bab ii diakonia adalah tugas gereja -...

19
BAB II Diakonia adalah Tugas Gereja 2.1. Gereja Gereja hidup ditengah masyarakat. Gereja kita kenal sebagai persekutuan orang percaya kepada anugerah keselamatan dari Allah melalui Yesus Kristus. Yesus Kristus membawa keselamatan sebagai anugerah kepada seluruh manusia. Allah yang menyatakan diri-Nya melalui Yesus Kristus membebaskan manusia dari dosa, dengan tawaran anugerah keselamatan. Keselamatan itu akan menjadi realita yang benar-benar menyelamatkan apabila manusia memberikan tanggapan dengan beriman kepada Allah. Manusia yang menerima tawaran anugerah keselamatan dari Allah melalui Yesus Kristus berkumpul membentuk sebuah persekutuan yang disebut gereja. Ada beberapa pendapat mengenai gereja, di antaranya gereja merupakan kehidupan bersama manusia yang secara konkret telah mengalami keselamatan sesuai dengan keberadaannya didunia. Ada juga yang berpendapat bahwa gereja ialah kehidupan bersama orang-orang percaya yang mempunyai tugas untuk mengungkapkan dan menjalani kehidupan selama mereka hidup bergereja dan dalam kehidupan sehari-hari. Keberadaan gereja dan orang Kristen yang hidup ditengah-tengah masyarakat dan sebagai anggota masyarakat tidaklah terlepas dari masalah kemiskinan yang menyebabkan ketimpangan nilai-nilai atau norma-norma kesejahteraan tersebut. Dalam keterlibatannya mengatasi masalah kemiskinan, gereja dan orang Kristen tidaklah cukup hanya memahami apa arti kemiskinan dan siapa yang miskin (orang miskin) saja, tetapi gereja dan orang Kristen harus merangkul mereka dan mengangkat hakekat dan martabat mereka yang berada dalam kondisi

Upload: trankiet

Post on 06-Mar-2019

238 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II Diakonia adalah Tugas Gereja - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6835/2/T1_712007077_BAB II.pdf · ... dalam bahasa Yunani digunakan untuk pelayan

BAB II

Diakonia adalah Tugas Gereja

2.1. Gereja

Gereja hidup ditengah masyarakat. Gereja kita kenal sebagai persekutuan orang percaya

kepada anugerah keselamatan dari Allah melalui Yesus Kristus. Yesus Kristus membawa

keselamatan sebagai anugerah kepada seluruh manusia. Allah yang menyatakan diri-Nya melalui

Yesus Kristus membebaskan manusia dari dosa, dengan tawaran anugerah keselamatan.

Keselamatan itu akan menjadi realita yang benar-benar menyelamatkan apabila manusia

memberikan tanggapan dengan beriman kepada Allah. Manusia yang menerima tawaran

anugerah keselamatan dari Allah melalui Yesus Kristus berkumpul membentuk sebuah

persekutuan yang disebut gereja.

Ada beberapa pendapat mengenai gereja, di antaranya gereja merupakan kehidupan

bersama manusia yang secara konkret telah mengalami keselamatan sesuai dengan

keberadaannya didunia. Ada juga yang berpendapat bahwa gereja ialah kehidupan bersama

orang-orang percaya yang mempunyai tugas untuk mengungkapkan dan menjalani kehidupan

selama mereka hidup bergereja dan dalam kehidupan sehari-hari.

Keberadaan gereja dan orang Kristen yang hidup ditengah-tengah masyarakat dan

sebagai anggota masyarakat tidaklah terlepas dari masalah kemiskinan yang menyebabkan

ketimpangan nilai-nilai atau norma-norma kesejahteraan tersebut. Dalam keterlibatannya

mengatasi masalah kemiskinan, gereja dan orang Kristen tidaklah cukup hanya memahami apa

arti kemiskinan dan siapa yang miskin (orang miskin) saja, tetapi gereja dan orang Kristen harus

merangkul mereka dan mengangkat hakekat dan martabat mereka yang berada dalam kondisi

Page 2: BAB II Diakonia adalah Tugas Gereja - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6835/2/T1_712007077_BAB II.pdf · ... dalam bahasa Yunani digunakan untuk pelayan

hidup miskin. Dengan kata lain kesadaran etis gereja dan orang kristen terhadap masalah

kemiskinan harus disertai dengan tindakan konkret atau tanggung jawab etis terhadap orang

miskin, atau membantu meringankan beban berat yang membuat mereka menderita.1

Secara etimologi, kata gereja berasal dari bahasa Yunani “Ekklesia” yang artinya

mereka yang dipanggil keluar. Dengan menggunakan pengertian ini, maka yang tergabung

dalam persekutuan ini adalah orang-orang pilihan yang sudah dipanggil keluar dari

lingkungannya yang gelap. Tetapi pada saat yang sama, mereka yang sudah dipanggil keluar

tersebut kembali diutus ke dalam dunia, kedalam lingkungannya untuk menjadi garam dan terang

(Mat. 5:13-14). Itu berarti Allah memanggil umat pilihanNya bukan untuk dijadikan umat

simpanan-Nya atau menjadi suatu umat yang diisolirkan dari lingkungan masyarakat

sekitarnya (eksklusif). Pemanggilan Allah atas umat-Nya ini untuk dijadikan garam dan terang

bagi kegelapan dan ketawaran yang masih ada di sekitarnya.2 Oleh sebab itu, adanya

pemberitaan Firman Allah yang benar; penyelenggaraan sakramen yang kudus dan

penegakan disiplin, tetapi juga harus menjadi gereja bagi orang lain. Garam dan terang tidak

berfungsi bagi dirinya sendiri, garam dan terang selalu berfungsi bagi yang lain. Bagaimana

gereja dapat menjadi gereja bagi orang lain? Melalui pemenuhan tugas pelayanan yang telah

Allah mandatkan kepada gereja.

