bab ii a

61
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Personal Hygiene 2.1.1 Definisi Menurut Wartonah (2003), personal hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Menurut Perry (2005), personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya. 2.1.2 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Personal Hygiene

Upload: suci-joe-armstrong

Post on 26-Dec-2015

20 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II a

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Personal Hygiene

2.1.1 Definisi

Menurut Wartonah (2003), personal hygiene berasal dari bahasa yunani

yaitu personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan

perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan

seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis.

Menurut Perry (2005), personal hygiene adalah suatu tindakan untuk

memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan

psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu

melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya.

2.1.2 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Personal Hygiene

Menurut Wartonah (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi personal

hygiene adalah:

1. Body image, yaitu gambaran individu terhadap dirinya yang mempengaruhi

kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu

tidak peduli dengan kebersihan dirinya.

2. Praktik sosial, yaitu pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri,

maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.

Page 2: BAB II a

3. Status sosial ekonomi, yaitu personal hygiene memerlukan alat dan bahan

seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat mandi yang semuanya

memerlukan uang untuk menyediakannya.

4. Pengetahuan, yaitu pengetahuan mengenai personal hygiene sangat penting

karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada

pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.

5. Budaya, yaitu pada sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh

mandi.

6. Kebiasaan seseorang, yaitu ada kebiasaan orang yang menggunakan produk

tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.

7. Kondisi fisik atau psikis, yaitu pada keadaan tertentu atau sakit kemampuan

untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

2.1.3. Dampak yang Sering Timbul pada Masalah Personal Hygiene

Dampak yang akan timbul jika personal hygiene kurang adalah (Wartonah,

2003):

1. Dampak fisik, yaitu gangguan fisik yang terjadi karena adanya gangguan

kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan

perorangan dengan baik, adalah gangguan yang sering terjadi adalah gangguan

integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan

telinga dan gangguan fisik pada kuku.

Page 3: BAB II a

2. Dampak psikososial, yaitu masalah-masalah sosial yang berhubungan dengan

personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, aktualisasi diri dan

gangguan interaksi sosial.

2.1.4. Tanda dan Gejala

Menurut Departemen Kesehatan RI (2000), tanda dan gejala individu

dengan kurang perawatan diri adalah:

1. Fisik

a. Badan bau dan pakaian kotor

b. Rambut dan kulit kotor

c. Kuku panjang dan kotor

d. Gigi kotor disertai mulut bau

e. Penampilan tidak rapi

2. Psikologis

a. Malas dan tidak ada inisiatif

b. Menarik diri atau isolasi diri

c. Merasa tak berdaya , rendah diri dan merasa hina

3. Sosial

a. Interaksi kurang

b. Kegiatan kurang

c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma

d. Cara makan tidak teratur, buang air besar dan buang air kecil di sembarang

tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.

2.1.5. Pemeliharaan dalam Personal Hygiene

Page 4: BAB II a

Pemeliharaan personal hygiene diperlukan untuk kenyamanan individu,

keamanan dan kesehatan (Perry, 2005). Personal hygiene meliputi:

a. Kebersihan Kulit

Kebersihan kulit merupakan cerminan kesehatan yang paling pertama

memberikan kesan. Oleh karena itu perlu memelihara kulit sebaik-baiknya.

Pemeliharaan kesehatan kulit tidak dapat terlepas dari kebersihan lingkungan,

makanan yang dimakan serta kebiasaan hidup sehari-hari.

Dalam memelihara kebersihan kulit kebiasaan-kebiasaan yang sehat

harus selalu diperhatikan adalah menggunakan barang-barang keperluan

sehari-hari milik sendiri, mandi minimal 2 kali sehari, mandi memakai sabun,

menjaga kebersihan pakaian, makan yang bergizi terutama banyak sayur dan

buah, dan menjaga kebersihan lingkungan.

b. Kebersihan Rambut

Rambut yang terpelihara dengan baik akan membuat bersih dan indah

sehingga akan menimbulkan kesan bersih dan tidak berbau. Dengan selalu

memelihara kebersihan rambut dan kulit kepala, maka perlu memperhatikan

kebersihan rambut dengan mencuci rambut sekurang-kurangnya 2 kali

seminggu, mencuci rambut memakai sampo/bahan pencuci rambut lainnya, dan

sebaiknya menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut sendiri.

c. Kebersihan Gigi

Menggosok gigi dengan teratur dan baik akan menguatkan dan

membersihkan gigi sehingga terlihat bersih. Hal-hal yang perlu diperhatikan

dalam menjaga kesehatan gigi adalah menggosok gigi secara benar dan teratur

Page 5: BAB II a

dianjurkan setiap sehabis makan, memakai sikat gigi sendiri, menghindari

makan-makanan yang merusak gigi, membiasakan makan buah-buahan yang

menyehatkan gigi dan memeriksa gigi secara teratur.

d. Kebersihan Telinga

Hal yang diperhatikan dalam kebersihan telinga adalah membersihkan

telinga secara teratur, dan tidak mengorek-ngorek telinga dengan benda tajam.

e. Kebersihan Tangan, Kaki, dan Kuku

Seperti halnya kulit, tangan kaki, dan kuku harus dipelihara dan ini tidak

terlepas dari kebersihan lingkungan sekitar dan kebiasaan hidup sehari-hari.

Tangan, kaki, dan kuku yang bersih menghindarkan kita dari berbagai

penyakit. Kuku dan tangan yang kotor dapat menyebabkan bahaya kontaminasi

dan menimbulkan penyakit-penyakit tertentu. Untuk menghindari bahaya

kontaminasi maka harus membersihkan tangan sebelum makan, memotong

kuku secara teratur, membersihkan lingkungan, dan mencuci kaki sebelum

tidur.

2.1.6. Hal- Hal yang mencakup Personal Hygiene

Kegiatan-kegiatan yang mencakup personal hygiene adalah:

a. Mandi

Mandi merupakan bagian yang penting dalam menjaga kebersihan diri.

Mandi dapat menghilangkan bau, menghilangkan kotoran, merangsang

peredaran darah, memberikan kesegaran pada tubuh. Sebaiknya mandi dua kali

Page 6: BAB II a

sehari, alasan utama ialah agar tubuh sehat dan segar bugar. Mandi membuat

tubuh kita segar dengan membersihkan seluruh tubuh kita (Stassi, 2005).

Menurut Irianto (2007), urutan mandi yang benar adalah seluruh tubuh

dicuci dengan sabun mandi. Oleh buih sabun, semua kotoran dan kuman yang

melekat mengotori kulit lepas dari permukaan kulit, kemudian tubuh disiram

sampai bersih, seluruh tubuh digosok hingga keluar semua kotoran atau daki.

Keluarkan daki dari wajah, kaki, dan lipatan- lipatan. Gosok terus dengan

tangan, kemudian seluruh tubuh disiram sampai bersih sampai kaki.

b. Perawatan mulut dan gigi

Mulut yang bersih sangat penting secara fisikal dan mental seseorang.

