bab ii dasar teoridigilib.polban.ac.id/files/disk1/100/jbptppolban-gdl...tugas akhir bab ii dasar...
TRANSCRIPT
Tugas Akhir Bab II Dasar Teori
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program...... 5
BAB II
DASAR TEORI
Bab ini berisikan tentang dasar teori yang diacu dari NSPM, yang berkaitan
dengan perencanaan geometrik simpang sebidang tak bersinyal. Dasar Teori yang
dipakai dalam penulisan tugas akhir ini, berdasarkan pada Tata Cara Perencanaan
Persimpangan Sebidang Jalan Perkotaan, Pedoman Teknik T-02-2002-B
Perencanaan Geometrik Persimpangan Sebidang dan literatur yang berhubungan
dengan materi bahasan. Secara rinci tinjauan pustaka dan dasar teori disajikan
dalam Tabel berikut ini :
Tabel 2.1 Dasar Teori
No Aspek Dasar Teori
1. Perencanaan
Geometrik
Simpang
Tata Cara Perencanaan Persimpangan Sebidang Jalan
Perkotaan (TPPSJP) No. 01/T/BNKT/1992
Pedoman teknik T-02-2002-B perencanaan
persimpangan sebidang 2002
Standar Geometri Jalan Perkotaan (ruas jalan), RSNI
T-14-2004
Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997
2. Dasar-Dasar
Pemrograman
Java Paket
J2SE
Tuntunan praktis pengembangan aplikasi manajemen
database dengan java 2 (SE/ME/EE)
Tugas Akhir Bab II Dasar Teori
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program...... 6
2.1 Pedoman TPPSJP No. 01/T/BNKT/1992
Buku Pedoman versi terdahulu sebelum Pedoman teknik No.2-2002-B. Isi
dari buku ini adalah perencanaan untuk geometrik simpang sebidang dalam kota.
Materi - materi dalam buku ini dibuat secara paket dan lebih menyeluruh
dibandingkan dengan pedoman Teknik No.2-2002-B barunya.
2.2 Pedoman Teknik No.2-2002-B Perencanaan persimpangan sebidang
2002
Standar ini merupakan lanjutan dari standar Tata Cara Perencanaan
Geometrik Jalan Perkotaan. Pedoman ini berisikan tata cara perencanaan
persimpangan sebidang. Persimpangan yang ada dalam satu tingkat atau dalam
satu luasan bidang. Berikut ini gambar yang memperlihatkan simpang tiga
sebidang.
Gambar 2.1 Simpang Tiga Sebidang
Dalam bagian pendahuluan pada Pt T-02-2002 dituliskan bahwa, buku standar
perencanaan mempunyai maksud memberikan batasan-batasan bagi perencana
dan pengawasan didalam menerapkan pada pembangunan jalan, baik untuk
pembangunan jalan baru atau peningkatan jalan. Lalu pada bagian Umum TPPJSP
1992 dituliskan, tingkat keselamatan dan efisiensi pemanfaatan sangat bergantung
pada keadaan geometris persimpangan dan cara pengendalian lalu-lintas, misalnya
: sudut persimpangan, gradient, penggunaan lahan sekitar persimpangan,
pengaturan dengan lampu lalu-lintas, pengatur arah, lokasi halte bis, pengatur
parkir dan sebagainya.
Tugas Akhir Bab II Dasar Teori
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program...... 7
Dengan memperbaiki geometris persimpangan dan pengendalian lalu-lintas
yang benar diharapkan dapat mencegah terjadinya kecelakaan dan menjamin
kelancaran lalu-lintas.
2.2.1 Persimpangan
Pada TPPJSP 1992 Persimpangan adalah pertemuan dua lengan atau
lebih sedangkan pengertian pada Pt T-02-2002 persimpangan adalah
pertemuan dua atau lebih dari lengan/ruas jalan. Pada tipenya persimpangan
dibagi menjadi 3 buah yaitu :
- Persimpangan tanpa kanalisasi dan tidak ada pelebaran
(unchannelised and unflared), yaitu persimpangan dimana tidak ada
sistem kanal. Arus lalu-lintas dapat dikendalikan dengan lampu lalu-
lintas atau rambu lalu-lintas.
Gambar 2.2 Persimpangan Tanpa Kanalisasi dan Tidak Ada
Pelebaran
Tugas Akhir Bab II Dasar Teori
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program...... 8
- Persimpangan tanpa kanalisasi dengan pelebaran (unchannelised and
flared), yaitu persimpangan dimana kaki-kakinya ada pelebaran agar
kendaraan depan berbelok tanpa mempengaruhi pergerakan lalu-
lintas menerus dan walaupun belum diterapkan sistem kanal.
Gambar 2.3 Persimpangan Tanpa Kanalisasi Dengan Pelebaran
- Persimpangan dengan kanalisasi (Channelised), yaitu persimpangan
dimana kendaraan yang akan membelok dipisahkan oleh marka,
pulau, bangunan pengaman yang dipakai sebagai kanalisasi. ( sumber
TPPSJP 1992, Halaman 4, daftar istilah)
Gambar 2.4 Persimpangan Dengan Kanalisasi
Tugas Akhir Bab II Dasar Teori
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program...... 9
2.2.2 Kaki persimpangan
Kaki atau lengan persimpangan merupakan bagian persimpangan yang
menjadi perpanjangan dari titik pertemuan pada persimpangan. Dalam
TPPSJP 1992 disebutkan pada dasarnya jumlah kaki persimpangan pada
suatu persimpangan sebidang tidak boleh lebih dari 4 kaki. Jalan yang baru
sebaiknya tidak dirancang untuk dihubungkan dengan suatu persimpangan
yang telah ada, walaupun persimpangan tersebut berupa persimpangan jalan
lokal. Hambatan oleh adanya titik konflik akan naik secara drastis dengan
bertambahnya jumlah kaki pada persimpangan dan menjadi persimpangan
yang berbahaya, sehingga memerlukan suatu tingkat konsentrasi yang tinggi
bagi pengendara.
2.2.3 Perancangan Geometrik Simpang
Secara garis besar perancangan geometrik dilakukan dengan
memasukan data yang dibutuhkan, mengolah data menjadi desain awal,
menyesuaikan desain dengan kondisi lahan yang digunakan, menyesuaikan
dengan arus yang dilayani, penyesuaian dengan pertimbangan lain yang
dianggap perlu. Jika desain tidak memenuhi ketentuan, maka dilakukan
proses iterasi dalam penentuan besaran dimensi desain simpang.
