bab ii dasar teoridigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl...tugas akhir bab ii dasar...

33
Tugas Akhir Bab II Dasar Teori Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program...... 5 BAB II DASAR TEORI Bab ini berisikan tentang dasar teori yang diacu dari NSPM, yang berkaitan dengan perencanaan geometrik simpang sebidang tak bersinyal. Dasar Teori yang dipakai dalam penulisan tugas akhir ini, berdasarkan pada Tata Cara Perencanaan Persimpangan Sebidang Jalan Perkotaan, Pedoman Teknik T-02-2002-B Perencanaan Geometrik Persimpangan Sebidang dan literatur yang berhubungan dengan materi bahasan. Secara rinci tinjauan pustaka dan dasar teori disajikan dalam Tabel berikut ini : Tabel 2.1 Dasar Teori No Aspek Dasar Teori 1. Perencanaan Geometrik Simpang Tata Cara Perencanaan Persimpangan Sebidang Jalan Perkotaan (TPPSJP) No. 01/T/BNKT/1992 Pedoman teknik T-02-2002-B perencanaan persimpangan sebidang 2002 Standar Geometri Jalan Perkotaan (ruas jalan), RSNI T-14-2004 Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997 2. Dasar-Dasar Pemrograman Java Paket J2SE Tuntunan praktis pengembangan aplikasi manajemen database dengan java 2 (SE/ME/EE)

Upload: others

Post on 26-Apr-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II DASAR TEORIdigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl...Tugas Akhir Bab II Dasar Teori Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.....6

Tugas Akhir Bab II Dasar Teori

Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program...... 5

BAB II

DASAR TEORI

Bab ini berisikan tentang dasar teori yang diacu dari NSPM, yang berkaitan

dengan perencanaan geometrik simpang sebidang tak bersinyal. Dasar Teori yang

dipakai dalam penulisan tugas akhir ini, berdasarkan pada Tata Cara Perencanaan

Persimpangan Sebidang Jalan Perkotaan, Pedoman Teknik T-02-2002-B

Perencanaan Geometrik Persimpangan Sebidang dan literatur yang berhubungan

dengan materi bahasan. Secara rinci tinjauan pustaka dan dasar teori disajikan

dalam Tabel berikut ini :

Tabel 2.1 Dasar Teori

No Aspek Dasar Teori

1. Perencanaan

Geometrik

Simpang

Tata Cara Perencanaan Persimpangan Sebidang Jalan

Perkotaan (TPPSJP) No. 01/T/BNKT/1992

Pedoman teknik T-02-2002-B perencanaan

persimpangan sebidang 2002

Standar Geometri Jalan Perkotaan (ruas jalan), RSNI

T-14-2004

Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997

2. Dasar-Dasar

Pemrograman

Java Paket

J2SE

Tuntunan praktis pengembangan aplikasi manajemen

database dengan java 2 (SE/ME/EE)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 2: BAB II DASAR TEORIdigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl...Tugas Akhir Bab II Dasar Teori Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.....6

Tugas Akhir Bab II Dasar Teori

Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program...... 6

2.1 Pedoman TPPSJP No. 01/T/BNKT/1992

Buku Pedoman versi terdahulu sebelum Pedoman teknik No.2-2002-B. Isi

dari buku ini adalah perencanaan untuk geometrik simpang sebidang dalam kota.

Materi - materi dalam buku ini dibuat secara paket dan lebih menyeluruh

dibandingkan dengan pedoman Teknik No.2-2002-B barunya.

2.2 Pedoman Teknik No.2-2002-B Perencanaan persimpangan sebidang

2002

Standar ini merupakan lanjutan dari standar Tata Cara Perencanaan

Geometrik Jalan Perkotaan. Pedoman ini berisikan tata cara perencanaan

persimpangan sebidang. Persimpangan yang ada dalam satu tingkat atau dalam

satu luasan bidang. Berikut ini gambar yang memperlihatkan simpang tiga

sebidang.

Gambar 2.1 Simpang Tiga Sebidang

Dalam bagian pendahuluan pada Pt T-02-2002 dituliskan bahwa, buku standar

perencanaan mempunyai maksud memberikan batasan-batasan bagi perencana

dan pengawasan didalam menerapkan pada pembangunan jalan, baik untuk

pembangunan jalan baru atau peningkatan jalan. Lalu pada bagian Umum TPPJSP

1992 dituliskan, tingkat keselamatan dan efisiensi pemanfaatan sangat bergantung

pada keadaan geometris persimpangan dan cara pengendalian lalu-lintas, misalnya

: sudut persimpangan, gradient, penggunaan lahan sekitar persimpangan,

pengaturan dengan lampu lalu-lintas, pengatur arah, lokasi halte bis, pengatur

parkir dan sebagainya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 3: BAB II DASAR TEORIdigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl...Tugas Akhir Bab II Dasar Teori Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.....6

Tugas Akhir Bab II Dasar Teori

Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program...... 7

Dengan memperbaiki geometris persimpangan dan pengendalian lalu-lintas

yang benar diharapkan dapat mencegah terjadinya kecelakaan dan menjamin

kelancaran lalu-lintas.

2.2.1 Persimpangan

Pada TPPJSP 1992 Persimpangan adalah pertemuan dua lengan atau

lebih sedangkan pengertian pada Pt T-02-2002 persimpangan adalah

pertemuan dua atau lebih dari lengan/ruas jalan. Pada tipenya persimpangan

dibagi menjadi 3 buah yaitu :

- Persimpangan tanpa kanalisasi dan tidak ada pelebaran

(unchannelised and unflared), yaitu persimpangan dimana tidak ada

sistem kanal. Arus lalu-lintas dapat dikendalikan dengan lampu lalu-

lintas atau rambu lalu-lintas.

Gambar 2.2 Persimpangan Tanpa Kanalisasi dan Tidak Ada

Pelebaran

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 4: BAB II DASAR TEORIdigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl...Tugas Akhir Bab II Dasar Teori Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.....6

Tugas Akhir Bab II Dasar Teori

Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program...... 8

- Persimpangan tanpa kanalisasi dengan pelebaran (unchannelised and

flared), yaitu persimpangan dimana kaki-kakinya ada pelebaran agar

kendaraan depan berbelok tanpa mempengaruhi pergerakan lalu-

lintas menerus dan walaupun belum diterapkan sistem kanal.

Gambar 2.3 Persimpangan Tanpa Kanalisasi Dengan Pelebaran

- Persimpangan dengan kanalisasi (Channelised), yaitu persimpangan

dimana kendaraan yang akan membelok dipisahkan oleh marka,

pulau, bangunan pengaman yang dipakai sebagai kanalisasi. ( sumber

TPPSJP 1992, Halaman 4, daftar istilah)

Gambar 2.4 Persimpangan Dengan Kanalisasi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 5: BAB II DASAR TEORIdigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl...Tugas Akhir Bab II Dasar Teori Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.....6

Tugas Akhir Bab II Dasar Teori

Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program...... 9

2.2.2 Kaki persimpangan

Kaki atau lengan persimpangan merupakan bagian persimpangan yang

menjadi perpanjangan dari titik pertemuan pada persimpangan. Dalam

TPPSJP 1992 disebutkan pada dasarnya jumlah kaki persimpangan pada

suatu persimpangan sebidang tidak boleh lebih dari 4 kaki. Jalan yang baru

sebaiknya tidak dirancang untuk dihubungkan dengan suatu persimpangan

yang telah ada, walaupun persimpangan tersebut berupa persimpangan jalan

lokal. Hambatan oleh adanya titik konflik akan naik secara drastis dengan

bertambahnya jumlah kaki pada persimpangan dan menjadi persimpangan

yang berbahaya, sehingga memerlukan suatu tingkat konsentrasi yang tinggi

bagi pengendara.

