bab i zat aditif

Upload: findri-andriani

Post on 02-Mar-2016

18 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangPangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Namun, Penggunaan bahan kimia sebagai bahan tambahan pada makanan (food additive) saat ini sering ditemui pada makanan dan minuman. Salah satu bahan tambahan pada makanan adalah pengawet bahan kimia yang berfungs i untuk memperlambat kerusakan makanan, baik yang disebabkan mikroba pembusuk, bakteri, ragi maupun jamur dengan cara menghambat, mencegah, menghentikan proses pembusukan dan fermentasi dari bahan makanan.Pengolahan dan pengawetan bahan makanan memiliki interelasi terhadap pemenuhan gizi masyarakat, maka Tidak mengherankan jika semua negara baik negara maju maupun berkembang selalu berusaha untuk menyediakan suplai pangan yang cukup, aman dan bergizi.Apalagi Seiring dengan kemajuan teknologi, manusia terus melakukan perubahan-perubahan dalam hal pengolahan bahan makanan. Dalam keadaaan demikian, makanan cepat saji (instan) yang telah diolah dipabrik atau telah diawetkan banyak manfatnya bagi masyarakat itu sendiri.Sebenarnya Penggunaan bahan pengawet yang aman bagi kesehatan diperbolehkan sepanjang masih berada dalam batas tingkat ambang batas toleransi. Akan tetapi, sering dikeluhkan adanya bahan pengawet makanan yang ditambahkan ke dalam makanan dalam jumlah yang melebihi ambang batas yang diperbolehkan sehingga dapat mengakibatkan permasalahan terhadap kesehatan. Banyaknya kasus keracunan makanan yang terjadi dimasyarakat saat ini mengindikasikan adanya kesalahan yang dilakukan masyarakat ataupun makanan dalam mengolah dan mengawetkan bahan makanan yang dikonsumsi.Oleh karena itu, Untuk mengetahui kehadiran bahan pengawet di dalam makanan secara pasti, baik secara kualitatif maupun kuantitatif maka diperlukan instrumen yang baik yang dapat memberikan informasi yang akurat kadar senyawa pengawet di dalam makanan dengan cepat. Selain itu, diperlukannya berbagai regulasi/peraturan dari instansi terkaitAgardapat melindungi konsumen dari berbagai masalah keamanan pangan dan industri pangan di Indonesia. 1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang masalah, yang menjadi rumusan masalah yang akan dilakukan ini adalah :1.2.1 Bagaimanakah teknik pengolahan dan pengawetan bahan makanan yangidealbagi masyarakat serta dampaknya?1.2.2 Bagaimana definisi serta dampak dari kasus Rhodamin B yang merebak di masyarakat ?1.3 TujuanAdapun tujuan dari permasalahan yang akan dilakukan ini adalah sebagai berikut :1.3.1 Untuk mengetahui teknik pengolahan dan pengawetan bahan makanan yangidealbagi masyarakat serta dampak dari penmgguanaan bahan aditif.1.3.2 Untuk mengetahui kasus penggunaan zat rhodamin B pada makanan yang merebak luas di masyarakat.1.4 ManfaatDengan adanya pembahasan mengenai permasalahan zat aditif terutama zat pengawet pada makanan dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kandungan dan permasalahan bahan pengawet serta pengaruhnya terhadap kesehatan sehingga memudahkan masyarakat untuk memilih makanan yang layak dikonsumsi.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Teknik Pengolahan dan PengawetanPangan secara umum bersifat mudah rusak (perishable), karena kadar air yang terkandung di dalamnya sebagai faktor utama penyebab kerusakan pangan itu sendiri. Idealnya, makanan tersebut harus: bebas polusi pada setiap tahap produksi dan penanganan makanan, bebas dari perubahan-perubahan kimia dan fisik, bebas mikroba dan parasit yang dapat menyebabkan penyakit atau pembusukan (Winarno,1993).Adapun jenis teknik-teknik pengolahan bahan makanan yang tepat dan benar antara lain yakni :a. PendinginanPendiginan adalah penyimpanan bahan pangan di atas suhu pembekuan bahan yaitu -2 sampai +100C. Cara pengawetan dengan suhu rendah lainya yaitu pembekuan. Pembekuan adalah penyimpanan bahan pangan dalam keadaan beku yaitu pada suhu 12 sampai -240C. Pembekuan cepat (quick freezing) di lakukan pada suhu -24 sampai -400C. Penggunaan suhu rendah dalam pengawetan pangan tidak dapat membunuh bakteri. Beberapa bahan pangan menjadi rusak pada suhu penyimpangan yang terlalu rendah.b. Pengeringan Pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau mengilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan menguapkan sebagian besar air yang di kandung melalui penggunaan energi panas. Keuntungan pengeringan adalah bahan menjadi lebih awet dan volume bahan menjadi lebih kecil sehingga mempermudah dan menghemat ruang pengangkutan dan pengepakan, berat bahan juga menjadi berkurang sehingga memudahkan transpor, dengan demikian di harapkan biaya produksi menjadi lebih murah.pengeringan juga mempunyai beberapa kerugian. Agar pengeringan dapat berlangsung, harus di berikan energi panas pada bahan yang di keringkan, dan di perlukan aliran udara untuk mengalirkan uap air yang terbentuk keluar dari daerah pengeringan. Factor-faktor yang mempengaruhi pengeringan terutama adalah luas permukaan benda, suhu pengeringan, aliran udara, tekanan uap di udara, dan waktu pengeringan.c. PengemasanPengemasan merupakan bagian dari suatu pengolahan makanan yang berfungsi untuk pengawetan makanan, mencegah kerusakan mekanis, perubahan kadar air. terilisasi bahan kemasan biasanya dilakukan dengan pemberian cairan atau uap hydrogen peroksida dan sinar UV atau radiasi gama.d. PengalenganPengalengan didefinisikan sebagai suatu cara pengawetan