Mandat ini merupakan Missio Dei dari pada Allah. Missio Dei memberitakan kabar

baik bahwa Allah adalah Allah untuk semua manusia, ini jangan dipersempit menjadi bahwa

Allah hanya untuk orang kristen. Gereja adalah persekutuan orang-orang yang menanggapi atau

menjawab panggilan Allah dalam iman untuk ikut mengambil bagian dalam karya

1 Yonky Karman, Diakonia Transformatif Gereja Sebagai Struktur Mediasi, Civis Volume 02 No. 01 Februari 2010 2 Malcolm Brownlee, Tugas Manusia dalam Dunia Milik Tuhan: Dasar Teologis bagi Pekerjaan OrangKristen dalam Masyarakat, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1993), hl. 139

Page 3: BAB II Diakonia adalah Tugas Gereja - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6835/2/T1_712007077_BAB II.pdf · ... dalam bahasa Yunani digunakan untuk pelayan

penyelamatan Allah melalui Kristus. Gereja kemudian menjadi persekutuan orang-orang yang

mengikut Yesus; persekutuan murid-murid Yesus. Sebagai persekutuan pengikut Yesus, gereja

sering digambarkan sebagai tubuh Kristus. Gambaran itu mengandung arti bahwa Tuhan

Yesus sebagai Kepala Gereja. Kepala dari tubuh itu, ingin menggunakan gereja untuk

menyatakan dirinya serta merta.

Bersama dengan Koinonia dan Marturia, Diakonia adalah Tri-tugas gereja yang

menjadi satu kesatuan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pelayanan gereja ini harus

dilaksanakan secara terpadu dan bersamaan sehingga menjadi pelayanan gereja yang holistik.

Karena itu membahas diakonia tidak dapat dipisahkan dari pelayanan gereja yang sering

kita kenal sebagai tugas panggilan gereja. Itu berarti diakonia gereja adalah bagian integral dari

pelayanan utuh atau menyeluruh gereja Tuhan di dalam dunia ini.

Pelayanan yang utuh pada hakekatnya menghubungkan secara tepat dan benar tiga

sisi tugas panggilan gereja yaitu Koinonia (Persekutuan), Marturia (Kesaksian) dan Diakonia

(Pelayanan). Dalam Mark. 3:14-15, hal itu nyata, dimana Yesus menetapkan 12 murid (bentuk

persekutuan) untuk menyertai Yesus dan diutus memberitakan Injil (Marturia) dan diberi-Nya

kuasa untuk mengusir setan (Diakonia). Ketiga tugas panggilan ini harus saling terkait, karena

persekutuan gereja harus terarah keluar yaitu Persekutuan yang bersaksi dan melayani. Oleh

karena itu pelayanan utuh dari Gereja dapat dirumuskan sebagai berikut: “Gereja yang

seutuhnya memberitakan Injil yang seutuhnya tentang Kristus yang seutuhnya bagi manusia dan

dunia seutuhnya”. Gereja seutuhnya artinya tidak terlepas satu dengan yang lain, dan selalu

dalam kebersamaan dengan pihak lain. Injil seutuhnya artinya Injil bukan hanya tentang

keselamatan jiwa tetapi juga tentang keadilan, kebenaran, perdamaian dan kesejahteraan.

Page 4: BAB II Diakonia adalah Tugas Gereja - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6835/2/T1_712007077_BAB II.pdf · ... dalam bahasa Yunani digunakan untuk pelayan

2.2. Diakonia dalam Gereja

Pada dasarnya pelayanan adalah membagikan hak yang disediakan Tuhan bagi setiap

orang baik lahir maupun batin.3 Pelayanan didasari oleh satu kesadaran bahwa oleh Tuhan setiap

insan yang lahir dan hidup di dunia ini diberi hak dan bekal untuk hidup, serta kewajiban dan

tanggung jawab yang sama dengan yang lain. Pada dasarnya kehidupan manusia tidak lepas dari

keterbatasan dan ketergantungan, sehingga di dalam kehidupan manusia tersebut terjadilah

interaksi timbal-balik antar manusia, yang saling menopang dan mengatasi keterbatasannya.

Menurut pemahaman kristiani, pelayanan merupakan aktivitas untuk merefleksi dan

melanjutkan akta Allah dalam Yesus Kristus untuk mengasihi dunia ini, dan pelayanan adalah

konsekuensi dari pelayanan dan keselamatan Kristus kepada umatNya (bnd Mat 25:31-40).

Dalam kenyataan yang lebih konkret, pelayanan merupakan suatu kesadaran etis dari manusia

yaitu bahwa dirinya secara langsung maupun tidak langsung hidup dari orang lain, dengan orang

lain dan untuk orang lain. Oleh sebab itu dalam pelayanan tersebut terkandung rasa tanggung

jawab dan perhatian terhadap keberadaan dan kesejahteraan hidup orang lain.

Secara harafiah kata “diakonia” berarti “memberi pertolongan atau pelayanan”. Kata ini

berasal dari kata Yunani diakonia (pelayanan), diakonien (melayani), dan diakonos (pelayanan).

Dalam Perjanjian Baru di samping kata-kata ini terdapat lima kata lain untuk “melayani”,

masing-masing dengan nuansa dan arti tersendiri, yang dalam terjemahan-terjemahan Alkitab

kita pada umumnya diterjemahkan dengan kata “melayani”.

