bab ii determinasi diri a. hakikat determinasi diri 1

29
14 BAB II DETERMINASI DIRI A. Hakikat Determinasi Diri 1. Definisi Determinasi Diri Menurut Ryan & Deci (2017) Determinasi diri adalah sebuah pendekatan motivasi dan kepribadian manusia yang menggunakan metode empiris tradisional dengan menggunakan matateori organismik yang memusatkan pada pentingnya sumber daya manusia (SDM) untuk pengembangan kepribadian dan teori empiris yang berasal dari motivasi dan kepribadian manusia dalam konteks sosial yang membedakan motivasi di bagian yang otonom dan terkontrol. Determinasi diri didefinisikan sebagai pengalaman yang berhubungan dengan perilaku otonom yang sepenuhnya didukung oleh diri sendiri, sebagai lawan dari alasan rasa tertekan atau terpaksa (Ryan & Deci, 2017). Determinasi diri adalah sikap mental yang ditandai dengan komitmen yang kuat untuk mencapai tujuan tertentu meskipun terdapat hambatan dan kesulitan; suatu proses dalam pembuatan keputusan, mencapai kesimpulan, atau memastikan hasil akhir dari setiap proses (Vandenbos, 2008) Menurut Geon & Stefani (2016) mengungkapkan bahwa determinasi diri adalah kemampuan individu untuk memiliki control diri dalam memfasilitasi dirinya mencapai tujuan hidup pribadi dengan menerima kekuatan dan keterbatasan diri. Berdasarkan prespektif psikologi yang dipaparkan Ryan dan Deci (2002) mendefinisikan bahwa determinasi diri diartikan sebagai kapasitas seseorang untuk memilih dan memiliki beberapa pilihan untuk menentukan suatu tindakan atau dikatakan kebulatan tekad seseorang atau ketetapan hati seseorang pada suatu tujuan yang hendak dicapainya. Determinasi diri adalah kemampuan diri dalam mengidentifikasi dan mencapai tujuan berdasarkan pengetahuan dan penilaian individu terhadap diri sendiri (Field, Hoffman & Posch. 1997). Determinasi diri adalah teori yang berfokus pada level motivasi yang individu miliki ketika melakukan kegiatan, serta alasan mengapa individu Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020 - - - - www.lib.umtas.ac.id

Upload: others

Post on 07-Jan-2022

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II DETERMINASI DIRI A. Hakikat Determinasi Diri 1

14

BAB II

DETERMINASI DIRI

A. Hakikat Determinasi Diri

1. Definisi Determinasi Diri

Menurut Ryan & Deci (2017) Determinasi diri adalah sebuah pendekatan

motivasi dan kepribadian manusia yang menggunakan metode empiris

tradisional dengan menggunakan matateori organismik yang memusatkan pada

pentingnya sumber daya manusia (SDM) untuk pengembangan kepribadian dan

teori empiris yang berasal dari motivasi dan kepribadian manusia dalam konteks

sosial yang membedakan motivasi di bagian yang otonom dan terkontrol.

Determinasi diri didefinisikan sebagai pengalaman yang berhubungan dengan

perilaku otonom yang sepenuhnya didukung oleh diri sendiri, sebagai lawan dari

alasan rasa tertekan atau terpaksa (Ryan & Deci, 2017).

Determinasi diri adalah sikap mental yang ditandai dengan komitmen yang

kuat untuk mencapai tujuan tertentu meskipun terdapat hambatan dan kesulitan;

suatu proses dalam pembuatan keputusan, mencapai kesimpulan, atau

memastikan hasil akhir dari setiap proses (Vandenbos, 2008)

Menurut Geon & Stefani (2016) mengungkapkan bahwa determinasi diri

adalah kemampuan individu untuk memiliki control diri dalam memfasilitasi

dirinya mencapai tujuan hidup pribadi dengan menerima kekuatan dan

keterbatasan diri.

Berdasarkan prespektif psikologi yang dipaparkan Ryan dan Deci (2002)

mendefinisikan bahwa determinasi diri diartikan sebagai kapasitas seseorang

untuk memilih dan memiliki beberapa pilihan untuk menentukan suatu tindakan

atau dikatakan kebulatan tekad seseorang atau ketetapan hati seseorang pada

suatu tujuan yang hendak dicapainya. Determinasi diri adalah kemampuan diri

dalam mengidentifikasi dan mencapai tujuan berdasarkan pengetahuan dan

penilaian individu terhadap diri sendiri (Field, Hoffman & Posch. 1997).

Determinasi diri adalah teori yang berfokus pada level motivasi yang

individu miliki ketika melakukan kegiatan, serta alasan mengapa individu

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--

--

www.lib.umtas.ac.id

Page 2: BAB II DETERMINASI DIRI A. Hakikat Determinasi Diri 1

15

tersebut termotivasi untuk melakukannya. Dalam teori ini, orientasi motivasi

yang berbeda berfungsi sebagai stimulus untuk melakukan kegiatan dan sejauh

mana individu ditentukan oleh makna dan kepentingan pribadi (Ryan &

Deci,2000a). Seseorang yang tidak memiliki dorongan atau inspirasi dalam

melakukan suatu kegiatan dikarakteristikan tidak termotivasi, sedangkan

seseorang yang bersemangat dan aktif dalam melakukan suatu kegiatan

dikarakteristikan termotivasi (Ryan & Deci, 2000a).

Powers, dkk berpendapat bahwa determinasi diri merupakan sikap dan

kemampuan individu yang dapat memfasilitasi dirinya dalam mengidentifikasi

dan mencapai tujuan. Power juga berpendapat bahwa determinasi diri dapat

direfleksikan sebagai penguasaan diri sendiri atau kontrol diri, berpartisipasi

aktif dalam pembuatan keputusan, dan kemampuan memimpin dirisendiri untuk

menggapaitujuanhidup pribadiyang bernilai (Field, Hoffman & Posch. 1997).

Berdasarkan dari beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa

determinasi diri merupakan kemampuan individu dalam mengarahkan dirinya

untuk mencapai tujuan sehingga terpenuhi kebutuhan Autonomy, kompetensi dan

dapat terhubung dengan oranglain.

2. Sejarah Teori Determinasi diri

Teori Determinasi diri diperkenalkan lebih dari dua puluh tahun yang lalu

oleh dua psikolog yaitu bernama Richard M. Ryan, PhD dan Edward L. Deci,

PhD. Ryan adalah seorang psikolog klinis, Profesor Riset di Institute untuk

psikologi positif dan pendidikan di Australian Catholic University serta sebagai

Profesor Ilmu Klinis dan Sosial dalam Psikologi di University of Rochester.

Ryan adalah anggota dari Asosiasi psikologi Amerika, Asosiasi untuk Ilmu

Psikologi, Asosiasi Penelitian Pendidikan Amerika, dan The Society for

Personality dan Psikologi sosial.

Ryan menerima penghargaan karier yang menonjol dari masyarakat

Internasional untuk identitas diri dan Jaringan Internasional tentang makna

pribadi, serta Penghargaan Peneliti Terhormat Shavelson, disajikan oleh

International Global Pusat Penelitian Self, di antara penghargaan lainnya.

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--

--

www.lib.umtas.ac.id

Page 3: BAB II DETERMINASI DIRI A. Hakikat Determinasi Diri 1

16

Sebagai anggota kehormatan Masyarakat Psikologis Jerman dan penerima gelar

doktor kehormatan dari Universitas Thessaly di Yunani, ia juga penerima

beasiswa James McKeen Cattell Fund Fellowship dan Leverhulme Fellowship.

Ryan juga pernah menjadi profesor tamu di Institut Pendidikan Nasional di

Singapura, Universitas Bath di Inggris, dan Institut Max Planck di Berlin,

Jerman (Ryan & Deci,2017).

Edward L. Deci, PhD, adalah professor Helen F. dan Fred H. Gowen

dalam Ilmu Sosial di University of Rochester, dengan penunjukan sekunder di

University College of South Norway dan Australian Catholic University. Dr.

Deci adalah anggota dari Asosiasi Ilmu Psikologi, Asosiasi Psikologis Amerika,

dan Society for Personality dan psikologi sosial, di antara asosiasi lainnya.

Banyak penghargaannya termasuk penghargaan sarjana terkemuka dari

Masyarakat untuk Kepribadian dan Psikologi Sosial, penghargaan prestasi

seumur hidup dari Masyarakat Internasional untuk identitas diri, dan

penghargaan kontribusi ilmiah terkemuka dari Jaringan Psikologi Positif. Dia

diangkat sebagai presiden kehormatan Asosiasi Psikologis Kanada dan

merupakan penerima James McKeen Cattell Fund Fellowship.