bahan pangan yang dipak secara hermetis (kedap terhadap udara, air, mikroba, dan benda asing lainnya) dalam suatu wadah, yang kemudian disterilkan secara komersial untuk membunuh semua mikroba patogen (penyebab penyakit) dan pembusuk. Pengalengan secara hermetis memungkinkan makanan dapat terhindar dan kebusukan, perubahan kadar air, kerusakan akibat oksidasi, atau perubahan cita rasa.e. Fermentasifermentasi bukan hanya berfungsi sebagai pengawet sumber makanan, tetapi juga berkhasiat bagi kesehatan. Salah satumya fermentasi dengan menggunakan bakteri laktat pada bahan pangan akan menyebabkan nilai pH pangan turun di bawah 5.0 sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri fekal.f. IradiasiIradiasi adalah proses aplikasi radiasi energi pada suatu sasaran, seperti pangan. Jenis iradiasi pangan yang dapat digunakan untuk pengawetan bahan pangan adalah radiasi elektromagnetik yaitu radiasi yang menghasilkan foton berenergi tinggi sehingga sanggup menyebabkan terjadinya ionisasi dan eksitasi pada materi yang dilaluinya. Keamanan pangan iradiasi merupakan faktor terpenting yang harus diselidiki sebelum menganjurkan penggunaan proses iradiasi secara luas. Untuk memastikan terdapatnya tingkat keamanan yang diperlukan, pemerintah perlu mengundangkan peraturan, baik mengenai pangan yang diiradiasi maupun sarana iradiasi.2.1.1 Dampak terhadap KesehatanLebih dari 600 zat tambahan makanan sengaja ditambahkan pada berbagai jenis makana kita.Toksisitas dari kebanyakan zat tambahan ini telah dievalusi sesuai dengan proseduryangberlaku.Beberapazattambahantelahdibatasidandilarang,atauharusdiberilabeltentangbahayatoksikologinya.Namun,demikiandilapanganmasihterjadipelanggaranterhadapperaturantersebut.Penggunaanbahanaditifdapatmenjadiracunpadamakananyangakhirnyaakan menimbullkan berbagai masalah kesehatan serius pada manusia.Penggunaan zat aditif (tambahan) dalam makanan dan minuman sangat berbahaya bagi kesehatan masyaratkan, terutama zat tambahan bahan kimia sintetis yang toksik dan berakumulasi dalam tubuh untuk jangka waktu yang relatif lama bagi yang menggunakannya. Seperti penggunaan Formalin pada makanan yang terbukti bersifat karsinogen. Keracunan makanan bisa disebabkan oleh karena kelalaian dan ketidaktahuan masyarakat dalam pengolahannya bisa juga disebabkan oleh kondisi lingkungan yang memungkinkan mikroba untuk berkembang biak lebih cepat, seperti karena faktor fisik, kimia dan biologis.Efek akut berupa tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit menelan, mual, muntah dan diare, kemungkinan terjadi pendarahan, sakit perut yang hebat, sakit kepala, hipotensi (tekanan darah rendah), kejang, tidak sadar hingga koma. Selain itu juga dapat terjadi kerusakan hati, jantung, otak,limpa, pankreas, sistem susunan syaraf pusat dan ginjal. Efek kronis berupa timbul iritasi pada saluran pernafasan, muntah-muntah dan kepala pusing, rasa terbakar pada tenggorokan, penurunan suhu badan dan rasa gatal di dada. Bila dikonsumsi menahun dapat menyebabkan kanker.2.2 Contoh KasusSekarang, di sekolah-sekolah, serta tempat-tempat penjualan pangan lainnya banyak dijual makanan dan minuman yang mengandung pewarna buatan.Contoh makanan dan minuman yang dicampur dengan pewarna buatan : sirop, es cendol, pacar cina, sambal, bumbu rending, ikan kakap merah, kerang, dll. Dan setelah di periksa, hasilnya beberapa makanan positif mengandung zat rhodamin B yang biasanya ada pada pewarna tekstil.2.2.1 Definisi Rhodamin-BRhodamin B adalah zat warna sintetis berbentuk serbuk kristal berwarna kehijauan, berwarna merah keunguan dalam bentuk terlarut pada konsentrasi tinggi dan berwarna merah terang pada konsentrasi rendah. Rhodamin B sangat larut dalam air dan alkohol, serta sedikit larut dalam asam klorida dan natrium hidroksida.Rhodamin B sering digunakan sebagai zat pewarna untuk kertas, pewarna untuk tekstil, dan sebagai reagensia (menimbulkan reaksi kimia). Struktur kimia Rhodamin B menunjukkan Rhodamin B merupakan golongan xanthenes.Hasil penelitian uji toksisitas menunjukkan Rhodamin B memiliki LD50 lebih dari 2000mg/kg dan menimbulkan iritasi kuat pada membran mukosa.2.2.2 Efek Rhodamin B Bagi KesehatanRhodamin B sangat berbahaya jika diminum atau dimakan, bisa mengakibatkan iritasi pada kulit, mata dan saluran pernafasan. Disamping itu juga dapat mengakibatkan keracunan dan alergi. Iritasi pada saluran pernafasan mempunyai gejala seperti batuk, sakit tenggorokan, sulit bernafas dan sakit dada. Bila tertelan dapat menimbulkan iritasi pada saluran pencernaan dan air seni akan berwarna merah atau merah muda. Bahaya utama terhadap kesehatan pemakaian dalam waktu lama (kronis) dapat menyebabkan radang, kulit alergi dan gangguan fungsi hati/kanker hati.2.2.3 Tanda-tanda dan Gejala Akut bila terpapar Rhodamin Ba) Jika terhirup dapat menimbulkan iritasi pada saluran pernafasanb) Jika terkena kulit dapat menimbulkan iritasi pada kulit, iritasi pada mata kemerahan, oedem pada kelopak mata. c) Jika tertelan dapat menimbulkan gejala keracunan dan air seni berwarna merah dan merah muda.Bahaya yang timbul akibat menkonsumsi makanan yang mengandung zat pewarna sintetis tidak dapat secara langsung. Gangguan akan terasa dalam waktu lama setelah 10 atau 20 tahun. Berdasarkan penelitian telah dibuktikan bahwa zat pewarna sintetis bersifat racun bagi manusia sehingga dapat membahayakan kesehatan konsumen dan senyawanya dapat bersifat karsinogenik.