Di samping diakonien dalam PB ditemukan kata-kata berikut ini:

Douleuein: melayani sebagai budak kata ini terutama menunjukkan arti ketergantungan dari

orang yang melayani. Orang Yunani sangat tidak menyukai kata ini. Orang baru menjadi

3 A. Noordegraaf, Orientasi Diakonia Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), hal 2-4.

Page 5: BAB II Diakonia adalah Tugas Gereja - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6835/2/T1_712007077_BAB II.pdf · ... dalam bahasa Yunani digunakan untuk pelayan

manusia jika ia dalam keadaan bebas. PB mula-mula memakai kata ini dalam arti biasa sesuai

dengan keadaan masyarakat pada waktu itu. Di samping itu, kata ini juga mendapat arti religius.

Latreuein: melayani untuk uang. Kata benda latreia (pelayan yang diupah) juga dipakai dalam

pemujaan dewa-dewa. Dalam terjemahan Yunani dari PL, yaitu Septuaginta (LXX), kata ini

kurang lebih terdapat 90 kali, pada umumnya untuk melayani Tuhan Allah dan khususnya untuk

pelayan persembahan.

Leitourgein: dalam bahasa Yunani digunakan untuk pelayan umum bagi kesejahteraan rakyat

dan negara. Dalam LXX arti sosial-politik ini terutama dipakai di lingkungan kuil-kuil. Dalam

PB (khususnya surat Ibrani) kata ini menunjukkan kepada pekerjaan Imam Besar Yesus Kristus.

Kemudian dalam Roma 15:27 dan 2 Korintus 9:12 kata ini dipakai untuk kolekte dari orang

Kristen asal kafir (suatu perbuatan diakonal) untuk orang miskin di Yerusalem. Dari kata inilah

berasal kata “liturgi”, yaitu suatu tata ibadah dalam pertemuan jemaat.

Therapeuein: menggarisbawahi kesiapan untuk melakukan pelayanan ini sebaik mungkin.

Contoh: seorang pelayan kandang kuda melayani kuda, dalam arti ini mengurusnya. Therapeuein

di tempat lain juga dipakai sebagai sinonim dari “menyembuhkan”

Hupéretein: menunjukkan suatu hubungan kerja terutama relasi dengan orang untuk siapa

pekerjaan itu dilakukan. Hupéretés berarti sipelaksana memperhatikan instruksi si pemberi kerja.

Menurut Matius 5:25, kata ini berarti “pelayan hukum”. Menurut Lukas 4:16 dst, artinya adalah

seorang fungsionaris di rumah ibadah sebagai pembantu kepala rumah ibadah. Lukas 1:2

menunjukkan bahwa para saksi mata dari penampilan Yesus bersedia menyebarluaskan berita

tentang Dia.

Page 6: BAB II Diakonia adalah Tugas Gereja - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6835/2/T1_712007077_BAB II.pdf · ... dalam bahasa Yunani digunakan untuk pelayan

Kata pelayanan dalam bahasa Inggris: Ministry, Service; dalam Bahasa Yunani

διακονεω. Kata ini muncul 36 kali dalam Perjanjian Baru (21 kali dalam Injil Sinoptik; 3 kali

dalam Yohanes; 8 kali dalam tulisan Paulus; 1 kali dalam Ibrani; 3 kali dalam 1 Petrus) dengan

arti:

a) Pelayanan (Mrk. 1:31, Luk.17:8, Kis. 6:1-2).4 Ketika jumlah murid gereja mula-mula

semakin bertambah, timbullah sungut-sungut di antara orang Yahudi yang

berbahasa Yunani terhadap orang-orang Ibrani dikarenakan pembagian kepada janda-

janda mereka diabaikan di dalam pelayanan sehari-hari, sehingga kedua belas rasul

itu memanggil semua murid berkumpul dan mengatakan bahwa mereka tidak

merasa puas karena mereka melalaikan Firman Allah untuk melayani meja.

Menurut para rasul bahwa melalaikan pelayanan meja sama artinya melalaikan

Firman Allah. Pelayanan meja merupakan bagian Firman Allah yang harus dikerjakan

dan menjadi tanggung jawab gereja (Kis. 4:35; 11:28-29; 1 Tim. 3:3-16). Gereja mula-

mula memperhatikan dua macam pelayanan, yaitu: pelayanan spiritual yaitu pelayanan

Firman Allah dan doa (Kis. 6:4) dan pelayanan material yaitu pelayanan meja (Kis. 6:1-

2).

b) Arti yang lebih luas yaitu muncul dalam Matius 25:44; Markus 1:13; 15:41; Lukas 8:3.

Ketiga, Pelayanan proklamasi Injil (Kis. 6:4; 20:24; 2 Kor. 4:1; 6:3; 11:8). Kecuali arti di

atas, di dalam Perjanjian Baru kata pelayanan juga berhubungan dengan pelayanan

proklamasi Injil. Kisah Para Rasul 6:4 “Dan supaya kami sendiri dapat memusatkan

pikiran dalam doa dan pelayanan firman.” Lebih jelas Paulus berkata “Tetapi aku tidak

menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan

4 Verne H. Fletcher, Lihatlah Sang Manusia – Suatu pendekatan pada Etika Kristen Dasar, BPK Gunung Mulia (Jakarta:2007), 195

Page 7: BAB II Diakonia adalah Tugas Gereja - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6835/2/T1_712007077_BAB II.pdf · ... dalam bahasa Yunani digunakan untuk pelayan

menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus untuk memberi kesaksian

tentang Injil kasih karunia Allah (Kis. 20:24 dan 2 Kor. 4:1).