Perawatan pada mulut juga disebut oral hygiene. Melalui perawatan pada

rongga mulut, sisa-sisa makanan yang terdapat di mulut dapat dibersihkan.

Selain itu, sirkulasi pada gusi juga dapat distimulasi dan dapat mencegah

halitosis (Stassi, 2005).

Kesehatan gigi dan rongga mulut bukan sekedar menyangkut kesehatan

di rongga mulut saja. Kesehatan mencerminkan kesehatan seluruh tubuh.

Orang yang giginya tidak sehat, pasti kesehatan dirinya berkurang. Sebaliknya

apabila gigi sehat dan terawat baik, seluruh dirinya sehat dan segar bugar.

Menggosok gigi sebaiknya dilakukan setiap selesai makan. Sikat gigi jangan

ditekan keras-keras pada gigi kemudian digosokkan cepat-cepat. Tujuan

menggosok gigi ialah membersihkan gigi dan seluruh rongga mulut.

Dibersihkan dari sisa-sisa makanan, agar tidak ada sesuatu yang membusuk

dan menjadi sarang bakteri (Irianto, 2007).

Page 7: BAB II a

c. Cuci tangan

Tangan adalah anggota tubuh yang paling banyak berhubungan dengan

apa saja. Kita menggunakan tangan untuk menjamah makanan setiap hari.

Selain itu, sehabis memegang sesuatu yang kotor atau mengandung kuman

penyakit, selalu tangan langsung menyentuh mata, hidung, mulut, makanan

serta minuman. Hal ini dapat menyebabkan pemindahan sesuatu yang dapat

berupa penyebab terganggunya kesehatan karena tangan merupakan perantara

penularan kuman (Irianto, 2007).

Berdasarkan penelitan WHO dalam National Campaign for

Handwashing with Soap (2007) telah menunjukkan mencuci tangan pakai

sabun dengan benar pada 5 waktu penting yaitu sebelum makan, sesudah buang

air besar, sebelum memegang bayi, sesudah menceboki anak, dan sebelum

menyiapkan makanan dapat mengurangi angka kejadian diare sampai 40%.

Cuci tangan pakai sabun dengan benar juga dapat mencegah penyakit menular

lainnya seperti tifus dan flu burung.

Langkah yang tepat cuci tangan pakai sabun adalah seperti berikut

(National Campaign for Handwashing with Soap, 2007):

1. Basuh tangan dengan air mengalir dan gosokkan kedua permukaan tangan

dengan sabun secara merata, dan jangan lupakan sela-sela jari.

2. Bilas kedua tangan sampai bersih dengan air yang mengalir.

3. Keringkan tangan dengan menggunakan kain lap yang bersih dan kering.

Page 8: BAB II a

d. Membersihkan Pakaian

Pakaian yang kotor akan menghalangi seseorang untuk terlihat sehat dan

segar walaupun seluruh tubuh sudah bersih. Pakaian banyak menyerap

keringat, lemak dan kotoran yang dikeluarkan badan. Dalam sehari saja,

pakaian berkeringat dan berlemak ini akan berbau busuk dan menganggu.

Untuk itu perlu mengganti pakaian dengan yang besih setiap hari. Saat tidur

hendaknya kita mengenakan pakaian yang khusus untuk tidur dan bukannya

pakaian yang sudah dikenakan sehari-hari yang sudah kotor. Untuk kaos kaki,

kaos yang telah dipakai 2 kali harus dibersihkan. Selimut, sprei, dan sarung

bantal juga harus diusahakan supaya selalu dalam keadaan bersih sedangkan

kasur dan bantal harus sering dijemur (Irianto, 2007).

2.1.7. Tujuan Personal Hygiene

Menurut Wartonah (2003), tujuan dari personal hygiene adalah untuk

meningkatkan derajat kesehatan, memelihara kebersihan diri, memperbaiki

personal hygiene yang kurang, mencegah penyakit, menciptakan keindahan, dan

meningkatkan rasa percaya diri.

2.2 Sanitasi Lingkungan

Menurut Notoadmojo (2003), sanitasi lingkungan adalah status kesehatan

suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan

air bersih, dan sebagainya. Banyak sekali permasalahan lingkungan yang harus

dicapai dan sangat mengganggu terhadap tercapainya kesehatan lingkungan.

Page 9: BAB II a

Kesehatan lingkungan bisa berakibat positif terhadap kondisi elemen-elemen

hayati dan non hayati dalam ekosistem. Bila lingkungan tidak sehat maka sakitlah

elemennya, tapi sebaliknya jika lingkungan sehat maka sehat pulalah ekosistem

tersebut. Perilaku yang kurang baik dari manusia telah mengakibatkan perubahan

ekosistem dan timbulnya sejumlah masalah sanitasi.

2.2.1 Hygiene dan Sanitasi Lingkungan

Menurut Entjang (2000), hygiene dan sanitasi lingkungan adalah

pengawasan lingkungan fisik, biologi, sosial, dan ekonomi yang mempengaruhi

kesehatan manusia, dimana lingkungan yang berguna di tingkatkan dan

diperbanyak sedangkan yang merugikan diperbaiki atau dihilangkan. Usaha dalam

hygiene dan sanitasi lingkungan di Indonesia terutama meliputi :

a. Menyediakan air rumah tangga yang baik, cukup kualitas maupun

kwantitasnya.

b. Mengatur pembuangan kotoran, sampah dan air limbah.

c. Mendirikan rumah-rumah sehat, menambah jumlah rumah agar rumah-rumah

tersebut menjadi pusat kesenangan rumah tangga yang sehat.

d. Pembasmian binatang-binatang penyebar penyakit seperti : lalat, nyamuk.

Istilah Hygiene dan sanitasi mempunyai tujuan yang sama, yaitu

mengusahakan cara hidup sehat sehingga terhindar dari penyakit, tetapi dalam

penerapannya mempunyai arti yang sedikit berbeda. Usaha sanitasi lebih menitik

beratkan pada faktor lingkungan hidup manusia, sementara hygiene lebih menitik

beratkan pada usaha-usaha kebersihan perorangan (Kusnoputranto, 2000).

Page 10: BAB II a

2.2.2. Sanitasi Lingkungan Pemukiman

Kesehatan perumahan dan lingkungan permukiman adalah kondisi fisik,

kimia, dan biologi di dalam rumah, di lingkungan rumah dan perumahan sehingga

memungkinkan penghuni mendapatkan derajat kesehatan yang optimal.

Persyaratan kesehatan perumahan dan permukiman adalah ketentuan teknis

kesehatan yang wajib di penuhi dalam rangka melindungi penghuni dan

masyarakat yang bermukim di perumahan atau masyarakat sekitar dari bahaya atau

gangguan kesehatan (Soedjadi, 2005).

2.2.3 Sarana Air Bersih

Air merupkakan suatu sarana untuk menigkatkan derajat kesehatan

masyarakat karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

penularan penyakit (Slamet, 2004).

Menurut Notoatmodjo (2003), penyediaan air bersih harus memenuhi persyaratan

yaitu :

a. Syarat fisik : persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening,

tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau.

b. Syarat bakteriologis : air merupakan keperluan yang sehat yang harus

bebas dari segala bakteri, terutama bakteri patogen.

c. Syarat kimia : air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu

dalam jumlah yang tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat

kimia didalam air, akan menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia.

