bab i · web viewpada tahun 2009 jumlah penduduk 983.952 orang dan tahun 2010 bertambah menjadi...
TRANSCRIPT
1
PROVINSI GORONTALO
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional telah mengamanatkan 5 (lima) tujuan pelaksanaan sistem
perencanaan pembangunan nasional, yaitu: (1) untuk mendukung koordinasi antar
pelaku pembangunan; (2) menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi
antar daerah, antar ruang, antar waktu, dan antar fungsi pemerintah, serta antara
pusat dan daerah; (3) menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan; (4) mengoptimalkan partisipasi
masyarakat; dan (5) menjamin tercapainya penggunaan sumberdaya secara efisien,
efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan.
Mengacu pada 5 (lima) tujuan tersebut, maka dalam Rencana Strategis (Renstra)
Bappenas dijelaskan bahwa pelaksanaan tugas Kementerian PPN/Bappenas
mencakup 4 peran yang saling terkait, yaitu peran sebagai: (1) pengambil
kebijakan/keputusan (policy maker) dengan penjabaran pengendalian dan evaluasi
terhadap pelaksanaan rencana pembangunan; (2) koordinator; (3) think-tank; dan (4)
administrator dengan penjabaran penyusunan dan pengelolaan laporan hasil
pemantauan terhadap pelaksanaan rencana pembangunan dan penyusunan laporan
hasil evaluasi.
Dengan demikian, salah satu peran utama Bappenas adalah melakukan evaluasi
terhadap pelaksanaan rencana pembangunan. Sebagai tindak lanjut dari peran
tersebut telah diterbitkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 39 Tahun 2006 tentang
Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan, yang
didalamnya mencakup evaluasi ex-ante, on-going, dan ex-post.
Terkait dengan peran utama Bappenas di atas, maka evaluasi tahunan terhadap
pelaksanaan Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 mutlak diperlukan, demikian juga
pencapaian di tiap daerah.
RPJMN 2010-2014 memiliki 11 prioritas nasional dan 3 prioritas lainnya, yaitu:
1. Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola
2. Pendidikan
2
PROVINSI GORONTALO
3. Kesehatan
4. Penanggulangan Kemiskinan
5. Ketahanan Pangan
6. Infrastruktur
7. Iklim Investasi dan Iklim Usaha
8. Energi
9. Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana
10. Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan Pasca Konflik
11. Kebudayaan, Kreativitas, dan Inovasi Teknologi
3 prioritas lainnya, yaitu:
1. Kesejahteraan Rakyat
2. Politik, Hukum, dan Keamanan
3. Perekonomian
Pelaksanaan evaluasi kinerja pembangunan daerah akan mengacu pada RPJMN
2010-2014, dengan fokus utama untuk mengetahui: (1) tingkat pencapaian target
kinerja RPJMN pada tahun 2011 dan 2012 di tiap daerah; (2) isu strategis provinsi
Pelaksanaan evaluasi RPJMN 2010-2014 dilakukan secara eksternal dengan
harapan agar seluruh proses evaluasi tersebut beserta rekomendasinya berlangsung
dalam proses yang lebih independen. Oleh karena itu, Bappenas cq. Deputi Evaluasi
Kinerja Pembangunan melaksanakan kegiatan Evaluasi Kinerja Pembangunan
Daerah (EKPD) bekerja sama dengan Universitas Negeri Gorontalo Provinsi
Gorontalo yang melaksanakan Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah di Provinsi
Gorontalo.
B. Tujuan dan Sasaran
Tujuan dan sasaran pelaksanaan evaluasi kinerja pembangunan daerah tahun
2012 seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 1.1
Tujuan dan Sasaran Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Tahun 2012
No Tujuan Sasaran Keluaran1 Untuk
melengkapi baseline data 2010 dan capaian prioritas nasional
Tersedianya baseline data 2010 dan hasil evaluasi terhadap capaian prioritas nasional 2011 dan kemajuan pelaksanaan 2012.
Dokumen untuk masing-masing provinsi, yang terdiri dari: Baseline data2010,
capaian prioritas 2011
3
PROVINSI GORONTALO
2011 dan kemajuan pelaksanaan 2012.
Mengevaluasi capaian prioritas nasional.
dan kemajuan pelaksanaan 2012.
Hasil evaluasi terhadap capaian prioritas nasional 2010, 2011 dan kemajuan pelaksanaan 2012.
Tersedianya informasi dasar untuk merumuskan kebijakan terutama yang berupa langkah penanganan segera, baik oleh pemerintah maupun oleh pemerintah daerah.
2 Untuk mengetahui isu strategis provinsi
Tersedianya hasil identifikasi isu strategis yang didasarkan pada hasil evaluasi.
Dokumen isu strategis masing-masing provinsi
Tersedianya isu strategis untuk memberikan masukan parencanaan pada tahun 2013.
4
PROVINSI GORONTALO
C. Kerangka Acuan
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah tahun 2012, dilaksanakan dengan
kerangka seperti di bawah ini.
Gambar 1.1Kerangka Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Tahun 2012
11 + 3 Prioritas Nasional Indikator
Identifikasi Program/Kegiatan (output –outcome) yang dilaksanakan dalam mencapai target prioritas nasional dan pendanaannnya
Analisis Capaian Kinerja 2010 dan 2011 serta
Kemajuan Pelaksanaan 2012
Rekomendasi Pada Level
Output/OperasionalIsu Strategis
Rekomendasi Kebijakan
Berdasarkan Isu Strategis
Masukan Terhadap Penyusunan RKP 2014, yang isinya mencakup: Analisis capaian 2010, 2011 dan progres 2012 Isu strategis Rekomendasi kebijakan RKP 2014
RPJMN 2010 - 2014
Dilaksanakan
oleh
Sekretariat
Nasional
Dilaksanakan
oleh Tim
EKPD
Provinsi
Identifikasi Data Capaian 2010,2011
serta Kemajuan Pelaksanaan 2012
Dilaksanakan
oleh
Sekretariat
Nasional
Keterangan:
Biru : dilaksanakan oleh Sekretariat Nasional
Merah : dilaksanakan oleh tim EKPD Provinsi
5
PROVINSI GORONTALO
BAB IIHASIL EVALUASI
CAPAIAN PRIORITAS NASIONAL 2010, 2011 DAN KEMAJUAN PELAKSANAAN 2012
Evaluasi capaian prioritas nasional tahun 2010, 2011 dan perkembangan
pelaksanaan 2012adalah untuk mengetahui capaian kinerja pembangunan dengan cara
melakukan analisis antara target capaian dengan capaian dan antara capaian 2010
dengan 2011 dan capaian 2011 dengan 2012, berikut adalah analisis capaian kinerja
berdasarkan prioritas pembangunan yang ada dalam RPJMN 2010-2014.
A. Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola;1. Indikator
Tabel 2.1. Capaian Indikator Reformasi Birokrasi Dan Tata Kelola
Indikator Capaian 2010
Capaian 2011
Progres 2012
(Triwulan II)Sumber
Data
Persentase kasus korupsi yang tertangani dibandingkan dengan yang ditangani lebih lanjut oleh kejaksaan
65,85 111,53 - Kajati
Persentase kab/ kota yang memiliki peraturan daerah pelayanan satu atap
71,00 86,00 86,00 Bappeda
Persentase kab/kota yang memiliki pelaporan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)
14,00 14,00 - Bappeda
Persentase kab/kota yang telah memiliki e-procurement
14,00 14,00 14,00 Bappeda
Persentase kab/kota yang telah memiliki Perda Transparansi
44,00 44,00 44,00 Bappeda
Persentase peningkatan investasi PMA
24,66 21,84 BID
Persentase peningkatan investasi PMDN
56,84 BID
6
PROVINSI GORONTALO
2. Analisis Pencapaian IndikatorAnalisis terhadap impact:Pelayanan prima
Pemerintah Daerah selama ini terus melakukan upaya dalam memberikan
pelayanan prima pada masyarakat. Hal ini terlihat antara lain dari komitmen
pemerintah untuk menekan angka korupsi yang terjadi di daerah. Selain upaya
yang dilakukan oleh pemerintah daerah masyarakat juga terus melakukan
pengawasan dengan munculnya berbagai komunitas anti korupsi yang turut
mengawal dan mengontrol jalannya pelayanan publik. Selain itu di didunia
akademik lembaga pendidikan tinggi telah menerapkan kurikulum anti korupsi,
seperti halnya pada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo serta
pada beberapa fakultas yang ada di Universitas Gorontalo. Pada tingkat Sekolah
Dasar dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, kurikulum pemberantasan korupsi
telah masuk pada taraf sosialisasi, sedangkan untuk tingkat Sekolah Menengah
Umum telah dilakukan MOU dengan Kejaksaan, seperti halnya yang dilakukan
oleh SMU Negeri 1 Gorontalo.
Pengawasan yang diberikan oleh masyarakat serta adanya upaya
pencegahan korupsi secara dini melalui kurikulum pada dunia pendidikan
merupakan cerminan dari pemerintah daerah untuk memcegah korupsi sekaligus
sebagai upaya untuk memberikan pelayanan prima bagi masyarakat. Faktor
yang diidentifikasi mempengaruhi perbuatan korupsi adalah kesadaran hukum
dan kepastian hukum pelaku tindak pidana korupsi yang bersifat variatif,
implementasi berbagai produk hukum yang telah dihasilkan perlu lebih
ditingkatkan untuk menjamin tumbuhnya kepercayaan rakyat kepada pemerintah
dengan mewujudkan kepastian hukum bagi semuanya, tingkat kepedulian
stakeholder di Gorontalo terhadap produk hukum masih perlu ditingkatkan agar
keberadaan hukum benar-benar menjadi instrumen untuk mewujudkan keadilan
dan perlindungan/pengayom masyarakat. Selain itu faktor yang penting adalah
komitmen pemerintah daerah dalam menciptakan pemerintah bersih yang bebas
korupsi. Penyelesaian jumlah kasus korupsi yang dapat diselesaikan sangat
tergantung pula dari bukti yang diperoleh pihak berwenang. Pada tahun 2010
terdapat 41 kasus korupsi yang sampai pada tahap penyidikan dan 27 kasus
sampai pada tahap penuntutan (65,85%), dengan kerugian negara sebanyak
2,054 milyar rupiah. Tahun 2011 jumlah kasus korupsi yang masuk penuntutan
29 dari 26 kasus yang masuk pada tahapan penyidikan (111,53%). Kenaikkan ini
7
PROVINSI GORONTALO
disebabkan terdapat kasus pada tahun sebelumnya yang penuntutannya nanti
dilakukan pada tahun 2011 ini.
Analisis terhadap outcome: Persentase kab/ kota yang memiliki peraturan daerah pelayanan satu atap,
Pola pelayanan publik yang dilakukan secara terpadu pada suatu tempat
oleh beberapa instansi pemerintah daerah sesuai dengan kewenangan
masing-masing. Provinsi Gorontalo sampai saat ini terdiri dari 5 kabupaten
dan 1 kota. Pelayanan satu atap diberikan sejak tahun 2005 yang dimulai
dari Kota Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo. Pada tahun 2010 jumlah
kabupaten/kota yang memiliki peraturan daerah pelayanan satu atap
berjumlah 71%, tahun 2011 menjadi 86% dan sampai September 2012 ini
jumlah kabupaten/kota yang memiliki pelayanan satu atap adalah 86%.
Banyaknya konsultasi/fasilitasi dari provinsi ke Kab/kota mengenai
pelayanan satu atap, Tersedianya juklak tentang pelayanan satu atap,
Jumlah training yang dilakukan tentang pelayanan satu atap, Jumlah
kegiatan sinkronisasi danharmonisasi tentang tata cara pelayananpenerbitan
surat persetujuan penanamanmodal bagi kabupaten atau kota serta dunia
usaha, Tersedianya Aplikasi Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan
Daerah
Persentase provinsi dan kab/kota yang memiliki pelaporan Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP)
Penilaian Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) di Provinsi selang tahun 2009-
2010 hanya dicapai oleh 1 kabupaten atau 14%. Meskipun demikian wilayah
lainnya pada tahun 2010 memiliki predikat penilaian wajar dengan
pengecualian (WDP). Pemerintah Provinsi Gorontalo sesungguhnya memiliki
komitmen yang kuat dalam pengelolaan keuangan ini. Hal ini dibuktikan
Provinsi Gorontalo telah menjadi pilot project penerapan neraca keuangan
daerah sejak tahun 2002 (setahun sejak terbentuk Provinsi Gorontalo yakni
tahun 2001). Kendala yang dihadapi oleh pemerintah daerah dalam
mendapatkan penilaian WTP salah satunya disebabkan penerjemahan
aturan pengelolaan keuangan daerah yang selalu berubah yang keliru dalam
pelaksanaannya di daerah.
8
PROVINSI GORONTALO
Persentase provinsi dan kab/kota yang telah melaksanakan proses
pelelangan menggunakan e-procurement sebanyak minimal 40%,
E-Procurement adalah proses pengadaan barang/jasa pemerintah yang
pelaksanaannya dilakukan secara elektronik yang berbasis web/internet
dengan memanfaatkan fasilitas teknologi komunikasi dan informasi yang
meliputi pelelangan umum secara elektronik yang diselenggarakan oleh
Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE).
Penerapan e-procurement terus dilakukan persiapan pada beberapa
wilayah. Selama ini kebijakan ini terkendala oleh hal bersifat teknis seperti
kesiapan Informasi Teknologi serta SDM penunjang. Meskipun demikian
pada tingkat provinsi hal ini sudah dilaksanakan. Selain penerapan e-
procurement, suatu pemerintahan masuk kategori Good governance
manakala pemerintahan tersebut sudah menerapkan prinsip-prinsip
tranparansi. Sampai tahun 2011 wilayah yang telah menerapkan Perda
transparansi adalah 44%, sisanya masih dalam tahap persiapan pengesahan
karena termasuk daerah yang belum lama dimekarkan.
Persentase kab/kota yang telah memiliki Perda Transparansi
Transparansi adalah keterbukaan dalam melaksanakan suatu proses
kegiatan. Tranparansi merupakan salah satu syarat penting untuk
menciptakan Good Governance. Dengan adanya transparansi di setiap
kebijakan dan keputusan di lingkungan organisasi dan pemerintahan, maka
keadilan (fairness) dapat ditumbuhkan. Suatu pemerintahan masuk kategori
Good Governance manakala pemerintahan tersebut sudah menerapkan
prinsip-prinsip tranparansi. Hal ini dimungkinkan karena prinsip-prinsip Good
governance adalah mencakup: Transparansi, Integritas, Akuntabilitas,
Tanggung jawab dan Partisipasi. Wilayah yang telah menjalankan Perda
transparansi di Provinsi Gorontalo sampai tahun 2011 adalah: Kota
Gorontalo, Kabupaten Boalemo dan Provinsi Gorontalo.
Sampai tahun 2012 seluruh kabupaten/kota dan provinsi memiliki
keterbukaan informasi publik, hal ini disebabkan sejak tahun 2011 telah
dilakukan sosialisasi tentang undang-undang keterbukaan informasi publik.
3. Rekomendasi Kebijakan Persentase kasus korupsi yang tertangani dibandingkan dengan yang
dilaporkan.
9
PROVINSI GORONTALO
Upaya pemberantasan korupsi hendaknya diikuti dengan sosialisasi tentang
berbagai aturan yang berhubungan dengan penanggulangannya baik di
lingkungan eksekutif, legislatif maupun masyarakat, dibarengi dengan
peningkatan kualitas aparat hukum. Hal ini perlu dilakukan karena banyak
korupsi di daerah terjadi karena kesalahan dalam menerapkan berbagai
aturan yang ada.
Persentase kab/ kota yang memiliki peraturan daerah pelayanan satu atap
Untuk menerapkan pelayanan satu atap, perda transparansi dan e-
procurement perlu adanya penyiapan SDM yang diimbangi dengan
penyediaan sarana dan prasarana penunjangnya.
Persentase kab/kota yang memiliki pelaporan Wajar Tanpa Pengecualian
(WTP)
Dalam rangka pencapaian WTP maka perlu dilakukan berbagai pelatihan
kepada pelaku pelaporan keuangan, sosialisasi aturan pengelolaan
keuangan yang selalu berubah serta perlu adanya sinergitas antara legislatif
dan eksekutif dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan keuangan.
Persentase kab/kota yang telah memiliki e-procurement
Untuk menunjang pelaksanaan e-procurement di tingkat kabupaten/kota
hendaknya sarana dan prasarana penunjang perlu disiapkan demikian
dengan sumberdaya manusia yang mengelolanya.
Persentase kab/kota yang telah memiliki Perda Transparansi
Pelaksanaan Perda transparansi membutuhkan komitmen dan dukungan
seluruh masyarakat oleh karena itu hendaknya dalam mewujudkan hal ini
perlu adanya perlu ada sinergitas antara semua pihak yang terkait.
B. Pendidikan;Dalam melaksanakan program pembangunan di Provinsi Gorontalo pemerintah
daerah menerapkan tiga pilar yaitu: 1) pemerataan dan perluasan akses
pendidikan; 2) peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing; dan 3) penguatan
tata kelola, akuntabilitas, dan pencitraan publik. Dari tiga pilar pembangunan ini
arah pembangunan pendidikan lebih difokuskan pada ketersediaan,
keterjangkauan, kualitas, kesetaraan dan kepastian. Pencapaian kinerja
pendidikan Provinsi Gorontalo tersaji pada uraian berikut,
Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi
Gorontalo 2012-2017, pendidikan dijadikan sebagai salah satu program utama
yaitu melalui Pendidikan Gratis.
10
PROVINSI GORONTALO
1. Indikator
Tabel 2.2. Capaian Indikator Pendidikan
Indikator Capaian 2010
Capaian 2011
Progres 2012 (Triwulan II) Sumber Data
Rata-rata Lama Sekolah 7,10 7,10 Dikpora
Angka Partisipasi Murni :
SD/MI 97,84 98,27 98,38 Dikpora
SMP/MTs 71,73 76,28 80,49 Dikpora
Angka Partisipasi Kasar
SD/MI : 109,15 104,57 129,23 Dikpora
SMP/MTs : 73,51 84,55 102,99 Dikpora
Persentase kelulusan ujian
nasional SD
91,71 94,45 100 Dikpora
Persentase kelulusan ujian
nasional SMP
98,84 95,36 99,74 Dikpora
Persentase kelulusan ujian
nasional SMA
99,43 95,36 99,33 Dikpora
Angka melek aksara 15 tahun
ke atas
88.029 91.029 94.529 Dikpora
2. Analisis Pencapaian IndikatorAnalisis terhadap impact: Rata-rata Lama Sekolah
Rata-rata lama sekolah adalah lama sekolah (tahun) penduduk usia 10 tahun
ke atas. Rata-rata lama sekolah Provinsi Gorontalo pada tahun 2010 dan
2011 ditargetkan menjadi 7,10 tahun. Rata-rata lama sekolah berhubungan
dengan beberapa faktor antara lain: Jumlah siswa penerima BOS, Rasio
siswa-guru dan ruang kelas. Sampai tahun 2011/2012 jumlah siswa
penerima Bos untuk tingkat SD/MI adalah 144.163 siswa sedangkan tingkat
SMP/MTs berjumlah 44.743 siswa. Rasio siswa-guru tingkat SD/MI 13,
SMP/MTs rasionya 10 dan SMA/SMK/MA rasionya 12. Rasio siwa dan
sekolah untuk SD/MI 155. SMP/MTs rasionya 152 dan SMA/MA 439, SMK
Rasionya 256. Untuk rasio siswa-kelas tingkat SD/MI adalah 24, SMP/MTs
rasionya 26 dan SMU/MA dan SMK masing-masing rasionya 61 dan 34.
