bab i diare

41
BAB I PENDAHULUAN Diare akut merupakan keluhan yang sering dijumpai pada orang dewasa. Bila terjadi tanpa komplikasi, secara umum dapat diobati sendiri oleh penderita. Namun, bila terjadi komplikasi akibat dehidrasi atau toksik menyebabkan morbiditas dan mortalitas, meskipun penyebab dan penanganannya telah diketahui dengan baik serta prosedur diagnostiknya juga semakin baik. Meskipun diketahui bahwa diare merupakan suatu respon tubuh terhadap keadaan tidak normal, namun anggap bahwa diare sebagai mekanisme pertahanan tubuh untuk mengeskresikan mikroorganisme keluar tubuh , tidak sepenuhnya benar. Terapi kausal tentunya diperlukan pada diare akibat infeksi, dan rehidrasi oral maupun parenteral secara simultan degan kausal memberikan hasil yang baik terutama pada diare akut yang menimbulkan dehidrasi sedang sampai berat. Acapkali juga diperlukan terapi simtomatik untuk menghentikan diare atau mengurangi volume feses, karena berulang kali buang air besar merupakan suatu keadaan/kondisi yang menganggu aktifitas sehari-hari. Lebih dari 2 juta kasus diare akut infeksius diamerika setiap tahunnya merupakan penyebab kedua dari morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia. Gambaran klinis diare akut acapkali tidak spesifik. Namun selalu berhubungan dengan hal-hal berikut : adanya traveling (domestic atau international), kontak personal,

Upload: dice-wulandary

Post on 19-Nov-2015

12 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

gdfs

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

Diare akut merupakan keluhan yang sering dijumpai pada orang dewasa. Bila terjadi tanpa komplikasi, secara umum dapat diobati sendiri oleh penderita. Namun, bila terjadi komplikasi akibat dehidrasi atau toksik menyebabkan morbiditas dan mortalitas, meskipun penyebab dan penanganannya telah diketahui dengan baik serta prosedur diagnostiknya juga semakin baik. Meskipun diketahui bahwa diare merupakan suatu respon tubuh terhadap keadaan tidak normal, namun anggap bahwa diare sebagai mekanisme pertahanan tubuh untuk mengeskresikan mikroorganisme keluar tubuh , tidak sepenuhnya benar. Terapi kausal tentunya diperlukan pada diare akibat infeksi, dan rehidrasi oral maupun parenteral secara simultan degan kausal memberikan hasil yang baik terutama pada diare akut yang menimbulkan dehidrasi sedang sampai berat. Acapkali juga diperlukan terapi simtomatik untuk menghentikan diare atau mengurangi volume feses, karena berulang kali buang air besar merupakan suatu keadaan/kondisi yang menganggu aktifitas sehari-hari.Lebih dari 2 juta kasus diare akut infeksius diamerika setiap tahunnya merupakan penyebab kedua dari morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia. Gambaran klinis diare akut acapkali tidak spesifik. Namun selalu berhubungan dengan hal-hal berikut : adanya traveling (domestic atau international), kontak personal, adanya sangkaan food-borne transmisi dengan masa inkubasi yang pendek. Jika tidak ada demam, menunjukkan adanya proses mekanisme enterotoksin. Sebaliknya, bila ada demam dan masa inkubasi yang lebih panjang, ini karakteristik suatu etiologi infeksi. Beberapa jenis toksin yang dihasilkan oleh mikroorganisme (seperti E. Coli 0157:H7) membutuhan beberapa hari masa inkubasi.penyakit diare merupakan masalah global dengan kesakitan dan kematian yang tinggi di berbagai Negara terutama di Negara berkembang, dan sebgai salah satu penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian anak di dunia. Secara umum, diperkirakan lebih dari 10 juta anak berusia kurang dari 5 tahun meninggal setiap tahunnya, sekitar 20% meninggal karena infeksi diare. Kematian yang disebabkan diare dapat diturunkan dengan program rehidrasi/terapi cairan namun angka kesakitannya masih tetap tinggi. Pada saat ini angka kematian yang disebabkan diare adalah 3,8 per 1000 per tahun, median insidens secara keseluruhan pada anak usia dibawah 5 tahun adalah 3,2 episode anak per tahun.Setiap tahun diperkirakan 2,5 miliar kejadian diare pada anak balita, dan hamper tidak ada perubahan dalam dua decade terakhir. Diar pada balita tersebut lebih dari separihnya terjadi di Afrika dan Asia Selatan, dapat mengakibatkan kematian atau keadaan berat lainnya. Insidens diare bervariasi menurut musin dan umur. Anak-anak adalah kelompok udia rentan terhadap diare, insiden diare tertinggi pada kelompok anak usia dibawah 2 tahun, dan menurun dengan bertambahnya usia anak.The Millenium Development Goals (MDGs) menargetkan untuk menurunkan dua per tiga kematian anak dalam periode 1990-2015. Diare menduduki urutan kedua penyebab kematian pada anak, dan sebagai salah satu penyebab utama tingginya angka kematian di dunia.Di Indonesia berdasarkan data laporan Surveilan Terpadu Penyakit (STP) puskesmas dan rumah sakit (RS) secara keseluruhan angka insidens Diare selama kurun waktu 5 tahun dari tahun 2002 sampai tahun 2006 cenderung berfluktuasi dari 6,7 per 1000 pada tahun 2002 menjadi 9,6 per 1000 pada tahun 2006 (angka insiden bervariasi antara 4,5 25,7 per 1000). Dari survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 penyakit diare menduduki urutan kedua dari penyakit infeksi dengan angka morbiditas sebesar 4,0 % dan mortalitas 3,8 %. Dilaporkan pula bahwa penyakit diare menempati urutan tertinggi penyebab kematian (9,4 %) dari seluruh kematian bayi. Dari data riset kesehatan dasar (Riseksdas) Balitbangkes tahun 2007, dilaporkan bahwa prevalensi Diare 9,0%, dan diantaranya 33 provinsi bervariasi antara 4,2 % - 18,9%.Adanya kesepakatan International pada tahun 1970 dan 1980 utnuk menurunkan angka kematian pada anak akibat Diare menggunakan Oral Rehydration Salts (ORS), merupakan solusi yang efektif dan harga terjangkau. Saat ini hanya 39 % anak-anak dengan diare dinegara berkembang yang menerima ORS., diteruskan dengan tetap mendaptkan asupan ASI/makanan. Demikian pula pencapaian MDGs dalam menurunkan angka kematian anak, dimana dilaporkan bahwa diare merupakan salah satu penyebab tingginya angka kematian pada anak.

