bab ii geologi regional bayat

14
BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Kondisi Umum Kecamatan Bayat Lokasi daerah Bayat berada ± 25 km di sebelah timur kota Yogyakarta. Secara umum fisiografi Bayat dibagi menjadi dua wilayah yaitu wilayah di sebelah utara Kampus Lapangan terutama di sisi utara jalan raya Kecamatan Wedi yang disebut sebagai area Perbukitan Jiwo (Jiwo Hills), dan area di sebelah selatan Kampus Lapangan yang merupakan wilayah Pegunungan Selatan (Southern Mountains). 2.2 Kondisi Geomorfologi A. Perbukitan Jiwo Perbukitan Jiwo merupakan inlier dari batuan Pre- Tertiary dan Tertiary di sekitar endapan Quartenary, terutama terdiri dari endapan fluvio-volcanic yang berasal dari G. Merapi. Elevasi tertinggi dari puncak-puncak yang ada tidak lebih dari 400 m di atas muka air laut, sehingga perbukitan tersebut merupakan suatu perbukitan rendah. Perbukitan Jiwo dibagi menjadi dua wilayah yaitu Jiwo Barat dan Jiwo Timur yang keduanya

Upload: annitakusumawardhani

Post on 22-Jan-2016

82 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab II Geologi Regional Bayat

BAB II

GEOLOGI REGIONAL

2.1 Kondisi Umum Kecamatan Bayat

Lokasi daerah Bayat berada ± 25 km di sebelah timur kota Yogyakarta.

Secara umum fisiografi Bayat dibagi menjadi dua wilayah yaitu wilayah di

sebelah utara Kampus Lapangan terutama di sisi utara jalan raya Kecamatan

Wedi yang disebut sebagai area Perbukitan Jiwo (Jiwo Hills), dan area di

sebelah selatan Kampus Lapangan yang merupakan wilayah Pegunungan

Selatan (Southern Mountains).

2.2 Kondisi Geomorfologi

A. Perbukitan Jiwo

Perbukitan Jiwo merupakan inlier dari batuan Pre-

Tertiary dan Tertiary di sekitar endapan Quartenary, terutama terdiri dari

endapan fluvio-volcanic yang berasal dari G. Merapi. Elevasi tertinggi dari

puncak-puncak yang ada tidak lebih dari 400 m di atas muka air laut,

sehingga perbukitan tersebut merupakan suatu perbukitan rendah.

Perbukitan Jiwo dibagi menjadi dua wilayah yaitu Jiwo Barat dan

Jiwo Timur yang keduanya dipisahkan oleh Sungai Dengkeng

secara antecedent. Sungai Dengkeng sendiri mengalir mengitari komplek

Jiwo Barat, semula mengalir ke arah South-Southwest, berbelok ke

arah East kemudian ke North memotong perbukitan dan selanjutnya

mengalir ke arah Northeast. Sungai Dengkeng ini merupakan pengering

utama dari dataran rendah di sekitar Perbukitan Jiwo. Pembagian fisiografi

daerah Bayat di mana Perbukitan Jiwo Barat dan Timur dipisahkan oleh

Sungai Dengkeng.

Page 2: Bab II Geologi Regional Bayat

Dataran rendah ini semula merupakan rawa-rawa yang luas akibat

air yang mengalir dari lembah G. Merapi tertahan oleh Pegunungan

Selatan. Genangan air ini, di utara Perbukitan Jiwo mengendapkan pasir

yang berasal dari lahar. Sedangkan di selatan atau pada bagian lekukan

antar bukit di Perbukitan Jiwo merupakan endapan air tenang yang berupa

lempung hitam, suatu sedimen Merapi yang subur ini dikeringkan

(direklamasi) oleh pemerintah Kolonial Belanda untuk dijadikan daerah

perkebunan. Reklamasi ini dilakukan dengan cara membuat saluran-

saluran yang ditanggul cukup tinggi sehingga air yang datang dari arah G.

Merapi akan tertampung di sungai sedangkan daerah dataran rendahnya

yang semula berupa rawa-rawa berubah menjadi tanah kering yang

digunakan untuk perkebunan. Sebagian dari rawa yang semula luas itu

disisakan di daerah yang dikelilingi Puncak Sari, Tugu, dan Kampak di

Jiwo Barat, dikenal sebagai Rawa Jombor. Rawa yang disisakan itu

berfungsi sebagai tendon untuk keperluan irigasi darah perkebunan di

dataran sebelah utara Perbukitan Jiwo Timur.

Untuk mengalirakan air dari rawa-rawa tersebut, dibuat saluran

buatan dari sudut Southwest rawa-rawa menembus perbukitan batuan

metamorfik di G. Pegat mengalir ke timur melewati Desa Sedan dan

memotong Sungai Dengkeng lewat aqueduct di sebelah selatan Jotangan

menerus ke arah timur.

