bab i · web viewberbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peranan...

62
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. (Umaedi (1999 : 1) mengatakan bahwa “Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan sumber daya manusia itu sendiri”. Salah satu strategi kebijakan pemerintah dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia adalah melalui peningkatan mutu pendidikan. Sejalan dengan perkembangan abad 21, yang dikenal dengan era globalisasi maka diperlukan profesionalisme di segala bidang termasuk dunia pendidikan. Permasalahan yang selalu mengemuka dalam dunia pendidikan adalah bagaimana suatu proses pembelajaran dirancang dan diturunkan dalam praktek. Baik dan buruknya kualitas pendidikan sangat berhubungan dengan kinerja 1

Upload: doduong

Post on 27-Mar-2018

227 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I · Web viewBerbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. (Umaedi (1999 : 1) mengatakan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang

peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. (Umaedi

(1999 : 1) mengatakan bahwa “Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu

proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan sumber daya manusia itu

sendiri”. Salah satu strategi kebijakan pemerintah dalam meningkatkan kualitas

sumber daya manusia Indonesia adalah melalui peningkatan mutu pendidikan. Sejalan

dengan perkembangan abad 21, yang dikenal dengan era globalisasi maka diperlukan

profesionalisme di segala bidang termasuk dunia pendidikan.

Permasalahan yang selalu mengemuka dalam dunia pendidikan adalah

bagaimana suatu proses pembelajaran dirancang dan diturunkan dalam praktek. Baik

dan buruknya kualitas pendidikan sangat berhubungan dengan kinerja guru dalam

menjalankan profesinya sebagai pembelajar. Dalam ruang ini, seorang guru selalu

ditantang untuk dapat menemukan format yang tepat dan memformulasikan dalam

strategi yang taktis suatu rancangan pembelajaran yang mencerahkan (Parman, 2005 :

9).

Berangkat dari latar belakang tersebut, secara mikro (praksis pembelajaran)

perlu ditemukan cara terbaik untuk menyampaikan konsep yang diajarkan di dalam

mata pelajaran tertentu, sehingga siswa dapat menggunakan dan mengingat lebih

lama konsep-konsep tersebut sebagai suatu kompetensi yang berguna. Di samping itu,

1

Page 2: BAB I · Web viewBerbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. (Umaedi (1999 : 1) mengatakan

guru dituntut kemampuannya untuk berkomunikasi secara efektif dengan siswanya.

Konsekuensi logis dari tuntutan profesionalitas ini adalah kemampuan menemukan

pendekatan dan strategi pembelajaran yang tepat sesuai dengan kekhasan mata

pelajaran tertentu.

Dalam kedudukannya sebagai sebuah disiplin ilmu sosial yang sudah relatif

lama berkembang di lingkungan akademis, secara teoritik idealnya Sosiologi

memiliki posisi strategis dalam membahas dan mempelajari masalah-masalah sosial-

politik yang berkembang di masyarakat. Karenanya, pengajaran Sosiologi perlu

semakin tanggap dan sensitif terhadap perkembangan di masyarakat dan selalu siap

dengan pemikiran kritis dan alternatif menjawab tantangan yang ada. Melihat masa

depan masyarakat kita, sosiologi semakin dituntut untuk tanggap terhadap isu

globalisasi yang didalamnya mencakup demokratisasi, meliputi desentralisasi dan

otonomi, penegakkan HAM, good governance (kepemerintahan yang baik),

emansipasi, dan masyarakat yang demokratis.

Pengajaran Sosiologi di Sekolah Menengah Umum berfungsi untuk

meningkatkan kemampuan berfikir, berperilaku, dan berinteraksi dalam keragaman

realitas sosial dan budaya berdasarkan etika. Tujuan pengajaran sosiologi Sekolah

Menengah Umum pada dasarnya mencakup dua sasaran yang bersifat kognitif dan

bersifat praktis. Secara kognitif pengajaran sosiologi dimaksudkan untuk memberikan

pengetahuan dasar sosiologi agar siswa mampu memahami dan menelaah secara

rasional komponen-komponen dari individu, kebudayaan dan masyarakat sebagai

suatu sistem. Sementara itu sasaran yang bersifat praktis dimaksudkan untuk

mengembangkan keterampilan sikap dan perilaku siswa yang rasional dan kritis

2

Page 3: BAB I · Web viewBerbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. (Umaedi (1999 : 1) mengatakan

dalam menghadapi kemajemukan masyarakat, kebudayaan, situasi sosial serta

berbagai masalah sosial yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam tataran realitas, pengajaran sosiologi di sekolah, sering kali guru

terjebak dengan cara-cara konvensional yang hanya berorientasi pada pencapaian

aspek-aspek kognitif yang mengandalkan metode ceramah dalam pembelajarannya.

Jika hal ini terjadi, yang terjadi kemudian sebuah verbalisme pengetahuan belaka.

Siswa mampu menghafal sejumlah konsep-konsep sosiologi tertentu dalam dimensi

akademis, tetapi tidak memiliki kemampuan memecahkan masalah.

Pendekatan pembelajaran berbasis masalah (Problem-Based Learning)

adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata

sebagai konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan keterampilan

memecahkan masalah. Dengan asumsi dasar pada batasan masalah tersebut, Problem-

Based Learning (PBL) menjadi relevan untuk diterapkan sebagai strategi

pembelajaran Sosiologi. Dengan pendekatan PBL diasumsikan belajar Sosiologi akan

menjadi menarik karena objek yang dipelajari situasi dunia nyata yang dekat dengan

kehidupan siswa. Di samping itu, konsep pengetahuan esensial yang dipelajari akan

menggerakkan pada kemampuan berpikir tingkat tinggi, dan dengan sendirinya akan

mendorong siswa untuk belajar pada situasi bagaimana belajar.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut di atas, maka

secara spesifik masalahnya dapat dirumuskan sebagai berikut:

3

Page 4: BAB I · Web viewBerbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. (Umaedi (1999 : 1) mengatakan

1. Apakah dengan pendekatan Problem-Based Learning dapat meningkatkan

pembelajaran Sosiologi pada kelas XII IPS Madrasah Aliyah Negeri 2 Salatiga

tahun pelajaran 2006 – 2007?

2. Bagaimana perubahan tingkah laku yang menyertai peningkatan pembelajaran

Sosiologi melalui pendekatan Problem-Based Learning?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Sosiologi melalui pendekatan

Problem-Based Learning pada kelas XII IPS Madrasah Aliyah Negeri 2 Salatiga.

2. Untuk mengetahui tingkah laku yang menyertai peningkatan pembelajaran

Sosiologi melalui pendekatan Problem-Based Learning pada kelas XII IPS

Madrasah Aliyah Negeri 2 Salatiga.

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan penelitian ini adalah:

1. Melalui pendekatan Problem-Based Learning kualitas pembelajaran Sosiologi

pada kelas XII IPS Madrasah Aliyah Negeri 2 Salatiga akan meningkat.

2. Melalui pendekatan Problem-Based Learning akan terjadi peningkatan tingkah

laku yang menyertai pembelajaran Sosiologi kelas XII IPS Madrasah Aliyah

Negeri 2 Salatiga.

4

Page 5: BAB I · Web viewBerbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. (Umaedi (1999 : 1) mengatakan

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Dapat meningkatkan kompetensi dan aktivitas pembelajaran para siswa kelas XII

IPS Madrasah Aliyah Negeri 2 Salatiga.

2. Dapat menganalisis perubahan tingkah laku yang menyertai peningkatan

pembelajaran Sosiologi melalui perlakuan khusus pendekatan Problem-Based

Learning.

5

Page 6: BAB I · Web viewBerbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. (Umaedi (1999 : 1) mengatakan

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Definisi Problem-Based Learning

Menurut Ibrahim dan Nur (2000: 2), “Pengajaran berbasis masalah

(Problem-Based Learning) dikenal dengan nama lain seperti Project-Based Learning

(Pembelajaran Proyek), Experience-Based Education (Pendidikan berdasarkan

pengalaman), Authentic Learning (Pembelajaran autentik), dan Anchored instruction

(Pembelajaran berakar pada kehidupan nyata)”.

Mayo, Donnely, Nash & Schwartz, 1993 dalam Whatis PBL.html

mendefinisikan Problem-Based Learning sebagai strategi untuk pemecahan masalah

yang signifikan, yang disandarkan pada situasi keadaan yang nyata dan memberikan

sumber-sumber, menunjukkan atau memandu dan memberikan petunjuk pada

pembelajar untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan pemecahan

masalah.

