bab ii dasar teori ii.1 sistem informasi geografis ( … pc desktop, workstation, hingga host...
TRANSCRIPT
6
BAB II
DASAR TEORI
II.1 Sistem Informasi Geografis ( GIS )
II.1.1 Definisi GIS Berikut merupakan beberapa definisi GIS dari berbagai pustaka (Prahasta,
2009):
1. GIS adalah teknologi informasi yang dapat menganalisa, menyimpan dan
menampilkan, baik data spasial maupun non-spasial. GIS mengkombinasikan
kekuatan perangkat lunak basis data relasional dan paket perangkat lunak
CAD.
2. GIS merupakan alat yang bermanfaat untuk pengumpulan, penimbunan,
pengambilan kembali data yang diinginkan dan penayangan data keruangan
yang berasal dari kenyataan dunia (real world).
3. Sistem Informasi Geografis ( GIS ) merupakan sistem informasi berbasis
komputer yang digunakan untuk memproses data spasial yang bergeoreferensi
(berupa detail, fakta, kondisi, dan sebagainya), serta disimpan dalam suatu
basis data, dan berhubungan dengan semua persoalan serta keadaan dunia
nyata.
II.1.2 Komponen GIS GIS merupakan sistem kompleks yang biasanya terintegrasi dengan
lingkungan sistem komputer yang lain di tingkat fungsional dan jaringan. GIS terdiri
dari beberapa komponen berikut (Prahasta, 2009):
1. Perangkat Keras
Pada saat ini perangkat keras GIS tersedia untuk berbagai basis, diantaranya
berbasis PC desktop, workstation, hingga multiuser host. GIS berbasis
multiuser host dapat digunakan oleh banyak orang secara bersamaan dalam
jaringan komputer yang luas, berkemampuan tinggi, memiliki ruang
penyimpanan (hardisk) yang besar, dan mempunyai kapasitas memori (RAM)
7
yang besar. Perangkat keras lain yang dapat mendukung GIS adalah mouse,
digitizer, printer, plotter, dan scanner.
2. Perangkat Lunak
Di sisi lain, GIS merupakan sistem perangkat lunak yang tersusun secara
modular. Setiap subsistem diimplementasikan dengan menggunakan perangkat
lunak yang terdiri dari beberapa modul.
3. Data dan Informasi Geografis
GIS dapat menyimpan data dan informasi geografis dengan cara mendijitasi
data spasial dari peta dan menambahkan atribut berupa tabel.
4. Manajemen
Komponen ini melibatkan manusia sebagai pengelola GIS . Pembangunan GIS
akan berjalan sesuai yang direncanakan jika proses pengerjaannya diatur
secara menyeluruh. Hal ini dikarenakan pembangunan GIS melibatkan para
ahli dari berbagai disiplin ilmu.
II.1.3 Pengembangan Aplikasi GIS Aplikasi dalam konteks ini merupakan istilah umum yang mencakup segala
hal dalam penggunaan GIS lebih lanjut. (Prahasta, 2009). Di dalam aplikasi tersebut
juga terdapat aplikasi basis data. Aplikasi ini memiliki fungsi-fungsi umum yang
diperlukan untuk melakukan creating, editing, updating, deleting, query, reporting,
dan maintaining basis data spasial.
Dalam dunia kerja tidak sedikit pekerjaan-pekerjaan operator yang
membutuhkan kehati-hatian, ketekunan, dan ketelitian dalam waktu yang relatif lama
untuk pekerjaan yang memiliki pola yang berulang membuat kesulitan dan kejenuhan
operator. selain itu, keterbatasan software GIS dalam mengelola basis data yang
cukup rumit menyebabkan software basisdata spasial yang mampu terintegrasi dengan
software GIS sangat diperlukan. Untuk itu dibutuhkan suatu proses rekayasa
perangkat lunak yang memerlukan pengetahuan teknis yang luas mengenai struktur
data,model data, dan bahasa pemograman komputer.