Angka melek aksara 15 tahun ke atas
11
PROVINSI GORONTALO
Angka melek aksara di Provinsi Gorontalo dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan. Pada tahun 2010 angka capaiannya 88,029%, tahun 2011
mencapai 91,029% dan tahun 2012 mencapai 94,529.
Program implementatif yang dapat meningkatkan angka melek aksara adalah
program Paket Pendidikan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah
Provinsi Gorontalo. Pada tahun 2011/2011 persentase peserta didik Paket
terhadap putus sekolah menurut jenjang masing-masing Paket A 250,55%,
Paket B, 737,47% dan Paket C persentasenya 818,75%.
Faktor lain yang turut mengangkat angka melek aksara adalah adanya
keikutsertaan perguruan tinggi seperti halnya Universitas Negeri Gorontalo
dalam program pemberantasan buta aksara turut mendorong peningkatan
angka ini. Universitas Negeri Gorontalo melalui program pengabdian
masyarakat yaitu Kuliah Kerja Sibermas (KKS) bersama masyarakat
memberantas buta aksara ini terutama di desa-desa yang menjadi lokasi
KKS. Faktor lain yang cukup berperan peningkatan kinerja pendidikan
adalah disusunnya Aksi daerah MDG 2015 yang menjadi pegangan dalam
peningkatan indikator MDG yang didalamnya termasuk bidang pendidikan.
Persentase kelulusan ujian nasional SD/MI
Untuk persentase kelulusan ujian nasional SD di Provinsi Gorontalo dari
tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Tahun 2010, angka kelulusan
UN mencapai 91,71 %, tahun 2011 dan tahun 2012 masing-masing
mencapai 94,71% dan 100%.
Peningkatan jumlah siswa yang lulus UN ini disebabkan oleh beberapa
faktor, antara lain: meningkatnya profesionalisme dosen yang dilihat dari
meningkatnya jumlah guru yang tersertifikasi, dimana tahun 2011/2012
jumlah guru yang tersertifikasi adalah 23,3%. Selain itu intensitas dan
kuantitas guru dalam mengikuti pelatihan mata pelajaran merupakan faktor
yang turut berperan dalam mengangkat tingkat kelulusan UN, dimana
terdapat 1.872 orang guru yang mengikuti pelatihan mata pelajaran.
Dukungan dana juga merupakan faktor yang mendorong peningkatan jumlah
siswa lulus UN. Pada tahun 2011/2012 jumlah dana untuk Sekolah Dasar
sebesar 150,244 milyar rupiah.
Persentase kelulusan ujian nasional SMP
Dalam rentang tahun 2010-2012, kelulusan ujian nasional SMP mengalami
fluktuatif. Tahuin 2010 angka kelulusan mencapai 98,84%, tahun 2011 turun
menjadi 95,36% dan tahun 2012 mengalami peningkatan dari dua tahun
12
PROVINSI GORONTALO
sebelumnya, yaitu 99,74%. Faktor yang mendorong peningkatan capaian
siswa lulus UN tingkat SMP dapat dilihat pula dari peningkatan
profesionalisme guru yang tergambar dari jumlah guru yang tersertivikasi
sampai tahun 2011/2012 adalah 39,72%; jumlah guru yang mengikuti
pelatihan mata pelajaran berjumlah 1.630 orang; dan jumlah alokasi
anggaran sebesar 62,54 milyar rupiah.
Persentase kelulusan ujian nasional SMA
Untuk ujian nasional tingkat SMA Provinsi Gorontalo angka kelulusannya
mengalami fluktuasi, dimana tahun 2010 mencapai 99,43%, tahun 2011
mencapai 95,36% dan tahun 2012 mencapai 99,33%. Peningkatan kelulusan
UN tingkat SMA ini antara lain : meningkatnya profesionalisme guru SMU
dimana pada tahun 2011/2012 terdapat 57,11% guru tersertifikasi;
meningkatnya jumlah guru yang mengikuti pelatihan mata pelajaran yaitu 841
orang, serta meningkatnya dana yaitu mencapai 37,61 ,ilyar rupiah.
Analisis terhadap outcome: Angka Partisipasi Murni (SD/MI)
Angka partisipasi yang dijadikan indikator pendidikan antara lain adalah
Angka Partisipasi Murni (APM). APM adalah proporsi anak yang
bersekolah pada kelompok umur tertentu pada tingkat yang sesuai dengan
kelompok umur tersebut. APM biasanya diterapkan untuk jenjang pendidikan
SD (usia 7-12 tahun), SLTP (usia 13-15 tahun) dan SLTA (usia 16-18 tahun).
Indikator pendidikan untuk APM difokuskan pada APM SD/MI. Tahun 2010
APM SD/MI mencapai 97,84 dari target 98% dan tahun 2011 naik menjadi
98,27%.
Adanya kenaikan APM SD/MI disebabkan adanya berbagai program yang
dilakukan oleh pemerintah daerah Provinsi Gorontalo antara lain: (a)
peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pendidikan
pemberian subsidi bagi sekolah-sekolah terpencil dan swasta, (b) revitalisasi
dan regrouping SD/MI. (c) pemberian Beasiswa, (d) pembangunan USB dan
RKB dan (d) meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan. Selain itu dukungan anggaran merupakan faktor yang tidak
kalah penting dalam peningkatan APM yang digunakan untuk kegiatan
pembangunan sarana fisik, maupun peningkan mutu satf pengajar. Pada
tahun 2011 anggaran untuk pendidikan di Provinsi Gorontalo seluruhnya
13
PROVINSI GORONTALO
berjumlah 202, 334 milyar rupiah, yang bersumber dari APBD 52,808 milyar
rupiah dan bersumber dari dana APBN 149,525 milyar rupiah.
Angka Partisipasi Kasar (SD/MI)
Angka Partisipasi Kasar (APK) dijadikan sebagai salah satu indikator
bidang pendidikan dalam mengevaluasi kinerja selain APM. APK adalah
proporsi anak sekolah pada jenjang pendidikan tertentu dalam kelompok
umur yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut. Untuk tingkat SD/MI
menunjukkan, proporsi anak sekolah pada jenjang pendidikan SD/MI dalam
kelompok umur yaitu usia 7-12 tahun. Berdasarkan data yang diperoleh
tahun 2010 angka partisipasi kasar SD/MI mencapai 109,15 dan tahun 2011
turun menjadi 104,57%..
Adanya penurunan angka partisipasi kasar ini mengindikasikan mulai adanya
pemerataan kesempatan bersekolah berdasarkan wilayah pada tingkat
SD/MI. Hal ini disebabkan oleh adanya kebijakan pemerintah daerah, antara
lain: (1) Mengoptimalkan capaian APM SD/MI pada tingkat kabupaten/Kota.
(2) Menjamin seluruh siswa kelas 1 SD/MI tamat Sekolah dan (3) Bebas buta
aksara penduduk usia 15-24 tahun.
3. Rekomendasi Kebijakan Rata-rata Lama Sekolah
Program pendidikan gratis yang menjadi program utama Pemerintah Daerah
Provinsi Gorontalo, hendaknya diimplementasikan kepada masyarakat yang
tidak mampu terutama pda daerah yang terpencil, sehingga mereka dapat
melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.
Partisipasi Murni (SD/MI)
Pemerataan sarana dan prasarana serta sumberdaya guru dan penyaluran
beasiswa bagi yang tidak mampu dapat meningkatkan APM SD/MI oleh
karena itu program kebijakan pendidikan tingkat SD harus lebih berorientasi
pada hal ini.
Angka Partisipasi Kasar (SD/MI)
Pemerataan kualitas pendidikan harus dilakukan melalui perencanaan yang
komprehensif dan bersinergi antara antara kabupaten/kota dan provinsi.
Angka melek aksara 15 tahun keatas
Kebijakan program Pendidikan Paket A, B dan C masih menjadi program
andalan yang dapat memotivasi masyarakat untuk melek aksara sehingga
14
PROVINSI GORONTALO
program ini perlu diintensifkan terutama pada wilayah yang aka melek
aksanya masih rendah.
Persentase kelulusan ujian nasional SD
Naiknya persentase lulus UN pada tingkat SD hendaknya dibarengi dengan
peningkatan kualitas Guru, sampai tahun 2011/2012 baru 28,83% guru layak
mengajar, oleh karena itu hal ini hendaknya menjadi perhatian pemerintah.
Persentase kelulusan ujian nasional SMP
Berbagai pelatihan mata pelajaran yang diikuti oleh guru merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi peningkatan nilai lulus SMP, oleh karena itu
kebijakan ini perlu dilakukan terus dan ditingkatkan.
Persentase kelulusan ujian nasional SMA
Pada tingkat SMA peningkatan persentase siswa lulus UN mengalami
peningkatan, hal ini selain adanya fakor keikutsertaan guru dalam pelatihan
mata pelajaran juga karena adanya peningkatan kualifikasi pendidikan guru
SMU. Oleh karena itu kebijakan ini perlu dilanjutkan.
C. Kesehatan;1. Indikator
Tabel 2.3. Capaian Indikator Kesehatan
Indikator Capaian 2010
Capaian 2011
Progres 2012 (Triwulan II)
Sumber Data
Angka kematian bayi 14,70 12,50 - Dikes
Angka harapan hidup 70,6 71 71,5 DikesPersentase penduduk ber-KB (contraceptive prevalence rate)
78,96 84,82 - BKKBN
Laju pertumbuhan penduduk 2,26 2,22 2,22 Dihitung dari data BPS
2. Analisis Pencapaian IndikatorAnalisis terhadap impact: Angka Harapan Hidup
Angka Harapan Hidup adalah perkiraan rata-rata lamanya hidup yang akan
dicapai oleh sekelompok penduduk dari sejak lahir. Angka harapan hidup
penduduk Provinsi Gorontalo terus mengalami peningkatan yaitu 69,80
tahun pada tahun 2009. Tahun 2010 diproyeksikan Harapan Hidup
Penduduk Provinsi Gorontalo menjadi 70,60 tahun, pada tahun 2011
15
PROVINSI GORONTALO
menjadi 71 tahun dan pada tahun 2012 menjadi 71,5. Peningkatan angka
harapan hidup ini membuktikan adanya perbaikan mutu layanan kesehatan
di Provinsi Gorontalo, meskipun demikian secara nasional angka harapan
hidup penduduk Gorontalo masih berada diurutan ke 23 dari 33 provinsi.
Analisis terhadap outcome: Angka Kematian Bayi
Angka Kematian Bayi atau Infant Mortality Rate (IMR) adalah proporsi bayi
meninggal setelah dilahirkan dan sebelum mencapai usia 1 tahun per 1000
kelahiran di tahun yang sama. Angka kematian bayi Provinsi Gorontalo pada
tahun 2010 menunjukkan kecenderungan menurun yaitu dari 14,70 menjadi
12,50 per 1000 kelahiran hidup.
Strategi yang dilakukan oleh pemerintah Provinsi Gorontalo dalam
menurunkan angka kematian bayi ini antara lain melalui: Peningkatan
kualitas pelayanan kesehatan anak di seluruh Fasilitas Kesehatan di Provinsi
Gorontalo, peningkatan/penguatan Imunisasi melalui Gerakan Akselerasi
Imunisasi Nasional (GAIN) UCI, pemerataan Jangkauan terutama daerah
yang belum mencapai UCI, kampanye campak terintegrasi dengan polio,
serta pengembangan Desa Siaga Aktif atau Kelurahan Siaga Aktif dalam
mendukung kegiatan untuk menurunkan Angka Kematian Bayi dan Balita.
Implementasi dari program kesehatan di atas terlihat dari adanya
peningkatan Presentase ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan
terlatih yaitu untuk wilayah kota 91,4% dan desa 72,5%; Persentase Ibu
Hamil yang Mendapatkan Pelayanan Antenatal 84%, serta cakupan
kunjungan Neonatal Pertama (KN1) mencapai 95%.
Persentase penduduk ber-KB (contraceptive prevalencerate)
Penduduk yang mengikuti program keluarga berencana dapat dijadikan
sebagai salah satu indikator tingkat kesehatan penduduk. Persentase
penduduk Ber-KB menunjukkan rasio antara jumlah pasangan usia subur
yang mengikuti program KB dengan jumlah pasangan usia subur. Pada
tahun 2010 persentase penduduk ber-KB di Provinsi Gorontalo mencapai
78,96 dan tahun 2012 mencapai 84,82. Peningkatan jumlah peserta KB di
Provinsi karena adanya strategi penggarapan program KB melalui Standar
Operasional Prosedur (SOP). Selain itu dilakukan melalui pemanfaatan
momentum antara lain: pelayanan serentak melalui kegiatan operasional
pelayanan dengan mobil unit KB, KB Polri atau KB Bhayangkara, Operasi
16
PROVINSI GORONTALO
manunggal KB-Kesehatan, KB-IBI (Ikatan Bidan Indonesia), KB-PGRI dan
KB-PKK.
Laju pertumbuhan penduduk
Laju pertumbuhan penduduk menunjukkan perkembangan jumlah penduduk
dari tahun ke tahun yang dipengaruhi oleh angka kelahiran, angka kematian
dan migrasi. Pada tahun 2009 jumlah penduduk 983.952 orang dan tahun
2010 bertambah menjadi 1.040.164 orang. Berdasarkan data ini laju
pertumbuhan penduduk tahun 2010 adalah 2,26%. Pada tahun 2011 jumlah
penduduk Provinsi Gorontalo bertambah menjadi 1.063.264 orang dengan
laju pertumbuhan penduduk 2,22 % dan tahun 2012 diproyeksikan menjadi
1.086.877 orang. Peningkatan pertumbuhan ekonomi merupakan faktor yang
turut berpengaruh pada peningkatan jumlah penduduk di Provinsi Gorontalo.
Selain itu pesatnya kemajuan pendidikan tinggi yang ada di provinsi ini
mendorong siswa dari luar daerah banyak yang kuliah di daerah ini sehingga
meningkatkan jumlah penduduk.
3. Rekomendasi Kebijakan Angka Kematian Bayi
Untuk menekan angka kematian bayi maka penyebaran tenaga medis yang
profesional hendaknya dilakukan lebih merata agar layanan kesehatan
masyarakat dapat optimal.
Angka Harapan Hidup
Perlu dirancang kebijakan yang dapat memotivasi masyarakat untuk mandiri
dalam hidup sehat seperti misalnya program desa sehat sehingga dapat
memiliki harapan hidup yang lebih panjang. Pendirian rumah sakit provinsi
dengan melibatkan Perguruan Tinggi perlu dipercepat agar mutu layanan
kesehatan bagi masyarakat di Provinsi Gorontalo lebih dapat ditingkatkan
Persentase penduduk ber-KB (contraceptive prevalence rate)
Berbagai inovasi yang dilakukan oleh pemerintah dalam menaikkan
persentase penduduk ber-KB hendaknya terus dilakukan dan perlu pula
disediakan sarana penunjangnya terutama pada masyarakat yang kurang
mampu.
Laju pertumbuhan penduduk
Pertumbuhan penduduk Provinsi Gorontalo antara lain dipengaruhi oleh
adanya migrasi penduduk yang disebabkan meningat daya tarik wilayah ini
17
PROVINSI GORONTALO
setelah dimekarkan dari provinsi induk, oleh karena pemerintah perlu kiranya
menyiapkan berbagai program dalam menyikapi hal ini.
D. Penanggulangan Kemiskinan;1. Indikator
Tabel 2.4. Capaian Indikator Penaggulangan Kemiskinan
Indikator Capaian 2010
Capaian 2011
Progres 2012 (Triwulan II) Sumber Data
Persentase penduduk miskin
23,19 18,75 17,66 BPS
Tingkat pengangguran terbuka
5,16 4,25 - BPS
2. Analisis Pencapaian IndikatorAnalisis terhadap impact: Persentase penduduk miskin
Definisi Kemiskinan yang digunakan BPS adalah jumlah rupiah yang
diperlukan oleh setiap individu untuk makanan setara 2.100 kilo kalori per
orang/hari. Biaya untuk membeli 2.100 kilo kalori/hari disebut sebagai Garis
Kemiskinan Makanan dan Mereka yang pengeluarannya lebih rendah dari
garis kemiskinan disebut sebagai penduduk yang hidup di bawah garis
kemiskinan atau penduduk miskin. Penduduk miskin Provinsi Gorontalo
selang dua tahun terakhir memperlihatkan kecenderungan yang menurun,
Pada tahun 2010 kemiskinan Provinsi Gorontalo mencapai 23,19% dan
tahun 2011 mencapai 18,75%. Selang dua tahun ini penurunannya cukup
signifikan hampir 4% dan melampaui target yaitu 19,00%. Pada tahun 2012
ini sesuai dengan target MDGs, persentase kemiskinan Provinsi Gorontalo
adalah 17,66%.
Kebijakan yang ditempuh pemerintah Provinsi Gorontalo dalam menurunkan
kemiskinan adalah: dengan pemenuhan hak-hak dasar masyarakat dalam
bentuk bebas dari kemiskinan, pengangguran, minimnya sandang, pangan,
dan papan, serta keterbatasan infrastruktur dasar ekonomi. Untuk itu,
peningkatan ekonomi masyarakat lebih ditekankan pada peningkatan akses
masyarakat ke sumber-sumber ekonomi dalam frame agropolitan sehingga
kinerja sektor unggulan daerah meliputi pertanian, perkebunan, perikanan
kelautan, dan peternakan secara nyata dapat meningkatkan kemakmuran
rakyat. Disamping itu, ditempuh kebijakan untuk membangkitkan industri dan
usaha kecil menengah yang berbasis pada kompetensi daerah, peningkatan
pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup serta peningkatan
18
PROVINSI GORONTALO
investasi di daerah. Untuk itu, pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat
dalam bidang ekonomi adalah terpenuhinya hak untuk berusaha, hak untuk
memperoleh akses atas kebutuhan infrastruktur dasar ekonomi, hak
berinovasi, hak untuk memperoleh akses permodalan, hak atas kesetaraan
ekonomi, hak atas pemerataan distribusi barang dan jasa, hak atas
informasi, serta hak atas pengelolaan SDA.