Istilah diakonia dipopulerkan dalam era Perjanjian Baru. Dua kata yang berhubungan erat

dengan diakonia yaitu diakoneim dan diakonos. Diakoniem berarti melayani; dan diakonos

berarti pelayan. Pada mulanya diakonia bermakna pelayanan secara terbatas pada pelayanan

firman. Dalam perkembangannya, keduanya sering digunakan dalam berbagai konteks, misalnya

a. Dalam 2 Korintus 5:18-19 ; diakonia digunakan dalam konteks pelayanan perdamaian

yaitu pelayanan yang dilakukan oleh Allah di dalam dan melalui diri Yesus Kristus untuk

mendamaikan diri-Nya dengan manusia. Jadi Yesus Kristus adalah diakonos perdamaian.

b. Dalam Wahyu 2:19 ; diakonia digunakan dalam konteks tugas atau pekerjaan yang harus

dikerjakan oleh orang-orang percaya. Pelaksanaan tugas tersebut dikaitkan dengan

kesabaran, iman, dan ketekunan.

c. Dalam Kolose 4:17; diakonia digunakan dalam konteks tugas pelayanan yang diterima

dari Tuhan. Berdasarkan konteks-konteks yang dikemukakan di atas, perlu dilakukan

pembatasan pemahaman. Pembatasan ini berfungsi sebagai titik tolak pembahasan

selanjutnya dan sekaligus menyatukan pemahaman bersama. Dilihat dari pemakaian

awal dan pemakaian dalam beberapa konteks di atas dapat dikatakan bahwa diakonia

adalah tugas pelayanan dari Allah untuk kesejahteraan manusia. Sekalipun tidak

menggunakan kata diakonia, melalui peristiwa pembagian roti kepada lima ribu orang

(Yoh. 6:1-15; Mat. 14:13-21), Yesus Kristus memperlihatkan aspek kesejahteraan fisik

dari pelayanan yang dilakukanNya. Hal ini mengindikasikan bahwa kecukupan pangan

merupakan tugas yang harus diperhatikan dan dilaksanakan oleh murid-murid. Kata

Yesus, “Tidak perlu mereka pergi kamu harus memberikan mereka makan. Penggunaan

Page 8: BAB II Diakonia adalah Tugas Gereja - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6835/2/T1_712007077_BAB II.pdf · ... dalam bahasa Yunani digunakan untuk pelayan

kata harus menggambarkan sikap Yesus terhadap pelayanan kesejahteraan

(Diakonia). Orang-orang yang datang kepada-Nya tidak cukup dilayani dengan khotbah

yang menyenangkan secara spiritual tetapi juga perlu dikenyangkan secara material.

Karl Marx salah seorang Filsuf Jerman mengelompokkan masyarakat dalam dua

golongan yang berdasarkan kemiskinan dan kekayaan, yaitu proletar dan borjuis. Kaum proletar

ialah para buruh yang bekerja di pabrik-pabrik, dan kaum borjuis ialah kaum pemilik modal

yang merupakan tuan-tuan dari kaum proletar. Pikiran Marx berangkat dari konsep ekonomi

tentang pemilik modal dan pekerjanya.5 Ditambah dengan pembagian kerja yang bersifat mental

dan manual, ada kemungkinan besar bahwa para anggota kelas pekerja yang mayoritas akan

mengalami sejenis alienasi dari pekerjaan mereka, dan dengan demikian menciptakan

dehumanisasi (pengabaian hak asasi manusia) dan kegelisahan. Tetapi mereka yang memiliki

alat-alat produksi tidak bisa menanggung kehilangan kontrol terhadap situasi mereka yang lebih

unggul dan mengguntungkan, kelas yang dominan harus merekonstruksi system-sistem

kepercayaan mengenai masalah-masalah yang paling penting (Tuhan, alam semesta,

kemanusiaan, moralitas, dsb) dan mengkomunikasikannya kepada massa agar mereka tetap dapat

dikuasai.6

Jika dibandingkan dengan perspektif Alkitab, maka Stott mengatakan bahwa: sejumlah

studi penelitian terhadap materi Alkitab telah dilakukan dan dipublikasikan. Studi ini difokuskan

pada Perjanjian Lama, di mana serangkaian kata untuk kemiskinan, yang datangnya dari akar

kata Ibrani, muncul lebih dari 200 kali. Cara mengelompokkannya bisa bermacam-macam. Tapi

perbedaan prinsip yang terkandung dalam masing-masing kata itu ada 3. Pertama, ditinjau dari

5 Frans Magniz-Suseno, Etika Politik, Gramedia Pustaka Utama (Jakarta; 203), 265-266 6 David K. Naugle, Wawasan Dunia-Sejarah Sebuah konsep (Sebuah Pandangan Kristen), Penerbit Momentum (Surabaya:2010), 286-287

Page 9: BAB II Diakonia adalah Tugas Gereja - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6835/2/T1_712007077_BAB II.pdf · ... dalam bahasa Yunani digunakan untuk pelayan

segi ekonomi, ada orang yang miskin karena ketiadaan materi mereka yang terkucil sama sekali

dari segala kebutuhan hidup primer. Kedua, ditinjau dari segi sosial, ada orang yang miskin

akibat penindasan, yang merupakan korban ketidakadilan, dan tidak berdaya. Ketiga, ditinjau

dari segi spiritual, ada orang miskin yang rendah hati, yang sadar akan ketidakberdayaannya dan

mengharapkan pertolongan dari Allah semata-mata. Dalam masing-masing kasus ini Allah

tampil sebagai yang datang menjumpai mereka untuk membela mereka, sesuai dengan sifat unik-

Nya, bahwa ‘Ia menegakkan orang yang hina dari dalam debu’.7

Ketika analisa dilakukan bardasarkan apa yang diungkapkan dalam Perjanjian Baru,

maka Verne H. Fletcher mengemukakan bahwa: salah satu unsur yang mengesankan dalam

penginjilan adalah ketekunan-Nya untuk mendahulukan kaum miskin dan telantar. Walaupun,

seperti yang ditekankan, Yesus sangat bersifat terbuka terhadap setiap orang yang di jumpai-

Nya, namun tidak dapat di sangkal bahwa Ia memusatkan kepedulian-Nya khususnya kepada

golongan rendah, sehingga dapat dikatakan bahwa ia memihak kepada rakyat jelata.8 Verne H.

