bab ii asi

27
5 BAB II LANDASAN TEORI II. 1. Tinjauan Pustaka II.I.1. Anatomi dan Histologi Payudara Payudara terletak di fascia superficialis yang meliputi dinding anterior thorak. Pada perempuan setelah pubertas payudara membesar dan dianggap berbentuk seperti setengah bulat. Pada wanita dewasa muda payudara terletak diatas costa II sampai VI dan terbentang dari pinggir lateral sternum sampai linea axillaris media. Pinggir lateral atas payudara meluas sampai sekitar pinggir bawah musculus pectoralis major dan masuk ke axilla (Snell, 2006). Gambar 1. Anatomi payudara (IDAI, 2007) Payudara tersusun atas beberapa bagian yaitu : Pada bagian luar terdapat papilla mammae (puting susu) berbentuk kerucut dan mungkin warnanya merah muda, coklat muda atau coklat tua. Bagian paling luar papilla ini ditutupi epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk yang berhubungan langsung dengan kulit di dekatnya (Junqueira, 2007). Daerah berwarna gelap yang mengelilingi puting susu disebut areola. Pada areola terdapat kelenjar-kelenjar kecil yang disebut kelenjar montagomery, menghasilkan cairan berminyak untuk menjaga kesehatan kulit disekitar areola (Roesli, 2000). Payudara tersusun atas lobulus-lobulus dimana setiap lobulus terdiri dari sekelompok alveoli berbentuk kantong, tersusun atas epitel yang aktif mensekresikan

Upload: andika-willy

Post on 24-Nov-2015

12 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

skripsi

TRANSCRIPT

  • 5

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    II. 1. Tinjauan Pustaka

    II.I.1. Anatomi dan Histologi Payudara

    Payudara terletak di fascia superficialis yang meliputi dinding anterior thorak.

    Pada perempuan setelah pubertas payudara membesar dan dianggap berbentuk seperti

    setengah bulat. Pada wanita dewasa muda payudara terletak diatas costa II sampai VI

    dan terbentang dari pinggir lateral sternum sampai linea axillaris media. Pinggir

    lateral atas payudara meluas sampai sekitar pinggir bawah musculus pectoralis major

    dan masuk ke axilla (Snell, 2006).

    Gambar 1. Anatomi payudara (IDAI, 2007)

    Payudara tersusun atas beberapa bagian yaitu :

    Pada bagian luar terdapat papilla mammae (puting susu) berbentuk kerucut dan

    mungkin warnanya merah muda, coklat muda atau coklat tua. Bagian paling luar

    papilla ini ditutupi epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk yang berhubungan

    langsung dengan kulit di dekatnya (Junqueira, 2007). Daerah berwarna gelap yang

    mengelilingi puting susu disebut areola. Pada areola terdapat kelenjar-kelenjar kecil

    yang disebut kelenjar montagomery, menghasilkan cairan berminyak untuk menjaga

    kesehatan kulit disekitar areola (Roesli, 2000).

    Payudara tersusun atas lobulus-lobulus dimana setiap lobulus terdiri dari

    sekelompok alveoli berbentuk kantong, tersusun atas epitel yang aktif mensekresikan

  • 6

    ASI selama menyusui. ASI yang dihasilkan akan dialirkan melalui sistem duktus

    laktiferus menuju sinus laktiferus. Sinus laktiferus merupakan saluran ASI melebar

    dan membentuk kantung disekitar areola yang berfungsi untuk menyimpan ASI

    (Sherwood, 2001).

    Jaringan lemak di sekitar alveoli dan duktus laktiferus menentukan besar

    kecilnya ukuran payudara. Payudara besar atau kecil memiliki alveoli dan sinus

    laktiferus yang sama, sehingga dapat menghasilkan ASI sama banyak. Disekeliling

    alveoli juga terdapat jaringan otot polos yang akan berkontraksi dan memeras keluar

    ASI. Keberadaan hormon oksitosin menyebabkan otot polos tersebut berkontraksi

    (Soetjiningsih, 1997).

    II.I.2. Fisiologi Menyusui

    II.I.2.1. Air susu ibu dan hormon prolaktin

    Setiap kali bayi menghisap payudara akan merangsang ujung saraf sensorik di

    sekitar payudara sehingga merangsang kelenjar hipofisis anterior untuk menghasilkan

    hormon prolaktin. Hormon prolaktin akan menyebabkan sel sekretorik di alveoli

    menghasilkan ASI (Sherwood, 2001).

    Gambar. 2 ASI dan Hormon Prolaktin (http://www.iap.co.id )

    Dari gambar di atas setelah hormon prolaktin dihasilkan, hormon tersebut berada

    di peredaran darah selama 30 menit setelah penghisapan puting. Hormon prolaktin

    dapat merangsang payudara menghasikan ASI untuk minum berikutnya. Sedangkan

    untuk minum yang sekarang, bayi mengambil ASI yang sudah ada (IDAI, 2008).

  • 7

    Makin banyak ASI yang dikeluarkan dari sinus laktiferus, makin banyak

    produksi ASI. Makin sering bayi menyusu makin banyak ASI yang diproduksi.

    Sebaliknya makin jarang bayi menyusu, makin sedikit payudara menghasilkan ASI.

    Jika bayi berhenti menghisap maka payudara akan berhenti menghasikan ASI.

    Prolaktin umumnya dihasilkan pada malam hari, sehingga menyusui pada malam hari

    dapat mempertahankan produksi ASI. Hormon prolaktin juga akan menekan ovulasi,

    sehingga menyusui secara eksklusif akan memperlambat kembalinya fungsi

    kesuburan dan menstruasi. Oleh karena itu menyusui pada malam hari penting untuk

    menunda kehamilan (Soetjiningsih, 1997)

    II.I.2.2. Air susu ibu dan hormon oksitosin

    Hormon oksitosin diproduksi oleh bagian posterior kelenjar hipofisis.

    Hormon tersebut dihasilkan bila ujung saraf sensorik di sekitar payudara dirangsang

    oleh isapan bayi. Oksitosin akan merangsang kontraksi otot di sekeliling alveoli dan

    memeras ASI keluar dari alveoli ke sinus laktiferus yang dapat dikeluarkan oleh bayi

    dan atau ibunya (Sherwood, 2001).

    Gambar. 2 ASI dan Hormon Oksitosin (http://www.iap.co.id )

    Oksitosin dibentuk lebih cepat dibandingkan prolaktin. Keadaan ini menyebabkan

    ASI di payudara akan mengalir untuk dihisap. Oksitosin sudah mulai bekerja saat ibu

    berkeinginan untuk menyusui (sebelum bayi menghisap). Jika reflek oksitosin tidak

    bekerja dengan baik, maka bayi mengalami kesulitan untuk mendapatkan ASI,

    padahal payudara tetap menghasilkan ASI namun tidak mengalir keluar (IDAI, 2008).

  • 8

    Efek penting oksitosin lainnya adalah menyebabkan uterus berkontraksi setelah

    melahirkan. Hal ini membantu mengurangi perdarahan, walapun kadang

    mengakibatkan nyeri. Nyeri diakibatkan karena adanya kontraksi uterus yang

    berfungsi membantu involusi uterus (Cunningham, 2002).