Self determination theory (SDT) adalah teori organismik perilaku manusia

dan pengembangan kepribadian yang berbasis empiris. Analisis SDT difokuskan

terutama pada tingkat psikologis, dan itu membedakan jenis motivasi sepanjang

kontinum yang diarahkan pada kebutuhan Autonomy. Teori ini, berkaitan

dengan bagaimana faktor-faktor kontekstual sosial mendukung atau

menggagalkan perkembangan individu dalam kebutuhan psikologis dasar yaitu

kompetensi, keterkaitan, dan Autonomy. Meskipun teorinya adalah penelitian

psikologis tetapi memberikan fokus pada dasar-dasar biologis dari proses

psikologis dan menempatkannya dalam perspektif evolusi.

Teori determinasi diri meneliti bagaimana kondisi biologis, sosial, dan

budaya dapat meningkatkan atau merusak sumber daya yang dimiliki manusia

yang melekat untuk pertumbuhan, hubungan dan kesejahteraan psikologis baik

secara umum maupun dalam domain sceara khusus. Dengan demikian,

penelitian SDT secara kritis menyelidiki faktor-faktor, baik intrinsik untuk

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--

--

www.lib.umtas.ac.id

Page 4: BAB II DETERMINASI DIRI A. Hakikat Determinasi Diri 1

17

perkembangan individu dan dalam konteks sosial, yang memfasilitasi motivasi,

integrasi sosial dan kesejahteraan, serta sebagai alternatif, faktor-faktor yang

berkontribusi pada penipisan, fragmentasi, perilaku antisosial, dan

ketidakbahagiaan.

3. Konsep Determinasi diri

Teori determinasi diri merupakan teori yang sangat unik di antara teori

kognitif sosial karena mencoba memahami mengapa orang melakukan apa yang

mereka lakukan (Bryan, 2006). Determinasi diri termasuk ke dalam aliran

humanistik yang dibuktikan dengan adanya pandangan penolakan terhadap

pendapat bahwa tingkah laku manusia semata-mata ditentukan oleh faktor diluar

dirinya. Sebab teori humanistik memandang bahwa manusia merupakan actor

dalam drama kehidupan, bukan reactor terhadap insting atau tekanan lingkungan

(Desmita, 2017 : 45).

Aliran humanistik berhubungan erat dengan aliran filosofis Eropa yang

disebut sebagai eksistensialisme. Para eksistensialis, seperti filosof Martin

Heidegger (1889-1976) dan Jean Paul (1905-1980), memokuskan perhatian dan

pencarian arti pentingnya pilihan pada eksistensi manusia. Para eksistensialis

juga meyakini bahwa kemanusiaan membuat kita bertanggung jawab atas arah

yang akan diambil dalam kehidupan kita (Desmita, 2017:45). Sependapat

dengan pandangan aliran humanistik dan filsafat eksistensialisme Wehmeyer

menyebutkan bahwa determinasi diri juga mendefinisikan sebagai tindakan atas

kehendak yang memungkinkan seseorang sebagai penggerak utama dalam

kehidupannya untuk mempertahankan atau meningkatkan kualitas hidup

(Shogren, et.al 2012).

Para teoretikus humanistik mempertahankan bahwa manusia memiliki

kecenderungan bawaan untuk melakukan aktualisasi diri, untuk berjuang

menjadi apa yang mereka mau (Desmita,2017 :45). Oleh karena itu, determinasi

diri sama halnya dengan aliran humanis filsafat eksistensialime yang dibuktikan

dengan pandangan terhadap manusia yang digambarkan secara optimis dan

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--

--

www.lib.umtas.ac.id

Page 5: BAB II DETERMINASI DIRI A. Hakikat Determinasi Diri 1

18

penuh harapan. Humanis menyatakan bahwa didalam diri manusia terdapat

berbagai potensi untuk menjadi sehat dan tumbuh secara kreatif.

Manusia digambarkan sebagai individu yang aktif, bertanggung jawab,

mempunyai potensi kreatif, bebas, berorientasi ke depan, dan selalu berusaha

mengaktualisasikan dirinya. Kegagalan dalam mewujudkan potensi individu

lebih disebabkan oleh pengaruh yang bersifat menjerat dan keliru dari

pendidikan dan latihan yang diberikan oleh orangtua serta pengaruh-pengaruh

sosial lainnya.

Teori determinasi diri memiliki tiga kebutuhan psikologis dasar yaitu

Autonomy, kompetensi dan keterkaitan. Pencapaian kebutuhan ini dipengaruhi

oleh dua faktor, bagaimana orang-orang memutuskan sesuatu hal dan iya

tidaknya orang tersebut diperlakukan sebagai bagian dari lingkungan sosial.

(Deci dan Ryan, 2002). Ketika determinasi diri dan lingkungan individu

bertemu, maka ketiga kebutuhan yang muncul cenderung lebih termotivasi

secara intrinsic dan kurang termotivasi secara ekstrinsik (Deci & Ryan, 2000).

Kemungkinan adanya keuntungan bagi individu yang membutuhkan rasa puas,

hal ini dapat meliputi optimalisasi kesejahteraan individu dan perkembangan

sosial (Deci & Ryan, 2002).

4. Aspek-aspek Determinasi Diri

Sejarah psikologi empiris, berbagai teori telah mempertimbangkan konsep

kebutuhan manusia. Beberapa berfokus pada kebutuhan yang didasarkan pada

proses fisiologis yang mendasari keadaan pergerakan (Ryan & Deci, 2017).

Sedangkan yang lain berfokus pada kebutuhan yang dikonseptualisasikan dalam

hal proses psikologis (Baumeister & Leary, 1995; McClelland, Atkinson, Clark,

& Lowell , 1953; Murray, 1938 yang dikutip oleh Ryan & Deci, 2017).

Determinasi diri memiliki kebutuhan secara khusus yang didefinisikan

sebagai nutrisi yang penting untuk pertumbuhan, integritas, dan kesejahteraan.

Dengan demikian, kebutuhan fisiologis dasar berkaitan dengan nutrisi yang

diperlukan untuk kesehatan pada keselamatan tubuh, dan meliputi kebutuhan

seperti oksigen, air bersih, nutrisi yang memadai, dan bebas dari bahaya fisik.

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--

--

www.lib.umtas.ac.id

Page 6: BAB II DETERMINASI DIRI A. Hakikat Determinasi Diri 1

19

Bersamaan dengan kebutuhan fisik seperti itu, SDT berpendapat bahwa ada juga

kebutuhan psikologis dasar yang harus dipenuhi agar minat, perkembangan, dan

kesejahteraan psikologis dapat dipertahankan. (Ryan & Deci, 2017) Oleh karena

itu terdapat tiga kebutuhan psikologis dasar dalam determinasi diri yakni

Autonomy, competence dan relatedness, berikut ini penjelasan ketiga aspek

determinasi diri :

a. Autonomy (Otonomi)

Autonomy adalah suatu bentuk fungsi yang terkait dengan perasaan

kehendak, kongruen, dan terintegrasi (deCharms, 1968; Friedman, 2003; Ryan,

1993; Shapiro, 1981 yang dikutip oleh Ryan & Deci, 2017:10). Autonomy adalah

kebebasan yang dimiliki individu dalam melakukan sesuatu berdasarkan

pilihannya sendiri yang mengacu pada hal yang dirasakan dan bersumber dari

dirinya sendiri (Ryan & Deci,2000).

Autonomy sangat penting dalam membangun motivasi instrinsik. Ketika

individu melakukan tindakan karena pengaruh eksternal seperti controlling

reward, ancaman, paksaan, penilaian, tenggak waktu, maka hal tersebut dapat

merusak motivasi intrinsik. Sedangkan, ketika individu diberikam kesempatan

untuk memilih, merasa memiliki kebebasan untuk melakukan hal sesuai minat

mereka, maka motivasi instrinsik meningkat dan individu lebih percaya diri

dalam menunjukkan kinerjanya (Deci & Ryan, 2000).

b. Competence (Kompetensi)

Competence adalah salah satu masalah yang paling banyak diteliti dalam

psikologi dan secara luas dilihat sebagai elemen inti dalam tindakan termotivasi

(Ryan & Deci 2017 : 11). Di SDT, kompetensi mengacu pada kebutuhan dasar

kita untuk merasakan efek dan penguasaan. Orang perlu merasa mampu

beroperasi secara efektif dalam konteks kehidupan penting mereka. Kebutuhan

akan kompetensi terbukti sebagai upaya yang melekat, diwujudkan dalam rasa

ingin tahu, manipulasi, dan berbagai motif epistemik (Deci & Moller, 2005 yang

dikutip oleh Ryan & Deci, 2017).

