bab ii bur -...

23
24 BAB II KETENTUAN UMUM TENTANG NAFKAH MENURUT ISLAM A. Pengertian Umum a Pengertian Nafkah Sebelum mengemukakan tentang pengertian nafkah menurut ahli fiqih, terlebih dahulu akan penulis kemukakan pengertian nafkah menurut Bahasa. Nafkah menurut Bahasa Indonesia adalah : 1. Belanja untuk hidup, ( uang ) Pendapatan, suami wajib memberi uang pada istri. 2. Rizki, bekal hidup sehari-hari 1 . Menurut Bahasa Arab nafakah mempunyai arti uang belanja 2 . Nafkah juga berasal dari kata “ Infaq”, yang artinya berderma 3 . Nafkah menjadi wajib karena tiga hal, yakni kerabat, hak milik, dan pasangan suami istri. Dalam hukum Islam, nafkah, sebagaimana mahar juga memiliki status dan posisi yang khusus dan istimewa baginya, dan oleh karenanya tidak boleh dikacaukan atau dipandang sama halnya dengan situasi dahulu dan sekarang di dunia non-muslim. Nafkah adalah memenuhi kebutuhan pokok hidup istri, baik makan, pembantu rumah tangga maupun pengobatan, meskipun ia kaya 4 . 1 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Depdikbud, 1994, Cet-I, hlm. 679 2 Idrus Alkaf, Kamus Tiga Bahasa Al Manar, Surabaya: Karya Utama, t,th, hlm 533 3 Ahmad Isa Asyur, Fiqih Islam Praktis, Bab Muamalah, Jakarta: Manfiq, t,th, hlm. 261 4 Abdul Hadi, Fiqih Munakahat, Semarang: Duta Grafika, 1989, Seri I, hlm. 102

Upload: lamdat

Post on 23-Feb-2018

235 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: bab II bur - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1...4 Abdul Hadi, Fiqih Munakahat, Semarang: Duta Grafika, 1989, Seri I, hlm. 102

24

BAB II

KETENTUAN UMUM TENTANG NAFKAH MENURUT ISLAM

A. Pengertian Umum

a Pengertian Nafkah

Sebelum mengemukakan tentang pengertian nafkah menurut ahli

fiqih, terlebih dahulu akan penulis kemukakan pengertian nafkah menurut

Bahasa.

Nafkah menurut Bahasa Indonesia adalah :

1. Belanja untuk hidup, ( uang ) Pendapatan, suami wajib memberi uang

pada istri.

2. Rizki, bekal hidup sehari-hari1.

Menurut Bahasa Arab nafakah mempunyai arti uang belanja2. Nafkah

juga berasal dari kata “ Infaq”, yang artinya berderma3. Nafkah menjadi wajib

karena tiga hal, yakni kerabat, hak milik, dan pasangan suami istri.

Dalam hukum Islam, nafkah, sebagaimana mahar juga memiliki status

dan posisi yang khusus dan istimewa baginya, dan oleh karenanya tidak boleh

dikacaukan atau dipandang sama halnya dengan situasi dahulu dan sekarang

di dunia non-muslim. Nafkah adalah memenuhi kebutuhan pokok hidup istri,

baik makan, pembantu rumah tangga maupun pengobatan, meskipun ia kaya4.

1 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Depdikbud, 1994, Cet-I, hlm. 679

2 Idrus Alkaf, Kamus Tiga Bahasa Al Manar, Surabaya: Karya Utama, t,th, hlm 533 3 Ahmad Isa Asyur, Fiqih Islam Praktis, Bab Muamalah, Jakarta: Manfiq, t,th, hlm. 261

4 Abdul Hadi, Fiqih Munakahat, Semarang: Duta Grafika, 1989, Seri I, hlm. 102

Page 2: bab II bur - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1...4 Abdul Hadi, Fiqih Munakahat, Semarang: Duta Grafika, 1989, Seri I, hlm. 102

25

Dalam fiqih nafkah berarti “ belanja”. Maksudnya ialah sesuatu yang

diberikan oleh seseorang kepada istri, kerabat, dan miliknya sebagai keperluan

pokok. Seperti makanan dan tempat tinggal5.

Ditinjau dari segi orang-orang yang berhak menerima nafkah adalah :

a) Nafkah istri.

b) Nafkah kerabat.

c) Nafkah barang atau sesuatu yang dimiliki6.

Menurut Ahli hukum Nafkah adalah apa yang harus diberikan guna

memelihara dan mendidik seorang yang belum dewasa, harus ditentukan

dalam keseimbangan antara pihak yang berhak menikmati nafkah,dan

pendapatan beserta kekayaan pihak yang memberikannya, dihubungkan

dengan keadaan orang yang memberikan nafkah7.

Menurut para Fuqoha adalah :

امايف اصطال ح ا الفقهاء فهي ا خرا ج الشخص مؤ نة من وما يتبع , ومسكن , وكسوة, وادم , حتب عليه نفقةمن خبز

ومصباح وحنوذلك مما يأ يت, ودهن, ذلك من مثن ماء“Nafkah menurut istilah ahli fiqih yaitu pengeluaran seseorang atas sesuatu sebagai ongkos terhadap orang yang wajib di nafkahinya, terdiri dari roti, lauk pauk, tempat tinggal, dan apa yang mengikutinya dari harga air, minyak lampu dan sebagainya8.