    Keadaan yang dapat meningkatkan hormon oksitosin yaitu perasaan dan

    curahan kasih sayang kepada bayi, celotehan atau tangisan bayi, dukungan ayah

    dalam pengasuhan bayi seperti menggendong bayi ke ibu saat akan disusui atau

    disendawakan, mengganti popok dan memandikan bayi, suami juga dapat membantu

    pekerjaan rumah tangga (Roesli, 2000).

    Beberapa keadaan yang dapat mengurangi produksi hormon oksitosin yaitu rasa

    cemas terhadap perubahan bentuk payudara dan bentuk tubuh, meninggalkan bayi

    karena harus bekerja, ASI tidak mencukupi kebutuhan bayi, rasa cemas, sedih, marah,

    kesal, atau bingung, dan rasa sakit terutama saat menyusui (Depkes RI 2007).

    Tanda dan sensasi reflek oksitosin aktif antara lain sensasi diperah di dalam

    payudara sesaat sebelum menyusui atau pada waktu proses menyusui berlangsung,

    ASI mengalir dari payudara bila ibu memikirkan bayinya, atau mendengar bayinya

    menangis, ASI menetes dari payudara sebelah bila bayi menyusu pada payudara yang

    lainnya, ASI memancar halus ketika bayi melepas payudara pada waktu menyusui,

    Adanya nyeri yang berasal dari kontraksi rahim, kadang diiringi keluarnya darah dari

    vagina selama menyusui di minggu pertama, Hisapan yang lambat, dalam dan

    tegukan bayi menunjukan bahwa ASI mengalir ke dalam mulut bayi (Kristiyanasari,

    2009).

    II.1.3. Air Susu Ibu (ASI)

    II.1.3.1. Pengertian

    ASI manusia adalah suatu suspensi lemak dan protein dalam suatu larutan

    karbohidrat-mineral. Seorang ibu yang menyusui dapat dengan mudah memproduksi

    600 ml ASI perhari (Cunningham, 2002).

  • 9

    II.1.3.2. Komposisi ASI

    Air susu ibu (ASI) mengandung makronutrien yaitu karbohidrat, protein dan

    lemak dan mikronutrien adalah vitamin dan mineral. Air susu ibu hampir 90% terdiri

    dari air. Volume dan komposisi nutrient ASI berbeda untuk setiap ibu bergantung

    dari kebutuhan bayi. Perbedaan volume dan komposisi diatas juga terlihat pada masa

    menyusui (kolostrum, ASI transisi, ASI matang, dan ASI pada penyapihan) (IDAI,

    2008).

    II.1.3.2.1. Komposisi ASI menurut stadium laktasi adalah :

    i. Kolostrum

    Kolostrum adalah ASI khusus berwarna kekuningan, agak kental dan diproduksi

    dalam beberapa hari setelah persalinan. Sekresi kolostrum berlangsung selama kurang

    lebih 5 hari, dan mengalami perubahan menjadi ASI matur 4 minggu setelahnya

    (Cunningham, 2002). Dibandingkan dengan ASI matur, kolostrum mengandung lebih

    banyak mineral dan protein yang sebagian besar terdiri dari globulin, tetapi lebih

    sedikit mengandung gula dan lemak. Antibodi yang terdapat pada kolostrum, dan

    kandungan immunoglobulin A-nya dapat memberikan perlindungan pada bayi baru

    lahir untuk melawan pathogen enterik, kolostrum juga memudahkan perjalanan

    kotoran pertama bayi yang disebut mekonium. Kolostrum membantu proses maturasi

    saluran cerna sehingga dapat mencegah alergi dan intoleransi makanan. Total energi

    kolostrum 58 Kal/100 ml kolostrum. Volume kolostrum sekitar 150-300 ml/24 jam

    (Soetjiningsih, 1997).

    ii. ASI transisi

    ASI transisi merupakan ASI peralihan dari kolostrum menjadi ASI matur. ASI

    transisi ini disekresi dari hari ke-4 sampai hari ke-10 dari masa laktasi, Kadar protein

    dalam ASI transisi semakin rendah sedangkan kadar karbohidrat dan lemak semakin

    tinggi. Volume ASI transisi akan semakin meningkat (Kristiyanasari, 2009).

    iii. ASI matur

    ASI matur merupakan ASI yang disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya dimana

    komposisinya relatif konstan. Pada ibu yang sehat dimana produksi ASI cukup, ASI

  • 10

    ini merupakan makanan satu-satunya yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai

    umur 6 bulan. ASI matur merupakan suatu cairan berwarna putih kekuningan yang

    diakibatkan warna dari garam Ca-caseinat, riboflavin, dan karoten yang terdapat di

    dalamnya. ASI matur ini tidak akan menggumpal jika dipanaskan dan terdapat

    beberapa antimikrobial, antara lain: antibodi terhadap bakteri dan virus, sel (fagosit

    granulosit, makrofag dan limfosit T), enzim, protein (laktoferin, B12 binding

    protein), faktor resisten terhadap stafilokokus, komplemen, interferron producting

    cell, dan hormon-hormon (Soetjiningsih, 1997).

    II.1.3.2.2. Komposisi ASI secara Umum :

    i. Karbohidrat

    Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi sebagai salah satu

    sumber energi bagi otak. Kadar laktosa dalam ASI dua kali lipat dibandingkan

    dengan kadar laktosa dalam susu formula. Penyerapan laktosa ASI lebih baik

    dibandingkan laktosa susu formula atau susu sapi sehingga angka kejadian diare

    intoleransi laktosa pada pemberian ASI lebih sedikit (IDAI, 2008).

    ii. Protein

    Protein dalam ASI lebih banyak terdiri dari protein whey yang lebih mudah

    diserap oleh usus bayi, sedangkan susu sapi lebih banyak mengandung protein casein

    yang lebih sulit dicerna oleh usus bayi. Disamping itu, beta laktoglobulin yaitu fraksi

    dari protein whey yang banyak terdapat di protein susu sapi dan dapat menyebabkan

    alergi tidak terdapat dalam ASI. Kualitas protein ASI lebih baik dibanding susu sapi.

    ASI mempunyai jenis asam amino lebih lengkap dibandingkan susu sapi. Salah satu

    contohnya adalah taurin. Taurin diperkirakan mempunyai peranan pada

    perkembangan otak karena protein ini ditemukan dalam jumlah cukup tinggi pada

    jaringan otak yang sedang berkembang. Kadar taurin dalam susu formula hanya

    sedikit dibandingkan susu sapi. Jumlah dan kualitas nukleutida ASI lebih banyak dan

    lebih bagus dibanding susu sapi. Nukleutida ini memiliki peranan dalam

    meningkatkan pertumbuhan dan kematangan usus, merangsang pertumbuhan bakteri

  • 11

    baik dalam usus dan meningkatkan penyerapan besi dan daya tahan tubuh

    (Soetjiningsih, 1997).