2.2.4 Ketentuan Umum
Dalam Pt T-02-2002 secara garis besar dituliskan aspek-aspek
ketentuan umum, ketentuan teknis dan ketentuan dalam perancangan. Dalam
ketentuan umum dituliskan desain persimpangan sebidang harus :
1) Memenuhi aspek keselamatan, kelancaran, efisien, ekonomis dan
kenyamanan;
2) Mempertimbangkan jenis kendaraan rencana;
3) Mempertimbangkan efisiensi perencanaan;
4) Mendukung hirarki fungsi dan kelas jalan dalam suatu tatanan
sistem jaringan jalan secara konsisten;
Tugas Akhir Bab II Dasar Teori
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.... 10
2.2.5 Ketentuan Teknis
Dalam perancangan desain simpang diperlukan ketentuan teknis.
Ketentuan yang menentukan metode pengerjaan desain simpang. Sebagai
patokan, untuk menentukan elemen simpang yang akan digunakan dan
besaran dimensinya, berdasarkan parameter yang ditentukan.
2.2.5.1 Bentuk Persimpangan
Bentuk dasar persimpangan yang dilihat dari sudut yang terbentuk.
1) Bentuk persimpangan sebidang yang disarankan seperti
diilustrasikan pada gambar berikut yang terdiri atas simpang tiga
dan simpang empat;
Sumber Pt T-02-2002-B hal.4
Gambar. 2.5 Bentuk Persimpangan
2) Semua persimpangan sebidang dimana pertemuan lengan dengan
lengan harus saling tegak lurus (⊥), toleransi sudut/∝ bisa sampai ±
20o;
Sumber Pt T-02-2002-B hal.5
Gambar. 2.6 Sudut Persimpangan
Tugas Akhir Bab II Dasar Teori
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.... 11
3) Untuk hal-hal dimana kondisi medan sangat sulit (karena faktor
topografi atau lahan terbatas) maka bentuk persimpangan saling
tegak lurus sulit diperoleh, maka bentuk persimpangan bisa tidak
saling tegak lurus seperti simpang tiga tidak tegak, Simpang empat
tidak tegak, simpang tiga ganda dan simpang lima.
2.2.5.2 Daerah Persimpangan
Pada daerah persimpangan, pada keadaan minimum memiliki elemen-
elemen simpang dan bagian-bagian seperti yang diperlihatkan Gambar
potongan melintang berikut :
Sumber Pt T-02-2002-B hal.8
Gambar. 2.7 Bagian-bagian Jalan
Pada kondisi simpang yang mengalami peningkatan, akan ada
penambahan beberapa elemen simpang atau pembesaran dimensi elemen
simpang (Pt T-02-2002-B Hal.8 dari 27).
Tugas Akhir Bab II Dasar Teori
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.... 12
2.2.6 Ketentuan Pengerjaan
Langkah-langkah pengerjaan perancangan simpang terdapat pada
ketentuan pengerjaan. Penetapan susunan daftar pekerjaan dimulai dari
pengumpulan data, pengolahan data, perancangan dan kontrol terhadap
hasil. Tahap awal dari pengerjaan dimulai dari identifikasi lokasi yang
meliputi penetapan skala pekerjaan persimpangan baru dan peningkatan
persimpangan. Setelah itu penetapan lingkup pekerjaan perencanaan
geometrik persimpangan sebidang yang meliputi 5 tahapan secara berurut,
yaitu :
1) Pengumpulan data dasar;
2) Identifikasi lokasi persimpangan;
3) Penetapan kriteria perencanaan;
4) Perencanaan geometrik;
5) Penggambaran rencana detail.
2.2.6.1 Pengumpulan Data Dasar
Pekerjaan awal setelah penetapan lingkup kerja adalah mengumpulkan
data dasar. Data dasar yang harus disiapkan untuk perencanaan
geometrik persimpangan sebidang salah satunya adalah Volume lalu
lintas, untuk masing-masing arah pergerakan. Data dasar ini akan
digunakan untuk menentukan ketetapan pada pekerjaan selanjutnya.
2.2.6.2 Identifikasi Lokasi Persimpangan
Berdasarkan data dasar yang dikumpulkan selanjutnya tetapkan :
- Kelas dan fungsi jalan;
- Titik/koordinat pertemuan trase jalan antara jalan utama dan
jalan minor;
Tugas Akhir Bab II Dasar Teori
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.... 13
2.2.6.3 Kriteria Perencanaan
Pada penetapan kriteria perencanaan, terdapat dua kriteria
yang dipertimbangkan, yaitu Parameter dasar dan Pertimbangan
dasar. Parameter dasar ditetapkan berdasarkan data dasar yang
mempertimbangkan volume kendaraan, kendaraan rencana dan
kecepatan rencana. Sedangkan pertimbangan dasar
dipertimbangkan sesuai dengan ketentuan umum. Dalam
merencanakan persimpangan digunakan 2 tipe kendaraan
rencana yaitu Kombinasi semi-trailer dan Bus atau truck.
Gerakan membelok pada persimpangan akan mempunyai
dampak yang besar pada kapasitas dan tingkat pelayanannya.
Dalam merencanakan lajur membelok lebih baik berdasarkan
kendaraan rencana semi-trailer. Jari-jari yang terlalu besar,
bukan hanya tidak ekonomis tetapi juga kendaraaan yang yang
membelok ke kiri akan cenderung bergerak cepat, sehinga akan
membahayakan pejalan kaki yang menyeberang. Secara umum
ketiga jenis kendaraan yang dijadikan patokan memiliki dimensi
yang digambarkan pada Gambar 2.8 :
Sumber TPPSJP 1992 hal.11
Gambar 2.8 Dimensi Kendaraan Rencana
Tugas Akhir Bab II Dasar Teori
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.... 14
Kendaraan kombinasi semi-trailer sering dihitung secara
terpisah karena akan mempengaruhi dalam mendesain.
Kombinasi antara kendaraan rencana dengan gerakan membelok
dalam tahap rancangan dan desain akan menentukan lebar jalur,
jari-jari lengkung dan kanal pada persimpangan. Sedangkan
pertimbangan dasar ditentukan berdasarkan Ketentuan umum Pt
T-02-2002-B Hal 4.
2.2.6.4 Perencanaan Geometrik
Setelah ditetapkan kriteria perencanaan yang harus dipenuhi,
pekerjaan selanjutnya adalah perencanaan geometrik. Dalam
perencanaan terdapat dua sub pekerjaan yaitu penetapan elemen
geometrik simpang dan analisa kinerja simpang. Jika simpang baru maka
penetapan elemen geometrik dilakukan terlebih dahulu. Jika peningkatan
simpang maka kinerja simpang yang akan ditingkatkan harus dianalisa
terlebih dahulu kinerjanya. Pada pekerjaan analisa kinerja simpang
secara garis besar meliputi :
- Pengaturan (Bersinyal atau Tak Bersinyal);
- Kapasitas;
- Volume Lalu lintas;
- Derajat kejenuhan;
- Tundaan.