Salah satu implementasi dari proses rekayasa perangkat lunak GIS adalah
aplikasi desktop GIS. Desktop GIS merupakan aplikasi Sistem Informasi Geografis
yang bersifat standalone, yaitu aplikasi yang hanya bisa dijalankan pada sebuah PC
8
(Personal Computer) sehingga tidak bisa diakses oleh orang lain tanpa terlebih dahulu
melakukan proses instalasi aplikasinya di PC. Kelebihan dari aplikasi desktop GIS ini
adalah kemampuannya dalam melakukan analisis dan pengolahan data. Sedangkan
kelemahannya adalah terbatasnya tingkat aksesibilitas dalam distribusi informasinya.
Aplikasi ini melakukan penyimpanan data di dalam database sehingga data
bersifat terpusat di dalam server dan dapat di sharing di dalam jaringan. Setelah
sistem operasinya dimasukkan ke memori sistem komputer dan kemudian pengguna
mengeksekusi program aplikasi GIS-nya hingga User interface terkait muncul, setiap
pengguna dapat berinteraksi secara langsung dengan program aplikasi tersebut.
Interaksi yang intens ini dapat berlangsung selama pengguna melakukan proses input
data, konversi data, query, analisis, akhirnya pembentukan layout peta.
Sebagai ilustrasi berikut contoh proses kerja aplikasi desktop GIS dapat dilihat
pada gambar 2.1 berikut (GISc, 2005):
Gambar 2.1 Diagram Proses Kerja GIS (GISc, 2005)
Dalam proses pengembangan aplikasi desktop GIS ini, sering kali terdapat
kondisi dimana pengguna sistem sebenarnya telah mendefinisikan secara umum
sejumlah sasaran yang perlu dipenuhi oleh aplikasi tersebut, meskipun masih belum
mendefinisikan input, proses yang diperlukan, dan output. Sementara itu di lain pihak,
pengembang sistem aplikasi ini tidak jarang menghadapi keraguan mengenai
efektivitas, efisiensi, dan kualitas algoritma yang sedang dikembangkannya,
9
kemampuan adaptasi sistem terhadap sistem operasinya, dan Pengguna interface yang
dirancangnya.
Oleh sebab itu, dalam proses pengembangan aplikasi desktop GIS ini
melibatkan beberapa tahapan sebagai berikut (Prahasta, 2009):
1. Pengumpulan dan Analisis Kebutuhan Pengguna
Tahap ini sangat menekankan pada masalah pengumpulan kebutuhan
pengguna pada tingkatan sistem (system requirements) dengan mendefinisikan
konsep sistem beserta interface yang dapat menghubungkan aplikasi dengan
pengguna dan perangkat lunaknya. Pada tahapan ini juga dilakukan
pengumpulan kebutuhan elemen-elemen di tingkat perangkat lunak (software
requierements). Selanjutnya pengembang akan menentukan domain data atau
informasi, fungsi, proses, atau prosedur yang diperlukan dan interface yang
diperlukan. Hasil akhir dari proses ini adalah system requirements
specification dan software requirements specification.
2. Perancangan Prototipe Aplikasi (quick desain)
Pada tahap ini, kebutuhan atau spesifikasi perangkat lunak yang dihasilkan
pada tahapan sebelumnya akan ditransformasikan kedalam bentuk arsitektur
perangkat lunak yang memiliki karakteristik mudah dimengerti dan tidak sulit
untuk diimplementasikan. Proses pertama akan menghasilkan rancangan yang
bersifat global, sedangkan proses selanjutnya akan menghasilkan rancangan
detail hingga semua modul (kelas), model/tipe data, fungsi, dan prosedurnya
baik yang berfungsi sebagai interface maupun yang terdapat di dalam setiap
modul terdefinisi.
3. Pembentukan Prototipe Aplikasi
Tahap ini sering juga disebut implementasi perangkat lunak atau coding.
Dengan kata lain, pada tahapan ini dilakukan implementasi hasil rancangan ke
dalam baris-baris kode program yang dapat dimengerti oleh komputer.