Dalam menurunkan angka kemiskinan ini target ditetapkan berbdasarkan
sasaran pencapaian MDG Gorontalo adalah: menurunkan hingga
setengahnya Proporsi Penduduk dengan Tingkat Pendapatan Kurang dari
US$ 1 per hari, Menyediakan seutuhnya Pekerjaan yang produktif dan layak,
terutama untuk perempuan dan kaum muda, dan menurunkan hingga
setengahnya Proporsi Penduduk yang Menderita Kelaparan
Analisis terhadap outcome: Tingkat pengangguran terbuka
Pengangguran Terbuka merupakan bagian dari angkatan kerja yang tidak
bekerja atau sedang mencari pekerjaan (baik bagi mereka yang belum
pernah bekerja sama sekali maupun yang sudah pernah bekerja), atau
sedang mempersiapkan suatu usaha, mereka yang tidak mencari pekerjaan
karena merasa tidak mungkin untuk mendapatkan pekerjaan dan mereka
yang sudah memiliki pekerjaan tetapi belum mulai bekerja. Proporsi atau
jumlah pengangguran terbuka dari angkatan kerja berguna sebagai acuan
pemerintah bagi pembukaan lapangan kerja baru. Disamping itu, tren
indikator ini akan menunjukkan keberhasilan progam ketenagakerjaan dari
tahun ke tahun.
Angka pengangguran di Provinsi Gorontalo cenderung mengalami
penurunan yaitu: 5,16% pada tahun 2010 dan tahun 2011 turun menjadi
4,25. Meskipun demikian hal yang perlu dicari jalan keluar adalah
peningkatan jumlah pengangguran yang terdidik. Berdasarkan data Dinas
Tenaga Kerja Provinsi Gorontalo tahun 2010, jumlah tenaga yang
berpendidikan sarjana mencapai 25% dari total jumlah pengangguran
sebanyak 26.900 orang. Berdasarkan hasil identifikasi isu dan masalah
sentral ketenagakerjaan di Provinsi Gorontalo adalah : 1) Kecenderungan
tenaga kerja untuk menjadi pegawai negeri sipil sangat tinggi. Hal ini terjadi
karena ada anggapan bahwa dengan menjadi pegawai Negeri Sipil, maka
dengan sendirinya status sosial di masyarakat akan terangkat; 2) Kultur
memilih-milih pekerjaan sehingga lowongan pekerjaan yang ada akan terisi
oleh tenaga kerja luar daerah; 3) rendahnya kualitas dan kapasitas SDM
19
PROVINSI GORONTALO
sehingga tenaga kerja lokal tidak mampu bersaing dengan tenaga kerja dari
luar daerah, sehingga berpengaruh pada tingkat pengangguran; dan 4)
rendahnya kemampuan menciptakan kesempatan kerja serta rendahnya jiwa
wirausaha sehingga banyak orang luar daerah yang cukup berhasil di
Provinsi Gorontalo. Dalam teknis penanggulangan pengangguran selama ini
Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) melakukannya secara parsial
sehingga hasilnya tidak efektif dan tumpang tindih.
Lapangan kerja utama yang ada
Provinsi Gorontalo perekonomiannya masih bertumpu pada sektor pertanian,
sehingga lapangan perkerjaan utama di provinsi ini sebagian besarnya
adalah pertanian: meliputi tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan
perikanan. Sektor pertanian masih didominasi oleh pertanian rakyat dengan
komoditi yang dihasilkan masih berupa bahan baku.
Tingkat penyerapan tenaga kerja
Sampai tahun 2010 sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja di
Provinsi Gorontalo adalah: sektor pertanian 40,88%, sektor jasa
Kemasyarakatan, Sosial, dan Perorangan, 18,78%, dan 16,46% diserap oleh
sektor Perdagangan, Rumah Makan, dan Jasa Akomodasi.
Pendapatan per kapita
Pendapatan per kapita penduduk Provinsi Gorontalo mengalami
peningkatan, hal ini menjadi indikator terdapat peningkatan kesejahteran
masyarakat di provinsi ini. Berdasarkan harga konstan pendapatan per
kapita Provinsi Gorontalo pada tahun 2010 mencapai Rp. 2.804.838,
sedangkan pada tahun 2011 angkanya naik menjadi Rp. 2.955.601
Jumlah Penduduk Miskin
Berdasarkan capaian persentase dan jumlah total penduduk maka jdiperoleh
umlah penduduk miskin Provinsi Gorontalo tahun 2011 mencapai 199.292
orang, angka ini mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2010
yaitu 241.382 orang.
Indeks Gini,
Todaro (2000:180) mengemukakan distribusi perseorangan (personal
distribution of income) merupakan indikator yang sering digunakan oleh para
ekonom dalam mengukur distribusi pendapatan. Ukuran ini secara langsung
menghitung jumlah pendapatan yang diterima oleh setiap individu atau
rumah tangga tanpa mempermasalahkan cara mendapatkan pendapatan
tersebut. Para ekonom cenderung mengelompokkan masing-masing individu
20
PROVINSI GORONTALO
semata-mata berdasarkan pendapatan yang diterimanya dan membagi total
penduduk menjadi sejumlah kelompok atau ukuran berdasarkan besarnya
nominal pendapatannya. Biasanya penduduk dibagi menjadi lima kelompok,
disebut kwintil (quintiles), atau sepuluh kelompok yang disebut desil (decile)
sesuai dengan tingkat pendapatan mereka, kemudian menetapkan proporsi
yang diterima oleh masing-masing kelompok. Selanjutnya dihitung
persentase dari pendapatan yang diterima oleh masing-masing kelompok
dan memperkirakan tingkat pemerataan atau tingkat ketimpangan distribusi
pendapatan di masyarakat. Ukuran Indeks Gini paling banyak digunakan
dalam khasanah ilmu ekonomi pembangunan yang membahas masalah
distribusi pendapatan.
Nilai Indeks Gini bervariasi antara nol (kemerataan sempurna) sampai satu
(ketidakmerataan sempurna) atau 0 < GC < 1. Todaro (2000: 151)
mengemukakan ukuran ketimpangan suatu daerah berdasarkan angka
Indeks Gini yaitu: 0,20 < GC < 0,35 adalah ketimpangan ringan; 0,35 < GC <
0,5 adalah ketimpangan sedang; dan GC > 0,50 adalah ketimpangan berat.
Indeks Gini Provinsi Gorontalo pada tiga tahun terakhir ini berada dalam
kategori timpang sedang yaitu: tahun 2010 indeks Gini 0,43, tahun 2011
Indeks Gini 0,46 dan tahun 2012 Indeks Gini 0,44. Angka ini tidak jauh
berbeda dengan capaian nasional tahun 2010-2012, yaitu: 0,38; 0,41 dan
0,41, dimana ketiganya berada dalam ketimpangan sedang.
3. Rekomendasi Kebijakan Persentase penduduk miskin
Program penanggulangan kemiskinan perlu dilakukan secara terpadu
terutama dalam lintas sektoral maupun kabupaten/kota dan provinsi.
Tingkat pengangguran terbuka
Perkembangan pengangguran terdidik perlu diantisipasi melalui penciptaan
iklim usaha yang kondusif serta membangun kemitraan dengan pengguna
tenaga kerja. Selain itu perlu difasilitasi penciptaan kewirausahaan sejak dini
di sektor pendidikan
Lapangan kerja utama yang ada
Lapangan kerja utama di Proviinsi Gorontalo masih didominasi oleh sektor
pertanian, oleh karena itu hendaknya pemerintah memprioritaskan
pembangunan sektor ini sehingga lebih efektif sebagai penyerap lapangan
kerja, sambil melakukan alih usaha ke sektor yang lebih banyak menyerap
tenaga kerja seperti: industri dan jasa.
21
PROVINSI GORONTALO
Tingkat penyerapan tenaga kerja
Sektor riil perlu mendapat perhatian yang lebih fokus untuk menciptakan
lapangan kerja dan lapangan usaha sehingga masyarakat dapat
memperoleh pendapatan.
Pendapatan per kapita
Penciptaan lapangan kerja baru perlu difasilitasi dan diciptakan sehingga
masyarakat dapat memperoleh pendapatan yang sesuai. Usaha tersebut
harus mempertimbangkan prospektif pasar dan menjamin kehidupan yang
berkelanjutan
Jumlah Penduduk Miskin
Pendataan jumlah penduduk miskin harus tepat dan akurat agar berbagai
kebijakan dan program dalam pengentasan kemiskinan dapat efektif dan
tepat sasaran.
Indeks Gini
Perlu adanya kebijakan yang dapat menciptakan kesempatan berusaha dan
mencari pendapatan bagi masyarakat, melalui penciptaan iklim usaha yang
kondusif dan berorientasi rakyat kecil agar ketimpangan pendapatan dapat
diperkecil.
E. Ketahanan Pangan;1. Indikator
Tabel 2.5. Capaian Indikator Ketahanan Pangan
Indikator Capaian 2010
Capaian 2011
Progres 2012 (Triwulan II) Sumber Data
PDRB Sektor Pertanian Harga berlaku (Rp. Jutaan)
2.332.224 2.691.950 BPS
Nilai Tukar Petani 101.66 104,08 102,72 BPSProduksi Padi (ton) 253,56 273.921 264.233 Dinas
PertanianJumlah Penyuluh Pertanian
570 614 614 Bakorluh
Nilai Tukar Nelayan 107,72 106,79 105,35 BPS
2. Analisis Pencapaian IndikatorAnalisis terhadap impact: PDRB Sektor Pertanian
Semua barang dan jasa sebagai hasil dari kegiatan-kegiatan ekonomi yang
beroperasi di wilayah domestik, tanpa memperhatikan apakah faktor
22
PROVINSI GORONTALO
produksinya berasal dari atau dimiliki oleh penduduk daerah tersebut,
merupakan “Produk Domestik” daerah bersangkutan. Pendapatan yang
timbul oleh karena adanya kegiatan produksi tersebut merupakan
“Pendapatan Domestik”. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor
pertanian menggambarkan barang dan jasa yang dihasilkan sektor
pertanian. Pada tahun 2010 PDRB sektor pertanian Provinsi Gorontalo
mengalami peningkatan, yaitu dari Rp. 833.677 juta menjadi Rp. Rp. 885.109
juta
Analisis terhadap outcome: Nilai Tukar Petani
Nilai Tukar Petani (NTP) adalah perbandingan antara indeks harga yang
diterima (It) dan dibayar (Ib) petani. NTP merupakan salah satu indikator
yang berguna untuk mengukur tingkat kesejahteraan petani, karena
mengukur kemampuan tukar produk (komoditas) yang dihasilkan/dijual
petani dibandingkan dengan produk yang dibutuhkan petani untuk proses
produksi (usaha) maupun untuk konsumsi rumah tangga. Jika nilai NTP lebih
besar dari 100, maka dapat diartikan kemampuan daya beli petani periode
tersebut relatif lebih baik dibandingkan dengan periode tahun dasar,
sebaliknya jika NTP lebih kecil atau di bawah 100 berarti terjadi penurunan
daya beli.
Untuk Provinsi Gorontalo NTP sangat penting karena sebagian besar
penduduk provinsi ini bekerja di sektor pertanian. Pada tahun 2010, NTP
101,66, tahun 2011 mengalami kenaikan menjadi 104,08. Sedangkan pada
tahun 2012 ini sampai triwulan II rata-rata capaian NTP adalah 102,72.
Berdasarkan angka ini diproyeksikan NTP tahun 2012 akan melampaui NTP
tahun 2011. Data capaian ini mengindikasikan terjadi peningkatan
kesejahteraan petani di Provinsi Gorontalo. Hal ini disebabkan oleh makin
baiknya perekonomian daerah secara keseluruhan yang ditunjukkan oleh
kenaikkan pertumbuhan ekonomi. Dampak naiknya pertumbuhan ekonomi
ini, menarik sektor pendapatan sektor pertanian yang ditunjukkan oleh
kenaikan PDRB sektor ini, dan pada kahirnya dapat meningkatkan
pendapatan petani.
Produksi Padi
Produksi padi yang dihasilkan oleh Provinsi Gorontalo cenderung fluktuatif,.
Pada tahun 2010 berdasarkan angka tetap yang dikeluarkan oleh dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan produksi padi mencapai 253.560 ton, dan
pada tahun 2011 mengalami peningkatan yaitu menjadi 273.921 ton. Pada
23
PROVINSI GORONTALO
tahun 2012 ini berdasarkan angka ramalan sementara sampai bulan
produksi padi sawah 264.233 ton. Cukup stabilnya produksi padi di Provinsi
Gorontalo antara lain dipengaruhi oleh keadaan iklim yang menunjang, serta
ditunjang dengan berbagai program pemerintah di bidang tanaman pangan
seperti halnya subsidi benih, pupuk dan juga fasilitas lain, dimana
pelaksanaannya dilakukan secara berkelanjutan.
Jumlah Penyuluh Pertanian
Penyuluh pertanian adalah orang yang memberikan dorongan kepada para
petani agar mau mengubah cara berfikirnya dan cara hidupnya yang lama
dengan cara yang baru melalui proses penyebaran informasi seperti
pelatihan, kursus, kunjungan yang berkaitan dengan perubahan dan
perbaikan cara-cara berusahatani, usaha peningkatan produktivitas
pendapatan petani serta perbaikan kesejahteraan keluarga petani atau
masyarakat.
Keberadaan penyuluh pertanian berhubungan dengan pembentukan Badan
Penyuluh Pertanian di Provinsi Gorontalo. Keberadaan lembaga ini terbentuk
pada tahun 2009 dan mengidentifikasi jumlah penyuluh di provinsi ini pada
tahun 2010 sebanyak 570 penyuluh dan pada tahun 2011 menjad 614
penyuluh, sedangkan pada tahun 2012 ini jumlahnya belum berubah.
Perhatian Pemerintah Daerah pada peran penyuluh ini terlihat dengan
dibentuknya Badan Kooordinasi Penyuluhan Pertanian sebagai suatu
instansi tersendiri yang menangani penyuluhan dan diikuti dengan
pembentukan badan ini di tingkat kabupaten/kota. Selain itu untuk
memberikan berbagai masukkan kepada Gubernur telah dibentuk pula
Komisi Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Provinsi Gorontalo
melalui Keputusan Gubernur Provinsi Gorontalo No. 371/32/IX/2012.
Komitmen Pemerintah Daerah Provinsi Gorontalo kepada para penyuluh ini
adalah dengan memberikan berbagai insentif dan fasilitasi, bahkan ke depan
pemerintah Provinsi Gorontalo memprogramkan satu desa satu penyuluh.
Nilai Tukar Nelayan
Nilai Tukar Nelayan adalah perbandingan antara indeks harga yang diterima
(It) dan dibayar (Ib) nelayan. Nilai Tukar Nelayan di Provinsi Gorontalo
berada di atas 100, meskipun datanya memperlihatkan penurunan. Hal ini
menunjukkan bahwa daya beli masyarakat nelayan tergolong baik. Keadaan
ini disebabkkan oleh berbagai program yang dilaksanakan oleh permerintah
daerah melalui program Etalase Perikanan yang merupakan salah satu
program utama pemerintah daerah kususnya pada periode 2002-2012.
24
PROVINSI GORONTALO
3. Rekomendasi Kebijakan PDRB Sektor Pertanian
Mengingat Provinsi Gorontalo sektor perekonomiannya masih ditunjang
sebagian besar oleh sektor pertanian maka alokasi PDRB sektor ini harus
proporsional dalam rangka menjaga ketahanan pangan di provinsi ini.
Nilai Tukar Petani
Agar nilai tukar petani dapat meningkat atau stabil maka hendaknya
pemerintah daerah menciptakan berbagai kondisi yang dapat menunjang
kontinuitas usaha petani, serta mengupayakan peningkatan nilai tambah
produk pertanian yang dihasilkan.
Produksi Padi
Stabilitas dan peningkatan produksi padi sangat bergantung dari sarana dan
sarana penunjangnya terutama irigasi, oleh karena itu pemerintah daerah
perlu melakukan perluasan jaringan irigasi untuk mengairi lahan sawah tadah
hujan.
Jumlah Penyuluh Pertanian
Kebijakan pemerintah daerah yang memprogramkan satu desa satu
penyuluh, hendaknya memperhatikan kompetensi wilayah dan kualitas SDM
penyuluh agar kebijakan yang diambil lebih efektif dan efisien.
Nilai Tukar Nelayan
Kebijakan Pemerintah Daerah melalui program Etalase Perikanan yang
dilakukan oleh Pemerintah Daerah periode kepemimpinan 2002-20012,
hendaknya dilanjutkan oleh pemerintah saat ini, mengingat potensi perikanan
Provinsi Gorontalo sangat prospek.
F. Infrastruktur;1. Indikator
Tabel 2.6. Capaian Indikator Infrastruktur
Indikator Capaian 2010
Capaian 2011
Progres 2012 (Triwulan II)
Sumber Data
% panjang jalan nasional dalam kondisi:
Baik 73,88 87,85 87,85 BPSSedang 17,51 8,97 8,97 BPSBuruk 8,61 3,18 3,18 BPS
Jumlah Pembangunan Rumah Sederhana/ Provinsi (dalam unit)
100 100 125 Dinas PU
Rasio jaringan irigasiPerda RTRW Provinsi 7 7 7 Bappeda
25
PROVINSI GORONTALO
Indikator Capaian 2010
Capaian 2011
Progres 2012 (Triwulan II)
Sumber Data
Persentase kab/kota yang telah mensahkan Perda RTRW
7 7 7 Bappeda
Aksesibiltas jumlah penumpang darat yang terlayani
n.a n.a n.a
2. Analisis Pencapaian IndikatorAnalisis terhadap impact: Pertumbuhan ekonomi
Pertumbuhan ekonomi (Economic Growth) adalah perkembangan kegiatan
dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang
diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat
meningkat. Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai
masalah makro ekonomi dalam jangka panjang. Perkembangan kemampuan
memproduksi barang dan jasa sebagai akibat pertambahan faktor-faktor
produksi pada umumnya tidak selalu diikuti oleh pertambahan produksi
barang dan jasa yang sama besarnya. Pertambahan potensi memproduksi
seringkali lebih besar dari pertambahan produksi yang sebenarnya. Dengan
demikian perkembangan ekonomi adalah lebih lambat dari potensinya.