2.2.3 Perancangan Geometrik Simpang

Secara garis besar perancangan geometrik dilakukan dengan

memasukan data yang dibutuhkan, mengolah data menjadi desain awal,

menyesuaikan desain dengan kondisi lahan yang digunakan, menyesuaikan

dengan arus yang dilayani, penyesuaian dengan pertimbangan lain yang

dianggap perlu. Jika desain tidak memenuhi ketentuan, maka dilakukan

proses iterasi dalam penentuan besaran dimensi desain simpang.

2.2.4 Ketentuan Umum

Dalam Pt T-02-2002 secara garis besar dituliskan aspek-aspek

ketentuan umum, ketentuan teknis dan ketentuan dalam perancangan. Dalam

ketentuan umum dituliskan desain persimpangan sebidang harus :

1) Memenuhi aspek keselamatan, kelancaran, efisien, ekonomis dan

kenyamanan;

2) Mempertimbangkan jenis kendaraan rencana;

3) Mempertimbangkan efisiensi perencanaan;

4) Mendukung hirarki fungsi dan kelas jalan dalam suatu tatanan

sistem jaringan jalan secara konsisten;

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 6: BAB II DASAR TEORIdigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl...Tugas Akhir Bab II Dasar Teori Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.....6

Tugas Akhir Bab II Dasar Teori

Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.... 10

2.2.5 Ketentuan Teknis

Dalam perancangan desain simpang diperlukan ketentuan teknis.

Ketentuan yang menentukan metode pengerjaan desain simpang. Sebagai

patokan, untuk menentukan elemen simpang yang akan digunakan dan

besaran dimensinya, berdasarkan parameter yang ditentukan.

2.2.5.1 Bentuk Persimpangan

Bentuk dasar persimpangan yang dilihat dari sudut yang terbentuk.

1) Bentuk persimpangan sebidang yang disarankan seperti

diilustrasikan pada gambar berikut yang terdiri atas simpang tiga

dan simpang empat;

Sumber Pt T-02-2002-B hal.4

Gambar. 2.5 Bentuk Persimpangan

2) Semua persimpangan sebidang dimana pertemuan lengan dengan

lengan harus saling tegak lurus (⊥), toleransi sudut/∝ bisa sampai ±

20o;

Sumber Pt T-02-2002-B hal.5

Gambar. 2.6 Sudut Persimpangan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 7: BAB II DASAR TEORIdigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl...Tugas Akhir Bab II Dasar Teori Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.....6

Tugas Akhir Bab II Dasar Teori

Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.... 11

3) Untuk hal-hal dimana kondisi medan sangat sulit (karena faktor

topografi atau lahan terbatas) maka bentuk persimpangan saling

tegak lurus sulit diperoleh, maka bentuk persimpangan bisa tidak

saling tegak lurus seperti simpang tiga tidak tegak, Simpang empat

tidak tegak, simpang tiga ganda dan simpang lima.

2.2.5.2 Daerah Persimpangan

Pada daerah persimpangan, pada keadaan minimum memiliki elemen-

elemen simpang dan bagian-bagian seperti yang diperlihatkan Gambar

potongan melintang berikut :

Sumber Pt T-02-2002-B hal.8

Gambar. 2.7 Bagian-bagian Jalan

Pada kondisi simpang yang mengalami peningkatan, akan ada

penambahan beberapa elemen simpang atau pembesaran dimensi elemen

simpang (Pt T-02-2002-B Hal.8 dari 27).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 8: BAB II DASAR TEORIdigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl...Tugas Akhir Bab II Dasar Teori Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.....6

Tugas Akhir Bab II Dasar Teori

Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.... 12

2.2.6 Ketentuan Pengerjaan

Langkah-langkah pengerjaan perancangan simpang terdapat pada

ketentuan pengerjaan. Penetapan susunan daftar pekerjaan dimulai dari

pengumpulan data, pengolahan data, perancangan dan kontrol terhadap

hasil. Tahap awal dari pengerjaan dimulai dari identifikasi lokasi yang

meliputi penetapan skala pekerjaan persimpangan baru dan peningkatan

persimpangan. Setelah itu penetapan lingkup pekerjaan perencanaan

geometrik persimpangan sebidang yang meliputi 5 tahapan secara berurut,

yaitu :

1) Pengumpulan data dasar;

2) Identifikasi lokasi persimpangan;

3) Penetapan kriteria perencanaan;

4) Perencanaan geometrik;

5) Penggambaran rencana detail.

2.2.6.1 Pengumpulan Data Dasar

Pekerjaan awal setelah penetapan lingkup kerja adalah mengumpulkan

data dasar. Data dasar yang harus disiapkan untuk perencanaan

geometrik persimpangan sebidang salah satunya adalah Volume lalu

lintas, untuk masing-masing arah pergerakan. Data dasar ini akan

digunakan untuk menentukan ketetapan pada pekerjaan selanjutnya.

2.2.6.2 Identifikasi Lokasi Persimpangan

Berdasarkan data dasar yang dikumpulkan selanjutnya tetapkan :

- Kelas dan fungsi jalan;

- Titik/koordinat pertemuan trase jalan antara jalan utama dan

jalan minor;

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 9: BAB II DASAR TEORIdigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl...Tugas Akhir Bab II Dasar Teori Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.....6

Tugas Akhir Bab II Dasar Teori

Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.... 13

2.2.6.3 Kriteria Perencanaan

Pada penetapan kriteria perencanaan, terdapat dua kriteria

yang dipertimbangkan, yaitu Parameter dasar dan Pertimbangan

dasar. Parameter dasar ditetapkan berdasarkan data dasar yang

mempertimbangkan volume kendaraan, kendaraan rencana dan

kecepatan rencana. Sedangkan pertimbangan dasar

dipertimbangkan sesuai dengan ketentuan umum. Dalam

merencanakan persimpangan digunakan 2 tipe kendaraan

rencana yaitu Kombinasi semi-trailer dan Bus atau truck.

Gerakan membelok pada persimpangan akan mempunyai

dampak yang besar pada kapasitas dan tingkat pelayanannya.

Dalam merencanakan lajur membelok lebih baik berdasarkan

kendaraan rencana semi-trailer. Jari-jari yang terlalu besar,

bukan hanya tidak ekonomis tetapi juga kendaraaan yang yang

membelok ke kiri akan cenderung bergerak cepat, sehinga akan

membahayakan pejalan kaki yang menyeberang. Secara umum

ketiga jenis kendaraan yang dijadikan patokan memiliki dimensi

yang digambarkan pada Gambar 2.8 :

Sumber TPPSJP 1992 hal.11

Gambar 2.8 Dimensi Kendaraan Rencana

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 10: BAB II DASAR TEORIdigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl...Tugas Akhir Bab II Dasar Teori Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.....6

Tugas Akhir Bab II Dasar Teori

Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.... 14

Kendaraan kombinasi semi-trailer sering dihitung secara

terpisah karena akan mempengaruhi dalam mendesain.

Kombinasi antara kendaraan rencana dengan gerakan membelok

dalam tahap rancangan dan desain akan menentukan lebar jalur,

jari-jari lengkung dan kanal pada persimpangan. Sedangkan

pertimbangan dasar ditentukan berdasarkan Ketentuan umum Pt

T-02-2002-B Hal 4.

