bab ii evaluasi hasil pelaksanaan rkpd tahun lalu … ii_ bag i.pdf · kabupaten kulon progo...
TRANSCRIPT
II - 1
BAB II
EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN
CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN
2.1. Gambaran Umum Kondisi Daerah
2.1.1. Aspek Geografi dan Demografi
2.1.2.1. Letak Geografis
Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten di Provinsi DIY yang
terletak di bagian barat provinsi tersebut, dengan ibukota Kabupaten di Kota Wates. Terdiri
dari 12 kecamatan dengan luas wilayah sebesar 586,27 km2 (lihat tabel 2.1). Secara rinci
nama kecamatan dan luas wilayah masing-masing kecamatan dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1.
Daftar Kecamatan dalam Kabupaten Kulon Progo No Kecamatan Luas Wilayah (Km2) % Luas Wilayah 1. Temon 36,29 6,19 2. Wates 32,00 5,46 3. Panjatan 44,59 7,61 4. Galur 32,91 5,61 5. Lendah 35,59 6,07 6. Sentolo 52,65 8,98 7. Pengasih 61,66 10,52 8. Kokap 73,79 12,59 9. Girimulyo 54,90 9,36 10. Nanggulan 39,60 6,76 11. Kalibawang 52,96 9,03 12. Samigaluh 69,29 11,82 Kabupaten Kulon Progo 586,27 100
Sumber : Kabupaten Kulon Progo Dalam Angka, BPS, 2013,
Adapun batas-batas administrasi Kabupaten Kulon Progo adalah sebagai berikut :
- Samudera Hindia di bagian selatan
- Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah di bagian barat
- Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah di bagian utara
- Kabupaten Bantul dan Kabupaten Sleman di bagian timur.
Untuk lebih jelasnya batas administrasi Kabupaten Kulon Progo dapat dilihat pada gambar
2.1.
II - 2
#S
Wates
KEC. KOKAP
KEC. GIRIMULYO
KEC. PENGASIH
KEC. GALUR
KEC. KALIBAWANG
KEC. SENTOLO
KEC. SAMIGALUH
KEC. LENDAH
KEC. WATES
KEC. TEMON
KEC. NANGGULAN
KEC. PANJATAN
Banaran
Karangsewu
TirtarahayuBrosot
Pandowan
NomporejoKranggan
Jatimulyo
Giripurwo
Purwosari
Pendoworejo
Banjaroyo
Banjarasri
Banjarharjo
Banjararum
Kalirejo
Hargorejo
Hargotirto
Hargowilis
Hargomulyo
Sidorejo
Bumirejo
Jatirejo
Ngentakrejo
Wahyuharjo
Gulurejo
Donomulyo
Wijimulyo
Banyuroto
Tanjungharjo
Kembang
Jatisarono
Pleret
Bugel
Bojong
Cerme
Garongan
Krembangan
Depok
Tayuban
Gotakan
Panjatan
Sidomulyo
Tawangsari
Sendangsari
Karangsari
Kedungsari
Margosari
Pengasih
Sidoharjo
Gerbosari
Purwoharjo
Pagerharjo
Ngargosari
Kebonharjo
Banjarsari
Tuksono
Sukoreno
Sentolo
Srikayangan
Kaliagung
Banguncipto
Demangrejo
Salamrejo
Glagah
Kulur
Palihan
Plumbon
SindutanJanten
Demen
Karangwuluh
Jangkaran
KebonrejoTemon Kulon
TemonWetan
Kaligintung
KedundangKalidengen
Giripeni
Triharjo
Karangwuni
Wates
Bendungan
Sogan Ngestiharjo
Kulwaru
KAB. BANTUL
KAB. SLEMANPROVINSI
JAWA TENGAH
390000
390000
405000
405000
420000
420000
9120000
9120000
9135000
9135000
9150000
9150000
mT
mU
SKALA
U
WILAYAH ADMINISTRASIKABUPATEN
KULON PROGO
LEGENDA
KAB. SLEMAN
KAB. GUNUNG KIDUL
KOTAYOGYAKARTA
KAB. KULON PROGOKAB. BANTUL
PROVINSIJAWA TENGAHPROVINSI
JAWA TENGAH
Wilayah administrasi kecamatandi Kabupaten Kulon Progo :
GALURGIRIMULYOKALIBAWANGKOKAPLENDAHNANGGULANPANJATANPENGASIHSAMIGALUHSENTOLOTEMONWATES
Garis pantai
Jaringan jalanjalan arterijalan kolektorrel kereta api
batas desa / kelurahanbatas kecamatanbatas kabupaten / kotabatas provinsi
%U Ibukota provinsi
#S Ibukota kabupaten
Batas administrasi
2 0 2 Km
Analisa dan desain oleh : Yanu Koesumakristi
Gambar 2.1. Peta Administrasi Kabupaten Kulon Progo
II - 3
2.1.2.1. Kondisi Geografis
Secara astronomis Kabupaten Kulon Progo terletak diantara 7o38‟30” – 7o58‟3” LS
dan 110o1‟37” – 110o16‟26” BT. Sedangkan dilihat dari posisi geostrategic, Kabupaten Kulon
Progo yang terletak di bagian barat Provinsi DI Yogyakarta dan berbatasan langsung dengan
Provinsi Jawa Tengah, merupakan „pintu gerbang‟ Provinsi DI Yogyakarta yang
menghubungkan Provinsi DI Yogyakarta dengan pusat-pusat ekonomi dan pemerintahan
yang terletak dengan bagian barat Pulau Jawa dan utara Pulau Jawa. Selain itu posisi
Kabupaten Kulon Progo yang berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia juga dapat
menghubungkan Provinsi DI Yogyakarta dengan negara tetangga yang terletak di bagian
selatan Indonesia seperti Australia. Posisi geostrategic tersebut dapat memberikan
keuntungan bagi perkembangan wilayah kabupaten maupun perkembangan wilayah Provinsi
DI Yogyakarta. Posisi geostrategic dari Kabupaten Kulon Progo dapat dilihat pada gambar
2.2.
Samudera Indonesia BenuaAustralia
Prov. Jawa Tengah Pusat-pusat ekonomi dengan bagian barat P. Jawa
Gambar 2.2. Posisi Geostrategic Kabupaten Kulon Progo
(sumber : www.ciptakarya.go.id)
Pusat-pusat ekonomi dengan bagian utara P. Jawa
II - 4
Berdasarkan kondisi fisik wilayahnya, wilayah Kabupaten Kulon Progo dapat dibagi
menjadi tiga kawasan yaitu :
a. Kawasan pesisir
Merupakan dataran rendah dengan ketinggian 0–100 meter dari permukaan air laut,
meliputi Kecamatan Temon, Kecamatan Wates, Kecamatan Panjatan, Kecamatan Galur,
dan sebagian Kecamatan Lendah. Berdasarkan kemiringan lahan, memiliki lereng 0–2%,
merupakan wilayah pantai dengan garis pantai sepanjang kurang lebih 24,8 km.
b. Kawasan dataran
Merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian antara 100 – 500 meter dari
permukaan air laut, meliputi Kecamatan Nanggulan, Kecamatan Sentolo, Kecamatan
Pengasih dan sebagian Kecamatan Lendah. Berdasarkan kemiringan lahan, memiliki
lereng antara 2–15%, tergolong berombak dan bergelombang merupakan peralihan
dataran rendah dan perbukitan.
c. Kawasan pegunungan
Merupakan dataran tinggi/ perbukitan Menoreh dengan ketinggian antara 500 – 1000
meter dari permukaan air laut, meliputi wilayah Kecamatan Girimulyo, Kecamatan Kokap,
Kecamatan Samigaluh, Kecamatan Kalibawang.
2.1.2.1. Topografis
Sebagian besar wilayah Kabupaten Kulon Progo masuk dalam wilayah dengan
kemiringan lereng <20(40,11%) dan 18,73% wilayah dengan kemiringan >40%. Untuk lebih
jelasnya, wilayah Kabupaten Kulon Progo menurut kemiringan lerengnya dapat dilihat pada
tabel 2.2.
Tabel 2.2. Luas Wilayah Kabupaten Kulon Progo berdasarkan Kemiringan Lereng
No Kemiringan Lereng Luas Wilayah (ha) %
1. < 20 23.514,72 40,11 2. 30-150 10.963,42 18,70 3. 160-400 13.170,46 22,46 4. >400 10.978,43 18,73 Kabupaten Kulon Progo 58.627,03 100
Sumber : Kabupaten Kulon Progo dalam angka , BPS, 2013.
Dilihat dalam skala kecamatan, kecamatan yang mempunyai wilayah dengan
kemiringan lereng >400 (daerah pegunungan) terluas adalah Kecamatan Kokap yaitu seluas
3.634,63 Ha (33,11%). Sedangkan kecamatan yang tidak mempunyai wilayah dengan
kemiringan lereng >400 adalah Kecamatan Wates, Kecamatan Panjatan, Kecamatan Galur,
Kecamatan Lendah, dan Kecamatan Sentolo. Kelima kecamatan tersebut terletak di daerah
dataran rendah sehingga tidak mempunyai wilayah dengan karakteristik fisiografi
pegunungan.
Dari tabel 2.3. dapat dilihat bahwa kecamatan yang mempunyai wilayah dengan
kemiringan lereng <20 terluas adalah Kecamatan Panjatan yaitu seluas 3.781,75 Ha
(16,08%). Berdasarkan data pada Tabel 2.3. juga dapat dilihat bahwa Kecamaran Samigaluh
II - 5
merupakan kecamatan yang hampir tidak mempunyai wilayah dengan karakteristik fisiografi
dataran, wilayah t yang mempunyai kemiringan lereng <20 hanya seluas 113,08 Ha (0,48%).
Untuk lebih jelasnya pembagian wilayah Kabupaten Kulon Progo berdasarkan kemiringan
lereng per kecamatan dapat dilihat pada tabel 2.3.
Tabel 2.3. Luas Wilayah Kabupaten Kulon Progo Berdasarkan Kemiringan Lereng per Kecamatan
No
Kecamatan
<20 30-150 160-400 400
Luas % Luas % Luas % Luas % 1 Temon 3.469,80 14,76 92,10 0,84 62,05 0,47 5,05 0,05 2 Wates 2.956,50 12,57 243,50 2,22 0,00 0,00 0,00 0,00 3 Panjatan 3.781,75 16,08 677,25 6,18 0,00 0,00 0,00 0,00 4 Galur 3.291,00 14,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 5 Lendah 2.066,50 8,79 1.492,50 13,61 0,00 0,00 0,00 0,00 6 Sentolo 2.451,10 10,42 2.757,80 25,15 56,10 0,43 0,00 0,00 7 Pengasih 1.996,80 8,49 1.563,07 14,26 2.122,15 16,11 485,05 4,42 8 Kokap 284,18 1,21 858,07 7,83 2.603,15 19,76 3.634,63 33,11 9 Girimulyo 129,12 0,55 606,08 5,53 1.827,10 13,87 2.928,70 26,68
10 Nanggulan 2.328,71 9,90 1.416,15 12,92 193,09 1,47 23,05 0,21 11 Kalibawang 646,18 2,75 1.233,85 11,25 2.914,77 22,13 501,20 4,57 12 Samigaluh 113,08 0,48 23,05 0,21 3.392,12 25,76 3.400,75 30,98
Luas total 23.514,72 100 10.963,42 100 13.170,53 100 10.978,43 100 Sumber : Kabupaten Kulon Progo Dalam Angka, BPS, 2013
Berdasarkan ketinggian lahan, wilayah Kabupaten Kulon Progo dapat dibagi menjadi
3 wilayah. Adapun pembagian wilayah Kabupaten Kulon Progo berdasar ketinggian lahan
dapat dilihat pada tabel 2.4.
Tabel 2.4. Pembagian Wilayah Kabupaten Kulon Progo Berdasar Ketinggian Lahan
No Ketinggian Lahan Cakupan Kecamatan 1. 500-1000 m dpal Kecamatan Girimulyo, Kecamatan Nanggulan, Kecamatan
Samigaluh, Kecamatan Kalibawang 2. 100-500 m dpal Kecamatan Sentolo, Kecamatan Pengasih dan Kecamatan
Kokap 3. 0-100 m dpal Kecamatan Temon, Kecamatan Wates, Kecamatan
Panjatan, Kecamatan Galur, dan Kecamatan Lendah Sumber : Kulon Progo Dalam Angka , BPS, 2013
2.1.2.1. Geologi
1. Karakteristik dan Struktur
Karakteristik Kabupaten Kulon Progo secara umum berupa kubah atau menyerupai
kubah (Dome), dengan struktur geologi daerah terdiri atas :
a. Struktur Geologi berupa Perlipatan Batuan (Fold), perlipatan batuan di formasi
Sentolo. Perlipatan ini terdapat di bagian perbukitan Formasi Sentolo di daerah
Pengasih, Sentolo, Panjatan, Lendah dan Galur.
b. Struktur Geologi Patahan/Sesar (Fault), merupakan bagian dari batuan yang saling
bergerak antara bagian blok batuan satu dengan blok batuan yang lain yang
dipisahkan oleh zona patahan atau dapat diistilahkan pecahan batuan yang disertai
II - 6
gerakan massa batuan. Patahan di wilayah Kulon Progo dapat dipisahkan menjadi 2
(dua) bagian yaitu :
- Patahan Regional, merupakan satu kesatuan patahan Yogyakarta. Patahan ini
merupakan Patahan Graben Yogyakarta. Patahan Graben Yogyakarta adalah
Patahan Opak dan Patahan Progo yang menyebabkan wilayah Kulon Progo dan
Wonosari menjadi daerah dataran Tinggi dan di Kota yogyakarta menjadi dataran
rendah. Patahan Opak berarah barat daya - Timur Laut, sedangkan patahan
Progo berarah Utara Selatan. Patahan ini terletak di bagian timur Kulon Progo
meliputi wilayah Kalibawang bagian timur, Nanggulan bagian Timur, Sentolo,
Panjatan, Galur dan Lendah.
- Patahan Lokal, merupakan patahan yang hanya terjadi di Kulon Progo. Patahan
ini banyak terjadi di bagian pegunungan atau kubah di Kulon Progo utara bagian
barat, dimana patahan berbentuk relatif radial yaitu berarah barat laut – tenggara,
barat – timur dan barat daya – timur laut. Patahan ini terdapat di wilayah
Kecamatan Kokap, Temon bagian utara, Pengasih, Naggulan bagian barat.
c. Struktur Kekar (joint) yaitu pecahan batuan yang tidak mengalami pergerakan.
Struktur kekar ini sangat intensif terdapat di formasi batuan andesit dan formasi
andesit tua.
2. Formasi Batuan
Formasi batuan dan sebarannya dibedakan menjadi endapan gunung api (40,37%),
batuan sedimen (47,81%), batuan gunung api (7,48%) dan batuan terobosan (4,43%).
Lebih detail dapat dilihat pada tabel 2.5.
Tabel 2.5. Pengelompokan Batuan Berdasarkan Jenis Batuan di Kabupaten Kulon Progo
No Kecamatan Luas Satuan Batuan (Ha)
Endapan Gunung Api
Batuan Sedimen
Batuan G.Api
Batuan Instrusi Jumlah
1 Temon 3.688 - - - 3.688 2 Wates 3.063 138 - - 3.197 3 Panjatan 3.872 588 - - 4.454 4 Galur 2.229 - 1.063 - 3.288 5 Lendah 2.009 1.075 475 - 3.555 6 Sentolo 3.165 1.175 925 - 5.259 7 Pengasih 4.342 1.825 - - 6.161 8 Kokap 550 4.230 - 2.600 7.372 9 Girimulyo 125 5.366 - - 5.485
10 Nanggulan 250 2.736 975 - 3.957 11 Kalibawang 375 3.971 950 - 5.290 12 Samigaluh - 6.929 - - 6.922
TOTAL 23.667 28.032 4.388 2.600 58.628 Prosentase 40,37% 47,81% 7,48% 4,43%
Sumber : RDTRK Perlindungan Terhadap Kawasan di Bawahnya, 2007
Kabupaten Kulon Progo secara stratigrafis termasuk ke dalam stratigrafis
Pegunungan Kulon Progo. Unit stratigrafis yang paling tua di daerah Pegunungan Kulon
Progo dikenal dengan Formasi Nanggulan, kemudian secara tidak selaras diatasnya
diendapkan batuan-batuan dari Formasi Jonggaran dan Formasi Sentolo, yang menurut Van
II - 7
Bemmelen (1949) kedua formasi terakhir ini mempunyai umur yang sama, keduanya hanya
berbeda faises.
a. Formasi Nanggulan
Formasi Nanggulan merupakan formasi yang paling tua di daerah pegunungan Kulon
Progo. Singkapan batuan batuan penyusun dari Formasi Nanggulan dijumpai di
sekitar desa Nanggulan, yang merupakan kaki sebelah timur dari Pegunungan Kulon
Progo. Penyusun batuan dari formasi ini terdiri dari batupasir dengan sisipan lignit,
Napal pasiran, batu lempung dengan konkresi limonit, sisipan napal dan
batugamping, batupasir dan tuff serta kaya akan fosil foraminifera dan moluska.
Diperkirakan ketebalan formasi ini adalah 30 meter.
b. Formasi Andesit Tua
Batuan penyusun dari formasi ini terdiri atas breksi andesit, tuff, tufflapili, aglomerat
dan sisipan aliran lava andesit. Lava, terutama terdiri dari andesit hiperstein dan
andesit augit hornblende. Formasi Andesit Tua ini mempunyai ketebalan mencapai
500 meter mempunyai kedudukan yang tidak selaras di atas formasi Nanggulan.
Batuan penyusun formasi ini berasal dari kegiatan vulkanisme di daerah tersebut,
yaitu dari beberapa gunung api tua di daerah Pegunungan Kulon Progo yang oleh
Van Bemmelen (1949) disebut sebagai Gunung Api Andesit Tua. Gunung api yang
dimaksud adalah Gunung Gajah, di bagian tengah pegunungan, Gunung Ijo di bagian
selatan, serta Gunung Menoreh di bagian utara Pegunungan Kulon Progo.Formasi
Andesit Tua diperkirakan berumur Oligosen Atas sampai Meiosen Bawah.
c. Formasi Kaligesing
Formasi Kaligesing tersusun oleh litologi breksi laharik dengan sisipan lava andesit,
batupasir tufaan. Formasi ini berdasarkan radiometroi berumur Oligosen dan
menumpang tidak selaras di atas Formasi Nanggulan. Formasi ini terdapat di bagian
Tengah sisi selatan barat dan barat laut dari kubah Kulon Progo.
d. Formasi Dukuh
Formasi Dukuh tersusun oleh perselangselingan antara breksi, batupasir kerikilan,
batugamping dan batu lempung. Litologi satuan ini menunjukkan perlapisan baik dan
silang – siur, sejajar pada batulempung dan batupasir. Formasi ini tidak selaras ditas
Formasi Nanggulan. Formasi ini berumur Oligo-Miosen dan pelamparan di daerah
Dukuh Kecamatan Samigaluh.
e. Formasi Jonggrangan
Litologi dari Formasi Jonggrangan ini tersingkap baik di sekitar desa Jonggrangan,
suatu desa yang ketinggiannya di atas 700 meter dari muka air laut dan disebut
sebagai Plato Jonggrangan. Bagian bawah dari formasi ini terdiri dari Konglomerat
yang ditumpangi oleh Napal tufan dan Batupasir gampingan dengan sisipan Lignit.
Formasi Jonggrangan ini terletak secara tidak selaras di atas Formasi Andesit Tua.
Ketebalan dari Formasi Jonggrangan ini mencapai sekitar 250 meter (Van Bemmelen,
(1949)). Formasi Jonggrangan dan Formasi Sentolo keduanya merupakan Formasi
Kulon Progo (“Westopo Beds”) diduga berumur Miosen Tengah.
II - 8
f. Formasi Sentolo
Litologi penyusun Formasi Sentolo ini di bagian bawah, terdiri dari Aglomerat dan
Napal, semakin ke atas berubah menjadi Batugamping berlapis dengan fasies neritik.
Batu gamping koral dijumpai secara lokal, menunjukkan umur yang sama dengan
formasi Jonggrangan, tetapi di beberapa tempat umur Formasi Sentolo adalah lebih
muda Formasi Sentolo ini mempunyai ketebalan sekitar 950 meter
g. Satuan Endapan Vulkanik Kuarter merupakan endapan Gunung Merapi yang
tersusun oleh breksi sisipan laca dan endapan lahar. Satuan ini berumur Pliosen-
Pleistosen. Satuan ini terdapat di atas semua formasi di bagian timur
h. Satuan Endapan Aluvial tersusun oleh endapan kerikil, pasir, lanau dan lempung dan
bongkah sepanjang sungai dan dataran pantai.
Untuk lebih jelasnya stratigrafi formasi geologi Kabupaten Kulon Progo dapat dilihat pada
tabel 2.6.
Tabel 2.6. Stratigrafi Formasi Geologi Kabupaten Kulon Progo
Umur Formasi Deskripsi Litologi Ketebalan (m) Kuarter Aluvium Kerikil, pasir, lanau dan lempung sepanjang sungai
dan dataran pantai. 100
Pliosen-Pleistosen
Endapan Vulkanik Kuarter
breksi sisipan lava dan endapan lahar 20
Miosen Bawah Sentolo Bagian atas batugamping berlapis baik kaya foraminifera Bagian bawah konglomerat alas diatasnya napal tufaan bersalangan dengan vitriks tuf
950
Miosen Bawah Jonggrangan Bagian atas batugamping berlapis ke arah atas menjadi batugamping koral Bagian bawah konglomerat diatasnya napal tufaan dan bapsir gampingan berselang-seling dengan lignit
250
Oligo – Miosen
Dukuh perselangselingan antara breksi, batupasir kerikilan, batugamping dan batulempung
660
Oligosen Kaligesing breksi laharik dengan sisipan lava andesit, batupasir tufaan
600
Oligo-Miosen Andesit Tua Breksi andesit, tuf, lapilli tuf, aglomerat dan berselingan dengan lava andesit. Terdapat fragmen batua lebih tua.
660
Eosen Atas –Oligosen
Nanggulan Batupasir seling-seling dengan lignit, napal pasiran, batulempung gampingan struktur konkresi, selang-seling napal dan batugamping, batupasir dan tuf, kaya foraminifera dan moluska foraminifera dan moluska
300
Sumber : RTRW Kab. Kulon Progo, 2012
2.1.2.1. Penggunaan Lahan
1. Kawasan budidaya
Berdasarkan hasil analisis peta penggunaan lahan dengan peta kawasan budidaya
dari RTRW Kabupaten Kulon Progo, sebagian besar jenis penggunaan di kawasan
budidaya adalah kebun tegalan yaitu seluas 16.991,44 Ha atau sebesar 45,09%. Untuk
lebih jelasnya jenis penggunaan lahan pada kawasan budidaya dapat dilihat pada tabel
berikut :
II - 9
Tabel 2.7. Penggunaan Lahan di Kawasan BudidayaKabupaten Kulon Progo
No Penggunaan Lahan Luas (Ha) % 1 Kebun Campuran 16.991,44 45,09 2 Lahan Pasir 59,74 0,16 3 Lahan Terbuka 7,47 0,02 4 Padang Rumput 352,06 0,93 5 Perairan Darat 574,44 1,52 6 Permukiman 4.014,50 10,65 7 Sawah Irigasi 8.935,45 23,71 8 Sawah Tadah Hujan 233,91 0,62 9 Tegalan 6.516,22 17,29
Total 37.685,23 100,00 Sumber : Hasil analisis peta RTRW dan NSAD tahun 2013 Kab. Kulon Progo
II - 10
Tabel 2.1. Luas Penggunaan Lahan di Kawasan Budidaya Per Kecamatan di Kabupaten Kulon Progo
No Penggunaan Lahan Temon Wates Panjatan Galur Lendah Sentolo
Ha % Ha % Ha % Ha % Ha % Ha %
1 Kebun Campuran 965,15 29,08 899,91 30,22 2.143,43 50,84 1.015,92 34,69 2.583,15 70,14 2.804,07 53,10
2 Lahan Pasir 21,96 0,66 8,93 0,30 28,85 0,99
3 Padang Rumput 37,34 1,13 140,34 4,71 59,11 1,40 11,55 0,39 25,24 0,69 30,06 0,57
4 Perairan Darat 25,55 0,77 37,13 1,25 3,13 0,07 114,17 3,90 158,52 4,30 14,96 0,28
5 Permukiman 372,40 11,22 572,77 19,24 123,95 2,94 143,61 4,90 80,29 2,18 448,85 8,50
6 Sawah Irigasi 1.390,41 41,90 971,62 32,63 857,77 20,34 1.290,11 44,06 798,58 21,69 1.053,21 19,95
7 Sawah Tadah Hujan 1,39 0,03
8 Tegalan 505,76 15,24 346,84 11,65 1.029,04 24,41 324,00 11,06 36,82 1,00 928,04 17,57
Luas total 3.318,58 100,00 2.977,53 100,00 4.216,44 100,00 2.928,21 100,00 3.682,60 100,00 5.280,57 100,00
No Penggunaan Lahan Pengasih Kokap Girimulyo Nanggulan Kalibawang Samigaluh
Ha % Ha % Ha % Ha % Ha % Ha %
1 Kebun Campuran 2.917,64 63,12 2.321,23 75,86 109,27 9,91 562,48 15,25 668,25 24,75 0,92 0,85
2 Lahan Terbuka 7,47 0,28
3 Padang Rumput 25,64 0,55 13,57 0,44 4,45 0,40 1,32 0,04 3,44 0,13
4 Perairan Darat 26,35 0,57 123,88 4,05 6,32 0,57 33,89 0,92 22,44 0,83 8,09 7,44
5 Permukiman 511,34 11,06 32,63 1,07 238,86 21,66 831,69 22,55 644,60 23,88 13,50 12,42
6 Sawah Irigasi 563,79 12,20 90,19 2,95 213,34 19,34 979,35 26,56 679,36 25,17 47,72 43,90
7 Sawah Tadah Hujan 17,44 0,38 81,76 7,41 17,42 0,47 112,96 4,18 2,95 2,71
8 Tegalan 560,12 12,12 478,58 15,64 449,03 40,71 1.261,52 34,21 560,97 20,78 35,52 32,68
Luas total 4.622,32 100,00 3.060,08 100,00 1.103,04 100,00 3.687,67 100,00 2.699,50 100,00 108,70 100,00
Sumber : hasil analisis peta RTRW dan NSAD tahun 2013 Kabupaten Kulon Progo
II - 11
1. Kawasan lindung
Kondisi kawasan lindung pada saat ini, apabila dilihat dari jenis penggunaan lahan,
penggunaan yang paling besar luasannya dalam kawasan lindung adalah kebun yaitu
seluas 9.558,65 Ha atau 45,64% dari luas wilayah Kabupaten Kulon Progo. Sedangkan
jenis penggunaan lahan dengan luasan terkecil di dalam kawasan lindung adalah lahan
terbuka yaitu seluas 6,08 Ha atau 0,03%. Untuk lebih jelasnya luas tiap jenis
penggunaan lahan dalam kawasan lindung dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.2. Penggunaan Lahan di Kawasan Lindung Kabupaten Kulon Progo
No Penggunaan Lahan Luas (Ha) %
1 Kebun Campuran 9.558,65 45,64
2 Lahan Pasir 301,77 1,44
3 Lahan Terbuka 6,08 0,03
4 Padang Rumput 271,78 1,30
5 Perairan Darat 902,03 4,31
6 Permukiman 1.900,81 9,08
7 Sawah Irigasi 378,78 1,81
8 Sawah Tadah Hujan 890,18 4,25
9 Tegalan 6.733,01 32,15
Total 20.943,08 100,00 Sumber : hasil analisis peta RTRW dan NSAD tahun 2013 Kabupaten Kulon Progo
II - 12
Tabel 2.3. Luas Penggunaan Lahan Budidaya di Kawasan Lindung Kabupaten Kulon Progo
No Penggunaan Lahan Temon Wates Panjatan Galur Lendah Sentolo
Ha % Ha % Ha % Ha % Ha % Ha %
1 Kebun Campuran 16,02 4,59 61,93 22,80 17,99 6,99 29,20 7,20 41,20 22,92 59,81 29,43
2 Lahan Pasir 138,74 39,74 42,08 15,49 69,29 26,92 51,66 12,75
3 Padang Rumput 80,54 23,07 69,04 25,42 96,50 37,49 4,55 1,12 1,29 0,72 6,52 3,21
4 Perairan Darat 51,34 14,71 48,98 18,04 4,42 1,72 158,67 39,15 119,95 66,73 92,58 45,56
5 Permukiman 9,12 2,61 34,47 12,69 7,62 1,88 3,58 1,99 15,56 7,66
6 Sawah Irigasi 5,13 1,47 2,01 0,74 0,90 0,35 92,79 22,90 3,12 1,74 15,07 7,42
7 Tegalan 48,22 13,81 13,07 4,81 68,30 26,54 60,76 14,99 10,62 5,91 13,65 6,72
Luas total 349,11 100,00 271,58 100,00 257,39 100,00 405,25 100,00 179,75 100,00 203,19 100,00
No Penggunaan Lahan
Pengasih Kokap Girimulyo Nanggulan Kalibawang Samigaluh
Ha % Ha % Ha % Ha % Ha % Ha %
1 Kebun Campuran 505,43 31,47 2.975,93 75,35 2.208,49 50,53 71,65 20,27 692,56 29,20 2.878,47 43,44
2 Lahan Terbuka 6,08 0,26
3 Padang Rumput 0,63 0,04 2,05 0,05 2,93 0,07 6,22 1,76 0,43 0,02 1,08 0,02
4 Perairan Darat 57,54 3,58 144,69 3,66 8,61 0,20 86,69 24,53 104,38 4,40 24,19 0,37
5 Permukiman 125,53 7,82 200,21 5,07 483,56 11,06 36,44 10,31 185,13 7,81 799,57 12,07
6 Sawah Irigasi 24,39 1,52 23,76 0,54 48,30 13,67 77,75 3,28 85,56 1,29
7 Sawah Tadah
Hujan 17,56 1,09 18,64 0,47 73,03 1,67 17,70 5,01 58,27 2,46 704,98 10,64
8 Tegalan 874,76 54,47 607,71 15,39 1.569,87 35,92 86,39 24,45 1.247,24 52,59 2.132,42 32,18
Luas total 1.605,84 100,00 3.949,22 100,00 4.370,24 100,00 353,39 100,00 2.371,85 100,00 6.626,27 100,00
Sumber : hasil analisis peta RTRW dan NSAD tahun 2013 Kabupaten Kulon Progo
II - 13
2.1.2.1. Kependudukan
Jumlah penduduk Kabupaten Kulon Progo tahun 2013 berjumlah 416.209 jiwa terdiri
dari laki-laki 206.546 jiwa dan perempuan 209.663 jiwa dengan 135.155 rumah tangga.
Adapun pertumbuhan penduduk mengalami fluktuasi pada kurun tiga tahun terakhir yaitu
naik sebesar 0,65% pada tahun 2011 dan naik sebesar 1,18% pada tahun 2012 namun pada
tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 13,14%. Demikian juga jumlah keluarga
mengalami kenaikan dari sebanyak 136.120 pada tahun 2010 menjadi 144.578 pada tahun
2012 namun mengalami penurunan menjadi 135.155 pada tahun 2013.
Sedangkan tingkat kepadatan penduduk rata-rata juga mengalami fluktuasi tahun
2010 tingkat kepadatan sebesar 802,55 jiwa/km2 dan tahun 2012 sudah mencapai 817,37
jiwa/km2 namun pada tahun 2013 kepadatan penduduk rata-rata menjadi 709,93 jiwa/km2.
Kepadatan penduduk tertinggi di 3 kecamatan yaitu Wates, Lendah dan Galur. Peningkatan
jumlah penduduk dan jumlah keluarga merupakan hasil validasi kependudukan yang
memperhitungkan penghapusan penduduk yang sudah tidak berdomisili di Kulon Progo,
maupun pemisahan keluarga bagi anggota keluarga yang sudah berkeluarga. Secara rinci
perkembangan penduduk disajikan pada tabel berikut :
Tabel 2.4. Jumlah Penduduk, Pertumbuhan Penduduk,
dan Jumlah Kepala Keluarga di Kabupaten Kulon Progo
No Tahun Penduduk
Jumlah Kepala Keluarga Laki-laki Perempuan Jumlah Pertumbuhan
1 2006 224.779 235.316 460.095 0,97% 99.365
2 2007 225.993 236.425 463.343 0,70% 100.760
3 2008 234.364 242.203 476.387 2,81% 130.407
4 2009 240.096 247.975 488.071 2,45% 137.720
5 2010 231.672 238.848 470.520 -3,59% 136.120
6 2011 233.289 240.333 473.622 0,65% 139.420
7 2012 236.064 243.125 479.189 1,18% 144.578
8 2013 206.546 209.663 416.209 -13,14% 135.155
Sumber data : Dinas Dukcapil Kabupaten Kulon Progo, 2013
Menurut komposisi umur diketahui pada tahun 2013 jumlah penduduk berusia 0-4
tahun mengalami penurunan dibandingkan tahun 2012 dari sejumlah 30.890 menjadi 29.245.
Sedangkan jumlah penduduk usia produktif (15-59 tahun) mengalami kenaikan pada tahun
2010 sebesar 321.823 orang menjadi sebesar 329.123 pada tahun 2012 dan pada tahun
2013 jumlah penduduk usia produktif menjadi 276.990. Secara rinci jumlah penduduk
menurut batasan umur disajikan pada tabel berikut :
II - 14
Tabel 2.5. Jumlah Penduduk Menurut Batasan Umur di Kabupaten Kulon Progo
No. Kelompok Umur Tahun
2010 2011 2012 2013
1. 0 – 4 30.528 30.984 30.890 29.245 2. 5 – 9 31.165 31.111 31.490 30.208 3. 10 – 14 32.943 32.496 32.509 30.866 4. 15 – 19 33.207 33.779 33.769 29.751 5. 20 – 24 31.800 31.592 32.045 27.850 6. 25 – 29 39.838 38.085 36.021 26.998 7. 30 – 34 40.624 40.701 41.204 30.330 8. 35 – 39 38.215 38.744 38.670 29.637 9. 40 – 44 37.946 37.990 38.378 30.378 10. 45 – 49 32.902 33.917 35.165 31.401 11. 50 – 54 28.992 29.603 30.758 28.671 12. 55 – 59 16.250 23.193 24.105 23.758 13. 60 – 64 22.049 17.941 19.008 18.216 14. 65 – 69 17.445 16.604 15.916 15.113 15. 70 – 74 16.500 15.287 16.288 14.625 16. >75 20.116 21.595 22.973 19.162
Sumber data : Dinas Dukcapil Kabupaten Kulon Progo, 2013
Dilihat dari komposisi penduduk menurut jenis kelamin, pada Tahun 2013 jumlah
penduduk perempuan Kulon Progo sebesar 50,4% lebih banyak dibandingkan jumlah
penduduk laki-laki yaitu sebesar 49,6%. Kondisi ini tidak banyak mengalami perubahan
dibandingkan tahun 2012, hal ini terlihat dari besarnya sex ratio di Kab. Kulon Progo sebesar
98,5% yang berarti terdapat sekitar 98 penduduk laki-laki dalam setiap 100 penduduk
perempuan.