Menurut Sayyid Sabiq :

5 Depag, Ilmu Fiqh, Jilid II, 1984, hlm.184 6 Ibid. hlm.184 7 R. Subekti, dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta: Pradnya Paramita, 1999, hlm. 89 8 Abdurrahman Al jaziri, Kitab Ala Madzhabil Arba’ah, Juz IV, Beirut, 1969, hlm. 485

Page 3: bab II bur - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1...4 Abdul Hadi, Fiqih Munakahat, Semarang: Duta Grafika, 1989, Seri I, hlm. 102

26

ا لنفقة هنا تو فري و ما حتتا ج ا ليه ا لز و جة من طعا م ومسكن و خذمة ودحا ء وا ن كا نت

Nafkah menurut ahli fiqih adalah mengeluarkannya seseorang terhadap orang yang wajib dinafkahinya, dari roti, lauk pauk, pakaian, tempat tinggal, dan apa yang mengikutinya dari air, minyak dan sebagainya9.

b Dasar Hukum Nafkah

Mengenai dasar hukum nafkah yang dimaksud adalah hujjah atau dalil

yang menunjukan kewajiban seseorang untuk memberi nafkah kepada orang

yang menjadi tanggung jawabnya.

Adapun dalil Al Qur’an yang menerangkan tentang wajib nafkah

adalah firman Allah Swt ( QS. Al- Baqarah : 233 ) :

ال بالمعروف وكسوتهن رزقهن له المولود وعلى ....كلفت فسا إال نهعسال و آرضة تالدا ولدهال بوو لودوم له ....ذلك مثل الوارث وعلى بولده

Artinya : “ … Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para-

ibu dengancara yang ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan juga seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian …”10.( Al-Baqarah:223 )

9 Sayyid Sabiq, Fiqih al Sunnah., jilid VII Beirut; daar-al fiqkr, 1968, hlm. 85 10 QS. Al-Baqarah:233

Page 4: bab II bur - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1...4 Abdul Hadi, Fiqih Munakahat, Semarang: Duta Grafika, 1989, Seri I, hlm. 102

27

Juga disebutkan dalam firman Allah Swt ( QS. At- Thalaq : 6 ) :

يضعن حتى عليهن فأنفقوا حمل أولات كن وإن ....نلهمفإن ح نعضأر لكم نوهفآت نهورأج...

Artinya : “… Dan jika mereka mereka ( istri-istri yang sudah ditalaq ) itu

sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga

mereka bersalin…”.11 ( At-Thalaq: 6 )

Surat At-Thalaq : 7

نفقة ذو ليعن سته معن سمو ه قدرليع قهرز نفقا فليمم اهآت لا الله كلفي ا اللهفسا إلا نا ماهل آتعجيس الله دعب سر ع

يسرا Artinya : “ Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut

kemempuannya. Dan orang yang disempitkan rizkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan ( sekedar ) apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan”12.( At-Thalaq: 7 )

Dari ayat di atas jelas adanya perbedaan kewajiban antara satu orang

dengan orang lain, antara yang kaya dan yang miskin. Karena perbedaan harta

yang dimiliki tiap orang menurut kadar kemampuan dan keadaannya.

Al- Baqarah : 215

11 QS. At-Thalaq: 6 12 QS. At-Thalaq: 7

Page 5: bab II bur - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1...4 Abdul Hadi, Fiqih Munakahat, Semarang: Duta Grafika, 1989, Seri I, hlm. 102

28

كألونساذا ينفقون ما قل يم مأنفقت نر مين خيالدفللو بنياألقرى وامتالياكني وسالمن واببيل وا السملوا وفعت من

عليم به الله فإن خيرArtinya : “ Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka nafkahkan,

jawablah : “apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan”. Dan apa saja kebajikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mngetahuinya.13( Al-Baqarah: 215 )

Al-Isra : 26

تبذيرا تبذر وال السبيل وابن والمسكني حقه القربى ذا وآتArtinya : “ Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya,

kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan, dan janganlah kamu menghambur-hamburkan ( hartamu ) secara boros”.14( Al-Isra: 26 )

Hadits Nabi yang berbunyi;

-دخلت هند بنت عتبة: عن عاءشة رضي اهللا عنهاقالت: فقا لت. علىرسول اهللا عليه وسلم-امرأة أيب سفيان

ان أبا سفيان رجل شحيح اليعطيين من النفقة ء, يارسول اهللا فهل , أخذت من ماله بغريعلمهاالماء, مايكفيين ويكفي بين

13 QS. Al-Baqarah: 215 14 QS. Al-Isra’: 26

Page 6: bab II bur - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1...4 Abdul Hadi, Fiqih Munakahat, Semarang: Duta Grafika, 1989, Seri I, hlm. 102

29

خذي من ماله باملعروف ما : "علي يف ذلك من جناح؟ فقال . متفق عليه". يكفيك وما يكفي بنيك

Artinya : “Dari Aisyah ra. Berkata : Hindun putri ‘Utbah istri Abu Sufyan

masuk menghadap pada Rasulullah SAW, berkata Ya Rasulullah. Sesungguhnya Abu Sufyan adalah seorang laki-laki yang kikir, ia tidak memberikan saya nafkah yang cukup untuk saya dan anak-anakku. Selain apa yang saya ambil dari sebagian hartanya tanpa sepengetahuannya. Apakah saya berdosa karena perbuatan itu? Lalu beliau bersabda. “Ambillah olehmu sebagian dari hartanya dengan cara yang baik (secukupnya) untuk kamu dan anak-anakmu”.15

B. Kedudukan Perempuan Menurut Islam

a Kedudukan Wanita dalam Islam

Sebelum Islam datang wanita adalah sangat hina, setiap bayi yang

pada saat lahir wanita maka akan dibunuh. Adanya pandangan bahwa anak

perempuan tidak bisa berperang dan akan mendatangkan aib bagi keluarga

dan sukunya, menyebabkan orang Arab Jahiliah merasa malu, jika istrinya

melahirkan bayi perempuan16. sebagaimana firman Allah dalam ( QS. An

Nahl: 58-59 )

