginjal haus poliuria nokturia hematuri
d Arteri perifer ekstremitas dingin klaudikasio intermiten
5 Pengobatan antihipertensi sebelumnya
6 Faktor-faktor pribadi keluarga dan lingkungan4
Pemeriksaan fisik selain memeriksa tekanan darah juga untuk mengevaluasi
adanya penyakit penyerta kerusakan organ target serta kemungkinan adanya
hipertensi sekunder4
Pengukuran tekanan darah
1 Pengukuran rutin di kamar periksa
Pengukuran rutin di kamar periksa dilakukan pada posisi duduk dikursi
setelah pasien istirahat selama 5 menit kaki di lantai dan lengan pada osisi
setinggi jantung Pengukuran dilakukan 2 kali dengan sela antara 1
sampai 5 menit Pengukuran denyut jantung dengan menghitung nadi
dilakukan saat duduk segera sesudah pengukuran tekanan darah Untuk
orang usia lanjut diabetes dan kondisi lain di mana diperkirakan ada
hipotensi ortostatik perlu dilakukan juga pengukuran tekanan ddarah pada
posisi berdiri
9
2 Pengukuran 24 jam ( Ambulatory Blood Preassure Monitoring)
Indikasi penggunaan APBM antara lain
Hipertensi yang bersifat episodik
Hipertensi office atau white coat
Adanya disfungsi saraf otonom
Hipertensi sekunder
Sebagai pedoman dalam pemilihan obat antihipertensi
Tekanan darah yang resisten terhadap pengobabatan anti hipertensi
Gejala hipotensi yang berhubungan dengan pengobatan anti hipertensi4
Pemeriksaan penunjang pasien hipertensi terdiri atas
1 Test darah rutin
2 Glukosa darah
3 Kolesterol total serum
4 Kolesterol LDL dan HDL serum
5 Trigiserida serum
6 Asam urat serum
7 Kreatinin serum
8 Kalium serum
9 Hemoglobin dan hematokrit
10 Elektrokardiogram4
10
Evaluasi pasien hipertensi juga diperlukan untuk menentukan adanya penyakit
penyerta sistemik yaitu
1 Aterosklerosis (melalui pemeriksaan profil lemak)
2 Diabetes (terutama pemeriksaan gula darah)
3 Fungsi ginjal (dengan pemeriksaan proteinuria kreatinin serum serta
memperkirakan laju filtrasi glomerulus) 4
Pemeriksaan untuk mengevaluasi adanya kerusakan target organ meliputi
1 Jantung
Pemeriksaan fisik
Foto polos dada (untuk melihat pembesaran jantung kondisi arteri
intratoraks dan sirkulasi pulmoner)
Elektrokardiografi (untuk deteksi iskemia gangguan konduksi
aritmia serta hipertrofi ventrikel)
Ekokardiografi
2 Pembuluh darah
Pemeriksaan fisik terutama perhitungan pulse preassure
USG karotis
Fungsi endotel
3 Otak
Pemeriksaan neurologis
Diagnosis stroke ditegakkan dengan menggunakan CT Scan atau MRI
11
4 Mata
Funduskopi
5 Fungsi ginjal
Pemeriksaan fungsi ginjal dan penentuan adanya proteinuria mikro ndash
makroalbuminuria serta ratio albumin kreatinin urin
Perkiraan laju filtrasi glomerulus4
f Pengobatan Pasien Hipertensi
Tujuan pengobatan hipertensi esensial adalah untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas yang disebabkan oleh gangguan dengan menggunakan cara yang paling
nyaman Tujuan utamanya adalah untuk mencapai tekanan darah kurang dari 14990
mmHg dan mengendalikan setiap faktor resiko kardiovaskular melalui perubahan
gaya hidup Apabila perubahan gaya hidup tidak cukup untuk memadai untuk
mendapatkan tekanan darah yang diharapkan maka harus dimulai terapi obat Pada
awalnya sebaiknya diberikan satu jenis obat Obat-obatan antihipertensi antara lain
ACE-Inhibitor captopril
Beta blocker propanolol
Calcium channel blocker amlodipin
Diuretik furosemide spironolacton chlorthiazide
12
KRISIS HIPERTENSI
Krisis Hipertensi adalah kenaikan tekanan darah dengan kenaikan tekanan
diastolik yang bermaknaTidak ada nilai absolut dari hipertensi krisis tetapi tekanan
diastolik antara 120-130 mmHg dapat dipakai sebagai petunjuk
Krisis hipertensi dapat diklasifikasikan berdasarkan perioritas pengobatan sebagai
berikut
1 Hipertensi emergensi (darurat) ditandai dengan TD Diastolik gt 120 mmHg
disertai kerusakan berat dari organ sasaran yag disebabkan oleh satu atau lebih
penyakitkondisi akut (tabel I) Keterlambatan pengobatan akanmenyebebabkan
timbulnya sequele atau kematian TD harus diturunkan sampai batas tertentu dalam
satu sampai beberapa jam Penderita perlu dirawat di ruangan intensive care unit atau
(ICU)
2 Hipertensi urgensi (mendesak) TD diastolik gt 120 mmHg dan dengan tanpa
kerusakankomplikasi minimum dari organ sasaran TD harus diturunkan dalam 24
jam sampai batas yang aman memerlukan terapi parenteral (tabel II)
Dikenal beberapa istilah berkaitan dengan krisis hipertensi antara lain
1 Hipertensi refrakter respons pengobatan tidak memuaskan dan TD gt
200110 mmHg walaupun telah diberikan pengobatan yang efektif (triple drug) pada
penderita dan kepatuhan pasien
13
2 Hipetensi akselerasi TD meningkat (Diastolik) gt 120 mmHg disertai
dengan kelainan funduskopi KW III Bila tidak diobati dapat berlanjut ke fase
maligna
3 Hipertensi maligna penderita hipertensi akselerasi dengan TD Diastolik gt
120 ndash 130 mmHg dan kelainan funduskopi KW IV disertai papiledema peniggian
tekanan intrakranial kerusakan yang cepat dari vaskular gagal ginjal akut ataupun
kematian bila penderita tidak mendapat pengobatan Hipertensi maligna biasanya
pada penderita dengan riwayat hipertensi essensial ataupun sekunder dan jarang
terjadi pada penderita yang sebelumnya mempunyai TD normal
4 Hipertensi ensefalopati kenaikan TD dengan tiba-tiba disertai dengan keluhan
sakit kepala yang sangat perubahan kesadaran dan keadaan ini dapat menjadi reversible
bila TD diturunkan
Tabel I Hipertensi emergensi ( darurat )
TD Diastolik gt 120 mmHg disertai dengan satu atau lebih kondisi akut
1048729 Pendarahan intra pranial ombotik CVA atau pendarahan subarakhnoid
1048729 Hipertensi ensefalopati
1048729 Aorta diseksi akut
1048729 Oedema paru akut
1048729 Eklampsi
1048729 Feokhromositoma
1048729 Funduskopi KW III atau IV
14
1048729 Insufisiensi ginjal akut
1048729 Infark miokard akut angina unstable
1048729 Sindroma kelebihan Katekholamin yang lain
- Sindrome withdrawal obat anti hipertensi
- Cedera kepala
- Luka bakar
- Interaksi obat
Tabel II Hipertensi urgensi ( mendesak )
Hipertensi berat dengan TD Diastolik gt 120 mmHg tetapi dengan minimal
atau tanpa kerusakan organ sasaran dan tidak dijumpai keadaan pada tabel I
KW I atau II pada funduskopi
Hipertensi post operasi
Hipertensi tak terkontrol tanpa diobati pada perioperatif
Tingginya TD yang dapat menyebabkan kerusakan organ sasaran tidak hanya
dari tingkatan TD aktual tapi juga dari tingginya TD sebelumnya cepatnya kenaikan
TD bangsa seks dan usia penderita Penderita hipertensi kronis dapat mentolelir
kenaikan TD yang lebih tinggi dibanding dengan normotensi sebagai contoh pada
penderita hipertensi kronis jarang terjadi hipertensi ensefalopati gangguan ginjal dan
kardiovaskular dan kejadian ini dijumpai bila TD Diastolik gt 140 mmHg Sebaliknya
pada penderita normotensi ataupun pada penderita hipertensi baru dengan
15
penghentian obat yang tiba-tiba dapat timbul hipertensi ensefalopati demikian juga
pada eklampsi hipertensi ensefalopati dapat timbul walaupun TD 160110 mmHg
Dasar-dasar penanggulangan Krisis Hipertensi
Tekanan darah yang sedemikian tinggi haruslah segera diturunkan karena
penundaan akan memperburuk penyakit yang akan timbul baik cepat maupun lambat
Tetapi penurunan yang terlalu agresif juga dapat menimbulkan berkurangnya perfusi
dan aliran darah ke organ vital terutama otak jantung dan ginjal Untuk menurunkan
TD sampai ke tingkat yang diharapkan perlu diperhaikan berbagai faktor antara lain
keadaan hipertensi sendiri (TD segera diturunkan atau bertahap pengamatan
problema yang menyertai krisis hipertensi perubahan dari aliran darah dan
autoregulasi TD pada organ vital dan pemilihan obat anti hipertensi yang efektif
untuk krisis hipertensi dan monitoring efek samping obat
16
c Faktor Resiko Hipertensi
Faktor resiko yang mendorong timbulnya kenaikan tekanan darah adalah
1 Faktor resiko seperti diet dan asupan garam stress ras obesitas merokok
genetis
2 Sistem saraf simpatis tonus simpatis dan variasi diurnal
3 Keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi
4 Pengaruh sistem otokrin setempat yang berperan pada system rennin
angiotensin dan aldosteron4
d Efek Samping Hipertensi
Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh baik secara langsung
maupun tidak langsung Kerusakan organ-organ target yang umum diketahui pada
pasien hipertensi adalah
1 Jantung
Hipertropi ventrikel kiri
Angina atau infark miokard
Gagal jantung
2 Otak
Stroke atau transient ischemic attack
3 Penyakit ginjal kronik
4 Penyakit arteri perifer
5
5 Retinopati4
Adanya kerusakan organ target terutama pada jantung dan pembuluh darah
akan memperburuk prognosis pasien hipertensi Tingginya morbiditas dan mortalitas
pasien hipertensi terutama disebabkan oleh timbulnya penyakit kardiovaskular4
Faktor resiko penyakit kardiovaskular pada pasien hipertensi antara lain
adalah
Merokok
Obesitas
Kurangnya aktivitas fisik
Dislipidemia
Diabetes mellitus
Mikroalbuminuria atau perhitungan LFG lt 160 mlmenit
Umur (laki-laki gt 55 tahun perempuan lt 65 tahun)
Riwayat keluarga dengan penyakit jantung kardiovaskular prematur
(laki-laki gt 55 tahun perempuan lt 65 tahun)
e Gejala Klinis
Peninggian tekanan darah tidak jarang merupakan satu-satunya tanda pada
hipertensi primer Bergantung pada tingginya tekanan darah gejala yang timbul dapat
berbeda-beda Kadang-kadang hipertensi primer berjalan tanpa gejala dan baru timbul
6
gejala setelah terjadi komplikasi pada organ target seperti pada ginjal mata otak dan
jantung2
Gejala seperti sakit kepala epistaksis pusing dan migren dapat ditemukan
sebagai gejala klinis hipertensi primer meskipun tidak jarang yang tanpa gejala Pada
survei hipertensi di Indonesia tercatat berbagai keluhan yang dihubungkan dengan
hipertensi yakni kepala pusing telinga berdenging mimisan sukar tidur sesak nafas
rasa berat ditengkuk mudah lelah dan mata berkunang-kunang merupakan gejala
yang sering dijumpai2
Gejala lain yang disebabkan oleh komplikasi hipertensi seperti gangguan
penglihatan gangguan neurologi gagal jantung dan gangguan fungsi ginjal tidak
jarang dijumpai Gagal jantung dan gangguan penglihatan banyak dijumpai pada
hipertensi berat atau hipertensi maligna yang umumnya juga disertai oleh gangguan
fungsi ginjal bahkan sampai gagal ginjal Gangguan serebral yang disebabkan oleh
hipertensi dapat berupa kejang atau gejala akibat perdarahan pembuluh darah otak
yang berupa kelumpuhan gangguan kesadaran bahkan sampai koma Timbulnya
gejala tersebut merupakan tanda bahwa tekanan darah perlu segera diturunkan2
f Diagnosis Hipertensi
Evaluasi pasien hipertensi mempunyai tiga tujuan yaitu (1) menilai pola hidup
dan identifikasi faktor-faktor resiko kardiovaskular lainnya atau menilai adanya
penyakit penyerta yang mempengaruhi prognosis dan menentukan pengobatan (2)
7