Fletcher menjelaskan bahwa: dalam melukiskan gambaran Yesus, kita jangan lupa ia bukan

hanya menyamakan diri dengan orang rendahan dan terbuang, tetapi Ia juga berlaku sebagai

pelayan mereka.

Khusus tentang relasi antara pemberitaan Injil dan kepedulian terhadap kehidupan sosial,

menurut John Stott bahwa, umat Kristen tidak hanya diajarkan untuk menaikkan doa syafaat bagi

situasi sosial, namun harus mendemonstrasikan kuasa Injil, malalui aksi sosial. Sebab baik

7 Ibid, 307-308 8 Verne H. Fletcher, Lihatlah Sang Manusia – Suatu pendekatan pada Etika Kristen Dasar, BPK Gunung Mulia (Jakarta:2007), 271

Page 10: BAB II Diakonia adalah Tugas Gereja - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6835/2/T1_712007077_BAB II.pdf · ... dalam bahasa Yunani digunakan untuk pelayan

pemberitaan Injil dan aksi sosial merupakan dua mata rantai yang tidak dapat dipisahkan satu

dengan yang lainnya.9

Kasih kita kepada sesama harus diwujudkan dalam suatu keprihatinan yang terpadu

terhadap keseluruhan kebutuhan rohani dan sosial. Itulah sebabnya pelayanan Yesus selalu

diungkapkan oleh dua perkataan yang diapit dalam tanda kurung yaitu perkataan dan perbuatan.

Pemberitaan Injil dan perbuatan sosial adalah ibarat sepasang sayap burung atau mata gunting,

yang mustahil bisa berfungsi kalau hanya terdiri dari satu. Tapi, pemberitaan Injil selaku

pendahuluan aksi sosial harus kita lihat dari dua segi. Pertama, Injil itu mengubah manusia setiap

orang Kristen harus mampu menggemakan ucapan Paulus: “Sebab aku mempunyai keyakinan

yang kokoh dalam Injil, dan Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang

percaya” (Roma 1:16). Buktinya kita lihat dalam kehidupan kita sendiri dan dalam kehidupan

orang lain. Karena dosa pada dasarnya pumpunan pada diri sendiri, maka salah satu unsur hakiki

penyelamatan ialah pentransformasikan ‘diri sendiri’ menjadi ‘bukan diri sendiri’.

Iman membawa kepada kasih dan kasih membawa kepada pelayanan. Jadi aksi

sosial,sebagai pelayanan kasih terhadap orang-orang yang menderita kekurangan, harus

meupakan hasil yang tidak pelak lagi dari iman yang menyelamatkan, meskipun harus kita akui

bahwa ini tidak selamanya begitu. Dengan demikian, kita tetap berpendapat bahwa pemberitaan

Injil merupakan peranti utama bagi terjadinya perubahan sosial. Sebab Injil mengubah manusia,

dan manusia yang sudah berubah dapat mengubah masyarakat.10

Konsep yang dikemukakan diatas berlatar belakang situasi yang terjadi ketika masyarakat

Palestina, khususnya ketika dikuasai oleh Raja Herodes dan Pilatus, yakni selama masa

9 Ibid, 292 10 David Bosch, Transformasi Misi Kristen, BPK Gunung Mulia (Jakarta:2005), 147

Page 11: BAB II Diakonia adalah Tugas Gereja - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6835/2/T1_712007077_BAB II.pdf · ... dalam bahasa Yunani digunakan untuk pelayan

pelayanan Yesus dimana situasi Bangsa Yahudi penuh ketegangan sosial, sebab Raja Herodes

yang disebut Agung selama pemerintahannya ia terkenal bengis yang memerintah melalui

pembunuhan, penipuan, dan kecurangan. Ia seorang yang haus akan kemasyuran dan kejayaan,

dengan cara memeras penduduk negerinya dengan perpajakan yang berat. Di samping itu,

Herodes menggusur dan merampas area tanah yang sangat luas – sebagian menjadi milik pribadi,

sebagian dijual kepada para tuan tanah yang kaya.

Yang mengesankan yakni melalui dia pemulihan Bait Allah yang megah di Yerusalem

diwujudkan. Itulah sebabnya ia meninggal maka muncullah kerusuhan dan pemberontakan yang

dipimpin oleh Yudas dari Galilea, namun kemudia pemberontakan itu dikalahkan dan kemudian

dua ribu pembangkang disalibkan sepanjang jalan raya. Peristiwa itu tidak jauh dari Nasaret,

tempat Yesus dibesarkan. Usia-Nya pada saat itu diperkirakan menjelang sepuluh tahun,

sehingga tentunya Yesus mendengar berita tersebut dan kemudian menyaksikan barisan salib

itu.11

Itulah sebabnya Fletcher mengungkapkan bahwa: analisa sosial atas masyarakat Palestina

pada awal abad pertama menunjukkan bahwa, di samping golongan kaya dan golongan sedang

yang keduanya relatif kecil, kebanyakan penduduk sedang mengalami keadaan buruk. Tentang

mayoritas yang miskin itu, dapat dibedakan antara sebagian yang dapat menyambung hidupnya

saja, dan bagian yang lain yang sama sekali melarat, yaitu yang tidak punya apa-apa. Kedua

kategori orang miskin tersebut digambarkan dalam parable Yesus tentang “Bendahara yang tidak

jujur” yang ketika akan dipecat jabatannya mempertimbangkan kedua pilihan yang tersedia:

“Apakah yang aku perbuat? Mencangkul aku tidak dapat, mengemis aku malu” (Luk. 16:3).