Page 11: BAB II a

Menurut Chandra (2006), Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air

dapat dibagi dalam kelompok-kelompok berdasarkan cara penularannya.

Mekanisme penularan penyakit terbagi menjadi empat:

1. Waterborne mechanism

Di dalam mekanisme ini, kuman patogen dalam air yang dapat

menyebabkan penyakit pada manusia ditularkan kepada manusia melalui

mulut atau sistem pencernaan. Contoh penyakit yang ditularkan melalui

mekanisme ini antara lain kolera, tifoid, hepatitis viral, disentri basiler, dan

poliomyelitis.

2. Waterwashed mechanism

Mekanisme penularan berkaitan dengan kebersihan umum dan

perseorangan. Pada mekanisme ini terdapat tiga cara penularan, yaitu:

a. Infeksi melalui alat pencernaan, seperti diare pada anak-anak.

b. Infeksi melalui kulit dan mata.

c. Penularan melalui binatang pengerat seperti pada penyakit

leptospirosis.

3. Water-based mechanism

Penyakit ini ditularkan dengan mekanisme yang memiliki agent

penyebab yang menjalani sebagian siklus hidupnya di dalam tubuh vektor

atau sebagai intermediate host yang hidup di dalam air. Contohnya

skistosomiasis dan penyakit akibat Dracunculucmedinensis.

Page 12: BAB II a

4. Water-related insect vector mechanism

Agent penyakit ditularkan melalui gigitan serangga yang

berkembang biak di dalam air. Contoh penyakit dengan mekanisme

penularan sepert ini adalah filariasis, dengue, malaria, dan yellow fever.

Menurut Suriawiria (1998), kelompok kehidupan di dalam air memiliki

faktor-faktor biotis yaitu terdiri dari bakteria, fungi atau jamur, mikroalge atau

ganggang-mikro, protozoa atau hewan bersel tunggal, dan virus. Kehadiran

mikroba di dalam air, mungkin akan mendatangkan keuntungan, tetapi juga

mendatangkan kerugian dan menghasilkan toksin seperti yang hidup anaerobik

seperti Clostridium, yang hidup aerobik seperti Pseudomonas, Salmonella,

Staphylococcus, dan sebagainya.

Menurut Chandra (2006), Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi

menjadi air angkasa (hujan), air permukaan, dan air tanah.

1. Air Angkasa

Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Walau

pada saat presipitasi merupakan air yang paling bersih, air tesebut cenderung

mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer. Pencemaran yang berlangsung

di atmosfer itu dapat disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas,

misalnya, karbon dioksida, nitrogen, dan ammonia.

2. Air Permukaan

Air permukaan yang meliputi badan-badan air seperti sungai, danau,

telaga, waduk, raw, terjun, dam sumur permukaan, sebagian berasal dari air hujan

Page 13: BAB II a

yang jatuh ke permukaan bumi. Air hujan tersebut kemudian akan mengalami

pencemaran baik oleh tanah, sampah maupun lainnya.

3. Air Tanah

Air tanah (ground water) berasal dari air hujan jatuh ke permukaan bumi

yang kemudian mengalami perkolasi atau penyerapan ke dalam tanah dan

mengalami proses filtrasi secara alamiah. Proses-proses yang telah dialami air

hujan tersebut, di dalam perjalanannya ke bawah tanah, membuat air tanah

menjadi lebih baik dan lebih murni dibandingakan air permukaan.

2.2.4 Sarana Pembuangan Kotoran ( Jamban)

Jamban adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan

mengumpukan kotoran manusia dalam suatu tempat tertentu, dan tidak menjadi

penyebab atau penyebar penyakit dan mengotori lingkungan pemukiman.

Pembuangan tinja yang tidak saniter akan menyebabkan terjadinya berbagai

penyakit seperti diare, kolera, disentri, ascariasis, dan sebagainya. Kotoran

manusia merupakan buangan padat, selain menimbulkan bau, mengotori

lingkungan juga merupakan media penularan penyakit pada masyarakat.

Perjalanan agen penyebab penyakit melalui cara transmisi seperti dari tangan,

maupun dari peralatan yang terkontaminasi ataupun melalui mata rantai lainnya.

Dimana memungkinkan tinja atau kotoran yang mengandung agent penyebab

infeksi masuk melalui saluran pernafasan ( Dirjen P2M & PL, 1998).

Page 14: BAB II a

2.2.5 Sasaran Saluran Pembuangan Limbah (SPAL)

Air limbah adalah sisa air yang di buang yang berasal dari rumah tangga,

industri dan pada umumya mengandung bahan atau zat yang membahayakan.

Sesuai dengan zat yang terkandung didalam air limbah, maka limbah yang tidak

diolah terlebih dahulu akan menyebabkan gangguan kesehatan masyarakat dan

lingkungan hidup antara lain limbah sebagai media penyebaran penyakit

(Notoadmodjo, 2003).

Keadaan saluran pembuangan air limbah yang tidak mengalir lancar,

dengan bentuk SPAL yang tidak tertutup dibanyak tempat sehingga air limbah

menggenang ditempat terbuka berpotensi sebagai tempat berkembang biak vektor

dan bernilai negatif dari aspek estetika (Soejadi, 2003).

2.2.6. Sarana Pembuangan Sampah

Sampah ialah suatu bahan atau benda yang terjadi karena berhubungan

dengan aktifitas manusia yang tidak terpakai lagi, tidak disenangi dan dibuang

dengan cara-cara saniter kecuali buangan yang berasal dari tubuh manusia

(Kusnoputranto, 2000).

Penanganan sampah yang tidak baik dapat menimbulkan pencemaran

sebagai berikut (Hadiwiyoto, 2003):

1. Sampah dapat menimbulkan pencemaran pada udara, akibat gas-gas yang

terjadi dari penguraian sampah terutama menimbulkan bau yang tidak

sedap. Selain itu sampah mengakibatkan mengganggu penglihatan yaitu

suatu area yang kotor yang mencemari rasa estetika.

Page 15: BAB II a

2. Tumpukan sampah yang menggunung dapat menimbulkan kondisi

lingkungan fisik dan kimia yang tidak sesuai dengan dengan kondisi

lingkungan normal. Pada umumnya hal tersebut menimbulkan kenaikan

suhu dan perubahan pH menjadi asam atau basa. Kondisi ini

mengakibatkan terganggunya kehidupan manusia dan makhluk lain di

lingkungan sekitarnya.

3. Kadar oksigen di area pembuangan sampah menjadi berkurang akibat

proses penguraian sampah menjadi senyawa lain yang memerlukan

oksigen yang diambil dari udara sekitarnya. Berkurangnya oksigen di

daerah pembuangan sampah menyebabkan gangguan terhadap makhluk

sekitarnya.

4. Dalam proses penguraian sampah dihasilkan gas-gas yang dapat

membahayakan kesehatan, berupa gas-gas yang beracun dan dapat

mematikan.