    iii. Lemak

    Kadar lemak dalam ASI lebih tinggi dibandingkan dengan susu sapi dan susu

    formula. Kadar lemak yang tinggi ini dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan

    otak yang cepat selama masa bayi. Lemak omega 3 dan omega 6 yang berperan

    dalam perkembangan otak bayi banyak ditemukan dalam ASI. Disamping itu ASI

    juga banyak mengadung asam lemak rantai panjang diantaranya asam

    dokosaheksanoik (DHA) dan asam arakidonat (ARA) yang berperan terhadap

    perkembangan jaringan saraf dan mata. Susu sapi tidak mengandung DHA dan ARA

    oleh karena itu hampir semua susu formula ditambahkan DHA dan ARA, tetapi DHA

    dan ARA yang ditambahkan ke dalam susu formula tidak sebaik yang terdapat dalam

    ASI (IDAI, 2008).

    iv. Vitamin

    Semua vitamin terkandung dalam ASI manusia, tetapi dalam jumlah bervariasi,

    dan pemberian makanan pada ibu akan meningkatkan sekresinya (Cunningham,

    2002).

    v. Mineral

    Kadar mineral dalam ASI tidak begitu dipengaruhi oleh makanan yang

    dikonsumsi ibu dan tidak pula dipengaruhi status gizi ibu. Mineral di dalam ASI

    memiliki kualitas lebih baik dan lebih mudah diserap dibandingkan dengan mineral

    dalam susu sapi. Mineral utama yang terdapat dalam ASI adalah kalsium yang

    berfungsi untuk pertumbuhan jaringan otot dan tulang, transmisi jaringan saraf dan

    faktor pembekuan darah. Kandungan zat besi baik dalam ASI maupun susu formula

    keduanya rendah serta bervariasi, namun zat besi dalam ASI lebih mudah diserap.

    Kandungan mineral zink ASI jauh lebih rendah dari susu formula, tetapi tingkat

    penyerapannya lebih baik. Penyerapan zink dalam ASI, susu sapi, dan susu formula

    berturut-turut 60%, 43-50%,, dan 27-32%. Mineral dalam ASI yang kadarnya lebih

  • 12

    tinggi dibanding susu formula adalah selenium, yang sangat dibutuhkan pada saat

    pertumbuhan anak cepat (Soetjiningsih, 1997).

    II.1.4. Keunggulan ASI dan Manfaat Menyusui

    Keunggulan dan manfaat menyusui dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu: aspek

    gizi, aspek imunologik, aspek psikologi, aspek kecerdasan, neurologis, ekonomis dan

    aspek penundaan kehamilan (Kristiyanasari, 2009).

    II.1.4.1. Manfaat ASI Bagi Bayi.

    i. Manfaat Kolostrum

    Beberapa manfaat kolostrum untuk bayi diantaranya kolostrum mengandung zat

    kekebalan terutama IgA untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi

    terutama diare, mengandung protein, vitamin A yang tinggi dan mengandung

    karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-

    hari pertama kelahiran. Membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang

    pertama berwarna hitam kehijauan, jumlah kolostrum yang bervariasi walaupun

    sedikit namun cukup untuk memenuhi gizi bayi (Soetjiningsih, 1997).

    ii. Aspek Psikologik

    Saat proses menyusui terjadi kontak langsung antara ibu dan bayi sehingga

    timbul ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi. Bayi akan merasa aman dan puas

    karena bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut jantung ibu yang

    sudah dikenal sejak masih dalam rahim. Adanya interaksi tersebut penting untuk

    pertumbuhan dan perkembangan psikologik bayi (Kristiyanasari, 2009).

    iii. Aspek Kecerdasan

    Interaksi ibu-bayi dan kandungan gizi ASI sangat dibutuhkan untuk

    perkembangan sistem syaraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi.

    Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI secara eksklusif

    memiliki IQ point 4.3 point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 point lebih tinggi

    pada usia 3 tahun, dan 8.3 point lebih tinggi pada usia 8.5 tahun, dibandingkan

    dengan bayi yang tidak diberi ASI (IDAI, 2008).

  • 13

    II.1.4.2. Manfaat ASI Bagi Ibu.

    i. Aspek kontrasepsi

    Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan kehamilan.

    Penghisapan puting payudara akan menghambat sekresi LH dan FSH. Dengan

    demikian menyusui mencegah ovulasi dan berfungsi sebagai cara mencegah

    kehamilan walaupun tidak 100% efektif sebagai alat kontrasepsi (Sherwood, 2001).

    ii. Aspek Kesehatan Ibu

    Isapan bayi pada puting ibu merangsang keluarnya hormon oksitosin yang

    membantu involusi uterus dan mencegah perdarahan pasca persalinan. Penundaan

    haid dan pencegahan perdarahan pasca persalinan dapat mengurangai kejadian

    anemia defisiensi besi. Penelitian membuktikan menyusui bayi secara eksklusif dapat

    menurunkan angka kejadian kanker payudara dan ovarium sebanyak 25 %

    (Cunningham, 2002).

    iii. Aspek Penurunan Berat Badan

    Ibu yang menyusui bayinya secara eksklusif ternyata dapat lebih mudah dan

    cepat kembali ke berat badan semula seperti sebelum hamil (Roesli, 2000).

    II.1.4.3. Manfaat ASI Bagi Keluarga.

    Memberikan ASI secara eksklusif dapat menghemat pengeluaran dana keluarga

    karena keluarga tidak memerlukan dana tambahan untuk membeli susu formula selain

    itu menyusui sangat praktis. Karena dapat diberikan kapan saja dan dimana saja

    keluarga tidak perlu menyiapkan air masak, botol, dan dot yang harus dibersihkan

    terlebih dulu (Kristiyanasari, 2009).

    II.1.4.4. Manfaat ASI Bagi Negara.

    Adanya faktor protektif dan zat nutrisi yang sesuai dalam ASI menjamin status

    gizi bayi baik dan dapat menghindari bayi dan anak dari penyakit infeksi misalnya

    diare, otitis media, dan infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah sehingga akan

    menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi selain itu dapat pula menghemat

    subsidi rumah sakit dan menghemat devisa Negara karena anak yang mendapatkan

  • 14

    ASI lebih jarang dirawat di rumah sakit dari pada bayi yang di beri susu formula. Jika

    semua ibu menyusui diperkirakan dapat menghemat devisa Negara yang seharusnya

    digunakan untuk membeli susu (Kristiyanasari, 2009).

    II.1.5. ASI Eksklusif

    II.1.5.1. Pengertian

    Pemberian ASI eksklusif adalah hanya memberikan air susu ibu saja tanpa

    makanan atau minuman lain sejak lahir hinga bayi berusia enam bulan (MENEGAP,

    2007) Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) dan UNICEF merekomendasikan

    menyusui eksklusif sejak lahir selama enam bulan pertama hidup anak, dan tetap

    disusui bersama pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang cukup sampai

    berusia dua tahun atau lebih.

    II.1.6. Menyusui

    II.I.6.1. Pengertian menyusui

    Menyusui adalah proses pemberian ASI kepada bayi untuk memenuhi kebutuhan

    nutrisinya (Hait, 2003).

