bab ii evaluasi hasil ppelaksanaan rkpd
TRANSCRIPT
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 1
BAB II
EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIANKINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN
2.1. Gambaran Umum Kondisi Daerah
2.1.1 Aspek Geografi dan Demografi
a. Karakteristik Wilayah
1) Luas dan Batas Wilayah administrasi
Luas wilayah Kabupaten Sleman adalah 57.482 ha atau 574,82 km2
atau sekitar 18% dari luas wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
yang seluas 3.185,80 km2. Jarak terjauh utara-selatan wilayah Kabupaten
Sleman 32 km, sedangkan jarak terjauh timur-barat 35 km. Dalam
perspektif mata burung, wilayah Kabupaten Sleman berbentuk segitiga
dengan alas di sisi selatan dan puncak di sisi utara.
Secara administratif, Kabupaten Sleman terdiri atas 17 wilayah
kecamatan, 86 desa, dan 1.212 Padukuhan. Kecamatan dengan wilayah
paling luas adalah Cangkringan (4.799 ha), dan yang paling sempit adalah
Berbah (2.299 ha). Kecamatan dengan padukuhan terbanyak adalah
Tempel (98 padukuhan), sedangkan kecamatan dengan padukuhan
paling sedikit adalah Turi (54 padukuhan). Kecamatan dengan Desa
terbanyak adalah Tempel (8 desa), sedangkan Kecamatan dengan Desa
paling sedikit adalah Depok (3 desa). Pembagian wilayah administrasi
Kabupaten Sleman dapat dilihat pada tabel 2.1:
Tabel 2.1Pembagian Wilayah Administrasi
Kabupaten Sleman
No KecamatanBanyaknya
Luas (Ha)Desa Padukuhan
1. Moyudan 4 65 2.762
2. Minggir 5 68 2.727
3. Seyegan 5 67 2.663
4. Godean 7 77 2.684
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 2
No KecamatanBanyaknya
Luas (Ha)Desa Padukuhan
5. Gamping 5 59 2.925
6. Mlati 5 74 2.852
7. Depok 3 58 3.555
8. Berbah 4 58 2.299
9. Prambanan 6 68 4.135
10. Kalasan 4 80 3.584
11. Ngemplak 5 82 3.571
12. Ngaglik 6 87 3.852
13. Sleman 5 83 3.132
14. Tempel 8 98 3.249
15. Turi 4 54 4.309
16. Pakem 5 61 4.384
17. Cangkringan 5 73 4.799
Jumlah 86 1.212 57.482
Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Sleman, 2011
2) Letak dan kondisi Geografis
Secara geografis wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai
11012’57” sampai dengan 11032’48” Bujur Timur dan 732’28” sampai
dengan 750’11” Lintang Selatan. Di sebelah utara, wilayah Kabupaten
Sleman berbatasan dengan Kabupaten Magelang dan Kabupaten
Boyolali, Provinsi Jawa Tengah, di sebelah timur berbatasan dengan
Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah, di sebelah barat berbatasan
dengan Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
dan Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah, dan di sebelah selatan
berbatasan dengan Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten
Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
3) Topografi
Kadaan tanah Kabupaten Sleman di bagian selatan relatif datar
kecuali daerah perbukitan di bagian tenggara Kecamatan Prambanan dan
sebagian di Kecamatan Gamping. Semakin ke utara relatif miring dan di
bagian utara sekitar lereng gunung Merapi relatif terjal.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 3
Ketinggian wilayah Kabupaten Sleman berkisar antara 100 meter
sampai dengan 2.500 meter di atas permukaan laut (m dpl). Ketinggian
tanahnya dapat dibagi menjadi 4 kelas yaitu ketinggian <100 meter, 100-
499 meter, 500-999 meter, dan >1.000 meter dpl. Ketinggian <100 m dpl
seluas 6.203 ha, atau 10,79% dari luas wilayah, terdapat di Kecamatan
Moyudan, Minggir, Godean, Gamping, Berbah, dan Prambanan.
Ketinggian 100-499 m dpl seluas 43.246 ha, atau 75,32% dari luas
wilayah, terdapat di 17 Kecamatan. Ketinggian 500-999 m dpl meliputi
luas 6.538 ha, atau 11,38% dari luas wilayah, ditemui di Kecamatan
Tempel, Turi, Pakem, dan Cangkringan. Ketinggian >1.000 m dpl seluas
1.495 ha, atau 2,60% dari luas wilayah, terdapat di Kecamatan Turi,
Pakem, dan Cangkringan. Ketinggian wilayah di Kabupaten Sleman dapat
dilihat pada tabel 2.2:
Tabel 2.2Ketinggian Wilayah Kabupaten Sleman
No Kecamatan<100m dpl(ha)
100-499 mdpl(ha)
500-999m dpl(ha)
>1.000m dpl(ha)
Jumlah(Ha)
1. Moyudan 2.407 355 - - 2.762
2. Minggir 357 2.370 - - 2.727
3. Godean 209 2.475 - - 2.684
4. Seyegan - 2.663 - - 2.633
5. Tempel - 3.172 77 - 3.249
6. Gamping 1.348 1.577 - - 2.925
7. Mlati - 2.852 - - 2.852
8. Sleman - 3.132 - - 3.132
9. Turi - 2.076 2.155 78 4.039
10. Pakem - 1.664 1.498 1.222 4.384
11. Ngaglik - 3.852 - - 3.852
12. Depok - 3.555 - - 3.555
13. Kalasan - 3.584 - - 3.584
14. Berbah 1.447 852 - - 2.299
15. Prambanan 435 3.700 - - 4.135
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 4
No Kecamatan<100m dpl(ha)
100-499 mdpl(ha)
500-999m dpl(ha)
>1.000m dpl(ha)
Jumlah(Ha)
16. Ngemplak - 3.571 - - 3.571
17. Cangkringan - 1.796 2.808 195 4.799
Jumlah 6.203 43.246 6.538 1.495 57.482
Prosentase 10,79 75,32 11,38 2,60 100
Sumber: Dinas Pengendalian Pertanahan Daerah Kab. Sleman, 2011
4) Geologi
Kondisi geologi di Kabupaten Sleman didominasi dari keberadaan
gunung Merapi. Formasi geologi dibedakan menjadi endapan vulkanik,
sedimen, dan batuan terobosan, dengan endapan vulkanik mewakili lebih
dari 90% luas wilayah.
Material vulkanik gunung Merapi yang berfungsi sebagai lapisan
pembawa air tanah (akifer) yang sudah terurai menjadi material pasir
vulkanik, yang sebagian besar merupakan bagian dari endapan vulkanik
Merapi muda. Material vulkanik Merapi muda ini dibedakan menjadi 2 unit
formasi geologi yaitu formasi Sleman (lebih di dominasi oleh endapan
piroklastik halus dan tufa) di bagian bawah dan formasi Yogyakarta (lebih
di dominasi oleh pasir vulkanik berbutir kasar hingga pasir berkerikil) di
bagian atas. Formasi Yogyakarta dan formasi Sleman ini berfungsi
sebagai lapisan pembawa air utama yang sangat potensial dan
membentuk satu sistem akifer yang di sebut Sistem Akifer Merapi (SAM).
Sistem akifer tersebut menerus dari utara ke selatan dan secara
administratif masuk dalam wilayah Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta,
dan Kabupaten Bantul.
Jenis tanah di Kabupaten Sleman terbagi menjadi litosol, regusol,
grumosol, dan mediteran. Sebagian besar di wilayah Sleman didominasi
jenis tanah regusol sebesar 49.262 ha (85,69%), mediteran 3.851 ha
(6,69%), litosol 2.317 ha (4,03%), dan grumusol 1.746 ha (3,03%), jenis
tanah di Kabupaten Sleman selengkapnya seperti terlihat pada tabel 2.3:
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 5
Tabel 2.3Jenis Tanah di Kabupaten Sleman
No. KecamatanJenis Tanah (Ha) Jumlah
(Ha)Litosol Regosol Grumosol Mediteran
1 2 3 4 5 6 7
1. Moyudan - 584 808 1.370 2.7622. Minggir - 558 606 1.563 2.7273. Seyegan - 2.187 8 468 2.6634. Godean - 2.018 216 450 2.6845. Gamping - 2.817 108 - 2.9256. Mlati - 2.582 - - 2.8527. Depok - 3.555 - - 3.5558. Berbah - 2.299 - - 2.2999. Prambanan 2.155 1.980 - - 4.13510. Kalasan 162 3.422 - - 3.58411. Ngemplak - 3.571 - - 3.57112. Ngaglik - 3.852 - - 3.85213. Sleman - 3.132 - - 3.13214. Tempel - 3.249 - - 3.24915. Turi - 4.309 - - 4.30916. Pakem - 4.348 - - 4.34817. Cangkringan - 4.799 - - 4.799
Jumlah 2.317 49.262 1.746 3.851 57.482Prosentase 4,03 85,69 3,03 6,69 100
Sumber: Sistim Informasi Profil Daerah Tahun 2011
5) Hidrologi
Air tanah Merapi yang mengalir di bawah permukaan secara rembesan
bergerak menuju daerah yang lebih rendah terpotong oleh topografi,
rekahan atau patahan maka akan muncul mata air. Di Kabupaten Sleman
terdapat 4 jalur mata air (springbelt) yaitu: jalur mata air Bebeng, jalur
mata air Sleman-Cangkringan, jalur mata air Ngaglik dan jalur mata air
Yogyakarta. Mata air ini telah banyak dimanfaatkan untuk sumber air
bersih maupun irigasi.
Di Kabupaten Sleman terdapat 182 sumber mata air yang terukur
debitnya mulai dari 1 s/d 400 lt/detik, yang airnya mengalir ke sungai-
sungai utama yaitu sungai Boyong, Kuning, Gendol, dan Krasak. Di
samping itu terdapat anak-anak sungai yang mengalir ke arah selatan dan
bermuara di Samudera Indonesia.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 6
6) Klimatologi
Kondisi iklim di sebagian besar wilayah Kabupaten Sleman termasuk
tropis basah, hari hujan terbanyak dalam satu bulan 25 hari.
Kecepatan angin maksimum 6,00 knots dan minimum 3,00 knots, rata-
rata kelembaban nisbi udara tertinggi 97,0% dan terendah 28,0%.
Temperatur udara tertinggi 32° C dan terendah 24° C.
Kondisi agroklimat di atas menunjukkan bahwa iklim di wilayah
Kabupaten Sleman pada umumnya cocok untuk pengembangan sektor
pertanian.
7) Penggunaan Lahan
Tata guna lahan di Kabupaten Sleman untuk sawah, tegalan,
pekarangan dan lain-lain. Perkembangan penggunaan lahan selama 5
tahun terakhir menunjukkan luas dan jenis lahan sawah turun, rata-rata
per tahun sebesar 0,11%, luas pekarangan turun 0,125%, luas tegalan
naik 0,01% dan untuk penggunaan lain-lain relatif.
b. Potensi Pengembangan Wilayah
Potensi pengembangan wilayah di Kabupaten Sleman meliputi
beberapa kawasan antara lain :
1) Kawasan peruntukan pertanian; meliputi kawasan pertanian
lahan basah (21.386 hektar) dan kawasan pertanian lahan
kering (9.172 hektar) yang tersebar di 17 kecamatan.
2) Kawasan peruntukan pertambangan;
- batu kapur di Kecamatan Gamping;
- breksi batuapung di Kecamatan Prambanan, dan Berbah;
- Andesit di Kecamatan Tempel, Pakem, Turi, Cangkringan,
Godean, Seyegan, dan Prambanan;
- tanah liat di Kecamatan Tempel, Godean, Seyegan, Sleman,
Gamping, Prambanan, dan Berbah;
- pasir dan kerikil di seluruh kecamatan di wilayah Kabupaten
Sleman.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 7
3) Kawasan peruntukan industri; meliputi lahan seluas 299 hektar
di Kecamatan Gamping, Berbah, dan Kalasan
4) Kawasan permukiman; meliputi kawasan permukiman
perdesaan (10.733 hektar) dan kawasan permukiman perkotaan
(12.590 hektar) yang tersebar di 17 kecamatan.
5) Kawasan peruntukan pariwisata; meliputi tema wisata alam,
tema wisata budaya, tema wisata perkotaan dan tema wisata
pertanian.
6) Kawasan hutan; kawasan hutan rakyat (4.167 hektar) di
Kecamatan Gamping, Seyegan, Prambanan, Turi, Pakem dan
Cangkringan.
7) Kawasan pertahanan dan keamanan; meliputi
- Kompi C Batalyon Infanteri 403 dan Kompi Panser 2
Batalyon Kavaleri 2 di Kecamatan Gamping;
- Batalyon Infanteri 403 di Kecamatan Depok; dan
- Bandar Udara Adisutjipto dan Pangkalan Udara TNI AU
Adisutjipto di Kecamatan Depok dan Berbah.
c. Wilayah Rawan Bencana
Wilayah kawasan rawan bencana di Kabupaten Sleman terdiri dari :
1) kawasan rawan bencana gunungapi, meliputi kawasan rawan
bencana Merapi III, II dan I.
2) Kawasan rawan gempa bumi, adalah kawasan yang berada di
jalur patahan Sesar Opak, seluas 5.578 hektar yang tersebar di
17 Kecamatan.
3) Kawasan rawan tanah longsor, adalah kawasan yang memiliki
kemiringan lahan lebih dari 40% dengan jenis tanah redzina dan
litosol, seluas 3.303 hektar, yang berada di Kecamatan
Prambanan dan Gamping.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 8
d. Demografi
Berdasarkan hasil sensus penduduk pada tahun 2010, jumlah
penduduk Sleman tercatat 1.093.110 jiwa, perkembangan jumlah
penduduk Kabupaten Sleman pada tahun 2010 bertambah
39.579 orang atau 3,75% yaitu dari 1.053.531 orang pada Tahun
2009 menjadi 1.093.110 orang pada akhir tahun 2010
selengkapnya seperti pada tabel 2.4:
Tabel 2.4Banyaknya Penduduk
Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Sleman
No TahunLaki-laki Perempuan
JumlahJiwa % Jiwa %
1 2007 513.944 50,05 512.823 49,95 1.026.767
2 2008 524.722 50,44 515.498 49,56 1.040.220
3 2009 527.339 51,00 526.192 49,00 1.053.531
4 2010 545.961 50,07 544.398 49,93 1.093.110
5 20111) 559.302 49,70 566.067 50,30 1.125.369
Sumber : BPS Kab. Sleman, 2011,1) Dinas Kependudukan dan Capil, 2011
Pertumbuhan penduduk per tahun Kabupaten Sleman sebesar
0,73%. Pertumbuhan ini relatif tinggi dibanding pertumbuhan
sebelumnya. Kecenderungan ini disebabkan fungsi Kabupaten
Sleman sebagai penyangga Kota Jogjakarta, daerah tujuan untuk
melanjutkan pendidikan, dan daerah pengembangan
pemukiman/perumahan, sehingga pertumbuhan penduduk yang
terjadi lebih banyak didorong oleh faktor migrasi penduduk bukan
oleh tingkat kelahiran yang tinggi.
Jumlah kepala keluarga mengalami kenaikan sebanyak 97.209
KK (33,07%) dari 293.897 KK pada tahun 2009 menjadi 306.701 KK
pada tahun 2011. Rata-rata jumlah jiwa setiap rumah tangga
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 9
sebanyak 3,15 jiwa per rumah tangga. Selengkapnya dapat dilihat
pada tabel 2.5:
Tabel 2.5Laju Pertumbuhan Penduduk
Tahun 2007-2011 di Kabupaten Sleman
No. Jenis DataTahun
2007 2008 2009 2010 20111)
1. Laju PertumbuhanPenduduk (%/th)
1,34 1,31 1,28 1,92 0,73
2. Banyaknya KepalaKeluarga (KK)
250.847 255.555 293.897 391.106 306.701
3. Rata-rata jumlah jiwadalam keluarga (orang)
3.40 3.37 3,8 3,15 3,29
Sumber: BPS Kab. Sleman, 2011,1) Dinas Kependudukan dan Capil, 2011
Berdasarkan struktur umur penduduk Tahun 2011, komposisi
penduduk usia 14 tahun ke bawah mencapai 19,3%, penduduk usia
15-60 tahun sebesar 67 %, sementara penduduk usia di atas 60 tahun
sebesar 13,7%. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.6 dan 2.7:
Tabel 2.6Penduduk Laki-laki Berdasarkan Umur
Tahun 2007-2011Kelompok
Umur2007 2008 2009 2010 2011
1)
1 3 4 5 6 7
0-4 33,208 36,368 38,050 43,026 32.088
5-9 36,568 37,743 39,581 40,796 38.799
10-14 34,748 35,369 31,990 39,023 40.252
15-19 42,504 48,023 59,182 49,077 37.461
20-24 73,808 79,692 61,155 63,847 37.095
25-29 51,828 52,840 51,822 49,907 49.703
30-34 42,616 43,110 54,858 44,877 55.938
35-39 39,424 37,365 33,722 41,678 51.435
40-44 30,604 33,734 37,810 39,906 48.386
45-49 28,196 27,153 27,767 32,319 39.475
50-54 24,612 19,892 28,530 28,810 32.822
55-59 22,344 18,938 18,361 22,280 26.945
60+ 53,452 54,497 48,595 52,339 68.903
JUMLAH 513,912 524,724 531,423 547,885 559.302
Sumber: BPS Kab. Sleman, 2011, 1) Dinas Kependudukan dan Capil, 2011
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 10
Tabel 2.7Penduduk Perempuan Berdasarkan Umur
Tahun 2007-2011Kelompok
Umur2007 2008 2009 2010 20111)
0-4 32,564 34,994 30,141 40.549 30.285
5-9 35,728 35,662 32,962 38.582 36.371
10-14 36,176 34,015 25,675 36.756 37.453
15-19 41,440 47,259 52,144 48.273 35.289
20-24 57,148 68,603 55,334 55.972 36.334
25-29 48,328 47,643 48,064 46.887 50.034
30-34 36,736 43,625 61,133 44.608 54.872
35-39 35,868 39,111 37,013 41.774 51.699
40-44 41,300 34,332 33,040 41.199 48.432
45-49 35,252 26,485 35,450 34.858 40.390
50-54 27,216 21,895 31,876 30.390 34.389
55-59 19,236 19,365 21,926 22.249 26.944
60+ 65.800 62.506 57.386 63.128 83.575
JUMLAH 512,792 515,495 522,144 545.225 556.067
Sumber: BPS Kab. Sleman, 2011,1) Dinas Kependudukan dan Capil, 2011
2.1.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat
Keberhasilan pelaksanaan pembangunan dari aspek kesejahteraan
masyarakat dapat dilihat dari capaian indikator kesejahteraan dan
pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial, serta seni budaya dan olahraga.
2.1.2.1. Fokus Kesejahteraan dan pemerataan ekonomi
a. Pertumbuhan PDRB
PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 (Hk) tahun 2007-2011
mengalami pertumbuhan rata-rata 4,73% yaitu dari Rp 5.553,6 milyar
pada tahun 2007 menjadi Rp 6.681,9 milyar pada tahun 2011. Selama
tahun 2007-2010, sektor perdagangan, hotel, dan restoran memberikan
kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB atas dasar harga
konstan, diikuti oleh sektor jasa-jasa, pertanian, dan industri
pengolahan. Perkembangan nilai PDRB atas dasar harga konstan dan
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 11
kontribusi sektor dalam PDRB Kabupaten Sleman selama 5 tahun
terakhir dapat dilihat pada tabel 2.8:
Tabel 2.8PDRB dan Distribusi Persentase PDRB
Menurut Lapangan Usaha ADH Konstan 2000Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman
NO Sektor2007 2008 2009 2010 2011*)
(juta Rp) % (juta Rp) % (juta Rp) % (juta Rp) % (juta Rp) %1 Pertanian 923.422 16,63 987.480 16,91 1.004.808 16,47 1.001.697,79 15,72 1.003.987 15,03
2Pertambangan& Penggalian
32.998 0,59 30.372 0,52 28.901 0,47 33.304,34 0,52 34.805 0,52
3IndustriPengolahan
890.912 16,04 904.474 15,49 921.892 15,11 950.028,62 14,91 982.672 14,71
4 Listrik,Gas &Air Bersih
50.203 0,90 52.789 0,90 56.066 0,92 58.768,22 0,92 62.437 0,93
5 Bangunan 601.267 10,83 642.538 11,01 684.367 11,22 729.455,58 11,45 776.233 11,62
6Perdagangan,Hotel &Restoran
1.204.716 21,69 1.276.918 21,87 1.359.722 22,29 1.436.204,87 22,54 1.533.149 22,94
7Pengangkutan& Komunikasi
321.854 5,80 339.243 5,81 361.363 5,92 384.891,42 6,04 408.924 6,12
8
Keuangan,Persewaan, &Js.Perusahaan
567.159 10,21 598.190 10,25 631.510 10,35 669.291,46 10,50 710.390 10,63
9 Jasa-jasa 961.049 17,31 1.006.243 17,24 1.050.928 17,23 1.109.557,92 17,41 1.169.321 17,50
PDRB 5.553.580 100,00 5.838.246 100,00 6.099.557 100,00 6.373.200,22 100,00 6.681.917 100,00
Sumber: BPS Kabupaten Sleman, 2011*) angka sementara
PDRB atas dasar harga berlaku (HB) tahun 2007-2011 mengalami
pertumbuhan rata-rata 10,73% per tahun yaitu dari Rp9.972,2 milyar
pada tahun 2007 menjadi Rp14.975,60 milyar pada tahun 2011. Selama
tahun 2007-2011, sektor perdagangan, hotel, dan restoran memberikan
kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB atas dasar harga berlaku,
diikuti oleh sektor jasa-jasa, industri pengolahan, dan pertanian.
Perkembangan nilai PDRB atas dasar harga berlaku dan kontribusi
sektor dalam PDRB Kabupaten Sleman selama 5 tahun terakhir seperti
pada tabel 2.9:
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 12
Tabel 2.9PDRB dan Distribusi Persentase PDRB
Menurut Lapangan Usaha ADH Berlaku 2000Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman
NO Sektor2007 2008 2009 2010 2011*)
(juta Rp) % (juta Rp) % (juta Rp) % (juta Rp) % (juta Rp) %
1 Pertanian 1.332.265 13,36 1.627.084 14,22 1.701.995 13,61 1.771.742,5 13,02 1.880.942 12,56
2Pertambangan& Penggalian
62.566 0,63 62.536 0,55 62.263 0,50 73.244,98 0.54 73.673 0,49
3IndustriPengolahan
1.505.155 15,09 1.639.909 14,33 1.773.101 14,18 1.927.170,4 14,16 2.072.358 13,84
4Listrik,Gas &Air bersih
124.511 1,25 140.301 1,23 160.205 1,28 174.867,94 1,28 190.569 1,27
5 Bangunan 1.213.362 12,17 1.425.093 12,45 1.588.699 12,71 1.744.699,8 12,82 2.049.711 13,69
6Perdagangan,Hotel &Restoran
2.191.823 21,98 2.531.630 22,12 2.853.437 22,82 3.097.397,5 22,76 3.471.605 23,18
7Pengangkutan& Komunikasi
604.012 6,06 679.689 5,94 710.888 5,69 780.673,66 5,74 849.812 5,67
8
Keuangan,Persewaan, &Js.Perusahaan
1.061.179 10,64 1.221.202 10,67 1.339.653 10,71 1.482.756,7 10,89 1.620.083 10,82
9 Jasa-jasa 1.877.320 18,83 2.118.626 18,51 2.313.518 18,50 2.559.171 18,80 2.766.820 18,48
PDRB 9.972.193 100,00 11.446.071 100,00 12.503.760 100,00 13.611.724,6 100,00 14.975.573 100,00
Sumber: BPS Kab. Sleman, 2011*) angka sementara
Selama tahun 2007-2011, rata-rata pertumbuhan kontribusi terbesar
dalam pembentukan PDRB atas dasar harga berlaku diberikan oleh
bangunan (3,01%), diikuti sektor perdagangan, hotel dan restoran
(1,35%), sektor listrik gas dan air bersih serta sector keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan, masing-masing sebesar (0,42%).
Sektor yang mengalami penurunan pertumbuhan kontribusi adalah
sektor pertambangan dan penggalian (-5,76%), sektor industri
pengolahan (-2,12%), sektor jasa-jasa (-1,83%), sektor pengangkutan
dan komunikasi (-1,63%), serta sektor pertanian (-1,43%).
Sementara itu dalam pembentukan PDRB atas dasar harga
konstan, sektor bangunan juga memberikan rata-rata pertumbuhan
kontribusi terbesar (1,78%), diikuti sektor pengangkutan dan
komunikasi (1,35%), sektor perdagangan, hotel dan restoran (1,41%),
sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (1,01%) dan sektor
jasa-jasa (0,27%). Sektor pertanian, sektor pertambangan dan
penggalian dan sektor industri pengolahan mengalami penurunan
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 13
pertumbuhan kontribusi masing-masing sebesar -2,47%, -2,71%, dan -
2,14%. Pertumbuhan kontribusi sektor dan PDRB Atas Dasar Harga
Berlaku dan Harga Konstan Tahun 2011 dapat dilihat pada tabel 2.10:
Tabel 2.10Pertumbuhan Kontribusi Sektor dan
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) danHarga Konstan (Hk) Tahun 2011
Kabupaten Sleman
NO SektorPertumbuhan
Hb Hk% %
1 Pertanian -3,53 -4,392 Pertambangan & Penggalian -9,26 0,003 Industri Pengolahan -2,26 -1,344 Listrik,Gas & Air bersih -0,78 1,095 Bangunan 6,78 1,486 Perdagangan, Hotel & Restoran 1,85 1,777 Pengangkutan & Komunikasi -1,22 1,328 Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan -0,64 1,249 Jasa-jasa -1,70 0,52
PDRB 10,02 4,84Sumber: BPS Kab. Sleman, 2011
Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sleman selama 5 tahun
mengalami fluktuasi. Pada tahun 2007 perekonomian tumbuh 4,61%,
menguat menjadi 5,13% pada tahun 2008. Kondisi perekonomian dunia
yang tidak menentu pada tahun 2008 berimbas terhadap melemahnya
pertumbuhan ekonomi pada tahun 2009 yaitu menjadi (4,48%). Pada
tahun 2010 perekonomian mencapai 4,49%. Pertumbuhan ekonomi
yang meningkat sedikit pada tahun 2010 ini sebagai dampak dari
letusan gunung merapi pada bulan Oktober – November 2010 yang
mengakibatkan kegagalan panen di wilayah lereng Merapi karena
banyaknya lahan pertanian yang rusak. Selain sektor pertanian, erupsi
Merapi juga mempengaruhi kinerja sektor lain seperti sektor
perdagangan, hotel dan restoran karena banyaknya hotel di Kaliurang
yang tutup.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 14
Pada tahun 2011 kinerja sektor-sektor ekonomi mulai pulih sehingga
pertumbuhan ekonomi menguat mencapai 4,84%.
Pertumbuhan sektor-sektor ekonomi di Kabupaten Sleman selama 5
tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 2.11:
Tabel 2.11Pertumbuhan Sektor dan PDRB Tahun 2007 s.d 2011
Kabupaten Sleman
No SektorPertumbuhan
2007 2008 2009 2010 2011*)
1 Pertanian -0,13 6,94 1,75 -0,31 0,232 Pertambangan & Penggalian 74,60 -7,96 -4,84 15,24 4,513 Industri Pengolahan 2,02 1,52 1,93 3,05 3,444 Listrik,Gas & Air bersih 10,48 5,15 6,21 4,82 6,245 Bangunan 8,42 6,86 6,51 6,59 6,416 Perdagangan, Hotel & Restoran 6,97 5,99 6,48 5,62 6,757 Pengangkutan & Komunikasi 7,06 5,40 6,52 6,51 6,248 Keuangan, Persewaan, & Js. Persh 5,10 5,47 5,57 5,98 6,149 Jasa-jasa 3,81 4,70 4,44 5,58 5,39
PDRB 4,61 5,13 4,48 4,49 4,84Sumber: BPS Kab. Sleman, 2011
*) angka sementara
PDRB perkapita menurut harga berlaku (Hb) selama 5 tahun
meningkat rata-rata 9,51% per tahun yaitu dari Rp.9.421.675 pada tahun
2007 menjadi Rp.13.524.356 pada tahun 2011. Sedangkan PDRB
perkapita menurut harga konstan 2000 (Hk) meningkat rata-rata 3,56%
per tahun yaitu dari Rp.5.246.993 pada tahun 2007 menjadi
Rp.6.034.402 pada tahun 2011. PDRB per kapita selama 5 tahun
terakhir adalah sebagaimana tabel 2.12:
Tabel 2.12PDRB Per Kapita Tahun 2007-2011
Kabupaten Sleman
No. PDRBNilai (Juta Rp.)
2007 2008 2009 2010 2011*)
1. Hb 9,42 10,71 11,59 12,44 13,52
2. Hk 5,25 5,46 5,65 5,83 6,03
Sumber: BPS Kabupaten Sleman, 2011*) angka sementara
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 15
b. Laju Inflasi
Tingkat inflasi di Kabupaten Sleman selama periode tahun 2007-
2011 mengalami fluktuasi yaitu dari 7,18% pada tahun 2007 meningkat
mencapai 10,16% pada tahun 2008 turun menjadi 4,03% pada tahun
2009. Pada tahun 2010 terjadi kenaikan inflasi lagi menjadi 7,46%
sedangkan pada tahun 2011 inflasi turun menjadi 3,19% sebagaimana
tabel 2.13:
Tabel 2.13Nilai inflasi Rata-rata Tahun 2007 s.d 2011
Kabupaten Sleman
Uraian 2007 2008 2009 2010 2011Rata-rata
pertumbuhan
Inflasi (%) 7,18 10,16 4,03 7,46 3,19 2,26
Sumber: BPS Kab. Sleman, 2011
Pada tahun 2007 inflasi tertinggi terjadi pada kelompok pengeluaran
Pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 12,65% dan terendah pada
kelompok pengeluaran transportasi dan komunikasi sebesar 1,96%.
Pada tahun 2011 inflasi tertinggi juga terjadi pada kelompok
pengeluaran sandang sebesar 5,63%, dan terendah pada kelompok
pengeluaran pendidikan, rekreasi dan olah raga sebesar 0,94%. Data
selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.14:
Tabel 2.14Inflasi Menurut Kelompok Pengeluaran
Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman
No Kelompok PengeluaranTingkat Inflasi (%)
2007 2008 2009 2010 2011*)Rata-rata
1 Bahan Makanan 11,39 10,30 4,25 22,02 1,97 9,99
2Makanan Jadi, Minuman, Rokok, danTembakau
7,74 7,91 6,41 6,50 5,19 6,75
3 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 5,13 18,21 5,11 6,23 3,02 7,54
4 Sandang 6,03 9,18 3,26 5,84 5,63 5,99
5 Kesehatan 6,07 4,75 3,63 0,60 5,58 4,13
6 Pendidikan, Rekreasi, & Olah Raga 12,65 5,50 4,26 3,63 0,94 5,40
7 Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan 1,96 4,86 -1,62 2,26 2,12 1,92
Umum 7,18 10,16 4,03 7,46 3,19 6,40
Sumber: BPS Kabupaten Sleman, 2011
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 16
c. Indeks Gini
Pemerataan hasil pembangunan biasanya dikaitkan dengan masalah
kemiskinan. Secara logika, jurang pemisah (gap) yang semakin lebar
antara kelompok penduduk kaya dan miskin berarti kemiskinan semakin
meluas dan sebaliknya. Dengan demikian orientasi pemerataan
merupakan usaha untuk memerangi kemiskinan. Tolok ukur untuk
menghitung tingkat pemerataan pendapatan antara lain dengan Indeks
Gini atau Gini Ratio. Adapun kriteria kesenjangan/ketimpangan adalah G
< 0,30 berarti ketimpangan rendah, 0,30 ≤ G ≤ 0,50 berarti ketimpangan
sedang dan G > 0,50 berarti ketimpangan tinggi.