Daerah perbukitan yang tersusun oleh batugamping menunjukkan

perbukitan memanjang dengan punggung yang tumpul sehingga

kenampakan punca-puncak tidak begitu nyata. Tebing-tebing

perbukitannya tidak terlalu terbiku sehingga alur-alurnya tidak banyak

dijumpai (Perbukitan Bawak-Temas di Jiwo Timur dan Tugu-Kampak di

Jiwo Barat). Untuk daerah yang tersusun oleh batuan metamorfik

perbukitannya menunjukkan relief yang lebih nyata dengan tebing-tebing

yang terbiku kuat. Kuatnya hasil penorehan tersebut menghasilkan

Page 3: Bab II Geologi Regional Bayat

akumulasi endapan hasil erosi di kaki perbukitan ini yang dikenal

sebagai colluvial. Puncak-puncak perbukitan yang tersusun dari batuan

metamorfik terlihat menonjol dan beberapa di antaranya cenderung

berbentuk kerucut seperti puncak Jabalkat dan puncak Semanggu. Daerah

dengan relief kuat ini dijumpai daerah Jiwo Timur mulai dari puncak

Konang ke arah timur hingga puncak Semanggu dan Jokotuo. Daerah di

sekitar puncak Pendul merupakan satu-satunya tubuh bukit yang

seluruhnya tersusun oleh batuan beku. Kondisi morfologinya cukup kasar

mirip perbukitan metamorfik namun relief yang ditunjukkan puncaknya

tidak sekuat perbukitan metamorfik.

1). Daerah Jiwo Barat

Jiwo Barat terdiri dari deretan perbukitan G. Kampak, G. Tugu, G.

Sari, G. Kebo, G. Merak, G. Cakaran, dan G. Jabalkat. G. Kampak dan

G. Tugu memiliki litologi batugamping berlapis, putih kekuningan,

kompak, tebal lapisan 20 – 40 cm. Di daerah G. Kampak batugamping

tersebut sebagian besar merupakan suatu tubuh yang massif,

menunjukkan adanya asosiasi dengan kompleks terumbu (reef). Di

antara G. Tugu dan G. Sari batugamping tersebut mengalami kontak

langsung dengan batuan metamorfik (mica schist).

Daerah Jiwo Barat memiliki puncak-puncak bukit berarah utara-

selatan yang diwakili oleh puncak  Jabalkat, Kebo, Merak, Cakaran,

Budo, Sari, dan Tugu dengan di bagian paling utara membelok ke arah

barat yaitu G. Kampak.

Batuan metamorf di daerah ini mencakup daerah di sekitar G.

Sari, G. Kebo, G. Merak, G. Cakaran, dan G. Jabalkat yang secara

umum berupa sekis mika, filit, dan banyak mengandung mineral

kuarsa. Di sekitar daerah G. Sari, G. Kebo, dan G. Merak  pada sekis

mika tersebut dijumpai bongkah-bongkah andesit dan mikrodiorit.

Page 4: Bab II Geologi Regional Bayat

Zona-zona lapukannya berupa spheroidal weathering yang banyak

dijumpai di tepi jalan desa. Batuan beku tersebut merupakan batuan

terobosan yang mengenai tubuh sekis mika . singkapan yang baik

dijumpai di dasar sungai-sungai kecil yang menunjukkan kekar kolom

(columnar joint).

Batuan metamorfik yang dijumpai juga berupa filit sekis klorit,

sekis talk, terdapat mieral garnet, kuarsit serta marmer di sekitar  G.

Cakaran, dan G. Jabalkat. Sedangkan pada bagian puncak dari kedua

bukit itu masih ditemukan bongkah-bongkah konglomerat kuarsa.

Sedangkan di sebelah barat G. Cakaran pada  area pedesaan di tepian

Rawa Jombor masih dapat ditemukan sisa-sisa konglomerat kuarsa

serta batupasir. Sampai saat ini batuan metamorfik tersebut ditafsirkan

sebagai batuan berumur Pre-Tertiary, sedangkan batupasir dan

konglomerat dimasukkan ke dalam Formasi Wungkal.

Di daerah ini dijumpai dua inlier (isolated hill) masing-masing di

bukit Wungkal dan bukit Salam. Bukit Wungkal semakin lama

semakin rendah akibat penggalian penduduk untuk mengambil batu

asah (batu wungkal) yang terdapat di bukit tersebut.

2). Daerah Jiwo Timur

Daerah ini mencakup sebelah timur Sungai Dengkeng yang

merupakan deretan perbukitan yang terdiri dari Gunung Konang,

Gunung Pendul, Gunung Semangu, Di lereng selatan Gunung Pendul

hingga mencapai bagian puncak, terutama mulai dari sebelah utara

Desa Dowo dijumpai batu pasir berlapis, kadang kala terdapat

£ragmen sekis mika ada di dalamnya. Sedangkan di bagian timur

Gunung Pendul tersingkap batu lempung abu-abu berlapis, keras,

mengalami deformasi lokal secara kuat hingga terhancurkan.