mencari penyebab kenaikan tekanan darah (3) menentukan ada tidaknya kerusakan
organ target dan penyakit kardiovaskular4
Evaluasi pasien hipertensi adalah dengan melakukan anamnesis tentang
keluhan pasien riwayat penyakit dahulu dan penyakit keluarga pemeriksaan fisik
serta pemeriksaan penunjang
Anamnesis meliputi
1 Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah
2 Indikasi adanya hipertensi sekunder
a Keluarga dengan riwayat penyakit ginjal (ginjal polikistik)
b Adanya penyakit ginjal infeksi saluran kemih hematuri pemakaian obat-obat
analgesik dan obatbahan lain
c Episode berkeringat sakit kepala kecemasan palpitasi
d Episode lemah otot dan tetani
3 Faktor-faktor resiko
a Riwayat hipertensi atau kardiovaskular pada pasien atau keluarga pasien
b Riwayat hiperlipidemia pada pasien atau keluarganya
c Riwayat diabetes mellitus pada pasien atau keluarganya
d Kebiasaan merokok
e Pola makan sehari-hari
f Kegemukan intensitas olah raga
g Kepribadian
8
4 Gejala kerusakan organ
a Otak dan mata sakit kepala vertigo gangguan penglihatan transient
ischemic attacks defisit sensoris atau motoris
b Jantung palpitasi nyeri dada sesak kaki bengkak
c Ginjal haus poliuria nokturia hematuri
d Arteri perifer ekstremitas dingin klaudikasio intermiten
5 Pengobatan antihipertensi sebelumnya
6 Faktor-faktor pribadi keluarga dan lingkungan4
Pemeriksaan fisik selain memeriksa tekanan darah juga untuk mengevaluasi
adanya penyakit penyerta kerusakan organ target serta kemungkinan adanya
hipertensi sekunder4
Pengukuran tekanan darah
1 Pengukuran rutin di kamar periksa
Pengukuran rutin di kamar periksa dilakukan pada posisi duduk dikursi
setelah pasien istirahat selama 5 menit kaki di lantai dan lengan pada osisi
setinggi jantung Pengukuran dilakukan 2 kali dengan sela antara 1
sampai 5 menit Pengukuran denyut jantung dengan menghitung nadi
dilakukan saat duduk segera sesudah pengukuran tekanan darah Untuk
orang usia lanjut diabetes dan kondisi lain di mana diperkirakan ada
hipotensi ortostatik perlu dilakukan juga pengukuran tekanan ddarah pada
posisi berdiri
9
2 Pengukuran 24 jam ( Ambulatory Blood Preassure Monitoring)
Indikasi penggunaan APBM antara lain
Hipertensi yang bersifat episodik
Hipertensi office atau white coat
Adanya disfungsi saraf otonom
Hipertensi sekunder
Sebagai pedoman dalam pemilihan obat antihipertensi
Tekanan darah yang resisten terhadap pengobabatan anti hipertensi
Gejala hipotensi yang berhubungan dengan pengobatan anti hipertensi4
Pemeriksaan penunjang pasien hipertensi terdiri atas
1 Test darah rutin
2 Glukosa darah
3 Kolesterol total serum
4 Kolesterol LDL dan HDL serum
5 Trigiserida serum
6 Asam urat serum
7 Kreatinin serum
8 Kalium serum
9 Hemoglobin dan hematokrit
10 Elektrokardiogram4
10
Evaluasi pasien hipertensi juga diperlukan untuk menentukan adanya penyakit
penyerta sistemik yaitu
1 Aterosklerosis (melalui pemeriksaan profil lemak)
2 Diabetes (terutama pemeriksaan gula darah)
3 Fungsi ginjal (dengan pemeriksaan proteinuria kreatinin serum serta
memperkirakan laju filtrasi glomerulus) 4
Pemeriksaan untuk mengevaluasi adanya kerusakan target organ meliputi
1 Jantung
Pemeriksaan fisik
Foto polos dada (untuk melihat pembesaran jantung kondisi arteri
intratoraks dan sirkulasi pulmoner)
Elektrokardiografi (untuk deteksi iskemia gangguan konduksi
aritmia serta hipertrofi ventrikel)
Ekokardiografi
2 Pembuluh darah
Pemeriksaan fisik terutama perhitungan pulse preassure
USG karotis
Fungsi endotel
3 Otak
Pemeriksaan neurologis
Diagnosis stroke ditegakkan dengan menggunakan CT Scan atau MRI
11
4 Mata
Funduskopi
5 Fungsi ginjal
Pemeriksaan fungsi ginjal dan penentuan adanya proteinuria mikro ndash
makroalbuminuria serta ratio albumin kreatinin urin
Perkiraan laju filtrasi glomerulus4
f Pengobatan Pasien Hipertensi
Tujuan pengobatan hipertensi esensial adalah untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas yang disebabkan oleh gangguan dengan menggunakan cara yang paling
nyaman Tujuan utamanya adalah untuk mencapai tekanan darah kurang dari 14990
mmHg dan mengendalikan setiap faktor resiko kardiovaskular melalui perubahan
gaya hidup Apabila perubahan gaya hidup tidak cukup untuk memadai untuk
mendapatkan tekanan darah yang diharapkan maka harus dimulai terapi obat Pada
awalnya sebaiknya diberikan satu jenis obat Obat-obatan antihipertensi antara lain
ACE-Inhibitor captopril
Beta blocker propanolol
Calcium channel blocker amlodipin
Diuretik furosemide spironolacton chlorthiazide
12
KRISIS HIPERTENSI
Krisis Hipertensi adalah kenaikan tekanan darah dengan kenaikan tekanan
diastolik yang bermaknaTidak ada nilai absolut dari hipertensi krisis tetapi tekanan
diastolik antara 120-130 mmHg dapat dipakai sebagai petunjuk
Krisis hipertensi dapat diklasifikasikan berdasarkan perioritas pengobatan sebagai
berikut
1 Hipertensi emergensi (darurat) ditandai dengan TD Diastolik gt 120 mmHg
disertai kerusakan berat dari organ sasaran yag disebabkan oleh satu atau lebih
penyakitkondisi akut (tabel I) Keterlambatan pengobatan akanmenyebebabkan
timbulnya sequele atau kematian TD harus diturunkan sampai batas tertentu dalam
satu sampai beberapa jam Penderita perlu dirawat di ruangan intensive care unit atau
(ICU)
2 Hipertensi urgensi (mendesak) TD diastolik gt 120 mmHg dan dengan tanpa
kerusakankomplikasi minimum dari organ sasaran TD harus diturunkan dalam 24
jam sampai batas yang aman memerlukan terapi parenteral (tabel II)
Dikenal beberapa istilah berkaitan dengan krisis hipertensi antara lain
1 Hipertensi refrakter respons pengobatan tidak memuaskan dan TD gt
200110 mmHg walaupun telah diberikan pengobatan yang efektif (triple drug) pada
penderita dan kepatuhan pasien
13
2 Hipetensi akselerasi TD meningkat (Diastolik) gt 120 mmHg disertai
dengan kelainan funduskopi KW III Bila tidak diobati dapat berlanjut ke fase
maligna
3 Hipertensi maligna penderita hipertensi akselerasi dengan TD Diastolik gt
120 ndash 130 mmHg dan kelainan funduskopi KW IV disertai papiledema peniggian
tekanan intrakranial kerusakan yang cepat dari vaskular gagal ginjal akut ataupun
kematian bila penderita tidak mendapat pengobatan Hipertensi maligna biasanya
pada penderita dengan riwayat hipertensi essensial ataupun sekunder dan jarang
terjadi pada penderita yang sebelumnya mempunyai TD normal
4 Hipertensi ensefalopati kenaikan TD dengan tiba-tiba disertai dengan keluhan
sakit kepala yang sangat perubahan kesadaran dan keadaan ini dapat menjadi reversible
bila TD diturunkan
Tabel I Hipertensi emergensi ( darurat )
TD Diastolik gt 120 mmHg disertai dengan satu atau lebih kondisi akut
1048729 Pendarahan intra pranial ombotik CVA atau pendarahan subarakhnoid
1048729 Hipertensi ensefalopati
1048729 Aorta diseksi akut
1048729 Oedema paru akut
1048729 Eklampsi
1048729 Feokhromositoma
1048729 Funduskopi KW III atau IV
14
1048729 Insufisiensi ginjal akut
1048729 Infark miokard akut angina unstable
1048729 Sindroma kelebihan Katekholamin yang lain
- Sindrome withdrawal obat anti hipertensi
- Cedera kepala
- Luka bakar
- Interaksi obat
Tabel II Hipertensi urgensi ( mendesak )
Hipertensi berat dengan TD Diastolik gt 120 mmHg tetapi dengan minimal
atau tanpa kerusakan organ sasaran dan tidak dijumpai keadaan pada tabel I
KW I atau II pada funduskopi
Hipertensi post operasi
Hipertensi tak terkontrol tanpa diobati pada perioperatif
Tingginya TD yang dapat menyebabkan kerusakan organ sasaran tidak hanya
dari tingkatan TD aktual tapi juga dari tingginya TD sebelumnya cepatnya kenaikan
TD bangsa seks dan usia penderita Penderita hipertensi kronis dapat mentolelir
kenaikan TD yang lebih tinggi dibanding dengan normotensi sebagai contoh pada
penderita hipertensi kronis jarang terjadi hipertensi ensefalopati gangguan ginjal dan
kardiovaskular dan kejadian ini dijumpai bila TD Diastolik gt 140 mmHg Sebaliknya
pada penderita normotensi ataupun pada penderita hipertensi baru dengan
15
penghentian obat yang tiba-tiba dapat timbul hipertensi ensefalopati demikian juga
pada eklampsi hipertensi ensefalopati dapat timbul walaupun TD 160110 mmHg
Dasar-dasar penanggulangan Krisis Hipertensi
Tekanan darah yang sedemikian tinggi haruslah segera diturunkan karena
penundaan akan memperburuk penyakit yang akan timbul baik cepat maupun lambat
Tetapi penurunan yang terlalu agresif juga dapat menimbulkan berkurangnya perfusi
dan aliran darah ke organ vital terutama otak jantung dan ginjal Untuk menurunkan
TD sampai ke tingkat yang diharapkan perlu diperhaikan berbagai faktor antara lain
keadaan hipertensi sendiri (TD segera diturunkan atau bertahap pengamatan
problema yang menyertai krisis hipertensi perubahan dari aliran darah dan
autoregulasi TD pada organ vital dan pemilihan obat anti hipertensi yang efektif
untuk krisis hipertensi dan monitoring efek samping obat
16
5 Retinopati4
Adanya kerusakan organ target terutama pada jantung dan pembuluh darah
akan memperburuk prognosis pasien hipertensi Tingginya morbiditas dan mortalitas
pasien hipertensi terutama disebabkan oleh timbulnya penyakit kardiovaskular4
Faktor resiko penyakit kardiovaskular pada pasien hipertensi antara lain
adalah
Merokok
Obesitas
Kurangnya aktivitas fisik
Dislipidemia
Diabetes mellitus
Mikroalbuminuria atau perhitungan LFG lt 160 mlmenit
Umur (laki-laki gt 55 tahun perempuan lt 65 tahun)
Riwayat keluarga dengan penyakit jantung kardiovaskular prematur
(laki-laki gt 55 tahun perempuan lt 65 tahun)
e Gejala Klinis
Peninggian tekanan darah tidak jarang merupakan satu-satunya tanda pada
hipertensi primer Bergantung pada tingginya tekanan darah gejala yang timbul dapat
berbeda-beda Kadang-kadang hipertensi primer berjalan tanpa gejala dan baru timbul
6
gejala setelah terjadi komplikasi pada organ target seperti pada ginjal mata otak dan
jantung2
Gejala seperti sakit kepala epistaksis pusing dan migren dapat ditemukan
sebagai gejala klinis hipertensi primer meskipun tidak jarang yang tanpa gejala Pada
survei hipertensi di Indonesia tercatat berbagai keluhan yang dihubungkan dengan
hipertensi yakni kepala pusing telinga berdenging mimisan sukar tidur sesak nafas
rasa berat ditengkuk mudah lelah dan mata berkunang-kunang merupakan gejala
yang sering dijumpai2
Gejala lain yang disebabkan oleh komplikasi hipertensi seperti gangguan
penglihatan gangguan neurologi gagal jantung dan gangguan fungsi ginjal tidak
jarang dijumpai Gagal jantung dan gangguan penglihatan banyak dijumpai pada
hipertensi berat atau hipertensi maligna yang umumnya juga disertai oleh gangguan
fungsi ginjal bahkan sampai gagal ginjal Gangguan serebral yang disebabkan oleh
hipertensi dapat berupa kejang atau gejala akibat perdarahan pembuluh darah otak
yang berupa kelumpuhan gangguan kesadaran bahkan sampai koma Timbulnya