Untuk detail tahapan dari pekerjaan analisa kinerja persimpangan
mengacu pada MKJI 1997. Sedangkan untuk pekerjaan penetapan
elemen geometrik simpang dan penetapan besaran elemen geometrik
simpang mengacu kepada ketentuan teknis. Beberapa ketetapan besaran
yang berkaitan dengan lebar elemen geometrik jalan terdapat pada RSNI
T-14-2004. Setelah besaran geometrik ditetapkan dan desain geometrik
sudah melewati tahap analisa kinerja simpang, maka desain tersebut
digunakan untuk desain pakai. Desain dibuatkan menjadi gambar kerja
dengan detail sesuai dengan kebutuhan.
Tugas Akhir Bab II Dasar Teori
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.... 15
2.3 Standar Geometrik Jalan Perkotaan (ruas jalan), RSNI T-14-2004
Standar ini merupakan penyempurnaan sebagian dari Standar Perencanaan
Geometrik untuk Jalan Perkotaan (Maret 1992) yang disusun oleh Direktorat
Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum dan disesuaikan dengan buku
A Policy on Geometric Design of Highways and Streets, AASHTO tahun 2001.
Dalam buku ini terdapat ketetapan untuk besaran elemen jalan.
2.3.1 Lebar jalur
Menurut RSNI-14 Lebar jalur ditentukan oleh jumlah dan lebar lajur
serta bahu jalan. Tabel 2.2 menetapkan ukuran lebar lajur dan bahu jalan
sesuai dengan kelas jalannya. Lebar jalur minimum adalah 4,5m,
memungkinkan 2 kendaraan dengan lebar maksimum 2,1m saling
berpapasan. Papasan 2 kendaraan lebar maksimum 2,5m yang terjadi
sewaktu-waktu dapat memanfaatkan bahu jalan.
Tabel 2.2 Lebar Lajur Jalan dan Bahu Jalan
Sumber RSNI-14hal.16
Pada jalan arteri, jalur kendaraan tidak bermotor disarankan dipisah
dengan jalur kendaraan bermotor. Bila banyak kendaraan lambat, jalur boleh
lebih lebar. Lebar bahu jalan sebelah dalam pada median yang diturunkan
atau datar, minimum sebesar 0,50 m.
Tugas Akhir Bab II Dasar Teori
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.... 16
2.3.2 Jalur Pejalan Kaki
Fasilitas pejalan kaki disediakan untuk pergerakan pejalan kaki.
Semua jalan perkotaan harus dilengkapi jalur pejalan kaki di satu sisi atau di
kedua sisi. Jalur pejalan kaki harus mempertimbangkan penyandang cacat,
dan dapat berupa :
- Jalur pejalan kaki yang tidak ditinggikan, tetapi diperkeras
permukaannya;
- Trotoar;
- Penyeberangan sebidang;
- Penyeberangan tidak sebidang (jembatan penyeberangan atau
terowongan penyeberangan);
- Penyandang cacat.
Jalur pejalan kaki yang tidak ditinggikan, harus ditempatkan di
sebelah luar saluran samping. Lebar minimum jalur pejalan kaki yang tidak
ditinggikan adalah 1,5 m. Khusus untuk jalan arteri dan kolektor di
perkotaan sangat dianjurkan berupa trotoar. Lebar trotoar harus disesuaikan
dengan jumlah pejalan kaki yang menggunakannya. Lebar minimum trotoar
ditentukan sesuai Tabel 2.3
Tabel 2.3 Lebar Trotoar
Sumber RSNI-14 hal.20
Tugas Akhir Bab II Dasar Teori
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.... 17
2.4 Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI 1997) BAB 3
Manual Kapasitas Jalan Indonesia ini merekam hasil akhir dari fase-fase
dalam proyek MKJI, yang meliputi bab-bab yang mencakup metoda perhitungan
untuk jalan-jalan perkotaan dan juga jalan luar kota. Lebih lanjut, manual
petunjuk untuk perangkat lunak KAJI (Kapasitas Jalan Indonesia) yang
menggunakan metoda ini juga disertakan; juga disket Kaji versi 1.1. MKJI dan
manual perangkat lunak KAJI dalam bahasa Indonesia, juga telah dikirimkan
secara tersendiri.
BAB 3 MKJI ini berhubungan dengan simpang tak bersinyal berlengan 3
dan 4, yang secara formil dikendalikan oleh aturan dasar lalu-lintas Indonesia
yaitu memberi jalan pada kendaraan dari kiri.
2.4.1 Prinsip Umum
Metode dan prosedur yang diuraikan dalam manual ini mempunyai dasar
empiris. Alasannya adalah bahwa perilaku lalu-lintas pada simpang tak
bersinyal dalam hal aturan memberi jalan, disiplin lajur dan aturan antri
sangat sulit digambarkan dalam suatu model perilaku seperti model
berhenti/beri jalan yang berdasarkan pada pengambilan celah. Perilaku
pengemudi berbeda sama sekali dengan yang ditemukan di kebanyakan
negara Barat, yang menjadikan penggunaan metode manual kapasitas dari
negara Barat menjadi tidak mungkin. Hasil yang paling menentukan dari
perilaku lalu-lintas adalah bahwa rata-rata hampir dua pertiga dari seluruh
kendaraan yang datang dari jalan minor melintasi simpang dengan perilaku
"tidak menunggu celah", dan celah kritis yang kendaraan tidak memaksa
lewat adalah sangat rendah yaitu sekitar 2 detik. Metode ini memperkirakan
pengaruh terhadap kapasitas dan ukuran-ukuran terkait lainnya akibat
kondisi geometrik, lingkungan dan kebutuhan lalu-lintas.
Tugas Akhir Bab II Dasar Teori
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.... 18
2.4.1.1 Kapasitas
Kapasitas total untuk seluruh lengan simpang adalah hasil perkalian
antara kapasitas dasar (C0) yaitu kapasitas pada kondisi tertentu (ideal)
dan faktor-faktor penyesuaian (F), dengan memperhitungkan pengaruh
kondisi lapangan terhadap kapasitas.
Bentuk model kapasitas menjadi sebagai berikut:
C = Co×FW ×FM×FCS × FRSU × FLT × FRT × FMI ..... (Rumus 2.1)
Variabel-variabel masukan untuk perkiraan kapasitas (smp/jam) dengan
menggunakan model tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 2.4 Ringkasan variabel-variabel masukan model kapasitas
Sumber MKJI hal. 3-10
Dalam beberapa manual dari Barat sudut pada simpang miring
mempunyai pengaruh pada kapasitas. Manual Indonesia tidak
berdasarkan metode "pengambilan celah" dan tidak ada perbedaan yang
jelas antara jalan utama dan jalan minor. Karena manual juga tidak
memungkinkan perhitungan kapasitas pendekat melainkan kapasitas
simpang, maka sudut belok pendekat tidak dipergunakan.