Indeks Gini di Kabupaten Sleman selama tahun 2007-2011
menunjukkan bahwa ketimpangan pendapatan penduduk di Kabupaten
Sleman adalah sedang, atau distribusi pendapatan penduduk di
Kabupaten Sleman semakin merata.
Apabila dikaitkan dengan angka pendapatan per kapita yang
semakin meningkat dari tahun ke tahun dengan angka indeks Gini yang
semakin menurun mengindikasikan bahwa tingkat kesejahteraan
penduduk Kabupaten Sleman semakin meningkat dan semakin banyak
penduduk yang dapat menikmatinya. Kondisi tersebut dapat dilihat pada
tabel 2.15:
Tabel 2.15Indeks Gini Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman
No. Tahun Indeks Gini
1 2007 0,28
2 2008 0,31
3 2009 0,31
4 2010 0,30
5 2011*) 0,30
Sumber : BPS Provinsi DIY,*) Angka sementara
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 17
2.1.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial
Analisis kinerja atas fokus kesejahteraan masyarakat dilakukan
terhadap beberapa indikator pendidikan, kesehatan, pertanahan dan
ketenagakerjaan.
a. Pendidikan
Analisis kinerja atas fokus kesejahteraan masyarakat bidang
pendidikan dilakukan terhadap indikator angka melek huruf, angka rata-
rata lama sekolah, angka partisipasi kasar, angka partisipasi murni.
1) Angka Melek Huruf (AMH)
Angka Melek Huruf (AMH) dewasa digunakan untuk mengetahui
atau mengukur keberhasilan program-program pemberantasan buta
huruf terutama di daerah pedesaan, selain itu juga untuk menunjukkan
kemampuan penduduk di suatu wilayah dalam menyerap informasi dari
berbagai media.
Angka Melek Huruf juga dapat menunjukkan kemampuan untuk
berkomunikasi secara lisan dan tertulis, sehingga AMH dapat dipakai
sebagai dasar kabupaten untuk melihat potensi perkembangan
intelektual sekaligus kontribusi terhadap pembangunan daerah.
AMH Kabupaten Sleman dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan. Pada tahun 2007 angka melek huruf sebesar 91,49%,
artinya bahwa di Kabupaten Sleman pada tahun 2007 masih ada 8,51%
penduduk usia 15 tahun ke atas yang masih buta huruf dan pada tahun
2011 AMH sama dengan tahun 2010 yaitu 95,45% yang artinya masih
ada 4,55 % penduduk usia 15 tahun ke atas yang buta huruf.
2) Angka rata-rata lama sekolah
Lamanya sekolah atau years of schooling merupakan ukuran
akumulasi investasi pendidikan individu. Setiap tahun tambahan sekolah
diharapkan akan membantu meningkatkan pendapatan individu
tersebut. Rata-rata lama sekolah dapat dijadikan ukuran akumulasi
modal manusia suatu daerah.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 18
Pada tahun 2007 rata-rata penduduk Sleman memiliki tingkat
pendidikan setara dengan Sekolah Menengah kelas 1 dan kondisi ini
tetap sampai dengan tahun 2008. Sedangkan pada tahun 2011 rata-rata
lama sekolah menjadi 10,30 atau setara dengan Sekolah Menengah
kelas 2. Peningkatan ini secara kuantitatif sangat kecil bahkan selama 2
tahun dari tahun 2007 sampai dengan 2008 tidak ada peningkatan sama
sekali secara kuantitatif. Tetapi sebenarnya peningkatan ini sangat
berarti karena hal ini menunjukkan usaha yang sungguh-sungguh dari
Pemerintah Kabupaten Sleman untuk mendorong peningkatan jenjang
pendidikan, dimana untuk meningkatkan angka rata-rata lama sekolah
membutuhkan berbagai komponen didalamnya.
3) Angka Partisipasi Kasar
Angka Partisipasi Kasar (APK) menunjukkan tingkat partisipasi
penduduk secara umum di suatu tingkat pendidikan. APK merupakan
indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk
usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan.
Angka Partisipasi Kasar (APK) untuk jenjang SD/MI pada tahun 2007
sebesar 115,34, artinya bahwa untuk jenjang SD/MI jumlah siswa yang
sekolah melebihi jumlah penduduk usia sekolah SD/MI dimana hal ini
disebabkan pada sekolah SD/MI siswa ada yang berusia kurang dari 7
tahun tetapi ada pula yang melebihi 12 tahun. Pada tahun 2011 terjadi
peningkatan menjadi 116,45. Hal ini mengindikasikan bahwa animo
masyarakat untuk menyekolahkan anak-anak pada sekolah dasar
sangat tinggi, sesuai dengan pencanangan wajib belajar 9 tahun bagi
penduduk.
Demikian pula bagi SMP/M.Ts maka dapat dilihat bahwa APK pada
tahun 2007 sebesar 114,99 meningkat terus dari tahun ke tahun hingga
tahun 2010, tetapi pada tahun 2011 terjadi penurunan APK karena ada
penurunan jumlah siswa sehingga APK tahun 2011 menjadi 113,68%.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 19
APK SMA/MA/SMK pada tahun 2007 sebesar 75,04 pada tahun
2011 APK SMA/MA/SMK menjadi 77,66 atau meningkat sebesar 2,6%
dari tahun sebelumnya.
APK SMA/MA/SMK di bawah 80 % disebabkan karena lulusan SMP
lebih banyak melanjutkan ke SMA/MA/SMK di kota dan ke daerah
perbatasan sehingga ini sangat mempengaruhi pada tinggi rendahnya
APK di Kabupaten Sleman
4) Angka Partisipasi Murni (APM)
Angka Partisipasi Murni (APM) menunjukkan partisipasi sekolah
penduduk usia sekolah di tingkat pendidikan tertentu. APM ini
merupakan indikator daya serap penduduk usia sekolah di setiap
jenjang pendidikan.
Pada jenjang SD/MI APM pada tahun 2007 sebesar 98,78 artinya
bahwa setiap 100 siswa SD/MI maka yang benar-benar murni berusia 7-
12 tahun sebanyak 99 siswa. Pada 2011 APM SD/MI sebesar 101,51.
Hal ini salah satunya dikarenakan masuknya anak-anak dari luar
daerah Kabupaten Sleman sehingga menambah besar angka APM
SD/MI.
Untuk APM SMP/M.Ts pada tahun 2007 sebesar 80,77 dan setiap
tahun selalu meningkat hingga tahun 2010, hal ini menunjukkan bahwa
peserta didik yang sesuai dengan standar usia semakin meningkat.
Pada tahun 2011 APM SMP/M.Ts terjadi penurunan akibat jumlah siswa
juga menurun, sehingga APM SMP/M.Ts menjadi 79,65.
APM SMA/MA/SMK pada tahun 2007 sebesar 53,43 kondisi ini terus
meningkat dari tahun ke tahun. Dan pada tahun 2011 besarnya APM
SMA/MA/SMK mencapai 54,04. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel
2.16:
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 20
Tabel 2.16Angka Melek Huruf, Lama Sekolah dan Angka Partisipasi
Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman
No. Uraian 2007 2008 2009 2010 2011
1 Angka melek huruf 91,49 91,82 93,04 95,45 95,451*
2 Rata-rata LamaSekolah (tahun)
10,10 10,10 10,18 10,30 10,20
3 APK SD/MI 115,34 115,67 116,40 116,42 116,45
4 APK SMP/MTs 114,99 115,01 115,87 115,48 113,68
5 APK SMA/MA/SMK 75,04 75,45 75,73 77,17 77,66
6 APM SD/MI 98,78 98,99 99,16 100,73 101,51
7 APM SMP/MTs 80,77 80,98 81,00 81,71 79,65
8 APM SMA/MA/SMK 53,43 53,87 53,89 54,03 54,04
Sumber: Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah raga, 2011*) angka sementara
b. Kesehatan
Pelaksanaan program dan kegiatan pada urusan kesehatan pada
tahun 2011 telah mampu mendukung upaya peningkatan kesehatan
masyarakat. Capaian indikator pembangunan kesehatan adalah sebagai
berikut:
1) Rata-rata usia harapan hidup 75,76 tahun (laki-laki 73,14 tahun,
perempuan 76,80 tahun) di atas rata-rata provinsi 74 tahun dan
nasional 70,6 tahun.
2) Di samping itu, angka kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup
sebesar 5,25. Pencapaian angka tersebut sudah lebih baik
dibandingkan dengan angka provinsi sebesar 16 dan nasional 34 per
1.000 KH.
3) Angka kematian ibu melahirkan 122 orang per 100.000 kelahiran
hidup, provinsi 124, angka nasional 226.
4) Kondisi gizi buruk (0,5%), sedangkan pencapaian provinsi sebesar
0,68 dan nasional sebesar 4,9%, Persentase gizi buruk balita masih
lebih baik dibanding Propinsi dan Nasional.
5) Persalinan oleh tenaga kesehatan tahun 2011 sebesar 99,61%
sudah lebih baik dari target nasional 95%.
6) Cakupan penggunaan air bersih tahun 2011 sebesar 94,9%,
pencapaian angka tersebut sudah lebih baik dibandingkan dengan
angka Nasional 80%
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 21
7) Cakupan penggunaan jamban keluarga dan cakupan penggunaan
SPAL di Kabupaten Sleman masih dibawah target Nasional, karena
masyarakat di pedesaan masih terbiasa buang air besar di sungai
sehingga perlu adanya sosialisasi secara gencar tentang Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Adapun capaian indikator kesehatan dapat dilihat pada tabel 2.17:
Tabel 2.17Indikator Kesehatan Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman
No IndikatorCapaian Kabupaten Sleman Capaian
Nasional2011
2007 2008 2009 2010 2011
1 Usia harapan hidup rata-rata :- Laki-laki- Perempuan
74,1072,4676,79
74,4372,4676,79
74,4772,4676,79
74,8773,0476,70
75,7673,1476,80
70,6
2 Angka Kematian Bayi/1.000 KH 7,67 5,81 4,56 5,78 5,25 343 Angka Kematian Ibu
Melahirkan/100.000 KH69,31 69,31 69,31 112,2 122 228
4 Persentase Balita Gizi Buruk 0,49 0,54 0,53 0,66 0,5 4,9
5 Universal Child Immunization/UCI (%) 100 100 100 100 100 1006 Balita Gizi Buruk Mendapat
Perawatan (%)100 100 100 100 100 100
7 Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan(%)
89,78 97,21 91,65 93,16 99,61 90
8 Cakupan Rumah Tangga Sehat (%) 75,20 77,35 80,7 83 82,8 659 Cakupan penggunaan Air Bersih (%) 96,6 96,9 96,1 94,9 94,9 80
10 Cakupan penggunaan JambanKeluarga (%)
66,8 66,7 68,4 67,2 65,1 88
11 Cakupan penggunaan SPAL (%) 57,0 56,0 59,1 58,5 48,8 85
Sumber : Dinas Kesehatan, 2011
c. Ketenagakerjaan
Pada tahun 2011 jumlah angkatan kerja sebanyak 600.626 orang,
yang terdiri dari penduduk yang bekerja sebanyak 557.441 orang dan
penduduk tidak bekerja sebanyak 43.185 orang. Rasio penduduk yang
bekerja pada tahun 2011 adalah 0,93 Kondisi ini dapat dilihat pada
tabel 2.18:
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 22
Tabel 2.18Perkembangan Ketenagakerjaan Tahun 2007-2011
Kabupaten SlemanNo. Uraian 2007 2008 2009 2010 2011
1. Angkatan Kerja 548.145 566.659 570.605 591.505 600.626
2. Penduduk yangBekerja
505.672 527.985 528.376 548.384 557.441
3. Penduduk yang TidakBekerja
42.473 38.674 42.229 43.121 43.185
4. Rasio Penduduk yangBekerja
0,92 0,94 0,93 0,93 0,93
Sumber: BPS Kabupaten Sleman, 2011
2.1.2.3. Fokus Seni Budaya dan Olahraga
Analisis atas kinerja Seni Budaya dan Olahraga dilakukan terhadap
indikator kebudayaan dan pemuda dan olahraga:
a. Kebudayaan
Pembangunan bidang seni budaya sangat terkait erat dengan
kualitas hidup manusia dan masyarakat, yaitu untuk mewujudkan
masyarakat Indonesia yang berakhlak mulia, bermoral, beretika,
berbudaya dan beradab. Kabupaten Sleman yang terdiri dari 17
kecamatan dan 86 desa, memiliki adat-istiadat serta berbagai kesenian
yang menggambarkan dinamika yang ada dalam masyarakat, sekaligus
sebagai potensi yang dimiliki masyarakat.
Di bawah ini disampaikan data tentang grup kesenian serta gedung
kesenian yang ada di Kabupaten Sleman, sebagaimana tabel 2.19:
Tabel 2.19Perkembangan Seni, Budaya Tahun 2007-2011
Kabupaten Sleman
No. Capaian Pembangunan 2007 2008 2009 2010 2011
1Jumlah grup kesenian per 10.000penduduk.
887 887 887 893 893
2Jumlah gedung kesenian per 10.000penduduk.
7 7 7 7 7
Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, 2011
Berdasarkan data di atas menggambarkan bahwa di Kabupaten
Sleman pada tahun 2007 memiliki kelompok kesenian sejumlah 887
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 23
kelompok kesenian yang tersebar di 17 Kecamatan dan 86 desa.
Kondisi ini sama sampai dengan tahun 2009, tetapi pada tahun 2010
terjadi penambahan jumlah grup kesenian atau kelompok kesenian yaitu
menjadi 893 kelompok, dan kondisi ini bertahan sampai tahun 2011.
Hal ini menggambarkan bahwa kelompok-kelompok kesenian
mendapatkan perhatian yang cukup dari Pemerintah Kabupaten Sleman
untuk mendukung desa wisata yang ada di Kabupaten Sleman. Namun
demikian dengan jumlah penduduk sebesar 1.093.110 jiwa Kabupaten
Sleman baru memiliki fasilitas gedung kesenian sejumlah 7 gedung
kesenian.
Adapun nama-nama gedung kesenian di Kabupaten Sleman adalah
BBM Minomartani, BBS Sinduharjo Ngaglik, P4TK Seni Budaya Klidon,
Gedung Kesenian Sleman, Gedung Kesenian UNY, Panggung Trimurti
dan Panggung Rorojonggrang Prambanan.
b. Pemuda dan Olahraga
Untuk mewujudkan bangsa yang berdaya saing untuk mencapai
masyarakat yang lebih makmur dan sejahtera serta berkualitas, maka
sangat dibutuhkan generasi muda yang benar-benar tangguh, berbobot
dan sehat. Untuk mencukupi kebutuhan tersebut maka salah satu
indikator terpenuhinya generasi muda yang berkualitas adalah
tersedianya fasilitas olah raga. Di bawah ini data tentang jumlah klub
olah raga serta data gedung olah raga yang ada di Kabupaten Sleman
sebagaimana tabel 2.20:
Tabel 2.20Perkembangan Olahraga Tahun 2007-2011
di Kabupaten Sleman
No. Capaian Pembangunan 2007 2008 2009 2010 2011
1Jumlah klub olahraga per10.000 penduduk.
33 34 34 37 37
2Jumlah gedung olahraga per10.000 penduduk.
4 4 4 11 11
Sumber: Dinas Pendidikan, pemuda dan Olah raga, 2011
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 24
Dari data fasilitas olah raga baik jumlah klub olah raga yang ada dan
gedung olah raga yang tersedia sebagaimana terlihat dalam tabel di
atas dapat dikatakan bahwa pada tahun 2007 ada sebesar 33 klub olah
raga, dan meningkat hingga di tahun 2011 menjadi 37 klub.
Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah daerah memperhatikan
keberlangsungan klub-klub olah raga yang ada di Kabupaten Sleman.
Sedangkan untuk fasilitas gedung olah raga sejak tahun 2007 sampai
dengan 2009 terhitung ada 4 gedung tetapi pada tahun 2011 menjadi 11
gedung olah raga. Penambahan jumlah gedung yang cukup signifikan
pada tahun 2011 ini karena gedung yang dihitung pada tahun 2011
termasuk gedung milik lembaga lain di luar milik Pemda Sleman.
2.1.3. Aspek Pelayanan Umum
Aspek pelayanan umum menjelaskan kondisi pelayanan urusan wajib dan
urusan pilihan yang menjadi jangkauan pelayanan dari SKPD Kabupaten
Sleman.
2.1.3.1. Fokus Layanan Urusan Wajib
a. Urusan Wajib Pendidikan
Masalah pendidikan merupakan salah satu bidang penting dalam
pembangunan nasional maupun daerah. Sumber daya manusia (SDM)
yang berkualitas merupakan modal yang sangat berharga bagi
pembangunan, baik pembangunan manusia itu sendiri maupun
pembangunan ekonomi. SDM yang berkualitas akan membawa dampak
pada kemajuan dibidang teknologi, kesehatan, ekonomi, dan
kesejahteraan masyarakat secara umum. Hal ini dikarenakan penduduk
yang memiliki pendidikan yang cukup akan mempengaruhi kemampuan
mereka dalam menghasilkan barang dan jasa, melakukan inovasi
teknologi, merancang dan merekayasa lingkungan hidup, menjaga
keteraturan sosial, mengembangkan perekonomian dan pada akhirnya
bermuara pada peningkatan kualitas hidup manusia secara keseluruhan.
Data mengenai pendidikan merupakan salah satu komponen yang
sangat penting untuk melihat kualitas penduduk. Tinggi rendahnya
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 25
tingkat pendidikan di suatu daerah dikaitkan oleh beberapa indikator
pendidikan sebagai berikut :
1) Angka Partisipasi Sekolah (APS)
Angka Partisipasi Sekolah merupakan ukuran daya serap sistem
pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. Angka tersebut
memperhitungkan adanya perubahan penduduk terutama usia muda.
Ukuran yang banyak digunakan di sektor pendidikan seperti
pertumbuhan jumlah murid lebih menunjukkan perubahan jumlah
murid yang mampu ditampung di setiap jenjang sekolah, sehingga
naiknya persentase jumlah murid tidak dapat diartikan sebagai
semakin meningkatnya partisipasi sekolah. Bisa jadi kenaikan
tersebut karena dipengaruhi oleh semakin besarnya jumlah
penduduk usia sekolah yang tidak diimbangi dengan ditambahnya
infrastruktur sekolah.
Hasil analisis perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) di
lingkup kabupaten dapat disajikan sebagai berikut:
Tabel 2.21Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS)
Tahun 2007-2011 Kabupaten SlemanNO Jenjang Pendidikan 2007 2008 2009 2010 2011
1 APS SD/MI 97,473 98,990 99,832 100,725 101,5
2 APS SMP/MTs 80,765 80,980 80,998 81,714 79,6
3 APS SMA/MA/SMK 53,433 53,868 53,886 54,025 54,0
Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah raga, 2011
Dengan melihat tabel di atas maka dapat dikatakan bahwa pada
tahun 2007 APS untuk SD/MI sebesar 97,473 artinya bahwa setiap
100 penduduk usia 7-12 tahun yang bersekolah di SD/MI ada 98
anak. Kondisi ini meningkat setiap tahun hingga pada tahun 2011
APS SD/MI menjadi 101,5.
Angka Partisipasi Sekolah SD/MI yang melebihi jumlah penduduk
usia 7-12 tahun mengindikasikan bahwa partisipasi penduduk untuk
bersekolah sangat tinggi. Hal ini disebabkan jumlah murid SD ada
yang usianya kurang dari 7 tahun atau lebih dari 12 tahun dan juga
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 26
masuknya penduduk dari daerah perbatasan, sehingga jumlah murid
melebihi jumlah penduduk yang ada.
Pada jenjang SMP/M.Ts APS pada tahun 2007 sebesar 80,765
dan kondisi ini meningkat setiap tahun hingga pada tahun 2010.
Tetapi pada tahun 2011 terjadi penurunan menjadi 79,6, artinya
bahwa setiap 100 penduduk usia 13-15 tahun yang bersekolah ada
80 anak.
Untuk jenjang SMA/MA/SMK besarnya APS pada tahun 2007
adalah 53,433 artinya bahwa setiap 100 penduduk usia 16-18 tahun
yang bersekolah di SMA/MA/SMK sebesar 53 orang. Kondisi ini
semakin meningkat hingga pada tahun 2011 mencapai 54,0.
2) Rasio ketersediaan gedung sekolah/penduduk usia sekolah
Rasio ketersediaan sekolah adalah jumlah sekolah jenjang
tertentu per 10.000 penduduk usia sekolah. Rasio ini
mengindikasikan kemampuan untuk menampung semua penduduk
usia sekolah.
Untuk melihat ketersediaan fasilitas gedung sekolah bagi
penduduk untuk memenuhi pelayanan pendidikan, maka dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Tabel 2.22Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah
Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman
NOJenjang
Pendidikan2007 2008 2009 2010 2011
1.3. Rasio SD/MI 145 146 146 148 1502.3. Rasio SMP/MTs 233 239 241 303 3033.3 Rasio SMA/MA/SMK 389 398 398 407 407
Sumber: Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah raga, 2011
Berdasarkan data di atas menggambarkan bahwa pada tahun
2007 rasio ketersediaan gedung sekolah SD/MI terhadap penduduk
usia sekolah SD/MI adalah 145 artinya bahwa dalam setiap 1 gedung
SD/MI dapat menampung 145 anak dan terus meningkat hingga
pada tahun 2011 rasio gedung sekolah terhadap penduduk usia 7 –
12 tahun menjadi 150.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 27
Rasio gedung sekolah SMP/M.Ts dan penduduk usia sekolah
SMP/M.Ts pada tahun 2007 adalah sebesar 233 artinya satu gedung
sekolah dapat menampung sejumlah 233 anak, dan pada tahun 2011
menjadi 303 anak, kenaikan ini cukup signifikan karena disebabkan
adanya peningkatan jumlah murid yang cukup besar yaitu bertambah
kira-kira 2.095 siswa dari tahun 2007.
Untuk rasio gedung sekolah dan jumlah penduduk usia sekolah
SMA/MA/SMK pada tahun 2007 sebesar 389, dan kondisi ini selalu
meningkat setiap tahun hingga pada tahun 2011 menjadi 407
penduduk usia 16-18 tahun dalam setiap satu sekolah.
3) Rasio guru/murid
Rasio guru/murid menggambarkan perbandingan jumlah guru
terhadap murid. Hal ini untuk melihat apakah guru yang tersedia
cukup untuk melayani atau membimbing murid yang ada. Dengan
melihat rasio ini maka dapat digunakan untuk mengetahui kebutuhan
guru dalam memberikan pelayanan pendidikan bagi murid-murid
yang ada di Kabupaten Sleman, sekaligus juga untuk mengukur
jumlah ideal murid untuk satu guru agar tercapai mutu pengajaran.
Hasil analisis rasio jumlah guru/murid se Kabupaten Sleman
dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 2.23Rasio Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar
Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman
NO Jenjang Pendidikan 2007 2008 2009 2010 20111 Rasio SD/MI 14 15 15 14 142 Rasio SMP/MTs 11 12 12 13 123 Rasio SMA/MA/SMK 9 9 9 9 9
Sumber: Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah raga, 2011
Berdasarkan tabel di atas maka dapat dikatakan bahwa pada
tahun 2007 rasio guru/murid jenjang SD/MI adalah sebesar 14
artinya setiap satu guru dibebani murid sejumlah 14 anak. Kondisi
seperti ini setiap tahun relatif sama sesuai dengan pertambahan
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 28
jumlah guru dan jumlah murid. Pada tahun 2011 rasio guru/murid
tetap yaitu 14.
Pada tahun 2007 jenjang SMP/M.Ts rasio guru/murid adalah 11
dan pada tahun 2011 menjadi 12, karena terjadi penurunan jumlah
siswa dari tahun 2010.
Untuk jenjang SMA/MA/SMK rasio guru/murid sebesar 9 pada
tahun 2007 dan rasio ini bertahan hingga tahun 2010. sedangkan
tahun 2011 menjadi 9, artinya setiap satu guru mengajar 9 murid.
4) Perkembangan dan Hasil Penyelenggaraan Pendidikan dapat
dilihat pada tabel 2.24:
Tabel 2.24Perkembangan dan Hasil Penyelenggaraan Pendidikan
Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman
No Uraian DataTahun Anggaran
2007 2008 2009 2010 2011
1. Taman Kanak-kanak
a. Jumlah sekolah 481 505 512 519 521
- Negeri 3 3 4 4 4
- Swasta 478 502 508 515 517
b. Jumlah guru 2,172 2,093 2,228 2,253 2.284
- Negeri 35 36 39 42 47
- Swasta 2,137 2,057 2,189 2,211 2.237
c. Jumlah tenaga non guru 318 407 311 270 269
- Negeri 15 11 17 12 14
- Swasta 303 396 294 258 255
d. Jumlah siswa 24,387 25,140 26,120 26,356 27.141
- Negeri 390 375 424 429 440
- Swasta 23,997 24,765 25,696 25,927 26.701
2. Sekolah Dasar/MI
a. Jumlah sekolah 521 516 515 519 521
- Negeri 389 384 383 381 381
- Swasta 132 132 132 138 140
b. Jumlah guru 6,254 5,972 6,186 6,370 6.328
- Negeri 4,521 4,330 4,443 4,520 4.474
- Swasta 1,733 1,642 1,743 1,850 1.854
c. Jumlah tenaga non guru 672 739 973 983 1.103
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 29
- Negeri 442 505 638 670 745
- Swasta 230 234 335 313 358
d. Jumlah siswa 85,976 86,900 87,893 89,335 90.622
- Negeri 65,227 65,422 65,702 65,702 66.133
- Swasta 20,749 21,478 22,191 23,633 24.489
3. SMP/MTS
a. Jumlah sekolah 117 114 121 121 123
- Negeri 64 65 64 64 64
- Swasta 56 57 57 57 59
b. Jumlah guru 3,420 3,336 3,242 3,202 2.256
- Negeri 2,274 2,202 2,126 2,076 2.035
- Swasta 1,146 1,134 1,116 1,126 1.221
Jumlah tenaga non guru 955 1,188 981 974 1.030
- Negeri 702 698 712 702 713
- Swasta 253 490 269 272 317
d. Jumlah siswa 37,639 38,376 39,068 39,519 39.857
- Negeri 28,596 28,227 28,009 28,236 28.278
- Swasta 9,043 10,149 11,059 11,283 11.579
4. SMA/MA
a. Jumlah sekolah 60 61 57 57 57
- Negeri 22 22 22 22 22
- Swasta 38 39 35 35 35
b. Jumlah guru 1,911 1,888 1,761 1,740 1.699
- Negeri 983 978 958 929 903
- Swasta 928 910 803 811 796
c. Jumlah tenaga non guru 538 504 561 561 549
- Negeri 304 244 333 340 333
- Swasta 234 260 228 221 216
d. Jumlah siswa 14,212 13,937 13,860 14,267 14.734
- Negeri 9,378 9,192 9,432 9,671 9.971
- Swasta 4,834 4,745 4,428 4,596 4.763
5. SMK
a. Jumlah sekolah 48 50 52 53 53
- Negeri 8 8 8 8 8
- Swasta 40 42 44 45 45
b. Jumlah guru 1,862 1,869 1,920 1,944 1.925
- Negeri 646 623 624 619 602
- Swasta 1,216 1,246 1,296 1,325 1.323
c. Jumlah tenaga non guru 545 552 556 569 576
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 30
- Negeri 204 204 199 198 202
- Swasta 341 348 357 371 374
d. Jumlah siswa 17,158 17,876 18,674 18,990 19.461
- Negeri 6,109 6,417 6,809 6,840 6.893
- Swasta 11,049 11,459 11,865 12,150 12.568
6. Kondisi Bangunan Sekolah
a. Jumlah Ruang SD 3,752 3,671 3.636 3,661 3.646
- Baik 2,054 2,302 2,499 2,609 2.686
- Rusak Ringan 854 812 689 761 679
- Rusak Berat 844 557 448 291 281
Jumlah Ruang SLTP 1,016 1,034 1.246 1,248 1.209
- Baik 822 888 1.071 1,065 1.074
- Rusak Ringan 130 94 105 113 84
- Rusak Berat 64 52 70 70 51
c. Jumlah Ruang SLTA 1,031 1,005 1,111 1,211 1.246
- Baik 938 962 984 1,098 1.117
- Rusak Ringan 76 40 102 88 102
- Rusak Berat 17 3 25 25 27
B Pendidikan Luar Sekolah
1. Lembaga Pendidikan Kursus
a. Jumlah lembaga 100 89 108 110 127
b. Jumlah tutor 420 445 568 660 508
c. Jumlah warga belajar 9,208 2,670 1,200 2,200 2.651
2. Sanggar kegiatan belajar
a. Jumlah kegiatan 6 6 4 4
b. Jumlah pamong belajar 11 11 11 6 10
3. Kelompok Belajar
a. Kejar Paket A Fungsional
- Jumlah tutor 444 340 350 50 0
- Jumlah kelompok 222 170 150 50 0
- Jumlah warga belajar 2,220 1,700 1,500 500 0
b. Kejar Paket A setara SD
- Jumlah tutor 6 25 30 18 0
- Jumlah kelompok 3 5 6 3 0
- Jumlah warga belajar 60 100 100 60 0
c. Kejar Paket B setara SMP
- Jumlah tutor 780 138 672 642 108
- Jumlah kelompok 130 23 112 107 18
- Jumlah warga belajar 2,600 460 2,525 2,620 360
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 31
d. Kejar Paket C setara SMA
- Jumlah tutor 132 451 35 245 120
- Jumlah kelompok 22 41 5 35 20
- Jumlah warga belajar 440 810 700 1040 400
e. Kelompok Belajar Usaha (KBU)
- Jumlah tutor 0 136 0 0 0
- Jumlah kelompok 0 68 0 0 0
- Jumlah warga belajar 0 680 0 0
Program Magang
- Jumlah tutor 0 0 10 0 0
- Jumlah kelompok 0 0 0 0 0
- Jumlah warga belajar 0 0 25 0 0
4. Play Group (Kelompok Bermain)
a. Jumlah tutor 512 558 629 818 1.046
b. Jumlah kelompok 107 133 146 185 219
c. Jumlah warga belajar 2,705 3,482 4,090 5,168 6.755
5. TPA
a. Jumlah tutor 164 203 279 312 516
b. Jumlah kelompok 35 44 48 87 107
c. Jumlah warga belajar 691 1,011 1,667 2,218 2.739
6. Satuan PAUD Sejenis
a. Jumlah tutor 489 1,316 1,974 3,521 2.442
b. Jumlah kelompok 142 213 405 542 507
c. Jumlah warga belajar 4,868 11,108 16,111 20,115 20.580
C Hasil Pelayanan Publik
1. Angka Partisipasi Kasar (%)a. SD 115.34 115.67 116,40 116,42 116,45b. SMP 114.99 115.01 115.87 115,48 113,68c. SMU/SMK 75.04 75.45 75,73 77,17 77,66
2. Angka Partisipasi Murni (%)
a. SD 98.78 98.99 99.16 100,73 101,51b. SMP 80.77 80.98 81.00 81,71 79,65c. SMU/SMK 53.43 53.87 53.89 54,03 54,04
3. Anak Putus Sekolaha. SD 39 37 34 33 40b. SMP 139 66 48 27 32c. SMU/SMK 330 124 61 74 74
4. Rasio Siswa:Sekolah
a. TK 51 52 51 51 52
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 32
b. SD 165 168 171 173 174c. SMP 336 336 323 317 314
d. SMU/SMK 306 314 298 302 311
5. Rasio Siswa: Guru
a. TK 11 11 12 12 12
b. SD 14 15 15 14 14
c. SMP 11 12 12 12 12
d. SMU/SMK 9 9 9 9 9
6. Rasio Siswa: Kelas
a. SD 22 23 25 24 24,90
b. SMP 31 32 33 33 31,31
c. SMU/SMK 31 31 30 33 28,52
7. Rata-rata Nilai Hasil Belajara. UAN SD 7.1 7,56 7.40 7,17 7,53
b. UAN SMP 6.83 6,77 7.18 7,09 6,64
c. UAN SMA 6.84 7,49 7,26 6,65 6,60
d. UAN SMK 6.74 6,91 7,71 6,59 6,78
8 Rata-rata Nilai Hasil Belajar Program Kesetaraan
a. UAN Paket A Setara SD 6.5 6.99 6,20 6,50 0b. UAN Paket B Setara SMP 5.5 6.9 6,50 6,50 6,60c. UAN Paket C Setara SMA 5.3 6.32 6,70 6,75 6,75
9. Rata-rata Kelulusan (%)a. SD 97.46 99.92 100.08 99,90 99,59
b. SMP 88.83 91.2 93.67 92,10 99,93
c. SMU/SMK 79.74 87.26 98.26 96,58 99,34
10Prosentase guru yang layakmengajara. SD 80 84 39.41 48,99 58,19b. SMP 82 83.78 76.13 79,18 82,12c. SMU/SMK 81 82.99 86.42 88,14 88,47
Sumber: Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah raga, 2011
b. Urusan Wajib Kesehatan
Pembangunan bidang kesehatan antara lain bertujuan agar semua
lapisan masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah,
murah dan merata. Melalui upaya tersebut diharapkan akan tercapai
derajad kesehatan yang lebih baik.