gejala tersebut merupakan tanda bahwa tekanan darah perlu segera diturunkan2
f Diagnosis Hipertensi
Evaluasi pasien hipertensi mempunyai tiga tujuan yaitu (1) menilai pola hidup
dan identifikasi faktor-faktor resiko kardiovaskular lainnya atau menilai adanya
penyakit penyerta yang mempengaruhi prognosis dan menentukan pengobatan (2)
7
mencari penyebab kenaikan tekanan darah (3) menentukan ada tidaknya kerusakan
organ target dan penyakit kardiovaskular4
Evaluasi pasien hipertensi adalah dengan melakukan anamnesis tentang
keluhan pasien riwayat penyakit dahulu dan penyakit keluarga pemeriksaan fisik
serta pemeriksaan penunjang
Anamnesis meliputi
1 Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah
2 Indikasi adanya hipertensi sekunder
a Keluarga dengan riwayat penyakit ginjal (ginjal polikistik)
b Adanya penyakit ginjal infeksi saluran kemih hematuri pemakaian obat-obat
analgesik dan obatbahan lain
c Episode berkeringat sakit kepala kecemasan palpitasi
d Episode lemah otot dan tetani
3 Faktor-faktor resiko
a Riwayat hipertensi atau kardiovaskular pada pasien atau keluarga pasien
b Riwayat hiperlipidemia pada pasien atau keluarganya
c Riwayat diabetes mellitus pada pasien atau keluarganya
d Kebiasaan merokok
e Pola makan sehari-hari
f Kegemukan intensitas olah raga
g Kepribadian
8
4 Gejala kerusakan organ
a Otak dan mata sakit kepala vertigo gangguan penglihatan transient
ischemic attacks defisit sensoris atau motoris
b Jantung palpitasi nyeri dada sesak kaki bengkak
c Ginjal haus poliuria nokturia hematuri
d Arteri perifer ekstremitas dingin klaudikasio intermiten
5 Pengobatan antihipertensi sebelumnya
6 Faktor-faktor pribadi keluarga dan lingkungan4
Pemeriksaan fisik selain memeriksa tekanan darah juga untuk mengevaluasi
adanya penyakit penyerta kerusakan organ target serta kemungkinan adanya
hipertensi sekunder4
Pengukuran tekanan darah
1 Pengukuran rutin di kamar periksa
Pengukuran rutin di kamar periksa dilakukan pada posisi duduk dikursi
setelah pasien istirahat selama 5 menit kaki di lantai dan lengan pada osisi
setinggi jantung Pengukuran dilakukan 2 kali dengan sela antara 1
sampai 5 menit Pengukuran denyut jantung dengan menghitung nadi
dilakukan saat duduk segera sesudah pengukuran tekanan darah Untuk
orang usia lanjut diabetes dan kondisi lain di mana diperkirakan ada
hipotensi ortostatik perlu dilakukan juga pengukuran tekanan ddarah pada
posisi berdiri
9
2 Pengukuran 24 jam ( Ambulatory Blood Preassure Monitoring)
Indikasi penggunaan APBM antara lain
Hipertensi yang bersifat episodik
Hipertensi office atau white coat
Adanya disfungsi saraf otonom
Hipertensi sekunder
Sebagai pedoman dalam pemilihan obat antihipertensi
Tekanan darah yang resisten terhadap pengobabatan anti hipertensi
Gejala hipotensi yang berhubungan dengan pengobatan anti hipertensi4
Pemeriksaan penunjang pasien hipertensi terdiri atas
1 Test darah rutin
2 Glukosa darah
3 Kolesterol total serum
4 Kolesterol LDL dan HDL serum
5 Trigiserida serum
6 Asam urat serum
7 Kreatinin serum
8 Kalium serum
9 Hemoglobin dan hematokrit
10 Elektrokardiogram4
10
Evaluasi pasien hipertensi juga diperlukan untuk menentukan adanya penyakit
penyerta sistemik yaitu
1 Aterosklerosis (melalui pemeriksaan profil lemak)
2 Diabetes (terutama pemeriksaan gula darah)
3 Fungsi ginjal (dengan pemeriksaan proteinuria kreatinin serum serta
memperkirakan laju filtrasi glomerulus) 4
Pemeriksaan untuk mengevaluasi adanya kerusakan target organ meliputi
1 Jantung
Pemeriksaan fisik
Foto polos dada (untuk melihat pembesaran jantung kondisi arteri
intratoraks dan sirkulasi pulmoner)
Elektrokardiografi (untuk deteksi iskemia gangguan konduksi
aritmia serta hipertrofi ventrikel)
Ekokardiografi
2 Pembuluh darah
Pemeriksaan fisik terutama perhitungan pulse preassure
USG karotis
Fungsi endotel
3 Otak
Pemeriksaan neurologis
Diagnosis stroke ditegakkan dengan menggunakan CT Scan atau MRI
11
4 Mata
Funduskopi
5 Fungsi ginjal
Pemeriksaan fungsi ginjal dan penentuan adanya proteinuria mikro ndash
makroalbuminuria serta ratio albumin kreatinin urin
Perkiraan laju filtrasi glomerulus4
f Pengobatan Pasien Hipertensi
Tujuan pengobatan hipertensi esensial adalah untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas yang disebabkan oleh gangguan dengan menggunakan cara yang paling
nyaman Tujuan utamanya adalah untuk mencapai tekanan darah kurang dari 14990
mmHg dan mengendalikan setiap faktor resiko kardiovaskular melalui perubahan
gaya hidup Apabila perubahan gaya hidup tidak cukup untuk memadai untuk
mendapatkan tekanan darah yang diharapkan maka harus dimulai terapi obat Pada
awalnya sebaiknya diberikan satu jenis obat Obat-obatan antihipertensi antara lain
ACE-Inhibitor captopril
Beta blocker propanolol
Calcium channel blocker amlodipin
Diuretik furosemide spironolacton chlorthiazide
12
KRISIS HIPERTENSI
Krisis Hipertensi adalah kenaikan tekanan darah dengan kenaikan tekanan
diastolik yang bermaknaTidak ada nilai absolut dari hipertensi krisis tetapi tekanan
diastolik antara 120-130 mmHg dapat dipakai sebagai petunjuk
Krisis hipertensi dapat diklasifikasikan berdasarkan perioritas pengobatan sebagai
berikut
1 Hipertensi emergensi (darurat) ditandai dengan TD Diastolik gt 120 mmHg
disertai kerusakan berat dari organ sasaran yag disebabkan oleh satu atau lebih
penyakitkondisi akut (tabel I) Keterlambatan pengobatan akanmenyebebabkan
timbulnya sequele atau kematian TD harus diturunkan sampai batas tertentu dalam
satu sampai beberapa jam Penderita perlu dirawat di ruangan intensive care unit atau
(ICU)
2 Hipertensi urgensi (mendesak) TD diastolik gt 120 mmHg dan dengan tanpa
kerusakankomplikasi minimum dari organ sasaran TD harus diturunkan dalam 24
jam sampai batas yang aman memerlukan terapi parenteral (tabel II)
Dikenal beberapa istilah berkaitan dengan krisis hipertensi antara lain
1 Hipertensi refrakter respons pengobatan tidak memuaskan dan TD gt
200110 mmHg walaupun telah diberikan pengobatan yang efektif (triple drug) pada
penderita dan kepatuhan pasien
13
2 Hipetensi akselerasi TD meningkat (Diastolik) gt 120 mmHg disertai
dengan kelainan funduskopi KW III Bila tidak diobati dapat berlanjut ke fase
maligna
3 Hipertensi maligna penderita hipertensi akselerasi dengan TD Diastolik gt
120 ndash 130 mmHg dan kelainan funduskopi KW IV disertai papiledema peniggian
tekanan intrakranial kerusakan yang cepat dari vaskular gagal ginjal akut ataupun
kematian bila penderita tidak mendapat pengobatan Hipertensi maligna biasanya
pada penderita dengan riwayat hipertensi essensial ataupun sekunder dan jarang
terjadi pada penderita yang sebelumnya mempunyai TD normal
4 Hipertensi ensefalopati kenaikan TD dengan tiba-tiba disertai dengan keluhan
sakit kepala yang sangat perubahan kesadaran dan keadaan ini dapat menjadi reversible
bila TD diturunkan
Tabel I Hipertensi emergensi ( darurat )
TD Diastolik gt 120 mmHg disertai dengan satu atau lebih kondisi akut
1048729 Pendarahan intra pranial ombotik CVA atau pendarahan subarakhnoid
1048729 Hipertensi ensefalopati
1048729 Aorta diseksi akut
1048729 Oedema paru akut
1048729 Eklampsi
1048729 Feokhromositoma
1048729 Funduskopi KW III atau IV
14
1048729 Insufisiensi ginjal akut
1048729 Infark miokard akut angina unstable
1048729 Sindroma kelebihan Katekholamin yang lain
- Sindrome withdrawal obat anti hipertensi
- Cedera kepala
- Luka bakar
- Interaksi obat
Tabel II Hipertensi urgensi ( mendesak )
Hipertensi berat dengan TD Diastolik gt 120 mmHg tetapi dengan minimal
atau tanpa kerusakan organ sasaran dan tidak dijumpai keadaan pada tabel I
KW I atau II pada funduskopi
Hipertensi post operasi
Hipertensi tak terkontrol tanpa diobati pada perioperatif
Tingginya TD yang dapat menyebabkan kerusakan organ sasaran tidak hanya
dari tingkatan TD aktual tapi juga dari tingginya TD sebelumnya cepatnya kenaikan
TD bangsa seks dan usia penderita Penderita hipertensi kronis dapat mentolelir
kenaikan TD yang lebih tinggi dibanding dengan normotensi sebagai contoh pada
penderita hipertensi kronis jarang terjadi hipertensi ensefalopati gangguan ginjal dan
kardiovaskular dan kejadian ini dijumpai bila TD Diastolik gt 140 mmHg Sebaliknya
pada penderita normotensi ataupun pada penderita hipertensi baru dengan
15
penghentian obat yang tiba-tiba dapat timbul hipertensi ensefalopati demikian juga
pada eklampsi hipertensi ensefalopati dapat timbul walaupun TD 160110 mmHg
Dasar-dasar penanggulangan Krisis Hipertensi
Tekanan darah yang sedemikian tinggi haruslah segera diturunkan karena
penundaan akan memperburuk penyakit yang akan timbul baik cepat maupun lambat
Tetapi penurunan yang terlalu agresif juga dapat menimbulkan berkurangnya perfusi
dan aliran darah ke organ vital terutama otak jantung dan ginjal Untuk menurunkan
TD sampai ke tingkat yang diharapkan perlu diperhaikan berbagai faktor antara lain
keadaan hipertensi sendiri (TD segera diturunkan atau bertahap pengamatan
problema yang menyertai krisis hipertensi perubahan dari aliran darah dan
autoregulasi TD pada organ vital dan pemilihan obat anti hipertensi yang efektif
untuk krisis hipertensi dan monitoring efek samping obat
16
gejala setelah terjadi komplikasi pada organ target seperti pada ginjal mata otak dan
jantung2
Gejala seperti sakit kepala epistaksis pusing dan migren dapat ditemukan
sebagai gejala klinis hipertensi primer meskipun tidak jarang yang tanpa gejala Pada
survei hipertensi di Indonesia tercatat berbagai keluhan yang dihubungkan dengan
hipertensi yakni kepala pusing telinga berdenging mimisan sukar tidur sesak nafas
rasa berat ditengkuk mudah lelah dan mata berkunang-kunang merupakan gejala
yang sering dijumpai2
Gejala lain yang disebabkan oleh komplikasi hipertensi seperti gangguan
penglihatan gangguan neurologi gagal jantung dan gangguan fungsi ginjal tidak
jarang dijumpai Gagal jantung dan gangguan penglihatan banyak dijumpai pada
hipertensi berat atau hipertensi maligna yang umumnya juga disertai oleh gangguan
fungsi ginjal bahkan sampai gagal ginjal Gangguan serebral yang disebabkan oleh
hipertensi dapat berupa kejang atau gejala akibat perdarahan pembuluh darah otak
yang berupa kelumpuhan gangguan kesadaran bahkan sampai koma Timbulnya
gejala tersebut merupakan tanda bahwa tekanan darah perlu segera diturunkan2
f Diagnosis Hipertensi
Evaluasi pasien hipertensi mempunyai tiga tujuan yaitu (1) menilai pola hidup
dan identifikasi faktor-faktor resiko kardiovaskular lainnya atau menilai adanya
penyakit penyerta yang mempengaruhi prognosis dan menentukan pengobatan (2)
7
mencari penyebab kenaikan tekanan darah (3) menentukan ada tidaknya kerusakan
organ target dan penyakit kardiovaskular4
Evaluasi pasien hipertensi adalah dengan melakukan anamnesis tentang
