bab ii diare

26
I. KONSEP PENYAKIT 1. DEFINISI PENYAKIT Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya ( >3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir (Suraatmaja, 2007). Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebih yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair (Suriadi, Rita Yuliani, 2001 : 83). Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa diare adalah defekasi yang abnormal dengan konsistensi feces encer dan cair dan biasanya pada bayi lebih dari 4 kali sedangkan anak lebih dari 3 kali sehari dan dapat disertai lendir dan darah atau lendir saja. 2. MANIFESTASI KLINIK Menurut Mansjoer,Ariif, dkk. 2009 : mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja makin lama berubah kehijauan karena tercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet. Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare. 1

Upload: silvester-leo

Post on 15-Apr-2016

2 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

LAPORAN PENDAHULUAN

TRANSCRIPT

Page 1: Bab II Diare

I. KONSEP PENYAKIT

1. DEFINISI PENYAKIT

Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi

defekasi lebih dari biasanya ( >3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja

(menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir (Suraatmaja, 2007).

Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebih yang terjadi karena

frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau

cair (Suriadi, Rita Yuliani, 2001 : 83).

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa diare adalah defekasi

yang abnormal dengan konsistensi feces encer dan cair dan biasanya pada bayi

lebih dari 4 kali sedangkan anak lebih dari 3 kali sehari dan dapat disertai lendir

dan darah atau lendir saja.

2. MANIFESTASI KLINIK

Menurut Mansjoer,Ariif, dkk. 2009 : mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu

tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tak ada, kemudian timbul

diare. Tinja cair mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja makin

lama berubah kehijauan karena tercampur dengan empedu. Anus dan daerah

sekitarnya timbul lecet. Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare.

3. ETIOLOGI DAN FAKTOR PREDIPOSISI

Penyebab diare menurut (Suriadi dan Rita Yulianti Skp, 2001: 85) dapat dibagi

dalam beberpa factor:

a. Faktor Infeksi

1) Bakteri

2) Virus(enteovirus, polimyelitis, virus echo coxsackie, Adeno virus, rota

virus, astrovirus, dll)

3) Jamur, (canida albicous)

4) Parasit (ascaris, trichuris, oxyuris, strongxloides)

5) Protozoa(entamoeba histolytica, giardia lamblia, trichomonas homunis)

b. Bukan faktor infeksi

1) Alergi makanan(susu, protein)

2) Gangguan metabolik

1

Page 2: Bab II Diare

3) Iritasi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan.

4) Penyakit usus, colitis okeratif, enterocolitis

5) Emosional atau stress.

6) Obstruksi

Penyakit infeksi, otitis media, infeksi saluran nafas atas, saluran kemih

Faktor Predisposisi yang menyebabkan diare seperti faktor lingkungan, faktor

perilaku masyarakat, rendahnya pengetahuan masyarakat tentang diare serta

malnutrisi. Contoh dari faktor lingkungan berupa sanitasi yang buruk serta sarana

air bersih yang kurang. Faktor perilaku masyarakat seperti tidak mencuci tangan

sesudah buang air besar serta tidak membuang tinja dengan benar. Tidak memberi

ASI secara penuh 4-6 bulan pertama kehidupan pada bayi mempunyai resiko untuk

menderita diare lebih besar, ini akibat kurangnya pengetahuan masyarakat

khususnya ibu tentang diare (Adisasmito, 2007).

Diare merupakan penyebab utama dari malnutrisi. Setiap episode diare dapat

menyebabkan kehilangan berat badan (Tanchoco,2006). Semakin buruk keadaan

gizi anak, semakin sering dan semakin berat diare yang dideritanya (Suharyono,

2007). Ada 2 masalah yang berbahaya dari diare, yaitu kematian dan malnutrisi.

Diare dapat menyebabkan malnutrisi dan membuat lebih buruk lagi karena pada

diare tubuh akan kehilangan nutrien, anak-anak dengan diare mungkin merasa tidak

lapar serta ibu tidak memberi makan pada anak ketika mengalami diare (WHO,

2005).

4. PATOFISIOLOGI

Menurut Rita Yuliani dan Suriadi (2001: 83):

a) Meningkatnya mobilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal, merupakan

akibat dari gangguan absorbsi dan ekresi cairan dan elektrolit yang berlebihan.

b) Cairan, sodium, potasium dan bikarbonat berpindah dari rongga ekstraseluler

ke dalam tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi kekurangan elektrolit dan

dapat terjadi asidosis metabolik.