Page 5: Bab II Geologi Regional Bayat

Hubungan antar satuan batuan tersebut masih memberikan

berbagai kemungkinan karena kontak antar satuan terkadang tertutup

oleh koluvial di daerah dataran. Kepastian stratigrafis antar satuan

batuan tersebut baru dapat diyakini jika telah ada pengukuran umur

absolut (mutlak). Walaupun demikian berbagai pendekatan

penyelidikan serta rekontruksi stratigrafis telah banyak dilakukan oleh

para ahli.

Daerah perbukitan Jiwo Timur mempunyai puncak-puncak bukit

berarah barat-timur yang diwakili oleh puncak-puncak Konang,

Pendul dan Temas, Gunung Jokotuo dan Gunung Temas.

Gunung Konang dan Gunung Semangu merupakan tubuh batuan

sekis-mika, berfoliasi cukup baik, sedangkan Gunung Pendul

merupakan tubuh intrusi mikrodiorit. Gunung Jokotuo merupakan

batuan metasedimen (marmer) dimana pada tempat tersebut dijumpai

tanda-tanda struktur pense saran. Sedangkan Gunung Temas

merupakan tubuh batu gamping berlapis.

Di sebelah utara Gunung Pendul dijumpai singkapan batu

gamping nummulites, berwarna abu-abu dan sangat kompak, disekitar

batu gamping nummulites tersebut terdapat batu pasir berlapis.

Penyebaran batugamping nummulites dijumpai secara setempat-

setempat terutam di sekitar desa Padasan, dengan percabangan ke arah

utara yang diwakili oleh puncak Jokotuo dan Bawak.

Di bagian utara dan tenggara Perbukitan Jiwo timur terdapat

bukit terisolir yang menonjol dan dataran aluvial yang ada di

sekitarnya. Inlier (isolited hill) ini adalah bukit Jeto di utara dan bukit

Lanang di tenggara. Bukit Jeto secara umum tersusun oleh batu

gamping Neogen yang bertumpu secara tidak selaras di atas batuan

metamorf, sedangkan bukit Lanang secara keseluruhan tersusun oleh

batu gamping Neogen.

Page 6: Bab II Geologi Regional Bayat

B. Daerah Pegunungan selatan

Di sebelah selatan Kampus Lapangan hingga mencapai puncak

Pegunungan Baturagung, secara stratigrafis sudah tennasuk wilayah

Pegunungan Selatan. Secara struktural deretan pegunungan tersebut, pada

penampang utara-selatan, merupakan suatu pegunungan blok patahan

yang membujur barat-timur.

Untuk daerah di sekitar kampus lapangan, litologi yang dijumpai

merupakan bagian dari Formasi Kebo, Butak dan Semilir. Beberapa lokasi

singkapan penting penting antara lain sekitar Lanang dan desa Tegalrejo

dijumpai batu pasir tufan dengan sisipan serpih. Di selatan desa

Banyuuripan, yaitu desa Kalisogo, ditemukan breksi autoklastik dengan

pola retakan radial yang ditafsirkan sebagai produk submarine breccia.

Semakin ke selatan, sekitar desa Tanggul, Jarum dan Pendem, terdapat

singkapan endapan kipas aluvial. Di bagian barat daya, sekitar desa

Tegalrejo, dijumpai batu pasir berlapis dengan pelapukan mengulit

bawang. Di bagian timumya terdapat batu lempung abu-abu dengan zona

kekar.

Naik ke arah puncak Baturagung, perlapisan-perlapisan batuan

sedimen akan dijumpai dengan baik, dapat berupa batu pasir, batu

lempung, batu pasir krikilan, batu pasir tufan maupun sisipan breksi.

Pengamatan sepanjang jalan ini sangat penting untuk melacak keaadaan

stratigrafis serta struktur geologi di daerah selatan Kampus Lapangan.

2.3 Kondisi Statigrafi Regional

Batuan tertua yang tersingkap di daerah Bayat terdiri dari batuan

metamorf berupa filtit, sekis, batu sabak dan marmer. Penentuan umur yang

tepat untuk batuan malihan hingga saat ini masih belum ada. Satu-satunya

data tidak langsung untuk perkiraan umurnya adalah didasarkan fosil tunggal

Orbitolina yang diketemukan oleh Bothe (1927) di dalam fragmen

Page 7: Bab II Geologi Regional Bayat

konglomerat yang menunjukkan umur Kapur. Dikarenakan umur batuan

sedimen tertua yang menutup batuan malihan tersebut berumur awal Tersier

(batu pasir batu gamping Eosen), maka umur batuan malihan tersebut disebut

batuan Pre-Tertiary Rocks.