keluhan pasien riwayat penyakit dahulu dan penyakit keluarga pemeriksaan fisik
serta pemeriksaan penunjang
Anamnesis meliputi
1 Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah
2 Indikasi adanya hipertensi sekunder
a Keluarga dengan riwayat penyakit ginjal (ginjal polikistik)
b Adanya penyakit ginjal infeksi saluran kemih hematuri pemakaian obat-obat
analgesik dan obatbahan lain
c Episode berkeringat sakit kepala kecemasan palpitasi
d Episode lemah otot dan tetani
3 Faktor-faktor resiko
a Riwayat hipertensi atau kardiovaskular pada pasien atau keluarga pasien
b Riwayat hiperlipidemia pada pasien atau keluarganya
c Riwayat diabetes mellitus pada pasien atau keluarganya
d Kebiasaan merokok
e Pola makan sehari-hari
f Kegemukan intensitas olah raga
g Kepribadian
8
4 Gejala kerusakan organ
a Otak dan mata sakit kepala vertigo gangguan penglihatan transient
ischemic attacks defisit sensoris atau motoris
b Jantung palpitasi nyeri dada sesak kaki bengkak
c Ginjal haus poliuria nokturia hematuri
d Arteri perifer ekstremitas dingin klaudikasio intermiten
5 Pengobatan antihipertensi sebelumnya
6 Faktor-faktor pribadi keluarga dan lingkungan4
Pemeriksaan fisik selain memeriksa tekanan darah juga untuk mengevaluasi
adanya penyakit penyerta kerusakan organ target serta kemungkinan adanya
hipertensi sekunder4
Pengukuran tekanan darah
1 Pengukuran rutin di kamar periksa
Pengukuran rutin di kamar periksa dilakukan pada posisi duduk dikursi
setelah pasien istirahat selama 5 menit kaki di lantai dan lengan pada osisi
setinggi jantung Pengukuran dilakukan 2 kali dengan sela antara 1
sampai 5 menit Pengukuran denyut jantung dengan menghitung nadi
dilakukan saat duduk segera sesudah pengukuran tekanan darah Untuk
orang usia lanjut diabetes dan kondisi lain di mana diperkirakan ada
hipotensi ortostatik perlu dilakukan juga pengukuran tekanan ddarah pada
posisi berdiri
9
2 Pengukuran 24 jam ( Ambulatory Blood Preassure Monitoring)
Indikasi penggunaan APBM antara lain
Hipertensi yang bersifat episodik
Hipertensi office atau white coat
Adanya disfungsi saraf otonom
Hipertensi sekunder
Sebagai pedoman dalam pemilihan obat antihipertensi
Tekanan darah yang resisten terhadap pengobabatan anti hipertensi
Gejala hipotensi yang berhubungan dengan pengobatan anti hipertensi4
Pemeriksaan penunjang pasien hipertensi terdiri atas
1 Test darah rutin
2 Glukosa darah
3 Kolesterol total serum
4 Kolesterol LDL dan HDL serum
5 Trigiserida serum
6 Asam urat serum
7 Kreatinin serum
8 Kalium serum
9 Hemoglobin dan hematokrit
10 Elektrokardiogram4
10
Evaluasi pasien hipertensi juga diperlukan untuk menentukan adanya penyakit
penyerta sistemik yaitu
1 Aterosklerosis (melalui pemeriksaan profil lemak)
2 Diabetes (terutama pemeriksaan gula darah)
3 Fungsi ginjal (dengan pemeriksaan proteinuria kreatinin serum serta
memperkirakan laju filtrasi glomerulus) 4
Pemeriksaan untuk mengevaluasi adanya kerusakan target organ meliputi
1 Jantung
Pemeriksaan fisik
Foto polos dada (untuk melihat pembesaran jantung kondisi arteri
intratoraks dan sirkulasi pulmoner)
Elektrokardiografi (untuk deteksi iskemia gangguan konduksi
aritmia serta hipertrofi ventrikel)
Ekokardiografi
2 Pembuluh darah
Pemeriksaan fisik terutama perhitungan pulse preassure
USG karotis
Fungsi endotel
3 Otak
Pemeriksaan neurologis
Diagnosis stroke ditegakkan dengan menggunakan CT Scan atau MRI
11
4 Mata
Funduskopi
5 Fungsi ginjal
Pemeriksaan fungsi ginjal dan penentuan adanya proteinuria mikro ndash
makroalbuminuria serta ratio albumin kreatinin urin
Perkiraan laju filtrasi glomerulus4
f Pengobatan Pasien Hipertensi
Tujuan pengobatan hipertensi esensial adalah untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas yang disebabkan oleh gangguan dengan menggunakan cara yang paling
nyaman Tujuan utamanya adalah untuk mencapai tekanan darah kurang dari 14990
mmHg dan mengendalikan setiap faktor resiko kardiovaskular melalui perubahan
gaya hidup Apabila perubahan gaya hidup tidak cukup untuk memadai untuk
mendapatkan tekanan darah yang diharapkan maka harus dimulai terapi obat Pada
awalnya sebaiknya diberikan satu jenis obat Obat-obatan antihipertensi antara lain
ACE-Inhibitor captopril
Beta blocker propanolol
Calcium channel blocker amlodipin
Diuretik furosemide spironolacton chlorthiazide
12
KRISIS HIPERTENSI
Krisis Hipertensi adalah kenaikan tekanan darah dengan kenaikan tekanan
diastolik yang bermaknaTidak ada nilai absolut dari hipertensi krisis tetapi tekanan
diastolik antara 120-130 mmHg dapat dipakai sebagai petunjuk
Krisis hipertensi dapat diklasifikasikan berdasarkan perioritas pengobatan sebagai
berikut
1 Hipertensi emergensi (darurat) ditandai dengan TD Diastolik gt 120 mmHg
disertai kerusakan berat dari organ sasaran yag disebabkan oleh satu atau lebih
penyakitkondisi akut (tabel I) Keterlambatan pengobatan akanmenyebebabkan
timbulnya sequele atau kematian TD harus diturunkan sampai batas tertentu dalam
satu sampai beberapa jam Penderita perlu dirawat di ruangan intensive care unit atau
(ICU)
2 Hipertensi urgensi (mendesak) TD diastolik gt 120 mmHg dan dengan tanpa
kerusakankomplikasi minimum dari organ sasaran TD harus diturunkan dalam 24
jam sampai batas yang aman memerlukan terapi parenteral (tabel II)
Dikenal beberapa istilah berkaitan dengan krisis hipertensi antara lain
1 Hipertensi refrakter respons pengobatan tidak memuaskan dan TD gt
200110 mmHg walaupun telah diberikan pengobatan yang efektif (triple drug) pada
penderita dan kepatuhan pasien
13
2 Hipetensi akselerasi TD meningkat (Diastolik) gt 120 mmHg disertai
dengan kelainan funduskopi KW III Bila tidak diobati dapat berlanjut ke fase
maligna
3 Hipertensi maligna penderita hipertensi akselerasi dengan TD Diastolik gt
120 ndash 130 mmHg dan kelainan funduskopi KW IV disertai papiledema peniggian
tekanan intrakranial kerusakan yang cepat dari vaskular gagal ginjal akut ataupun
kematian bila penderita tidak mendapat pengobatan Hipertensi maligna biasanya
pada penderita dengan riwayat hipertensi essensial ataupun sekunder dan jarang
terjadi pada penderita yang sebelumnya mempunyai TD normal
4 Hipertensi ensefalopati kenaikan TD dengan tiba-tiba disertai dengan keluhan
sakit kepala yang sangat perubahan kesadaran dan keadaan ini dapat menjadi reversible
bila TD diturunkan
Tabel I Hipertensi emergensi ( darurat )
TD Diastolik gt 120 mmHg disertai dengan satu atau lebih kondisi akut
1048729 Pendarahan intra pranial ombotik CVA atau pendarahan subarakhnoid
1048729 Hipertensi ensefalopati
1048729 Aorta diseksi akut
1048729 Oedema paru akut
1048729 Eklampsi
1048729 Feokhromositoma
1048729 Funduskopi KW III atau IV
14
1048729 Insufisiensi ginjal akut
1048729 Infark miokard akut angina unstable
1048729 Sindroma kelebihan Katekholamin yang lain
- Sindrome withdrawal obat anti hipertensi
- Cedera kepala
- Luka bakar
- Interaksi obat
Tabel II Hipertensi urgensi ( mendesak )
Hipertensi berat dengan TD Diastolik gt 120 mmHg tetapi dengan minimal
atau tanpa kerusakan organ sasaran dan tidak dijumpai keadaan pada tabel I
KW I atau II pada funduskopi
Hipertensi post operasi
Hipertensi tak terkontrol tanpa diobati pada perioperatif
Tingginya TD yang dapat menyebabkan kerusakan organ sasaran tidak hanya
dari tingkatan TD aktual tapi juga dari tingginya TD sebelumnya cepatnya kenaikan
TD bangsa seks dan usia penderita Penderita hipertensi kronis dapat mentolelir
kenaikan TD yang lebih tinggi dibanding dengan normotensi sebagai contoh pada
penderita hipertensi kronis jarang terjadi hipertensi ensefalopati gangguan ginjal dan
kardiovaskular dan kejadian ini dijumpai bila TD Diastolik gt 140 mmHg Sebaliknya
pada penderita normotensi ataupun pada penderita hipertensi baru dengan
15
penghentian obat yang tiba-tiba dapat timbul hipertensi ensefalopati demikian juga
pada eklampsi hipertensi ensefalopati dapat timbul walaupun TD 160110 mmHg
Dasar-dasar penanggulangan Krisis Hipertensi
Tekanan darah yang sedemikian tinggi haruslah segera diturunkan karena
penundaan akan memperburuk penyakit yang akan timbul baik cepat maupun lambat
Tetapi penurunan yang terlalu agresif juga dapat menimbulkan berkurangnya perfusi
dan aliran darah ke organ vital terutama otak jantung dan ginjal Untuk menurunkan
TD sampai ke tingkat yang diharapkan perlu diperhaikan berbagai faktor antara lain
keadaan hipertensi sendiri (TD segera diturunkan atau bertahap pengamatan
problema yang menyertai krisis hipertensi perubahan dari aliran darah dan
autoregulasi TD pada organ vital dan pemilihan obat anti hipertensi yang efektif
untuk krisis hipertensi dan monitoring efek samping obat
16
mencari penyebab kenaikan tekanan darah (3) menentukan ada tidaknya kerusakan
organ target dan penyakit kardiovaskular4
Evaluasi pasien hipertensi adalah dengan melakukan anamnesis tentang
keluhan pasien riwayat penyakit dahulu dan penyakit keluarga pemeriksaan fisik
serta pemeriksaan penunjang
Anamnesis meliputi
1 Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah
2 Indikasi adanya hipertensi sekunder
a Keluarga dengan riwayat penyakit ginjal (ginjal polikistik)
b Adanya penyakit ginjal infeksi saluran kemih hematuri pemakaian obat-obat
analgesik dan obatbahan lain
c Episode berkeringat sakit kepala kecemasan palpitasi
d Episode lemah otot dan tetani
3 Faktor-faktor resiko
a Riwayat hipertensi atau kardiovaskular pada pasien atau keluarga pasien
b Riwayat hiperlipidemia pada pasien atau keluarganya
c Riwayat diabetes mellitus pada pasien atau keluarganya
d Kebiasaan merokok
e Pola makan sehari-hari
f Kegemukan intensitas olah raga
g Kepribadian
8
4 Gejala kerusakan organ
a Otak dan mata sakit kepala vertigo gangguan penglihatan transient
ischemic attacks defisit sensoris atau motoris
b Jantung palpitasi nyeri dada sesak kaki bengkak
c Ginjal haus poliuria nokturia hematuri
d Arteri perifer ekstremitas dingin klaudikasio intermiten
5 Pengobatan antihipertensi sebelumnya
6 Faktor-faktor pribadi keluarga dan lingkungan4
Pemeriksaan fisik selain memeriksa tekanan darah juga untuk mengevaluasi
adanya penyakit penyerta kerusakan organ target serta kemungkinan adanya
hipertensi sekunder4
Pengukuran tekanan darah
1 Pengukuran rutin di kamar periksa
Pengukuran rutin di kamar periksa dilakukan pada posisi duduk dikursi
setelah pasien istirahat selama 5 menit kaki di lantai dan lengan pada osisi
setinggi jantung Pengukuran dilakukan 2 kali dengan sela antara 1
sampai 5 menit Pengukuran denyut jantung dengan menghitung nadi
dilakukan saat duduk segera sesudah pengukuran tekanan darah Untuk
orang usia lanjut diabetes dan kondisi lain di mana diperkirakan ada
hipotensi ortostatik perlu dilakukan juga pengukuran tekanan ddarah pada