Menurut Finkle dan Torp (1995 dalam http://www.corf.html) dijelaskan

bahwa Problem-Based Learning adalah sebuah kurikulum sistem pengajaran yang

simultan untuk mengembangkan antara strategi pengembangan pemecahan masalah

dari dasar pengembangan disiplin pengetahuan dan keterampilan siswa dalam

memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi dengan menyesuaikan pada

permasalahan yang nyata. Di dalam problem-based learning, siswa bekerja dalam

suatu kelompok kecil untuk membahas sesuatu masalah yang tidak dimengerti dan

6

Page 7: BAB I · Web viewBerbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. (Umaedi (1999 : 1) mengatakan

penting, apa yang mereka tidak tahu dan berusaha untuk belajar memecahkan

permasalahan tersebut . (White H.B &Richlin, 1996: http://udel/pbl/dancase).

Hamzah (2004: http://www.udel.edu/pbl/) menjelaskan bahwa Problem-

Based Learning (PBL) merupakan salah satu metode pembelajaran dimana Authentic

Assesment (penilaian nyata) dapat diterapkan secara komprehensif. Keuntungan dari

pembelajaran Problem-Based Learning yakni, memberikan fokus yang menarik bagi

siswa dalam menyusun pemecahan masalah yang nyata dalam kehidupan sehari-hari

sesuai dengan permasalahan yang kontekstual melalui penerapan ceramah dan

penggabungan penelitian sehingga siswa akan senantiasa aktif menyusun konsep

yang akhirnya dimemorikan dalam kognitifnya di dalam pembelajaran yang

bermakna.

Terkait dengan penilaian tersebut, bahwa salah satu persoalan yang dijumpai

guru dalam penerapan KBK adalah menyangkut hal penillaian kompetensi dasar. Bila

kurikulum 1994 yang lalu penilaian banyak menekankan pada kemampuan kognitif

(pengetahuan) saja, maka dalam kurikulum 2004 (KBK), penilaian mencakup tiga

aspek, yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotor (keterampilan)

secara serempak. Untuk mencapai kompetensi dasar yang benar-benar maksimal baik

dalam bentuk kognitif, afektif, dan psikomotor secara simultan, kegiatan

pembelajaran tidak lagi sekedar menyampaikan dan menerima informasi, tetapi

mengolah sebagai masukan pada usaha peningkatan kemampuan. Permasalahan

berikutnya adalah bagaimana mengoptimalkan kegiatan pembelajaran yang terarah

pada tujuan yang bermakna?.

7

Page 8: BAB I · Web viewBerbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. (Umaedi (1999 : 1) mengatakan

Strategi pembelajaran Problem-Based Learning, merupakan bagian dari

metode pembelajaran inquiri yang di dalamnya terdapat juga unsur kooperatif. Agar

belajar dapat bermakna secara signifikan diperlukan adanya inisiatif yang datang dari

pihak siswa itu sendiri, dan ia harus sepenuhnya terlibat. Hal ini akan dapat terjadi

dengan apa yang disebut belajar eksperimental (experimential learning). (Soekamto

dan Winataputra, 1996 : 35).

Teori belajarar Experimental Learning dikembangkan oleh C. Rogers (1969

dalam Asmawi, 2001 : 6). Teori ini membedakan dua jenis belajar yaitu Cognitive

Learning yang berhubungan dengan pengetahuan akademik, dan Experimential

Learning yang berhubungan dengan pengetahuan terapan. Dalam teori ini

dikembangkan dan diperkenalkan adanya keterlibatan pribadi, inisiatif diri, evaluasi

diri, dan dampak langsung yang terjadi pada diri siswa.

Berdasarkan teori tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar harus

dilakukan oleh siswa atau pembelajar, sedangkan pendidik (guru) hanya sebagai

fasilitator. Tugas pokok pengajar atau pendidik adalah menciptakan lingkungan

belajar yang baik, membantu pembelajar merumuskan tujuan belajar,

menyeimbangkan pertumbuhan intelektual dengan pertumbuhan emosional,

menyediakan sumber belajar, berbagi rasa serta pemikiran dengan pembelajar tetapi

tidak mendominasi (Asmawi, 2006: 6 – 7).

Tidak seperti lingkungan belajar yang terstuktur secara ketat yang

dibutuhkan dalam pembelajaran langsung atau penggunaan yang hati-hati kelompok

kecil dalam pembelajaran kooperatif, lingkungan belajar dan sistem manajemen

dalam pembelajaran berbasis masalah dicirikan oleh sifatnya yang terbuka, ada proses

8

Page 9: BAB I · Web viewBerbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. (Umaedi (1999 : 1) mengatakan

demokrasi, dan peranan siswa yang aktif. Meskipun guru dan siswa melakukan

tahapan pembelajaran yang terstruktur dan dapat diprediksi dalam pembelajaran

berbasis masalah, norma di sekitar pelajaran adalah norma inkuiri terbuka dan bebas

mengemukakan pendapat. Lingkungan belajar menekankan peranan sentral siswa,

bukan guru yang ditekankan. (Nurhadi dan Agus Gerrad, 2003: 59).

Lebih lanjut dijelaskan pula bahwa dalam pembelajaran ini lebih

mementingkan pengembangan multi aspek, yang tidak hanya mengembangkan aspek

kognitif saja. Aspek tersebut didasarkan pada teori kecerdasan majemuk (Multiple

Intelligences) Howard Gardner. Ada delapan kecerdasan, yakni: (1) Visual-Spatial,

(2) Bodily – Kinesthetic, (3) Musical – Rhytmical, (4) Interpersona, (5) Logical –

Mathematical, (6) Verbal – Linguistic, (7) Intrapersona, dan (8) Natural.

Dalam belajar eksperimental tersebut, terdapat banyak kendala-kendala

dalam rangka untuk mendapat kebermaknaan belajar. Untuk mengatasi hambatan atau

kendala dalam pembelajaran tersebut ada tiga tahap yang harus dilakukan yaitu:

analisis, penyelesaian, dan penilaian. Setiap tahap ada tujuan dan langkahnya yang

dapat disusun sendiri.

Menurut Hamzah (2004: http://www.udel.edu/pbl/) Problem-Based

Learning (PBL) terbagi dua, yaitu:

a. Problem Posing

Merupakan suatu proses memunculkan masalah, dan juga suatu langkah untuk

memecahkan masalah yang lebih rumit dari sebelumnya. Proses ini dapat

dimunculkan dari situasi, siswa atau juga oleh guru.

b. Problem Solving

9

Page 10: BAB I · Web viewBerbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. (Umaedi (1999 : 1) mengatakan

Merupakan pemecahan masalah. Dalam problem solving ini meliputi dua aspek

yaitu masalah untuk menemukan (problem to find) dan masalah membuktikan

(problem to prove).

B. Karakteristik Pendekatan Problem-Based Learning (PBL)

Karakteristik dalam metode Problem Based Leaning ini antara lain:

1. Pemunculan masalah dari siswa atau situasi masalah dari guru.

2. Pengajuan pertanyaan masalah atau soal yang berfokus pada keterkaitan antar

disiplin. Penyelidikan authentic atau penyelidikan dalam rangka melakukan

reinvention (pengulangan pernyataan masalah).

3. Menghasilkan produk, karya atau penyelesaian masalah. Kerja sama

(berpasangan, kelompok kecil atau kelompok besar sesuai dengan pilihan guru

dan siswa).

Uraian tersebut di atas merupakan proses yang harus dilakukan guru dalam

rangka membentuk suatu metode PBL dalam kelas. Penjelasan langkah berikut akan

dapat membantu memahami uraian di atas.

Langkah dalam pembelajaran PBL dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Tahap Persiapan

Dalam tahap ini, guru melakukan studi pendahuluan baik terhadap materi yang

akan disampaikan maupun studi untuk penerapan metode yang akan diterapkan.