BAB IIPERMASALAH

2.1. Anatomi Usus halus dan Usus besar2.1.1 Usus HalusPanjang usus halus pada orang hidup, terbagi menjadi :1. Duodenum2. Jejunum3. IleumDinding usus halus paling luar/lapisan serosa dibentuk oleh perineum yang merupakan lapisan visceral dan parietal. Peritoneum melipat dan meliputi visera abdomen dengan hampir sempurna.Mesinterium adalah lipatan peritoneum yang lebar menyerupai kipas menggantung jejunum dan ileum dari dinding posterior abdomen.Omentum mayus merupakan lapisan ganda peritoneum, menggantung dari kurvatura mayor lambunga ke bawah di depan visera abdomen.Omentum minus yang membentang dari kurvatura minor dan bagian atas duodenum, menuju hati membentuk ligamentum hepatogastrikum dan ligamentum hepatoduodenale.Otot yang meliputi usus halus ada 2 lapis:1. Lapisan luar terdiri atas serabut-serabut longitudinal yang lebih tipis.2. Lapisan dalam terdiri atas serabut-serabut sirkular.Lapisan mukosa dan sbumukosa usus halus membentuk lipatan-lipatan sirlular dinamakan valvula koniventas. Vulva koniventas merupakan tonjolan-tonjolan seperti jari-jari dari mukosa dengan jumlah 4-5 juta dengan ukuran panjang 0.5 dampai1.5 mm. Mikromili tonjolan seperti jari dengan panjang 1 m terletak pada permukaan luar setiap vilkus. Valvula koniventes vili dan mikromili menambah luas permukaan absorpsi.Epitel vilus terdiri dari 2 jenis sel :1. Sel gobet : penghasil mucus2. Sel-sel absorptive : absorpsi bahan makanan yang telah dicernakan.\Disekililing pili terdapat sumur kecil dinamakan kripta lieberkuin. Duodenum diperdarahi oleh arteria gastro duodenalis dan arteria dan kreatikoduodenalis superior. Peredaran darah kembali lewat vena mesentrika superior yang membentuk vena porsa bersama dengan vena lienalis.Fungsi usus halus yang utama ada 2, yaitu:1. Pencernaan.2. Absorpsi bahan-bahan nutrisi dan air.

2.1.2. Usus BesarTabung muskular berongga dengan panjang + 5 kali, diameter + 2.5 inci. Terbagi menjadi : 1. Caecum2. Colon : colon assenden, colon transversum, colon desenden, colon sigmoid3. Rectum.Memiliki 2 buah kelokan yang penting yaitu kelokan tajam di kanan (fleksura hepatica), kelokan tajam di kiri (fleksura lienalis)Lapisan otot longitudinalnya terkumpul dalam tiga pita dinamakan faeniakoli arteri mesenterika. Kelenjar usus panjang-panjang dan banyak sel gobet, sel-sel absorptif dan sedikit sel enteroendolon. Epitel pelapisnya silindris yang sel-selnya memiliki mikromili pendek dan tidak teratur. Lapisan kemina propia kaya akan limfosit dan limfonocluli. Muskularis dari usus besar terdiri dari otot longitudinal dan sirkular.