    II.1.6.2. Langkah-langkah sukses menyusui 6 bulan pertama

    IDAI (2008), menyatakan bahwa untuk memaksimalkan manfaat menyusui, bayi

    sebaiknya disusui selama 6 bulan pertama. Beberapa langkah yang dapat

    mensukseskan menyusui secara eksklusif selama 6 bulan pertama, antara lain :

    i. Biarkan bayi menyusu sesegera mungkin setelah bayi lahir terutama dalam 1

    jam pertama (inisiasi menyusui dini), karena bayi baru lahir sangat aktif dan

    tanggap dalam 1 jam pertama dan setelah itu akan mengantuk dan tertidur. Proses

    menyusui dimulai segera setelah lahir dengan membiarkan bayi diletakan di dada

    ibu sehingga terjadi kontak antara kulit ibu dan bayi. Bayi akan mulai merangkak

    untuk mencari puting ibu dan menghisapnya. Kontak kulit dengan kulit ini akan

    merangsang aliran ASI, membantu ikatan batin (bonding) ibu dan bayi serta

    perkembangan bayi.

  • 15

    ii. Meyakinkan ibu bahwa ASI adalah makanan pertama dan satu-satunya bagi

    bayi. Tidak ada makanan atau cairan lain (seperti gula, air, susu formula) yang

    diberikan karena akan menghambat keberhasilan proses menyusui.

    iii. Susui bayi sesuai kebutuhannya sampai puas. Bila bayi puas, maka ia akan

    melepaskan puting dengan sendirinya.

    iv. Bayi melekat dengan benar pada payudara sehingga ia menyusu secara efektif.

    v. Lingkungan mendukung kegiatan menyusui.

    II.1.6.3. Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui

    WHO dan UNICEF telah mengeluarkan pernyataan bersama pada tahun 1989

    tentang sepuluh langkah menuju keberhasilan menyusui berupa perlindungan,

    promosi dan dukungan untuk menyusui di fasilitas pelayanan ibu bersalin

    (MENEGPP, 2007).

    Sepuluh langkah menuju keberhasilan menyusui sebagai berikut :

    i. Sarana pelayanan kesehatan mempunyai kebijakan tentang penerapan 10 langkah

    menuju keberhasilan menyusui dan melarang promosi MPASI (makanan

    pendamping ASI).

    ii. Sarana pelayanan kesehatan melakukan pelatihan untuk staf sendiri atau staf

    lainnya.

    iii. Menyiapkan ibu hamil untuk mengetahui manfaat ASI dan langkah keberhasilan

    menyusui. Memberikan konseling apabila ibu penderita infeksi HIV positif

    iv. Melakukan kontak dan inisiasi menyusui dini bayi baru lahir (1/2-1 jam setelah

    lahir).

    v. Membantu ibu melakukan teknik menyusui yang benar (posisi pelekatan tubuh

    bayi dan pelekatan mulut bayi pada payudara).

    vi. Hanya memberikan ASI saja tanpa minuman pralaktal sejak bayi lahir.

    vii. Melaksanakan rawat gabungan ibu dan bayi.

    viii. Melaksanakan pemberian ASI sesering dan semau bayi.

    ix. Tidak memberikan dot atau kempeng.

    x. Menindak lanjuti ibu-bayi setelah pulang dari sarana pelayanan kesehatan.

  • 16

    II.1.6.4. Teknik Menyusui

    Agar proses menyusui dapat berjalan dengan lancar seorang ibu harus mempunyai

    keterampilan menyusui agar ASI dapat mengalir dari payudara ibu ke mulut bayi

    secara lancar, keterampilan menyusui yang baik meliputi posisi menyusui dan

    pelekatan bayi pada payudara yang tepat (IDAI, 2008).

    i. Posisi Menyusui

    Posisi menyusui haruslah senyaman mungkin. Posisi badan ibu saat menyusui

    dapat dengan posisi duduk, posisi tidur terlentang, dan posisi tidur miring. Seperti

    pada gambar 4. Posisi pertama yaitu jaga bayi di perut ibu sampai kulit bayi dan kulit

    ibu saling bersentuhan. Biarkan tubuhnya menghadap ke arah ibu, dan letakkan

    kepala bayi pada siku ibu. Posisi kedua satu lengan mendukung tubuh bayi dan yang

    lain mendukung kepala. Posisi menyusui ini bagus untuk bayi prematur atau ibu

    dengan puting payudara kecil. Posisi ketiga yaitu ibu berbaring miring dan pastikan

    perut bayi menyentuh tubuh ibu. Posisi keempat caranya, pegang bayi di samping ibu

    dengan kaki di belakang ibu dan bayi terselip di bawah lengan ibu, seolah-olah ibu

    sedang memegang bola (Rumah bunda, 2011).

    Bila Posisi tubuh benar maka akan tampak posisi muka bayi menghadap

    payudara, perut atau dada bayi melekat pada perut atau dada ibu, seluruh badan bayi

    menghadap ke badan ibu sehingga telinga bayi membentuk garis lurus dengan lengan

    bayi dan leher bayi, seluruh punggung bayi tersanggah dengan baik, ada kontak mata

    antara ibu dan bayi, kepala terletak di lengan bukan di daerah siku (IDAI, 2008).

    Gambar.4 Posisi Menyusui (www. rumahbunda.com)

    1

    4

    3

    2

  • 17

    Jika posisi menyusui tidak benar akan tampak leher bayi terputar dan cenderung

    kedepan, badan bayi menjauhi badan ibu, badan bayi tidak menghadap ke badan ibu,

    hanya leher dan kepala yang tersanggah, tidak ada kontak mata antara ibu dan bayi

    (DEPKES RI, 2007)

    Jika bayi tidak melekat dengan baik maka akan menimbulkan luka dan nyeri pada

    puting susu dan payudara akan membengkak karena ASI tidak dikeluarkan secara

    efektif, bayi merasa tidak puas dan ingin menyusu dengan sering dan lama, bayi akan

    mendapat ASI sangat sedikit dan berat badan bayi tidak naik dan lambat laun ASI

    akan mengering. Beberapa penyebab posisi menyusui kurang baik diantaranya

    penggunaan asupan botol dilakukan sebelum menyusui dimantapkan sebagai

    tambahan setelah menyusui, ibu tidak berpengalaman karena bayi yang dilahirkan

    merupakan bayi pertama, pemberian asupan botol sebelumnya, kesulitan fungsional

    meliputi bayi kecil atau lemah, puting dan sekitarnya kurang lentur, payudara

    bengkak, terlambat dalam memulai menyusui bayi, kurang trampil karena kurangnya

    bantuan tradisional dan dukungan masyarakat, dokter, perawat, bidan tidak dilatih

    memberi bantuan (DEPKES RI, 2007)

    II.1.6.5. Lama dan Frekuensi Menyusui

    Bayi sebaiknya disusui sesering dan selama bayi menginginkannya bahkan pada

    malam hari. Menyusui pada malam hari membantu mempertahankan suplai ASI

    karena hormon prolaktin dikeluarkan terutama pada malam hari (IDAI, 2008)

    menyusui pada malam hari juga sangat berguna bagi ibu yang sedang bekerja, karena

    dengan sering menyusui pada malam hari akan meningkatkan produksi ASI dan dapat

    menunda kehamilan. Hormon prolaktin terutama disekresikan pada malam hari

    dimana hormon tersebut dapat menghambat ovulasi sehingga berfungsi untuk

    kontrasepsi alami (Soetjiningsih, 1997)

    II.1.6.6. Menurut Siregar (2004), Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian

    ASI, antara lain :

    Pengetahuan mengenai ASI eksklusif

    Dukungan suami

  • 18

    Promosi susu formula dan makanan tambahan ASI

    Sosial budaya, ekonomi (pendidikan formal ibu, pendapatan keluarga, status kerja

    ibu)

    Faktor psikologis (takut kehilangan daya tarik sebagai wanita, tekanan batin)

    Kurangnya petugas kesehatan sehingga masyarakat kurang mendapat

    pengetahuan tentang manfaat pemberian ASI dan dorongan memberikan ASI.