5. Sampah sangat berpotensi menjadi sumber penyakit yang berasal dari

bakteri patogen dari sampah sendiri serta dapat ditularkan oleh lalat, tikus,

anjing dan binatang lainnya yang senang tinggal di areal tumpukan

sampah.

Mengingat efek dari sampah terhadap kesehatan maka pengelolaan sampah

harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Tersedia tempat sampah yang dilengkapi dengan penutup.

Page 16: BAB II a

2. Tempat sampah terbuat dari bahan yang kuat, tahan karat, permukaan

bagian dalam rata dan dilengkapi dengan penutup.

3. Tempat sampah dikosongkan setiap 1 x 24 jam atau 2/3 bagian telah terisi

penuh.

4. Jumlah dan volume sampah disesuaikan dengan sampah yang dihasilkan

sertiap kegiatan. Tempat sampah harus disediakan minimal 1 buah untuk

setiap radius 10 meter, dan tiap jarak 20 meter pada ruang terbuka dan

tunggu.

5. Tersedianya tempat pembuangan sampah semetara yang mudah

dikosongkan, tidak terbuat dari beton permanen, terletak dilokasi yang

terjangkau kendaraan pengangkut sampah dan harus dikosongkan

sekurang-kurangnya 3 x 24 jam.

Pemusnahan sampah di tempat pembuangan akhir terdiri dari

beberapa jenis kegiatan:

1. Daur ulang, yaitu sampah yang masih bisa dimanfaatkan didaur ulang

untuk dipakai kembali, biasanya bahan terbuat dari plastik, botol, besi tua,

dan kayu.

2. Komposting, yaitu pembuatan kompos di peruntukkan bagi sampah

organik dengan metode penguraian secara alami akan menghasilkan

kompos yang berguna untuk pertanian.

3. Dibakar, yaitu bagi sampah yang kering bisa dibakar.

4. Dikubur, yaitu sampah dapat dikubur dengan metode sanitary landfill

(Kusnoputranto, 2000).

Page 17: BAB II a

Jenis-jenis sampah terdiri dari beberapa macam yaitu: sampah kering,

sampah basah, sampah berbahaya beracun (Pansimas, 2011).

a. Sampah kering

Sampah kering, yaitu sampah yang tidak mudah membusuk atau terurai

seperti gelas, besi, plastik.

b. Sampah basah

Sampah basah, yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa

makanan, sayuran, daun, ranting, dan bangkai binatang.

c. Sampah berbahaya beracun

Sampah berbahaya beracun, yaitu sampah yang karena sifatnya dapat

membahayakan manusia seperti sampah yang berasal dari rumah sakit,

sampah nuklir, batu baterai bekas.

Pengelolaan sampah di suatu daerah akan membawa pengaruh bagi

masyarakat maupun lingkungan daerah itu sendiri. Pengaruhnya tentu saja ada

yang positif dan ada juga yang negatif.

a. Pengaruh Positif

Pengelolaan sampah yang baik akan memberikan pengaruh yang positif

terhadap masyarakat maupun lingkungannya, seperti berikut :

1. Sampah dapat dimanfaatkan untuk menimbun lahan semacam rawa-rawa

dan dataran rendah.

2. Sampah dapat dimanfaatkan sebagai pupuk.

Page 18: BAB II a

3. Sampah dapat diberikan untuk makanan ternak setelah menjalani proses

pengelolaan yang telah ditentukan lebih dahulu untuk mencegah pengaruh

buruk sampah tersebut terhadap ternak.

4. Pengelolaan sampah menyebabkan berkurangnya tempat untuk berkembang

biak serangga dan binatang pengerat.

5. Menurunkan insidensi kasus penyakit menular yang erat hubungannya

dengan sampah.

6. Keadaan estetika lingkungan yang bersih menimbulkan kegairahan hidup

masyarakat.

7. Keadaan lingkungan yang baik mencerminkan kemajuaan budaya

masyarakat.

8. Keadaan lingkungan yang baik akan menghemat pengeluaran dana

kesehatan suatu negara sehingga dana itu dapat digunakan untuk keperluan

lain (Chandra, 2006)

b. Pengaruh Negatif

Menurut (Mukono, 2006) Pengelolaan sampah yang kurang baik

dapat memberikan pengaruh negatif bagi kesehatan, lingkungan, maupun

bagi kehidupan sosial ekonomi dan budaya masyarakat, seperti berikut.

1. Pengaruh terhadap kesehatan

a. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menjadikan sampah

sebagai tempat perkembangbiakan vektor penyakit, seperti lalat,

tikus, serangga, jamur.

Page 19: BAB II a

b. Penyakit demam berdarah meningkatkan incidencenya disebabkan

vektor Aedes Aegypty yang hidup berkembang biak di lingkungan,

pengelolaan sampahnya kurang baik (banyak kaleng, ban bekas

dan plastik dengan genangan air).

c. Penyakit sesak nafas dan penyakit mata disebabkan bau sampah

yang menyengat yang mengandung Amonia Hydrogen, Solfide dan

Metylmercaptan.

d. Penyakit saluran pencernaan (diare, kolera dan typus) disebabkan

banyaknya lalat yang hidup berkembang biak di sekitar lingkungan

tempat penumpukan sampah.

e. . Insidensi penyakit kulit meningkat karena penyebab penyakitnya

hidup dan berkembang biak di tempat pembuangan dan

pengumpulan sampah yang kurang baik. Penularan penyakit ini

dapat melalui kontak langsung ataupun melalui udara.

f. Penyakit kecacingan.

g. Terjadi kecelakaan akibat pembuangan sampah secara

sembarangan misalnya luka akibat benda tajam seperti kaca, dan

besi.

h. Gangguan psikomatis, misalnya insomnia, stress, dan lain-lain

2. Pengaruh terhadap lingkungan

a. Pengelolaan sampah yang kurang baik menyebabkan estetika

lingkungan menjadi kurang sedap dipandang mata misalnya

Page 20: BAB II a

banyaknya tebaran-tebaran sampah sehingga mengganggu

kesegaran udara lingkungan masyarakat.

b. Pembuangan sampah ke dalam saluran pembuangan air akan

menyebabkan aliran air akan terganggu dan saluran air akan

menjadi dangkal.

c. Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan

menghasilkan gas-gas tertentu yang menimbulkan bau busuk.

d. Adanya asam organic dalam air serta kemungkinan terjadinya

banjir maka akan cepat terjadinya pengerusakan fasilitas pelayanan

masyarakat antara lain jalan, jembatan, saluran air, fasilitas

jaringan dan lain-lain.

e. Pembakaran sampah dapat menimbulkan pencemaran udara dan

bahaya kebakaran lebih luas.

f. Apabila musim hujan datang, sampah yeng menumpuk dapat

menyebabkan banjir dan mengakibatkan pencemaran pada sumber

air permukaan atau sumur dangkal.

g. Air banjir dapat mengakibatkan kerusakan pada fasilitas

masyarakat, seperti jalan, jembatan, dan saluran air.

3. Pengaruh terhadap social ekonomi dan budaya masyarakat

a. Pengelolaan sampah yang kurang baik mencerminkan keadaan

sosial-budaya masyarakat setempat.