Dalam peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, berbagai
Puskesmas di Kabupaten Sleman sejak tahun 2004-2010 telah
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 33
memperoleh sertifikat ISO 9001:2000 / ISO 9001:2008 yakni Puskesmas
Prambanan, Gamping I, Mlati I, Kalasan, Depok I, Mlati II, Minggir,
Ngemplak I, Sleman, Godean II, Depok II, Seyegan, Godean I, Ngaglik I.
Tempel I, Pakem, Depok III, Ngaglik II, dan Turi. Sampai saat ini
pelayanan kesehatan yang telah memenuhi standar ISO 9001:2000/
ISO 9001:2008 sebanyak 19 Puskesmas, 1 Dinas Kesehatan dan RSUD
Sleman. Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat, RSUD Sleman sudah menjadi Badan Layanan Umum
Daerah (BLUD) secara penuh.
Pelayanan di RSUD Sleman juga telah memenuhi standar ISO
9001:2000/ISO 9001:2008. Pencapaian indikator pelayanan RSUD
tahun 2011 adalah sebagai berikut:
1) Angka tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit/Bed Occupancy
Rate (BOR) mencapai 80,43%, kondisi ini baik karena BOR
dikatakan baik jika realisasinya 70%-85%.
2) Frekuensi pemakaian (Bed Turn Over) tahun 2011 sudah mencapai
75,94 kali atau naik 5,60 dari tahun 2010 mencapai 70,34 kali
pertahun, kondisi pelayanan pemakaian tempat tersebut sudah
melebihi standar nasional yaitu 75 kali per tahun.
3) Pada tahun 2011 rata-rata tempat tidur dalam kondisi tidak terisi ke
kondisi terisi berikutnya (Turn Over Interval) mencapai 0,98 hari. Hal
ini memperlihatkan kondisi pelayanan kamar pada pasien sudah
mencapai ideal yaitu sesuai standard Departemen Kesehatan 6 jam
sampai dengan 3 hari.
4) Rata-rata lama perawatan pasien (Length of Stay) mencapai 4,55
hari pada tahun 2011. Hal ini menunjukan bahwa pelayanan rumah
sakit terhadap pasien cukup memadai, karena sesuai dengan
standar nasional lama perawatan 3 - 6 hari.
5) Angka kematian bersih (Net Death Rate) yang menunjukkan angka
kematian pasien ketika dirawat di rumah sakit pada tahun 2011
mencapai 10,69‰ pasien, mengalami kenaikan sebesar 0,79‰
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 34
pasien dari tahun 2010 yang menunjuk angka 9,9‰ pasien.
Walaupun angka kematian pasien ketika dirawat di RS mengalami
kenaikan, masih merupakan angka realisasi yang aman, selama
tidak melebihi 25 ‰.
6) Angka kematian kasar (Gross Death Rate) merupakan angka
kematian pasien pasca rawat inap di rumah sakit mencapai 19,81‰
pasien pada tahun 2010, mengalami kenaikan tahun 2011 menjadi
22,48‰.
7) Target nasional untuk NDR maksimal 25 orang per-1.000 pasien
keluar RS; sedangkan GDR 40 orang per-1.000 pasien keluar.
Apabila dikomparasikan dengan target nasional, realisasi RSUD
Sleman pada parameter angka kematian, masih dibawah target
nasional cukup jauh. Hal ini berarti kinerja pelayanan dilihat dari
aspek angka kematian pasien masih dapat dinilai baik.
RSUD Prambanan merupakan salah satu bagian dari organisasi baru
dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat yang
beroperasi mulai 1 Januari 2010. Pencapaian Kinerja Pelayanan di
RSUD Prambanan tahun 2011 adalah sebagai berikut :
1) Angka tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit/Bed Occupancy
Rate (BOR) mencapai 33,2%, kondisi ini masih jauh dari standar
Nasional (85 %), jika dikaitkan standar, BOR dikatakan baik jika
realisasinya 70% - 85%, Frekuensi pemakaian (Bed Turn Over)
tahun 2011 mencapai 3,67 kali per tahun, kondisi pelayanan
pemakaian tempat tersebut masih jauh dibawah standar nasional
yaitu 75 kali per tahun.
2) Pada tahun 2011 rata-rata tempat tidur dalam kondisi tidak terisi ke
kondisi terisi berikutnya (Turn Over Interval) mencapai 6,37 hari. Hal
ini memperlihatkan kondisi pelayanan kamar pada pasien masih jauh
dari ideal karena sesuai standard Departemen Kesehatan 6 jam
sampai dengan 3 hari.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 35
3) Rata-rata lama perawatan pasien (Length of Stay) mencapai 2,63
hari pada tahun 2011. Hal ini menunjukan bahwa pelayanan rumah
sakit terhadap pasien masih jauh memadai, karena sesuai dengan
standar nasional lama perawatan 3 - 6 hari.
4) Angka kematian bersih (Net Death Rate) yang menunjukkan angka
kematian pasien ketika dirawat di rumah sakit pada tahun 2011
sebesar 0,46‰, masih merupakan angka realisasi yang aman,
selama tidak melebihi 25‰, Angka kematian kasar (Gross Death
Rate) merupakan angka kematian pasien pasca rawat inap di rumah
sakit pada tahun 2011sebesar 0,84‰.
5) Target nasional untuk NDR maksimal 25 orang per-1.000 pasien
keluar RS; sedangkan GDR 40 orang per-1.000 pasien keluar.
Apabila dikomparasikan dengan target nasional, realisasi RSUD
Prambanan pada parameter angka kematian, sangat baik masih
dibawah, jauh dari target nasional. Hal ini berarti kinerja pelayanan
dilihat dari aspek angka kematian pasien masih dapat dinilai baik.
Gambaran indikator capaian urusan kesehatan dapat dilihat seperti
tabel berikut :
Tabel 2.25Capaian Indikator Kesehatan
Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman
No IndikatorTahun
2007 2008 2009 2010 20111 - Rasio posyandu persatuan balita 61 50 50 51 50,82 - Rasio puskesmas persatuan
penduduk- Rasio poliklinik per satuan penduduk- Rasio pustu per satuan penduduk
38.44838.44812.469
39.11237.54712.685
38.12634.04113.424
43.61440.38315.357
40.23220.11614.166
3 Rasio RS per satuan penduduk 70.981 50.668 50.166 49.561 47.8954 Rasio dokter per satuan penduduk 1.435 1.591 908.648 895,94 8785 Rasio tenaga medis persatuan
penduduk1.187,58 1.471,30 798,30 762,48 898
6 Cakupan pertolongan persalinan olehtenaga kesehatan yang memilikikompetensi kebidanan (%)
89,78 97,21 91,65 93,16 99,61
7 Cakupan Desa/kelurahan UniversalChild Immunization (UCI) (%)
100 100 100 100 100
8 Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat 100 100 100 100 100
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 36
perawatan (%)9 Cakupan penemuan dan penanganan
penderita penyakit TBC BTA (%)53,61 49,50 53,73 44,84 67,5
10 Cakupan penemuan dan penangananpenderita penyakit DBD (%)
100 100 100 100 100
11 Cakupan pelayanan kesehatanrujukan pasien masyarakat miskin (%)
100 100 100 100 100
12 Cakupan kunjungan bayi (%) 56,17 95,56 61,16 91,08 95,2213 Jumlah Puskesmas (bh) 24 24 25 25 2514 Jumlah pembantu Puskesmas (bh) 72 72 71 71 71
Sumber : Dinas Kesehatan,2011
Kesehatan merupakan faktor yang berpengaruh dalam
pembangunan manusia. Derajad kesehatan masyarakat yang baik akan
merefleksikan kinerja yang baik pula pada masyarakatnya. Oleh karena
itu keberadaan fasilitas kesehatan juga sangat memegang peran penting
dalam meningkatkan derajad kesehatan masyarakat. Semakin mudah
masyarakat menjangkau fasilitas kesehatan yang tersedia, maka
diharapkan semakin berkurang pula tingkat kesakitannya.
c. Urusan Wajib Pekerjaan Umum
Indikator bidang pekerjaan umum di Kabupaten Sleman dapat dilihat
dari beberapa aspek. Indikator pertama adalah proporsi panjang
jaringan jalan dalam kondisi baik di Kabupaten Sleman yang berubah
pada tiap tahunnya sesuai dengan keadaan di lapangan.
Pada tahun 2007 proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik
adalah 0,2885, dan pada tahun 2011 mencapai angka 0,01196.
Indikator kedua adalah rasio jaringan irigasi. Angka rasio jaringan irigasi
pada tahun 2007 menunjukan jumlah angka 0,01185, kondisi tersebut
terus meningkat hingga pada tahun 2011 menjadi 0,01192. Indikator
ketiga adalah rasio tempat ibadah per satuan penduduk. Rasio tempat
ibadah per satuan penduduk di Kabupaten Sleman tercatat 3,37 pada
tahun 2007, relatif tetap sampai dengan tahun 2011 yaitu 3,3354.
Indikator keempat adalah rasio tempat pemakaman umum per satuan
penduduk yang mencapai angka 287,284 pada tahun 2011. Indikator
kelima adalah panjang jalan yang dilalui roda 4, dimana angka tersebut
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 37
mencapai 0,0030 km pada tahun 2011. Indikator selanjutnya adalah
drainase dalam kondisi baik/pembuangan aliran tidak tersumbat, di
Kabupaten Sleman pada tahun 2010 angka menunjukkan 64.202 dan
66.510 pada tahun 2011.
Untuk lingkungan permukiman dianggap sebagai kawasan
permukiman yang ada di Kabupaten Sleman. Luas kawasan
permukiman di Kabupaten Sleman adalah sebesar 40,574%, didapat
dari perhitungan luas kawasan permukiman perdesaan seluas 10.733 ha
dan perkotaan seluas 12.590 ha dibandingkan dengan luas wilayah
Kabupaten Sleman sebesar 57.482ha. Berikut tabel yang
menggambarkan indikator bidang pekerjaan umum.
Tabel 2.26Indikator Bidang Pekerjaan Umum
Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman
NO IndikatorTahun
2007 2008 2009 2010 20111 Rasio panjang jalan 0,2885 0,2897 0,3130 0,3192 0,3423
2 Rasio Jaringan Irigasi 0,01185 0,01186 0,01190 0,01192 0,01196
3Rasio tempat ibadah per satuanpenduduk 3,3700 3,4300 3,30700 3,30700 3,3354
4Rasio tempat pemakaman umum persatuan penduduk 294,373 294,373 287,254
5Rasio tempat pembuangan sampah(TPS) per satuan penduduk 0,467 0,744 0,919 0,918 0,918
6 Panjang jalan dilalui Roda 4 (km) 0,0032 0,0032 0,0031 0,0031 0,0030
7Drainase dalam kondisi baik/pembuangan aliran air tidak tersumbat(%)
29,28 33,05 33,05 33,05
8 Kawasan Pemukiman (%) 40,574 40,574Sumber : Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan, 2011,
d. Urusan Wajib Perumahan
Dalam bidang perumahan indikator kinerja dinilai di antaranya dari
indikator rumah tangga pengguna air bersih, indikator rumah tangga
pengguna listrik, indikator rumah tangga bersanitasi dan indikator rumah
layak huni. Indikator-indikator tersebut diukur berdasarkan jumlah
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 38
pengguna air bersih, listrik dan sanitasi pada tahun tertentu, dibagi
jumlah keseluruhan rumah tangga/KK pada tahun tertentu dikali 100%.
Khusus peningkatan dan penurunan yang terjadi pada indikator
pengguna listrik karena dimungkinkan adanya satu atau lebih jaringan
listrik yang digunakan oleh satu rumah tangga. Indikator rumah tangga
pengguna air bersih di Kabupaten Sleman pada tahun 2007 adalah
sebesar 7,558%, dan pada tahun 2008 sejumlah 6,095%, kemudian
meningkat menjadi 6.23% pada tahun 2009. Sedangkan pada tahun
2010 mencapai 93,9 dan tahun 2011 sebesar 94,3. Untuk indikator
rumah tangga pengguna listrik mencapai 100,68% pengguna pada
tahun 2007, kemudian turun menjadi 90,151% pada tahun 2008, pada
tahun 2009 mengalami penurunan kembali sebesar 89,19% pengguna
sedangkan pada tahun 2010 (data belum tersedia) dan tahun 2011 (data
belum tersedia)
Untuk indikator rumah tangga bersanitasi pada tahun 2007 angka
yang tercatat sejumlah 73,16%, selanjutnya pada tahun 2008 angka
yang tercatat sejumlah 63,02%, serta pada tahun 2009 angka tercatat
sejumlah 54,875% sedangkan pada tahun 2010 sebesar 76,2% dan
tahun 2011 menjadi 65,12% Indikator rumah layak huni dihitung
berdasarkan jumlah layak huni pada tahun yang bersangkutan dibagi
jumlah seluruh rumah pada tahun yang bersangkutan dikali 100%
sehingga didapatkan angka sebesar 92,88% pada tahun 2009 dan
93,33% pada tahun 2010 sedangkan pada tahun 2011 mencapai
94,53%. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.27:
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 39
Tabel 2.27Indikator Urusan Perumahan
Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman
NO IndikatorTahun
2006 2007 2008 2009 2010 20111 Rumah tangga pengguna air
bersih75,58 60,95 62,23 93,9 94,3
2 Rumah tangga pengguna listrik(%) 72,517 100,68 90,151 96,73 97,10 97,15
3 Rumah tangga ber-Sanitasi (%) 59,213 73,164 63,02 54,875 67,20 65,12
4 Rumah layak huni (%) 92,88 93,33 94,53
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan, 2011,
e. Urusan Wajib Penataan Ruang
Luas RTH hanya dihitung dari RTH Perkotaan dengan pertimbangan
pernah dilakukan studi tentang RTH kawasan perkotaan. Rasio
perhitungannya didasarkan pada luas RTH perkotaan dibagi luas
seluruh kawasan perkotaan di Kabupaten Sleman sehingga didapatkan
rasio RTH 63,724%. Adapun luas RTH diambil dari laporan RTH wilayah
perkotaan yang merupakan luas lahan tidak terbangun.
Rasio IMB dihitung berdasarkan pelayanan IMB yang sudah
diberikan baik IMB tetap, IMB sementara maupun IMB pemutihan). Pada
tahun tertentu dibanding dengan 5 bangunan pada tahun tertentu yang
dihitung dari bangunan-bangunan rumah, fasilitas pendidikan, fasilitas
kesehatan, fasilitas perdagangan, fasilitas transportasi, fasilitas
pengairan, persampahan, fasilitas peternakan, stasiun bahan bakar,
fasilitas pariwisata dan industri/pergudangan. Rasio tersebut dapat
dilihat pada tabel 2.28:
Tabel 2.28Rasio Bangunan ber-IMB per Satuan Bangunan
Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman
NO IndikatorTahun
2007 2008 2009 2010 2011
1.Rasio Ruang Terbuka Hijau per SatuanLuas Wilayah ber HPL/HGB (%) 63,724 63,724 63,724 63,724 63,724
2 Rasio bangunan ber- IMB per satuanbangunan (%) 9,825 9,569 7,703
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan, 2011
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 40
f. Urusan Wajib Perencanaan Pembangunan
Dokumen perencanaan daerah yang menjadi pedoman dalam
perencanaan pembangunan terdiri dari Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah sebagaimana tertuang dalam Perda No.7 Tahun 2005
tentang RPJP Kabupaten Sleman Tahun 2006-2025, perencanaan
jangka menengah yang berdasarkan pada Peraturan Daerah Nomor 9
Tahun 2010 tentang RPJM Kabupaten Sleman tahun 2011-2015.
Pelaksanaan perencanaan tahunan RPJMD dijabarkan dalam RKPD
yang ditetapkan dengan Peraturan Bupati setiap tahunnya. RKPD
dimaksud merupakan implementasi target tahunan RPJMD.
Ketersediaan dokumen tersebut dapat dilihat pada tabel 2.29:
Tabel 2.29Dokumen Perencanaan PembangunanTahun 2007-2011 Kabupaten Sleman
NO IndikatorTahun
2006 2007 2008 2009 2010 2011
1Tersedianya dokumen perencanaanRPJPD yg telah ditetapkan dgn PERDA ada ada ada ada ada ada
2Tersedianya Dokumen Perencanaan :RPJMD yg telah ditetapkan dgnPERDA/PERKADA
ada ada ada ada ada ada
3Tersedianya Dokumen Perencanaan :RKPD yg telah ditetapkan dgn PERKADA ada ada ada ada ada ada
4Penjabaran Program RPJMD kedalamRKPD (%) 100 100 100 100 100 100
Sumber : Bappeda, 2011
g. Urusan Wajib Perhubungan
Peningkatan jumlah sarana angkutan publik, kendaraan roda 2
maupun roda 4 serta angkutan umum menuntut ketersediaan sarana
dan prasarana perhubungan yang memadai.
Jumlah arus penumpang angkutan umum selama tiga tahun
mengalami peningkatan hingga mencapai 5.480.765 orang per tahun.
Namun sebagai dampak perkembangan jumlah sepeda motor dan
kendaraan pribadi yang cukup pesat, untuk periode tahun selanjutnya
cenderung mengalami penurunan yang pada tahun 2010 menjadi hanya
sebanyak 5.205.876 orang per tahun. Selaras dengan penurunan jumlah
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 41
arus penumpang, maka dalam perkembangannya rasio ijin trayek
selama lima tahun terakhir juga mengalami penurunan pada tahun 2010
menjadi 546 kendaraan.
Selaras penurunan tersebut diatas tingkat kesadaran masyarakat
akan pentingnya uji kendaraan bermotor semakin menurun sejak tahun
2008. Kondisi ini akan sangat membahayakan keselamatan penumpang
dan pengguna jalan lainnya akan rentan mengalami kecelakaan, selain
itu juga akan berdampak pada kerusakan lingkungan, kondisi tersebut
juga di mungkinkan para pengusaha angkutan umum malas karena
takut kendaraannya memang tidak layak uji dan harus menanggung
resiko kendaraan di kandangkan. Oleh karena perlu ditingkatkan
sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat pengguna kendaraan
bermotor tentang pentingnya uji kendaraan bermotor. Akibat kondisi
tersebut mengakibatkan kepemilikan Kir angkutan umum juga menurun
sejak 3 tahun terakhir.
Prosentase pemasangan rambu-rambu lalu lintas juga berkurang dari
tahun ke tahun, hal ini disebabkan oleh panjang ruas jalan yang
cenderung tetap sehingga pada tahun awal pembangunan memerlukan
rambu relatif lebih banyak sedangkan pada tahun-tahun berikutnya
hanya merupakan penambahan ataupun penggantian rambu yang rusak
atau hilang. Indikator urusan perhubungan dapat dilihat pada tabel 2.30:
Tabel 2.30Indikator Urusan Perhubungan
Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman
No IndikatorTahun
2007 2008 2009 2010 2011
1 Jumlah arus penumpang angkutan umum 5.303.375 5.611.705 5.480.765 5.205.876 5.170.429
2 Rasio ijin trayek 578 578 569 546 527
3 Jumlah uji kir angkutan umum (bh) 15.723 15.649 15.030 14.825 15.337
4 Jumlah Terminal Bis (bh) 5 5 5 5 5
5 Angkutan darat (%) 0,0225 0,0201 0,0202 0,0202 0,0206
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 42
6 Kepemilikan KIR angkutan umum 2.205 2.087 1.908 1.715 1.825
7Lama pengujian kelayakan angkutan umum(KIR)
15 menit 15 menit 15 menit 15 menit 15 menit
8Biaya pengujiankelayakan angkutanumum
JBB < 4.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000
JBB 4.000 – 8.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000
JBB 8.000 – 12.000 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000
JBB > 12.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000
9 Pemasangan Rambu-rambu 16,75 19,06 1,96 1,96 2,07
Sumber : Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi, 2011,
h. Urusan Wajib Lingkungan Hidup
Kabupaten Sleman memiliki keterbatasan sumber daya alam,
sehingga lingkungan yang bersih dan sehat perlu dijaga. Lingkungan
hidup merupakan tujuan Millenium Development Goals (MDGs) 2015
sebagai tempat kelangsungan hidup makhluk hidup yang didalamnya
terdapat air, tanah dan udara yang harus bersih dan berada pada
ambang batas minimal pengaruh pencemaran sehingga tidak
berpengaruh buruk pada kesehatan dan aktivitas masyarakat.
Pengelolaan sampah di Kabupaten Sleman dibedakan menjadi 2
(dua) yaitu pelayanan yang dilakukan oleh Dinas PUP dan pengelolaan
sampah mandiri oleh masyarakat. Persentase/rasio pelayanan sampah
diperoleh dari prakiraan volume timbunan sampah dibagi dengan
kapasitas pengangkutan sampah oleh Dinas PUP.
Jumlah pengaduan kasus lingkungan yang diterima Kantor
Lingkungan Hidup Kabupaten Sleman pada tahun 2011 sebanyak 27
kasus. Jenis pengaduan meliputi pencemaran udara berupa bau yang
ditimbulkan dari kegiatan peternakan sebanyak 11 kasus, pengaduan
kebisingan sebanyak 6 kasus, pencemaran air sebanyak 5 kasus dan
pengaduan penimbunan limbah batubara 1 kasus. Kantor Lingkungan
Hidup telah berupaya untuk menangani pengaduan kasus lingkungan
tersebut melalui koordinasi dengan instansi terkait, Camat, Kepala
DUkuh dan tokoh masyarakat setempat yang terkena dampak. Berbagai
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 43
langkah dan pendekatan dilakukan untuk penanganan dan penyelesaian
masalah lingkungan yang dilakukan. Dari 27 kasus yang diadukan
sebanyak 11 kasus selesai, sedangkan yang lainnya masih dalam
koordinasi dan pengawasan.
Dalam pelayanan jasa pengangkutan sampah yang dilakukan oleh
Dinas PUP telah menjangkau di seluruh wilayah 17 kecamatan,
sedangkan persentase pelayanan sampah secara keseluruhan
kecenderungannya meningkat dari 11,77% pada tahun 2007 menjadi
44,54% pada tahun 2011.
Tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan penduduk telah
mengalami peningkatan dari 2,8 pada tahun 2007 menjadi 94,54 pada
tahun 2011. Sedangkan untuk penegakan hukum lingkungan telah
dilakukan pembinaan pada 28 kasus di tahun 2010, dan 27 kasus di
tahun 2011. Indikator urusan lingkungan hidup dapat dilihat pada tabel
2.31:
Tabel 2.31Indikator Urusan Lingkungan HidupTahun 2007-2011 Kabupaten Sleman
NO IndikatorTahun
2007 2008 2009 2010 20111 Persentase penanganan sampah 11,77 15,24 14,18 14,63 94,54
2Pencemaran status mutu air
-38 s/d -46
-34 s/d -41
-38 s/d -62
-10 s/d -73
-19 s/d43
3 Cakupan pengawasan terhadappelaksanaan amdal. 100% 100% 100% 100% 100%
4 Tempat pembuangan sampah (TPS) persatuan penduduk 2,8 4,4 5,5 5,5 94,54
5 Penegakan hukum lingkungan 20 25 27 28 27Sumber : Kantor Lingkungan Hidup, 2011
i. Urusan Wajib Pertanahan
Dalam bidang pertanahan, jumlah sertifikat yang dikeluarkan di
Kabupaten Sleman berubah tiap tahunnya, dimana pada tahun 2007
jumlah sertifikat tanah yang dikeluarkan adalah 428.572, pada tahun
2008 sejumlah 444.108, tahun 2009 sejumlah 455.193 bidang, tahun
2010 sejunlah 486.630 bidang dan tahun 2011 mencapai 491.443
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 44
bidang. Untuk penyelesaian ijin lokasi di wilayah Kabupaten Sleman tiap
tahunnya mengalami perubahan, pada tahun 2007 sejumlah 10 buah,
tahun 2008 sejumlah 11 buah, tahun 2009 sejumlah 19 buah, tahun
2010 sejumlah 25 buah dan pada tahun 2011 sejumlah 9 buah. Data
tersebut dapat dilihat pada tabel 2.32:
Tabel 2.32Luas Lahan dan ijin Lokasi
Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman
NO IndikatorTahun
2007 2008 2009 2010 20111 Jumlah sertifikat tanah (buah) 428.572 444.108 455.193 486.630 491.443
2 Penyelesaian izin lokasi (buah) 10 11 19 25 9Sumber : Dinas Pengelolaan Pertanahan Daerah, 2011
j. Urusan Wajib Kependudukan dan Catatan Sipil
Pelaksanaan program di bidang kependudukan dan catatan sipil
pada tahun 2006-2008 relatif stabil karena tahun 2008 masih tahap
sosialisasi Undang-Undang Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006
bahwa setiap penduduk mempunyai hak untuk memperoleh dokumen
kependudukan, pelayanan yang sama dalam pendaftaran penduduk dan
pencatatan sipil serta perlindungan data pribadi dan kepastian hukum
atas kepemilikan dokumen. Selanjutnya pada tahun 2009 mengalami
kenaikan yang tinggi karena masyarakat sudah menyadari pentingnya
sebuah dokumen kependudukan dan pencatatan sipil yang merupakan
identitas resmi sebagai penduduk. Pada tahun 2010 menurun karena
angka kelahiran pada tahun 2010 juga menurun, yang berakibat pada
penurunan permohonan akte kelahiran, sedangkan pada tahun 2010
pelayanan akta kelahiran mengalami kenaikan karena akhir tahun 2011
merupakan batas akhir perpanjangan dispensasi pengurusan akta
kelahiran yang berkaibat pada kenaikan jumah permohonan.
Rasio tersebut dapat dilihat pada tabel 2.33:
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 45
Tabel 2.33Angka Rasio Kependudukan
Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman
NO IndikatorTahun
2007 2008 2009 2010 2011
1Rasio penduduk berKTP per satuanpenduduk 0,68 0,78 0,78 0,77 0,75
2 Rasio bayi berakte kelahiran 56,97 66,63 91,80 99,31 100
3 Rasio pasangan berakte nikah 100 100 100 100 100
4 Kepemilikan KTP 93,75 93,75 93,75 93,75 93,75
5Kepemilikan akta kelahiran per 1000penduduk 17,79 17,08 24,35 17,25 40,86
Sumber : Dinas Kependudukan dan Capil, 2011
k. Urusan Wajib Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak
Pemerintah Kabupaten Sleman terus berupaya meningkatkan
kualitas kehidupan dan peran perempuan serta kesejahteraan dan
perlindungan anak. Namun demikian, kesenjangan gender masih terjadi
di berbagai sector pembangunan. Hal ini disebabkan aspek psikososio-
kultural yang masih mengganggap derajad laki-laki lebih tinggi dari
perempuan.
Keadaan tersebut menghambat keterlibatan perempuan berperan
aktif dalam pembangunan dan memperoleh segala bentuk pelayanan
dasar. Kesetaraan gender selain berdampak pada perempuan secara
tidak langsung berdampak pada anak. Hal ini mengingat sangat erat
kaitannya antara perempuan sebagai ibu yang merupakan pendidik bagi
anak dan besarnya peran perempuan dalam pengambilan keputusan di
dalam rumah tangga. Pembangunan dan pemberdayaan perempuan
juga sangat berdampak pada derajad kesehatan dan tingkat
kesejahteraan keluarga.
Inovasi Kabupaten Sleman terhadap pencapaian pelaksanaan
urusan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak sebagai
berikut :
1) Terlaksananya sosialisasi da simulasi PKDRT di semua desa dan
kecamatan se Kabupaten Sleman
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 46
2) Terlaksananya revitalisasi penyaluran modal UP2K-PKK
3) Terbentuknya gugus tugas Kabupaten Layak Anak
4) Terbentuknya Forum Anak Sleman
5) Terbentuknya Forum Penanganan Korban Kekerasan Terhadap
Perempuan dan Anak
Adapun capaian indikator pemberdayaan perempuan dan anak dapat
dilihat tabel 2.34 :
Tabel 2.34Indikator Pemberdayaan PerempuanTahun 2007-2011 Kabupaten Sleman
NO IndikatorTahun
2007 2008 2009 2010 20111 Persentase partisipasi
perempuan dilembagapemerintahan
4,6 4 3,6 3,4 55,17
2 Partisipasi perempuandilembaga swasta
95,31 94,89 96,39 96,60 46,52
3 Rasio KDRT 0,042 0,041 0,15 0,1255 Partisipasi angkatan
kerja perempuan58,47 59,68 58,62 91% 41,91
6 Penyelesaianpengaduanperlindunganperempuan dan anakdari tindakankekerasan
105 104 125 67 160
Sumber: Badan KB,PP,PA, 2011
l. Urusan Wajib Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
Gambaran pelaksanaan urusan wajib Keluarga Berencana dan
Keluarga Sejahtera di Kabupaten Sleman sampai dengan tahun 2011
dapat dilihat dari capaian indikator Keluarga Berencana dan Keluarga
Sejahtera.