كظيم وها ودوسم ههجباألنثى ظل و مهدأح رشإذا بو

Artinya : “ Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan ( kelahiran ) anak perempuan, hitamlah ( merah padamlah ) mukanya, dan dia

sangat marah”.17( An-Nahl: 58 ) 15 Sayyid Imam Muhammad bin Ismail Al Kahlani As shan’ani Al ma’ruf Bi Al Amr,. Subulus Salam Syarih Buluhul Maram Min Jamik Adhilatil Ahkam, Juz III, Darul Kutub ‘Uliyat, Bairut: Libanon, t,th. hlm. 414 16 Sri suhandjati Sukri, Perempuan Menggugat ( Kasus dalam Al qur’an dan Realita Masa Kini ). Semarang: Pustaka Adnan, Cet-I, 2005, hlm. 7 17 QS. An-nahl: 58

Page 7: bab II bur - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1...4 Abdul Hadi, Fiqih Munakahat, Semarang: Duta Grafika, 1989, Seri I, hlm. 102

30

تي ون أملى هع سكهمبه أي رشا بوء مم من سالقو ى منارو يدسه في التراب أال ساء ما يحكمون

Artinya : “ Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya kedalam tanah ( hidup-hidup ) ? Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu”.18( An-Nahl: 59 )

Dikarenakan masyarakat padang pasir yang suka berperang itu,

mempunyai ukuran penilaian tentang tinggi dan rendahnya status sosial

manusia, dengan melihat berperan atau tidaknya seseorang dalam

pertempuran. Karena perempuan tidak bisa berperang maka status mereka

berada dibawah laki-laki. Makhluk utama adalah laki-laki, sebab mereka yang

dapat menjaga kelangsungan hidup keluarga atau suku dari serbuan suku atau

kelompok lain19. sehingga kaum wanita benar-benar terisolir dan tidak

mempunyai peranan dalam kehidupan bahkan mereka dianggap sebagai

pangkal keburukan dan bencana. Oleh karena itu wanita dipandang sebagai

biang keladi dalam segala macam malapetaka yang menimpa.

Maka setelah Rosullulah SAW datang maka standar kedudukan wanita

dan derajatnya diangkat sama seperti laki-laki karena perempuan dan laki-laki

adalah mahluk ciptaan tuhan yang sempurna. Jadi dalam Islam tidak ada

pembedaan jenis kelamin yang membedakan adalah kualitas ketakwaan, dan

18 QS. An-nahl: 59 19 Ibid., hlm. 5

Page 8: bab II bur - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1...4 Abdul Hadi, Fiqih Munakahat, Semarang: Duta Grafika, 1989, Seri I, hlm. 102

31

keduanya mempunyai kebebasan penuh dalam kegiatan ekonomi dan

mempunyai hak untuk memilih.

Al Qur’an mengakui ketinggian martabat manusia yang berarti bahwa

Allah itu memuliakan manusia dari mahluk-mahluknya yang lain. Menerima

prinsip ini bukan hanya merupakan konsepsi moral, tetapi menarik akibat-

akibat kewajiban. Yakni seorang harus menghormati martabatnya sendiri akan

ditunjukan oleh rasa tanggung jawabnya. Manusia adalah terhormat kerena ia

bertanggung jawab. Dan pertanggungjawaban ini berdasarkan kemerdekaan

untuk memilih20. Islam berbicara kepada pria dan wanita, memperlakukan

mereka hampir sama. Hukum Islam pada umumnya mempunyai tujuan

melindungi, (proteksi). Mengenai wanita, hukum Islam memberi batasan yang

tepat tentang hak-hak wanita dan menunjukkan perhatian yang mendalam

untuk menjaminnya. Al Qur’an dan Hadits memerintahkan kepada suami

untuk memperlakukan istri dengan adil, budi yang baik dan perhatian. Al

Qur’an memberikan konsepsi yang lebih bermoral mengenai perkawinan, dan

menuju untuk mempertinggi kedudukan wanita muslimah dengan memberinya

hak-hak yuridis21. Hak-hak wanita diantaranya adalah hak mendapatkan

mahar, nafkah, dicintai, persamaan dihadapan hukum, hak milik pribadi, hak

mendapatkan waris.

Ada juga ayat yang menegaskan kesejajaran antara kaum perempuan

dan laki-laki firman Allah surat (QS An-Nisa’:1):

20 Marcel A. Boisard, Humanisme Dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1980, hlm. 116 21 Ibid., hlm. 119

Page 9: bab II bur - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1...4 Abdul Hadi, Fiqih Munakahat, Semarang: Duta Grafika, 1989, Seri I, hlm. 102

32

يا أيها الناس اتقوا ربكم الذي خلقكم من نفس واحدة قوا اللهاتاء ونسا واال كثريا رجمهث منبا وهجوا زهمن لقخو

الذي تساءلون به واألرحام إن الله كان عليكم رقيبا

Artinya: “Hai sekalian manusia, bertawakallah kepada tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan dari padanya 22). Allah menciptakan istrinya; dan dari mereka keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertawakallah kepada Allah yang dengan ( mempergunakan ) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lainnya, dan ( peliharalah ) hubungan silaturrahim. Sesunguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.23(An-Nisa: 1 )

Dalam Al Qur’an jelas kedudukan atau kelebihan baik seorang lelaki

maupun seorang perempuan dinilai bukan karena kekuatannya ( superioritas )

maupun kepintaranya tetapi karena ketakwaannya kepada yang khaliq ( Allah

rabbu ‘I-zzati ).