Apakah materi sesuai dengan metode atau tidak. Tindakan berikutnya adalah

menentukan tujuan instruksional dari penyampaian materi tersebut, sehingga jelas

10

Page 11: BAB I · Web viewBerbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. (Umaedi (1999 : 1) mengatakan

acuan atau indikatornya yang akan diraih. Dan tahap berikutnya adalah

membentuk kelompok, dalam teknik pengelompokan ini siswa yang

berkemampuan dan jenis kelaminnya berbeda disatukan dalam satu tim kecil yang

terdiri dari lima hingga enam anggota. Sesuai dengan pendapat Slavin (1995: 9)

bahwa jumlah sampai lima orang, menurut Manning (1992 : 69) terdiri dari empat

sampai lima orang, sedangkan Maltby (1995: 410) anggota setiap kelompok bisa

berkisar tiga sampai delapan orang. Menurut Percivall dan Ellington (1988: 79),

bahwa jumlah yang ideal untuk satu kelompok sebaiknya berkisar antara empat

hingga enam orang. Kemudian setelah guru menyajikan teori utama atau topik

kompetensi dasar, siswa diharapkan memunculkan permasalahan.

2. Tahap Pemunculan Masalah

Permasalahan dapat dimunculkan dari diri siswa maupun dari guru atau dapat

juga dari kenyataan hidup. Dalam penelitian ini sangat mungkin bahwa

permasalahan sehari-hari khususnya topik interaksi sosial banyak menimbulkan

permasalahan yang dapat diambil.

3. Tahap Investigasi dan Inquiri Masalah

Siswa diharapkan dapat berinvestigasi atau inquiri dalam kehidupan nyata terkait

dengan topik yang dibahas yaitu interaksi sosial. Setelah siswa menemukan

masalah dalam kehidupannya, dalam kelompok mereka akan beradu argumentasi

untuk dapat merencanakan strategi dan sekaligus pelaksanaan untuk

memecahkan masalah tersebut.

4. Presentasi Hasil

11

Page 12: BAB I · Web viewBerbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. (Umaedi (1999 : 1) mengatakan

Presentasi hasil merupakan tahap terakhir untuk mengecek hasil karya atau

produk dari investigasi dan inquiri dalam rangka memecahkan masalah yang

timbul dalam kelompok masing-masing. Presentasi dilakukan di depan kelas

sehingga kelompok siswa yang lain dapat ikut mengevaluasi produk yang

dihasilkan. Di sisi lain presentasi ini bagi guru adalah merupakan sarana untuk

penilaian afektif dan psikomotorik dengan memantau keterurutan dan kelancaran

kelompok siswa dalam berkomunikasi antar kelompok maupun dalam kelompok

baik lisan maupun tulisan.

C. Implementasi Pendekatan Problem-Based Learning

Paradigma baru pembelajaran yang dewasa ini menjadi diskursus dalam

dunia pendidikan, menekankan pada praksis belajad dengan memberikan ruang bagi

siswa untuk mengambil peranan secara aktif dalam belajar. Paradigma baru ini

menekankan pada pilihan metode mengajar yang menekankan students-active

approach atau student-centered instruction.

Salah satu bentuk pembelajaran yang menerapkan students-active approach

atau student-centered instruction adalah model pembelajaran berbasis masalah atau

Problem-Based Learning (PBL). Problem-Based Learning merupakan model

pembelajaran yang memusatkan pada peserta didik. Di samping itu, model Problem-

Based Learning merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang berlandaskan pada

paradigma konstruktivisme yang sangat mementingkan peserta didik dan berorientasi

pada proses belajar siswa (Palina Pannen, Dina Mustafa, dan Mestika Sekarwinahyu,

12

Page 13: BAB I · Web viewBerbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. (Umaedi (1999 : 1) mengatakan

2001 : 89). Dengan kata lain, melalui PBL siswa ikut secara intensif dalam proses

pembelajaran yang sedang berlangsung.

Model PBL merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa dengan

masalah nyata, sehingga motivasi dan rasa ingin tahu menjadi meningkat. Dengan

demikian siswa diharapkan dapat mengembangkan cara berfikir dan keterampilan

yang lebih tinggi. Anies (2003 : 1) mengemukakan bahwa model PBL merupakan

suatu metode instruksional yang mempunyai ciri-ciri penggunaan masalah nyata

sebagai sebagai konteks siswa yang mempelajari cara berpikir kritis serta

keterampilan dalam memecahkan masalah.

Lebih lanjut, Gallow (2003 : 1) menjelaskan bahwa PBL meletakkan asumsi

dasar pada permasalahan yang berbentuk narasi, kasus, atau dunia nyata yang

membutuhkan keahlian. Masalah tersebut tidak dapat didekati dengan solusi final

sebagai suatu yang salah atau benar, tetapi menekankan pada solusi bijak yang

didasarkan pada pengetahuan dan keterampilan tertentu.

Masalah yang menjadi pijakan proses belajar dalam pendekatan ini diambil

pada masalah nyata yang siswa dapat melihat, merasakan dan secara geografis dekat

dengan mereka. Dalam hal ini, masalah tidak serta merta ditentukan oleh guru.

Masalah – meskipun guru sebagai manager utama pembelajaran memiliki

kewenangan menentukan topik masalah – tetapi secara otoriter menentukan sendiri

secara paksa.

13

Page 14: BAB I · Web viewBerbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. (Umaedi (1999 : 1) mengatakan

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Penelitian ini berbasis kelas dengan lokasi kelas XII IPS Madrasah Aliyah

Negeri 2 Salatiga Propinsi Jawa Tengah. Akan dilaksanakan tahun 2005 – 2006 yang

melibatkan siswa berjumlah 40 siswa.

B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa kelas XII Madrasah Aliyah Negeri 2

Salatiga tahun pelajaran 2005 – 2006 yang berjumlah 40 siswa, sebagaimana

digambarkan dalam tabel (lampiran).

C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data dalam PTK ini ada dua, yaitu instrumen tes

dan nontes:

1. Tes

Tes digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan pembelajaran konsep

modernisasi sesaat setelah proses pembelajaran Sosiologi dilaksanakan pada kelas

XII IPS Madrasah Aliyah Negeri 2 Salatiga tahun pelajaran 2005 – 2006. Pada

setiap siklus guru memberikan tes untuk mengukur kemampuan siswa dalam

penguasaan konsep modernisasi dalam pembelajaran Sosiologi. Pada saat

melaksanakan tes tertulis kelas XII IPS Madrasah Aliyah Negeri 2 Salatiga tahun

14

Page 15: BAB I · Web viewBerbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. (Umaedi (1999 : 1) mengatakan

pelajaran 2005 – 2006 yang berjumlah 40 siswa dibagi menjadi dua gelombang,

masing-masing terdiri dari 20 siswa dan 20 siswa. Pembagian kelompok ini

dimaksudkan agar peneliti lebih mudah melaksanakan tes tertulis secara objektif

untuk mengukur kemampuan siswa secara individual.

2. Non Tes

Teknik non tes yang dipilih pada penelitian ini ada 3 yaitu observasi, wawancara,

dan jurnal. Observasi digunakan untuk mengetahui tentang respon dan sikap

siswa terhadap pemahaman konsep modernisasi dalam pembelajaran Sosiologi,

respon dan sikap siswa terhadap pendekatan PBL, dan siswa yang menunjukkan

gejala khusus dalam penerapan pendekatan PBL.

Wawancara digunakan untuk mengetahui tanggapan dan sikap siswa dalam

pelaksanaan pendekatan PBL, penyebab siswa kurang dapat berpartisipasi dalam

proses pembelajaran, dan motivasi yang menjadikan siswa bersemangat

mengikuti proses pendekatan PBL.

Jurnal digunakan untuk mengetahui berbagai gejala yang muncul dan tercatat atau

terekam pada saat penerapan pendekatan PBL baik yang bersifat maju maupun

mundur untuk mengadakan perbaikan pada siklus berikutnya.

D. Validitas Data

Hasil belajar (nilai tes) yang divalidasi instrumen tes menentukan validasi

teoritik maupun validasi empirik (analisis kualitatif dan kuantitatif). Proses

pembelajaran (observasi dan wawancara) yang divalidasi datanya melalui

trianggulasi, baik sumber maupun metoda.

15

Page 16: BAB I · Web viewBerbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. (Umaedi (1999 : 1) mengatakan

Untuk kepentingan keabsahan data, penelitian ini menggunakan teknik

trianggulasi, yaitu pengujian validitas data dengan cara membandingkan dan

mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu

dan alat berbeda, dengan metode kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan jalan: (1)

membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, (2)

membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang

dikatakan secara pribadi, (3) membandingkan apa yang dikatakan orang tentang

situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, (4)

membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan

pandangan orang di berbagai tingkatan, (5) membandingkan hasil wawancara dengan

isi suatu dikumen yang berkaitan (Lexy J. Moleong, 2002 : 178).