Page 21: BAB II a

b. Keadaan lingkungan yang kurang baik dan jorok, akan

menurunkan minat dan hasrat orang lain (turis) untuk datang

berkunjung ke daerah tersebut.

c. Dapat menyebabkan terjadinya perselisihan antara penduduk

setempat dan pihak pengelola.

d. Angka kesakitan meningkat dan mengurangi hari kerja sehigga

produktifitas masyarakat menurun.

e. Kegiatan perbaikan lingkungan yang rusak memerlukan dana yang

besar sehingga dana untuk sektor lain berkurang.

f. Penurunan pemasukan daerah (devisa) akibat penurunan jumlah

wisatawan yang diikuti dengan penurunan penghasilan masyarakat

setempat.

g. Penurunan mutu dan sumber daya alam sehingga mutu produksi

menurun dan tidak memiliki nilai ekonomis.

h. Penumpukan sampah di pinggir jalan menyebabkan kemacetan lalu

lintas yang dapat menghambat kegiatan transportasi barang dan

jasa.

2.2.7 Kondisi Fisik Rumah

Kondisi fisik rumah yang harus dimiliki tiap rumah adalah memiliki syarat-

syarat sebagai berikut:

Page 22: BAB II a

a. Ventilasi

Ventilasi adalah sarana untuk memelihara kondisi atmosfer yang

menyenangkan dan menyehatkan bagi manusia. Suatu ruangan yang terlalu padat

penghuninya dapat memberikan dampak yang buruk terhadap kesehatan pada

penghuni tersebut, untuk itu pengaturan sirkulasi udara sangat diperlukan

(Chandra, 2006).

Lubang penghawaan pada bangunan harus dapat menjamin pergantian

udara didalam kamar atau ruang dengan baik. Luas lubang penghawaan yang

dipersyaratkan minimal 20% dari luas lantai (Soejadi, 2003).

b. Kelembaban

Kelembaban sangat berperan penting dalam pertumbuhan kuman penyakit.

Kelembaban yang tinggi dapat menjadi tempat yang disukai oleh kuman untuk

pertumbuhan dan perkembangannya. Keadaan yang lembab dapat mendukung

terjadinya penularan penyakit (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Kepmenkes RI/NO.829/Menkes/SK/VII/1999 tentang

persyaratan kesehatan perumahan dari aspek kelembaban udara ruang,

dipersyaratkan ruangan mempunyai tingkat kelembaban udara yang

diperbolehakan antara 40-70%. Tingkat kelembaban yang tidak memenuhi syarat

ditambah dengan prilaku tidak sehat, misalnya dengan penempatan yang tidak

tepat pada berbagai barang dan baju, handuk, sarung yang tidak tertata rapi, serta

kepadatan hunian ruangan ikut berperan dalam penularan penyakit berbasis

lingkungan (Soedjadi, 2003).

Page 23: BAB II a

c. Pencahayaan

Salah satu syarat rumah sehat adalah tersedianya cahaya yang cukup,

karena suatu rumah yang tidak mempunyai cahaya selain dapat menimbulkan

perasaan kurang nyaman, juga dapat menimbulkan penyakit (Prabu, 2009).

Menurut Sukini (1999), sinar matahari berperan secara langsung dalam

mematikan bakteri dan mikroorganisme lain yang terdapat di lingkungan rumah,

khususnya sinar matahari pagi yang dapat menghambat perkembangbiakan bakteri

patogen. Dengan demikian sinar matahari sangat diperlukan didalam ruangan

rumah terutama ruangan tidur.

Pencahayaan alami atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat

menerangi seluruh ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan tidak menyilaukan

(Kepmenkes RI,1999).

2.2.8 Kepadatan Penghuni

Kepadatan hunian sangat berpengaruh terhadap jumlah bakteri penyebab

penyakit menular. Selain itu kepadatan hunian dapat mempengaruhi kualitas udara

didalam rumah. Dimana semakin banyak jumlah penghuni maka akan semakin

cepat udara dalam rumah mengalami pencemaran oleh karena CO2 dalam rumah

akan cepat meningkat dan akan menurunkan kadar O2 yang diudara (Sukini,

1999).

Menurut Kepmenkes RI (1999), kepadatan dapat dilihat dari kepadatan

hunian ruang tidur yaitu luas ruangan tidur minimal 8 m2 dan tidak dianjurkan

lebih dari dua orang dalam satu ruangan tidur, kecuali anak dibawah usia 5 tahun.

Page 24: BAB II a

2.2.9 Rumah Sehat

2.2.9.1 Definisi Rumah Sehat

Rumah bagi manusia memiliki arti sebagai tempat untuk melepas lelah,

beristirahat setelah penat melaksanakan kewajiban sehari-hari, sebagai tempat

bergaul dengan keluarga, sebagai tempat untuk melindungi diri dari bahaya,

sebagai lambang status sosial, tempat menyimpan kekayaan (Azwar, 1996).

Rumah adalah struktur fisik atau bangunan sebagai tempat berlindung, dimana

lingkungan dari struktur tersebut berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani

serta keadaan sosialnya baik untuk kesehatan keluarga dan individu (WHO dalam

Keman, 2005).

Rumah sehat merupakan bangunan tempat tinggal yang memenuhi syarat

kesehatan yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat

pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang baik,

kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah yang tidak terbuat dari

tanah (Depkes RI, 2003). Dapat dikatakan bahwa rumah sehat adalah bangunan

tempat berlindung dan beristirahat yang menumbuhkan kehidupan sehat secara

fisik, mental dan sosial, sehingga seluruh anggota keluarga dapat memperoleh

derajat kesehatan yang optimal.

Beberapa faktor yang mempengaruhi keadaan lingkungan sekitar

rumah (Azwar, 1996):

1) Lingkungan di mana masyarakat itu berada, baik fisik, biologis, sosial. Suatu

daerah dengan lingkungan fisik pegunungan, tentu saja perumahannya berbeda

dengan perumahan di daerah pantai. Selanjutnya masyarakat yang bertempat

Page 25: BAB II a

tinggal di daerah lingkungan biologis yang banyak hewan buasnya tentu saja

mempunyai bentuk rumah yang lebih terlindung, dibanding dengan perumahan

di lingkungan biologis yang tidak ada hewan buasnya. Demikian pula

lingkungan sosial, seperti adat, kepercayaan dan lainnya, banyak memberikan

pengaruh pada bentuk rumah yang didirikan.

2) Tingkat sosial ekonomi masyarakat, ditandai dengan pendapatan yang

dipunyai, tersedianya bahan-bahan bangunan yang dapat dimanfaatkan dan

atau dibeli dan lain sebagainya. Jelaslah bahwa suatu masyarakat yang lebih

makmur, secara relatif akan mempunyai perumahan yang lebih baik, dibanding

dengan masyarakat miskin.

3) Tingkat kemajuan teknologi yang dimiliki, terutama teknologi bangunan.

Masyarakat yang telah maju teknologinya, mampu membangun perumahan

yang lebih komplek dibandingkan dengan masyarakat yang masih sederhana.