Ini disebabkan karena Allah lebih memberikan perhatiannya kepada

mereka yang terpinggirkan, para janda, para budak, ketimbang meraka yang

kaya dan berkuasa. Oleh karena itu, jelaslah bahwa Al Qur’an tidak membuat

pembedaan diskriminatif antara perempuan dan laki-laki.

Namun, hal itu harus dibuktikan tidak hanya diucapkan tetapi harus

dibuktikan, dipaparkan kepada kaum perempuan itu sendiri. Kaum

perempuan harus percaya bahwa kedudukan mereka adalah sejajar dengan

laki-laki. Tetapi, kebanyakan perempuan menganggap dirinya tidak sejajar

22 Maksud dari padanya menurut jumhur mufassirin ialah dari bagian tubuh ( tulang rusuk ) adam a.s, berdasarkan hadits riwayat Bukhori dan muslim. Di samping itu adapula yang menafsirkan dari padanya ialah dari unsur yang serupa ya’ni tanah yang dari padanya adam a.s, diciptakan. 23 QS. An-nisa: 1

Page 10: bab II bur - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1...4 Abdul Hadi, Fiqih Munakahat, Semarang: Duta Grafika, 1989, Seri I, hlm. 102

33

dengan laki-laki, karena memang selama ini disosialisasikan demikian.

Bukan hanya sepanjang hidupnya, tetapi sepanjang masa, di seluruh generasi.

Dalam Al Qur’an mengisahkan sejumlah perempuan yang

berhubungan dengan seorang nabi dari para nabi Allah. Al Qur’an

menggambarkan kisah-kisah perempuan dengan beragam detail dan

kompleksitas yang berbeda-beda. Beberapa figur hanya digambarkan nama-

namanya saja, atau hanya sketsa kecil tentang mereka, sementara bagian yang

lain digambarkan dengan porsi yang lebih besar. Secara keseluruhan, kisah-

kisah perempuan menyajikan suatu koleksi sejarah suci dan contoh

paradigmatik yang kaya untuk bahan kontemplasi dan petujuk kaum

muslimin24.

b Hak dan kewajiban wanita dalam Islam

Dalam pandangan Islam, seorang wanita pun mempunyai hak dan

kewajiban yang sesuai dengan naluri manusia untuk memperoleh, menyimpan

dan menambah kekayaannya, sama sekali tidaklah harus bertanggung jawab

untuk menyediakan kebutuhan-kebutuhan hidup25. Kebutuhan-kebutuhan

hidup tidak boleh membuat tegang pikirannya, merenggut kebanggaannya dan

kecantikannya yang selalu berkaitan dengan kedamaian pikiran dan

ketentramannya.

Pembicaraan tentang hak dan kewajiban wanita dalam Islam bertitik

tolak dari penegasan Al-Qur’an tentang hakikat wanita itu sebagai manusia

24 Barbara freyer Stowasser, Reinter pretasi Gender ( Wanita dalam Al qur’an, hadits, dan tafsir ), Bandung: Pustaka Hidayah, 1994, hlm. 53-54 25 Murtadha Mutahhari, Wanita dan Hak-haknya dalam Islam, Bandung: Pustaka, 1985. Cet I, hlm. 183

Page 11: bab II bur - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1...4 Abdul Hadi, Fiqih Munakahat, Semarang: Duta Grafika, 1989, Seri I, hlm. 102

34

yang sama dengan laki-laki dan menjadi pasangan laki-laki. Penegasan

tersebut merupakan suatu perbaikan yang sangat mendasar dalam hal

menghapus opini yang bersumber dari berbagi kepercayaan atau agama (

sebelum Islam ) yang menafikan atau meragukan hakikat kemanusiaan wanita

( yang dianggap bukan makhluk manusia )26. Meskipun demikian seorang

perempuan juga harus menghormati hak-hak suaminya karena seorang suami

adalah mempunyai derajat sebagai seorang pemimpin.

Derajat yang dimaksud adalah kepemimpinan suami dalam rumah

tangganya atau kelebihan mengalahnya suaminya dari beberapa hak yang

harus dia peroleh. Diantara hak tersebut adalah hak dicintai, hak disayangi,

hak berdandan, dan hak menikmati hubungan seksual, serta hak untuk

bersama-sama dalam kesibukan dan kesusahan seperti yang dialami setiap

pihak27.

Agama Islam telah memberikan hak-hak luas yang menjamin martabat

manusia dan melindungi derajat kesopanan bagi wanita itu, tanpa adanya

revolusi dan perjuangan emansipasi yang dilancarkan sebagaimana halnya di

Barat. Hak-hak wanita dalam ajaran Islam adalah perwujudan dari nilai-nilai

kemanusiaan dan keadilan28. Hak-hak perempuan perlu tersalurkan tampa

adanya pengekangan dari pihak lain, baik oleh suaminya. Hak-hak perempuan

dalam Islam adalah sangat banyak, diantaranya adalah perlindungan

26 Ali Yafie, Menggagas Fiqih Sosial: dari soal Lingkungan hidup, asuransi Hingga ukhuwah, Bandung: Mizan, Cet-III, 1995, hlm. 265 27 Abdul Halim dan Abu Syiqqah, Wanita dalam Islam, Jakarta: Gema Insani Press, Cet-I, 1997, hlm. 33 28 Ali Yfie, op. cit., hlm. 266

Page 12: bab II bur - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1...4 Abdul Hadi, Fiqih Munakahat, Semarang: Duta Grafika, 1989, Seri I, hlm. 102

35

perempuan dalam mempertahankan dan memelihara haknya atas akses dan

kontrol terhadap sumber ekonomi yang dimiliki.