2.2. DefinisiDiare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang airbesar denagn konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam 1 hari. (Kemenkes RI, 2011)Organisasi kesehatan dunia (WHO) mendefinisikan diar sebgai kejadian buang air besar dengan konsistensi lebih cair dari biasanya, dengan frekuensi kali atau lebih selama 1 hari atau lebih. Definisi ini lebih menekankan pada konsistensi tinja dari pada frekuensinya. Jika frekuensi BAB meningkat namun konsistensi tinja padat, maka tidak disebut sebagai diare.2.2. Etiologi Menurut World Gastroenterology Organization global guidelines 2005, etiologi diare akut dibagi atas empat penyebab, yaitu :1. BakteriShigella, Salmonella, E. Coli, Gol. Vibrio, Bacillus cereus, Clostridium perfringens, Stafilokokus aureus, Campylobacter aeromonas2. Virus Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Coronavirus, Astrovirus 3. ParasitProtozoa, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Balantidium coli, Trichuris trichiura, Cryptosporidium parvum, Strongyloides stercoralis4. Non infeksimalabsorpsi, keracunan makanan, alergi, gangguan motilitas, imunodefisiensi, kesulitan makan.

2.3. Cara penularan dan Faktor resiko Cara penularan diare melalui cara faecal-oral yaitu melalui makanan atau minuman yang tercemar kuman atau kontak langsung tangan penderita atau tidak langsung melalui lalat (melalui 5F = faeces, flies, food, fluid, finger).Faktor risiko terjadinya diare adalah : 1. Faktor perilaku antara lain :a. Tidak memberikan Air Susu Ibu/ASI (ASI eksklusif), memberikan Makanan Pendamping/MP ASI terlalu dini akan mempercepat bayi kontak terhadap kuman.b. Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena penyakit diare karena sangat sulit untuk membersihkan botol susu.c. Tidak menerapkan Kebiasaaan Cuci Tangan pakai sabun sebelum memberi ASI/makan, setelah Buang Air Besar (BAB), dan setelah membersihkan BAB anak. d. Penyimpanan makanan yang tidak higienis2. Faktor lingkungan antara lain :a. Ketersediaan air bersih yang tidak memadai, kurangnya ketersediaan Mandi Cuci Kakus (MCK).b. Kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk.Disamping faktor risiko tersebut diatas ada beberapa faktor dari penderita yang dapat meningkatkan kecenderungan untuk diare antara lain: kurang gizi/malnutrisi terutama anak gizi buruk, penyakit imunodefisiensi/imunosupresi dan penderita campak. (Kemenkes RI, 2011).2.4. KlasifikasiTerdapat beberapa pembagian diare, yaitu :1. Berdasarkan lamanya diare a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.b. Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah (failure to thrive) selama masa diare tersebut.2. Berdasarkan mekanisme patofisiologik: a. Diare sekresi (secretory diarrhea)b. Diare osmotic (osmotic diarrhea)

2.5. Patofisiologi Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi/patomekanisme dibawah ini, antara lain :1. Diare sekretorikDiare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari usus, menurunnya absorpsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak sekali. Diare tipe ini akan tetap berlangsung walaupun dilakukan puasa makan/minum. 2. Diare osmoticDiare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari usus halus yang disebabkan oleh obat-obat/zat kimia yang hiperosmotik (antara lain MgSO, Mg(OH), malabsorpsi umum dan defek dalam absorpsi mukosa usus missal pada defisiensi disakaridase, malabsorpsi glukosa/galaktosa.

3. Malabsorpsi asam empedu dan lemakDiare tipe ini didapatkan pada gangguan pembentukan/produksi micelle empedu dan penyakit-penyakit saluran bilier dan hati.

4. Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterositDiare tipe ini disebabkan adanya hambatan mekanisme transport aktif NA ATPase di enterosit dan absorpsi Na+ dan air yang abnormal.

5. Motilitas dan waktu transit usus yang abnormalDiare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan iregularitas motilitas usus sehingga menyebabkan absorpsi yang abnormal di usus halus. Penyebabnya antara lain : diabetes mellitus, pasca vagotomi, hipertiroid.

6. Gangguan permeabilitas ususDiare tipe ini disebabkan permeabilitas usus yang abnormal disebabkan adanya kelainan morfologi membran epitel spesifik pada usus halus.

7. Diare inflamasiProses inflamasi di usus halus dan kolon menyebabkan diare pada beberapa keadaan. Akibat kehilangan sel epitel dan kerusakan tight junction, tekanan hidrostatik dalam pembuluh darah dan limfatik menyebabkan air, elektrolit, mukus, protein dan seringkali sel darah merah dan sel darah putih menumpuk dalam lumen. Biasanya diare akibat inflamasi ini berhubungan dengan tipe diare lain seperti diare osmotic dan diare sekretorik.