Secara umum, pertumbuhan ekonomi Gorontalo dalam 3 tahun terakhir
mengalami kenaikan yang signifikan. Pada tahun 2010, ekonomi Gorontalo
mencapai 7,63%, pada tahun 2011 tumbuh mencapai 7,68% dan pada tri
wulan I dan II tahun 2012 rata-rata mencapai 8,295%.
Salah satu penunjang dari peningkatan ekonomi ini adalah sarana
transportasi terutama jalan. Jalan yang kondisinya baik akan lebih
memperlancar pertukaran barang, orang maupun uang dalam satu wilayah.
Selain pengaturan Rencana Tata Ruang Wilayah yang komprehensif akan
dapat menciptakan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi sehingga dapat
menunjang dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Analisis terhadap outcome: Persentase panjang jalan nasional dalam kondisi baik, sedang dan buruk,
Jalan merupakan prasarana pengangkutan darat yang penting untuk
memperlancar kegiatan perekonomian masyarakat. Status jalan menurut
kewenangannya dan sumber pembiayaannya dapat dibedakan ke dalam 3
26
PROVINSI GORONTALO
(tiga) kelompok besar, yaitu jalan nasional, jalan provinsi, dan jalan
kabupaten/kota. Di tahun 2009, panjang jalan negara di Provinsi Gorontalo
tercatat sepanjang 616,24 km, sedangkan panjang jalan provinsi adalah
sejauh 408,26 km. Panjang jalan nasional selang tahun 2009-2010
mengalami peningkatan dalam keadaan baik di Provinsi Gorontalo selang
tahun 2004-2007 mengalami penurunan yang disebabkan oleh bencana
banjir maupun tanah longsor. Akan tetapi selang tahun 2007-2009
persentase jalan nasional dalam kondisi baik mengalami peningkatan
sebagai dampak adanya perbaikan dari tahun ke tahun. Sampai tahun 2011
kondisi jalan nasional yang baik 87,85%, kondisi sedang 8,97% dan buruk
3,18%.
Jumlah Pembangunan Rumah Sederhana/ProvinsiGorontalo
Beradasarkan Keputusan Menkeu No. 393/KMK.04/1996 yang dimaksud
dengan Rumah Sangat Sederhana (RSS) adalah rumah tidak bersusun
dengan luas lantai bangunan tidak lebih dari 36 m2 yg dibangun di atas tanah
kaveling tidak lebih dari 54m2. Sedangkan Rumah Sederhana (RS) adalah
rumah tidak susun dengan luas lantai bangunan tidak lebih dari 70 m2 yang
dibangun di atas tanah dengan luas kaveling dari 54m2 sampai dengan 200
m2; dan sepanjang nilai penjualan untuk kedua tipe rumah tersebut tidak
lebih dari Rp. 30.000.000,- Batas atas nilai jual RS ini kemudian dinaikkan
oleh pemerintah sesuai dengan tingkat perkembangan harga-harga.
Penentuan harga jual RS ini terkait dengan anggaran pemerintah yang perlu
disediakan sebagai subsidi bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
Penerima subsidi adalah warga masyarakat yang berpenghasilan kurang
dari Rp. 2 juta per bulan.
Untuk penyelenggaraan pembangunan rumah sederhana di Provinsi
Gorontalo sejak tahun 2009 di bawah operasional Badan Penanggulangan
dan Pemberdayaan Kemiskinan Provinsi Gorontalo. Pembangunan rumah
sederhana ini dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan yaitu tahun
tahun 2010 jumlahnya 100 unit, tahun 2010 dan tahun 2012 dibangun
sebanyak 125 unit.
Perda RTRW Provinsi Gorontalo
Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) adalah landasan hukum utama
bagi seluruh pelaksanaan pembangunan fisik di daerah. PP 15 Tahun 2010
tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang pasal 165 menyatakan, bahwa :
(1) izin prinsip dan izin lokasi diberikan berdasarkan RTRW; (2) Izin
penggunaan pemanfaatan tanah diberikan berdasarkan izin lokasi; dan (3)
27
PROVINSI GORONTALO
IMB diberikan berdasarkan RDTR dan Peraturan Zonasi. RDTR hanya dapat
diperdakan setelah Perda RTRW terlebih dahulu terbit
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) di
Provinsi Gorontalo telah dilakukan sejak provinsi ini terbentuk. Sampai tahun
2011 ini seluruh kabupaten/kota telah menetapkan Perda RTRW.
Persentase kab/kota yang telah mensahkan Perda RTRW Provinsi Gorontalo
Sampai tahun 2011 seluruh kabupaten/kota yaitu terdiri dari 5 kabupaten
dan 1 kota telah mensahkan Perda RTRW. Meskipun demikian sejak tahun
2010 telah dilakukan upaya revisi RTRW baik provinsi maupun kabupaten
karena telah terjadi perubahan beberapa fungsi lahan.
3. Rekomendasi Kebijakan Persentase panjang jalan nasional
Pelayanan infrastruktur jalan bagi masyarakat terutama jalan nasional perlu
lebih diprioritaskan, tanpa harus melalui bargaining politik maupun ego
kedaerahan karena kondisi jalan ini sangat penting dalam tangka
peningkatan produktifitas masyarakat.
Jumlah Pembangunan Rumah Sederhana/Provinsi
Pembangunan rumah sederhana hendaknya lebih ditingkatkan jumlahnya
dan peruntukannya hendaknya tepat sasaran dan tempat.
Perda RTRW Provinsi
Perlu ada peninjauan batas kawasan dalam RTRW sebagai upaya preventif
dalam menjaga gesekan yang dapat terjadi pada masyarakat baik sekarang
maupun di waktu yang akan datang
Persentase kab/kota yang telah mensahkan Perda RTRW
Pengesahan Perda RTRW hendaknya berpedoman pada regulasi yang
terbaru agar prosesnya tidak mengalami hambatan baik di grass root maupun
legislatif dan eksekutif
G. Iklim Investasi dan Iklim Usaha;1. Indikator
Tabel 2.7. Capaian Indikator Iklim Investasi dan Iklim Usaha
Indikator Capaian 2010
Capaian 2011
Progres 2012 (Triwulan II)
Sumber Data
Persentase kredit UMKM 4,86 5,66 BI
Nilai Realisasi Investasi PMA (US$ Juta)
24,66 21,84 BID
28
PROVINSI GORONTALO
Indikator Capaian 2010
Capaian 2011
Progres 2012 (Triwulan II)
Sumber Data
Nilai Realisasi Investasi PMDN ( Rp. jutaan) 56,84 - BID
Jumlah alokasi kredit perbankan (Milyar Rupiah)
3.640 4.250BI
Jumlah investor PMA 29 17 BID
Jumlah investor PMDN 6 6 BID
Jumlah tabungan masyarakat (Rp. Milyar)
1.350 1.350 BI
2. Analisis Pencapaian IndikatorAnalisis terhadap impact: Nilai Realisasi Investasi PMA
Investasi merupakan salah satu indikator yang mempengaruhi perekonomian
suatu wilayah. Investasi akan dapat mendorong berbagai hal antara lain
kesempatan kerja sampai dengan kesempatan untuk memperoleh
pendapatan. Bagi wilayah yang baru dimekarkan seperti halnya Provinsi
Gorontalo, keberadaan investasi akan dapat membantu dalam
mensejajarkan provinsi ini dengan provinsi yang lain yang lebih dulu
terbentuk.
Salah satu investasi adalah Investasi Penanaman Modal Asing (PMA).
Investasi PMA secara parsial nilainya mengalami penurunan, tetapi
akumulasinya memperlihatkan peningkatan yang cukup signifikan. PMA di
Provinsi Gorontalo umumnya pada sektor pertanian dan pertambangan.
Nilai Realisasi Investasi PMDN
Investasi Penanaman Modal Dalam Negeri adalah penanaman uang atau di
suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan dimana
sumber modalnya adalah dari dalam negeri. Selang tahun 2010-2011 PMDN
terealisasi pada tahun 2010 yaitu sebesar 56,84 milyar.
Analisis terhadap outcome:
Persentase kredit UMKM
Dalam perekonomian Indonesia Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
merupakan kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar. Selain itu
Kelompok ini terbukti tahan terhadap berbagai macam goncangan krisis
ekonomi. Maka sudah menjadi keharusan penguatan kelompok usaha mikro,
29
PROVINSI GORONTALO
kecil dan menengah yang melibatkan banyak kelompok melalui pemberian
kredit Perbankan. Pada tahun 2010 persentase kredit UMKM terhadap kredit
perbankan secara keseluruhan adalah 4,86% dan tahun 2011 naik menjadi
5,66%.
Jumlah alokasi kredit perbankan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pengertian kredit adalah pinjaman
sampai batas jumlah tertentu yang diizinkan oleh bank atau badan lain.
Menurut Undang-Undang perbankan nomor 10 tahun 1998, ”kredit adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank
dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Jumlah alokasi
kredit perbankan Provinsi Gorontalo tahun 2010 mencapai 3.640 milyar
rupiah dan tahun 2011 naik menjadi 4.258 milyar rupiah.
Jumlah tabungan masyarakat
Bagian dari pendapatan yang tidak untuk dibelanjakan atau bukan untuk
dikonsumsi. Tabungan masyarakat merupakan unsur penting dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan ekonomi. Tabungan masyarakat
menyediakan sumber dana yang membuka peluang bagi berlangsungnya
penanaman modal atau investasi. Dengan semakin meningkatnya tabungan
masyarakat maka dana yang dimiliki pemerintah semakin besar sehingga
pengeluaran pemerintah pembangunan makin mencukupi. Jika pengeluaran
pemerintah meningkat dan digunakan untuk proyek-proyek yang produktif
maka akan dapat meningkatkan PDRB. Sampai tahun 2009 jumlah tabungan
masyarakat mencapai 1.191 milyar rupiah.
3. Rekomendasi Kebijakan Persentase kredit UMKM
Perlu ada kebijakan yang dapat memperluas pasar produksi UMKM Provinsi
Gorontalo serta peningkatan mutu produk yang dihasilkan sehingga usaha
yang dilakukan dapat berkelanjutan. Jika hal ini dilakukan maka persentase
kredit UMKM dapat lebih meningkat.
Nilai Realisasi Investasi PMA
Untuk meningkatkan realisasi investasi PMA Pemerintah Daerah perlu
membangun kerjasama strategis dengan berbagai pihak, baik dalam maupun
luar negeri untuk memperkenalkan potensi Gorontalo di mata internasional.
Nilai Realisasi Investasi PMDN
30
PROVINSI GORONTALO
Pemerintah daerah perlu merumuskan kebijakan yang dapat memotivasi
PMDN untuk investasi di Gorontalo melalui penciptaan regulasi yang tidak
menyulitkan investor.
Jumlah alokasi kredit perbankan
Kredit perbankan yang disalurkan hendaknya lebih diprioritas pada kredit
untuk kegiatan produktif agar investasi yang ditanamkan dapat mendorong
peningkatan ekonomi masyarakat.
Jumlah tabungan masyarakat
Pemerintah daerah perlu memotivasi masyarakat untuk gemar menabung
baik melalui jalur pendidikan formal maupun informal.
H. Energi;1. Indikator
Tabel 2.8. Capaian Indikator Energi
Indikator Capaian 2010
Capaian 2011
Progres 2012 (Triwulan II)
Sumber Data
Rasio Elektrifikasi 48.8% 69,97% 69,97% PLNKapasitas pembangkit listrik 55.820 55.820 55.820 PLN
2. Analisis Pencapaian IndikatorAnalisis terhadap impact: Rasio Elektrifikasi
Kemajuan pembangunan di Provinsi Gorontalo berdampak pada peningkatan
jumlah pemasangan listrik baik untuk rumah tangga, pemerintah maupun
swasta.Rasio elektrifikasi Provinsi Gorontalo mengalami peningkatan pada
dua tahun terakhir, yaitu tahun 2010 sebesar 48,8% dan tahun 2011 menjadi
69,97%. Untuk rasio desa berlistril pada thun 2010 89,92 dan tahun 2011 dan
2012, naik menjadi 99,29. Peningkatan rasio ini menunjukkan bahwa
pelayanan kelistikan di Provinsi Gorontalo dari tahun ke tahun semakin
ditingkatkan.
Analisis terhadap outcome: Kapasitas pembangkit listrik
Kapasitas pembangkit listrik Gorontalo sampai tahun 2012 mencapai 55.820
MW. Kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Gorontalo dipasok oleh beberapa
sistem terisolasi, yaitu Sistem Telaga (Gorontalo), Buruki, dan Marisa
31
PROVINSI GORONTALO
Tilamuta. Dari 3 sistem yang memasok tenaga listrik di Provinsi Gorontalo,
semua sistemnya (Sistem Telaga (Gorontalo), Buruki, dan Marisa Tilamuta)
berada dalam kondisi “Surplus”. Saat ini rasio elektrifikasi Provinsi Gorontalo
baru mencapai 49,79% dan rasio desa berlistrik sebesar 98,11%. Adapun
daftar tunggu PLN telah mencapai 2.732 permintaan atau sebesar 5,6 MVA.
Kebutuhan tenaga listrik Provinsi Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan
Gorontalo dilayani oleh sistem kelistrikan Sulawesi Utara, Tengah dan
Gorontalo sehingga neraca daya provinsi-provinsi tersebut direpresentasikan
oleh neraca daya Sistem Sulawesi Utara, Tengah dan Gorontalo. Pada
tahun 2010 sistem berada pada kondisi defisit dan selanjutnya pada tahun
2011 s.d 2014 sistem berada pada kondisi yang baik direncanakan
tambahan infrastruktur ketenagalistrikan dari tahun 2010-2014 yaitu:
Pembangkit tenaga listrik sebesar 93 MW. Transmisi tenaga listrik 544 kms;
Gardu induk 140 MVA; dan Program energi baru terbarukan (EBT) dan
jaringan: Untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan
5 tahun ke depan tersebut, dibutuhkan investasi sekitar USD 459,2 juta,
dengan rinciannya adalah pembangkitan USD 160,3 juta, transmisi USD
22,5 juta, gardu induk USD 10,9 juta dan program Energi Baru Terbarukan
USD 265,5 juta.
3. Rekomendasi Kebijakan Rasio Elektrifikasi
Terjadinya peningkatan rasio elektrifikasi hendaknya dibarengi dengan
meningkatnya pelayanan yang diberikan oleh lembaga terkait, dan juga perlu
adanya upaya penghematan dari masyarakat untuk menghemat
penggunaan listrik.
Kapasitas pembangkit listrik
Gorontalo memiliki potensi sumberdaya listrik terbarukan yang cukup
berlimpah, oleh karena itu perlu adanya kebijakan pemerintah dalam
memfasilitasi hal ini seperti halnya membangun sumberdaya listrik
Mikrohidro yang potensinya banyak terdapat di pedesaan.
32
PROVINSI GORONTALO
I. Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana;1. Indikator
Tabel 2.9. Capaian Indikator Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana
Indikator Capaian 2010
Capaian 2011
Progres 2012 (Triwulan II) Sumber Data
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup
75,74. 75,74. 75,74. Balihristi
Indeks Tutupan Hutan 86,19 86,19 86,19 BalihristiPersentase luas lahan rehabilitasi dalam hutan terhadap lahan kritis
46,74 46,74 46,74 Balihristi
Frekuensi terjadi bencana 18 20 36 BPBDPersentase ruang terbuka hijau (RTH) di Ibukota Provinsi
18 18 18 Dinas Lingkungan Hidup
Persentase pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di kab/kota/provinsi
100 100 100 BPBD
2. Analisis Pencapaian IndikatorAnalisis terhadap impact: Indeks Kualitas Lingkungan Hidup
Provinsi Gorontalo baru berumur 11 tahun yaitu sejak dibentuk pada tahun
2011. Sebagai provinsi baru banyak kegiatan pembangunan yang dilakukan
dalam rangka mengejar ketertinggalannya dari provinsi lain yang sudah lama
terbentuk. Kontribusi yang diandalkan dalam menunjang perekonomian
daerah adalah sumberdaya alam. Meskipun demikian keberlanjutan dan
ketersediaannya sumberdaya alam ini terkadang diabaikan sehingga
menyebabkan terjadinya penurunan daya dukung lingkungan dan
memnipisnya ketersediaan sumberdaya alam yang ada serta terjadinya
penurunan kualitas lingkungan hidup. Menurut Balihristi Provinsi Gorontalo
(2011) secara umum hampir seluruh jenis sumberdaya alam dan komponen
lingkungan hidup di Provinsi Gorontalo cenderung mengalami penurunan
kualitas dan kuantitasnya dari waktu ke waktu dan dari tahunke tahun
menghadapi tantangan dan tekanan yang semakin kuat.
Perhitungan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Provinsi Gorontalo
telah dilakukan pada tahun 2010 dan mengacu metode yang digunakan
untuk mengukur IKLH Nasional yang dikembangkan oleh BPS. Indeks
33
PROVINSI GORONTALO
Kualitas Lingkungan Hidup Provinsi Gorontalo menggunakan tiga indikator
yang berkorelasi terhadap kualitas lingkungan, yaitu kualitas air sungai;
kualitas udara dan tingkat tutupan hutan. Hasil pemantauan yang dilakukakan
pada sungai-sungai yang lintas kabupaten/kota dan sungai strategis untuk
parameter indeks kualitas air; Lokasi-lokasi yang tersebar di kabupaten/kota
yang mewakili lokasi permukiman, perkantoran, industri, pusat perdagangan
dan transportasi untuk indeks kualitas udara; dan Luasan tutupan hutan
kabupaten/kota se Provinsi Gorontalo yang dibandingkan dengan SK Menteri
Kehutanan Nomor 325 tahun 2010 untuk parameter indeks tutupan hutan.
Hasil analisis menunjukkan bahwa indeks kualitas air: 46,67; indeks kualitas
udara: 93,04, indeks tutupan hutan: 86,19 dan indeks kualitas lingkungan
hidup 75,74. Data ini diproyeksi belum banyak berubah sampai tahun 2012
ini.
Indeks Tutupan Hutan.
Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi
sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohoinan dalam persekutuan
alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
Bertdasarkan data analisis areal hutan di Provinsi Gorontalo tahun 2010,
tercatat seluas 824.668 ha, yang terdiri dari hutan konservasi, hutan lindung,
hutan produksi terbatas dan sisanya merupakan hutan produksi tetap serta
produksi konservasi. Menurut Balihristi (2011) Provinsi Gorontalo telah
kehilangan 1 % hutannya. Jika setiap tahun terjadi areal hutan hilang maka
diprediksi selang 20 tahun ke depan daerah ini akan kehilangan seluruh
potensi hutannya jika tidak ada usaha konservasi dan rehabilitasi. Kondisi
tutupan lahan di Provinsi Gorontalo belum banyak berubah pada 3 tahun
belakang ini yaitu 86,19 %
Analisis terhadap outcome: Persentase luas lahan rehabilitasi dalam hutan terhadap lahan kritis
Secara garis besar lahan yang ada di Provinsi Gorontalo merupakan
kawasan hutan, hal ini ditunjukkan dari hasil analisis luas wilayah menurut
penggunaan lahan utama. Menurut Badan Lingkungan Hidup, Riset dan
Informasi Teknologi (Balihristi) tahun 2011, 36% lahan atau daratan di
Gorontalo merupakan kawasan hutan. Non pertanian sebesar 32%, lahan
kering 18%, perkebunan 9% dan sawah 2% serta penggunaan lahan lainnya
sebesar 3%. Berdasarkan hasil analisis luas lahan kritis di Provinsi Gorontalo
adalah 1034,637ha, sedangkan luas lahan kritis pada lahan konservasi
34
PROVINSI GORONTALO
sebesar 92.353 ha atau 46,74%. Angka ini diperkirakan belum banyak
berubah selang tiga tahun terakhir ini.
Meluasnya lahan kritis di Provinsi Gorontalo disebabkan oleh beberapa hal:
perambahan hutan dan penebangan hutan secara ilegak, konversi hutan
menjadi lahan pertanian dan perkebunan, perladangan berpindah,
pembakaran hutan dan lahan, penambanhgan emas tanpa ijin di areal huta.
Frekuensi terjadi bencana,
Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Provinsi Gorontalo
kejadian bencana yang terjadi tahun 2010 sebanyak 18 kali dan pada tahun
2011 sebanyak 20 kali, sampai dengan bulan September 2012 ini frekuensi
terjadinya bencana sebanyak 36 kali. Umumnya jenis bencana yang terjadi
di wilayah ini adalah banjir dan tanah longsor serta angin puting beliung.
Salah satu penyebab dari bencana ini adalah adanya intensitas hujan yang
cukup tinggi serta adanya kerusakan hutan.
Persentase ruang terbuka hijau (RTH) di Ibukota Provinsi
Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka
(open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman,
dan vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung manfaat langsung
dan/atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu
keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan
tersebut. Sampai tahun 2012 jumlah RTH di Ibu kota provinsi adalah 18 %
dan angka ini tetap stagnan pada 3 tahun terakhir ini. Hal ini disebabkan oleh
konversi lahan untuk kegiatan pemukiman yang terus berlangsung
sementara penambahan ruang terbuka hijau belum bertambah.
Persentase pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
di kab/kota/provinsi
Untuk tanggap bencana di daerah, dibentuk lembaga yang khusus
mengkoordinasi tentang penanggulangan bencana yaitu Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Tahun 2009 hanya 3 daerah dari
7 daerah (termasuk provinsi) yang mempunyai lembaga ini, tapi sejak tahun
2010, 100% wilayah Provinsi Gorontalo telah memiliki BPBD.
3. Rekomendasi Kebijakan Persentase luas lahan rehabilitasi dalam hutan terhadap lahan kritis
Perlu ada program tata kelola lingkungan dan kehidupan berkelanjutan yang
melibatkan partisipasi aktif masyarakat dalam menjaga lingkungannya, tanpa
menghambat sumber mata pencahariannya.
35
PROVINSI GORONTALO
Frekuensi terjadi bencana
Kebijakan kanalisasi yang dilaksanakan oleh Pemda Provinsi Gorontalo
hendaknya menjadi solusi preventif dalam mengendalikan banjir bukan
sebaliknya memindahkan daerah banjir, oleh karena itu kebijakan ini perlu
dilakukan secara komprehensif dan partisipatif.
Persentase ruang terbuka hijau (RTH) di Ibukota Provinsi
Pemerintah Provinsi dan Kota Gorontalo perlu bersinergi dan berkoordinasi
dalam dalam mempertahankan bahkan memperluas ruang terbuka hijau
agar kestabilan lingkungan tetap terjaga.
Persentase pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
di kab/kota/provinsi
Lembaga yang dibentuk pemerintah daerah dalam penanggulangan
bencana hendaknya dilengkapi dengan sarana dan prasarana serta SDM
yang berkompeten agar selalu tanggap terhadap kejadian bencana.
J. Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar dan Pasca-konflik1. Indikator
Tabel 2.10. Capaian Indikator Daerah Tertinggal,Terdepan,Terluar dan Pasca Konflik
Indikator Capaian 2010
Capaian 2011
Progres 2012 (Triwulan II)
Sumber Data
Indeks Gini 0,43 0,46 0,44 BPS
Jumlah Kabupaten Tertinggal 4 3 3 Bappeda
Perkiraan penurunan jumlah Kab tertinggal hingga 2014
4 3 3 Bappeda
Indeks kriminalitas di daerah tertinggal
- - - n.a
Indeks kriminalitas di daerah terluar
- - - n.a
Indeks kriminalitas di daerah pasca konflik
- - - n.a
Kemiskinan 23,19 18,75 17,66 Bappeda
2. Analisis Pencapaian IndikatorAnalisis terhadap impact: Perkiraan Penurunan Jumlah Kabupaten Tertinggal hingga 2014
36
PROVINSI GORONTALO
Sampai tahun 2012 Provinsi Gorontalo terdiri dari 5 kabupaten dan 1 kota.
Awal terbentuknya provinsi terdiri dari 1 kota dan 2 kabupaten. Pada tahun
2010 jumlah kabupaten tertinggal mencapai 4 kabupaten, dan pada tahun
2011, satu kabupaten berhasil keluar dari kriteria sebagai kabupaten
tertinggal, sehingga jumlah kabupaten tertinggal menjadi 3 kabupaten.
Diproyeksikan sampai tahun 2014 akan ada lagi 1 kabupaten di provinsi ini
yang akan keluar dari kriteria sebagai kebupatan tertinggal. Akan tetapi yang
menjadi kendala pimpinan daerah pada kabupaten tertinggal belum
menginginkan wilayahnya keluar dari kriteria sebagai kabupaten tertinggal
karena alasan dapat mengurangi penyaluran anggaran dari pusat.
Analisis terhadap outcome: Indeks Gini
Data tiga tahun terakhir menunjukkan bahwa indeks Gini Provinsi Gorontalo
mengalami kisaran yang fluktuatif. Pada tahun 2010 Indeks Gini mencapai
43; tahun 2011 mencapai 46 dan pada tahun 2012 mencapai 44.
Berdasarkan kriteria yang digunkan oleh Todaro (2000) Indeks Gini Provinsi
Gorontalo ini berada dalam kategori ketimpangan sedang. Data tentang
tentang Indeks Gini Provinsi Gorontalo khusus daerah tertinggal, terdepan,
terluar dan pasca konflik belum diperoleh.
Jumlah Kabupaten Tertinggal
Data tahun 2009 jumlah kabupaten tertinggal di Provinsi Gorontalo sebanyak
4 buah dari 6 buah kabupaten Gorontalo. Kondisi ini terjadi sampai tahun
2010, tetapi tahun 2011 terdapat 1 kabupaten yang tidak lagi berada dalam
kategori kabupaten tertinggal yaitu Kabupaten Bone Bolango, sehingga
sampai tahun 2011 jumlah kabupaten tertinggal di Provinsi Gorontalo
berjumlah 3 buah atau 50% dari kabupaten yang ada. Ketiga kabupaten
yang tergolong tertinggal ini tidak termasuk dalam wilayah terdepan, terluar
dan pasca konflik karena ketiganya tidak jauh dari pusat kota provinsi.
Kemiskinan
Profile kemiskinan daerah tertinggal di Provinsi Gorontalo dapat dilihat pada
capaian angka kemiskinan Provinsi Gorontalo, mengingat sampai tahun
2012 masih terdapat 50% kabupatennya yang dalam kategori tertinggal.
3. Rekomendasi Kebijakan Indeks Gini
37
PROVINSI GORONTALO
Pemerintah perlu merumuskan kebijakan yang dapat mengembangkan
perekonomian daerah tertinggal dengan tetap mempertahankan kompetensi
wilayah bersangkutan seperti halnya: budaya, adat dan istiadat masyarakat
setempat.
Jumlah Kabupaten Tertinggal
Pemerintah daerah hendaknya membuat perencanaan komprehensif dan
bersinergi dengan pemerintah daerah yang wilayahnya masih tertinggal agar
wilayah tersebut dapat keluar dari status sebagai kabupaten tertinggal
Kemiskinan
Kantong-kantong kemiskinan biasanya terdapat pada wilayah yang
tertinggal, oleh karena itu pemerintah daerah hendaknya membuka
aksesibilitas wilayah tersebut agar masyarakatnya dapat produktif.
K. Kebudayaan, Kreativitas dan Inovasi Teknologi.1. Indikator
Tabel 2.11. Capaian Indikator Kebudayaan,Kreativitas Dan Inovasi Teknologi
Indikator Capaian 2010
Capaian 2011
Progres 2012
(Triwulan II)Sumber
Data
Jumlah paten (HAKI) 1 1 3 Berbagai sumber
Jumlah dosen peneliti PTN/PTS 536 625 670 Berbagai
sumberJumlah perpustakaan 848 848 848 Berbagai
sumberJumlah hasil riset dari lembaga riset 36 56 Berbagai
sumber
2. Analisis Pencapaian IndikatorAnalisis terhadap impact: Pelestarian Budaya
Kebudayaan masyarakat Gorontalo secara umum tergambar dari budaya,
tradisi dan adat. Masyarakat Gorontalo mempunyai satu struktur budaya
dengan filosofi budaya tertuang dalam ungkapan ‘Batanga pomayaa, nyawa
podungalo, alata potombulu’ artinya diri diabdikan, nyawa dipertaruhkan, dan
harta dikorbankan, yang didasarkan pada adat bersendi syarak, syarak
bersendi kitabullah. Pelestarian budaya di Gorontalo dapat dilihat dari
terpeliharanya tradisi dalam kehidupan sosial kemasyarakatan Gorontalo.
38
PROVINSI GORONTALO
Tradisi tersebut terbagi atas empat jenis, yaitu: (1) Tradisi yang berhubungan
dengan upacara perkawinan, penobatan dan penyambutan pejabat,
pemakaman, gunting rambut dan pembeatan; (2) tradisi yang berhubungan
dengan kesenian yang berbentuk religious arts seperti zikir, burdah, dana-
dana dan zamrah; (3) tradisi yang berhubungan dengan gerak dan olahraga,
tarian seperti langga, longgo, tidi; dan (4) tradisi yang berhubungan dengan
sastra.
Pelestarian budaya Gorontalo berhubungan pula dengan adat yang
dipelihara secara turun tenurun. Adat masyarakat Gorontalo mempunyai
norma atau kaidah yang menjadi pegangan dan petunjuk dalam pergaulan
hidup di tengah-tengah masyarakat. Norma yang dipegang oleh masyarakat
dalam kaitannya dengan adat ini yaitu: segala sesuatu yang menyangkut
adat sudah teratur dan setiap warga masyarakat tinggal melaksanakan.
Terkenal semboyan “A:dati ma dili-dilito bolo mopo’aito, a:dati mahunti-
huntingo bolo mopodembingo, a:dati madutu-dutu bolo mopohutu” artinya :
Adat sudah dipolakan tinggal menyambung, adat sudah digunting tinggal
menempelkan, adat sudah dibuat tinggal melaksanakan. Selanjutnya
hubungan antara adat dan syarak diatur dalam ketentuan atau ungkapan
yang berbunyi: “A:dati hulo-hulo’a to syara’a, syara’a hula-hula’a to a:dati,
yang artinya :Adat bersendikan syarak dan syarak bersendikan adat.
Berlakunya adat harus sesuai syarak dan berlakunya syarak harus sesuai
adat. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa baik adat maupun syarak dapat
berlaku asal antara satu dengan lainnya tidak saling bertentangan. Setelah
raja Eyato naik tahta maka filosofi itu diubah menjadi: A:dati hula-hula’a to
syara’a, syara’a hula-hula’a to kuruani atau adat bersendi syarak dan syarak
bersendi qur’an (kitabullah). Secara khusus Penduduk Gorontalo tetap
mempertahankan kelestarian berbagai Adat-istiadat yang pelaksanaannya
dapat dilihat dari aspek pelaksanaan kelahiran, penduduk menginjak
dewasa, pesta pernikahan dan pelaksanaan duka.
Pelestarian budaya di Gorontalo juga dilakukan pada situs-situs, tempat dan
benda bersejarah lainnya.
Terlindunginya hasil kreatifitas, inovasi dan teknologi
Perlindungan terhadap hasil kreatifitas, inovasi dan teknologi dari tahun ke
tahun terus ditingkatkan. Hal ini tidak saja dilakukan oleh pemerintah daerah,
tetapi juga oleh kalangan akademisi maupun swasta. Upaya yang dilakukan
oleh pemerintah adalah melalui sosialisasi yang dilakukan baik secara
39
PROVINSI GORONTALO
langsung maupun lewat media masa, seperti halnya sosialisasi tentang hak
paten yang dilakukan oleh Kemenkumham pada seluruh stakeholder terkait
di Provinsi Gorontalo. Untuk kalangan perguruan tinggi digaungkan pada
mahasiswa untuk sejak dini menolak plagiat, melalui kebijakan pemberian
sanksi akademik kepada mereka yang melakukan plagiat.
Berkurangnya tingkat pembajakan terhadap hak Paten
Belum ada data dan informasi yang mengungkapkan tingkat pembajakan
terhadap Hak Paten di Provinsi Gorontalo, meskipun demikian kondisinya
masih dalam taraf yang belum mengkhawatirkan, karena secara kasat mata
jumlahnya yang relatif kecil. Selama ini belum ditemukan pelanggaran
terhadap pembajakan hak paten yang meresahkan masyarakat.
Analisis terhadap outcome: Jumlah paten (HAKI),
Hak Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada Inventor atas hasil Invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri Invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya. Jumlah paten yang dimiliki oleh masyarakat Provinsi
Gorontalo umumnya dimiliki oleh kalangan akademik. Tahun 2009 Hak
Paten yang dimiliki adalah 6, sedangkan tahun 2010 dan 2011 masing-
masing 1 paten lagi, tahun 2012 hak paten yang berhasil diperoleh adalah 3.
sehingga sampai saat ini jumlah Haki yang berhasil diraih adalah 11 buah
paten. Umumnya paten yang diperoleh adalah meliputi: formula rumus dalam
ilmu ekonomi dan desain konveksi. Sesungguhnya banyak kreatifitas
masyarakat yang dapat dijadikan Haki akan tetapi karena ketidaktahuan
prosedur dan pengajuannya merupakan kendala utamanya.
Jumlah dosen peneliti PTN/PTS,
Pada tahun 2012 jumlah Perguruan Tinggi Negeri di Provinsi Gorontalo ada
3 buah, yaitu: Universitas Negeri Gorontalo berada di bawah Kemendiknas,
IAIN Sultan AMAI berada di bawah Kementerian Agama dan Politeks di
bawah Kementerian Kesehatan. Jumlah PTS ada 11 buah yang tersebar di
kabupaten dan kota di Provinsi Gorontalo. Berdasarkan data dapat
diidentifikasi jumlah dosen seluruh PTN/PTS di Provinsi Gorontalo berjumlah
892 orang. Jika diproyeksikan pada tahun 2010 jumlah dosen peneliti 60%
dari jumlah dosen yang ada maka jumlah dosen peneliti tahun 2010
40
PROVINSI GORONTALO
berjumlah 536 orang. Selanjutnya jika diproyeksikan pada tahun 2011 dan
2012 terjadi kenaikan jumlah dosen meneliti masing-masing 70% dan 75%
maka jumlah dosen peneliti adalah masing-masing 635 dan 670.
Penggunaan asumsi ini mengingat ketersediaan data akurat yang kontinue
belum tersedia. Persentase yang digunakan dengan mempertimbangkan
bahwa setiap dosen wajib melakukan penelitian minimal satu kali dalam
setahun, meskipun demikian ada sejumlah dosen yang saat ini masih masih
studi lanjut baik S2 maupun S3.
Jumlah perpustakaan,
Perpustakaan sangat terkait dengan keberadaan lembaga pendidikan yang
dimiliki oleh suatu wilayah. Untuk Provinsi Gorontalo sampai saat ini telah
memiliki perpustakaan daerah sendiri yang dikelola oleh pemerintah daerah.
Berdasarkan data tahun 2012 yang dikeluarkan Dinas Pendidikan dan
Olahraga 56,9% dari jumlah SD/MI telah memiliki perpustakaan, 57,4%
SMP/MTs memiliki perputakaan, dan 68,9% SMU/MA memiliki
perpustakaan. Selanjutnya setelah ditambahkan dengan jumlah dengan
jumlah perpustakaan pada tingkat Perguruan Tinggi yang terdiri dari 14
PTN/PTS dan perpustakaan daerah jumlah perpustakaan di Provinsi
Gorontalo berjumlah 848 buah. Jumlah ini pada tiga tahun terakhir belum
banyak mengalami perubahan.
Jumlah hasil riset dari lembaga riset,
Lembaga Riset yang terdapat di Provinsi Gorontalo adalah Badan
Lingkungan Hidup, Riset dan Teknologi Informasi di bawah Pemerintah
Daerah Provinsi dan beberapa Lembaga penelitian di Perguruan Tinggi
Negeri/Swasta.
3. Rekomendasi Kebijakan Jumlah paten (HAKI)
Pemerintah daerah hendaknya memfasilitasi dan mendorong agar
masyarakat dapat mempatenkan berbagai temuannya untuk mendapatkan
Haki.
Jumlah dosen peneliti PTN/PTS
Pemerintah daerah hendaknya mengoptimalkan penggunaan dosen peneliti
yang dimiliki oleh PTN/PTS di Gorontalo untuk mendukung pembangunan di
Provinsi Gorontalo.
Jumlah perpustakaan
41
PROVINSI GORONTALO
Pemerintah daerah hendaknya memperhatikan sarana dan prasarana
perpustakaan terutama pengadaan referens.
Jumlah hasil riset dari lembaga riset
Data tentang riset yang dilakukan di Provinsi Gorontalo belum terdata secara
akurat oleh karena itu perlu adanya kebijakan yang dapat
mendokumentasikan kegiatan riset ini.