Tugas Akhir Bab II Dasar Teori
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.... 19
2.4.1.2 Derajat kejenuhan
Rasio dari arus lalu-lintas terhadap kapasitas untuk suatu pendekat
(Q×c/S×g). Derajat kejenuhan (DS) untuk seluruh simpang, dihitung
sebagai berikut :
DS = Qsmp / C ......................................................... (Rumus 2.2)
dengan :
Qsmp = Arus total (smp/jam) dihitung sebagai berikut:
Qsmp = Qkend × Fsmp.................................................... (Rumus 2.3)
Fsmp = Faktor smp, dihitung sebagai berikut:
Fsmp = (empLV×LV%+empHV×HV%+empMC×MC%)/100 ...........
......................................................................... (Rumus 2.4)
dengan empLV, LV%, empHV, HV%, empMC dan MC%
adalah emp dan komposisi lalu lintas untuk kendaraan
ringan, kendaraan berat dan sepeda motor ;
C = Kapasitas (smp/jam)
2.4.1.3 Tundaan
Tundaan (D) adalah waktu tempuh tambahan yang diperlukan untuk
melewati suatu simpang dibandingkan terhadap situasi tanpa simpang.
Tundaan pada simpang dapat terjadi karena dua sebab :
1) TUNDAAN LALU-LINTAS (DT) akibat interaksi lalu-lintas
dengan gerakan yang lain dalam simpang;
2) TUNDAAN GEOMETRIK (DG) akibat perlambatan dan
percepatan kendaraan yang terganggu dan tak-terganggu.
Tundaan lalu-lintas seluruh simpang (DT), jalan minor (DTMI) dan jalan
utama (DTMA), ditentukan dari kurva tundaan empiris dengan derajat
kejenuhan sebagai variabel bebas.
Tugas Akhir Bab II Dasar Teori
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.... 20
Tundaan geometrik (DG) dihitung dengan rumus :
Untuk DS < 1,0 :
DG = (1-DS) × (PT×6 + (1-PT ) ×3) + DS×4 (det/smp) (Rumus 2.5)
Untuk DS ≥ 1,0 :
DG = 4
dengan :
DS = Derajat kejenuhan.
PT = Rasio arus belok terhadap arus total.
6 = Tundaan geometrik normal untuk kendaraan belok yang
tak-terganggu (det/smp).
4 = Tundaan geometrik normal untuk kendaraan yang
terganggu (det/smp).
Tundaan lalu-lintas simpang (simpang tak-bersinyal, simpang bersinyal
dan bundaran) manual adalah berdasarkan anggapan-anggapan sebagai
berikut :
- Kecepatan referensi 40 km/jam;
- Kecepatan belok kendaraan tak-terhenti 10 km/jam;
- Tingkat percepatan dan perlambatan 1.5 m / det 2 ;
- Kendaraan terhenti mengurangi kecepatan untuk menghindari
tundaan perlambatan, sehingga hanya menimbulkan tundaan
percepatan. Tundaan meningkat secara berarti dengan arus total, sesuai dengan
arus jalan utama dan jalan minor dan dengan derajat kejenuhan. Hasil
pengamatan menunjukkan tidak ada perilaku 'pengambilan-celah' pada
arus yang tinggi. Ini berarti model barat yaitu lalu-lintas jalan utama
berperilaku berhenti / memberi jalan, tidak dapat diterapkan (di
Indonesia). Arus keluar stabil maksimum pada kondisi tertentu yang
ditentukan sebelumnya, sangat sukar ditentukan, karena variasi perilaku
dan arus keluar sangat beragam. Karena itu kapasitas ditentukan sebagai
arus total simpang dimana tundaan lalu lintas rata-rata melebihi 15
Tugas Akhir Bab II Dasar Teori
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.... 21
detik/smp, yang dipilih pada tingkat dengan probabilitas berarti untuk
titik belok berdasarkan hasil pengukuran lapangan; (nilai 15 detik/smp
ditentukan sebelummya). Nilai tundaan yang didapat dengan cara ini
dapat digunakan bersama dengan nilai tundaan dan waktu tempuh
dengan cara dari fasilitas lalu-lintas lain dalam manual ini, untuk
mendapatkan waktu tempuh sepanjang rute jaringan jika tundaan
geometrik dikoreksi dengan kecepatan ruas sesungguhnya.
2.4.1.4 Peluang antrian
Peluang antrian ditentukan dari kurva peluang antrian/derajat
kejenuhan secara empiris seperti pada Gambar 2.9. Keterangan lebih
lanjut terdapat pada MKJI BAB 3 Halaman 43.
Sumber MKJI 1997 hal.11
Gambar 2.9 Rentang peluang antrian (QP%) terhadap derajat kejenuhan
(DS).
Tugas Akhir Bab II Dasar Teori
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.... 22
2.4.1.5 Penilaian
Manual ini terutama direncanakan untuk memperkirakan kapasitas
dan perilaku lalu-lintas pada kondisi tertentu berkaitan dengan rencana
geometrik jalan, lalu-lintas dan lingkungan. Karena hasilnya biasanya
tidak dapat diperkirakan sebelumnya, mungkin diperlukan beberapa
perbaikan dengan pengetahuan para ahli lalu-lintas, terutama kondisi
geometrik, untuk memperoleh perilaku lalu-lintas yang diinginkan
berkaitan dengan kapasitas dan tundaan dan sebagainya. Sasaran yang
dipilih diisikan dalam Formulir USIG-II, Kolom 38.
Cara yang paling cepat untuk menilai hasil adalah dengan melihat
derajat kejenuhan (DS) untuk kondisi yang diamati, dan
membandingkannya dengan pertumbuhan lalu-lintas tahunan dan "umur"
fungsional yang diinginkan dari simpang tersebut. Jika nilai DS yang
diperoleh terlalu tinggi (> 0,75), pengguna manual mungkin ingin
merubah anggapan yang berkaitan dengan lebar pendekat dan
sebagainya, dan membuat perhitungan yang baru. Hal ini akan
membutuhkan formulir yang baru dengan soal yang baru.
2.4.1.6 Sketsa geometrik dan sketsa arus
Untuk simpang 3-lengan, jalan yang menerus selalu jalan utama.
Pendekat jalan minor sebaiknya diberi notasi A dan C, pendekat jalan
utama diberi notasi B dan D. Pemberian notasi dibuat searah jarum jam.
Sketsa sebaiknya memberikan gambaran yang baik dari suatu simpang
mengenai informasi tentang kereb, lebar jalur, bahu dan median.
Sketsa arus lalu-lintas memberikan informasi lalu-lintas lebih rinci
dari yang diperlukan untuk analisa simpang tak bersinyal. Jika alternatif
pemasangan sinyal pada simpang juga akan diuji, informasi ini akan
diperlukan. Sketsa sebaiknya menunjukan gerakan lalu-lintas bermotor
dan tak bermotor (kend/jam) pada pendekat ALT, AST, ART dan
seterusnya. Satuan arus, kend/jam atau LHRT, diberi tanda dalam
formulir.