4) Kebijaksanaan pemerintah tentang perumahan menyangkut tata-guna tanah,

program pembangunan perumahan (RumahSederhana, Rumah Susun (Rusun),

Rumah Toko (Ruko), Rumah Kantor (Rukan))

2.2.9.2 Syarat Rumah Sehat

Rumah sehat menurut Winslow dan APHA (American Public Health

Association) harus memiliki syarat, antara lain:

1) Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan

(ventilasi), ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan/suara yang

mengganggu.

Page 26: BAB II a

2) Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain cukup aman dan nyaman bagi

masing-masing penghuni rumah, privasi yang cukup, komunikasi yang sehat

antar anggota keluarga dan penghuni rumah, lingkungan tempat tinggal yang

memiliki tingkat ekonomi yang relatif sama.

3) Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah

dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan air limbah rumah tangga,

bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang berlebihan, cukup

sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran.

4) Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul

karena keadaan luar maupun dalam rumah. Termasuk dalam persyaratan ini

antara lain bangunan yang kokoh, terhindar dari bahaya kebakaran, tidak

menyebabkan keracunan gas, terlindung dari kecelakaan lalu lintas, dan lain

sebagainya.

2.2.9.3 Parameter dan Indikator Penilaian Rumah Sehat

Parameter yang dipergunakan untuk menentukan rumah sehat adalah

sebagaimana yang tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan kesehatan perumahan. meliputi 3

lingkup kelompok komponen penilaian, yaitu :

1) Kelompok komponen rumah, meliputi langit-langit, dinding, lantai, ventilasi,

sarana pembuangan asap dapur dan pencahayaan.

2) Kelompok sarana sanitasi, meliputi sarana air bersih, pembuangan kotoran,

pembuangan air limbah, sarana tempat pembuangan sampah.

Page 27: BAB II a

3) Kelompok perilaku penghuni, meliputi membuka jendela ruangan dirumah,

membersihkan rumah dan halaman, membuang tinja ke jamban, membuang

sampah pada tempat sampah.

Adapun aspek komponen rumah yang memenuhi syarat rumah sehat

adalah :

1) Langit-langit

Adapun persayaratan untuk langit-langit yang baik adalah dapat

menahan debu dan kotoran lain yang jatuh dari atap, harus menutup rata

kerangka atap serta mudah dibersihkan.

2) Dinding

Dinding harus tegak lurus agar dapat memikul berat dinding sendiri,

beban tekanan angin dan bila sebagai dinding pemikul harus dapat memikul

beban diatasnya, dinding harus terpisah dari pondasi oleh lapisan kedap air

agar air tanah tidak meresap naik sehingga dinding terhindar dari basah,

lembab dan tampak bersih tidak berlumut.

3) Lantai

Lantai harus kuat untuk menahan beban diatasnya, tidak licin, stabil

waktu dipijak, permukaan lantai mudah dibersihkan. Menurut Sanropie

(1989), lantai tanah sebaiknya tidak digunakan lagi, sebab bila musim hujan

akan lembab sehingga dapat menimbulkan gangguan/penyakit terhadap

penghuninya. Karena itu perlu dilapisi dengan lapisan yang kedap air seperti

disemen, dipasang tegel, keramik. Untuk mencegah masuknya air ke dalam

rumah, sebaiknya lantai ditinggikan ± 20 cm dari permukaan tanah.

Page 28: BAB II a

4) Pembagian ruangan / tata ruang

Setiap rumah harus mempunyai bagian ruangan yang sesuai dengan

fungsinya. Adapun syarat pembagian ruangan yang baik adalah :

a) Ruang untuk istirahat/tidur

Adanya pemisah yang baik antara ruangan kamar tidur orang tua

dengan kamar tidur anak, terutama anak usia dewasa. Tersedianya jumlah

kamar yang cukup dengan luas ruangan sekurangnya 8 m2 dan

dianjurkan tidak untuk lebih dari 2 orang agar dapat memenuhi

kebutuhan penghuninya untuk melakukan kegiatan.

b) Ruang dapur

Dapur harus mempunyai ruangan tersendiri, karena asap dari hasil

pembakaran dapat membawa dampak negatif terhadap kesehatan. Ruang

dapur harus memiliki ventilasi yang baik agar udara/asap dari dapur

dapat teralirkan keluar.

c) Kamar mandi dan jamban keluarga

Setiap kamar mandi dan jamban paling sedikit memiliki satu

lubang ventilasi untuk berhubungan dengan udara luar.

5) Ventilasi

Ventilasi ialah proses penyediaan udara segar ke dalam suatu ruangan

dan pengeluaran udara kotor suatu ruangan baik alamiah maupun secara

buatan. Ventilasi harus lancar diperlukan untuk menghindari pengaruh

buruk yang dapat merugikan kesehatan. Ventilasi yang baik dalam ruangan

harus mempunyai syarat-syarat, diantaranya :

Page 29: BAB II a

a) Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai ruangan.

Sedangkan luas lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup)

minimum 5%. Jumlah keduanya menjadi 10% kali luas lantai ruangan.

b) Udara yang masuk harus udara bersih, tidak dicemari oleh asap

kendaraan, dari pabrik, sampah, debu dan lainnya.

c) Aliran udara diusahakan Cross Ventilation dengan menempatkan dua

lubang jendela berhadapan antara dua dinding ruangan sehingga proses

aliran udara lebih lancar.

6) Pencahayaan

Cahaya yang cukup kuat untuk penerangan di dalam rumah

merupakan kebutuhan manusia. Penerangan ini dapat diperoleh dengan

pengaturan cahaya alami dan cahaya buatan. Yang perlu diperhatikan,

pencahayaan jangan sampai menimbulkan kesilauan.

a) Pencahayaan alamiah

Penerangan alami diperoleh dengan masuknya sinar matahari ke

dalam ruangan melalui jendela, celah maupun bagian lain dari rumah

yang terbuka, selain untuk penerangan, sinar ini juga mengurangi

kelembaban ruangan, mengusir nyamuk atau serangga lainnya dan

membunuh kuman penyebab penyakit tertentu (Azwar, 1996). Suatu cara

sederhana menilai baik tidaknya penerangan alam yang terdapat dalam

sebuah rumah adalah: baik, bila jelas membaca dengan huruf kecil,

cukup; bila samar-samar bila membaca huruf kecil, kurang; bila hanya

huruf besar yang terbaca, buruk; bila sukar membaca huruf besar.

Page 30: BAB II a

b) Pencahayaan buatan

Penerangan dengan menggunakan sumber cahaya buatan, seperti

lampu minyak tanah, listrik dan sebagainya. (Azwar, 1996).

7) Luas Bangunan Rumah

Luas bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di

dalamnya, artinya luas bangunan harus disesuaikan dengan jumlah

penghuninya. Luas bangunan yang tidak sebanding dengan jumlah

penghuninya akan menyebabkan kepadatan penghuni (overcrowded). Hal

ini tidak sehat, disamping menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen, bila

salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi akan mudah menular

kepada anggota keluarga yang lain. Sesuai kriteria Permenkes tentang

rumah sehat, dikatakan memenuhi syarat jika ≥ 8 m2 / orang.