E. Analisis Data

Teknik yang digunakan untuk analisis data pada penelitian ini adalah teknik

deskriptif analitik dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Data kuantitatif yang diperoleh dari hasil tes diolah dengan menggunakan

deskripsi persentase. Nilai yang diperoleh siswa dirata-rata untuk menemukan

tingkat pemahaman konsep modernisasi para siswa dalam pembelajaran

Sosiologi. Nilai persentase dihitung dengan ketentuan sebagai berikut:

NKNP = ------ x 100% R

Keterangan:NP = Nilai persentaseNK = Nilai komulatifR = Jumlah responden

16

Page 17: BAB I · Web viewBerbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. (Umaedi (1999 : 1) mengatakan

2. Data kualitatif yang diperoleh dari observasi, wawancara dan jurnal

diklasifikasikan berdasarkan aspek-aspek yang dijadikan fokus analisis. Data

kuantitatif dan kualitatif ini kemudian dikaitkan sebagai dasar untuk

mendeskripsikan keberhasilan penerapan pendekatan PBL, yang ditandai dengan

meningkatnya pemahaman konsep modernisasi dalam pembelajaran Sosiologi

secara klasikal, dan perubahan tingkah laku yang menyertainya.

F. Indikator Kinerja

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) artinya penelitian

dengan berbasis pada kelas. Dengan penelitian ini diperoleh manfaat berupa

perbaikan praksis yang meliputi penanggulangan berbagai masalah belajar siswa dan

kesulitan mengajar oleh guru.

Untuk mengevaluasi ada tidaknya dampak positif terhadap tindakan,

diperlukan kriteria keberhasilan, yang ditetapkan sebelum tindakan dilakukan. Dari

kegiatan refleksi ini, diperoleh ketetapan tentang hal-hal yang telah tercapai menjadi

bahan dalam merencanakan kegiatan siklus berikutnya.

Indikator kinerja dari data kuantitatif ditetapkan kriteria bahwa semakin

meningkat perolehan hasil tes pada kategori diatasnya menunjukkan kriteria

peningkatan pembelajaran dalam penelitian tindakan kelas ini. Jadi seumpama pada

siklus ke-2 kategori sangat paham lebih besar daripada siklus ke-1 berarti terjadi

peningkatan yang positif sebagaimana terlihat pada tabel 1 berikut ini:

17

Page 18: BAB I · Web viewBerbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. (Umaedi (1999 : 1) mengatakan

Tabel 1. Tabel nilai hasil postes untuk tiga siklus

KATEGORI INTERVAL NILAI

FREKUENSI NILAISiklus 1 Siklus 2 Siklus 3

Istimewa 91 – 100Sangat Paham 81 – 90 Paham 71 – 80Sedang 61 – 70Kurang 51 – 50Tidak Paham 0 – 40

JUMLAH

Indikator kinerja dari data kualitatif ditetapkan bahwa peningkatan

partisipasi responden (siswa) dan peningkatan sikap positif baik dari segi kualitas

maupun kuantitasnya sebagai indikator peningkatan pembelajaran yang positif, dari

siklus ke siklus. Jika terjadi sebaliknya maka sebagai indikasi kurang berhasil dalam

perlakuan Penelitian Tindakan Kelas ini.

G. Prosedur Penelitian

PTK dilaksanakan dalam bentuk proses pengkajian berdaur 4 tahap, yaitu

(1) merencanakan, (2) melakukan tindakan, (3) mengamati (observasi), dan (4)

merefleksi.

Tindakan penelitian ini dilakukan dalam dua siklus sebab setelah dilakukan

refleksi yang meliputi analisis dan penilaian terhadap proses tindakan, akan muncul

permasalahan atau pemikiran baru sehingga perlu dilakukan perencanaan ulang,

pengamatan ulang, tindakan ulang serta dilakukan refleksi ulang.

Siklus ke-1 bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman konsep

modernisasi dalam pembelajaran Sosiologi, yang kemudian digunakan sebagai bahan

refleksi untuk melakukan tindakan pada siklus ke-2. Sedangkan siklus ke-2 dilakukan

18

Page 19: BAB I · Web viewBerbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. (Umaedi (1999 : 1) mengatakan

untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep modernisasi dalam pembelajaran

Sosiologi setelah dilakukan perbaikan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang

didasarkan pada refleksi siklus ke-2, yang dilanjutkan dengan siklus ke-3.

Kesimpulan diambil atas dasar perubahan hasil tes dan non tes antara siklus

ke-1 ke siklus berikutnya. Dari perubahan hasil tes, jika menunjukkan kenaikan

positif secara signifikan berarti terjadi peningkatan hasil pembelajaran. Tetapi jika

sebaliknya, maka perlu refleksi dan perbaikan pelaksanaan model pembelajaran yang

diterapkan antara siklus selanjutnya. Sedangkan perubahan hasil non tes baik dari

wawancara, angket maupun jurnal, diungkap apa adanya sesuai hasil yang telah

terkumpul sebagai perbandingan antara siklus ke-1 dengan siklus berikutnya.

19

Page 20: BAB I · Web viewBerbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. (Umaedi (1999 : 1) mengatakan

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kondisi Awal

Sebelum penelitian tindakan kelas ini penulis laksanakan, penulis sebagai

guru menerapkan pembelajaran dengan pendekatan tradisional, yakni menggunakan

metode ceramah, mencatat, lalu memberikan kesempatan siswa untuk belajar dan

ulangan.

Pembelajaran dengan menggunakan cara-cara konvensional seperti ini

terlihat tidak ada peran aktif siswa. Kurang lebih 30 siswa dari 40 siswa atau kurang

lebih 75%. Rendahnya persentasi yang berperan aktif dalam pembelajaran ini

berdampak pada rendahnya hasil belajar sosiologi. Hasil belajar sosiologi dari nilai

ulangan harian I nilai tertinggi 76, nilai rata-rata sebesar 51 dan nilai terendah 25.

Sedangkan jumlah siswa yang hasil belajarnya memenuhi standar ketuntasan belajar

minimal sebanyak 15 siswa atau 37,5%. Pembelajaran dengan menggunakan cara

konvensional, dimana siswa tidak banyak terlibat aktif, berimplikasi pada hasil

belajar relatif rendah.

B. Deskripsi Hasil Siklus I

1. Perencanaan Tindakan Siklus I

Perencanaan tindakan yang penulis lakukan sesuai dengan langkah

dalam pembelajaran PBL (Problem-Based Learning), yakni sebagai berikut:

20

Page 21: BAB I · Web viewBerbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. (Umaedi (1999 : 1) mengatakan

Pertama: Penulis (peneliti/guru) melakukan studi pendahuluan baik terhadap

materi yang akan disampaikan maupun studi untuk penerapan metode yang akan

diterapkan. Apakah materi sesuai dengan metode atau tidak. Dalam hal ini, materi

yang akan dijadikan sebagai bahan pembelajaran adalah tentang modernisasi.

Menurut penulis, materi ini sangat tepat bila digunakan pendekatan PBL, sebab

materi ini adalah cukup kontekstual. Banyak sekali masalah yang berhubungan

dengan modernisasi yang dapat dimunculkan oleh siswa / guru dan menarik untuk

dipelajari dan didiskusikan. Tindakan berikutnya adalah menentukan tujuan / hasil

pembelajaran yang diharapkan dengan menampilkan sekian indikator. Langkah

berikutnya, membentuk kelompok. Penulis menggunakan pendapat Percivall dan

Ellington (1988: 79), yakni membentuk kelompok dimana setiap kelompok

berkisar tiga sampai enam siswa. 40 siswa penulis bagi menjadi 8 kelompok,

dimana setiap kelompok terdiri dari 5 siswa. Langkah berikutnya, penulis (guru)

memberikan apersepsi singkat untuk memberikan motivasi kepada siswa untuk

mempelajari materi-materi modernisasi karena meteri ini sangat penting untuk

dikaji dan dipahami oleh siswa. Penulis juga menggunakan berbagai visualisasi

dengan gambar-gambar yang berkaitan dengan isu-isu sekitar modernisasi juga

menggunakan berbagai berita yang penulis peroleh dari majalah dan surat kabar.