2.2.6.4 Perencanaan Geometrik

Setelah ditetapkan kriteria perencanaan yang harus dipenuhi,

pekerjaan selanjutnya adalah perencanaan geometrik. Dalam

perencanaan terdapat dua sub pekerjaan yaitu penetapan elemen

geometrik simpang dan analisa kinerja simpang. Jika simpang baru maka

penetapan elemen geometrik dilakukan terlebih dahulu. Jika peningkatan

simpang maka kinerja simpang yang akan ditingkatkan harus dianalisa

terlebih dahulu kinerjanya. Pada pekerjaan analisa kinerja simpang

secara garis besar meliputi :

- Pengaturan (Bersinyal atau Tak Bersinyal);

- Kapasitas;

- Volume Lalu lintas;

- Derajat kejenuhan;

- Tundaan.

Untuk detail tahapan dari pekerjaan analisa kinerja persimpangan

mengacu pada MKJI 1997. Sedangkan untuk pekerjaan penetapan

elemen geometrik simpang dan penetapan besaran elemen geometrik

simpang mengacu kepada ketentuan teknis. Beberapa ketetapan besaran

yang berkaitan dengan lebar elemen geometrik jalan terdapat pada RSNI

T-14-2004. Setelah besaran geometrik ditetapkan dan desain geometrik

sudah melewati tahap analisa kinerja simpang, maka desain tersebut

digunakan untuk desain pakai. Desain dibuatkan menjadi gambar kerja

dengan detail sesuai dengan kebutuhan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 11: BAB II DASAR TEORIdigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl...Tugas Akhir Bab II Dasar Teori Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.....6

Tugas Akhir Bab II Dasar Teori

Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.... 15

2.3 Standar Geometrik Jalan Perkotaan (ruas jalan), RSNI T-14-2004

Standar ini merupakan penyempurnaan sebagian dari Standar Perencanaan

Geometrik untuk Jalan Perkotaan (Maret 1992) yang disusun oleh Direktorat

Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum dan disesuaikan dengan buku

A Policy on Geometric Design of Highways and Streets, AASHTO tahun 2001.

Dalam buku ini terdapat ketetapan untuk besaran elemen jalan.

2.3.1 Lebar jalur

Menurut RSNI-14 Lebar jalur ditentukan oleh jumlah dan lebar lajur

serta bahu jalan. Tabel 2.2 menetapkan ukuran lebar lajur dan bahu jalan

sesuai dengan kelas jalannya. Lebar jalur minimum adalah 4,5m,

memungkinkan 2 kendaraan dengan lebar maksimum 2,1m saling

berpapasan. Papasan 2 kendaraan lebar maksimum 2,5m yang terjadi

sewaktu-waktu dapat memanfaatkan bahu jalan.

Tabel 2.2 Lebar Lajur Jalan dan Bahu Jalan

Sumber RSNI-14hal.16

Pada jalan arteri, jalur kendaraan tidak bermotor disarankan dipisah

dengan jalur kendaraan bermotor. Bila banyak kendaraan lambat, jalur boleh

lebih lebar. Lebar bahu jalan sebelah dalam pada median yang diturunkan

atau datar, minimum sebesar 0,50 m.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 12: BAB II DASAR TEORIdigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl...Tugas Akhir Bab II Dasar Teori Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.....6

Tugas Akhir Bab II Dasar Teori

Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.... 16

2.3.2 Jalur Pejalan Kaki

Fasilitas pejalan kaki disediakan untuk pergerakan pejalan kaki.

Semua jalan perkotaan harus dilengkapi jalur pejalan kaki di satu sisi atau di

kedua sisi. Jalur pejalan kaki harus mempertimbangkan penyandang cacat,

dan dapat berupa :

- Jalur pejalan kaki yang tidak ditinggikan, tetapi diperkeras

permukaannya;

- Trotoar;

- Penyeberangan sebidang;

- Penyeberangan tidak sebidang (jembatan penyeberangan atau

terowongan penyeberangan);

- Penyandang cacat.

Jalur pejalan kaki yang tidak ditinggikan, harus ditempatkan di

sebelah luar saluran samping. Lebar minimum jalur pejalan kaki yang tidak

ditinggikan adalah 1,5 m. Khusus untuk jalan arteri dan kolektor di

perkotaan sangat dianjurkan berupa trotoar. Lebar trotoar harus disesuaikan

dengan jumlah pejalan kaki yang menggunakannya. Lebar minimum trotoar

ditentukan sesuai Tabel 2.3

Tabel 2.3 Lebar Trotoar

Sumber RSNI-14 hal.20

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 13: BAB II DASAR TEORIdigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl...Tugas Akhir Bab II Dasar Teori Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.....6

Tugas Akhir Bab II Dasar Teori

Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.... 17

2.4 Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI 1997) BAB 3

Manual Kapasitas Jalan Indonesia ini merekam hasil akhir dari fase-fase

dalam proyek MKJI, yang meliputi bab-bab yang mencakup metoda perhitungan

untuk jalan-jalan perkotaan dan juga jalan luar kota. Lebih lanjut, manual

petunjuk untuk perangkat lunak KAJI (Kapasitas Jalan Indonesia) yang

menggunakan metoda ini juga disertakan; juga disket Kaji versi 1.1. MKJI dan

manual perangkat lunak KAJI dalam bahasa Indonesia, juga telah dikirimkan

secara tersendiri.

BAB 3 MKJI ini berhubungan dengan simpang tak bersinyal berlengan 3

dan 4, yang secara formil dikendalikan oleh aturan dasar lalu-lintas Indonesia

yaitu memberi jalan pada kendaraan dari kiri.

2.4.1 Prinsip Umum

Metode dan prosedur yang diuraikan dalam manual ini mempunyai dasar

empiris. Alasannya adalah bahwa perilaku lalu-lintas pada simpang tak

bersinyal dalam hal aturan memberi jalan, disiplin lajur dan aturan antri

sangat sulit digambarkan dalam suatu model perilaku seperti model

berhenti/beri jalan yang berdasarkan pada pengambilan celah. Perilaku

pengemudi berbeda sama sekali dengan yang ditemukan di kebanyakan

negara Barat, yang menjadikan penggunaan metode manual kapasitas dari

negara Barat menjadi tidak mungkin. Hasil yang paling menentukan dari

perilaku lalu-lintas adalah bahwa rata-rata hampir dua pertiga dari seluruh

kendaraan yang datang dari jalan minor melintasi simpang dengan perilaku

"tidak menunggu celah", dan celah kritis yang kendaraan tidak memaksa

lewat adalah sangat rendah yaitu sekitar 2 detik. Metode ini memperkirakan

pengaruh terhadap kapasitas dan ukuran-ukuran terkait lainnya akibat

kondisi geometrik, lingkungan dan kebutuhan lalu-lintas.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 14: BAB II DASAR TEORIdigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl...Tugas Akhir Bab II Dasar Teori Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.....6

Tugas Akhir Bab II Dasar Teori

Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.... 18

2.4.1.1 Kapasitas

Kapasitas total untuk seluruh lengan simpang adalah hasil perkalian

antara kapasitas dasar (C0) yaitu kapasitas pada kondisi tertentu (ideal)

dan faktor-faktor penyesuaian (F), dengan memperhitungkan pengaruh

kondisi lapangan terhadap kapasitas.