Tabel 2.6. Data Sex Ratio Kabupaten Kulon Progo
Keadaan per 31 Desember 2013
Tahun Laki-Laki (orang)
Perempuan (orang)
Jumlah (orang)
Sex Ratio (%)
2010 231.672 238.848 470.520 97,0 2011 233.289 240.333 473.622 97,1 2012 236.064 243.125 479.189 97,1 2013 206.546 209.663 416.209 98,5
Sumber data : Dinas Dukcapil Kabupaten Kulon Progo, 2013
Program administrasi kependudukan dan pencatatan sipil menitikberatkan pada
kegiatan Implementasi SIAK (updating dan pemeliharaan) pengembangan data base
kependudukan, monitoring dan pelaporan kependudukan, penyusunan profil kependudukan,
sosialisasi kebijakan kependudukan dan catatan sipil, pengelolaan dokumen kependudukan
dan catatan sipil, pencatatan dan penerbitan akta kelahiran dan akta kematian, pencatatan
dan penerbitan akta perkawinan, perceraian, pengangkatan, pengakuan dan pengesahan
anak, pencatatan dan penerbitan akta catatan sipil di UPTD Wilayah Utara. Pelaksanaan
perekaman data program e-KTP per Kecamatan telah dilaksanakan. Sampai dengan 31
Desember 2013, capaiannya berikut :
II - 15
Tabel 2.7. Data hasil perekaman e-KTP Kabupaten Kulon Progo
Keadaan per 31 Desember 2013
No Kecamatan Wajib KTP Hasil
perekaman % Sisa
1 Temon 19,815 19,706 99.45% 109
2 Wates 23,610 33,027 98.27% 583
3 Panjatan 27,031 26,660 98.63% 371
4 Galur 23,711 23,456 98.92% 255
5 Lendah 29,134 29,103 99.89% 31
6 Sentolo 34,930 34,795 99.61% 135
7 Pengasih 35,926 35,569 99.01% 357
8 Kokap 26,196 25,871 98.76% 325
9 Girimulyo 18,342 18,320 99.88% 22
10 Nanggulan 22,162 22,136 99.87% 28
11 Samigaluh 20,780 20,496 98.63% 284
12 Kalibawang 22,110 21,612 97.75% 498
Jumlah 313,749 310,751 99.06% 2,998
Sumber data: Dinas Dukcapil Kulon Progo, 2013
Perekaman e-KTP masih akan terus dilaksanakan. Hasil pemantauan di kecamatan
masih ada penduduk yang belum melakukan perekaman e-KTP. Hal ini dimungkinkan
disebabkan oleh :
1. Sebagian penduduk yang sudah pindah dari Kulon Progo, namun tidak melaporkan
kepindahannya ke Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Kulon Progo,
termasuk yang pindah ke Luar Negeri;
2. Penduduk yang sudah meninggal tidak dilaporkan kematiannya ke Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Kulon Progo;
3. Masih adanya penduduk yang sudah jompo atau sakit permanen yang belum
melakukan perekaman e-KTP.
Dari Standar Pelayanan Minimal yang menjadi ketugasan SKPD Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil, pencapaiannya adalah :
1. Cakupan penerbitan Kartu Keluarga sebesar 100% dari target nasional 100%.
2. Cakupan penerbitan Kartu Tanda Penduduk (KTP) sebesar 90,11% dari target nasional
100%
3. Cakupan penerbitan kutipan akta kelahiran sebesar mencapai 94,24% dari target
nasional sebesar 100%.
4. Cakupan penerbitan kutipan akta kematian sebesar mencapai 47,16% dari target
nasional sebesar 70%.
II - 16
2.1.1. Aspek Kesejahteraan Masyarakat
2.1.2.1. Kesejahteraan Dan Pemerataan Ekonomi
1. Pertumbuhan PDRB
Pengembangan ekonomi wilayah tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi tetapi juga harus mampu meningkatkan kesejahteraan penduduk
dan mampu menciptakan pemerataan pendapatan. Tingkat kesejahteraan penduduk
dapat ditunjukkan dengan PDRB per kapita, meskipun angka ini tidak menjelaskan
adanya tingkat distribusi pendapatan penduduk.
Nilai Produk Domestik Regional Bruto (Gross Domestic Regional Product)
digunakan sebagai salah satu indikator pengukur tingkat keberhasilan pembangunan di
suatu wilayah. Dengan kata lain, PDRB merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan
oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai
barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. Pada tahun 2013 nilai
PDRB di Kabupaten Kulon Progo mencapai Rp. 4.602.893.750.000,- Nilai tersebut
merupakan total nilai tambah dari seluruh aktivitas kegiatan ekonomi di Kabupaten Kulon
Progo selama tahun 2012. Nilai PDRB tersebut lebih tinggi dibandingkan nilai PDRB
yang telah dicapai pada tahun 2012 yakni sebesar Rp. 4.196.448.000.000,-
Nilai PDRB per kapita Kabupaten Kulon Progo atas dasar harga berlaku sejak
tahun 2009 hingga tahun 2013 terus meningkat. Untuk tahun 2012 nilai PDRB per kapita
atas dasar harga berlaku sebesar 10.671.984 juta rupiah per kapita. Pada tahun 2013
nilai PDRB per kapita atas dasar harga berlaku mencapai 11.887.203 juta rupiah per
kapita. Kenaikan PDRB per kapita secara riil dapat dilihat dari nilai PDRB per kapita atas
dasar harga konstan. Secara riil, PDRB per kapita selama lima tahun terakhir juga
mengalami peningkatan sebesar 14,67%, dari 4.460.215 juta rupiah per kapita pada
tahun 2009 hingga menjadi 5.114.803 juta rupiah per kapita pada tahun 2013. Hal ini
berarti bahwa pembangunan ekonomi Kabupaten Kulon Progo mampu meningkatkan
tingkat kesejahteraan penduduknya, dengan adanya pendapatan perkapita yang
semakin besar
Secara rinci PDRB berdasarkan lapangan usaha menurut harga konstan tahun
2000 dan menurut harga berlaku Tahun 2009-2013 disajikan pada tabel berikut :
Tabel 2.8. Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku
Kabupaten Kulon Progo Tahun 2009-2013 (dalam Juta Rupiah)
No. Uraian 2009 2010 2011 2012 2013**
PDRB 3.286.278 3.547.055 3.867.137 4.196.448 4.602.894
Penduduk Pertengahan Tahun*)
387.493 388.869 390.207 393.221
393.221
PDRB Perkapita (Rp) 8.480.876 9.121.466 9.910.472 10.671.984 11.887.203
Keterangan *) : berdasarkan prediksi dari sensus penduduk tahun 2000 **) : angka prediksi sangat sangat sementara (olahan Bappeda) Sumber data : PDRB Kab. Kulon Progo 2012, diolah
II - 17
Tabel 2.9. Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita
Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Kabupaten Kulon Progo Tahun 2009-2013 (dalam juta rupiah)
No. Uraian 2009 2010 2011 2012 2013**
PDRB 1.728.302 1.781.227 1.869.338 1.963.078 2.062.180
Penduduk Pertengahan
Tahun
387.493 388.869 390.207 393.221 403.175
PDRB Perkapita (Rp) 4.460.215 4.580.532 4.790.630 4.992.301 5.114.803
Sumber data : PDRB Kabupaten Kulon Progo 2014, diolah
Seiring dengan perkembangan penduduk dan peningkatan kebutuhan maka
menpengaruhi kecendurungan nilai PDRB per kapita untuk terus meningkat. Kenaikan
PDRB perkapita dari tahun ke tahun juga mempengaruhi pola konsumsi masyarakat
yang akan mempengaruhi struktur pasar domestik di Kabupaten Kulon Progo. Kenaikan
nilai PDRB per kapita ini seharusnya diimbangi dengan pemenuhan kebutuhan (demand)
dalam pasar lokal sehingga pasar di Kabupaten Kulon Progo dapat menangkap peluang
tersebut untuk penguatan ekonomi lokal. Potensi PDRB Kabupaten yang mempunyai
tren terus naik merupakan potensi pasar yang cukup signifikan, sehingga ke depan
diperlukan sebuah formulasi kebijakan yang dapat meminimalisir bocornya potensi pasar
ini ke daerah lain karena minimnya supply dan variasi produk yang ada di pasar Kulon
Progo.
2. Laju Pertumbuhan Ekonomi
Perhitungan PDRB terdiri dari PDRB atas dasar harga berlaku dan PDRB atas
dasar nilai konstan. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah
barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun berjalan, sedang PDRB
atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang
dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun
dasar. PDRB atas dasar harga berlaku digunakan untuk mengetahui kemampuan
sumber daya ekonomi, pergeseran, dan struktur ekonomi suatu daerah. Sedangkan,
PDRB konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun
ke tahun atau pertumbuhan ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh faktor harga. Untuk
angka prediksi tahun 2012 dan 2013 juga mengalami pertumbuhan yang signifikan yakni
prediksi PDRB atas dasar harga berlaku untuk tahun tahun 2012 sebesar Rp.
4.196.448.000.000,- dan tahun 2013 sebesar Rp. 4.602.893.750.000,- sedangkan untuk
estimasi PDRB atas dasar harga konstan pada tahun 2012 Rp 1.963.078.000.000,- dan
tahun 2013 sebesar Rp 2.062.160.000.000,-.
Perkembangan nilai tambah PDRB atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga
konstan Kabupaten Kulon Progo tahun 2009-2013 sebagai berikut:
II - 18
Tabel 2.10. Tabel Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan
Kabupaten Kulon Progo Tahun 2009-2013
Tahun 2009 2010 2011 2012 2013
PDRB ADHK 1.728.304,00 1.781.227,00 1.869.338,00 1.963.078,00 2.062.160,00
PDRB ADHB 3.286.278,00 3.547.055,00 3.867.136,00 4.196.448,00 4.602.893,75
Gambar 2.5.
Grafik PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2009-2013
Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000, nilai PDRB Kabupaten Kulon Progo tahun
2012 sebesar Rp. 1.963.078.000.000,- dibandingkan tahun 2013 yang mencapai Rp.
2.062.160.000.000,-, dimana tahun 2013 terjadi laju pertumbuhan ekonomi sebesar 5,05
persen. Laju pertumbuhan ekonomi tahun 2013 mengalami penurunan sebanyak 0,04
point dibanding tahun 2012 dengan pertumbuhan 5,01 persen. Indikator LPE tahun 2013
diperoleh dari perbandingan nilai PDRB atas dasar harga konstan 2013 dengan nilai
PDRB atas dasar harga konstan tahun 2012.
Kenaikan laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kulon Progo di tahun 2013 terjadi
pada delapan sektor dari sembilan sektor penopang PDRB, dimana sektor-sektor
tersebut mempunyai kontribusi signifikan dalam PDRB Kabupaten Kulon Progo. Sektor
paling menonjol yang mempengaruhi kenaikan PDRB adalah sektor jasa-jasa. Hal
tersebut seiring dengan kebijakan Bupati Kulon Progo yang menggalakkan
pembangunan jalan dan infrastruktur.
Pada tahun 2013 ada 8 sektor yang mengalami peningkatan laju pertumbuhan
ekonomi dan hanya satu sektor mengalami stagnansi. Sektor pengangkutan dan
komunikasi mengalami kenaikan laju pertumbuhan ekonomi sebesar 3,64 persen dari
pertumbuhan negatif -0,24 persen, dan sektor perdagangan, restoran dan hotel
mengalami kenaikan laju pertumbuhan sebesar 5,49 persen dari 0,93 persen pada tahun
sebelumnya.Demikian juga untuk sektor listrik, gas, dan air minum mengalami kenaikan
laju pertumbuhan ekonomi pada angka 5,86 persen. Namun begitu diantara kesembilan
1.728.304,00 1.781.227,00 1.869.338,00 1.963.078,00 2.062.160,00
3.286.278,003.547.055,00
3.867.136,004.196.448,00
4.602.893,75
2009 2010 2011 2012 2013
PDRB ADHK PDRB ADHB
II - 19
sektor penopang PDRB pada tahun 2013 sektor pertanian merupakan sektor yang
memberikan kontribusi paling tinggi pada LPE, sedang sektor yang memberikan
kontribusi paling rendah dalam LPE adalah sektor pertambangan dan penggalian.
Kenaikan tertinggi dicapai pada sektor jasa-jasa yang mencapai angka 9,27 persen
padahal sebelumnya hanya 2,06 persen. Hal tersebut sangat erat kaitannya dengan
program yang dicanangkan Bupati Kulon Progo untuk meningkatkan pembangunan
dibidang infrastruktur.
Berikut ini adalah tabel laju pertumbuhan ekonomi berdasarkan perbandingan
PDRB atas dasar harga konstan dari tahun 2009 sampai tahun 2013 :
Tabel 2.11. Tabel LPE Kabupaten Kulon Progo Tahun 2009 - 2013
No. Sektor 2009 2010 2011 2012 2013 1 Pertanian 1,20 -0,40 1,57 1,15 3,99 2 Pertambangan dan penggalian 0,09 -0,34 0,15 0,11 -1,25 3 Industri pengolahan 0,34 0,62 -0,19 0,25 1,67 4 Listrik, gas dan air minum 0,04 0,10 0,03 0,04 5,86 5 Bangunan 0,22 0,34 0,51 0,52 6,63 6 Perdagangan, restoran dan hotel 0,73 0,79 1,27 0,93 5,49 7 Pengangkutan dan komunikasi 0,49 0,28 0,24 -0,24 3,64 8 Bank dan lembaga keuangan 0,58 0,37 0,06 0,31 4,65 9 Jasa-jasa 0,34 1,36 1,31 2,06 9,27
TOTAL 4,03 3,13 4,95 5,01 5,05
Gambar 2.6. Grafik Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kulon Progo Tahun 2009-2013
Struktur perekonomian Kabupaten Kulon Progo masih ditopang oleh sektor
pertanian dan sektor jasa yang memberikan kontribusi sebesar 23,48 persen dan 22,31
persen. Secara riil sektor pertanian di Kabupaten Kulon Progo sejak tahun 2009 tumbuh
terus meskipun pada tahun 2010 sempat terjadi penurunan. Salah satu sebab utama
adalah adanya penurunan produksi padi pada tahun 2010, akibat mundurnya musim
tanam di subround III tahun 2010, mundur di bulan November dan dipanen di awal tahun
4,03
3,13
4,95 5,01 5,05
2009 2010 2011 2012 2013
LPE
LPE
II - 20
2011. Pada tahun 2011, produksi padi mengalami peningkatan yang berefek pada
peningkatan nilai tambah subsektor tabama menjadi 7,98 persen. Pertumbuhan yang
cukup tinggi pada subsektor yang punya andil besar dalam perekonomian akan
berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Pada sektor jasa juga mengalami kenaikan terus menerus sejak tahun 2009
sampai dengan tahun 2013, dengan kontribusi terbesar diberikan oleh sub sektor
Pemerintahan Umum (public services), disusul berturut oleh sub sektor swasta, sub
sektor sosial kemasyarakatan, sub sektor perorangan dan rumah tangga, dan sub sektor
terkecil penyumbang jasa adalah hiburan dan rekreasi. Kenaikan secara konsisten sektor
jasa yang ditopang oleh sub sektor pemerintahan umum didorong oleh perubahan dan
perbaikan layanan publik yang diberikan oleh pemerintah daerah. Salah satunya adalah
reorganisasi pada lembaga/instansi pemerintah yang merupakan two-hat public
institutions baik sebagai cost unit maupun profit unit untuk meningkatkan profesionalisme
pelayanan.
Sedang untuk sektor Pengangkutan dan Komunikasi memberikan kontribusi
sebesar 9,24 persen pada tahun 2013 dengan laju pertumbuhan ekonomi rata-rata 0,22
persen selama 5 tahun terakhir. Sub sektor pengangkutan di Kabupaten Kulon Progo
masih di dominasi oleh pengangkutan jalan raya, sehingga ketersediaan dan
peningkatan fasilitas sarana dan prasarana angkutan jalan raya diperlukan. Sebanyak
1,52 persen sub sektor pengangkutan adalah angkutan Rel seperti kereta api. Hal ini
tidak berbanding linear dengan kondisi posisi Kabupaten Kulon Progo yang menjadi
penghubung kota-kota di selatan Jawa serta berada di perbatasan antara Daerah
Istimewa Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah.
Pada tahun 2013 Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran memberikan kontribusi
terhadap PDRB sebesar 17,76 persen. Sektor perdagangan di Kulon Progo didukung
oleh kegiatan ekspor hasil industri, antara lain arang briket, kerajinan agel, papan kemas,
kerajinan kayu, gula kristal dan wig. Peningkatan PDRB per kapita semestinya dapat
memberikan peluang pasar lokal bagi terserapnya produk lokal dan penguatan ekonomi
kerakyatan. Rata-rata laju pertumbuhan ekonomi pada sektor perdagangan, hotel, dan
restoran dalam 5 tahun terakhir adalah 5,42 persen. Namun begitu secara riil ada
pertumbuhan dengan tren naik pada lima tahun terakhir pada sektor ini.
Industri pengolahan pada tahun 2013 menyumbang 13,65 persen dari total nilai
PDRB Atas Dasar Harga Konstan. Laju pertumbuhan ekonomi sektor industri
pengolahan mengalami kondisi yang cenderung stagnan. Industri pengolahan di
Kabupaten Kulon Progo masih merupakan industri mikro dengan modal kecil dan
teknologi sederhana. Pertumbuhan industri pengolahan sangat dibutuhkan di Kulon
Progo untuk mendukung pembangunan industri hilir khususnya sektor pertanian.
II - 21
Tabel 2.12. Tabel PDRB Per Tahun Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2009-2013 (rupiah)
Sumber data BPS, diolah.
Gambar 2.8. Grafik PDRB Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Kulon Progo tahun 2009-2103
Sumber data BPS, diolah.
1.728.304,001.781.227,00
1.869.338,001.963.078,00
2.062.180,00
1.500.000,00
1.600.000,00
1.700.000,00
1.800.000,00
1.900.000,00
2.000.000,00
2.100.000,00
2009 2010 2011 2012 2013
PDRB
No. Uraian 2009 2010 2011 2012 2013
1 Pertanian 474.560,00 467.714,00 495.676,00 517.404,00 526.782,00
2 Pertambangan dan Penggalian 18.527,00 12.664,00 15.395,00 17.376,00 19.442,00
3 Industri Pengolahan 261.033,00 271.689,00 268.349,00 273.125,00 279.226,00
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 11.007,00 11.586,00 12.068,00 12.850,00 13.667,00
5 Bangunan 85.790,00 91.657,00 100.658,00 110.071,00 120.626,00
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
293.574,00 307.245,00 329.807,00 347.231,00 367.293,00
7 Pengangkutan dan Komunikasi 179.405,00 184.299,00 188.623,00 183.855,00 190.414,00
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
110.230,00 116.678,00 117.684,00 123.572,00 134.375,00
9 Jasa-jasa 294.178,00 317.694,00 341.076,00 377.593,00 410.361,00
PDRB 1.728.304,00 1.781.227,00 1.869.338,00 1.963.078,00 2.062.180,00
II - 22
Gambar 2.9.
Grafik Pertumbuhan Sektor Pertanian PDRB Atas Dasar Harga Konstan Kab. Kulon Progo Tahun 2009-2013
Sumber data BPS, diolah.
Gambar 2.10.
Grafik Pertumbuhan Sektor Jasa-jasa PDRB Atas Dasar Harga Konstan Kab. Kulon Progo Tahun 2009-2013
Sumber data BPS, diolah.
2009 2010 2011 2012 2013
474.560,00 467.714,00495.676,00
517.404,00 526.782,00
Pertumbuhan Sektor PertanianPDRB per Tahun Atas Dasar Harga Konstan
Kabupaten Kulon Progo Tahun 2009-2013 (dalam jutaan rupiah)
Pertanian
2009 2010 2011 2012 2013
294.178,00 317.694,00 341.076,00 377.593,00 410.361,00
Pertumbuhan Sektor Jasa-JasaPDRB per Tahun Atas Dasar Harga Konstan
Kabupaten Kulon Progo Tahun 2009-2013 (dalam jutaan rupiah)
Jasa-jasa
II - 23
Gambar 2.11. Grafik Pertumbuhan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran
PDRB Atas Dasar Harga Konstan Kab. Kulon Progo Tahun 2009-2013
Sumber data BPS, diolah.
Tabel 2.13.
Tabel Distribusi Persentase PDRB menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku di Kabupaten Kulon Progo tahun 2009 – 2013
No. Sektor 2009 2010 2011 2012 2013
1 PERTANIAN 24,11 23,16 23,68 23,48 26,09
2 PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 1,05 0,70 0,82 0,87 0,83
3 INDUSTRI PENGOLAHAN 15,10 15,52 14,31 13,96 13,46
4 LISTRIK, GAS DAN AIR MINUM 0,86 0,88 0,87 0,85 0,66
5 BANGUNAN 5,77 5,90 6,19 6,43 5,69
6 PERDAGANGAN , RESTORAN & HOTEL 16,40 16,56 16,97 17,05 17,76
7 PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 10,55 10,13 9,92 8,95 9,24
8 BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN 6,24 6,36 6,15 6,09 6,27
9 JASA-JASA 19,92 20,77 21,10 22,31 20,00
TOTAL 100 100 100 100 100
Sumber data BPS, diolah.
Gambar 2.11. Grafik Distribusi Persentase PDRB menurut Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Konstan Kab. Kulon Progo Tahun 2013
Sumber data BPS, diolah.
2009 2010 2011 2012 2013
293.574,00 307.245,00 329.807,00 347.231,00 367.293,00
Pertumbuhan Sektor Perdagangan, Hotel, dan RestoranPDRB per Tahun Atas Dasar Harga Konstan
Kabupaten Kulon Progo Tahun 2009-2013 (dalam jutaan rupiah)
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
0,26
0,01
0,13
0,010,06
0,18
0,09
0,06
0,20
Distribusi Persentase PDRB
PERTANIAN
PERTAMBANGAN & PENGGALIAN
INDUSTRI PENGOLAHAN
LISTRIK, GAS DAN AIR MINUM
BANGUNAN
II - 24
3. Inflasi
Inflasi merupakan perkembangan secara rata-rata perubahan indeks harga
konsumen dari barang dan jasa, dengan cakupan ratusan komoditas yang dikonsumsi
masyarakat. Siklus kegiatan ekonomi berjalan sehingga di suatu wilayah memerlukan
kondisi tercapainya keseimbangan penawaran dan permintaan barang dan jasa.
Kongruensinya untuk menjaga stabilitas perekonomian juga diperlukan titik elastisitas
antara pertumbuhan ekonomi dan inflasi.
Inflasi dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu inflasi ringan, sedang,
berat, dan hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah
angka 10% setahun; inflasi sedang antara 10%—30% setahun; berat antara 30%—100%
setahun; dan hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada
di atas 100% setahun. Inflasi diukur dengan menghitung perubahan tingkat persentase
perubahan sebuah indeks harga, antara lain dengan Indeks Harga Konsumen.
Laju inflasi Kabupaten Kulon Progo tahun 2011 sebesar 2,60%, lebih rendah
dibandingkan angka inflasi di kota Yogyakarta yang tercatat sebesar 3,88%. Inflasi
Kabupaten Kulon Progo tahun 2012 sebesar 3,39% dimana andil positifnya/paling besar
pengaruh perkembangannya dari komoditas mie kering instan, nasi, jeruk, upah
pembantu RT, bawang merah, daging sapi, telur ayam ras, batu bata, bawang putih dan
bayam, sedangkan yang andil negatifnya besi beton, cabe rawit, sabun detergen bubuk,
gula pasir, minyak goreng, semangka, petai, buncis, salak dan cabe merah.
Tabel 2.14. Inflasi Menurut Kelompok Pengeluaran
Kabupaten Kulon Progo Tahun 2008-2012
No Kelompok Pengeluaran 2008 2009 2010 2011 2012
1 Umum 9,49 9,49 5,47 2,60 3,39
2 Bahan Makanan 18,53 5,73 12,88 0,65 5,68
3 Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 6,55 11,80 5,38 4,68 5,69
4 Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar 9,63 2,96 5,01 3,57 2,90
5 Sandang 10,68 2,17 2,14 9,79 2,81
6 Kesehatan 4,59 3,96 1,99 1,42 1,05
7 Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga 1,83 4,59 1,54 1,67 0,50
8 Transport, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 5,76 -1,13 1,55 0,42 0,68
Keterangan: -tahun 2008 menggunakan tahun dasar 2002=100
- tahun 2009 dan 2010 menggunakan tahun dasar 2007=100
Sumber : BPS Kabupaten Kulon Progo, 2013
4. Indeks Gini
Untuk mengetahui pemerataan distribusi pendapatan penduduk ukuran tinggi,
sedang atau rendah ketimpangannya secara kuantitatif dapat dilihat dengan
menggunakan Rasio Gini. Nilai Rasio Gini berkisar antara 0 hingga 1. Semakin
mendekati satu maka dikatakan tingkat ketimpangan pendapatan penduduk makin
melebar, atau mendekati ketimpangan sempurna. Sebaliknya semakin mendekati 0
II - 25
distribusi pendapatan semakin merata, atau mendekati pemerataan sempurna. Adapun
data Rasio Gini Kabupaten Kulon Progo sebagaimana pada tabel berikut.
Bila dibandingkan dengan rata-rata indeks gini untuk Provinsi DIY, maka indeks
gini Kabupaten Kulon Progo lebih rendah. Indeks gini untuk Provinsi DIY berkisar 0,3,
sedangkan untuk Kabupaten Kulon Progo hanya berkisar 0,2. Selengkapnya dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2.15. Indeks Gini Kabupaten Kulon Progo Tahun 2005-2012
No. Tahun Indeks Gini Kriteria
1. 2005 0,2969 ketimpangan rendah
2. 2006 0,2318 ketimpangan rendah
3. 2007 0,1802 ketimpangan rendah
4. 2008 0,2890 ketimpangan rendah
5. 2009 0,2504 ketimpangan rendah
6. 2010 0,2408 ketimpangan rendah
7. 2011 0,3365 ketimpangan moderat
8. 2012 0,3429 ketimpangan moderat
Sumber: Rasio Gini Kabupaten Kulon Progo tahun 2012, BPS
Rasio Gini Kabupaten Kulon Progo tahun 2011 sebesar 0,3365 lebih tinggi 0,0957
poin dibanding tahun 2010 sebesar 0,2408. Rasio Gini Kabupaten Kulon Progo tahun
2009 dan 2010 lebih kecil dari 0,3, menurut Oshima angka tersebut masuk dalam
kategori ketimpangan rendah. Namun pada tahun 2011 nilai Rasio Gini Kabupaten Kulon
Progo sebesar 0,3365 termasuk ketimpangan moderat (ketimpangan moderat: 0,3‐0,5).
Jika dibandingkan dengan nilai Rasio Gini tahun 2010, di tahun 2011 lebih tinggi 0,0957
poin. Dengan adanya kenaikan indeks /nilai Rasio Gini di Kabupaten Kulon Progo pada
tahun 2011 berarti ada penurunan dalam pemerataan pendapatan di Kabupaten Kulon
Progo dibandingkan dengan tahun 2010.
Besaran Rasio Gini Kabupaten Kulon Progo jika dibandingkan dengan
Kabupaten/Kota lain yang ada di Provinsi D.I. Yogyakarta tampak pada tabel berikut.
Tabel 2.16. Rasio Gini menurut Kabupaten/Kota di D.I. Yogyakarta Tahun 2009 – 2011
No. Kabupaten/Kota 2009 2010 2011
1. Kulon Progo 0,2504 0,2408 0,3365
2. Bantul 0,2513 0,2746 0,2963
3. Gunungkidul 0,2389 0,2517 0,3010
4. Sleman 0,2944 0,2758 0,2709
5. Kota Yogyakarta 0,2327 0,2174 0,1937
6. D.I.Y 0,3112 0,3088 0,3149
7. Nasional 0,3700 0,3800 0,4100
Sumber data: BPS Kabupaten Kulon Progo, 2012
II - 26
Seiring pertumbuhan positif makro ekonomi, gini ratio Kabupaten Kulon Progo
pada tahun 2010 sebesar 0,2408 menjadi sebesar 0,3365 pada tahun 2011. Hal ini
menunjukkan bahwa distribusi pendapatan penduduk dari ketimpangan rendah menuju
ketimpangan moderat atau cenderung semakin tidak merata. Hal ini biasa dialami bila
pertumbuhan ekonomi tinggi menyebabkan ketimpangan pendapatan juga akan naik.
Untuk itu kedepan kebijakan pembangunan harus lebih berpihak kepada masyarakat
berpenghasilan rendah guna pemerataan pendapatan dengan ketimpangan rendah.
Sebagai contoh program yang sedang digalakan di Kulon Progo untuk mengatasi
ketimpangan adalah gentong rembes dan bedah rumah. Kedua program ini dilaksanakan
sebagai bentuk gerakan sosial yang didukung oleh pemerintah kabupaten dimana
kalangan masyarakat dengan pendapatan yang tinggi menyumbangkan pendapatan
untuk kalangan tidak mampu supaya bisa mendapatkan hak dasar dalam hal akses
rumah layak, pendidikan, kesehatan, dan pangan yang sehat.
2.1.2.1. Kesejahteraan Sosial
1. Pendidikan
Capaian kinerja urusan pendidikan tahun 2013 dengan membandingkan target
capaian kinerja yang telah ditetapkan dalam RPJMD tahun 2011-2016, yang dilihat
dengan indikator kinerja meliputi : Angka Partisipasi Sekolah, Angka Putus Sekolah,
Angka Melek Huruf dan capaian kinerja urusan pendidikan PAUD, Pendidikan Dasar,
Pendidikan Menengah, manajemen pendidikan, pembinaan sosial budaya dan
peningkatan peran serta kepemudaan.
Kinerja pendidikan diukur dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 23 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 15 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan
Dasar. Hasil capaian SPM tahun 2013 dari 26 indikator sebagian besar mencapai angka
rata-rata 90 persen, kecuali pada indikator; a) di setiap SMP/MTs tersedia guru dengan
kualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik masing-masing
satu orang untuk mata pelajaran Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,
PKn dimana untuk SMP mencapai 74,24% dan MTs mencapai 58,33%, b) kunjungan
pengawas ke satuan pendidikan dilakukan satu kali setiap bulan dan setiap kunjungan
dilakukan selama 3 jam untuk melakukan supervisi dan pembinaan dimana untuk SD
sebesar 40,35%, MI sebesar 66,67%, SMP sebesar 40,91%, dan MTs sebesar 66,67%,
c) setiap SD/MI menyediakan satu set peraga IPA dan bahan yang terdiri dari model
kerangka manusia, model tubuh manusia, bola dunia (globe), contoh peralatan optik, kit
IPA untuk eksperimen dasar, dan poster/carta IPA dimana untuk SD sebesar 61,40%
dan MI sebesar 55,56%.
Hasil capaian Angka Partisipasi Sekolah dan Angka Putus Sekolah tahun 2013
terinci pada uraian berikut ini:
II - 27
1) Angka Partisipasi Sekolah
Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan dasar jenjang SD/MI pada tahun
2012 sebesar 98,17% dan tahun 2013 sebesar 97,72% atau mengalami penurunan
0,45%. APK jenjang SMP/MTs tahun 2012 sebesar 100% dan tahun 2013 sebesar
97,09% atau mengalami penurunan 2,91%.
Realisasi APK jenjang SD dibawah seratus 100% artinya keterjangkauan
pendidikan dasar belum merata, hal ini dimungkinkan terdapat siswa SD/MI yang
usianya di bawah 7 tahun karena keberhasilan program Pendidikan Anak Usia Dini
atau ada siswa SD/MI yang usianya diatas 12 tahun. Realisasi APK jenjang
SMP/MTs dibawah 100% artinya keterjangkauan pendidikan dasar belum merata,
dimungkinkan ada siswa SMP/MTs yang usianya di bawah 13 tahun atau di atas
15 tahun atau ada siswa SMP/MTs kabupaten Kulon Progo yang sekolah di
Kabupaten/Daerah lain khususnya di wilayah perbatasan.
Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan menengah (SMA/MA/SMK)
adalah tahun 2012 sebesar 99,12% dan tahun 2013 sebesar 92,82% atau
mengalami penurunan sebesar 6,30%. Kondisi ini menggambarkan bahwa belum
seluruh penduduk usia 16-18 tahun mengikuti sekolah pendidikan menengah
sehingga perlu peningkatan layanan pendidikan menengah oleh Pemerintah
maupun Pemerintah Daerah. APK jenjang SMA/MA/SMK di bawah 100%, karena
ada siswa SMA/MA/SMK Kulon Progo yang sekolah di luar Kabupaten/Daerah lain
dan ada siswa yang usianya di bawah 16 tahun atau di atas 18 tahun.
Angka Partisipasi Murni (APM) jenjang pendidikan dasar lebih
menggambarkan kondisi keterserapan siswa pada usia jenjang sekolah SD/M dan
SMP/MTs. APM jenjang SD/MI pada tahun 2012 sebesar 97,89% dan pada tahun
2013 sebesar 97,83% atau mengalami penurunan 0,06%. APM jenjang SD/MI
dibawah seratus 100% artinya keterjangkuan pendidikan dasar belum merata,
dimungkinkan terdapat siswa SD/MI yang usianya di bawah7 tahun yang
disebabkan oleh adanya program Pendidikan Anak Usia Dini atau diatas 12 tahun.
Angka Partisipasi Murni (APM) untuk SMP/MTs pada tahun 2012 sebesar 98,99%
dan tahun 2013 sebesar 99,42% atau mengalami kenaikan sebesar 0,43%. APM
SMP/MTs di bawah 100% dimungkinkan ada siswa SMP/MTs yang usianya di
bawah 13 tahun atau siswa yang usianya di atas 15 tahun dan ada siswa
SMP/MTs Kulon Progo yang sekolah di Kabupaten/Daerah lain khususnya di
wilayah perbatasan. Angka Partisipasi Murni (APM) untuk pendidikan menengah
(SMA/MA/SMK) tahun 2012 sebesar 97,63% dan pada tahun 2013 sebesar
93,66% atau mengalami penurunan sebesar 3,97%. APM SMA/SMK di bawah
100% dimungkinkan ada siswa SMA/SMK yang usianya di bawah 16 tahun dan
ada siswa yang usianya di atas 18 tahun, dan ada siswa SMA/MA dan SMK
Kabupaten Kulon Progo yang sekolah di Kabupaten/Daerah lain khususnya di
wilayah perbatasan.
II - 28
Secara rinci capaian kinerja Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2012-2013 terlihat
dalam tabel berikut :
Tabel 2.17.
Capaian Kinerja Angka Partisipasi Sekolah
Kabupaten Kulonprogo Tahun 2013
No. Indikator Kinerja sasaran
Capaian Kinerja
2012 2013
Target Realisasi
1. APM PAUD Formal PAUD : 86,11%
PAUD : 96 %
PAUD : 88,98 %
2. APK PAUD Formal PAUD : 86,11%
PAUD:100% PAUD : 88,98 %
3. APK Pendidikan Dasar SD/MI: 98,17%
SD/MI: 102%
SD/MI: 97,72%
SMP/Mts : 103,67%
SMP/Mts: 106 %
SMP/Mts: 97,09%
4. APM Pendidikan Dasar SD/MI: 97,89%
SD/MI: 99% SD/MI: 97,83%
SMP/MTs: 98,77%
SMP/MTs: 80 %
SMP/MTs: 99,42%
5. APK Inklusi Pendidikan Dasar SD/MI: 77 %
SD/MI: 100 %
SD /MI: 85 %
SMP/MTs: 75 %
SMP/MTs: 80 %
SMP/MTs: 80 %
6. APM Inklusi Pendidikan Dasar SD/MI: 77 %
SD/MI: 85 %
SD/MI : 85 %
SMP/MTs: 75 %
SMP/MTs: 78 %
SMP/MTs: 80 %
7. APK Pendidikan Menengah SMA/SMK/MA: 98,13%
SMA/SMK/MA: 105,2 %
SMA/SMK/MA: 92,82%
8. APM Pendidikan Menengah SMA/MA/SMK: 97,63%
SMA/MA/SMK: 77 %
SMA/MA/SMK: 93,66%
9. APK Inklusi Pendidikan Menengah
SMA/MA/ SMK: 80%
SMA/MA/SMK: 85%
SMA/MA/ SMK: 80%
10. APM Inklusi Pendidikan Menengah
SMA/MA/ SMK: 80%
SMA/MA/SMK: 85%
SMA/MA/SMK: 80%
Sumber data: Dinas Pendidikan Kab. Kulonprogo, 2013
2) Angka Putus Sekolah (APS)
Angka Putus Sekolah (APS) jenjang pendidikan dasar mengalami
penurunan bila dibandingkan tahun sebelumnya. Angka Putus Sekolah (APS)
jenjang SD/MI pada 2012 sebesar 0,10% dan tahun 2013 sebesar 0,17% atau
mengalami kenaikan sebesar 0,07%. Angka Putus Sekolah (APS)
jenjangSMP/MTs pada 2012 sebesar 0,21% dan tahun 2013 sebesar 0,24% atau
mengalami kenaikan sebesar 0,02%. Angka Putus Sekolah jenjang SMA/MA/SMK
pada tahun 2012 sebesar 0,34% dan tahun 2013 sebesar 0,10% atau mengalami
penurunan sebesar 0,24%.