    Kurangnya pemberian cuti kehamilan.

    II.1.7. Kendala Pemberian ASI Eksklusif

    II.1.7.1. Masalah menyusui masa antenatal :

    i. Kurang atau salah informasi

    banyak ibu yang merasa bahwa susu formula sama baiknya atau malah lebih baik

    dari ASI sehingga cepat menambah susu formula bila merasa bahwa ASI kurang.

    Petugas kesehatan pun masih banyak yang tidak memberikan informasi pada saat

    pemeriksaan kehamilan atau saat memulangkan bayi (Kristiyanasari, 2009) sebagai

    contoh, banyak ibu atau petugas kesehatan yang tidak mengetahui bahwa :

    Bayi pada minggu-minggu pertama defekasinya encer dan sering, sehingga

    bayi dikatakan menderita diare dan seringkali petugas kesehatan menyuruh

    menghentikan menyusui. Padahal sifat defekasi bayi yang mendapat

    kolostrum memang demikian karena kolostrum bersifat laksans.

    ASI belum keluar pada saat pertama sehingga bayi dianggap perlu diberikan

    minuman lain. Padahal bayi yang lahir cukup bulan dan sehat mempunyai

    persediaan kalori dan air yang dapat dipertahankan tanpa minuman selama

    beberapa hari. Disamping itu pemberian minuman sebelum ASI akan

    memperlambat pengeluaran ASI oleh karena bayi merasa kenyang dan enggan

    untuk menyusu.

    Karena payudara kecil dianggap kurang menghasilkan ASI. Padahal ukuran

    payudara tidak menentukan apakah produksi ASI cukup atau kurang karena

    ukuran payudara ditentukan oleh banyaknya lemak pada payudara sedangkan

    kelenjar payudara penghasil ASI sama banyaknya walaupun payudara kecil

  • 19

    dan produksi ASI dapat tetap mencukupi apabila manajemen laktasi dilakukan

    dengan baik dan benar.

    ii. Puting susu datar atau terbenam

    Untuk diagnosis puting ada kelainan apa tidak, yaitu dengan cara menjepit daerah

    areola payudara antara ibu jari dan telunjuk dibelakang puting susu. Apabila puting

    menonjol maka puting tersebut normal, tetapi bila puting tidak menonjol berarti

    puting tersebut mengalami inverse/mendatar (Soetjiningsih, 1997).

    Setelah bayi lahir puting susu datar atau terbenam dapat dikeluarkan dengan cara

    susui bayi secepatnya segera setelah lahir saat bayi aktif dan ingin menyusu, susui

    bayi sesering mungkin (misalnya tiap 2-2 jam), ini akan menghindarkan payudara

    terisi terlalu penuh dan memudahkan bayi untuk menyusu, massage payudara dan

    mengeluarkan ASI secara manual sebelum menyusui dapat membantu bila terdapat

    bendungan payudara dan puting susu tertarik ke dalam, pompa ASI yang efekif bukan

    yang berbentuk terompet atau bentuk (squeeze dan bulb) dapat dipakai untuk

    mengeluarkan puting susu pada waktu menyusui (IDAI, 2008)

    II.1.7.2. Masalah menyusui pada masa nifas

    i. Puting payudara nyeri

    Umumnya ibu akan merasa payudaranya terasa nyeri pada awal menyusui.

    Perasaan sakit ini akan berkurang setelah ASI keluar. Bila posisi mulut bayi dan

    puting susu ibu benar, perasaan nyeri akan segera hilang (Kristiyanasari, 2009).

    Cara menangani puting payudara terasa nyeri yaitu pastikan posisi menyusui

    sudah benar, mulailah menyusu pada puting susu yang tidak sakit, untuk membantu

    mengurangi sakit pada puting susu yang sakit, segera setelah menyusui, keluarkan

    sedikit ASI oleskan di puting susu dan biarkan payudara terbuka untuk beberapa saat

    sampai puting susu kering (Soetjiningsih, 1997).

    ii. Puting susu lecet atau puting luka

    Kelainan ini merupakan salah satu kendala dalam proses menyusui. Penyebab

    utama dari puting lecet ini adalah perlekatan yang kurang baik. Bila bayi tidak

    melekat dengan baik, bayi akan menarik puting, mengigit dan menggesek kulit

  • 20

    payudara sehingga menimbulkan rasa yang sangat nyeri dan bila bayi terus menyusu

    akan merusak kulit puting payudara dan menimbulkan luka atau retak pada puting

    (IDAI, 2008).

    Menurut Soetjiningsih (1997), penatalaksanaan puting lecet sebagai berikut :

    Bayi harus disusukan terlebih dulu pada puting yang normal atau yang lecetnya

    sedikit. Untuk menghindari tekanan lokal pada puting, maka posisi menyusui

    harus sering dirubah. Untuk puting yang sakit dianjurkan untuk mengurangi

    frekuensi dan lamanya menyusui.

    Setiap kali habis menyusui bekas ASI tidak perlu dibersihkan, tetapi didiamkan di

    udara agar kering dengan sendirinya. Karena bekas ASI berfungsi sebagai

    pembalut puting dan anti infeksi.

    Jangan mengunakan sabun, alkohol atau zat iritan lain untuk membersihkan

    puting.

    Puting susu bisa dioleskan minyak lanolin atau minyak kelapa yang sudah

    dimasak terlebih dulu.

    Menyusui lebih sering (6-12 kali dalam 24 jam), sehingga payudara tidak terisi

    terlalu penuh dan bayi tidak terlalu lapar sehingga bayi menyusu tidak terlalu

    rakus.

    Lakukan pemeriksaan apakah bayi manderita moniliasis, yang dapat

    menyebabkan lecet pada puting susu ibu. Kalau ditemukan gejala moniliasis

    dapat diberikan nistatin.

    iii. Payudara bengkak

    Pada hari pertama (sekitar 2-4 jam) payudara sering terasa penuh dan nyeri

    disebabkan karena bertambahnya aliran darah ke payudara bersamaan dengan

    dimulainya produksi ASI dalam jumlah banyak (Roesli, 2000)

    Pembengkakan payudara terjadi karena ASI tidak dikeluarkan dengan adekuat,

    sehingga sisa ASI tekumpul pada sistem duktus yang mengakibatkan terjadinya

    pembengkakan. Payudara bengkak ini sering terjadi pada hari ketiga atau keempat

    sesudah ibu melahirkan. Stasis pada pembuluh darah dan limfe akan mengakibatkan

  • 21

    peningkatan tekanan intraduktal, yang akan mempengaruhi berbagai segmen pada

    payudara, sehingga tekanan seluruh payudara meningkat, akibatnya payudara sering

    terasa penuh, tegang, serta nyeri. Kemudian diikuti dengan penurunan produksi ASI

    dan penurunan refleks let down. B.H. yang ketat juga bisa menyebabkan segmental

    engorgement, demikian pula puting yang tidak bersih dapat mengakibatkan sumbatan

    pada duktus (Soetjiningsih, 1997 )