Bentuk model kapasitas menjadi sebagai berikut:

C = Co×FW ×FM×FCS × FRSU × FLT × FRT × FMI ..... (Rumus 2.1)

Variabel-variabel masukan untuk perkiraan kapasitas (smp/jam) dengan

menggunakan model tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 2.4 Ringkasan variabel-variabel masukan model kapasitas

Sumber MKJI hal. 3-10

Dalam beberapa manual dari Barat sudut pada simpang miring

mempunyai pengaruh pada kapasitas. Manual Indonesia tidak

berdasarkan metode "pengambilan celah" dan tidak ada perbedaan yang

jelas antara jalan utama dan jalan minor. Karena manual juga tidak

memungkinkan perhitungan kapasitas pendekat melainkan kapasitas

simpang, maka sudut belok pendekat tidak dipergunakan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 15: BAB II DASAR TEORIdigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl...Tugas Akhir Bab II Dasar Teori Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.....6

Tugas Akhir Bab II Dasar Teori

Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.... 19

2.4.1.2 Derajat kejenuhan

Rasio dari arus lalu-lintas terhadap kapasitas untuk suatu pendekat

(Q×c/S×g). Derajat kejenuhan (DS) untuk seluruh simpang, dihitung

sebagai berikut :

DS = Qsmp / C ......................................................... (Rumus 2.2)

dengan :

Qsmp = Arus total (smp/jam) dihitung sebagai berikut:

Qsmp = Qkend × Fsmp.................................................... (Rumus 2.3)

Fsmp = Faktor smp, dihitung sebagai berikut:

Fsmp = (empLV×LV%+empHV×HV%+empMC×MC%)/100 ...........

......................................................................... (Rumus 2.4)

dengan empLV, LV%, empHV, HV%, empMC dan MC%

adalah emp dan komposisi lalu lintas untuk kendaraan

ringan, kendaraan berat dan sepeda motor ;

C = Kapasitas (smp/jam)

2.4.1.3 Tundaan

Tundaan (D) adalah waktu tempuh tambahan yang diperlukan untuk

melewati suatu simpang dibandingkan terhadap situasi tanpa simpang.

Tundaan pada simpang dapat terjadi karena dua sebab :

1) TUNDAAN LALU-LINTAS (DT) akibat interaksi lalu-lintas

dengan gerakan yang lain dalam simpang;

2) TUNDAAN GEOMETRIK (DG) akibat perlambatan dan

percepatan kendaraan yang terganggu dan tak-terganggu.

Tundaan lalu-lintas seluruh simpang (DT), jalan minor (DTMI) dan jalan

utama (DTMA), ditentukan dari kurva tundaan empiris dengan derajat

kejenuhan sebagai variabel bebas.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 16: BAB II DASAR TEORIdigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl...Tugas Akhir Bab II Dasar Teori Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.....6

Tugas Akhir Bab II Dasar Teori

Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.... 20

Tundaan geometrik (DG) dihitung dengan rumus :

Untuk DS < 1,0 :

DG = (1-DS) × (PT×6 + (1-PT ) ×3) + DS×4 (det/smp) (Rumus 2.5)

Untuk DS ≥ 1,0 :

DG = 4

dengan :

DS = Derajat kejenuhan.

PT = Rasio arus belok terhadap arus total.

6 = Tundaan geometrik normal untuk kendaraan belok yang

tak-terganggu (det/smp).

4 = Tundaan geometrik normal untuk kendaraan yang

terganggu (det/smp).

Tundaan lalu-lintas simpang (simpang tak-bersinyal, simpang bersinyal

dan bundaran) manual adalah berdasarkan anggapan-anggapan sebagai

berikut :

- Kecepatan referensi 40 km/jam;

- Kecepatan belok kendaraan tak-terhenti 10 km/jam;

- Tingkat percepatan dan perlambatan 1.5 m / det 2 ;

- Kendaraan terhenti mengurangi kecepatan untuk menghindari

tundaan perlambatan, sehingga hanya menimbulkan tundaan

percepatan. Tundaan meningkat secara berarti dengan arus total, sesuai dengan

arus jalan utama dan jalan minor dan dengan derajat kejenuhan. Hasil

pengamatan menunjukkan tidak ada perilaku 'pengambilan-celah' pada

arus yang tinggi. Ini berarti model barat yaitu lalu-lintas jalan utama

berperilaku berhenti / memberi jalan, tidak dapat diterapkan (di

Indonesia). Arus keluar stabil maksimum pada kondisi tertentu yang

ditentukan sebelumnya, sangat sukar ditentukan, karena variasi perilaku

dan arus keluar sangat beragam. Karena itu kapasitas ditentukan sebagai

arus total simpang dimana tundaan lalu lintas rata-rata melebihi 15

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 17: BAB II DASAR TEORIdigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl...Tugas Akhir Bab II Dasar Teori Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.....6

Tugas Akhir Bab II Dasar Teori

Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.... 21

detik/smp, yang dipilih pada tingkat dengan probabilitas berarti untuk

titik belok berdasarkan hasil pengukuran lapangan; (nilai 15 detik/smp

ditentukan sebelummya). Nilai tundaan yang didapat dengan cara ini

dapat digunakan bersama dengan nilai tundaan dan waktu tempuh

dengan cara dari fasilitas lalu-lintas lain dalam manual ini, untuk

mendapatkan waktu tempuh sepanjang rute jaringan jika tundaan

geometrik dikoreksi dengan kecepatan ruas sesungguhnya.

2.4.1.4 Peluang antrian

Peluang antrian ditentukan dari kurva peluang antrian/derajat

kejenuhan secara empiris seperti pada Gambar 2.9. Keterangan lebih

lanjut terdapat pada MKJI BAB 3 Halaman 43.

Sumber MKJI 1997 hal.11

Gambar 2.9 Rentang peluang antrian (QP%) terhadap derajat kejenuhan

(DS).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 18: BAB II DASAR TEORIdigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl...Tugas Akhir Bab II Dasar Teori Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.....6

Tugas Akhir Bab II Dasar Teori

Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.... 22

2.4.1.5 Penilaian

Manual ini terutama direncanakan untuk memperkirakan kapasitas

dan perilaku lalu-lintas pada kondisi tertentu berkaitan dengan rencana

geometrik jalan, lalu-lintas dan lingkungan. Karena hasilnya biasanya

tidak dapat diperkirakan sebelumnya, mungkin diperlukan beberapa

perbaikan dengan pengetahuan para ahli lalu-lintas, terutama kondisi

geometrik, untuk memperoleh perilaku lalu-lintas yang diinginkan

berkaitan dengan kapasitas dan tundaan dan sebagainya. Sasaran yang

dipilih diisikan dalam Formulir USIG-II, Kolom 38.

Cara yang paling cepat untuk menilai hasil adalah dengan melihat

derajat kejenuhan (DS) untuk kondisi yang diamati, dan

membandingkannya dengan pertumbuhan lalu-lintas tahunan dan "umur"

fungsional yang diinginkan dari simpang tersebut. Jika nilai DS yang

diperoleh terlalu tinggi (> 0,75), pengguna manual mungkin ingin

merubah anggapan yang berkaitan dengan lebar pendekat dan

sebagainya, dan membuat perhitungan yang baru. Hal ini akan

membutuhkan formulir yang baru dengan soal yang baru.

2.4.1.6 Sketsa geometrik dan sketsa arus

Untuk simpang 3-lengan, jalan yang menerus selalu jalan utama.

Pendekat jalan minor sebaiknya diberi notasi A dan C, pendekat jalan

utama diberi notasi B dan D. Pemberian notasi dibuat searah jarum jam.