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--

--

www.lib.umtas.ac.id

Page 7: BAB II DETERMINASI DIRI A. Hakikat Determinasi Diri 1

20

Kompetensi berfokus pada keinginan untuk bertindak efektif dalam

menghadapi lingkungan (White dalam Deci, 2000). Kebutuhan kompetensi

membuat individu lebih terbuka, tertarik dan belajar lebih baik dalam

beradaptasi dengan tantangan baru (Deci & Ryan, 2000). Dalam hubungan

antara kompetensi dan motivasi intrinsik, respon positif terhadap suatu perilaku

akan memunculkan kepuasan terhadap kebutuhan kompetensi, yang selanjutnya

kan meningkatkan motivasi intrinsic individu. Sebaliknya, respon negative

terhadap suatu perilaku akan mengurangi rasa puas terhadap kompetensi dan

akan menghambat motivasi instrinsik.

c. Relatedness (Relasi)

Relatedness berkaitan dengan perasaan terhubung secara sosial (Ryan &

Deci, 2017:11). Orang merasakan keterkaitan yang paling khas ketika mereka

merasa diperhatikan oleh orang lain. Namun keterkaitan juga tentang

kepemilikan dan perasaan signifikan antara lain. Jadi sama pentingnya dengan

keterkaitan adalah mengalami diri sendiri sebagai seseorang yang memberi atau

berkontribusi kepada orang lain (Ryan & Deci 2017, : 11) Keterkaitan adalah

hubungan sosial atau relasi sosial individu dalam berinteraksi dengan individu

lain dalam satu komunitas serta memiliki rasa saling bergantung satu dengan

yang lain (Ryan & Deci 2017:11).

Sama halnya dengan aspek autonomy dan kompetensi, aspek keterkaitan

berpengaruh terhadap pertumbuhan determinasi diri, namun lingkungan sosial

dapat menjadi penghambat pertumbuhan determinasi diri melalui control, kritik

dan penolakan sosial. Untuk mendukung pertumbuhan determinasi diri, individu

secara eksternal memerlukan lingkungan sosial yang mendukung dan secara

internal diperlukan adanya kesadaran individu (mindfulness) dan fungsi

autonomy pribadi (Brown & Ryan, 2004).

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--

--

www.lib.umtas.ac.id

Page 8: BAB II DETERMINASI DIRI A. Hakikat Determinasi Diri 1

21

5. Dimensi-dimensi Determinasi Diri

Menurut Ryan & Deci (2000a) mengidentifikasi tiga dimensi motivasi,

untuk menjelaskan alasan yang berbeda mengapa individu terlibat dalam

kegiatan, yaitu :

a. Motivasi Intrinsik

Motivasi Intrinsik adalah melakukan suatu kegiatan karena kepuasan yang

didapat dari melakukan suatu kegiatan tersebut, lebih dari pada memikirkan

konsekuensi yang mereka dapatkan karena kegiatan tersebut. Ketika seseorang

termotivasi secara instrinsik, individu merasa senang dalam melakukan sesuatu

dan menyukai tantangan bukan karena paksaan eksternal, tekanan atau imbalan.

b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah melakukan setiap kegiatan karena untuk

mencapai hasil yang diinginkan, sehingga motivasi ekstrinsik ini berbeda dengan

motivasi instrinsik, yang melakukan kegiatan dalam melakukan aktivitas

melainkan dari nilai kegiatan tersebut. Contohnya, siswa mengerjakan PR hanya

karena ia takut hukuman dari orangtua atau guru saat tidak melakukannya, hal

ini adalah motivasi ekstrinsik karena siswa menghindari hukuman.

Selain itu, kedispilinan yang dilakukan pada siswa dari pihak sekolah

dapat membentuk determinasi diri siswa. Sebagaimana yang disebutkan bahwa

disiplin sebagai salah satu cara untuk memberikan pembelajaran baik bagi

individu akan pentingnya manajemen diri dan waktu agar mampu memanfaatkan

waktu dengan sebaik mungkin. Kontrol diri sangat diperlukan oleh individu

untuk melatih dan mengembangkan perilaku positif dalam diri individu dan

mampu berinteraksi dengan lingkungannya, karena proses adaptasi terhadap

lingkungan sangatlah penting dibutuhkan dalam setiap situasi. (Haqiqi,2016)

Menurut Fachrudin (1989), disiplin itu juga mempunyai dua macam tujuan

yaitu:

1) Membantu anak untuk menjadi matang pribadinya dan mengembangkan

pribadinya dari sifat-sifat ketergantungan menuju tidak ketergantungan,

sehingga ia mampu berdiri sendiri di atas tanggung jawab sendiri.

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--

--

www.lib.umtas.ac.id

Page 9: BAB II DETERMINASI DIRI A. Hakikat Determinasi Diri 1

22

2) Membantu anak untuk mampu mengatasi, mencegah timbulnya masalah-

masalah pencapaian target sekolah dan berusaha menciptakan situasi yang

menyenangkan bagi kegiatan belajar mengajar, dimana mereka menaati

segala peraturan yang telah ditetapkan. (Haqiqi,2016)

Selain itu, menurut Hurlock (Haqiqi,2016), fungsi disiplin adalah:

1) Fungsi yang bermanfaat, untuk mengajarkan bahwa perilaku tertentu selalu

diikuti hukuman, namun yang lain akan diikuti dengan pujian dan untuk

mengajar anak suatu tindakan penyesuaian yang wajar, tanpa menuntut suatu

konfirmasi yang berlebihan. Serta untuk membantu anak mengembangkan

pengendalian diri sehingga mereka dapat mengembangkan hati nurani untuk

membimbing tindakan mereka.

2) Fungsi yang tidak bermanfaat, untuk menakut-nakuti anak, sebagai

pelampiasan agresi orang yang disiplin.

Sedangkan menurut Singgih (Haqiqi,2016) disiplin perlu dalam

pendidikan anak supaya dengan mudah anak dapat:

1) Meresapkan pengetahuan dan pengertian sosial antara hak milik orang lain.

2) Mengerti dan segera menurut untuk menjalankan kewajiban dan secara

langsung mengerti larangan-larangan.

3) Mengerti tingkah laku yang baik dan buruk.

4) Belajar mengendalikan keinginan dan berbuat tanpa merasa terancam

hukum.

5) Mengorbankan kesenangan sendiri tanpa peringatan dari orang lain.

Secara garis besarnya, fungsi disiplin adalah cara untuk mengendalikan

perilaku yang merupakan suatu proses ke arah pembentukan yang lebih baik

sehingga menciptakan suatu pribadi yang mandiri. Disiplin dapat membuat

seseorang tidak merasa dipaksa alam menaati peraturan dalam menjalankan

tugasnya, akan tetapi dapat memerintah diri sendiri untuk melakukan sesuatu

dengan penuh rasa tanggung jawab, berdisiplin juga dapat menjadikan seseorang

memiliki kecakapan dalam melkukan suatu pekerjaan yang baik, juga

pembentukan proses kearah pembentukan yang luhur.

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--

--

www.lib.umtas.ac.id

Page 10: BAB II DETERMINASI DIRI A. Hakikat Determinasi Diri 1

23

c. Amotivation

Amotivasi adalah tidak adanya niat seseorang dalam melakukan suatu

kegiatan. Tidak menghargai apa yang dilakukan, merasa tidak kompeten bahkan

tidak percaya akan menghasilkan sesuatu yang diinginkan.

6. The Six Mini Theory of Determinasi diri Theory

Menurut Ryan & Deci (2017:123) terdapat Enam mini teori yang

berpengaruh pada determinasi diri, diantaranya sebagai berikut :

a. Cognitive Evaluation Theory (CET)

Cognitive evaluation theory (CET) adalah motivasi instrinsik yang

terdapat dalam aktivitas determinasi diri. Dalam melakukan tindakan, individu

dapat bertindak secara bebas, berkelanjutan dan mendapatkan pengalaman yang

menarik dan menyenangkan. Terdapat 2 tipe motivasi didalamnya yakni

motivasi ekstrinsik yang berasal dari luar diri individu dan motivasi instrinsik

yang berasal dari diri sendiri individu.

Fokus utama dalam hal ini adalah penghargaan eksternal yang dapat

merusak motivasi instrinsik. Penelitian yang sudah dilakukan, penghargaan

dalam bentuk barang atau benda berwujud dapat merusak motivasi instrinsik

seseorang, sedangkan penghargaan secara verbal cenderung meningkatkan

motivasi instrinsik seseorang. Dua hal utama yang mempengaruhi proses

kognitif dari motivasi intrinsik seseorang sebagai berikut :

1) Perceived causality, merupakan hubungan individu dengan kebutuhan akan

kebebasan. Ketika individu cenderung menggunakan lokus eksternal dan

tidak diberikan pilihan, maka akan merusak motivasi instrinsik. Sedangkan

ketika individu fokus terhadap lokus internal dan bertindak sesuai pilihannya,

maka itu dapat meningkatkan motivasi intrinsiknya.

