bab ii diare
DESCRIPTION
LAPORAN PENDAHULUANTRANSCRIPT
I. KONSEP PENYAKIT
1. DEFINISI PENYAKIT
Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi
defekasi lebih dari biasanya ( >3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja
(menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir (Suraatmaja, 2007).
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebih yang terjadi karena
frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau
cair (Suriadi, Rita Yuliani, 2001 : 83).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa diare adalah defekasi
yang abnormal dengan konsistensi feces encer dan cair dan biasanya pada bayi
lebih dari 4 kali sedangkan anak lebih dari 3 kali sehari dan dapat disertai lendir
dan darah atau lendir saja.
2. MANIFESTASI KLINIK
Menurut Mansjoer,Ariif, dkk. 2009 : mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu
tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tak ada, kemudian timbul
diare. Tinja cair mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja makin
lama berubah kehijauan karena tercampur dengan empedu. Anus dan daerah
sekitarnya timbul lecet. Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare.
3. ETIOLOGI DAN FAKTOR PREDIPOSISI
Penyebab diare menurut (Suriadi dan Rita Yulianti Skp, 2001: 85) dapat dibagi
dalam beberpa factor:
a. Faktor Infeksi
1) Bakteri
2) Virus(enteovirus, polimyelitis, virus echo coxsackie, Adeno virus, rota
virus, astrovirus, dll)
3) Jamur, (canida albicous)
4) Parasit (ascaris, trichuris, oxyuris, strongxloides)
5) Protozoa(entamoeba histolytica, giardia lamblia, trichomonas homunis)
b. Bukan faktor infeksi
1) Alergi makanan(susu, protein)
2) Gangguan metabolik
1
3) Iritasi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan.
4) Penyakit usus, colitis okeratif, enterocolitis
5) Emosional atau stress.
6) Obstruksi
Penyakit infeksi, otitis media, infeksi saluran nafas atas, saluran kemih
Faktor Predisposisi yang menyebabkan diare seperti faktor lingkungan, faktor
perilaku masyarakat, rendahnya pengetahuan masyarakat tentang diare serta
malnutrisi. Contoh dari faktor lingkungan berupa sanitasi yang buruk serta sarana
air bersih yang kurang. Faktor perilaku masyarakat seperti tidak mencuci tangan
sesudah buang air besar serta tidak membuang tinja dengan benar. Tidak memberi
ASI secara penuh 4-6 bulan pertama kehidupan pada bayi mempunyai resiko untuk
menderita diare lebih besar, ini akibat kurangnya pengetahuan masyarakat
khususnya ibu tentang diare (Adisasmito, 2007).
Diare merupakan penyebab utama dari malnutrisi. Setiap episode diare dapat
menyebabkan kehilangan berat badan (Tanchoco,2006). Semakin buruk keadaan
gizi anak, semakin sering dan semakin berat diare yang dideritanya (Suharyono,
2007). Ada 2 masalah yang berbahaya dari diare, yaitu kematian dan malnutrisi.
Diare dapat menyebabkan malnutrisi dan membuat lebih buruk lagi karena pada
diare tubuh akan kehilangan nutrien, anak-anak dengan diare mungkin merasa tidak
lapar serta ibu tidak memberi makan pada anak ketika mengalami diare (WHO,
2005).
4. PATOFISIOLOGI
Menurut Rita Yuliani dan Suriadi (2001: 83):
a) Meningkatnya mobilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal, merupakan
akibat dari gangguan absorbsi dan ekresi cairan dan elektrolit yang berlebihan.
b) Cairan, sodium, potasium dan bikarbonat berpindah dari rongga ekstraseluler
ke dalam tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi kekurangan elektrolit dan
dapat terjadi asidosis metabolik.
Diare yang terjadi merupakan proses dari:
a. Transport aktif akibat rangsangan toksin bakteri terhadap elektrolit ke dalam
usus halus. Sel dalam mukosa intestinal mengalami iritasi dan meningkatnya
2
sekresi cairan dan elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel
mukosa intestinal dan terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit.
b. Peradangan akan menurunkan kemampuan intestinal untuk mengabsorsi cairan
dan elektrolit dan bahan-bahan makanan. Ini terjadi pada sindrom malabsorbsi.
c. Meningkatnya motilitas intestinal dapat mengakibatkan gangguan absorbsi
intestinal.
Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:
1. Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan
(input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme
lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya
penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme
yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal
(terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan
ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.
3. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada
anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya
gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan
absorbsi glukosa.Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah
menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak.
4. Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan
oleh:
a. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah
yang bertambah hebat.
b. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu
yang encer ini diberikan terlalu lama.
c. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan
baik karena adanya hiperperistaltik.
5. Gangguan sirkulasi
3
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya
perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat
mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera
diatasi klien akan meninggal.
4
PATWAY
faktor infeksi F.malabsorbsi F makanan F. PsikologiKH,Lemak,Protein
Masuk dan ber meningk. Tek osmo toksin tak dapat cemaskembang dlm tik diserapusus
Hipersekresi air pergeseran air dan hiperperistaltikdan elektrolit elektrolit ke rongga( isi rongga usus) usus menurunya kesempatan usus
menyerap makanan
D I A R E
Frek. BAB meningkat distensi abdomen
Kehilangan cairan & elekt integritas kulitberlebihan perianal
gg. kes. cairan& elekt As. Metabl mual, muntah
Resiko hipovolemi syok sesak nafsu makan
Gang. Oksigensi BB menurun
Gangg. Tumbang
5
5. KLASIFIKASI
Menurut Simadibrata (2006), diare dapat diklasifikasikan berdasarkan:
1) Lama waktu diare
a) Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari. Sedangkan
menurut World Gastroenterology Organization Global Guidelines (2005)
diare akut didefinisikan sebagai pasase tinja yang cair atau lembek dengan
jumlah lebih banyak dari normal, berlangsung kurang dari 14 hari. Diare
akut biasanya sembuh sendiri, lamanya sakit kurang dari 14 hari, dan
akanmereda tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi (Wong,
2009).
b) Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari.
2) Mekanisme patofisiologik
a) Osmolalitas intraluminal yang meninggi, disebut diare sekretorik.
b) Inflamasi dinding usus, disebut diare inflamatorik.
c) Infeksi dinding usus, disebut diare infeksi.
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Anamnesis perlu ditanyakan mengenai riwayat pejalanan penyakit kepada
keluarga atau penderita, seperti lamanya sakit diare, frekuensinya, volumenya,
warnanya, berat badan sebelum lahir, ada atau tidaknya batuk, pilek dan demam
sebelum, selama atau sesudah diare (Suraatmaja, 2007).
Pada pemeriksaan fisik kelainan yang ditemukan sangat berguna dalam
menentukan beratnya diare. Status volume dinilai dengan memperhatikan
perubahan ortostatik pada tekanan darah dan nadi, temperatur tubuh dan tanda
toksisitas. Pada pemeriksaan abdomen adanya kualitas bunyi usus dan ada tidaknya
distensi abdomen dan nyeri tekan merupakan tanda bagi penentuan etiologi
(Simadibrata, 2006).
Pemeriksaan laboratorium yang perlu dikerjakan seperti:
1. Pemeriksaan tinja
a) Makroskopis dan mikroskopis
b) PH dan kadar gula dalam tinja
c) Bila perlu diadakan uji bakteri
6
2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan
menentukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.
(Suraatmaja, 2007).
7. PENATALAKSANAAN MEDIK DAN IMPLIKASI KEPERAWATAN
1. Medis
Dasar pengobatan diare adalah:
a. Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah
pemberiannya.
1) Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan
peroral berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan
glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan
kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan
dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula
lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin
disebut formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung
NaCl dan sukrosa.
2) Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat,
dengan rincian sebagai berikut:
- Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg
1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus
set berukuran 1 ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus
1 ml=20 tetes).
7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt
(infusset berukuran 1 ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set
infus 1 ml=20 tetes).
7
16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit
- Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15
tts atau 10 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
- Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg
1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15
tts atau 7 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1
ml=15 tts atau 3 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.
- Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg
Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250
ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1
bagian NaHCO3 1½ %.
Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6
tts/kgBB/menit (1 ml = 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).
Untuk bayi berat badan lahir rendah
Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4
bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1½ %).
b. Pengobatan diet
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan
berat badan kurang dari 7 kg, jenis makanan:
- Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan
lemak tak jenuh
- Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim)
- Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan
misalnya susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak
yang berantai sedang atau tak jenuh.
c. Obat-obatan
Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan
cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.