Selain itu, terdapat 3 prioritas nasional lainnya, yaitu:
L. Kesejahteraan Rakyat;1. Indikator
Tabel 2.12. Capaian Indikator Kesejahteraan Rakyat
Indikator Capaian 2010
Capaian 2011
Progres 2012
(Triwulan II)Sumber
Data
IPM 70,28 70,63 Bappeda
Pendapatan per kapita (Rp) 2.804.838 2.955.601 Bappeda
Gizi Buruk 4,40 4,31 4,22 Dikes
Rata-rata lama sekolah 7,10 7,10 - Dikpora
Angka harapan hidup 70,60 70,10 Dikes
Tingkat penyerapan tenaga kerja (%)
94,84 95,75 Bappeda
2. Analisis Pencapaian IndikatorAnalisis terhadap impact:
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Indeks Pembangunan Manusia menurut PBB adalah nilai yang menunjukkan
tingkat kemiskinan, kemampuan baca tulis, pendidikan, harapan hidup,
dan faktor-faktor lainnya pada negara-negara di seluruh dunia. Nilai IPM
menunjukkan pencapaian rata-rata pada sebuah negara dalam tiga dimensi
dasar pembangunan manusia, yakni: 1) Usia yang panjang dan sehat, yang
diukur dengan angka harapan hidup; 2) Pendidikan, yang diukur dengan
dengan tingkat baca tulis dengan pembobotan dua per tiga; serta angka
partisipasi kasar dengan pembobotan satu per tiga; dan 3) Standar hidup yang
layak, yang diukur dengan produk domestik bruto (PDB) per kapita pada
paritas daya beli dalam mata uang Dollar US.
42
PROVINSI GORONTALO
IPM Provinsi Gorontalo memperlihatkan kecenderungan meningkat, dimana
pada tahun 2009 mencapai 69,18 tahun pada tahun 2010 meningkat menjadi
70,28. Hal ini membuktikan bahwa terjadi perbaikan secara berkelanjutan
aspek-aspek penyusun IPM yaitu pendidikan, kesehatan dan pendapatan di
Provinsi Gorontalo. Peningkatan IPM ini tidak lain disebabkan oleh adanya
komitmen pemerintah daerah yang tinggi membangun kemampuan manusia
(human capabilities).
Analisis terhadap outcome: Pendapatan per kapita,
Tingkat pendapatan per kapita yang biasanya dijadikan sebagai salah satu
indikator untuk melihat tingkat pendapatan masyarakat secara kasar pada
suatu wilayah. Pendapatan per kapita mencerminkan tingkat kesejahteraan
masyarakat, dimana makin tinggi pendapatan per kapita maka secara rata-
rata tingkat kesejahteraan masyarakat semakin baik, sehingga daya beli
mereka tentunya semakin baik pula. Dalam konsep daerah pendapatan per
kapita merupakan pembagian antara seluruh total Pendapatan Domestik
Regional Bruto (PDRB) dibagi dengan jumlah penduduk.
Pendapatan per kapita masyarakat Provinsi Gorontalo terus mengalami
peningkatan. Pada tahun 2010 pendapatan per kapita sebesar Rp.2.804.838
dan tahun 2011 meningkat menjadi 2.955.601. Peningkatan pendapatan per
kapita ini didorong oleh adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi Provinsi
Gorontalo yang cenderung meningkat, dibarengi dengan penyerapan tenaga
kerja yang semakin meningkat dan iklim usaha yang semakin sehat. Hal ini
dapat dilihat dari semakin berkembangnya sektor jasa terutama di pusat
pemerintahan daerah kabupaten/kota dan provinsi.
Kemiskinan
Target MDGs Provinsi Gorontalo untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan menurunkan angka kemiskinan adalah Menurunkan hingga
setengahnya Proporsi Penduduk dengan Tingkat Pendapatan Kurang dari
US$ 1 per hari. Kebijakan yang diambil untuk mencapai target ini adalah:
membangkitkan industri dan usaha kecil menengah yang berbasis pada
kompetensi daerah, peningkatan pengelolaan sumberdaya alam dan
lingkungan hidup serta peningkatan investasi di daerah. Stretegi yang
ditempuh untuk mencapai hal iniadalah diversifikasi kegiatan ekonomi
perdesaan. Pelaksanaan strategi ini ditunjang oleh beberapa kebijakan
antara lain: (1) promosi dan pemasaran produk-produk komoditi unggulan
43
PROVINSI GORONTALO
perdesaan. Unit kerja terkait memberikan fasilitas bagi pelaku usaha tani
sampai pada tingkat pedesaan sehingga promosi komoditi unggulan
pertanian, perkebunan, perikanan kelautan, dan peternakan dapat dilakukan
secara efektif. Fasilitas untuk mengakses pasar juga harus menjadi
perhatian seluruh unit kerja terkait. Sistem informasi on-line pada tingkat
kecamatan harus dapat menunjang program ini; (2) pengembangan produk-
produk unggulan berbasis kekhasan desa. Inovasi-inovasi terutama yang
terkait dengan produk unggulan pertanian, perkebunan, perikanan kelautan,
dan peternakan yang tumbuh di desa harus dipacu, diidentifikasi dan
didisseminasi ke wilayah lain; (3) percepatan pembangunan di wilayah
tertinggal dan wilayah terisolir. Peningkatan kualitas infrastruktur untuk
mendukung kegiatan ekonomi pada tingkat desa mendapatkan perhatian.
Prioritas harus diarahkan pada wilayah-wilayah yang menjadi target
pengembangan komoditi unggulan tanpa mengabaikan pengembangan
infrastruktur pada wilayah-wilayah lain seperti wilayah strategis dan wilayah
cepat tumbuh terutama dalam mendukung usaha-usaha pengembangan
kota Gorontalo sebagai hub aktivitas ekonomi regional. Percepatan
pembangunan ini tetap harus mengacu kepada RTRW kabupaten dan
provinsi; (4) penguatan kelembagaan desa. Kelembagaan yang harus
diperkuat diantaranya adalah lembaga keuangan mikro, lembaga usaha
ekonomi produktif (LUEP) dan lembaga-lembaga lainnya yang relevan dalam
peningkatan perekonomian desa; dan (5) Peningkatan kualitas infrastruktur
pedesaan. Infrastruktur penunjang aktivitas perekonomian desa harus
dibangun sehingga memudahkan akses baik ke sentra-sentra produksi
maupun sebaliknya ke sentra-sentra usaha dan pasar.
Gizi Buruk
Gizi buruk atau lebih dikenal dengan gizi di bawah garis merah adalah
keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya
konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam
waktu yang cukup lama. Tahun 2009-2010 terjadi penurunan Gizi Buruk di
Provinsi Gorontalo yaitu dari 4,68% menjadi 4,49%. Pada tahun 2011
angkanya turun 4,31 dan tahun 2012 ini diperkirakan turun menjadi 4,22.
3. Rekomendasi Kebijakan IPM
44
PROVINSI GORONTALO
Model program terpadu yang digunakan dalam rangka meningkatkan IPM
pada 15 kecamatan yang memiliki IPM terendah hendaknya diteruskan karena
terbukti dapat meningkatkan IPM secara total.
Pendapatan per kapita
Untuk meningkatkan pendapatan per kapita pengembangan sektor primer
perlu beroleh perhatian yang lebih serius karena sebagian besar masyarakat
bermata pencaharian di sektor ini. Pengembangan ini dapat dilakukan melalui
pengembangan produk turunan yang dihasilkan oleh komoditi primer.
Kemiskinan
Pencapaian target MDGs dalam rangka peningkatan kesejahteraan rakyat
untuk mengentaskan kemiskinan perlu dibarengi dengan program penciptaan
lapangan kerja dan berusaha yang berkelanjutan.
Gizi Buruk
Pembinaan kader kesehatan di tingkat desa perlu terus dilakukan agar dapat
memberikan dampak pada peningkatan derajat kesehatan masyarakat
terutama di tingkar desa.
M. Politik, Hukum, dan Keamanan;1. Indikator
Tabel 2.13. Capaian Indikator Politik, Hukum, dan Keamanan
Indikator Capaian 2010
Capaian 2011
Progres 2012
(Triwulan II)Sumber
Data
Indeks kriminalitas 1,57 1,56 Polda
Persentase penyelesaian kasus kejahatan konvensional 42,74 45,63 Polda
Persentase penyelesaian kasus kejahatan transnasional 0,00 0,00 Polda
2. Analisis Pencapaian IndikatorAnalisis terhadap impact: Indeks kriminalitas
Indeks kriminalitas adalah jumlah kasus kejahatan yang dapat diselesaikan
oleh Kepolisian Daerah Gorontalo dibagi dengan jumlah penduduk dikali
100%. Selang tahun 2010 dan 2011 indeks kriminalitas Provinsi Gorontalo
mengalami penurunan meskipun dalam jumlah yang kecil, yaitu tahun 2010
sebesar 1,57 dan sampai tahun 2011 menjadi 1,56. Kasus kejahatan yang
45
PROVINSI GORONTALO
menonjol adalah penganiayaan, penipuan, penggelapan dan penghinaan.
Pesatnya pembangunan di Provinsi Gorontalo memberikan berbagai gesekan
pada masyarakat karena adanya berbagai kepentingan sehingga menimbulkan
kejahatan baik konvensional maupun transnasional. Dari kedua jenis kejahatan
ini yang dominan di Provinsi Gorontalo adalah kejahatan konvensional.
Kejahatan konvensional yang banyak ditangani oleh Polda Gorontalo
penganiayaan dan asusila. Kasus terbanyak yang dilaporkan dan diselesaikan
dari tahun ke terdapat di wilayah kerja Polres Kota Gorontalo dan Kabupaten
Gorontalo. Hal ini terjadi karena Kota Gorontalo adalah wilayah yang menjadi
pusat pertumbuhan ekonomi di Provinsi Gorontalo sehingga kompleksitas
permasalahan cukup banyak, sedangkan Kabupaten Gorontalo disebabkan
oleh jumlah penduduk yang terbanyak di Provinsi Gorontalo. Faktor yang
mempengaruhi fluktuatifnya persentase penyelesaian kasus konvensional
adalah dari bukti yang ditemukan.
Secara umum kondisi keamanan di Gorontalo cukup aman dan terkendali, hal
ini tidak lain disebabkan oleh makin meningkatnya kesadaran masyarakat
dalam mematuhi dan menjaga keamanan wilayahnya masing-masing. Selain
itu adanya filosofis hidup bermasyarakat yang menjadi pedoman setiap
kabupaten/kota turut memberikan kontribusi yang positif dalam menekan
angka kejahatan. Contohnya; kabupaten Boalemo Bertasbih, Kota Gorontalo
Kota Madrasah serta pedoman umum kehidupan masyarakat Gorontalo, yaitu
agama bersendikan sara, sara bersendikan kitabullah. Filosofis kehidupan
masyarakat ini berperan penting dalam upaya peningkatan keamanan,
ketertiban, penanggulangan kriminalitas dan juga menumbuhkan sikap
toleransi masyarakat terhadap keberagaman dan meningkatnya kesadaran
masyarakat terhadap pentingnya rasa aman dalam beraktivitas. Hal ini pada
akhirnya menjadi benteng yang kuat dalam menghadapi segala bentuk adu
domba suku, agama, dan ras (SARA) antar kelompok masyarakat. Selain itu
peningkatan profesionalisme lembaga Kepolisian Gorontalo melalui
pembinaan dan pengembangan kapasitas dan kemampuan personilnya turut
mendukung suasana yang kondusif dalam menjaga keamanan dan ketertiban
di Provinsi Gorontalo. Polda Gorontalo dalam mewujudkan Polisi Sipil telah
mengadopsi nilai-nilai adat yang dipegang oleh masyarakat yang
direalisasikan dalam simbol Pataka Polda Gorontalo yaitu “Modelo Ayuwa”:
Melalui simbol ini anggota Kepolisian Gorontalo diharapkan dapat menerapkan
46
PROVINSI GORONTALO
filosofis nilai-nilai etika dalam kepemimpinan dan pelaksanaan tugas polisi
sesuai dengan adat dan budaya Gorontalo.
Analisis terhadap outcome: Persentase penyelesaian kasus kejahatan konvensional,
Upaya peningkatan keamanan dan penanggulangan kriminalitas di Provinsi
Gorontalo menunjukkan hasil yang semakin baik. Gangguan keamanan,
ketertiban, dan kriminalitas masih dalam tingkat yang terkendali. Hal ini terlihat
antara lain dari upaya penanganan kejahatan konvensional yaitu kejahatan
yang dianggap oleh semua orang sebagai kejahatan, seperti halnya pencurian,
perampokan, pembunuhan dan judi serta kejahatan konvensional lainnya.
Namun demikian, pengadaan dan peningkatan institusi keamanan dan
ketertiban masyarakat telah ikut menekan angka kejahatan di Provinsi
Gorontalo.
Data penanganan kasus kejahatan konvensional memperlihatkan persentase
jumlah kasus yang dapat diselesaikan dengan yang dilaporkan pada tahun
2010 angkanya 42,27% dan tahun 2011 angkanya mencapai 45,53%. Persentase penyelesaian kasus kejahatan transnasional,
Kejahatan transnasional adalah kejahatan yang timbul sebagai akibat
globalisasi dan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti halnya:
terorisme, sindikat narkoba, penjualan senjata gelap, perompakkan di laut,
mafia pencucian uang, dan kejahatan melalui Internet (cyber crime). Kejahatan
transnasional di Provinsi Gorontalo tahun 2009 penyelesaiannya 12%,
sedangkan tahun 2010 dan 2011 penyelesaian kasus transnasional 0% karena
memang tidak ada kasus transnasional yang terjadi.
Kejadian kasus kejahatan transnasional di Provinsi Gorontalo hanyalah kasus
penyalahgunaan narkoba dan zat aditif lainnya. Pencegahan penyalahgunaan
dan peredaran gelap narkoba, telah berhasil menguak beberapa kasus serta
terus dilakukan upaya memberantas dan menindak pengedar dan pemakai
narkoba baik dalam skala kecil maupun dalam skala sedang. Kejahatan
lainnya seperti terorisme bukan merupakan ancaman serius, namun dalam
konteks global regional dan internasional maka tetap dilakukan upaya
pencegahan secara dini oleh aparat keamanan. Upaya pencegahan terorisme
di Gorontalo terintegrasi dengan peningkatan keamanan, ketertiban, dan
penanggulangan kriminalilas. Untuk kasus penjualan senjata, perompakkan di
47
PROVINSI GORONTALO
laut, mafia pencucian uang serta kejahatan cyber cryme sampai saat ini belum
menjadi ancaman di Provinsi Gorontalo.
3. Rekomendasi Kebijakan Indeks kriminalitas
Filosofis kehidupan bermasyarakat Provinsi Gorontalo yaitu adat bersendikan
syara’. Syara’ bersendikan kitabullah hendaknya terus ditumbuh-kembangkan
untuk membentengi berbagai tindak kriminal. Selain itu peningkatan
profesional tenaga kepolisian perlu mendapat dukungan dari seluruh lapisan
masyarakat agar dapat menjadi polisi sipil dan pengayom masyarakat.
Persentase penyelesaian kasus kejahatan konvensional
Dalam menekan terjadinya kasus kejahatan konvensional perlu melibatkan
stakeholder terkait, seperti: tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pendidik,
pemerintah dan aparat penegak hukum.
Persentase penyelesaian kasus kejahatan transnasional
Masyarakat hendaknya diberdayakan dalam menangkal dan menanggulangi
kejahatan transnasional
N. Perekonomian.1. Indikator
Tabel 2.14. Capaian Indikator Perekonomian
Indikator Capaian 2010
Capaian 2011
Progres 2012 (Triwulan II)
Sumber Data
Pertumbuhan ekonomi (%)
7,63 7,20 8,30 BPS
Inflasi (%) 7,43 4,08 1,33 (April) BPS
Nilai realisasi investasi PMA (milyar rupiah)
1.249,565 2.618,324 889,967 BID
Nilai realisasi investasi PMDN (milyar rupiah)
757,398 462,149 130.684 BID
Perkembangan PAD(ribuan rupiah)
113.403.871 154.476.716 BPS
Pertumbuhan Ekspor
13,032 -4,375 BPS
48
PROVINSI GORONTALO
Indikator Capaian 2010
Capaian 2011
Progres 2012 (Triwulan II)
Sumber Data
Pertumbuhan Impor 14,393 13,196 BPS
49
PROVINSI GORONTALO
2. Analisis Pencapaian IndikatorAnalisis terhadap impact: Pertumbuhan ekonomi,
Pertumbuhan ekonomi (Economic Growth) adalah perkembangan kegiatan
dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan
dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat.
Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makro
ekonomi dalam jangka panjang. Perkembangan kemampuan memproduksi
barang dan jasa sebagai akibat pertambahan faktor-faktor produksi pada
umumnya tidak selalu diikuti oleh pertambahan produksi barang dan jasa yang
sama besarnya. Pertambahan potensi memproduksi seringkali lebih besar dari
pertambahan produksi yang sebenarnya. Dengan demikian perkembangan
ekonomi adalah lebih lambat dari potensinya. Secara umum, pertumbuhan
ekonomi Gorontalo dalam 2 tahun terakhir mengalami kenaikan yang
signifikan. Pada tahun 2010, ekonomi Gorontalo mencapai mencapai 7,63%,
dan tahun 2011 mencapai 7,68%. Pada tahun 2012 ini pada triwulan I
pertumbuhan ekonomi mencapai 8,29 % dan triwulan II 8,30%. Berdasarkan
angka capaian ini diperkirakan target pertumbuhan ekonomi 7,5 – 8,0% dapat
tercapai.
Analisis terhadap outcome: Inflasi,
Inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan
terus menerus. Terdapat tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat
dikatakan telah terjadi inflasi yaitu: kenaikan harga, bersifat umum dan
berlangsung terus menerus. Secara umum laju inflasi Provinsi Gorontalo
mengikuti perkembangan nasional dan selama tiga tahun terakhir ini berada di
bawah 10%. Pada tahun 2010 inflasi Provinsi Gorontalo mencapai 7,43% dan
tahun 2011 mencapai 4,08%. Pada tahun 2012 sampai bulan April inflasi
mencapai 1,33%. Komponen yang berpengaruh terhadap inflasi di Provinsi
Gorontalo adalah kelompok pengeluaran sektor kesehatan, makanan jadi,
minuman, rokok dan tembakau serta bahan makanan
Perkembangan PAD,
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan yang diperoleh dari sektor
pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil
pengeloalaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli
50
PROVINSI GORONTALO
daerah yang sah”. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
disebutkan bahwa sumber pendapatan daerah terdiri dari Pendapatan Asli
Daerah, Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak. Pada tahun 2010 jumlah PAD
Provinsi Gorontalo mencapai 133,4 milyar rupiah dan tahun 2011 naik menjadi
154,5 milyar rupiah. Kontribusi dari PAD Provinsi Gorontalo 90,5% berasal dari
pajak daerah.