4. Evaluasi Prototipe Aplikasi
Setelah Aplikasi selesai diimplementasikan, pengujian atau evaluasi dapat
segera dilakukan. Pengujian terlabih dahulu dilakukan pada setiap fungsi atau
prosedur yang terdapat di dalam modul. Jika setiap fungsi atau prosedur
tersebut selesai di uji dan terbukti tidak bermasalah, maka modul-modul
10
tersebut dapat segera diintegrasikan atau dikompilasi sehingga membentuk
suatu aplikasi yang utuh. Kemudian dilakukan pengujian di tingkat aplikasi
yang difokuskan pada pemeriksaan hasil; apakah sudah memenuhi permintaan
yang telah didefinisikan.
5. Perbaikan Aplikasi
Tahap ini merupakan pengulangan (iterasi) perbaikan ke putaran proses
sebelumnya (Analisis Kebutuhan, Perancangan, Pembentukan, dan evaluasi)
untuk mencapai produk aplikasi yang sesuai dengan kebutuhan pengguna
(produk akhir).
Berikut diagram yang menggambarkan tahapan pembuatan aplikasi desktop GIS
Gambar 2.2 Tahapan Pembuatan Aplikasi Desktop GIS (Prahasta, 2009)
Setelah langkah perbaikan prototype, jika aplikasi telah dianggap sesuai
dengan kebutuhan pengguna, maka aplikasi tersebut bisa dikatakan sudah jadi dan
merupakan produk akhir dari pekerjaan ini.
II. 2. Konsep Sistem Managemen Basis Data Menurut pustaka (Prahasta, 2009), database management system (DBMS)
adalah sekumpulan data atau gabungan dari data yang saling berelasi (basis data)
dengan sekumpulan program yang mengakses data tersebut. Database management
system merupakan paket perangkat lunak (software) atau sistem yang digunakan
untuk memudahkan pembuatan dan pemeliharaan basis data yang terkomputerisasi.
Identifikasi dan Analisis
Perancangan Prototipe
Pembentukan Prototipe
Evaluasi Prototipe
Produk Aplikasi Desktop GIS
Perbaikan sesuai
kebutuhan
Yes
No
11
Sementara itu, sistem basis data adalah kumpulan data yang tidak berulang
dan dapat dibagi penggunaannya dalam waktu yang bersamaan. Basis data akan
berjalan baik bila dapat memenuhi kebutuhan yang diinginkan oleh pemakai dan
mudah dalam penggunaannya (Dale, 1998). Pendapat lain dikemukakan Fathansyah
(1999), basis data merupakan sistem yang terdiri dari kumpulan file (tabel) yang
saling berhubungan dan sekumpulan program yang memungkinkan beberapa pemakai
dan program lain mengakses dan memanipulasi file (tabel-tabel) tersebut. Dengan
demikian, basis data adalah kumpulan data tidak berulang dalam bentuk file/tabel
yang memungkinkan untuk dimanipulasi sesuai kebutuhan. Penggunaan basis data
mendapatkan keuntungan sebagai berikut (Fathansah, 1999):
o Mencegah adanya data ganda,
o Kemudahan, kecepatan, dan efisiensi akses data,
o Integritas data,
o Meningkatkan faktor keamanan data.
II.2.1 Sistem Basis data Sistem basis data merupakan sistem yang terdiri dari kumpulan berkas (tabel)
yang saling berhubungan (dalam sebuah basis data di sebuah sistem komputer) dan
sekumpulan program database management system (DBMS) yang memungkinkan
beberapa pemakai dan atau program lain untuk mengakses dan memanipulasi berkas-
berkas (tabel-tabel) tersebut (Fathansah, 1999). DBMS yang dimaksud adalah sistem
perangkat lunak umum untuk memanipulasi basis data (Teorey, 2009).
Sebuah sistem pengelola basis data (DBMS) terbagi atas modul-modul yang
masing-masing memiliki tanggung jawab dalam membentuk struktur sistem basis data
secara keseluruhan. Terdapat empat komponen utama dalam sebuah sistem basis data
(Fathansah, 1999), yaitu:
1. Perangkat Keras (Hardware).
2. Perangkat Lunak (Software).
3. Pemakai (Brainware).
4. Basis Data (Database).
12
II.2.3 Manfaat Basis Data Pemanfaatan basis data bertujuan untuk memenuhi aspek-aspek di bawah ini
(Fathansah, 1999) :
• Kecepatan dan Kemudahan (Speed)
Pemaanfaatan basis data dapat memudahkan dan mempercepat pekerjaan
yang dilakukan dibandingkan secara manual (non-elektronik) maupun
elektronik selain teknologi basis data.