BAB IIIPENUTUP3.1 Kesimpulan3.1.1 Pangan secara umum bersifat mudah rusak (perishable), karena kadar air yang terkandung di dalamnya sebagai faktor utama penyebab kerusakan pangan itu sendiri.3.1.2 Teknik pengolahan dan pengawetan diantaranya pendinginan, pengeringan, pengalengan, pengemasan, penggunaan bahan kimia, pemanasan.3.1.3 Rhodamin B sangat berbahaya bisa mengakibatkan iritasi pada kulit, mata dan saluran pernafasan, keracunan, Iritasi pada saluran pernafasan dan Bahaya utama terhadap kesehatan pemakaian dalam waktu lama (kronis) dapat menyebabkan radang, kulit alergi dan gangguan fungsi hati/kanker hati.3.2 Saran3.2.1 Bagi produsen makanan hendaknya jangan hanya ingin mendapat keuntungan yang besar tetapi juga memperhatikan aspek kesehatan bagi masyarakat yang mengkonsumsinyayaitu dengan menggunakan zat aditf yang tidak membahayakan bagi kesehatan.3.2.2 Bagi instansi terkait hendaknya memberikan informasi kepada khalayak luas tentang bahan kimia atau zat tambahan yang boleh dan tidak boleh digunakan dalam makanan dan minuman yang mengganggu kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Angela, Corrie. 2013. Dampak Negatif Penggunaan Zat Aditif pada Makanan. [cited 2013. Desember 11]. Available from. URL: http://www.academia.edu/4394523/Dampak_Negatif_Penggunaan_Zat_Aditif_pada_MakananAnonim. 2011. Dampak Negatif Bahan Pengawet pada Makanan. . [cited 2013. Desember 14]. Available from. URL: http://healthiskesehatan.blogspot.com/2011/03/dampak-negatif-bahan-pengawet-pada.htmlHamid, Huzaifah. 2009. Pengolahan dan Pengawetan Bahan Makanan. [cited 2013. Desember 11]. Available from. URL: http://zaifbio.wordpress.com/2009/02/02/pengolahan-dan-pengawetan-bahan-makanan-serta-permasalahannya/Sefran. 2012. Kasus-Kasus Penyalahgunaan Bahan yang dilarang digunakan sebagai bahan tambahan pangan. [cited 2013. Desember 20]. Available from. URL: http://sefran-serbaserbikuliah.blogspot.com/2012/03/kasus-kasus-penyalahgunaan-bahan-yang.html