Tindakan ini penulis lakukan sebagai stimulasi kepada siswa agar muncul

berbagai permasalahan sekitar modernisasi.

Kedua: Memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk berdiskusi, yakni

memunculkan masalah-masalah sekitar modernisasi. Beri stimulus kepada mereka

agar mencari masalah-masalah yang dekat dengan kehidupan mereka (tentu yang

21

Page 22: BAB I · Web viewBerbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. (Umaedi (1999 : 1) mengatakan

berhubungan dengan isu-isu modernisasi) agar masalah tersebut kontekstual dan

bermakna bagi kehidupan praktis mereka. Masalah yang kontekstual dan

bermakna bagi siswa akan berdampak pada daya tarik yang lebih kuat, sehingga

siswa akan belajar bukan berangkat dari keterpaksaan, tetapi berangkat dari

sebuah kesadaran. Hal ini akan mempengaruhi keefektifan dalam proses

pembelajaran. Kalau ada 8 kelompok, tentu akan muncul 8 permasalahan yang

menarik yang dapat didiskusikan oleh siswa.

Ketiga: Memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk melakukan

investigasi dan inquiri masalah. Mereka boleh melakukan kajian terhadap

berbagai buku-buku rujukan atau melihat realitas sosial yang dekat dengan

kehidupan mereka. Lalu penulis memberi kesempatan kepada mereka untuk

beradu argumentasi untuk merencanakan strategi dan sekaligus pelaksanaan untuk

memecahkan masalah tersebut.

Keempat: Setelah setiap kelompok mampu menyelesaikan tugas melakukan

investigasi dan inquiri, lalu menemukan pemecahan masalah yang tepat, mereka

diberi kesempatan untuk melakukan presentasi hasil. Presentasi hasil merupakan

tahap akhir untuk mengecek hasil karya atau produk dari investigasi dan inquiri

dalam rangka memecahkan masalah yang timbul dalam kelompok masing-

masing. Presentasi dilakukan di depan kelas sehingga kelompok siswa yang lain

dapat ikut mengevaluasi produk yang dihasilkan. Di sisi lain, presentasi ini bagi

guru adalah merupakan sarana untuk penilaian afektif dan psikhomotorik dengan

memantau keteraturan dan kelancaran kelompok siswa dalam berkomunikasi

antar kelompok maupun dalam kelompok baik lisan maupun tulisan.

22

Page 23: BAB I · Web viewBerbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. (Umaedi (1999 : 1) mengatakan

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Tindakan yang dilaksanakan pada siklus I ini merupakan realisasi dari

perencanaan tindakan yang telah disusun meliputi kegiatan pertama, kedua,

ketiga, dan keempat. Setiap pelaksanaan tindakan dalam kegiatan tatap muka

dilakukan observasi. Observasi dilakukan oleh peneliti (penulis) dan teman

sejawat. Sedang yang diobservasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa

maupun guru selama proses pembelajaran berlangsung.

3. Hasil Penelitian dan Refleksi Siklus I

a. Hasil tes Siklus I

Setelah diadakan tes tertulis pemahaman konsep modernisasi pada

siswa dalam pembelajaran Sosiologi diperoleh hasil seperti pada tabel 2, yakni

sebagai berikut:

Tabel 2: Skor persentase aspek pemahaman konsep modernisasi para siswa

dalam pembelajaran Sosiologi dengan pendekatan PBL pada siklus I

No Kategori Skor/nilai Responden Persentase Hasil Klasikal1234567

IstimewaSangat PahamPahamSedangKurangTidak PahamBuruk

91 – 10081 – 9071 – 8061 – 7051 – 6041 – 500 – 40

08248000

0206020000

- Skor rata-rata: 3018/40 = 75,45- Persentase: 75,45- Kategori : Paham- SKBM : 66

Jumlah 40 100Catatan: Skor maksimal aspek pemahaman konsep modernisasi para siswa

100

23

Page 24: BAB I · Web viewBerbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. (Umaedi (1999 : 1) mengatakan

Berdasarkan tabel 2 tersebut dapat diketahui pada pembelajaran

sosiologi tingkat pemahaman konsep modernisasi para siswa dalam penerapan

model pembelajaran pendekatan PBL, pada siklus I sebagai berikut: Dari 40

siswa yang diteliti, ada 8 siswa yang telah mencapai kategori sangat paham

yang berarti ada sebesar 20%, sedangkan kategori paham sebanyak 24 siswa

atau sebesar 60%. Untuk kategori sedang sebanyak 8 siswa atau sebesar 20%

dan untuk kategori kurang, tidak paham dan buruk tidak ada atau 0%.

Secara klasikal sebagian besar siswa yakni sebanyak 24 siswa atau

60% menempati kategori paham. Dengan menerapkan cara perhitungan yang

telah diuraikan pada bagian teknik analisis data, diperoleh data skor rata-rata

tingkat pemahaman konsep modernisasi dalam pembelajaran sosiologi sebesar

75,45. Jika skor maksimal 100, skor rata-rata siswa sebesar 75,45 itu berarti

berada pada kategori paham yang jika dipersentase mencapai 75,45%.

b. Hasil Non tes Siklus I

Hasil non tes mencakup hasil yang diperoleh dari observasi,

wawancara, dan jurnal. Hasil observasi menunjukkan bahwa pembelajaran

sosiologi dengan penerapan pendekatan PBL menunjukkan antusias yang

cukup tinggi bagi siswa, suasana proses pembelajaran tampak hidup dan

kondusif. Siswa lebih aktif dalam mengikuti kegiatan penerapan pendekatan

PBL karena merasa menjadi bagian suatu kesibukan kolektif. Memang ada 5

siswa atau 12,5% yang terekam tampak kurang bersemangat saat proses

diskusi berlangsung sehingga kurang ikut andil dalam kelompok diskusinya.

24

Page 25: BAB I · Web viewBerbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. (Umaedi (1999 : 1) mengatakan

Di samping itu ada 4 siswa atau 10% yang bersikap pasif bahkan acuh tak

acuh atau asal ikut masuk kelas. Namun demikian, sebagian besar siswa yaitu

31 atau 77,5% sangat aktif dan serius dalam mengikuti kegiatan pembelajaran

pendekatan PBL.

Dari wawancara yang ditujukan pada 40 siswa dan diperjelas dengan

hasil pengumpulan angket sederhana bahwa 40 siswa atau 100% menganggap

bahwa pembelajaran sosiologi sangat menarik, ada 31 atau 77,5 % yang

berkesan bahwa guru sosiologi menyenangkan, ada 30 siswa atau 75% yang

menganggap bahwa model pembelajaran dengan pendekatan PBL ini tepat

untuk pembelajaran sosiologi, terutama konsep modernisasi, ada 31 siswa atau

77,5% menganggap bahwa model pembelajaran pendekatan PBL

mempermudah penguasaan konsep modernisasi dalam pembelajaran sosiologi

bagi para siswa, ada 31 siswa atau 77,5% menganggap penerapan pendekatan

PBL dapat meningkatkan semangat belajar. Ada 28 siswa atau 70% yang

menyatakan setuju jika pendekatan PBL ini juga diterapkan pada mata

pelajaran lain. Sedang selebihnya memilih tidak berkomentar.

Dalam jurnal menunjukkan bahwa model pembelajaran pendekatan

PBL disambut baik oleh sebagian besar siswa yaitu 21 siswa atau 52,5% aktif

tanya jawab dalam mendiskusikan permasalahan yang dibahas. Dari sejumlah

siswa yang aktif menanggapi pembahasan dalam diskusi tercatat ada 5 siswa

atau 12,5% yang tergolong istimewa dalam adu argumentasi penerapan

pendekatan PBL bagi pemahaman konsep modernisasi dalam pembelajaran

sosiologi untuk siklus I.

25

Page 26: BAB I · Web viewBerbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. (Umaedi (1999 : 1) mengatakan

c. Refleksi Siklus I

Secara umum, pembelajaran dengan menggunakan pendekatan PBL

dapat berlangsung lebih efektif yang ditunjukkan dari hasil tes dan non tes

yang telah dikemukakan di atas. Tetapi kenyataannya masih ada siswa-siswa

walaupun prosentasenya kecil yang tidak ikut terlibat aktif dalam berbagai

kegiatan yang dilakukan. Kelihatan acuh tak acuh, pasif dalam berdiskusi

adalah beberapa contoh sikap yang ditampilkan oleh beberapa siswa.