Diare yang terjadi merupakan proses dari:

a. Transport aktif akibat rangsangan toksin bakteri terhadap elektrolit ke dalam

usus halus. Sel dalam mukosa intestinal mengalami iritasi dan meningkatnya

2

Page 3: Bab II Diare

sekresi cairan dan elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel

mukosa intestinal dan terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit.

b. Peradangan akan menurunkan kemampuan intestinal untuk mengabsorsi cairan

dan elektrolit dan bahan-bahan makanan. Ini terjadi pada sindrom malabsorbsi.

c. Meningkatnya motilitas intestinal dapat mengakibatkan gangguan absorbsi

intestinal.

Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:

1. Kehilangan air (dehidrasi)

Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan

(input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.

2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)

Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme

lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya

penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme

yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal

(terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan

ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.

3. Hipoglikemia

Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada

anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya

gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan

absorbsi glukosa.Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah

menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak.

4. Gangguan gizi

Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan

oleh:

a. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah

yang bertambah hebat.

b. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu

yang encer ini diberikan terlalu lama.

c. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan

baik karena adanya hiperperistaltik.

5. Gangguan sirkulasi

3

Page 4: Bab II Diare

Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya

perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat

mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera

diatasi klien akan meninggal.

4

Page 5: Bab II Diare

PATWAY

faktor infeksi F.malabsorbsi F makanan F. PsikologiKH,Lemak,Protein

Masuk dan ber meningk. Tek osmo toksin tak dapat cemaskembang dlm tik diserapusus

Hipersekresi air pergeseran air dan hiperperistaltikdan elektrolit elektrolit ke rongga( isi rongga usus) usus menurunya kesempatan usus

menyerap makanan

D I A R E

Frek. BAB meningkat distensi abdomen

Kehilangan cairan & elekt integritas kulitberlebihan perianal

gg. kes. cairan& elekt As. Metabl mual, muntah

Resiko hipovolemi syok sesak nafsu makan

Gang. Oksigensi BB menurun

Gangg. Tumbang

5

Page 6: Bab II Diare

5. KLASIFIKASI

Menurut Simadibrata (2006), diare dapat diklasifikasikan berdasarkan:

1) Lama waktu diare

a) Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari. Sedangkan

menurut World Gastroenterology Organization Global Guidelines (2005)

diare akut didefinisikan sebagai pasase tinja yang cair atau lembek dengan

jumlah lebih banyak dari normal, berlangsung kurang dari 14 hari. Diare

akut biasanya sembuh sendiri, lamanya sakit kurang dari 14 hari, dan

akanmereda tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi (Wong,

2009).

b) Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari.

2) Mekanisme patofisiologik

a) Osmolalitas intraluminal yang meninggi, disebut diare sekretorik.

b) Inflamasi dinding usus, disebut diare inflamatorik.

c) Infeksi dinding usus, disebut diare infeksi.

6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Anamnesis perlu ditanyakan mengenai riwayat pejalanan penyakit kepada

keluarga atau penderita, seperti lamanya sakit diare, frekuensinya, volumenya,

warnanya, berat badan sebelum lahir, ada atau tidaknya batuk, pilek dan demam

sebelum, selama atau sesudah diare (Suraatmaja, 2007).

Pada pemeriksaan fisik kelainan yang ditemukan sangat berguna dalam

menentukan beratnya diare. Status volume dinilai dengan memperhatikan

perubahan ortostatik pada tekanan darah dan nadi, temperatur tubuh dan tanda

toksisitas. Pada pemeriksaan abdomen adanya kualitas bunyi usus dan ada tidaknya

distensi abdomen dan nyeri tekan merupakan tanda bagi penentuan etiologi

(Simadibrata, 2006).

Pemeriksaan laboratorium yang perlu dikerjakan seperti:

1. Pemeriksaan tinja

a) Makroskopis dan mikroskopis

b) PH dan kadar gula dalam tinja

c) Bila perlu diadakan uji bakteri

6

Page 7: Bab II Diare

2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan

menentukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.

3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.

4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.

(Suraatmaja, 2007).

7. PENATALAKSANAAN MEDIK DAN IMPLIKASI KEPERAWATAN

1. Medis

Dasar pengobatan diare adalah:

a. Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah

pemberiannya.

1) Cairan per oral

Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan

peroral berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan

glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan

kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan

dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula

lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin

disebut formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung

NaCl dan sukrosa.

2) Cairan parentral

Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat,

dengan rincian sebagai berikut:

- Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg

1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus

set berukuran 1 ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus

1 ml=20 tetes).

7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt

(infusset berukuran 1 ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set

infus 1 ml=20 tetes).

7

Page 8: Bab II Diare

16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit

- Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg

1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15

tts atau 10 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).

- Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg

1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15

tts atau 7 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).

7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1

ml=15 tts atau 3 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).

16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.

- Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg

Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250

ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1

bagian NaHCO3 1½ %.

Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6

tts/kgBB/menit (1 ml = 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).

Untuk bayi berat badan lahir rendah

Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4

bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1½ %).

b. Pengobatan diet

Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan

berat badan kurang dari 7 kg, jenis makanan:

- Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan

lemak tak jenuh

- Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim)

- Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan

misalnya susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak

yang berantai sedang atau tak jenuh.

c. Obat-obatan

Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan

cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.

8

Page 9: Bab II Diare

2. Keperawatan

Masalah klien diare yang perlu diperhatikan ialah resiko terjadinya

gangguan sirkulasi darah, kebutuhan nutrisi, resiko komplikasi, gangguan

rasa aman dan nyaman, kurangnya pengetahuan orang tua mengenai

proses penyakit.

Mengingat diare sebagian besar menular, maka perlu dilakukan

penataan lingkungan sehingga tidak terjadi penularan pada klien lain.

a. Data fokus

1) Hidrasi

- Turgor kulit

- Membran mukosa

- Asupan dan haluaran

2) Abdomen

- Nyeri

- Kekauan

- Bising usus

- Muntah-jumlah, frekuensi dan karakteristik

- Feses-jumlah, frekuensi, dan karakteristik

- Kram

- Tenesmus

b. Diagnosa keperawatan

- Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan

ketidakseimbangan antara intake dan out put.

- Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kontaminasi usus

dengan mikroorganisme.

- Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi yang

disebabkan oleh peningkatan frekuensi BAB.

- Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua, tidak

mengenal lingkungan, prosedur yang dilaksanakan.

- Kecemasan keluarga berhubungan dengan krisis situasi atau

kurangnya pengetahuan.

9

Page 10: Bab II Diare

c. Intervensi

1) Tingkatkan dan pantau keseimbangan cairan dan elektrolit

- Pantau cairan IV

- Kaji asupan dan keluaran

- Kaji status hidrasi

- Pantau berat badan harian

- Pantau kemampuan anak untuk rehidrasi

- Melalui mulut

2) Cegah iritabilitas saluran gastro intestinal lebih lanjut

- Kaji kemampuan anak untuk mengkonsumsi melalui mulut

(misalnya: pertama diberi cairan rehidrasi oral, kemudian

meningkat ke makanan biasa yang mudah dicerna seperti:

pisang, nasi, roti atau asi.

- Hindari memberikan susu produk.

- Konsultasikan dengan ahli gizi tentang pemilihan makanan.

3) Cegah iritasi dan kerusakan kulit

- Ganti popok dengan sering, kaji kondisi kulit setiap saat.

- Basuh perineum dengan sabun ringan dan air dan paparkan

terhadap udara.

- Berikan salep pelumas pada rektum dan perineum (feses yang

bersifat asam akan mengiritasi kulit).

4) Ikuti tindakan pencegahan umum atau enterik untuk mencegah

penularan infeksi (merujuk pada kebijakan dan prosedur institusi).

5) Penuhi kebutuhan perkembangan anak selama hospitalisasi.

- Sediakan mainan sesuai usia.

- Masukan rutinitas di rumah selama hospitalisasi.

- Dorong pengungkapan perasaan dengan cara-cara yang sesuai

usia.

6) Berikan dukungan emosional keluarga.

- Dorong untuk mengekspresikan kekhawatirannya.

- Rujuk layanan sosial bila perlu.

10

Page 11: Bab II Diare

- Beri kenyamanan fisik dan psikologis.

7) Rencana pemulangan.

- Ajarkan orang tua dan anak tentang higiene personal dan

lingkungan.

- Kuatkan informasi tentang diet.

- Beri informasi tentang tanda-tanda dehidrasi pada orang tua.

- Ajarkan orang tua tentang perjanjian pemeriksaan ulang.

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan.

Pengkajian merupakan tahap yang paling menentukan untuk tahap

berikutnya. Oleh karena itu, pengkajian harus dilakukan secara teliti dan

cermat, sehingga kebutuhan perawatan pada klien dapat diidentifikasi.