    Penatalaksanaan payudara bengkak adalah susui bayi semau dan sesering

    mungkin tanpa jadwal dan tanpa batas waktu, bila bayi sukar menghisap, keluarkan

    ASI dengan bantuan tangan atau pompa ASI yang efektif, sebelum menyusui untuk

    merangsang reflek oksitosin dapat dilakukan kompres hangat untuk mengurangi rasa

    sakit, massage payudara, massage leher dan punggung, setelah menyusui kompres

    dengan air dingin untuk mengurangi bengkak ( Kristiyanasari, 2009)

    iv. Mastitis atau abses payudara

    Mastitis merupakan peradangan parenkimal kelenjar payudara organisme

    tersering adalah Sthaphylococus aureus. Mastitis memperlihatkan gejala klinis

    payudara nampak merah, bengkak keras, terasa panas dan nyeri sekali. Dapat

    mengenai kedua atau hanya satu payudara. Penyebabnya antara lain puting lecet atau

    saluran ASI tersumbat yang tidak ditatalaksana dengan baik. Abses payudara

    merupakan suatu komplikasi dari mastitis berupa kumpulan nanah yang terlokalisir

    diantara jaringan payudara (Cunningham, 2002).

    Penatalaksanaan mastitis sebagai berikut menyusui diteruskan, pertama bayi

    disusukan pada payudara yang normal selama dan sesering mungkin, agar payudara

    kosong, kemudian beri kompres hangat atau panas, bisa menggunakan shower hangat

    atau lap basah pada payudara yang terkena, rubah posisi menyusui dari waktu-

    kewaktu, yaitu dengan posisi tiduran, duduk atau posisi memegang bola, pakai baju

    atau B.H. yang longgar, istirahat yang cukup dan makan makanan yang bergizi,

    banyak minum sekitar 2 liter perhari, bila sudah dilakukan cara-cara diatas namun

    tidak ada perbaikan setelah 12 jam, maka berikan antibiotik selama 5-10 hari dan

    analgesik (Soetjiningsih, 1997).

  • 22

    Abses payudara memperlihatkan gejala klinis berupa benjolan kemerahan, panas,

    bengkak, dan terasa sangat nyeri. Pada benjolan teraba fluktuasi dan suhu tubuh

    meningkat. Bila dijumpai keadaan ini ibu harus diistirahatkan, ASI tetap dikeluarkan,

    berikan antibiotik, kompres atau berikan obat analgesik (IDAI, 2008).

    II.1.7. 3. Masalah menyusui pada masa nifas lanjut

    Sindrom ASI kurang

    Hampir semua ibu dapat menghasilkan ASI yang cukup untuk satu bahkan dua

    bayi. WHO memperkirakan 98% wanita sacara fisik mampu menghasilkan ASI untuk

    bayi mereka sedikitnya selama 6 bulan. Dua persen wanita lainnya terhambat oleh

    penyakit, terjadinya hambatan secara fisik, atau bayi kesulitan untuk menghisap pada

    saat menyusu. Kurangnya keyakinan akan persediaan ASI membuat para ibu

    menyerah untuk memberikan ASI eksklusif (Welford, 2008).

    Tanda bahwa ASI kurang antara lain pada bulan pertama berat badan bayi

    meningkat kurang dari 300 gram (dalam 1 minggu pertama kelahiran berat badan

    bayi masih boleh turun sampai 10%), pada bulan kedua sampai bulan keenam berat

    badan bayi meningkat kurang dari 500 gram perbulan, bayi belum mencapai berat

    badan lahir dalam waktu 2 minggu, bayi mengeluarkan air seni (urin) yang pekat,

    baunya tajam, atau menyengat, buang air kecil kurang dari 6 kali perhari (Depkes RI,

    2007).

    Tanda bayi mendapatkan ASI cukup yaitu berat badan bayi bertambah sesuai

    usia, bayi menghisap payudara dengan gembira, tidak rewel atau terlalu banyak

    meronta, kotoran bayi lembek. Setelah beberapa minggu, bayi biasanya buang air

    besar beberapa hari sekali ada juga bayi yang buang air besar lebih sering.

    Kandungan dalam ASI membuat bayi yang diberikan ASI eksklusif sangat jarang

    menderita konstipasi, bayi terlihat sigap saat bangun (Welford, 2008). Hal yang dapat

    dilakukan untuk mengatasi masalah ibu yang ASI nya kurang pertama adalah

    menentukan penyebabnya terlebih dulu. Ada beberapa faktor penyebab ASI kurang

    yaitu :

  • 23

    i. Faktor menyusui

    Keadaan ini paling sering dijumpai seperti tidak melakukan inisiasi menyusui

    dini, menjadwalkan pemberian ASI, memberikan minuman lain sebelum memberikan

    ASI terutama jika memberikan minuman tersebut menggunakan botol atau dot,

    kesalahan pada posisi dan perlekatan bayi pada saat menyusu, tidak mengosongkan

    salah satu payudara pada saat menyusui. Sebaiknya ibu tidak menjadwalkan

    pemberian ASI. Menyusui bayi sesering dan sesuai dengan keinginan bayi dapat

    meningkatkan produksi ASI. Menghindari penggunaan botol atau dot pada saat

    memberikan ASI dapat mencegah terjadinya bingung puting yang membuat bayi

    enggan menyusu (Welford, 2008).

    ii. Faktor psikologi ibu

    Ibu yang dari awal merasa tidak yakin mampu memberikan ASI kepada bayinya

    biasanya ASI yang dihasilkan memang sedikit. Stres, khawatir, ketidak bahagiaan ibu

    saat meyusui sangat berperan dalam mensukseskan pemberian ASI eksklusif.

    Dukungan keluarga sangat penting untuk meningkatkan keyakinan ibu bahwa mereka

    mampu memberikan ASI kepada bayinya (Februhartanty, 2009)

    iii. Faktor fisik ibu

    Meliputi penggunaan pil KB mengandung hormon, ibu menyusui yang sedang

    hamil lagi, ibu sakit, kelelahan, peminum alkohol, merokok, atau ibu yang memiliki

    kelainan anatomis payudara dapat mengurangi produk ASI. Ibu yang sedang dirawat

    karena sakit dan tidak adanya indikasi larangan untuk menyusui sebaiknya

    melakukan rawat gabungan dengan bayinya sehingga ibu tetap bisa memberikan ASI.

    Bila ibu merasa tidak bisa meyusui dianjurkan untuk memerah ASI setiap 3 jam dan

    memberikan ASI perah kepada bayinya dengan menggunakan cangkir karena

    pemberian ASI menggunakan botol atau dot akan menyebabkan bingung puting pada

    bayi. Ibu yang sedang menjalani pengobatan harus diyakinkan bahwa obat yang

    diminum tidak membahayakan bayi sehingga ibu tetap bisa memberikan ASI (IDAI,

    2008).