Mengapa terjadi demikian? Padahal kegiatan pembelajaran dengan

pendekatan PBL ini cukup menarik untuk dilakukan? Apakah ada langkah-

langkah yang perlu diperbaiki?. Penulis menemukan dua jawaban sementara,

yaitu pertama: penerapan pendekatan PBL ini baru dilakukan pertama kali

sehingga kemungkinan siswa-siswa belum terbiasa dengan kegiatan yang

membutuhkan keaktifan (menggali masalah, menemukan solusi, dan

sebagainya) sebab mereka sudah biasa menerima materi pelajaran dengan

metode monoton (ceramah, mencatat, dan latihan soal). Kedua, kalau penulis

merujuk pada teori Howard Gardner, yaitu teori kecerdasan Mejemuk

(Multiple Intelligences), yang menyatakan bahwa ada anak-anak yang

memiliki kecerdasan interpersonal yang lemah, sementara kecerdasan

itrapersonalnya kuat. Anak yang kecerdasan interpersonalnya lemah

memiliki kecenderungan tidak bisa bekerja sama dengan lainnya, sementara ia

lebih mampu untuk bekerja sendiri (kecerdasan intrapersonal). Maka anak-

anak seperti ini lebih baik diberi tugas-tugas yang bersifat individual, yakni

26

Page 27: BAB I · Web viewBerbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. (Umaedi (1999 : 1) mengatakan

menyelesaikan sendiri tugas-tugasnya. Dari dua jawaban sementara ini,

penulis akan sedikit merubah tindakan yang akan dilakukan.

C. Deskripsi Hasil Siklus II

1. Perencanaan Tindakan siklus II

Rencana tindakan pada siklus II ini sama dengan rencana tindakan pada

siklus I, namun ada beberapa tambahan tindakan pada siklus II ini, yakni

bagaimana memberikan solusi terhadap beberapa siswa yang tidak aktif dan

‘cuek’ terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Tambahan itu bisa dua

kemungkinan tindakan, yakni: pertama, siswa-siswa yang terekam tidak aktif atau

hanya ‘cuek’ dalam kegiatan pembelajaran dengan pendekatan PBL ini

dikelompokkan tersendiri dengan maksud agar mereka termotivasi untuk

menyelesaikan tugas yang dibebankan kepada mereka. Perilaku saling

menggantungkan kepada teman lain yang lebih aktif terpaksa harus ditanggalkan,

sebab tidak ada seorang siswa atau lebih yang aktif yang menjadi menjadi tempat

bergantung dalam penyelesaian tugas. Semuanya harus bekerja karena beban

kerja yang harus mereka selesaikan bersama. Kedua, mendasarkan diri pada teori

Multiple Intelligences, dimana kemungkinan siswa-siswa yang tidak terlibat aktif

tersebut adalah siswa-siswa yang memiliki kecenderungan cerdas intrapersonal

(senang bekerja individual) dan lemah dalam interpersonal (kerja sama dengan

teman), maka memberikan tugas kepada siswa-siswa tersebut secara individual

perlu dicoba. Berikan kepada mereka kesempatan untuk bekerja di tempat

27

Page 28: BAB I · Web viewBerbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. (Umaedi (1999 : 1) mengatakan

menyendiri untuk menemukan masalah, melakukan investigasi dan inquari, dan

menemukan solusi atas masalah yang ditemukan.

2. Pelaksanaan Tindakan siklus II

Pelaksanaan tindakan siklus II ini sesuai dengan yang direncanakan pada

perencanaan tindakan di atas. Dua tindakan tambahan tersebut perlu dicoba.

Yakni, tindakan tambahan pertama dilakukan pada pelaksanaan tindakan siklus ke

II ini, sedangkan tindakan tambahan kedua dilakukan pada pelaksanaan tindakan

siklus ke III, dengan catatan kalau pada siklus ke II belum menunjukkan hasil

yang lebih baik dibanding hasil pada siklus I atau kalaupun ada kenaikan belum

maksimal (masih mungkin dapat ditingkatkan lagi).

3. Hasil Penelitian dan Refleksi siklus II

a. Hasil Tes Siklus II

Setelah diadakan tes tertulis pemahaman konsep modernisasi yang

terfokus pada aspek penguasaan konsep modernisasi para siswa dalam

pembelajaran sosiologi, diperoleh hasil sebagai berikut (tabel 3):

Tabel 3: Skor persentase aspek pemahaman konsep modernisasi para siswa dalam pembelajaran Sosiologi dengan pendekatan PBL pada siklus II

No Kategori Skor/nilai Responden Persentase Hasil Klasikal1234567

IstimewaSangat PahamPahamSedangKurangTidak PahamBuruk

91 – 10081 – 9071 – 8061 – 7051 – 6041 – 500 – 40

010255000

025

62,512,5

000

- Skor rata-rata: 3140/40 = 78,5- Persentase: 78,5- Kategori : Paham- SKBM : 66

Jumlah 40 100Catatan: Skor maksimal aspek pemahaman konsep modernisasi para siswa 100

28

Page 29: BAB I · Web viewBerbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. (Umaedi (1999 : 1) mengatakan

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui pada pembelajaran Sosiologi

tingkat pemahaman konsep modernisasi para siswa dalam penerapan model

pembelajaran pendekatan PBL pada siklus II sebagai berikut: Dari 40 siswa

yang diteliti, ada 10 siswa yang telah mencapai kategori sangat paham yang

berarti ada sebesar 25%, sedangkan kategori paham sebanyak 25 siswa atau

sebesar 62,5%. Untuk kategori sedang sebanyak 5 siswa atau sebesar 12,5%

dan untuk kategori kurang, tidak paham dan buruk tidak ada atau 0%.

Secara klasikal sebagian besar siswa yakni sebanyak 25 siswa atau

62,5% menempati kategori paham. Dengan menerapkan cara perhitungan

yang telah diuraikan pada bagian teknik analisis data, diperoleh data skor rata-

rata tingkat pemahaman konsep modernisasi dalam pembelajaran sosiologi

sebesar 78,5. Jika skor maksimal 100, skor rata-rata siswa sebesar 78,5 itu

berarti berada pada kategori paham yang jika dipersentase mencapai 78,5%.

b. Hasil Non Tes siklus II

Hasil non tes mencakup hasil yang diperoleh dari observasi,

wawancara, dan jurnal. Hasil observasi menunjukkan bahwa pembelajaran

sosiologi dengan penerapan pendekatan PBL menunjukkan antusias yang

cukup tinggi bagi siswa, suasana proses pembelajaran tampak hidup dan

kondusif. Siswa lebih aktif dalam mengikuti kegiatan penerapan pendekatan

PBL karena merasa menjadi bagian suatu kesibukan kolektif. Masih ada 4

siswa atau 10% yang terekam tampak kurang bersemangat saat proses diskusi

berlangsung sehingga kurang ikut andil dalam kelompok diskusinya. Namun

29

Page 30: BAB I · Web viewBerbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. (Umaedi (1999 : 1) mengatakan

demikian, sebagian besar siswa yaitu 36 atau 90% sangat aktif dan serius

dalam mengikuti kegiatan pembelajaran pendekatan PBL.

Dari wawancara yang ditujukan pada 40 siswa dan diperjelas dengan

hasil pengumpulan angket sederhana bahwa 40 siswa atau 100% menganggap

bahwa pembelajaran sosiologi sangat menarik, ada 35 atau 87,5 % yang

berkesan bahwa guru sosiologi menyenangkan, ada 35 siswa atau 87,5% yang

menganggap bahwa model pembelajaran dengan pendekatan PBL ini tepat

untuk pembelajaran sosiologi, terutama konsep modernisasi, ada 36 siswa atau

90% menganggap bahwa model pembelajaran pendekatan PBL

mempermudah penguasaan konsep modernisasi dalam pembelajaran sosiologi

bagi para siswa, ada 36 siswa atau 90% menganggap penerapan pendekatan

PBL dapat meningkatkan semangat belajar. Ada 35 siswa atau 87,5% yang

menyatakan setuju jika pendekatan PBL ini juga diterapkan pada mata

pelajaran lain. Sedang selebihnya memilih tidak berkomentar.