8. Diare infeksi Infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari diare. Dari sudut kelainan usus, diare oleh bakteri dibagi atas non-invasif dan invasif (merusak mukosa). Bakteri non-invasif menyebabkan diare karena toksin yang disekresikan oleh bakteri tersebut.

2.6. Manifestasi klinisInfeksi usus menimbulkan gejala gastrointestinal serta gejala lainnya bila terjadi komplikasi ekstra intestinal termasuk manifestasi neurologik. Gejala gastrointestinal bisa berupa diare, kram perut, dan muntah. Sedangkan manifestasi sistemik bervariasi tergantung pada penyebabnya. Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion natrium, klorida, dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada muntah dan kehilangan air juga meningkat bila ada panas. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik, dan hipovolemia. Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps kardiovaskuler dan kematian bila tidak diobati dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi menurut tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi isotonik, dehidrasi hipertonik (hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik. Menurut derajat dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang atau dehidrasi berat.

2.7. Diagnosis2.7.1. AnamnesisPasien dengan diare akut datang dengan berbagai gejala klinik tergantung penyebab penyakit dasarnya. Keluhan diarenya berlangsung kurang dari 15 hari. Diare karena penyakit usus halus biasanya berjumlah banyak, diare air, dan sering berhubungan dengan malabsorpsi dan dehidrasi sering didapatkan. Diare karena kelainan kolon seringkali berhubungan dengan tinja berjumlah kecil tetapi sering, bercampur darah dan ada sensasi ingin ke belakang. Pasien dengan diare akut infektif datang dengan keluhan khas, yaitu mual, muntah, nyeri abdomen, demam, dan tinja yang sering, malabsorptif, atau berdarah tergantung bakteri patogen yang spesifik. Secara umum, pathogen usus halus tidak invasif, dan patogen ileokolon lebih mengarah ke invasif. Muntah yang mulai beberapa jam dari masuknya makanan mengarahkan kita pada keracunan makanan karena toksin yang dihasilkan.2.7.2. Pemeriksaan FisikPada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: berat badan, suhu tubuh, frekuensi denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari tanda-tanda utama dehidrasi, seperti : kesadaran, rasa haus, dan turgor kulit abdomen dan tanda-tanda tambahan lainnya, seperti : ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata: cowong atau tidak, ada atau tidaknya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau basah.

Gambar. Tanda tanda dehidrasi pada anakPernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolik. Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemia. Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary refill dapat menentukan derajat dehidrasi yang terjadi. Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara: obyektif yaitu dengan membandingkan berat badan sebelum dan selama diare. Tabel 1. Penilaian derajat dehidrasi pada anak

2.7.3. LaboratoriumPemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut umumnya tidak diperlukan, Hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan, misalnya penyebab dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada penderita dengan dehidrasi berat. Pemeriksaan tinja baik makroskopik maupun mikroskopik dapat dilakukan untuk menentukan diagnosa yang pasti. Secara makroskopik harus diperhatikan bentuk, warna tinja, ada tidaknya darah, lendir, pus, lemak, dan lain-lain. Pemeriksaan mikroskopik melihat ada tidaknya leukosit, eritrosit, telur cacing, parasit, bakteri, dan lain-lain. 2.8. Penatalaksanaan Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada balita adalah LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta mempercepat penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati diare. Adapun program LINTAS DIARE yaitu :1. Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut3. Teruskan pemberian ASI dan Makanan4. Antibiotik Selektif5. Nasihat kepada orang tua/pengasuh

1. OralitOralit merupakan campuran garam elektrolit, seperti natrium klorida (NaCl), kalium klorida (KCl), dan trisodium sitrat hidrat, serta glukosa anhidrat. Oralit diberikan untuk mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh yang terbuang saat diar. Walaupun air sangat penting intuk mencegah dehidrasi, air minum tidak mengandung garam elektrolit yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga lebih diutamakan oralit. Campuran glukosa dan garam yang terkandung dalam oralit dapat diserap dengan baik oleh usus penderita diar. Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan melalui infus. Pemberian oralit didasarkan pada derajat dehidrasi (Kemenkes RI, 2011). Terapi cairan/rehidrasi pada diare, ada 3 terapi yaitu :a. Diare tanpa dehidrasiSatu bungkus oralit dimasukkan kedalam satu gelas air matang (200 cc). Anak kurang dari 1 tahun diberikan 50-100 cc cairan oralit setiap kali buang air besar. Anak lebih dari 1 tahun diberikan 100-200 cc cairan oralit setiap kali buang air besar.