Tugas Akhir Bab II Dasar Teori
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.... 23
2.5 Tuntunan Praktis Pengembangan Aplikasi Manajemen Database
Dengan Java 2 (SE/ME/EE)
Buku ini berisikan tentang metode pengembangan aplikasi manajemen data
base menggunakan bahasa pemrograman Java 2, baik berbasis WEB, Desktop
maupun Mobile. Materi didalam buku ini berisikan tutorial dalam membuat
sintaks dan sematik yang dijadikan dasar teori dalam penulisan TA ini.
Semua dasar teori yang berkaitan dengan perancangan geometrik simpang
sebidang akan menjadi landasan kerangka berpikir (Algoritma), yang nantinya
digunakan untuk merancang program desain simpang. Sedangkan dalam
merancang program desain simpang akan menggunakan teori berdasarkan buku
tuntunan praktis pemrograman Java 2. Materi ini berdasarkan buku Tuntunan
Praktis Pengembangan Manajemen Database dengan Java 2, berikut kutipan
materinya :
2.5.1 Java
Java adalah teknologi dan bahasa pemrograman yang berjalan pada
Multiplatforms sesuai dengan semboyannya “Write once, run Anyware”.
Pada situs Java dari Sun, ://Java.sun.com dijelaskan bahwa terdapat tiga
pembagian paket java yaitu:
- Java 2 Enterprise Edition (Pengembangan aplikasi Web server dan
sebagainya)
- Java 2 Standart Edition (Pengembangan aplikasi berbasis Dekstop
Hardware)
- Java 2 micro Edition (Pengembangan untuk Pengembangan aplikasi
pada gadget kecil seperti ponsel dan sejenisnya)
2.5.2 Elemen-Elemen Java
Sebelum mulai memprogram dengan Java, terlebih dahulu perlu dipahami
elemen-elemen yaang terdapat di dalam Java. Elemen-elemen yang
dimaksud adalah fisik dari File Java itu sendiri dan Punctuator.
Tugas Akhir Bab II Dasar Teori
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.... 24
2.5.2.1 Elemen File
File java bisa dibuat dengan mengetik di Software text editor seperti :
Notepad, Wordpad, Notepad++, Editplus dan sejenisnya. Disamping itu
file Java bisa dihasilkan dengan menggunakan program khusus untuk
developing java, seperti : Netbeans, Eclipse dan lain-lain. Selanjutnya file
akan disimpan dengan ekstensi .java dan setelah dikompilasi akan
dihasilkan file baru yang disebut file byntecode. Secara fisik file hasil
kompilasi akan berekstensi, dan selanjutnya diproses lagi menjadi file
dengan ekstensi .jar, .jad dan beberapa file executable Java lain sesuai
paket Java.
2.5.2.2 Elemen Punctuator
Dalam bagian ini, akan dijelaskan elemen-elemen punctuator Java satu
persatu secara ringkas dan mudah dipahami.
- Brackets (tanda [ ]) indikasikan sebuah larik satu atau multi dimensi
- Petik dua (tanda ” ”) membentuk data String
- Petik Tunggal (tanda ‘ ‘) membentuk data char
- Parentheses (tanda ( )) tanda pengelompokan ekspresi
- Braces (tanda { }) tanda memulai dan mengakhiri blok program
- comma (tanda , ) untuk pemisahan variabel atau daftar parameter
- semicolon (tanda ; ) untuk mengakhiri sebuah statment
- colon (tanda : ) menunjukan sebuah statment yang dilabelkan
- Asterik (tanda * ) untuk melakukan import kelas pada paket java
- Equal sign (tanda = ) melakukan inisialisasi nilai terhadap variabel
- Point sign (tanda . ) digunakan class untuk memanggil ekstensinya
- Plus sign (tanda +) menggabungkan ekspresi string.
Tugas Akhir Bab II Dasar Teori
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.... 25
2.5.3 Tipe data
Tipe data merupakan class dari objek data bersama-sama dengan
himpunan operasi yang bisa dilaksanakan terhadapnya. Pada dasarnya tipe
data dalam java dikelompokan menjadi dua, yaitu tipe data sederhana dan
tipe data komposit.
Tipe data sederhana adalah tipe data yang tidak diturunkan dari tipe data
lain. Sering kali tipe data sederhana disebut juga dengan tipe data primitif.
Adapun yang termasuk dalam tipe data sederhana adalah tipe data numerik
dan boolean.
Tipe data numerik digunakan untuk mendeklarasikan variabel (identifier)
untuk operasi berbasis numerik. Tabel 2.5 berikut menjelaskan jenis-jenis
tipe data numerik dalam Java.
Tabel 2.5 Jenis-Jenis Tipe Data Numerik Dalam Java
Sumber Riyanto. Suprapto. Indelarko, Hendi. (2008).Tuntunan Praktis
pengembangan aplikasi manajemen database dengan java2 hal.8
Untuk karakter dengan pengkodean unicode : char, tipe data char untuk
menyimpan karakter unicode tunggal. Karena karakter unicode disusun dari
nilai 16-bit, tipe data char ada 16-bit unsigned Integer. Pada Tabel 2.6
sajian daftar karakter-karakter unicode special:
Tipe data Ukuran Range Nilai
Byte 8 bit -128 ... 127
Short 16 bit -32768 ... 32767
Int 32 bit -21474836848 ... 2147483687
Long 64 bit -9223372036854775808 ... 9223372036854775807
Char 16 bit 0 ... 655535
Float 32 bit IEEE 754 3,4e-038 ... 3,4e+038
Double 64 bit IEEE 754 1,7e-038 ... 1,7e+038
Tugas Akhir Bab II Dasar Teori
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.... 26
Tabel 2.6 Daftar karakter unicode
Sumber Riyanto. Suprapto. Indelarko, Hendi. (2008).Tuntunan Praktis
pengembangan aplikasi manajemen database dengan java2 hal.9
Tipe data komposit disusun dari tipe data sederhana atau tipe data
komposit lain yang sudah ada. Tipe data komposit meliputi tipe-tipe string,
class, array dan tipe data interface.
2.5.4 Variabel dan Konstanta
Variabel merupakan suatu wadah yang berfungsi untuk menyimpan
sementara suatu nilai pada suatu program sesuai dengan tipe datanya.
Menurut cara penyimpanan nilai, variabel dibedakan menjadi dua, yaitu
variabel dinamis dan statis. Variabel statis disebut juga konstanta dimana
pendeklarasiannya menggunakan reserved word tertentu, sedangkan
variabel dinamis disebut sebagai variabel biasa.