Secara tidak selaras menumpang di atas batuan malihan adalah batu pasir

yang tidak gampingan sampai sedikit gampingan dan batulempung, kemudian

di atasnya tertutup oleh batugamping yang mengandung fosil nummulities

yang melimpah dan bagian atasnya diakhiri oleh batu gamping Discocyc1ina,

menunjukkan lingkungan laut dalam. Keberadaan forminifera besar ini

bersama dengan foraminifera plangtonik yang sangat jarang ditemukan di

dalam batu lempung gampingan, menunjukkan umur Eosen Tengah hingga

Eosen Atas. Secara resmi, batuan berumur Eosen ini disebut Formasi

Wungkal-Gamping. Keduanya, batuan malihan dan Formasi Wungkal-

Gamping diterobos oleh batuan beku menengah bertipe dioritik.

Diorit di daerah Jiwo merupakan penyusun utama Gunung Pendul, yang

terletak di bagian timur Perbukitan Jiwo. Diorit ini kemungkinan bertipe dike.

Singkapan batuan beku di Watuprahu (sisi utara Gunung Pendul) secara

stratigrafi di atas batuan Eosen yang miring ke arah selatan. Batuan beku ini

secara stratigrafi terletak di bawah batu pasir dan batu gamping yang masih

mempunyai kemiringan lapisan ke arah selatan. Penentuan umur pada dike

intrusi pendul oleh Soeria Atmadja dan kawan-kawan (1991) menghasilkan

sekitar 34 juta tahun, dimana hasil ini kurang lebih sesuai dengan teori

Bemmelen (1949), yang menafsirkan bahwa batuan beku tersebut adalah

merupakan leher (neck) dari gunung api Oligosen. Mengenai genetik dan

generasi magmatisme dari diorit di Perbukitan Jiwo masih memerlukan kajian

yang lebih hati-hati.

Sebelum kala Eosen tangah, daerah Jiwo mulai tererosi. Erosi tersebut

disebabkan oleh pengangkatan atau penurunan muka air laut selama peri ode

akhir oligosen. Proses erosi tersebut telah menurunkan permukaan daratan

Page 8: Bab II Geologi Regional Bayat

yang ada, kemudian disusul oleh periode transgresi dan menghasilkan

pengendapan batu gamping dimulai pada kala Miosen Tengah. Di daerah

Perbukitan Jiwo tersebut mempunyai ciri litologi yang sama dengan Formasi

Oyo yang tersingkap lebih banyak di Pegunungan Selatan (daerah Sambipitu

Nglipar dan sekitarnya).

Di daerah Bayat tidak ada sedimen laut yang tersingkap di antara Formasi

Wungkal-Gampingan dan Formasi Oyo. Keadaan ini sangat berbeda dengan

Pegunungan Baturagung di selatannya. Di sini ketebalan batuan

volkaniklastik-marin yang dicirikan turbidit dan sedimen hasil pengendapan

aliran gravitasi lainnya tersingkap dengan baik. Perbedaan-perbedaan ini

kemungkinan disebabkan oleh kompleks sistem sesar yang memisahkan

daerah Perbukitan Jiwo dengan Pegunungan Baturagung yang telah aktif sejak

Tersier Tengah.

Selama zaman Kuarter, pengendapan batu gamping telah berakhir.

Pengangkatan yang diikuti dengan proses erosi menyebabkan daerah

Perbukitan Jiwo berubah menjadi daerah lingkungan darat. Pasir vulkanik

yang berasal dari gunung api Merapi yang masih aktif mempengaruhi proses

sedimentasi endapan aluvial terutama di sebelah utara dan barat laut dari

Perbukitan Jiwo.

Keadaan stratigrafi Pegunugan Selatan, dari tua ke muda yaitu :

1. Formasi Kebo, berupa batu pasir vulkanik, tufa, serpih dengan sisipan

lava, umur Oligosen (N2-N3), ketebalan formasi sekitar 800 meter.

2. Formasi Butak, dengan ketebalan 750 meter berumur Miosen awal

bagian bawah (N4), terdiri dari breksi polomik, batu pasir dan serpih.

3. Formasi Semilir, berupa tufa, lapili, breksi piroklastik, kadang ada

sisipan lempung dan batu pasir vulkanik. Umur N5-N9. Bagian tengah

memiliki kesamaan dengan Formasi Nglanggran.

4. Formasi Nglanggran, berupa breksi vulkanik, batu pasir vulkanik, lava

dan breksi aliran.

Page 9: Bab II Geologi Regional Bayat

5. Dari puncak Baturagung ke arah selatan, yaitu menuju dataran

Wonosari akan dijumpai Formasi Sambipitu, Formasi Oyo, Formasi

Wonosari, dan

6. Formasi Kepek.