Gambar. Skema rencana terapi APenelitian menunjukkan bahwa oralit formula baru mampu :a. Mengurangi volume tinja hingga 25%b. Mengurangi mual-muntah hingga 30%c. Mengurangi secara bermakna pemberian cairan melalui intervena.Anak yang tidak menjalani terapi intravena, tidak harus dirawat di rumah sakit. Ini artinya risiko anak terkena infeksi di rumah sakit berkurang, pemberian ASI tidak terganggu, dan orangtua akan menghemat biaya.

Gambar . Perbedaan antara oralit lama dan baru

b. Diare dehidrasi ringan-sedang

Gambar. Skema rencana terapi Bc. Diare dehidrasi Berat

Gambar. Skema rencana terapi C2. ZincZinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting untuk kesehatan dan pertumbuhan tubuh. Zinc dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare (Kemenkes RI, 2011). Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya. Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc segera saat anak mengalami diare. Sejak tahun 2004, WHO dan UNICEF menandatangi kebijakan bersama dalam hal pengobatan diare yaitu pemberian oralit dan Zinc selama 10-14 hari. Hal ini didasarkan pada penelitian selama 20 tahun (1980-2003) yang menunjukkan bahwa pengobatan diare dengan pemberian oralit disertai zinc lebih efektif dan terbukti menurunkan angka kematian akibat diare pada anak-anak sampai 40%.Kemampuan zinc untuk mencegah diare terkait dengan kemampuannya meningkatkan system kekebalan tubuh. Zinc merupakan mineral penting bagi tubuh. Lebih 300 enzim dalam tubuh yang bergantung pada zinc. Zinc juga dibutuhkan oleh berbagai organ tubuh, seperti kulit dan mukosa saluran cerna. Semua yang berperan dalam fungsi imun, membutuhkan zinc. Jika zinc diberikan pada anak yang system kekebalannya belum berkembang baik, dapat meningkatkan system kekebalan dan melindungi anak dari penyakit infeksi. Itulah sebabnya mengapa anak yang diberikan zinc (diberikan sesuai dosis) selama 10 hari berturut-turut berisiko lebih kecil untuk terkena penyakit infeksi, diare dan pneumonia.Obat zinc merupakan tablet dispersible yang larut dalam waktu sekitar 30 detik. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut dengan dosis sebagai berikut :a. Balita umur < 6 bulan : tablet (10 mg)/ harib. Balita umur 6 bulan : 1 tablet (20 mg)/ hariZinc diberikan satu kali sehari selama 10 hari berturut-turut. Pemberian zinc harus tetap dilanjutkan meskipun diare sudah berhenti. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan ketahanan tubuh terhadap kemungkinan berulang diare pada 2-3 bulan ke depan. Cara pemberian tablet zinc : Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau ASI, sesudah larut berikan pada anak diare.3. Pemberian ASI/makananPemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering di beri ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan.Untuk anak yang berusia kurang dari 2 tahun, anjurkan untuk mulai mengurangi susu formula dan menggantinya dengan ASI. Untuk anak yang berusia lebih dari 2 tahun, teruskan pemberian susu formula. Ingatkan ibu untuk memastikan anaknya mendapat oralit dan air matang.(Kemenkes RI, 2011)4. Pemberian antibiotika hanya atas indikasiAntibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian besar karena shigellosis), suspek kolera.Antibiotic hanya diberikan jika adaindikasi, seperti diare berdarah atau diare karena kolera, atau diare dengan disertai penyakit lain. Ini sangat penting karena seringkali ketika diare, masyarakat langsung membeli antibiotic seperti tetrasiklin atau Ampicillin. Selain tidak efektif, tindakan ini berbahaya, karena jika antibiotic tidak dihabiskan sesuai dosis akan menimbulkan resistensi kuman terhadap antibiotik.Selain bahaya resistensi kuman, pemberian antibiotic yang tidak tepat bisa membunuh floral normal yang justru dibutuhkan tubuh. Efek samping dari penggunaan antibiotic yang tidak rasional adalah timbulnya gangguan fungsi ginjal, hati dan diare yang disebabkan oleh antibiotic. Hal ini jugaakan mengeluarkan biaya pengobatan yang seharusnya tidak diperlukan.(Kemenkes RI, 2011)Obat-obatan anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak dianjurkan kecuali muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian besar menimbulkan efek samping yang berbahaya dan bisa berakibat fatal. Obat anti protozoa digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit (amuba, giardia) (Kemenkes RI, 2011).