2.5.5 Konversi Tipe Data
Pada operasi biner apapun di mana masing-masing operand memiliki tipe
data yang berbeda tetap bisa diterima dalam Java. Meskipun dengan
perlakuan tertentu. Perlakuan yang dimaksud adalah:
- Jika operand bertipe data Double, hasilnya diperlakukan sebagai
Double;
- Jika operand bertipe data float, hasilnya diperlakukan sebagai float;
- Jika operand bertipe data long, hasilnya diperlakukan sebagai long;
karakter Nama Nilai unicode
\b Backspace \u0008
\t Tab \u0009
\n Linefeed \u000a
\r Carriage return \u000d
\" Petik ganda \u0022
\' Petik tungal \u0027
\\ Backslash \u005c
Tugas Akhir Bab II Dasar Teori
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.... 27
2.5.6 Komentar
Dalam pemrograman Java juga tersedia fasilitas bagi pemrogram untuk
memberikan komentar terhadap program yang ditulisnya. Komentar
diperlukan dalam program untuk tujuan dokumentasi, sehingga program
mudah dibaca dan dipahami oleh orang yang membacanya.
2.5.7 Operator
Seperti halnya pada bahasa-bahasa pemrograman lainnya, java juga
menyediakan beberapa operator, seperti operator aritmatika, logika,
manipulasi bit (Shift, bitwise), relasional dan operator assignment. Berikut
ini adalah keterangan untuk masing-masing operator dalam java :
2.5.7.1 Operator Aritmatika
Operator aritmatika adalah operator yang digunakan untuk
manipulasi variabel yang bertipe data numerik. Secara garis besar
ditunjukan pada tabel 2.7 berikut :
Tabel 2.7 Daftar Operator aritmatika dalam Java
Sumber Riyanto. Suprapto. Indelarko, Hendi. (2008).Tuntunan Praktis
pengembangan aplikasi manajemen database dengan java2 hal.16
Operator-operator aritmatika memerlukan dua Operand, sehingga
disebut dengan operator biner. Sementara operator yang hanya
memerlukan satu Operand disebut dengan operator uner dan tabel 2.8
berikut menyajikan daftar operator-operator uner dalam Java :
operator Kegunaan
+ Untuk operasi penjumlahan
- untuk operasi pengurangan
* untuk operasi perkalian
/ untuk operasi pembagian,
% untuk operasi pembagian sisa
Tugas Akhir Bab II Dasar Teori
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.... 28
Tabel 2.8 Daftar Operator Uner Dalam Java
Sumber Riyanto. Suprapto. Indelarko, Hendi. (2008).Tuntunan Praktis
pengembangan aplikasi manajemen database dengan java2 hal.16
2.5.7.2 Operator Logika
Operator Logika dan Kondisional digunakan untuk operasi-operasi
yang menghasilkan nilai logika true dan false. Bahasa pemrograman Java
menyediakan tiga macam operator seperti terlihat dalam Tabel 2.9
berikut:
Tabel 2.9 Daftar Operator Logika Dalam Java
Sumber Riyanto. Suprapto. Indelarko, Hendi. (2008).Tuntunan Praktis
pengembangan aplikasi manajemen database dengan java2 hal.17
2.5.7.3 Operator Manipulasi
Operator manipulasi bit memiliki dua macam operator yang
digunakan untuk manipulasi bit yaitu operator shift yang digunakan
untuk menggeser bit-bit sesuai yang dikehendaki dan operator bitwise.
Berikut pada Tabel 2.10 dan 2.11 daftar operator shift dan bitwise:
operator Format operasi Kegunaan
Pre-increment ++Opr Nilai Opr dinaikan 1 sebelum dilakukan operasi pada Opr
Post-increment Opr++ Nilai Opr dinaikan 1 setelah dilakukan operasi pada Opr
Pre-decrement --Opr Nilai Opr diturunkan 1 sebelum dilakukan oprasi pada Opr
Post-decrement Opr-- Nilai Opr diturunkan 1 setelah dilakukan operasi pada Opr
Nagation -Opr Mengubah nilai Opr menjadi kebalikannya
operator Kegunaan
&& Menghasilkan nilai true jika kedua Operand bernilai true
||Menghasilkan nilai true jika salah satu atau kedua operand
bernilai true
!
Menghasilkan nilai true jika operand bernilai false
sebaliknya akan menghasilkan nilai false jika operand
bernilai true
Tugas Akhir Bab II Dasar Teori
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.... 29
Tabel 2.10 Daftar Operator Shift Dalam Java
Sumber Riyanto. Suprapto. Indelarko, Hendi. (2008).Tuntunan Praktis
pengembangan aplikasi manajemen database dengan java2 hal.17
Tabel 2.11 Daftar Operator Bitwise Dalam Java
Sumber Riyanto. Suprapto. Indelarko, Hendi. (2008).Tuntunan Praktis
pengembangan aplikasi manajemen database dengan java2 hal.17
2.5.7.4 Operator Rasional
Operator Rasional digunakan untuk melakukan perbandingan antara
dua Oprand, hasil dari operasi ini berupa nilai Logik True dan False.
Berikut daftar Operator Logik dalam Java
Tabel 2.12 Daftar Operator Relasional Dalam Java
Sumber Riyanto. Suprapto. Indelarko, Hendi. (2008).Tuntunan Praktis
pengembangan aplikasi manajemen database dengan java2 hal.18
operator Kegunaan
>> Untuk memasukan nilai Shift left
<< Untuk memasukan nilai Shift right
>>> Opr1>>>Opr2, menggeser Opr1 kekanan sejauh Opr2
operator Kegunaan
&Bitwise AND, menghasilkan true jika kedua oprand bernilai
true
|Bitwise OR, menghasikan nilai true jika salah satu atau
keduanya bernilai true
^Bitwise XOR, menghasilkan nilai true jika dan hanya jika salah
satu Oprand bernilai true
~Bitwise Complement, menghasilkan nilai true jika oprand
bernilai false, demikian sebaliknya
operator Format operasi Kegunaan
> Opr1>Opr2Menyatakan hubungan lebih besar, menghasilkan nilai True
jika Opr1 lebih besar dari Opr2
>= Opr1>=Opr2Menyatakan hubungan lebih besar, menghasilkan nilai True
jika Opr1 lebih besar sama dengan dari Opr2
< Opr1<Opr3Menyatakan hubungan lebih besar, menghasilkan nilai True
jika Opr1 lebih kecil dari Opr2
<= Opr1<=Opr4Menyatakan hubungan lebih besar, menghasilkan nilai True
jika Opr1 lebih kecil sama dengan dari Opr2
== Opr1==Opr5Menyatakan hubungan lebih besar, menghasilkan nilai True
jika Opr1 sama dengan dari Opr2
!= Opr1!=Opr6Menyatakan hubungan lebih besar, menghasilkan nilai True
jika Opr1 tidak sama dengan dari Opr2
Tugas Akhir Bab II Dasar Teori
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.... 30
2.5.7.5 Operator Assignment
Operator Assignment dilakukan untuk memasukan nilai ke dalam
variabel. Pada dasarnya operator assignment hanya berupa tanda sama
dengan (=), akan tetapi dalam Java operator tersebut kemudian
dikombinasikan dengan operator lain sehingga bisa mempersingkat dalam
penulisannya. Berikut tabel 2.13 daftar operator assignment dalam Java.