Sketsa sebaiknya memberikan gambaran yang baik dari suatu simpang

mengenai informasi tentang kereb, lebar jalur, bahu dan median.

Sketsa arus lalu-lintas memberikan informasi lalu-lintas lebih rinci

dari yang diperlukan untuk analisa simpang tak bersinyal. Jika alternatif

pemasangan sinyal pada simpang juga akan diuji, informasi ini akan

diperlukan. Sketsa sebaiknya menunjukan gerakan lalu-lintas bermotor

dan tak bermotor (kend/jam) pada pendekat ALT, AST, ART dan

seterusnya. Satuan arus, kend/jam atau LHRT, diberi tanda dalam

formulir.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 19: BAB II DASAR TEORIdigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl...Tugas Akhir Bab II Dasar Teori Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.....6

Tugas Akhir Bab II Dasar Teori

Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.... 23

2.5 Tuntunan Praktis Pengembangan Aplikasi Manajemen Database

Dengan Java 2 (SE/ME/EE)

Buku ini berisikan tentang metode pengembangan aplikasi manajemen data

base menggunakan bahasa pemrograman Java 2, baik berbasis WEB, Desktop

maupun Mobile. Materi didalam buku ini berisikan tutorial dalam membuat

sintaks dan sematik yang dijadikan dasar teori dalam penulisan TA ini.

Semua dasar teori yang berkaitan dengan perancangan geometrik simpang

sebidang akan menjadi landasan kerangka berpikir (Algoritma), yang nantinya

digunakan untuk merancang program desain simpang. Sedangkan dalam

merancang program desain simpang akan menggunakan teori berdasarkan buku

tuntunan praktis pemrograman Java 2. Materi ini berdasarkan buku Tuntunan

Praktis Pengembangan Manajemen Database dengan Java 2, berikut kutipan

materinya :

2.5.1 Java

Java adalah teknologi dan bahasa pemrograman yang berjalan pada

Multiplatforms sesuai dengan semboyannya “Write once, run Anyware”.

Pada situs Java dari Sun, ://Java.sun.com dijelaskan bahwa terdapat tiga

pembagian paket java yaitu:

- Java 2 Enterprise Edition (Pengembangan aplikasi Web server dan

sebagainya)

- Java 2 Standart Edition (Pengembangan aplikasi berbasis Dekstop

Hardware)

- Java 2 micro Edition (Pengembangan untuk Pengembangan aplikasi

pada gadget kecil seperti ponsel dan sejenisnya)

2.5.2 Elemen-Elemen Java

Sebelum mulai memprogram dengan Java, terlebih dahulu perlu dipahami

elemen-elemen yaang terdapat di dalam Java. Elemen-elemen yang

dimaksud adalah fisik dari File Java itu sendiri dan Punctuator.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 20: BAB II DASAR TEORIdigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl...Tugas Akhir Bab II Dasar Teori Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.....6

Tugas Akhir Bab II Dasar Teori

Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.... 24

2.5.2.1 Elemen File

File java bisa dibuat dengan mengetik di Software text editor seperti :

Notepad, Wordpad, Notepad++, Editplus dan sejenisnya. Disamping itu

file Java bisa dihasilkan dengan menggunakan program khusus untuk

developing java, seperti : Netbeans, Eclipse dan lain-lain. Selanjutnya file

akan disimpan dengan ekstensi .java dan setelah dikompilasi akan

dihasilkan file baru yang disebut file byntecode. Secara fisik file hasil

kompilasi akan berekstensi, dan selanjutnya diproses lagi menjadi file

dengan ekstensi .jar, .jad dan beberapa file executable Java lain sesuai

paket Java.

2.5.2.2 Elemen Punctuator

Dalam bagian ini, akan dijelaskan elemen-elemen punctuator Java satu

persatu secara ringkas dan mudah dipahami.

- Brackets (tanda [ ]) indikasikan sebuah larik satu atau multi dimensi

- Petik dua (tanda ” ”) membentuk data String

- Petik Tunggal (tanda ‘ ‘) membentuk data char

- Parentheses (tanda ( )) tanda pengelompokan ekspresi

- Braces (tanda { }) tanda memulai dan mengakhiri blok program

- comma (tanda , ) untuk pemisahan variabel atau daftar parameter

- semicolon (tanda ; ) untuk mengakhiri sebuah statment

- colon (tanda : ) menunjukan sebuah statment yang dilabelkan

- Asterik (tanda * ) untuk melakukan import kelas pada paket java

- Equal sign (tanda = ) melakukan inisialisasi nilai terhadap variabel

- Point sign (tanda . ) digunakan class untuk memanggil ekstensinya

- Plus sign (tanda +) menggabungkan ekspresi string.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 21: BAB II DASAR TEORIdigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl...Tugas Akhir Bab II Dasar Teori Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.....6

Tugas Akhir Bab II Dasar Teori

Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.... 25

2.5.3 Tipe data

Tipe data merupakan class dari objek data bersama-sama dengan

himpunan operasi yang bisa dilaksanakan terhadapnya. Pada dasarnya tipe

data dalam java dikelompokan menjadi dua, yaitu tipe data sederhana dan

tipe data komposit.

Tipe data sederhana adalah tipe data yang tidak diturunkan dari tipe data

lain. Sering kali tipe data sederhana disebut juga dengan tipe data primitif.

Adapun yang termasuk dalam tipe data sederhana adalah tipe data numerik

dan boolean.

Tipe data numerik digunakan untuk mendeklarasikan variabel (identifier)

untuk operasi berbasis numerik. Tabel 2.5 berikut menjelaskan jenis-jenis

tipe data numerik dalam Java.

Tabel 2.5 Jenis-Jenis Tipe Data Numerik Dalam Java

Sumber Riyanto. Suprapto. Indelarko, Hendi. (2008).Tuntunan Praktis

pengembangan aplikasi manajemen database dengan java2 hal.8

Untuk karakter dengan pengkodean unicode : char, tipe data char untuk

menyimpan karakter unicode tunggal. Karena karakter unicode disusun dari

nilai 16-bit, tipe data char ada 16-bit unsigned Integer. Pada Tabel 2.6

sajian daftar karakter-karakter unicode special:

Tipe data Ukuran Range Nilai

Byte 8 bit -128 ... 127

Short 16 bit -32768 ... 32767

Int 32 bit -21474836848 ... 2147483687

Long 64 bit -9223372036854775808 ... 9223372036854775807

Char 16 bit 0 ... 655535

Float 32 bit IEEE 754 3,4e-038 ... 3,4e+038

Double 64 bit IEEE 754 1,7e-038 ... 1,7e+038

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 22: BAB II DASAR TEORIdigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl...Tugas Akhir Bab II Dasar Teori Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.....6

Tugas Akhir Bab II Dasar Teori

Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.... 26

Tabel 2.6 Daftar karakter unicode

Sumber Riyanto. Suprapto. Indelarko, Hendi. (2008).Tuntunan Praktis

pengembangan aplikasi manajemen database dengan java2 hal.9

Tipe data komposit disusun dari tipe data sederhana atau tipe data

komposit lain yang sudah ada. Tipe data komposit meliputi tipe-tipe string,

class, array dan tipe data interface.

2.5.4 Variabel dan Konstanta

Variabel merupakan suatu wadah yang berfungsi untuk menyimpan

sementara suatu nilai pada suatu program sesuai dengan tipe datanya.

Menurut cara penyimpanan nilai, variabel dibedakan menjadi dua, yaitu

variabel dinamis dan statis. Variabel statis disebut juga konstanta dimana

pendeklarasiannya menggunakan reserved word tertentu, sedangkan

variabel dinamis disebut sebagai variabel biasa.