• Efisiensi Ruang Penyimpanan (Space)
Redundansi (pengulangan) data dapat dikurangi dengan adanya teknologi
basis data. Hal ini dapat mengurangi kapasitas dari ruang penyimpanan.
• Keakuratan (Accuracy)
Terdapat aturan/batasan (constraint) yang secara ketat diterapkan dalam
basis data. Hal ini dapat mengurangi ketidakakuratan pemasukan atau
penyimpanan data.
• Ketersediaan (Availability)
Pertumbuhan data semakin lama akan semakin membesar padahal tidak
semua data diperlukan pada saat tertentu. Ada data yang jarang terpakai
hingga data yang sudah kadaluarsa. Ketika menggunakan teknologi
basisdata, data tersebut dapat di akses sesuai kebutuhan.
• Kelengkapan (Completeness)
Kelengkapan data bersifat relatif, misalnya data yang dibutuhkan sekarang
belum tentu lengkap untuk masa yang akan datang. Teknologi basis data
dapat memperbaharui bukan hanya data baru tetapi struktur dari data
tersebut.
• Keamanan (Security)
Teknologi basis data dapat menentukan hak akses suatu data. Hanya
pengguna tertentu saja yang sudah ditentukan hak aksesnya terlebih dahulu
untuk mendapatkan data tersebut.
• Kebersamaan Pemakai (Shareability)
Basis data dapat digunakan oleh banyak pengguna yang memungkinkan
diakses secara bersamaan. Teknologi basis data dapat menghindari data
yang tidak konsisten karena diubah pada saat yang sama.
13
II.3. Definisi P4T, SKP, dan ZNT
II.3.1 Konsep Tentang P4T a. Penguasaan Tanah
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 16 tahun 2006, Penguasaan tanah
adalah hubungan hukum antara orang per orang, kelompok orang, atau badan hukum
dengan tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960
tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria.
Dalam hubungan itu pemerintah menetapkan ketentuan- ketentuan yang
dimuat dalam pasal 11 ayat 1. Pada pasal 12 dan ayat 1 yang bermaksud mencegah
terjadinya penguasaan atas kehidupan dan pekerjaan orang lain yang melampaui batas
dalam bidang-bidang usaha agraria yang mana bertentangan dengan azas keadilan
sosial yang berperikemanusiaan. Sedangkan pada pasal 13 ayat 2, Segala usaha
bersama dalam lapangan agraria harus didasarkan atas kepentingan bersama dalam
rangka kepentingan nasional dan Pemerintah berkewajiban untuk mencegah adanya
organisasi dan usaha-usaha perseorangan dalam lapangan agraria yang bersifat
monopoli swasta.
Di dalam Pedoman dan Tata Cara Kerja Inventarisasi data P4T BPN tahun
2003 penguasaan tanah dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
1) Pemilik yaitu penguasaan tanah oleh pemiliknya sendiri.
2) Bukan pemilik yaitu penguasaan dengan cara bagi hasil, gadai, sewa, tanpa
ijin, dan penguasaan dengan cara ijin tanpa kompensasi.
b. Pemilikan Tanah
Tinjauan mengenai pemilikan tanah ini sebenarnya merupakan tinjauan secara
spesifik mengenai status penguasaan atas tanah yang dimiliki oleh pemegang hak
telah bersertifikat atau belum. Kepemilikan tanah bagi masyarakat memberikan
pengaruh keeratan hubungan psikologis antara pemegang hak dengan tanahnya.
Menurut Pedoman dan Tata Cara Kerja Inventarisasi Data P4T BPN tahun 2003
adalah bukti kepemilikan tanah terbagi menjadi dua yaitu :
1) Sertifikat yang terdiri atas sertifikat hak milik, hak guna bangunan, hak guna
usaha, hak pakai, hak pengelolaan dan tanah wakaf.