II - 29
Kenaikan angka putus sekolah jenjang SD/MI dan SMP/MTs disebabkan
karena ada siswa yang gagal di sekolah formal, sehingga mereka tidak mau
melanjutkan sekolah atau karena kondisi ekonomi orangtua kurang mampu
sehingga tidak melanjutkan sekolah. Penurunan Angka Putus Sekolah jenjang
SMA/MA/SMK karena Bantuan Pemerintah, Pemerintah Provinsi maupun
Pemerintah Kabupaten berupa BOS Pusat, BOSDA Provinsi, BBPD Kabupaten,
beasiswa retievel untuk anak putus sekolah, beasiswa miskin/beasiswa transisi
bagi siswa rawan putus sekolah, dan Beasiswa berprestasi bagi siswa berprestasi
dari keluarga tidak mampu mempunyai korelasi positif terhadap penurunan Angka
Putus Sekolah jenjang SMA/MA/SMK.
3) Angka Melek Huruf
Angka Melek Huruf (tidak buta aksara), yaitu jumlah penduduk usia 15 tahun
ke atas yang dapat membaca dan menulis pada tahun 2012 sebesar 92,04% dan
tahun 2013 sebesar 93,64%.
Capaian kinerja Angka Melek Huruf tahun 2013 dapat dilihat dalam tabel
1.2. sebagai berikut :
Tabel 2.18.
Capaian Kinerja Angka Melek Huruf
Kabupaten Kulonprogo Tahun 2013
No Indikator Kinerja
Capaian Kinerja
2012 2013
Target Realisasi
1. Angka melek huruf penduduk yang berusia >15 tahun melek huruf (tidak buta aksara)
Laki-laki : 99%
Laki-laki: 98,5%
Laki-laki: 98%
Perempuan: 91,63%
Perempuan: 90%
Perempuan: 89,29%
Sumber data: Dinas Pendidikan Kab. Kulonprogo, 2013
2. Kesehatan
Secara umum kondisi kesehatan masyarakat Kabupaten Kulon Progo masih
menghadapi permasalahan yang sangat kompleks, antara lain masih tingginya penyakit
infeksi, transisi epidemiologis dari penyakit infeksi ke penyakit degeneratif, adanya new
emerging diseases seperti AIDS dan Avian Influenza. Pada saat yang sama masih pula
terjadi re-emerging diseases seperti Tuberkulosis, Malaria, Demam Berdarah, Diare dan
lain-lain.
Berdasarkan perhitungan Usia Harapan Hidup (UHH) yang dilakukan oleh BPS
pada sensus penduduk tahun 2010, UHH Kabupaten Kulon Progo sebesar 74,38 tahun,
yaitu lebih tinggi dari rata-rata DIY sebesar 73,2 tahun. Pada tahun 2012 indikator derajat
kesehatan di Kabupaten Kulon Progo mengalami peningkatan kualitas, untuk Angka
Kematian Ibu (AKI) pada tahun 2011 sebesar 105,04/100.000 kelahiran hidup menjadi
52,68/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2012. Untuk Angka kematian Bayi (AKB) pada
II - 30
tahun 2011 sebesar 12,80/1000 menjadi 12,15/1000 KH pada tahun 2012. Namun
demikian Angka Kematian Balita (AKABA) sedikit mengalami penurunan pada tahun
2011 sebesar 14,56/1000 KH menjadi 14,75/1000 KH pada tahun 2012.
Gambar 2.12.
Grafik Angka Kematian Ibu Kabupaten Kulon Progo Tahun 2001-2012
Sumber data : Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo, 2012
Gambar 2.13. Grafik Angka Kematian Bayi Kabupaten Kulon Progo
Tahun 2001-2012
Sumber data : Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo, 2012
109,56
206227,1
7695,17 100 110
72,23
167,34
73,8105,2
52,6
0
50
100
150
200
250
AK
I p
er
10
0.0
00
ke
lah
ira
n
hid
up
Tahun
18,78
13,14 14,2112,06
7,15
11,814,26
19,6
12,8
15,9
9,8
12,8 12,1
0
5
10
15
20
25
AKB p
er
1000 k
ela
hiran h
idup
Tahun
II - 31
Gambar 2.14. Grafik Perbandingan AKI Kabupaten, Provinsi, dan Nasional
Tahun 2005-2012
Sumber data : Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo, 2012
Tingkat pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan dan SPM
RSUD Wates dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 2.19.
Target dan Capaian Indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Kesehatan Tahun 2013
No. Indikator SPM Capaian
2012
2013 Target Realisasi
1 Kunjungan Bumil K4 94,29 93 91,47
2 Komplikasi Kebidanan yang Ditangani 106,98 100 117,59
3 Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga
Kesehatan yang Memiliki Kompetensi
Kebidanan
95,10 100
99,94
4 Pelayanan Nifas 94,09 93 97,70 5 Neonatus dengan Komplikasi yang
Ditangani 111,36 100
114,64
6 Kunjungan Bayi 91,39 92 97,11
7 Desa/ Kelurahan Universal Child
Immunization (UCI) 100,00 100,00 100,00
8 Pelayanan Anak Balita 86,41 93 92,30
9 Pemberian Makanan Pendamping ASI pada
Anak usia 6 - 24 bulan Keluarga Miskin 100,00 100,00 100,00
10 Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan 100,00 100,00 100,00 11 Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan
Setingkat 100,00 100,00 99,78
12 Peserta KB Aktif 76,85 75 79,18
307 307
228 228 228 228 228 228
110 110
76,91
104 110 104
124
95,17 100 105
72,69
165,5
69,97
105
52,68
0
50
100
150
200
250
300
350
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Nasional
Propinsi
Kabupaten
II - 32
No. Indikator SPM Capaian
2012
2013 Target Realisasi
13 Penemuan Dan Penanganan Penderita
Penyakit – Acute Flacid Paralysis (AFP)
rate per 100.000 penduduk < 15 tahun
3,14 2 30,34
14 Penemuan Dan Penanganan Penderita
Penyakit - Penemuan Penderita Pneumonia
Balita
19,63 100,00 37,70
15 Penemuan Dan Penanganan Penderita
Penyakit - Penemuan pasien baru TB BTA
Positif
55,14 70
100,00
16 Penemuan Dan Penanganan Penderita
Penyakit – Penderita DBD yang ditangani 100,00 100,00 118,84
17 Penemuan Dan Penanganan Penderita
Penyakit - Penemuan penderita diare 52,86 100,00 100,00
18 Pelayanan Kesehatan Dasar Pasien
Masyarakat Miskin 100,00 100,00 100,00
19 Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien
Masyarakat Miskin 100,00 75
75
20 Pelayanan Gawat Darurat level 1 yang
harus diberikan Sarana Kesehatan (RS) di
Kab/ Kota
50 100,00 100
21 Desa/kelurahan mengalami KLB yang
dilakukan penyelidikan epidemiologi < 24
jam
100,00 100,00 100,00
22 Desa Siaga Aktif 100,00 100,00 100,00 Sumber data : Dinas Kesehatan Kab. Kulon Progo, 2013
Dari capaian indikator SPM urusan kesehatan, pada tahun 2013 masih terdapat
beberapa indikator yang belum tercapai diantaranya :
1) Kunjungan Bumil K4 tercapai 91,47% dari target 93%, hal ini disebabkan tingginya
keguguran (abortus) sebanyak 280 kasus (4,6% ibu hamil) sehingga tidak sampai
kunjungan ke 4 (K4).
2) Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan
mencapai 99,94%, hal ini disebabkan karena masih terdapat 2 ibu bersalin yang
terpaksa ditolong oleh dukun bayi dan 1 kasus melahirkan sendiri karena adanya
masalah sosial.
3) Pelayanan anak balita mencapai 92,30% dari target 93%, hal ini kemungkinan
disebabkan tingkat kedatangan anak balita (D/S) baru mencapai 80,9%. Selain itu
indikator menggunakan bahwa anak balita disebut mendapat pelayanan dengan
kriteria: dilakukan penimbangan minimal 8 kali, dilakukan SDIDTK (Simulasi Deteksi
Intervensi Dini Tumbuh Kembang) sebanyak 2 kali, diberi vitamin A 2 kali, memiliki
buku KIA dan bila sakit dilakukan MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit). Bila
II - 33
salah satu kriteria tidak terpenuhi maka tidak masuk sebagai anak balita yang
mendapatkan pelayanan.
4) Penemuan penderita pneunomia balita baru tercapai 37,70% dari target 100%, hal
ini disebabkan belum tercovernya data-data kasus dari layanan kesehatan diluar
Puskesmas terutama layanan kesehatan swasta.
5) Penemuan pasien baru TB BTA Positif tercapai 100% dari target 70..
6) Pelayanan Gawat Darurat level 1 yang harus diberikan Sarana Kesehatan (RS) di
Kab/ Kota masih 75%, hal ini masih terdapat 2 rumah sakit swasta yang masih
terdapat kekurangan peralatan penunjang layanan kegawatdaruratan.
Sedangkan kondisi pencapaian tujuan MDGs urusan kesehatan dapat diuraikan
berikut ini :
Tabel 2.20.
Target dan Capaian MDG’s Tahun 2013
No. Indikator Capaian
2012 Capaian 2013
Target MDGs 2015
Tujuan 1: Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan
Target 1 C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk yang menderita kelaparan
dalam kurun waktu 1990 – 2015
1.8 Prevalensi balita dengan berat
badan rendah/kurang gizi (KEP).
10,73% 10,92% 15,5%
1.8a Prevalensi balita gizi buruk 0,81% 0,79% 3,60% 1.8b Prevalensi balita gizi kurang 9,92% 10,13% 12%
Tujuan 4. Menurunkan Angka Kematian Anak
Target 4 A: Menurunkan angka kematian balita (AKBA) sebesar dua per tiganya, antara
1990 dan 2015
4.1. Angka kematian balita per 1000
kelahiran hidup
14,73 21,04 32
4.2 Angka kematian bayi per 1000 kelahiran hidup
12,10 18,22 23/1000 KH
4.2 a Angka kematian Neonatal per 1000 kelahiran hidup
na 14,84 Menurun
4.3 Persentase anak di bawah satu
tahun yang di imunisasi campak
97% Na Meningkat
Tujuan 5: Meningkatkan Kesehatan Ibu
Target 5 A: Menurunkan angka kematian ibu hingga tiga per empatnya antara 1990 – 2015
5.1 Angka kematian ibu per 100.000
kelahiran hidup
52,6 131,5/100.000
102/100.000
5.2 Proporsi pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan terlatih
99,80% 99,94% Meningkat
II - 34
No. Indikator Capaian
2012 Capaian 2013
Target MDGs 2015
5.4 Angka kelahiran remaja
(perempuan usia 15-19 tahun) per
1000 perempuan usia 15-19 tahun
93 84 Menurun
5.5 Cakupan pelayanan antenatal
(sedikitnya satu kali kunjungan
dan empat kali kunjungan)
- 1 kali kunjungan 99,6% 100% Meningkat
- 4 kali kinjungan 93,2% 96,5% Meningkat
Tujuan 6. Memerangi HIV dan AIDS, Malaria, dan Penyakit Menular Lainnya
Target 6 A: Mengendalikan penyebaran HIV DAN AIDS dan mulai menurunnya jumlah
kasus baru pada 2015.
6.1 Prevalensi HIV (persen) dari total populasi yang berusia antara 15 -24 tahun.
101 kasus 107 Kasus Menurun
6.2 Penggunaan kondom pada
hubungan seks berisiko tinggi
na 25 Orang 18,40%
6.3 Proporsi jumlah penduduk usia 15-24 tahun yang mempunyai pengetahuan komprehensif tentang HIV dan AIDS
na 1.500 Orang Meningkat
Target 6B: Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV DAN AIDS bagi semua yang
membutuhkan sampai dengan tahun 2010
6.5 Proporsi penduduk terinfeksi HIV
lanjut yang memiliki akses pada
obat-obatan anti retroviral
100% 100% Meningkat
Target 6 C: Mengendalikan penyakit malaria dan mulai menurunnya jumlah kasus malaria
dan penyakit lainnya pada 2015
6.6 Prevalensi/angka kejadian malaria
dan angka kematiannya.
237 96 Menurun
6.6a Angka kejadian malaria per 1000
penduduk
0,5 0,2 Menurun
6.7 Proporsi anak balita yang tidur
dengan kelambu ber insektisida
- 35,6% Meningkat
6.8 Proporsi anak balita dengan
demam yang diobati dengan obat
100% 100% -
6.9 Angka kejadian, prevalensi dan
tingkat kematian akibat
Tuberkolosis
6.9a Angka kejadian Tuberkolusis
(semua kasus/100.000 penduduk)
118 116 Berkurang
6.9b Tingkat prevalensi Tuberkolusis
(semua kasus/100.000 penduduk)
55,14% 37,7% Berkurang
6.9c Tingkat kematian Tuberkolusis
(semua kasus/100.000 penduduk)
3 1 Berkurang
6.10 Proporsi jumlah kasus
Tuberkolosis yang terdeteksi dan
II - 35
No. Indikator Capaian
2012 Capaian 2013
Target MDGs 2015
di obati dalam program DOTS
6.10a Proporsi jumlah kasus
Tuberkolusis yang terdeteksi
dalam program DOTS
100% 100% 70%
6.10b Proporsi kasus Tuberkolusis yang
diobati dan sembuh dalam
program DOTS
88,24 Na 85%
Prestasi penyelenggaraan urusan kesehatan pada Tahun 2013 adalah sebagai
berikut :
1) Prestasi Bidang Kesehatan Tingkat Nasional
a) Penghargaan ―Ksatria Bhakti Husada Arutala‖, merupakan Penghargaan
kepada Bupati Kulon Progo atas keberhasilannya dalam meenggerakkan
masyarakat di Bidang Kesehatan
b) Juara I Tenaga Kesehatan teladan , kategori ―Dokter teladan ― mewakili DIY di
Istana Negara
c) Prestasi Tingkat Nasional dan Propinsi yang diperoleh pada Tahun 2013 RSUD
Wates mendapatkan prestasi sebagai Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi
(RSIB) terbaik untuk keempat kalinya secara berturut-turut tahun 2009, tahun
2011, tahun 2012 dan tahun 2013.
2) Prestasi Bidang Kesehatan Tingkat Propinsi :
d) Tenaga kesehatan teladan kategori Nutrisionis berprestasi sebagai Juara III se
DIY
a) Tenaga Kesehatan teladan kategori kesmas berprestasi sebagai juara II se DIY
b) Tenaga kesehatan teladan kategori tenaga keperawatan (Bidan) berprestasi
sebagai juara II se DIY.
c) Pos yandu Flamboyan di Desa Garongan Panjatan , sebagai Pengelola Pos
yandu terbaik se DIY.
d) Juara I Jambore kader se DIY.
3. Kemiskinan
Keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan dapat diukur dari tingkat
kesejahteraan masyarakat juga dengan pemerataan hasil-hasil pembangunan.
Pemerataan hasil-hasil pembangunan biasanya dikaitkan dengan pemerataan
pendapatan dan masalah kemiskinan. Untuk melihat ketimpangan pendapatan
penduduk, salah satu indikator yang sering dipakai adalah Rasio Gini. Sedangkan
kemiskinan akan semakin meluas, jika perbedaan pendapatan antara penduduk kaya
dan miskin semakin melebar. Adapun data Garis kemiskinan, Penduduk Miskin dan
II - 36
prosentasenya Kabupaten Kulon Progo pada Tahun 2009 – 2011 pada tabel di bawah
ini.
Tabel 2.21. Garis Kemiskinan, Jumlah Penduduk Miskin, dan Persentase Penduduk Miskin di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2009-2012
Sumber data : BPS Kabupaten Kulon Progo, 2012
Garis kemiskinan Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2012 sebesar Rp. 256.575,-
artinya bahwa setiap penduduk Kabupaten Kulon Progo dengan nilai pengeluaran di
bawah Rp. 256.575,- selama sebulan termasuk dalam kategori penduduk miskin.
Pada tahun 2011 persentase penduduk miskin Kabupaten Kulon Progo naik
menjadi 23,62% dari tahun 2010 sebesar 23,15%, namun persentase penduduk miskin
Kabupaten Kulon Progo di tahun 2012 turun menjadi 23,32 persen.
Pada tahun 2012 persentase penduduk miskin Kabupaten Kulon Progo
mengalami penurunan sebesar 0,30% dari tahun 2011. Meskipun penurunan prosentase
kemiskinan tidak mencapai 1% per tahun akan tetapi hal tersebut tetap mengindikasikan
bahwa Pemerintah Kabupaten Kulon Progo tetap mempunyai perhatian yang serius
terhadap masyarakat miskin. Beberapa program yang telah dijalankan adalah program
―genthong rembes‖ yang secara aplikasi di lapangan diwujudkan melalui bedah rumah
yang secara konsisten selalu dilaksanakan setiap pekan. Dalam APBD kabupaten
KulonProgo maupun APBD DIY juga terdapat anggaran untuk RLTH dan jambanisasi.
Disamping itu peran BAZDA di tingkat Kabupaten maupun BAZDA kecamatan dalam hal
dukungan pendanaan untuk pengurangan prosentase kemiskinan di Kabupaten
KulonProgo cukup berpengaruh, baik untuk penyaluran beasiswa siswa miskin maupun
bedah rumah.
Pemerintah Kabupaten Kulon Progo juga secara maksimal berusaha untuk
menggandeng pihak swasta melalui program Corporate Social Responsibility (CSR)
perusahaan untuk mendampingi keluarga miskin. Hampir seluruh desa yang mempunyai
prosentase penduduk miskin tinggi sudah mendapat pendampingan dari perusahaan
baik local maupun nasional dengan program CSR melalui program ―one village one sister
company‖. Melalui program yang terpadu tersebut diharapkan dari tahun ketahun akan
terjadi penurunan prosentase penduduk miskin di Kabupaten Kulon Progo.
No. Tahun Garis Kemiskinan
(Rp.)
Jumlah Penduduk
Miskin (jiwa)
Persentase
(%)
1. 2009 205.585 89.910 24,65
2. 2010 225.059 90.100 23,15
3. 2011 240.301 92.800 23,62
4. 2012 256.575 92.000 23,32
II - 37
4. Indeks Pembangunan Manusia
Tingkat keberhasilan pembangunan manusia direpresentasikan melalui tiga
dimensi: peluang berumur panjang dan sehat, pengetahuan, dan ketrampilan yang
memadai dan peluang untuk merealisasikan pengetahuan yang dimiliki dalam kegiatan
yang produktif. Berdasarkan tiga dimensi tersebut, UNDP menyusun indeks komposit
berdasarkan 3 (tiga) indikator, meliputi:
1) Angka harapan hidup (Life expectancy at age 0: e0) sebagai representasi tingkat
kesehatan masyarakat.
2) Angka melek huruf dewasa (adult literacy rate: Lit) dan rata-rata lama sekolah
(mean years of schooling: MYS) untuk mengukur tingkat pendidikan dan
ketrampilan.
3) Purchasing Power Parity (merupakan ukuran pendapatan yang sudah disesuaikan
dengan paritas daya beli) untuk mengukur tingkat kesejahtaraan masyarakat.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Kulon Progo tahun 2009 - 2012
disajikan pada tabel berikut :
Tabel 2.22. Indikator Komponen IPM
Kabupaten Kulon Progo Tahun 2009– 2012
No. Uraian 2009 2010 2011 2012
1 Angka Harapan Hidup (tahun) 74,09 74,38 74,48 74,58
2 Angka Melek Huruf (%) 89,52 90,69 92,00 92,04
3 Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 7,89 8,20 8,37 8,37
4 Konsumsi Riil per kapita (000 Rp.) 629,50 630,38 631.42 634,34
Indeks IPM
1. Kesehatan 81,82 82,30 82,47 82,63
2. Pendidikan 77,21 78,68 79,93 79,96
3. Pendapatan 62,28 62,48 62,72 63,40
IPM 73,77 74,49 75,04 75,33
Reduksi Shortfall 1,88 2,74 2,16 1,17
Sumber data: BPS Kabupaten Kulon Progo, 2012
Angka harapan hidup Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2011 sebesar 74,48
tahun naik menjadi 74,48 pada tahun 2012. Angka ini lebih tinggi dari rata-rata DIY
sebesar 73,32 tahun untuk tahun 2012. Hal tersebut mencerminkan tingkat kesehatan
penduduk Kabupaten Kulon Progo mengalami peningkatan. Indikasi keberhasilan
program Jamkesda dapat dirasakan oleh penduduk Kabupaten Kulon Progo.Hal tersebut
dilanjutkan dengan COB pada tahun 2013 sehingga seluruh penduduk Kabupaten Kulon
Progo dapat memanfaatkannya untuk melakukan pengobatan gratis.
II - 38
Secara umum keberhasilan pembangunan manusia di bidang kesehatan,
pendidikan dan ekonomi dapat dilihat dari angka Indek Pembangunan Manusia (IPM).
Angka IPM Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2012 sebesar 75,33 meningkat
dibandingkan pada tahun 2011 dengan angka 75,04. Hal ini menunjukkan keberhasilan
Pemerintah Kabupaten Kulon Progo dalam pencapaian pembangunan manusia.
Sehingga secara umum dapat digambarkan bahwa kualitas kesehatan, pendidikan dan
ekonomi di Kabupaten Kulon Progo mengalami peningkatan dan sudah di atas rata-rata
IPM Nasional sebesar 73,29.
Peningkatan nilai indikator tersebut, secara langsung berpengaruh pada
peningkatan nilai IPM. Keterbandingan IPM di Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai
berikut.
Tabel 2.23. IPM Kabupaten/Kota Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2009– 2012
No Kabupaten/Kota IPM
2009 2010 2011 2012
1. Kulon Progo 73,77 74,47 75,04 75,33
2. Bantul 73,75 74,53 75,05 75,58
3. Gunung Kidul 70,18 70,45 70,84 71,11
4. Sleman 77,70 78,20 78,79 79,31
5. Yogyakarta 79,29 79,52 79,89 80,24
6. Provinsi DI. Yogyakarta 75,23 75,77 75,92 76,75
Sumber data : BPS Kabupaten Kulon Progo, 2012
Sampai dengan tahun 2011, status pembangunan manusia di seluruh provinsi dan
seluruh kabupaten/kota di Indonesia, tidak satu pun yang masuk dalam kriteria tinggi
menurut skala internasional/UNDP (IPM lebih dari sama dengan 80). Walaupun
demikian, secara umum percepatan pembangunan manusia Indonesia menuju ke arah
lebih baik. Di lingkup Provinsi D.I. Yogyakarta, pencapaian IPM secara rata-rata provinsi
dan juga seluruh kabupaten/kota masuk dalam kategori menengah atas (IPM antara
66,00-79,99). Angka IPM Kabupaten Kulon Progo tahun 2012 adalah 75,33, lebih tinggi
dari nilai IPM Nasional 72,77 (tahun 2011).
5. Kesempatan kerja
Pertumbuhan angkatan kerja yang tidak sebanding dengan pertumbuhan
kesempatan kerja yang ada merupakan salah satu masalah pokok di bidang
ketenagakerjaan.
Penempatan tenaga kerja dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan.
Namun jumlah peningkatan penempatan tenaga kerja tersebut belum signifikan dengan
II - 39
tingkat pengangguran di Kabupaten Kulon Progo yang masih pada angka 3,09% (8.331)
dari angkatan kerja yang ada (269.741). Hal tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 2.24.
Kondisi Ketenagakerjaan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2013
No Uraian 2011 2012 2013
L P Jumlah L P Jumlah
1 Penduduk 233.239 240.333 473.572 235.912 243.001 478.913 430.488
2 Tenaga Kerja 191.180 197.474 388.654 187.165 196.877 384.042 371.021
3 Angkatan Kerja 149.509 156.849 306.358 161.643 148.137 309.780 269.741
4 Bekerja 143.808 151.919 295.727 156.639 142.854 299.493 261.410
5 Penganggur 5.701 4.930 10.631 5.367 4.921 10.288 8.331
6 Tingkat
Pengangguran (%)
3,81 3,14 3,47 3,32 3,32 3,32 3,09
7 Setengah
Penganggur
28.684 24.727 53.411 30.348 26.893 57.241 76.240
8 Bukan Tenaga
Kerja
42.109 42.859 84.968 48.747 46.124 94.871 59.467
9 Bukan Angkatan
Kerja
41.671 40.625 82.296 25.509 48.720 74.229 101.280
Sumber data: Dinas Sosial Nakertrans Kabupaten Kulon Progo, 2013
Keadaan tenaga kerja yang demikian perlu ditingkatkan ketrampilan dan atau
spesifikasinya dengan melalui pendidikan non formal yang diselenggarakan oleh
lembaga latihan kerja baik pemerintah maupun swasta. Jumlah lembaga pelatihan kerja
di Kabupaten Kulon Progo sebanyak 21 buah, lembaga pelatihan pemerintah sebanyak 3
buah; BLK, SKB dan LBK dan 1 buah Yayasan (Dharmais).
2.1.2.1. Kebudayaan
Aset seni dan budaya yang ada di Kabupaten Kulon Progo kental dengan nuansa
budaya Jawa, baik yang berkaitan dengan benda-benda bersejarah, upacara adat dan
berbagai karya seni lainnya. Beberapa upacara adat di Kabupaten Kulon Progo sudah
dikemas dengan cukup baik sehingga cukup mempunyai daya tarik wisata maupun bagi
kelestarian budaya itu sendiri. Seni Angguk Putri sudah dapat memberikan warna sebagai
identitas kebanggaan daerah, dan selain itu telah diupayakan terwujudnya seni unggulan
yang lain yaitu sendratari dengan mengangkat tema lokal, disamping juga seni musik
krumpyung yang mulai dikenalkan ke masyarakat pada tahun 2013 ini.
II - 40
Kinerja kesenian diukur berdasarkan Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata
Nomor: PM.106/HK.501/MKP/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang
Kesenian dimana pada tahun 2013 telah dicapai sebagai berikut:
Tabel 2.25. Profil SPM Bidang Kesenian Kabupaten Kulon Progo Tahun 2010-2013
No Jenis Pelayanan
Dasar Indikator Tahun (Nilai)
2010 2011 2012 2013
1 2 3 4 5 7 8
Perlindungan, Pengembangan, dan Pemanfaatan Bidang Kesenian
1. Cakupan Kajian Seni (50%) 53 40 40 67
2. Cakupan Fasilitasi Seni (30%)
190 190 190 238
3. Cakupan Gelar Seni (75%) 133 133 133 133
4. Misi Kesenian (100%) 100 100 100 100
2 Sarana dan Prasarana
5. Cakupan Sumberdaya Manusia Kesenian (25%)
250 250 250 300
6. Cakupan Tempat (100%) 100 100 100 100
7. Cakupan Organisasi 196.08 196.08 196.08 196.08 Sumber data: Dinbudparpora Kabupaten Kulon Progo, 2013.
Salah satu bentuk budaya yang lain adalah benda peninggalan sejarah. Di wilayah
Kabupaten Kulon Progo banyak ditemukan benda peninggalan sejarah yang bernilai historis
tinggi, yang sebagian sudah berhasil dikumpulkan dan diidentifikasi. Benda peninggalan
sejarah yang ada hingga tahun 2013 sebanyak 202 buah dan saat ini disimpan di Balai
Agung Komplek Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, yang difungsikan sebagai embrio
museum walaupun kondisinya belum layak. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten
mempunyai rencana untuk membangun sebuah museum yang representatif untuk
menyimpan dan memelihara benda-benda cagar budaya tersebut, agar tetap terjaga baik
kondisi maupun keamanannya. Harapan lain dengan terbangunnya museum nantinya
masyarakat dapat melihat secara langsung koleksi-koleksi yang ada untuk meningkatkan
pengetahuan dan apresiasi terhadap benda-benda cagar budaya tersebut.
II - 41
Tabel 2.26. Perkembangan Peninggalan Sejarah Purbakala dan Permuseuman
Kabupaten Kulon Progo Tahun 2006-2013
Sumber data: Dinbudparpora Kabupaten Kulon Progo, 2013
Berdasarkan pendataan dengan metode pendataan langsung ke lapangan pada
tahun 2013 diperoleh hasil jumlah group kesenian sebanyak 1.169 kelompok yang terdiri dari
35 jenis kesenian meliputi; jathilan, reog, oglek, incling, angguk, ndolalak, panjidur,
krumpyung, topeng ireng, kethoprak, dagelan, tari, band, kulintang, dsb.
Prestasi seni dan budaya masyarakat Kulon Progo pada kurun waktu tiga tahun
terakhir mengalami kenaikan baik di tingkat regional maupun nasional. Pencapaian prestasi
tersebut tidak terlepas dari kemauan dan kemampuan masyarakat (baik perorangan maupun
kelompok seni/sanggar) untuk memajukan seni dan budaya lokal, juga atas peran pembinaan
dan fasilitasi yang telah dilakukan oleh Pemerintah, baik Pusat, Propinsi maupun Kabupaten.
Untuk prestasi bidang kebudayaan secara rinci tertulis pada tabel di bawah ini.
Penghargaan Seni Budaya Tahun 2011-2013
No Tahun Lomba/Festival Penghargaan Seni Budaya
1 2011 Festival Kethoprak Anak Tingkat Provinsi DIY
Juara I/Penyaji Terbaik I; Pemeran Pria Terbaik, Pemeran Pembantu Pria terbaik, Sutradara Terbaik, Penata Artistik Terbaik.
Lomba Cipta Lagu Keroncong Tingkat Nasional ke-4 Tahun 2011
Juara I atas nama Kawino Sakaningrat (Kedungsari, Pengasih, Kulon Progo), dengan lagu : Stambul Mercusuar Nusantara.
2 2012 Festival Jathilan Tingkat DIY
Penyaji Terbaik II atas nama group Wahyu Mudha Budhaya, Jambon , Donomulyo, Nanggulan
Festival Kethoprak Lesung Remaja Tingkat DIY
Penyaji Terbaik Group Kethoprak Lesung Samigaluh
No Peninggalan Sejarah
Purbakala dan Permuseuman
Tahun
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
1 Peninggalan Sejarah dan Purbakala 176 178 182 182 202 202 202 202
a. Massa Prasejarah 1 1 1 1 2 2 2 2
b. Massa Hindu-Budha 149 149 152 152 154 154 154 154
c. Massa Islam 12 12 12 12 23 23 23 23
d. Massa Kolonial/Perjuangan 14 16 17 17 18 18 18 18
e. Tradisional - - - - 5 5 5 5 2 Museum (rintisan)/Balai
Agung 1 1 1 1 1 1 1 1
II - 42
No Tahun Lomba/Festival Penghargaan Seni Budaya
Gelar Seni Pertunjukan ―Musik Tradisi untuk Remaja‖
Penyaji Terbaik II atas nama Group Musik Remaja Sanggar Singlon
Yogyakarta Karawitan Festival II
Juara II atas nama Kelik Parjiyo
Penghargaan Pelestari Cagar Budaya
Jembatan Bantar (masuk katagori B /Nasional) RS Boro, Kalibawang (Masuk Kelas C)
Karnaval Museum dalam rangka
Juara I atas nama Museum Rintisan Kulon Progo ―Goragangsa‖
Festival Kethoprak antar Kabupaten-Kota se-DIY
Penyaji terbaik II Kontingen Kethoprak Lakon ―Anusapati‖
Kemah Budaya Daerah DIY
Juara Umum atas nama Kontingen Kemah Budaya
Lomba Keroncong HAMKRI Tingkat DIY
Juara II SMP Putra Juara III SMP Putra Juara 1 SMA Putra
3 2013 Parade Tari DIY,Tgl 20 Juni 2013
Juara I, Lakon ―Manggala‖
Parade Tari Tingkat Nasional di Jakarta, 24 Agustus 2013
Juara III, Lakon ―Manggala‖
Pawai Pembangunan di Jakarta, Tgl. 18 Agustus 2013
10 besar, atas nama Tim Kesenian Angguk "Sri Panglaras"
Karnaval Museum Se-DIY, Tgl 8 Sept 2013
Juara II
Festival Kethoprak Lesung se-DIY
Juara I
Festival Reog Tingkat DIY di Gunung Kidul
Juara I, atas nama Group Rambah Galuh Jati Samigalun
POSPEDA DIY 2013 Juara I, atas nama PP. Sirukem
POSPENAS 2013 Juara IV, atas nama PP. Sirukem
Lomba Lukis Anak DIY-Kyoto
Juara II, atas nama Rekha Hening Astari (TK.ABA Gadingan, Wates)
Festival Seni Budaya se-DIY
Juara I, atas nama Kontingen Pawai Festival Seni Budaya
―Bubrah Kawah‖
Festival Dolanan Anak Outdoor se-DIY, tanggal 28 Oktober 2013 di TBY
Juara I, atas nama Tim Dolanan Anak oleh Sanggar Seni Laras
Festival Dolanan Anak Indoor se-DIY, tanggal 28 Oktober 2013 di TBY
Juara I
Festival Seni Religi se-DIY, tanggal 28 Oktober 2013 di Monumen Serangan 1 Maret
Juara III, atas nama Tim Festival Seni Religi Tuksono
Festival Teater Juara I, atas nama Tim Teater Jabur Kalibawang
II - 43
No Tahun Lomba/Festival Penghargaan Seni Budaya
Penghargaan Anugrah Budaya (Lembaga dan Pelestari Adat Tradisi )
Penghargaan sebagai pelestari Musik Krumpyung
Penghargaan Anugrah Budaya
Penghargaan sebagai pelestari CB
Festival Karawitan Ibu-ibu se - DIY
Pesinden Terbaik, atas nama Ayu Purwa Lestari
Sumber Data : Dinbudparpora Kab. Kulon Progo, 2013
2.1.2.1. Pemuda dan Olah Raga
Peran organisasi kepemudaan dalam pembangunan sangat dibutuhkan. Organisasi
pemuda di Kabupaten Kulon Progo antara lain KNPI, Organisasi Mahasiswa, Pramuka,
organisasi kesenian dan organisasi olah raga.
Program dan kegiatan kepemudaan serta keolahragaan diupayakan dapat
meningkatkan dinamika kegiatan kepemudaan dan olah raga yang dilakukan oleh
masyarakat. Pada tahun 2013 telah dilaksanakan 10 kegiatan kepemudaan, sedangkan
kegiatan keolahragaan sebanyak 90 kegiatan. Hingga saat ini jumlah cabang olah raga di
Kabupaten Kulon Progo sebanyak 34 cabor, jumlah klub olah raga sebanyak 266 klub, dan
terdapat 469 lapangan olah raga.
Gambaran prestasi olah raga Kabupaten Kulon Progo dalam kancah regional
ditunjukkan pada tabel di bawah ini. Perolehan medali emas mengalami penurunan pada
PORPROV 2011 dimana hanya diperoleh 22 medali dibandingkan pelaksanaan PORPROV
2009 yang mendapatkan sebanyak 26 medali dan turun lagi pada PORDA 2013 sebanyak 20
emas. Namun pada pelaksanaan PORDA 2013 perolehan medali perak dan perunggu
mengalami kenaikan yaitu 27 medali dan 66 medali, dibandingkan pada perolehan pada
PORPROV 2009 yaitu sebanyak 25 perak dan 62 perunggu.
Tabel 2.27. Perolehan Medali Kontingen Kulon Progo dalam Pekan Olah Raga Tingkat Provinsi
No PORDA/PORPROV Perolehan Medali
Emas Perak Perunggu
1 PORDA 2005 45 39 63
2 PORDA 2007 18 42 84
3 PORPROV 2009 26 37 61
4 PORPROV 2011 22 25 62
5 PORDA DIY 2013 20 27 66
Sumber data : Dinas Kebudparpora Kabupaten Kulon Progo, 2013
Prestasi olah raga dalam beberapa cabang olah raga pada tingkat regional dan
nasional beberapa atlet Kulon Progo pada tahun 2013 cukup membanggakan. Berikut ini
capaian prestasi atlet dalam Kejuaraan Tingkat Provinsi DIY maupun Nasional.
II - 44
Tabel 2.28. Prestasi Atlet Kulon Progo Tingkat Provinsi DIY dan Nasional Tahun 2013
No Nama Event Prestasi Ket.