Dalam jurnal menunjukkan bahwa model pembelajaran pendekatan

PBL disambut baik oleh sebagian besar siswa yaitu 23 siswa atau 57,5% aktif

tanya jawab dalam mendiskusikan permasalahan yang dibahas. Dari sejumlah

siswa yang aktif menanggapi pembahasan dalam diskusi tercatat ada 7 siswa

atau 17,5% yang tergolong istimewa dalam adu argumentasi penerapan

pendekatan PBL bagi pemahaman konsep modernisasi dalam pembelajaran

sosiologi untuk siklus I.

c. Refleksi siklus II

30

Page 31: BAB I · Web viewBerbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. (Umaedi (1999 : 1) mengatakan

Prestasi akademik yang ditunjukkan dari nilai tes mengalami

kenaikan yang cukup signifikan. Demikian juga keaktifan siswa-siswa juga

mengalami kenaikan. Tampaknya, siswa-siswa sudah mulai terbiasa dengan

bekerja sama dalam belajar (kooperatif learning). Walaupun masih ada 4

siswa yang cuek dan tanpak ogah-ogahan dalam melakukan kegiatan diskusi.

Boleh jadi, memang 4 siswa tersebut tidak suka bekerja sama. Secara teoritis,

ada anak-anak yang tidak suka kerja sama, yakni anak-anak yang lemah

kecerdasan interpesonalnya, sementara ia cukup tinggi kecerdasan

intrapersonalnya. Anak seperti ini cenderung lebih mampu belajar mandiri

dibanding dengan kerja sama. Maka ketika ada kegiatan diskusi, anak-anak ini

cenderung diam seperti malas, tetapi kalau ia diberi tugas untuk

menyelesaikan sendiri tugas-tugas, anak-anak ini mampu menyelesaikannya

dengan baik. Penulis akan memberikan tugas secara mandiri kepada 4 siswa

tersebut secara mandiri pada pelaksanaan tindakan siklus ke-3.

D. Deskripsi Hasil Siklus III

1. Perencanaan Tindakan siklus III

Rencana tindakan pada siklus III ini sama dengan rencana tindakan pada

siklus II, namun ada beberapa tambahan tindakan pada siklus III ini, yakni

bagaimana memberikan solusi terhadap 4 siswa yang tidak aktif dan ‘cuek’

terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Empat siswa tersebut akan diberi

perlakuan khusus yaitu memberikan tugas-tugas secara mandiri, mulai dari

mencari masalah, investigasi dan inquiri, memberikan solusi atas masasalah

31

Page 32: BAB I · Web viewBerbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. (Umaedi (1999 : 1) mengatakan

tersebut dan akhirnya mempresentasikan sendiri atau setidaknya menyusun tugas

mandiri (bukan kelompok).

2. Pelaksanaan Tindakan siklus III

Pelaksanaan tindakan siklus III ini sesuai dengan yang direncanakan

pada perencanaan tindakan III di atas.

3. Hasil Penelitian dan Refleksi siklus III

a. Hasil Tes Siklus III

Setelah diadakan tes tertulis pemahaman konsep modernisasi yang

terfokus pada aspek penguasaan konsep modernisasi para siswa dalam

pembelajaran sosiologi, diperoleh hasil sebagai berikut (tabel 3):

Tabel 4: Skor persentase aspek pemahaman konsep modernisasi para siswa dalam pembelajaran Sosiologi dengan pendekatan PBL pada siklus III

No Kategori Skor/nilai Responden Persentase Hasil Klasikal1234567

IstimewaSangat PahamPahamSedangKurangTidak PahamBuruk

91 – 10081 – 9071 – 8061 – 7051 – 6041 – 500 – 40

014242000

035605000

- Skor rata-rata: 3196/40 = 79,9- Persentase: 79,9- Kategori : Paham- SKBM : 66

Jumlah 40 100Catatan: Skor maksimal aspek pemahaman konsep modernisasi para siswa 100

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui pada pembelajaran Sosiologi

tingkat pemahaman konsep modernisasi para siswa dalam penerapan model

pembelajaran pendekatan PBL pada siklus III sebagai berikut: Dari 40 siswa

yang diteliti, ada 14 siswa yang telah mencapai kategori sangat paham yang

berarti ada sebesar 35%, sedangkan kategori paham sebanyak 24 siswa atau

32

Page 33: BAB I · Web viewBerbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. (Umaedi (1999 : 1) mengatakan

sebesar 60%. Untuk kategori sedang sebanyak 2 siswa atau sebesar 5% dan

untuk kategori kurang, tidak paham dan buruk tidak ada atau 0%.

Secara klasikal sebagian besar siswa yakni sebanyak 24 siswa atau

60% menempati kategori paham. Dengan menerapkan cara perhitungan yang

telah diuraikan pada bagian teknik analisis data, diperoleh data skor rata-rata

tingkat pemahaman konsep modernisasi dalam pembelajaran sosiologi sebesar

79,9. Jika skor maksimal 100, skor rata-rata siswa sebesar 79,9 itu berarti

berada pada kategori paham yang jika dipersentase mencapai 79,9%.

b. Hasil Non Tes siklus III

Hasil non tes mencakup hasil yang diperoleh dari observasi,

wawancara, dan jurnal. Hasil observasi menunjukkan bahwa pembelajaran

sosiologi dengan penerapan pendekatan PBL menunjukkan antusias yang

cukup tinggi bagi siswa, suasana proses pembelajaran tampak hidup dan

kondusif. Siswa lebih aktif dalam mengikuti kegiatan penerapan pendekatan

PBL karena merasa menjadi bagian suatu kesibukan kolektif. 4 Siswa yang

pada siklus II tidak aktif dalam diskusi, pada siklus ini ternyata dapat

mengerjakan tugas-tugasnya dengan baik, yakni setelah diberi tugas untuk

melakukan kerja sendiri (individual).

Dari wawancara yang ditujukan pada 40 siswa dan diperjelas dengan

hasil pengumpulan angket sederhana bahwa 40 siswa atau 100% menganggap

bahwa pembelajaran sosiologi sangat menarik, ada 37 atau 92,5 % yang

berkesan bahwa guru sosiologi menyenangkan, ada 36 siswa atau 90% yang

33

Page 34: BAB I · Web viewBerbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. (Umaedi (1999 : 1) mengatakan

menganggap bahwa model pembelajaran dengan pendekatan PBL ini tepat

untuk pembelajaran sosiologi, terutama konsep modernisasi, ada 36 siswa atau

90% menganggap bahwa model pembelajaran pendekatan PBL

mempermudah penguasaan konsep modernisasi dalam pembelajaran sosiologi

bagi para siswa, ada 36 siswa atau 90% menganggap penerapan pendekatan

PBL dapat meningkatkan semangat belajar. Ada 37 siswa atau 92,5% yang

menyatakan setuju jika pendekatan PBL ini juga diterapkan pada mata

pelajaran lain. Sedang selebihnya memilih tidak berkomentar.

Dalam jurnal menunjukkan bahwa model pembelajaran pendekatan

PBL disambut baik oleh sebagian besar siswa yaitu 23 siswa atau 57,5% aktif

tanya jawab dalam mendiskusikan permasalahan yang dibahas. Dari sejumlah

siswa yang aktif menanggapi pembahasan dalam diskusi tercatat ada 7 siswa

atau 17,5% yang tergolong istimewa dalam adu argumentasi penerapan

pendekatan PBL bagi pemahaman konsep modernisasi dalam pembelajaran

sosiologi untuk siklus I.

c. Refleksi siklus III

Prestasi akademik yang ditunjukkan dari nilai tes mengalami

kenaikan yang cukup signifikan. Demikian juga keaktifan siswa-siswa juga

mengalami kenaikan. Tampaknya, siswa-siswa sudah mulai terbiasa dengan

bekerja sama dalam belajar (kooperatif learning). 4 siswa yang masih cuek

dan tampak ogah-ogahan dalam melakukan kegiatan di siklus II, setelah pada

siklus III ini diberikan tugas individual, ternyata mereka bisa menyelesaikan

34

Page 35: BAB I · Web viewBerbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. (Umaedi (1999 : 1) mengatakan

tugasnya itu dengan baik. Benar dugaan penulis bahwa anak-anak tersebut

adalah intrapersonal (cerdas diri) dan lemah dalam interpersonal (kerja sama).