Pertumbuhan Ekspor,
Ekspor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke
negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses ekspor
pada umumnya adalah tindakan untuk mengeluarkan barang atau komoditas
dari dalam negeri untuk memasukannya ke negara lain. Ekspor barang secara
besar umumnya membutuhkan campur tangan dari bea cukai di negara
pengirim maupun penerima.
Pertumbuhan Impor,
Impor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke
negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses impor
umumnya adalah tindakan memasukan barang atau komoditas dari negara
lain ke dalam negeri. Impor barang secara besar umumnya membutuhkan
campur tangan dari bea cukai di negara pengirim maupun penerima.
3. Rekomendasi Kebijakan Pertumbuhan ekonomi
Sampai saat ini faktor utama yang berperan dalam pertumbuhan ekonomi
Gorontalo adalah pengeluaran pemerintah, oleh karena itu dikemudian hari
sektor lain yang potensil perlu dipacu seperti sektor riil.
Inflasi
Perlu dilakukan pengendalian harga dan operasi pasar untuk menekan laju
inflasi yang terjadi di masyarakat.
Perkembangan PAD
Dalam rangka peningkatan PAD untuk membiayai pembangunan di Provinsi
Gorontalo, Pemerintah Daerah perlu membuat kebijakan dan regulasi yang
dapat mendorong masuknya investasi baik asing maupun dalam negeri.
Pertumbuhan Ekspor
Pembangunan infrastruktur pendukung seperti pelabuhan dan udara perlu
terus disempurnakan untuk mendorong peningkatan ekspor dan import.
51
PROVINSI GORONTALO
Pertumbuhan Impor
Pemerintah perlu melakukan kebijakan subtitusi impor terutama pada produk-
produk yang potensil dihasilkan oleh Gorontalo.
52
PROVINSI GORONTALO
BAB IIIISU STRATEGIS
Isu strategis adalah isu yang paling pokok yang jika isu tersebut ditangani akan
memiliki pengaruh terhadap penyelesaian masalah lainnya. Adapun identifikasi isu
strategis seperti pada bagian berikut ini.
A. Identifikasi MasalahBerdasarkan hasil evaluasi capaian kinerja 2010, 2011 dan perkembangan
pelaksanaan 2012 di atas, maka dapat diidentifikasi semua masalah dari hasil
evaluasi tersebut.
Masalah dalam identifikasi ini, dikategorisasikan dalam 4 hal, yaitu:
Indikator yang belum tercapai targetnya
Indikator yang tidak mengalami perbaikan dari tahun sebelumnya
Indikator yang telah tercapai targetnya tetapi masih perlu penanganan lebih lanjut
Masalah yang tidak ada dalam kerangka indikator evaluasi, tetapi diidentifikasi
oleh tim evaluasi provinsi, bahwa hal tersebut adalah masalah di provinsi.
Adapun hasil identifikasi masalah adalah:
Tabel 3.1 Identifikasi Masalah Berdasarkan Prioritas Pembangunan
No Prioritas Identifikasi Masalah(urutkan berdasarkan yang paling prioritas)
1 Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola
1. Pencapaian kabupaten/kota dalam pelaporan keuangan yang belum memenuhi kriteria Wajar Tanpa Pengecualian cukup dominan.
2. Sarana dan prasarana yang masih terbatas serta SDM yang belum menunjang menghambat pelaksanaan e-procurenment.
3. Sosialisasi berbagai aturan yang berhubungan dengan korupsi masih kurang dilakukan.
4. Peningkatan investasi PMA yang stagnan malah mengalami penurunan yang disebabkan kurangnya informasi yang akurat tentang potensi daerah.
5. Peningkatan investasi PMDN yang tidak tidak berkembang yang disebabkan oleh masalah konflik lahan.
6. Perda transparansi belum terimplementasi sebagaimana harapan sehingga perlu ada solusi untuk mengatasi berbagai kendala pelaksanaannya.
7. Masuknya anti korupsi dalam kurikulum masih sebatas
53
PROVINSI GORONTALO
No Prioritas Identifikasi Masalah(urutkan berdasarkan yang paling prioritas)
sosialisasi belum pada tahap implementasi.8. Regulasi bidang keuangan yang sering berubah tanpa
adanya sosialisasi menyebabkan target pelaporan keuangan WTP tidak tercapai.
9. Adanya hubungan yang kurang harmonis antara peminpin daerah baik secara vertikal maupun horisontal menyebabkan reformasi birokrasi terhambat
2 Pendidikan 1. Program pendidikan gratis yang dicanangkan oleh pemerintah provinsi masih menjadi polemik terutama konsep gratis yang digaungkan.
2. Ujian nasional masih dianggap oleh sebagian masyarakat sebagai beban mengingat apalagi pada wilayah yang masih memiliki keterbatasan fasilitas sarana dan prasarana pendidikan.
3. Penyebaran guru yang tidak merata menyebabkan perbedaan kualitas pendidikan.
4. Berdasarkan tingkat pendidikan persentase guru SD yang layak mengajar relatif masih kecil sehingga diperlukan solusi pemecahannya.
5. Rasio guru dan siswa tidak merata, dimana pada wilayah kota rasionya besar tetapi pada wilayah desa rasionya kecil.
6. Prasarana dan sarana pendidikan yang tidak merata menyebabkan siswa terkonsentrasi pada sekolah yang menjadi pavorit.
7. Alasan ekonomi masih menjadi faktor utama yang menyebabkan siswa putus sekolah.
8. Ujian nasional masih menjadi momok bagi sebagian siswa sehingga tujuan utamanya untuk peningkatan kualitas siswa terabaikan.
9. Pada era desentralisasi ini guru sering dijadikan sebagai alat politik sehingga jauh dari misi sebenarnya yaitu sebagi pendidik.
10. Penyaluran dana bos sering terkendala oleh waktu dan regulasinya sehingga terkadang tidak efektif.
3 Kesehatan 1. Program unggulan kesehatan gratis belum tersosialisasi dan terimplementasi secara merata.
2. Rumah sakit provinsi belum terealisasi3. Angka kematian bayi masih relatif tinggi dibandingkan
daerah lain.4. Angka kematian ibu yang masih relatif tinggi dibandingkan
daerah lain5. Angka harapan hidup masih di bawah capaian nasional6. Persentase masyarakat yang terlayani dengan air bersih
melalui perpipaan masih rendah yaitu 34%.7. Tingginya angka prevalensi gizi buruk pada balita
(17,05%) dibandingkan capaian nasional (3,9%)8. Tingginya Prevalensi HIV/AIDS (1,7%) dibandingkan
nasional (0,2%).9. Kurangnya dokter spesialis (37) dibandingkan dengan
standar nasional (60)
54
PROVINSI GORONTALO
No Prioritas Identifikasi Masalah(urutkan berdasarkan yang paling prioritas)
10. Kurangnya dokter umum (202) dibandingkan dengan standar nasional (400)
11. Kurangnya bidan (412) dibandingkan dengan standar nasional (1000)
4 Penanggulangan Kemiskinan
1. Persentase penduduk miskin Gorontalo berada di atas capaian nasional.
2. Belum optimalnya pemberdayaan ekonomi desa3. Meningkatnya jumlah penduduk miskin musiman apabila
ada dana bantuan.4. Tumpang tindihnya program bantuan untuk masyarakat
miskin antar instansi terkait.5. Terdapatnya perbedaan kriteria masyarakat miskin 6. Jumlah pengangguran terdidik semakin meningkat7. Lapangan pekerjaan masih kurang dibandingkan dengan
pencari kerja.8. Lapangan pekerjaan utama masih bertumpu pada sektor
pertanian9. Sektor UMKM belum berkembang seusi harapan
5 Ketahanan Pangan 1. Alih fungsi lahan pertanian untuk keperluan lain semakin meningkat.
2. Inovasi petani dalam berusahatani rendah.3. Pemilikan lahan usahatani petani kecil4. Permodalan petani terbatas5. Penyuluh pertanian masih terkonsentrasi pada bidang
pertanian.6. Kelembagaan sektor pertanian umumnya belum mandiri.7. Produk pertanian yang dihasilkan memiliki nilai tambah
yang kecil.8. Mutu produk pertanian masih rendah.9. Petani pada umumnya tidak menguasai informasi pasar.
10. Sistem ijon masih berlaku6 Infrastruktur 1. Jalan lingkar Gorontalo belum terlaksana
2. Jalan tembus antara Bone Bolango dan Bolaang Mongondow belum terealisasi.
3. Pembangunan Irigasi Dumbaya Bulan belum terlaksana4. Masih terdapat batas kawasan antara kabupaten/kota
yang tumpah tindih.5. Terdapatnya pemukiman di dalam kawasan taman
nasional.6. Masih banyak masyarakat yang tidak mampu
membutuhkan rumah yang layak huni.7. Kapasitas bandara untuk menujang transportasi udara
masih terbatas.8. Sarana pelabuhan belum optimal untuk melayani pesatnya
perkembangan ekonomi Gorontalo.9. Jalan by pass Gorontalo beserta sarana pendukungnya
belum sepenuh rampung.
7 Iklim Investasi dan Iklim Usaha
1. Pelayanan perijinan untuk investasi belum sesuai harapan.
2. Peruntukkan lahan untuk kegiatan investasi sering
55
PROVINSI GORONTALO
No Prioritas Identifikasi Masalah(urutkan berdasarkan yang paling prioritas)
berbenturan dengan kepentingan masyarakat.3. Daya listrik masih terbatas dalam menunjang iklim
investasi.4. Investasi masih terfokus pada sektor pertanian yang tidak
memiliki nilai tambah.5. Investasi sektor pertambangan masih tumpang tindih
dengan kawasan taman nasional.6. Pertumbuhan UMKM masih kecil.7. Alokasi kredit perbankan masih didominasi untuk
kebutuhan konsumsi.8. Sosialisasi potensi investasi Gorontalo belum optimal.9. Standar mutu produk yang dihasilkan oleh UMKM masih
rendah.10. UMKM pada umumnya belum dapat memenuhi
persyaratan untu memperoleh pinjaman.
8 Energi 1. Permintaan akan energi listrik tidak sebanding dengan penyediaannya.
2. Potensi energi terbarukan seperti mikrohidro dan tenaga panas bumi belum termanfaatkan.
3. Pembangkit listrik tenaga uap belum terealisasi.4. Pemadaman bergilir masih sering terjadi.5. Masih terdapat desa yang belum teraliri listrik
9 Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana
1. Pembangunan kanal banjir masih tersendat2. Penambangan illegal tanpa ijin belum terkendali.3. Perambahan hutan dan penebangan hutan secara illegal.4. Pengalihan fungsi lahan belum terkendali.5. Ruang terbuka hijau semakin menyusut.6. Konversi hutan menjadi lahan pertanian dan perkebunan.7. Pembakaran hutan dan lahan.8. Sarana dan prasarana badan penanggulangan bencana
masih terbatas.9. Terbatas kompetensi dan kuantitas sumberdaya manusia
dalam penanggulangan bencana.10. Terbatasnya SDM pengawas kehutanan
10 Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan Pasca Konflik
1. Kurangnya aksesibilitas wilayah menuju daerah tertinggal.2. Infrastruktur kelistrikan yang kurang memadai.3. Kurangnya sarana dan prasarana kesehatan.4. Kurangnya sarana dan prasarana pendidikan.5. Kurangnya guru dan tenaga kesehatan di daerah
tertinggal.6. Ketimpangan pendapatan antara daerah tertinggal dengan
daerah lain.7. Pola pikir yang subsisten pada daerah tertinggal.8. Keterbatasan sumberdaya 9. Produktivitas tenaga kerja yang rendah
11 Kebudayaan, Kreatifitas, Inovasi dan Teknologi
1. Hasil penelitian dosen banyak yang tidak teraplikasikan dalam kehidupan masyarakat.
2. Koordinasi antara pemerintah daerah dengan PTN/PTS
56
PROVINSI GORONTALO
No Prioritas Identifikasi Masalah(urutkan berdasarkan yang paling prioritas)
belum optimal.3. Keahlian dosen PTN/PTS belum optimal dalam
menyumbangkan tenaga dan pikirannya untuk pembangunan daerah.
4. Sosialisasi HAKI pada masyarakat belum maksimal.5. Kesadaran masyarakat dalam mempatenkan hasil
karyanya masih rendah.6. Sarana dan prasarana perpustakaan masih minim.7. Belum ada kerja sama yang bersinergi antara PTN/PTS
dalam membantu Pemda mengatasi berbagai persoalan pembangunan.
8. Pemetaan keahlian dosen PTN/PTS Gorontalo belum dilakukan
Prioritas Lainnya
12 Kesejahteraan rakyat
1. Masih terdapat sejumlah kecamatan yang memiliki IPM rendah.
2. Capaian IPM Gorontalo masih di bawah capaian angka nasional.
3. Sektor pertanian umumnya belum memiliki nilai tambah sehingga pendapatan yang diperoleh kecil.
4. Alasan keterbatasan ekonomi rumah tangga menyebabkan anak putus sekolah.
5. Tingkat kesejahteraan masyarakat tidak merata6. Pendidikan dan keahlian yang kurang menyebabkan
kesejahteraan rendah.7. Angka harapan hidup masih di bawah angka capaian
nasional.8. Tingkat penyerapan tenaga kerja masih didominasi oleh
sektor primer yang produktivitasnya rendah.13 Politik, Hukum, dan
Keamanan1. Kejahatan konvensional tergolong tinggi2. Pilkada sering menimbulkan gesekan pada anggota
masyarakat.3. Ekonomi merupakan faktor yang berpengaruh pada
tingkat kriminal.4. Terdapat oknum aparat yang tidak bersinergi dalam
menjalankan tugas penjagaan keamanan.5. Masih kurang sosialisasi kepada masyarakat dalam
menangkal aksi terorisme.6. Tindak penganiayaan tergolong tinggi.7. Kejahatan Narkoba mulai meningkat
14 Perekonomian 1. Pertumbuhan ekonomi masih didominasi oleh pengeluaran pemerintah.
2. Sektor primer masih menjadi penopang utama ekonomi.3. Investasi masih terganjal dengan infrastruktur jalan yang
kurang memadai.4. Fasilitas bandara dan pelabuhan belum menunjang sektor
investasi.5. Kapasitas listrik masih terbatas.6. PAD masih didominasi oleh penerimaan dari sektor pajak.7. Sektor-sektor yang berpotensi dalam peningkatan PAD
belum dioptimalkan.
57
PROVINSI GORONTALO
No Prioritas Identifikasi Masalah(urutkan berdasarkan yang paling prioritas)
8. Nilai tambah produk unggulan masih kecil.9. Penciptaan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru belum
optimal.10. Perencanaan pembangunan ekonomi belum sepenuhnya
ditunjang oleh ketersediaan dana.
B. Identifikasi Isu Strategis1. Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola
Berdasarkan urutan prioritas masalah pada Tabel 3.1 di atas, diidentifikasi 5 (lima)
prioritas teratas yang akan dijabarkan hingga kegiatan seperti pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.2. Prioritas Teratas Isu Strategis Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola
No Isu Strategis Prioritas
Strategi Penanganan Kebijakan Kegiatan
1. Persentase yang tinggi kabupaten/ kota belum memenuhi kriteria Wajar Tanpa Pengecualian cukup dominan.
Perencanaan keuangan komprehensif dan bersinergi
Peningkatan kualitas SDM pengelola keuangan
1. Pelatihan2. Magang profesi
2. Sarana dan prasa-rana yang masih terbatas serta SDM menghambat pelaksanaan e-procurenment.
Pemantfaatan IT dalam pengadaan barang dan jasa
Pengembangan Sarana IT
1. Sosialisasi2. Pengadaan
peralatan IT3. Pelatihan
3 Kurangnya informasi yang akurat tentang potensi daerah.
Pemanfaatan media masa dan komukasi
Pencitraan potensi daerah
1. Sosialisasi2. Pengadaan
leaflet dan brosur
3. Pameran4. konflik lahan
menghambat investasi.