LAMPIRANLAPORAN KASUS RHODAMIN BLagi, Ditemukan Makanan Mengandung Rhodamin BREPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA-BalaiBesar Pengawas Obat dan Makanan Yogyakarta masih menemukan jajanan atau makanan kering yang terindikasi menggunakan zat aditif berbahaya, Rhodamin B. Temuan itu terungkap saat melakukan inspeksi mendadak di Terminal Giwangan, Selasa (30/7).Dari pengamatan awal BPOM, makanan kering seperti lanting mengandung Rhodamin B atau pewarna tekstil karena memiliki warna merah yang cukup mencolok. "Makanan kering ini tersebar merata di hampir semua pedagang makanan diTerminalGiwangan," kata Kepala Bidang Sertfiikasi dan Layanan Informasi Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Yogyakarta Dyah Sulistyorini di Yogyakarta, Selasa.Petugas kemudian mengamankan makanan yang terindikasi mengandung Rhomadin B tersebut, dan meminta pedagang untuk tidak lagi menjual makanan tersebut."Tujuannya adalah pembinaan. Kami berharap, pedagang juga memiliki kesadaran dan pengetahuan mengenai bahan makanan yang sehat dan layak jual. Namun, petugas juga tidak akan segan membawa pedagang ke ranah hukum apabila tetap menjual makanan dengan tambahan bahan makanan berbahaya," ucapnya.Dyah menyebut, masih banyaknya pedagang yang menjual makanan kering yang mengandung tambahan bahan makanan berbahaya seperti Rhodamin B karena permintaan masyarakat juga masih tinggi."Banyak pedagang yang mengaku bahwa konsumen lebih tertarik membeli makanan dengan warna yang menarik. Jika menjual makanan dengan warna yang tidak menarik, biasanya justru tidak disukai konsumen," tutur Dyah.Oleh karena itu, BBPOM Yogyakarta pun meminta masyarakat selaku konsumen untuk tetap berhati-hati dalam membeli makanan dan memastikan bahwa makanan tersebut bebas dari bahan tambahan makanan berbahaya."Kami sudahlamamelakukan upaya untuk memutus rantaisupplay and demandmakanan yang mengandung bahan tambahan makanan berbahaya. Namun, jika masyarakat tetap membelinya, maka upaya tersebut tidak akan membuahkan hasil," ujarnya.Dampak yang akan dirasakan oleh masyarakat yang mengonsumsi makanan dengan bahan pewarna berbahaya tidak akan dirasakan dalam jangka pendek, namun baru akan dirasakan dalam jangka panjang seperti munculnya penyakit kanker hati.Sementara itu, Harsanto selaku penjaga salah satu kios penjual makanan di Terminal Giwangan mengatakan tidak mengetahui apabila makanan yang dijualnya mengandung bahan pewarna berbahaya.

"Tidak tahu kalau makanan ini memakai pewarna berbahaya. Saya ambil dari Grojogan Bantul," katanya yang berharap bisa mengembalikan makanan tersebut ke produsennya agar tidak rugi.Republika.co.id : Selasa, 30 Juli 2013

7