1 Nurtanto Wasit Kempo Internasional September 2013 dikirim ke Myanmar
2 Metalisa Ardian POPDA DIY Cabang Gulat Emas 3 Ariyanti POPDA DIY Cabang Gulat Emas 4 Saeful Anwar POPDA DIY Cabang Gulat Emas 5 Yudi Yudiantoro POPDA DIY Cabang Gulat Emas
6 Rahmad Wahyu Susanto
POPDA DIY Cabang Gulat Emas
7 Thesar Randika Fendi K
POPDA DIY Cabang Gulat Emas
8 Nurohman POPDA DIY Cabang Panjat Tebing
Emas
9 Andreas Tulus Pambudi
KEJURDA DIY Cabang Kempo Yunior
Emas
10 Alyohi Adi Purnama KEJURDA DIY Cabang Kempo Yunior
Emas
11 Cirillus Dahi Isworo KEJURDA DIY Cabang Kempo Yunior
Emas
12 Dian Kristanto KEJURDA DIY Cabang Kempo Yunior
Emas
13 Setyo Mawang KEJURDA DIY Cabang Kempo Yunior
Emas
14 Clara Diva Avissa KEJURDA DIY Cabang Kempo Yunior
Emas
15 Vincentia Alfenita Sabrina
KEJURDA DIY Cabang Kempo Yunior
Emas
16 Erwanda Fajar Alifia KEJURDA DIY Cabang Kempo Yunior
Emas
17 Harvani Harfi Hutami KEJURDA DIY Cabang Kempo Yunior
Emas
18 Avni Vian Agus Etiyani
KEJURDA DIY Cabang Kempo Yunior
Emas
19 Ilham Herdi Pramono KEJURDA DIY Cabang Kempo Yunior
Emas
20 Nurul Khasanah KEJURDA DIY Cabang Kempo Yunior
Emas
21 Boha Ventuira Ega KEJURDA DIY Cabang Kempo Yunior
Emas
22 Fx. Adeng Sucipto KEJURNAS Cabang Kempo
Emas
23 Inggrip Palupi KEJURDA DIY Cabang Kempo Senior
Emas
24 Agata Evin Enggal P KEJURDA DIY Cabang Kempo Senior
Emas
25 Agustinus Tinus Anang Dwi
KEJURDA DIY Cabang Kempo Senior
Emas
26 Haditia Agustin KEJURDA DIY Cabang Kempo Senior
Emas
27 Wahyu Nur Rohmawati
KEJURDA DIY Cabang Kempo Senior
Emas
28 Aan Firtalangga KEJURDA DIY Cabang Kempo Senior
Emas
29 Heri Sutrisno KEJURDA DIY Cabang Kempo Senior
Emas
II - 45
No Nama Event Prestasi Ket.
30 Desi Wulandari KEJURDA DIY Cabang Kempo Senior
Emas
31 Ina Reiscahatida KEJURDA DIY Cabang Kempo Senior
Emas
32 Ika Septi Kurniawati POPNAS Ronde Fita Recurve Perorangan Putri POPNAS Ronde Fita Recurve Beregu Putri POPDA DIY
Juara I
Juara I
Juara I
33 Wahyu Wulandari KEJURDA Panahan DIY Ronde Nasional Jarak 40 M Putri
Juara I
34 Safruly Nur Azizah Jemparingan Agung Juara I Diselenggarakan oleh BPO DIY
35 Hasna Khairunnisa Jemparingan Agung Juara I Diselenggarakan oleh BPO DIY
36 R.Raditya Suryaputra Kejurda DIY Ronde Nasional Jarak 30 M Perorangan Putra
Juara I
37 RR Istiqomah Jemparingan Agung Juara I Diselenggarakan oleh BPO DIY
38 Sherina Rahma Carissa
Turnamen Tenis Junior Nasional Rektor UNY Sportama Junior SuperSeries VII Yogyakarta Olimpiade Olahraga Siswa Nasional
Juara II Finalis
Juara I
39 Bagus Harjuna A.M Kejuaraan Nasional Tenis Sportama Junior Superseries XI Olimpiade Olahraga Siswa Nasional
Juara I Babak Konsolasi
Tunggal Putra 10 Th Juara I
Tunggal Putra
40 Dimas Aqshal Kuncoro Sportama Junior SuperSeries VII Yogyakarta
Semifinalis (Boys 12 Doubles)
41 Sidik Kus Darmoko Seleksi Kejurnas Tarung Drajat
Juara I
42 Binar Ryan Hasanah Olimpiade Olahraga Siswa Nasional DIY
Juara I
43 Freida Ayu Nurfiyani PORDA XII Cabang Anggar Medali Emas Kelas Sabel 44 Amelia Eka Yani
Salim PORDA XII Cabang Anggar Medali Emas Kelas Sabel
45 Annisa Ambar Widyawati
PORDA XII Cabang Anggar Medali Emas Kelas Sabel
46 Tessar Budi Sri Widowati
PORDA XII Cabang Anggar Medali Emas Kelas Sabel
47 Antonius Dhimas Anindhito
PORDA XII Cabang Ateltik Medali Emas Nomor Lompat Jangkit
48 Sulkhan Dewantoro PORDA XII Cabang Pencak Silat
Medali Emas Nomor Kelas J: 90-95 Kg
49 Muh.Heri Nurjoko PORDA XII Cabang Gulat Medali Emas Nomor 66 Kg gaya bebas
50 Thezar Randika Fendhi K
PORDA XII Cabang Gulat Medali Emas Nomor 84 Kg gaya grego
51 Ariyanti PORDA XII Cabang Gulat Medali Emas Nomor 44-48 Kg gaya bebas
52 Galuh Nur Wiasti PORDA XII Cabang Gulat Medali Emas Nomor 51 Kg gaya bebas
53 Siwi Utami PORDA XII Cabang Gulat Medali Emas Nomor 55 Kg gaya
II - 46
No Nama Event Prestasi Ket.
bebas 54 Rr. Diah Nisita Rukmi PORDA XII Cabang Karate Medali Emas Nomor perorangan 55 Budiyanto PORDA XII Cabang Kempo Medali Emas Nomor Randori
Kelas 65 Kg 56 Heri Sutrisno PORDA XII Cabang Kempo Medali Emas Nomor Embu
berpasangan Dan I Nomor Embu Beregu
57 FX.Adeng Sucipto PORDA XII Cabang Kempo Medali Emas Nomor Embu berpasangan Dan I
Nomor Embu Beregu 58 Inna Riescananda PORDA XII Cabang Kempo Medali Emas Nomor Embu
berpasangan Kyu II 59 Agatha Evin Enggal
P PORDA XII Cabang Kempo Medali Emas Nomor Embu
berpasangan Kyu II 60 Aan Fertalangga PORDA XII Cabang Kempo Medali Emas Nomor Embu
berpasangan Dan I 60 Wahyu Nur
Rohmawati PORDA XII Cabang Kempo Medali Emas Nomor Embu
berpasangan Dan I Nomor Embu Beregu
61 Handayani Tri Rejeki PORDA XII Cabang Kempo Medali Emas Nomor Embu Beregu
62 Agsutinus Anang Dwi S
PORDA XII Cabang Karate Medali Emas Nomor Embu berpasangan Kyu II
63 Desi Wulandari PORDA XII Cabang Karate Medali Emas Nomor Embu berpasangan Kyu II
64 Inggrit Palupi A PORDA XII Cabang Karate Medali Emas Nomor Embu berpasangan Kyu II
65 Bagus Hambono PORDA XII Cabang Tarung Drajat
Medali Emas Kelas 58,1 – 61 Kg
66 Joko Tripurwoko PORDA XII Cabang Tarung Drajat
Medali Emas Kelas 67,1 - 70 Kg
67 Azali Nur Zamatin Kejurda Catur DIY Juara II Kelas Yunior A Putra 68 Tri Maryani Kejurda Catur DIY Juara II Kelas Yunior E Putra 69 Nanda Wijaya Kejurda Catur DIY Juara II Kelas Yunior B Putra 70 Anthonius Dhimas
Anindhito Sirkuit 2013 di GK
Juara II
Nomor Lompat Jauh
71 Sergio Ervan dacosta Sirkuit 2013 di GK Juara III Nomor Lompat tinggi Putr
72 Agus Sukoco Sirkuit 2013 di GK Juara III Nomor Jalan Cepat 5000 m putra
73 Dyonisius Dyanumurti
Sirkuit 2013 di GK Juara III Nomor Lompat Jauh
74 Ari Prasetyo Purnomo
Sirkuit 2013 di GK Juara II Nomor Lari 5000 m
75 Restu Hermawan Sirkuit 2013 di GK
Juara III Nomor Lari 60 m putra
76 Hari romadhon Sirkuit 2013 di GK
Juara III Nomor Lari 60 m putra
77 Ginza Eka Prastiwi Sirkuit 2013 di GK
Juara III Nomor Lari 60 m putra
Sumber data : Dinas Kebudparpora Kabupaten Kulon Progo, 2013
2.1.2.2. Pemberdayaan Perempuan
Jumlah penduduk Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2013 sebanyak 416.209 orang,
dari jumlah tersebut 49,63% diantaranya adalah laki-laki dan 50,37% adalah perempuan.
Dalam 5 (lima) tahun terakhir jumlah penduduk perempuan lebih dari 50% dari total
penduduk Kulon Progo.
II - 47
Tabel 2.29. Jumlah Penduduk dan Proporsi penduduk perempuan
di Kabupaten Kulon Progo tahun 2008 s/d 2013
No Tahun Penduduk
Laki-laki Perempuan Jumlah
Jumlah % Jumlah %
1 2008 234.917 49,31 241.470 50,69 476.387
2 2009 240.096 49,19 247.975 50,81 488.071
3 2010 231.672 49,24 238.848 50,76 470.520
4 2011 233.289 49,26 240.333 50,74 473.622
5 2012 236.064 49,26 243.125 50,74 479.189
6. 2013 206.546 49,63 209.663 50,37 416.209
Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kab. Kulon Progo
Potensi kualitas sumber daya perempuan dan kemampuan untuk berperan dalam
masyarakat sama dengan laki-laki. Namun kenyataannya, masih banyak dijumpai status dan
peran perempuan dalam masyarakat masih bersifat subordinatif dan belum sebagai mitra
sejajar dengan laki-laki. Hal itu bisa dilihat dari masih sedikitnya jumlah perempuan yang
menempati posisi penting di pemerintahan, dalam bidang legislatif maupun yudikatif, dan
dalam perannya secara umum di masyarakat. Perempuan yang menduduki posisi penting
dan bekerja di sektor publik di Kabupaten Kulon Progo dapat dilihat pada tabel berikut.
Meskipun untuk tabel tersebut bukan semua merupakan penduduk Kulon Progo, namun
paling tidak masih terlihat minoritas peran perempuan dalam pembangunan di Kabupaten
Kulon Progo.
Tabel 2.30.
Jumlah dan Persentase Pegawai Menurut Golongan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2013
Golongan
2012 2013
Laki -laki Perempuan Jumlah Laki -laki Perempuan Jumlah
Jml % Jml % Jml % Jml %
Gol I 215 96,41 8 3,6 223 213 96,38 8 3,62 221
Gol II 826 55,18 671 44,82 1.497 771 57,75 564 42,25 1.335 Gol III 1.618 50,80 1.567 49,20 3.185 1.532 49,09 1.589 50,91 3.121 Gol IV 1.548 43,91 1.977 56,09 3.525 1.514 43,59 1.959 56,41 3.473
Jumlah 4.207 49,91 4.223 50,09 8.430 4.030 49,45 4.120 50,55 8.150 Sumber: Badan Kepegawaian Daerah Kab. Kulon Progo
II - 48
Tabel 2.31. Jumlah dan Persentase Pegawai Menurut Eselon Pemerintah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2013
Sumber: Badan Kepegawaian Daerah Kab. Kulon Progo
Tabel 2.32. Jumlah Caleg, Anggota dan Pimpinan DPRD
Kabupaten Kulon Progo Tahun 2013
No Uraian Laki-laki Persentase Perempuan Persentase Jumlah
1 Caleg 250 65,96 129 34,04 379
2 Anggota 36 87,5 4 12,5 40
3 Pimpinan
DPRD 3 100 0 0 3
Sumber : Sekretariat DPRD Kab. Kulon Progo
Capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) dengan indikator sesuai Peraturan Bupati
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2013 sebagai berikut :
Tabel 2.33. Capaian SPM urusan Pemberdayaan Perempuan
Kabupaten Kulon Progo Tahun 2013
No Jenis Pelayanan
Dasar Indikator Kinerja Satuan
Capaian Kinerja
2012 2013
Target Realisasi 1 Penanganan
Pengaduan/ Laporan korban kekerasan terhadap perempuan dan anak
Cakupan perempuan dan anak korban kekerasan yang mendapatkan pengasuhan oleh petugas terlatih di dalam Unit Pelayanan Terpadu
% 100 80 100
Eselon
2012 2013
Laki - laki Perempuan Laki - laki Perempuan Jml
Jml % Jml % Jml Jml % Jml %
I 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
II 20 76,92 6 23,08 26 19 79,17 5 20,83 24
III 105 77,78 30 22,22 135 102 76,12 32 23,88 134
IV 281 65,96 145 34,04 426 305 66,60 154 34,40 459
V 21 80,77 5 19,23 26 17 85 3 15 20
JFU 1.635 70,92 671 29,08 2.304
JFT 2.145 38,92 3.366 61,08 5.511
Jumlah 4.207 49,91 4.223 50,09 8.428
II - 49
No Jenis Pelayanan
Dasar Indikator Kinerja Satuan
Capaian Kinerja
2012 2013
Target Realisasi 2 Pelayanan
kesehatan bagi perempuan dan anak korban kekerasan
Cakupan perempuan dan anak korban kekerasan yang mendapatkan layanan kesehatan oleh tenaga kesehatan terlatih di Puskesmas mampu tatalaksana kekerasan terhadap perempuan atau anak dan Pusat Pelayanan Terpadu/ Pusat Krisis Terpadu di rumah sakit
% 100 80 100
3.a Rehabilitasi sosial bagi perempuan dan anak korban kekerasan
Cakupan layanan rehabi-litasi sosial yang diberi-kan oleh petugas rehabi-litasi sosial terlatih bagi perempuan dan anak korban kekerasan di UPT
% 100 75 100
3.b Cakupan layanan bimbingan rohani yang diberikan oleh petugas bimbingan rohani terlatih bagi perempuan dan anak korban kekerasan di Unit Pelayanan Terpadu
% 100 75 100
4.a Penegakan dan bantuan hukum bagi perempuan dan anak korban kekerasan
Cakupan penegakan hukum dari tingkat penyi-dikan sampai dengan putusan pengadilan atas kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak
% 94 80 100
4.b Cakupan perempuan dan anak korban kekerasan yang mendapatkan layanan bantuan hukum
% 24 25 44
5.a Pemulangan dan reintegrasi sosial bagi perempun dan anak korban kekerasan
Cakupan layanan pemulangan bagi perempuan dan anak korban kekerasan
% 0 25 100
5.b Cakupan layanan reintegrasi sosial bagi perempuan dan anak korban kekerasan
% 100 80 100
Sumber data : Badan PMPDPKB Kab. Kulon Progo,2013
Menurut data capaian target SPM tersebut di atas, secara umum dapat disimpulkan
bahwa pelaksanaan urusan wajib Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak telah
II - 50
dilaksanakan dengan baik. Namun demikian fenomena kasus kekerasan terhadap
perempuan dan anak seperti gunung es, yang tampak di permukaan hanya beberapa angka
saja, namun ada kemungkinan masih banyak kasus yang belum terkuak karena faktor
ketidakberanian korban untuk melaporkan. Oleh karena itulah, advokasi dan pendampingan
korban masih perlu ditingkatkan, sehingga korban kekerasan mempunyai keberanian untuk
melapor ke penegak hukum dan melanjutkan kasusnya secara hukum.
Berbagai usaha telah diselenggarakan untuk perbaikan kondisi perempuan dalam
berbagai bidang atau sektor, seperti kesehatan, pendidikan, ekonomi dan pekerjaan,
sedangkan peningkatan posisi diwujudkan dalam pemberian status, peluang dan
kesempatan yang sama bagi laki-laki dan perempuan untuk berperan aktif dalam
pembangunan
Permasalahan gender di Kabupaten Kulon Progo sampai tahun 2012 masih terdapat
kesenjangan antara lain di bidang :
a. Kesehatan, masalah utama yang dihadapi adalah rendahnya pengetahuan dan
pendidikan mayoritas kaum perempuan, sehingga tidak mampu mengenali kegawatan
penyakit yang dihadapinya, tidak mampu menghindari penyakit, dan tidak mampu
memilih makanan yang bergizi bagi keluarganya. Meskipun telah banyak keberhasilan
di bidang kesehatan perempuan, tetapi angka kematian ibu (AKI) dan rendahnya status
gizi perempuan masih merupakan masalah utama.
b. Dalam bidang KB, masih adanya kesenjangan gender yang ditandai dengan tingginya
persentase perempuan yang menjadi peserta KB. Data jumlah kesertaan KB Pria tahun
2013 sebesar 5,67% mengalami sedikit kenaikan dibanding sebelumnya, tahun 2012
sebesar 5,39%, tahun 2011 sebesar 5,37% dan tahun 2010 sebesar 5,4%, jumlahnya
meningkat dibandingkan dengan tahun 2009 yang baru mencapai 4,51%. Dengan
masih sedikitnya jumlah peserta KB Pria menunjukkan belum setaranya kedudukan istri
dan suami dalam menentukan penggunaan kontrasepsi yang sesuai dengan
kebutuhannya.
c. Dalam bidang politik, perempuan belum banyak berperan antara lain karena masih
terbatasnya kesempatan dan kepercayaan bagi perempuan sebagai penentu kebijakan
dan pengambil keputusan yang menyangkut kepentingan umum dan terbatasnya posisi
perempuan dalam lembaga eksekutif maupun legislatif. Hal ini ditunjukkan dengan
jumlah kaum perempuan yang menjadi anggota legislatif baru 10% atau 4 orang dari
total 40 orang anggota legislatif daerah.
Untuk itu berbagai upaya telah dilaksanakan dalam rangka peningkatan kualitas hidup
perempuan dan anak di Kabupaten Kulon Progo. Pada tahun 2013 dalam penyelenggaraan
Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak di Kabupaten Kulon Progo
meraih prestasi yaitu :
a. mendapatkan penghargaan Anugerah Parahita Ekapraya (APE) tingkat Madya dari
Presiden RI pada tanggal 18 Desember 2013. APE tersebut merupakan penghargaan
yang diberikan kepada Kabaupaten/Kota yang telah melaksanakan pengarusutamaan
gender, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak .
II - 51
b. mendapatkan penghargaan peringkat III Kecamatan Sayang Ibu tingkat DIY yaitu
Kecamatan Lendah.
2.1.2.3. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
Pelaksanaan Program Keluarga Berencana (KB) secara nyata telah mampu
menumbuhkan kesadaran bagi para keluarga di Kabupaten Kulon Progo untuk menerapkan
Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) bahkan telah menjadi bagian dari tata
kehidupan di masyarakat.
Perkembangan tahapan keluarga yang disajikan dalam tabel berikut menunjukkan
kondisi ekonomi keluarga:
Tabel 2.34. Perkembangan Jumlah KK dan Tahapan Keluarga
Kabupaten Kulon Progo Tahun 2009-2013
No. Tahapan
Keluarga
Tahun Distribusi (%)
2009 2010 2011 2012 2013*) 2009 2010 2011 2012 2013*)
1 Pra KS 43.253 42.234 44.711 43.715 43.650 35,94 34,98 36,32 35,38 35,48
2 KS I 26.352 25798 25.972 26.505 26.273 22,9 20,22 21,10 21,45 21,35
3 KS II 12.998 15.389 13.512 14.128 13.824 10,80 12,68 10,98 11,44 11,23
4 KS III 33.251 33.724 34.434 34.690 34.768 27,63 27,79 27,97 28,08 28,26
5 KS III+1 4.479 5.248 4.476 4.492 4.496 3,72 4,33 3,64 3,63 3,65
120.333 121.880 123.105 123.530 123.011
Sumber: Badan PMPDPKB Kabupaten Kulon Progo
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah keluarga dalam tahapan Pra KS terus
mengalami penurunan dalam periode tahun 2009-2010, meskipun pada tahun 2011 terjadi
kenaikan sebesar 3,83 % namun pada tahun 2012 mengalami penurunan. Di sisi lain jumlah
keluarga dalam tahapan KS III, terus mengalami kenaikan dalam periode 2009-2010 dan
mengalami penurunan pada tahun 2011 termasuk KS III+1, namun pada tahun 2012 dan
2013 mengalami kenaikan. Khusus untuk jumlah keluarga dalam tahapan KS I mengalami
kenaikan pada tahun 2011 dan 2012. Pada tahun 2012 keluarga dalam tahapan KS I, KS II
dan KS III mengalami kenaikan. Sedangkan pada tahun 2013 tahapan KS I dan KS II
mengalami penurunan, KS III dan KS III+1 mengalami kenaikan. Hal ini menunjukkan terjadi
peralihan dari keluarga miskin menuju ke keluarga sejahtera.
Penyelenggaraan program KB itu sendiri selain untuk mengendalikan laju
pertumbuhan penduduk juga untuk meningkatkan kualitas penduduk melalui upaya
peningkatan kesejahteraan dan ketahanan keluarga. Progam kegiatan yang selama ini
dilaksanakan utamanya dalam pelayanan KB dengan mengupayakan kemudahan dalam
pelayanan kontrasepsi, kemudahan dalam pelayanan informasi, advokasi serta
pendampingan dalam pemenuhan hak-hak reproduksi.
Sebagai gambaran dari hasil penyelenggaraan program KB khususnya dalam
pelayanan KB dapat dilihat pada tabel berikut :
II - 52
Tabel 2.35. Hasil Pelayanan Program KB
di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2009-2013 No Uraian 2009 2010 2011 2012 2013
1 PUS 66.405 66.305 67.565 68.230 68.415 2 Peserta KB Baru 5.765 6.561 7.405 7.565 7.003 3 Peserta KB Aktif 50.906 50.035 51.965 53.182 54.170 4 Prevalensi 76,66% 75,46% 76,91% 77,95% 79,18 5 Peserta KB Pria 2.295 2.703 2.791 2.869 3.071 6 Prevalensi KB Pria 4,51% 5,4% 5,37% 5,39% 5,67%
Sumber: Badan PMPDPKB Kabupaten Kulon Progo Data menunjukkan semakin tingginya minat pasangan usia subur di Kabupaten
Kulonprogo untuk menggunakan KB. Jumlah peserta KB baru tahun 2010 sampai dengan
tahun 2013 terus mngalami peningkatan, meskipun jumlah pasangan usia subur (PUS)
menurun pada tahun 2010 kemudian meningkat pada tahun 2011 dan mengalami penurunan
pada tahun 2012 namun tahun 2013 mengalami peningkatan. Rasio akseptor KB aktif
mengalami penurunan pada tahun 2010 namun meningkat pada tahun 2011 sampai dengan
2013. Prevalensi peserta KB mengalami sedikit penurunan pada tahun 2010 namun
meningkat lagi hingga tahun 2013. Hal ini disebabkan karena masih cukup banyak peserta
KB yang drop out dengan berbagai alasan antara lain ingin tambah anak untuk anak kedua,
sudah memasuki masa menopause, serta alasan kesehatan dan inkonsistensi pemakaian
alat kontrasepsi namun berkat pendekatan yang dilakukan oleh petugas keluarga berencana
yang didukung oleh program peningkatan layanan KB maka peserta KB aktif meningkat lagi.
Sehubungan dengan hal itu maka masih sangat diperlukan pembinaan yang intensif
terhadap peserta KB agar dapat menjaga kelestariannya sehingga secara langsung maupun
tidak langsung berdampak positif terhadap upaya pengaturan kelahiran di satu sisi dan upaya
peningkatan kesejahteraan keluarga di sisi lainnya. Sebagai upaya peningkatan kesetaraan
gender dalam program KB, telah dilakukan berbagai upaya peningkatan peran pria dalam
ber-KB, baik melalui intensifikasi KIE, kunjungan dari rumah ke rumah, kerjasama dengan
pihak swasta (CSR) dengan memberikan hadiah kambing bagi peserta MOP, pendekatan
tempat pelayanan, maupun pembentukan dan pengembangan kelompok KB Pria. Gambaran
hasil pelaksanaan peningkatan peran pria dalam ber-KB dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.36. Gambaran Hasil Pelaksanaan Peningkatan Peran Pria dalam ber-KB
Tahun 2009-2013
No. Uraian 2009 2010 2011 2012 2013 1 Peserta KB Aktif 50.906 50.035 51.965 53.182 54.170 2 Peserta KB Pria
(MOP dan Kondom) 2.295 2.703 2.791 2.869 3.071
3 Prevalensi 4.51% 5,4 % 5,37 5,39 5,67 Sumber: Badan PMPDPKB Kabupaten Kulon Progo
II - 53
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa upaya peningkatan peran pria ber-KB telah
mulai menunjukkan hasil yang menggembirakan. Prevalensi pria yang menggunakan MOP
dan Kondom sebesar 5,67% pada tahun 2013 telah meningkat dari tahun 2012. Hal tersebut
menunjukan bahwa upaya Advokasi dan KIE dalam rangka meningkatkan kesertaan KB pria
mulai berhasil dilaksanakan.
Keberhasilan program KB sangat dipengaruhi oleh tingkat partisipasi dan peran serta
masyarakat dalam pelaksanaan program KB. Dengan kata lain, peran aktif masyarakat
sangat menentukan kesuksesan program KB di lapangan. Wujud dari peran aktif masyarakat
ini adalah terlibatnya Institusi Masyarakat Pedesaan (IMP) dalam berbagai kegiatan KB
melalui enam peran bhakti institusi.
Pelaksanaan Program Keluarga Berencana (KB) selain untuk mengendalikan laju
pertumbuhan penduduk juga untuk meningkatkan kualitas penduduk melalui upaya
peningkatan kesejahteraan keluarga dan ketahanan keluarga. Program dan kegiatan yang
selama ini dilaksanakan utamanya dalam pemberdayaan ekonomi keluarga melalui kelompok
UPPKS dengan mengupayakan kemudahan dalam pelayanan pemberian kredit kencana dari
Bank Pasar Kulon Progo, Kredit Asosiasi Kelompok UPPKS ―AKU Sejahtera‖ dari BKKBN
Provinsi DIY, kemudahan dalam memperoleh SP-IRT, serta mengikuti Pameran baik Tingkat
Kabupaten, Provinsi dan Nasional, serta pendampingan dalam pelatihan
ketrampilan/magang.
Gambaran dari hasil penyelenggaraan Program Keluarga Sejahtera khususnya dalam
Pemberdayaan Ekonomi Keluarga dapat diketahui dalam tabel berikut :
Tabel 2.37. Perkembangan kelompok UPPKS Kabupaten Kulon Progo
Tahun 2008-2013
No Uraian 2008 2009 2010 2011 2012 2013
1 PUS 65.899 66.405 66.405 67.565 68.230 68.415
2 Kel UPPKS 756 819 820 871 890 912
3 Jumlah Anggota 12.882 18.508 18.331 17.301 17.218 17.146
4. Anggota yang Berusaha
8.450 13.136 11.378 n.a n.a n.a
5 Prevalensi 65,60% 70 % 62,07% n.a n.a n.a
Sumber: Badan PMPDPKB Kabupaten Kulon Progo
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah kelompok UPPKS terus bertambah,
walaupun jumlah anggotanya mengalami penurunan. Hal ini disebabkan banyaknya anggota
yang belum mampu mengembangkan ketrampilan usahanya, sehingga mereka keluar dari
kelompok.
Upaya peningkatan ketahanan keluarga juga dilakukan melalui kader-kader bina
keluarga dan kondisinya dapat diihat sebagaimana tabel berikut:
II - 54
Tabel 2.38. Jumlah Kelompok Bina Keluarga Tahun 2009-2013
No Kader
Kelompok Tahun
2009 2010 2011 2012 2013 1 BKB 383 434 387 387 402 2 BKR 99 98 91 92 128 3 BKL 78 76 73 92 100 4 PIK R 17 21 33 40 47
Sumber: Badan PMPDPKB Kabupaten Kulon Progo
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah kelompok bina keluarga mengalami
fluktuasi dari tahun 2009 s/d 2011 dan meningkat di tahun 2013. Dengan kondisi kader yang
terbatas jumlahnya, terbatas pengetahuan dan wawasan, maupun terbatasnya materi
penyuluhan dan sarana prasarana lainnya, maka telah dilakukan sejumlah pendampingan
kelompok bina keluarga melalui bantuan sarana prasarana KIE maupun pengetahuan para
kadernya. Dengan berbagai upaya tersebut pada tahun 2013 terjadi peningkatan dari
keseluruhan kelompok bina keluarga. Kelompok bina keluarga sejahtera selain dibina dalam
pengelolaan kelompoknya melalui seleksi kelompok bina keluarga juga dibantu dalam sarana
prasarananya.
Capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Keluarga Berencana dan
Keluarga Sejahtera dengan mengacu pada Peraturan Kepala Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional Nomor 55/HK-010/B5/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera di Kabupaten/Kota, pada tahun 2013 di
Kabupaten Kulon Progo sebagai berikut :
Tabel 2.39. Capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Keluarga Berencana dan Keluarga
Sejahtera Kabupaten Kulon Progo Tahun 2013
No Jenis Pelayanan
Dasar Indikator SPM
Satuan
Capaian Kinerja
2012 2013
Target Realisasi
A Komunikasi
Informasi dan
Edukasi Keluarga
Berencana dan
Keluarga
Sejahtera (KIE
KB dan KS
1. Cakupan
Pasangan Usia
Subur yang
isterinya dibawah
usia 20 tahun
(3,5%)
% 0,61 1,00 0,56
2. Cakupan
Sasaran
Pasangan Usia
Subur menjadi
Peserta KB aktif
(65%)
% 77,9 77,00 79,20
II - 55
No Jenis Pelayanan
Dasar Indikator SPM
Satuan
Capaian Kinerja
2012 2013
Target Realisasi
3. Cakupan
Pasangan Usia
Subur yang ingin
ber-KB tidak
terpenuhi (unmet
need) 5%
% 8,74 9,00 7,43
4. Cakupan
Anggota Bina
Keluarga Balita
(BKB) ber-KB
(70%)
% 84,1 66,00 81,2
5. Cakupan PUS
peserta KB Ang-
gota Usaha
Peningkatan Pen-
dapatan Keluarga
Sejahtera
(UPPKS) yang
ber-KB (87%)
% 84,4 66 85,9
6. Ratio Petugas
Lapangan
Keluarga
Berencana/Penyul
uh Keluarga
Berencana (PLKB/
PKB) 1 Petugas di
setiap 2 (dua)
desa/kelurahan
% 98 107 95
7. Ratio
Pembantu
Pembina Keluarga
Berencana
(PPKBD) 1 (satu)
petugas di setiap
desa/ kelurahan
% 100 100 100
B Penyediaan Alat
dan Obat
Kontrasepsi
8. Cakupan
Penyediaan alat
dan obat
kontrasepsi untuk
memenuhi
permintaan
masyarakat 30%
setiap tahun
% 100 30 100
II - 56
No Jenis Pelayanan
Dasar Indikator SPM
Satuan
Capaian Kinerja
2012 2013
Target Realisasi
C Penyediaan
Informasi Data
Mikro
9. Cakupan
penyediaan
informasi data
mikro keluarga di
setiap
desa/kelurahan
100% setiap tahun
% 100 100 100
Sumber data : Badan PMPDPKB Kab. Kulon Progo, 2013
Capaian indikator SPM urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera tersebut
secara terperinci dapat diterangkan sebagai berikut :
1) Cakupan Pasangan Usia Subur yang isterinya dibawah usia 20 tahun (3,5%) pada
tahun 2013 adalah 0,56%. Indikator ini menunjukkan semakin kecil cakupan PUS
yang isterinya dibawah usia 20 tahun maka semakin baik nilai capaian SPM-nya.
Pada tahun 2013 target dalam SPM adalah 1 %, dengan demikian angka 0,56%
berarti telah melampaui target. 2) Cakupan Sasaran Pasangan Usia Subur menjadi Peserta KB aktif (65%) pada tahun
2013 telah tercapai sebesar 79,20% dari target 77%.
3) Cakupan Pasangan Usia Subur yang ingin ber-KB tidak terpenuhi (unmet need) 5%
pada tahun 2013 telah tercapai angka 7,43% dari target SPM sebesar 9%. Indikator
ini semakin kecil angkanya berarti semakin baik capaiannya.
4) Cakupan Anggota Bina Keluarga Balita (BKB) ber-KB (70%) pada tahun 2013 telah
tercapai angka 81,2% dari target 66%, berarti indikator SPM sudah tercapai
melampaui target.
5) Cakupan PUS peserta KB Anggota Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga
Sejahtera (UPPKS) yang ber-KB (87%) pada tahun 2013 dari target SPM 66 % telah
tercapai 85,9%, berarti menunjukkan capaian SPM telah melampaui target. Ratio
Petugas Lapangan Keluarga Berencana/ Penyuluh Keluarga Berencana (PLKB/ PKB)
1 Petugas di setiap 2 (dua) desa/kelurahan adalah sebesar 95 dari target SPM 107,
berarti target SPM belum tercapai karena jumlah SDM PLKB/PKB masih kurang.
Ratio Pembantu Pembina Keluarga Berencana (PPKBD) 1 (satu) petugas di setiap
desa/kelurahan adalah 100% sesuai dengan target, karena semua desa (87 desa)
dan 1 kelurahan sudah ada 1 orang PPKBD .
6) Cakupan Penyediaan alat dan obat kontrasepsi untuk memenuhi permintaan
masyarakat 30% setiap tahun dari target SPM sebesar 30% telah tercapai tercapai
100%. Maksudnya semua permintaan masyarakat yang terkait permintaan alat dan
obat kontrasepsi pada tahun 2013 dapat terlayani.
II - 57
7) Cakupan penyediaan informasi data mikro keluarga di setiap desa/kelurahan 100%
setiap tahun telah tercapai sesuai target SPM yaitu 100%, dimana penyediaan
informasi data mikro keluarga sudah menjangkau di setiap desa/kelurahan.
Prestasi yang telah diperoleh dalam urusan Keluarga Berencana dan Keluarga
Sejahtera pada tahun 2013 antara lain yaitu:
1) Juara I Keluarga Harmonis tingkat DIY a.n. Mugiyatno/Surati
2) Juara I Kelompok KB Pria Tingkat DIY
3) Juara I lomba Mural tingkat DIY
4) Juara II KB Lestari 15 tahun tingkat DIY
5) Juara II KB Lestari 20 tahun tingkat DIY
6) Juara II PIK Remaja tingkat DIY
7) Juara II Lansia Idol tingkat DIY
8) Juara II PHBS tingkat DIY
9) Juara II Kelompok BKL tingkat DIY
2.1.2.4. Sosial
Masalah sosial merupakan suatu fenomena yang mempunyai berbagai dimensi, multi
kompleks sehingga penanganannya membutuhkan pendekatan secara menyeluruh (holistik),
terpadu dan berkelanjutan.
Masalah sosial bersifat relatif, namun di masyarakat sering muncul berbagai kejadian
dan kemudian disebut masalah sosial. Oleh karena itu untuk memudahkan penangananya,
pemerintah mengklasifikasikan masalah sosial menjadi : kecacatan, keterlantaran, ketunaan
sosial, kemiskinan dan korban bencana (bencana alam maupun bencana sosial).
Di Kabupaten Kulon Progo penanganan kelima klasifikasi tersebut belum seluruhnya
dapat ditangani secara baik dan optimal, yang disebabkan oleh kelembagaan sosial yang
belum stabil, SDM yang belum memadai, sarana dan prasarana pendukung serta partisipasi
masyarakat dalam pelayanan sosial.