2.5.5 Konversi Tipe Data

Pada operasi biner apapun di mana masing-masing operand memiliki tipe

data yang berbeda tetap bisa diterima dalam Java. Meskipun dengan

perlakuan tertentu. Perlakuan yang dimaksud adalah:

- Jika operand bertipe data Double, hasilnya diperlakukan sebagai

Double;

- Jika operand bertipe data float, hasilnya diperlakukan sebagai float;

- Jika operand bertipe data long, hasilnya diperlakukan sebagai long;

karakter Nama Nilai unicode

\b Backspace \u0008

\t Tab \u0009

\n Linefeed \u000a

\r Carriage return \u000d

\" Petik ganda \u0022

\' Petik tungal \u0027

\\ Backslash \u005c

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 23: BAB II DASAR TEORIdigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl...Tugas Akhir Bab II Dasar Teori Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.....6

Tugas Akhir Bab II Dasar Teori

Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.... 27

2.5.6 Komentar

Dalam pemrograman Java juga tersedia fasilitas bagi pemrogram untuk

memberikan komentar terhadap program yang ditulisnya. Komentar

diperlukan dalam program untuk tujuan dokumentasi, sehingga program

mudah dibaca dan dipahami oleh orang yang membacanya.

2.5.7 Operator

Seperti halnya pada bahasa-bahasa pemrograman lainnya, java juga

menyediakan beberapa operator, seperti operator aritmatika, logika,

manipulasi bit (Shift, bitwise), relasional dan operator assignment. Berikut

ini adalah keterangan untuk masing-masing operator dalam java :

2.5.7.1 Operator Aritmatika

Operator aritmatika adalah operator yang digunakan untuk

manipulasi variabel yang bertipe data numerik. Secara garis besar

ditunjukan pada tabel 2.7 berikut :

Tabel 2.7 Daftar Operator aritmatika dalam Java

Sumber Riyanto. Suprapto. Indelarko, Hendi. (2008).Tuntunan Praktis

pengembangan aplikasi manajemen database dengan java2 hal.16

Operator-operator aritmatika memerlukan dua Operand, sehingga

disebut dengan operator biner. Sementara operator yang hanya

memerlukan satu Operand disebut dengan operator uner dan tabel 2.8

berikut menyajikan daftar operator-operator uner dalam Java :

operator Kegunaan

+ Untuk operasi penjumlahan

- untuk operasi pengurangan

* untuk operasi perkalian

/ untuk operasi pembagian,

% untuk operasi pembagian sisa

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 24: BAB II DASAR TEORIdigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl...Tugas Akhir Bab II Dasar Teori Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.....6

Tugas Akhir Bab II Dasar Teori

Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.... 28

Tabel 2.8 Daftar Operator Uner Dalam Java

Sumber Riyanto. Suprapto. Indelarko, Hendi. (2008).Tuntunan Praktis

pengembangan aplikasi manajemen database dengan java2 hal.16

2.5.7.2 Operator Logika

Operator Logika dan Kondisional digunakan untuk operasi-operasi

yang menghasilkan nilai logika true dan false. Bahasa pemrograman Java

menyediakan tiga macam operator seperti terlihat dalam Tabel 2.9

berikut:

Tabel 2.9 Daftar Operator Logika Dalam Java

Sumber Riyanto. Suprapto. Indelarko, Hendi. (2008).Tuntunan Praktis

pengembangan aplikasi manajemen database dengan java2 hal.17

2.5.7.3 Operator Manipulasi

Operator manipulasi bit memiliki dua macam operator yang

digunakan untuk manipulasi bit yaitu operator shift yang digunakan

untuk menggeser bit-bit sesuai yang dikehendaki dan operator bitwise.

Berikut pada Tabel 2.10 dan 2.11 daftar operator shift dan bitwise:

operator Format operasi Kegunaan

Pre-increment ++Opr Nilai Opr dinaikan 1 sebelum dilakukan operasi pada Opr

Post-increment Opr++ Nilai Opr dinaikan 1 setelah dilakukan operasi pada Opr

Pre-decrement --Opr Nilai Opr diturunkan 1 sebelum dilakukan oprasi pada Opr

Post-decrement Opr-- Nilai Opr diturunkan 1 setelah dilakukan operasi pada Opr

Nagation -Opr Mengubah nilai Opr menjadi kebalikannya

operator Kegunaan

&& Menghasilkan nilai true jika kedua Operand bernilai true

||Menghasilkan nilai true jika salah satu atau kedua operand

bernilai true

!

Menghasilkan nilai true jika operand bernilai false

sebaliknya akan menghasilkan nilai false jika operand

bernilai true

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 25: BAB II DASAR TEORIdigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl...Tugas Akhir Bab II Dasar Teori Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.....6

Tugas Akhir Bab II Dasar Teori

Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.... 29

Tabel 2.10 Daftar Operator Shift Dalam Java

Sumber Riyanto. Suprapto. Indelarko, Hendi. (2008).Tuntunan Praktis

pengembangan aplikasi manajemen database dengan java2 hal.17

Tabel 2.11 Daftar Operator Bitwise Dalam Java

Sumber Riyanto. Suprapto. Indelarko, Hendi. (2008).Tuntunan Praktis

pengembangan aplikasi manajemen database dengan java2 hal.17

2.5.7.4 Operator Rasional

Operator Rasional digunakan untuk melakukan perbandingan antara

dua Oprand, hasil dari operasi ini berupa nilai Logik True dan False.

Berikut daftar Operator Logik dalam Java

Tabel 2.12 Daftar Operator Relasional Dalam Java

Sumber Riyanto. Suprapto. Indelarko, Hendi. (2008).Tuntunan Praktis

pengembangan aplikasi manajemen database dengan java2 hal.18

operator Kegunaan

>> Untuk memasukan nilai Shift left

<< Untuk memasukan nilai Shift right

>>> Opr1>>>Opr2, menggeser Opr1 kekanan sejauh Opr2

operator Kegunaan

&Bitwise AND, menghasilkan true jika kedua oprand bernilai

true

|Bitwise OR, menghasikan nilai true jika salah satu atau

keduanya bernilai true

^Bitwise XOR, menghasilkan nilai true jika dan hanya jika salah

satu Oprand bernilai true

~Bitwise Complement, menghasilkan nilai true jika oprand

bernilai false, demikian sebaliknya

operator Format operasi Kegunaan

> Opr1>Opr2Menyatakan hubungan lebih besar, menghasilkan nilai True

jika Opr1 lebih besar dari Opr2

>= Opr1>=Opr2Menyatakan hubungan lebih besar, menghasilkan nilai True

jika Opr1 lebih besar sama dengan dari Opr2

< Opr1<Opr3Menyatakan hubungan lebih besar, menghasilkan nilai True

jika Opr1 lebih kecil dari Opr2

<= Opr1<=Opr4Menyatakan hubungan lebih besar, menghasilkan nilai True

jika Opr1 lebih kecil sama dengan dari Opr2

== Opr1==Opr5Menyatakan hubungan lebih besar, menghasilkan nilai True

jika Opr1 sama dengan dari Opr2

!= Opr1!=Opr6Menyatakan hubungan lebih besar, menghasilkan nilai True

jika Opr1 tidak sama dengan dari Opr2

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 26: BAB II DASAR TEORIdigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl...Tugas Akhir Bab II Dasar Teori Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.....6

Tugas Akhir Bab II Dasar Teori

Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.... 30

2.5.7.5 Operator Assignment

Operator Assignment dilakukan untuk memasukan nilai ke dalam

variabel. Pada dasarnya operator assignment hanya berupa tanda sama

dengan (=), akan tetapi dalam Java operator tersebut kemudian

dikombinasikan dengan operator lain sehingga bisa mempersingkat dalam

penulisannya. Berikut tabel 2.13 daftar operator assignment dalam Java.