2) Perceived competence, merupakan hubungan individu dengan kebutuhan

akan kompetensi, dimana ketika seseorang meningkatkan kebutuhan akan

kompetensi nya maka kompetensi seseorang itu akan dapat ditingkatkan,

sedangkan ketika seseorang mengurangi kebutuhan akan kompetensinya

maka motivasi intrinsiknya pun akan berkurang.

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--

--

www.lib.umtas.ac.id

Page 11: BAB II DETERMINASI DIRI A. Hakikat Determinasi Diri 1

24

Dua konteks dari CET dapat bersifat kontrol dan informasional. Bila

sebuah kejadian bersifat controlling, maka kejadian itu akan menekan seseorang

untuk bertindak dengan cara tertentu, maka seseorang akan merasa memiliki

control dan motivasi instrinsik yang akan hilang. Bila di pihak lain, kejadian itu

memberikan informasi yang meningkatkan sense of competence, maka motivasi

instrinsik akan meningkat, tetapi sebaliknya bila informasi yang diberikan

membuat seseorang merasa kurang kompeten, maka kemungkinan besar

motivasi akan menurun. Terdapat 2 hal penting di dalam konteks ini yaitu:

1) Positive feedback sebenarnya bersifat informational tetapi jika diberikan

dalam tekanan, seperti “should do well” maka positive feedback menjadi

bersifat mengontrol, sedangkan Ryan, Mims, Koester (dalam Deci & Ryan,

2002) mengatakan “meskipun penghargaan bersifat mengontrol, tetapi jika

diberikan dengan tidak mengevaluasi, maka dapat mendukung kebebasan.

2) Tindakan yang berasal dari dalam diri dan tidak dipengaruhi dari faktor

eksternal, itu akan membuat individu lebih mempunyai harga diri sehingga

akan meningkatkan kompetensinya.

Salah satu bagian dari cognitive evaluation theory yaitu relasi yang

merupakan keinginan untuk membangun pertalian emosional dengan orang lain.

Bila guru dan orang tua bersikap responsive dan menunjukkan bahwa mereka

peduli terhadap kesejahteraan anak mereka, maka anak tersebut dapat

menunjukkan motivasi instrinsik, begitu juga sebaliknya.

b. Organismic Integration Theory

Motivasi instrinsik menyangkut aktifitas yang bersifat autotelik, dimana

aktifitas tersebut merupakan tujuan akhir dan kesenangan individu yang telah

secara bebas memilih aktivitas tersebut. Motivasi ekstrinsik menyangkut empat

jenis perilaku yang termotivasi, yang dimulai dari perilaku yang awalnya

sepenuhnya termotivasi secara ekstrinsik, namun kemudian dihayati dan

akhirnya merasakan determinasi diri (Ryan & Deci 2017).

Pada saat yang bersamaan juga, tidak semua aktivitas atau perilaku

termotivasi secara instrinsik. Di sekolah terdapat struktur, kontrol, dan juga

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--

--

www.lib.umtas.ac.id

Page 12: BAB II DETERMINASI DIRI A. Hakikat Determinasi Diri 1

25

penghargaan yang sifatnya ekstrinsik, yang mungkin tidak cocok dengan

determinasi diri dan motivasi instrinsik, namun dapat membantu menghasilkan

perilaku yang baik dan fungsi sosial yang diinginkan. Para motivator ekstrinsik

kemudian menjadikannya sebagai bagian dari proses pengaturan diri dan

mengembangkan sebuah subteori yang termasuk di dalam teori determinasi diri

yang lebih besar, yang dilabelkan sebagai teori integrasi organisme. Dalam teori

organisme ini mengonsepkan motivasi, yang dimulai dari yang tidak termotivasi,

lalu motivasi ekstrinsik, kemudian motivasi instrinsik (determinasi diri) yang

merupakan sebagai dari proses pengaturan diri (Schunk, Pintrich, Meece, 2012).

Berikut merupakan bagan proses pengaturan diri di dalam organismic

integration theory :

Gambar 2.1

Proses Pengaturan Diri (Schunk, Pintrich, Meece)

Berikut penjelasan mengenai empat proses pengaturan diri di dalam organismic

integration theory:

1) Pengaturan eksternal

Pengaturan eksternal adalah perilaku yang ditunjukkan hanya untuk

menghindari hukuman dan mendapatkan penghargaan. Ketika siswa awalnya

tidak ingin mengerjakan sebuah tugas yang diberikan, namun siswa itu akan

mengerjakannya untuk mendapatkan penghargan dan menghindari hukuman.

Siswa ini sangat bereaksi terhadap ancaman hukuman dan penghargaan

ekstrinsik, dan cenderung memenuhi perintah. Mereka tidak termotivasi

secara instrinsik, dan tidak menunjukkan minat yang tinggi, namun mereka

motivasi ekstrinsik

Eksternal Introjeksi Identifikasi Integrasi

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--

--

www.lib.umtas.ac.id

Page 13: BAB II DETERMINASI DIRI A. Hakikat Determinasi Diri 1

26

cenderung bertingkah laku dan berusaha untuk mengerjakan tugasnya agar

dapat memperoleh penghargaan eksternal dan juga menghindari hukuman.

Dalam hal ini, kontrol bersifat eksternal dan tidak ada determinasi diri dalam

diri siswa (Schonk et.al, dalam Ryan & Deci, 2017). Skinner & de Charms

menyatakan bahwa pengaturan eksternal merupakan teori sentral dari operant,

dimana seseorang melakukan sesuatu karena permintaan rewards dan untuk

menghindari hukuman (Deci & Ryan, 2017).

2) Pengaturan introjeksi

Pengaturan introjeksi adalah perilaku yang ditunjukkan untuk menyenangkan

orang lain dan adanya keterpaksaan dalam melakukan suatu aktifitas. Siswa

mengerjakan sebuah tugas karena mereka merasa bahwa harus melakukannya

dan mungkin merasa bersalah apabila mereka tidak melakukannya (misalnya:

belajar untuk menghadapi ujian). Dalam pengaturan introjeksi ini terdapat

perasaan tepat, wajib, dan bersalah, sehingga tidak ada determinasi diri dalam

diri siswa.

Siswa hanya akan mengerjakan tugas karena perasaan “harus” sesungguhnya

bersifat internal bagi individu tersebut, namun sumbernya agak eksternal,

karena mereka mungkin mengerjakan tugas untuk menyenangkan individu

lain (orang tua, guru) (Schonk et.al dalam Ryan & Deci, 2017). Jika ego

terlibat sebagai salah satu hasil, itu dapat menghilangkan motivasi instrinik

dan tujuan aktifitas mereka, sehingga dapat mengindikasikan bahwa

pengaturan introjeksi ini bersifat kontrol (Deci & Ryan, 2002).

3) Pengaturan identifikasi

Pengaturan identifikasi adalah perilaku yang didasarkan pada kepentingan

personal.Siswa melakukan sebuah aktivitas atau mengerjakan sebuah

aktivitas karena aktivitas itu secara personal penting bagi diri mereka.Sebagai

contoh, seorang murid belajar berjam-jam untuk mendapatkan nilai akademis

yang bagus dan dapat mengikuti suatu tes agar dapat diterima di perguruan

tinggi. Wigfield & Eccles menyebutkan bahwa perilaku ini menggambarkan

tujuan murid ini sendiri dan secara sadar dipilih oleh individu, sehingga lokus

kausalitasnnya lebih bersifat internal bagi murid ini, karena ia secara personal

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--

--

www.lib.umtas.ac.id

Page 14: BAB II DETERMINASI DIRI A. Hakikat Determinasi Diri 1

27

merasa bahwa tujuan tersebut sangat penting bagi diri sendiri bukan hanya

penting bagi orang lain (orang tua, guru) (Schonk et.al, dalam Ryan &

Deci,2017).

4) Pengaturan integrasi

Pengaturan intergrasi adalah perilaku yang menunjukkan bentuk paling bebas

dari motivasi ekstrinsik, dimana kebutuhan, nilai, dan tujuan didukung dari

diri sendiri.Individu mengintegrasikan berbagai sumber informasi baik yang

internal maupun eksternal ke dalam skema diri mereka sendiri, serta

menjalankan pemahaman tentang diri mereka sendiri.