8
2. Keperawatan
Masalah klien diare yang perlu diperhatikan ialah resiko terjadinya
gangguan sirkulasi darah, kebutuhan nutrisi, resiko komplikasi, gangguan
rasa aman dan nyaman, kurangnya pengetahuan orang tua mengenai
proses penyakit.
Mengingat diare sebagian besar menular, maka perlu dilakukan
penataan lingkungan sehingga tidak terjadi penularan pada klien lain.
a. Data fokus
1) Hidrasi
- Turgor kulit
- Membran mukosa
- Asupan dan haluaran
2) Abdomen
- Nyeri
- Kekauan
- Bising usus
- Muntah-jumlah, frekuensi dan karakteristik
- Feses-jumlah, frekuensi, dan karakteristik
- Kram
- Tenesmus
b. Diagnosa keperawatan
- Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara intake dan out put.
- Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kontaminasi usus
dengan mikroorganisme.
- Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi yang
disebabkan oleh peningkatan frekuensi BAB.
- Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua, tidak
mengenal lingkungan, prosedur yang dilaksanakan.
- Kecemasan keluarga berhubungan dengan krisis situasi atau
kurangnya pengetahuan.
9
c. Intervensi
1) Tingkatkan dan pantau keseimbangan cairan dan elektrolit
- Pantau cairan IV
- Kaji asupan dan keluaran
- Kaji status hidrasi
- Pantau berat badan harian
- Pantau kemampuan anak untuk rehidrasi
- Melalui mulut
2) Cegah iritabilitas saluran gastro intestinal lebih lanjut
- Kaji kemampuan anak untuk mengkonsumsi melalui mulut
(misalnya: pertama diberi cairan rehidrasi oral, kemudian
meningkat ke makanan biasa yang mudah dicerna seperti:
pisang, nasi, roti atau asi.
- Hindari memberikan susu produk.
- Konsultasikan dengan ahli gizi tentang pemilihan makanan.
3) Cegah iritasi dan kerusakan kulit
- Ganti popok dengan sering, kaji kondisi kulit setiap saat.
- Basuh perineum dengan sabun ringan dan air dan paparkan
terhadap udara.
- Berikan salep pelumas pada rektum dan perineum (feses yang
bersifat asam akan mengiritasi kulit).
4) Ikuti tindakan pencegahan umum atau enterik untuk mencegah
penularan infeksi (merujuk pada kebijakan dan prosedur institusi).
5) Penuhi kebutuhan perkembangan anak selama hospitalisasi.
- Sediakan mainan sesuai usia.
- Masukan rutinitas di rumah selama hospitalisasi.
- Dorong pengungkapan perasaan dengan cara-cara yang sesuai
usia.
6) Berikan dukungan emosional keluarga.
- Dorong untuk mengekspresikan kekhawatirannya.
- Rujuk layanan sosial bila perlu.
10
- Beri kenyamanan fisik dan psikologis.
7) Rencana pemulangan.
- Ajarkan orang tua dan anak tentang higiene personal dan
lingkungan.
- Kuatkan informasi tentang diet.
- Beri informasi tentang tanda-tanda dehidrasi pada orang tua.
- Ajarkan orang tua tentang perjanjian pemeriksaan ulang.
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan.
Pengkajian merupakan tahap yang paling menentukan untuk tahap
berikutnya. Oleh karena itu, pengkajian harus dilakukan secara teliti dan
cermat, sehingga kebutuhan perawatan pada klien dapat diidentifikasi.
Kegiatan dalam pengkajian adalah pengumpulan data. (Rohmah Nikmatur,
2009). Pokok utama pengkajian meliputi :
a. Identitas
biografi pasien meliputi nama, usia, alamat. BB, Tgl, Agama, N0 Rekam
Medis, diagnose sementara, Tgl/jam masuk, Tgl/jam pengkajian, Tgl/jam
keluar RS, Ruangan, Identitas penanggung jawab, hubungan, Alamat,
umur
b. Keluhan Utama
Menurut Robert priharjo (1996 ; 9), untuk mengutamakan masalah atau
keluhan secara lengkap/ keluhan yang mendasari klien dating ke rumah
sakit. Bisa karena demam tinggi ataupun BAB lebih dari 3 kali
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Merupakan pengembangan dari keluhan utama yang dikembangkan secara
PQRST yaitu :
Merupakan penjelasan dari permulaan klien merasakan keluhan sampai
dengan dibawah ke rumah sakit.penjelasan meliputi PQRST yaitu :
11
P : provakatus-paliatif. Apa yang menyebabkan gejala? Apa yang bisa
memperberat? Apa yang bisa mengurangi?