Tabel 2.13 Daftar Operator Assignment Dalam Java

Sumber Tuntunan Praktis pengembangan aplikasi java2

2.5.8 Percabangan

Di dalam Program yang cukup kompleks biasanya mengandung suatu

kasus dimana suatu tindakan tertentu dikerjakan apabila kondisi yang

disyaratkan dipenuhi, dalam program, kasus semacam ini disebut dengan

kasus bersyarat (atau kondisional). Java sebagai bahasa pemrograman

menyediakan dua macam struktur percabangan yaitu if-else dan switch-case.

2.5.8.1 Struktur if-else

Struktur if-else adalah kontrol dimana suatu tindakan diambil

berdasarkan kondisi logikanya (true/false)

Bentuk umum struktur if-else sebagai berikut:

If (kondisi) {

Statment-statment;

}else { statment-statment ;}

operator Format operasi Kegunaan

= Opr=x Memasukan Nilai x ke Opr

+= Opr1+=Opr2 Opr1 = Opr1 + Opr2

-= Opr1-=Opr2 Opr1 = Opr1 - Opr2

*= Opr1*=Opr2 Opr1 = Opr1 * Opr2

/= Opr1/=Opr2 Opr1 = Opr1 / Opr2

%= Opr1%=Opr2 Opr1 = Opr1 % Opr2

&= Opr1&=Opr2 Opr1 = Opr1 & Opr2

^= Opr1^=Opr2 Opr1 = Opr1 ^ Opr2

|= Opr1|=Opr2 Opr1 = Opr1 | Opr2

<<= Opr1<<=Opr2 Opr1 = Opr1 << Opr2

>>= Opr1>>=Opr2 Opr1 = Opr1 >> Opr2

>>>= Opr1>>>=Opr2 Opr1 = Opr1 >>> Opr2

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 27: BAB II DASAR TEORIdigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl...Tugas Akhir Bab II Dasar Teori Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.....6

Tugas Akhir Bab II Dasar Teori

Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.... 31

2.5.8.2 Struktur Switch–case

Struktur switch–case mempunyai fungsi yang sama dengan struktur if-

else hanya saja, kalau didalam struktur if-else hanya disediakan dua

pilihan ( berdasarkan kondisi logika true dan false ), sedangkan dalam

struktur switch-case dimungkinkan untuk memilih salah satu diantara

banyak pilihan. Bentuk umum dari struktur switch-case seperti berikut :

switch(variable) {

case kondisi_1 : statment_1;

Break;

case kondisi_2 : statment_2;

Break;

case kondisi_3 : statment_3;

Break;

default : statment-default; }

kondisi Default dalam sintaks di atas bersifat opsional, artinya boleh

ada, boleh juga tidak. Tujuan diberikannya kondisi default adalah

sebagai pilihan terakhir yang akan diambil apabila semua n kondisi

sebelumnya tidak ada yang memenuhi. Kalau di struktur if-else, kondisi

default persis seperti fungsi bagian else. Bentuk sintaks switch-case diatas

jika dijadikan bentuk if-else akan terlihat seperti berikut:

if (variabel==kondisi_1) {

statment_1;

} else if (varibel==kondisi_2) {

Statment_2;

} else if ...

} else if (variabel==kondisi_n) {

Stanment_n;

} else {

Statment-default;

}

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 28: BAB II DASAR TEORIdigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl...Tugas Akhir Bab II Dasar Teori Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.....6

Tugas Akhir Bab II Dasar Teori

Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.... 32

Sebagai catatan, variabel penentu dalam struktur switch-case, harus

bertipe integer dan kompitabelnya. Yaitu boelan, char, byte, short dan

long. Atau sering disebut variabel bertipe ordinarial (artinya nilai dari

variabel bertipe ordinal bisa diurutkan).

2.5.9 Statement Perulangan

Dalam sebuah program komputer, untuk kasus tertentu pemrogram tidak

jarang dihadapkan dengan pilihan operasi yanga harus diulangi sampai

beberapa kali. Untuk situasi seperti ini, java menyediakan fasilitas (Reserve

word) yang bisa dimanfaatkan untuk operasi berulang (looping) tersebut.

Yang dimaksud dengan fasilitas tersebut adalah : struktur while, do-while

dan struktur for.

2.5.9.1 Struktur while

Struktur while akan menguji kondisi (atau klasa while), kemudian

menjalankan statement atau kumpulan statement jika kondisi tersebut

terpenuhi (atau bernilai true). Proses seperti ini (yaitu, menguji kondisi

dan menjalankan statement atau kumpulan statement) akan dijalankan

terus-menerus selama kondisi bernilai true. Dengan kata lain statement

atau kumpulan statement tidak akan dijalankan jika kondisi bernilai false.

Seperti Statement-statement yang lain, struktur while juga mempunyai

bentuk umum (atau sintaks penulisan) tertentu. Sintaks penulisan struktur

while adalah sebagai berikut:

while (kondisi) {

statement_1;

...

statement_n;

}

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 29: BAB II DASAR TEORIdigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl...Tugas Akhir Bab II Dasar Teori Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.....6

Tugas Akhir Bab II Dasar Teori

Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.... 33

2.5.9.2 Struktur do-while

Struktur do-while terdapat perbedaan cara kerja antara struktur while

dengan struktur do-while. Di dalam struktur while, proses pengecekan

kondisi (persyaratan) dilakukan diawal struktur (yaitu sebelum

menjalankan statement), sedangkan pada struktur do-while pengecekan

kondisi dilakukan diakhir (yaitu setelah menjalankan statement).

Sehingga pada struktur do-while statement atas kumpulan statement akan

dijalankan paling sedikit satu kali, meskipun kondisi yang diberikan

bernilai false.

Bentuk umum (atau sintak penulisan) struktur do-while adalah sebagai

berikut:

do {

Statement_1;

...

Statement_n;

} while (kondisi terpenuhi);

2.5.9.3 Struktur For

Struktur for akan menjalankan statement atau sekumpulan statement

dan menanggulanginya selama persyaratan terpenuhi. Perbedaan dengan

struktur while dan do-while adalah bahwa di dalam struktur for, batasan

awal dan akhir perulangan sudah harus ditentukan di awal. Sehingga

dijalankan. Sedangkan pada struktur bisa juga tidak, khususnya ketika

kondisinya berhubungan dangan bilangan yang random atau dengan

variabel yang nilainya bisa berubah selama perulangan. Contoh untuk

struktur for seperti berikut :

For (stat-awal; kondisi; stat-perulangan) {

Statement_1; ...

Statement_n;}

Kemudian kode-kode program berikut merupakan contoh penggunaan

struktur for dalam program atau bagian program.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 30: BAB II DASAR TEORIdigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl...Tugas Akhir Bab II Dasar Teori Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.....6

Tugas Akhir Bab II Dasar Teori

Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.... 34

2.6 Metode Pengembangan Software Waterfall

Waterfall adalah suatu metode pengembangan perangkat lunak yang

mengusulkan pendekatan kepada perangkat lunak sistematik dan sekuensial yang

mulai pada tingkat kemajuan sistem pada seluruh analisis, desain, kode, pengujian

dan pemeliharaan.