Pengaturan integrasi ini merupakan suatu bentuk determinasi diri dan bersifat

Autonomy. Dengan demikian, motivasi instrinsik dan pengaturan integrasi

menyebabkan lebih banyak keterlibatan kognitif dan pembelajaran

dibandingkan dengan pengaturan eksternal dan juga introjeksi (Ryan & Deci,

2002).

c. Causality Orientation Theory

Menjelaskan perbedaan individu dalam orientasinya terhadap lingkungan

sosial yang dapat mendukung pilihannya sendiri, memberikan control atau

amotivating yang melibatkan aspek perilaku regulasi, yang terdiri dari tiga:

1) The autonomy orientation, merupakan dasar dari motivasi instrinsik yang

mencakup nilai untuk mendukung diri sendiri dalam melakukan tindakan

sesuai pilihannya sendiri.

2) The controlled orientation, merupakan dasar dari motiavasi eksternal dan

introjected regulation, dimana tindakan terkontrol dan cenderung “harus

bersikap”.

3) The impersonal orientation, merupakan bagian dari amotivation, dan tidak

ada kebebasan dalam memilih.

Deci & Ryan (2002) mengatakan bahwa “autonomy orientation” bersifat

positif untuk aktualisasi diri, harga diri, perkembangan ego, dan juga indikator

lain atas kesejahteraan. Controlled orientation tidak ada kesejahteraan tetapi

berhubungan dengan kesadaran diri, cenderung fokus ke luar dan focus terhadap

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--

--

www.lib.umtas.ac.id

Page 15: BAB II DETERMINASI DIRI A. Hakikat Determinasi Diri 1

28

tekanan.Impersonal orientation mengindikasikan rendahnya harga diri,

penghinaan diri, dan depersi.

d. Basic needs

Basic needs merupakan salah satu faktor untuk menambah kekuatan akan

motivasi, sehingga well being sangat dibutuhkan dalam mencapai determinasi

diri. Terdapat 2 pendekatan mengenai well being (Kahneman, Diener, Schwarz

dalam Deci & Ryan, 2002):

1) Well being berkaitan dengan kesenangan yang bersifat subjektif.

2) Well being berkaitan dengan fungsi keseluruhan dari individu.

Meskipun terdapat 2 pendekatan, namun well being tetap berhubungan

dengan autonomy, competence, dan juga relatedness. Basic need merupakan

konsep untuk individu dalam berperilaku sehari- hari, dan untuk mencapai

tujuan akhir serta memiliki kesehatan psikologis yang baik yang akhirnya

menuju pada well being (Ryan, Frederick, Deci, Grolnick dalam Deci & Ryan,

2002).

e. Goal Content Theory (GCT)

Goal Content Theory muncul dari perbedaan antara tujuan intrinsik dan

ekstrinsik dan dampaknya terhadap motivasi dan kesehatan. Tujuan dilihat

secara berbeda sesuai dengan basic needs satisfaction (kepuasan kebutuhan

dasar) dan dengan demikian secara berbeda berkaitan dengan kesejahteraan.

Tujuan ekstrinsik seperti kesuksesan finansial, pen ampilan, dan popularitas atau

ketenaran secara khusus kontras dengan tujuan intrinsik seperti masyarakat,

hubungan dekat, dan pertumbuhan individu, dengan pendahulu yang lebih

mungkin terkait dengan kesehatan yang lebih rendah.

f. Relatedness

Relatedness (hubungan) yang berhubungan dengan pengembangan dan

pemeliharaan hubungan pribadi yang dekat seperti teman-teman terbaik dan

partner romantis serta kelompok yang memiliki kelekatan adalah salah satu dari

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--

--

www.lib.umtas.ac.id

Page 16: BAB II DETERMINASI DIRI A. Hakikat Determinasi Diri 1

29

tiga kebutuhan psikologis dasar. Relationships Motivation Theory (RMT)

berkaitan dengan hubungan lainnya, dan berpendapat bahwa beberapa jumlah

interaksi tersebut tidak hanya diinginkan bagi kebanyakan orang namun

sebenarnya penting untuk penyesuaian dan kesejahteraan karena hubungan

memberikan kepuasan dari kebutuhan keterkaitan.

Namun, penelitian menunjukkan bahwa tidak hanya keterkaitan perlu puas

dalam hubungan berkualitas tinggi, tetapi Autonomy membutuhkan dan untuk

tingkat yang lebih rendah kebutuhan kompetensi juga puas. Memang, hubungan

pribadi kualitas tertinggi adalah orang yang masing-masing pasangan

mendukung Autonomy, kompetensi, dan kebutuhan keterkaitan dengan yang

lain.

7. Elemen Komponen Perilaku Determinasi Diri

Wehmeyer mengidentifikasi 11 elemen komponen yang berhubungan

dengan perilaku determinasi diri (Agran, 1997). Komponen tersebut yaitu:

a. Membuat pilihan

Guess dalam Agran mengajukan tiga level dalam membuat pilihan, yaitu

pilihan sebagai pengindikasi preferensi, pilihan sebagai proses membuat

keputusan, serta pilihan sebagai ekspresi atas kemandirian dan martabat. Reid,

dkk. mengidentifikasi dua komponen dasar dalam instruksi membuat pilihan,

yang pertama yaitu melibatkan perilaku tertentu yang diperlukan untuk memilih

satu hal atau peristiwa dari dua atau beberapa alternatif. Yang kedua yaitu

mengarahkan tindakan tersebut menuju pemilihan dari hasil pilihannya tersebut

(Mithaug et.al.:2003).

b. Membuat Keputusan

Terdapat kemiripan antara membuat pilihan dan membuat keputusan.

Membuat pilihan mengacu pada proses pemilihan alternatif berdasarkan pada

pilihan individual. Membuat keputusan mengacu pada satu set keterampilan

yang lebih luas yang menggabungkan pembuatan pilihan sebagai salah satu dari

sekian banyak komponen yang ada.

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--

--

www.lib.umtas.ac.id

Page 17: BAB II DETERMINASI DIRI A. Hakikat Determinasi Diri 1

30

c. Memecahkan Masalah

Elemen ketiga adalah pemecahan masalah. Pemecahan masalah juga

berkaitan dengan pengambilan keputusan, karena pengambilan keputusan

merupakan sebuah proses di mana individu mempertimbangkan berbagai solusi

atau pemecahan masalah. Masalah itu sendiri adalah merupakan sebuah tugas

yang solusinya belum didapatkan, atau lebih khusus masalah adalah situasi

tertentu di mana seseorang harus merespon agar dapat berfungsi secara optimal

dan efektif dalam lingkungannya.

Seperti halnya proses pembuatan pilihan, ketrampilan memecahkan

masalah juga tertanam di hampir semua prosedur pembuatan keputusan. Proses

membuat keputusan di-mulai dengan membuat daftar pilihan yang sudah

diidentifikasi. Praktisnya, individu harus menggunakan pemecahan masalah

sebelum terjadi-nya pembuatan keputusan. Dalam pemecahan masalah,

penekanan instruksional biasanya meliputi tiga titik fokus yaitu identifikasi

masalah, penjelasan masalah dan analisis, dan penyelesaian masalah.

d. Penetapan Tujuan dan Pencapaian

Untuk menjadi agen menyebab dalam kehidupan, individu perlu memiliki

ketrampilan yang diper lukan untuk merencanakan, mengatur, dan mencapai

tujuan. Tujuan di sini mengandung beberapa makna, menurut Locke dan Latham

tujuan di sini mencangkup arti penting dari istilah-istilah seperti niat atau

maksud, tugas, batas waktu, tujuan, arahan, dan tujuan akhir. Semua ini

memiliki kesamaan makna bahwa ada sesuatu yang ingin dicapai oleh seseorang.

e. Kemampuan Mengobservasi Diri

Menguji keadaan lingkungan belajar, dan mengevaluasi apa yang

diinginkan.

f. Kemampuan Mengevaluasi Diri

Membandingkan tingkah laku belajar yang diawasi sendiri dengan tujuan

yang dicapai.

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--

--

www.lib.umtas.ac.id

Page 18: BAB II DETERMINASI DIRI A. Hakikat Determinasi Diri 1

31

g. Kemampuan Menguatkan Diri

Berperan aktif dalam belajar, membuat jadwal penguat baru untuk lebih

memotivasi dirinya dalam belajar.

h. Lokus Kontrol Internal

Rotter dalam Agran mendefinisikan lokus kontrol sebagai sejauh mana

seseorang merasakan hubungan yang berkelanjutan antara tindakannya dan hasil.

Mercer dan Snell dalam Agran mendekripsikannya dengan cara berikut:

1) Jika individu memiliki lokus kontrol internal, ia melihat penguatan sebagai

akibat paling utama dari setiap tindakannya.

2) Jika individu memiliki lokus kontrol eksternal, ia melihat penguatan sebagai

hasil dari kekuatan dari luar, contohnya keberuntungan, nasib, kesempatan,

dan lainnya.