Dilihat dari aspek sarana sanitasi, maka beberapa sarana

lingkungan yang berkaitan dengan perumahan sehat adalah sebagai berikut

:

1) Sarana Air Bersih

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari

yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum

apabila telah dimasak. Di Indonesia standar untuk air bersih diatur

dalam Permenkes RI No. 01/Birhubmas/1/1975 (Chandra, 2009).

Page 31: BAB II a

Dikatakan air bersih jika memenuhi 3 syarat utama, antara lain :

a) Syarat fisik

Air tidak berwarna, tidak berbau, jernih dengan suhu di bawah suhu

udara sehingga menimbulkan rasa nyaman.

b) Syarat kimia

Air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat kimia, terutama

yang berbahaya bagi kesehatan.

c) Syarat bakteriologis

Air tidak boleh mengandung suatu mikroorganisme. Misal sebagai

petunjuk bahwa air telah dicemari oleh faces manusia adalah adanya

E. coli karena bakteri ini selalu terdapat dalam faces manusia baik

yang sakit, maupun orang sehat serta relative lebih sukar dimatikan

dengan pemanasan air.

2) Jamban (sarana pembuangan kotoran)

Pembuangan kotoran yaitu suatu pembuangan yang digunakan oleh

keluarga atau sejumlah keluarga untuk buang air besar. Cara

pembuangan tinja, prinsipnya yaitu :

a) Kotoran manusia tidak mencemari permukaan tanah.

b) Kotoran manusia tidak mencemari air permukaan / air tanah.

c) Kotoran manusia tidak dijamah lalat.

d) Jamban tidak menimbulkan bau yang mengganggu.

e) Konstruksi jamban tidak menimbulkan kecelakaan.

Page 32: BAB II a

Ada 4 cara pembuangan tinja (Azwar, 1996), yaitu :

a) Pembuangan tinja di atas tanah

Pada cara ini tinja dibuang begitu saja diatas permukaan tanah,

halaman rumah, di kebun, di tepi sungai dan sebagainya. Cara

demikian tentunya sama sekali tidak dianjurkan, karena dapat

mengganggu kesehatan.

b) Kakus lubang gali (pit privy)

Dengan cara ini tinja dikumpulkan kedalam lubang dibawah

tanah, umumnya langsung terletak dibawah tempat jongkok. Fungsi

dari lubang adalah mengisolasi tinja sehingga tidak memungkinkan

penyebaran bakteri. Kakus semacam ini hanya baik digunakan

ditempat dimana air tanah letaknya dalam.

c) Kakus Air (Aqua pravy)

Cara ini hampir mirip dengan kakus lubang gali, hanya lubang

kakus dibuat dari tangki yang kedap air yang berisi air, terletak

langsung dibawah tempat jongkok. Cara kerjanya merupakan

peralihan antara lubang kakus dengan septic tank. Fungsi dari tank

adalah untuk menerima, menyimpan, mencernakan tinja serta

melindunginya dari lalat dan serangga lainnya.

d) Septic Tank

Septic Tank merupakan cara yang paling dianjurkan. Terdiri

dari tank sedimentasi yang kedap air dimana tinja dan air masuk dan

Page 33: BAB II a

mengalami proses dekomposisi yaitu proses perubahan menjadi

bentuk yang lebih sederhana (penguraian).

3) Pembuangan Air Limbah (SPAL)

Air limbah adalah cairan buangan yang berasal dari rumah

tangga, industri, dan tempat umum lainnya dan biasanya mengandung

bahan atau zat yang membahayakan kehidupan manusia serta

mengganggu kelestarian lingkungan (Chandra, 2007).

Menurut Azwar (1996) air limbah dipengaruhi oleh tingkat

kehidupan masyarakat, dapat dikatakan makin tinggi tingkat kehidupan

masyarakat, makin kompleks pula sumber serta macam air limbah yang

ditemui. Air limbah adalah air tidak bersih mengandung berbagai zat

yang bersifat membahayakan kehidupan manusia ataupun hewan, dan

lazimnya karena hasil perbuatan manusia.

Dalam kehidupan sehari-hari, sumber air limbah yang lazim

dikenal adalah :

a) Limbah rumah tangga, misalnya air dari kamar mandi dan dapur.

b) Limbah perusahaan, misalnya dari hotel, restoran, kolam renang.

c) Limbah industri.

4) Sampah

Sampah adalah semua produk sisa dalam bentuk padat, sebagai

akibat aktifitas manusia, yang dianggap sudah tidak bermanfaat.

Page 34: BAB II a

Entjang (2000) berpendapat agar sampah tidak membahayakan

kesehatan manusia, maka perlu pengaturan pembuangannya, seperti

tempat sampah yaitu tempat penyimpanan sementara sebelum sampah

tersebut dikumpulkan untuk dibuang (dimusnahkan).

Syarat tempat sampah adalah :

a) Terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, kuat sehingga tidak

mudah bocor, kedap air

b) Harus di tutup rapat sehingga tidak menarikserangga atau binatang-

bnatang lainnya seperti tikus , kucing dan sebagainya.

2.3 Pondok Pesantren

2.3.1 Definisi

Menurut asal katanya pesantren berasal dari kata ”santri” yang mendapat

imbuhan awalan ”pe” dan akhiran ”an” yang menunjukkan tempat, maka artinya

adalah tempat para santri. Terkadang pula pesantren dianggap sebagai gabungan

dari kata ”santri” (manusia baik) dengan suku kata ”tra” (suka menolong)

sehingga kata pesantren dapat diartikan tempat pendidikan manusia baik-baik

(Zarkasy, 1998: 106).

Lebih jelas dan sangat terinci sekali Madjid (1997 : 19-20) mengupas asal

usul perkataan santri, ia berpendapat ”Santri itu berasal dari perkataan ”sastri”

sebuah kata dari Sansekerta, yang artinya melek huruf, dikonotasikan dengan

kelas literary bagi orang jawa yang disebabkan karena pengetahuan mereka

tentang agama melalui kitab-kitab yang bertuliskan dengan bahasa Arab.

Page 35: BAB II a

Kemudian diasumsikan bahwa santri berarti orang yang tahu tentang agama

melalui kitab-kitab berbahasa Arab dan atau paling tidak santri bias membaca al-

Qur'an, sehingga membawa kepada sikap lebih serius dalam memandang agama.

Juga perkataan santri berasal dari bahasa Jawa ”cantrik” yang berarti orang yang

selalu mengikuti guru kemana guru pergi menetap (istilah pewayangan) tentunya

dengan tujuan agar dapat belajar darinya mengenai keahlian tertentu.

Pesantren juga dikenal dengan tambahan istilah pondok yang dalam arti

kata bahasa Indonesia mempunyai arti kamar, gubug, rumah kecil dengan

menekankan kesederhanaan bangunan atau pondok juga berasal dari bahasa Arab

”Fundũq” yang berarti ruang tidur, wisma, hotel sederhana, atau mengandung arti

tempat tinggal yang terbuat dari bambu (Zarkasy, 1998: 105-106).