11 Verne H. Fletcher, Lihatlah Sang Manusia – Suatu pendekatan pada Etika Kristen Dasar, BPK Gunung Mulia (Jakarta:2007), 273

Page 12: BAB II Diakonia adalah Tugas Gereja - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6835/2/T1_712007077_BAB II.pdf · ... dalam bahasa Yunani digunakan untuk pelayan

Penderitaan seperti yang dilukiskan di atas bergandeng dengan harapan akan

penyelamatan Ilahi. Suasana yang terjadi terungkap dalam beberapa ucapan pada Injil Lukas:

“orang banyak sedang menanti dan berharap” (3:15) dan “orang-orang menyangka bahwa

Kerajaan Allah segera tampak” (19:11). Tentunya bukan hanya rakyat jelata yang berharap,

tetapi seluruh bangsa dan pengharapan itu sejak beberapa abad, mulai dalam masa pembuangan.

Peristiwa semacam itu lazimnya dinantilan sebagai hari pembalasan Allah terhadap musuh-

musuh kaum Yahudi.

Selain kemerdekaan politik juga tercakup harapan akan kesejahteraan sosial: utang

piutang ditiadakan, perkebunan besar dibagi-bagikan dan para budak di bebaskan. Harapan itu

berkisar pada Sang Mesias, seorang pahlawan yang sama seperti Raja Daud, yang akan bertindak

sebagai wakil Allah dan membimbing bangsa Yahudi menuju hari kemenangan. Oleh karena

harapan mesias, tidak mengagetkan kalau kuasa Romawi menganggap setiap pengaku Mesias

sebagai musuh politik yang dicurigai merancang pemberontakan, dan oleh karena itu perlu

disalibkan.12 Itulah sebabnya, tidak heran jika David J. Bosch memberikan judul dalam sub-sub

bukunya tentang Injil Lukas dengan “Injil bagi Kaum Miskin dan Orang Kaya”.13 Menurut

Bosch, Lukas sebagai penginjil bagi kaum kaya, sebab Lukas berbicara tentang bagaimana si

kaya harus bersikap terhadap si miskin.14

Melihat kondisi yang ada di dalam sejarah orang Yahudi dan sikap Yesus terhadap dua

golongan kemiskinan, gereja harus memproklamirkan kabar baik tentang Kerajaan itu kepada

orang-orang miskin secara materi, menyambut mereka dalam persekutuannya, dan mengambil

bagian dalam problema-problema mereka. Memang, keprihatinan oleh para penulis Alkitab, dan

12 Ibid, 239-240 13 David Bosch, Transformasi Misi Kristen, BPK Gunung Mulia (Jakarta:2005),153 14 Ibid, 158

Page 13: BAB II Diakonia adalah Tugas Gereja - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6835/2/T1_712007077_BAB II.pdf · ... dalam bahasa Yunani digunakan untuk pelayan

lebih khusus lagi oleh Yesus sendiri, telah membuat beberapa pemikir kontemporer berbicara

tentang “kecondongan” Allah memihak kepada mereka.15

Gereja harus memusatkan misinya pada pangkal kemiskinan itu, dan harus memusatkan

misinya pada pangkal kemelaratan itu, dan dari situ bergerak “menuju ke pinggiran”, kepada

mereka “terhadap setiap orang berdosa”, dengan kata-kata lain kepada orang-orang miskin dan

tertindas.16 Lagi pula gereja tidak boleh mentolerir kemiskinan material di antara umat-Nya. Jika

Yesus mengatakan, “orang-orang miskin selalu ada padamu” (Mrk 14:7), maka Ia sekali-kali

bukannya menyetujui adanya kemiskinan secara permanen. Dalam ucapan itu menggema

Perjanjian Lama, “orang-orang miskin tidak hentinya akan ada di dalam negri itu” (Ul 15:11).

Namun ini maksudnya bukan sebagai alasan berpuas diri, melainkan sebagai dorongan untuk

bermurah hati, sehingga menghasilkan “maka tidak akan ada orang miskin di antaramu” (Ul

15:4).

Apabila ada suatu komunitas di dunia ini, dalam nama keadilan dijamin bagi yang

tertindas, orang miskin dilepaskan dari kemiskinan dan kebutuhan material terpenuhi akibat

berbagai sumber daya, maka komunitas itu adalah masyarakat baru Yesus. Itu terjadi di

Yerusalem sesudah Pentakosta, takkala “tidak ada seorang pun yang berkekurangan di antara

mereka”, seperti yang diutarakan Lukas kepada kita dalam Kis 4:34, dan itu dapat (dan

seharusnya) berulang lagi pada masa kini. Bagaimana kita dapat membiarkan saudara-saudara

kita sendiri dalam keluarga Allah menderita kekurangan?17

15 Ibid, 316 16 Ibid, 317 17 Ibid, 317-318

Page 14: BAB II Diakonia adalah Tugas Gereja - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6835/2/T1_712007077_BAB II.pdf · ... dalam bahasa Yunani digunakan untuk pelayan