Agus darmawan menuliskan materi metode waterfall seperti berikut:

Metode waterfall merupakan metode yang sering digunakan oleh penganalisa

sistem pada umumnya. Inti dari metode waterfall adalah pengerjaan dari suatu

sistem dilakukan secara berurutan atau secara linear. Jadi jika langkah ke-1 belum

dikerjakan, maka langkah 2 tidak dapat dikerjakan. Jika langkah ke-2 belum

dikerjakan maka langkah ke-3 juga tidak dapat dikerjakan, begitu seterusnya.

Secara otomatis langkah ke-3 akan bisa dilakukan jika langkah ke-1 dan ke-2

sudah dilakukan. (Sumber http://agusdar.wordpress.com/2013/04/13/metode-

pengembangan-sistem-waterfall/).

2.6.1 Tahapan Metode Waterfall

Secara garis besar metode waterfall mempunyai lima tahapan pengerjaan

yaitu analisa, desain, penulisan kode, pengujian dan

pemeliharaan. Tahapannya seperti gambar berikut:

Sumber http://agusdar.wordpress.com/2013/04/13/metode-pengembangan-sistem-

waterfall/

Gambar 2.10 Struktur Metode Pengembangan software waterfall

SISTEM ENGINEERING

ANALYS

DESIGN

CODE

TESTING

MAINTENANCE

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 31: BAB II DASAR TEORIdigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl...Tugas Akhir Bab II Dasar Teori Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.....6

Tugas Akhir Bab II Dasar Teori

Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.... 35

2.6.1.1 Analisa Kebutuhan

Langkah ini merupakan analisa terhadap kebutuhan sistem.

Pengumpulan data dalam tahap ini bisa melakukan sebuah penelitian,

wawancara atau studi literatur. Sistem analis akan menggali informasi

sebanyak-banyaknya dari user sehingga akan tercipta sebuah sistem

komputer yang bisa melakukan tugas-tugas yang diinginkan oleh user

tersebut. Tahapan ini akan menghasilkan dokumen user requirement atau

bisa dikatakan sebagai data yang berhubungan dengan

keinginan user dalam pembuatan sistem. Dokumen tersebut akan menjadi

acuan sistem analis untuk menerjemahkan ke dalam bahasa pemrogram.

2.6.1.2 Desain Sistem

Tahapan dimana dilakukan penuangan pikiran dan perancangan sistem

terhadap solusi dari permasalahan yang ada dengan menggunakan

perangkat pemodelan sistem seperti diagram alir data (data flow

diagram), diagram hubungan entitas (entity relationship diagram) serta

struktur dan bahasan data.

2.6.1.3 Penulisan Kode Program

Penulisan kode program atau coding merupakan

penerjemahan design dalam bahasa yang bisa dikenali oleh komputer.

Dilakukan oleh programmer yang akan menerjemahkan transaksi yang

diminta oleh user. Tahapan ini merupakan tahapan yang secara nyata

dalam mengerjakan suatu sistem. Dalam artian penggunaan komputer

akan dimaksimalkan dalam tahapan ini. Setelah pengkodean selesai maka

akan dilakukan testing terhadap sistem yang telah dibuat tadi.

Tujuan testing adalah menemukan kesalahan-kesalahan terhadap sistem

tersebut dan kemudian bisa diperbaiki.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 32: BAB II DASAR TEORIdigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl...Tugas Akhir Bab II Dasar Teori Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.....6

Tugas Akhir Bab II Dasar Teori

Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.... 36

2.6.1.4 Pengujian Program

Tahapan akhir dimana sistem yang baru diuji kemampuan dan

keefektifannya sehingga didapatkan kekurangan dan kelemahan sistem

yang kemudian dilakukan pengkajian ulang dan perbaikan terhadap

aplikasi menjadi lebih baik dan sempurna.

2.6.1.5 Penerapan Program dan Pemeliharaan

Perangkat lunak yang sudah disampaikan kepada pelanggan pasti akan

mengalami perubahan. Perubahan tersebut bisa karena mengalami

kesalahan karena perangkat lunak harus menyesuaikan dengan

lingkungan (sistem operasi baru) baru, atau karena pelanggan

membutuhkan perkembangan fungsional.

2.6.2 Keunggulan dan Kelemahan Metode Waterfall

Metode pengembangan waterfall mempunyai keunggulan dalam

membangun dan mengembangkan suatu sistem, antara lain:

1. Kualitas dari sistem yang dihasilkan akan baik. Ini dikarenakan oleh

pelaksanaannya secara bertahap. Sehingga tidak terfokus pada

tahapan tertentu;

2. Dokumen pengembangan sistem sangat terorganisir, karena setiap

fase harus terselesaikan dengan lengkap sebelum melangkah ke fase

berikutnya. Jadi setiap fase atau tahapan akan mempunyai dokumen

tertentu.

Dalam proses membangun dan mengembangkan suatu sistem,

metode waterfall mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:

1. Diperlukan manajemen yang baik, karena proses pengembangan tidak

dapat dilakukan secara berulang sebelum terjadinya suatu produk;

2. Kesalahan kecil akan menjadi masalah besar jika tidak diketahui sejak

awal pengembangan;

3. Pelanggan sulit menyatakan kebutuhan secara eksplisit sehingga tidak

dapat mengakomodasi ketidakpastian pada saat awal pengembangan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 33: BAB II DASAR TEORIdigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl...Tugas Akhir Bab II Dasar Teori Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.....6

Tugas Akhir Bab II Dasar Teori

Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.... 37

2.7 Metode Pengujian BlackBox

Black-box testing adalah metode pengujian perangkat lunak yang tes

fungsionalitas dari aplikasi yang bertentangan dengan struktur internal atau white-

box. Pengetahuan khusus dari kode aplikasi / struktur internal dan pengetahuan

pemrograman pada umumnya tidak diperlukan. Uji kasus dibangun di sekitar

spesifikasi dan persyaratan, yakni aplikasi apa yang seharusnya dilakukan.

Perancang uji memilih input yang valid dan tidak valid dan menentukan output

yang benar. Tidak ada pengetahuan tentang struktur internal benda uji itu.

Metode uji dapat diterapkan pada semua tingkat pengujian perangkat lunak:

unit, integrasi, fungsional, sistem dan penerimaan. Ini biasanya terdiri dari

kebanyakan jika tidak semua pengujian pada tingkat yang lebih tinggi, tetapi juga

bisa mendominasi unit testing juga.

Uji coba blackbox berusaha untuk menemukan kesalahan dalam beberapa

kategori, diantaranya :

1. Fungsi-fungsi yang salah atau hilang

2. Kesalahan interface

3. Kesalahan dalam struktur data atau akses database eksternal

4. Kesalahan performa

5. Kesalahan inisialisasi dan terminasi

(Ellisa C Simanjuntak, Grace Ruthyanti, Heriberty MS Naur 13 December

2010)

Pengujian black-box berfokus pada persyaratan fungsional perangkat lunak.

Dengan demikian, pengujian black-box memungkinkan perekayasa perangkat

lunak mendapatkan serangkaian kondisi input yang sepenuhnya menggunakan

semua persyaratan fungsional untuk suatu program.pengujian black-box bukan

merupakan alternatif dari teknik white-box, tetapi merupakan pendekatan

komplementer yang kemungkinan besar mampu mengungkapkan kelas kesalahan

dari pada metode white-box (Pressman. Roger S. Ph D. tahun 2002 Hal.551-552).