posisi berdiri
9
2 Pengukuran 24 jam ( Ambulatory Blood Preassure Monitoring)
Indikasi penggunaan APBM antara lain
Hipertensi yang bersifat episodik
Hipertensi office atau white coat
Adanya disfungsi saraf otonom
Hipertensi sekunder
Sebagai pedoman dalam pemilihan obat antihipertensi
Tekanan darah yang resisten terhadap pengobabatan anti hipertensi
Gejala hipotensi yang berhubungan dengan pengobatan anti hipertensi4
Pemeriksaan penunjang pasien hipertensi terdiri atas
1 Test darah rutin
2 Glukosa darah
3 Kolesterol total serum
4 Kolesterol LDL dan HDL serum
5 Trigiserida serum
6 Asam urat serum
7 Kreatinin serum
8 Kalium serum
9 Hemoglobin dan hematokrit
10 Elektrokardiogram4
10
Evaluasi pasien hipertensi juga diperlukan untuk menentukan adanya penyakit
penyerta sistemik yaitu
1 Aterosklerosis (melalui pemeriksaan profil lemak)
2 Diabetes (terutama pemeriksaan gula darah)
3 Fungsi ginjal (dengan pemeriksaan proteinuria kreatinin serum serta
memperkirakan laju filtrasi glomerulus) 4
Pemeriksaan untuk mengevaluasi adanya kerusakan target organ meliputi
1 Jantung
Pemeriksaan fisik
Foto polos dada (untuk melihat pembesaran jantung kondisi arteri
intratoraks dan sirkulasi pulmoner)
Elektrokardiografi (untuk deteksi iskemia gangguan konduksi
aritmia serta hipertrofi ventrikel)
Ekokardiografi
2 Pembuluh darah
Pemeriksaan fisik terutama perhitungan pulse preassure
USG karotis
Fungsi endotel
3 Otak
Pemeriksaan neurologis
Diagnosis stroke ditegakkan dengan menggunakan CT Scan atau MRI
11
4 Mata
Funduskopi
5 Fungsi ginjal
Pemeriksaan fungsi ginjal dan penentuan adanya proteinuria mikro ndash
makroalbuminuria serta ratio albumin kreatinin urin
Perkiraan laju filtrasi glomerulus4
f Pengobatan Pasien Hipertensi
Tujuan pengobatan hipertensi esensial adalah untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas yang disebabkan oleh gangguan dengan menggunakan cara yang paling
nyaman Tujuan utamanya adalah untuk mencapai tekanan darah kurang dari 14990
mmHg dan mengendalikan setiap faktor resiko kardiovaskular melalui perubahan
gaya hidup Apabila perubahan gaya hidup tidak cukup untuk memadai untuk
mendapatkan tekanan darah yang diharapkan maka harus dimulai terapi obat Pada
awalnya sebaiknya diberikan satu jenis obat Obat-obatan antihipertensi antara lain
ACE-Inhibitor captopril
Beta blocker propanolol
Calcium channel blocker amlodipin
Diuretik furosemide spironolacton chlorthiazide
12
KRISIS HIPERTENSI
Krisis Hipertensi adalah kenaikan tekanan darah dengan kenaikan tekanan
diastolik yang bermaknaTidak ada nilai absolut dari hipertensi krisis tetapi tekanan
diastolik antara 120-130 mmHg dapat dipakai sebagai petunjuk
Krisis hipertensi dapat diklasifikasikan berdasarkan perioritas pengobatan sebagai
berikut
1 Hipertensi emergensi (darurat) ditandai dengan TD Diastolik gt 120 mmHg
disertai kerusakan berat dari organ sasaran yag disebabkan oleh satu atau lebih
penyakitkondisi akut (tabel I) Keterlambatan pengobatan akanmenyebebabkan
timbulnya sequele atau kematian TD harus diturunkan sampai batas tertentu dalam
satu sampai beberapa jam Penderita perlu dirawat di ruangan intensive care unit atau
(ICU)
2 Hipertensi urgensi (mendesak) TD diastolik gt 120 mmHg dan dengan tanpa
kerusakankomplikasi minimum dari organ sasaran TD harus diturunkan dalam 24
jam sampai batas yang aman memerlukan terapi parenteral (tabel II)
Dikenal beberapa istilah berkaitan dengan krisis hipertensi antara lain
1 Hipertensi refrakter respons pengobatan tidak memuaskan dan TD gt
200110 mmHg walaupun telah diberikan pengobatan yang efektif (triple drug) pada
penderita dan kepatuhan pasien
13
2 Hipetensi akselerasi TD meningkat (Diastolik) gt 120 mmHg disertai
dengan kelainan funduskopi KW III Bila tidak diobati dapat berlanjut ke fase
maligna
3 Hipertensi maligna penderita hipertensi akselerasi dengan TD Diastolik gt
120 ndash 130 mmHg dan kelainan funduskopi KW IV disertai papiledema peniggian
tekanan intrakranial kerusakan yang cepat dari vaskular gagal ginjal akut ataupun
kematian bila penderita tidak mendapat pengobatan Hipertensi maligna biasanya
pada penderita dengan riwayat hipertensi essensial ataupun sekunder dan jarang
terjadi pada penderita yang sebelumnya mempunyai TD normal
4 Hipertensi ensefalopati kenaikan TD dengan tiba-tiba disertai dengan keluhan
sakit kepala yang sangat perubahan kesadaran dan keadaan ini dapat menjadi reversible
bila TD diturunkan
Tabel I Hipertensi emergensi ( darurat )
TD Diastolik gt 120 mmHg disertai dengan satu atau lebih kondisi akut
1048729 Pendarahan intra pranial ombotik CVA atau pendarahan subarakhnoid
1048729 Hipertensi ensefalopati
1048729 Aorta diseksi akut
1048729 Oedema paru akut
1048729 Eklampsi
1048729 Feokhromositoma
1048729 Funduskopi KW III atau IV
14
1048729 Insufisiensi ginjal akut
1048729 Infark miokard akut angina unstable
1048729 Sindroma kelebihan Katekholamin yang lain
- Sindrome withdrawal obat anti hipertensi
- Cedera kepala
- Luka bakar
- Interaksi obat
Tabel II Hipertensi urgensi ( mendesak )
Hipertensi berat dengan TD Diastolik gt 120 mmHg tetapi dengan minimal
atau tanpa kerusakan organ sasaran dan tidak dijumpai keadaan pada tabel I
KW I atau II pada funduskopi
Hipertensi post operasi
Hipertensi tak terkontrol tanpa diobati pada perioperatif
Tingginya TD yang dapat menyebabkan kerusakan organ sasaran tidak hanya
dari tingkatan TD aktual tapi juga dari tingginya TD sebelumnya cepatnya kenaikan
TD bangsa seks dan usia penderita Penderita hipertensi kronis dapat mentolelir
kenaikan TD yang lebih tinggi dibanding dengan normotensi sebagai contoh pada
penderita hipertensi kronis jarang terjadi hipertensi ensefalopati gangguan ginjal dan
kardiovaskular dan kejadian ini dijumpai bila TD Diastolik gt 140 mmHg Sebaliknya
pada penderita normotensi ataupun pada penderita hipertensi baru dengan
15
penghentian obat yang tiba-tiba dapat timbul hipertensi ensefalopati demikian juga
pada eklampsi hipertensi ensefalopati dapat timbul walaupun TD 160110 mmHg
Dasar-dasar penanggulangan Krisis Hipertensi
Tekanan darah yang sedemikian tinggi haruslah segera diturunkan karena
penundaan akan memperburuk penyakit yang akan timbul baik cepat maupun lambat
Tetapi penurunan yang terlalu agresif juga dapat menimbulkan berkurangnya perfusi
dan aliran darah ke organ vital terutama otak jantung dan ginjal Untuk menurunkan
TD sampai ke tingkat yang diharapkan perlu diperhaikan berbagai faktor antara lain
keadaan hipertensi sendiri (TD segera diturunkan atau bertahap pengamatan
problema yang menyertai krisis hipertensi perubahan dari aliran darah dan
autoregulasi TD pada organ vital dan pemilihan obat anti hipertensi yang efektif
untuk krisis hipertensi dan monitoring efek samping obat
16
4 Gejala kerusakan organ
a Otak dan mata sakit kepala vertigo gangguan penglihatan transient
ischemic attacks defisit sensoris atau motoris
b Jantung palpitasi nyeri dada sesak kaki bengkak
c Ginjal haus poliuria nokturia hematuri
d Arteri perifer ekstremitas dingin klaudikasio intermiten
5 Pengobatan antihipertensi sebelumnya
6 Faktor-faktor pribadi keluarga dan lingkungan4
Pemeriksaan fisik selain memeriksa tekanan darah juga untuk mengevaluasi
adanya penyakit penyerta kerusakan organ target serta kemungkinan adanya
hipertensi sekunder4
Pengukuran tekanan darah
1 Pengukuran rutin di kamar periksa
Pengukuran rutin di kamar periksa dilakukan pada posisi duduk dikursi
setelah pasien istirahat selama 5 menit kaki di lantai dan lengan pada osisi
setinggi jantung Pengukuran dilakukan 2 kali dengan sela antara 1
sampai 5 menit Pengukuran denyut jantung dengan menghitung nadi
dilakukan saat duduk segera sesudah pengukuran tekanan darah Untuk
orang usia lanjut diabetes dan kondisi lain di mana diperkirakan ada
hipotensi ortostatik perlu dilakukan juga pengukuran tekanan ddarah pada
posisi berdiri
9
2 Pengukuran 24 jam ( Ambulatory Blood Preassure Monitoring)
Indikasi penggunaan APBM antara lain
Hipertensi yang bersifat episodik
Hipertensi office atau white coat
Adanya disfungsi saraf otonom
Hipertensi sekunder
Sebagai pedoman dalam pemilihan obat antihipertensi
Tekanan darah yang resisten terhadap pengobabatan anti hipertensi
Gejala hipotensi yang berhubungan dengan pengobatan anti hipertensi4
Pemeriksaan penunjang pasien hipertensi terdiri atas
1 Test darah rutin
2 Glukosa darah
3 Kolesterol total serum
4 Kolesterol LDL dan HDL serum
5 Trigiserida serum
6 Asam urat serum
7 Kreatinin serum
8 Kalium serum
9 Hemoglobin dan hematokrit
10 Elektrokardiogram4
10
Evaluasi pasien hipertensi juga diperlukan untuk menentukan adanya penyakit
penyerta sistemik yaitu
1 Aterosklerosis (melalui pemeriksaan profil lemak)
2 Diabetes (terutama pemeriksaan gula darah)
3 Fungsi ginjal (dengan pemeriksaan proteinuria kreatinin serum serta
memperkirakan laju filtrasi glomerulus) 4
Pemeriksaan untuk mengevaluasi adanya kerusakan target organ meliputi
1 Jantung
Pemeriksaan fisik
Foto polos dada (untuk melihat pembesaran jantung kondisi arteri
intratoraks dan sirkulasi pulmoner)
Elektrokardiografi (untuk deteksi iskemia gangguan konduksi
aritmia serta hipertrofi ventrikel)
Ekokardiografi
2 Pembuluh darah
Pemeriksaan fisik terutama perhitungan pulse preassure
USG karotis
Fungsi endotel
3 Otak
Pemeriksaan neurologis
Diagnosis stroke ditegakkan dengan menggunakan CT Scan atau MRI
11
4 Mata
Funduskopi
5 Fungsi ginjal
Pemeriksaan fungsi ginjal dan penentuan adanya proteinuria mikro ndash
makroalbuminuria serta ratio albumin kreatinin urin
Perkiraan laju filtrasi glomerulus4
f Pengobatan Pasien Hipertensi
Tujuan pengobatan hipertensi esensial adalah untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas yang disebabkan oleh gangguan dengan menggunakan cara yang paling
nyaman Tujuan utamanya adalah untuk mencapai tekanan darah kurang dari 14990
mmHg dan mengendalikan setiap faktor resiko kardiovaskular melalui perubahan
gaya hidup Apabila perubahan gaya hidup tidak cukup untuk memadai untuk
mendapatkan tekanan darah yang diharapkan maka harus dimulai terapi obat Pada
awalnya sebaiknya diberikan satu jenis obat Obat-obatan antihipertensi antara lain
ACE-Inhibitor captopril
Beta blocker propanolol
Calcium channel blocker amlodipin
Diuretik furosemide spironolacton chlorthiazide
12
KRISIS HIPERTENSI
Krisis Hipertensi adalah kenaikan tekanan darah dengan kenaikan tekanan
diastolik yang bermaknaTidak ada nilai absolut dari hipertensi krisis tetapi tekanan
diastolik antara 120-130 mmHg dapat dipakai sebagai petunjuk
Krisis hipertensi dapat diklasifikasikan berdasarkan perioritas pengobatan sebagai
berikut
1 Hipertensi emergensi (darurat) ditandai dengan TD Diastolik gt 120 mmHg
disertai kerusakan berat dari organ sasaran yag disebabkan oleh satu atau lebih