Di sisi lain permasalahan sosial, terutama penyandang sakit jiwa, orang terlantar,
gelandangan, lanjut usia terlantar, korban bencana dibutuhkan penanganan segera, di
samping permasalahan-permasalahan sosial lainnya, sebagaimana dalam tabel berikut :
Tabel 2.40. Data PMKS Di Kabupaten Kulon Progo
No Jenis PMKS 2012 2013 Keterangan
1 Anak Balita Terlantar 897 780 Anak
2 Anak Terlantar 7.255 6.194 Anak
3 Anak Jalanan 24 17 Anak
4 Anak Berhadapan dengan Hukum 21 0 Anak
5 Anak dengan Kedisabilitasan 687 677 Anak
6 Anak yang Memerlukan Perlindungan Khusus
218 0 Anak
II - 58
No Jenis PMKS 2012 2013 Keterangan
7 Anak Korban Tindak Kekerasan 0 177 Orang
8 Lanjut Usia Terlantar 5.432 5.551 Orang
9 Penyandang Disabilitas 4.591 4.546 Oran
10 Tuna Susila 1 11 Orang
11 Gelandangan 60 29 Orang
12 Pengemis 33 41 Orang
13 Pemulung 0 10 Orang
14 Kelompok Minoritas 0 0 Orang
15 Bekas Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan
403 0 Orang
16 Orang dengan HIV/AIDS 0 0 Orang
17 Korban Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya
95 85 Orang
18 Korban Traficking 0 0 Orang
19 Korban Tindak Kekerasan Dewasa dan Lanjut Usia
684 461 Orang
20 Pekerja Migran Bermasalah 94 93 Orang
21 Korban Bencana Alam 237 444 Orang
22 Korban Bencana Sosial 3 6 Orang
23 Perempuan Rawan Sosial Ekonomi 1.602 Orang
24 Fakir Miskin 52.895 52.895 KK
25 Keluarga Bermasalah Sosial Psikologis 540 540 KK
26 Komunitas Adat Terpencil 0 0 Orang
27 Rumah Tidak Layak Huni 5.965 5.965 Orang
Sumber : Bidang Sosial Dinas Sosnakertrans KP
Selain PMKS, Kabupaten Kulon Progo juga memiliki potensi sumber kesejahteraan
sosial yang cukup berharga yang dapat digunakan untuk menjaga, menciptakan, mendukung
atau memperkuat usaha kesejahteraan sosial antara lain Pekerja Sosial Masyarakat (PSM),
Organisasi Sosial (Orsos), Karang Taruna, Wanita Pemimpin Kesejahteraan Sosial (WPKS),
Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis Masyarakat (WKSBM), dsb. Panti Asuhan/jompo
yang ada di Kabupaten Kulon Progo sebanyak 21 unit.
Keberpihakan pemerintah terhadap masyarakat miskin diwujudkan dengan
peningkatan penyediaan sarana prasarana pelayanan dan rehabilitasi sosial, bantuan sosial,
pemberdayaan sosial ekonomi, pemberian jaminan sosial dan peningkatan kualitas
manajemen kelembagaan sosial masyarakat. Upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah
Kabupaten Kulon Progo untuk mengatasi permasalahan dalam urusan sosial tersebut adalah
dengan melakukan pembinaan terhadap penyandang masalah sosial, pelayanan
penyandang masalah sosial pada panti sosial, penyempurnaan sistem perlindungan dan
jaminan kesejahteraan sosial bagi seluruh lapisan masyarakat serta melakukan sinkronisasi
penyelenggaraan berbagai bentuk jaminan sosial yang dilakukan oleh beberapa
penyelenggara selama ini. Perhatian khusus tetap diberikan kepada penduduk miskin, rentan
dan penyandang masalah kesejahteraan sosial lainnya. Sebagian dari mereka diberikan
II - 59
bantuan tunai, pelatihan keterampilan, dan praktek belajar kerja. Pelayanan dan rehabilitasi
sosial bagi mereka yang cacat, terlantar, lanjut usia terus diupayakan peningkatannya, baik
melalui sistem di dalam panti maupun sistem di luar panti.
Capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Sosial tahun 2013 di Kabupaten
Kulon Progo sebagai berikut :
Tabel 2.41. Capaian SPM Bidang Sosial
Kabupaten Kulon Progo Tahun 2013
No Jenis Pelayanan Dasar Indikator Kinerja Satuan
Capaian Kinerja
2012 2013
Target Realisasi I Pelaksanaan
program/kegiatan bidang sosial :
a. Pemberian bantuan sosial bagi PMKS;
Prosentase (%) PMKS yang memperoleh bantuan sosial untuk pemenuhan kebutuhan dasar
% 66,66 80 49,19
b. Pelaksanaan Kegiatan pemberdayaan sosial.
Prosentase (%) PMKS yang menerima program pemberdayaan sosial melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE) atau kelompok sosial ekonomi sejenis lainnya
% 2,23 80 2,23
II Penyediaan sarana dan prasarana sosial :
a. Penyediaan sarana dan prasarana panti sosial;
Prosentase (%) panti sosial yang menyediakan sarana prasarana pelayanan kesejahteraan
sosial
% 100 80 100
b. Penyediaan sarana prasarana pelayanan luar panti skala Kabupaten/Kota
Presentase (%) wahana kesejahteraan sosial berbasis masyarakat (WKBSM) yang menyediakan sarana prasarana pelayanan kesejahteraan sosial.
% 100 60 100
III Penanggulangan korban Bencana:
a. Bantuan sosial bagi korban bencana skala Kabupaten/ Kota
Presentase (%) korban bencana yang menerima bantuan sosial selama masa tanggap darurat
% 100 80 100
II - 60
No Jenis Pelayanan Dasar Indikator Kinerja Satuan
Capaian Kinerja
2012 2013
Target Realisasi b. Evakuasi korban
bencana skala Kabupaten/kota
Presentase (%) korban bencana yang dievakuasi dengan menggunakan sarana prasarana tanggap darurat lengkap
% 0 80 0
IV Pelaksanaan dan pengembangan jaminan sosial bagi penyandang cacat fisik dan mental, serta lanjut usia tidak potensial:
a. Penyelenggaraan jaminan sosial skala Kabupaten/ Kota
Presentase (%) penyandang cacat fisik dan mental, serta lanjut usia tidak potensial yang telah menerima jaminan sosial
% 63,06 40 63,06
Sumber data : Dinsosnakertrans Kab. Kulon Progo,2013
Capaian indikator SPM Bidang Sosial tersebut secara terperinci dapat diterangkan
sebagai berikut:
1) Persentase PMKS yang memperoleh bantuan sosial untuk pemenuhan kebutuhan
dasar
Jika dirinci menurut jenis PMKS, maka persentase jumlah PMKS yang telah menerima
bantuan sosial untuk pemenuhan kebutuhan dasar baru terealisasi 49,19 % dari target
sebesar 80%, namun jika dibandingkan dengan Tahun 2012 telah mengalami
peningkatan di tahun 2013. Hal ini merupakan hasil dari makin meningkatkan jumlah
bantuan sosial bagi PMKS, khususnya bagi Anak Balita Terlantar, Bantuan RTLH serta
banyaknya kegiatan-kegiatan kepedulian sosial yang ada di masyarakat.
2) Persentase PMKS yang menerima program pemberdayaan sosial melalui Kelompok
Usaha Bersama (KUBE) atau kelompok sosial ekonomi sejenis lainnya
Presentase capaian PMKS yang menerima program pemberdayaan sosial melalui
KUBE jika dibandingkan Tahun 2012 (2,23%) belum mengalami kenaikan di Tahun
2013 (2,23%). Namun hal ini masih belum memenuhi target sebesar 80%. Hal ini
disebabkan masih minimnya pendanaan untuk program pemberdayaan fakir miskin.
APBD Tahun 2013 mengalokasikan kegiatan pelatihan manajemen usaha bagi
keluarga miskin yang merupakan upaya penumbuhan Kelompok Usaha Bersama
(KUBE) Fakir Miskin yang berjumlah 10 kelompok dengan penerima manfaat adalah 50
KK. Selain itu Tahun 2013 Kabupaten Kulon Progo mendapatkan alokasi bantuan untuk
30 Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Fakir Miskin yang bersumber dari APBN.
Masing-masing kelompok beranggotakan 10 orang, sehingga jumlah Kepala Keluarga
penerima manfaat adalah 300 KK. Sampai dengan Tahun 2013 jumlah KUBE yang
II - 61
pernah dibantu baik dengan sumber APBD maupun APBN adalah 841 kelompok
dengan jumlah penerima manfaat 8110 KK, sehingga jika jika dibandingkan dengan
jumlah Fakir Miskin yang seharusnya mendapatkan program pemberdayaan sosial
(40.021 KK) baru sekitar 20,26%.
3) Persentase Panti Sosial yang menyediakan sarana prasarana pelayanan kesejahteraan
sosial
Seluruh Panti Sosial telah turut aktif dalam upaya pelayanan sosial kesejahteraan
sosial.
4) Persentase Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis Masyarakat (WKBSM) yang
menyediakan sarana prasarana pelayanan kesejahteraan sosial
Jumlah Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis Masyarakat yang turut aktif dalam
pelayanan kesejahteraan sosial di Kulon Progo berjumlah 15 lembaga yang seluruhnya
turut aktif dalam upaya pelayanan sosial kesejahteraan sosial bagi anggotanya.
5) Persentase korban bencana yang menerima bantuan sosial selama tanggap darurat
Kejadian bencana selama tahun 2013 intensitasnya masih cukup tinggi meliputi tanah
longsor, banjir, angin kencang dan kebakaran. Jumlah korban mencapai 472 KK, dan
sudah mendapatkan bantuan sosial baik berupa logistik (beras, mie, sardent, minyak
dan lainnya). Tahun 2013 Bupati Kulon Progo menetapkan Status Tanggap Darurat
terhadap bencana kekeringan dan bencana cuaca dan iklim ekstrim yang terjadi di
Kabupaten Kulon Progo berdasarkan Keputusan Bupati Nomor 15 Tahun 2013 dan
Keputusan Bupati Nomor 450 Tahun 2013. Status tanggap darurat ini dikeluarkan
dalam upaya mengantisipasi dampak bencana yang lebih meluas dari adanya cuaca
dan iklim ekstrim dan kekeringan yang terjadi. Selama masa tanggap darurat ini jumlah
korban cuaca ekstrim yang dibantu meliputi 135 KK, 6 lokasi fasilitas umum dan 1
lokasi tanah longsor, dengan dana sejumlah Rp. 115.347.500,00. Sedangkan
penanganan dampak kekeringan dilakukan di 72 titik lokasi dengan anggaran sejumlah
Rp. 10.800.000,00.
6) Persentase korban bencana yang dievakuasi dengan menggunakan sarana prasarana
tanggap darurat lengkap
Bencana alam yang terjadi di Kabupaten Kulon Progo intensitasnya cukup tinggi,
namun masih dalam skala kecil sehingga tidak memerlukan evakuasi dengan
menggunakan prasarana tanggap darurat yang lengkap. Tahun 2013 Pemerintah
Kabupaten Kulon Progo mendapatkan bantuan 1 (satu) unit Truk Dapur Umum sebagai
sarana pelayanan evakuasi bagi korban bencana dari Kementrian Sosial republik
Indonesia.
7) Persentase penyandang cacat fisik dan mental serta lansia tidak potensial yang telah
menerima jaminan sosial
Data PMKS Tahun 2013 menunjukan bahwa jumlah Penyandang cacat fisik dan mental
adalah 5.278 orang, sedangkan jumlah lanjut usia terlantar adalah 5.432 orang. Jumlah
II - 62
Lanjut Usia terlantar maupun penyandang cacat berat yang seharusnya mendapatkan
jaminan sosial berdasarkan hasil klarifikasi dan verifikasi data yang dilakukan berjumlah
409 orang. Tahun 2013 jumlah Lanjut Usia Miskin yang telah mendapatkan Asistensi
Sosial Lanjut Usia Terlantar (ASLUT) yang bersumber dari APBN yaitu tiap orang
200.000 per bulan berjumlah 240 orang. Sedangkan Asistensi Sosial Orang dengan
Kecacatan (ASODK) Berat yang telah mendapatkan Jaminan Sosial berjumlah 69
orang. Dari target 40% sudah terealisasi sebesar 63,06%.
2.1.2.5. Tenaga Kerja
Pertumbuhan angkatan kerja yang tidak sebanding dengan pertumbuhan kesempatan
kerja yang ada merupakan salah satu masalah pokok di bidang ketenagakerjaan. Jumlah
penduduk Kulon Progo tahun 2013 sebanyak 416.209 orang. Berdasarkan hasil pendataan
tahun 2013, penduduk usia kerja/tenaga kerja sebanyak 371.021 orang, angkatan kerja
sebanyak 269.741 orang, yang bekerja sebanyak 124.474 orang. Jumlah pengangguran
terus menurun dalam 5 tahun terakhir.
Jumlah pencari kerja tahun 2013 sebanyak 7.380 orang terdiri dari berpendidikan SD
sebanyak 1.194 orang (14,77%), berpendidikan SLTP sebanyak 1.487 orang (18,40%),
berpendidikan SLTA sebanyak 2.929 orang (36,24%), berpendidikan Diploma sebanyak
1.144 orang (14,15%), dan berpendidikan Sarjana sebanyak 1.329 orang (16,44%). Dari
jumlah pencari kerja yang terdaftar tersebut berhasil ditempatkan/mendapatkan pekerjaan
sejumlah 4.741 orang yang terdiri dari Antar Kerja Lokal (AKL) sebanyak 4.396 orang, Antar
Kerja Antar Daerah (AKAD) sebanyak 225 orang dan Antar Kerja Antar Negara (AKAN)
sebanyak 119 orang, sedangkan Penempatan Tenaga Kerja Pemerintah (PTKP) sebanyak 1
orang. Data ketenagakerjaan di Kabupaten Kulon Progo dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 2.42. Data Ketenagakerjaan di Kabupaten Kulon Progo
Tahun 2008–2013
No. Uraian 2008 2009 2010 2011 2012 2013
1. Penduduk 476.387 488.071 470.520 473.622 479.189 416.209 2. Tenaga Kerja 388.772 391.472 377.398 388.654 384.042 371.021 3. Angkatan Kerja 296.763 300.981 302.845 306.358 309.780 269.741 4. Bekerja 284.196 289.924 291.959 295.727 299.493 261.410 5. Pencari Kerja 6.912 10.496 6.587 12.742 8.755 8.083 6. Penganggur 12.567 11.057 10.886 10.631 10.288 8.331 7. 1/2 Penganggur 49.549 51.246 52.864 53.411 57.241 76.240 8. Penempatan 5.765 6.128 6.218 7.660 6.140 4.741
Sumber: Dinsosnakertrans Kab.Kulon Progo Dari kondisi ketenagakerjaan tersebut di atas dapat kita lihat bahwa jumlah
penempatan tenaga kerja dari tahun ke tahun selalu meningkat. Namun demikian
peningkatan jumlah penempatan tenaga kerja tersebut belum signifikan dengan jumlah
II - 63
pengangguran di Kabupaten Kulon Progo yang pada tahun 2013 masih pada angka 3,09%
(8.331) dari angkatan kerja yang ada (269.741).
Keadaan tenaga kerja yang demikian perlu ditingkatkan ketrampilan dan atau
spesifikasinya dengan melalui pendidikan non formal yang diselenggarakan oleh lembaga
latihan kerja baik pemerintah maupun swasta. Jumlah lembaga pelatihan kerja di Kabupaten
Kulon Progo sebanyak 21 buah, lembaga pelatihan pemerintah sebanyak 3 buah; BLK, SKB
dan LBK dan 1 buah Yayasan (Dharmais).
Dalam Penyelenggaraan Pelatihan Keterampilan di BLK cukup menggembirakan,
namun relevansi pelatihan dengan kebutuhan pasar kerja dan dunia kerja dinilai masih
lemah, sehingga mempengaruhi tingkat penyerapan dan penempatan lulusan pelatihan. Dari
segi kualitas terdapat beberapa jenis pelatihan yang belum mengacu pada persyaratan
jabatan sehingga efektivitas daya penyerapan dan penempatan belum optimal. Hal tersebut
disebabkan terbatasnya fasilitas/peralatan latihan bagi dari segi kuantitas maupun kualitas
yang tidak relevan dengan perkembangan industri dan teknologi.
Fakta juga membuktikan bahwa rendahnya penyerapan lulusan BLK disebabkan
karena kurangnya kemandirian lulusan BLK dalam mengembangkan dan mengoptimalkan
keterampilan yang dimiliki serta keterbatasan pola pikir masyarakat akan pentingnya
wirausaha sebagai pekerjaan alternatif yang potensial. Dengan kondisi real tersebut, BPL
perlu mengembangkan program inkubator wirausaha baru yang membimbing/membantu
lulusan dalam menjalankan usaha baru dijalani sehingga diharapkan dapat berkembang
nantinya.
Dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, maka pembangunan ketenagakerjaan diselenggarakan atas azaz
keterpaduan dengan melalui koordinasi fungsional lintas sektoral pusat dan daerah.
Capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang ketenagakerjaan tahun 2013 di
Kabupaten Kulon Progo sebagai berikut:
Tabel 14.2
Capaian SPM Bidang Ketenagakerjaan
Kabupaten Kulon Progo Tahun 2013
No
Jenis Pelayanan
Dasar & Sub Kegiatan
Indikator
Satuan
Capaian
2012 2013
Target Realisasi
1 Pelayanan Pelatihan Kerja
1 Besaran tenaga kerja yang mendapatkan pelatihan berbasis kompetensi
% 73,27 75 57,68
2 Besaran tenaga kerja yang mendapatkan pelatihan berbasis masyarakat
% 10,00 60 42,00
3 Besaran tenaga kerja yang mendapatkan pelatihan kewirausahaan
% 60,19 60 61,43
II - 64
No
Jenis Pelayanan
Dasar & Sub Kegiatan
Indikator
Satuan
Capaian
2012 2013
Target Realisasi
2 Pelayanan Penempatan Tenaga Kerja
Besaran pencari kerja yang terdaftar yang ditempatkan
% 85,04 70 72,98
3 Pelayanan Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
Besaran Kasus yang diselesaikan dengan Perjanjian Bersama (PB)
% 100 50 100
4 Pelayanan Kepesertaan Jamsostek
Besaran Pekerja/buruh yang menjadi peserta Jamsostek
% 41,65 50 42,75
5 Pelayanan Pengawasan Ketenagakerjaan
1 Besaran pemeriksaan perusahaan
% 70,00 45 37,19
2 Besaran pengujian peralatan di perusahaan
% 13,12 50 1,47
Capaian indikator SPM Bidang Ketenagakerjaan tersebut di atas secara terperinci
dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Besaran tenaga kerja yang mendapatkan pelatihan berbasis kompetensi
Tenaga kerja yang telah mendapatkan pelatihan berbasis kompetensi yang bersumber
dari APBD sebanyak 46 orang pencari kerja (3 paket pelatihan). Kegiatan yang dilakukan
meliputi Pelatihan Las Listrik 1 paket sebanyak 16 orang, Pelatihan Kerajinan Batu
Andesit di Clapar Hargowilis Kokap 1 paket sebanyak 14 orang dan Pelatihan
Pembuatan Genteng Press di Tlogolelo Hargomulyo Kokap 1 paket sebanyak 16 orang.
Sedangkan yang bersumber dari dana Tugas Pembantuan berjumlah 480 orang (30
paket pelatihan). Jumlah pendaftar yang ada di BLK untuk mengikuti pelatihan dalam
semua kejuruan berjumlah 912 orang, sehingga persentase pendaftar yang
mendapatkan pelatihan berbasis kompetensi adalah 57,68%.
2) Besaran tenaga kerja yang mendapatkan pelatihan berbasis masyarakat
Pelatihan yang berbasis masyarakat dilakukan dalam kegiatan Pembinaan kemampuan
dan ketrampilan kerja masyarakat di lingkungan industri hasil tembakau dan/ atau daerah
penghasil tembakau. Jenis usahanya yaitu pelatihan perbengkelan, meubeler dan
membatik serta bimbingan MTB. Jumlah peserta pelatihan adalah 84 orang dari
pendaftar sejumlah 200 orang.
3) Besaran tenaga kerja yang mendapatkan pelatihan kewirausahaan
Pelatihan kewirausahaan dilakukan melalui kegiatan peningkatan produktifitas tenaga
kerja, Pemberdayaan TKM, serta Terapan TTG. Jumlah peserta pelatihan ada 144
orang, yang bersumber dari APBD sejumlah 84 orang, dan APBN 3 paket masing-
masing 20 orang, sehingga dapat tercapai 61,43%. jika dibandingkan dengan tahun 2012
telah mengalami peningkatan sebesar 0,45%.
II - 65
4) Besaran pencari kerja yang ditempatkan
Penempatan pencari kerja dilakukan melalui kegiatan Penempatan Tenaga Kerja AKL,
AKAD dan AKAN. Tahun 2013 jumlah tenaga kerja yang mampu ditempatkan melalui
kegiatan ini adalah; Antar Kerja Lokal sejumlah 4.396 orang, Antar Kerja Antar Daerah
sejumlah 225 orang dan Antar Kerja Antar Negara sejumlah 119 orang dan PTKP 1
orang. Total penempatan tenaga kerja Tahun 2013 adalah 4.741 orang dari target
penempatan 6.496 orang, sehingga dapat terealisasi 72,98%, jika dibandingkan dengan
Tahun 2012, jumlah penempatan tenaga kerja tahun 2013 telah mengalami peningkatan.
5) Besaran kasus yang diselesaikan dengan Perjanjian Bersama (PB)
Tahun 2013 tidak terdapat kasus ketenagakerjaan yang terdaftar. Berbagai
permasalahan ketenagakerjaan yang ada mampu diselesaikan melalui forum bipartit,
yang melibatkan perwakilan tenaga kerja dengan perusahaan tempat mereka bekerja.
6) Besaran pekerja/ buruh yang menjadi peserta program Jamsostek
Jumlah Perusahaan keseluruhan di Kabupaten Kulon Progo ada 287 perusahaan
dengan total pekerja 7.020 orang. Namun sampai saat ini perusahaan yang telah
mengikutsertakan pekerjanya dalam Jaminan Sosial Ketenagakerjaan baru ada 86
perusahaan dengan 3.654 pekerja yang sudah terdaftar dalam kepesertaan Jamsostek
(42,75%), jika dibandingkan Tahun 2012 jumlah peserta jamsostek telah mengalami
peningkatan dari sejumlah 3.558 orang menjadi 3.654 orang.
7) Besaran pemeriksaan perusahaan
Pemeriksaan dilakukan oleh pengawas ketenagakerjaan yang berjumlah 2 orang.
Pemeriksaaan dilakukan secara berkala sebanyak 106 kali dari 285 objek perusahaan
(37,19%) yang harus diperiksa. Jumlah Pegawai Fungsional Pengawas Ketenagakerjaan
saat ini sudah tidak ada lagi, karena pengawas yang ada sudah menduduki jabatan
struktural dan ada yang mutasi ke luar daerah, sehingga hal inilah yang menyulitkan
proses pengawasan yang seharusnya dilakukan oleh Pemerintah Daerah terhadap
perusahaan yang ada.
8) Besaran pengujian peralatan di perusahaan
Jenis Peralatan perusahaan yang diuji ada 3 macam, dengan jumlah objek 10 unit dari
yang total jumlah peralatan 682 unit, sehingga baru 1,47% jumlah peralatan yang diuji
dari keseluruhan peralatan perusahaan yang ada. Hal ini disebabkan minimnya jumlah
tenaga profesional yang melaksanakan pengujian (Pengawas Tenaga Kerja) serta
kurangnya kesadaran perusahaan dalam memberikan laporan tentang batas masa
pengujian peralatan yang dimiliki.
Kondisi perusahaan di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2013 yang terdaftar sesuai
Undang-Undang 7 Tahun 1981 tentang Wajib Lapor Ketenagakerjaan sebanyak 287
perusahaan dengan tenaga kerja 7.020 orang yang terdiri dari tenaga kerja pria 2.379 orang
dan tenaga kerja wanita 4.641 orang. Perusahaan yang mengikuti program Jamsostek sesuai
UU No. 3 Tahun 1992 sejumlah 86 perusahaan dengan tenaga kerja 3.654 orang,
Perusahaan tersebut dengan rincian :
II - 66
a) Perusahaan dengan tenaga kerja lebih 100 orang : 5 perusahaan
b) Perusahaan dengan tenaga kerja 50 - 99 orang : 6 perusahaan
c) Perusahaan dengan tenaga kerja 25 - 49 orang : 23 perusahaan
d) Perusahaan dengan tenaga kerja 10 - 24 orang : 71 perusahaan
e) Perusahaan dengan tenaga kerja 1 - 9 orang : 182 perusahaan
Kabupaten Kulon Progo juga mempunyai potensi sebagai penghasil gula kelapa yang
cukup besar, dengan populasi penderes pada tahun 2013 sebanyak 5.561 orang. Profesi
penderes tersebut mempunyai resiko kecelakaan yang cukup tinggi. Mengingat tingginya
resiko tersebut, maka Pemerintah Kabupaten Kulon Progo sejak Tahun 2003 memberi
perhatian dengan bentuk memberikan bantuan keuangan bagi penderes kelapa yang
mengalami kecelakaan kerja melalui mekanisme yang berlaku.
Upah Minimum Provinsi Tahun 2012 sesuai Keputusan Gubernur DIY Nomor.
289/KEP/2011 tanggal 23 November 2011 sebesar Rp. 892.660,-/bulan. Upah Minimum
Kabupaten Tahun 2013 sesuai Keputusan Gubernur DIY Nomor. 370/KEP/2012 tanggal 20
November 2012 sebesar Rp. 954.339,-/bulan. Dan Upah Minimum Kabupaten Tahun 2014
sesuai Keputusan Gubernur DIY Nomor. 279/KEP/2013 tanggal 14 November 2013 sebesar
Rp. 1.069.000,-/bulan.
2.1.2.6. Kondisi Ketransmigrasian
Persebaran dan tingkat kepadatan penduduk yang tidak merata di berbagai wilayah
Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu masalah pokok di bidang kependudukan.
Luas wilayah Kabupaten Kulon Progo 586,27 km² dengan penduduk yang terkonsentrasi di
wilayah urban seperti Wates, Lendah, Galur, Pengasih dan Sentolo. Keterbatasan daya
dukung ruang dan Sumber Daya Produksi, kepadatan penduduk dengan tingkat kemiskinan
yang tinggi, masih terdapatnya mayoritas komunitas petani dengan pemilikan lahan yang
relatif sempit dan berada di kawasan kritis, tandus dan rawan bencana alam serta dukungan
mobilitas penduduk secara sistematik melalui pogram transmigrasi.
Penyelenggaraan transmigrasi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
transmigran dan masyarakat sekitarnya, peningkatan dan pemerataan pembangunan daerah,
serta memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa. Sasaran penyelenggaraan transmigrasi
adalah meningkatkan kemampuan dan produktivitas masyarakat transmigrasi, membangun
kemandirian dan mewujudkan integrasi di permukiman transmgrasi, sehingga ekonomi dan
sosial budaya mampu tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan. Penyelenggaraan
transmigrasi diarahkan pada penataan persebaran penduduk yang serasi dan seimbang
dengan daya dukung alam dan daya tampung lingkungan, peningkatan kualitas sumber daya
manusia dan perwujudan integrasi masyarakat
Makin terbatasnya lokasi transmigrasi yang memenuhi kriteria kelayakan program 2 C
(Clear and Clean) dan 4 L (Layak Huni, Layak Usaha, Layak Berkembang dan Layak
Lingkungan). Hal ini dapat ditunjukkan dengan menurunnya penempatan transmigrasi ke luar
Jawa.
II - 67
Dalam 5 tahun terakhir penempatan transmigrasi mengalami fluktuasi, pada tahun
2008 penempatan transmigrasi mencapai 45 KK, tahun 2009 naik menjadi 46 KK, tahun 2010
naik menjadi 50 KK, tahun 2011 turun menjadi sebanyak 49 KK, tahun 2012 sebanyak 53 KK
dan tahun 2013 turun menjadi 47 KK. Keterbatasan alokasi penempatan transmigrasi ke luar
Jawa ini mendorong untuk mengembangkan potensi domestik melalui program transmigrasi
lokal. Pada tahun 2002 penempatan transmigran lokal mencapai 100 KK di kawasan pantai
desa Bugel kecamatan Panjatan dan pada tahun 2005 mencapai 150 KK (kawasan pantai
desa Karangsewu kecamatan Galur). Pengembangan transmigrasi lokal ini didasarkan untuk
keperluan lahan relokasi korban bencana alam dan penduduk yang tinggal di daerah rawan
bencana alam.
Dalam jangka panjang intruduksi program transmigrasi Ring 1 dapat diharapkan
mampu mendorong akselerasi pertumbuhan ekonomi dan perkembangan wilayah setempat
terutama dalam sektor agrowisata yang akan berdampak positif pada penanggulangan
permasalahan-permasalahan kependudukan, ketenagakerjaan dan sosiografis lainnya. Agar
unit pemukiman transmigrasi lokal (Desa Bugel dan Karangsewu) bisa mandiri, masih
diperlukan pemberdayaan masyarakat transmigrasi dengan memberikan pembinaan dan
bantuan sesuai dengan kondisi dan potensi alam.
Perkembangan pelaksanaan transmigrasi di Kabupaten Kulon Progo selama 5 (lima)
tahun terakhir atas dasar target dan realisasinya per jenis transmigrasi adalah sebagai
berikut :
Tabel 2.43. Target dan Realisasi Pelaksanaan Transmigrasi di Kabupaten Kulon Progo
No. Tahun Target/ KK Realisasi
KK Jiwa
1 2008 45 45 140
2 2009 50 46 158
3 2010 75 50 174
4 2011 75 49 165
5 2012 75 53 173
6. 2013 60 47 138
Sumber data : Dinsosnakertrans Kab.Kulon Progo
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa untuk jumlah transmigran yang
ditempatkan mengalami penurunan realisasi dari target yang ditetapkan. Hal ini disebabkan
untuk alokasi penempatan transmigrasi ditentukan oleh Pemerintah (Kementerian Tenaga
Kerja dan Transmigrasi RI) dan Pemerintah Provinsi.
Undang-Undang No. 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian menjelaskan bahwa
penyelenggaraan transmigrasi dilaksanakan melalui tiga jenis yaitu: Transmigrasi Umum
(TU), Transmigrasi Swakarsa Berbantuan (TSB) dan Transmigrasi Swakarsa Mandiri (TSM).
Jenis TU sepenuhnya diselenggarakan oleh pemerintah, jenis TSB dirancang oleh
II - 68
Pemerintah yang dilaksanakan bekerjasama dengan Badan Usaha sebagai Mitra Usaha
Transmigran dan jenis TSM yang diprakarsai oleh transmigran yang dilakukan melalui
kerjasama dengan Badan Usaha atau sepenuhnya dikembangkan oleh transmigran yang
bersangkutan atas arahan, layanan dan bantuan Pemerintah. Kondisi saat ini Pemerintah
menghadapi keterbatasan dalam pembiayaan transmigrasi jenis Transmigrasi Umum (TU)
dan kalangan Badan Usaha menghadapi keterbatasan dalam mengembangkan investasi
melalui transmigrasi jenis TSB, maka kesempatan masyarakat untuk bertransmigrasi menjadi
sangat terbatas sementara minat dan kebutuhan terus meningkat.
2.1.2. Aspek Pelayanan Umum
2.1.2.7. Kesehatan
Kondisi kesehatan masyarakat dan perilaku hidup bersih di Kabupaten Kulon
Progo dapat dilihat dari beberapa indikator, sebagai berikut :
a. Angka harapan hidup penduduk di Kabupaten Kulon Progo dari tahun ke tahun
mengalami kenaikan. Pada tahun 2007 angka harapan hidup 73,74 tahun,
pada tahun 2008 menjadi 73,79 tahun, tahun 2009 menjadi 74,09 tahun,
tahun 2010 menjadi 74,38 tahun dan tahun 2011 angka harapan hidup 74,48
dan tahun 2012 angka harapan hidup 74,58 tahun
b. Kasus malaria pada tahun 2009 mengalami kenaikan dibandingkan tahun
2008, dari 73 kasus menjadi 93 kasus, dan untuk tahun 2010 menurun jika
dibandingkan tahun 2009 menjadi 32 kasus, tahun 2011 terjadi peningkatan
yakni mencapai 158 kasus, tahun 2012 sebanyak 229 kasus, dengan rincian
179 kasus terjadi pada saat KLB sedangkan tahun 2013 sebanyak 134 kasus.
Hal ini mengalami kenaikan yang sangat signifikan dibandingkan tahun
sebelumnya.
c. Kasus DBD selama 3 (tiga) tahun mengalami kenaikan, tahun 2008 terjadi 157
kasus, tahun 2009 terjadi 292 kasus, tahun 2010 terjadi 472 kasus sedangkan
selama 2 (dua) tahun mengalami penurunan jumlah kasus, pada tahun 2011
terjadi 126 kasus, tahun 2012 terjadi 50 kasus dan tahun 2013 sebanyak 144
kasus.
d. Angka kematian ibu menunjukkan fluktuasi. Pada tahun 2013 sebesar 132,47
per 100.000 kelahiran hidup (14 kasus), tahun 2012 sebesar 52,68 per
100.000 kelahiran hidup (3 kasus), tahun 2011 sebesar 105,04. per 100.000
kelahiran hidup (6 kasus) tahun 2010 sebesar 69,55 per 100.000 kelahiran
hidup (4.kasus) pada tahun 2009 sebesar 165,5 (10 kasus) per 100.000
kelahiran hidup. Sedangkan pada tahun 2008 sebesar 72,69 (4 kasus) per
100.000 kelahiran hidup.
e. Angka kematian bayi tahun 2013 mengalami sedikit kanaikan yaitu sebesar 14
per 1.000 kelahiran hidup jika dibandingkan tahun sebelumnya, pada tahun
2012 angka kematian bayi sebesar 12,22 (69 kasus) per 1.000 kelahiran
hidup, tahun 2011 sebesar 12,80 (73 kasus) per 1.000 kelahiran hidup Tahun
2010 sebesar 9,80 (56 kasus) per 1.000 kelahiran hidup, pada tahun 2009
sebesar 15,90 (95 kasus) per 1.000 kelahiran hidup dan tahun 2008 sebesar
12,82 (71 kasus) per 1.000 kelahiran hidup. Bila dibandingkan dengan target
II - 69
MDG’s tahun 2015 sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup maka kondisi angka
kematian bayi ini di Kulon Progo jauh lebih baik
f. Perkembangan masalah gizi masyarakat di Kabupaten Kulon Progo
menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan status gizi masyarakat ditandai
dengan meningkatnya status gizi baik dari 87,58% pada tahun 2010 menjadi
87,64% di tahun 2011. Prevalensi gizi buruk tahun 2013 sebesar 0,62%
mengalami penururan jika dibandingkan tahun 2012 sebesar 0,64%, dan tahun
2011 sebesar 0,69%. Prevalensi gizi kurang tahun 2010 sebesar 10,46%
meningkat 10,58% pada tahun 2011, tahun 2012 turun menjadi sebesar 9,92%
dan pada tahun 2013 naik menjadi sebesar 10,13%.
2.1.2.8. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu pilar terpenting dalam meningkatkan
kualitas manusia. Pembangunan bidang pendidikan harus mampu menjamin
pemerataan dan perluasan akses pendidikan, peningkatan mutu, relevansi dan daya
saing output pendidikan serta penguatan tata kelola, akuntabilitas dan citra
pendidikan. Pemerintah Kabupaten Kulon Progo telah berusaha secara maksimal
untuk meningkatkan pendidikan dengan mengelola potensi yang ada pada urusan
pendidikan mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), pendidikan dasar,
pendidikan menengah, pendidikan kejuruan, pendidikan non formal dan informal.
Perhatian serius Pemerintah Kabupaten Kulon Progo juga ditunjukkan dengan
capaian MDGs tahun 2013 dimana untuk target 2a, yaitu ―Menjamin pada tahun
2015 semua anak-anak, laki-laki dan perempuan, dimanapun dapat menyelesaikan
pendidikan dasar‖, hasil yang dicapai adalah APK SD/MI sebesar 97,72% dan APK
SMP/MTs sebesar 97,09% sedangkan APM SD/MI sebesar 97,83% dan APM
SMP/MTs sebesar 99,42%.
Secara rinci pencapaian kinerja bidang pendidikan diuraikan pada bagian di
bawah ini :
1) Angka Melek Huruf
Kemampuan membaca dan menulis merupakan ketrampilan minimum
yang dibutuhkan oleh setiap penduduk untuk menuju hidup sejahtera.
Kemampuan ini dapat mempermudah seseorang dalam memahami dan
mempelajari ilmu pengetahuan.
Tabel 2.44. Angka Melek Huruf Kabupaten Kulon Progo Tahun 2011-2013
NO. URAIAN 2011 2012 2013
1. Penduduk yang berusia > 15
tahun melek huruf (tidak buta
aksara)
92,00 92,04 93,64
Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Kulon Progo tahun 2013
Data menunjukkan bahwa penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat
membaca menulis di Kabupaten Kulon Progo pada Tahun 2011 sejumlah 92,00,
Tahun 2012 sebesar 92,04, dan Tahun 2013 sebesar 93,64. Angka tersebut
II - 70
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan selama kurun tiga terakhir yaitu dari
tahun 2011 hingga tahun 2013. Peningkatan angka melek huruf tersebut
mengisyaratkan, bahwa pelaksanaan program/kegiatan Kejar Paket A, B, dan C
secara nyata telah memberi kontribusi pada upaya meningkatkan kemampuan
membaca dan menulis penduduk usia 15 tahun ke atas di Kabupaten Kulon
Progo.