Peningkatan partisipasi PUS dalam program KB akan terus
ditingkatkan sehingga diharapkan angka kelahiran dapat diturunkan.
Selain itu keikutsertaan keluarga Pra Sejahtera dalam kelompok Usaha
Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) dengan belajar
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 47
berusaha memperoleh tambahan penghasilan melalui ekonomi produktif
di wilayah masing-masing. Perkembangan capaian indikator Keluarga
Berencana dan Keluarga Sejahtera seperti terlihat pada tabel 2.35:
Tabel 2.35Indikator Urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman
NO IndikatorTahun
2007 2008 2009 2010 20111 Rata-rata jumlah jiwa per keluarga 3,4 3,37 3,32 3,6 3,343 Cakupan peserta KB aktif 116.229 117.882 119.189 121.245 118.424
4Keluarga Pra Sejahtera danKeluarga Sejahtera 1
82.304 79.469 85.907 46.067 40,67
5 Peserta KB Pria 7.884 8.087 8.338 8.477 8.5866 Pasangan Usia Subur (PUS) 145.833 147.379 149.229 151.572 150.009
7% Peserta KB Aktif dengan PUS(Prevalensi)
79,70 79,99 79,83 79,99 78,95
8Usaha Peningkatan PendapatanKeluarga Sejahtera (UPPKS)
814 769 787 783 783
Sumber: Badan KB,PM, PP, 2011
m. Urusan Wajib Sosial
Pelaksanaan urusan sosial diarahkan pada upaya meningkatkan
kesejahteraan sosial masyarakat, penyandang masalah kesejahteraan
sosial, perlindungan anak terlantar, korban kekerasan dalam rumah
tangga, karang taruna, korban bencana, lansia, dan anak sekolah.
Upaya yang telah dilakukan adalah dengan pemberian bantuan, subsidi,
pembinaan, pendampingan terhadap anak panti asuhan, penyandang
cacat, korban bencana, korban kekerasan, dan lansia rawan sosial.
Upaya-upaya yang telah dilakukan tersebut seperti pada tabel 2.36:
Tabel 2.36Indikator Urusan Sosial
Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman
NO IndikatorTahun
2007 2008 2009 2010 20111 Sarana sosial:
-Panti Asuhan-Panti Jompo-Panti Sosial-Rumah Singgah (girlan &Diponegoro)
29 30 30 32 44
2 PMKS yang memperoleh bantuansosial
1.341 5.014 5.034 5.062 45.472
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 48
NO IndikatorTahun
2007 2008 2009 2010 20113 Penanganan penyandang masalah
kesejahteraan sosial1.341 5.014 5.034 5.062 45.472
Sumber: Dinas Tenaga Kerja dan Sosial, 2011
Kebersamaan dari semua pihak untuk mengurangi angka PMKS,
khususnya peran pemerintah daerah, keterlibatan masyarakat, baik
secara langsung maupun melalui kelompok-kelompok masyarakat akan
membuahkan hasil yang maksimal.
n. Urusan Wajib Ketenagakerjaan
Masalah pembangunan yang harus diatasi setiap daerah adalah
jumlah pengangguran dan ketersediaan lapangan kerja. Hali ini sangat
terkait dengan kondisi kualitas sumber daya manusia.
Pelaksanaan urusan ketenagakerjaan diarahkan sebagai upaya
pengurangan pengangguran dan melindungi tenaga kerja maupun
perusahaan.
Capaian pelaksanaan urusan ketenagakerjaan sampai dengan tahun
2011 seperti terlihat dari capaian indikator sebagai berikut: Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) merupakan rasio antara banyaknya
Angkatan Kerja dengan banyaknya Penduduk Usia Kerja. Pada Periode
tahun 2008-2010 mengalami sedikit perubahan yaitu 68,43% di Tahun
2008, 66,72% di Tahun 2009, 66,29% di Tahun 2010 dan 67,02% di
tahun 2011.
Pencari kerja yang ditempatkan adalah angka dari jumlah tenaga
kerja yang ditempatkan baik melalui AKAL, AKAD maupun AKAN dari
jumlah tenaga kerja yang terdaftar (AK1) yang menunjukan angka
46,97% di Tahun 2007, 34,52% di Tahun 2008, 43% di Tahun 2009
40,30% di Tahun 2010 dan 85,92% di Tahun 2011. Pengangguran
merupakan indikator bahwa terjadi kesenjangan antara pertambahan
kesempatan kerja dengan pertambahan angkatan kerja. Untuk angka
tingkat pengangguran terbuka masih menunjukan angka yang cukup
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 49
tinggi yaitu 7,75% di tahun 2007, 6,82% di tahun 2008, 7,40% di tahun
2009 , 8,21% di tahun 2010 dan 7,61% di tahun 2011.
Persentase penerapan keselamatan dan perlindungan K3 di tahun
2011 sebesar 90%. Jumlah perusahaan bertambah yaitu 983
perusahaan di tahun 2010 menjadi 1.031 perusahaan di tahun 2011.
Angka perselisihan pengusaha pekerja di tahun 2011 sebesar 28 kasus
Perkembangan capaian indikator ketenagakerjaan dari tahun 2007-
2011 secara jelasnya dapat diamati pada tabel berikut :
Tabel 2.37Indikator Ketenagakerjaan
Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman
NO IndikatorTahun
2007 2008 2009 2010 20111 Tingkat partisipasi angkatan kerja (%) 66,94 68,43 66,72 66,29 67,02
2 Pencari kerja yang ditempatkan (%) 46,97 34,52 43 40,30 85,92
3 Tingkat pengangguran terbuka (%) 7,75 6,82 7,40 8,21 7,61
4 Keselamatan dan perlindungan/ K3 (%) 93,04 93,05 96,65 91,25 90
5 Angka perselisihan pengusaha pekerja(%) 2,78 3,53 4,35 3,05 2,71
Sumber : Badan Pusat Statistik dan Dinas Nakersos Kab. Sleman 2011
o. Urusan Wajib Koperasi Usaha Kecil dan Menengah
Usaha pengembangan ekonomi di Kabupaten Sleman meliputi
koperasi dan KUD. Hal ini mengingat posisi dan manfaat koperasi
maupun KUD yang menyentuh sampai lapisan bawah, dan dapat
dijadikan sebagai wahana paguyuban maupun kelompok usaha
masyarakat.
Perkembangan perkoperasian di Kabupaten Sleman terlihat dari
jumlah koperasi yang ada menunjukkan tren yang semakin meningkat
yaitu 561 koperasi pada tahun 2007 menjadi 604 koperasi pada tahun
2011. Jumlah koperasi aktif juga meningkat dari 245 koperasi pada
tahun 2007 menjadi 541 pada tahun 2011. Sementara jumlah koperasi
beku semakin menurun dari 93 pada tahun 2007 menjadi 54 pada tahun
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 50
2011. Jumlah anggota semakin meningkat dari 201.551 orang pada
tahun 2007 menjadi 234.584 orang pada tahun 2011.
Demikian juga dari hasil usaha koperasi juga mengalami
peningkatan. Dilihat dari jumlah modal sendiri mengalami peningkatan
yaitu dari Rp.96.995.470.000 pada tahun 2007 menjadi
Rp.173.695.120.000 pada tahun 2011. Jumlah volume usaha sebesar
Rp.656.431.240.000 pada tahun 2007 meningkat menjadi
Rp.732.070.941.000 pada tahun 2011. Sisa Hasil Usaha (SHU) sebesar
Rp.12.290.390.000 pada tahun 2007 meningkat menjadi
Rp.16.508.855.000 pada tahun 2011.
Perkembangan perkoperasian di Kabupaten Sleman dapat diamati
pada tabel berikut ini :
Tabel 2.38Perkembangan Koperasi Tahun 2007-2011
di Kabupaten Sleman
KOPERASI DAN PKM
Tahun
2007 2008 2009 2010 2011
1) Jumlah koperasi 561 587 601 598 6042) Kondisi Koperasi
- Koperasi aktif 245 290 481 517 541- Koperasi Tidak aktif 223 206 29 9 9- Koperasi Beku / Mati 93 91 91 72 54
2) Jumlah anggota koperasi 201.551 208.159 218.835 233.362 234.5843) Jumlah Modal Sendiri (000) 96.995.470 118.189.567 129.099.038 142.559.739 173.695.120
Volume Usaha (000) 656.431.240 671.888.372 705.482.789 720.095.806 732.070.941SHU (000) 12.290.390 16.064.961 16.868.208 15.895.654 16.508.855
Sumber : LKPJ Bupati Sleman, 2011
p. Urusan Wajib Penanaman Modal
Faktor penting lain yang juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
daerah adalah penanaman modal atau investasi. Penanaman modal
tidak bisa dilepaskan dari sektor industri, semakin besar dan
berkembang industri di suatu daerah semakin besar investasi yang
ditanamkan dalam daerah tersebut.
Penanaman modal di Kabupaten Sleman di tahun 2011 meliputi
investasi PMA 41 unit dengan nilai investasi US$ 185.185.922,42 daya
serap tenaga kerja 6.385 orang dan realisasi kenaikan investasinya dari
tahun 2010 sebesar 13,92%. Sedangkan untuk PMDN jumlah usahanya
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 51
sebanyak 32 unit, nilai investasi sebesar Rp827.390.268.676 daya serap
tenaga kerja sebanyak 9.269 orang dan kenaikan realisasi investasinya
dari tahun 2010 sebesar 148,33%, dan untuk investasi Non PMA/PMDN
jumlah unitnya sebanyak 31.566 unit, nilai investasi sebesar Rp.
3.034.340.000 dengan daya serap tenaga kerja sebanyak 249.189
orang dan kenaikan realisasi investasinya dari tahun 2010 sebesar
12,46%.
Untuk perkembangan penanaman modal Kabupaten Sleman dari
tahun 2007 sampai tahun 2011 lebih jelasnya terlihat pada tabel berikut :
Tabel 2.39Perkembangan Penanaman Modal
Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman
NO IndikatorTahun
2007 2008 2009 2010 20111 Jumlah Unit Usaha (orang)
PMA 36 35 33 38 41PMDN 36 32 31 31 32Non PMA/PMDN 26,779 27,949 29,222 30,384 31,566
2 Nilai Investasi
PMA (juta US$) 148,82 148,67 148,23 162,55 186PMDN (juta Rp) 344.996 323.071 321.546 333.175 827,390Non PMA/PMDN (juta Rp) 1.712.882 1.911.741 2.289.736 2.558.491 2.034.340
3 Daya serap Tenaga Kerja (orang)
PMA 6163 6113 6107 6146 6.385PMDN 9387 9131 9065 9065 9.269Non PMA/PMDN 201.832 211.803 228.268 238.940 249.189
4 Rasio daya serap tenaga kerja(orang)
PMA 171 175 185 162 155PMDN 261 285 292 292 289Non PMA/PMDN 8 8 8 8 8
5 Kenaikan/penurunan realisasiPMA, PMDN dan NonPMA/PMDN (%)
PMA -0,41 -0,10 -0,29 9,66 13,92PMDN -2,86 -6,35 -0,47 3,61 148,33Non PMA/PMDN 17,33 11,60 19,77 11,73 12,46
Sumber : Kantor P3M Kab. Sleman 2011,
q. Urusan Wajib Kebudayaan
Untuk melihat bagaimana kebudayaan menjadi salah satu faktor
penting dalam kehidupan manusia, maka hal ini dapat terlihat dari peran
pemerintah daerah dalam mengelola kekayaan seni budaya dan sarana
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 52
prasarana yang mendukungnya. Salah satu indikator pengelolaan
produk budaya sebagaimana terlihat dalam tabel di bawah ini.
Tabel 2.40Perkembangan Seni budaya
Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman
NO UraianTahun
2007 2008 2009 2010 2011
1Penyelenggaraan festifal seni danbudaya (kali)
4 5 5 5 4
2Sarana penyelenggaraan seni danbudaya*
129 135
3Benda, Situs dan Kawasan CagarBudaya yang dilestarikan
94 107 118 124 124
Sumber: Dinas Kebudayan dan Pariwisata, 2011*) Khusus data gamelan
Pada tahun 2007 penyelenggaraan festival seni budaya ada 4
macam yaitu: festival Sendratari, Kethoprak, Prajurit dan festival
Kesenian Sleman pada tahun 2008 selain festival yang dilaksanakan
pada tahun 2007 ditambah dengan festival Nusa Dua Bali dan pada
tahun 2009 dan 2010 tidak mengikuti festival Nusa Dua Bali tetapi
festival Jembrana Bali. Sedangkan pada tahun 2011 diselenggarakan
sebanyak 4 festival, yaitu Festival Kesenian Sleman, Festival Kethoprak,
Festival Sendratari dan Festival Prajurit.
Sarana penyelenggaraan seni dan budaya khusus gamelan pada
tahun 2011 ada 135 set gamelan yang tersebar di seluruh kabupaten
Sleman. Maksudnya adalah milik masyarakat, termasuk gamelan untuk
karawitan maupun jathilan. Adapun benda situs dan kawasan cagar
budaya yang dilestarikan sebagaimana terlihat dalam tabel bahwa pada
tahun 2007 yang dilestarikan sebanyak 94 dan pada tahun 2008
meningkat menjadi 107, pada tahun 2009 ada 118 yang dilestarikan dan
pada tahun 2010 menjadi 124 sedangkan pada tahun 2011 tidak ada
peningnkatan.
r. Urusan Wajib Kepemudaan dan Olahraga
Pemuda merupakan asset pembangunan terutama di bidang SDM,
sebagai pemersatu langkah-langkah pendukung dalam pengembangan.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 53
Upaya pengembangan minat dan bakat pemuda, derajad melalui
organisasi kepemudaan dan dengan menumbuhkembangkan budaya
olah raga.
Organisasi pemuda adalah sekelompok pemuda yang bekerja sama
dengan suatu perencanaan-perencanaan kerja dan peraturan-peraturan
untuk mencapai tujuan tertentu.
Hasil penghitungan jumlah organisasi pemuda dapat dilihat dalam
tabel berikut ini:
Tabel 2.41Perkembangan Pemuda dan Olah ragaTahun 2007-2011 Kabupaten Sleman
NO UraianTahun
2007 2008 2009 2010 20111 Jumlah organisasi pemuda 10 10 10 17 20
2 Jumlah organisasi olah raga 33 33 34 37 37
3 Jumlah kegiatan kepemudaan 10 10 10 17 13
4 Jumlah kegiatan olah raga 17 17 17 21 14
5 Lapangan olah raga* 420 420 141 141 194Sumber: Dinas Pendidikan, pemuda dan Olah raga, 2011*) Lapangan olah raga di sekolah
Berdasarkan data di atas terlihat perkembangan cukup signifikan
pada jumlah organisasi pemuda. Pada tahun 2007 sampai dengan tahun
2009 jumlah organisasi pemuda hanya 10, selanjutnya meningkat
menjadi 17 pada tahun 2010 dan pada tahun 2011 menjadi 20.
Sedangkan untuk jumlah organisasi olah raga dari tahun ke tahun selalu
mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2007 sejumlah 33 maka pada
tahun 2011 sudah menjadi 37 organisasi olah raga. Adapun kegiatan
kepemudaan mengikuti jumlah organisasi pemuda yang ada di
Kabupaten Sleman. Sedangkan kegiatan olah raga adalah kegiatan
yang dilakukan oleh tiap kecamatan. Pada tahun 2007 sampai dengan
2009 setiap kecamatan melaksanakan satu kegiatan olah raga sehingga
total sebanyak 17 kegiatan, pada tahun 2010 sebanyak 21 kegiatan dan
pada tahun 2011 sebanyak 13 kegiatan olahraga.
Data lapangan olah raga yang tercantum dalam tabel adalah
lapangan olah raga yang ada di sekolah baik jenjang SD/MI, SMP/M.Ts
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 54
maupun SMA/MA/SMK. Data tahun 2007 belum tersedia, sedangkan
dalam tabel tersebut terjadi penurunan yang cukup signifikan dari tahun
2008 ke tahun 2009. Hal ini bisa terjadi karena ada beberapa sekolah
yang merger atau karena hal lain, tetapi juga masalah teknis di lapangan
dimana pihak sekolah sering tidak komplit dalam mengisi data. Adapun
lapangan olah raga yang dimaksud adalah lapangan olah raga yang
dimiliki sekolah baik itu lapangan hijau maupun lapangan bulutangkis
atau lapangan tenis meja dan lain-lain. Pada tahun 2010 tersedia 141
lapangan dan pada tahun 2011 menjadi 194 lapangan.
s. Urusan Wajib Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
Pemerintah Kabupaten Sleman terus melakukan upaya-upaya untuk
menjaga stabilitas keamanan dan ketertiban dengan terus meningkatkan
pengetahuan, pemahaman wawasan kebangsaan dan pemantapan
ideologi bagi seluruh komponen masyarakat.
Untuk meningkatkan antisipasi terhadap ancaman keamanan dan
ketertiban Pemkab Sleman juga meningkatkan jalinan hubungan dengan
BIN, Intel Kodim, Intel Kejaksaan, dan Intel Polres serta meningkatkan
koordinasi melalui forum Kominda (Komunitas Intelijen Daerah).
Disamping itu untuk mengantisipasi kerawanan sosial politik maka
dilakukan pembinaan dan monitoring yang terkait dengan kegiatan
politik daerah. Pencapaian upaya yang telah dilakukan tersebut seperti
tabel 2.42:
Tabel 2.42Kegiatan Pembinaan Organisasi dan Politik
Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman
NO IndikatorTahun
2007 2008 2009 2010 20111 Kegiatan pembinaan terhadap LSM, Ormas
dan OKP (kali)
51 72 70 69 84
2 Kegiatan pembinaan politik daerah (kali) 2 6 8 9 9Sumber : Badan Kesbanglinmas dan PB, 2011
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 55
t. Urusan Wajib Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum,
Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah,
Kepegawaian dan Persandian
Jumlah polisi pamong praja dan linmas mengambarkan kapasitas
pemerintah daerah dalam menjaga ketentraman dan ketertiban
masyarakat, jumlah pos kamling menggambarkan ketersediaan
kapasitas pemda dalam memberdayakan masyarakat untuk ikut
berperan aktif dalam pemeliharaan ketentraman dan ketertiban
masyarakat serta keamanan lingkungan. Semakin meningkatnya rasio
antara jumlah Pos Siskamling disbanding dengan jumlah penduduk
menunjukkan kesadaran masyarakat untuk melakukan pengamanan diri
meningkat.
Laju pertambahan penduduk yang meningkat dengan cepat dan
jumlag anggota Polisi Pamong Praja yang tetap menyebabkan rasio
antara jumlah penduduk dan polisi Pamong Praja semakin meningkat.
Untuk menjaga keamanan dan keteritiban masyarakat Satpol PP
dibantu Anggota Linmas yang jumlahnya cukup banyak di Kabupaten
Sleman (7.031 orang). Rasio jumlah penduduk dibandingkan dengan
jumlah Linmas di Kabupaten Sleman sudah jauh melebihi apa yang
dipersyaratkan dalam SPM yang seharusnya coverage 50% pada tahun
2015 tetapi di Sleman saat ini coveragenya sudah mencapai 66,85%.
Dalam rangk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat sudah
didukung adanya SIM Pelayanan Perijinan dan Administrasi
Pemerintahan. Untuk mengetahui kepuasan masyarakat terhadap
pelayanan tersebut, Pemkab Sleman setiap tahun melakukan
menyebarkan kuesioner kepada masyarakat pengguna jasa layanan
Pemkab.
Cakupan pelayanan bahaya kebakaran di Kabupaten Sleman sudah
cukup baik dengan gambaran sebagai berikut: sampai dengan tahun
2015 target cakupan pelayanan bencana kebakaran menurut SPM
Bidang Pemerintahan Dalam Negeri adalah sebesar 25%, namun
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 56
dengan luas wilayah 574,82 km2 dengan satu wilayah manajemen kerja
(WMK) dengan radius 7,5 km. Jangkauan WKM Kabupaten
Slemanadalah seluas 176,26 km sehingga cakupan pelayanan
kebakaran sampai dengan saat ini mencapai 30,66%.
Target tingkat waktu tanggap (response time rate) sampai dengan
tahun 2015 menurut SPM adalah sebesar 75% dan sampai dengan
tahun 2010 RTR Kabupaten Sleman kondisinya adalah 83,3% dan
tahun 2011 sebesar 91,66%. Hal ini terjadi karena suksesnya sosialisasi
pencegahan bahaya kebakaran pada masyarakat yang berarti juga
semakin meningkatnya kesadara masyarakat untuk
mencegah/menghindari dari bahaya kebakaran dan semakin
meningkatnya sarpras kebakaran yang ada serta semakin
profesionalnya petugas pemadam kebakaran sehingga response time
rate semakin tinggi dan kedepan dengan rencana penambahan 1 WMK
diharapkan seluruh wilayah rawan Kebupaten Sleman dapat
tercover/masuk dalam WMK.
Terkait dengan penanganan bahaya kebakaran, cakupan pelayanan
masih sangat kecil karena sarpras yang dimiliki sangat minim. Indikator
Urusan Otonomi Daerah dan Kepemerintahan dapat dilihat pada tabel
2.43:
Tabel 2.43Indikator Urusan Otonomi Daerah dan Kepemerintahan
Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman
No. IndikatorTahun
2007 2008 2009 2010 2011
1. Rasio jumlah Polisi Pamong Praja per
10.000 penduduk
1,12 1,12 1,05 0,50 1,45
2. Jumlah Linmas per jumlah 10.000
penduduk
68,71 64,70 64,54 64,11 64,56
3. Rasio pos Siskamling per jumlah
desa/kelurahan
40,30 40,30 43,14 43,14 43,41
4. Pertumbuhan Ekonomi 4,61 5,13 4,48 4,11 4,84
5. Penduduk Miskin (KK) 58.701 58.857 65.157 57.979 50.603
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 57
No. IndikatorTahun
2007 2008 2009 2010 2011
6. Sistem informasi Pelayanan Perijinan
dan administrasi pemerintah
ada ada ada Ada Ada
7. Penegakan PERDA 64,34 % 39,06 % 37,79 % 28,61 % 89,53
8. Cakupan patroli petugas Satpol PP 2 hari
sekali
2 hari
sekali
2 hari
sekali
2 hari
sekali
4 kali/
minggu
9. Tingkat penyelesaian pelanggaran K3
(ketertiban, ketentraman, keindahan) di
Kabupaten
80,36% 64,34% 39,56% 37,79% 70%
10. Petugas perlindungan Masyarakat
(Linmas) di Kabupaten
0,69 % 0,65 % ),65 % 0,64 % 0,65%
11. Cakupan pelayanan bencana kebakaran 0,0003 0,0003 0,0003 0,0003 0,0003
12. Tingkat waktu tanggap (response time
rate) daerah layanan Wilayah
Manajemen Kebakaran (WMK)
100% 100% 100% 100% 100%
13. Cakupan sarana prasarana perkantoran
pemerintahan desa yang baik
97,67 % 97,67 % 97,67 % 93 % 93%
14. Sistem Informasi Manajemen Pemda 16 19 24 25 29
15. Indeks Kepuasan Layanan Masyarakat Ada Ada Ada Ada Ada
Sumber : Badan Kesbanglinmas dan PB dan Kantor Satpol PP, 2011
u. Urusan Wajib Ketahanan Pangan
Berbagai upaya dalam urusan ketahanan pangan tidak hanya
berfokus pada peningkatan ketersediaan pangan, pemerataan distribusi
pangan dengan harga terjangkau dan tercapainya pola konsumsi
pangan yang Aman Beragam, Bergizi dan imbang, namun juga
meningkatkan peran masyarakat dan pihak swasta dalam mendukung
ketahanan pangan. Beberapa regulasi ketahanan pangan yang menjadi
pedoman dalam pelaksanaannya sebagai berikut :
- UU. No.7/1996 tentang pangan mengamanatkan kondisi
terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga, yang tercermin dari
ketersediannya pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya,
aman, merata, dan terjangkau.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 58
- PP. No.68/2002 tentang petunjuk pelaksaanaan Undang-undang
Nomor 7/1996 tentang ketahanan pangan
- PP. No.3/2007 tentang Pemerintah provinsi/Kabupaten/kota wajib
mempertanggung jawabkan urusan ketahanan pangan.
- PP. No.38/2007 tentang ketahanan pangan termasuk urusan wajib
Ketersediaan pangan utama selama lima tahun terakhir mengalami
fluktuasi. Kenaikan terjadi pada tahun 2008 dan 2009 dikarenakan
keberhasilan pada produksi padi yang surplus. Sedangkan pada tahun
2010 terjadi penurunan karena anomali cuaca dan serangan hama
(OPT). Kondisi tahun 2011 mengalami penurunan dikarenakan serangan
OPT/Organisme Pengganggu Tumbuhan).
Perkembangannya dapat dilihat pada tabel 2.44
Tabel 2.44Perkembangan Ketersediaan PanganTahun 2007-2011 Kabupaten Sleman
NO IndikatorTahun
2007 2008 2009 2010 20111 Regulasi ketahanan pangan UU No. 7
tahun1996
UU No. 7tahun1996
UU No. 7tahun1996
UU No. 7tahun1996
UU No. 7tahun1996
Kep.Bupati
No.255/Kep.KDH/A/2011 ttgDewan
Ketahanan
Pangan2 Ketersediaan pangan utama (ton) 242.887 268.928 269.404 266.073 264.317
Sumber : Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, 2011
v. Urusan Wajib Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Pemberdayaan dan kesejahteraan masyarakat diupayakan untuk
memberdayakan masyarakat menuju keluarga yang sejahtera. Upaya
tersebut dijabarkan melalui kelompok binaan Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat Desa (LPM), Binaan Pemberdayaan dan Kesejahteraan
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 59
Keluarga (PKK), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan Posyandu
aktif. Adapun rata-rata kelompok binaan PKK dari tahun 2007-2011
mengalami kenaikan, hal ini menggambarkan bahwa keaktifan
masyarakat untuk ikut serta dalam pembangunan daerah. Sedangkan
PKK aktif mengalami penurunan karena sebagian besar anggotanya
sudah masuk kelompok binaan PKK di setiap RT/RW.
Untuk jumlah LSM dari tahun 2007-2011 mengalami kenaikan, hal ini
menunjukkan bahwa ketersediaan fasilitas penunjang dan ketertiban
masyarakat secara aktif dalam pembangunan daerah sebagai upaya
untuk meningkatkan kesejahteraan semakin terbuka/transparan.
Swadaya masyarakat dalam menunjang program pemberdayaan
masyarakat dari tahun 2007-2011 mengalami kenaikan cukup tinggi,
besaran kenaikannya tergantung pada dana stimulant yang diberikan.
Wujud partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah
dititikberatkan pada pengabdian secara swadaya. Data tersebut dapat
dilihat pada tabel 2.45:
Tabel 2.45Indikator Urusan Pemberdayaan Masyarakat
Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman
NO IndikatorTahun
2007 2008 2009 2010 2011
1Rata-rata jumlahkelompok binaan PKK
0,036 0,055 0,075 0,075
2Jumlah kelompok binaanPKK
783 1.465 93 104
3 Jumlah LSM 50 61 72 124 124
4 PKK aktif 21.971 26.743 1.240 1.240
5 Jumlah PKK aktif 21.971 26.743 1.240 1.511
6 Posyandu aktif 1.484 1.484 1.484 1.484 1.484
7Swadaya masyarakatterhadap programpemerintah (000)
23.793.042,9 7.180.110 13.877.488,8 36.159.123,5 19.771.000
Sumber : Badan KB, PP dan PA, 2011Badan Kesbanglinmas dan PB, 2011Bagian Adpemb. Setda 2011
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 60
w. Urusan Wajib Statistik
Berdasarkan Undang-undang nomor 25 tahun 2004 tentang sistim
perencanaan pembangunan nasional disebutkan bahwa perencanaan
pembangunan daerah harus didasarkan pada data yang akurat dan
memadai. Oleh karena itu ketersediaan data dan informasi statistic yang
handal merupakan salah satu kunci keberhasilan perencanaan. Data
dan informasi statistic berkualitas tidak saja menjadi tujuan pemerintah
tetapi juga dibutuhkan oleh kalangan swasta, perguruan tinggi dan
masyarakat untuk pengembangan usaha dan kebutuhan lainnya.
Masyarakat menuntut ketersediaan data dan informasi statistic yang
beragam, rinci, mudah dipahami, dan tepat waktu. Tuntutan kebutuhan
data dan informasi belum sepenuhnya terpenuhi namun secara
bertahap terus diupayakan ketersediaannya. Data produk-produk
statistik diantaranya; buku Sleman Dalam Angka, buku PDRB
kabupaten, buku indikator kesejahteraan rakyat, buku indeks
pembangunan gender, buku inflasi, buku penduduk pertengahan, buku
statistik harga bangunan, buku IPM, buku statistik industri, buku
kecamatan dalam angka, buku informasi pembangunan, dan buku
Sistem Informasi Profil Daerah.
x. Urusan Wajib Kearsipan
Penyelenggaraan urusan kearsipan mempunyai fungsi strategis bagi
perkembangan daerah karena menangani arsip-arsip aktif, arsip inaktif
dan dokumentasi daerah. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan
efektifitas pengelolaan kearsipan diantaranya melalui pemberian
bimbingan teknis pada pengelola kearsipan serta penerapan Sistim
Kearsipan Pola Baru (SKPB).
Pelaksanaan SKPB tahun 2011 yang diterapkan di 40 SKPD
mencapai 57,61%. Kondisi ini menggambarkan bahwa walaupun
persentase menurun tetapi secara kualitas peaksanaan kearsipan
berjalan baik, dimana pada tahun 2011 kriteria penilaian ditingkatkan
kualitasnya.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 61
Penanganan arsip seharusnya sudah menjadi kebutuhan yang amat
penting dalam upaya penyelamatan arsip-arsip aktif maupun in aktif.
Untuk itu perlu ada upaya bersama dari para pejabat struktural untuk
memulai dan melaksanakan secara optimal dalam penyelamatan arsip-
arsip penting. Hasil-hasil yang dicapai selama lima tahun terakhir seperti
terlihat pada tabel 2.46:
Tabel 2.46Pengelolaan Kearsipan Tahun 2007-2011
Kabupaten Sleman
NO IndikatorTahun
2007 2008 2009 2010 20111 Pengelolaan arsip secara baku (%) 60,9 63,91 63,59 63,31 57,61
2 Peningkatan SDM pengelolakearsipan (orang)
45 41 44 26 26
Sumber : Kantor Arsip Daerah, 2011
Pengelolaan arsip secara baku pada tahun 2011 mengalami
penurunan persentase jika dibandingkan dengan kondisi tahun 2010
yaitu dari 63,31% menjadi57,61%. Hal ini dikarenakan dalam penilaian
kearsipan tahun 2011 kualitas kriteria ditingkatkan tetapi secara umum
pelaksanaan kearsipan tetap berjalan baik.
y. Urusan Wajib Komunikasi dan Informatika
Kemajuan dibidang informasi dan komunikasi telah mendorong
munculnya globalisasi dengan berbagai perspektifnya. Perkembangan
tersebut diikuti dengan berkembangnya sarana dan prasarana
komunikasi seperti wartel, warnet, maupun informasi dalam bentuk
pameran.