Kegiatan dalam pengkajian adalah pengumpulan data. (Rohmah Nikmatur,

2009). Pokok utama pengkajian meliputi :

a. Identitas

biografi pasien meliputi nama, usia, alamat. BB, Tgl, Agama, N0 Rekam

Medis, diagnose sementara, Tgl/jam masuk, Tgl/jam pengkajian, Tgl/jam

keluar RS, Ruangan, Identitas penanggung jawab, hubungan, Alamat,

umur

b. Keluhan Utama

Menurut Robert priharjo (1996 ; 9), untuk mengutamakan masalah atau

keluhan secara lengkap/ keluhan yang mendasari klien dating ke rumah

sakit. Bisa karena demam tinggi ataupun BAB lebih dari 3 kali

c. Riwayat Kesehatan Sekarang

Merupakan pengembangan dari keluhan utama yang dikembangkan secara

PQRST yaitu :

Merupakan penjelasan dari permulaan klien merasakan keluhan sampai

dengan dibawah ke rumah sakit.penjelasan meliputi PQRST yaitu :

11

Page 12: Bab II Diare

P : provakatus-paliatif. Apa yang menyebabkan gejala? Apa yang bisa

memperberat? Apa yang bisa mengurangi?

Q : quality-quantity.bagaimana gejala dirasakan? Sejauh mana gejala

dirasakan?

R : region-radian. Dimana gejala dirasakan? Apakah menyebar?

S :Scale-severity. Seberapakah tingkat keparahan dirasakan? Pada skala

berapa?

T : time. Kapan gejala mulai timbul? Seberapa sering gejala dirasakan?

Tiba-tiba atau bertahap? Seberapa lama gejala dirasakan?

d. Riwayat Kesehatan dahulu

Seperti pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau

kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit

menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.

e. Riwayat Kesehatan keluarga

Keadaan kesehatan keluarga yang berhubungan dengan kesehatan

klien/yang dapat mempengaruhi keadaan masalah klien.

f. Riwayat Kehamilam dan Kelahiran

(1) Riwayat Parental

Keadaan ibu selama hamil, keluhan pada saat hamil, apakah ibu

menbapatkan imunisasi TT, nutrisi ibu selama hamil apakah ada

makanan pantangan selama hamil, apakah ada riwayat penyakit yang

berhubungan dengan kehamilan pola. Kebiasaan ibu yang

mempengaruhi terhadap kehamilan.

(2) Riwayat natal

Petugas yang menolong jenis persalinan, kesehatan ibu selama

melahirkan posisi janin sewaktu melahirkan, apakah bayi langsung

menangis.

(3) Riwayat postnatal

Kesehatan ibu dan bayi setelah melahirkan, berat badan dan

tinggi badan saat dilahirkan, adanya riwayat BBLR yang kurang dari

2500 gram, apakah colostrum keluar segera, apakah bayi sudah

mendapatkan imunisasi.

12

Page 13: Bab II Diare

g. Aktifitas Sehari-hari

a) Pola makan dan minum, jumlah asupan makanan perhari, penurunan

berat badan dan kesulitan menelan. Kebutuhan cairan untuk bayi

berumur 2 bulan 24 hari adalah 100 cc / kg BB.

b) Pola eliminasi, kaji tentang warna urine, frekuensi, defekasi meliputi

frekuensi warna dan konsistensi.

c) Pola bermain dan aktivitas, kaji tentang adanya kelemahan, menangis

lemah dan pergerakan.

d) Pola istirahat dan tidur, kaji jumlah tidur perhari dan gangguan

selama tidur.

e) Personal hygiene, kaji tentang kebiasaan melakukan personal

hygiene

h. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan

Perlu dikaji tentang pertumbuhan dan perkembangan sesuai usianya

sebelum sakit atau dirawat.

a) Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah peningkatan dalam berat badan atau ukuran

dari seluruh atau sebagian organ (Rossa, 1994 : 3)

Karakteristik pertumbuhan fisik bayi / infant (1 – 3 bulan)

(1) Fontanel posterior menutup

(2) Mengangkat kepala

(3) Memasukan tangan ke mulut

(4) Meraih benda-benda yang menarik

(5) Mengikuti sinar

b) Perkembangan

Perkembangan adalah bertambah kemampuan (skill) dalam struktur

dan fungsi tubuh yang kompleks dalam pola yang teratur dan dapat

diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan

(dr. Soetjiningsih, 1995)

Perkembangan pada usia1 –3 bulan

13

Page 14: Bab II Diare

(1) 2 bulan

(a) Bila ditopang dalam posisi duduk, kepala ditahan tetapi tiba-

tiba jatuh ke kepan.