Melakukan pendekatan persuasif dan manusiawi
Penataan lahan untuk investasi
1. Sosialisasi2. Hibah dana3. Relokasi
pemukiman warga
5. Disharmonis hubungan antara peminpin daerah
Memperkuat silaturahim dan komunikasi antar pemerintah daerah
Kemitraan strategis 1. Koordinasi Tupoksi
2. Kunjungan kerja
3. Rapat koordinasi
58
PROVINSI GORONTALO
2. PendidikanBerdasarkan urutan prioritas masalah pada Tabel 3.1 di atas, diidentifikasi 5 (lima)
prioritas teratas yang akan dijabarkan hingga kegiatan seperti pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.3. Prioritas Teratas Isu Strategis Pendidikan
No Isu Strategis Prioritas
Strategi Penanganan Kebijakan Kegiatan
1. Program pendidikan gratis
Pelibatan aktif pemerintah kabupaten/kota
Subsidi dana pendidikan bagi yang kurang mampu
1. Penetapan regulasi
2. Perencanaan
3. Sosialisasi
4. Hibah dana
2. Penyebaran guru
yang tidak merata.Kemitraan dengan Perguruan Tinggi
Pemberian tunjangan guru desa terpencil
1.MOU Perguruan Tinggi
2.Perencanaan3.Perekrutan tenaga
guru
3. Persentase guru SD yang layak mengajar relatif masih kecil
Pemberian subsidi pendidikan
Peningkatan pendidikan dan profesi guru SD
1. Sosialisasi2. Hibah dana3. Pelatihan guru SD4. Magang guru
4. Prasarana dan sarana pendidikan yang tidak merata
Perencanaan infrastruktur terpadu
Pengembangan fasilitas pendidikan
1. Rehab gedung2. Pembangunan
gedung baru3. Pengadaan
peralatan pendidikan
5. Ujian nasional masih menjadi momok siswa
Pelibatan perguruan tinggi dalam pembinaan kepada siswa
Peningkatan mutu siswa
1. Pelatihan guru mata pelajaran.
2. Magang guru3. Sosialisasi UN4. Kerjasama PT
3. KesehatanBerdasarkan urutan prioritas masalah pada Tabel 3.1 di atas, diidentifikasi 5 (lima)
prioritas teratas yang akan dijabarkan hingga kegiatan seperti pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.4. Prioritas Teratas Isu Strategis Kesehatan
No Isu Strategis Prioritas
Strategi Penanganan Kebijakan Kegiatan
1. Kesehatan gratis Pelibatan aktif pemerintah kabupaten/kota
Subsidi dana kesehatan bagi yang kurang mampu
1.Penetapan regulasi2.Perencanaan3.Sosialisasi4.Hibah dana
2. Belum ada Rumah sakit provinsi
Kemitraan dengan Perguruan Tinggi
Pembangunan rumah sakit
1. Perencanaan2. Pengajuan proposal
59
PROVINSI GORONTALO
pendidikan 3. Penyediaan lahan4. MOU dengan
pemerintah kabupaten
3. Angka harapan hidup di bawah capaian nasional
Subsidi dana kesehatan
Pelayanan kesehatan masyarakat
1. Penyuluhan keseha-tan
2. Pengadaan obat generik
3. Pengadaan peralatan kesehatan
4. Kurangnya dokter spesialis
Kemitraan dengan PT penghasil dokter spesialis
Perekrutan dokter spesialis dan studi lanjut dokter umum
1. MOU2. Pemberian beasiswa
5. Akses masyarakat terhadap air bersih melalui perpipaan rendah
Pemanfaatan air melalui pipa pada masyarakat desa
Pengembangan air bersih desa
1.Sosialisasi2.Hibah dana air
bersih3.Pembangunan bak
penampungan air
4. Penanggulangan KemiskinanBerdasarkan urutan prioritas masalah pada Tabel 3.1 di atas, diidentifikasi 5 (lima)
prioritas teratas yang akan dijabarkan hingga kegiatan seperti pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.5. Prioritas Teratas Isu Strategis Penanggulangan Kemiskinan
No Isu Strategis Prioritas
Strategi Penanganan Kebijakan Kegiatan
1. Persentase penduduk miskin Gorontalo berada di bawah capaian nasional.
Pengembangan produk unggulan rakyat
Pengembangan ekonomi rakyat
1. Pemberian Subsidi2. Pemberian informasi
pasar.3. Pembangunan
infrastruktur penunjang
4. Pengadaan input produksi
2. Jumlah pengangguran terdidik semakin meningkat
Kemitraan dengan BUMN
Pengembangan wirausaha sarjana
1. Pelatihan wirausaha2. Insentif dana3. Sarjana turun desa4. Magang wirausaha
3. Tumpang tindihnya program bantuan untuk masyarakat miskin antar instansi terkait
Koordinasi perencanaan program
Sinergitas program penanggulangan kemiskinan
1. Workshop peren-canaan
2. Pertemuan koor-dinasi
3. Bantuan dana terpadu
4. Lapangan pekerjaan utama masih bertumpu pada sektor pertanian
Pengembangan nilai tambah produk pertanian
Pengembangan agroindustri komoditi unggulan
1. Studi kelayakan2. workshop3. Studi pasar4. Pembangunan
agroindustri 5. Sektor UMKM
belum berkembang sesuai harapan
Pemberian insentif bagi UMKM
Pembinaan UMKM
1. Pelatihan2. Magang pengusaha
UMKM
60
PROVINSI GORONTALO
3. Bantuan modal
5. Ketahanan PanganBerdasarkan urutan prioritas masalah pada Tabel 3.1 di atas, diidentifikasi 5 (lima)
prioritas teratas yang akan dijabarkan hingga kegiatan seperti pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.6. Prioritas Teratas Isu Strategis Ketahanan Pangan
No Isu Strategis Prioritas
Strategi Penanganan Kebijakan Kegiatan
1. Alih fungsi lahan pertanian untuk keperluan lain
Penetapan regulasi alih fungsi lahan
Pelestarian lahan pertanian produktif
1.Sosialisasi2.Penyusunan
regulasi3.Pengajuan ke
DPRD4.Penetapan
Regulasi5.Implementasi
2. Inovasi petani dalam berusahatani rendah
Pemberian insentif produk inovasi
Pengembangan sekolah lapang pertanian
1.Sosialisasi2.Pembuatan pilot
project3.Pelaksanaan
sekolah lapang3. Pemilikan lahan
usahatani petani kecil
Pemanfaatan pupuk organik
Pengembangan Usahatahi tanaman organik
1.Sosialisasi2.Pembuatan
demplot3.Penyuluhan
4. Permodalan petani terbatas
Bantuan modal Penyaluran sarana produksi bersubsidi dan berkualitas
1. Pengadaan saprodi
2. Penyaluran
3. Subsidi pupuk dan benih
5. Penyuluh pertanian masih terkonsen-trasi pada bidang pertanian
Satu penyuluh satu desa
Tunjangan kinerja penyuluh
1. Lokarya2. Pelatihan profesi3. Pemberian tun-
jangan
.
.6. Infrastruktur
Berdasarkan urutan prioritas masalah pada Tabel 3.1 di atas, diidentifikasi 5 (lima)
prioritas teratas yang akan dijabarkan hingga kegiatan seperti pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.7. Prioritas Teratas Isu Strategis Infrastruktur
No Isu Strategis Prioritas
Strategi Penanganan Kebijakan Kegiatan
1. Pembangunan Jalan lingkar Gorontalo
Pembangunan jalan lingkar secara bertahap
Pengembangan infrastruktur jalan lingkar Gorontalo
1. Perencanaan2. Survey
kelayakan3. Pembebasan
lahan.
61
PROVINSI GORONTALO
4. Konstruksi2. Perluasan Bandara
JalaludinKemitraan dengan pemerintah pusat
Perluasan dan pengembangan Bandara Jalaludin
1. Perencanaan2. Konstruksi
3. Pembangunan Pelabuhan
Kemitraan dengan pemerintah pusat
Revitalisasi Pelabuhan Gorontalo
1. Perencanaan2. Konstruksi
4. Batas kawasan wilayah tumpah tindih
Perencanaan komprehensif wilayah
Penataan batas wilayah kabupaten/kota
1. Sosialisasi2. Workshop3. Survey4. Pelaksanaan
5. pembangunan Jalan by pass belum
Melanjutkan pembangunan jalan by pass
Pengembangan jalan by pass
1. Perencanaan2. Survey3. Konstruksi
7. Iklim Investasi dan Iklim UsahaBerdasarkan urutan prioritas masalah pada Tabel 3.1 di atas, diidentifikasi 5 (lima)
prioritas teratas yang akan dijabarkan hingga kegiatan seperti pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.8. Prioritas Teratas Isu Strategis Iklim Investasi dan Iklim Usaha
No Isu Strategis Prioritas
Strategi Penanganan Kebijakan Kegiatan
1. Pelayanan perijinan untuk investasi
Pelayanan perijinan untuk investasi
Kemudahan investasi Pengurusan ijin sesuai SOP
2. Daya listrik masih terbatas
Daya listrik masih terbatas
Pemanfaatan energi listrik terbarukan
Pengadaan pembangkit listrik baru
3. Investasi masih terfokus pada sektor pertanian
Investasi masih terfokus pada sektor pertanian
Promosi produk unggulan daerah
Perluasan komoditi investasi
4. Pertumbuhan UMKM masih kecil
Pertumbuhan UMKM masih kecil
Kemitraan dengan BUMN
Pengembangan UMKM
5. Standar mutu produk yang dihasilkan oleh UMKM masih rendah.
Standar mutu produk yang dihasilkan oleh UMKM masih rendah.
Kemitraan dengan perguruan tinggi
Peningkatan mutu produk UMKM
8. EnergiBerdasarkan urutan prioritas masalah pada Tabel 3.1 di atas, diidentifikasi 5 (lima)
prioritas teratas yang akan dijabarkan hingga kegiatan seperti pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.9. Prioritas Teratas Isu Strategis Energi
No Isu Strategis Prioritas
Strategi Penanganan Kebijakan Kegiatan
1. Tingginya Pengembangan Peningkatan kapasitas 1. Survei
62
PROVINSI GORONTALO
permintaan akan energi listrik
pembangkit listrik baru
listrik 2. Konstruksi
2. Pengembangan energi terbarukan
Pemanfaatan listrik ramah lingkungan
Pengembangan listrik ramah lingkungan
1. Survei2. Konstruksi
3. Pembangunan PLTU belum terlaksana
Melanjutkan pembangunan PLTU
Pembangunan PLTU anggrek
1. Kontruksi
4. Masih terdapat desa yang belum teraliri listrik
Pemanfaatan potensi listrik berbasis desa
Pemngembangan listrik mikrohidro
1. Pilot Projek2. Survei3. Kosntruksi
5. Pemadaman bergilir Penambahan kapasitas listrik
Penambahan daya listrik
Kontruksi
9. Lingkungan Hidup dan Pengelolaan BencanaBerdasarkan urutan prioritas masalah pada Tabel 3.1 di atas, diidentifikasi 5 (lima)
prioritas teratas yang akan dijabarkan hingga kegiatan seperti pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.10. Prioritas Teratas Isu Strategis Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana
No Isu Strategis Prioritas
Strategi Penanganan Kebijakan Kegiatan
1. Pembangunan kanal banjir
Melanjutkan pembangunan kanal
Kanalisasi Gorontalo- Bone Bolango
Konstruksi
2. Penambangan rakyat tanpa ijin
Pengembangan pertambangan rakyat ramah lingkungan
Pembangunan pertambangan profesionel
1. Sosialisasi2. Studi
kelayakan3. Pengurusan
ijin.4. Konstruksi
3. Perambahan hutan dan penebangan hutan secara illegal
Penegakan regulasi
Pelestarian hutan 1. Sosialisasi2. Pengawasan3. Konservasi
4. Ruang terbuka hijau semakin menyusut
Pembuatan regulasi
Pengembangan ruang terbuka hijau
1. Sosialisasi2. Penerapan
5. Sarana dan prasarana badan penanggulangan bencana masih terbatas
Penguatan kelembagaan Badan Penanggulan Bencana Daerah
Revitalisasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah
1. Pengadaan peraalatan.
2. Pelatihan
10. Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan Pasca KonflikBerdasarkan urutan prioritas masalah pada Tabel 3.1 di atas, diidentifikasi 5 (lima)
prioritas teratas yang akan dijabarkan hingga kegiatan seperti pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.11. Prioritas Teratas Isu Strategis Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan PascaKonflik
No Isu Strategis Prioritas
Strategi Penanganan Kebijakan Kegiatan
63
PROVINSI GORONTALO
1. Kurangnya aksesibilitas wilayah menuju daerah tertinggal
Koordinasi perencanaan provinsi dan kabupaten
Pembangunan infrastruktur daerah tertinggal
1. Perencanaan2. Konstruksi
2. Infrastruktur kelistrikan yang kurang memadai
Pemanfaatan potensi listrik desa
Pembangunan listrik pedesaan
1. Perencanaan2. Survei3. Konstruksi
3. Kurangnya sarana dan prasarana kesehatan.
Koordinasi perencanaan provinsi dan kabupaten
Pembangunan sarana dan prasarana kesehatan daerah tertinggal
1. Perencanaan2. Survei3. Konstruksi
4. Kurangnya sarana dan prasarana pendidikan.
Koordinasi perencanaan provinsi dan kabupaten
Pembangunan sarana dan prasarana pendidikan daerah tertinggal
1. Perencanaan2. Survei3. Konstruksi
5. Kurangnya guru dan tenaga kesehatan di daerah tertinggal.
Kemitraan dengan Perguruan Tinggi
Pengangkatan guru daerah tertinggal.
1. MOU2. Pelaksanaan
.
11. Kebudayaan, Kreatifitas, Inovasi dan TeknologiBerdasarkan urutan prioritas masalah pada Tabel 3.1 di atas, diidentifikasi 5 (lima)
prioritas teratas yang akan dijabarkan hingga kegiatan seperti pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.12. Prioritas Teratas Isu Strategis Kebudayaan, Kreatifitas, Inovasi dan Teknologi
No Isu Strategis Prioritas
Strategi Penanganan Kebijakan Kegiatan
1. Penelitian dosen banyak yang tidak teraplikasikan
Publikasi hasil penelitian dosen
Aplikasi hasil penelitian dosen
1. Workshop2. Pameran3. Publikasi
2. Koordinasi antara pemerintah daerah dengan PTN/PTS belum optimal
Pemberdayaan Forum Kerjsama PTN/PTS
Kemitraan strategis Pemdan dan PTN/PTS
1. MOU2. Pelaksanaan
3. Kesadaran masyarakat dalam mempatenkan hasil karyanya masih rendah
Pemberian insentif daerah pada produk HAKI
Patenisasi karya inovati daerah
1. Sosialisasi2. Pelatihan3. Pangajuan
4. Sarana dan prasarana perpustakaan masih minim
Revitalisasi perpustakaan
Pengembangan perpustakaan sekolah dan daerah
1. Perencanaan2. Rehab
gedung3. Pengadaan
referens4. Pengadaan
peralatan5. Pemetaan keahlian
dosen PTN/PTS Gorontalo belum dilakukan
Pemberdayaan Forum Kerjsama PTN/PTS
Pemetaan SDM Dosen 1. Workshop2. Publikasi3. Sosialisasi
64
PROVINSI GORONTALO
Prioritas Lainnya12. Kesejahteraan rakyat
Berdasarkan urutan prioritas masalah pada Tabel 3.1 di atas, diidentifikasi 5 (lima)
prioritas teratas yang akan dijabarkan hingga kegiatan seperti pada tabel di bawah
ini:
Tabel 3.13. Prioritas Teratas Isu Strategis Kesejahteraan Rakyat
No Isu Strategis Prioritas
Strategi Penanganan Kebijakan Kegiatan
1. Capaian IPM Gorontalo masih di bawah angka nasional
Melanjutkan peningkatan IPM pada kecamatan yang capaiannya IPM rendah
Peningkatan IPM Provinsi
1. Sosialisasi2. Pembangunan
sarana kesehatan3. Pembangunan
sarana pendidikan 2. Sektor pertanian
umumnya belum memiliki nilai tambah
Penetapan strategi peningkatan nilai tambah produk pertanian
Pengembangan agroindustri produk unggulan
1. Perencanaan2. Studi kelayakan3. Penetapan
agroindustri unggulan
4. Konstruksi3. Tingkat
kesejahteraan masyarakat tidak merata
Perluasan kesempatan berusaha
Peningkatan ekonomi rakyat
1. Pemberdayaan UMKM
2. Pemberian kredit
4. Angka harapan hidup masih di bawah angka capaian nasional
Aksesibilitas kesehatan terjangkau
Kesehatan gratis 1. Bantuan pengobatan2. Pengadaan sarana
kesehatan.3. Pengadaan obat
buat rakyat miskin5. Putus Sekolah
karena alasan ekonomi
Pemberian beasiswa bagi keluarga yang kurang mampu
Pendidikan gratis 1. Beasiswa2. Pengaktifan paket
A, B dan C
13. Politik, Hukum, dan KeamananBerdasarkan urutan prioritas masalah pada Tabel 3.1 di atas, diidentifikasi 5 (lima)
prioritas teratas yang akan dijabarkan hingga kegiatan seperti pada tabel di bawah
ini:
Tabel 3.14. Prioritas Teratas Isu Strategis Politik, Hukum, dan Keamanan
No Isu Strategis Prioritas
Strategi Penanganan Kebijakan Kegiatan
Kejahatan konvensional tergolong tinggi
Kemitraan dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat
Penurunan kejahatan konvensional dengan kearifan lokal
1.Penyuluhan 2.Dialog3.Patroli
Pilkada sering Penggunaan Pelaksanaan Pilkada 1. Sosialisasi
65
PROVINSI GORONTALO
menimbulkan gesekan
filosofis kehidupan masyarakat Gorontalo
aman dan damai 2. Penyuluhan
Sinergitas aparat keamanan
Koordinasi aparat keamanan
Kemitraan strategis aparat keamanan
Pengamanan bersama
Tindak penganiayaan tinggi
Pembinaan melalui tokoh agama
Penurunan angka kriminalitas penganiayaan
1. Sosialisasi2. Penyuluhan
Faktor kesulitan ekonomi penyebab tindak kriminal
Kemitraan dengan swasta, BUMN
Penciptaan lapangan kerja baru
1.Pelatihan2.Insentif modal.3.Kredit usaha
produktif
14. PerekonomianBerdasarkan urutan prioritas masalah pada Tabel 3.1 di atas, diidentifikasi 5 (lima)
prioritas teratas yang akan dijabarkan hingga kegiatan seperti pada tabel di bawah
ini:
Tabel 3.15. Prioritas Teratas Isu Strategis Perekonomian
No Isu Strategis Prioritas
Strategi Penanganan Kebijakan Kegiatan
1. Pertumbuhan ekonomi masih didominasi oleh pengeluaran pemerintah
Peningkatan sektor riil
Penguatan sektor riil
1. Pelatihan UMKM
2. Bantuan UMKM
3. Rehab pasar tradisional
4. Penataan sektor informal
2. Sektor primer masih menjadi penopang utama ekonomi
Pemberdayaan sektor industri dan jasa
Penguatan sektor industri dan jasa
1. Pengembangan nilai tambah produk unggulan
2. Penataan pasar modern.
3. Pembangunan industri berbasis komoditas unggulan
3. Fasilitas bandara dan pelabuhan belum menunjang sektor investasi
Perluasan bandara dan pelabuhan
Peningkatan jasa transportasi udara dan pelabuhan
1. Studi kelayakan2. Konstruksi
4. Sektor-sektor yang berpotensi dalam peningkatan PAD belum dioptimalkan
Peningkatan potensi ekonomi daerah
Peningkatan PAD 1. Pengelolaan pertambangan profesional
2. Pembangunan kawasan ekonomi terpadu
3. Implementasi MP3EI
5. Nilai tambah produk Peningkatan nilai Pengembangan 1. Studi kelayakan
66
PROVINSI GORONTALO
unggulan masih kecil
tambah Produk unggulan
Nilai tambah komoditi unggulan
2. Konstruksi
67
PROVINSI GORONTALO
BAB IVPENUTUP
Draft Laporan Akhir Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah memberikan gambaran
secara umum, bahwa pencapaian prioritas nasional di Provinsi Gorontalo cukup baik,
yang diperlihatkan oleh adanya peningkatan kinerja dari tahun 2010-2012, meskipun
demikian terdapat beberapa indikator yang belum sesuai dengan target dan hasil yang
diharapkan.
Dalam mewujudkan kinerja yang baik maka diperlukan adanya keterpaduan pencapaian
prioritas nasional dengan prioritas daerah, mengingat keduanya memiliki keterkaitan satu
dan lainnya, sehingga peningkatan kinerjanya akan saling berkesinambungan.
Draft laporan akhir ini masih bersifat tentatif karena terdapat beberapa indikator yang
datanya belum lengkap, terutama untuik data terakhir tahun 2012. Untuk penyempurnaan
laporan ini maka sangat diperlukan berbagai masukkan terutama pada kegiatan seminar
akhir.