Rasio wartel/warnet terhadap penduduk di Kabupaten Sleman untuk
tahun 2011 adalah sebesar 0,00055 sama dengan pada tahun 2010.
Angka rasio wartel/warnet untuk Tahun 2011 ini menunjukkan tidak ada
peningkatan ketersediaan fasilitas jaringan internet dan fasilitas jaringan
komunikasi data sebagai pelayanan penunjang dalam
menyelenggarakan pemerintah daerah.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 62
Data perkembangan selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada
tabel 2.47:
Tabel 2.47Angka Rasio dan Jumlah Sarana Komunikasi
Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman
No IndikatorTahun
2007 2008 2009 2010 20111 Rasio wartel/warnet terhadap
penduduk0,000487 0,000481 0,000475 0,00055 0,00055
2 Jumlah Surat Kabar NasionalJumlah Surat Kabar Local
155
155
166
176
177
3 Jumlah penyiaran :Radio Nasional (jaringan ke daerah)Radio LokalTV lokalTV Nasional
521
511
521
511
521
511
521
511
521
511
4 Web site milik pemerintah daerah 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit5 Pameran /expo yang diikuti oleh
SKPD Pemerintah Daerah Slemansebagai partisipan berdasar tingkatanevent :- Skala Event tingkat
local/daerah/Kabupaten- Skala Event tingkat Regional- Skala Event tingkat Nasional- Skala Event tingkat Internasional
14
16128
14
16128
14
16128
14
16128
9
4124
Sumber : Dinas Hubkominfo dan Bagian Humas Setda, 2011, Bagian Perekonomian
z. Urusan Wajib Perpustakaan
Perpustakaan merupakan sumber informasi dan sarana strategis
dalam peningkatan sumberdaya manusia. Keberadaan perpustakaan
diharapkan dapat meningkatkan minat baca di masyarakat. Guna
menunjang peningkatan minat baca masyarakat, Pemerintah Kabupaten
Sleman menambah jumlah perpustakaan maupun menambah jumlah
koleksi pustaka.
Banyaknya unit perpustakaan ini memberi kemudahan pada
masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas perpustakaan. Jumlah
perpustakaan sampai dengan tahun 2011 sebanyak 845 unit dan
dilengkapi dengan 4 mobil perpustakaan keliling. Peningkatan
pelayanan perpustakaan dilakukan dengan menambah jumlah jam/hari
buka perpustakaan (hari sabtu tetap buka) dan mengikutkan petugas
dalam kursus/bintek terkait dengan pustaka untuk meningkatkan
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 63
profesionalisme dalam pelayanan. Peningkatan jumlah pengunjung
perpustakaan dan koleksi buku seperti terlihat pada tabel 2.48:
Tabel 2.48Jumlah Pengunjung dan Koleksi Perpustakaan
Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman
NO IndikatorTahun
2007 2008 2009 2010 20111 Jumlah pengunjung perpustakaan
per tahun (orang)57.814 59.965 74.216 89.427 89.427
2 Koleksi buku yang tersedia diperpustakaan daerah
35.927 42.721 47.520 50.163 51.302
Fiksi (buah) 9.103 10.949 12.085 12.812 13.138
Non Fiksi (buah) 23.411 28.068 31.274 32.820 33.383
Majalah (buah) 1.623 1.894 2.185 2.425 2.663
Referensi (buah) 1.790 1.810 1.976 2.106 2.118
Sumber : Kantor Perpustakaan Daerah, 2011
2.1.3.2. Fokus Layanan Urusan Pilihan
a. Urusan Pilihan Pertanian
Produktivitas padi dan bahan pangan utama meningkat dipengaruhi
faktor pola tanam, penggunaan bibit yang berkualitas dan penggunaan
pupuk organik serta kesadaran pengembangan pangan non padi.
Perkembangan indikator pertanian selama lima tahun terakhir dapat
dilihat pada tabel 2.49:
Tabel 2.49Produktivitas Padi dan Kontribusi Per Sektor Terhadap PDRB
Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman
NO IndikatorTahun
2007 2008 2009 2010 20111 Produktivitas padi atau bahan pangan
utama lokal lainnya per hektar57,12 61,62 60,72 59,34 56,65
2 Kontribusi sektor pertanian terhadapPDRB (%)
16,63 16,91 16,47 15,95 12,56
Tanaman bahan makanan 12,96 13,30 12,89 12,37 9,11
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 64
Tanaman perkebunan 0,46 0,45 0,44 0,44 0,38
Peternakan dan hasil-hasilnya 2,17 2,10 2,06 1,99 2,12
Kehutanan 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06
perikanan 0,98 1,01 1,03 1,10 1,10
3 Kontribusi sektor perkebunan (tanamankeras) terhadap PDRB
0,46 0,45 0,44 0,44 0,38
4 Cakupan bina kelompok petani(kelompok)
TPH 149 220 172 180 180
Ikan 312 315 315 379 379
nak 455 518 504 598 598
kebun 204 161 177 164 164
Sumber : Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, 2011
b. Urusan Pilihan Kehutanan
Pembangunan urusan kehutanan di Kabupaten Sleman sesuai
dengan potensinya lebih diarahkan untuk konservasi hutan produksi dan
hutan rakyat. Untuk memperbaiki dan menanggulangi kerusakan hutan
dan lahan dilakukan beberapa upaya yaitu dengan rehabilitasi hutan dan
lahan kritis. Masyarakat di Kabupaten Sleman selain membudidayakan
jenis tanaman kayu juga telah mengembangkan hasil produksi
kehutanan non kayu seperti madu yang dapat memberikan kontribusi
sektor kehutanan terhadap PDRB. Data tersebut dapat dilihat pada tabel
2.50:
Tabel 2.50Luas Lahan Kritis dan Kontribusi Sektor Kehutanan Terhadap PDRB
Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman
NO IndikatorTahun
2007 2008 2009 2010 2011
1 Rehabilitasi hutan dan lahan kritis (ha) 6.437,00 6.237,00 6.237,00 7.268,5 7.268,5
2Kontribusi sektor kehutanan terhadapPDRB (%)
0,06 0,06 0,06 0,06 0,01
Sumber : Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, 2011
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 65
c. Urusan Pilihan Energi dan Sumber Daya Mineral
Sumber daya mineral yang dapat ditambang di Kabupaten Sleman
adalah bahan galian golongan C (BGGC) meliputi pasir dan batu,
andesit, breksi batu apung, dan tanah liat. Bahan Galian Golongan C
pasir dan batu di Kabupaten Sleman pasokannya bergantung dari
aktivitas Gunung Merapi.
Bahan galian gamping di Kabupaten Sleman tidak boleh ditambang
karena lokasinya hanya terdapat di Kecamatan Gamping dan telah
ditetapkan sebagai kawasan Cagar Alam atau Taman Wisata Alam
Gunung Gamping dengan SK Menteri Pertanian Nomor:
526/KPTS/UM/7/1982 tanggal 21 Juli 1982. Namun dalam pelaksanaan
pengelolaan sumberdaya mineral dalam hal ini BGGC masih ditemui
kegiatan penambangan yang tanpa izin dan sulit dikendalikan. Sektor
pertambangan ini juga memberikan kontribusi terhadap PDRB.
d. Urusan Pilihan Pariwisata
Jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Sleman selama tahun
2007-2011 mengalami kenaikan rata-rata sebesar 19,68% per tahun.
Pada tahun 2010 jumlah kunjungan wisatawan mengalami penurunan
sebesar 10,26% dari tahun 2009. Penurunan ini disebabkan terjadinya
erupsi Merapi pada bulan Oktober-November 2010, sehingga para
wisatawan mengalami ketakutan mengunjungi Kabupaten Sleman. Pada
tahun 2011 kunjungan wisatawan mengalami kenaikan sebesar 1,57%
dari tahun 2010. Wisatawan mulai mendatangi obyek-obyek wisata di
Kabupaten Sleman terutama di lereng merapi.
Apabila dilihat dari kontribusi sektor terhadap PDRB, sektor
pariwisata memberikan kontribusi dalam pembentukan PDRB atas dasar
harga berlaku tahun 2007 – 2011 rata-rata sebesar 14,90% per tahun.
Perkembangan jumlah wisatawan dan kontribusi sektor pariwisata
terhadap PDRB tahun 2007-2011 sebagai berikut:
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 66
Tabel 2.51Jumlah Kunjungan Wisatawan dan Kontribusi Sektor Pariwisata
terhadap PDRB Tahun 2007-2011
NO IndikatorTahun
2007 2008 2009 2010 20111 Kunjungan wisatawan (orang) 1.758.542 2.276.478 3.595.924 3.226.976 3.277.728
2 Kontribusi sektor pariwisata terhadapPDRB Hb (%)
14,67 14,66 15,07 14,91 15,19
Sumber: - BPS Kab. Sleman, 2011- Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Sleman, 2011
e. Urusan Pilihan Kelautan dan Perikanan
Perkembangan luas lahan usaha perikanan darat khususnya yang
dilakukan di kolam selama lima tahun terakhir cenderung meningkat.
Kenaikan ini diikuti dengan kenaikan produksi perikanan dan konsiumsi
ikan. Keberhasilan pelaksanaan urusan perikanan dicapai melalui
pembinaan kelompok perikanan. Perkembangannya dapat dilihat pada
tabel 2.52:
Tabel 2.52Indikator Urusan Perikanan
Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman
NO IndikatorTahun
2007 2008 2009 2010 20111 Produksi perikanan (ton) 8.148,85 10.297,78 12.405 14.574,88 18.364,10
2 Konsumsi ikan 23,14% 24,80% 25,95% 26,73% 27,78
3 Cakupan bina kelompoknelayan 312 315 315 379 415
4 Produksi perikanan kelompoknelayan (benih) 532.156.500 704.545.500 748.435.700 785.857.500 840.182.800
Sumber : Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, 2011
f. Urusan Pilihan Perdagangan
Selama tahun 2007-2011, sektor perdagangan memberikan
kontribusi terhadap PDRB atas dasar harga berlaku rata-rata sebesar
.7,93% per tahun. Nilai ekspor bersih perdagangan di Kabupaten
Sleman selama tahun 2007-2011 mengalami penurunan pertumbuhan
rata-rata sebesar 1,67% per tahun, yaitu dari US$ 39.072.912 pada
tahun 2007 menjadi US$ 32.023.058 pada tahun 2011. Penurunan ini
disebabkan menurunnya jumlah eksportir, dimana pada tahun 2007
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 67
jumlah eksportir sebanyak 55 menjadi 45 pada tahun 2011. Jumlah
eksportir ini mempengaruhi volume produk yang diekspor yaitu dari
7.874.448 kg pada tahun 2007 menjadi 2.932.250 kg pada tahun 2011.
Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.53:
Tabel 2.53Kontribusi Terhadap PDRB dan Nilai Ekspor Sektor Perdagangan
Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman
NO IndikatorTahun
2007 2008 2009 2010 2011
1Kontribusi sektor Perdaganganterhadap PDRB Hb (%)
7,58 7,71 8,00 8,11 8,25
2Ekspor Bersih Perdagangan (US$) 39.072.912 33.831.618 35.191.539 23.614.793 32.023.058
3 Cakupan bina usaha informal (PKL) 1.210 1.001 911 935 959
Sumber: - BPS Kab. Sleman- Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi; Kantor Satpol PP Kab. Sleman, Dinas Pasar, 2011
Jumlah usaha informal (PKL) di Kabupaten Sleman selama tahun
2007-2009 mengalami penurunan yaitu dari 1.210 pada tahun 2007,
turun menjadi 1.001 pada tahun 2008 dan turun lagi menjadi 911 pada
tahun 2009. Pada tahun 2010 jumlah PKL meningkat menjadi menjadi
935 dan pada tahun 2011 mencapai 959.
g. Urusan Pilihan Perindustrian
Selama tahun 2007-2011, sektor industri memberikan kontribusi
terhadap PDRB atas dasar harga berlaku rata-rata sebesar 14,32% per
tahun. Jumlah industri di Kabupaten Sleman mengalami pertumbuhan
rata-rata sebesar 1,69%. Jumlah industri kecil dan rumah tangga
mengalami kenaikan rata-rata 1,66% yaitu dari 14.466 unit pada tahun
2007 menjadi 15.449 unit pada tahun 2011. Jumlah pengrajin yang
dibina selama tahun 2007-2011 juga meningkat yaitu sebesar 3,44%
pada tahun 2007 menjadi 14,27% pada tahun 2011. Data tersebut
sebagaimana pada tabel 2.54:
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 68
Tabel 2.54Indikator Urusan Perindustrian
Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman
NO IndikatorTahun
2007 2008 2009 2010 20111 Kontribusi sektor Industri terhadap PDRB Hb
(%) 15,09 14,33 14,18 14,17 13,84
2 Pertumbuhan Industri (%) 0,39 2,80 1,88 1,09
3 Jumlah industri kecil & rumah tangga (buah) 14.555 14.610 15.012 15.289 15.449
4 Cakupan bina pengrajin (%) 3,44 6,13 8,99 13,05 14,27Sumber: - BPS Kab. Sleman, 2011
- Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kab. Sleman, 2011
h. Urusan Pilihan Ketransmigrasian
Untuk pelaksanaan transmigrasi merupakan kerja sama antar
pemerintah daerah baik daerah pengirim maupun daerah penerima
dengan Pemerintah Pusat sebagai fasilitator. Pola transmigrasi sudah
mencerminkan partisipasi dan keswadayaan masyarakat baik melalui
trasmigrasi umum maupun melalui transmigrasi swakarsa.
Untuk transmigrasi swakarsa di kabupaten mulai memberangkatkan
di tahun 2007. Pada tahun 2011 ini mencapai 33,33% dari jumlah
transmigran yang terkirim adalah transmigrasi swakarsa. Kondisi ini
dapat dilihat pada tabel 2.55:
Tabel 2.55Persentase Transmigran Swakarsa
Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman
NO IndikatorTahun
2007 2008 2009 2010 20111 Transmigran swakarsa (%) 9,62 16,33 18,52 33,33 33,33
Sumber : Dinas Nakersos Kab. Sleman 2011
2.1.4. Aspek Daya Saing Daerah
2.1.4.1. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah
Analisis fokus kemampuan ekonomi daerah dilihat dari indikator
kemampuan daerah dalam meningkatkan pendapatan masyarakatnya.
Pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita di Kabupaten Sleman
selama tahun 2007-2011 mengalami kenaikan sebesar 9,84% per tahun
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 69
yaitu dari Rp. 15.166.902 pada tahun 2007 menjadi Rp. 22.033.726 pada
tahun 2011.
Peningkatan konsumsi rumahtangga per kapita tersebut antara lain
disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk di Kabupaten Sleman yang
mengakibatkan meningkatnya konsumsi barang dan jasa. Selain itu,
membaiknya kondisi ekonomi masyarakat serta perkembangan ilmu dan
teknologi mempengaruhi perubahan selera dan perilaku konsumsi
masyarakat.
Meningkatnya pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita lebih
banyak ditopang oleh pengeluaran konsumsi non pangan per kapita.
Besarnya kontribusi pengeluaran konsumsi rumah tangga non pangan per
kapita terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita selama
tahun 2007-2011 rata-rata sebesar 52,22% per tahun, yaitu dari 51,75%
pada tahun 2007 menjadi 52,50% pada tahun 2011.
Produktivitas total Kabupaten Sleman selama tahun 2007-2011
menunjukkan kenaikan sebesar 8,22% per tahun, yaitu dari Rp. 18.192.619
per angkatan kerja pada tahun 2007 menjadi Rp. 24.933.275 per angkatan
kerja pada tahun 2011. Kondisi tersebut dapat dilihat pada tabel 2.56:
Tabel 2.56Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga dan Non Pangan per Kapita
Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman
NO IndikatorTahun
2007 2008 2009 2010 2011
1Pengeluaran konsumsi rumah tangga perkapita (Hb)
15.166.902 17.235.325 25.254.039 20.813.986 25.326.824
2Pengeluaran konsumsi non pangan perkapita(Hb)
51,75 51,99 52,35 52,52 52,50
3 Produktivitas total daerah 18.192.619 20.197.939 21.913.162 23.705.217 24.933.275
Sumber: BPS Kab. Sleman, 2011
2.1.4.2. Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur
Pembangunan sarana dan prasarana wilayah atau infrastruktur
direncanakan untuk mendukung terwujudnya visi dan misi pembangunan di
Kabupaten Sleman. Sarana dan prasarana wilayah pada dasarnya
merupakan elemen pendukung bagi berlangsungnya kehidupan suatu
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 70
wilayah karena masyarakat yang tinggal di suatu wilayah akan
membutuhkan sarana prasarana untuk melangsungkan kegiatan. Fasilitas
sarana prasaran wilyah tersebut diantaranya :
1. Perhubungan
Rasio panjang jalan per jumlah kendaraan dari tahun ke tahun semakin
menurun, artinya bahwa dengan panjang jalan tetap, jumlah kendaraan
semakin bertambah, kepadatan kendaraan semakin bertambah.
Pertumbuhan jumlah orang/barang yang melalui terminal dari tahun ke
tahun cenderung mengalami peningkatan. Keadaan ini dikarenakan adanya
pelayanan yang lebih baik. Data dapat dilihat sebagaimana tabel 2.57:
Tabel 2.57Rasio Panjang Jalan dan Jumlah Orang/Barang Pengguna Terminal
Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman
NO IndikatorTahun
2007 2008 2009 2010 2011
1Rasio panjang jalan perjumlah kendaraan
0,16km/kend
0,14km/kend
0,14km/kend
0,13km/kend
0,13km/kend
2Jumlah orang/barang melaluiterminal per tahun
5.303.785 5.584.375 5.611.705 5.705.876 5.641.029
Sumber : Dinas Hubkominfo, 2011 ,
2. Sarana Perekonomian
Jumlah restoran di Kabupaten Sleman lebih sedikit dibandingkan
dengan jumlah rumah makan. Pada tahun 2007, persentase jumlah
restoran sebesar 20,98%, sedangkan jumlah rumah makan sebesar
79,02%. Pada tahun 2011, persentase jumlah restoran mengalami kenaikan
menjadi 21,21%, sedangkan prosentase jumlah rumah makan menjadi
78,79%.
Persentase jumlah penginapan di Kabupaten Sleman terbesar adalah
pondok wisata, yaitu sebesar 64,93% pada tahun 2007, meningkat pada
tahun 2008 menjadi 66,49%. Pada tahun 2009 jumlah pondok wisata turun
menjadi 63,78% dan turun lagi menjadi 61,43% pada tahun 2010.
Penurunan jumlah pondok wisata pada tahun 2010 ini lebih disebabkan
karena dampak erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010 dimana sebagian
besar pondok wisata berlokasi di kecamatan Cangkringan. Sementara pada
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 71
tahun 2011 jumlah pondok wisata menjadi 60,20%. Persentase hotel melati
di Kabupaten Sleman sebesar 31,01% pada tahun 2007 menjadi 34,76%
pada tahun 2011. Demikian juga jumlah hotel berbintang di Kabupaten
Sleman pada tahun 2007 sebesar 4,06% menjadi 5,04% pada tahun 2011.
Persentase tersebut dapat dilihat pada tabel 2.58:
Tabel 2.58Persentase Jumlah Restoran dan Hotel Menurut Jenis
Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman
NO IndikatorTahun
2007 2008 2009 2010 2011
1 Jenis dan jumlah restoran
- restoran (%)
- rumah makan (%)
20,98
79,02
20,65
79,35
21,49
78,51
20,00
80,00
21,21
78,79
2 Jenis dan Jumlah hotel
- hotel berbintang (%)
- hotel melati (%)
- pondok wisata (%)
4,06
31,01
64,93
3,75
29,76
66,49
3,78
32,43
63,78
4,13
34,44
61,43
5,04
34,76
60,20
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, 2011
3. Jaringan Listrik
Energi listrik sudah menjadi kebutuhan setiap orang dan pemenuhan
kebutuhan listrik menjadi salah satu faktor penting dalam menentukan
keberhasilan pembangunan di Kabupaten Sleman. Data rasio elektrifikasi
belum tersedia.
2.1.4.3. Fokus Iklim Berinvestasi
Keamanan, ketertiban dan penanggulangan kriminalitas merupakan
salah satu prioritas untuk mewujudkan stabilitas penyelenggaraaan
pemerintahan terutama di daerah. Pemerintahan Daerah dapat
terselengggara dengan baik apabila pemerintah dapat memberikan rasa
aman kepada masyarakat, menjaga ketertiban dalam pergaulan masyarakat
serta menanggulangi kriminalitas.
Kondisi yang kondusif (aman dan tertib) suatu wilayah merupakan salah
satu syarat untuk menarik investasi disamping prosedur dan proses
perijinan yang tepat waktu. Menurunnya angka kriminalitas dan jumlah
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 72
demo serta lebih singkatnya waktu penyelesaian perijinan diharapkan dapat
mendukung iklim investasi di Kabupaten Sleman.
Upaya untuk menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif merupakan
tantangan yang cukup berat bagi Pemerintah Kabupaten Sleman, karena
menyangkut beberapa peraturan baik di tingkat pusat maupun daerah.
Perbaikan iklim, investasi perlu dilakukan pemerintah daerah untuk
menyikapi perbaikan di bidang peraturan perundang-undangan di daerah,
perbaikan pelayanan, dan penyederhanaan birokrasi. Kondisi iklim investasi
dapat dilihat pada tabel 2.59:
Tabel 2.59Indikator Iklim Investasi
Tahun 2007-2011 Kabupaten Sleman
NO IndikatorTahun
2007 2008 2009 2010 2011
1 Angka kriminalitas 12,88 11,36 16,30 12,08 6,63
2 Jumlah demo 62 100 77 56 9
3 Lama proses perijinan 13,8 hr 13,8 hr 13,8 hr 11,6 hr 11,6 hr
4Jumlah dan macam pajak dan retribusidaerah
34 37 38 39 39
5 Jumlah Perda yang mendukung iklim usaha 2 2 2 2 2
Sumber : data diolah dari berbagai sumber, 2011.
2.1.4.4. Fokus Sumber Daya Manusia
Masalah angkatan kerja adalah masalah yang perlu mendapat perhatian
besar dalam melakukan perencanaan pembangunan karena di dalam
kelompok angkatan kerja terdapat kelompok penduduk yang bertindak
sebagai pelaku ekonomi. Semakin besar jumlah tenaga kerja di dalam
suatu daerah, semakin besar penawaran tenaga kerjanya. Apabila hal ini
tidak diikuti dengan peningkatan permintaan tenaga kerja (kesempatan
kerja) maka akan jadi pengangguran. Disamping itu, semakin besar jumlah
tenaga kerja maka semakin besar kapasitas penduduk usia kerja untuk
menopang penduduk usia tidak produktif, sebagai nilai rasio
ketergantungan akan cenderung menurun, namun ini memerlukan jumlah
kesempatan kerja yang mencukupi.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 73
1. Ketenagakerjaan
Rasio ketergantungan atau angka beban tanggungan penduduk
Kabupaten Sleman tahun 2007 mencapai angka 39%, ini berarti bahwa
setiap 100 orang yang berusia produktif harus menanggung kurang lebih 39
orang usia belum produktif (usia 0-14 tahun) dan usia tidak produktif (65
keatas) demikian juga di Tahun 2011 rasio ketergantungan mencapai angka
.41,75% berarti setiap 100 orang berusia produktif harus menanggung
kurang lebih 41 usia belum produktif dan usia tidak produktif. Kondisi ini
dapat dilihat pada tabel 2.60:
Tabel 2.60Angka Beban Tanggungan Penduduk Tahun 2007-2011
Kabupaten Sleman
TahunPenduduk Kelompok Umur Rasio Ketergantungan (%)
0-14 tahun 15-64 tahun ≥ 65 tahun Anak Lansia Total
2007 208.992 734.048 83.664 28 11 39
2008 212.191 727.910 100.118 29 14 43
2009 198.399 782.624 72.542 25 9 34
2010 238.931 771797 83.294 21,84 7,61 41,75
2011 233.635 796.085 53.277 29,35 6,69 36,04
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman, 2011
2.2. Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD sampai Tahun
Berjalan dan Realisasi RPJMD
Rencana Kerja Pembangunan Daerah, merupakan rencana pembangunan
yang diaktualisasikan dalam kebijakan dan program tahunan, dengan
memanfaatkan seluruh sumber daya pembangunan di daerah, dan tetap
memperhatikan konsistensi perencanaan jangka menengah dan jangka
panjang. Untuk menilai kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah, yang
diimplementasikan dalam RKPD dilakukan melalui proses evaluasi kinerja
pembangunan daerah. Melalui evaluasi kinerja pelaksanaan pembangunan
akan dihasilkan informasi kinerja yang dapat menjadi masukan bagi proses
perencanaan dan penganggaran yang didukung oleh ketersediaan informasi
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 74
dan data yang lebih akurat. Dengan demikian, program pembangunan menjadi
lebih efisien, efektif, disertai dengan akuntabilitas pelaksanaannya yang jelas.
Oleh karena itu, evaluasi kinerja kebijakan dan program, merupakan bagian
penting untuk menilai pencapaian program dan kegiatan terhadap tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan, yang pada gilirannya menjadi bahan masukan
bagi penyusunan rencana kebijakan dan program selanjutnya. Dalam hal
evaluasi terhadap rencana kerja Tahun 2011, fokus penilaian kinerja kebijakan
dan program pembangunan Tahun 2011 adalah pada penilaian capaian target
terhadap realisasi rencana pembangunan tahunan daerah yang didukung oleh
sumber dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten
Sleman. Adapun hasil evalusi tersebut dituangkan berdasarkan capaian kinerja
program dan kegiatan pada urusan wajib dan urusan pilihan.
a. Urusan Wajib Pendidikan
Urusan Pendidikan dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan, Pemuda dan
Olahraga. Tahun 2011 alokasi anggaran untuk penyelenggaraan urusan
pendidikan sebesar Rp 156.972.282.230 realisasi Rp 111.452.634.013 atau
71%. Anggaran tersebut dipergunakan untuk membiayai sebanyak 11 program
dan 87 kegiatan dengan tingkat capaian kinerja kegiatan rata-rata 103,77%.
Realisasi anggaran yang hanya 71% lebih disebabkan pada pelaksanaan
kegiatan DAK yang tidak bisa terserap karena terkendala dengan Juknis yang
datangnya di penghujung tahun anggaran, sehingga tidak mungkin
dilaksanakan menyebabkan sisa anggaran cukup besar, karena anggaran DAK
kurang lebih 50 milyar hanya mampu diserap kurang lebih 8 milyar.
Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2011 masih ditemui
berbagai permasalahan, yaitu :
1) Masih terdapatnya pendidik yang belum memenuhi standar kualifikasi
S1/DIV yaitu untuk SD 41,01%, SMP 27,01%, SMA/SMK 10,65%. Hal ini
disebabkan antara lain guru pada jenjang SD/SMP sebagian besar
berpendidikan SPG dan D2 dan sebagian besar masih dalam tahap
menyelesaikan pendidikan.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 75
2) Masih terdapat anak-anak yang putus sekolah pada jenjang SD/MI 40
orang, SMP/MTs 32 orang, SMA/SMK/MA 74 orang dikarenakan antara lain
faktor ekonomi, orang tua, pernikahan dini dan bekerja.
3) Masih terdapat fasilitas pendidikan TK, SD, SMP, SMA/SMK yang ruang
kelasnya rusak berat, SD/MI : 7,7%, SMP/MTs : 27,01% dan SMA/SMK :
10,65%.
b. Urusan Wajib Kesehatan
Pelaksanaan program dan kegiatan pada urusan kesehatan pada tahun
2011 telah mampu mendukung upaya peningkatan kesehatan masyarakat.
Capaian indikator pembangunan kesehatan mampu melebihi capaian propinsi
maupun nasional.
SKPD penyelenggara urusan kesehatan adalah Dinas Kesehatan, Rumah
Sakit Umum Daerah (RSUD) Sleman dan RSUD Prambanan.
Alokasi anggaran tahun 2011 untuk penyelenggaraan urusan kesehatan
sebesar Rp 65.566.459.297 realisasi Rp 58.077.686.073 atau 88,58%.
Anggaran tersebut dipergunakan untuk membiayai 31 program dan 78 kegiatan
dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan 89,86%
Capaian berbagai program dan kegiatan mampu mendukung upaya
peningkatan kesehatan masyarakat, antara lain :
1) Usia Harapan Hidup (UHH) yang mencapai 75,76 tahun.
2) IPKM mencapai urutan ke-7 nasional berdasarkan hasil riskesdas tahun
2010.
3) Derajad kesehatan masyarakat diatas rata-rata pencapaian nasional.
Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2011 masih ditemui
berbagai permasalahan, yaitu :
1) Masalah tingginya jumlah penderita HIV/AIDS
Dari data register kasus HIV/Aids sejak tahun 2004 sampai akhir 2011
jumlah penderita HIV/AIDS yang berdomisili di Kabupaten Sleman 134
orang dengan 143 HIV dan 142 AIDS jenis kelamin laki-laki 186 orang,
perempuan 90 orang. Status penderita yang hidup 246 orang dan 30
orang meninggal. Faktor resiko dari penderita adalah pengguna
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 76
narkoba suntik (Penasun) 77 orang (27,89%), heteroseksual 138
kasus (50%), perinatal 6 kasus (2,17%), homoseksual 11 kasus
(3,98%), tranfusi 1 kasus (0,36%), tidak diketahui 40 kasus.
Kegiatan penanggulangan HIV/AIDS masih banyak dibiayai dari
sumber non APBD yaitu dari Proyek Global Fund seperti pelayanan
Voluntary Conselling and Testing (VCT), pengobatan ARF di RS dan
penyediaan reagen, kegiatan Prevention Maternal transmited Care
Treatment (PMTCT), pendampingan tenaga ahli HIV/AIDS penyediaan
sarana promosi dsb.
2) Terjadinya kasus Leptospirosis Tahun 2011 68 kasus dengan
kematian 3 orang
3) Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) bagi seluruh lapisan
masyarakat yang belum optimal sehingga masih ditemukan penyakit-
penyakit yang disebabkan oleh perilaku seperti diare, kanker, dsb.
4) Masih lemahnya pengendalian, monitoring dan evaluasi serta
pengawasan, penggunaan bahan alat habis pakai RSUD Sleman
sehingga terjadi pemborosan.
5) Kurang memadainya sarana dan prasarana RSUD Prambanan.
6) Belum idealnya rasio bidan dengan penduduk.
7) Belum mencukupinya rasio dokter dengan penduduk di Puskesmas,
Pustu dan RSUD Sleman/Prambanan.
c. Urusan Wajib Pekerjaan Umum
Pelaksanaan program dan kegiatan urusan pekerjaan umum telah mampu
meningkatkan kualitas maupun kuantitas prasarana jalan, jembatan, dan
irigasi.
SKPD penyelenggara urusan pekerjaan umum adalah Dinas Pekerjaan
Umum dan Perumahan dan Dinas Sumber daya Air, Energi dan Mineral
Kabupaten Sleman. Alokasi anggaran tahun 2011 untuk penyelenggaraan
urusan pekerjaan umum sebesar Rp60.424.290.552 realisasi
Rp57.229.025.620,07 atau 94,71%. Anggaran tersebut dipergunakan untuk
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 77
membiayai 17 program dan 66 kegiatan dengan rata-rata capaian kinerja
kegiatan sebesar 95,65%.