Diantara hak-hak yang dimiki wanita adalah hak atas harta. Harta

mempunyai kedudukan yang sangat tinggi dalam kehidupan manusia. Karena

itu manusia harus berusaha mendapatkannya dengan pengolahan seluruh isi

bumi dan mengadakan penelitian untuk mencari sumber kekayaan alam

tersebut29.

Allah berfirman dalam surat Al-Mulk ayat 15;

مناكبها وكلوا هو الذي جعل لكم الأرض ذلولا فامشوا فيورشه النإليقه وزمن ر

Artinya :“Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di seluruh penjurunya dan makanlah sebagian sebagaian rizkinya”.30 ( Al-Mulk: 15 )

Islam telah menetapkan kedudukan wanita atau perempuan

sedemikian rupa pada sisi pertanggungjawaban secara umum dan khusus,

kemudian dari segi penuntutan pengetahuan segala sesuatu yang dibutuhkan

bagi pelaksanan tanggung jawab tersebut. Dari sisi pemberian kesempatan

yang seluasnya untuk berjihad dan berperang serta dari sisi perolehan hak dan

dalam harta warisan, maka irrasional jika kemudian Islam meniadakan hak

29 Sayid Sabiq, Unsur-Unsur Dinamika Dalam Islam, Terj. Anashirul Quwwah Fil Islam, (alih bahasa, HaryonoS. Yusuf), Bandung: PT. Intermasa, Cet-I, 1981, hlm. 96 30 QS. Al-Mulk: 15

Page 13: bab II bur - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1...4 Abdul Hadi, Fiqih Munakahat, Semarang: Duta Grafika, 1989, Seri I, hlm. 102

36

atas perempuan yang melakukan kontrak ( perjanjian ) sipil dibidang

perjualbelian31.

Islam membolehkan wanita untuk memiliki sesuatu dan bertindak atas

hak miliknya itu. Wanita dibolehkan pula mewakilkan urusannya kepada

orang lain, atau dirinya dijamin orang lain. Semua kebolehan itu persis seperti

yang diberikan kepada laki-laki, hingga karenanya kita tidak menjumpai

seorang ahli fiqih Islam pun berpendapat, bahwa ayat-ayat yang berkenaan

dengan segala tingkah laku keuangan hanya dikhususkan bagi laki-laki tidak

untuk wanita32.

Islam menghapuskan tradisi yang diberlakukan atas kaum wanita

berupa pelanggaran atau pembatasan untuk membelanjakan harta yang mereka

miliki dan kesewenang-wenangan suami terhadap istri dalam masalah harta.

Islam menetapkan hak pemilikan atau pembelanjaan atas harta kepada kaum

wanita, juga menerima wasiat dan warisan seperti halnya kaum pria. Bahkan

kaum wanita memiliki penuh atas mahar dan nafkah, meskipun mereka berasal

dari keluarga mampu, dan tidak kalah pentingnya, kaum wanita berhak

mempertahankan kekayaan yang ada di tangan mereka atas nama diri mereka

sendiri melalui jalur pengadilan dan upaya-upaya lain yang disyariatkan33.

Dalam Islam seorang wanita juga berhak memilih suami dan berhak

meminta cerai jika dia memang tidak menyukai suaminya, walaupun dia tidak

dirugikan oleh suaminya dengan syarat dia mengembalikan apa yang dia

31 Dadang S. Anshori dan Engkos Kosasih (eds), Membincangkan Feminisme: Refleksi Muslimah Atas Peran Sosial kaum Wanita, Bandung: Pustaka Hidayah, Cet-I, 1997, hlm.82 32 Ibid.,. 33 Ibid.,

Page 14: bab II bur - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1...4 Abdul Hadi, Fiqih Munakahat, Semarang: Duta Grafika, 1989, Seri I, hlm. 102

37

ambil dari suaminya dengan ketetapan dari suami atau hakim setelah

dibuktikan bahwa dia benar-benar sudah tidak menyukai suaminya34.

Mengenai perceraian,pria mempunyai hak dan wanita mempunyai hak

yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang baik. Akan tetapi,

pria mempunyai satu tingkat kelebihan dibanding wanita. Yang penting disini

adalah bahwa wanita memiliki hak dan apa pun yang terjadi harus dipenuhi

dengan adil. Tampak bahwa, dalam berbagai masalah perceraian yang

kompleks atau sulit, seorang pria sedikit diuntungkan, barangkali karena

ditetapkan bahwa ia harus bertanggung jawab menafkahi wanita, entah

pasangan suami istri masih bersatu atau sudah bercerai35.

Demikianlah Islam telah memberikan derajat kepada wanita dalam

kedudukannya sebagai manusia yang sempurna kemanusiaannya sejak awal

Nur Islam menyirami bumi.

Dalam masalah warisan, wanita sama kedudukannya dengan laki-laki,

wanita juga berhak mewarisi harta peninggalan si mayit, sebagaimana yang

tercantum dalam surah An-Nisa ayat 7 yang berbunyi:

ب مما ترك الوالدان واألقربون وللنساء نصيب للرجال نصيمما ترك الوالدان واألقربون مما قل منه أو كثر نصيبا

مفروضا

34 Abu Syiqqah dan Abdul Halim, op. cit., hlm. 32 35 lynn Wilcox, Wanita dan Al Qur’an dalam Persepektif Sufi, Terj. DICTIA Women and the Holy Qur’an: A Sufi Persepective, Bandung: Pustaka Hidayah, Cet-I, 2001, hlm . 132

Page 15: bab II bur - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1...4 Abdul Hadi, Fiqih Munakahat, Semarang: Duta Grafika, 1989, Seri I, hlm. 102

38

Artinya: “ Bagi seorang laki-laki ada hak bagian dari harta peningalan ibu bapak dan kerabatnya, dan bagi seorang wanita ada hak bagian ( pula ) dari harta peningglan ibu bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menrut bagian yang telah ditetapkan” 36.( An-Nisa: 7 )

Jadi harta yang diperoleh wanita melalui warisan, adalah hak penuh

mereka sendiri. Mereka berhak menafkahkannya, memperdagangkannya dan

lain-lain. Mahar, harta warisan, hibah, dan harta bawaan, tidak termasuk harta

rumah tangga atau harta dalam perkawinan, semuanya merupakan milik

pribadi si istri, dia berhak mengontrol terhadap sumber ekonomi yang

dimilikinya itu37.