Tabel 2.13 Daftar Operator Assignment Dalam Java
Sumber Tuntunan Praktis pengembangan aplikasi java2
2.5.8 Percabangan
Di dalam Program yang cukup kompleks biasanya mengandung suatu
kasus dimana suatu tindakan tertentu dikerjakan apabila kondisi yang
disyaratkan dipenuhi, dalam program, kasus semacam ini disebut dengan
kasus bersyarat (atau kondisional). Java sebagai bahasa pemrograman
menyediakan dua macam struktur percabangan yaitu if-else dan switch-case.
2.5.8.1 Struktur if-else
Struktur if-else adalah kontrol dimana suatu tindakan diambil
berdasarkan kondisi logikanya (true/false)
Bentuk umum struktur if-else sebagai berikut:
If (kondisi) {
Statment-statment;
}else { statment-statment ;}
operator Format operasi Kegunaan
= Opr=x Memasukan Nilai x ke Opr
+= Opr1+=Opr2 Opr1 = Opr1 + Opr2
-= Opr1-=Opr2 Opr1 = Opr1 - Opr2
*= Opr1*=Opr2 Opr1 = Opr1 * Opr2
/= Opr1/=Opr2 Opr1 = Opr1 / Opr2
%= Opr1%=Opr2 Opr1 = Opr1 % Opr2
&= Opr1&=Opr2 Opr1 = Opr1 & Opr2
^= Opr1^=Opr2 Opr1 = Opr1 ^ Opr2
|= Opr1|=Opr2 Opr1 = Opr1 | Opr2
<<= Opr1<<=Opr2 Opr1 = Opr1 << Opr2
>>= Opr1>>=Opr2 Opr1 = Opr1 >> Opr2
>>>= Opr1>>>=Opr2 Opr1 = Opr1 >>> Opr2
Tugas Akhir Bab II Dasar Teori
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.... 31
2.5.8.2 Struktur Switch–case
Struktur switch–case mempunyai fungsi yang sama dengan struktur if-
else hanya saja, kalau didalam struktur if-else hanya disediakan dua
pilihan ( berdasarkan kondisi logika true dan false ), sedangkan dalam
struktur switch-case dimungkinkan untuk memilih salah satu diantara
banyak pilihan. Bentuk umum dari struktur switch-case seperti berikut :
switch(variable) {
case kondisi_1 : statment_1;
Break;
case kondisi_2 : statment_2;
Break;
case kondisi_3 : statment_3;
Break;
default : statment-default; }
kondisi Default dalam sintaks di atas bersifat opsional, artinya boleh
ada, boleh juga tidak. Tujuan diberikannya kondisi default adalah
sebagai pilihan terakhir yang akan diambil apabila semua n kondisi
sebelumnya tidak ada yang memenuhi. Kalau di struktur if-else, kondisi
default persis seperti fungsi bagian else. Bentuk sintaks switch-case diatas
jika dijadikan bentuk if-else akan terlihat seperti berikut:
if (variabel==kondisi_1) {
statment_1;
} else if (varibel==kondisi_2) {
Statment_2;
} else if ...
} else if (variabel==kondisi_n) {
Stanment_n;
} else {
Statment-default;
}
Tugas Akhir Bab II Dasar Teori
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.... 32
Sebagai catatan, variabel penentu dalam struktur switch-case, harus
bertipe integer dan kompitabelnya. Yaitu boelan, char, byte, short dan
long. Atau sering disebut variabel bertipe ordinarial (artinya nilai dari
variabel bertipe ordinal bisa diurutkan).
2.5.9 Statement Perulangan
Dalam sebuah program komputer, untuk kasus tertentu pemrogram tidak
jarang dihadapkan dengan pilihan operasi yanga harus diulangi sampai
beberapa kali. Untuk situasi seperti ini, java menyediakan fasilitas (Reserve
word) yang bisa dimanfaatkan untuk operasi berulang (looping) tersebut.
Yang dimaksud dengan fasilitas tersebut adalah : struktur while, do-while
dan struktur for.
2.5.9.1 Struktur while
Struktur while akan menguji kondisi (atau klasa while), kemudian
menjalankan statement atau kumpulan statement jika kondisi tersebut
terpenuhi (atau bernilai true). Proses seperti ini (yaitu, menguji kondisi
dan menjalankan statement atau kumpulan statement) akan dijalankan
terus-menerus selama kondisi bernilai true. Dengan kata lain statement
atau kumpulan statement tidak akan dijalankan jika kondisi bernilai false.
Seperti Statement-statement yang lain, struktur while juga mempunyai
bentuk umum (atau sintaks penulisan) tertentu. Sintaks penulisan struktur
while adalah sebagai berikut:
while (kondisi) {
statement_1;
...
statement_n;
}
Tugas Akhir Bab II Dasar Teori
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.... 33
2.5.9.2 Struktur do-while
Struktur do-while terdapat perbedaan cara kerja antara struktur while
dengan struktur do-while. Di dalam struktur while, proses pengecekan
kondisi (persyaratan) dilakukan diawal struktur (yaitu sebelum
menjalankan statement), sedangkan pada struktur do-while pengecekan
kondisi dilakukan diakhir (yaitu setelah menjalankan statement).
Sehingga pada struktur do-while statement atas kumpulan statement akan
dijalankan paling sedikit satu kali, meskipun kondisi yang diberikan
bernilai false.
Bentuk umum (atau sintak penulisan) struktur do-while adalah sebagai
berikut:
do {
Statement_1;
...
Statement_n;
} while (kondisi terpenuhi);
2.5.9.3 Struktur For
Struktur for akan menjalankan statement atau sekumpulan statement
dan menanggulanginya selama persyaratan terpenuhi. Perbedaan dengan
struktur while dan do-while adalah bahwa di dalam struktur for, batasan
awal dan akhir perulangan sudah harus ditentukan di awal. Sehingga
dijalankan. Sedangkan pada struktur bisa juga tidak, khususnya ketika
kondisinya berhubungan dangan bilangan yang random atau dengan
variabel yang nilainya bisa berubah selama perulangan. Contoh untuk
struktur for seperti berikut :
For (stat-awal; kondisi; stat-perulangan) {
Statement_1; ...
Statement_n;}
Kemudian kode-kode program berikut merupakan contoh penggunaan
struktur for dalam program atau bagian program.
Tugas Akhir Bab II Dasar Teori
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.... 34
2.6 Metode Pengembangan Software Waterfall
Waterfall adalah suatu metode pengembangan perangkat lunak yang
mengusulkan pendekatan kepada perangkat lunak sistematik dan sekuensial yang
mulai pada tingkat kemajuan sistem pada seluruh analisis, desain, kode, pengujian
dan pemeliharaan.