Capaian berbagai program dan kegiatan mampu mendukung upaya
peningkatan infrastruktur daerah, antara lain; prasarana jalan, jembatan, irigasi,
pengelolaan air minum, air limbah, gedung pemerintah, dan infrastruktur
pedesaan.
Pelaksanaan program dan kegiatan pada urusan pekerjaan umum sampai
dengan tahun 2011, masih menghadapi beberapa permasalahan, yaitu :
1. Laju tingkat kerusakan jalan dan jembatan tidak seimbang dengan
ketersediaan dana APBD, terlebih akibat bencana erupsi Merapi.
Sebagian jalan di kawasan lokasi bencana erupsi Merapi rusak
termasuk yang telah selesai dilakukan rehabbilitasi maupun yang dilalui
kendaraan pengangkut pasir. Kendaraan berat yang digunakan untuk
normalisasi aliran sungai juga memberi sumbangan terhadap kerusakan
jalan ini.
2. Penanganan jalan dipengaruhi oleh ketersediaan aspal oleh pihak ke
tiga, sehingga dalam pelaksanaannya mengalami keterlambatan karena
menunggu jadwal penyaluran
d. Urusan Wajib Perumahan
SKPD penyelenggara urusan perumahan adalah Bidang Perumahan Dinas
Pekerjaan Umum dan Perumahan. Alokasi anggaran tahun 2011 untuk
penyelenggaraan urusan perumahan sebesar Rp5.261.904.350 realisasi
Rp5.046.736.000 atau 95,91%. Anggaran ini dipergunakan untuk membiayai 3
program dan 9 kegiatan dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan 98%.
Capaian program dan kegiatan urusan perumahan yang mampu
mendukung penyediaan sarana dan prasarana perumahan antara lain :
1) Penanganan rumah tidak layak huni sebanyak 13.054 unit.
2) Penyempurnaan fasilitas Rusunawa berupa pembangunan ipal 2 unit
dan utilitas penunjang lainnya.
3) Penataan kawasan land cosolidation dan pembuatan jalan lingkungan
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 78
4) Fasilitasi dan stimulasi pembangunan masyarakat kurang mampu
melalui stimulasi bantuan semen 12.900 zak dan bedah rumah 34 unit
rumah.
e. Urusan Wajib Penataan Ruang
SKPD penyelenggara urusan penataan ruang adalah Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah dan PUP. Alokasi anggaran tahun 2011 untuk
penyelenggaraan urusan penataan ruang sebesar Rp2.169.396000, realisasi
Rp1.726643.169 atau 79,59%. Anggaran ini digunakan untuk membiayai 3
program dengan rata-rata capaian kinerja kegaiatan sebesar 100%.
Capaian program dan kegiatan yang mampu berkontribusi pada
meningkatnya penataan ruang yaitu telah ditetapkannya 13 RDTR kecamatan
dari 17 kecamatan yang ada. 4 kecamatan yang belum memiliki RDTR adalah
Kecamatan Minggir, Tempel, Turi, dan Cangkringan.
Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2011 masih ditemui
berbagai permasalahan, yaitu :
1. Ketaatan masyarakat terhadap tata ruang, perizinan serta persyaratan
tata bangunan dan lingkungan masih rendah.
2. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sleman belum memiliki
kekuatan hukum.
3. Rencana rinci tata ruang belum mencakup seluruh Kabupaten Sleman
f. Urusan Wajib Perencanaan Pembangunan
Penyusunan berbagai dokumen perencanaan disesuaikan dengan aspirasi
dan kebutuhan masyarakat serta menjaga konsistensi antara perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan. Untuk itu model perencanaan partisipatif terus
dipertahankan dan ditingkatkan dengan maksud mengakomodir aspirasi yang
berkembang di masyarakat ke dalam berbagai program dan kegiatan tahunan
daerah.
Proses perencanaan pembangunan Kabupaten Sleman tahun 2011 dapat
dilaksanakan tepat waktu sesuai dengan siklus perencanaan. Proses
perencanaan dilakukan melalui inventarisasi, klasifikasi, sinkronisasi dan
seleksi usulan program/kegiatan yang terpadu dalam Musyawarah
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 79
Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) tingkat desa, kecamatan,
kabupaten, propinsi, dan tingkat nasional. Proses ini telah menghasilkan
perencanaan yang komprehensif, mengakomodasi berbagai kepentingan dari
para pihak, berbagai sektor dan sasaran yang bermuara pada satu tujuan yaitu
kesejahteraan masyarakat. Musrenbang tersebut menghasilkan usulan
program dan kegiatan yang berasal dari dana APBN, APBD Provinsi, APBD
kabupaten dan masyarakat.
Usulan program dan kegiatan tersebut dirangkum dalam Rencana Kerja
Pembangunan Daerah (RKPD). RKPD menjadi acuan dalam penyusunan KUA
dan PPAS. Rencana Kerja Pembangunan Daerah disusun untuk menjamin
keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan
dan pengawasan.
SKPD penyelenggara urusan perencanaan pembangunan adalah Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda). Alokasi anggaran tahun 2011
untuk penyelenggaraan urusan perencanaan pembangunan sebesar
Rp5.374.831.300 realisasi Rp4.896.624.745 atau 91,01%. Anggaran ini
dipergunakan untuk membiayai 12 program dan 43 kegiatan dengan rata-rata
capaian kinerja kegiatan sebesar 100%.
Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2011 masih ditemui
berbagai permasalahan, yaitu :
1) Diterbitkannya peraturan baru tentang pedoman perencaan daerah yang
berbeda dengan peraturan sebelumnya sehingga perlu penyesuaian-
penyesuaian yang cukup memakan waktu dan menyebabkan
keterlambatan penetapan dokumen perencanaan daerah.
2) Proses perencanaan teknokratik yang berbasis pada data sekunder dan
primer, baik dari hasil monitoring dan evaluasi maupun hasil
kajian/telahaan, dianggap masih belum memadai sehingga kekuatan
data dan informasi dalam memproyeksikan arah pembangunan
berikutnya masih lemah.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 80
g. Urusan Wajib Perhubungan
Prasarana dan sarana perhubungan yang meliputi prasarana dan sarana
lalulintas, management transportasi dan terminal merupakan potensi yang
dapat dikembangkan untuk menunjang mengoptimalkan aktivitas
perekonomian di Kabupaten Sleman.
Hasil-hasil pembangunan di bidang penerangan jalan umum tersebut
memberikan dampak positif yang signifikan dalam capaian perkembangan jalan
strategis yang terlayani lampu penerangan jalan.
Untuk menjaga agar LPJU tetap berfungsi dengan baik diperlukan
pemeliharaan LPJU. SKPD penyelenggara urusan perhubungan adalah
Sekretariat, Bidang Lalu Lintas, Bidang Sarana dan Prasarana Lalu Lintas
bidang komunikasi dan informasi dan UPTD Pengujian Kendaraan Bermotor
pada Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika. Alokasi anggaran
untuk penyelenggaraan urusan perhubungan sebesar Rp.7.190.549.500
realisasi Rp6.381.659.251 atau 87,73%. Anggaran ini dipergunakan untuk
membiayai 9 program dan 38 kegiatan dengan rata-rata capaian kinerja
kegiatan sebesar 95,02%.
Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2011 masih ditemui
berbagai permasalahan, yaitu :
1) Masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam berlalu lintas di jalan
raya.
2) Masih kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pemasangan
penerangan jalan umum yang legal..
h. Urusan Wajib Lingkungan Hidup
Pemerintah Kabupaten Sleman memberikan perhatian yang serius terhadap
pengelolaan lingkungan hidup. Hal ini didasari bahwa kualitas lingkungan yang
buruk mempengaruhi mutu generasi sekarang maupun yang akan datang.
Berbagai program dan kegiatan urusan lingkungan hidup mampu
mendukung pencapaian kualitas udara jauh di bawah ambang batas sesuai
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 maupun Keputusan Gubernur
DIY Nomor 153 Tahun 2002.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 81
Upaya-upaya yang dilakukan dalam menjaga dan melestarikan lingkungan
hidup telah mendapatkan apresiasi dengan diraihnya prestasi tingkat Nasional
Kabupaten Sleman tahun 2011 bidang lingkungan hidup yaitu Penerima
penghargaan KALPATARU katagori Pembina Lingkungan yang diterima oleh
Camat Berbah Drs. Krido Suprayitno,SE,M.Si
SKPD penyelenggara urusan lingkungan hidup adalah Kantor Lingkungan
Hidup. Alokasi anggaran untuk penyelenggaraan urusan lingkungan hidup
sebesar Rp 7.674.074.500 realisasi Rp 6.763.400.155 atau 88,13%. Anggaran
ini dipergunakan untuk membiayai 10 program dan 43 kegiatan dengan rata-
rata capaian kinerja kegiatan sebesar 107,29%.
Pemantauan dan pengujian kualitas udara dilakukan bekerjasama dengan
Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan penyakit
Menular (BBTKL-PPM) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di 26 titik pantau
padat lalu lintas dan fasilitas umum.
Dari hasil pemantauan dan pengujian kualitas udara yang dilakukan sesaat
(pengukuran 1 jam), diketahui bahwa dari 8 (delapan) parameter yang diuji
yaitu SO2, CO, NO2, O3, HC, PM10, TSP, dan Pb, terdapat satu parameter
yaitu hidro karbon (HC) di beberapa titik pemantauan, hasilnya melebihi nilai
ambang batas. Parameter yang lain masih berada di bawah nilai ambang
batas baku mutu lingkungan yang ditetapkan. Namun hasil tersebut jika
dibandingkan dengan hasil pemantauan yang dilakukan pada periode
sebelumnya relative cenderung mengalami kenaikan.
Adanya kecenderungan semakin meningnkatnya parameter kualitas udara
dimungkinkan oleh karena adanya peningkatan kepadatan arus lalu lintas yag
disertai dengan emisi gas buang dari kendaraan bermotor.
Namun dalam pelaksanaannya masih ditemui permasalahan sebagai
berikut :
1) Hilangnya keanekaragaman hayati baik flora maupun fauna di kawasan
lereng Merapi akibat terkena erupsi, sehingga peresapan air ke dalam
tanah akan sangat berkurang.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 82
2) Masih banyak terlihat adanya timbunan sampah liar di beberapa tempat
terutama sekitar bantaran sungai.
3) Meningkatnya beberapa parameter udara yaitu hidrokarbon (HC), timah
hitam dan sulfur dioksida dibeberapa lokasi pengujian. Salah satu faktor
yang berpengaruh adalah dari kegiatan transportasi.
i. Urusan Wajib Pertanahan
Upaya peningkatan tertib administrasi pertanahan terus dilakukan melalui
pendataan, pengukuran, dan pensertifikatan. Ketersediaan data terus
diupayakan dengan inventarisasi peta persil tanah kas desa sampai dengan
tahun 2011 sebanyak 4.800 bidang tanah, sedangkan untuk ploting tanah kas
desa sampai dengan tahun 2011 sebanyak 3.600 bidang tanah. Guna
kepastian status tanah kas desa dilakukan sertifikasi tanah kas desa pada
tahun 2011 sebanyak 232 bidang tanah, sehingga sampai dengan tahun 2011
tanah kas desa yang bersertifikat sebanyak 7.772 bidang tanah.
SKPD penyelenggara urusan pertanahan adalah Dinas Pengendalian
Pertanahan Daerah dengan alokasi anggaran pada tahun 2011 untuk
penyelenggaraan urusan pertanahan sebesar Rp2.801.652.500 realisasi
Rp2.753.904.828 atau 98,29%. Anggaran ini dipergunakan untuk membiayai 7
program dan 27 kegiatan dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan sebesar
104,13 %.
Permasalahan yang masih dihadapi pada pelaksanaan urusan pertanahan
adalah :
1) Pengendalian dan pengawasan terhadap pemanfaatan dan pemilikan
tanah belum optimal.
2) Implementasi Sistem Informasi Perizinan belum optimal.
j. Urusan Wajib Kependudukan dan Catatan Sipil
Sehubungan masih terdapatnya status kependudukan ganda antar
kabupaten/kota di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia serta masih
banyaknya data penduduk yang tidak akurat maka pemerintah mencanangkan
pelaksanaan program nasional Kartu Tanda Penduduk Elektronik pada tahun
2011 sebagai tindak lanjut amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 83
tentang Administrasi Kependudukan. Adapun maksud dari program nasional
tersebut adalah untuk pembentukan akurasi data kependudukan skala nasional
serta mewujudkan Nomor Induk Kependudukan tunggal bagi penduduk
Indonesia.
Penerapan Kartu Tanda Penduduk Elektronik dilaksanakan secara bertahap
pada tahun 2011 sampai dengan 2012. Pada tahun 2011 dilaksanakan di 197
Kabupaten/Kota, dimana Kabupaten Sleman merupakan salah satu dari ke 197
Kabupaten/Kota tersebut.
Pelaksanaan Program e-KTP di Kabupaten Sleman secara riil dilaksanakan
baru bulan September. Hal ini dilakukan karena pengiriman alat dari
Pemerintah Pusat terlambat sehingga pelaksanaannya juga mundur. Namun
demikian, pelaksanaan kegiatan e-KTP di Kabupaten Sleman lancar, ini
ditunjukkan dengan respon masyarakat terhadap pelaksanaan e-KTP sangat
positif, ditunjukkan dengan kehadiran masyarakat dalam pengambilan gambar
dan sidik jari di kecamatan. Sampai akhir desember 2011 perolehan target
dalam pelaksanaan e-KTP sudah mencapai 30% dari jumlah wajib KTP.
Dalam rangka mendukung program e-KTP yang harus dilaksanakan oleh
seluruh pemerintah daerah se-Indonesia selambat-lambatnya tahun 2011,
Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman menerbitkan Peraturan Bupati Sleman
Nomor 80 Tahun 2009 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Pendaftaran
Penduduk dan Catatan Sipil, yang memungkinkan warga pemohon KTP untuk
melakukan foto di kecamatan domisili atau membawa pas foto sesuai dengan
ketentuan yang ada untuk di scan (di elektonisasi). Kebijakan ini dilakukan
dengan tujuan untuk sinkronisasi dengan data SIAK dan untuk memudahkan
masyarakat membuat KTP karena tidak ada biaya tambahan untuk
pengambilan foto di kecamatan domisili, sehingga diharapkan tertib
administrasi kependudukan dapat ditingkatkan secara significant. Pelaksanaan
kegiatan e-KTP ini berjalan lancar ditunjukkan dengan respon masyarakat
terhadap pelaksanaan e-KTP sangat positif, ditunjukkan dengan kehadiran
masyarakat dalam pengambilan gambar dan sidik jari di kecamatan. Sampai
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 84
saat ini perolehan target dalam pelaksanaan e-KTP sudah 30% dari jumlah
wajib KTP (sampai dengan 30 Desember 2011)
Pada tahun 2011 kenaikan pelayanan kependudukan dan catatan sipil
terutama dalam layanan akta catatan sipil sebesar 13,91% dari 23.505 akta, di
tahun 2010 menjadi 26.774 akta di tahun 2011. Hal ini dikarenakan adanya
perpanjangan dispensasi pengurusan akta kelahiran dari Mendagri yang
memberikan dispensasi kepada penduduk yang lahir sebelum 1 Januari 2007
tidak perlu dengan penetapan pengadilan.
Pada layanan administrasi kependudukan khususnya layanan KTP naik
sebesar 15,69% dari 205.998 di tahun 2010 menjadi 238.328 di tahun 2011.
Kenaikan Layanan KK di tahun 2010 sebesar 8,6% dari 72.851 KK dan menjadi
79.122 di tahun 2011.
SKPD penyelenggara urusan kependudukan dan catatan sipil adalah Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Sleman. Alokasi anggaran tahun
2011 untuk penyelenggaraan urusan kependudukan dan catatan sipil sebesar
Rp 3.778.043.000 dengan realisasi sebesar Rp 3.655.290.217 atau 96,75%.
Anggaran ini dipergunakan untuk membiayai 5 program dan 32 kegiatan
dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan sebesar 98,75%.
Namun dalam pelaksanaannya, ada beberapa kendala yag dihadapi SKPD
penyelenggara urusan kependudukan dan catatan sipil, antara lain :
1. Keterbatasan sarana dan prasarana untuk mendukung program e- KTP
yang harus dilaksanakan paling lambat tahun 2011.
2. Ruang penyimpanan dokumen kependudukan dan catatan sipil yang
tidak memadi. Selama ini dititipkan SKPD lain sehingga seringkali
berpindah-pindah.
k. Urusan Wajib Pemberdayaan Perempuan
Pemerintah Kabupaten Sleman terus berupaya untuk meningkatkan kualitas
kehidupan dan peran perempuan serta kesejahteraan dan perlindungan anak.
Hal ini dapat dilihat dari telah dilaksanakannya berbagai kegiatan, antara lain
workshop internal lembaga pemberi layanan kepada korban kekerasan,
workshop penyusunan data kasus kekerasan berbasis gender, penyusunan
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 85
model dan tahapan pencegahan kasus kekerasan berbasis gender, workshop
penyusunan, sosialisasi peraturan perundang-undangan terkait dengan
kesetaraan dan keadilan gender, diklat peningkatan peran perempuan dalam
pengambilan keputusan, serta workshop peningkatan pelayanan untuk
kelompok difabel.
SKPD penyelenggara urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak adalah Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak pada
Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan.
Alokasi anggaran tahun 2011 untuk penyelenggaraan urusan Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak sebesar Rp725.022.500 realisasi
Rp723.493.000 atau 99,79%. Anggaran ini dipergunakan untuk membiayai 4
program dan 12 kegiatan dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan sebesar
100%.
Namun dalam pelaksanaannya masih ditemui permasalahan sebagai
berikut :
1) Masih terjadi tindak kekerasan dalam rumah tangga khususnya
terhadap perempuan dan anak.
2) Masih terjadi bias gender di masyarakat.
l. Urusan Wajib Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
Program dan kegiatan di bidang KB dapat meningkatkan jumlah peserta KB
baru sebanyak 2.833 peserta (meningkat 23,96%), sehingga pada tahun 2011
jumlah peserta KB baru mencapai 14.656 peserta. Dibandingkan dengan
jumlah pasangan usia subur (PUS) sebanyak 150.009 pasangan maka tingkat
prevalensi peserta KB aktif mencapai 78,95%, menurun 1,04% dari tahun 2010
sebesar 79,99%. Namun pencapaian ini sudah melebihi target SPM nasional
yaitu 65%. Anggaran yang berasal dari sumber dana APBN digunakan untuk
membiayai 1 program 10 kegiatan dengan nilai anggaran sebesar 414.595.000,
adapun realisasi penyerapan anggaran sebesar 414.365.000 (99,94%), dengan
pencapaian kinerja sebesar 100%. Sementara keikutsertaan pria dalam KB
pada tahun 2011 sebanyak 8.586 peserta (7,25% dari peserta KB aktif).
Sedangkan keikutsertaan KB wanita sebanyak 109.838 peserta di tahun 2011.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 86
SKPD penyelenggara urusan keluarga berencana dan keluarga sejahtera
adalah Badan Keluarga Berencana, Pemberdayaan Masyarakat dan
Pemberdayaan Perempuan. Alokasi anggaran tahun 2011 untuk
penyelenggaraan urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera sebesar
Rp1.706.881.750 dengan realisasi Rp1.655.976.482 atau 97,02%. Anggaran ini
dipergunakan untuk membiayai 13 program dan 18 kegiatan dengan rata-rata
capaian kinerja kegiatan sebesar 106,94%.
Namun dari program dan kegiatan yang sudah dilaksanakan masih ditemui
permasalahan yaitu jumlah PUS sebanyak 150.009 pasangan, yang mengikuti
program KB sebesar 118.424 (78,95%).
m. Urusan Wajib Sosial
Pelaksanaan program dan kegiatan pada urusan sosial diarahkan untuk
merealisasikan salah satu prioritas pembangunan yaitu penanggulangan
kemiskinan. Selain itu juga diarahkan pada upaya meningkatkan kesejahteraan
sosial masyarakat penyandang masalah kesejahteraan sosial, perlindungan
bayi/anak terlantar, korban kekerasan dalam rumah tangga, karang taruna,
korban bencana, lansia dan anak sekolah. Upaya yang telah dilakukan adalah
dengan pemberian bantuan, subsidi, pembinaan, pendampingan terhadap anak
panti asuhan, penyandang cacat, korban bencana, korban kekerasan, dan
lansia rawan sosial.
Penyelenggara urusan sosial adalah Bidang Sosial pada Dinas Tenaga
Kerja dan Sosial. Alokasi anggaran tahun 2011 untuk penyelenggaraan urusan
sosial sebesar Rp5.625.596.500 terealisasi sebesar Rp5.058.035.775 atau
sebesar 89,91%.
Anggaran ini dipergunakan untuk membiayai 8 program dan 20 kegiatan
dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan sebesar 100,42%.
Permasalahan yang masih dihadapi pada urusan sosial adalah:
1. Kabupaten Sleman belum mempunyai panti rehabilitasi.
2. Banyaknya lanjut usia terlantar dan Keluarga Bermasalah Sosial
Psikologi (KBSP) yang berlum tertangani.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 87
n. Urusan Wajib Tenaga Kerja
Program dan kegiatan urusan ketenagakerjaan sampai dengan tahun 2011
mampu mendukung penyerapan tenaga kerja sebanyak 3.480 dari total
angkatan kerja sebanyak 524.958 orang. Tingkat penyerapan tenaga kerja ini
menurun jika dibandingkan dengan tahun 2010 yang mencapai 90,27% dari
sejumlah 473.590 orang tenaga kerja. Jumlah orang yang bekerja juga
mengalami kenaikan sebanyak 24.029 orang dari 461.008 orang tahun 2010
menjadi 485.037 orang pada tahun 2011. Persentase angkatan kerja yang
tidak bekerja dari 12,31% pada tahun 2010 menjadi 8,23% pada tahun 2011.
(Hal ini terjadi karena adanya krisis ekonomi global yang berpengaruh pada
perekonomian nasional dan regional. Banyaknya pemutusan hubungan kerja
baik di dalam dan luar Sleman mempengaruhi total angkatan kerja yang tidak
bekerja. Disamping itu banyaknya tenaga kerja yang telah mendapat pekerjaan
tidak melaporkan diri ke Dinas Tenaga Kerja dan Sosial menyebabkan angka
pengangguran yang tercatat mengalami peningkatan).
Namun demikian jumlah perusahaan di Kabupaten Sleman mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010 tercatat sebanyak 997
perusahaan beroperasi di wilayah Kabupaten Sleman dan menjadi 1.031
perusahaan pada akhir tahun 2011. Hal ini juga berpengaruh terhadap jumlah
tenaga kerja yang terserap. Pada tahun 2010 jumlah tenaga kerja yang
terserap di perusahan-perusahaan tersebut mencapai 53.332 sedangkan pada
tahun 2011 sebanyak 56.222 orang, atau jika dipersentasekan maka akan
tercatat angka kenaikan sebesar 1,05%.
Perluasan lapangan kerja dilaksanakan melalui program pelayanan
penempatan tenaga kerja terdaftar (AKAL, AKAD, dan AKAN) dengan
dukungan peran sektor swasta dan masyarakat. Jumlah tenaga kerja terdaftar
yang bisa disalurkan pada tahun 2010 sebanyak 5.383 dan menjadi 3.480
orang pada tahun 2011. Jumlah tenaga kerja tersalurkan tersebut mencapai
angka 85,92% dari keseluruhan 4.050 orang pencari kerja pada tahun 2011.
SKPD penyelenggara urusan ketenagakerjaan adalah Bidang Tenaga Kerja
pada Dinas Tenaga Kerja dan Sosial. Alokasi anggaran tahun 2011 untuk
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 88
penyelenggaraan urusan ketenagakerjaan sebesar Rp 2.880.893.020 dengan
realisasi Rp2.612.668.464 atau sebesar 90,68%. Anggaran ini dipergunakan
untuk membiayai 7 program dan 41 kegiatan dengan rata-rata capaian kinerja
kegiatan sebesar 100,94%.
Namun dalam pelaksanaannya masih ditemui permasalahan sebagai
berikut :
1. Terbatasnya kesempatan/lowongan kerja menyebabkan rendahnya
tingkat penyerapan tenaga kerja dan tingginya angka pengangguran.
Hal ini didukung oleh kondisi ekonomi regional, nasional maupun global
yang tidak menguntungkan. Warga asal Sleman yang di PHK kemudian
kembali ke wilayah Kabupaten Sleman, sehingga menambah jumlah
angka penganggur.
2. Kualitas pencari kerja yang kurang memadai sehingga tidak mampu
memenuhi permintaan lowongan kerja.
o. Urusan Wajib Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
Pembangunan koperasi dan usaha kecil menengah memiliki potensi yang
besar dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat. Peranan koperasi sebagai
sokoguru perekonomian dan pengembangan usaha mikro, kecil, dan
menengah terbukti lebih mampu bertahan dalam menghadapi krisis ekonomi.
Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) memiliki potensi yang besar dan
strategis dalam meningkatkan aktifitas ekonomi daerah sekaligus mendorong
pemerataan pendapatan yang lebih baik. Kegiatan UMKM yang tersebar luas di
seluruh wilayah Kabupaten Sleman berperan besar dalam penyerapan tenaga
kerja dan pembentukan PDRB Kabupaten Sleman.
Pelaksanaan program dan kegiatan di bidang koperasi mampu
meningkatkan jumlah lembaga, anggota dan volume usaha koperasi.
SKPD penyelenggara urusan koperasi, usaha kecil dan menengah adalah
Bidang Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah pada Dinas Perindustrian,
Perdagangan, dan Koperasi. Alokasi anggaran tahun 2011 untuk
penyelenggaraan urusan koperasi, usaha kecil dan menengah sebesar
Rp1.359.581.500,00 realisasi Rp1.217.773.884,00 atau 89,57%. Anggaran ini
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 89
dipergunakan untuk membiayai 8 program dan 30 kegiatan dengan rata-rata
capaian kinerja kegiatan sebesar 104,18%.
Namun dalam pelaksanaannya masih ditemui permasalahan yaitu belum
kompetitifnya sebagian koperasi local sehingga ketika muncul kantor cabang
kegiatan simpan pinjam koperasi yang berasal dari luar Kabupaten Sleman
dikhawatirkan akan menjadi pesaing bagi koperasi-koperasi local, mengingat
koperasi-koperasi tersebut dari aspek manajemen dan permodalan lebih kuat
dan keberadaan koperasi tersebut menyulitkan dalam hal pengawasan..
p. Urusan Wajib Penanaman Modal
Pemerintah Kabupaten Sleman terus berupaya memperbaiki iklim usaha
dan investasi di Kabupaten Sleman, baik melalui perbaikan pelayanan
perizinan, penyederhanaan prosedur perizinan, perbaikan regulasi, maupun
menciptakan suasana yang kondusif bagi pengembangan investasi.
SKPD penyelenggara urusan penanaman modal adalah Kantor
Penanaman, Penguatan dan Penyertaan Modal. Alokasi anggaran tahun 2011
untuk penyelenggaraan urusan penanaman modal sebesar Rp1.147.285.500
realisasi Rp1.081.977.761 atau 94,31%. Anggaran ini dipergunakan untuk
membiayai 7 program dan 31 kegiatan dengan rata-rata capaian kinerja
kegiatan sebesar 108,33%.
Namun dalam pelaksanaannya masih ditemui permasalahan sebagai
berikut :
1. Pelayanan perijinan kepada investor belum sesuai dengan konsep
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dan pelayanan pra investasi oleh
masyarakat dan aparat belum terkondisi dengan baik.
2. Masih adanya sebagian masyarakat yang belum melunasi kewajiban
kreditnya secara tepat waktu sesuai komitmen
q. Urusan Wajib Kebudayaan
Pemerintah Kabupaten Sleman terus mendorong pelestarian budaya yang
hidup di masyarakat sebagai upaya mempertahankan nilai-nilai luhur budaya
bangsa yang antara lain tercermin dalam upacara adat dan tradisi merti
dusun/desa yang masih dilestarikan oleh masyarakat di Kabupaten Sleman.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 90
Dalam bidang kesenian, diupayakan pelestarian dan pengembangan
berbagai seni budaya lokal maupun nasional. Kegiatan dilakukan melalui
berbagai pembinaan kelompok-kelompok kesenian antara lain Pembinaan
group kesenian Jathilan untuk pentas seni di ODTW, Pembinaan group
kesenian Elektone untuk pentas seni di ODTW dan Pembinaan dan
pelaksanaan kegiatan Festival Kethoprak tingkat Kabupaten maupun Propinsi.
Penyelenggara urusan Kebudayaan adalah Bidang Peninggalan Budaya,
Nilai, dan Tradisi dan Bidang Kesenian Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.
Alokasi anggaran tahun 2011 untuk penyelenggaraan urusan kebudayaan
sebesar Rp.1.853.377.000 realisasi Rp.1.788.515.869 atau 96,50%. Anggaran
ini dipergunakan untuk membiayai 7 program dan 10 kegiatan dengan rata-rata
capaian kinerja kegiatan sebesar 99,71%.
Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2011 masih ditemui
berbagai permasalahan, yaitu :
1. Masih terdapat pandangan bahwa upacara adat adalah milik pemerintah
sehingga dalam pelaksanaannya sering menunggu atau tergantung
pada pemerintah.
2. Masih kurangnya sarana dan prasarana pendukung upaya pelestarian
dan pengembangan kebudayaan di tingkat kecamatan.
3. Materi budaya dalam pendidikan sekolah masih kurang mendapat porsi
yang cukup.
4. Kurangnya penghargaan/apresiasi terhadap para pelaku budaya.
r. Urusan Wajib Kepemudaan dan Olahraga
Pelaksanaan urusan kepemudaan dan olahraga melalui berbagai program
dan kegiatan diarahkan untuk meningkatkan peran serta pemuda dalam
pembangunan serta membudayakan olah raga di masyarakat. Pemerintah
Kabupaten Sleman terus berupaya meningkatkan pembinaan kepada generasi
muda maupun meningkatkan prestasi di bidang olah raga.
SKPD penyelenggara urusan kepemudaan dan olahraga adalah Bidang
Pemuda dan Olahraga Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga. Alokasi
anggaran untuk penyelenggaraan urusan kepemudaan dan olahraga sebesar
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 91
Rp1.151.071.000 realisasi Rp1.060.159.250 atau 92,10%. Anggaran ini
dipergunakan untuk membiayai 6 program dan 11 kegiatan dengan rata-rata
capaian kinerja kegiatan sebesar 95,89%.
Pencapaian program dan kegiatan urusan kepemudaan dan olahraga tahun
2011 didukung oleh sarana dan prasarana serta kinerja aparat. Berbagai
program dan kegiatan di atas mampu meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam bidang kepemudaan dan olahraga. Sarana dan prasarana olahraga
yang merata di seluruh wilayah menjadi pendukung hal ini. Beberapa sarana
olahraga yang berada di wilayah Kabupaten Sleman memiliki standar nasional
maupun internasional misalnya Stadion Sepakbola Maguwoharjo, Stadion UNY
dan GOR UNY.
Permasalahan yang dihadapi oleh urusan Kepemudaan dan Olah Raga
pada tahun 2011 antara lain :
1) Menurunnya loyalitas atlit terhadap daerah yang berpengaruh pada
penurunan prestasi olah raga di tingkat regional dan nasional..