  • 24

    iv. Ibu yang bekerja

    Pekerjaan tidak bisa dijadikan alasan ibu menghentikan pemberian ASI. Ibu yang

    bekerja pun tetap bisa memberikan ASI pada bayinya. beberapa cara agar ibu bekerja

    tetap bisa mamberikan ASI antara lain memerah ASI sebelum bekerja untuk

    persediaan ASI di rumah selama ibu bekerja kemudian ASI bisa di simpan di lemari

    pendingin dan dapat diberikan kepada bayi dengan cangkir selama ibu bekerja, bila

    memungkinkan ibu pulang pada siang hari untuk menyusui jika tidak lakukan

    pemerahan ASI setiap 3-4 jam di tempat kerja, pada saat ibu di rumah sesering

    mungkin ibu menyusui bayinya terutama pada malam hari, keterampilan memerah

    ASI dan merubah jadwal pemberian ASI terutama pada malam hari sebaiknya

    dilakukan satu bulan sebelum kembali bekerja, tidak menggunakan susu formula pada

    hari libur, Minum dan makan makanan bergizi selama ibu bekerja dan menyusui

    (Kristiyanasari, 2009).

    II.1.7. 4. Masalah menyusui pada keadaan khusus

    i. Ibu melahirkan dengan bedah sesar

    Posisi menyusui yang dianjurkan yaitu ibu bisa dalam posisi miring dengan bahu

    dan kepala disanggah oleh bantal, sementara bayi disusukan dengan kakinya ke arah

    ibu, apabila ibu sudah dapat duduk bayi dapat ditidurkan di atas batal di atas

    pangkuan ibu dengan posisi kaki mengarah ke belakang ibu di bawah lengan ibu,

    dengan posisi memegang bola (football position) yaitu ibu terlentang dan bayi berada

    di atas ketiak ibu dengan kaki kearah atas dan tangan ibu memegang bayi

    (Soetjiningsih, 1997).

    ii. Ibu sakit

    a. Ibu penderita hepatitis B atau AIDS (+)

    Ibu yang terkena hepatitis atau AIDS tidak diperbolehkan menyusui bayinya,

    karena dapat menularkan virus ke bayi melalui ASI. Namun demikian pada kondisi di

    Negara berkembang dimana kondisi ekonomi dan lingkungan yang buruk sehingga

    tidak bisa menyediakan makanan pengganti ASI yang baik, pemberian makanan

  • 25

    pengganti ASI justru dapat membahayakan kesehatan dan kehidupan bayi oleh karena

    itu WHO berpendapat pemberian ASI jauh lebih baik daripada makanan pengganti

    ASI (Kristiyanasari, 2009).

    b. Ibu dengan TBC paru

    Bakteri tuberculosis tidak ditularkan melalui ASI sehingga ibu yang menderita

    TBC tetap boleh menyusui bayinya. Sebagai tindakan pencegahan penularan penyakit

    ibu dianjurkan menggunakan masker, bayi diberikan INH dengan dosis penuh

    sebagai profilaksis. Setelah 3 bulan dilakukan tes mantoux kepada bayi jika hasilnya

    negatif maka INH dihentikan dan bayi diberikan vaksin BCG (IDAI, 2008).

    iii. Ibu yang memerlukan pengobatan

    Banyak ibu yang menghentikan memberikan ASI bila meminum obat-obatan

    karena takut obat yang dikonsumsi dapat mempengaruhi ASI. Kadar obat dalam ASI

    tergantung dari masa paruh obat dan rasio obat dalam plasma dan ASI. Beberapa obat

    tidak mencapai ASI. Beberapa obat mungkin mencapai ASI namun tidak

    membahayakan bayi karena tidak diserap oleh usus juga usus bayi. Beberapa obat

    mungkin dapat mencapai ASI diserap oleh usus bayi namun tidak ada efek yang

    membahayakan. Jika harus mengkonsumsi obat sebaiknya menberitahukan atau

    mengingatkan dokter bahwa sedang menyusui (Welford, 2008).

    iv. Menyusui saat hamil

    Terus memberikan ASI pada saat sedang hamil tidak membahayakan ibu maupun

    janinnya namun ibu harus mendapatkan tambahan kalori, vitamin, banyak minum dan

    istirahat yang cukup (Soetjiningsih, 1997).

    II.1.7. 5. Masalah menyusui pada bayi

    i. Bayi bingung puting

    Bingung puting adalah suatu keadaan yang terjadi karena bayi mendapatkan susu

    formula dalam botol berganti-ganti dengan menyusu pada ibu. Bingung puting terjadi

    karena mekanisme menyusu menggunakan botol dan menyusui melalui payudara ibu

    berbeda. Menyusui melalui ibu memerlukan kerja otot-otot pipi, gusi, langit-langit,

    dan lidah sedangkan menyusu melalui botol secara pasif bayi dapat menperoleh susu.

  • 26

    Tanda-tanda bayi bingung puting antara lain bayi menghisap puting seperti

    menghisap botol, menghisap secara putus-putus, bayi menolak menyusu

    (Kristiyanasari, 2009).

    Pencegahan terjadinya bingung puting yaitu jangan mudah mengganti ASI

    dengan susu formula. Bila terpaksa harus menggunakan susu formula sebaiknya

    berikan susu dengan menggunakan sendok, pipet atau cangkir, jangan sekali-sekali

    menggunakan botol dan dot atau memberikan kempeng (Soetjiningsih, 1997).

    ii. Bayi prematur dan bayi berat badan lahir rendah

    Bayi berat lahir rendah terlalu lemah untuk menghisap puting saat menyusu atau

    mereka lelah sebelum menelan ASI (Nelson, 1999) selain itu bayi dengan berat lahir

    rendah atau prematur reflek menghisapnya masih relatif lemah. Oleh karena itu bayi

    kecil harus cepat dan lebih sering dilatih menyusu (Kristiyanasari,2009).

    iii. Bayi kembar

    ASI yang dihasilkan ibu cukup untuk menyusui bayi kembar mereka. Ibu dapat

    menyusui bayi mereka secara bergantian, tetapi ibu juga bisa manyusui bayi mereka

    secara bersamaan. Salah satu posisi yang mudah untuk menyusui bayi kembar adalah

    dengan posisi memegang bola (football position). Jika ibu menyusui secara bersama-

    sama sebaiknya jangan hanya menetap pada satu payudara saja. Walaupun football

    position merupakan cara yang baik ibu juga sebaiknya mencoba posisi lainnya secara

    berganti-gantian (Kristiyanasari, 2009).

    .

    II.1.8. Air Susu Ibu dan Hak Bayi

    Hak anak adalah bagian dari hak azasi yang wajib dijamin, dilindungi, dan

    dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan Negara.

    Mendapatkan air susu ibu (ASI) merupakan salah satu hak azasi bayi yang harus

    dipenuhi. Beberapa alasan yang menerangkan pernyataan tersebut yaitu karena setiap

    bayi memiliki hak dasar atas makanan dan kesehatan terbaik untuk tumbuh kembang

    yang optimal, setiap bayi mempunyai hak dasar atas perawatan dan interaksi

    psikologis untuk kebutuhan tumbuh kembang yang optimal, dengan memberikan ASI

    hak tersebut dapat terpenuhi karena ASI mengandung zat gizi yang sesuai untuk bayi

  • 27

    yang sedang dalam tahap tumbuh kembang terutama 2 tahun pertama, ASI dapat

    meningkatkan daya tahan tubuh bayi, dengan memberikan ASI dapat terjalin interaksi

    psikologis antara ibu dan bayi yang merupakan kebutuhan dasar tumbuh kembang

    bayi (IDAI,2008).