Pesantren atau lebih dikenal dengan istilah pondok pesantren dapat

diartikan sebagai tempat atau komplek para santri untuk belajar atau mengaji ilmu

pengetahuan agama kepada kiai atau guru ngaji, biasanya komplek itu berbentuk

asrama atau kamar-kamar kecil dengan bangunan apa adanya yang menunjukkan

kesederhanaannya.

Pengertian pondok pesantren secara terminologis cukup banyak

dikemukakan para ahli. Beberapa ahli tersebut adalah:

1. Dhofier (1994: 84) mendefinisikan bahwa pondok pesantren adalah lembaga

pendidikan tradisional Islam untuk mempelajari, memahami, menghayati dan

mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan

sebagai pedoman perilaku sehari-hari.

Page 36: BAB II a

2. Nasir (2005: 80) mendefinisikan bahwa pondok pesantren adalah lembaga

keagamaan yang memberikan pendidikan dan pengajaran serta

mengembangkan dan menyebarkan ilmu agama Islam.

3. Team Penulis Departemen Agama (2003: 3) dalam buku Pola Pembelajaran

Pesantren mendefinisikan bahwa pondok pesantren adalah pendidikan dan

pengajaran Islam di mana di dalamnya terjadi interaksi antara kiai dan ustdaz

sebagai guru dan para santri sebagai murid dengan mengambil tempat di

masjid atau di halaman-halaman asrama (pondok) untuk mengkaji dan

membahas buku-buku teks keagamaan karya ulama masa lalu. Dengan

demikian, unsur terpenting bagi pesantren adalah adanya kiai, para santri,

masjid, tempat tinggal (pondok) serta buku-buku (kitab kuning).

4. Rabithah Ma‟ahid Islamiyah (RMI) mendefinisikan pesantren sebagai lembaga

tafaqquh fi al-dîn yang mengemban misi meneruskan risalah Muhammad SAW

sekaligus melestarikan ajaran Islam yang berhaluan Ahlu al-sunnah wa al-

Jamã’ah ‘alã T}arîqah al-Maz|ãhib al-‘Arba’ah.

5. Mastuhu (1994: 6) mendefinisikan bahwa pondok pesantren adalah lembaga

tradisional Islam untuk memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran

agama Islam (tafaqquh fi al-dîn) dengan menekankan pentingnya moral agama

Islam sebagai pedoman hidup bermasyarakat sehari-hari.

6. Arifin (1995: 240) mendefinisikan pondok pesantren sebagai suatu lembaga

pendidikan agama Islam yang tumbuh serta diakui oleh masyarakat sekitar,

dengan sistem asrama (kampus) di mana menerima pendidikan agama melalui

sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada di bawah kedaulatan

Page 37: BAB II a

dari kepemimpinan (leadership) seorang atau beberapa orang kiai dengan ciri-

ciri khas yang bersifat kharismatik serta independen dalam segala hal.

Sedangkan pesantren tradisional merupakan jenis pesantren yang tetap

mempertahankan pengajaran kitab-kitab Islam klasik sebagai inti pendidikannya

(Asrohah, 1999 : 59).

Menurut Mastuhu (1994: 55) pondok pesantren adalah suatu lembaga

pendidikan tradisional Islam untuk mempelajari, memahami, mendalami,

menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya

moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari Dari berbagai pengertian

di atas, maka dapat dipahami bahwa pesantren adalah lembaga pendidikan Islam

tradisional yang mempelajari ilmu agama (tafaqquh fi al-dîn) dengan penekanan

pada pembentukan moral santri agar bisa mengamalkannya dengan bimbingan

kiai dan menjadikan kitab kuning sebagai sumber primer serta masjid sebagai

pusat kegiatan.

Pesantren berarti tempat para santri. Purwadarminta mengartikan

pesantren sebagai asrama dan tempat murid-murid belajar mengaji, Louis Ma’luf

mendefinisikan kata pondok sebagai “ Khon” yaitu setiap tempat seinggah besar

yang disediakan untuk menginap para turis dan orang-orang yang berekreasi.

Pondok juga bermakna rumah sementara waktu seperti didirikan di lading , di

hutan dan sebagainya. Soegarda Purbakawatja juga menjelaskan, pesantren

berasal dari kata santri , yaitu seorang yang belajar agama islam, dengan demikian

pesantren mempunyai arti tempat orang berkumpul untuk mempelajari agama

islam. Secara definitive Imam Zarkasyi, mengartikan pesantren sebagai lembaga

Page 38: BAB II a

pendidikan Islam dengan system asrama atau pondok, dimana kyai yang diikuti

santri sebagai kegiatan utamanya. Secara singkat pesantren bias juga dikatakan

sebagai laboratorium kehidupan, tempat para santri belajar hidup dan

bermasyarakat dalam berbagai segi dan aspeknya ( Umiarso dan Zazin, 2011)

Secara teminologi pesantren didefenisikan sebagai lembaga pendidikan

tradisional Islam untuk mempelajari, memahami, mendalami, dan mengamalkan

ajaran islam dengan menekankan pentingnya moral keagamanaan sebagai

pedoman sehari-hari. Perlu dijelasan bahwa pengertian “ tradisional” dalam

definisi ini bukan berarti kolot dan ketinggalan zaman, tetapi menunjukkan pada

pengertian bahwa lembaga ini telah hidup sejak ratusan tahun yang lalu. Ia telah

menjadi bagian system kehidupan sebagian besar umat Islam Indonesia. Bahkan,

telah pula mengalami perubahan dari waktu ke waktu sesuai dengan perjalanan

hidup umat Islam. Jadi term “ tradisional” disini bukan dalam arti tetapi tanpa

mengalami penyesuaian ( Damopoli, 2011)

Page 39: BAB II a

2.4 kerangka Teori

Adapun kerangka teori untuk penelitian yang berjudul gambaran personal

hygine dan sanitasi lingkungan Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar

Citangkolo Kota Banjar yaitu:

- Kebersihan kulit

- Kebersihan rambut

- Kebersihan telinga

- Kebersihan gigi

- Kebersihan tangan, kaki dan kuku

Personal Hygine

- Sanitasi lingkungan pemukiman

- Sarana air bersih

- Sarana pembuangan kotoran (jamban)

- Sarana pembuangan air limbah (SPAL)

- Sarana pembuangan sampah

- Kondisi fisik rumah

Sanitasi Lingkungan

Page 40: BAB II a

2.5 Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep untuk penelitian yang berjudul gambaran

personal hygine dan sanitasi lingkungan Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-

Azhar Citangkolo Kota Banjar yaitu

- Kebersihan kulit

- Kebersihan tangan, kaki dan kuku

- Kebersihan pakaian

- Kebersihan handuk

- Kebersihan tempat tidur dan sprei

- Sarana air bersih

- Sarana pembuangan kotoran (jamban)

- Sarana pembuangan air limbah (SPAL)

- Sarana pembuangan sampah

- Kondisi fisik Pondok Pesantren

Personal Hygine

Sanitasi Lingkungan