2) Masih tingginya kasus NAPZA di kalangan pemuda.
s. Urusan Wajib Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
Keberhasilan pelaksanaan urusan kesatuan bangsa dan politik dalam
negeri tercermin dengan kondisi kehidupan sosial politik di wilayah Kabupaten
Sleman yang kondusif. Pada tahun 2010, pelaksanaan pemilihan kepala
daerah dan wakil kepala daerah secara langsung serta pelantikan kepala
daerah dan wakil kepala daerah berjalan dengan lancar. Hal tersebut tidak
terlepas dari peran pemerintah daerah dan peran serta masyarakat dalam
memberikan dukungan pelaksanaan pemilukada.
Upaya-upaya terus dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Sleman
dalam menjaga stabilitas dengan terus meningkatkan pengetahuan,
pemahaman wawasan kebangsaan, dan pemantapan ideologi bagi aparat dan
tokoh masyarakat serta dengan meningkatkan kerja sama dengan instansi
terkait yang bertanggung jawab terhadap masalah keamanan dan ketertiban di
wilayah.
Dalam mengantisipasi potensi kerawanan sosial politik telah diupayakan
langkah-langkah monitoring, deteksi dini dan pencegahan dini melalui forum
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 92
kewaspadaan dini masyarakat serta mengefektifkan kinerja Komunitas Intelijen
Daerah (KOMINDA) yang anggotanya adalah dari unsur Pemerintah Daerah,
KODIM, Polres, Kejaksaan Negeri dan BIN. Disamping itu upaya lain yang
ditempuh untuk cara deteksi dini dan cegah dini wilayah yang berpotensi
menimbulkan konflik, khususnya SARA dilakukan dengan melibatkan tokoh
agama dan melalui Forum Kerukunan Umat Beragama.
Pencegahan timbulnya gangguan keamanan secara umum dilakukan
melalui pengamanan kegiatan penting seperti pada saat pemilihan kepala
desa, patroli sambang desa, pengamanan hari besar, serta pelatihan
penanggulangan huru hara.
Penyelenggara urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri adalah
Bidang Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat pada Badan Kesatuan
Bangsa, Perlindungan Masyarakat dan Penanggulangan Bencana. Alokasi
anggaran tahun 2011 untuk penyelenggaraan urusan Kesatuan Bangsa dan
Politik Dalam Negeri sebesar Rp5.980.903.470 dan terealisasi sebesar
Rp5.679.305.427 atau 94,95%. Anggaran ini dipergunakan untuk membiayai
10 program dan 57 kegiatan dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan sebesar
96,12%.
Permasalahan yang dihadapi adalah masih tingginya kasus-kasus tindakan
kriminal dan penyalahgunaan narkoba di wilayah Kabupaten Sleman.
Permasalahan di urusan Kesatuan Bangsa Dan Politik Dalam Negeri antara
lain:
1) Semakin beragamnya modus operandi yang dilakukan para pelaku
kejahatan
2) Adanya indikasi meningkatnya kejahatan dengan menggunakan
teknologi berbasis IT (cyber crime)
3) Belum meratanya jumlah penduduk mandiri mitigasi dan relawan di
lokasi bencana
t. Urusan Wajib otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi
Keuangan Daerah, Perengkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian.
Penyelenggaraan pemerintahan di Kabupaten Sleman perlu selalu
ditingkatkan dalam rangka memenuhi tuntutan masyarakat akan transparansi
dan akuntabilitas, masih kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 93
penyelenggaraan pemerintahan, dan kurangnya kesadaran dan ketaatan
masyarakat pada hukum.
Penyelenggaraan urusan otonomi daerah, pemerintahan umum administrasi
keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian dan persandian serta hasil
perkembangan penyelenggaraan dapat disampaikan sebagai berikut:
1) Otonomi daerah dan pemerintahan umum
Penyelenggaraan pemerintahan pada tahun 2011 masih difokuskan
pada upaya peningkatan kapasitas organisasi perangkat daerah dalam
pelayanan masyarakat, meningkatkan transparansi dan akuntabilitas kinerja
pemerintah daerah dan meningkatkan kesadaran dan penegakan hukum
melalui produk hukum, sosialisasi, pelayanan hukum hingga penindakan
pelanggaran hukum.
Pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan umum pada manajemen
pemerintahan umum telah menghasilkan produk hukum dengan
optimalisasi proses penyusunan antara lain melalui public hearing dan
konsultasi pakar.
Pembentukan produk hukum daerah dilakukan sebagai tindaklanjut
peraturan perundang-undangan dan dalam rangka mengakomodasi
kebutuhan perkembangan sosial kemasyarakatan. Maksud perumusan
produk hukum daerah adalah untuk memberikan kepastian hukum bagi
masyarakat dan aparat dalam kerangka penyelenggaraan pemerintahan.
Upaya pemasyarakatan produk hukum senantiasa dilakukan agar
masyarakat mengetahui dan memahami regulasi yang berlaku.
Pemerintah Kabupaten Sleman berupaya meningkatkan kualitas
kehidupan sosial kemasyarakatan dan keagamaan melalui
penyelenggarakan sarasehan kerukunan umat beragama dan pembinaan
Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB). Sebagai perwujudan
transparansi informasi kepada masyarakat Pemerintah Kabupaten Sleman
telah mengembangkan layanan informasi kepada masyarakat berbasis
SMS (Short Massage Service), publikasi kebijakan Pemerintah Kabupaten
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 94
Sleman melalui dialog interaktif, publikasi di media massa dan penerbitan
buku dan majalah.
Kebijakan tersebut diharapkan mampu mengakomodasi aspirasi
masyarakat dalam setiap kebijakan pemerintah daerah. Dalam rangka tertib
administrasi wilayah perbatasan telah dilakukan penegasan batas wilayah
perbatasan melalui pemasangan dan pemeliharaan patok batas. Kebijakan
ini sangat strategis untuk pengamanan potensi di wilayah perbatasan, serta
pembakuan nama rupa bumi melalui penyusunan data base toponimi dan
gazetir di seluruh wilayah kecamatan. Jumlah pilar batas daerah antar
kabupaten/kota yang telah dipasang sebanyak 388 buah, batas daerah
dengan kabupaten/kota lain yang telah ditetapkan menjadi Permendagri
sebanyak 4 buah. Sedangkan jumlah pilar batas daerah antar kecamatan
dalam kabupaten sebanyak 59 buah, dan jumlah pilar batas desa dalam
kecamatan dalam kabupaten sebanyak 27 buah.
2) Perangkat Daerah
Dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah
mengimplementasikan organisasi perangkat daerah sebagaimana
ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 12 Tahun
2011 tentang perubahan atas Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2009
tentang Organisasi Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Sleman.
Melalui organisasi perangkat daerah yang dibentuk tersebut diharapkan
mampu meningkatkan kinerja pelayanan pemerintah daerah. Peningkatan
kinerja organisasi perangkat daerah terus diupayakan secara
berkesinambungan diantaranya dengan penentuan target kinerja organisasi
perangkat daerah. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat pencapaian
kinerja dan hasilnya digunakan sebagai dasar pemberian penghargaan
kepada instansi.
3) Administrasi Keuangan Daerah dan Kekayaan Daerah
Pengelolan keuangan daerah antara lain dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan anggaran daerah melalui kegiatan ekstensifikasi dan intensifikasi
pendapan daerah. Kegiatan ini mampu meningkatkan pendapatan asli
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 95
daerah sebesar 39,03% dari Rp163.044.777.670,77 pada tahun 2010
menjadi Rp226.686.250.221,47 pada tahun 2011. Kenaikan dapat dicapai
melalui kegiatan-kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi sumber-sumber
pendapatan daerah.
Pengembangan pengelolaan keuangan daerah antara lain ditempuh
melalui penerapan Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah,
pengelolaan dana perimbangan, dan penyempurnaan standarisasi harga
barang dan jasa. Upaya peningkatan transparansi pengelolaan keuangan
daerah dilaksanakan melalui media massa dan website Pemerintah
Kabupaten Sleman, serta penyusunan annual report terhadap laporan
keuangan setelah diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan. Untuk
mendukung upaya peningkatan ekonomi dalam kerangka pemberdayaan
masyarakat telah dilakukan analisis kelayakan modal, pengendalian kredit
dana penguatan modal, rekonsiliasi modal, dan evaluasi dana penguatan
modal, serta pengembangan dan pemeliharaan sistem akuntansi dan
komputerisasi pengguliran dana.
Untuk mendukung tertib administrasi asset daerah, pemerintah
melakukan pengendalian asset daerah pada 46 instansi berupa
pembenahan penatausahaan aset melalui pengolahan data hasil sensus
barang daerah, pelatihan pengurusan barang daerah, dan pembenahan
administrasi mutasi asset. Sedangkan untuk mendukung kelancaran
pelayanan publik telah dilakukan pengadaan berbagai barang daerah.
4) Kepegawaian
Pengelolaan kepegawaian dilaksanakan dengan mengacu pada pola
merit dan pola karier. Sistem ini dilakukan untuk mengantisipasi
ketidaksesuaian antara formasi jabatan struktural yang terbatas dengan
banyaknya calon yang tersedia dan untuk menjamin kualitas sumber daya
manusia. Hal ini ditunjang dengan penerapan Peraturan Daerah Kabupaten
Sleman Nomor 12 Tahun 2011 tentang perubahan atas Peraturan Daerah
Nomor 9 Tahun 2009 tentang Organisasi Perangkat Daerah Pemerintah
Kabupaten Sleman yang mempunyai efek dalam hal pengisian jabatan
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 96
struktural dan penataan pegawai. Uji kompetensi pegawai calon pejabat
merupakan penjabaran konkrit dari sistem tersebut.
Peningkatan profesionalisme pegawai antara lain diupayakan melalui
pengembangan jabatan fungsional. Hingga saat ini di Pemerintah
Kabupaten Sleman terdapat 39 jenis jabatan fungsional. Peningkatan
kompetensi pegawai dilakukan dengan pemberian kesempatan tugas
belajar, ijin belajar, pendidikan dan pelatihan teknis.
Pengelolaan kepegawaian dalam konteks pembinaan dilakukan melalui
sistem pemberian reward dan punishment bagi pegawai.
5) Pengawasan
Pelaksanaan pengawasan internal dilakukan oleh Inspektorat
Kabupaten terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah dan
pemerintahan desa yang bertujuan meningkatkan kinerja penyelenggaraan
pemerintahan daerah.
Akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dievaluasi
melalui Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)
sebagaimana ditetapkan dalam Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999
tentang Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah telah
dilaksanakan dan berhasil mendapatkan penghargaan dari Presiden melalui
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi berupa
juara 2 tingkat Nasional dari 497 Kabupaten/Kota se Indonesia.
Penyelenggara urusan otonomi daerah, pemerintahan umum,
administrasi keuangan, perangkat daerah, kepegawaian, dan persandian
dilaksanakan oleh Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Inspektorat
Kabupaten, Badan Kepegawaian Daerah, Dinas Pengelolaan Keuangan
dan Kekayaan Daerah, Kantor Pelayanan Perizinan, Satuan Polisi Pamong
Praja, Sekretariat KORPRI, Bappeda, Badan Kesbanglinmas, Dinas
Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika, Dinas Pertanian, Dinas
SDAEM, Dinas Perindagkop, Dinas Pasar, Dinas Tenaga Kerja dan Sosial,
Dinas Kesehatan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Pengendalian
Pertanahan Daerah, RSUD, dan Kecamatan.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 97
Alokasi anggaran untuk penyelenggaraan urusan otonomi daerah,
pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah,
kepegawaian dan persandian sebesar Rp96.622.778.590,- realisasi
Rp75.865.667.114,- atau 81,85%. Anggaran ini dipergunakan untuk
membiayai 23 program dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan sebesar
96,64%.
Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2011 masih ditemui
berbagai permasalahan, yaitu :
1) Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat akan pemerintahan
yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel. Disamping itu masih
kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan
ketaatan masyarakat terhadap hukum belum optimal.
2) Masih terjadinya tumpang tindih dalam pengawasan terhadap obyek
pemeriksaan oleh aparat pengawasan internal maupun eksternal.
3) Penentuan kuota penerimaan pegawai dari Pemerintah Pusat tidak
sesuai dengan kebutuhan formasi yang diusulkan.
u. Urusan Wajib Ketahanan Pangan
Pelaksanaan program kegiatan urusan wajib ketahanan pangan berjalan
optimal didukung oleh regulasi, sarana dan prasarana kerja, peran serta
masyarakat peduli pangan, pihak akademisi serta seluruh anggota dan
kelompok kerja Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten Sleman. Kebijakan
pelaksanaan urusan wajib ketahanan pangan di Kabupaten Sleman pada tahun
2007-2011 adalah membangun sektor pertanian ke arah agribisnis dengan
memperkuat sistem pertanian dalam arti luas.
Pelaksanaan berbagai program dan kegiatan tersebut mampu mendukung
keberhasilan peningkatan ketahanan pangan selama kurun waktu 5 tahun
(2007 - 2011).
Berbagai upaya dalam urusan ketahanan pangan tidak hanya berfokus
pada peningkatan ketersediaan pangan, pemerataan distribusi pangan dengan
harga terjangkau dan tercapainya pola konsumsi pangan yang aman, bergizi
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 98
dan beragam, namun juga meningkatkan peran masyarakat dan pihak swasta
dalam mendukung ketahanan pangan.
Program yang dilaksanakan telah mampu mempertahankan surplus pangan
pokok, meskipun hasil produksi dan produktivitas mengalami penurunan
dibandingkan dengan tahun 2010. Penurunan produksi dan produktivitas
disebabkan mewabahnya hama wereng coklat sebagai akibat perubahan iklim
yang sulit diprediksi di sentra produksi padi wilayah Sleman Barat dan adanya
erupsi Gunung Merapi.
Erupsi Merapi menyebabkan terjadinya kenaikan jumlah Desa Rawan
Pangan dan Gizi, khususnya di wilayah yang termasuk kawasan terkena
langsung erupsi Merapi yaitu di desa-desa Kecamatan Cangkringan.
Keberhasilan penyelenggaraan urusan wajib ketahanan pangan antara lain
dapat dilihat dari penerimaan penghargaan Adi Karya Pangan Nusantara
sebanyak 2 sub kategori dan penghargaan ketahanan pangan tingkat Nasional
Tahun 2011 sebanyak 4 sub kategori berdasarkan SK Mentan Nomor:
4922/Kpts/KP.450/12/2011. Adapun data prestator penghargaan ketahanan
pangan Tingkat Nasional meliputi :
1. Kategori Penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara
a. Drh. Sugi Winarsih, Dokter Hewan Kecamatan Tempel.
b. Kelompok Tani Kedelai Margo Mulyo, Padukuhan Bendungan, Desa
Sumberharjo, Kecamatan Prambanan.
2. Kategori Penghargaan Ketahanan Pangan
a. Ratidjo, Tokoh pelaku usaha hortikultura Jamur, Padukuhan Niron,
Desa Pandowoharjo, Kecamatan Sleman.
b. IG. Siswiyanto, HP, Tokoh pelaku usaha Florikultua, Desa
Hargobinangun, Kecamatan Pakem.
c. Kelompok Tani Rukun, Kelompok Tani Jambu Air, Padukuhan
Krasaan, Desa Jogotirto, Kecamatan Berbah , Sleman.
d. Sriyanto, Kelompok Sidomakmur, Budidaya Tebu, Desa Tirto-martani,
Kecamatan Kalasan.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 99
e. Penghargaan Ketahanan Pangan, kategori Penyuluh Swakarsa
Teladan, atas nama H. Habudin, A.Md., Kejambon Lor, Sindumartani,
Ngemplak (Predikat Teladan).
Penghargaan Ketahanan Pangan, kategori Gapoktan Berprestasi, atas
nama Gapoktan Sidomulyo, Godean (Predikat Berprestasi). SKPD
penyelenggara urusan wajib ketahanan pangan adalah Bidang Ketahanan
Pangan dan Penyuluhan pada Dinas Pertanian dan Kehutanan. Alokasi
anggaran tahun 2011 untuk penyelenggaraan urusan wajib ketahanan pangan
sebesar Rp943.019.500 dengan realisasi Rp894.617.950 atau 94,79%.
Anggaran ini dipergunakan untuk membiayai 9 program dan 82 kegiatan
dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan sebesar 98,81%.
Dalam pelaksanaan program dan kegiatan urusan ketahanan pangan pada
tahun 2011 masih ditemui beberapa permasalahan. Secara umum
permasalahan urusan ketahanan pangan adalah sebagai berikut:
1) Aspek Ketersediaan Pangan
a) Perubahan iklim yang sulit diprediksi adanya organism pengganggu
keamanan (OPT) serta dampak erupsi Merapi berupa penurunan
luas lahan produktif, penurunan suplai air irigasi akibat banyaknya
kerusakan infrastruktur bendung dan saluran irigasi menyebabkan
penurunan populasi, produksi dan produktivitas berbagai komoditas
pertanian yang berdampak pada penurunan ketersediaan dan
cadangan pangan di Kabupaten Sleman,
b) Akses petani ke sumber permodalan masih rendah.
2) Aspek Distribusi Pangan
Sebagian besar tingkat pengelolaan kelompok lumbung pangan sebagai
lembaga pengelola cadangan pangan masyarakat sekaligus lembaga
distribusi pangan termasuk kategori sederhana.
3) Aspek Konsumsi Pangan
Berdasarkan hasil analisa SIstem Kewaspadaa Pangan dan Gizi, masih
terdapat 10 (sepuluh) desa di Kabupaten Sleman yang tergolong Rawan
pangan yaitu Glagaharjo dan Kepuharjo (Kecamatan Cangkringan),
Caturtunggal (Depok), Sendangsari (Kecamatan Minggir), Minomartani
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 100
(Kecamatan Ngemplak), Margoagung (Kecamatan Seyegan), Wukirharjo
(Kecamatan Prambanan), Caturharjo (Kecamatan Sleman), Sumberejo,
Mororejo (Kecamatan Tempel). Semua desa tersebut menjadi rawan
pangan terutama dari skor angka kemiskinannya yang tinggi.
Sebagai langkah awal untuk mengangkat kembali desa-desa tersebut
agar tidak masuk dalam daerah rawan pangan akan dilakukan kegiatan-
kegiatan penanganan daerah rawan pangan dan pengembangan Desa
Mandiri Pangan.
v. Urusan Wajib Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Implementasi kebijakan pemberdayaan masyarakat desa diwujudkan dalam
bentuk dana bantuan sosial yang meliputi bantuan organisasi kemasyarakatan
sebesar Rp13.493.100.000 bantuan gotong royong sebesar Rp2.400.000.000 ,
bantuan kepada organisasi keagamaan sebesar Rp914.350.000 serta
kelompok binaan dan mitra kerja sebesar Rp1.500.000.000.
Pemberian bantuan tersebut mampu meningkatkan dan menumbuhkan
partisipasi masyarakat. Dana Gotong royong pada tahun 2011 dapat menggali
dana partisipasi masyarakat sebesar Rp19.771.134.394 atau meningkat
sebesar 821,31% dari pemberian bantuan sebesar Rp2.400.000.000 Sesuai
amanat Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah
Nomor 72 tahun 2005 serta untuk memperkuat pelaksanaan otonomi desa
menuju demokratisasi dan kemandirian desa diberikan Alokasi Dana Desa
sebesar 10% dari Dana Alokasi Umum setelah dikurangi belanja pegawai.
Pada tahun 2011 Alokasi Dana Desa sebesar Rp1.756.577.418 mengalami
penurunan jika dibandingkan tahun 2010 sebesar Rp6.844.516.200. Hal ini
terjadi karena Dana Alokasi Umum yang diterima dari Pemerintah Pusat
mengalami penurunan dan anggaran belanja pegawai mengalami kenaikan.
Namun demikian pada tahun 2011 Pemerintah Kabupaten Sleman
meluncurkan bantuan keuangan khusus kepada desa sebesar
Rp3.071.000.000.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005, Penggunaan
Alokasi Dana Desa (ADD) diperinci untuk biaya operasional penyelenggaraan
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 101
Pemerintahan Desa sebesar 30% dan untuk pemberdayaan masyarakat
sebesar 70%. Besaran 70% dari ADD ini didistribusikan kepada warga
masyarakat untuk meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat
dalam pembangunan di tingkat desa sebagai wujud partisipasi warga dalam
proses perencanaan pembangunan.
Upaya lain untuk memberdayakan masyarakat dan pemerintah desa melalui
pemberian bagi hasil kepada pemerintah desa. Penggunaan dana bagi hasil
kepada pemerintah desa adalah untuk memberikan stimulan pembangunan di
tingkat padukuhan dan penyelenggaraan pemerintahan desa.
Selain dana yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah,
pemberdayaan masyarakat juga mendapatkan dana Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara melalui PNPM Perkotaan dan PNPM Perdesaan. PNPM
Perkotaan dari APBN sebesar Rp12.425.000.000 dengan dana pendampingan
dari APBD sebesar Rp550.000.000 yang ditujukan bagi 75 desa di 15
Kecamatan berupa bantuan langsung masyarakat kepada 75 BKM. PNPM
Perdesaan dari APBN sebesar Rp7.862.565.000 untuk Kecamatan Prambanan
dan Kecamatan Cangkringan dan dana pendampingan dari APBD sebesar
Rp275.000.000 yang dialokasikan untuk Kecamatan Prambanan. PNPM
perdesaan digunakan untuk simpan pinjam perempuan (SPP) sebesar 25%
dan sisanya untuk kegiatan pengembangan sarana prasarana fisik, kesehatan
dan pendidikan.
Penyelenggara urusan pemberdayaan masyarakat dan desa dilaksanakan
oleh Bagian Pemerintahan Desa, Bagian Perekonomian, Bagian Kesejahteraan
Rakyat, Bagian Administrasi dan Pengendalian Pembangunan pada Sekretariat
Daerah dan Kecamatan.
Alokasi anggaran untuk penyelenggaraan sub urusan Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa Rp3.540.796.900 terealisasi sebesar Rp3.334.654.000
atau sebesar 94,18%. Anggaran ini dipergunakan untuk membiayai 4 program
dan 26 kegiatan dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan sebesar 97,62%.
Dalam pelaksanaan program dan kegiatan urusan ketahanan pangan pada
tahun 2011 masih ditemui permasalahan, yaitu: Alokasi Dana Desa sebesar
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 102
10% dari Dana Alokasi Umum setelah dikurangi belanja pegawai mengalami
penurunan dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan karena Dana Alokasi Umum
yang diterima dari Pemerintah Pusat mengalami penurunan dan anggaran
belanja pegawai mengalami kenaikan serta tidak adanya lagi bagi hasil dari
pertambangan.
w. Urusan Wajib Statistik
Pelaksanaan program kerja dan kegiatan pada urusan statistik telah dapat
dilaksanakan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari terselesaikannya
penyusunan beberapa dokumen yang bermanfaat sebagai bahan perencanaan
pembangunan maupun perumusan kebijakan pembangunan Kabupaten
Sleman.
Penyelenggara urusan Statistik adalah Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah. Alokasi anggaran untuk penyelenggaraan urusan statistik melalui
Program Pengembangan Data, Informasi, dan Statistik Daerah sebesar Rp
2.563.416.500,- realisasi Rp 2.426.800.250 atau sebesar 94,67%. Anggaran ini
dipergunakan untuk membiayai 1 program dan 11 kegiatan dengan rata-rata
capaian kinerja kegiatan sebesar 100%. Permasalahan yang dihadapi pada
urusan statistik adalah validitas data masih kurang dikarenakan pengelola data
belum berpedoman pada aturan yang sama;
x. Urusan Wajib Kearsipan
Pemerintah Kabupaten Sleman sangat memperhatikan pelaksanaan
program kerja dan kegiatan dalam urusan kearsipan. Upaya meningkatkan
efektifitas pengelolaan kearsipan pada SKPD dilaksanakan melalui pemberian
bimbingan teknis kepada para pengelola kearsipan, pembinaan kearsipan,
pendampingan kearsipan, monitoring sistem kearsipan pola baru, dan lomba
sistem kearsipan pola baru pada 46 SKPD. Penataan dan pengolahan arsip
dinamis inaktif yang dikelola oleh Kantor Arsip Daerah telah berhasil menata
739 boks, sehingga secara keseluruhan meningkat dari 5.200 boks pada tahun
2010 menjadi 5.939 boks di tahun 2011.
Penyelenggara urusan Kearsipan adalah Kantor Arsip Daerah. Pada tahun
2011, alokasi anggaran untuk penyelenggaraan urusan kearsipan adalah
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 103
sebesar Rp 872.628.000,- dengan realisasi Rp 850.091.700 atau 97,31%.
Anggaran ini dipergunakan untuk membiayai 8 program dan 28 kegiatan
dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan sebesar 99,86%. Permasalahan
yang dihadapi pada urusan kearsipan adalah:
1) Pemahaman tentang tata kelola arsip pada masing-masing SKPD
masih rendah.
2) Belum semua SKPD memiliki arsiparis.
3) Masih rendahnya kesadaran masyarakat dan birokrat tentang fungsi
dan pentingnya arsip.
4) Sarana kearsipan di depo Pemkab Sleman belum memadai.
5) Belum semua SKPD mempunyai depo arsip.
y. Urusan Wajib Komunikasi dan Informatika
Program dan kegiatan urusan komunikasi dan informatika mampu
melancarkan pelayanan telekomunikasi dan informasi antar instansi maupun
masyarakat di lingkungan Kabupaten Sleman, serta penerapan e-government
di Kabupaten Sleman.
Sistem PABX yang telah diterapkan komunikasi antar instansi dapat
dilakukan dengan lebih cepat dan efisien waktu dan biaya. Sampai tahun 2011
jumlah ektensi yang terpasang sebanyak 370 ekstensi dengan rincian analog
sebanyak 270, dan VOIP 100. Seluruh instansi di lingkungan Pemerintah
Kabupaten Sleman telah terpenuhi jaringan ekstensi, termasuk ke kecamatan
dan desa.
Pengelolaan berita yang bersifat rahasia khususnya yang menyangkut
kestabilan negara melalui persandian juga ditingkatkan. Penambahan sarana
persandian berupa storage 1 Gb dan softfware encryption standart 20 unit serta
sosialisasi masalah sandi ke 17 kecamatan akan meminimalisir kebocoran
berita.
Pengembangan infrastruktur jaringan komputer terus dilakukan yang
meliputi pengembangan jaringan komputer internal instansi (dalam instansi)
dan antar instansi. Saat ini seluruh instansi telah terhubung secara on line.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 104
Pengembangan perangkat lunak dilakukan dengan pengembangan
/penambahan perangkat lunak original yang dibutuhkan seperti MS Windows,
MS Office dsb dan penegmbangan aplikasi sistem informasi.
Pengembangan Sistem Informasi (SIM) terus dilakukan, sampai tahun 2011
telah terdapat 29 SIM. Perkembangan informatika di Kabupaten Sleman telah
mampu mendukung terwujudnya e-gov di Kabupaten Sleman.
SKPD penyelenggara urusan komunikasi dan informatika adalah Dinas
Perhubungan, Komunikasi dan Informatika. Alokasi anggaran untuk
penyelenggaraan urusan komunikasi dan informatika sebesar Rp
1.845.287.000,- realisasi Rp 1.450.259.596 atau 83,44%. Anggaran ini
dipergunakan untuk membiayai 2 program dan 4 kegiatan dengan rata-rata
capaian kinerja kegiatan sebesar 95,4%.
Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2011 masih ditemui
berbagai permasalahan, yaitu perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi yang sangat cepat kurang mampu diikuti oleh sebagian SDM, dan
ketersediaan dana.
z. Urusan Wajib Perpustakaan
Peningkatan pelaksanaan urusan perpustakaan terus dilakukan, baik
sarana prasarananya maupun peningkatan koleksi buku bacaan yang dimiliki
baik dari jumlah buku maupun judul buku. Program dan kegiatan perpustakaan
mendorong peningkatan minat baca masyarakat. Hal ini terlihat dari
perkembangan jumlah anggota, pengunjung, maupun peminjam koleksi
perpustakaan daerah. Meningkatnya minat baca ini juga telah diimbangi
dengan penyediaan koleksi yang memadai, baik dari jumlah eksemplar koleksi
maupun keragaman judul.
Dalam rangka meningkatkan persebaran perpustakaan dan peningkatan
akses terhadap buku ke masyarakat, pada tahun 2011 dilakukan pelayanan
pada kantong perpustakaan desa.
Untuk meningkatkan kelestarian perpustakaan monitoring perpustakaan
desa dan masyarakat dan bantuan pengembangan perpustakaanselain itu juga
Supervisi pembinaan dan stimulasi juga dilakukan pada perpustakaan sekolah.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 105
Berbagai perkembangan dan keberhasilan dalam pelaksanaan urusan
perpustakaan, terlihat juga berbagai prestasi yang kembali diraih selama tahun
2011, yaitu:
1. Juara II lomba perpustakaan desa tingkat provinsi oleh perpustakaan
desa “Pustaka Widya” Desa Margokaton, Seyegan, Sleman.
2. Juara harapan II lomba perpustakaan desa tingkat provinsi oleh
perpustakaan “Manca Yadara” Babarsari, Caturtunggal, Depok, Sleman.
Penyelenggara urusan perpustakaan adalah Kantor Perpustakaan Daerah.
Alokasi anggaran untuk penyelenggaraan urusan perpustakaan sebesar Rp
789.545.200 realisasi keuangan sebesar Rp 774.731.270 atau 98,34%.
Anggaran ini dipergunakan untuk membiayai 5 program dan 25 kegiatan
dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan sebesar 104,48%.
Permasalahan dalam urusan perpustakaan:
1. Belum memadainya sarana dan prasarana.
2. Kapasitas SDM terbatas.
3. Pengembangan budaya baca dan pembinaan perpustakaan yang
belum optimal.
i. Urusan Pilihan Pertanian
Program dan kegiatan urusan pertanian pada tahun 2011 mampu
mendukung produksi tanaman pangan berupa padi sawah dan ladang TPH
sebanyak 231.704 dan 1.339 ton serta mengalami surplus sebesar 30.111 dan
30.528 ton untuk pemenuhan kebutuhan beras di Kabupaten Sleman dan
kabupaten lain di Provinsi DIY. Sementara produksi mengalami penurunan
karena terjadinya serangan organisme pengganggu tanaman yang semakin
meningkat dan terjadinya perubahan iklim yang ekstrim (curah hujan sangat
tinggi). Komoditas perkebunan yang mengalami kenaikan yang signifikan
produksi adalah tembakau rakyat sebesar 65.17% terutama di Kecamatan
Ngaglik dan Sleman, dan tembakau Virginia sebesar 714,28%.
Produksi telur, susu dan daging pada tahun 2011 mengalami penurunan.
Banyaknya ternak yang mati di wilayah sentra produksi susu dan telur
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 106
(Cangkringan dan Pakem) karena erupsi Merapi menyebabkan penurunan
produksi komoditi tersebut.
Penguatan modal bagi kelompok tani dilakukan sebagai upaya mendukung
pemberdayaan kelompok tani dan meningkatkan produktivitas pertanian.