14
2) Bukan sertifikat yang terdiri atas surat tanda bukti hak milik, petuk pajak
bumi, akta jual beli pejabat pembuat akte tanah, akta ikrar wakaf, hasil lelang,
surat menunjukkan kavling, ijin lokasi, surat keterangan riwayat tanah oleh
Kantor Pajak Bumi dan Bangunan, surat keterangan waris dan jual beli di
bawah tangan.
c. Penggunaan Tanah
Penggunaan tanah di suatu wilayah mempunyai kaitan erat dengan pola
kehidupan,masyarakat yang berdiam di wilayah tersebut. Hal ini sejalan dengan
pengertian penggunaan tanah pada Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun
2004 tentang Penatagunaan Tanah bahwa penggunaan tanah adalah wujud tutupan
permukaan bumi baik merupakan bentukan maupun buatan manusia. Dalam pasal ini
menjelaskan bahwa penggunaan tanah dalam suatu wilayah terbagi atas 2 (dua) jenis
yaitu Pertanian dan Non Pertanian. Berkaitan dengan hal di atas berdasarkan Pedoman
dan Tata Cara Kerja Inventarisasi Data P4T BPN tahun 2003 adalah klasifikasi
penggunaan tanah yaitu:
1) Pertanian yaitu pertanian tanah basah (sawah, kolam ikan), pertanian tanah
kering (tegalan, kebun/perkebunan) dan pertanian campuran tanah kering
dan basah.
2) Non Pertanian yaitu rumah dengan pekarangan dan rumah tanpa
pekarangan, rumah susun/apartemen, perusahaan (took, gudang, bank,
bioskop dll), industri (pabrik, percetakan, dll), kantor pemerintahan atau
kantor desa/kelurahan, fasilitas pertemuan umum, fasilitas pendidikan,
fasilitas kesehatan, fasilitas ibadah, kuburan, tanah kosong yang sudah
diperuntukkan (tanah kosong yang sudah dipatok tetapi belum didirikan
bangunan), tanah kosong, hutan.
d. Pemanfaatan Tanah
Pemanfaatan tanah adalah kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan nilai
tambah tanpa mengubah wujud fisik penggunaan tanahnya. Data yang diperlukan
dalam penelitian ini didasarkan pada klasifikasi pemanfaatan tanah menurut Pedoman
dan Tata Cara Kerja Inventarisasi Data P4T BPN tahun 2003 meliputi:
15
1) Pemanfaatan tanah sepanjang tahun sesuai dengan penggunaannya.
2) Pemanfaatan tanah 6-12 bulan sesuai dengan penggunaannya.
3) Pemanfaatan tanah 1-6 bulan sesuai dengan penggunaannya.
4) Tanah tidak dimanfaatkan.
II.3.2 Zona Nilai Tanah
Di dalam Surat Keputusan Dirjen Pajak - KEP - 16 PJ.6 1998, Zona Nilai
Tanah adalah zona geografis yang terdiri atas sekelompok objek pajak yang
mempunyai satu Nilai Indikasi Rata-Rata (NIR) yang dibatasi oleh batas
penguasaan/pemilikan objek pajak dalam wilayah properti desa/kelurahan. Sedangkan
Nilai Indikasi Rata-rata adalah nilai pasar wajar rata-rata yang dapat mewakili nilai
tanah dalam suatu Zona Nilai Tanah
Dalam Surat Edaran Dirjen Pajak (SE 06/PJ.6/1999 pada formulir 2), nilai
tanah permeter persegi ditentukan dengan cara harga transaksi disesuaikan dengan
waktu dan jenis data yang kemudian dihasilkan nilai pasar wajar dikurangi harga
bangunan dengan menggunakan Daftar Biaya Komponen Bangunan (DBKB) waktu
dilakukan penilaian, hasilnya dibagi dengan luas tanah sehingga menghasilkan nilai
tanah permeter persegi.