Q : quality-quantity.bagaimana gejala dirasakan? Sejauh mana gejala
dirasakan?
R : region-radian. Dimana gejala dirasakan? Apakah menyebar?
S :Scale-severity. Seberapakah tingkat keparahan dirasakan? Pada skala
berapa?
T : time. Kapan gejala mulai timbul? Seberapa sering gejala dirasakan?
Tiba-tiba atau bertahap? Seberapa lama gejala dirasakan?
d. Riwayat Kesehatan dahulu
Seperti pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau
kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit
menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.
e. Riwayat Kesehatan keluarga
Keadaan kesehatan keluarga yang berhubungan dengan kesehatan
klien/yang dapat mempengaruhi keadaan masalah klien.
f. Riwayat Kehamilam dan Kelahiran
(1) Riwayat Parental
Keadaan ibu selama hamil, keluhan pada saat hamil, apakah ibu
menbapatkan imunisasi TT, nutrisi ibu selama hamil apakah ada
makanan pantangan selama hamil, apakah ada riwayat penyakit yang
berhubungan dengan kehamilan pola. Kebiasaan ibu yang
mempengaruhi terhadap kehamilan.
(2) Riwayat natal
Petugas yang menolong jenis persalinan, kesehatan ibu selama
melahirkan posisi janin sewaktu melahirkan, apakah bayi langsung
menangis.
(3) Riwayat postnatal
Kesehatan ibu dan bayi setelah melahirkan, berat badan dan
tinggi badan saat dilahirkan, adanya riwayat BBLR yang kurang dari
2500 gram, apakah colostrum keluar segera, apakah bayi sudah
mendapatkan imunisasi.
12
g. Aktifitas Sehari-hari
a) Pola makan dan minum, jumlah asupan makanan perhari, penurunan
berat badan dan kesulitan menelan. Kebutuhan cairan untuk bayi
berumur 2 bulan 24 hari adalah 100 cc / kg BB.
b) Pola eliminasi, kaji tentang warna urine, frekuensi, defekasi meliputi
frekuensi warna dan konsistensi.
c) Pola bermain dan aktivitas, kaji tentang adanya kelemahan, menangis
lemah dan pergerakan.
d) Pola istirahat dan tidur, kaji jumlah tidur perhari dan gangguan
selama tidur.
e) Personal hygiene, kaji tentang kebiasaan melakukan personal
hygiene
h. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Perlu dikaji tentang pertumbuhan dan perkembangan sesuai usianya
sebelum sakit atau dirawat.
a) Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah peningkatan dalam berat badan atau ukuran
dari seluruh atau sebagian organ (Rossa, 1994 : 3)
Karakteristik pertumbuhan fisik bayi / infant (1 – 3 bulan)
(1) Fontanel posterior menutup
(2) Mengangkat kepala
(3) Memasukan tangan ke mulut
(4) Meraih benda-benda yang menarik
(5) Mengikuti sinar
b) Perkembangan
Perkembangan adalah bertambah kemampuan (skill) dalam struktur
dan fungsi tubuh yang kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan
(dr. Soetjiningsih, 1995)
Perkembangan pada usia1 –3 bulan
13
(1) 2 bulan
(a) Bila ditopang dalam posisi duduk, kepala ditahan tetapi tiba-
tiba jatuh ke kepan.