2.3. Bentuk-bentuk Diakonia Gereja

Diakonia sebagai pelayanan kasih tidak lagi menjadi monopoli kegiatan institusi gereja,

tetapi telah dilakukan oleh lembaga pelayanan Kristen dan LSM. Bentuk dan cara diakonia yang

dilakukan oleh organisasi sosial Kristen telah berkembang lebih maju dan cepat daripada

dilakukan oleh institusi gereja. Bicara tentang pelayanan gereja dalam pemberdayaan

anggotanya, bahkan sampai menyentuh kepentingan masyarakat luas, serta membangun kualitas

kehidupan manusia yang lebih baik, dapat digolongkan dalam tiga model pendekatan pelayanan

karitatif, reformatif dan transformatif.

a) Diakonia Karitatif

Diakonia karitatif merupakan bentuk diakonia yang paling tua yang dipraktekkan oleh

gereja dan pekerja sosial. 18 Diwujudkan dalam bentuk pemberian makanan, pakaian untuk orang

miskin, menghibur orang sakit dan perbuatan amal kebajikan lainnya. Model ini mendapat

dukungan gereja (terutama sebaelum tahun 1950), karena dapat memberi manfaat yang dapat

terlihat langsung, tidak ada resiko, sebab akan didukung oleh penguasa, memberikan penampilan

yang baik terhadap si pemberi, memusatkan perhatian pada hubungan pribadi, misalnya

merespon beasiswa/bantuan uang untuk anak, bisa digunakan untuk menarik seorang yang

dibantu untuk menjadi anggota gereja (WWC-1982), menciptakan hubungan subjek-objek

(ketergantungannya) dan status quo.

Diakonia karitatif merupakan produk dan perkembangan dari industrialisasi di Eropa dan

Amerika Utara (abad ke-19), disebarkan oleh misi dan zending selama masa penjajahan dan

didukung oleh pemerintah penjajah namun sangat dikecam oleh golongan nasionalis dan

18 Josef. P. Widyatmadja, Diakonia Sebagai Misi Gereja (Yogyakarta: Kanisius, 2009) hal 109-112

Page 15: BAB II Diakonia adalah Tugas Gereja - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6835/2/T1_712007077_BAB II.pdf · ... dalam bahasa Yunani digunakan untuk pelayan

kelomok agama lainnya di negeri jajahan. Menurut Woodward (Romanyshyn 1971:6), diakonia

karitatif cenderung mempertahankan status quo, ideologi, dan teologinya, karena kemiskinan

tidak terhindarkan, karena situasi dan ketidakmampuan yang bersangkutan, percaya bahwa

melalui kerja keras seseorang dapat memperbaiki kesejahteraannya, bukan perubahan sosial,

mendesak perlunya tanggung jawab moral dari yang kaya untuk melakukan amal demi

mengurangi kemiskinan, pembenaran penggunaan “sebagian kecil kekayaan yang terbatas”

untuk mereka yang miskin, dan menganggap harta milik mereka adalah halal dan sebagai

pemberian Allah.

Tidak dapat disangkal bahwa diakonia karitatif memiliki kelemahan. Tetapi di dalam

kehidupan sehari-hari, diakonia karitatif tidak dapat dihindari. Dalam kehidupan gereja, diakonia

karitatif masih tetap dibutuhkan oleh gereja khususnya dalam situasi darurat sebelum

memberikan pelayanan diakonia reformatif bahkan lebih lagi diakonia transformatif.

b) Diakonia Reformatif

Diakonia reformatif ini lebih menekankan pada aspek pembangunan, pendekatan yang

dilakukan adalah dengan community development, seperti pembangunan pusat kesehatan,

penyuluhan, bimas, dan koperasi. Karakteristik diakonia ini dapat dilihat sebagai berikut,

pertama, lebih berorientasi pada pembangunan lembaga-lembaga formal, tanpa perombakan

struktur dan sistem yang ada, kedua, sudah menggunakan analisis sosial-kultural, namun tidak

menggunakan analisis struktural, dan yang ketiga, pendekatan pelayanan ini masih bersifat top-

Page 16: BAB II Diakonia adalah Tugas Gereja - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6835/2/T1_712007077_BAB II.pdf · ... dalam bahasa Yunani digunakan untuk pelayan

down, dalam model ini masyarakat belum sepenuhnya menjadi pelaku sejarah yang menentukan

masa depannya sendiri.19

Diakonia karitatif sering digambarkan sebagai tindakan belas kasihan pada orang yang

lapar dengan memberi sepotong ikan, sedangkan diakonia reformatif sering digambarkan dengan

menolong orang lapar dengan memberi alat pancing dan mengajar memancing. Dari desa hingga

ibu kota, bahkan mancanegara, para pemipin mulai berbicara tentang pembangunan. Sejak tahun

1967, tidak ada kata yang lebih indah dari kata pembangunan.20

Diakonia pembangunan atau reformatif bisa dikatakan tidak mampu menyelesaikan

kemiskian rakyat, sebab ia hanya memberi perhatian pada pertumbuhan ekonomi, bantuan modal

dan teknik, tetapi mengabaikan sumber kemiskinan, yaitu ketidakadilan dan pemerataan.21

c) Diakonia Transformatif

Pada pembahasan sebelumnya diakonia karitatif digambarkan sebagai pelayanan

memberikan ikan pada orang yang lapar, sedangkan diakonia reformatif atau pembangunan

adalah pelayanan memberikan pancing dan mengajarkan memancing, maka diakonia

transformatif atau pembebasan digambarkan sebagai pelayanan mencelikkan mata yang buta dan

memampukan kaki seseorang untuk kuat berjalan. Pemberian pancing dan keterampilan

memancing tidaklah berguna bila sungai-sungai dan laut sudah dimonopoli oleh orang-orang

yang serakah. Rakyat kecil yang buta hukum serta mengalami kelumpuhan semangat berjuang,

perlu dilayani, yaitu dengan menyadarkan hak-hak mereka. Mereka juga butuh dorongan dan

semangat untuk percaya pada diri sendiri.22

19Kornelis P. Patola, Diakonia Transformatif: Bentuk Kepedulian Umat Allah, Majalah LINK Jubilee School, Vol 4, 2008. 20Josef. P. Widyatmadja, Diakonia Sebagai Misi Gereja (Yogyakarta: Kanisius, 2009) hal, 113 21Ibid, 114 22Ibid, 114