Dalam penilaian properti tanah, bangunan merupakan satu kesatuan yang utuh
yang tidak dapat dipisahkan dan saling mempengaruhi dalam menentukan nilai suatu
properti. Tapi karena pajak bumi dan bangunan menggunakan DBKB, maka dapat
dikatakan nilai tanah dan bangunan bukan merupakan satu kesatuan yang utuh dalam
menentukan nilai properti. Berikut ini merupakan rumus yang digunakan untuk
menghitung nilai tanah:
NP – NB = NPT
NP T/LT = NT
Keterangan:
- NP = Nilai Pasar (Rp) - NB = Nilai Bangunan (Rp) - NPT = Nilai Pasar Tanah (Rp) - LT = Luas Tanah (m2) - NT = Nilai Tanah (Rp/m2)
16
II.3.3 Sengketa, Konflik, dan Perkara (SKP)
a. Konflik
Berdasarkan Peraturan Kepala BPN tahun 2011, Konflik adalah perselisihan
pertanahan antara orang perseorangan, kelompok, golongan, organisasi, badan
hukum, atau lembaga yang mempunyai kecenderungan atau sudah berdampak luas
secara sosio-politis. Di dalam kamus besar bahasa Indonesia konflik adalah suatu
perselisihan antara dua pihak, tetapi perselisihan itu hanya dipendam dan tidak
diperlihatkan dan apabila perselisihan itu diberitahukan kepada pihak lain maka akan
menjadi sengketa.
Konflik pertanahan menurut A. Hamzah diistilahkan dengan delik di bidang
pertanahan, yang pada garis besarnya dapat dibagi atas dua bagian, yaitu:
1. Konflik pertanahan yang diatur dalam kodifikasi hukum pidana, yakni
konflik (delik) pertanahan yang diatur dalam beberapa Pasal yang tersebar
dalam kodifikasi hukum pidana (KUHP). (Sunindhia, 1988).
2. Konflik pertanahan yang diatur di luar kodifikasi hukum pidana, yakni
konflik (delik) pertanahan yang khusus terkait dengan peraturan perundang-
undangan pertanahan di luar kodifikasi hukum pidana. (Hamzah, 1991)
b. Sengketa
Berdasarkan Peraturan Kepala BPN tahun 2011, Sengketa adalah perselisihan
pertanahan antara orang perseorangan, badan hukum, atau lembaga yang tidak
berdampak luas secara sosio-politis. Sedangkan menurut kamus besar bahasa
indonesia, sengketa adalah segala sesuatu yang menyebabkan perbedaan pendapat,
pertikaian atau perbantahan.
Timbulnya sengketa hukum mengenai tanah berawal dari pengaduan suatu
pihak (orang atau badan hukum) yang berisi keberatan dan tuntutan hak atas tanah
baik terhadap status tanah, prioritas maupun kepemilikannya dengan harapan dapat
memperoleh penyelesaian secara administrasi sesuai dengan ketentuan peraturan yang
berlaku.
Sifat permasalahan dari suatu sengketa secara umum ada beberapa macam,
antara lain (Herwandi, 2010):
17
1. Masalah yang menyangkut prioritas dapat ditetapkan sebagai pemegang hak
yang sah atas tanah yang berstatus hak, atau atas tanah yang belum ada
haknya;
2. Bantahan terhadap sesuatu alas hak/bukti perolehan yang digunakan
sebagai dasar pemberian hak;
3. Kekeliruan/kesalahan pemberian hak yang disebabkan penerapan peraturan
yang kurang atau tidak benar;
4. Sengketa atau masalah lain yang mengandung aspek-aspek sosial praktis.
c. Perkara
Berdasarkan Peraturan Kepala BPN No 3 tahun 2011, Perkara adalah
perselisihan pertanahan yang penyelesaiannya dilaksanakan oleh lembaga peradilan
atau putusan lembaga peradilan yang masih dimintakan penanganan perselisihannya
di Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia. Di dalam peraturan kepala BPN
no.4 tahun 2008, perkara pertanahan di bagi menjadi 2 berdasarkan jenis perkaranya,
yaitu:
1. Perkara Perdata
2. Perkara Tata Usaha Negara
Berikut ini adalah contoh format data sengketa, konflik dan perkara yang ada di BPN:
Gambar 2.4 Format Data Pengaduan Kasus Pertanahan
18
Gambar 2.5 Format Data Perencanaan dan Pengendalian Penanganan Kasus
Pertanahan
Gambar 2.6 Format Data Registrasi Kasus Perta