(b) Mengikuti objek dan suara secara visual
(c) Tangan lebih terbuka
(d) Reflek menggenggam hilang
(2) 3 bulan
(a) Meletakkan tangan di depan dan memandangnya
(b) Memegang giring-giring tetapi tidak membawanya
(c) Mengangkat dada, ditopang dengan tangan
(d) Mengikuti bunyi suara visual dengan memalingkan kepala
(e) Mampu menahan berat sebagian badan pada kedua tungkai
bila dipegang dalam posisi berdiri
i. Riwayat Imunisasi
Mengindentifikasi riwayat imunisasi, kelengkapan imunisasi sesuai
dengan umur anak, alasan tidak dilakukannya imunisasi.
j. Pemeriksaan Fisik Head To Toe
a) Kesadara
Kesadaran biasanya compos mentis dan penampilan tampak lemah.
b) Pemeriksaan antropometri
Pada klien dengan diare biasanya terjadi penurunan berat
badan,ukuran panjang badan, lingkar lengan mengecil, lingkar kepala,
lingkar abdomen membesar,.
c) Tanda-tanda vital
Pada klien dengan diare biasanya terdapat peningkatan suhu tubuh dan
peningkatan denyut nadi serta peningkatan respirasi.
d) Dengan kepala dan leher
(1) Kepala, rambut dan kulit kepala biasanya tidak terdapat kelainan,
ubun-ubun biasanya tampak cekung.
(2) Mata, biasanya pada kelopak mata cekung.
(3) Mulut dan kulit bibir tampak kering
e) Daerah dada dan abdomen (Insfeksi,palpasi,perkusi,auskultasi)
(1) Dada : bunyi paru dan pergerakan dada tidak ada kelainan, tidak
ditemukan adanya tanda-tanda kelainan jantung.
14
(2) Perut : perut datar lembut, ditemukan adanya peningkatan
peristaltik usus, tidak ditemukan adanya luka iritasi.
f) Genetalia dan anus (insfeksi, Palpasi)
Bentuk genetalia tidak ditemukan adanya kelainan atau lesi, hanya
pada daerah anus tampak ada luka iritasi
g) Ekstremitas atas dan bawah (insfeksi, pekusi)
Biasanya tidak ada kelainan bentuk pada ekstremitas atas dan bawah
h) Refleks
Bisep, trisep, patella, babinsky.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon
manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok
dimana perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan
intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan, menurunkan, membatasi,
mencegah dan merubah (Carpenito 200)
Tujuan diagnosa keperawatan untuk mengidentifikasi masalah dimana adanya
respon klien terhadap status kesehatan atau penyakit, faktor-faktor yang menunjang
atau menyebabkan suatu masalah, kemampuan klien untuk mencegah dan
menyelesaikan masalah.
Menurut Suriadi dan Rita Yulianti (2001 : 87) diagnosa keperawatan yang
mungkin timbul adalah :
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan cairan skunder terhadap diare.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
diare atau output berlebihan dan intake yang kurang
15
3. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
skunder terhadap diare
4. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan
frekwensi diare.
5. Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive
3. INTERVENSI KEPERAWATAN DAN RASIONAL
Pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi,
mengatasi masalah-masalah yang telah diidentifikasi dalam diagnosis
keperawatan, desain perencanaan menggambarkan sejauh mana perawat
mampu menetapkan cara menyelesaikan masalah secara efektif dan
efesien.(Rohmah Nikmatur, 2009)
Intervensi dan rasional yang dilakukan untuk memperbaiki status
kesehatan klien
No Diagnosa
Keperawatan
Intervensi
Tujuan Tindakan Rasional
1. Gangguan
keseimbangan
cairan dan
elektrolit
berhubungan
dengan
kehilangan cairan
skunder terhadap
diare.
Setelah diberikan
asuhan
keperawatan 1x24
jam, diharapkan
volume cairan
pasien dapat
kembali normal
dengan kriteria
hasil ;
- Turgor
kulit elastis
(baik)
- Mukusa
bibir
a. Kaji TTV
b. Catat perubahan
mental, turgor kulit,
hidrasi, membrane
mukusa dan
karakter sputum
a. Kekurangan atau
perpindahan
cairan
meningkatkan
frekuensi jantung ,
menurunkan
tekanan darah dan
mengurangi
volume nadi
b. Penurunan curah
jantung
mempengaruhi
perfusi / fungsi
serebral.
16
lembab
- Tidak
terjadi
dehidrasi
- Ttv dalam
batas
normal
c. Berikan cairan iv
dalam observasi
ketat
Kekurangan
cairan juga dapat
iidentifikasi
dengan penurunan
turgor kulit,
membran mukosa
kering dan sekret
kental.
c. Memperbaiki atau
mempertahankan
volume sirkulasi
dan tekanan
osmotik
17
18