5. Berikan Nasihat pada ibu/pengasuh Berikan nasihat dan cek pemahaman ibu/pengasuh tentang cara pemberian Oralit, Zinc, ASI/makanan dan tanda-tanda untuk segera membawa anaknya ke petugas kesehatan jika anak: Buang air besar cair lebih sering Muntah berulang-ulang Mengalami rasa haus yang nyata Makan atau minum sedikit Demam Tinjanya berdarah Tidak membaik dalam 3 hari

BAB IIIPERENCANAAN

Sebagai upaya untuk menurunkan prevalensi angka kesakitan dan angka kematian diare pada anak maka, penulis sudah melakukan tindakan berupa pemberian penyuluhan pada ibu-ibu yg memiliki anak-anak yg beresiko terkena diare di posyandu dengan topic yang diangkat adalah Bahaya yang terjadi pada anak yang diare dan penanganan pertama yang dapat dilakukan orang tua dirumah bila anak diare serta kapan saatnya membawa anak ke tempat pelayanan kesehatan .Kebijakan pengendalian penyakit diare di Indonesia bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan angka kematian karena diare bersama lintas program dan lintas sector terkait.Kebijakan yang ditetapkan pemerintah dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian karena diare alah sebagai berikut : Melaksanakan tata laksana penderita diare yang sesuai standar, baik disarana kesehataan maupun di rumah tangga. Melaksanakan surveilans epidemiologi dan penanggulangan kejadian luar biasa Mengembangkan pengendalian penyakit diare Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas dalam pengelolaan program yang meliputi aspek majerial dan teknis medis. Mengembangankan jejaring lintas sector dan lintas program Pemmbinaan teknis dan monitoring pelaksanaan pengendalian penyakit diare Melaksanakan evaluasi sebagai dasar perencanaan lanjutan.Strategi pengendalian penyakit diare dilaksanakan pemerintah adalah :1. Melaksanakan tatalaksana penderita diare yang standar disarana kesehatan melalui langkah tuntaskan diare (LINTAS DIARE).2. Meningkatkan tatalaksana penderita diaredirumah tangga yang tetap dan benar3. Meningkatkan SKD dan penanggulangan KLB diare4. Melaksanakan upaya kegiatan pencegahan yang efektif5. Melaksanakan monitoring dan evaluasiMelakukan pencegahan terhadap penyakit diare juga sangat berpengaruh dan membantu dalam menurunkan angka kesakitan diare dan tentunya juga berkesinambungan dengan turunnya angka kematian anak penderita diare. Diharapkan kerjasama dari semua pihak untuk lebih peduli akan tindakan pencegahan ini terutama keluarga.

BAB IVPELAKSANAANPasien ini telah didignosis sebagai Diare tanpa dehidrasi, maka pengelolaan pada pasien ini sangat penting, untuk menghindari keadaan memburuk menjadi diare dengan dehidrasi baik ringan-sedang ataupun menjajdi dehidrasi berat. Disinilah letak peranan penting bagi keluarga terutama orang tua untuk bisa melakukan penanganan awal seperti pemberian oralit yang tepat.Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit sanat ini yang beredar dipasaran sudah merupakan oralit yang terbaru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk menggantikan cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum segera dibawa ke sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan melalui infus.Cara pemberian dan dosis oralit pada pasien diare tanpa dehidrasi sebagai berikut : Satu bungkus oralit dimasukkan kedalam satu gelas air matang (200 cc). Pemberian oralit sesuai umur yaitu : Umur < 1 tahun: - gelas setiap kali anak mencret Umur 1 4 tahun: - 1 gelas setiap kali anak mencret Umur diatas 5 tahun: 1 1 gelas setiap kali anak mencret