    Untuk mendukung hal tersebut telah dikeluarkan berbagai pengakuan atau

    kesepakatan baik yang bersifat global maupun nasional yang bertujuan melindungi,

    mempromosikan, dan mendukung pemberian ASI dan setiap bayi diseluruh dunia

    memperoleh haknya mendapatkan ASI. Legasi atau kesepakatan tersebut diwujudkan

    dalam bentuk konversi, kode, resolusi WHA (World Health Assembly) dan lainnya

    agar setiap Negara mempunyai komitmen untuk melakukannya. Sedangkan dalam

    tingkat nasional kesepakatan ini diimplementasikan dalam pasal 128 Undang-Undang

    Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, mengamanatkan bayi berhak mendapatkan

    air susu ibu, dan selama pemberian air susu ibu pihak keluarga, pemerintah,

    pemerintah daerah dan masyarakat harus mendukung ibu dan bayi secara penuh

    dengan penyediaan waktu dan fasilitas khusus (MENEGPP, 2010).

    II.1. 9. Dukungan Suami Terhadap Kemauan Ibu Menyusui

    II.1.19. 1. Pengertian

    Menurut Paramitha (2007), dukungan suami sangat diperlukan agar pemberian

    ASI eksklusif bisa tercapai. Oleh karena itu, suami sebaiknya jadi salah satu

    kelompok sasaran dalam kampanye pemberian ASI eksklusif.

    II.1.9.3. Dukungan suami menurut Meiliasari (2002).

    Terdapat tujuh bentuk dukungan yang harus diberikan oleh suami pada ibu yang

    menyusui secara eksklusif, yaitu:

    i. i. Sebagai tim penyemangat

    Suami harus memberikan dukungan penyemangat kepada ibu melalui kalimat-

    kalimat pujian, maupun kata-kata penyemangat. Dengan hal ini ibu akan merasa

    sangat bangga dan senang dapat memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Hal ini

    berkaitan dengan refleks oksitosin. Pernyataan yang mendukung juga disampaikan

  • 28

    oleh Papu (2009), bahwa salah satu dukungan suami terhadap ibu menyusui adalah

    dengan tidak melontarkan kritik terhadap bentuk tubuh istri yang umumnya memang

    menjadi lebih gemuk setelah melahirkan.

    ii. ii. Membantu mengatasi masalah dalam pemberian ASI

    Tidak setiap ibu dapat memberikan ASI dengan lancar. Banyak ibu mengalami

    masalah, mulai dari ASI yang tak keluar, puting payudara lecet, pembengkakan,

    mastitis, stres, dll. Modal utama memecahkan keluhan secara benar adalah jika suami

    atau ibu menguasai teori manajemen menyusui. suami bisa ikut menginformasikan

    hal-hal yang diketahuinya, atau menunjukkan referensi, atau turun tangan langsung

    mengatasinya. Misal, jika payudara istri harus dipijat, dikompres, jika harus berobat,

    bagaimana cara menyimpan ASI perah, dll. Pernyataan yang mendukung juga

    disampaikan oleh Februhartanty (2009), Untuk menguasai hal ini, sebaiknya suami

    ikut pergi ke klinik laktasi sebelum program menyusui dimulai.

    iii. Ikut merawat bayi

    Suami dapat ikut serta dalam merawat bayi dengan membantu mengganti popok

    bayi, menyendawakan bayi setelah menyusui, menggendong bayi, membantu

    memandikan bayi, dan bermain dengan bayi, Pernyataan yang mendukung juga

    disampaikan oleh Papu (2009), menyatakan bahwa suami juga dapat membantu

    merawat anak-anak termasuk kakak si bayi.

    iv. iv. Mendampingi ibu menyusui walaupun tengah malam

    Mendampingi, menemani, ibu yang sedang menyusui merupakan bentuk

    dukungan yang besar artinya. Sebisanya, ikut bangun saat istri terbangun tengah

    malam. Atau jika tak bisa bangun malam, paling tidak jangan tunjukkan ekspresi

    kesal akibat tidur yang terganggu saat bayi menangis lapar di malam hari. Tapi ada

    sebuah rahasia kecil. Pemandangan suami yang terkantuk-kantuk saat menunggui istri

    menyusui, akan sangat menyentuh perasaan istri dan membuat cinta istri semakin

    dalam (Meiliasari, 2002).

    v. v. Melayani ibu menyusui

  • 29

    suami tak bisa memberi makan bayi dengan air susu, tetapi suami dapat 'memberi

    makan' bayi dengan jalan memberi makan ibu. Jadi jika ingin ambil bagian dalam

    aktivitas 'memberi makan' ini, layani istri saat dia kelaparan dan kehausan selagi

    menyusui. Karena menyusui sangat menguras energi, biasanya ibu butuh ekstra

    asupan kalori dan cairan sesudah menyusui. suami bisa membantu membuatkan susu

    hangat, telur dadar, dan camilan lain, atau potongan buah, tanpa perlu diminta, yang

    disajikan untuk istri (Meiliasari, 2002).

    vi. vi. Menyediakan anggaran ekstra

    Hal ini bisa diupayakan bersama istri sejak dalam masa kehamilan. Menyusui

    membutuhkan ekstra dana paling tidak untuk makanan tambahan ibu, suplemen, dan

    peralatan menyusui lainnya (bra menyusui, alat-alat menyimpan ASI perah,dll).

    Tetapi angkanya pasti jauh lebih kecil daripada bayi diberi susu formula (Meiliasari,

    2002).

    vii. vii. Menjaga romantisme

    Diakui atau tidak, kehadiran anak akan sedikit mengusik keintiman suami istri.

    Suami sesekali bisa merasa tersisihkan atau kehilangan romantisme karena istri sibuk

    menjalankan peran orang tua. Terkadang istri juga merasa dirinya kurang seksi dan

    kurang bergairah selagi menyusui, akibat kelelahan dan terlebih bergesernya fungsi

    payudara dari organ seksual menjadi sumber makanan bayi. Jadi penting bagi suami

    untuk tidak berpaling dari istrinya yang sedang menyusui. Pernyataan yang

    mendukung juga disampaikan oleh (Februhartanty, 2009), menyatakan bahwa suami

    harus membantu istri menciptakan suasana romantis atau hal-hal lain yang bisa

    menghangatkan hubungan. Dengan demikian kegiatan menyusui bayi secara eksklusif

    dapat dilaksanakan dengan baik.

  • 30

    II. 2. . Kerangka Teori

    Faktor interna

    Usia ibu

    Pengetahuan

    Sikap

    Pendidikan

    Pekerjaan

    Motivasi

    Psikologi

    Pemberian

    ASI eksklusif

    Faktor eksterna

    Ekonomi

    Dukungan

    Tatalaksana Rumah Sakit

    Kondisi bayi

    Pengawasan pengganti ASI

    Perubahan sosial budaya

  • 31

    II. 3. Kerangka Konsep

    D. Hipotesis

    Ha :

    1. Ada hubungan antara pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI eksklusif

    2. Ada hubungan antara dukungan suami terhadap pemberian ASI eksklusi

    Pengetahuan ibu mengenai

    ASI eksklusif

    Dukungan suami terhadap

    pemberian ASI eksklusif

    Pemberian ASI

    eksklusif