Lokus kontrol internal telah dikaitkan dengan hasil adaptif, termasuk hasil

pendidikan yang positif dan prestasi, serta meningkatkan waktu dan perhatian

pada tugas sekolah yang terkait.

i. Pengaruh Positif Dari Efikasi Dan Harapan

Efikasi diri mengacu pada keyakinan bahwa seseorang dapat berhasil

melaksanakan perilaku yang diperlukan untuk memproduksi hasil yang

diberikan. Efikasi harapan mengacu pada keyakinan individu bahwa jika suatu

perilaku tertentu dilakukan, hal itu akan menyebabkan hasil yang diharapkan. Ini

menjadi jelas bahwa kedua-nya perlu dimiliki oleh individu tetapi tidak cukup

untuk menciptakan sebuah determinasi diri.

Sederhananya, individu harus percaya bahwa mereka dapat melakukan

perilaku tertentu yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan, dan

bahwa jika perilaku tersebut dilakukan, akan menghasilkan hasil yang

diinginkan. Jika seorang individu tidak yakin bahwa mereka dapat melakukan

perilaku tertentu, maka mereka tidak akan melakukan tindakan itu. Namun,

seorang individu mungkin percaya bahwa mereka mampu melakukan perilaku

tertentu, tetapi karena pengalaman masa lalu, mungkin tidak yakin bahwa hasil

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--

--

www.lib.umtas.ac.id

Page 19: BAB II DETERMINASI DIRI A. Hakikat Determinasi Diri 1

32

yang diinginkan akan benar-benar terwujud walaupun sudah melakukan perilaku

yang dibutuhkan.

j. Kesadaran Diri

Untuk bertindak dengan kesadaran diri, seseorang harus memiliki

pemahaman dasar tentang kelebihan, kelemahan, kemampuan, dan keterbatasan

serta pengetahuan tentang bagaimana memanfaatkannya agar memberikan

keuntungan dan mempengaruhi kualitas hidup mereka. Pada dasarnya individu

harus terlebih dahulu memiliki rasa pembentukan diri dan kesadaran mereka

sebagai individu yang unik, individu harus menyadari keunikan dan perbedaan

mereka dari orang lain dan harus memahami bahwa mereka memiliki

keterbatasan dan akan bertahan meskipun keadaan akan berubah.

k. Pengetahuan Diri

Pengetahuan diri biasanya muncul pada saat individu berusia dua tahun,

pada saat itu anak perlu mengembangkan kesadaran diri dan pemahaman diri

untuk mempelajari apa yang mereka lakukan dengan baik, bantuan apa yang

mereka butuhkan, dimana letak minat mereka, dan bagaimana menggunakan

bakat mereka untuk memberikan keuntungan bagi mereka sendiri.

B. Determinasi Diri pada Remaja

Masa remaja sering dikenal dengan istilah adolescence yang memiliki arti

perkembangan menjadi dewasa. Masa Remaja ditandai dengan perubahan fisik

umum serta perkembangan kognitif dan sosial. Perkembangan masa remaja yang

umum digunakan para ahli dimulai dari batasan rentang usia 12-15 tahun yang

disebut dengan remaja awal, 15-18 tahun adalah masa remaja pertengahan

sedangkan remaja akhir dimulai dari rentang usia 18-21 tahun. (Desmita, 2017)

Menurut Anna Freud berpendapat bahwa pada masa remaja terjadi proses

perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan

perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--

--

www.lib.umtas.ac.id

Page 20: BAB II DETERMINASI DIRI A. Hakikat Determinasi Diri 1

33

orangtua dan cita-cita mereka, di mana pembentukan cita-cita merupakan proses

pembentukan orientasi masa depan (Putro,2017:25).

Determinasi diri pada remaja dapat ditinjau dari aspek dan indikator yang

perlu dipenuhi diantaranya aspek Autonomy, kompetensi dan Relasi. Autonomy

menunjuk pada kemampuan diri sendiri untuk menyelesaikan persoalan-

persoalan tanpa bantuan orang lain, tanpa dikontrol oleh orang lain, dapat

melakukan kegiatan dan menyelesaikan sendiri masalah-masalah yang

dihadapinya. Steinberg (1995 : 286) menegaskan becoming an autonomous

person – a self governing person – is one of the fundamental development tasks

of the adolescent years. Disebut fundamental karena pencapaian Autonomy pada

remaja sangat penting artinya dalam kerangka menjadi individu dewasa. Bahkan

pentingnya Autonomy diperoleh individu pada masa remaja sama dengan

pentingnya pencapaian identitas diri oleh mereka (Budiman, 2010 :4).

Autonomy (Steinberg, 1992) merupakan kapasitas individu dalam

menentukan pilihan dan mengambil keputusan. Remaja yang memiliki

Autonomy, bebas dari pengaruh pihak lain dalam menentukan pilihan dan

keputusan. Tetapi bukan berarti mereka tidak perlu pendapat orang lain. Bagi

remaja yang memiliki aspek Autonomy memadai, pendapat dan nasehat orang

lain yang sesuai dijadikan sebagai dasar pengembangan alternatif pilihan untuk

dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan. Melalui pertimbangan diri

sendiri dan sugesti orang lain ia mengambil suatu keputusan yang mandiri

bagaimana seharusnya berperilaku atau bertindak (Budiman, 2010:9).

Sejalan dengan pendapat diatas, Desmita (2017:198) memaparkan bahwa

perkembangan remaja terkait pengambilan keputusan. Remaja adalah masa di

mana terjadi peningkatan pengambilan keputusan. Dalam hal ini mulai

mengambil keputusan tentang masa depan, memilih pergaulan, keputusan untuk

memilih kuliah atau mencari pekerjaan dan sebagainya.

Masa remaja cenderung menghasilkan pilihan-pilihan, menguji situasi dari

berbagai perspektif, mengantisipasi akibat dari setiap keputusan yang dipilih

serta mempertimbangkan kredibilitas dari keputusan tersebut. (Santrock, dalam

desmita,2017) Namut Mann, dkk berpendapat bahwa remaja cenderung

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--

--

www.lib.umtas.ac.id

Page 21: BAB II DETERMINASI DIRI A. Hakikat Determinasi Diri 1

34

menghasilkan pilihan-pilihan yang mengutamakan kepuasan sesaat, menguji

situasi dengan perspektif yang terbatas, belum matang mengantisipasi akibat

darikeputusan-keputusan, dan kurang mempertimbangkan kredibilitas sumber-

sumber. (Papalia, Olds, & Feldmen, 2009) berpendapat bahwa remaja tergolong

pribadi yang belum matang dalam beberapa hal, khususnya dalam cara

berpikirnya. Dalam hal ini, terkait juga dengan cara berpikir remaja atau pilihan

remaja terhadap aspek karir (Munfarida, 2017).

Remaja yang telah berkembang Autonomynya, menurut Steinberg (1993,

293-297), akan memperlihatkan ciri-ciri perilaku sebagai berikut:

1. Mengarahkan diri untuk menjadi diri sendiri melalui proses detachment dan

individuation.

2. Mengarahkan diri pada beberapa perubahan pembuatan keputusan, ketahanan

diri terhadap pengaruh orang lain serta kepercayaan diri.

3. Mengarahkan diri pada perubahan cara berpikir yang lebih abstrak

konseptual, beliefs dan values diri.

Pada aspek kompetensi, remaja mampu bertindak secara efektif dalam

menghadapi lingkungan. Kebutuhan kompetensi membuat individu lebih

tertarik, terbuka dan belajar lebih baik dalam beradaptasi dengan tantangan baru

yang berupa kesulitan tugas di berbagai tingkat kesulitan (Deci & Ryan, 2000).

Individu perlu merasa dirinya kompeten dan bertingkah laku kompeten dalam

interaksinya dengan individu lain, dalam mengerjakan tugas dan aktivitas, dan

dalam konteks yang lebih besar (Mamahit, 2014:93).

Aspek ketiga adalah keterkaitan yakni remaja mampu menunjukan perasaan

diri untuk terhubung dengan orang lain, seperti menjadi bagian dari kelompok

tertentu dan kelompok tersebut peduli dengan individu. (Deci & Ryan, 2000)

Untuk mendukung pertumbuhan determinasi diri remaja secara eksternal

diperlukan lingkungan sosial yang mendukung dan secara internal diperlukan

adanya kesadaran remaja dan fungsi Autonomy pribadi (Brown & Lent, 2005)

Remaja akan fokus untuk berinteraksi dengan temannya, merasa terlibat dalam

berbagai hal dan peduli terhadap orang lain. Kebutuhann keterhubungan dapat

menjadi sarana internalisasi perilaku dan nilai melalui kelompok sosial (Deci &

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--

--

www.lib.umtas.ac.id

Page 22: BAB II DETERMINASI DIRI A. Hakikat Determinasi Diri 1

35

Ryan, 2000) pada penelitian yang dilakukan Munfarida (2017:83) bahwa siswa

remaja berhubungan baik dengan orang disekitarnya. Siswa remaja menganggap

orang yang sering berinteraksi dengannya sebagai teman serta menikmati

pergaulannya dengan orang-orang disekitarnya.