Di samping mempunyai hak, wanita juga mempunyai kewajiban

dalam rumah tangga terhadap suami, dan anak. Istri mempunyai kewajiban

bersama dengan suami. Dalam hal ini, kewajiban suami-istri bukan berarti

harus selalu sama. Maksudnya keseimbangan hak-hak dan kewajiban suami-

istri adalah terciptanya hubungan saling menguntungkan, satu sama lainnya

harus saling melengkapi. Karenanya, pekerjaan-pekerjaan yang hanya bisa

dilakukan oleh kaum lelaki, maka sang suami harus mengambil alihnya,

beigtu juga sebaliknya. Dengan demikian keduanya mempunyai kewajiban

yang sama dan pekerjaan yang sama38.

Sebagaimana Allah menjelaskan mengenai kewajiban Istri (wanita)

kepada suaminya, yaitu39:

a. Menjaga diri dan harta suaminya, berdasarkan firman Allah:

36 QS. An-nisa: 7 37Dadang S. Anshori dan Engkos Kosasih (eds). Op. cit, hlm. 85 38 Abd al-‘Adzim Ma’ani dan Ahmad al-Ghundur, Hukum-Hukum dari Al-Qu’an dan Hadis Secara Etimologi, Sosial dan Syariat, Jakarta: Pustaka Firdaus, Cet-II, 2003, hlm. 109 39 Ibid., hlm.112

Page 16: bab II bur - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1...4 Abdul Hadi, Fiqih Munakahat, Semarang: Duta Grafika, 1989, Seri I, hlm. 102

39

فظ اللها حب بميللغ افظاتح اتقانت اتالحفالص

Artinya: “sebab itu maka wanita yang shaleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada oleh karena Allah telah memelihara mereka”. ( An-Nisa: 34 )40

Dengan demikian istri sholehah adalah istri yang mampu menjaga

apa-apa yang ada di rumah mereka baik berupa harta suaminya maupun

rahasia rumah tangga mereka.

b. Taat, berdasarkan firman-nya:

الرجال قوامون على النسا

“Kaum laki-laki itu pemimpin bagi kaum wanita”. Ayat ini

mewajibkan kepada istri untuk menaati suaminya, karena sifat

pemimpin itu harus ditaati.

c. Bersedia dihukum ( jika bersalah ) sesuai dengan syar’i. Hal ini di

dasarkan pada firman Allah yang berbunyi:

...شافون نخالالتي تفي و نوهرجاهو نفعظوه نهوز

هنليوا عغبفال ت كمنفإن أطع نوهرباضاجع وضالم

سبيال إن الله كان عليا كبريا

40 QS. An-nisa: 34

Page 17: bab II bur - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1...4 Abdul Hadi, Fiqih Munakahat, Semarang: Duta Grafika, 1989, Seri I, hlm. 102

40

Artinya: “ Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya41, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka kemudian jika mereka menaatinya, maka janganlah kalian mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi Lagi Maha Besar”. ( An-Nisa: 34 )42

C. Pandangan Islam Terhadap Hak Perempuan Mencari Nafkah

Islam adalah agama yang mendorong pemeluknya untuk giat bekerja.

Islam membenci pengangguran dan orang-orang yang tidak menghargai

waktu. Islam mengajarkan pemeluknya tekun bekerja, beraktifitas, disiplin,

dan beramal shaleh, demi kebaikan dunia-akhiratnya. .

Tugas pokok wanita (istri) adalah sebagai penanggung jawab utama

dalam masalah-masalah intern rumah tangga. Masalahnya sekarang, dapatkah

wanita berperan atau terlibat dalam pekerjaan di sektor-sektor publik, di luar

rumah meliputi kegiatan sosial, ekonomi, politik, keagamaan dan bidang-

bidang lainnya. Di negara-negara yang masyarakatnya mayoritas muslim

sudah banyak wanita yang yang bekerja diluar rumah. Perubahan cepat yang

terjadi belakangan ini terkait erat dengan kemajuan teknologi, termasuk

teknologi bidang kedokteran. Pertama, perubahan itu berawal dari suatu

momen, semenjak semakin sadar akan beratnya akan tanggungan keluarga

bagi banyak anak. Munculnya usaha KB efektif yang membatasi jumlah dan

mengontrol kelahiran. Pada saat sekarang, kaum ibu umumnya hanya

memiliki dua anak. Dan setelah mereka besar kaum ibu biasanya kembali

41 Nusyuz yaitu meninggalkan kewajiban bersuami istri. Nusyuz dari pihak istri seperti meninggalkan rumah tanpa seizin suaminya. 42 QS. An-nisa: 34

Page 18: bab II bur - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1...4 Abdul Hadi, Fiqih Munakahat, Semarang: Duta Grafika, 1989, Seri I, hlm. 102

41

bekerja secara paruh waktu43. Keterlibatan perempuan dalam bidang

pekerjaan bukan sebagai akibat faktor biologi atau kemajuan teknologi tetapi

dari kodratnya manusia berinisiatif untuk bekerja44.