penyakitkondisi akut (tabel I) Keterlambatan pengobatan akanmenyebebabkan
timbulnya sequele atau kematian TD harus diturunkan sampai batas tertentu dalam
satu sampai beberapa jam Penderita perlu dirawat di ruangan intensive care unit atau
(ICU)
2 Hipertensi urgensi (mendesak) TD diastolik gt 120 mmHg dan dengan tanpa
kerusakankomplikasi minimum dari organ sasaran TD harus diturunkan dalam 24
jam sampai batas yang aman memerlukan terapi parenteral (tabel II)
Dikenal beberapa istilah berkaitan dengan krisis hipertensi antara lain
1 Hipertensi refrakter respons pengobatan tidak memuaskan dan TD gt
200110 mmHg walaupun telah diberikan pengobatan yang efektif (triple drug) pada
penderita dan kepatuhan pasien
13
2 Hipetensi akselerasi TD meningkat (Diastolik) gt 120 mmHg disertai
dengan kelainan funduskopi KW III Bila tidak diobati dapat berlanjut ke fase
maligna
3 Hipertensi maligna penderita hipertensi akselerasi dengan TD Diastolik gt
120 ndash 130 mmHg dan kelainan funduskopi KW IV disertai papiledema peniggian
tekanan intrakranial kerusakan yang cepat dari vaskular gagal ginjal akut ataupun
kematian bila penderita tidak mendapat pengobatan Hipertensi maligna biasanya
pada penderita dengan riwayat hipertensi essensial ataupun sekunder dan jarang
terjadi pada penderita yang sebelumnya mempunyai TD normal
4 Hipertensi ensefalopati kenaikan TD dengan tiba-tiba disertai dengan keluhan
sakit kepala yang sangat perubahan kesadaran dan keadaan ini dapat menjadi reversible
bila TD diturunkan
Tabel I Hipertensi emergensi ( darurat )
TD Diastolik gt 120 mmHg disertai dengan satu atau lebih kondisi akut
1048729 Pendarahan intra pranial ombotik CVA atau pendarahan subarakhnoid
1048729 Hipertensi ensefalopati
1048729 Aorta diseksi akut
1048729 Oedema paru akut
1048729 Eklampsi
1048729 Feokhromositoma
1048729 Funduskopi KW III atau IV
14
1048729 Insufisiensi ginjal akut
1048729 Infark miokard akut angina unstable
1048729 Sindroma kelebihan Katekholamin yang lain
- Sindrome withdrawal obat anti hipertensi
- Cedera kepala
- Luka bakar
- Interaksi obat
Tabel II Hipertensi urgensi ( mendesak )
Hipertensi berat dengan TD Diastolik gt 120 mmHg tetapi dengan minimal
atau tanpa kerusakan organ sasaran dan tidak dijumpai keadaan pada tabel I
KW I atau II pada funduskopi
Hipertensi post operasi
Hipertensi tak terkontrol tanpa diobati pada perioperatif
Tingginya TD yang dapat menyebabkan kerusakan organ sasaran tidak hanya
dari tingkatan TD aktual tapi juga dari tingginya TD sebelumnya cepatnya kenaikan
TD bangsa seks dan usia penderita Penderita hipertensi kronis dapat mentolelir
kenaikan TD yang lebih tinggi dibanding dengan normotensi sebagai contoh pada
penderita hipertensi kronis jarang terjadi hipertensi ensefalopati gangguan ginjal dan
kardiovaskular dan kejadian ini dijumpai bila TD Diastolik gt 140 mmHg Sebaliknya
pada penderita normotensi ataupun pada penderita hipertensi baru dengan
15
penghentian obat yang tiba-tiba dapat timbul hipertensi ensefalopati demikian juga
pada eklampsi hipertensi ensefalopati dapat timbul walaupun TD 160110 mmHg
Dasar-dasar penanggulangan Krisis Hipertensi
Tekanan darah yang sedemikian tinggi haruslah segera diturunkan karena
penundaan akan memperburuk penyakit yang akan timbul baik cepat maupun lambat
Tetapi penurunan yang terlalu agresif juga dapat menimbulkan berkurangnya perfusi
dan aliran darah ke organ vital terutama otak jantung dan ginjal Untuk menurunkan
TD sampai ke tingkat yang diharapkan perlu diperhaikan berbagai faktor antara lain
keadaan hipertensi sendiri (TD segera diturunkan atau bertahap pengamatan
problema yang menyertai krisis hipertensi perubahan dari aliran darah dan
autoregulasi TD pada organ vital dan pemilihan obat anti hipertensi yang efektif
untuk krisis hipertensi dan monitoring efek samping obat
16
2 Pengukuran 24 jam ( Ambulatory Blood Preassure Monitoring)
Indikasi penggunaan APBM antara lain
Hipertensi yang bersifat episodik
Hipertensi office atau white coat
Adanya disfungsi saraf otonom
Hipertensi sekunder
Sebagai pedoman dalam pemilihan obat antihipertensi
Tekanan darah yang resisten terhadap pengobabatan anti hipertensi
Gejala hipotensi yang berhubungan dengan pengobatan anti hipertensi4
Pemeriksaan penunjang pasien hipertensi terdiri atas
1 Test darah rutin
2 Glukosa darah
3 Kolesterol total serum
4 Kolesterol LDL dan HDL serum
5 Trigiserida serum
6 Asam urat serum
7 Kreatinin serum
8 Kalium serum
9 Hemoglobin dan hematokrit
10 Elektrokardiogram4
10
Evaluasi pasien hipertensi juga diperlukan untuk menentukan adanya penyakit
penyerta sistemik yaitu
1 Aterosklerosis (melalui pemeriksaan profil lemak)
2 Diabetes (terutama pemeriksaan gula darah)
3 Fungsi ginjal (dengan pemeriksaan proteinuria kreatinin serum serta
memperkirakan laju filtrasi glomerulus) 4
Pemeriksaan untuk mengevaluasi adanya kerusakan target organ meliputi
1 Jantung
Pemeriksaan fisik
Foto polos dada (untuk melihat pembesaran jantung kondisi arteri
intratoraks dan sirkulasi pulmoner)
Elektrokardiografi (untuk deteksi iskemia gangguan konduksi
aritmia serta hipertrofi ventrikel)
Ekokardiografi
2 Pembuluh darah
Pemeriksaan fisik terutama perhitungan pulse preassure
USG karotis
Fungsi endotel
3 Otak
Pemeriksaan neurologis
Diagnosis stroke ditegakkan dengan menggunakan CT Scan atau MRI
11
4 Mata
Funduskopi
5 Fungsi ginjal
Pemeriksaan fungsi ginjal dan penentuan adanya proteinuria mikro ndash
makroalbuminuria serta ratio albumin kreatinin urin
Perkiraan laju filtrasi glomerulus4
f Pengobatan Pasien Hipertensi
Tujuan pengobatan hipertensi esensial adalah untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas yang disebabkan oleh gangguan dengan menggunakan cara yang paling
nyaman Tujuan utamanya adalah untuk mencapai tekanan darah kurang dari 14990
mmHg dan mengendalikan setiap faktor resiko kardiovaskular melalui perubahan
gaya hidup Apabila perubahan gaya hidup tidak cukup untuk memadai untuk
mendapatkan tekanan darah yang diharapkan maka harus dimulai terapi obat Pada
awalnya sebaiknya diberikan satu jenis obat Obat-obatan antihipertensi antara lain
ACE-Inhibitor captopril
Beta blocker propanolol
Calcium channel blocker amlodipin
Diuretik furosemide spironolacton chlorthiazide
12
KRISIS HIPERTENSI
Krisis Hipertensi adalah kenaikan tekanan darah dengan kenaikan tekanan
diastolik yang bermaknaTidak ada nilai absolut dari hipertensi krisis tetapi tekanan
diastolik antara 120-130 mmHg dapat dipakai sebagai petunjuk
Krisis hipertensi dapat diklasifikasikan berdasarkan perioritas pengobatan sebagai
berikut
1 Hipertensi emergensi (darurat) ditandai dengan TD Diastolik gt 120 mmHg
disertai kerusakan berat dari organ sasaran yag disebabkan oleh satu atau lebih
penyakitkondisi akut (tabel I) Keterlambatan pengobatan akanmenyebebabkan
timbulnya sequele atau kematian TD harus diturunkan sampai batas tertentu dalam
satu sampai beberapa jam Penderita perlu dirawat di ruangan intensive care unit atau
(ICU)
2 Hipertensi urgensi (mendesak) TD diastolik gt 120 mmHg dan dengan tanpa
kerusakankomplikasi minimum dari organ sasaran TD harus diturunkan dalam 24
jam sampai batas yang aman memerlukan terapi parenteral (tabel II)
Dikenal beberapa istilah berkaitan dengan krisis hipertensi antara lain
1 Hipertensi refrakter respons pengobatan tidak memuaskan dan TD gt
200110 mmHg walaupun telah diberikan pengobatan yang efektif (triple drug) pada
penderita dan kepatuhan pasien
13
2 Hipetensi akselerasi TD meningkat (Diastolik) gt 120 mmHg disertai
dengan kelainan funduskopi KW III Bila tidak diobati dapat berlanjut ke fase
maligna
3 Hipertensi maligna penderita hipertensi akselerasi dengan TD Diastolik gt
120 ndash 130 mmHg dan kelainan funduskopi KW IV disertai papiledema peniggian
tekanan intrakranial kerusakan yang cepat dari vaskular gagal ginjal akut ataupun
kematian bila penderita tidak mendapat pengobatan Hipertensi maligna biasanya
pada penderita dengan riwayat hipertensi essensial ataupun sekunder dan jarang
terjadi pada penderita yang sebelumnya mempunyai TD normal
4 Hipertensi ensefalopati kenaikan TD dengan tiba-tiba disertai dengan keluhan
sakit kepala yang sangat perubahan kesadaran dan keadaan ini dapat menjadi reversible
bila TD diturunkan
Tabel I Hipertensi emergensi ( darurat )
TD Diastolik gt 120 mmHg disertai dengan satu atau lebih kondisi akut
1048729 Pendarahan intra pranial ombotik CVA atau pendarahan subarakhnoid
1048729 Hipertensi ensefalopati
1048729 Aorta diseksi akut
1048729 Oedema paru akut
1048729 Eklampsi
1048729 Feokhromositoma
1048729 Funduskopi KW III atau IV
14
1048729 Insufisiensi ginjal akut
1048729 Infark miokard akut angina unstable
1048729 Sindroma kelebihan Katekholamin yang lain
- Sindrome withdrawal obat anti hipertensi
- Cedera kepala
- Luka bakar
- Interaksi obat
Tabel II Hipertensi urgensi ( mendesak )
Hipertensi berat dengan TD Diastolik gt 120 mmHg tetapi dengan minimal
atau tanpa kerusakan organ sasaran dan tidak dijumpai keadaan pada tabel I
KW I atau II pada funduskopi
Hipertensi post operasi
Hipertensi tak terkontrol tanpa diobati pada perioperatif
Tingginya TD yang dapat menyebabkan kerusakan organ sasaran tidak hanya
dari tingkatan TD aktual tapi juga dari tingginya TD sebelumnya cepatnya kenaikan
TD bangsa seks dan usia penderita Penderita hipertensi kronis dapat mentolelir
kenaikan TD yang lebih tinggi dibanding dengan normotensi sebagai contoh pada
penderita hipertensi kronis jarang terjadi hipertensi ensefalopati gangguan ginjal dan
kardiovaskular dan kejadian ini dijumpai bila TD Diastolik gt 140 mmHg Sebaliknya
pada penderita normotensi ataupun pada penderita hipertensi baru dengan
15
penghentian obat yang tiba-tiba dapat timbul hipertensi ensefalopati demikian juga
pada eklampsi hipertensi ensefalopati dapat timbul walaupun TD 160110 mmHg
Dasar-dasar penanggulangan Krisis Hipertensi
Tekanan darah yang sedemikian tinggi haruslah segera diturunkan karena
penundaan akan memperburuk penyakit yang akan timbul baik cepat maupun lambat
Tetapi penurunan yang terlalu agresif juga dapat menimbulkan berkurangnya perfusi
dan aliran darah ke organ vital terutama otak jantung dan ginjal Untuk menurunkan
TD sampai ke tingkat yang diharapkan perlu diperhaikan berbagai faktor antara lain
keadaan hipertensi sendiri (TD segera diturunkan atau bertahap pengamatan
problema yang menyertai krisis hipertensi perubahan dari aliran darah dan
autoregulasi TD pada organ vital dan pemilihan obat anti hipertensi yang efektif
untuk krisis hipertensi dan monitoring efek samping obat
16
Evaluasi pasien hipertensi juga diperlukan untuk menentukan adanya penyakit
penyerta sistemik yaitu
1 Aterosklerosis (melalui pemeriksaan profil lemak)