Gambar. Cara membuat oralitDehidrasi merupakan salah satu komplikasi penyakit diare yang dapat menyebabkan kematian. Adanya komitmen secara Internasional untuk menggunakan Oral rehydration Salts (ORS) dalam pengendalian diare secara efektif dan harga terjangkau, yang telah sukses menurunkan angka kematian balita akibat diare secara global. Diare merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme meliputi bakteri, virus, parasit, protozoa, dan penularannya secara fekal-oral. Diare dapat mengenai semua jenis umur dan berbagai golongan sosial, baik di Negara maju maupun di Negara berkembang, dan erat hubungannya dengan kemiskinan serta lingkungan yang tidak higienis.Di Indonesia, diare merupakan penyakit endemis terdapat disepanjang tahun, dan puncak tertinggi peralihan musim penghujan dan kemarau.Dilaporkan bahwa diare berkaitan erat dengan sanitasi, akses terhadap air bersih dan perilaku hidup sehat dan pemanfaatan pelayanan kesehataan oleh masyarakat. Meningkatkan pengetahuan masyarakat termasuk pengetahuan tentang hygien kesehatan dan perilaku cuci tangan yang benar, dapat mengurangi angka kesakita diare. Menurut Joint Monitoring Program WHO/UNICEF, akses sanitasi disebut baik yaitu bila rumah tangga menggunakan sarana pembuangan kotoran sendiri.Dengan demikian, beberapa pencegahan dapat kita lakukan di lingkungan sekitar untuk menekan angka kejadian diare itu sendiri. Pencegahan diare menurut Pedoman Tatalaksana Diare Depkes RI (2006) adalah sebagai berikut: 1. Pemberian ASIASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai umur 6 bulan. Tidak ada makanan lain yang dibutuhkan selama masa ini.ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare pada bayi yang baru lahir. Pemberian ASI eksklusif mempunyai daya lindung 4 kali lebihbesar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Flora usus pada bayi-bayi yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri penyebab diare.(Depkes RI, 2006) Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 6 bulan pertama kehidupan resiko terkena diare adalah 30 kali lebih besar. Pemberian susu formula merupakan cara lain dari menyusui. Penggunaan botol untuk susu formula biasanya menyebabkan risiko tinggi terkena diare sehingga bisa mengakibatkan terjadinya gizi buruk (Depkes RI, 2006).2. Pemberian Makanan Pendamping ASIPemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Pada masa tersebut merupakan masa yang berbahaya bagi bayi sebab perilaku pemberian makanan pendamping ASI dapat menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya diare ataupun penyakit lain yang menyebabkan kematian (Depkes RI, 2006). Ada beberapa saran yang dapat meningkatkan cara pemberian makanan pendamping ASI yang lebih baik yaitu : a. Memperkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 4-6 bulan tetapi masih meneruskan pemberian ASI. Menambahkan macam makanan sewaktu anak berumur 6 bulan atau lebih. Memberikan makanan lebih sering (4 kali sehari) setelah anak berumur 1 tahun, memberikan semua makanan yang dimasak dengan baik 4-6 kali sehari dan meneruskan pemberian ASI bila mungkin. b. Menambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi/bubur dan biji-bijian untuk energi. Menambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging, kacangkacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna hijau ke dalam makanannya. c. Mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi anak, serta menyuapi anak dengan sendok yang bersih.d. Memasak atau merebus makanan dengan benar, menyimpan sisa makanan pada tempat yang dingin dan memanaskan dengan benar sebelum diberikan kepada anak (Depkes RI, 2006)3. Menggunakan air bersih yang cukup Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fecal-oral mereka dapat ditularkan dengan memasukkan kedalam mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja misalnya air minum, jari-jari tangan, makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air tercemar (Depkes RI, 2006). Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih mempunyai resiko menderita diare lebih kecil dibandingkan dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih (Depkes RI, 2006). Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah (Depkes RI, 2006). Yang harus diperhatikan oleh keluarga adalah: a. Air harus diambil dari sumber terbersih yang tersedia. b. Sumber air harus dilindungi dengan menjauhkannya dari hewan, membuat lokasi kakus agar jaraknya lebih dari 10 meter dari sumber yang digunakan serta lebih rendah, dan menggali parit aliran di atas sumber untuk menjauhkan air hujan dari sumber.c. Air harus dikumpulkan dan disimpan dalam wadah bersih. Dan gunakan gayung bersih bergagang panjang untuk mengambil air. d. Air untuk masak dan minum bagi anak harus dididihkan. (Depkes RI, 2006)4. Mencuci Tangan Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makanan anak dan sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare (Depkes RI, 2006). 5. Menggunakan JambanPengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan resiko terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban, dan keluarga harus buang air besar di jamban (Depkes RI, 2006). Yang harus diperhatikan oleh keluarga : a. Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai oleh seluruh anggota keluarga. b. Bersihkan jamban secara teratur. c. Bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak-anak pergi ke tempat buang air besar sendiri, buang air besar hendaknya jauh dari rumah, jalan setapak dan tempat anak-anak bermain serta lebih kurang 10 meter dari sumber air, hindari buang air besar tanpa alas kaki. (Depkes RI, 2006)6. Membuang Tinja Bayi yang BenarBanyak orang beranggapan bahwa tinja anak bayi itu tidak berbahaya. Hal ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan orangtuanya. Tinja bayi harus dibuang secara bersih dan benar, berikut hal-hal yang harus diperhatikan:a. Kumpulkan tinja anak kecil atau bayi secepatnya, bungkus dengan daun atau kertas koran dan kuburkan atau buang di kakus. b. Bantu anak untuk membuang air besarnya ke dalam wadah yang bersih dan mudah dibersihkan. Kemudian buang ke dalam kakus dan bilas wadahnya atau anak dapat buang air besar di atas suatu permukaan seperti kertas koran atau daun besar dan buang ke dalam kakus. c. Bersihkan anak segera setelah anak buang air besar dan cuci tangannya (Depkes RI, 2006)7. Pemberian Imunisasi CampakDiare sering timbul menyertai campak sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare oleh karena itu beri anak imunisasi campak segera setelah berumur 9 bulan (Depkes RI, 2006). Anak harus diimunisasi terhadap campak secepat mungkin setelah usia 9 bulan. Diare dan disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang sedang menderita campak dalam 4 mingggu terakhir. Hal ini sebagai akibat dari penurunan kekebalan tubuh penderita. Selain imunisasi campak, anak juga harus mendapat imunisasi dasar lainnya seperti imunisasi BCG untuk mencegah penyakit TBC, imunisasi DPT untuk mencegah penyakit diptheri, pertusis dan tetanus, serta imunisasi polio yang berguna dalam pencegahan penyakit polio (Depkes RI, 2006). Pencegahan terhadap diare atau pencarian terhadap pengobatan diare pada balitatermasuk dalam perilaku kesehatan. Adapun perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2007) adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok : 1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. 2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan (health seeking behavior)Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan. 3. Perilaku kesehatan lingkungan4. Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya. Untuk menilai baik atau tidaknya perilaku kesehatan seseorang, dapat dinilai dari domain-domain perilaku. Domain-domain tersebut adalah pengetahuan, sikap, dan tindakan. Dalam penelitian ini domain sikap tidak dinilai, karena merupakan perilaku tertutup (convert behavior). Perilaku tertutup merupakan persepsi seseorang terhadap suatu stimulus, yang mana persepsi ini tidak dapat diamati secara jelas. Sementara tindakan termasuk perilaku terbuka, yaitu respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Hal ini dapat secara jelas diamati oleh orang lain. (Notoadmodjo, 2003). Serta dapat dilakukan upaya pencegahan yang dikelola secara bersama guna meningkatkan kesehatan lingkungan seperti :1. Penyediaan air bersihMengingat bahwa ada beberapa penyakit yang dapat ditularkan melalui air antara lain adalah diare, kolera, disentri, hepatitis, penyakit kulit, penyakita mata dan berbagai penyakit lainnya, maka penyediaan air bersih baik secara kuantitas dan kualitas mutlak diperlukan dalam memenuhi kebutuhan air sehari hari termasuk untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Untuk mencegah terjadinya penyakit tersebut, penyediaan air bersih yang cukup disetiap rumah tangga harus tersedia. Disamping itu perilaku hidup bersih harus dilaksanakan.2. Pengelolaan sampahSampah merupakan sumber penyakit dan tempat berkembang biaknya vector penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus, kecoa, dsb. Selain itu sampah dapat mencemari tanah dan menimbulkan gangguan kenyamanan dan estetika seperti bau yang tidak sedap dan pemandangan yang tidak enak dilihat. Oleh karena itu pengelolaan sampah sangat penting, untuk mencegah penularan penyakit tersebut. tempat sampah harus disediakan, sampah harus dikumpulkan setiap hari dan dibuang ke tempat penampungan sementara. Bila tidak terjangkau oleh pelayanan pembuangan sampah ketempat pembuangan akhir dapat dilakukan pemusnahan sampah dengan cara ditimbun atau dibakar.3. Sarana pembuangan air limbahAir imbah baik limbah pabrik atau limbah rumah tangga aharus dikelola sedemikian rupa agar tidak menjadi seumber penularan penyakit.Sarana pembuanga air limbah yang tidak memenuhi syarat akan menimbulkan ba, mengganggu estetika dan dapat menjadi tempat perindukan nyamuk bersarangnya tikus, kondidi ini dapat berpotensi menularkan penyakit leptospirosis, filariasis untuk daerah yang endemis filariasi. Bila ada saluran pembuangan air limbah dihalaman, secara rutin harus dibersihka, agar aair limbah dapat mengalir, sehingga tidak menimbulkan bau yang tidak sedap dan tidak menjadi tempat perindukan nyamuk.