Al-Qur’an menganjurkan pekerjaan yang mulia dan menjadikannya

sebagai sumber rezeki yang halal. Allah swt berfirman, dalam Surat At-

Taubah ayat 105;

ولهسرو لكممع ى اللهريلوا فسمقل اعون ودرتسون ومنؤالمو إلى عالم الغيب والشهادة فينبئكم بما كنتم تعملون

Artinya : “Dan katakanlah : “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan kembalikan kepada (Allah) Yang Maha Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberikan-Nya kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”.45 ( At-Taubah: 105 )

Berdasarkan firman Allah surat Al- Jumu’ah ayat 10.

وابتغوا من فضل الله فإذا قضيت الصلاة فانتشروا في الأرض واذكروا الله كثريا لعلكم تفلحون

Artinya: “Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”.46 ( Al-Jumu’ah: 10 )

Dari ayat di atas jelas bahwa Allah memerintahkan semua manusia

untuk mencari rizki dimuka bumi tampa ada perbedaan antara perempuan dan

43 Save M. Dagun, psikologi keluarga, Jakarta: Rineka Cipta, Cet II, 2002, hlm144

44 Ibid., 45 QS. At-Taubah: 105 46 QS. Al-Jumu’ah: 10

Page 19: bab II bur - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1...4 Abdul Hadi, Fiqih Munakahat, Semarang: Duta Grafika, 1989, Seri I, hlm. 102

42

laki-laki. Jadi perempuan pun berhak untuk mencari nafkah tanpa harus

mengubah kodratnya sebagai perempuan atau seorang istri tidak melewati

tanggung jawab suami sebagai kepala rumah tangga.

Pada abad dua puluh ini negara-negara maju, misalnya di Inggris

hanya satu di antara 20 keluarga yang masih menyenangi pola peran

tradisional, seperti sang suami bekerja dan si istri tinggal di rumah mengurusi

keluarga dan mengasuh anak. Zaman ini sudah banyak wanita yang bekerja di

luar rumah. Dari tahun ketahun jumlahnya semakin meningkat, terutama di

negara industri47.

Kaum wanita karier pada umumnya menolak anggapan bahwa mereka

menanggung berbagai beban berat karena merangkap dua beban sekaligus.

Apakah naluri keibuannya terganggu oleh karier mereka ? Mereka menjawab,

kami justru menemukan keasyikan tertentu dalm menjalankan tugas sebagi

ibu rumah tangga dan merasa lebih energik di tempat kerja. Argumentasi ini

memang menjadi kontroversi yang sulit ditemukan titik akhir48.

Dalam masyarakat Islam pria dan wanita sama-sama menikmati

kebebasan penuh dalam kegiatan ekonomi. Keduanya memiliki hak untuk

mendapatkan hak milik, melalui berbagai cara yang sah: dengan warisan,

pemberian, gaji buruh, atau dengan jual beli. Wanita sebagaiman pria, dapat

melakukan kontrak , melakukan usaha, mencari kekayaan, meminjamkan dan

meminjam. Setiap pribadi pria dan wanita secara langsung bertanggung jawab

terhadap apa pun utang pribadi yang ia lakukan. Wanita memiliki hak mutlak

47 Save M. Dagun, Maskulin dan Feminim, Jakarta: PT. Rineka Cipta, Cet-I, 1992, hlm. 124 48 Ibid.,

Page 20: bab II bur - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1...4 Abdul Hadi, Fiqih Munakahat, Semarang: Duta Grafika, 1989, Seri I, hlm. 102

43

atas kekayaannya. Karena itu, mereka tidak memikul tanggung jawab

finansial apa pun kecuali kemewahan pribadi, sementara pria di bawah suatu

kewajiban hukum harus menggunakan sebagian kekayaannya untuk

memelihara istri mereka, anak-anak, orang tua, dan saudara perempuan, untuk

membayar mas kawin kepada perempuan, dan untuk menyediakan tunjangan

untuk bekas istri mereka. Sementara wanita tidak memiliki tanggungjawab

seperti halnya laki-laki49.

Dari keluarga, mereka juga menghadapi berbagai hambatan walaupun

ada dukungan. Meskipun keluarga sadar bahwa mereka membutuhkan

tambahan pendapatan, mereka juga sulit menerima peran ganda perempuan.

Di awal usaha, perempuan juga berbeban ganda. Ia harus belajar untuk

memulai usaha, namun tugas dan bebannya sebagi ibu rumah tangga masih

harus dilaksanakan. Dari pihak suami, ada yang mendukung, ada juga yng

kurang mendukung. Suami yang mendukung akan memberi semangat,

dorongan, bantuan dan tidak mengeluh bila pelayanan istri mulai berkurang.

Mereka rela melayani diri sendiri. Meskipun demikian rasa waswas tetap ada.

Suami cemas kalau istrinya berubah, atau rumah tangga dan anak-anak

terabaikan. Beban perempuan bertambah berat bila suaminya kurang setuju.

Dia harus berusaha menyakinkan suaminya bahwa tugas barunya tidak akan

mengurangi kualitas hasil kerjanya di dalam rumah tangga dan mengurus

anaknya. Perempuan juga harus mampu meyakinkan suami bahwa tugas

49 Harun Nasution dan Bahtiar Effendy, Hak Asasi Manusia Dalam Islam, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, Cet-I, 1987, hlm. 253

Page 21: bab II bur - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1...4 Abdul Hadi, Fiqih Munakahat, Semarang: Duta Grafika, 1989, Seri I, hlm. 102

44

barunya dapat dilaksanakannya dan tidak akan mengubah sikapnya pada

suami dan keluarga50.