2 Diabetes (terutama pemeriksaan gula darah)
3 Fungsi ginjal (dengan pemeriksaan proteinuria kreatinin serum serta
memperkirakan laju filtrasi glomerulus) 4
Pemeriksaan untuk mengevaluasi adanya kerusakan target organ meliputi
1 Jantung
Pemeriksaan fisik
Foto polos dada (untuk melihat pembesaran jantung kondisi arteri
intratoraks dan sirkulasi pulmoner)
Elektrokardiografi (untuk deteksi iskemia gangguan konduksi
aritmia serta hipertrofi ventrikel)
Ekokardiografi
2 Pembuluh darah
Pemeriksaan fisik terutama perhitungan pulse preassure
USG karotis
Fungsi endotel
3 Otak
Pemeriksaan neurologis
Diagnosis stroke ditegakkan dengan menggunakan CT Scan atau MRI
11
4 Mata
Funduskopi
5 Fungsi ginjal
Pemeriksaan fungsi ginjal dan penentuan adanya proteinuria mikro ndash
makroalbuminuria serta ratio albumin kreatinin urin
Perkiraan laju filtrasi glomerulus4
f Pengobatan Pasien Hipertensi
Tujuan pengobatan hipertensi esensial adalah untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas yang disebabkan oleh gangguan dengan menggunakan cara yang paling
nyaman Tujuan utamanya adalah untuk mencapai tekanan darah kurang dari 14990
mmHg dan mengendalikan setiap faktor resiko kardiovaskular melalui perubahan
gaya hidup Apabila perubahan gaya hidup tidak cukup untuk memadai untuk
mendapatkan tekanan darah yang diharapkan maka harus dimulai terapi obat Pada
awalnya sebaiknya diberikan satu jenis obat Obat-obatan antihipertensi antara lain
ACE-Inhibitor captopril
Beta blocker propanolol
Calcium channel blocker amlodipin
Diuretik furosemide spironolacton chlorthiazide
12
KRISIS HIPERTENSI
Krisis Hipertensi adalah kenaikan tekanan darah dengan kenaikan tekanan
diastolik yang bermaknaTidak ada nilai absolut dari hipertensi krisis tetapi tekanan
diastolik antara 120-130 mmHg dapat dipakai sebagai petunjuk
Krisis hipertensi dapat diklasifikasikan berdasarkan perioritas pengobatan sebagai
berikut
1 Hipertensi emergensi (darurat) ditandai dengan TD Diastolik gt 120 mmHg
disertai kerusakan berat dari organ sasaran yag disebabkan oleh satu atau lebih
penyakitkondisi akut (tabel I) Keterlambatan pengobatan akanmenyebebabkan
timbulnya sequele atau kematian TD harus diturunkan sampai batas tertentu dalam
satu sampai beberapa jam Penderita perlu dirawat di ruangan intensive care unit atau
(ICU)
2 Hipertensi urgensi (mendesak) TD diastolik gt 120 mmHg dan dengan tanpa
kerusakankomplikasi minimum dari organ sasaran TD harus diturunkan dalam 24
jam sampai batas yang aman memerlukan terapi parenteral (tabel II)
Dikenal beberapa istilah berkaitan dengan krisis hipertensi antara lain
1 Hipertensi refrakter respons pengobatan tidak memuaskan dan TD gt
200110 mmHg walaupun telah diberikan pengobatan yang efektif (triple drug) pada
penderita dan kepatuhan pasien
13
2 Hipetensi akselerasi TD meningkat (Diastolik) gt 120 mmHg disertai
dengan kelainan funduskopi KW III Bila tidak diobati dapat berlanjut ke fase
maligna
3 Hipertensi maligna penderita hipertensi akselerasi dengan TD Diastolik gt
120 ndash 130 mmHg dan kelainan funduskopi KW IV disertai papiledema peniggian
tekanan intrakranial kerusakan yang cepat dari vaskular gagal ginjal akut ataupun
kematian bila penderita tidak mendapat pengobatan Hipertensi maligna biasanya
pada penderita dengan riwayat hipertensi essensial ataupun sekunder dan jarang
terjadi pada penderita yang sebelumnya mempunyai TD normal
4 Hipertensi ensefalopati kenaikan TD dengan tiba-tiba disertai dengan keluhan
sakit kepala yang sangat perubahan kesadaran dan keadaan ini dapat menjadi reversible
bila TD diturunkan
Tabel I Hipertensi emergensi ( darurat )
TD Diastolik gt 120 mmHg disertai dengan satu atau lebih kondisi akut
1048729 Pendarahan intra pranial ombotik CVA atau pendarahan subarakhnoid
1048729 Hipertensi ensefalopati
1048729 Aorta diseksi akut
1048729 Oedema paru akut
1048729 Eklampsi
1048729 Feokhromositoma
1048729 Funduskopi KW III atau IV
14
1048729 Insufisiensi ginjal akut
1048729 Infark miokard akut angina unstable
1048729 Sindroma kelebihan Katekholamin yang lain
- Sindrome withdrawal obat anti hipertensi
- Cedera kepala
- Luka bakar
- Interaksi obat
Tabel II Hipertensi urgensi ( mendesak )
Hipertensi berat dengan TD Diastolik gt 120 mmHg tetapi dengan minimal
atau tanpa kerusakan organ sasaran dan tidak dijumpai keadaan pada tabel I
KW I atau II pada funduskopi
Hipertensi post operasi
Hipertensi tak terkontrol tanpa diobati pada perioperatif
Tingginya TD yang dapat menyebabkan kerusakan organ sasaran tidak hanya
dari tingkatan TD aktual tapi juga dari tingginya TD sebelumnya cepatnya kenaikan
TD bangsa seks dan usia penderita Penderita hipertensi kronis dapat mentolelir
kenaikan TD yang lebih tinggi dibanding dengan normotensi sebagai contoh pada
penderita hipertensi kronis jarang terjadi hipertensi ensefalopati gangguan ginjal dan
kardiovaskular dan kejadian ini dijumpai bila TD Diastolik gt 140 mmHg Sebaliknya
pada penderita normotensi ataupun pada penderita hipertensi baru dengan
15
penghentian obat yang tiba-tiba dapat timbul hipertensi ensefalopati demikian juga
pada eklampsi hipertensi ensefalopati dapat timbul walaupun TD 160110 mmHg
Dasar-dasar penanggulangan Krisis Hipertensi
Tekanan darah yang sedemikian tinggi haruslah segera diturunkan karena
penundaan akan memperburuk penyakit yang akan timbul baik cepat maupun lambat
Tetapi penurunan yang terlalu agresif juga dapat menimbulkan berkurangnya perfusi
dan aliran darah ke organ vital terutama otak jantung dan ginjal Untuk menurunkan
TD sampai ke tingkat yang diharapkan perlu diperhaikan berbagai faktor antara lain
keadaan hipertensi sendiri (TD segera diturunkan atau bertahap pengamatan
problema yang menyertai krisis hipertensi perubahan dari aliran darah dan
autoregulasi TD pada organ vital dan pemilihan obat anti hipertensi yang efektif
untuk krisis hipertensi dan monitoring efek samping obat
16
4 Mata
Funduskopi
5 Fungsi ginjal
Pemeriksaan fungsi ginjal dan penentuan adanya proteinuria mikro ndash
makroalbuminuria serta ratio albumin kreatinin urin
Perkiraan laju filtrasi glomerulus4
f Pengobatan Pasien Hipertensi
Tujuan pengobatan hipertensi esensial adalah untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas yang disebabkan oleh gangguan dengan menggunakan cara yang paling
nyaman Tujuan utamanya adalah untuk mencapai tekanan darah kurang dari 14990
mmHg dan mengendalikan setiap faktor resiko kardiovaskular melalui perubahan
gaya hidup Apabila perubahan gaya hidup tidak cukup untuk memadai untuk
mendapatkan tekanan darah yang diharapkan maka harus dimulai terapi obat Pada
awalnya sebaiknya diberikan satu jenis obat Obat-obatan antihipertensi antara lain
ACE-Inhibitor captopril
Beta blocker propanolol
Calcium channel blocker amlodipin
Diuretik furosemide spironolacton chlorthiazide
12
KRISIS HIPERTENSI
Krisis Hipertensi adalah kenaikan tekanan darah dengan kenaikan tekanan
diastolik yang bermaknaTidak ada nilai absolut dari hipertensi krisis tetapi tekanan
diastolik antara 120-130 mmHg dapat dipakai sebagai petunjuk
Krisis hipertensi dapat diklasifikasikan berdasarkan perioritas pengobatan sebagai
berikut
1 Hipertensi emergensi (darurat) ditandai dengan TD Diastolik gt 120 mmHg
disertai kerusakan berat dari organ sasaran yag disebabkan oleh satu atau lebih
penyakitkondisi akut (tabel I) Keterlambatan pengobatan akanmenyebebabkan
timbulnya sequele atau kematian TD harus diturunkan sampai batas tertentu dalam
satu sampai beberapa jam Penderita perlu dirawat di ruangan intensive care unit atau
(ICU)
2 Hipertensi urgensi (mendesak) TD diastolik gt 120 mmHg dan dengan tanpa
kerusakankomplikasi minimum dari organ sasaran TD harus diturunkan dalam 24
jam sampai batas yang aman memerlukan terapi parenteral (tabel II)
Dikenal beberapa istilah berkaitan dengan krisis hipertensi antara lain
1 Hipertensi refrakter respons pengobatan tidak memuaskan dan TD gt
200110 mmHg walaupun telah diberikan pengobatan yang efektif (triple drug) pada
penderita dan kepatuhan pasien
13
2 Hipetensi akselerasi TD meningkat (Diastolik) gt 120 mmHg disertai
dengan kelainan funduskopi KW III Bila tidak diobati dapat berlanjut ke fase
maligna
3 Hipertensi maligna penderita hipertensi akselerasi dengan TD Diastolik gt
120 ndash 130 mmHg dan kelainan funduskopi KW IV disertai papiledema peniggian
tekanan intrakranial kerusakan yang cepat dari vaskular gagal ginjal akut ataupun
kematian bila penderita tidak mendapat pengobatan Hipertensi maligna biasanya
pada penderita dengan riwayat hipertensi essensial ataupun sekunder dan jarang
terjadi pada penderita yang sebelumnya mempunyai TD normal
4 Hipertensi ensefalopati kenaikan TD dengan tiba-tiba disertai dengan keluhan
sakit kepala yang sangat perubahan kesadaran dan keadaan ini dapat menjadi reversible
bila TD diturunkan
Tabel I Hipertensi emergensi ( darurat )
TD Diastolik gt 120 mmHg disertai dengan satu atau lebih kondisi akut
1048729 Pendarahan intra pranial ombotik CVA atau pendarahan subarakhnoid
1048729 Hipertensi ensefalopati
1048729 Aorta diseksi akut
1048729 Oedema paru akut
1048729 Eklampsi
1048729 Feokhromositoma
1048729 Funduskopi KW III atau IV
14
1048729 Insufisiensi ginjal akut
1048729 Infark miokard akut angina unstable
1048729 Sindroma kelebihan Katekholamin yang lain
- Sindrome withdrawal obat anti hipertensi
- Cedera kepala
- Luka bakar
- Interaksi obat
Tabel II Hipertensi urgensi ( mendesak )
Hipertensi berat dengan TD Diastolik gt 120 mmHg tetapi dengan minimal
atau tanpa kerusakan organ sasaran dan tidak dijumpai keadaan pada tabel I
KW I atau II pada funduskopi
Hipertensi post operasi
Hipertensi tak terkontrol tanpa diobati pada perioperatif
Tingginya TD yang dapat menyebabkan kerusakan organ sasaran tidak hanya
dari tingkatan TD aktual tapi juga dari tingginya TD sebelumnya cepatnya kenaikan
TD bangsa seks dan usia penderita Penderita hipertensi kronis dapat mentolelir
kenaikan TD yang lebih tinggi dibanding dengan normotensi sebagai contoh pada
penderita hipertensi kronis jarang terjadi hipertensi ensefalopati gangguan ginjal dan
kardiovaskular dan kejadian ini dijumpai bila TD Diastolik gt 140 mmHg Sebaliknya
pada penderita normotensi ataupun pada penderita hipertensi baru dengan
15
penghentian obat yang tiba-tiba dapat timbul hipertensi ensefalopati demikian juga
pada eklampsi hipertensi ensefalopati dapat timbul walaupun TD 160110 mmHg
Dasar-dasar penanggulangan Krisis Hipertensi
Tekanan darah yang sedemikian tinggi haruslah segera diturunkan karena
penundaan akan memperburuk penyakit yang akan timbul baik cepat maupun lambat
Tetapi penurunan yang terlalu agresif juga dapat menimbulkan berkurangnya perfusi