Agus darmawan menuliskan materi metode waterfall seperti berikut:
Metode waterfall merupakan metode yang sering digunakan oleh penganalisa
sistem pada umumnya. Inti dari metode waterfall adalah pengerjaan dari suatu
sistem dilakukan secara berurutan atau secara linear. Jadi jika langkah ke-1 belum
dikerjakan, maka langkah 2 tidak dapat dikerjakan. Jika langkah ke-2 belum
dikerjakan maka langkah ke-3 juga tidak dapat dikerjakan, begitu seterusnya.
Secara otomatis langkah ke-3 akan bisa dilakukan jika langkah ke-1 dan ke-2
sudah dilakukan. (Sumber http://agusdar.wordpress.com/2013/04/13/metode-
pengembangan-sistem-waterfall/).
2.6.1 Tahapan Metode Waterfall
Secara garis besar metode waterfall mempunyai lima tahapan pengerjaan
yaitu analisa, desain, penulisan kode, pengujian dan
pemeliharaan. Tahapannya seperti gambar berikut:
Sumber http://agusdar.wordpress.com/2013/04/13/metode-pengembangan-sistem-
waterfall/
Gambar 2.10 Struktur Metode Pengembangan software waterfall
SISTEM ENGINEERING
ANALYS
DESIGN
CODE
TESTING
MAINTENANCE
Tugas Akhir Bab II Dasar Teori
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.... 35
2.6.1.1 Analisa Kebutuhan
Langkah ini merupakan analisa terhadap kebutuhan sistem.
Pengumpulan data dalam tahap ini bisa melakukan sebuah penelitian,
wawancara atau studi literatur. Sistem analis akan menggali informasi
sebanyak-banyaknya dari user sehingga akan tercipta sebuah sistem
komputer yang bisa melakukan tugas-tugas yang diinginkan oleh user
tersebut. Tahapan ini akan menghasilkan dokumen user requirement atau
bisa dikatakan sebagai data yang berhubungan dengan
keinginan user dalam pembuatan sistem. Dokumen tersebut akan menjadi
acuan sistem analis untuk menerjemahkan ke dalam bahasa pemrogram.
2.6.1.2 Desain Sistem
Tahapan dimana dilakukan penuangan pikiran dan perancangan sistem
terhadap solusi dari permasalahan yang ada dengan menggunakan
perangkat pemodelan sistem seperti diagram alir data (data flow
diagram), diagram hubungan entitas (entity relationship diagram) serta
struktur dan bahasan data.
2.6.1.3 Penulisan Kode Program
Penulisan kode program atau coding merupakan
penerjemahan design dalam bahasa yang bisa dikenali oleh komputer.
Dilakukan oleh programmer yang akan menerjemahkan transaksi yang
diminta oleh user. Tahapan ini merupakan tahapan yang secara nyata
dalam mengerjakan suatu sistem. Dalam artian penggunaan komputer
akan dimaksimalkan dalam tahapan ini. Setelah pengkodean selesai maka
akan dilakukan testing terhadap sistem yang telah dibuat tadi.
Tujuan testing adalah menemukan kesalahan-kesalahan terhadap sistem
tersebut dan kemudian bisa diperbaiki.
Tugas Akhir Bab II Dasar Teori
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.... 36
2.6.1.4 Pengujian Program
Tahapan akhir dimana sistem yang baru diuji kemampuan dan
keefektifannya sehingga didapatkan kekurangan dan kelemahan sistem
yang kemudian dilakukan pengkajian ulang dan perbaikan terhadap
aplikasi menjadi lebih baik dan sempurna.
2.6.1.5 Penerapan Program dan Pemeliharaan
Perangkat lunak yang sudah disampaikan kepada pelanggan pasti akan
mengalami perubahan. Perubahan tersebut bisa karena mengalami
kesalahan karena perangkat lunak harus menyesuaikan dengan
lingkungan (sistem operasi baru) baru, atau karena pelanggan
membutuhkan perkembangan fungsional.
2.6.2 Keunggulan dan Kelemahan Metode Waterfall
Metode pengembangan waterfall mempunyai keunggulan dalam
membangun dan mengembangkan suatu sistem, antara lain:
1. Kualitas dari sistem yang dihasilkan akan baik. Ini dikarenakan oleh
pelaksanaannya secara bertahap. Sehingga tidak terfokus pada
tahapan tertentu;
2. Dokumen pengembangan sistem sangat terorganisir, karena setiap
fase harus terselesaikan dengan lengkap sebelum melangkah ke fase
berikutnya. Jadi setiap fase atau tahapan akan mempunyai dokumen
tertentu.
Dalam proses membangun dan mengembangkan suatu sistem,
metode waterfall mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:
1. Diperlukan manajemen yang baik, karena proses pengembangan tidak
dapat dilakukan secara berulang sebelum terjadinya suatu produk;
2. Kesalahan kecil akan menjadi masalah besar jika tidak diketahui sejak
awal pengembangan;
3. Pelanggan sulit menyatakan kebutuhan secara eksplisit sehingga tidak
dapat mengakomodasi ketidakpastian pada saat awal pengembangan.
Tugas Akhir Bab II Dasar Teori
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Alqa Fadhilah, Perancangan Program.... 37
2.7 Metode Pengujian BlackBox
Black-box testing adalah metode pengujian perangkat lunak yang tes
fungsionalitas dari aplikasi yang bertentangan dengan struktur internal atau white-
box. Pengetahuan khusus dari kode aplikasi / struktur internal dan pengetahuan
pemrograman pada umumnya tidak diperlukan. Uji kasus dibangun di sekitar
spesifikasi dan persyaratan, yakni aplikasi apa yang seharusnya dilakukan.
Perancang uji memilih input yang valid dan tidak valid dan menentukan output
yang benar. Tidak ada pengetahuan tentang struktur internal benda uji itu.
Metode uji dapat diterapkan pada semua tingkat pengujian perangkat lunak:
unit, integrasi, fungsional, sistem dan penerimaan. Ini biasanya terdiri dari
kebanyakan jika tidak semua pengujian pada tingkat yang lebih tinggi, tetapi juga
bisa mendominasi unit testing juga.
Uji coba blackbox berusaha untuk menemukan kesalahan dalam beberapa
kategori, diantaranya :
1. Fungsi-fungsi yang salah atau hilang
2. Kesalahan interface
3. Kesalahan dalam struktur data atau akses database eksternal
4. Kesalahan performa
5. Kesalahan inisialisasi dan terminasi
(Ellisa C Simanjuntak, Grace Ruthyanti, Heriberty MS Naur 13 December
2010)
Pengujian black-box berfokus pada persyaratan fungsional perangkat lunak.
Dengan demikian, pengujian black-box memungkinkan perekayasa perangkat
lunak mendapatkan serangkaian kondisi input yang sepenuhnya menggunakan
semua persyaratan fungsional untuk suatu program.pengujian black-box bukan
merupakan alternatif dari teknik white-box, tetapi merupakan pendekatan
komplementer yang kemungkinan besar mampu mengungkapkan kelas kesalahan
dari pada metode white-box (Pressman. Roger S. Ph D. tahun 2002 Hal.551-552).