Memang ada anak-anak seperti ini. Mereka tidak boleh dibiarkan begitu saja,

tetapi harus tetap dilayani sesuai dengan jenis kecerdasan yang dimilikinya.

Pendekatan, metode, model apapun tidak ada yang sempurna. Pasti ada anak-

anak yang tidak cocok dengan model atau pendekatan pembelajaran yang

diterapkan. Maka seharusnya guru tidak terlalu mengandalkan satu

pendekatan, metode ataupun model pembelajaran.

E. PEMBAHASAN

Hasil penelitian yang diperoleh dari kegiatan tes dan non tes (observasi,

wawancara, dan jurnal) dapat dianalisis sebagai berikut:

1. Secara umum tampak perbedaan antara penerapan model pembelajaran

konvensional dengan PBL (Problem-Based Learning). Walaupun belum tampak

perubahan yang mencolok, pada siklus 1 sudah menunjukkan peningkatan prestasi

akademik yang dapat dilihat dari hasil tes siswa. Dari sisi lain, ada perubahan

tingkah laku dimana siswa-siswa begitu antusias, aktif, dan mampu baradu

argumentasi. Sehingga secara umum, penerapan PBL di kelas membuat suasana

kelas tambah hidup. Mulai tampak siswa sebagai pusat pembelajaran (siswa

sebagai subyek). Tetapi pada siklus 1 hal ini belum optimal. Dimaklumi, siswa-

siswa belum terbiasa dengan kegiatan yang menuntut keaktifan mereka, karena

sudah dibiasakan hanya mendengarkan, mencatat, diam, dan selesai.

35

Page 36: BAB I · Web viewBerbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. (Umaedi (1999 : 1) mengatakan

2. Pada siklus ke-2 tampak ada perubahan-perubahan yang signifikan baik dari

aspek nilai akademis maupun perubahan-perubahan tingkah laku. Hasil tes

mengalami kenaikan dan terjadi perubahan tingkah laku; keaktifan, antusiasme,

kemampuan berdiskusi. Suasana kelas semakin bertambah semarak dan hidup.

Siswa semakin terbiasa dalam melakukan kegiatan pembelajaran dengan

pendekatan PBL ini. Sekat-sekat kebiasaan lama yang hanya duduk diam,

mendengarkan, mencatat, tidak berani bertanya sudah mulai runtuh.

3. Walaupun secara umum perubahan-perubahan yang terjadi cukup signifikan,

namun dalam kenyataan masih ada siswa-siswa yang belum tampak aktif, bahkan

terkesan acuh tak acuh, diam, dan seolah tidak berani untuk bersuara. Padahal

pendekatan PBL seharusnya merangsang mereka untuk terlibat aktif. Mengapa

terjadi demikian? Penulis menemukan,yang penulis dasarkan dari teori Howard

Gardner, yakni teori Multiple Intelligences, bahwa ada anak-anak yang lemah

dalam kecerdasan interpersonal tetapi lebih dalam kecerdasan intrapersonal.

Siswa-siswa seperti ini tidak suka atau tidak bisa bekerja sama dalam belajar.

Mereka cenderung menyukai bekerja sendiri. Mereka akan mampu melaksanakan

tugas dengan baik ketika mereka diberi tugas secara mandiri. Maka

bagaimanapun baiknya sebuah pendekatan pembelajaran, tidak akan cocok untuk

semua anak. Guru seharunya menggunakan pendekatan pembelajaran yang

variatif. Namun secara umum, pendekatan PBL merupakan pendekatan alternatif

yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.

36

Page 37: BAB I · Web viewBerbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. (Umaedi (1999 : 1) mengatakan

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berjudul “Aplikasi Pendekatan

Problem-Based Learning (PBL) Dapat Meningkatkan Pembelajaran Sosiologi

pada Kelas XII Madrasah Aliyah Negeri 2 Salatiga Tahun Pelajaran 2005 –

2006” dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pendekatan Problem-Based Learning (PBL) dapat meningkatkan pembelajaran

Sosiologi kelas XII Madrasah Aliyah Negeri 2 Salatiga tahun pelajaran 2005 –

2006 baik dari aspek kognitig, aspek psikomotor, dan aspek afektif.

2. Pendekatan Problem-Based Learning (PBL) yang diterapkan pada kelas XII

Madrasah Aliyah Negeri 2 Salatiga tahun pelajaran 2005 – 2006 juga dapat

menyebabkan perubahan-perubahan tingkah laku yang menyertai peningkatan

pembelajaran, yakni semakin meningkatkan daya kritis siswa dalam menyikapi

problem modernisasi, kepekaan terhadap problem-problem yang terjadi di

masyarakat, kemampuan dalam berargumentasi dan berdiskusi, kemampuan

dalam memberikan solusi atas problem yang terjadi di masyarakat, dan

kemampuan bekerja sama dalam menyelesaikan sebuah masalah.

B. Saran

Berdasarkan temuan dari hasil penelitian tindakan kelas ini dapat

disampaikan beberapa saran sebagai berikut:

37

Page 38: BAB I · Web viewBerbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. (Umaedi (1999 : 1) mengatakan

1. Guru hendaknya mulai mempelajari berbagai pendekatan pembelajaran yang

efektif yang berbasis teori-teori pembelajaran kontemporer dan berusaha

menerapkannya di dalam kelas dan meninggalkan pendekatan, metode yang tidak

afektif yang hanya mengandalkan ceramah dan mencatat.

2. Problem-Based Learning (PBL) merupakan salah satu contoh pendekatan

pembelajaran yang memberdayakan siswa. Oleh karena itu sangat baik untuk

diaplikasikan di kelas, dengan catatan agar penerapan PBL itu benar-benar

berlangsung efektif diperlukan kreativitas guru, rancangan yang matang, dan

kesungguan.

38

Page 39: BAB I · Web viewBerbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. (Umaedi (1999 : 1) mengatakan

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Ghofur. 2004. Pedoman Umum Pengembangan Penilaian Berbasis

Kompetensi. Yogyakarta: Depdiknas Dikdasmen Dikmenum.

Ahmad Munib. 2004. KBK Sebuah Inovasi Kurikulum dalam Pembelajaran. Edukasi

(Jurnal Ilmiah Pendidikan). FIP-UNNES. Edisi Mei – Agustus 2004.

Agus Purwito. 2006. Penerapan Metode Pembelajaran Problem-Based Learning dan

Minat Belajar dalam Pencapaian Kompetensi Dasar Sosiologi. Salatiga:

Tesis S-2 Prodi Teknologi Pendidikan – UNS.

Arnie Fajar. 2002. Portopolio dalam Pembelajaran IPS. Bandung: Remaja Rosda

Karya.

Anies. 2003. Problem-Based Learning. http://www.suara merdeka.com/harian/

0304/28/kha2.html.(28 April 2003).

Anderson. C.W 1992. Strategic Teaching in Science. (Marchia K Pearshall Relevant

Reasearch). Washington: TNSTA.

Asmawi Zainul 2001. Alternative Assesment Applied Approach Mengajar di

Perguruan Tinggi. Buku 2.09, Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas.

Bloom, Menjamin S. 1982. Human Characteristic and School Learning. New York:

McGraw-Hill Book Company.

Depdiknas. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi tahun 2004. Jakarta: Depdiknas.

Finkle & Torp. 1995. http://www.cotf.edu/ete/teacherout.html

Fred Percival and Herry Ellington alih bahasa Sudjarwo. S. 1988. Teknologi

Pendidikan. Jakarta: Erlangga

39

Page 40: BAB I · Web viewBerbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. (Umaedi (1999 : 1) mengatakan

Hamzah, Upu. 2004. Makalah Workshop Metode-Metode Pembelajaran Problem

Based-Learning. Sulawesi Selatan: Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan.

http://www.eudel.edu/pbl

Moleong. J. Lexy. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya

Mulyasa. E. 2005. Implementasi Kurikulum 2004, panduan pembelajaran KBfC\

Jakarta: Rosda Karya

Safari. 2004. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Dirken Dikdasmen Rirektorat Tenaga

Kependidikan.

Sutarno. 2002. Pembelajaran Efektif: Upaya Peningkatan Kualitas Lulusan Menuju

Penyediaan Sumber Daya Insani yang Unggul. Pidato Pengukuhan Guru

Besar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.

Salatiga: Sebelas Maret University Press.

40