2) Angka Rata-rata Lama Sekolah
Rata-rata lama sekolah digunakan untuk mengidentifikasi rata-rata jenjang
kelulusan pendidikan penduduk suatu daerah. Angka Rata-rata Lama Sekolah
pada jenjang pendidikan SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA/SMK di Kabupaten
Kulon Progo dari Tahun 2007-2011 cenderung tidak mengalami perubahan,
yaitu tetap di atas 6 pada jenjang SD/MI, dan di atas 3 pada jenjang SMP/MTs
dan SMA/MA/SMK. Dengan kata lain, rata-rata penduduk Kabupaten Kulon
Progo mengenyam pendidikan sesuai dengan program wajib belajar, yaitu 6
tahun SD/MI, 3 tahun SMP/MTs, dan 3 tahun pada SMA/MA/SMK. Hal ini
menunjukkan keberhasilan pemerintah dalam mempertahankan prestasi siswa-
siswinya dalam menempuh dan menyelesaikan sekolah dengan tepat waktu.
Tabel 2.45. Angka Rata-Rata Lama Sekolah Dirinci Menurut Tingkat Pendidikan
di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2007-2013
Tahun Rata-rata Lama Sekolah
SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK 2007 6,34 3,01 3,01
2008 6,33 3,00 3,03
2009 6,37 3,01 3,01
2010 6,35 3,01 3,01
2011 6,35 3,01 3,008
2012 6,30 3,01 3,01 2013 6,34 3,01 3,01
Sumber: Dinas Pendidikan Tahun 2013
3) Angka Partisipasi Murni
Angka partisipasi murni adalah perbandingan penduduk usia antara 7
hingga 18 tahun yang terdaftar sekolah pada tingkat pendidikan SD/SLTP/SLTA
dibagi dengan jumlah penduduk berusia 7 hingga 18 tahun. APM merupakan
indikator daya serap penduduk usia sekolah di setiap jenjang pendidikan karena
APM melihat partisipasi penduduk kelompok usia standar di jenjang pendidikan
yang sesuai dengan standar tersebut.
Tabel berikut menunjukkan adanya peningkatan pada APM jenjang SD,
SMP, dan SMA selama Tahun 2007-2013 yang berarti bahwa penduduk usia
sekolah 7-12 tahun, 13-15 tahun dan 16-18 tahun di Kabupaten Kulon Progo
yang bersekolah pada jenjang SD, SMP dan SMA semakin banyak.
II - 71
Peningkatan APM ini mengisyaratkan adanya peningkatan daya serap
penduduk usia sekolah di jenjang pendidikan SD, SMP, dan SMA.
Tabel 2.46. Angka Partisipasi Murni Dirinci Menurut Tingkat Pendidikan
Tahun 2007-2013
Jenjang Pendidikan 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 SD/MI APM SD/MI 88,81 89,34 91,30 89,36 96,78 97,89 97,83 SMP/MTs
APM SMP/MTs 81,06 75,79 83,2 81,76 98,77 98,99 99,42 SMA/MA/SMK
APM SMA/MA/SMK 52,64 50,15 56,64 69,69 83,47 97,63 93,66
Sumber: Dinas Pendidikan Tahun 2013
4) Angka Partisipasi Kasar
APK adalah perbandingan jumlah siswa pada tingkat pendidikan
SD/SLTP/SLTA dibagi dengan jumlah penduduk berusia 7 hingga 18 tahun atau
rasio jumlah siswa, berapapun usianya, yang sedang sekolah di tingkat
pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan
dengan jenjang pendidikan tertentu. APK menunjukkan tingkat partisipasi
penduduk secara umum di suatu tingkat pendidikan. APK merupakan indikator
yang paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di
masing-masing jenjang pendidikan.
Penurunan nilai APK ditunjukkan baik pada jenjang SD/MI dan SMP/MTs
pada tahun 2013. Hal ini mengisyaratkan adanya penurunan pada jumlah murid
yang tinggal kelas atau berada di jenjang sekolah yang tidak sesuai dengan
usianya, yang mana berarti terjadi peningkatan pada kualitas murid dan sekolah
pada jenjang SD/MI dan SMP/MTs. Namun demikian, terjadi peningkatan nilai
APK pada jenjang SMA/MA/SMK pada tahun 2013. Peningkatan ini
menunjukkan adanya peningkatan pada jumlah penduduk non usia 16-18 tahun
yang bersekolah pada jenjang SMA/MA/SMK, yang dapat terjadi karena
beberapa hal seperti tidak lulusnya murid kelas 3 atau meningkatnya jumlah
murid yang tidak naik kelas.
Tabel 2.47. Angka Partisipasi Kasar Dirinci Menurut Tingkat Pendidikan
Tahun 2006-2013
Jenjang Pendidikan 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 SD/MI APK SD/MI 105,12 103,59 106,47 104,21 104,78 98,17 97,72
SMP/MTs APK SMP/MTs 110,19 100,18 118,32 108,16 109,35 100,00 97,09 SMA/MA/SMK APK SMA/MA/SMK 75,97 71,91 82,02 100,74 88,07 99,12 92,82 Sumber: Dinas Pendidikan Tahun 2013
II - 72
2.1.2.1. Perpustakaan
Kabupaten Kulon Progo mempunyai 1 (satu) Unit Perpustakaan Kabupaten
didukung oleh 3 unit mobil keliling dan 3 unit motor pintar dengan jumlah koleksi
31.006 eksemplar, bahan pustaka dan jumlah anggota 22.943 orang. Selain itu
juga didukung oleh layanan Perpustakaan Keliling Provinsi sebanyak 1 unit.
Pelayanan Perpustakaan keliling Provinsi dengan frekuensi pelayanan 1 kali per
pekan dengan menjangkau 1 titik layanan dan perpustakaan keliling kabupaten
sebanyak 6 unit (3 mobil keliling dan 3 motor pintar) dengan frekuensi layanan 67
kali per pekan yang menjangkau sebanyak 67 titik layanan dengan jangkauan
pelayanan keliling meliputi 12 kecamatan.
Layanan yang telah disediakan pemerintah daerah untuk meningkatkan
minat baca masyarakat Kulon Progo dapat tergambar selama tahun 2013, sebagai
berikut :
1. Layanan Perpustakaan Kantor
a. Jumlah Pengunjung = 29.748 orang
b. Jumlah Anggota = 15.373 orang
c. Jumlah Peminjam = 10.148 orang
2. Layanan Perpustakaan Keliling
a. Jumlah Pengunjung = 59.447 orang
b. Jumlah Anggota = 7.570 orang
c. Jumlah Peminjam = 47.470 orang
d. Jumlah lokasi kunjungan mobil perpustakaan keliling 67 lokasi
3. Jumlah Koleksi Bahan Pustaka
Jumlah koleksi bahan pustaka 19.772 judul 31.006 eksemplar (termasuk koleksi
surat kabar, majalah, skripsi, tesis dan kliping)
4. Rehabilitasi/pemeliharaan bahan pustaka selama tahun 2012 tercapai sejumlah
2.090 judul dengan jumlah 2.093 eksemplar.
5. Layanan Otomasi Perpustakaan
Telah tercapai alih data/input bahan pustaka sebanyak 1.016 judul
2.034eksemplar.
2.1.2.2. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Berbagai upaya pemberdayaan masyarakat yang telah dilaksanakan
melalui berbagai program dan kegiatan antara lain lomba desa, Bulan Bhakti
Gotong Royong Masyarakat (BBGRM), TNI Manunggal Membangun Desa
(TMMD), stimulan Bantuan Semen, stimulan Lantainisasi, stimulan Dana Gotong
Royong Masyarakat, stimulan bantuan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) dan
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat - Mandiri Perdesaan (PNPM-MP).
Berbagai bantuan stimulan yang telah diberikan oleh Pemerintah Daerah
dalam rangka pemberdayaan masyarakat sejauh ini telah mampu meningkatkan
partisipasi dan swadaya masyarakat dalam pembangunan melalui berbagai
program dan kegiatan yang dilaksanakan telah mampu menumbuhkan swadaya
masyarakat yang cukup besar.
II - 73
Dalam rangka pemberdayaan lembaga dan organisasi kemasyarakatan desa
telah dilaksanakan penguatan kelembagaan masyarakat desa/kelurahan. Melalui
penguatan kelembagaan ini diharapkan terwujudnya sinergi lembaga-lembaga
kemasyarakatan desa/kelurahan dalam pemberdayaan masyarakat, serta
meningkatnya kualitas pengurus lembaga kemasyarakatan di desa/kelurahan.
Pembinaan terhadap lembaga dan organisasi kemasyarakatan desa oleh
Pemerintah Kabupaten Kulon Progo bekerja sama dengan stakeholder lainnya
terus ditingkatkan. Sebagai salah satu bentuk pembinaan, telah dilaksanaan lomba
Posyandu. Dalam lomba Posyandu tingkat Nasional, Posyandu Lestari Desa
Kaliagung Kecamatan Sentolo mendapat juara III dengan menerima penghargaan
Upakarti 3.
Adapun data Lembaga Kemasyarakatan Desa/Kelurahan di Kabupaten Kulon
Progo dapat diketahui dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 2.47. Jumlah Lembaga Kemasyarakatan Desa/Kelurahan (LKD/K)
Kabupaten Kulon Progo Tahun 2010-2013
No LKD/K 2010 2011 2012 2013
1. Jumlah LPMD/K 88 88 88 88
2. Jumlah KK LPMD/K 933 917 918 918
3. Jumlah PKK Desa 88 87 87 87
4. Jumlah Kelompok PKK
Pedukuhan
933 917 918 918
5. Jumlah RW 1917 1917 1.917 1.917
6. Jumlah RT 4555 4555 4.555 4.555
Sumber : Badan PMPDPKB Kabupaten Kulon Progo, 2013
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat - Mandiri Perdesaan (PNPM-
MP) yang dicanangkan oleh pemerintah sejak tahun 2007, merupakan kelanjutan
dari salah satu program pengentasan kemiskinan yaitu Program Pengembangan
Kecamatan (PPK).
PNPM-MP di Kabupaten Kulon Progo meliputi 11 Kecamatan, sedangkan
Kecamatan Wates menerima PNPM-Perkotaan. Adapun sumber pembiayaan
PNPM-MP di Kabupaten Kulon Progo adalah sebagai berikut:
II - 74
Tabel 2.48. Pembiayaan PNPM MP Kabupaten Kulon Progo
Tahun 2009-2013
No. Tahun Sumber Pembiayaan
APBN – BLM (Rp.)
APBD Kabupaten (Rp.)
Swadaya Masyarakat
1. 2009 18.575.000.000,- 4.000.000.000,- 1.584.443.450,-
2 2010 15.600.000.000,- 3.900.000.000,- 1.359.328.500,-
3. 2011 8.640.000.000,- 2.160.000.000,- 764.432.500,-
4. 2012 12.872.500.000,- 677.500.000,- 931.180.300,-
5. 2013 27.550.000.000,- 1.450.000.000,- 1.320.412.950 Sumber data: Badan PMPDPKB Kabupaten Kulon Progo, 2013
Bulan Bhakti Gotong Royong bertujuan untuk mengukur keberhasilan
partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Sasaran kegiatan ini meliputi bidang
kemasyarakatan, perekonomian, sosial, budaya, agama, lingkungan dan bidang
lainnya. Kegiatan Bulan Bhakti Gotong Royong dilaksanakan 7 kali putaran di 12
kecamatan. Melalui kegiatan Bulan Bhakti Gotong Royong Masyarakat ini, dapat
diketahui tingkat swadaya masyarakat sebagai berikut :
Tabel 2.49. Jumlah Bantuan Gotong Royong dan Swadaya Masyarakat
dalam Bulan Bhakti Gotong Royong Masyarakat Tahun 2010-2013
No Tahun Jumlah Bantuan (Rp) Swadaya Masyarakat (Rp)
1. 2010 250.000.000,- 27.999.000.000,-
2. 2011 178.0000.000,- 30.910.000.000,-
3. 2012 248.000.000,- 36.263.729.251,-
4. 2013 9.037.617.528,- 35.132.611.578,00
Sumber data: Badan PMPDPKB Kabupaten Kulon Progo, 2013
Berdasarkan data diatas, dapat diketahui bahwa tingkat swadaya masyarakat
dalam Bulan Bhakti Gotong Royong pada tahun 2010 sebesar Rp.27.999.000.000,-
meningkat pada tahun 2011 menjadi sebesar Rp.30.910.000.000,- atau meningkat
10,39% dan di tahun 2012 juga mengalami peningkatan menjadi sebesar Rp.
36.263.729.251,- atau meningkat 17,32% dan di tahun 2013 sebesar Rp.
35.132.611.578,-. Hal ini menunjukkan partisipasi masyarakat dalam
pembangunan cukup tinggi. Bantuan Gotong Royong tersebut digunakan untuk
pembangunan sarana dan prasarana desa, pembangunan sarana pengairan,
sarana tansportasi/jalan lingkungan dan sarana yang menunjang kesehatan.
Karena bantuan gotong royong bersifat stimulan maka disalurkan dengan syarat
swadaya masyarakat sebesar minimal 10% dari total dana yang dibutuhkan.
II - 75
Harapan ke depan program kegiatan yang telah dilaksanakan di perdesaan
seperti TMMD, PNPM-MP, bantuan gotong royong, bantuan semen dan lain-lain,
dapat mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap bantuan/stimulasi dari
pemerintah atau dengan kata lain meningkatkan kemandirian dalam
pembangunan. Manfaat dari program/kegiatan antara lain menekan pengangguran,
menurunkan angka kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Secara umum strategi penanggulangan kemiskinan oleh pemerintah
Kabupaten Kulon Progo adalah bagaimana mampu mendukung program secara
sinergi antara pelaku yaitu pemerintah, masyarakat dan stakeholder lainnya.
Sasaran akhir keterpaduan dalam mendukung program adalah semakin
berkurangnya rumah tangga sasaran atau rumah tangga miskin di Kabupaten
Kulon Progo.
Pendekatan dalam penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Kulon Progo,
dilaksanakan menggunakan dasar pijakan kebijakan nasional yaitu pemenuhan
kebutuhan dasar individu ataupun masyarakat. Kebijakan penanggulangan
kemiskinan merupakan kebijakan yang berpihak pada masyarakat miskin, baik
secara individu (jiwa miskin), maupun kelompok (rumah tangga sasaran).
Kebijakan disusun dengan dasar hukum yang pasti dan sudah ada saat ini. Secara
operasional arah penanggulangan kemiskinan dikelompokkan dalam empat
kebijakan dan program, yaitu perluasan kesempatan kerja, pemberdayaan
masyarakat, peningkatan kapasitas sumber daya manusia, dan perlindungan
sosial.
Dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Desa di Kabupaten Kulon
Progo, telah dilakukan beberapa langkah dan kebijakan yang diarahkan untuk
memperkuat kedudukan Pemerintah Desa agar makin mampu menggerakkan
partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan penyelenggaraan Pemerintahan
Desa yang makin luas, efektif dan efisien sesuai dengan otonomi desa dalam
rangka memperkuat dan mendukung pelaksanaan otonomi daerah. Beberapa
langkah kebijakan yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Kulon Progo
dalam upaya memperkuat pelaksanaan otonomi desa meliputi pembuatan regulasi,
arahan dan pedoman, pemberian fasilitasi, pemberian bimbingan serta monitoring
dan evaluasi.
Fasilitasi yang dilakukan dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa, antara
lain pemberian bantuan keuangan kepada Desa yang meliputi Dana Alokasi Desa,
Bagi Hasil Pajak Kabupaten dan Bagi Hasil Retribusi Kabupaten. Pemberian
fasilitasi terhadap penyelesaian permasalahan penyelenggaraan Pemerintahan
Desa yang dihadapi oleh Desa. Pemberian fasilitasi dalam rangka penyusunan
regulasi Peraturan Desa, Keputusan Kepala Desa, Keputusan Badan
Permusyawaratan Desa dan Keputusan Pimpinan Badan Permusyawaratan Desa.
Pemberian fasilitasi terhadap Lembaga Kemasyarakatan Desa. Pemberian
Tambahan Penghasilan Aparat Pemerintah Desa (TPAPD), pemberian
Penghasilan bagi Aparat Desa Karang Kopek dan Pemberian Uang Kehormatan
bagi Anggota Badan Permusyawaratan Desa. Pemberian sewa-sewa Tanah Kas
Desa yang dipakai oleh Pemerintah Daerah dan sebagainya.
II - 76
Peningkatan pendapatan desa diperlukan adanya optimalisasi sumber-
sumber pendapatan desa yang berasal dari Badan Usaha Milik Desa, aset desa,
seperti sewa tanah kas desa, gedung pertemuan desa, pasar desa dan lain-lain.
Permasalahan yang perlu mendapat perhatian dari Pemerintah Daerah antara lain
pengembangan Badan Usaha Milik Desa dan optimalisasi pendayagunaan aset
desa.
Upaya mendukung penyelenggaraan Pemerintahan Desa juga dilakukan
dalam bentuk peningkatan kemampuan keuangan pemerintah desa dan
peningkatan kesejahteraan perangkat desa, Pemerintah Kabupaten Kulonprogo
telah memberikan bantuan keuangan kepada Pemerintahan Desa. Adapun
bantuan keuangan tersebut dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 dapat
diketahui dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 2.50. Jumlah Bantuan Keuangan Desa
Dari Kabupaten KulonprogoTahun 2010-2012
No Jenis Bantuan 2010 2011 2012 2013
1 Alokasi Dana Desa 4.009.083.540 6.422.445.454 10.788.726.188 13.124.074.640
2 Bagi hasil pajak 566.466.300 967.738.627 1.081.770.002 737.537.470
3 Bagi hasil retribusi 707.049.644 905.151.591 1.130.660.045 410.931.558
4 TPAPD 12.102.930.000 11.930.603.000 11.962.620.000 14.813.520.000
5. Sewa Tanah Milik Desa yang digunakan Pemerintah
676.325.150 645.135.400 793.367.021 701.209.941
Jumlah 18.061.764.634 20.871.074.072 25.757.143.256 29.701.273.609
Sumber data: Badan PMPDPKB Kab. Kulonprogo, 2013
Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa bantuan keuangan
kepada desa selalu mengalami peningkatan. Pada tahun 2011 bantuan keuangan
kepada desa sebesar Rp. 20.871.074.072,- pada tahun 2012 meningkat menjadi
Rp. 25.757.143.256,- atau mengalami peningkatan sebesar 18,97%. Sedangkan
tahun 2013 meningkat menjadi Rp. 29.701.273.609,- atau meningkat sebesar
15,33%. Dengan adanya peningkatan ini, mendorong desa semakin mampu
menyelenggarakan Pemerintahan Desa secara efisien dan efektif sesuai dengan
otonomi desa yang semakin luas.
Dalam pengelolaan Dana Alokasi Desa (DAD), prinsip yang diterapkan oleh
Pemerintah Kabupaten Kulon Progo adalah dibagikan kepada semua Desa secara
proporsional dan merata.
Beberapa permasalahan dalam penyelenggaraan pemerintahan desa yang
perlu mendapat perhatian dari Pemerintah Daerah antara lain fasilitasi rekruitmen
aparatur pemerintah desa, baik dalam pemilihan maupun pengisian aparatur
Pemerintah Desa. Sedangkan dalam pendampingan kegiatan penyelenggaraan
pemerintahan desa seperti penyusunan produk hukum desa, pengelolaan
keuangan desa dan pengelolaan administrasi desa, yang perlu mendapat
perhatian adalah peningkatan SDM Aparatur Pemerintah Desa. Fasilitasi
II - 77
penyelesaian atas permasalahan penyelenggaraan pemerintahan desa diperlukan
adanya peran Pemerintah Daerah untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi
di Pemerintahan Desa.
Peningkatan pendapatan desa diperlukan adanya optimalisasi sumber-
sumber pendapatan desa yang berasal dari Badan Usaha Milik Desa, aset desa,
seperti sewa tanah kas desa, gedung pertemuan desa, pasar desa dan lain-lain.
Permasalahan yang perlu mendapat perhatian dari Pemerintah Daerah antara lain
pengembangan Badan Usaha Milik Desa dan optimalisasi pendayagunaan aset
desa.
2.1.2.3. Jalan dan Jembatan
Kabupaten Kulon Progo mempunyai tugas untuk menjalankan kewenangan
pemerintah kabupaten sesuai UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan, yaitu
penyelenggaraan jalan kabupaten dan jalan desa. Berdasarkan kewenangan
tersebut, jalan di Kabupaten Kulon Progo yang ditangani Bidang Bina Marga
adalah jalan kabupaten sepanjang 763,68 km.
Pada tahun 2013 kondisi jalan kabupaten, 539,23 km (70.61%) kondisi baik,
sepanjang 178,24 km (23,34%) kondisi sedang, sepanjang 38,107 km (4,99%)
kondisi rusak, sepanjang 8,095 km (1,06%) kondisi rusak berat. Selain itu juga
terbentang Jalan Nasional sepanjang 28,57 km dengan kondisi baik 23,92 km
(83,75%) dan kondisi sedang 4,64 km (6,25%). Jalan Provinsi sepanjang 158,50
km kondisi baik 40.674 km (25.66%), kondisi sedang 87.522 km (55.21%), kondisi
rusak ringan 14.66 km (9.24%) dan kondisi rusak berat 15.64 km (9.87%).
Pada tahun 2013, dari panjang jalan kabupaten 763,680 km di Kabupaten
Kulon progo, jalan dengan kondisi baik yang dicapai sepanjang 539,230 km atau
sebesar 70,61%, hal ini sudah melebihi dari target yang diharapkan sebesar
0,61%.
Pemeliharaan berkala jalan pada tahun 2013 sebanyak 30 ruas sepanjang
36,697 km dari total panjangjalan 763,680 km, peningkatan jalan dengan kondisi
baik sebanyak 29 ruas jalan Kabupaten sepanjang 19,54 km dari total panjang
jalan 763,68 km.
Jumlah jembatan pada tahun 2013 sebanyak 434 buah, meliputi 12 buah
jembatan Nasional, 64 buah jembatan Provinsi dan jembatan Kabupaten sebanyak
358 buah; dengan kondisi baik 349 buah, dan 43 buah dalam keadaan rusak
2.1.2.4. Sarana Irigasi
Jaringan irigasi di Kabupaten Kulon Progo terdiri jaringan irigasi primer
sepanjang 36,571 km dengan kondisi baik 62,71%, kondisi sedang 21,12%, rusak
ringan 5,50%, dan kondisi rusak berat 10,67%. Jaringan irigasi sekunder
sepanjang 204,366 km dengan kondisi baik 70,16%, kondisi sedang 13,69%,
kondisi rusak ringan 5,85%, dan rusak berat 10,30%. Sedangkan jaringan irigasi
tersier sepanjang 112,02 km dengan kondisi baik 66,06%, kondisi sedang 14,26%,
kondisi rusak ringan 5,86% dan rusak berat 13,82%. Adapun luas total daerah
layanan irigasi (DI Kalibawang, DI Sapon, DI Pengasih dan 71 unit DI Kecil) adalah
seluas 14.933 Ha, dengan rincian DI Kalibawang seluas 7.152 Ha; DI Sapon
II - 78
seluas 1.900 Ha, dan DI Kecil seluas 3.846 Ha dan DI Pengasih seluas 2.035 Ha.
Sesuai dengan PP No. 20 Tahun 2006 tentang Irigasi, maka kewenangan
Pemerintah Kabupaten adalah Daerah Irigasi yang luas oncorannya di bawah
1.000 ha (DI Kecil), yang telah diatur dalam Permen PU No. 390/KPTS/M/2007
Tentang Penetapan Status Daerah Irigasi Yang Pengelolaannya Menjadi
Wewenang Dan Tanggung Jawab Pemerintah dengan kondisi sebagai berikut:
Tabel 2.51. Kondisi Daerah Irigasi yang menjadi kewenangan Kabupaten
No Nama Daerah Irigasi (DI)
KONDISI (%)
Baik Sedang Rusak Ringan
Rusak Berat/ Tdk Berfungsi
1 D.I Bugel 60 20 10 10
2 D.I Clereng 60 20 10 10
3 D.I Garongan 60 20 10 10
4 D.I Jelog 30 20 10 40
5 D.I Jurug 75 10 5 10
6 D.I Kamal 80 10 5 5
7 D.I Karangsewu 85 7 5 3
8 D.I Kayangan 49 1 2 48
9 D.I Krengseng 30 20 10 40
10 D.I Niten 90 3 6 1
11 D.I Papah 70 5 10 15
12 D.I Pekik Jamal 70 20 5 5
13 D.I Plelen 70 20 5 5
14 D.I Pleret 60 20 10 10
15 D.I Sumitro 87 1 2 10
16 D.I Wadas 65 10 5 20
17 D.I Tulangan 40 5 6 49
18 D.I Tawang 80 5 5 10
19 D.I Soka 60 20 10 10
20 D.I Singo Goweng 65 10 10 15
21 D.I Siliran 100 0 0 0
22 D.I Seprati 48 25 5 22
23 D.I Secang/Ngancar 45 2 3 50
24 D.I Sarimulyo 41 4 5 50
25 D.I Sarigono 47 2 2 49
26 D.I Sadang 70 20 5 5
27 D.I Promasan 42 5 5 48
28 D.I Pereng 60 20 5 15
29 D.I Pengkol 80 10 5 5
30 D.I Penggung 85 5 5 5
31 D.I Pandan 60 15 15 10
32 D.I Nyemani 75 10 5 10
33 D.I Ngobaran 60 15 5 20
34 D.I Nabin 50 10 20 20
35 D.I Monggang 40 10 10 40
36 D.I Melar 90 4 4 2
37 D.I Mejing 60 20 10 10
38 D.I Kluwihan 55 20 10 15
39 D.I Klampok 60 30 5 5
40 D.I Kembangmalang 60 15 10 15
41 D.I Kedung Mojing 45 3 7 45
42 D.I Kedung Kobong 90 2 2 6
II - 79
No Nama Daerah Irigasi (DI)
KONDISI (%)
Baik Sedang Rusak Ringan
Rusak Berat/ Tdk Berfungsi
43 D.I Kedung Bisu 92 4 3 1
44 D.I Kedung Bathang 39 6 5 50
45 D.I Kebonharjo 92 4 2 2
46 D.I Karang 48 20 2 30
47 D.I Kanjangan 49 38 5 8
48 D.I Kalisalak 65 20 5 10
49 D.I Jetis 75 10 5 10
50 D.I Jati 75 15 5 5
51 D.I Jambe aji 65 10 10 15
52 D.I Grembul 60 20 10 10
53 D.I Gemalang 65 20 5 10
54 D.I Gegunung 70 10 10 10
55 D.I Gedangan 50 30 10 10
56 D.I Duren/Mudal 65 20 5 10
57 D.I Dungdekem 55 25 10 10
58 D.I Dukuh 75 10 5 10
59 D.I Degung 60 25 5 10
60 D.I Dasnganten 65 20 10 5
61 D.I Clumprit 47 2 2 49
62 D.I Clangkring 60 20 8 12
63 D.I Cikli 90 4 3 3
64 D.I Brangkalan 89 3 3 5
65 D.I Brangkal 60 10 20 10
66 D.I Borongaren 40 5 6 49
67 D.I Bogor 60 25 10 5
68 D.I Belik 2 45 2 3 50
69 D.I Banjaran 60 20 10 10
70 D.I Banaran 50 30 5 15
71 D.I Balong V 60 20 10 10 Sumber: Bidang Pengairan, Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kulon Progo, 2011
Pada tahun 2012 dari wilayah daerah irigasi yang menjadi kewenangan
Kabupaten Kulonprogo seluas 3.846 hektar, wilayah irigasi dengan kondisi baik
2.734 hektar atau sebesar 71,10%. Untuk tahun 2012, capaian tersebut bisa
dipertahankan walaupun anggaran yang ada relatif sedikit dibandingkan
kebutuhan.
2.1.2.5. Sarana Jaringan Listrik
Kebutuhan listrik oleh masyarakat Kabupaten Kulon Progo berasal dari PT.
PLN dengan daya yang terpasang sebanyak 58.020.200 VA untuk melayani
82.054 pelanggan yang tersebar di 12 wilayah kecamatan dan 87 desa, 1
kelurahan serta 930 dusun, yang belum terjangkau jaringan listrik sebanyak 51
dusun.
2.1.2.6. Sarana Air Bersih
Kebutuhan air bersih masyarakat perkotaan terutama dilayani oleh
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Binangun, dengan sumber air dari
Waduk Sermo, Clereng, Tuk Mudal, dan Sungai Progo. Jumlah pelanggan pada
tahun 2013 mencapai 17.348 SR.
II - 80
Kinerja Sistem Jaringan Penyediaan Air Baku adalah kemampuan system
jaringan untuk membawa sejumlah air dari sumbernya ke Instalasi Pengolah Air
sesuai waktu dan tempat berdasarkan rencana pencapaian akses terhadap air
bersih yang ditetapkan dalam target MDGs bidang Air Minum, dari data
ketersediaan air baku didapatkan data debit dari instalasi pengolah air sebesar :
5.682.776 m3/tahun. Sumber air baku dari masyarakat dari berbagai sumber air
diketahui masyarakat yang menggunakan sumur gali sebesar 66%, menggunakan
mata air (termasuk PDAM dan SPAMdes) sebesar 22%, menggunakan sungai
sebesar 9%, dan menggunakan waduk sebesar 3%. Kemudian diperhitungkan
jumlah kebutuhan air baku (standar kebutuhan air baku adalah 60lt/hari/orang)
yang digunakan dari sumber-sumber air tersebut sehingga didapatkan angka total
kebutuhan air sebesar 10.499.276 m3/tahun. Jumlah penduduk tahun 2013 adalah
479.419 jiwa sehingga pelayanan air bersih sebesar 54,13% pada tahun 2013.
2.1.4.1. Perumahan Layak Huni
Kriteria rumah layak huni adalah rumah tempat tinggal yang memenuhi
syarat-syarat kesehatan dan konstruksi, serta aspek legalitas kepemilikan rumah,
yaitu antara lain adalah: lantai tidak lembab, pencahayaan cukup (sinar matahari
dapat masuk rumah), tidak bocor, tahan gempa (skala tertentu) dan mempunyai
bukti pertanahan. Berdasarkan data hasil pendataan Masyarakat Miskin Tahun
2013, jumlah rumah layak huni sebanyak 109.631 unit atau sebesar 94,4% dari
jumlah rumah yang ada, sebagaimana ditunjukkan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 2.52. Jumlah Rumah Layak Huni menurut Kecamatan
Kabupaten Kulon ProgoTahun 2013
No Kecamatan Jumlah rumah seluruhnya (unit)
Jumlah rumah layak huni
Unit %
1. Temon 7,672 7,573 98.71 2. Wates 12,021 11,773 97.94 3. Kokap 10,069 9,095 90.33 4. Galur 9,238 8,129 88.00 5. Lendah 10,727 10,083 94.00 6. Panjatan 9,642 9,358 97.05 7. Sentolo 12,430 11,001 88.50 8. Pengasih 12,310 11,994 97.43 9. Nanggulan 7,976 7,672 96.19 10. Girimulyo 7,577 7,307 96.44 11. Kalibawang 8,838 8,515 96.35 12. Samigaluh 7,643 7,129 93.27
Jumlah 116,137 109,631 94.40 Sumber : Bappeda Kabupaten Kulon Progo Tahun 2013
2.1.4.2. Lingkungan Hidup
Meningkatnya pertumbuhan penduduk suatu wilayah beserta aktivitas
kegiatan penduduknya akan berimplikasi pada meningkatnya pertumbuhan produk
sampah, baik sampah domestik maupun sampah non domestik. Upaya
II - 81
pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan upaya reduksi sampah di sumber
penghasil sampah, yaitu di lingkungan rumah tangga. Salah satu cara melakukan
reduksi sampah di lingkungan rumah tangga adalah dengan membentuk kelompok
masyarakat pengolah sampah. Kabupaten Kulon Progo terus berupaya mendorong
peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah. Berikut adalah kelompok
masyarakat di Kabupaten Kulon Progo yang melakukan pengelolaan sampah.
Tabel 2.53.
Kelompok Masyarakat Pengolah Sampah di Kabupaten Kulon Progo
No. Nama Kelompok Alamat/Lokasi Kegiatan 1. Bank Sampah Kembang Margosari Pedukuhan Kembang, Margosari, Pengasih 2. Paguyuban Pengompos Kulon
Progo Wetan Pasar, Wates, Wates.
3. Kelompok Pengelola Sampah Plastik
- Ringinardi, Karangsari, Pengasih - Panjatan I, Panjatan - Panjatan III, Panjatan
4 KSM.Sentolo Lor Sentolo Lor, Sentolo 5 KSM. Melati Beji, Wates 6 KSM Bendungan Bendungan, Wates 7 KSM. Maju Sehati Wonosidi Lor, Wates 8 KSM. Wonosidi Kidul Wonosidi Kidul, Wates 9 KSM. Sampurna Asih Tobanan, Pengasih 10 Bank Sampah “Uwuh Harjo” Ngrajun, Banjarharjo, Kalibawang 11 Bank Sampah “Uwuh Mulyo” Segajih, Hargotirto, Kokap 12 Bank Sampah “Sadidu ” Wonosidi Lor RW 29. Wates 13 Bank Sampah Kaliagung Kaliagung, Sentolo 14 JPSM “Merti Bawono Asri” Wetan Pasar, Wates
Sumber: Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo Tahun 2013
Program dan kegiatan yang terkait dengan penerapan dan pencapaian
Standar Pelayanan Minimal bidang lingkungan hidup diwadahi pada Program
Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan. Kegiatan dari Program
Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan meliputi Pemantauan
kualitas Lingkungan dan penanganan kasus lingkungan hidup.
Target dan Realisasi Pencapaian Standar Pelayanan Minimal di daerah
Kabupaten Kulon Progo mengacu pada Indikator dan nilai Standar Pelayanan
Minimal Bidang Lingkungan Hidup serta Batas Waktu Pencapaian Standar
Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup secara nasional sebagai berikut :
Tabel 2.54. Tabel Pencapian SPM Bidang Lingkungan Hidup
No Jenis Pelayanan Target Realisasi 1. Pelayanan
pencegahan pencemaran air
1. Tahun 2009 : 20 % 2. Tahun 2010 : 40% 3. Tahun 2011 : 60 % 4. Tahun 2012 : 80% 5. Tahun 2013 : 100%
20 % 80 % 60 % 80%
100%
II - 82
No Jenis Pelayanan Target Realisasi 2. Pelayanan
pencegahan pencemaran udara dari sumber tidak bergerak
1. Tahun 2009 : 20 % 2. Tahun 2010 : 40% 3. Tahun 2011 : 60 % 4. Tahun 2012 : 80% 5. Tahun 2013 : 100%
20 % 40 % 60 % 100% 100%
3. Pelayanan informasi status kerusakan lahan dan/atau tanah untuk produksi biomasssa
1. Tahun 2009 : 20 % 2. Tahun 2010 : 40% 3. Tahun 2011 : 60 % 4. Tahun 2012 : 80% 5. Tahun 2013 : 100%
20 % 70 % 100% 100% 100%
4. Pelayanan tindak lanjut pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup
1. Tahun 2009 : 50 % 2. Tahun 2010 : 60% 3. Tahun 2011 : 70 % 4. Tahun 2012 : 80% 5. Tahun 2013 : 90%
100% 100 % 100 % 100% 100%
Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kab. Kulon Progo Tahun 2013
Berdasarkan data di atas, capaian dan penerapan pelaksanaan Standar
Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo
Tahun 2013 telah tercapai target. Hal ini ditunjukkan capaian target pelayanan
pencegahan pencemaran air 100% dari target 5 titik lokasi yang ditentukan,
pelayanan pencegahan pencemaran udara dari sumber tidak bergerak 100% dari
target 5 titik lokasi yang ditentukan, pelayanan informasi status kerusakan lahan
dan/atau tanah untuk produksi biomassa 100% yaitu seluas 28.396 Ha. serta
pelayanan tindak lanjut pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan hidup 100% dari 6 (enam) kasus yang ada di
tahun 2013. Untuk indikator pelayanan tindak lanjut pengaduan masyarakat akibat
adanya dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup melebihi target
nasional, target nasional 90%, akan tetapi realisasinya dapat 100%.