Penyelenggara urusan pertanian adalah Bidang Tanaman Pangan dan
Hortikultura, Bidang Peternakan dan Bidang Kehutanan dan Perkebunan pada
Dinas Pertanian. Alokasi anggaran tahun 2011 untuk penyelenggaraan urusan
pertanian terdiri dari bidang tanaman pangan dan hortikultura, peternakan dan
perkebunan sebesar Rp 4.362.604.393 realisasi Rp 3.928.848.050 atau
90,06%. Anggaran ini dipergunakan untuk membiayai 9 program dan 38
kegiatan dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan sebesar 99,53%.
Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2011 masih ditemui
berbagai permasalahan, yaitu:
1. Produksi dan produktivitas pertanian khususnya tanaman pangan
mengalami penurunan.
2. Kesulitan air akibat timbunan lahar dingin di saluran masuk selokan
mataram.
j. Urusan Pilihan Kehutanan
Erupsi merapi yang terjadi pada akhir tahun masih berdampak pada
peningkatan luas lahan kritis. Pada tahun 2010 tercatat 7.265,5 ha menjadi
6.695,51 ha pada tahun 2011, luas hutan rakyat dari 3.327,4 ha pada tahun
2010 menjadi 3.977,4 ha pada tahun 2011..
Penyelenggara urusan Kehutanan adalah Bidang Kehutanan dan
Perkebunan pada Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan. Alokasi
anggaran tahun 2011 untuk penyelenggaraan urusan kehutanan sebesar Rp
577.147.520 Realisasi Rp 463.910.500 atau 80,38%. Anggaran ini
dipergunakan untuk membiayai 3 program dengan rata-rata capaian kinerja
kegiatan sebesar 95%.
k. Urusan Pilihan Energi dan Sumberdaya Mineral
Semua padukuhan di Kabupaten Sleman sudah terdapat jaringan listrik dari
PLN tetapi masih terdapat kelompok rumah yang belum terjangkau yaitu
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 107
terutama pada daerah terpencil dan pemukiman baru. Penyediaan listrik untuk
masyarakat yang tidak terjangkau layanan listrik PLN, Pemerintah Kabupaten
Sleman telah mengupayakan penggunaan listrik tenaga surya. Sampai tahun
2011 telah terpasang 188 PLTS, tahun 2010 6 rusak terkena erupsi merapi,
selain itu juga dikembangkan pemanfaatan energi biogas sebanyak 163 unit, 2
rusak terkena erupsi merapi tahun 2010. Sumberdaya mineral yang terdapat di
Kabupaten Sleman semua masuk kategori bahan galian golongan C. Potensi
yang paling besar adalah pasir dan batu terutama yang berasal dari gunung
merapi.
SKPD penyelenggara urusan kegiatan urusan energi dan sumberdaya
mineral adalah Bidang Energi dan Sumberdaya Mineral pada Dinas Sumber
Daya Air, Energi dan Mineral.
Urusan Pilihan Energi dan Sumber Daya Mineral anggaran sebesar Rp
1.273.654.650 terealisasi sebesar Rp 1.134.196.975 atau 89,05%. Anggaran
ini dipergunakan untuk membiayai 4 program dan 12 kegiatan dengan rata-rata
capaian kinerja kegiatan sebesar 100%.
Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2011 masih ditemui
berbagai permasalahan, yaitu :
1) Wilayah Usaha Pertambangan sampai saat ini masih menjadi
kewenangan Pemerintah, sehingga izin pertambangan tidak bisa
dikeluarkan. Saat ini wilayah usaha pertambangan di sekitar Gunung
Merapi belum ditetapkan oleh pemerintah, sehingga setiap kali ada yang
mengajukan izin harus menunggu adanya rekomendasi dari Pemerintah
Pusat. Peraturan Daerah yang mengatur tentang perizinan usaha
pertambangan sangat mendesak untuk direalisasikan. Selain itu
Pemerintah diharap untuk segera menyerahkan urusan pertambangan
ke daerah dengan menerbitkan NSPK yang jelas.
2) Erupsi Merapi menyebabkan Mineral Bukan Logam dan Batuan
(Minerba) sangat melimpah. Menurut BPTTK Yogyakarta sampai
dengan Desember 2011 material vulkanik yang dibawa oleh aliran air
banjir lahar dingin baru mencapai 30% dari total volume 140 juta m3.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 108
Batu dan pasir material vulkanik terbawa sampai di wilayah luar KRB III.
Untuk itu koordinasi dengan pemerintah desa dan pemberdayaan
penambang sudah dilakukan. Pelaksanaan penambangan ini
dilaksanakan setelah status Gunung Merapi kembali aktif normal
sehingga tidak membahayakan keselamatan penambang. Selain itu,
penggunaan alat-alat berat untuk penambangan dilaksanakan
bersamaan dengan upaya normalisasi aliran sungai, sehingga dampak
bahaya sekunder letusan Merapi dapat diminimalisasikan.
l. Urusan Pilihan Pariwisata
Kepariwisataan Kabupaten Sleman merupakan salah satu lokomotif
perekonomian daerah, sehingga potensi dan peluang pariwisata senantiasa
terus dikembangkan dan ditingkatkan. Titik berat pengembangan potensi dan
peluang pariwisata adalah pariwisata yang berbasis budaya. Hal ini berarti
bahwa segala aktivitas kepariwisataan dibingkai dalam nuansa budaya yang
selalu dinamis. Upaya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Sleman untuk
mengembangkan dan menggairahkan kepariwisataan terus dilakukan melalui
inovasi dan pengembangan seluruh aspek kepariwisataan. Melalui
pelaksanaan program dan kegiatan pada urusan pariwisata dan didukung
program-program pada urusan lainnya telah membawa perkembangan yang
cukup menggembirakan bagi perkembangan kepariwisataan di Kabupaten
Sleman.
Penyelenggara urusan pariwisata adalah Bidang Pengembangan Pariwisata
dan Bidang Pemasaran Pariwisata. Alokasi anggaran untuk penyelenggaraan
urusan pariwisata sebesar Rp. 1.353.866.500 realisasi Rp. 1.345.435.300 atau
99,38%. Anggaran ini dipergunakan untuk membiayai 3 program dan 11
kegiatan dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan sebesar 100%.
Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2011 masih ditemui
berbagai permasalahan, yaitu :
1) Masih rendahnya kualitas sumber daya manusia pelaku wisata terutama
di desa wisata yang berimplikasi pada lemahnya manajemen usaha
pariwisata.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 109
2) Ketersediaan sarana prasarana fisik yang mendukung pariwisata kurang
optimal.
m. Urusan Pilihan Kelautan dan Perikanan
Program dan kegiatan yang dilaksanakan mampu mendukung peningkatan
produksi ikan. Peningkatan jumlah produksi ikan konsumsi pada tahun 2011
sebesar 26% terjadi karena adanya peningkatan produktivitas kolam, jumlah
kelompok pembudidaya meningkat 7,2% menjadi 415 kelompok, peningkatan
produktivitas alat tangkap perairan umum, serta meningkatnya pengetahuan
dan ketrampilan pembudidayaan ikan.
Tingkat konsumsi ikan pada tahun 2011 meningkat 3,93% menjadi 27,780
kg/kapita/tahun dari 26,73 kg/kapita/tahun pada tahun 2010. Tingkat konsumsi
tahun 2011 ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan tingkat konsumsi Provinsi
DIY sebesar 23,01 kg/kapita/tahun.
Produksi ikan hias rata-rata tahun 2011 naik sebesar 4% dengan tujuan
pemasaran Kota Jakarta dan Kota Yogyakarta. Sementara, peningkatan
produksi benih ikan sebesar 6,91% dipasarkan untuk kebutuhan Sleman,
waduk di Jawa Tengah dan Waduk Jatiluhur di Jawa Barat.
SKPD penyelenggara urusan perikanan adalah Bidang Perikanan pada
Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan. Alokasi anggaran tahun 2011
untuk penyelenggaraan urusan perikanan sebesar Rp 4.221.798.280 realisasi
Rp 3.804.837.975 atau 90,12%. Anggaran ini dipergunakan untuk membiayai 3
program dan 11 kegiatan dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan sebesar
98,32%.
Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2011 masih ditemui
berbagai permasalahan, yaitu :
1. Sumber air yang semakin terbatas baik dari jumlah maupun kualitasnya
menjadi permasalahan penting, terutama di wilayah Sleman barat dimana
kegiatan budidaya perikanan sebagian besar bergantung pada pengairan
dari saluran Van der Wijck dan Selokan Mataram.
2. Tingginya harga pakan pabrikan untuk budidaya perikanan.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 110
Saat ini kedua saluran terganggu alirannya karena adanya timbunan
material vulkanik erupsi Merapi berupa pasir dan batu.
n. Urusan Pilihan Perdagangan
Capaian program dan kegiatan urusan perdagangan antara lain
Pengembangan data base informasi potensi unggulan melalui penyusunan
data ekspor impor, promosi perdagangan internasional melalui keikutsertaan
pada Pameran Produk Ekspor (PPE), pelatihan manajemen ekspor impor, dan
penyempurnaan perangkat peraturan kebijakan dan pelaksanaan operasional
pasar melalui kajian pengaruh keberadaan toko dan pasar modern terhadap
toko dan pasar tradisional di wilayah aglomerasi perkotaan
Alokasi anggaran untuk penyelenggaraan urusan perdagangan sebesar
Rp4.463.874.080,00 realisasi Rp4.101.035.400,00 atau 91,87%. Dari
pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2011 masih ditemui berbagai
permasalahan, yaitu :
1) Ketidaktertiban administrasi dan laporan dari distributor dan pengecer
pupuk.
2) Pro dan Kontra yang tajam atas menjamurnya took modern di wilayah
Kabupaten Sleman.
3) Dampak negative globalisasi dan liberalisasi perdagangan dunia yang
semakin kompetitif sehingga produk kita kurang bisa bersaing di pasar
global termasuk dalam hal pemenuhan selera pasar masih rendah.
4) Membanjirnya produk impor terutama Cina dikarenakan mulai
diberlakukannya ACFTA (Asean Cina Free Trade Agreement) sejak
aweal tahun 2010 yang mengancam eksistensi produk local.
o. Urusan Pilihan Perindustrian
Penyelenggara urusan perindustrian adalah Bidang perindustrian pada
Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Bidang Perindustrian. Alokasi
anggaran untuk penyelenggaraan urusan perindustrian sebesar Rp
283.811.000,00 realisasi Rp 264.123.900,00 atau 93,06%. Anggaran ini
dipergunakan untuk membiayai 2 program dan 5 kegiatan dengan rata-rata
capaian kinerja kegiatan sebesar 96,67%.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 111
Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2011 masih ditemui
berbagai permasalahan, yaitu :
1) Pengadaan bahan baku komoditi tertentu sulit didapatkan.
2) Pemahan pelaku usaha terhadap sertifikasi halal masih rendah sehingga
belum memahami bahwa sertifikat halal tersebut merupakan bagian dari
promosi produk.
3) Perkembangan teknologi dan desain produk yang begitu pesat kurang
bisa diimbangi dengan program kegiatan yang direncanakan.
4) Keterbatasan personil untuk pelaksanaan urusan perindustrian sampai
saat ini juga masih menjadi salah satu kendala.
p. Urusan Pilihan Transmigrasi
Urusan ketransmigrasian dilaksanakan melalui program transmigrasi
regional. Penyelenggara urusan transmigrasi adalah Dinas Tenaga Kerja dan
Sosial Bidang Transmigrasi dan Penanganan Kemiskinan. Alokasi anggaran
untuk penyelenggaraan urusan transmigrasi sebesar Rp294.095.500 realisasi
Rp258.944.200 atau 88,05%. Secara rinci alokasi anggaran dan realisasi
program Transmigrasi Regional dengan 5 kegiatan sebesar Rp294.095.500
realisasi Rp258.944.200 atau 88,05%.
Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2011 masih ditemui
berbagai permasalahan, yaitu :
1) Penempatan calon transmigrasi telah ditentukan berdasarkan kuota dari
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi sehingga tidak dapat
mengakomodasi tingginya minat calon transmigran dari Kabupaten
Sleman.
2) Pemerintah daerah tujuan transmigrasi tidak memenuhi kesepakatan
yang tertuang dalam MoU/nota kesepahaman.
2.3. Permasalahan Pembangunan Daerah.
2.3.1. Permasalahan daerah yang berhubungan dengan prioritas dan
sasaran pembangunan daerah.
Identifikasi berbagai permasalahan merupakan isu pokok permasalahan
dan tantangan pembangunan daerah yang selanjutnya ditetapkan sebagai
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 112
prioritas dalam rencana kerja pembangunan tahun 2013 dengan tetap
mensinkronkan rencana pembangunan daerah dengan prioritas pembangunan
provinsi maupun nasional.
Beberapa permasalahan dan tantangan yang berhubungan dengan
prioritas pembangunan daerah diantaranya sebagai berikut:
1. Peningkatan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat untuk
penciptaan lapangan kerja;
Peningkatan ekonomi masyarakat untuk penciptaan lapangan kerja terdiri
dari beberapa urusan yang saling mendukung dan saling mempengaruhi satu
sama lain, yaitu: urusan penanaman modal, urusan koperasi dan UKM, urusan
perindustrian, urusan perdagangan, urusan tenaga kerja dan urusan
pariwisata.
Kemampuan usaha kecil dan menengah dalam menghadapi krisis perlu
mendapat dorongan dan pengarahan terutama dalam meningkatkan
kemampuan penyediaan bahan baku, permodalan, inovasi produk, kreativitas
usaha, perluasan pasar baik pasar lokal maupun pasar nasional dan
internasional melalui penyediaan sarana prasaran pasar lokal yang memadai
termasuk di dalamnya pasar tradisional serta melalui promosi ditingkat nasional
dan internasional. Pengembangan lembaga dan asosiasi usaha kecil dan
menengah diharapkan mampu menjadi wadah untuk lebih mengembangkan
dan saling tukar informasi, pengetahuan dalam rangka meningkatkan usaha
dan permodalan. Salah satu hal yang harus diperhatikan adalah: penerapan
prinsip-prinsip efisiensi, efektivitas usaha, penerapan sistem kemasan,
standarisasi produk serta sertifikasi secara kolektif. Diversifikasi produk dan
penciptaan produk unggulan melalui penciptaan industri kreatif diharapkan
dapat menjadi pendorong iklim usaha yang tahan terhadap krisis global.
Lembaga koperasi perlu dikembangkan dari segi kualitas, kuantitas dan
kemampuan pemberdayaan anggotanya. Sistem koperasi memerlukan
revitalisasi agar dapat menitikberatkan pada kemampuan pemberdayaan
anggota, melalui peningkatan pengetahuan dan kesempatan anggota dalam
meningkatkan manajemen usaha koperasi.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 113
Dari aspek kepariwisataan, dibutuhkan kerja keras dari beberapa
stakeholders guna mengembalikan berfungsinya kembali sarana prsasana
pendukung pariwisata dan pemulihan citra bahwa Sleman aman untuk
dikunjungi. Permasalahan yang masih dihadapi antara lain :
1) Kualitas pelayanan perijinan investasi belum optimal.
2) Kualitas SDM pengelola Koperasi dan UMKM masih rendah.
3) Ketersediaan bahan baku industri kecil masih terbatas.
4) Penguasaan, penerapan teknologi, dan inovasi produk masih kurang.
5) Kemitraan antar pelaku usaha belum optimal.
6) Kelancaran distribusi bahan pokok dan bahan strategis belum optimal.
7) Daya saing produk lokal di pasar nasional maupun global masih rendah.
8) Kondisi sarana prasarana pasar tradisional kurang memadai.
9) Kompetensi daya saing pemaketan produk pariwisata masih rendah.
2. Penanggulangan kemiskinan;
Kemiskinan dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan masyarakat
dalam mengakses pelayanan dasar. Upaya pengurangan kemiskinan dilakukan
melalui kebijakan peningkatan kualitas pendidikan, kesehatan dan pendapatan
masyarakat. Sistem pemberdayaan masyarakat perlu diarahkan dari pola
bantuan ke sistem perguliran yang bertanggung jawab.
Terkait dengan kemiskinan dan pengangguran masih ditemui berbagai
permasalahan sebagai berikut :
1) Penyerapan tenaga kerja belum sebanding dengan pertumbuhan
angkatan kerja;
2) Kualitas dan daya saing calon tenaga kerja belum sesuai kebutuhan
pasar;
3) Masih rendahnya keterkaitan antara pertumbuhan-penyerapan tenaga
kerja-peningkatan pendapatan;
3. Peningkatan tata kelola pemerintahan dan kualitas pelayanan publik;
Dalam arti luas pelayanan publik adalah usaha untuk memenuhi kebutuhan
atau kepentingan masyarakat umum yang sesuai dengan norma dan aturan
yang berlaku. Penyelenggara pelayanan publik dilakukan oleh institusi
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 114
pemerintahan (birokrasi) yang meliputi pelayanan dasar (substantif) dan
pelayanan administrasi. Pelayanan dasar menyangkut pemenuhan kebutuhan
dasar manusia seperti: pendidikan, kesehatan, infrastruktur, permukiman,
perlindungan sosial, keamanan, dan lain-lain. Sedangkan pelayanan
administrasi menyangkut pelayanan pendataan sebagai konsekuensi dari
status warga negara atau penduduk suatu wilayah/daerah seperti pelayanan
KTP, perijinan usaha, kartu keluarga, administrasi kepemilikan aset (sertifikat
tanah, kendaraan, dll). Permasalahan yang dihadapi adalah sebagai berikut :
1) Belum optimalnya pelayanan kepada masyarakat disebabkan
terbatasnya kemampuan keuangan daerah;
2) Kompetensi sebagian pegawai belum sesuai dengan kebutuhan riil;
3) SKPD belum semua memiliki Standar Pelayanan Minimal dan Prosedur
Standar Operasional.
4) Implementasi standar pelayanan minimal dan SOP oleh SKPD belum
optimal.
5) Belum optimalnya peran dan fungsi kelembagaan masyarakat desa, dan
tatakelola pemerintahan desa.
6) Kesadaran masyarakat dan dunia usaha untuk mematuhi aturan masih
belum optimal.
4. Menjaga kualitas kesehatan;
Urusan kesehatan merupakan salah satu isu utama penentu keberhasilan
pembangunan. Distribusi sarana dan prasana maupun tenaga kesehatan harus
terus ditingkatkan terutama dalam rangka menghadapi munculnya penyakit
baru sebagai akibat mutasi dan perubahan iklim yang tidak menentu. Hal
tersebut harus diimbangi dengan peningkatan kemampuan dan
profesionalisme serta peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat. Di
lain pihak, jaminan kesehatan masyarakat miskin perlu diimbangi dengan pola
pemberdayaan, peningkatan pengetahuan kesehatan masyarakat dan
kerjasama swasta, dan sistem subsidi silang. Pengembangan jaminan
kesehatan masyarakat diarahkan kepada system yang lebih mencerminkan
pada pelayanan prima secara adil dan merata.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 115
Untuk mencapai hal tersebut diatas masih ditemui permasalahan-
permasalahan:
1) Ketersediaan sumberdaya kesehatan belum memadai
2) Penduduk miskin belum seluruhnya mendapat jaminan kesehatan
3) Kondisi lingkungan kesehatan menurun akibat erupsi merapi
5. Menjaga kualitas pendidikan;
Upaya pemerataan kesempatan mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi
perlu terus dilakukan terutama di wilayah perdesaan. Dengan menitikberatkan
sektor pendidikan pada program-program yang mendukung pelaksanaan wajib
belajar pada tingkat dasar dan menengah (12 Tahun) diharapkan adanya
kemajuan yang berarti sebagai percepatan dalam menyiapkan sumber daya
manusia berkualitas secara merata. Program-program tersebut harus konsisten
dilaksanakan melalui pelaksanaan pendidikan yang murah, pemberian insentif
bagi pendidik dan pelajar yang berprestasi serta pemberdayaan komite sekolah
dalam ikut serta secara aktif menanggulangi permasalahan pendidikan di
sekolah.
6. Peningkatan kualitas sarana prasarana publik;
Sarana dan prasarana dasar wilayah merupakan unsur penunjang utama
dalam mendukung terciptanya tingkat keberhasilan pembangunan.
Ketersediaan dan kualitas infrastruktur akan mempengaruhi tingkat pendidikan,
kesehatan dan daya beli masyarakat. Pembangunan dan pemeliharaan
infrastruktur seperti jalan, jembatan, penyediaan air baku serta air bersih
merupakan kebutuhan yang dapat dirasakan manfaat dan akibatnya secara
langsung oleh masyarakat. Infrastruktur harus dapat menjadi katalisator
pencapaian pembangunan pada bidang lainnya terutama perwujudan
infrastruktur strategis dan sistem yang dapat diadopsi dalam rangka
pemerataan pembangunan bidang infrastruktur. Pemenuhan kebutuhan air
bersih untuk permukiman perlu terus ditingkatkan, demikian pula dalam
penyediaan air baku.
Dalam pemenuhan kebutuhan perumahan perlu diarahkan kepada rumah
vertikal atau rumah susun terutama bagi masyarakat di perkotaan atau
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 116
mayarakat perbatasan. Hal ini untuk mengantisipasi semakin berkurangnya
ruang terbuka serta dalam rangka mempermudah intervensi program dan
kegiatan pembangunan. Di lain pihak, diperlukan peningkatan kemampuan
pengendalian dan pengawasan pembangunan infrastruktur terutama melaui
perizinan yang konsisten dan mengacu pada peraturan perundangan yang
berlaku baik pada tingkat pusat maupun daerah.
Kondisi infrastruktur yang baik di Kabupaten Sleman pada tahun 2011 rata-
rata masih dibawah 50%. Kondisi yang demikian diperlukan adanya kebijakan
dalam penganggaran untuk bisa ditingkatkan, hal tersebut sangat diperlukan
agar kondisi infrastruktur tidak semakin menurun. Infrastruktur yang baik akan
menarik investor untuk bisa menanamkan modalnya di Kabupaten Sleman.
Permasalahan yang dihadapi adalah sebagai berikut :
1) Terjadinya perubahan tata guna lahan berkaitan dengan erupsi merapi
tahun 2010.
2) Belum berfungsinya secara optimal Rencana Tata Ruang Wilayah yang
dapat berperan menyelaraskan, mensinkronkan, dan memadukan
berbagai rencana dan program pembangunan daerah.
3) Prasarana dan sarana perhubungan, pelayanan publik, irigasi yang
rusak akibat erupsi merapi belum sepenuhnya terpulihkan
7. Menjaga stabilitas ketahanan pangan;
Ketahanan pangan dimaknai sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi
setiap rumah tangga, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik
jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau bagi setiap individu.
Kebutuhan akan pangan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya
pertumbuhan penduduk.
Kondisi ketahanan pangan dapat dicirikan dengan terpenuhinya komoditas
pangan pokok di masyarakat, dimana kebutuhan karbohidrat asal beras
merupakan kebutuhan utama bagi masyarakat, disamping kebutuhan pangan
lainnya yang juga harus dipersiapkan. Seiring dengan perkembangan jumlah
penduduk, perkembangan luasan lahan, kebijakan penataan ruang serta
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 117
aktivitas sosial ekonomi masyarakat yang terus berkembang, pada gilirannya
akan manjadi faktor dalam pemenuhan ketersediaan bahan pangan.
Permasalahan yang dihadapi bidang ketahanan pangan antara lain:
1) Rendahnya unsur hara tanah akibat ketergantungan petani terhadap
pemakaian pupuk kimia;
2) Penggunaan bahan kimia berbahaya untuk bahan tambahan pangan
masih banyak;
3) Peranan penyuluh pertanian dalam mendampingi petani belum optimal;
4) Pengelolaan lumbung pangan lokal belum optimal
5) Kerusakan mata air dan kolam budidaya ikan air tawar di wilayah lereng
Merapi akibat letusan gunung merapi, serta belum optimalnya tataguna
dan tata kelola air.
8. Menjaga kualitas Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup;
Rusaknya lingkungan akibat bencana alam merupakan kondisi yang tidak
bisa dihindarkan. Dalam mengatasi hal tersebut, diperlukan perubahan pola
berfikir dan bertindak dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan,
yaitu dengan mengacu pada pembangunan berwawasan lingkungan.
Pembangunan berwawasan lingkungan tidak hanya dilakukan pada
mekanisme kinerja pemerintahan, tetapi harus dilaksanakan oleh segenap
lapisan masyarakat melalui penegakan hukum. Penanganan permasalahan
pencemaran, baik pencemaran udara, pencemaran air maupun pencemaran
tanah/padat perlu ditingkatkan, melalui peningkatan intensitas pengendalian
dan pengawasan. Pencemaran merupakan akibat dari aktivitas manusia yang
berdampak negatif terhadap lingkungan dan kepentingan umum, sehingga
perlu menerapkan sanksi dan retribusi terhadap setiap kegiatan yang
menghasilkan pencemaran termasuk limbah domestik. Permasalahan yang
dihadapi adalah sebagai berikut :
1) Penurunan kualitas lingkungan akibat bencana alam erupsi merapi dan
perubahan iklim global.
2) Belum optimalnya tataguna dan tata kelola air
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 118
9. Pengelolaan bencana dan percepatan pemulihan paska bencana;
Sebagai wilayah yang rawan bencana, terutama bencana erupsi gunung
berapi, perlu dilakukan penyusunan prosedur, tahapan mitigasi serta
penanganan bencana yang sederhana/mudah diterapkan sesuai dengan
pengalaman selama ini. Upaya menghindari bencana lebih mudah dilakukan
dan lebih murah dibandingkan setelah terjadi bencana. Upaya-upaya yang
dapat dilakukan antara lain : menghindari pembangunan di daerah rawan
bencana serta menindak pelaku pelanggaran, menghindari aktivitas budidaya
pada daerah rawan bencana serta melindungi kawasan kawasan di bawahnya
(kawasan lindung). Upaya-upaya tersebut harus bersinergi dengan program
pemberdayaan masyarakat bidang ekonomi di wilayah bencana sehingga
dapat menghindari aktivitas pembangunan di daerah bencana tersebut.
Untuk dapat mewujudkan hal tersebut masih ditemui permasalahan sebagai
berikut :
1) Koordinasi dalam perencanaan dan pelaksanaan dalam pemulihan
pasca bencana masih kurang;
2) Upaya pendanaan pengurangan risiko bencana yang belum maksimal,
dan kelembagaan penanganan bencana yang masih berorientasi pada
penanganan kedaruratan;
3) Upaya pencegahan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana,
masih kurang terencana dan terprogramnya pengurangan risiko
bencana;
4) Masih rendahnya daya guna rencana tata ruang wilayah dalam
mengurangi resiko bencana.
5) Sarana dan prasarana pengurangan resiko bencana belum memadai
10.Menjaga stabilitas keamanan dan ketertiban
Kondisi keamanan dan ketertiban merupakan faktor yang sangat
berpengaruh dalam kesuksesan penyelenggaraan pembangunan.
Permasalahan yang masih ditemui dalam menjaga stabilitas keamanan dan
ketertiban adalah sebagai berikut :
1) Gangguan keamanan dan ketertiban cenderung meningkat;
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 119
2) Penegakan Perda belum optimal;
3) Kesadaran masyarakat dan dunia usaha untuk mematuhi peraturan
masih belum optimal;
4) Sarana dan prasarana keamanan dan ketertiban belum memadai;
11.Peningkatan kesetaraan gender dalam pembangunan.
Pembangunan manusia ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya
manusia tanpa membedakan jenis kelamin. Sebagai sumberdaya insani,
sebenarnya potensi yang dimiliki perempuan dan laki-laki seimbang.
Pemerintah Kabupaten Sleman senantiasa berupaya mewujudkan kesetaraan
gender dalam pembangunan. Namun dalam pencapaiannya ditemui
permasalahan sebagai berikut :
1) Partisipasi perempuan dalam pembangunan belum optimal
2) Kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender dan anak masih
lemah
3) Tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak masih ada.
Identifikasi keterkaitan isu dan masalah mendesak pembangunan daerah
Kabupaten Sleman sebagai berikut:
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 120
Tabel 2.61Identifikasi Isu dan Masalah Mendesak
NOISU PENTING
NASIONAL PROVINSI KABUPATEN1 Peningkatan Iklim Investasi dan
Usaha (Ease of Doing Business);Tingginya kemiskinan danpengangguran di perdesaan danperkotaan
Fasilitasi peningkatan investasi untukpenciptaan lapangan kerja
2 Percepatan PembangunanInfrastruktur: Domestic Connectivity;
Kurangnya sarpras pendukungketerkaitan antar wilayah
InfrastrukturPeningkatan kualitas sarana danprasarana publik
3 Peningkatan Pembangunan Industri diBerbagai Koridor Ekonomi;
Belum optimalnya pengembanganpotensi sumberdaya alam untukmenopang ketahanan pangan danenergi
Bidang ekonomi- Peningkatan kekuatan basis ekonomi
kerakyatan dengan optimalisasisesuai potensi
4 Penciptaan Kesempatan Kerjakhususnya Tenaga Kerja Muda
Terbatasnya kapasitas aparatpemerintah dalam tata kelolakepemerintahan yang baik
Fasilitasi peningkatan investasi untukpenciptaan lapangan kerja
5 Peningkatan Ketahanan Pangan:Menuju Pencapaian Surplus Beras 10juta ton
Tingginya ancaman bencana alamdan menurunnya daya dukunglingkungan
Ketahanan pangan- Peningkatan ketersediaan pangan,
kelancaran distribusi pangan danpengoptimalan sistem pengamananpangan
6 Peningkatan Rasio Elektrifikasi danKonversi Energi
Energi dan Sumber Daya mineral- peningkatan pemenuhan kebutuhan
energi- pemanfaatan energi baru dan
terbarukan- peningkatan pengelolaan sumber
daya mineral dengan memperhatikan
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 121
lingkungan hidup7 Peningkatan Pembangunan SDM Pendidikan
peningkatan kualitas pendidikan dalammenunjang wajib belajar 12 tahunKesehatan- Peningkatan manajemen mutu
pelayanan kesehatanPeningkatan akses pelayanankesehatan bagi seluruh wargamasyarakatKebudayaan dan Iptek- mempertahankan nilai seni dan
budaya lokal dalam rangkapenguatan kearifan lokal
- mendorong tumbuhnya semangatuntuk melakukan inovasi teknologiaplikatif
pemanfaatan hasil-hasil inovasiteknologi oleh masyarakat dan duniaindustriLingkungan Hidup dan PengelolaanBencana- pemulihan kualitas lingkungan hidup- Pengurangan resiko bencana dan
penguatan kelembagaanpenanggulangan bencana
- Rehabilitasi dan rekonstruksi pascaerupsi Merapi
Bidang Sosial- peningkatan kualitas hidup
masyarakat- peningkatan pembangunan yang
berperspektif gender
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2013 II - 122
8 Percepatan pengurangan kemiskinan Penanggulangan kemiskinan- Peningkatan kualitas angkatan kerja
dan perluasan lapangan kerjaPeningkatan kesejahteraan masyarakatmelalui penguatan sosial danpemberdayaan ekonomi masyarakat
9 Persiapan pemilu 2014 Politik, Hukum dan Tibmas- Mendorong terwujudnya masyarakat
yang sadar dan patuh hukumMendorong peningkatan kesadaranpolitik
10 Reformasi birokrasi dan tata kelola Tata kelola pemerintahan :- Peningkatan kapasitas dan
profesionalisme aparatur- Peningkatan partisipasi, transparansi
dan akuntabilitas pemerintah daerah11 Percepatan pembangunan Minimum
Essential Force (MEF)