Adapun Hurlock menambahkan berdasarkan tahap perkembangannya,

remaja seharusnya sudah memiliki tanggung jawab dalam belajar, siswa bisa

mengatur diri dengan cara belajarnya, mulai memilih dalam penentuan pilihan-

pilihan. Masa tersebut dipenuhi dengan berbagai peran dan kondisi yang harus

dipelajari remaja dalam waktu bersamaan. Masa remaja ditunjukkan dengan

masa penuh tanggung jawab dan kemandirian untuk membawa diri sendiri

berkembang, siap ke masa selanjutnya (Mamahit, 2014).

Determinasi diri pada siswa remaja yang memiliki determinasi diri yang

tinggi, maka ia akan mampu menuntaskan tugasnya dengan baik dan mandiri,

selain itu individu akan memiliki tingkat kreativitas yang tinggi dalam

mengerjakan tugasnya, sehingga diharapkan ia akan menghasilkan prestasi yang

memuaskan (Ryan, Kuhl, dan Deci, 1997).

Sedangkan apabila bahwa siswa remaja yang memiliki determinasi diri

rendah akan menunjukan perilaku seperti membolos, jenuh dalam belajar, malas

mengerjakan tugas, kurang motivasi, merasa tidak berdaya, memanjakan diri

sendiri, sering berpikir negatif dan bergantung pada oranglain serta kurangnya

self motivated (Deci, et.al (1991)

Berdasarkan uraian diatas, determinasi diri merupakan faktor kuat yang

dapat digunakan untuk mencapai tujuan remaja menuju kesejahteraan psikologis.

Dengan determinasi diri, individu dapat mandiri atas kehidupannya,

berkompetensi pada sehingga berbagai tingkat kesulitan (keterampilan yang

dimiliki) sehingga dalam hubungan dengan orang lain mampu mengatasi

penolakan maupun pengaruh buruk lainnya.

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--

--

www.lib.umtas.ac.id

Page 23: BAB II DETERMINASI DIRI A. Hakikat Determinasi Diri 1

36

C. Layanan Bimbingan dan konseling untuk Meningkatkan Determinasi

Diri

Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk menumbuh

kembangkan potensi sumber daya manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran.

Dunia pendidikan saat ini dipandang oleh sebagian besar kalangan masyarakat

sebagai faktor utama yang seharusnya mengembangkan misi, mencerdaskan

kehidupan bangsa. Sebagaimana menurut Undang-Undang nomor 20 tahun 2003

tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 ayat 1 berbunyi bahwa pendidikan

adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara.

Sebagaimana yang telah diketahui, bahwa dunia pendidikan saat ini

dipandang sebagai salahsatu faktor utama penentu keberhasilan dari setiap

individu baik secara akademik, pribadi, sosial maupun karir. Idealnya, individu

mampu mengarahkan dan mengatur dirinya sendiri untuk terlibat dalam proses

pembelajaran yang terjadi. Pembelajaran mandiri akan terjadi ketika individu

secara sistematis mampu mengarahkan perilaku dan kognisi mereka terhadap

pengendalian proses pembelajaran, pencapaian tujuan pembelajaran dan hal ini

disebut dengan determinasi diri. Upaya dalam meningkatkan determinasi diri

telah banyak dikaji pada berbagai bidang pendidikan salahsatunya layanan

Bimbingan dan Konseling.

Kartadinata (1998) mengartikan bimbingan sebagai proses membantu

individu untuk mencapai perkembangan optimal (Yusuf & Nurihsan, 2016 :6-7).

Bimbingan merupakan helping yang identik dengan aiding, assisting atau

availing, yang berarti bantuan atau pertolongan. Makna bantuan dalam

bimbingan menunjukkan bahwa yang mengambil keputusan adalah individu

sendiri. dalam proses bimbingan, pembimbing tidak memaksakan kehendaknya

sendiri, tetapi berperan sebagai fasilitator (Yusuf & Nurihsan, 2016:7).

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--

--

www.lib.umtas.ac.id

Page 24: BAB II DETERMINASI DIRI A. Hakikat Determinasi Diri 1

37

ASCA (American School Counselor Association) mengemukakan bahwa

konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan

sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada konseli,

konselor mempergunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk membantu

konseli mengatasi masalahnnya (Yusuf & Nurihsan, 2016 :8). Dapat

disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling merupakan upaya memberikan

bantuan baik bersifat pencegahan maupun penanganan terhadap suatu masalah

yang timbul atau dirasa mengganggu pada proses perkembangan individu.

Bimbingan dan Konseling merealisasikan fungsi pendidikan dalam upaya

membantu siswa menyadari potensi dirinya, memperhalus (refine),

menginternalisasi, memperbaharui, dan mengintegrasikan sistem nilai yang

diwujudkan secara kongruen ke dalam pola perilaku yang mandiri (Kartadinata,

2008). Upaya mengembangkan determinasi diri siswa melalui BK diperlukan

metode dan teknik psikologis untuk memfasilitasi perkembangan siswa.

Dalam mengembangkan determinasi diri, hasil kajian literatur ada

beberapa pendekatan konseling yang dapat mengembangkan determinasi diri.

Pertama, pendekatan Motivational Interviewing (MI), menjelaskan bahwa

pendekatan MI dapat diterapkan dengan baik untuk mengembangkan

determinasi diri pada aspek competence melalui pendekatan nondirective dan

reflection, aspek autonomy melalui penyediaan informasi, dan aspek relatedness

melalui hubungan komunikasi (Ryan, M. Richard & Deci, L. Edward, 2008).

Pendekatan Person Centered memandang individu yang memilki sumber

intrinsik dan memilki kapasitas untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya

serta bertanggung jawab atas kehidupannya, salah satu yang dapat

dikembangkan menggunakan pendekatan person centered yaitu determinasi diri

(Loman, Sheldon, et al, 2010).

Hasil Penelitian Visser, F. Coert. (2012) menjelaskan mengenai

penelitianya di sebuah survei berbasis web di administrasikan pada 134 praktisi

Konseling singkat berfokus solusi untuk menguji efektivitas penggunaan

konseling singkat berfokus solusi, responden di minta memberi rating sejauh

mana konseling singkat berfokus solusi dapat berguna untuk meningkatkan 9

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--

--

www.lib.umtas.ac.id

Page 25: BAB II DETERMINASI DIRI A. Hakikat Determinasi Diri 1

38

aspek pada konseli. 3 dari 9 aspek yang diuji adalah aspek determinasi diri.

Hasilnya menunjukan bahwa intensitas penggunaan pendekatan konseling

singkat berfokus solusi berkorelasi terhadap pengembangan 3 aspek determinasi

diri yaitu autonomy, competence, relatedness dan 6 aspek lainnya yaitu existence

of past sucess, stepwise change, positive behaviour, cooperativity, client

perspective, dan focus on what works.

Penelitian Richarson (2013) menunjukan dalam praktiknya konseling

singkat berfokus solusi mendorong keterlibatan individu, melatih individu

memiliki determinasi diri yang baik dan merepresentasikan strength-based

approach (pendekatan konseling yang berbasis pada kekuatan dalam diri

individu).

Penelitian Dananier (2016) menunjukan adanya keterkaitan determinasi

diri dengan Cognitive Behaviour Therapy (CBT) dimana titik tekan terapi ini

adalah adanya modifikasi perilaku. Determinasi diri dalam penyesuaian diri,

pada dasarnya terkait dengan penggunaan kognitif dan penentuan sikap atau

perilaku. Dimana keduanya juga menjadi prinsip dasar dari CBT. Hasil analisis

peningkatan subjek dalam aspek determinasi diri diketahui bahwa subjek

meningkat pada semua aspek dengan masing-masing subjek mengalami

peningkatan yang berbeda-beda.

Menurut Menurut Corey (2012) konseling kelompok merupakan bantuan

yang diberikan untuk membahas fokus khususnya masalah pendidikan, karir,

pribadi dan sosial. Konseling kelompok upaya membantu individu melalui

proses interaksi yang bersifat pribadi antar konselor dan konseli, agar konseli

bisa memahami diri dan lingkunganya, mampu membuat keputusan dan

menentukan tujuan berdasarkan nilai-nilai yang diyakininya sehingga konseli

merasa bahagia,efektif atas perilakunya (Nurihsan, 2007).