Dalam Al-Qur’an dijelaskan, wanita dituntut untuk bekerja dan

berusaha apabila ia ingin berbuat sebagaimana laki-laki dalam membelanjakan

di jalan Allah. Allah SWT telah berfirman dalam Al-Qur’an surah Al-Kahfi

ayat 110 yang berbunyi:

.. ركشلا يا والحلا صمل عمعه فليبو لقاء رجرن كان يفم بعبادة ربه أحدا

Artinya: “ Barang siapa berharap perjumpaannya dengan Tuhannya, hendaklah ia mengerjakan amal shaleh dan janganlah ia menyekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhannya”.51 ( Al-Kahfi: 110 )

Dari ayat di atas maka seorang wanita dapat bekerja sebagaimana laki-

laki. Pada zaman Rosulullah saw sudah ada pengusaha wanita yaitu Siti

Khadijah dialah wanita pengusaha kaya raya di kota mekah.

Sebagai muslimah, sudah selayaknya, bahkan wajib, menempatkan

masalah pekerjaan kaum wanita dalam konteks syar’i, bersumber dari dalil-

dalil Al-Qur’an Maupun Hadits Nabi. Dari kedua sumber itu Allah

memuliakan manusia, sehingga seharusnya keduanya dijadikan bekal,

pedoman dan sandaran dalam melakukan setiap aktifitas duniawi ini52.

Setelah menelaah teks-teks syar’I, semakin jelas bahwa pekerjaan

kaum wanita yang terpokok, yang seharusnya menjadi titik sentral semua cita-

50Ari Sunarijati, et al., Perempuan Yang Menuntun, Hlm, 35-36 51 QS. Al-Kahfi: 110 52 Saifuddin Mujtaba’, Isteri Menafkahi Keluarga “ Dilema antara Mencari, Menerima dan Memberi, Surabaya: Pustaka Progressif, Cet-I, 2001, hlm. 25

Page 22: bab II bur - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1...4 Abdul Hadi, Fiqih Munakahat, Semarang: Duta Grafika, 1989, Seri I, hlm. 102

45

citanya diarahkan kepadanya dan ditempatkan dalam kerangka logis

pemikirannya, adalah pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan rumah

tangga, seperti mengurusi suami, mengasuh anak-anak dan mengatur rumah

tangga53.

Islam memberikan hak bekerja bagi kaum wanita sebagaimana hak

bekerja bagi kaum pria. Jadi, tidak satupun pekerjaan yang di halalkan agama

atau di haramkan atas wanita dan hanya diperbolehkan bagi kaum pria saja,

Islam tidak membedakan dalam perbuatan syari’ah (tasyri’) antara pria dan

wanita. Hanya saja berkaitan dengan hak bekerja ini, wanita yang bersuami

misalnya, ia tidak boleh bekerja tanpa persetujuan suami. Sebab, aturan

keluarga dan hak-hak perkawinan menghendaki wanita agar memelihara

kehidupan rumah tangga dan mementingkan kewajiban suami istri54.

Seorang muslim atau muslimat secara syar’i dituntut untuk bekerja,

dengan beberapa alasan. Ia wajib bekerja untuk memenuhi kebutuhan dirinya

sendiri. Ia harus memiliki kekuatan, merasa cukup dengan yang halal,

menjaga dirinya dari kehinaan meminta-minta, menjaga air mukanya agar

tetap jernih , dan menjaga tangannya agar tidak berada di bawah (meminta-

minta). Karenanya, Islam mengharamkan meminta-minta, jika bukan karena

kebutuhan pembebasan yang terpaksa55.

Di tengah kehidupan masyarakat, kita menyaksikan bahwa tidak

sedikit wanita yang bekerja bersama suaminya diladang, bahkan tidak jarang

mengerjakan apa yang seharusnya dikerjakan oleh laki-laki. Persoalannya 53 Ibid., hlm. 26 54 Ibid,, hlm. 119 55 Ibid., hlm.120

Page 23: bab II bur - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1...4 Abdul Hadi, Fiqih Munakahat, Semarang: Duta Grafika, 1989, Seri I, hlm. 102

46

adalah berbaurnya wanita dengan pria. Memang, sebaiknya wanita bekerja

dengan suami, anak, saudara atau muhrimnya. Namun pada kasus-kasus

tertentu, yakni wanita yang bekerja di sektor publik dan dalam keadaan

darurat, seperti karena tidak ada orang yang memberi nafkah kepadanya, atau

karena wanita tersebut menanggung nafkah anak-anaknya, atau karena

suaminya dalam keadaan sakit yang tidak bisa mencukupi nafkah atau

kebutuhan pokok keluarga, maka dalam kondisi demikian diperbolehkan,

selama nilai-nilai kesopanan Islam dalam bergaul dan berpakaian serta berhias

diperhatikan56.

Dengan demikian tidak ada halangan bagi seorang muslimah untuk

bekerja, menjadi pengusaha, membelanjakan hartanya, melakukan transaksi

jual beli dan lain-lain, asal saja dapat menempatkan diri dalam berkarir serta

dapat menjalankan fungsinya sebagai seorang istri terhadap suami, sebagai

seorang ibu terhadap anaknya dan memenej ekonomi dalam rumah tangga.

Asalkan ketika akan bekerja diluar rumah sudah ada komitmen antara suami

dan istri. Dengan adanya komitmen yang sudah disepakati oleh suami dan istri

maka keduanya akan saling memahami. Sehingga menjadi keluarga yang

harmonis dan selalu dilimpahi keberkahan, nikmat dari Allah SWT dan

mensyukurinya.

56 ibid., hlm.123-124