(b) Mengikuti objek dan suara secara visual

(c) Tangan lebih terbuka

(d) Reflek menggenggam hilang

(2) 3 bulan

(a) Meletakkan tangan di depan dan memandangnya

(b) Memegang giring-giring tetapi tidak membawanya

(c) Mengangkat dada, ditopang dengan tangan

(d) Mengikuti bunyi suara visual dengan memalingkan kepala

(e) Mampu menahan berat sebagian badan pada kedua tungkai

bila dipegang dalam posisi berdiri

i. Riwayat Imunisasi

Mengindentifikasi riwayat imunisasi, kelengkapan imunisasi sesuai

dengan umur anak, alasan tidak dilakukannya imunisasi.

j. Pemeriksaan Fisik Head To Toe

a) Kesadara

Kesadaran biasanya compos mentis dan penampilan tampak lemah.

b) Pemeriksaan antropometri

Pada klien dengan diare biasanya terjadi penurunan berat

badan,ukuran panjang badan, lingkar lengan mengecil, lingkar kepala,

lingkar abdomen membesar,.

c) Tanda-tanda vital

Pada klien dengan diare biasanya terdapat peningkatan suhu tubuh dan

peningkatan denyut nadi serta peningkatan respirasi.

d) Dengan kepala dan leher

(1) Kepala, rambut dan kulit kepala biasanya tidak terdapat kelainan,

ubun-ubun biasanya tampak cekung.

(2) Mata, biasanya pada kelopak mata cekung.

(3) Mulut dan kulit bibir tampak kering

e) Daerah dada dan abdomen (Insfeksi,palpasi,perkusi,auskultasi)

(1) Dada : bunyi paru dan pergerakan dada tidak ada kelainan, tidak

ditemukan adanya tanda-tanda kelainan jantung.

14

Page 15: Bab II Diare

(2) Perut : perut datar lembut, ditemukan adanya peningkatan

peristaltik usus, tidak ditemukan adanya luka iritasi.

f) Genetalia dan anus (insfeksi, Palpasi)

Bentuk genetalia tidak ditemukan adanya kelainan atau lesi, hanya

pada daerah anus tampak ada luka iritasi

g) Ekstremitas atas dan bawah (insfeksi, pekusi)

Biasanya tidak ada kelainan bentuk pada ekstremitas atas dan bawah

h) Refleks

Bisep, trisep, patella, babinsky.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon

manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok

dimana perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan

intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan, menurunkan, membatasi,

mencegah dan merubah (Carpenito 200)

Tujuan diagnosa keperawatan untuk mengidentifikasi masalah dimana adanya

respon klien terhadap status kesehatan atau penyakit, faktor-faktor yang menunjang

atau menyebabkan suatu masalah, kemampuan klien untuk mencegah dan

menyelesaikan masalah.

Menurut Suriadi dan Rita Yulianti (2001 : 87) diagnosa keperawatan yang

mungkin timbul adalah :

1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan

kehilangan cairan skunder terhadap diare.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

diare atau output berlebihan dan intake yang kurang

15

Page 16: Bab II Diare

3. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi

skunder terhadap diare

4. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan

frekwensi diare.

5. Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive

3. INTERVENSI KEPERAWATAN DAN RASIONAL

Pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi,

mengatasi masalah-masalah yang telah diidentifikasi dalam diagnosis

keperawatan, desain perencanaan menggambarkan sejauh mana perawat

mampu menetapkan cara menyelesaikan masalah secara efektif dan

efesien.(Rohmah Nikmatur, 2009)

Intervensi dan rasional yang dilakukan untuk memperbaiki status

kesehatan klien

No Diagnosa

Keperawatan

Intervensi

Tujuan Tindakan Rasional

1. Gangguan

keseimbangan

cairan dan

elektrolit

berhubungan

dengan

kehilangan cairan

skunder terhadap

diare.

Setelah diberikan

asuhan

keperawatan 1x24

jam, diharapkan

volume cairan

pasien dapat

kembali normal

dengan kriteria

hasil ;

- Turgor

kulit elastis

(baik)

- Mukusa

bibir

a. Kaji TTV

b. Catat perubahan

mental, turgor kulit,

hidrasi, membrane

mukusa dan

karakter sputum

a. Kekurangan atau

perpindahan

cairan

meningkatkan

frekuensi jantung ,

menurunkan

tekanan darah dan

mengurangi

volume nadi

b. Penurunan curah

jantung

mempengaruhi

perfusi / fungsi

serebral.

16

Page 17: Bab II Diare

lembab

- Tidak

terjadi

dehidrasi

- Ttv dalam

batas

normal

c. Berikan cairan iv

dalam observasi

ketat

Kekurangan

cairan juga dapat

iidentifikasi

dengan penurunan

turgor kulit,

membran mukosa

kering dan sekret

kental.

c. Memperbaiki atau

mempertahankan

volume sirkulasi

dan tekanan

osmotik

17

Page 18: Bab II Diare

18