Edelson mengungkapkan self-management adalah sebuah terminologi

psikologis untuk menggambarkan proses pencapaian Autonomy diri

(Nurzaakiyah & Budiman, 2013). Menurut Timm (1987) Self management

adalah suatu strategi pengubahan perilaku yang dalam prosesnya konseli

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--

--

www.lib.umtas.ac.id

Page 26: BAB II DETERMINASI DIRI A. Hakikat Determinasi Diri 1

39

mengarahkan perubahan perilakunya sendiri dengan suatu teknik atau kombinasi

teknik teurapetik (Annisa, 2017).

Menurut Cormier, L.J. & Cormier, L.S.(1989) teknik Self management

merupakan teknik terapi dalam konseling Cognitive Behaviour Therapy (CBT)

yang membantu konseli untuk dapat mengatur, memantau dan mengevaluasi

dirinya sendiri dalam mencapai perubahan kebiasaan tingkah laku yang lebih

baik melalui tahap menentukan perilaku sasaran, memonitor perilaku tersebut,

memilih prosedur tersebut, dan mengevaluasi efektivitas prosedur tersebut

(Suwanto, 2016).

Konseling kelompok dengan teknik self-management merupakan

intervensi yang kondusif dengan memberikan kesempatan bagi anggotanya

untuk menambah penerimaan diri dan orang lain, memberikan ide, perasaan,

dukungan bantuan alternatif pemecahan masalah dan mengambil keputusan yang

tepat, dapat berlatih tentang perilaku baru dan bertanggung jawab atas pilihan

yang ditentukan sendiri. Suasana ini dapat menumbuhkan perasaan berarti bagi

anggota yang selanjutnya dapat mengubah perilaku yang kurang baik dan

mampu berfikir secara jernih (Alamri, 2015:58).

Konseling kelompok dengan teknik self management dipilih berdasarkan

hasil penelitian Wahyuningsih (2014) menunjukkan bahwa secara individu

teknik self management efektif untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa

SMP. Skor kemandirian belajar sebelum dan sesudah intervensi dari masing-

masing subjek mengalami peningkatan yang tajam. Berdasarkan temuan ini,

disarankan agar konselor untuk menerapkan teknik self management dalam

meningkatkan kemandirian belajar siswa. Peneliti selanjutnya disarankan agar

melakukan penelitian pengembangan maupun tindakan kelompok ataupun

individu dalam konteks permasalahan yang lain dan populasi yang lebih besar,

desain penelitian yang berbeda atau membandingkan dengan jenis intervensi lain

untuk mengatasi masalah yang sama.

Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Monica & Gani (2016)

menunjukkan hasil bahwa layanan konseling behavioral dengan teknik self-

management dapat mengembangkan tanggung jawab belajar pada peserta didik

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--

--

www.lib.umtas.ac.id

Page 27: BAB II DETERMINASI DIRI A. Hakikat Determinasi Diri 1

40

kelas XI SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung. Kemudian hasil penelitian yang

dilakukan oleh Dananier (2016) menunjukkan hasil perhitungan statistik yang

berarti bimbingan dan konseling CBT efektif dalam meningkatkan determinasi

diri siswa. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin efektif proses konseling

CBT maka semakin meningkat determinasi diri pada siswa. Berdasarkan hal ini,

Konseling kelompok dengan teknik Self Management dapat menjadi bagian dari

rancangan layanan bimbingan dan konseling pada penelitian yang hendak

dilakukan peneliti.

D. Penelitian yang Relevan

Penelitian terkait dengan variabel determinasi diri telah banyak dilakukan.

Beberapa penelitian telah dilakukan sebagai upaya pengembangan determinasi

diri yaitu penelitian untuk melihat hubungan antara determinasi diri dengan

berbagai varibel terikat. Determinasi diri diketahui berkolerasi dan berpengaruh

terhadap pengambilan keputusan, self efficacy, prestasi akademik, peran ayah,

dan kemandirian belajar. Determinasi diri dominan dan banyak diteliti pada

berbagai kajian penelitian seperti variabel akademik dan kesehatan.

1. Penelitian yang dilakukan oleh Yulva Isnaini M. pada tahun 2017 dengan

judul “Hubungan determinasi diri dengan pengambilan keputusan karir pada

siswa SMAN 1 Tumpang Kabupaten Malang”. Diketahui bahwa hasil

penelitian menunjukan tingkat determinasi diri siswa SMAN 1 Tumpang

berada pada kategori sedang dengan prosentase sebesar 71,1% sedangkan

tingkat pengambilan keputusan dengan prosentase sebesar 68,9%.

Selanjutnya, uji korelasi determinasi diri dengan pengambilan keputusan karir

memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 ≤ 0,005 dan nilai koefisien korelasi

bernilai positif, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif

antara determinasi dengan pengambilan keputusan karir siswa. Semakin

tinggi determinasi diri siswa maka pengambilan keputusan karir siswa juga

akan meningkat sehingga hipotesis pada penelitian ini diterima.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Stefani Aprilia B. Geon pada tahun 2016

dengan judul “Hubungan Antara Efikasi Diri dan Determinasi Diri Siswa

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--

--

www.lib.umtas.ac.id

Page 28: BAB II DETERMINASI DIRI A. Hakikat Determinasi Diri 1

41

Kelas X SMA Charitas”. Hasil tersebut menunjukan adanya korelasi positif

yang signifikan antara efikasi diri dengan determinasi diri siswa kelas X SMA

Charitas. Artinya semakin tinggi efikasi diri maka semakin tinggi pula

determinasi diri yang dimiliki siswa. Sebaliknya semakin rendah efikasi diri

maka semakin rendah pula determinasi diri yang dimiliki siswa. Koefisien

determinasi yang diperoleh sebesar 58%.Artinya efikasi diri berkontribusi

terhadap determinasi diri siswa kelas X SMA Charitas sebesar 58%.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Sartika Budiarti pada tahun 2017 dengan judul

“Dissatisfaction dan Self-Compassion Terhadap Determinasi Diri Dalam

Berolahraga Pada Remaja Putri Di Kota Bandung”. Berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai pengaruh body

dissatisfaction dan self-compassion terhadap determinasi diri dalam

berolahraga pada remaja putri di Kota Bandung, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa hampir seluruh remaja putri di Kota Bandung memiliki

alasan untuk melakukan aktivitas olahraga bukan dikarenakan menginginkan

tubuh yang sehat, melainkan karena tingkat ketidakpuasan pada bentuk tubuh

yang tinggi.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Muna & Sa’diyah pada tahun 2015 dengan

judul “Pengaruh peran ayah (fathering) terhadap determinasi diri remaja”.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa peran ayah berpengaruh positif

terhadap determinasi diri dengan nilai p= 0.000 dan nilai R 0,37. Hasil

penelitian juga menemukan bahwa peran ayah sebagai pemberi perhatian dan

kasih sayang (caregiver) berpengaruh terhadap rasa kemandirian (autonomy)

dengan nilai p= 0,008, peran ayah sebagai konsultan dan penasihat (advocate)

berpengaruh terhadap rasa kompetensi (competence) dengan nilai p= 0,04,

dan peran ayah sebagai sumber daya sosial dan akademik (resource)

berpengaruh terhadap rasa keterhubungan (relatedness) remaja dengan nilai

p= 0,008. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa peran ayah pada anak

perempuan dan anak laki-laki tidak berbeda.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Vansteenkiste et.al. menemukan bahwa di

China, motivasi belajar otonom mampu meprediksi sikap belajar yang

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--

--

www.lib.umtas.ac.id

Page 29: BAB II DETERMINASI DIRI A. Hakikat Determinasi Diri 1

42

adaptif, sukses secara akademik dan kesejahteraan psikologis (well being).

Oleh sebab itu, motivasi terkontrol berhubungan dengan kecenderungan drop

out, sikap belajar yang maladaptive dan well being (Saragi & Suryani, 2018).

6. Menurut Penelitian Muller dan Louw (2004) menemukan bahwa kebutuhan

psikologis yang mendasar (dukungan untuk otonom, kompeten dan hubungan

sosial) memiliki hubungan positif dengan motivasi determinasi diri (Prayugo,

2013).

7. Pendekatan self hypnosis dapat meningkatkan motivasi untuk mencapai

tujuan. Hal ini dilakukan dengan menentukan apa yang individu inginkan,

karena secara tidak disadari, pikiran bawah sadar akan membantu

mewujudkannya. Semakin tinggi motivasi, semakin dekat individu pada

kebahagiaan yang dia inginkan (Sugara, 2016).

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--

--

www.lib.umtas.ac.id