2.1.4.3. Perhubungan
Penyelenggaraan urusan perhubungan di Kabupaten Kulon Progo terutama
transportasi darat dalam rangka meningkatkan keselamatan, keamanan,
ketertiban, kelancaran dan kenyamanan berlalu lintas. Sebagai salah satu bidang
pelayanan dasar, Pemerintah telah menetapkan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
bidang Perhubungan berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 2 Tahun
2013. Capaian SPM bidang Perhubungan sebagaimana Tabel 2.63 berikut ini :
II - 83
Tabel 2.55. Tingkat Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Urusan PerhubunganTahun 2013
Jenis Pelayanan Indikator Capaian Kinerja
Target Nasional Realisasi
Jaringan
Pelayanan
Angkutan Jalan
1) Tersedianya angkutan umum yang
melayani wilayah yang telah
tersedia jaringan jalan untuk
jaringan jalan kab/kota
75 % 41,2%
2) Tersedianya angkutan umum yang
melayani jaringan trayek yang
menghubungkan daerah tertinggal
dan terpencil dengan wilayah yang
telah berkembang pada wilayah
yang telah tersedia jaringan jalan
Kabupaten/Kota.
60% -
Jaringan
Prasarana
Angkutan Jalan
3) Tersedianya Halte pada setiap
kab/kota yang telah dilayani
angkutan umum dalam trayek
100 % 58,3 %
4) Tersedianya terminal angkutan
penumpang pada setiap
Kabupaten/Kota yang telah dilayani
angkutan umum dalam trayek.
40 % 18,2 %
Fasilitas
perlengkapan
jalan
5) Tersedianya fasilitas perleng-kapan
jalan (rambu, marka, dan guardrill)
dan penerangan jalan umum (PJU)
pada jalan Kabupaten/Kota
60 % 14,5 %
Pelayanan
pengujian
kendaraan
bermotor
6) Tersedianya unit pengujian
kendaraan bermotor di kab/kota
yang memiliki populasi kendaraan
wajib uji minimal 4.000 (empat ribu)
kendaraan wajib uji
60 % 100 %
Sumber daya
manusia
7) Tersedianya sumber daya manusia
di bidang terminal di kab/kota yang
telah memiliki terminal
50% 62,5 %
8) Tersedianya sumber daya manusia
di bidang pengujian kendaraan
bermotor di kab/kota yang telah
melakukan pengujian berkala
kendaraan bermotor
100% 66,7 %
9) Tersedianya sumber daya manusia
di bidang MRLL, evaluasi andalalin,
pengelolaan parkir di kab/kota
40% 66,7%
10) Tersedianya Sumber Daya
Manusia (SDM) yang memiliki
kompetensi sebagai pengawas
kelaikan kendaraan pada setiap
100 % 62,5%
II - 84
Jenis Pelayanan Indikator Capaian Kinerja
Target Nasional Realisasi
perusahaan angkutan umum
Keselamatan 11) Terpenuhinya standar kesela-
matan bagi angkutan umum yang
melayani trayek di kab/kota
100 % 100%
Sumber : Dinas Perhubungan KomInfo Kab. Kulon Progo, dalam Database Daerah Kab. Kulon Progo Tahun 2013
Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan dilaksanakan
untuk meningkatkan ketersediaan dan kualitas prasarana dan fasilitas
perhubungan. Program ini dilaksanakan melalui kegiatan peningkatan pengelolaan
terminal angkutan darat dan pengelolaan parkir tepi jalan umum yang dilakukan
dengan tujuan untuk meningkatkan keselamatan, kelancaran, ketertiban lalu lintas
dan angkutan serta untuk memberikan kontribusi PAD melalui pemungutan
retribusi. Guna meningkatkan pelayanan kepada masyarakat yang menggunakan
kendaraan umum dilakukan pembangunan 6 unit halte di wilayah Kota
Wates.Kondisi Terminal dan Sub Terminal di Kabupaten Kulon Progo
sebagaimana Tabel 2.64 di bawah ini :
Tabel 2.56. Data Terminal dan Sub Terminal di Kabupaten Kulon Progo
No Uraian Nama Terminal/ Sub Terminal
Wates Brosot Sentolo Kenteng Jagalan Jangkaran 1 Luas (m2) 7.910 700 1.000 1.000 1.000 1.000 2 Tipe B C C C C C 3 Lokasi
Desa/Kelurahan Kecamatan
Wates, Kec Wates
Brosot, Kec.Galur
Sentolo, Kec.Sentolo
Nanggulan, Kec. Nanggulan
Banjaroyo, Kec. Kalibawang
Jangkaran, Kec. Temon
4 Status tanah Kas Desa Kas Desa Kas Desa Kas Desa Kas Desa Person 5 Sistim pemakaian
tanah Sewa Sewa Sewa Sewa Sewa Sewa
6 Tahun Pembangunan Terminal
1974 1975 2007 1975 2008 2008
7
Fasilitas Utama 1. Ruang tunggu
1. Ruang tunggu
1. Ruang tunggu
1. Ruang tunggu
1. Ruang tunggu
1. Ruang tunggu
2. Pos TPR 2.Pos TPR 2. Pos TPR 2. Pos TPR 2. Pos TPR 2. Parkir 3. Kantor 3. Kantor 3. Kantor 3. Kantor 3. Parkir 4. Parkir 4. Parkir 4. Parkir 4. Parkir 5. Menara
8 Kondisi Fasilitas Dasar Aspal rusak Aspal rusak Baik Baik Baik TPR tidak ada
9
Fasilitas Penunjang 1. MCK 1. MCK 1. MCK 1. MCK 1. MCK 1. MCK 2. Kios (44) 2. Kios (3) 2. Kios (4) 3. Musholla 3. Musholla
10 Kondisi Fasilitas Penunjang
Cukup Baik Baik Baik Baik Baik
Sumber : Dinas Perhubungan Kominfo Kabupaten Kulon Progo 2013
Jumlah angkutan umum yang beroperasi di Kabupaten Kulon Progo
mengalami penurunan yang disebabkan oleh semakin tingginya biaya perawatan
kendaraan dan tidak sebanding dengan pendapatan karena menurunnya jumlah
penumpang.
II - 85
Tabel 2.57. Data Perkembangan Angkutan Umum di Kabupaten Kulon Progo
Sumber : Dinas Perhubungan KomInfo Kab. Kulon Progo, dalam Database Daerah Kab. Kulon Progo
Program Pengendalian dan Pengamanan Lalu Lintas bertujuan mewujudkan
keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas dengan penyediaan fasilitas
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan meliputi Rambu-rambu, marka jalan, pagar
pengaman, APILL dan warning lamp. Upaya meningkatkan jumlah fasilitas
kelengkapan jalan dilakukan juga dalam rangka untuk mendukung manajemen dan
rekayasa lalu lintas guna menjamin kelancaran arus lalu lintas orang dan barang
secara efektif dan efisien. Namun demikian karena kondisi wilayah Kulon Progo
yang terdiri dari dataran rendah, perbukitan bahkan pegunungan dan memiliki
banyak persimpangan jalan, maka kebutuhan akan kelengkapan jalan terutama
rambu jalan dan pagar pengaman (guardraill) masih banyak lokasi/tempat yang
belum terpenuhi. Penyediaan fasilitas perlengkapan jalan Tahun 2013 tersaji pada
Tabel 2.66 :
Tabel 2.58. Penyediaan Fasilitas Perlengkapan Jalan
No. Uraian Satuan Kondisi s.d. 2012
Penyediaan 2013
1 Rambu-rambu unit 1.035 160
2 Marka jalan m2 31.100 1.460
3 Pagar pengaman jalan meter 791 208
4 Traffic light unit 12 1
5 Warning lamp unit 17 0
Sumber : Dinas Perhubungan Kominfo Kabupaten Kulon Progo, 2013
Pemasangan rambu-rambu untuk sistem keamanan jalan sudah berjalan
dengan baik. Pemasangan rambu-rambu lalu lintas serta rambu pengaman
dilakukan di berbagai jalur jalan utama. Pemasangan rambu-rambu perlu dilakukan
untuk memberikan informasi dini kepada pengguna jalan pada titik-titik rawan
NO URAIAN JUMLAH
Keterangan 2010 2011 2012 2013
1. Jalur Trayek Angkudes 33 24 24 33 Trayek
2. Angkutan Jalur Perintis 0 0 0 0 Rata2 kend/hr
3. Angkutan Desa 12.775 12.775 10.950 10.950 Kend/tahun
4. Bus AKAP 23.400 21.240 17.280 14.400 Kend/ tahun
5. Bus AKAP (Malam) 16.920 16.200 10.080 9.000 Kend/ tahun
6. Bus AKDP 12.600 10.800 9.000 7.200 Kend/ tahun
7. Angkutan Perbatasan 21.900 20.075 18.250 14.600 Kend /tahun
II - 86
kecelakaan. Adapun data titik rawan kecelakan di Kabupaten Kulon Progo sebagai
berikut :
Tabel 2.59. Data Titik Rawan Kecelakaan di Kabupaten Kulon Progo
No Titik Rawan Kecelakaan
1 Pongangan, Depan Koramil Sentolo
2 Depan SMP I Sentolo
3 Gembongan, Tanjakan Kalimenur
4 Simpang Tiga Kenteng, Sentolo
5 Simpang Tiga Dalangan
6 Jalan Demen Temon
7 Jalan Mlangsen, Sindutan Temon
8 Depan SMP Kedungsari
9 Depan UPTD Perbengkelan
10 Depan Pasar Temon Sumber : Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi Kabupaten Kulon Progo, 2011
Kegiatan Pengadaan Lampu Penerangan Jalan Umum (LPJU) dilaksanakan
untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat agar tercipta keselamatan dan
kenyamanan selaku pengguna jalan khususnya di malam hari. Setelah dilakukan
pendataan titik LPJU bekerjasama dengan PLN pada tahun 2010 di Kulon Progo
berjumlah 1.375 titik, dan pada akhir tahun 2012 menjadi sebanyak 1.431 titik.
Pada tahun 2013 Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kabupaten
Kulon Progo melaksanakan pembangunan 128 titik LPJU, yang ditempatkan di
dalam kota diantaranya sebanyak 17 titik berupa LPJU bermotif “Gebleg Renteng”
yang dipasang di sekitar alun-alun Wates untuk mendukung pemanfaatan ruang
publik alun-alun dan menambah nilai estetikanya. Pada tahun 2013 Kabupaten
Kulon Progo juga mendapat alokasi sebanyak 47 titik LPJU pengadaan oleh
Pemerintah DIY.
Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika dalam pengelolaan Lampu
Penerangan Jalan Umum (LPJU) menggunakan strategi penghematan energi dan
pembangunan bertahap memenuhi kebutuhan LPJU di wilayah Kulon Progo.
Sasaran pemasangan kWH Meter LPJU agar pemakaian energi listrik lebih terukur
berdampak pada penghematan biaya rekening listrik.Pada Tahun 2013 dilakukan
pemasangan kWH Meter LPJU sebanyak 44 unit.
Selain penambahan fasilitas kelengkapan jalan dilaksanakan juga Program
Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan guna meningkatkan dan mempertahankan kinerja fasilitas yang telah
tersedia dalam mendukung pencapaian tujuan program yaitu peningkatan
keselamatan, kelancaran dan ketertiban angkutan umum dan lalu lintas umum di
wilayah Kulon Progo. Kegiatan prioritas yang dilaksanakan adalah pemeliharaan
fasilitas berupa APILL (Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas), LPJU dan peralatan uji
kendaraan bermotor. Pada tahun 2013 dilakukan pemeliharaan dengan prioritas
mengingat keterbatasan anggaran dan sumber daya manusia, terhadap 10 unit
II - 87
APILL yang ada, 550 titik LPJU dan 9 unit alat pengujian kendaraan bermotor
sehingga telah dapat berfungsi dengan baik.
Program peningkatan pelayanan angkutan dimaksudkan memberikan
pelayanan kepada masyarakat sebagai pengguna jasa transportasi maupun
kepada masyarakat sebagai pelaku jasa transportasi. Agar penyelenggaraan
transportasi tercipta keselamatan, keamanan dan kenyamanan dilakukan dengan
melaksanakan uji kelayakan sarana transportasi guna keselamatan penumpang
dengan sistem mekanik. Menciptakan kenyamanan dalam memberikan pelayanan
yang baik kepada masyarakat dalam bidang perhubungan merupakan bagian yang
telah dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Pada tahun 2013 dilaksanakan
pengadaan 1 unit alat uji CO HC Tester (gas analyzer tester) sebagai pengganti
alat uji lama yang telah rusak sehingga dapat dilakukan pengujian terhadap emisi
kendaraan bermotor secara lebih akurat.
Program peningkatan pelayanan angkutan telah dapat mewujudkan
fungsinya dalam menjamin kelaikan kendaraan bermotor yang dioperasikan di
jalan yang ditempuh melalui Kegiatan Uji Kelayakan Sarana Transportasi Guna
Keselamatan Penumpang dan Koordinasi dalam Peningkatan Pelayanan
Angkutan. Kegiatan Uji Kelayakan Sarana Transportasi Guna Keselamatan
Penumpang mengalami perkembangan kendaraan wajib uji tahun 2012 sebanyak
2.846, sedangkan pada tahun ini kendaraan mengalami peningkatan menjadi
sebanyak 3.027 KBWU atau mengalami peningkatan sebesar 21,8%. Capaian
kinerja realisasi pengujian kendaran bermotor tahun 2012 sebanyak KBWU yang
melaksanakan uji sebanyak 6.116 unit dari target kinerja sebanyak 5.696 unit
kendaraan.
Secara umum program peningkatan pelayanan angkutan ini sangat
diperlukan dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat khususnya
di bidang transportasi, mengingat situasi dan kondisi pelayanan angkutan saat ini
agak lesu, namun kendaraan umum yang beroperasi harus tetap memenuhi
persyaratan kelaikan jalan. Untuk itu perlu didukung pengawasan dan
pengendalian melalui kegiatan operasional di lapangan oleh petugas PPNS Dinas
Perhubungan Komunikasi dan Informatika yang bekerjasama dengan Satpol PP
sebagai koordinator PPNS maupun pihak Kepolisian.
Penataan dilakukan terhadap jaringan trayek angkutan perdesaan agar dapat
mempermudah akses ke pusat-pusat kegiatan masyarakat, pembinaaan terus
dilakukan baik kepada pengusaha angkutan, operator dalam hal ini koperasi
angkutan maupun kepada kru angkutan dalam hal peningkatan pelayanan
angkutan dari sisi moda maupun operasional. Melakukan koordinasi dengan Dinas
Perhubungan Komunikasi dan Informatika DIY, Kepolisian, dan berbagai instansi
ditempuh dalam peningkatan pelayanan angkutan yang dimaksudkan untuk
meningkatkan keselamatan, kelancaran, dan ketertiban pada masa-masa Lebaran,
Natal dan Tahun Baru, maupun penyediaan sarana prasarana perdesaan bagi
daerah-daerah pedesaan yang masih sulit dijangkau transportasi.
Penyelenggaraan urusan Perhubungan juga memberikan kontribusi terhadap
peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Perkembangan PAD yang bersumber
II - 88
dari pelayanan uji kendaraan bermotor, pengelolaan terminal, pengelolaan
perparkiran dan pemberian ijin trayek sebagaimana tabel berikut :
Tabel 2.60. Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada urusan Perhubungan
No. Uraian Realisasi
2010 2011 2012 2013
I. Retribusi Jasa Umum 1. Retribusi Pelayanan Persampahan/
Kebersihan 27.077.900 25.123.100 21.315.000 -
2. Retribusi Pelayanan Parkir di tepi jalan umum
36.340.400 135.493.932 156.572.000 155.950.750
3. Retribusi Pengujian Kend.Bermotor 230.084.500 235.380.000 293.025.800 379.549.950 II. Retribusi Jasa Usaha
1. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah 9.330.000 9.510.000 6.635.000 - 2. Retribusi Pasar Grosir dan atau pertokoan 42.840.000 45.740.000 1.368.000 - 3. Retribusi Terminal 196.704.800 174.603.400 226.700.000 244.637.300 4. Retribusi Tempat Khusus Parkir 7.776.000 11.300.000 18.592.000 17.091.000
III. Retribusi Perijinan tertentu 1. Retribusi Ijin Trayek 19.236.000 14.440.000 17.679.000 17.281.000
IV. Pend.Hibah dari Badan / Lembaga Organisasi swasta dalam Negeri
1. Jasa Usaha sektor Perhubungan 500.000 - - -
Jumlah 569.889.600 651.590.432 741.886.800 814.510.000
Sumber : Dinas Perhubungan Kominfo Kabupaten Kulon Progo, 2013
Permasalahan urusan perhubungan di Kabupaten Kulon Progo diantaranya
kebutuhanakan fasilitas perlengkapan jalan berupa:rambu, marka, guradraill dan
LPJU yang belum dapat optimal dipenuhi disebabkan luas wilayah dan kondisi
geografis yang berupa pegunungan maupun dataran.Berkurangnya minat
masyarakat untuk menggunakan kendaraan angkutan umum sebagai dampak
meningkatnya angka kepemilikan sepeda motor dan kendaraan pribadi yang dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan terlebih masih rendahnya disiplin dan
pemahaman masyarakat terhadap peraturan lalu lintas
Beberapa upaya yang ditempuh untuk memecahkan masalah dengan
melaksanakan evaluasi/ kajian kebutuhan fasilitas perlengkapan jalan, mengajukan
anggaran untuk memenuhi kebutuhan penyediaan fasilitas perlengkapan jalan
secara bertahap, melakukan penyediaan LPJU secara bertahap dan prioritas,
mengoptimalkan fasilitas angkutan jalan dan melaksanakan monitoring angkutan
umum agar meningkatkan layanan dan memperhatikan kelaikan kendaraan.
2.1.2.7. Komunikasi dan Informatika
Penyelenggaraan urusan komunikasi dan informatika dalam era globalisasi
saat ini berperan penting dalam memenuhi tuntutan masyarakat akan adanya
akses informasi yang cepat,akurat dan mudah dijangkau terutama yang berkaitan
dengan pelayanan publik serta tersalurnya aspirasi masyarakat. Standar
Pelayanan Minimal (SPM) bidang Komunikasi dan Informatikaberdasarkan
II - 89
Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor
22/PERIM.KOMINFO/12/2010. Capaian SPM bidang Perhubungan sebagaimana
Tabel 2.69 berikut :
Tabel 2.61. Tingkat Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Urusan Komunikasi dan InformatikaTahun 2013
No. Jenis Pelayanan Dasar Indikator SPM Target 2013
1 Pelaksanaan Diseminasi Informasi Nasional
Pelaksanaan Diseminasi dan Pendistribusian Informasi Nasional melalui:
a. Media massa: Majalah, Radio, dan
Televisi 12 x /tahun Diampu TI
Humas b. Media website (media
online) Setiap hari Diampu TI
Humas c. Media tradisionil seperti
pertunjukan rakyat; 12 x /tahun Diampu TI
Humas d. Media interpersonal seperti
sarasehan, ceramah/diskusi dan lokakarya;
12 x /tahun setiap
kecamatan
Diampu TI Humas
e. Media luar ruang: 12 x /tahun Buletin, Leaflet, Booklet,
Brosur, Spanduk, Baliho Diampu TI
Humas 2 Pengembangan dan
Pemberdayaan Kelompok Informasi Masyarakat (KIM)
Cakupan pengembangan dan pemberdayaan Kelompok Informasi Masyarakat di Tingkat Kecamatan
50% 58,3%
Sumber : Dinas Perhubungan Kominfo Kabupaten Kulon Progo dan Bag. TI Humas, 2013
Program yang dilaksanakan untuk meningkatkan aksesibilitas informasi
dengan pengembangan jaringan informasi dan pengendalian terhadap prasarana
komunikasi.Pengendalian dan pengawasan pembangunan menara telekomunikasi
dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan: pemberian fasilitasi perijinan berdasarkan
verifikasi titik koordinat bakal calon lokasi menara telekomunikasi oleh Tim
Pengawasan dan Pengendalian Menara Telekomunikasi, monitoring eksisting
menara telekomunikasi untuk meminimalisir permasalahan-permasalahan yang
mungkin ada di lapangan, pemungutan retribusi menara telekomunikasi. Monitoring
menara telekomunikasi dilaksanakan dengan melakukan verifikasi data menara
dan memberikan stiker pengawasan yang mencantumkan data menara dan
informasi kepada pemilik menara terhadap tindak lanjut hasil pengawasan. Menara
telekomunikasi yang telah beroperasi di Kabupaten Kulon Progo sampai tahun
2013 sebanyak 93 unit menara.
Pemerintah Kabupaten Kulon Progo telah menetapkan Peraturan Daerah
maupun Peraturan Bupati sebagai dasar dalam melaksanakan penataan dan
pengendalian menara telekomunikasi dan sebagai sumber pemasukan
Pendapatan Asli Daerah melalui retribusi pengendalian menara telekomunikasi.
Kontribusi terhadap peningkatan PAD di Kabupaten Kulon Progo dengan realisasi
capaian sebesar Rp. 665.742.869,- sedangkan target yang diharapkan adalah
II - 91
politik dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara yang membutuhkan peran
serta aktif dan partisipasi masyarakat agar dalam pelaksanaannya dapat berjalan
dengan baik.
2.1.2.9. Hukum
Pelaksanaan Pembinaan Hukum, pada Tahun 2012 telah ditetapkan 7 (tujuh)
Desa/Kelurahan Binaan yang ditetapkan sebagai Desa Sadar Hukum dengan
Keputusan Bupati Nomor 372 tahun 2012 tentang Desa/Kelurahan Sadar Hukum
yaitu Desa Sendangsari Kecamatan Pengasih, Desa Hargomulyo Kecamatan
Kokap, Desa Banguncipto Kecamatan Sentolo, Desa Wahyuharjo Kecamatan
Lendah, Desa Tanjungharjo Kecamatan Nanggulan, Desa Banjararum Kecamatan
Kalibawang, dan Kelurahan Wates Kecamatan Wates.
Dalam melaksanakan fungsi pengaturan dan pelayanan kepada masyarakat,
aparat Pemerintah Kabupaten telah mengeluarkan sejumlah produk hukum
daerah. Berikut produk hukum yang telah dikeluarkan sebagai pedoman bagi
masyarakat:
Tabel 2.64. Daftar Inventarisasi Produk Hukum Daerah
Tahun 2007-2013
No Nama Produk
Hukum
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
1. Peraturan Daerah 23 17 17 13 16 23 14
2. Peraturan Bupati 58 113 64 76 96 89 90
3. Keputusan Bupati 451 450 350 409 408 419 561
4. Instruksi Bupati 5 2 3 4 4 5 1
Jumlah 537 582 434 500 524 536 666
Sumber data: Bagian Hukum Setda Kabupaten Kulon Progo, 2013
2.1.2.10. Pemerintahan
Sumber daya aparatur di Kabupaten Kulon Progo, jumlah PNSD tumbuh dan
berkembang dan mencapai puncaknya tahun 2008 sebanyak 9.606 PNSD.
Perkembangan ini diakibatkan implementasi pelaksanaan Peraturan Pemerintah
Nomor 48 tahun 2005 tentang Pengangkatan Tenaga Honorer menjadi Calon
Pegawai Negeri Sipil sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor
43 tahun 2007. Selanjutnya mulai 2009 sampai dengan tahun 2012 perkembangan
PNSD mengalami penurunan (minus growth) sebagai akibat adanya pensiun dan
makin berkurangnya jumlah tenaga honorer yang memenuhi syarat untuk diangkat
sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil, sedangkan pengangkatan dari jalur umum
sesuai dengan kebijakan pusat dilakukan pemberhentian sementara (moratorium).
II - 92
Tabel 2.65. Perkembangan Jumlah PNSD
Tahun 2007-2012
No Tahun Jumlah PNSD
1 2007 9.175
2 2008 9.606
3 2009 9.472
4 2010 9.110
5 2011 8.748
6 2012 8.428
Sumber data: BKD Kabupaten Kulon Progo, 2012
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Kabupaten Kulon Progo berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 2007 tentang Pedoman Organisasi
Perangkat Daerah. Sesuai dengan PP 41 Tahun 2007 bahwa dasar utama
penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah adanya
urusan pemerintahan yang menjadi urusan kabupaten, yang terdiri dari urusan
wajib dan urusan pilihan. Namun demikian, tidak berarti bahwa setiap penanganan
urusan pemerintahan harus dibentuk dalam organisasi tersendiri. Peraturan
Daerah Nomor 2 Tahun 2010 telah menetapkan 26 urusan wajib dan 8 urusan
pilihan yang menjadi urusan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo. Hal ini menjadi
acuan pengelompokan rumpun urusan yang diampu oleh Organisasi Perangkat
Daerah dalam bentuk Dinas dan rumpun urusan yang diampu dalam bentuk
Lembaga Teknis Daerah.
Adanya peraturan baru yang bersifat khusus perlu disikapi. Ketentuan
urusan/bidang tertentu mengenai nomenklatur organisasi perangkat daerah di luar
yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 pasca penataan
kelembagaan tahun 2008 yang belum diakomodasi oleh peraturan daerah yang
ada pada saat ini, antara lain Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 tentang
Satuan Polisi Pamong Praja dan Permendagri Nomor 40 Tahun 2011 yang
mengamanatkan bahwa Satpol PP mempunyai kewenangan di bidang
ketentraman masyarakat dan perlindungan masyarakat yanq berimplikasi pada
pencabutan kewenangan Perlindungan Masyarakat (Linmas) dari Kantor
Kesbanglinmas dan penambahan fungsi Perlindungan Masyarakat (Linmas) di
Satuan Polisi Pamong Praja.
Mensikapi kondisi tersebut di atas, maka pada tahun 2012 Pemerintah
Kabupaten Kulon Progo telah melaksanakan penataan kelembagaan. Namun
demikian penataan dilakukan tidak menyeluruh pada semua SKPD tetapi hanya
secara parsial yaitu terbatas pada Lembaga Teknis Daerah (LTD) dan Satpol PP.
Hasil penataan telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo
Nomor 16 Tahun 2012 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga
Teknis Daerah dan Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 17 Tahun
II - 93
2012 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata kerja Satuan Polisi Pamong
Praja.
Berdasarkan penataan tersebut telah dilakukan penggabungan beberapa
LTD dan perubahan jumlah jabatan pada LTD, sehingga terjadi pengurangan
jabatan struktural dari 112 menjadi 106 jabatan. Namun demikian, esensi yang
lebih penting peningkatan kinerja pelayanan publik sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
Secara keseluruhan terjadi pengurangan jumlah jabatan struktural eselon V.a
sampai dengan II.a sebesar 6 jabatan. Meskipun terjadi pembentukan OPD baru
yaitu Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu dan Kantor Perpustakaan
dan Arsip, namun hal ini tidak berakibat pada penambahan jumlah jabatan. Hal ini
karena OPD (Organisasi Perangkat Daerah) baru yang dibentuk merupakan
penggabungan masing-masing dari 2 OPD lama eksisting.
Saat ini organisasi Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Kulon Progo
terdiri dari Sekretariat Daerah yang membawahi 9 bagian, Sekretariat Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah, 12 Dinas Daerah, 12 Lembaga Teknis Daerah yang
terdiri dari 5 Badan dan 5 Kantor, 12 Kecamatan, 1 Kelurahan, Rumah Sakit Umum
Daerah Wates, dan UPTD dari Dinas Daerah yang mayoritas ada di masing-
masing wilayah kecamatan.
Dalam Lampiran Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 62 Tahun 2008
tentang Standar Pelayanan Minimum (SPM) Bidang Pemerintahan Dalam Negeri
disebutkan ada 3 jenis pelayanan dasar yang harus dicapai oleh Kabupaten/Kota
yang meliputi pelayanan dokumen kependudukan, pemeliharaan ketentraman dan
ketertiban masyarakat serta penanggulangan bencana kebakaran. Untuk jenis
pelayanan dokumen kependudukan SKPD penanggungjawab adalah Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil. Untuk jenis pelayanan pemeliharaan
ketentraman dan ketertiban masyarakat SKPD penanggungjawab adalah Satuan
Polisi Pamong Praja, dan jenis pelayanan penanggulangan bahaya kebakaran
SKPD penanggungjawab adalah BPBD. Adapaun batas waktu pencapaian dari
ketiga jenis pelayanan dasar tersebut di atas adalah sebagai berikut :
Tabel 2.66. Batas Waktu Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang
Pemerintahan Dalam Negeri Kabupaten/Kota
No Jenis Pelayanan
Dasar
Standar Pelayanan Minimal Batas Waktu
Pencapaian
(Tahun) Indikator Nilai
1
Pelayanan dokumen kependudukan
Cakupan Penerbitan Kartu Keluarga
100% 2015
Cakupan Penerbitan Kartu Tanda Penduduk
100% 2015
Cakupan Penerbitan Kuitipan Akta Kelahiran
100% 2020
Cakupan Penerbitan Kutipan Akta Kematian
70% 2020
II - 94
No Jenis Pelayanan
Dasar
Standar Pelayanan Minimal Batas Waktu
Pencapaian
(Tahun) Indikator Nilai
2 Pemeliharaan ketentraman dan ketertiban masyarakat
Cakupan penegakan peraturan daerah dan peraturan kepala daerah di Kabupaten/Kota
100% 2015
Cakupan patroli siaga ketertiban umum dan ketentraman masyarakat
3x patroli sehari
2014
Cakupan rasio petugas perlindungan masyarakat (Linmas) di kabupaten / kota
1 orang setiap
RT
2014
3 Penanggulangan bencana kebakaran
Cakupan Pelayanan Bencana Kebakaran di Kabupaten/Kota
80% 2015
Tingkat Waktu Tanggap (Response Time Rate)
75% 2015
Persentase aparatur pemadam kebakaran yang memenuhi standar kualifikasi
85% 2015
Jumlah mobil pemadam kebakaran diatas 3000-5000 liter pada WMK ( Wilayah Manajemen Kebakaran)
90% 2015
Untuk mencapai target pencapaian yang telah ditetapkan secara nasional
tersebut SKPD penanggungjawab telah berupaya semaksimal mungkin guna
mencapai target yang ditetapkan. Adapun capaian Standar Pelayanan Minimum
(SPM) bidang Pemerintahan Dalam Negeri di Kabupaten Kulon Progo adalah
sebagai berikut :
Tabel 2.67. Capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pemerintahan Dalam Negeri
Kabupaten Kulon Progo
No Jenis Pelayanan
Dasar Indikator
Tahun
2011 2012 2013
1
Pelayanan dokumen kependudukan
Cakupan Penerbitan Kartu Keluarga 100 100 100
Cakupan Penerbitan Kartu Tanda Penduduk 93,23 97,19 90,11
Cakupan Penerbitan Kuitipan Akta Kelahiran 92,03 96,77 94,24
Cakupan Penerbitan Kutipan Akta Kematian 29,62 28,08 47,16
2 Pemeliharaan ketentraman dan ketertiban masyarakat
Cakupan penegakan peraturan daerah dan peraturan kepala daerah di Kabupaten/Kota
100 100 100
Cakupan patroli siaga ketertiban umum dan ketentraman masyarakat
3,5 3,5 3,5
Cakupan rasio petugas perlindungan masyarakat (Linmas) di kabupaten / kota
0,7 0,7 0,9
3 Penanggulangan bencana kebakaran
Cakupan Pelayanan Bencana Kebakaran di Kabupaten/Kota 17,06 17,06 17,06
Tingkat Waktu Tanggap (Response Time Rate) 100 100 87,5
II - 95
No Jenis Pelayanan
Dasar Indikator
Tahun
2011 2012 2013
Persentase aparatur pemadam kebakaran yang memenuhi standar kualifikasi
- - -
Jumlah mobil pemadam kebakaran diatas 3000-5000 liter pada WMK ( Wilayah Manajemen Kebakaran)
200 200 200
2.1.1. Aspek Daya Saing Daerah
1.1.4.1. Ketahanan Pangan
Program dan kegiatan dalam urusan ketahanan pangan dilaksanakan
dalam rangka penguatan cadangan pangan, aksesibilitas pangan dan ketersediaan
informasi dan peningkatan mutu konsumsi pangan. Kinerja ketahanan pangan
diukur dengan Peraturan Menteri Pertanian RI Nomor: 65/Permentan/
OT.140/12/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Ketahanan Pangan
Provinsi dan Kabupaten/Kota, dengan capaian pada tahun 2013 sebagai berikut:
Tabel 2.68. Capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Urusan Ketahanan Pangan
Kabupaten Kulon Progo Tahun 2013
No Jenis Pelayanan
Dasar Indikator
Capaian
thn 2011
Tahun 2012/2013
Target Realisasi %
1
Ketersediaan dan cadangan pangan
Ketersediaan Energi Per kapita (kkal/kap/hr)) 3.188,1 3.283 3.418 103,92
Ketersediaan Protein Per Kapita (gr/kap/hr) 146 147 155,04 104,76
Cadangan pangan pemerintah (ton) 4,75 15 4,5 30
Penguatan Cadangan Pangan masyarakat (ton)
160 460 414 90
2 Distribusi dan Akses Pangan
Ketersediaan Informasi Pasokan, Harga dan Akses Pangan di Daerah (%)
90 90 91,17 101,30
3 Distribusi dan Akses Pangan
Stabilitas Harga dan Pasokan Pangan(%) 60 90 91,86 102,06
4 Penganekaraga-man dan Keamanan Pangan
Pencapaian Skor Pola Pangan Harapan (PPH) 86,7 87,10 89 101,60
Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan (%)
60 65,40 96,55 136,37
5 Penanganan Kera-wanan Pangan
Penanganan Daerah Rawan Pangan (desa) 13 13 14 107,69
Sumber data:Kantor KP4K Kabupaten Kulon Progo, 2013
II - 96
Semua standar yang telah ditetapkan dalam SPM tersebut telah tercapai
kecuali Cadangan Pangan Pemerintah hanya mencapai 4,5 ton dari target 15 ton,
sedangkan Cadangan Pangan masyarakat mencapai 414 ton dari target 460. Hal ini
disebabkan karena kemampuan permodalan kelompok untuk pengadaan cadangan
pangan masih terbatas. Untuk memenuhinya diperlukan perhatian Pemerintah
Pusat, Provinsi dan Kabupaten menganggarkan dana alokasi Cadangan Pangan.
Kegiatan penyuluhan merupakan bagian yang sangat penting dalam rangka
meningkatkan pemberdayaan masyarakat untuk mewujudkan peningkatan daya
saing daerah. Capaian kinerja penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan
tahun 2009 s/d 2013 sebagai berikut :
Tabel 2.69.
Tabel Jumlah Kelompok Tani, Petani dan Keanggotaan Dalam Kelompok Tani
No. Kondisi 2009 2010 2011 2012 2013 1. Jumlah kelompok tani 1.445 1.538 1.613 1.658 1.702
a. Kelas pemula 348 349 391 381 348
b. Kelas Lanjut 414 456 473 551 517
c. Kelas Madya 601 646 662 655 742
d. Kelas Utama 82 87 87 71 95
2.a. Jumlah petani/buruh tani
135.624 135.669 137.521 136.067 142.086
b. Jumlah keanggotaan dlm kelompok tani
70.478 75.362 77.012 83.926 70.271
c. Rasio jumlah anggota kelompok tani dibanding jumlah petani/buruh tani (%)
51.96 55.54 56,00 61,68 56,55
Sumber : Kantor KP4K Kabupaten Kulon Progo, 2013.