Page 17: BAB II Diakonia adalah Tugas Gereja - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6835/2/T1_712007077_BAB II.pdf · ... dalam bahasa Yunani digunakan untuk pelayan

Bahkan kenyataannya dibeberapa negara, pembangunan yang menekankan pertumbuhan

ekonomi hanya menciptakan kemiskinan baru dan memperluas gap antara kelompok orang yang

kaya dan yang miskin, bahkan merusak lingkungan ekologis bumi untuk kebutuhan jangka

panjang muncul sebagai alternatif ketiga menjawab permasalahan kemiskinan dan ketidakadilan

struktural yang muncul di permukaan. Sejarah lahirnya dipelopori oleh gereja Amerika Latin

mencari jawaban atas kemiskinan yang sangat parah di sana.

Asumsi yang mendasari pelayanan ini adalah kalau ada orang lapar, tidak cukup diberi

roti, sebab besok ia akan datang kembali untuk meminta roti (menghapus mental

ketergantungan); juga tidak cukup, hanya diberi pancing atau pacul, karena masalahnya terletak

pada pertanyaan, di mana mereka dapat mengali dan mengolah tanah? Bila tanah dan laut

dikuasai kaum pemilik modal yang mempunyai kapital? Karena itu berilah dia hak hidup melalui

pendampingan dan perberdayaan bagi mereka. Pendekatan yang dilakukan adalah pola

Community Organization (CO) dengan pendekatan pengorganisasian komunitas untuk dapat

merancang dan merencanakan hidup mereka sendiri. Peran gereja selama ini dalam

mentransformasikan dunia dirasakan belum optimal.

Teolog pembebasan merumuskan "ekklesiologi baru" (ilmu tentang gereja) dan

merefleksikan gereja secara kontekstual. Teologi pembebasan adalah kata majemuk yang terdiri

dari kata teologi dan pembebasan. Teologi adalah ilmu yang mempelajari tentang Tuhan dan

hubungannya dengan manusia serta alam, sedangkan kata pembebasan adalah reaksi dari istilah

pembangunan yang kemudian menjadi ideologi perkembangan ekonomi yang cenderung liberal

dan kapitalistik. Jadi, teologi pembebasan adalah sebuah paham akan peranan agama dalam

lingkup sosial yakni pengontekstualisasian ajaran-ajaran dan nilai agama pada masalah kongkrit

yang terjadi di sekitarnya. Titik berangkat teologi pembebasan ala Gutierrez adalah gereja dan

Page 18: BAB II Diakonia adalah Tugas Gereja - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6835/2/T1_712007077_BAB II.pdf · ... dalam bahasa Yunani digunakan untuk pelayan

hubungannya dengan dunia di Amerika Latin. Guna memindahkannya ke dunianya, gereja

memerlukan sebuah pemahaman baru dalam sifat dasar dan misinya. Dan dengan pemahaman ini

pula fungsi pembebasan gereja tampak dalam tiga tingkatan, yaitu pembebasan politik yang

mengakomodasi golongan miskin dan tertindas; pembebasan sebagai sebuah pemahaman akan

sejarah, dengan orang menyadari dan dapat melihat masa depannya secara bertanggungjawab;

dan pembebasan oleh Kristus dari dosa, akar dari segala kebobrokan hubungan manusia,

ketidakadilan dan penindasan.23

Secara teoritis diakonia adalah bagian dari tri tugas panggilan gereja yang harus

direncanakan dan dilaksanakan seimbang dengan tugas panggilan lainnya. Tugas panggilan

diakonia lebih cenderung melayani sesama dalam pergumulan sosialnya. Dari ketiga model

diakonia di atas, menurut saya diakonia transformatif-lah yang paling menyentuh akar

permasalahan, karena diakonia model ini tidak membuat si miskin menjadi ketergantungan atau

hanya sekedar dapat bertahan hidup, di dalam situasi dan keadaan hidup yang penuh dengan

penderitaan dan ketidakadilan.

Model ini dapat membantu gereja mengakomodir masalah kemiskinan dan ketidak

merataan yang terjadi, besar ataupun kecil dampak yang dihasilkan. Sehingga mereka yang

tertindas dan yang tidak mendapatkan keadilan dapat bangkit untuk menata kehidupan kembali

secara mandiri, dan menentang segala praktek-praktek ketidakadilan dan penindasan yang diatur

di dalam sebuah sistem.

Dalam uraian diatas, ketiga model diakonia tersebut pastinya mempunyai kekuatan

maupun juga kelemahan. Namun tidak dapat disangkal bahwa ketiga model diakonia ini masih

tetap dibutuhkan oleh gereja. Diakonia karitatif dibutuhkan dalam keadaan darurat sebelum

memberikan pelayanan yang lebih lagi seperti diakonia reformatif dan juga transformatif. Begitu 23Ibid, 361-362

Page 19: BAB II Diakonia adalah Tugas Gereja - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6835/2/T1_712007077_BAB II.pdf · ... dalam bahasa Yunani digunakan untuk pelayan

juga dengan model diakonia reformatif, gereja masih tetap membutuhkan model diakonia ini

khususnya dalam membangun sumber daya manusia (SDM) jemaat.