dan aliran darah ke organ vital terutama otak jantung dan ginjal Untuk menurunkan
TD sampai ke tingkat yang diharapkan perlu diperhaikan berbagai faktor antara lain
keadaan hipertensi sendiri (TD segera diturunkan atau bertahap pengamatan
problema yang menyertai krisis hipertensi perubahan dari aliran darah dan
autoregulasi TD pada organ vital dan pemilihan obat anti hipertensi yang efektif
untuk krisis hipertensi dan monitoring efek samping obat
16
KRISIS HIPERTENSI
Krisis Hipertensi adalah kenaikan tekanan darah dengan kenaikan tekanan
diastolik yang bermaknaTidak ada nilai absolut dari hipertensi krisis tetapi tekanan
diastolik antara 120-130 mmHg dapat dipakai sebagai petunjuk
Krisis hipertensi dapat diklasifikasikan berdasarkan perioritas pengobatan sebagai
berikut
1 Hipertensi emergensi (darurat) ditandai dengan TD Diastolik gt 120 mmHg
disertai kerusakan berat dari organ sasaran yag disebabkan oleh satu atau lebih
penyakitkondisi akut (tabel I) Keterlambatan pengobatan akanmenyebebabkan
timbulnya sequele atau kematian TD harus diturunkan sampai batas tertentu dalam
satu sampai beberapa jam Penderita perlu dirawat di ruangan intensive care unit atau
(ICU)
2 Hipertensi urgensi (mendesak) TD diastolik gt 120 mmHg dan dengan tanpa
kerusakankomplikasi minimum dari organ sasaran TD harus diturunkan dalam 24
jam sampai batas yang aman memerlukan terapi parenteral (tabel II)
Dikenal beberapa istilah berkaitan dengan krisis hipertensi antara lain
1 Hipertensi refrakter respons pengobatan tidak memuaskan dan TD gt
200110 mmHg walaupun telah diberikan pengobatan yang efektif (triple drug) pada
penderita dan kepatuhan pasien
13
2 Hipetensi akselerasi TD meningkat (Diastolik) gt 120 mmHg disertai
dengan kelainan funduskopi KW III Bila tidak diobati dapat berlanjut ke fase
maligna
3 Hipertensi maligna penderita hipertensi akselerasi dengan TD Diastolik gt
120 ndash 130 mmHg dan kelainan funduskopi KW IV disertai papiledema peniggian
tekanan intrakranial kerusakan yang cepat dari vaskular gagal ginjal akut ataupun
kematian bila penderita tidak mendapat pengobatan Hipertensi maligna biasanya
pada penderita dengan riwayat hipertensi essensial ataupun sekunder dan jarang
terjadi pada penderita yang sebelumnya mempunyai TD normal
4 Hipertensi ensefalopati kenaikan TD dengan tiba-tiba disertai dengan keluhan
sakit kepala yang sangat perubahan kesadaran dan keadaan ini dapat menjadi reversible
bila TD diturunkan
Tabel I Hipertensi emergensi ( darurat )
TD Diastolik gt 120 mmHg disertai dengan satu atau lebih kondisi akut
1048729 Pendarahan intra pranial ombotik CVA atau pendarahan subarakhnoid
1048729 Hipertensi ensefalopati
1048729 Aorta diseksi akut
1048729 Oedema paru akut
1048729 Eklampsi
1048729 Feokhromositoma
1048729 Funduskopi KW III atau IV
14
1048729 Insufisiensi ginjal akut
1048729 Infark miokard akut angina unstable
1048729 Sindroma kelebihan Katekholamin yang lain
- Sindrome withdrawal obat anti hipertensi
- Cedera kepala
- Luka bakar
- Interaksi obat
Tabel II Hipertensi urgensi ( mendesak )
Hipertensi berat dengan TD Diastolik gt 120 mmHg tetapi dengan minimal
atau tanpa kerusakan organ sasaran dan tidak dijumpai keadaan pada tabel I
KW I atau II pada funduskopi
Hipertensi post operasi
Hipertensi tak terkontrol tanpa diobati pada perioperatif
Tingginya TD yang dapat menyebabkan kerusakan organ sasaran tidak hanya
dari tingkatan TD aktual tapi juga dari tingginya TD sebelumnya cepatnya kenaikan
TD bangsa seks dan usia penderita Penderita hipertensi kronis dapat mentolelir
kenaikan TD yang lebih tinggi dibanding dengan normotensi sebagai contoh pada
penderita hipertensi kronis jarang terjadi hipertensi ensefalopati gangguan ginjal dan
kardiovaskular dan kejadian ini dijumpai bila TD Diastolik gt 140 mmHg Sebaliknya
pada penderita normotensi ataupun pada penderita hipertensi baru dengan
15
penghentian obat yang tiba-tiba dapat timbul hipertensi ensefalopati demikian juga
pada eklampsi hipertensi ensefalopati dapat timbul walaupun TD 160110 mmHg
Dasar-dasar penanggulangan Krisis Hipertensi
Tekanan darah yang sedemikian tinggi haruslah segera diturunkan karena
penundaan akan memperburuk penyakit yang akan timbul baik cepat maupun lambat
Tetapi penurunan yang terlalu agresif juga dapat menimbulkan berkurangnya perfusi
dan aliran darah ke organ vital terutama otak jantung dan ginjal Untuk menurunkan
TD sampai ke tingkat yang diharapkan perlu diperhaikan berbagai faktor antara lain
keadaan hipertensi sendiri (TD segera diturunkan atau bertahap pengamatan
problema yang menyertai krisis hipertensi perubahan dari aliran darah dan
autoregulasi TD pada organ vital dan pemilihan obat anti hipertensi yang efektif
untuk krisis hipertensi dan monitoring efek samping obat
16
2 Hipetensi akselerasi TD meningkat (Diastolik) gt 120 mmHg disertai
dengan kelainan funduskopi KW III Bila tidak diobati dapat berlanjut ke fase
maligna
3 Hipertensi maligna penderita hipertensi akselerasi dengan TD Diastolik gt
120 ndash 130 mmHg dan kelainan funduskopi KW IV disertai papiledema peniggian
tekanan intrakranial kerusakan yang cepat dari vaskular gagal ginjal akut ataupun
kematian bila penderita tidak mendapat pengobatan Hipertensi maligna biasanya
pada penderita dengan riwayat hipertensi essensial ataupun sekunder dan jarang
terjadi pada penderita yang sebelumnya mempunyai TD normal
4 Hipertensi ensefalopati kenaikan TD dengan tiba-tiba disertai dengan keluhan
sakit kepala yang sangat perubahan kesadaran dan keadaan ini dapat menjadi reversible
bila TD diturunkan
Tabel I Hipertensi emergensi ( darurat )
TD Diastolik gt 120 mmHg disertai dengan satu atau lebih kondisi akut
1048729 Pendarahan intra pranial ombotik CVA atau pendarahan subarakhnoid
1048729 Hipertensi ensefalopati
1048729 Aorta diseksi akut
1048729 Oedema paru akut
1048729 Eklampsi
1048729 Feokhromositoma
1048729 Funduskopi KW III atau IV
14
1048729 Insufisiensi ginjal akut
1048729 Infark miokard akut angina unstable
1048729 Sindroma kelebihan Katekholamin yang lain
- Sindrome withdrawal obat anti hipertensi
- Cedera kepala
- Luka bakar
- Interaksi obat
Tabel II Hipertensi urgensi ( mendesak )
Hipertensi berat dengan TD Diastolik gt 120 mmHg tetapi dengan minimal
atau tanpa kerusakan organ sasaran dan tidak dijumpai keadaan pada tabel I
KW I atau II pada funduskopi
Hipertensi post operasi
Hipertensi tak terkontrol tanpa diobati pada perioperatif
Tingginya TD yang dapat menyebabkan kerusakan organ sasaran tidak hanya
dari tingkatan TD aktual tapi juga dari tingginya TD sebelumnya cepatnya kenaikan
TD bangsa seks dan usia penderita Penderita hipertensi kronis dapat mentolelir
kenaikan TD yang lebih tinggi dibanding dengan normotensi sebagai contoh pada
penderita hipertensi kronis jarang terjadi hipertensi ensefalopati gangguan ginjal dan
kardiovaskular dan kejadian ini dijumpai bila TD Diastolik gt 140 mmHg Sebaliknya
pada penderita normotensi ataupun pada penderita hipertensi baru dengan
15
penghentian obat yang tiba-tiba dapat timbul hipertensi ensefalopati demikian juga
pada eklampsi hipertensi ensefalopati dapat timbul walaupun TD 160110 mmHg
Dasar-dasar penanggulangan Krisis Hipertensi
Tekanan darah yang sedemikian tinggi haruslah segera diturunkan karena
penundaan akan memperburuk penyakit yang akan timbul baik cepat maupun lambat
Tetapi penurunan yang terlalu agresif juga dapat menimbulkan berkurangnya perfusi
dan aliran darah ke organ vital terutama otak jantung dan ginjal Untuk menurunkan
TD sampai ke tingkat yang diharapkan perlu diperhaikan berbagai faktor antara lain
keadaan hipertensi sendiri (TD segera diturunkan atau bertahap pengamatan
problema yang menyertai krisis hipertensi perubahan dari aliran darah dan
autoregulasi TD pada organ vital dan pemilihan obat anti hipertensi yang efektif
untuk krisis hipertensi dan monitoring efek samping obat
16
1048729 Insufisiensi ginjal akut
1048729 Infark miokard akut angina unstable
1048729 Sindroma kelebihan Katekholamin yang lain
- Sindrome withdrawal obat anti hipertensi
- Cedera kepala
- Luka bakar
- Interaksi obat
Tabel II Hipertensi urgensi ( mendesak )
Hipertensi berat dengan TD Diastolik gt 120 mmHg tetapi dengan minimal
atau tanpa kerusakan organ sasaran dan tidak dijumpai keadaan pada tabel I
KW I atau II pada funduskopi
Hipertensi post operasi
Hipertensi tak terkontrol tanpa diobati pada perioperatif
Tingginya TD yang dapat menyebabkan kerusakan organ sasaran tidak hanya
dari tingkatan TD aktual tapi juga dari tingginya TD sebelumnya cepatnya kenaikan
TD bangsa seks dan usia penderita Penderita hipertensi kronis dapat mentolelir
kenaikan TD yang lebih tinggi dibanding dengan normotensi sebagai contoh pada
penderita hipertensi kronis jarang terjadi hipertensi ensefalopati gangguan ginjal dan
kardiovaskular dan kejadian ini dijumpai bila TD Diastolik gt 140 mmHg Sebaliknya
pada penderita normotensi ataupun pada penderita hipertensi baru dengan
15
penghentian obat yang tiba-tiba dapat timbul hipertensi ensefalopati demikian juga
pada eklampsi hipertensi ensefalopati dapat timbul walaupun TD 160110 mmHg
Dasar-dasar penanggulangan Krisis Hipertensi
Tekanan darah yang sedemikian tinggi haruslah segera diturunkan karena
penundaan akan memperburuk penyakit yang akan timbul baik cepat maupun lambat
Tetapi penurunan yang terlalu agresif juga dapat menimbulkan berkurangnya perfusi
dan aliran darah ke organ vital terutama otak jantung dan ginjal Untuk menurunkan
TD sampai ke tingkat yang diharapkan perlu diperhaikan berbagai faktor antara lain
keadaan hipertensi sendiri (TD segera diturunkan atau bertahap pengamatan
problema yang menyertai krisis hipertensi perubahan dari aliran darah dan
autoregulasi TD pada organ vital dan pemilihan obat anti hipertensi yang efektif
untuk krisis hipertensi dan monitoring efek samping obat
16
penghentian obat yang tiba-tiba dapat timbul hipertensi ensefalopati demikian juga
pada eklampsi hipertensi ensefalopati dapat timbul walaupun TD 160110 mmHg
Dasar-dasar penanggulangan Krisis Hipertensi
Tekanan darah yang sedemikian tinggi haruslah segera diturunkan karena
penundaan akan memperburuk penyakit yang akan timbul baik cepat maupun lambat
Tetapi penurunan yang terlalu agresif juga dapat menimbulkan berkurangnya perfusi
dan aliran darah ke organ vital terutama otak jantung dan ginjal Untuk menurunkan
TD sampai ke tingkat yang diharapkan perlu diperhaikan berbagai faktor antara lain
keadaan hipertensi sendiri (TD segera diturunkan atau bertahap pengamatan
problema yang menyertai krisis hipertensi perubahan dari aliran darah dan
autoregulasi TD pada organ vital dan pemilihan obat anti hipertensi yang efektif
untuk krisis hipertensi dan monitoring efek samping obat
16