1.1.4.2. Pertanian
Pembangunan pertanian dilaksanakan dengan program dan kegiatan yang
bertujuan untuk meningkatkan produktivitas lahan pertanian di Kulon Progo dengan
perbaikan budidaya, penyediaan infrastruktur pertanian, fasilitasi penyediaan
benih/bibit berkualitas, fasilitasi pengendalian Organisme Penganggu Tanaman
(OPT), fasilitasi pupuk bersubsidi dan fasilitasi penyediaan permodalan bidang
pertanian. Capaian kinerja urusan pertanian di Kabupaten Kulon Progo tahun 2009
s/d 2013 sebagai berikut:
Tabel 2.70. Capaian Kinerja Pertanian
Kabupaten Kulon Progo 2009 s/d 2013 No. Kondisi 2009 2010 2011 2012 2013 1. Produksi Padi dan
Palawija (ton) 219.615,58 197.234,28 212.494 216.722 198.769
2 Produksi Sayuran dan Buah-buahan semusim (ton)
34.128,30 34.694,20 45.620 50.820 49.839,5
3 Produksi Buah-buahan 54.624,10 56.291,40 60.491,82 62.918,70 65.203,7
II - 97
No. Kondisi 2009 2010 2011 2012 2013 dan sayuran tahunan (ton)
4 Produksi Biofarmaka (ton)
11.698 12.712 13.981 14.228 15.035,54
5 Produksi Perkebunan (ton)
68.323,12 69.232,57 68.101,36 68.220,69 65.417,12
6. Populasi ternak besar (ekor)
54.262 61.112 72.810 56.762 53.634
7. Populasi ternak kecil (ekor)
107.261 112.897 132.834 131.023 153.669
8. Populasi unggas (ekor) 3.054.781 3.084.062 3.289.679 3.352.828 3.785.678 9. Produksi daging (kg) 10.814.411 8.121.185 8.948.510 9.530.641 9.866.626
10. Produksi telur (kg) 5.360.014 6.475.812 7.431.529 7.969.26 8.317.839 11. Konsumsi protein
hewani (gr/kap/hari) 11,11 12,90 8,44 12,15 12,59
Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab.KP Dinas Kelautan,Perikanan, dan Peternakan Kab KP
1.1.4.3. Kelautan dan Perikanan
Peran sektor kelautan dan perikanan dalam pengembangan perekonomian
di Kabupaten Kulon Progo sangat strategis, karena sektor ini sangat diperlukan
dalam upaya mendukung pemenuhan kebutuhan pangan (protein hewani),
menciptakan lapangankerja dan kesempatan berusaha, mengurangi pengangguran
dan pengentasan kemiskinan. Realisasi pelaksanaan pembangunan kelautan dan
perikanan tahun 2009 s/d 2013 sebagai berikut:
Tabel 2.71. Capaian Kinerja Kelautan dan Perikanan
Tahun 2009 s.d. 2013
No. Kondisi 2009 2010 2011 2012 2013
1. Produksi ikan budidaya (kg) 3.182.906 11.082.230 12.115.597 12.564.705 13.810.112
2. Produksi ikan tangkap (kg) 953.624 1.033.448 1.075.175 1.410.171 1.217.416
3. Konsumsi makan ikan (kg/kap/th) 15,61 16,67 18,45 19,60 21,25
Sumber : Dinas Kelautan, Perikanan, dan Peternakan Kab KP,2013
1.1.4.4. Kehutanan
Pelaksanaan pembangunan kehutanan yang dilaksanakan mampu
memberikan kontribusi dalam penurunan luas lahan kritis dan peningkatan usaha
perhutanan rakyat di Kabupaten Kulon Progo. Capaian Kinerja pembangunan
kehutanan tahun 2009 s/d 2013 sebagai berikut:
II - 98
Tabel 2.72. Capaian Kinerja Kehutanan
Kabupaten Kulon Progo 2009 s/d 2013
No. Kondisi 2009 2010 2011 2012 2013
1. Populasi tanaman kayu bernilai ekonomis tinggi (pohon)
12.321.489 12.381.005 12.886.008 13.485.213 13.902.822
2. Luas Hutan Rakyat (ha) 18.138,78 18.731,97 19.200,27 19.547,31 20.178 3. Luas Lahan Kritis (ha) 6.095,07 5.847,58 5.605,31 5.448,35 5.257
4. Produksi kayu bulat
(m3) 37.774,43 48.229,54 47.320,74 44.196,08
42.516
5. Produksi kayu olahan
primer (m3) 2.555,02 2.417,66 2.711,19 3.049,90
2.564
6. Produksi hasil hutan
bukan kayu
- madu (liter) 2.333,00 1.759,00 1.700,00 1.424,30 1.614
- bambu (m3) 188.656,00 74.750,60 64.649,97 60.487,27 58.412
Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab.KP, 2013
1.1.4.5. Koperasi
Perkembangan koperasi di Kabupaten Kulon Progo dari tahun 2010 sampai
dengan tahun 2013 mengalami peningkatan sebagai berikut :
Tabel 2.73. Data Perkembangan Koperasi
Kabupaten Kulon Progo Tahun 2010-2013
No Uraian Satuan 2010 2011 2012 2013
1 Jumlah koperasi Unit 317 336 345 353
2 Jumlah anggota orang 80.667 70.849 82.305 80.109
3 Jumlah simpanan Rp.000 35.352.705 42.464.673 59.531.190 76.795.982
4 Jumlah modal
sendiri
Rp.000 48.991.064 48.631.159 61.292.026 67.548.123
5 Jumlah modal luar Rp.000 70.068.535 79.532.294 108.490.589 124.627.195
6 Volume usaha Rp.000 111.179.693 122.822.787 133.982.067 154.030.027
7 Jumlah SHU Rp.000 2.880.072 2.696.466 3.177.396 4.363.854
8 Jumlah asset Rp.000 121.689.324 130.859.919 172.960.012 196.539.173
Sumber data: Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Kulon Progo, 2013
Dari data tersebut menunjukkan Jumlah Koperasi yang ada dari tahun ke
tahun semakin bertambah. Tahun 2012 jumlah koperasi sebanyak 345 unit,
sedangkan tahun 2013 bertambah menjadi 353 buah atau meningkat sebesar 2,32
%, kondisi ini menunjukkan kesadaran masyarakat untuk berkoperasi cukup tinggi,
II - 99
jumlah asset mengalami kenaikan yang cukup baik yaitu pada tahun 2012 sebesar
Rp. 172.960.012.000.,- dan pada tahun 2012 naik menjadi Rp. 196.539.173.000,-
atau mengalami kenaikan 13,63%. Hal ini menunjukkan bahwa koperasi
mempunyai kekayaan yang semakin meningkat yang berarti membuktikan
kepercayaan anggota maupun pihak luar yang semakin tinggi terhadap Koperasi.
Jumlah volume usaha pada tahun 2012 sebesar Rp. 133.982.067.000,- yang
meningkat menjadi Rp. 154.030.027.000,- pada tahun 2013 atau mengalami
kenaikan 14,96%.
Program dan kegiatan pemberdayaan UMKM mampu menumbuhkan peran
UMKM sebagai penggerak ekonomi masyarakat dan daerah yang berdampak pada
distribusi pendapatan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.Data
perkembangan UMKM di Kabupaten Kulon Progo dapat dilihat dalam tabel sebagai
berikut.
Tabel 2.74. Data Perkembangan UMKM
Kabupaten Kulon Progo Tahun 2010-2013
Sumber data: Kompilasi dan olahan berbagai sumber, 2013
Pelaksanaan penilaian kesehatan koperasi didasarkan pada Undang-
undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, Peraturan Pemerintah
Nomor 9 Tahun 1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh
Koperasi, dan berbagai Peraturan Menteri Koperasi dan UKM yang menyertainya.
Penilaian ini bertujuan untuk memacu dan memicu pengelolaan koperasi simpan
pinjam baik yang berpola konvensional maupun syariah agar dapat dikelola secara
profesional dan sesuai ketentuan yang berlaku yaitu kewajaran aspek permodalan,
No Sektor Ekonomi 2010 2011 2012 2013
Klp Perorangan Klp Peroran
gan Klp Perorangan
Unit
A PERTANIAN
1 Pertanian, Peternakan
Kehutanan dan Perikanan 1.449 70.095 1.449 70.095 1.525 72.401 75.813
B NON PERTANIAN 1 Pertambangan dan
Penggalian 142 142 37 37
2 Industri Pengolahan 20.018 20.018 20.325 20.498
3 Listrik, Gas dan Air Bersih
4 Bangunan 148 148 211 207 5 Perdagangan, Hotel dan
Restoran
a. Hotel dan Restoran 1.113 1.113 131 59
b. Pedagang Pasar 8.261 8.261 2.540 1.321
c. Pedagang di luar pasar 1.026 3.385 9.336 9.336
c. Pedaki 113 113 113 113 6 Pengangkutan dan
Komunikasi 8 946 8 946 390
95
7 - Keuangan, Persewaan, Jasa Perusahaan
215 215 891 966
- Koperasi 317 336
8 Jasa-jasa 1.111 1.111
Jumlah 1.989 102.973 2.008 105.332 2.070 106.127 197.550
II - 100
kualitas aktiva produktif, manajemen, efisiensi, likuiditas, kemandirian dan
pertumbuhan serta jati diri koperasi. Adapun data kesehatan sebagian KSP/USP
yang dinilai seperti terlihat dalam tabel berikut.
Tabel 2.75. Data Kesehatan KSP/USP Kabupaten Kulon Progo
Tahun 2008-2013
No Tahun Jumlah yang dinilai
Predikat Kesehatan
Sehat Cukup sehat Kurang sehat
Tidak sehat
Jml % Jml % Jml % Jml %
1. 2008 75 28 37,34 33 44 10 13,34 4 5,34
2. 2009 60 24 40 27 45 6 10 3 5
3. 2010 223 92 41,25 112 50,2 19 8,52 - -
4. 2011 273 123 45,05 130 47,61 20 7,32 - -
5. 2012 275 125 45,45 132 48,00 18 6,54 0 0
6. 2013 275 136 49,45 127 46,18 12 4,36 0 0
Sumber data : Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Kulon Progo, 2013
1.1.4.6. Perdagangan
Pembangunan sektor perdagangan pada Tahun 2013 mencapai hasil
sebagai berikut :
a) Penerbitan perizinan usaha, baik SIUP, TDP dan TDG, serta penerbitan izin bagi kios,
los dan bango di pasar negeri/tradisional.
Tabel 2.76. Data Pengusaha Memiliki SIUP Kabupaten Kulon Progo
Tahun 2010 – 2013
No. Tahun Jumlah Pengusaha Jumlah
Kecil Menengah Besar
1. 2010 2.277 90 50 2.417
2. 2011 2.328 99 57 2.484
3. 2012 2.414 120 72 2.606
4. 2013 2.755 160 89 3.004
Sumber data : Dinas Perindag dan ESDM Kab. KP, 2013
II - 101
Tabel 2.77. Data Perusahaan Memiliki TDP Kabupaten Kulon Progo
Tahun 2010 – 2013
No. Tahun Jenis Perusahaan
Jumlah PT Koperasi CV Firma Perorangan BUL
1. 2010 62 98 329 5 2.323 35 2.852
2. 2011 68 103 356 5 2.374 35 2.941
3. 2012 84 107 396 5 2.443 35 3.070
4. 2013 91 112 434 5 2.917 31 3.587 Sumber data: Dinas Perindag dan ESDM Kab. KP, 2013
Tabel 2.78. Total Penerbitan Perizinan Sektor Pasar Tradisional
Tahun 2010 – 2013
No. Tahun Penerbitan Perizinan
Jumlah Kios Los Bango
1. 2010 439 1.976 606 3.021
2. 2011 391 489 161 1.041
3. 2012 424 2.044 606 3.074
4. 2013 556 2.982 363 3.901
Sumber: Dinas Perindag dan ESDM Kab. Kulon Progo, 2013
b) Realisasi kegiatan ekspor
Ekspor bersih perdagangan mencapai 11.958.075,92 US$ atau setara
Rp.145.541.742.996,- dengan perincian sebagaimana tabel berikut ini :
Tabel 2.79.
Perkembangan Ekspor Komoditi Kabupaten Kulon Progo Tahun 2011-2013
No Mata Dagangan Satuan Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013
Volume Nilai US$ Volume Nilai US$ Volume Nilai US$
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Arang Briket
Kerajinan Agel
Kerajinan Kayu
Teh Mahkota Dewa
Gula Kristal
Synthetic wigs
Sabut Kelapa
Kg
Pieces
Pieces
Kg
Ton
Pieces
Kg
2.218.316
804.000
7.405
40.000
98.225
450.000
-
1.162.934,76
242.651,00
200.816,00
56.468,00
173.174,00
1.124.925,00
-
2.218.316
804.000
7.405
40.000
98.225
450.000
-
1.162.934,76
242.651,00
200.816,00
56.468,00
173.174,00
1.124.925,00
-
1.391.257
111.750
5.135
135.500
516.650
874.180
600.000
1.974.601,00
330.863,00
97.528,00
69.998,00
1.033.300,00
8.326.786,00
124.999,92
Sumber data: Dinas Perindag ESDM Kab. KP, 2013
II - 102
Tabel 2.80. Jenis Komoditi dan Negara Tujuan Ekspor
Kabupaten Kulon Progo Tahun 2013
No. Jenis Komoditi Negara Tujuan
1. Arang Briket Korea, Jepang, Turki.
2. Kerajinan Agel Perancis, Singapura, Amerika
3. Kerajinan Kayu Perancis, Eropa.
4. Synthetic Wigs Amerika, Eropa.
5. Gula Kristal Amerika, Hongkong, Australia.
6. Teh Mahkota Dewa Malaysia, Suriname
Sumber data: Dinas Perindag ESDM Kab. KP, 2013
c) Peningkatan kualitas sarana-prasarana perdagangan sekaligus sebagai upaya
perbaikan fasilitas-fasilitas obyek retribusi melalui berbagai perbaikan infrastruktur
pendukung obyek retribusi.
Tabel 2.81. Jumlah Pedagang Pasar Negeri Berdasarkan Sarana Perdagangan
yang dipergunakan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2010-2013
No. Tahun Pedagang
Jumlah Kios Los Bango
1. 2010 439 1.976 606 3.021
2. 2011 391 489 161 1.041
3. 2012 424 2.044 606 3.074
4. 2013 556 2.982 363 3.901
Sumber data: Dinas Perindag dan ESDM Kab. Kulon Progo, 2013
d) Kontribusi sektor perdagangan terhadap PDRB Kabupaten Kulon Progo yaitu sebesar
16,97%.
e) Realisasi pendapatan daerah dari sektor perdagangan kurang dari target, yaitu Rp.
1.044.351.525,- sedang target yang ditetapkan senilai Rp. 1.098.517.200,- atau
tercapai 95,07%.
1.1.4.7. Industri
Pencapaian perkembangan industri kecil sampai dengan tahun 2013
sebagai berikut :
II - 103
Tabel 2.82. Data Perkembangan Industri Kecil
Kabupaten Kulon Progo Tahun 2011-2013
No Kriteria 2011 2012 2013
1 Sentra 84 83 70
2 Unit Usaha 20.325 20.305 19.933
3 Tenaga Kerja (orang) 54.400 54.400 54.854
4 Nilai Investasi (Rp.) 65.341.528.000,- 65.882.006.000,- 66.535.200.000,-
5 Nilai Bahan baku/
Penolong (Rp.)
278.476.000.000,- 278.209.193.000,- 444.825.247.000,-
6 Nilai Produksi (Rp.) 425.428.000.000,- 425.020.400.000,- 301.457.529.000,-
7 Nilai Tambah (Rp.) 146.952.000.000,- 146.811.207.000,- 143.451.136.000,-
*) hasil pendataan sampel Sumber data: Dinas Perindag dan ESDM Kab. Kulon Progo, 2013
Terjadi penurunan jumlah sentra industri dari 83 sentra menjadi 70 sentra
karena adanya ketentuan bahwa sebuah sentra minimal mencakup ± 10 unit usaha
yang sama, sementara beberapa unit usaha mengalami tutup usaha mengakibatkan
di dalam sentra hanya tersisa 3 sampai dengan 4 unit usaha. Sehingga apabila
merujuk ketentuan tentang sentra di atas, tidak bisa masuk kategori sebuah sentra
kembali.
Berkurangnya jumlah sentra, ternyata berpengaruh pada penurunan unit
usaha. Penurunan unit usaha ditandai dengan semakin berkurangnya jumlah
perajin emping melinjo, es mambo, VCO, penjahit, tape ketela dan konveksi.
Namun demikian mucul unit-unit usaha baru yaitu konblok, andesit, mebel, bengkel
sepeda motor, bengkel mobil, penggergajian kayu dan buis beton.
Adapun peningkatan kapasitas kelompok usaha industri kecil dan
menengah tercermin pada capaian jumlah IKM penerima bantuan peralatan industri
sejumlah 51 unit usaha, dan telah melampaui target indikator kinerja RPJM sebesar
15 unit usaha.
Pembinaan industri dilaksanakan melalui beberapa kegiatan yang
mendorong pengembangan industri kecil menengah dan pengembangan sentra–
sentra industri potensial. Diantara kegiatan yang dilaksanakan yaitu pembinaan
perijinan industri sesuai Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 3 Tahun
2007 tentang Perijinan Usaha Industri dan Retribusinya. Penerbitan perijinan
industri Tahun 2013 sebagai berikut:
II - 104
Tabel 2.83. Penerbitan Perijinan Industri
Kabupaten Kulon Progo Tahun 2011-2013
No. Jenis Perijinan
2011 2012 2013
1. Ijin Usaha Industri (IUI) 4 buah 2 buah 4 buah
2. Tanda Daftar Industri 80 buah 90 buah 140 buah
Sumber data: Kantor Pelayanan Terpadu Kab. Kulon Progo, 2013
1.1.4.8. Lembaga Keuangan
Pada Tahun 2013 lembaga perbankan yang beroperasi di Kabupaten Kulon Progo
antara lain terdiri dari kantor cabang PT Bank BNI 1 unit, Bank BCA, Bank Mandiri,
Bank Pembangunan Daerah dengan 3 kantor cabang pembantu dan 5 unit kantor
kas unit, danBank BRI dengan 18 kantor unit di kecamatan serta BPR Bank Pasar
dengan 3 unit Kantor Kas Pembantu serta 2 unit BPR Swasta yaitu Nusamba di
Temon dan Shinta di Kecamatan Pengasih. Di setiap kecamatan juga terdapat
BUKP dan di setiap desa berdiri Lembaga Keuangan Mikro (LKM).
1.1.4.9. Pariwisata
Kunjungan wisata pada tahun 2013 mencapai 416.498 orang bertambah 31.553
orang atau meningkat 5,16% dibandingkan tahun 2012. Pendapatan retribusi
pariwisata tahun 2013 mencapai Rp.1.612.161.500,-atau meningkat sebesar
10,35% dibandingkan tahun 2012.
Tabel 2.84. Perkembangan Wisatawan pada Obyek Wisata
Kabupaten Kulon Progo Tahun 2008-2013
No. Obyek Wisata
Jumlah Pengunjung (orang)
2008 2009 2010 2011 2012 2013 1. Pantai Glagah 169.587 198.505 249.856 262.312 278.805 293.981 2. Pantai Congot 11.825 32.535 28.191 26.453 37.446 37.821 3. Pantai Trisik 34.364 16.331 29.277 27.175 23.036 22.472 4. Waduk Sermo 12.049 29.009 17.920 16.826 20.554 30.643 5. Goa Kiskendo 3.819 5.456 6.738 3.440 6.698 7.060 6. Puncak
Suroloyo 10.867 10.571 9.499 9.683 10.903 24.521
7. Pemandian Alam Clereng
49.010 18.468 - - - -
8. Kolam Renang Tanjungsari
- - 667 - - -
Jumlah 375.592 291.521 375.592 291.521 377.442 416.498
Sumber: Dinas Budparpora Kab. Kulon Progo, 2013
II - 105
Tabel 2.85. Perkembangan Pendapatan Retribusi Pariwisata
Kabupaten Kulon Progo Tahun 2009-2013
No
Obyek Wisata/
Retribusi
Pendapatan Retribusi Per Tahun
2009 2010 2011 2012 2013
1 Pantai Glagah 365.060.000 755.220.800 942.020.000 992.593.000,- 1.162084.000 2 Pantai Trisik 41.134.950 60.523.500 65.984.500 59.633.000,- 65.759.000 3 Waduk Sermo 23.671.400 34.541.500 41.882.000 55.415.000,- 90.614.000 4 Pantai Congot 26.862.950 83.080.000 95.960.000 133.918.000,- 147.823.000 5 Goa Kiskendo 6.282.200 10.729.000 15.835.000 17.422.00,- 21.787.500 6 Puncak Suroloyo 14.416.000 22.675.000 24.138.000 28.535.00,- 73.100.000 7 Pemandian Alam
Clereng 14.850.000 - - - -
8 Kolam Renang Tanjungsari
- 2.001.000 - - -
9 Wisma Sermo 28.190.000 19.097.500 24.455.000 28.960.000 36.020.000 10 Parkir di Obyek
Wisata/Lain-lain Yang Sah
3.390.000 - 4.900.000 2.544.000
16.774.000
Jumlah 503.547.100 526.557.600 987.868.300 1.376.919.000
1.612.161.500
Sumber data : Dinas Budparpora Kab. Kulon Progo, 2013
Selain Tujuan wisata yang beretribusi, di Kabupaten Kulon Progo juga mulai
dikembangkan wisata non retribusi, satu diantaranya adalah desa wisata. Masing-
masing desa wisata memiliki ciri dan keunikan tersendiri. Desa wisata berorientasi
pada pemberdayaan masyarakat dengan bertumpu pada potensi alam, seni
budaya, dan keunikan kehidupan desa yang alami. Pada tahun 2013 tercatat
terdapat 13 desa wisata. Berikut ini desa wisata yang ada di Kabupaten Kulon
Progo.
Tabel 2.86. Desa Wisata di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2013
No Desa Wisata Kecamatan Kedekatan dengan Obyek Wisata Keterangan
1. Pagerharjo Samigaluh Nglinggo, Candi Borobodur
Treking, menyadap nira aren, Lengger Tapeng, petilasan Linggo Manik, Gagak Roban, Dalem Tunu, Buto Sinjang
2. Gerbosari Samigaluh Puncak Suroloyo, Candi Borobudur
Ritual, adventure, agro teh, treking, kesenian Bangilun.
3. Banjarasri Kalibawang Monumen Nasution, Monumen Markas Besar Komando Djawa
Wisata sejarah, ritual,Makam Pangeran Aris Langu, Petilasan Demang Abang, Narang Nanggolo.
II - 106
No Desa Wisata Kecamatan Kedekatan dengan Obyek Wisata Keterangan
4. Banjaroya Kalibawang Lourdess Sendangsono, Ancol
Ritual, ziarah, Makam Kyai Krapyak, Makam Pengikut P. Diponegoro, Kesenian Strek.
5. Pendoworejo Girimulyo Bendung Khayangan Sanggar Batik Bodronoyo
6. Jatimulyo Girimulyo Goa Kiskendo-Sumitro Penelusuran Goa, agro salak 7. Sendangsari Pengasih Pusat Penyelamatan
Satwa Jogja (PPSJ), Clereng
Makam Kyai Paku Jati, Menoreh Green Land.
8. Glagah Temon Pantai Glagah Kehidupan pedesaan pantai, Situs Kadipaten Sidorejo, Pesanggrahan Pakualaman.
9. Hargomulyo Kokap Waduk Sermo, Makam Girigondo, Wisata Alam Kalibiru
Sendang Pengilon, Minuman Khas Gula Semut
10. Sidorejo Lendah Pantai Trisik Bendungan Sapon, budaya
11. Kalibiru Kokap Waduk Sermo Hutan Wisata Kalibiru, alam perbukitan Menoreh, outbond
12. Sermo Hargowilis
Kokap Waduk sermo Waduk Sermo, Alam Perbukitan Menoreh
13. Purwoharjo Samigaluh Sriti Latar belakang Sejarah Diponegoro, budaya
Sumber data : Dinas Budparpora Kab. Kulon Progo, 2013
Beberapa desa wisata sudah dapat menangkap peluang pasar wisatawan
minat khusus (special interest). Khususnya paket wisata minat khusus “Blusukan ke
Desa Towielfiets” pada tahun 2012 diminati 726 wisatawan mancanegara. Jumlah
pengunjung desa wisata dan wisata desa pada tahun 2012 sebanyak 208.332
orang menjadi 220.273 orang pada tahun 2013.
Selain itu Pokdarwis Sermo meraih penghargaan dalam Lomba Pokdarwis
se-DIY Tingkat II dari Dinas Pariwisata DIY. Desa Wisata Kalibiru Kokap meraih
penghargaan dalam Lomba Desa/Kampung Wisata Tingkat I dari Dinas Pariwisata
DIY pada tanggal 19 November 2013.
1.1.4.10. Penanaman Modal/Investasi
Pembangunan investasi di Kabupaten Kulon Progo dilaksanakan melalui program
peningkatan promosi dan kerjasama investasi, program peningkatan iklim investasi
dan realisasi investasi, program peningkatan potensi, sumberdaya sarana dan
prasarana investasi, program peningkatan pelayanan dan fasilitasi investasi,
program peningkatan pelayanan perijinan penanaman modal serta program
intensifikasi penanganan pengaduan masyarakat.
Program peningkatan promosi dan kerjasama investasi dilaksanakan koordinasi
antar lembaga pemerintah dan dunia usaha,. Untuk meningkatkan koordinasi dan
kerjasama di bidang penanaman modal antara instansi pemerintah dan dunia
usaha dilaksanakan melalui temu usaha antara pemerintah dengan dunia usaha
II - 107
dengan audien 70 peserta, terdiri dari PMA/PMDN, UMKM, Perbankan dan
Instransi terkait dengan tujuan terwujudnya konsep perencanaan, pengembangan
dan kemitraan di bidang penanaman modal serta terjalin kerjasama yang harmonis
antara pemerintah dan dunia usaha.
Peningkatan pemantauan, pembinaan, dan pengawasan pelaksanaan penanaman
modal dalam rangka pengendalian pelaksanaan penanaman modal, maka
dilakukan monitoring terhadap perusahaan baik PMA maupun PMDN. Dari hasil
monitoring diperoleh laporan realisasi pelaksanaan penanaman modal serta dapat
diidentifikasi permasalahan yang dihadapi, perkembangan kegiatan investasi dan
tersusunnya laporan realisasi penanaman modal.
Penyelenggaraan pameran dan promosi potensi investasi dilaksanakan dengan
pameran investasi dan produk unggulan daerah pada event Pekan Raya Jakarta
2013, AITIS APKASI Expo di Jakarta dan Batam Investrade Expo 2013 serta
partisipasi bersama BKPM dalam event Gelar Potensi Investasi Daerah di Bali.
Tujuan pameran investasi adalah mempromosikan potensi sumber daya daerah
dan produk unggulan Kulon Progo kepada calon investor di tingkat nasional
maupun internasional. Potensi yang dipromosikan diprioritaskan pada realisasi
Mega Proyek Kabupaten Kulon Progo dengan potensi investasi Pelabuhan
Perikanan Tanjung Adikarta, Pasir Besi, Kawasan Industri, dan Bandara
Internasional. Dengan Pameran Investasi diharapkan akan meningkatkan citra
Kabupaten Kulon Progo sebagai daerah tujuan investasi yang kondusif dan
berdaya saing. Koordinasi perencanaan dan pengembangan penanaman modal
regional untuk tahun 2013 dilaksanakan di Lampung, konsolidasi nasional yang
difasilitasi BKPM pusat dengan bahasan konsolidasi dan sinkronisasi program
khususnya implementasi aplikasi Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan
Investasi Secara Elektronoik (SPIPISE), dimana sejak Agustus 2013 Kabupaten
Kulon Progo telah mendapat hak akses dari BKPM Pusat.
Program peningkatan iklim investasi dan realisasi investasi dilaksanakan melalui
kegiatan penyusunan data dan sistem informasi penanaman modal dengan
pengumpulan dan pengolahan data potensi sumber daya daerah, sarana
prasarana, infrastruktur serta menginventarisasi lahan untuk investasi, sehingga
tersusun menjadi sebuah informasi peluang investasi yang feasible dan marketable
mengenai potensi dan peluang investasi di Kulon Progo, berupa penyediaan materi
promosi berupa leaflet sejumlah 3.000 lembar dan buku potensi investasi sejumlah
600 buku. Dalam upaya meningkatkan iklim investasi juga dilakukan dukungan
kebijakan Penyederhanaan sistem dan prosedur perizinan penanaman modal.
Program peningkatan potensi, sumberdaya sarana dan prasarana investasi
direalisasikan dengan kegiatan sosialiasi kepada masyarakat mengenai program
kebijakan pemerintah daerah terkait dengan rencana pembangunan bidang
penanaman modal serta menginventarisasi sarana dan prasarana investasi dan
pemanfaatan lahan untuk investasi, meliputi 4 kecamatan dengan peserta 200
orang. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi perkembangan kemajuan investasi
yang terakit dengan penyediaan sarana prasarana investasi. Program peningkatan
II - 108
pelayanan dan fasilitasi investasi direalisasikan melalui penyelenggaraan fasilitasi
investasi dan promosi potensi investasi dilaksanakan koordinasi antara pemerintah
daerah dengan dunia usaha sehingga berdampak pada peningkatan investasi
daerah.
Program peningkatan pelayanan perizinan penanaman modal dengan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (PTSP) dilakukan dari tahap sosialisasi kebijakan pelayanan
perizinan, dalam upaya pelayanan perizinan bidang usaha pada tiap sektor
dilakukan koordinasi lintas SKPD pembina, sedangkan proses administrasi
pelayanan perizinan dilakukan dengan menggunakan SIM Perizinan. Program
intensifikasi penangan pengaduan masyarakat dilakukan dalam upaya kontrol
masyarakat terhadap kualitas pelayanan pemerintah daerah taupun upaya
advokasi terhadap Standart Pelayan Publik dan Standart Operasional Prosedur
pelayanan perizinan.
Realisasi Investasi khusus industri formal (yang memiliki ijin usaha); Realisasi
PMA/PMDN fasilitas pada tahun 2013sebesar Rp. 144.815.699.984,-(?)meningkat
menjadiRp. 363.137.965.049,-pada tahun 2013 atau naik150,76 %.Sedangkan
realisasi PMDN non fasilitas pada tahun 2012 Rp.286.901.083.679,-meningkat
menjadi Rp. 620,225,210,200,- pada tahun 2013, atau naik116,18%.
Tabel 2.87. Realisasi PMA/PMDN (yang memiliki izin usaha)
Kabupaten Kulon Progo Tahun 2011-2013
No Perusahaan Realisasi 2011
(Rp)
Realisasi 2012
(Rp)
Realisasi 2013
(Rp)
1. PMA
a. PT. Sung Chang Indonesia
21.136.400.000,- 20.919.400.000,- 20,919,400,000
b. PT. JMI 83.145.750.000,- 103.145.750.000,- 193,145,750,000
c. PT. Epotech Indonesia 13,696,000,000
Jumlah 104.282.150.000,- 124.065.150.000,- 227,761,150,000
2. PMDN (Fasilitas)
a. PT. Pagilaran 5.825.000.000,- 5.825.000.000,- 5,825,000,000
b. PT. Kurnia Bumi Pertiwi 6.200.000.000,- 6.200.000.000,- 7,200,000,000
c. PT. Aneka Sinendo 7.563.850.570,- 8.725.549.984,- 9,725,549,984
d. CV. KHS 77,933,258,715
e. PT. Lestari Pelita Graha 11,794,916,485
f. PT. Putra Patria Adikarsa
15,398,089,865
g. PT. OSCO 7,500,000,000
Jumlah 19.588.850.570,- 19.588.850.570,- 135,376,815,049
3. PMDN (Izin Usaha Non Fasilitas)
213.084.501.104,- 286.901.033.679,- 620,225,210,200
Total Investasi 336.955.501.674,- 430.555.033.249,- 983,363,175,249
Sumber data: Badan Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu Kab. Kulon Progo, 2013
II - 109
Peningkatan investasi sebesar Rp. 94.761.231.989,-, belum mencapai target
RPJMD sebesar Rp.114.207.000.000,- atau tercapai 82,97%.
Selanjutnya secara rinci keseluruhan nilai investasi di Kabupaten Kulon Progo
berdasarkan sektoral tahun 2013 sebesar Rp. 3.236.109.204.810,-sebagaimana tabel
berikut:
Tabel 2.88. Nilai Investasi per Sektor / Sub Sektor Kabupaten Kulon ProgoTahun 2013
No Sektor Investasi(Rp.)
2012
Investasi(Rp.)
2013 PRIMER
1 Tanaman Pangan dan Perkebunan 605.827.026.658 609,742,962,603
2 Peternakan 695.776.136.378 1,695,296,401,878
3 Kehutanan 4.217.896.723 6,094,244,296
4 Perikanan 446.603.422.553 602,077,048,853
5 Pertambangan 134.842.275.131 323,717,477,829
SEKUNDER
6 Industri Makanan 35.968.649.861 104,104,383,645
7 Industri Tekstil 1.065.205.810 1,527,828,348
8 Industri Barang dari Kulit & Alas Kaki 2.398.000.000 7,193,820,000
9 Industri Kayu 2.035.388.058 4,023,495,976
10 Industri Kertas dan Percetakan 1.165.365.171 1,553,286,141
11 Industri Kimia dan Farmasi 15.375.787.282 48,839,440,282
12 Industri Karet dan Plastik
13 Industri Mineral dan Non Logam 46.372.745.031 49,240,745,031
14 Industri Logam, Mesin dan Elektronik 2.959.830.917 94,617,938,632
15 Industri Instrumen Kedokteran, Presisi &
Optik & Jam 171.648.309
171,648,309
16 Industri Kendaraan Bermotor & Alat
Transportasi Lainnya
17 Industri Lainnya 42.633.934.000 87,737,661,258
TERSIER
18 Listrik, Gas dan Air 37.279.754.884 71,248,623,831
19 Konstruksi 157.036.720.149 203,433,198,581
20 Perdagangan & Reparasi 338.128.994.450 531,659,034,294
21 Hotel dan Restoran 5.828.512.450 47,160,364,450
22 Transportasi, Gudang & Komunikasi 33.235.498.763 49,933,495,472
23 Perumahan, Kawasan Industri dan
Perkantoran 26.300.355.046
27,025,355,046
24 Jasa Lainnya 600.886.057.186 1,199,166,465,804
Jumlah 3.236.109.204.810 5,765,629,920,559
Sumber data: Badan Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu Kab. Kulon Progo, 2013
II - 110
1.1.4.11. Energi Sumber Daya Mineral
Pembangunan pada sektor energi sumber daya mineral (ESDM)
diimplementasikan melalui program pengembangan pengelolaan usaha
pertambangan yang bertumpu pada prinsip konservasi, program pembinaan dan
pengembangan bidang ketenagalistrikan, program pengembangan bidang
pertambangan dan energi serta air tanah, program diversifikasi, intensifikasi, dan
konservasi energi, program pengawasan dan penertiban kegiatan rakyat yang
berpotensi merusak lingkungan. Hasil pembangunan melalui ketiga program
tersebut telah memberikan hasil yang cukup signifikan terhadap kinerja dan
berkontribusi terhadap Pendapatan Daerah dan PDRB Kabupaten Kulon Progo.
Beberapa hasil yang telah dicapai antara lain :
a) Terlaksananya pelayanan perijinan Bidang Pertambangan dengan hasil
sebagaimana tertuang pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.89. Jenis Pelayanan Perijinan Pertambangan
Tahun Anggaran 2013
No. Jenis Pelayanan Perijinan Jumlah
1. Penerbitan IUP Eksplorasi Mineral Logam 0 buah
2. Penerbitan IUP Operasi Produksi Mineral Logam 0 buah
3. Penerbitan IUP Operasi Produksi Batuan (Rekomtek) 5 buah
4. Penerbitan IUP Pengolahan – Pemurnian (Rekomtek) 3 buah
5. Penerbitan dan Perpanjangan IUP OP Batuan Perorangan/Kelompok
(Rekomtek)
43 buah
Jumlah 51 buah
Sumber : Dinas Perindag ESDM Kabupaten Kulon Progo, 2013
b) Kontribusi pelayanan perijinan terhadap Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP)
dan Pendapatan/Pajak Daerah, seperti tertuang dalam tabel berikut ini :
Tabel 2.90.
Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan Pendapatan/ Pajak Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun Anggaran 2013
No. Jenis Pendapatan Ke Kas Negara Ke Kas Daerah
1. Iuran Tetap Rp. 33.487.920,-+ Rp.21.432.269,- +
US $ 11.952 US$ 7.649,-
2. Pajak Mineral Bukan Logam dan Bantuan
- Rp.376.589.500,-
Jumlah Rp. 33.487.920 + Rp.346.929.269 +
US$ 11.952,- US$ 7.649,-
Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan & Aset Kab. Kulon Progo 2013
II - 111
1.2. Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD sampai Tahun 2013 dan
Realisasi RPJMD