BAB VMONITORING DAN EVALUASI

5.1. Monitoring dan EvaluasiMonitoring yang dapat dilakukan pada pasien diare adalah memonitor pemberian cairan oralit di rumah apakah sudah sesuai dengan apa yg dijelaskan kepada keluarga atau tidak. Selain itu juga dapat dimonitor pemberian zinc yang tepat dan berapa lama pemberiannya, kemudian asupan makanan yang sesuai untuk anak dan menjaga hygien makanan dan minuman yang diberikan kepada anak.Hasil evaluasi yang diharapakan adalah mencegah terjadinya dehidrasi pada anak yang merupakan komplikasi paling ditakutkan pada pasien diare, dan diharapkan edukasi yang diberikan kepada keluarga dapat menjadi bekal kelak kedepannya bisa mencegah terjadinya diare kembali.5.2. Kesimpulan 1. Penyakit diare merupakan masalah global dengan kesakitan dan kematian yang tinggi di berbagai Negara terutama di Negara berkembang, dan sebgai salah satu penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian anak di dunia.2. The Millenium Development Goals (MDGs) menargetkan untuk menurunkan dua per tiga kematian anak dalam periode 1990-2015. Diare menduduki urutan kedua penyebab kematian pada anak, dan sebagai salah satu penyebab utama tingginya angka kematian di dunia.3. Kematian yang disebabkan diare dapat diturunkan dengan program rehidrasi/terapi cairan namun angka kesakitannya masih tetap tinggi.

DAFTAR PUSTAKA